• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Financial distress Perusahaan Transportasi Terpilih Di Bursa Efek Indonesia Menggunakan Z-Score dan Regresi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Financial distress Perusahaan Transportasi Terpilih Di Bursa Efek Indonesia Menggunakan Z-Score dan Regresi"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS

FINANCIAL DISTRESS

PERUSAHAAN

TRANSPORTASI TERPILIH DI BURSA EFEK INDONESIA

MENGGUNAKAN Z-

SCORE

DAN REGRESI

LIA YULIANA

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Financial Distress Perusahaan Transportasi Terpilih di Bursa Efek Indonesia Menggunakan Z-Score dan Regresi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

(4)

RINGKASAN

LIA YULIANA. Analisis Financial Distress Perusahaan Transportasi Terpilih di Bursa Efek Indonesia Menggunakan Z-Score dan Regresi Dibimbing oleh ABDUL KOHAR IRWANTO dan YUSRINA PERMANASARI.

Peningkatan jumlah penduduk Indonesia membuat kebutuhan akan transportasi di Indonesia semakin meningkat. Hal tersebut sejalan dengan mulai berkembangnya sektor transportasi Indonesia. Namun, berkembangnya sektor transportasi Indonesia tidak lepas dari masalah. Semakin meningkatnya harga minyak dunia diiringi dengan kenaikan harga BBM dan jumlah kecelakaan yang semakin tinggi mendatangkan kerugian bagi perusahaan. Kerugian yang terus terjadi dan tidak mampu ditangani akan mengancam keuangan perusahaan pada kondisi financial distress.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi financial distress perusahaan transportasi Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2007-2012 menggunakan z-score dan menganalisi pengaruh rasio-rasio keuangan berupa Current ratio (CR), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM) terhadap financial distress menggunakan regresi.

Hasil analisis financial distress perusahaan transportasi Indonesia menggunakan metode z-score menunjukkan bahwa delapan dari sembilan perusahaan yang dianalisis pernah mengalami financial distress. IATA, TMAS dan ZBRA adalah perusahaan yang selalu mengalami financial distress pada periode 2007-2011. APOL, HITS, RAJA dan SMDR merupakan perusahaan yang mengalami punurunan kondisi keuangan pada periode analisis. CMPP dan MIRA adalah dua dari sembilan perusahaan yang mengalami peningkatan kondisi keuangan di akhir periode. Tahun 2010 merupakan tahun di mana paling banyak perusahaan mengalami fianancial distress karena pada tahun ini banyak perusahaan transportasi yang mendapatkan laba usaha yang rendah sehingga berpengaruh terhadap nilai z-score yang negatif. Hasil dari analisis menggunakan regresi menunjukkan bahwa kondisi financial distress perusahaan dapat dipengaruhi oleh rasio keuangan CR, ROA, ROE, dan NPM. Keempat rasio tersebut menunjukkan hasil yang signifikan atau mempunyai pengaruh nyata terhadap financial distress dengan nilai p-value<0.05 sehingga dapat dikatakan keempat rasio tersebut berpengaruh terhadap financial distress.

(5)

ABSTRAK

LIA YULIANA. Analisis Financial Distress Perusahaan Transportasi Terpilih di Bursa Efek Indonesia Menggunakan Z-Score dan Regresi Dibimbing oleh ABDUL KOHAR IRWANTO dan YUSRINA PERMANASARI.

Peningkatan jumlah penduduk Indonesia membuat kebutuhan akan transportasi di Indonesia semakin meningkat. Hal tersebut sejalan dengan mulai berkembangnya sektor transportasi Indonesia. Namun, berkembangnya sektor transportasi Indonesia tidak lepas dari masalah. Semakin meningkatnya harga minyak dunia diiringi dengan kenaikan harga BBM dan jumlah kecelakaan yang semakin tinggi mendatangkan kerugian bagi perusahaan. Kerugian yang terus terjadi dan tidak mampu ditangani akan mengancam keuangan perusahaan pada kondisi financial distress. Penelitian ini menggunakan 2 metode untuk menganalisis kondisi keuangan perusahaan yaitu z-score dan regresi. Tujuan dari penelitian ini adalah 1). Menganalisis kondisi financial distress perusahaan transportasi Indonesia yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2012, 2). Menganalisi rasio-rasio keuangan (CR, ROA, ROE, dan NPM) yang berpengaruh terhadap financial distress. Hasil dari penelitian ini adalah delapan dari sembilan perusahaan transportasi pernah mengalami financial distress pada periode 2007-2012. Sedangkan rasio keuangan yang berpengaruh nyata terhadap financial distress adalah CR, ROA, ROE, dan NPM

Kata Kunci: Financial distress, Regresi, dan Z-score

ABSTRACT

LIA YULIANA. Financial distress Analysis of Selected Transportation Company in Indonesia Stock Exchange Based on Z-score and Regression Approaches. Supervised by ABDUL KOHAR IRWANTO and YUSRINA PERMATASARI.

An increasing number of Indonesian population made the needed of transportation in Indonesia increased. This was in line with the national development programme of the transportasion sector. This can not be separated from the problem that has been twisting. The increasing of crued oil in world which were followed by rising fuel prices in Indonesia and also the high number of accidents caused losses to the company. This losses that accured continuously and unable to control will threaten companies finance in term financial distress. This research will use two methods to analyze the companies financial condition, which are z-score and Regression. The objectives of this research are 1). To analyze the financial distress of Indonesian transportation sector that listed on Indonesia Stock Exchange (BEI) since 2007 until 2012, 2). To analyze the financial ratios (CR, ROA, ROE, dan NPM) to predict the financial distress. The results of this study were eight of nine transportation companies have experienced financial distress in the period of 2007-2012. While financial ratios that significantly affect financial distress were CR, ROA, ROE, and NPM.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Manajemen

ANALISIS

FINANCIAL DISTRESS

PERUSAHAAN

TRANSPORTASI TERPILIH DI BURSA EFEK INDONESIA

MENGGUNAKAN Z-

SCORE

DAN REGRESI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Financial distress Perusahaan Transportasi Terpilih Di Bursa Efek Indonesia Menggunakan Z-Score dan Regresi Nama : Lia Yuliana

NIM : H24090138

Disetujui oleh

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc Pembimbing I

Yusrina Permanasari, SSos, ME Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Jono M Munandar, MSc Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 ini ialah Analisis Financial distress Perusahaan Transportasi Terpilih di Bursa Efek Indonesia Menggunakan Z-score dan Regresi.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc dan Ibu Yusrina Permanasari, SSos, ME selaku dosen pembimbing sekaligus penguji yang telah membimbing dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan penelitian ini serta Bapak Ali Mutasowifin, SE, MAk. yang telah bersedia menjadi penguji dan memberikan masukan serta koreksi dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Harmoko, Ibunda Sumarni, Kakak Lucky Hartanto serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh Keluarga Ekonomi dan Manajemen Pecinta Alam (KAREMATA) khususnya angkatan delapan awan yang telah banyak berbagi pelajaran dan perjalanan di alam bebas, keluarga besar Manajemen 46 yang telah menemani dan membantu dalam perkuliahan, keluarga SQ tercinta atas canda dan tawa, teman seperjuangan (Arin, Hanna, Lita, Nidia, Annisa, Dafid dan Pandu) yang telah memberikan motivasi dan bantuan dalam penelitian, serta sahabat-sahabat IPB (Lena, Renita, Dila, Okti, Sony, Vety, Wahyu dan sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu) atas kasih sayang dan kecerian di IPB.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Laporan Keuangan 3

