• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan motivasi belajar peserta didik pada program pendidikan Paket C terhadap prestasi belajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Negeri 27 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan motivasi belajar peserta didik pada program pendidikan Paket C terhadap prestasi belajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Negeri 27 Jakarta"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

(PKBM) NEGERI 27 JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Faiza Yonefri NIM : 1110015000072

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

NIM

Jurusan

:FaizaYonefri

:1110015000072.

: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul "Hubungan Motivasi Belajar Peserta

Didik Pada Program Pendidikan Paket

C Terhadap

Prestasi Belajar Di

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Negeri 27 Jakarta" adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen M. Noviadi Nugroho,M.Pd.

Demikian surat pernyataan

iti

saya buat dengan sesungguhnya dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apayang saya tulis.
(3)

PRESTASI

BELAJAR DI

PUSAT

KBGIATAN BELAJAR

MASYARAK,A,T

(PKBM) NEGERI

27

JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh:

Fa,wa Yonefri

NIM : 1110015000072

Mengesahkan:

Pembimbing Skripsi

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

M.N

NuFbho,M.Pd
(4)

Belajar Peserta Didik pada Program Pendidikan Paket C terhadap Prestasi Belajar

Siswa di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Negeri 27 lakarta" yang

disusun oleh:

Nama

NIM

Jurusan

Fakultas

Faiza Yonefri

1 1 10015000072

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiyah yang berhak

untuk diajukan pada sidang munaqasah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

J akarta, 28 Oktober 20 1 4

Yang menyatakan,

Pembimbing Skripsi

(5)

Masyarakat (PKBM) Negeri

27

Jakafia'', disusun oleh Faiza yonefri NIM:

i110015000av2, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan uIN Syarif Flidayatullah ^Iakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah

pada tanggal tr

i

Desember 20T4 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Str (s.pd) dalam bidang pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial.

Jakarta, I I Desember2014

Panitia Uj ian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan pendidikan

Dr. Iwan Purwanto" M.Pd

NIP. 19730424 20080t

t0t2

Sekretaris (Sekretaris Jurusan pendidikan

Drs. S),aripulloh. M.Si NrP. 19670909 200701 1 033

Penguji I

Dr. Ulfah Fajarini. M.Si

NrP. 19670828 199303 2 006 Penguji II

Neng Sri Nuraeni. M.Pd

IPS)

Tanggal

7.:.t.?:.i./f

IPS)

/

&3-/2

2r-t2

M,-24-\a-\4

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

urN sYarif

(6)

skripsi yang berjudul

oolfubungan Motivasi Belajar Peserta Didik

Pada Program Pendidikan paket

c

Terhadap Prestasi Belajar Di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (pKBM) Negeri

27

Jakarta" yang disusun oleh Faiza yonefri,

NIM

1110015000072.

Program studi Pendidikan

IPS,

Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan

Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya

oieh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 28 Oktob er 2014.

Jakarta, 28 Oktober 2014 Dosen Pembimbing Skripsi

M. No

(7)

i

Program Pendidikan Paket C Terhadap Prestasi Belajar Siswa di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Negeri 27 Jakarta. Skripsi program studi Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar peserta didik pada program pendidikan paket C dengan prestasi belajar siswa. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di PKBM Negeri 27 Jakarta 02 Juni – 11 Agustus 2014. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh. Adapun pengambilan sampel berjumlah 40 siswa, dari seluruh siswa kelas XII di PKBM Negeri 27 Jakarta. Instrument penelitian yang diberikan berupa kuesioner untuk motivasi belajar siswa (X) dan prestasi belajar siswa (Y).

Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan korelasi product moment. Dari hasil perhitungan korelasi product moment diperoleh r = 0,925 dan uji signifikansi dengan uji-t sebesar 15,004 dan dikonsultasikan pada tabel ttabel 2,024 pada taraf signifikansi α = 0,05. Karena thitung 15,004 > ttabel 2,024 maka koefisien korelasi signifikan. Dengan demikian terdapat hubungan antara motivasi belajar peserta didik pada program pendidikan paket c terhadap prestasi belajar siswa. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi motivasi siswa terhadap belajar maka semakin baik prestasi belajar siswa.