Analisis Rasio Keuangan 4

Transportasi 4

Z-score 5

Penelitian Terdahulu 5

METODE PENELITIAN 6

Kerangka Pemikiran Penelitian 6

Variabel Penelitian 8

Hipotesis Penelitian 8

Teknik Analisis 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Kondisi Financial distress Perusahaan Transportasi Indonesia 11 Hasil Forecasting nilai Z-score Perusahaan Transportasi Indonesia 16

Implikasi Manajerial 20

SIMPULAN DAN SARAN 21

DAFTAR PUSTAKA 22

(12)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan jumlah mobil penumpang dan bis serta perkembangan

sarana kereta api. 1

2 Daftar perusahaan transportasi terpilih 11

3 Hasil analisis kondisi financial distress perusahaan transportasi 11 4 Hasil forecasting nilai z-score perusahaan transportasi Indonesia 17

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran 7

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk Indonesia membuat kebutuhan akan transportasi di Indonesia semakin meningkat. Hal tersebut sejalan dengan mulai berkembangnya sektor transportasi Indonesia. Perkembangan transportasi dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah kendaraan dan volume penumpang. Di sektor transportasi darat terdapat peningkatan dalam jumlah mobil penumpang, bis dan kereta api yang ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Perkembangan jumlah mobil penumpang dan bis serta perkembangan sarana kereta api.

penumpang Jumlah bis Jumlah kereta

2004 4.231.901 933.251 1212

Di sektor transportasi udara semakin banyaknya maskapai penerbangan, bandara dan jumlah penumpang di Indonesia menjadi salah satu bukti perkembangan transportasi udara. Jumlah penumpang keberangkatan dalam negeri di bandara Indonesia sebanyak 7 046 000 orang pada tahun 1999 dan meningkat menjadi 59 276 000 orang pada tahun 2011 (BPS 2013). Di sektor transportasi laut perkembangan dapat dilihat dari jumlah penumpang kapal yang berangkat dari pelabuhan sebanyak 9 563 000 orang pada tahun 1995 meningkat menjadi 19 996 800 orang pada tahun 2011 (BPS 2013). Potensi bisnis transportasi laut Indonesia masih dapat dikembangkan melihat 2/3 wilayah Indonesia adalah lautan dan letak geografis Indonesia yang berada di jalur perdagangan internasional. Berkembangnya transportasi darat, udara dan laut di Indonesia saat ini menjadi peluang besar bagi para investor untuk berinvestasi dan meraih keuntungan di sektor transportasi Indonesia.

(14)

2

Ways pada April 2009 dan yang tebaru Batavia Air pada Januari 2013 menjadi pertanyaan dan guncangan bagi pertumbuhan transportasi udara di Indonesia. Di sektor transportasi laut semakin berkembangnya transportasi darat dan udara memberikan ancaman bagi sektor laut karena semakin banyak alternatif transportasi yang memiliki kuantitas dan kualitas yang lebih baik dan jika dibandingkan, transportasi darat dan udara lebih berkembang dari transportasi laut. Selain masalah-masalah di atas terdapat satu masalah yang terus terjadi pada transportasi Indonesia yaitu masalah kecelakaan transportasi. Jumlah kecelakaan yang semakin meningkat dari 17 732 kecelakaan pada tahun 2004 menjadi 108 696 pada tahun 2011 membuat kerugian materi sebesar Rp217 435 000 000 pada tahun 2011 (BPS 2013). Kerugian materi yang terus menerus terjadi dapat mengancam kondisi keuangan perusahaan.

Kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat pada laporan keuangan perusahaan. Pada laporan keuangan terdapat rasio-rasio keuangan yang dapat dianalisis untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan apakah berada dalam kondisi sehat atau mengalami kesulitan keuangan (financial distress). Masalah serta kerugian yang terus terjadi dan tidak mampu ditangani akan mengancam keuangan perusahaan pada kondisi financial distress. Analisis rasio-rasio keuangan dapat dilakukan untuk memprediksi kondisi keuangan perusahaan sehingga apabila perusahaan dianalisis mengalami kondisi financial distress perusahaan dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi hal tersebut dan melakukan perbaikan kondisi keuangan. Analisis kondisi financial distress sektor transportasi dalam penelitian ini menggunakan metode z-score dan regresi untuk mengetahui kondisi financial distress perusahaan dan rasio-rasio keuangan apa saja yang mempengaruhi financial distress perusahaan.

Perumusan Masalah

Berdasakan latar belakang yang telah dijelaskan, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kondisi financial distress perusahaan transportasi Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2007-2012? 2. Rasio-rasio keuangan (Current ratio, Return On Asset, Return On Equity,

Net Profit Margin) apa saja yang berpengaruh terhadap financial distress?

Tujuan Penelitian

Mengacu dari perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis kondisi financial distress perusahaan transportasi Indonesia yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2012.

(15)

3

Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan

Dapat dijadikan gambaran kondisi financial distress perusahaan dan salah satu cara perusahaan untuk menganalisis kondisi keuangan menggunakan metode z-score dan regresi.

2. Bagi investor

Menjadi pertimbangan dalam melakukan investasi di sektor transportasi dengan melihat kondisi financial distress perusahaan.

3. Bagi masyarakat

Penelitian ini dapat dijadikan referensi dan tambahan pengetahuan mengenai analisis kondisi financial distress perusahaan transportasi.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang analisis kondisi financial distress perusahaan transportasi terpilih di Bursa Eek Indonesia dengan menggunakan metode z-score dan regresi. Ruang lingkup perusahaan yang akan digunakan adalah perusahaan transportasi yang telah masuk BEI sebelum tahun 2007 dan tidak keluar sebelum 2012. Analisis ini menggunakan data laporan keuangan yang dipublikasikan oleh BEI pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2012. Analisis difokuskan pada rasio-rasio keuangan yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan khususnya CR, ROA, ROE, dan NPM.

TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Keuangan

Laporan keuangan (financial statement) merupakan daftar ringkasan akhir transaksi keuangan organisasi yang menunjukkan semua kegiatan operasional organisasi dan akibatnya selama tahun buku yang bersangkutan (Sugiyarso et al 2005)

Jenis laporan keuangan utama dan pendukung adalah:

1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu.

2. Perhitungan laba/rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya dan laba/rugi perusahaan pada periode tertentu.

3. Laporan sumber dan penggunaan dana. Di sini dimuat sumber dan pengeluaran perusahaan selama satu periode.

4. Laporan arus kas. Di sini digambarkan sumber dan penggunaan kas dalam suatu periode.

(16)

4

6. Laporan laba ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan kepada pemilik usaha.

7. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik saham dalam PT atau modal dalam perusahaan perseroan.

8. Dalam suatu kajian dikenal laporan kegiatan keuangan. Laporan ini menggambarkan transaksi laporan keuangan yang mempengaruhi kas dan ekuivalen kas.

Analisis Rasio Keuangan

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang memiliki hubungan yang relevan dan signifikan.

Rasio keuangan yang sering digunakan adalah: 1. Rasio likuiditas

Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.