(8)

ii

program of Paket C toward students’ learning achievement in Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Negeri 27 Jakarta. Skripsi of economic program, department of social science, faculty of tarbiyah and teachers training of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

The purpose of this study is to know the correlation between students’ learning motivation in the program of Paket C Education and students’ learning

achievement. The method used in this study is correlation with quantitative approach. This study is conducted in PKBM Negeri 27 Jakarta on June, 02 – August, 11 2014. The sampling technique used in this sudy is jenuh technique. As for the sampling is totalled 40 students from all XII-grade students in PKBM Negeri 27 Jakarta . the instrument given to the students is in the questionnaires

from the students’ learning motivation (X) and students’ learning achievement.

The technique of analyzing data of this study is the product moment correlation. According to the result of calculating by using product moment, it can be obtained r = 0,925 and the test of significance by using T-test for 15,004 and consult to T-table 2,024 on significance standard α = 0,05. Because of thitung

15,004 > ttabel 2,024 so the coefficience of the correlation is significant. Based on the result of the analyzing data. Thus there is a correlation between students’

learning motivation in the program of Paket C toward students’ learning achievement. It can be concluded that the higher students’ learning motivation is, the better students’ learning achievement will be.

(9)

iii

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Motivasi Belajar Peserta Didik pada Program Pendidikan Paket C Terhadap Prestasi Belajar Siswa di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

Negeri 27 Jakarta” ,walaupun banyak keterbatasan yang dialami penulis.

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial .

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan. Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Ibu Nurlena Rifa’i,

MA, Ph.D serta para pembantu dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta..

(10)

iv

penulisan skripsi ini dengan tepat waktu dan bisa mencapai hasil yang terbaik.

5. Bapak Agus Sukmono selaku Kepala Sekolah Pusat Kegiatan Belajar Masyarat (PKBM) Negeri 27 Jakarta yang memberikan izin dan menerima dengan sangat baik sekaligus membimbing penulis untuk melakukan penelitian di PKBM Negeri 27 Jakarta.

6. Seluruh peserta didik kelas XII Paket C di PKBM Negeri 27 Jakarta yang mau membantu penulis dalam penelitian dengan mengisi angket. Semoga kelak kalian dapat mewujudkan cita-cita yang diinginkan.

7. Papa dan Mama serta nenek yang selalu memberikan doa, semangat, kasih sayang, kesabaran dan pengorbanan baik moril maupun materil yang tak terhingga kepada penulis. Mohon maaf belum dapat memberikan yang terbaik.

8. Kakak (Afif Yonefri) dan adik kecilku (Firly Keysha Yonefri) terima kasih telah memberikan dukungan dan pengertian yang luar biasa kepada penulis. 9. Kawan kawan jurusan pendidikan IPS angkatan 2010, REAKSI, dan

khususnya sahabat-sahabatku dari awal kuliah hingga saat ini LOV (Rizqi Rahayu, Pupuy, Khairina, Ninis, Rizka, Marini, Sari, Nina, Ayu) yang selalu memberikan semangat dalam pengerjaan skripsi ini demi cita-cita untuk bisa lulus bersama serta selalu mengisi hari-hari kuliah dengan canda tawa, pengalaman pertemanan yang luar biasa. Semoga hubungan pertemanan ini akan terus berlanjut sampai kapanpun. I Love You All.

(11)

v

Dalam penyusunan skripsi ini, Penulis juga tidak luput dari berbagai masalah dan menyadari sepenuhnya bahwa Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu dengan senang hati Penulis akan menerima semua saran dan kritik maupun ide-ide yang membangun dari rekan-rekan pembaca. Akhir kata semoga Allah membalas kebaikan mereka yang telah membimbing Penulis dalam membuat skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi Penulis dan pada pembaca umumnya.

Jakarta, 28 Oktober 2014 Wassalam

(12)

vi

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI UJI REFERENSI

ABSTRAK...i

ABSTRACT...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR GAMBAR...xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah...1

B.Identifikasi Masalah...5

C.Pembatasan Masalah...6

D.Perumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian... 6

F. Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A.Kajian Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar ... 8

b. Pengertian Prestasi ... 13

(13)

vii

a. Pengertian Motivasi Belajar...18

b. Fungsi Motivasi Belajar ...20

c. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar ...21

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ...24

e. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar ...26

3. Pendidikan Paket C a. Pengertian Pendidikan ... 28

b. Pengertian Program Paket C ...29

c. Fungsi Program Kejar Paket C ... 32

d. Penyelenggaraan Program Kejar Paket C ... 32

B.Hasil Penelitian yang Relevan... 33

C.Kerangka Berpikir... 35

D.Pengajuan Hipotesis... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian...38

2. Waktu Penelitian... 38

B.Metode Penelitian... 38

C.Populasi ... 39

D.Teknik Pengambilan Sampel ... 39

E. Variabel Penelitian...39

F. Teknik Pengumpulan Data... 40

1. Angket... 40

2. Wawancara... 41

3. Dokumentasi... ....41

(14)

viii

a. Kisi-kisi Instrument Motivasi Belajar...43 b. Pengujian Instrument... 44 2. Variabel Prestasi Belajar Siswa

a. Kisi-kisi Instrument Prestasi Belajar Siswa ...48 b. Pengujian Instrument...50 I. Teknik Analisis Data

1. Persamaan Regresi...54 2. Uji Signifikansi Regresi...55 3. Uji Linieritas Regresi...55 J. Uji Hipotesis Penelitian

1. Koefisien Korelasi...56 2. Uji Keberartian Koefisien Korelasi Uji-t...59 K. Hipotesis Statistik...60

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum PKBM Negeri 27 Jakarta

1. Profil Penyelenggara Paket C PKBM Negeri 27 Jakarta ... 61 a. Identitas Lemabaga ... 61 2. Data tutor paket C setara SMA ... ... 63 3. Peserta Didik dan Peserta Ujian Nasional Program Paket ... 64 a. Jumlah Peserta Didik ... ... 64 b. Peserta Ujian Nasional Program Paket C 2013 dan Lulusan UNPP 2011 dan 2012 ... 64 4. Fasilitas ... 65

(15)

ix

d. Buku dan Alat Pendidikan ...66

e. Kurikulum yang digunakan ... 67

f. Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 67

B. Deskripsi Hasil Penelitian ...67

1. Data Motivasi Belajar Siswa...84

2. Data Prestasi Belajar Siswa ...89

C. Uji Prasyarat Analisis Data 1. Persamaan Regresi...94

2. Uji Signifikansi Regresi... 95

3. Uji Linieritas Regresi...95

D. Uji Hipotesis Penelitian 1. Koefisien Korelasi... 96

2. Uji Koefisien Korelasi dengan Uji-t...102

E. Interpretasi Hasil Penelitian... 103

F. Keterbatasan Penelitian... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 105

B. Saran...106

(16)