2. Rasio solvabilitas

Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibanya apabila perusahaan di likuidasi.

3. Rasio rentabilitas/profitabilitas

Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada.

4. Rasio Leverage

Rasio yang menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset.

5. Rasio Aktivitas

Rasio yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan peruahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya.

6. Rasio Pertumbuhan

Rasio yang menggambarkan persentasi pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun.

7. Rasio Penilaian Pasar

Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan di pasar modal yang menggambarkan situasi/keadaan prestasi perusahaan di pasar modal.

8. Rasio Produktifitas

Rasio yang menggambarkan tingkat produktifitas dari unit atau kegiatan yang dinilai (Harahap 2004)

Transportasi

(17)

5 jenis transportasi darat, laut dan udara, namun untuk setiap bentuk transportasi itu terdapat empat unsur pokok transportasi yaitu jalan, kendaraan dan alat angkutan, tenaga penggerak dan terminal (Kamaludin 2003).

Z-score

Altman mengeluarkan beberapa metode z-score. Z-score yang pertama dikeluarkan pada tahun 1968 dengan sampel perusahaan manufaktur publik di Amerika dengan rumus Z = 1.2X1 + 1.4X2 + 3.3X3 + 0.6X4 + 1.0X5. Z merupakan indeks kebangkrutan, X1 (Modal kerja/total harta), X2 (Laba ditahan/total harta), X3 (Pendapatan sebelum pajak dan bunga/total harta), X4 (Nilai pasar ekuitas/nilai buku hutang), X5 (Penjualan/total harta). Rumus pertama yang dikeluarkan altman ini menggunakan kategori yaitu z>2.99 perusahaan dikategorikan sehat, z=1.81-2.99 perusahaan dikategorikan grey area dan z<1.81 perusahaan dikatakan financial distress. Z-score pertama tersebut mengalami keterbatasan karena hanya dapat digunakan untuk perusahaan publik dan manufaktur. Altman kemudian mengembangkan rumus z-score yang kedua yang ditujukan untuk perusahaan non publik yaitu Z = 0.717X1 + 0.847X2 + 3.107X3 + 0.420X4 + 0.998X5. Kategori yang digunakan pada model kedua ini adalah z>2.90 perusahaan dikategorikan sehat, z=1.23-2.90 perusahaan dikategorikan grey area dan z<1.23 perusahaan dikatakan financial distress. Z-score terakhir yang dikembangkan altman adalah Z = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4. Pada model ketiga ini Altman menghilangkan variabel X5 berupa penjualan/total harta. Kategori yang digunakan pada model ini adalah z>2.60 perusahaan dikategorikan sehat, z=1.1-2.60 perusahaan dikategorikan grey area dan z<1.1 perusahaan dikatakan financial distress. Z-score terakhir ini merupakan rumus yang paling fleksibel karena bisa digunakan untuk perusahaan publik maupun private dan merupakan model yang paling cocok digunakan di Indonesia yang merupakan negara berkembang (Prihadi 2010).

Penelitian Terdahulu

Analisis financial distress perusahaan transportasi ini melihat dan mempelajari dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Penelitian mengenai kondisi keungan perusahaan khususnya financial distress telah banyak dilakukan, akan tetapi menggunakan alat analisis, variabel dan objek yang bervariasi dengan hasil yang bervariasi. Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi panduan dalam penelitian diantaranya adalah Arisudhana D (2011) melakukan penelitian mengenai Analisis Kebangkrutan Model Altman Z-score dan Springate pada Perusahaan Industri Properti. Hasil dari penelitian ini menunjukan perbedaan hasil pengujian kebangkrutan antara model Altman dan Springate di perusahaan industri properti. Model Altman memprediksi dari 6 perusahaan pada tahun 2005-2009 terdapat 29 kondisi kebangkrutan. tetapi pada model Springate memprediksi terdapat 25 kondisi kebangkrutan pada tahun 2005-2009.

(18)

6

sebagai faktor internal dan krisis subprime mortgage sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi. Hasil dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa hampir seluruh perusahaan agrikultur berada dalam kondisi financial distress.

Kurniawanti BA (2012) melakukan penelitian mengenai Analisis Penggunaan Altman Z-score Untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI periode 2007-2011. Hasil penelitian menunjukan terdapat tiga perusahaan yang berada pada kategori sehat, satu perusahaan yang berada di grey area dan satu perusahaan berada pada kategori bangkrut.

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran Penelitian

Pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus meningkat membuat kebutuhan akan sarana transportasi juga semakin meningkat. Hal tersebut diimbangi dengan semakin banyak dan berkembangnya perusahaan transportasi di Indonesia. Semakin banyaknya jumlah transportasi dan jumlah penumpang menjadi tanda berkembangnya sarana transportasi Indonesia. Berkembangnya perusahaan transportasi berpotensi menarik para investor untuk menginvestasikan asetnya. Namun berkembangnya perusahaan transportasi Indonesia tidak lepas dari masalah yang mengancam. Semakin meningkatnya harga bahan bakar dan jumlah kecelakaan transportasi mendatangkan kerugian material. Kerugian material yang terus-menerus terjadi dan tidak bisa diselesaikan akan mempengaruhi kondisi keuangan perusahan pada kondisi financial distress.

Kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat pada laporan keuangan perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang terdapat pada laporan keuangan dapat digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan perusahaan. Dalam penelitian ini laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan transportasi yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2012. Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan adalah modal kerja/total harta, laba ditahan/total harta, pendapatan sebelum pajak dan bunga/total harta, dan nilai pasar ekuitas/nilai buku hutang. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis kondisi financial distress adalah z-score Altman. Metode z-score Altman mengelompokkan kondisi keuangan perusahaan menjadi tiga berdasarkan score yaitu Z>2.60 perusahaan dalam kondisi sehat, Z<1.1 perusahaan dalam kondisi financial distress dan Z = 1.1-2.60 perusahaan dalam kondisi grey area atau kondisi di antara kondisi sehat dan financial distress. Selain melihat kondisi financial distress dalam penelitian ini akan dilanjut dengan melihat rasio-rasio keuangan apa saja yang berpengaruh nyata terhadap kondisi financial distress menggunakan regresi untuk melihat pengaruh.

(19)

7

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2007-2012. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga Juli 2013.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan transportasi yang terdaftar di BEI pada periode 2007-2012 serta buku/bahan pustaka lainnya yang mendukung penelitian.

Perusahaan Transportasi yang terdaftar di BEI

Laporan keuangan BEI periode 2007-2012

Rasio-rasio keuangan

Kondisi financial distress dan rasio keuangan yang

mempengaruhi Analisis Z-Score:

 Modal kerja/total harta

 Laba ditahan/total harta

 Pendapatan sebelum pajak dan bunga/total harta

 Nilai pasar ekuitas/nilai buku dari hutang 1.1-2.60=

Grey area

Z<1.1= financial distress Z>2.60= Perusahaan

sehat Regresi:

pengaruh CR, ROA, ROE, dan NPM terhadap Z-score

(20)

8

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan purposive sampling atau sampel bertujuan menggunakan kriteria tertentu untuk pemilihan sampel. Kriteria yang ditentukan berupa:

1. Perusahaan transportasi Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada peride 2007-2012.

2. Memiliki data laporan keuangan yang lengkap pada periode 2007-2012. 3. Laporan keuangan dalam bentuk rupiah.

Perusahaan yang tidak memiliki data laporan keuangan yang lengkap dikeluarkan dari sampel. Untuk bahan pustaka pendukung diperoleh dengan cara mempelajari dan mengutip dari berbagai buku, data Badan Pusat Statistik (BPS), dan penelusuran internet.

Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan dalam metode z-score adalah variabel dependen berupa indeks kebangkrutan dan variabel independen berupa modal kerja/total harta, laba ditahan/total harta, pendapatan sebelum pajak dan bunga/total harta, nilai pasar ekuitas/nilai buku hutang. Metode regresi menggunakan nilai z-score sebagai variebel dependen dan CR, ROA, ROE, dan NPM sebagai variabel independen.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Pengaruh CR terhadap z-score

H0 : CR tidak berpengaruh nyata terhadap z-score

H1 : CR berpengaruh nyata terhadap z-score

2. Pengaruh ROA terhadap z-score

H0 : ROA tidak berpengaruh nyata terhadap z-score

H1: ROA berpengaruh nyata terhadap z-score

3. Pengaruh ROE terhadap z-score

H0 : ROE tidak berpengaruh nyata terhadap z-score

H1 : ROE berpengaruh nyata terhadap z-score

4. Pengaruh NPM terhadap z-score

H0 : NPM tidak berpengaruh nyata terhadap z-score

H1 : NPM berpengaruh nyata terhadap z-score

Teknik Analisis

Teknik Analisis Model Z-Score

Metode z-score Altman yang digunakan dalam memprediksi kondisi financial distress dalam penelitian ini adalah:

Z = 6,56 (X1) + 3,26 (X2) + 6,72 (X3) + 1,05 (X4) Keterangan :

(21)

9 (X1) = modal kerja/total harta ( working capital/total asset)

(X2) = laba ditahan/total harta (retained earnings/total asset)

(X3) = pendapatan sebelum pajak dan bunga/total harta (earnings before interest and taxes/total asset)

(X4) = nilai pasar ekuitas/nilai buku hutang (market value of equity/book value of debt)

Kondisi keuangan diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan nilai z-score yaitu Z>2.60 perusahaan dalam kondisi sehat, Z<1.1 perusahaan dalam kondisi financial distress dan Z = 1.1-2.60 perusahaan dalam kondisi grey area. Model ini digunakan dengan asumsi bahwa perusahaan adalah perusahaan publik atau private dan merupakan perusahaan di negara berkembang (Prihadi 2010).

Analisis Regresi

Analisis regresi adalah salah satu metode untuk menentukan hubungan sebab-akibat antara satu variabel dengan variabel lain. Menurut Juanda dan Junaedi (2012), data deret waktu (time series) adalah data satu objek yang meliputi beberapa periode waktu. Data cross section adalah data yang terdiri dari beberapa atau banyak objek dalam satu periode waktu tertentu. Gabungan dari kedua data tersebut dinamakan data panel.

Model regresi linear berganda:

Yi = β1 + β2X1i+ β3X2i + ...+ βkXki + ɛi ...(1)

Keterangan :

Y = variabel dependen

β = koefisien

X = variabel independen

ɛ = error

Pada analisis regresi ini juga akan dilakukan uji-F untuk mengetahui keragaman, uji-t untuk menguji pengaruh masing-masing peubah X terhadap Y dan uji asumsi homoskedastisitas, autokorelasi dan multikolinearitas yang merupakan beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis regresi berganda. Menurut juanda (2009) asumsi model regresi linear berganda yaitu:

a. Spesifikasi model ditetapkan seperti dalam persamaan (1).

b. Peubah Xk merupakan peubah non-stokastik (fixed), artinya sudah

ditentukan, bukan peubah acak. Selain itu, tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas Xk.

c. i) Komponen sisaan ɛi mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan

ragam konstan untuk semua pengamatan i. E(ɛi) = 0 dan Var(ɛi) = σ2.

ii) Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan ɛi sehingga

Cov(ɛi,ɛj)=0, untuk i=j.

iii) Komponen sisaan menyebar normal.

(22)

10

Uji Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi dari model regresi linear adalah ragam sisaan sama atau homogen (Juanda 2009). Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat varian dari residual satu pengamatan dengan pengamatan lain. Uji ini dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya dengan uji breusch-pagan dengan menduga dan menghitung sisaan et,. Uji white juga dapat dilakukan untuk uji heteroskedastisitas

dengan cara menggunakan model regresi sisaan dan menghitung koefisien determinasi sebagai ukuran kebaikan. Cara lain yang dapat digukan adalah dengan uji hipotesis H0: Homoskedastisitas dan H1: Heteroskedastisitas, dengan melihat

nilai p-value dapat dilihat apakah terdapat heteroskedastisitas atau tidak. Jika p-value>α maka terima H0 yang artinya ragam sisaan sama atau homogen dan

asumsi terpenuhi, jika p-value<α menunjukkan ada masalah heteroskedaktisitas.

Uji Autokorelasi

Salah satu asumsi dari model regresi linear adalah bahwa tidak ada autokorelasi atau korelasi serial antara sisaan (Juanda 2009). Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terjadi korelasi antara periode t dengan periode sebelumnya (t-1). Pengujian dapat dilakukan dengan metode grafik atau dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Metode grafik dapat dilakukan dengan cara memplotkan data et pada sumbu vertikal dan waktu (t) pada sumbu horizontal

sahingga dapat dilihat polanya apakah bebas atau tidak bebas (punya pola tertentu). Cara lain yang populer digunakan adalah dengan statistik uji Durbin-Waton, selang nilai statistik Durbin-Watson adalah 4-dL < DW < 4 maka tolah H0

(ada autokorelasi negatif), 4-du < DW < 4- dL maka tidak tentu atau coba uji yang

lain, du < DW < 4-du maka terima H0 (ada autokorelasi), dL < DW < du maka tidak

tentu (daerah abu-abu) atau coba uji yang lain, 0 < DW < dL maka tolak H0 (ada

autokorelasi positif).

Uji Multikolinearitas

Menurut Juanda (2009) salah satu asumsi dari model regresi ganda adalah bahwa tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas. Jika terdapat hubungan dapat dikatakan bahwa peubah-peubah bebas berkolinearitas ganda sempurna. Beberapa cara dapat digunakan untuk melihat adanya multikolinearitas yaitu dengan uji koefisien korelasi sederhana antar peubah bebas dalam model dan menggunakan model regresi ganda dengan minimal 3 peubah bebas, jika ada nilai koefisien korelasi sederhana antar peubah bebas sangat tinggi dan nyata maka berarti terjadi multikolinearitas. Selain itu metode yang dapat dilakukan untuk melihat multikolinearitas adalah dengan uji klein. Metode ini melihat korelasi masing-masing variabel independen. Jika R2y Xi,Xj,... Xn > r2Xi,Xj (R-square lebih besar dari r variabel) maka dapat dikatakan tidak ada multikolinearitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(23)

11 memiliki data yang lengkap, dua perusahaan mempunyai laporan dalam bentuk dollar dan hanya sembilan perusahaan yang memenuhi syarat sebagai sampel penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Daftar perusahaan transportasi terpilih

No. Kode perusahaan Nama perusahaan Sektor

1 APOL PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk Laut

2 CMPP PT Centris Multipersada Pratama Tbk Darat 3 HITS PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk Laut 4 IATA PT Indonesia Air Transportation Tbk Udara

5 MIRA PT Mitra Rajasa Tbk Darat

6 RAJA PT Rukun Raharja Tbk Darat

7 SMDR PT Samudera Indonesia Tbk Laut

8 TMAS PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk Laut

9 ZBRA PT Zebra Nusantara Tbk Darat

Analisis z-score dilakukan dengan menggunakan variabel X1 working capital/total assets, X2 retained earning/total assets, X3 earning before interest and tax/total assets, X4 market value of equity/book value of debt. Perusahaan masuk dalam kategori sehat jika nilai z-score>2.60, perusahaan dalam kategori financial distress jika nilai z- score<1.1 dan perusahaan dengan nilai z- score antara 1.1-2.60 dikategorikan grey area atau dapat dikatakan perusahaan tidak dalam kondisi financial distress maupun dalam kondisi sehat.