x

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 38

Tabel 3.2 Kisi-kisi angket Variabel X... 43

Tabel 3.3 Skor Alternatif Jawaban Responden... 44

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Reliabilitas... 47

Tabel 3.5 Perhitungan Soal Valid dan Drop... 47

Tabel 3.6 Kisi-kisi Variabel Y... 48

Tabel 3.7 Skor Alternatif Jawaban Responden... 50

Tabel 3.8 Interpretasi Nilai Reliabilis... 52

Tabel 3.9 Perhitungan Soal Valid dan Drop... 53

Tabel 3.10 Daftar Analisis Varians Uji Signifikansi dan Galat... 56

Tabel 3.11 Tabel Interpretasi Perhitungan Korelasi ... 57

Tabel 4.1 Identitas Lembaga PKBM ... 61

Tabel 4.2 Daftar Nama Tutor Paket C ... 63

Tabel 4.3 Jumlah Peserta Didik ... 64

Tabel 4.4 Peserta Ujian Nasional 2013 dan Lulusan UNPP 2011,2012... 64

Tabel 4.5 Luas Tanah lembaga ...65

Tabel 4.6 Kondisi Lahan Milik Lembaga... 65

Tabel 4.7 Ruang... 65

Tabel 4.8 Perlengkapan Administrasi dan Pembelajaran...66

Tabel 4.9 Buku dan Alat Pendidikan...66

(17)

xi

Tabel 4.14 Persentase Variabel X Butir 4... 70

Tabel 4.15 Persentase Variabel X Butir 5...71

Tabel 4.16 Persentase Variabel X Butir 6...71

Tabel 4.17 Persentase Variabel X Butir 7... 72

Tabel 4.18 Persentase Variabel X Butir 8... 73

Tabel 4.19 Persentase Variabel X Butir 9...74

Tabel 4.20 Persentase Variabel X Butir 10... 74

Tabel 4.21 Persentase Variabel Y Butir 1... 75

Tabel 4.22 Persentase Variabel Y Butir 2...76

Tabel 4.23 Persentase Variabel Y Butir 3...77

Tabel 4.24 Persentase Variabel Y Butir 4...77

Tabel 4.25 Persentase Variabel Y Butir 5...78

Tabel 4.26 Persentase Variabel Y Butir 6...79

Tabel 4.27 Persentase Variabel Y Butir 7...79

Tabel 4.28 Persentase Variabel Y Butir 8...80

Tabel 4.29 Persentase Variabel Y Butir 9...81

Tabel 4.30 Persentase Variabel Y Butir 10...81

Tabel 4.31 Persentase Variabel Y Butir 11...82

Tabel 4.32 Persentase Variabel Y Butir 12...83

Tabel 4.33 Skoring Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa (Vaariabel X)... .84

Tabel 4.34 Tabel Distribusi Frekuensi...86

(18)

xii

(19)

xiii

(20)

xiv

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Variabel Y ... . 114

Lampiran 3 Perhitungan Validitas Variabel X ... 116

Lampiran 4 Perhitungan Reabilitas Variabel X ...117

Lampiran 5 Perhitungan Validitas Variabel Y ... 118

Lampiran 6 Perhitungan Reabilitas Variabel Y ... 119

Lampiran 7 Hasil Instrumen Angket Variabel X ... 120

Lampiran 8 Hasil Instrumen Angket Variabel Y ... 121

Lampiran 9 Data Variabel X dan Y ... 122

Lampiran 10 Perhitungan Rata, Simpangan Baku, dan Varians X dan Y .... 123

Lampiran 11 Perhitungan Persamaan Regresi ... 124

Lampiran 12 Perhitungan Rata Ŷ ... 125

Lampiran 13 Nilai N Galat ... 126

Lampiran 14 Langkah Perhitungan ... 127

Lampiran 15 Nilai Rapot Responden ... 145

Lampiran 16 Pedoman Wawancara ... 146

Lampiran 17 Hasil Wawancara ... 147 Lampiran 18 Tabel r

Lampiran 19 Surat Izin Melakukan Penelitian Lampiran 20 Surat Pernyataan Penelitian Lampiran 21 Lembar Uji Referensi

(21)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan masalah penting bagi setiap bangsa, karena pendidikan merupakan sarana keberhasilan manusia untuk mampu bersaing. Dibutuhkan perhatian khusus untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia agar menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki potensi yang berkualitas .

Pendidikan menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, penegendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara1.