Kondisi Financial distress Perusahaan Transportasi Indonesia

Hasil analisis z-score menunjukkan bahwa hampir seluruh perusahaan transportasi yang dianalisis pernah mengalami kondisi financial distress pada periode 2007-2012 yang ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil analisis kondisi financial distress perusahaan transportasi Kode

perusahaan

Z-score dan kategori kondisi perusahaan a

2007 2008 2009 2010 2011 2012

(24)

12

Analisis Financial Disress Perusahaan Transportasi Sektor Darat

Fluktuasi kondisi financial distress perusahaan transportasi sektor darat Indonesia yang terdiri dari CMPP, MIRA, RAJA dan ZBRA dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Kondisi financial disress perusahaan transportasi sektor darat Hasil analisis kondisi financial distress CMPP pada periode 2007-2012 mengalami penurunan di awal periode dan peningkatan di akhir periode. Nilai z-score CMPP dari tahun 2007 terus menurun bahkan bernilai negatif pada tahun 2008 hingga 2010 dan mengalami sedikit peningkatan di tahun 2011 dan 2012, sehingga kondisi CMPP meningkat dari financial distress menjadi grey area seperti yang tergambar pada Gambar 2. Kondisi ini terjadi akibat dari nilai rasio X1 yang rendah kecuali pada tahun 2011dan 2012 karena ditahun ini aktiva lancar masih lebih besar dari kewajiban jangka pendek. Sedangkan pada tahun 2007-2010 nilai aktiva lancar selalu lebih rendah dari kewajiban jangka pendek yang berarti perusahaan menghadapi kesulitan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Selain itu nilai dari rasio X3 yang rendah juga ikut mempengaruhi kondisi financial distress perusahaan. Kondisi tersebut menandakan perusahaan tidak mampu menghasilkan laba usaha yang cukup dari penggunaan aktiva yang tersedia. Penurunan kinerja keuangan yang terjadi pada tahun 2010 juga dipengaruhu oleh kebijakan CMPP yang melakukan pelepasan asset tetap yang tidak produktif sehingga jumlah asset perusahaan secara keseluruhan mengalami penurunan.

MIRA adalah perusahaan yang mengalami peningkatan kondisi dari financial distress pada tahun 2007-2010 menjadi sehat pada tahun 2011 dan 2012 seperti yang tergambar pada Gambar 2. Kondisi financial distress yang dialami MIRA pada tahun 2007-2010 disebabkan oleh kewajiban jangka pendek yang lebih besar dari aktiva lancar, tidak adanya laba ditahan, laba usaha yang rendah, serta total kewajiban yang lebih tinggi dari total ekuitas. Pada tahun 2011 dan

(25)

13 2012 kondisi MIRA meningkat dari financial distress menjadi sehat karena peningkatan nilai dari rasio X1, X2, X3, dan X4. Kondisi tersebut menandakan kinerja keuangan perusahaan mengalami perbaikan dari tahun sebelumnya. Kinerja keuangan yang membaik dapat dilihat dari total aktiva lancar yang lebih besar dari kewajiban jangka pendek serta nilai total ekuitas yang lebih tinggi dari nilai total kewajiban. Kondisi yang dialami MIRA dapat menjadi gambaran bahwa perusahaan belum mampu memperbaiki dan mengendalikan kondisi keuangan pada tahun 2007-2010 dan baru bisa memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya pada tahun 2011 dan 2012 dikarenakan pada tahun tersebut MIRA melakukan restrukturisasi hutang dengan melepas saham anak perusahaan sehingga perusahaan mampu menyelesaikan persoalan hutang dan pada tahun tersebut juga perusahaan mulai melakukan perdagangan kembali sahamnya di BEI setelah sebelumya BEI menghentikan perdagangan saham perusahaan akibat dari perolehan opini disclaimer selama dua tahun berturut-turut atas audit laporan keuangan tahun 2009 dan 2010.

RAJA mengalami kondisi sehat selama tiga tahun berturut-turut pada tahun 2007 hingga tahun 2009, tetapi kondisi tersebut menurun menjadi financial distress pada tahun 2010 dan 2011 hingga kembali meningkat menjadi grey area pada tahun 2012 seperti yang tergambar pada Gambar 2. Hal ini terjadi karena pada tahun 2007-2009 nilai dari rasio X1 yang tinggi. Sedangkan pada tahun 2010-2011 nilai dari rasio X1 mengalami penurunan hingga nilai aktiva lancar lebih kecil dari kewajiban jangka pendek serta nilai total ekuitas yang lebih rendah dari nilai total kewajiban. Tahun 2010 RAJA melakukan akuisisi PT. Panji Raya Alamindo (PRA) dan PT. Triguna Internusa Pratama (TIP). Pada tahun 2011 beban usaha meningkat akibat terkonsolidasinya beban usaha anak perusahaan yaitu PRA dan TIP atas beban bunga pinjaman bank dan beban bunga atas penerbitan surat hutang. Hal tersebut menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan sehingga RAJA harus mengalami kondisi financial distress.

(26)

14

Analisis Financial Disress Perusahaan Transportasi Sektor Laut

Kondisi financial distress perusahaan transportasi sektor laut Indonesia berfluktuasi untuk setiap perusahaan seperti yang tergambar pada Gambar 3. Dari empat perusahaan transportasi sektor laut hanya SMDR yang tidak pernah mengalami kondisi financial distress.

Gambar 3 Kondisi financial disress perusahaan transportasi sektor laut APOL mengalami kondisi keuangan yang terus menurun pada periode 2007-2012. Hal tersebut terjadi karena nilai z-score APOL terus menurun seperti yang tergambar pada Gambar 3. Nilai z-score yang terus menurun menggambarkan bahwa pada periode tersebut perusahaan mengalami kemunduran pada kinerja keuangan khususnya pada tahun 2011. Pada tahun ini APOL mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan penurunan di tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun-tahun 2010 nilai z-score sebesar 2.655 turun menjadi -6.638 pada tahun 2011. Nilai z-score menurun APOL menandakan bahwa perusahaan belum mampu mempertahankan maupun meningkatkan kinerja keuangannya pada periode 2007-2012, sehingga perusahaan harus mengalami perubahan kondisi dari grey area menjadi financial distress. Pada tahun 2007 dan 2008 APOL memiliki nilai z-score positif, hanya saja nilai dari rasio X1,X2,X3, dan X4 masih rendah sehingga APOL berada pada kondisi grey area. Nilai tersebut terus menurun dari tahun ke tahun hingga pada tahun 2009 hingga 2012 nilai z-score APOL sangat rendah. Kondisi yang terjadi pada APOL merupakan dampak dari krisis global yang terjadi pada tahun 2008. Krisis tersebut membuat kondisi industri pelayaran internasional lesu sehingga berdampak pada kondisi APOL yang bergerak di bidang pelayaran internasional. Kondisi tersebut ikut berperan dalam terjadinya masalah keuangan perusahaan karena tidak seimbangnya antara besar beban hutang dengan kemampuan perusahaan dan anak

Tahun

(27)

15 perusahaan dalam menghasilkan arus kas. Kesulitan keuangan yang terjadi pada APOL terus terjadi hingga tahun 2011.