Dalam pendidikan setiap manusia pasti belajar, baik itu dalam lembaga pendidikan formal, nonformal, maupun informal. Sistem Pendidikan Nasional pasal 13 ayat 1 tentang jalur, jenjang dan jenis pendidikan yaitu: “ Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”.2

Pendidikan formal yang juga disebut sekolah terdiri dari tiga jenjang yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal merupakan lembaga pendidikan yang menjadi pelengkap dari pendidikan formal seperti lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, dan satuan pendidikan lainnya yang sejenis. Sedangkan

(22)

pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan seperti organisasi kepemudaan yang ada di lingkungan masing-masing.3

Pemerintah sendiri sebenarnya sudah banyak mengusahakan agar mutu pendidikan meningkat dan berkembang. Pencantuman anggaran pendidikan 20 persen dari APBN dan APBD dalam UU Sisdiknas, dan segala usaha evaluasi akhir (UN) yang menjadi problematik, dimaksudkan untuk menaikkan mutu pendidikan di Indonesia.4

Salah satu upaya yang telah diwujudkan oleh pemerintah adalah sistem penilaian “evaluasi”. Kebijakan pemerintah mengenai sistem evaluasi yaitu dengan merumuskannya di dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Bab XVI pasal 57 dan 58. Pengertian evaluasi tertuang dalam pasal 1 ayat 21 UU Sisdiknas, bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.5

Namun evaluasi juga menjadi persoalan dalam peningkatan mutu pendidikan. Untuk mengerti mutu suatu sekolah pemerintah pusat mengadakan ujian nasional (UN), akan tetapi UN bukanlah tolak ukur yang baik dalam peningkatan mutu pendidikan, karena proses belajar mengajar sekolah-sekolah di Indonesia tidak sama dan banyak yang sangat berbeda, salah satunya adalah faktor fasilitas dan kualitas guru yang jauh berbeda. Sekolah di Jakarta sudah pasti berbeda dengan sekolah di pelosok Papua, tetapi soal UN dari pemerintah pusat sudah pasti sama di seluruh Indonesia, maka dari itu penggunaan UN untuk menentukan kelulusan siswa kiranya tidak tepat. Dampak dari UN adalah tingkat kelulusan yang rendah, sebab UN hanya mengujikan kemampuan kognitif tanpa melihat intelektualitas peserta didik, seharusnya kemampuan afektif dan psikomotorik peserta didik

3Ibid., h. 12

4 J. Drost, SJ, Dari KBK sampai MBS, (Jakarta, Kompas, 2006), hal x.

(23)

dijadikan pertimbangan dalam menentukan lulus tidaknya peserta didik maka dari itu perlu dilaksanakannya penilaian autentik, yaitu penilaian yang mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. Jadi tingkat prestasi siswa dan kelulusan tidak hanya dilihat dari hasil UN saja.

Beranjak dari masalah rendahnya tingkat kelulusan yang disebabkan penerapan UN, di Indonesia tingkat anak yang putus sekolah sangatlah tinggi, hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi yang dialami oleh keluarga siswa. Sehingga banyak anak yang tidak sekolah ataupun berhenti sekolah sebelum lulus. Tingginya angka putus sekolah pada jalur pendidikan formal setingkat SMA di DKI masih cukup besar. Begitu juga angka tidak sekolah. Tinginya angka putus sekolah pada jalur pendidikan formal setingkat SMA di DKI masih cukup besar. Begitu juga angka tidak sekolah. Dari data Bappeda Jakarta, diperoleh data sebagai berikut: 6.