Kondisi financial distress HITS pada periode 2007-2012 hanya terjadi pada tahun 2010 hingga 2012. Pada tahun 2007 hingga 2009 HITS dalam kondisi sehat seperti yang tergambar pada Gambar 3. Perubahan kondisi sehat menjadi financial distress terjadi karena pada tahun 2007 rasio X1 dari HITS tinggi. Hal ini menandakan perusahaan masih mampu mengatasi kewajiban jangka pendeknya karena nilainya lebih kecil dari aktiva lancar. Tetapi dari tahun 2007 hingga 2012 rasio X1 mengalami penurun yang berarti nilai kewajiban jangka pendek lebih besar dari aktiva lancar. Selain itu penurunan kondisi ini disebabkan oleh nilai laba ditahan dan laba usaha yang semakin menurun setiap tahunnya sehingga menyebabkan pada tahun 2010 hingga 2012 HITS berada dalam kondisi financial distress. Penurunan kondisi yang signifikan pada tahun 2010 akibat dari masalah hukum yang menimpa perusahaan sehingga perusahaan mengalami kendala operasional yang mengakibatkan menurunnya pendapatan usaha perusahaan. pada tahun 2010 perusahaan juga mencadangkan kerugian atas kasus hukum yang dialami perusahaan. Masalah tersebut menyebabkan perusahaan mengalami gangguan keuangan dan mengakibatkan penurunan kondisi keuangan perusahaan.

SMDR menjadi satu-satunya perusahaan yang tidak pernah mengalami kondisi financial distress pada periode 2007-2012. Perkembangan dan penurunan yang dialami SMDR masih dalam kondisi aman karena masih dalam kondisi sehat pada tahun 2007 dan 2008 dan grey area pada tahun 2009 hingga 2012 seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3. Pada tahun 2007 dan 2008 SMDR dalam kondisi sehat karena memiliki nilai z>2.60. Namun pada tahun 2009-2012 SMDR mengalami perubahan kondisi menjadi grey area karena penurunan nilai z-score yang disebabkan oleh menurunnya nilai rasio dari X1, X2, X3, dan X4. Nilai dari ke empat rasio tersebut masih positif hanya saja ada penurunan pada nilai total ekuitas perusahaan hingga nilai total kewajiban menjadi lebih besar dan laba usaha yang menurun ditahun 2009. Kondisi penurunan laba usaha tidak bertahan lama karena ditahun 2010-2012 perusahaan mengalami peningkatan laba usaha sehingga perusahaan tidak harus mengalami kondisi financial distress. SMDR tidak pernah berada pada kondisi financial distress disebabkan karena setiap tahunnya perusahaan selalu melakukan pengembangan pada bisnisnya, seperti pada tahun 2007 perusahaan melakukan perluasan usaha dengan memasuki bisnis transportasi luar negeri, pada tahun 2010 perusahaan membuka cabang-cabang baru dan pada tahun 2011 perusahaan membeli dua kapal baru untuk mendukung kinerja perusahaan.

(28)

16

penjualan delapan unit kapal yang dianggap sudah tidak efisien. Penjualan tersebut membuat penurunan yang signifikan atas biaya operasional perusahaan maupun biaya financial perusahaan.

Analisis Financial Disress Perusahaan Transportasi Sektor Udara

Pada sektor transportasi udara terdapat IATA yang selalu mengalami kondisi financial distress pada periode 2007-2012 dengan nilai z-score yang berfluktuasi seperti yang tergambar pada Gambar 4.

Gambar 4 Kondisi financial disress perusahaan transportasi sektor udara Salah satu penyebab dari kondisi tersebut adalah nilai dari rasio X1 yang rendah. Financial distress yang dialami IATA juga disebabkan oleh nilai kewajiban jangka pendek yang lebih besar dari total aktiva dan nilai total kewajiban yang lebih besar dari nilai total ekuitas. Kewajiban jangka pendek IATA di tahun 2008 mengalami penurunan sehingga nilainya tidak lebih besar dari aktiva jangka pendeknya tetapi kondisi ini tidak membuat perusahaan lepas dari kondisi financial distress. Penurunan kondisi keuangan yang terjadi pada tahun 2009 merupakan dampak dari krisis keuangan global yang terjadi pada akhir tahun 2008 yang menyebabkan permintaan menurun. Kerugian derivatif dan beben bunga yang besar merupakan salah satu penyebab menurunnya kinerja keuangan perusahaa. Pada tahun 2011 perusahaan berhasil menaikan harga sewa pesawat melalui kontrak penyediaan, pengoperasian, dan perawatan helikopter yang dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Pada tahun 2011 pendapatan IATA lebih banyak dihasilkan melalui contract charther dari pada spot charther. Contract charther mengalami peningkatan (17,71%) dari 175 kontrak pada tahun2010 naik manjadi 206 kontrak pada tahun 2011.

Hasil Forecasting nilai Z-score Perusahaan Transportasi Indonesia

Forecasting atau peramalan diperlukan perusahaan untuk gambaran kondisi perusahaan di masa yang akan datang dan dapat digunakan sebagai peringatan

(29)

17 atau antisipasi jika perusahaan diramalkan mengalami kondisi financial distress. Hasil forcasting terhadap nilai z-score perusahaan transportasi dilakukan menggunakan MINITAB dengan model Linear Trend atau Quadratic Trend. Pemilihan model ditentukan oleh nilai MAPE, MAD, dan MSD terkecil yang dipilih untuk dijadikan model forecasting. Asumsi yang digunakan dalam adalah ceteris paribus, dengan asumsi bahwa faktor-faktor eksternal seperti kenaikan harga BBM serta kebijakan pemerintah dianggap konstan. Hasil forecasting nilai z-score perusahaan transportasi Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil forecasting nilai z-score perusahaan transportasi Indonesia Perusahaan Sektor Tahun Nilai Z-score Kategori

CMPP Darat 2013 5.460 Sehat

2014 9.204 Sehat

MIRA Darat 2013 12.451 Sehat

2014 21.177 Sehat

RAJA Darat 2013 -136.075 Financial distress

2014 -266.960 Financial distress

ZBRA Darat 2013 -4.690 Financial distress

2014 -5.688 Financial distress

APOL Laut 2013 -8.492 Financial distress

2014 -10.324 Financial distress

HITS Laut 2013 1.038 Financial distress

2014 3.091 Sehat

SMDR Laut 2013 3.373 Sehat

2014 4.743 Sehat

TMAS Laut 2013 1.529 Grey area

2014 3.018 Sehat

IATA Udara 2013 -0.143 Financial distress

(30)

18

nilainya masih rendah dan masuk dalam kategori financial distress (z<1.1) yaitu sebesar -0.143 pada tahun 2013 dan 0.306 pada tahun 2014.