Tabel 1.1

Angka Putus Sekolah Pendidikan Formal Setingkat SMA di DKI Jakarta

Tahun Angka Putus Sekolah

SMA SMK

2009 2.180 728

2010 1.966 955

Dari Jumlah Total 92.445 35.990

Dalam hal ini pemerintah telah mengantisipasi adanya peserta didik yang tidak lulus ataupun yang putus sekolah. Bagi mereka yang tidak lulus ujian nasional dan putus sekolah sebenarnya telah diatur dalam UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003, Sehingga tidak ada sistem yang memblok orang untuk mendapatkan haknya atas pendidikan. pemerintah telah menyiapkan

6

(24)

kelompok belajar (KEJAR) yaitu, lembaga kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu tergantung pada kebutuhan warga belajar di pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM).7

Peran PKBM memerangi angka putus sekolah sangatlah strategis. Sebab PKBM ( Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) sebagai jalur pendidikan non formal dan informal diselenggarakan. Paket A/B/C adalah program kesetaraan yang diselenggarakan di bawah naungan PKBM. Ujian kesetaraan yang dilakukan PKBM mampu mengurangi angka putus sekolah. Peran pemerintah dalam rangka mengurangi beban putus sekolah sangat besar perhatianya .

Selain itu, pada umumnya peserta didik yang mengikuti program pendidikan paket C memiliki tingkat motivasi yang rendah, menjadi suatu hal yang wajar karena mereka sudah pernah mengalami kegagalan tidak lulus UN ataupun putus sekolah dikarenakan kurangnya kemampuan orang tua untuk melanjutkan sekolah. Dibutuhkan motivasi yang kuat dari dalam diri sendiri maupun dorongan dari luar.

Motivasi belajar adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong yang berasal dari dalam dan luar diri siswa yang mampu memberikan rasa senang dan semangat dalam belajar sehingga siswa mampu mencapai tujuan yang nyata yang ingin dicapai yaitu prestasi belajar yang sangat baik.

Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain, dari guru, orang tua, dan sebagainya. Terkait dua jenis motivasi tersebut, tentunya bermacam-macam cara bisa dilakukan untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.

Dengan adanya motivasi belajar siswa diharapkan dapat memperbaiki cara belajarnya dan dapat menghasilkan prestasi belajar yang diinginkan oleh

(25)

siswa. Sehinggga apa yang menjadi tujuan utama dalam belajar dapat diwujudkan dengan baik dengan usaha dari diri sendiri, guru maupun orang tua.

Pada penelitian ini penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai hubungan antara motivasi belajar peserta didik pada program pendidikan paket C setara jenjang sekolah menengah (SMA/MA) terhadap prestasi belajar siswa di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Negeri 27 Jakarta. Peserta didik yang mengikuti program ini selanjutnya dapat mengikuti Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) yang sertifikat kelulusannya diakui setara dengan ijazah SMA/MA.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis terdorong untuk mengkaji tentang pelaksanaan program Kejar Paket C ditinjau dari perolehan tingkat motivasi belajar dan prestasi belajar peserta didik yag mengikutinya. Untuk itu penulis mengangkat judul ” Hubungan Motivasi Belajar Peserta Didik pada Program Pendidikan Paket C terhadap Prestasi Belajar Siswa di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Negeri 27 Jakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Rendahnya tingkat kelulusan yang disebabkan oleh penerapan UN .

2. Tingginya angka anak putus sekolah disebabkan kurangnya kemampuan ekonomi keluarga.

3. Rendahnya motivasi belajar siswa paket C dikarenakan mereka pernah mengalami kegagalan dalam UN ataupun putus sekolah.

(26)

C. Pembatasan Masalah

Melihat cukup banyaknya permasalahan yang ada. Maka dari itu penulis membatasinya pada masalah : “ Hubungan Motivasi Belajar Peserta Didik pada Program pendidikan Paket C terhadap Prestasi Belajar di PKBM Negeri 27 Jakarta”.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah : “Apakah terdapat hubungan antara motivasi belajar peserta didik pada program pendidikan paket C terhadap prestasi belajar?”.

E. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : “ untuk mengetahui hubungan motivasi belajar peserta didik pada program pendidikan paket C terhadap prestasi belajar”.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terbagi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan motivasi belajar peserta didik pada program pendidikan paket C terhadap prestasi belajar.