Hasil Analisis Regresi

Model regresi linear berganda yang dihasilkan adalah:

Z = 0.136 + 0.0191 CR - 0.00298 ROA + 0.00316 ROE + 0.0108 NPM

Uji-F (ANOVA)

Hipotesis untuk uji-F adalah :

H0 : Model tidak mampu menjelaskan keragaman z-score

H1 : Model mampu menjelaskan keragaman z-score

Dari hasil uji-F diperoleh F-hitung sebesar 6906.74, dengan nilai -p(0,000) < α 5% maka hipotesis H0 ditolak yang artinya model sudah mampu menjelaskan

keragaman dari z-score.

Uji-T (Menguji Pengaruh Masing-Masing Peubah X Terhadap Y)

1. Pengaruh CR terhadap z-score

H0 : CR tidak berpengaruh nyata terhadap z-score

H1 : CR berpengaruh nyata terhadap z-score

Dari hasil uji-t diperoleh nilai p(0,000) < alpha 5% maka H0 ditolak yang

artinya CR berpengaruh nyata terhadap z-score. Nilai koefisien sebesar 0.0190904 artinya kenaikan 1% CR mampu meningkatkan z-score sebesar 0.0190904 satuan.

2. Pengaruh ROA terhadap z-score

H0 : ROA tidak berpengaruh nyata terhadap z-score

H1: ROA berpengaruh nyata terhadap z-score

Dari hasil uji-t diperoleh nilai p(0,047) < alpha 5% maka H0 ditolak yang

artinya ROA berpengaruh nyata terhadap z-score. Nilai koefisien sebesar -0.002976 artinya kenaikan 1% ROA mampu meningkatkan nilai z-score sebesar -0.002976 satuan.

3. Pengaruh ROE terhadap z-score

H0 : ROE tidak berpengaruh nyata terhadap z-score

H1 : ROE berpengaruh nyata terhadap z-score

Dari hasil uji-t diperoleh nilai p(0,001) < alpha 5% maka H0 ditolak yang

artinya ROE berpengaruh nyata terhadap z-score. Nilai koefisien sebesar 0.0031622 artinya kenaikan 1% ROE mampu meningkatkan nilai z-score sebesar 0.0031622 satuan.

4. Pengaruh NPM terhadap z-score

H0 : NPM tidak berpengaruh nyata terhadap z-score

H1 : NPM berpengaruh nyata terhadap z-score

Dari hasil uji-t diperoleh nilai p(0,000) < alpha 5% maka H0 ditolak yang

(31)

19

Uji Asumsi Klasik

1. Uji Heteroskedastisitas

Hipotesis untuk uji heteroskedastisitas adalah : H0 : Homoskedastisitas

H1: Heteroskedastisitas

Hasil dari uji heteroskedastisitas menunjukkan nilai p-value (0,922) > α 5%, maka hipotesis H0 diterima yang artinya asumsi heteroskedastisitas

terpenuhi.

2. Asumsi Autokorelasi

Dari hasil analisis didapat nilai Durbin-Watson statistic sebesar 1.64560. Nilai tabel dari dL adalah 1.3357 dan dU sebesar 1.7200. Nilai DW terletak

diantara dL < DW < dU maka dapat dikatakan DW berada pada daerah

abu-abu/tidak dapat disimpulkan. Karena nilai DW dekat dengan 2, maka secara kasar dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi.

3. Uji Asumsi Multikolinieritas

Berdasarkan uji-klein jika suatu nilai korelasi parsial antar variabel X lebih kecil dari R-square maka tidak ada multikolinieritas. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada multikolinieritas karena nilai korelasi parsial antar variabel X lebih kecil dari R-square (99.9%).

Dari hasil analisis menunjukkan p-value dari CR, ROA, ROE, dan NPM,

lebih kecil dari nilai α (0.05) yang berarti bahwa keempat rasio independen tersebut berpengaruh nyata terhadap z-score (financial distress). Pengaruh positif atau negatif dari masing-masing rasio terhadap fianancial distress dapat dilihat dari konstanta masing-masing rasio. R-squared dari model ini adalah 99.9% yang berarti fianancial distress dapat dijelaskan oleh variabel CR, ROA, ROE, dan NPM sebesar 99.9%.

Variabel CR memiliki nilai p-value 0,000 < α (0.05), maka dapat dikatakan variabel memiliki pengaruh nyata terhadap z-score. CR memiliki koefisien sebesar 0.0190904 yang berarti bahwa CR memiliki pengaruh positif terhadap nilai z-score dan merupakan variabel yang paling berpengaruh dibanding empat variabel lainnya. CR merupakan rasio yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan membayar hutang-hutang jangka pendeknya. CR yang semakin tinggi menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang semakin tinggi dan perusahaan akan semakin jauh dari kondisi financal distress.

(32)

20

masuk dalam penyusutan harta berwujud kelompok dua dan tiga dengan tarif penyusutan 6,25%-12,5% untuk metode garis lurus dan 12,5%-25% untuk metode saldo menurun. Masa manfaat ekonomis yang cepat serta penyusutan yang cukup tinggi membuat aktiva menjadi menurun dan dapat menyebabkan financial distress.

ROE merupakan salah satu variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap z-score dengan p-value 0.001. ROE memiliki koefisien sebesar 0.0031622 yang berarti variabel berpengaruh positif terhadap z-score. Hal ini berarti peningkatan nilai ROE akan meningkatkan nilai z-score dan semakin tinggi nilai z-score maka perusahaan akan semakin jauh dari financial distress. ROE merupakan rasio yang dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dari modal yang ditanamkan yang dapat menguntungkan para pemegang saham. Semakin besar nilai ROE maka semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dan para investor. Keuntungan yang tinggi atas investasi akan membuat investor akan terus menanamkan modalnya sehingga perusahaan menjauh dari kondisi financial distress.

NPM memiliki nilai p-value 0.000 < α (0.05), maka dapat dikatakan NPM memiliki pengaruh nyata terhadap z-score. Koefisien NPM adalah 0.010837 yang berarti variabel memiliki pengaruh yang positif terhadap z-score, jadi jika nilai NPM meningkat maka akan meningkatkan nilai z-score, maka perusahaan akan semakin jauh dari financial distress. NPM merupakan rasio yang dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan. Semakin tinggi nilai NPM berarti semakin tinggi pula keuntungan yang diterima perusahaan.