(27)

2. Manfaat praktis

Hasil-hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait yaitu :

a. Bagi guru

Memotivasi guru untuk menjadikan masukan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

b. Bagi sekolah

Manfaat bagi sekolah yaitu sekolah dapat menjadi masukan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan prestasi belajar. c. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi bagi semua pihak yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dalam masyarakat.

d. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(28)

8 A.KAJIAN TEORI

1. PRESTASI BELAJAR a. Pengertian Belajar

Dalam kehidupan manusia menjalani proses yang disebut belajar, proses belajar manusia didapat melalui kegiatannya, baik secara sadar ataupun tidak. Dalam menjalankan kehidupan, manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, melalui usaha-usaha yang dilakukannya, manusia akan mendapatkan berbagai pengetahuan dan hal-hal baru. Dari sinilah proses belajar manusia yang disebut proses belajar dari pengalaman.

Dalam kehidupan juga manusia selalu dituntut untuk menjadi yang terbaik dengan cara mendapatkan prestasi, baik prestasi disekolah, prestasi dalam perlombaan ataupun prestasi dalam bidang pekerjaan. Seseorang akan dikatakan berprestasi apabila ia mendapatkan yang terbaik di antara yang lainnya. Seorang anak yang mengikuti lomba misalnya, ia dikatakan berprestasi ketika dia memenangkan lomba tersebut dan menjadi juara atau lain sebagainya.

Dalam mendapatkan suatu prestasi tentunya manusia harus belajar. Seseorang akan mendapatkan prestasi dan menjadi juara karena ia berhasil dalam belajar. Oleh karena itu, agar dapat berprestasi manusia perlu belajar.

(29)

yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu

sendiri dalam interaksi di lingkungan”.1

Pengertian belajar yang cukup komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam

competencies, skills, and attitudes. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara berahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses belajar itu dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan informal, keturutsertaannya dalam pendidikan formal dan/atau pendidikan nonformal. Kemmpuan belajar inilah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.2

Menurut Howard L. Kingskey mengatakan bahwa “learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or

changed through practice or training”. Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.3

Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.4

Ayat Al-Qur’an mengenai belajar yaitu surat Al-Mudjadillah ayat 11:

1 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010). h.2.

2 Udin. S. Wiranataputra, dkk., Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007) cet. 1, h. 15.

3 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) h. 13.

(30)

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:

“Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscahya Allah akan memberi kelapangan untukmu dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan

Dari beberapa pendapat tentang belajar di atas, dapat disimpulakan bahwa suatu proses belajar akan menghasilkan perubahan, baik perubahan pengetahuan, perubahan kemampuan, dan perubahan perilaku, pada diri orang yang belajar.

Dalam hal memahami arti belajar dan esensi perubahan karena belajar, para ahli sependapat atau sekurang-kurangnya terdapat titik temu di antara mereka mengenai hal-hal yang prinsipal. Manifestasi atau perwujudan perilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-perubahan sebagai berikut5: 1. Manifestasi Kebiasaan

Setiap siswa yang telah mengalami proses belajar, kebiasaan-kebiasaannya akan tampak berubah. Menurut Burghardt (1973), kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan/ pengurarangan inilah muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis. Contoh : siswa yang belajar bahasa asing akan berusaha mempraktekan apa yang telah dipelajarinya agar terbiasa dan menjadi tidak kaku dan melatih agar struktur katanya tetap baik dan benar. Jadi, berbahasa dengan cara yang baik dan benar itulah perwujudan perilaku belajar siswa tadi.

(31)

2. Manifestasi Keterampilan

Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olahraga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun keterampilanitu memerlukan koordinasi gerk yang teliti dan kesadaran yang tinggi. Dengan demikian, siswa yang melakukan gerakan motorik dengan koordinasi dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil. 3. Manifestasi Pengamatan

Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera seperti mata dan telinga. Berkat pengalaman belajar seorang siswa akan mampu mencapai pengamatan yang benar obyektif sebelum mencapai pengertian. Pengamatan yang salah akan mengakibatkan timbulnya pengertian yang salah pula. Sebagai contoh: seorang anak yang baru pertama kali mendengarkan radio akan mengira bahwa penyiar benar benar berada dalam kotak bersuara itu. Namun melalui proses belajar, lambat-laun akan diketahuinya bahwa yang ada dalam radio tersebut hanya suaranya, sedangkan penyiarnya berada jauh di studio pemancar.