Implikasi Manajerial

(33)

21 perusahaan transportasi yang disarankan sebagai pilihan investasi karena memiliki kondisi keuangan yang baik dengan tidak pernah mengalami kondisi financial distress.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil analisis financial distress perusahaan transportasi Indonesia menggunakan metode z-score menunjukkan bahwa delapan dari sembilan perusahaan yang dianalisis pernah mengalami financial distress. IATA, TMAS dan ZBRA adalah perusahaan yang selalu mengalami financial distress pada periode 2007-2011. APOL, HITS, RAJA dan SMDR merupakan perusahaan yang mengalami punurunan kondisi keuangan pada periode analisis. CMPP dan MIRA adalah dua dari sembilan perusahaan yang mengalami peningkatan kondisi keuangan di akhir periode. Tahun 2010 merupakan tahun di mana paling banyak perusahaan mengalami fianancial distress karena pada tahun ini banyak perusahaan transportasi yang mendapatkan laba usaha yang rendah sehingga berpengaruh terhadap nilai z-score yang negatif. Hasil dari analisis menggunakan regresi menunjukkan bahwa kondisi financial distress perusahaan dapat dipengaruhi oleh rasio keuangan CR, ROA, ROE, dan NPM. Keempat rasio tersebut menunjukkan hasil yang signifikan atau mempunyai pengaruh nyata terhadap financial distress dengan nilai p-value<0.05 sehingga dapat dikatakan keempat rasio tersebut berpengaruh terhadap financial distress.

Saran

(34)

22

DAFTAR PUSTAKA

Arisudhana D. 2011. Analisis Kebangkrutan Model Altman Z-score dan Springate pada Perusahaan Industri Property [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Budi Luhur.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Transportsi [internet]. [diacu 2013 April 27]. Tersedia dari: http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=2& id_subyek=17.

Departemen Perhubungan. 2013. Jumlah sarana Kereta Api Indonesia. [internet]. [diacu 2013 April 27]. Tersedia dari: http://perkeretaapian.dephub.go.id/ index.php?option=com_content&view=article&id=60&Itemid=61&ffe5d5

88932e0dd5fc957eca7f6225ad=89b113363493fe120df02af7eb930981.

Empel RV. 2012. Analisis Kondisi Financial distress pada Sektor Agrikultur Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Harahap SS. 2004. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada.

Juanda B. 2009. Ekonometrika; Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press.

Juanda B, Junaidi. 2012. Ekonometrika Deret Waktu; Teori dan Aplikasi. Bogor (ID): IPB Press.

Kamaluddin HR. 2003. Ekonomi Transportasi: Karateristik, Teori, dan Kebijakan. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.

Kurniawanti BA. 2012. Analisis Penggunaan Altman Z-score untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011 [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Gunadarma. Prihadi T. 2008. Deteksi Cepat Kondisi Keuangan: 7 Analisis Rasio Keuangan.

Jakarta (ID): PPM.

Prihadi T. 2010. Analisis Laporan Keuangan: Teori dan Aplikasi. Jakarta (DI): PPM.

PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. 2009. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2008 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk.

PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. 2010. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2009 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk.

PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. 2011. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2010 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk.

PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. 2012. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2011 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk.

(35)

23 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Centris Multipersada Pratama Tbk.

PT. Centris Multipersada Pratama Tbk. 2010. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2009 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Centris Multipersada Pratama Tbk.

PT. Centris Multipersada Pratama Tbk. 2011. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2010 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Centris Multipersada Pratama Tbk.

PT. Centris Multipersada Pratama Tbk. 2012. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2011 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Centris Multipersada Pratama Tbk.

PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk. 2009. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2008 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk.

PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk. 2010. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2009 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk.

PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk. 2011. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2010 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk.

PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk. 2012. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2011 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk.

PT. Indonesia Air Transportasion Tbk. 2009. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2008 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Indonesia Air Transportasion Tbk.

PT. Indonesia Air Transportasion Tbk. 2010. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2009 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Indonesia Air Transportasion Tbk.

PT. Indonesia Air Transportasion Tbk. 2011. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2010 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Indonesia Air Transportasion Tbk.

(36)

24

PT. Mitra Rajasa Tbk. 2009. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2008 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Mitra Rajasa Tbk.

PT. Mitra Rajasa Tbk. 2010. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2009 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Mitra Rajasa Tbk.

PT. Mitra Rajasa Tbk. 2011. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2010 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Mitra Rajasa Tbk.

PT. Mitra Rajasa Tbk. 2012. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2011 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Mitra Rajasa Tbk.

PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk. 2009. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2008 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk.

PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk. 2010. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2009 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk.

PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk. 2011. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2010 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk.

PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk. 2012. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2011 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk.

PT. Rukun Raharja Tbk. 2009. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2008 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Rukun Raharja Tbk.

PT. Rukun Raharja Tbk. 2010. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2009 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Rukun Raharja Tbk.

PT. Rukun Raharja Tbk. 2011. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2010 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Rukun Raharja Tbk.

PT. Rukun Raharja Tbk. 2012. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2011 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Rukun Raharja Tbk.

PT. Samudera Indonesia Tbk. 2009. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2008 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Samudera Indonesia Tbk. PT. Samudera Indonesia Tbk. 2010. Laporan keuangan Konsolidasian untuk

(37)

25 PT. Samudera Indonesia Tbk. 2011. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2010 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Samudera Indonesia Tbk. PT. Samudera Indonesia Tbk. 2012. Laporan keuangan Konsolidasian untuk

tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2011 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Samudera Indonesia Tbk. PT. Zebra Nusantara Tbk. 2009. Laporan keuangan Konsolidasian untuk

tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 dan 2008 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Zebra Nusantara Tbk.

PT. Zebra Nusantara Tbk. 2010. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2009 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Zebra Nusantara Tbk.

PT. Zebra Nusantara Tbk. 2011. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009 dan 2010 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Zebra Nusantara Tbk.

PT. Zebra Nusantara Tbk. 2012. Laporan keuangan Konsolidasian untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2011 beserta Laporan Auditor Independen. Jakarta (ID): PT. Zebra Nusantara Tbk.

(38)

26

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 05 Juli 1991. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Harmoko dan Sumarni. Penulis memulai pendidikan di SD Kaliabang Tengah IV Bekasi pada tahun 1997 dan lulus pada tahun 2003, kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Taman Harapan Bekasi dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMAN 10 Bekasi dan lulus pada tahun 2009. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui jalur SNMPTN pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Gambar

Tabel 1  Perkembangan jumlah mobil penumpang dan bis serta perkembangan
Gambar 1  Kerangka pemikiran
Tabel 3  Hasil analisis kondisi financial distress perusahaan transportasi
Gambar 3  Kondisi financial disress perusahaan transportasi sektor laut
+3

Referensi

Dokumen terkait

laporan dan reviu konsep laporan pengendali teknis/pengendali mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b pada Formulir 15 dan Formulir 16 dalam Lampiran

biasa port ini dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut... Pin

Pengungkapan mengenai kontrak asuransi jiwa menurut PSAK No 36 diungkapkan dalam laporan keuangan melalui Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) termasuk kebijakan

kelompok responden relaksasi aromaterapi bunga mawar dari nyeri sedang (skala 5) menjadi nyeri ringan (skala 0,9). 3) Aromaterapi bunga mawar lebih efektif dalam

Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha menumbuhkembangkan anak didik baik jasmani maupun rohani atas dasar ajaran Islam agar menjadi

Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui secara empiris sejauh mana hubungan antara citra tubuh dengan harga diri pada remaja akhir yang mengikuti modem

Rendahnya kualitas pendidikan merupakan masalah pokok yang dihadapi Indonesia saat ini. Pola pembelajaran yang monoton dan menjenuhkan membuat siswa sulit untuk

Sementara anak-anak di negara maju lain bekerja keras untuk bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti sewa tempat tinggal dan makanan, anak muda Jepang