4. Manifestasi Berpikir Asosiatif dan Daya Ingat

(32)

5. Manifestasi Berpikir Rasional dan Kritis

Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Pada umumnya siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar pengertian dalam

menjawab pertanyaan “ Bagaimana” (how) dan “mengapa”

(why). Dalam berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan, dan bahkan juga menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan ramalan-ramalan.

6. Manifestasi Sikap

Dalam arti yang sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungn mental. sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara yang baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini, perwujudan perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah (lebih maju dan lugas) terhadap suatu obyek, tata nilai, peristiwa, dan sebagainya.

7. Manifestasi Inhibisi

Inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan timbulnya suatu respon tertentu karena adanya proses respons lain yang sedang berlangsung. Dalam hal belajar, yang dimaksud dengan inhibisi ialah kesanggupan siswa untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu, lalu memilih atau melakukan tindakan lainnya yang lebih baik ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya. Kemampuan siswa dalam melakukan inhibisi pada umumnya diperoleh lewat proes belajar. Oleh sebab itu, makna dan perwujudan perilaku belajar seorang siswa akan tampak pula dalam kemampuannya melakukan inhibisi ini. Contoh: seorang siswa yang telah sukses mempelajari bahaya alkohol akan menghindari membeli minuman keras. Sebagai gantinya ia membeli minuman sehat.

8. Manifestasi Apresiasi

(33)

seni musik, seni lukis, drama, dan sebagainya. Tingkat apresiasi seorang siswa terhadap nilai sebuah karya sangat bergantung pada tingkat pengalaman belajarnya. Sebagai contoh, jika seorang siswa telah mengalami proses belajar agama secara mendalam maka tingkat apresiasinya terhadap nilai seni baca Al-Qur’an dan kaligrafi akan mendalam pula. Dengan demikian, pada dasarnya seorang siswa baru akan memiliki apresiasi yang memadai terhadap objek tertentu (misalnya kaligrafi) apabila sebelumnya ia telah mempelajari materi yang berkaitan dengan objek yang dianggap mengandung nilai penting dan indah tersebut.

9. Manifestasi Tingkah Laku Afektif

Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti: takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya, ia juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar. Seorang siswa, misalnya, dapat dianggap sukses secara afektif dalam belajar agama apabila ia telah menyenangi dan menyadari dengan ikhlas kebenaran ajaran agama yang ia pelajari, lalu

menjadikannya sebagai “ sistem nilai diri”. Kemudian, pada

gilirannya ia menjadikan sistem nilai ini sebagai penuntun hidup, baik di kala suka maupun duka.

b. Pengertian Prestasi

Prestasi secara umum adalah “sesuatu yang dapat diukur sesuai

dengan apa yang dibuatnya atau hasil yang diperolehnya dari proses

belajar”. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)”.6

Menurut Muhibbin Syah, “prestasi adalah hasil belajar yang meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa ”.7

Prestasi menurut penulis adalah prestasi peserta didik yang melaksanakan kegiatan belajar, maka dari itu prestasi yang dimaksud

6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),cet.4, h. 895.

(34)

merupakan hasil dari proses belajar mengajar yang diharapakan, baik oleh individu, guru, maupun lingkungan. Prestasi tersebut dapat dilihat melalui hasil tes berupa angka-angka yang terlihat dari raport yang terbentuk dari kegiatan-kegiatan afektif, kognitif, dan psikomotorik maupun perubahan dari siswa yang melaksanakan kegiatan belajar tersebut dalam kegiatannya.

c. Indikator Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dalam proses belajar siswa. Dalam menetapkan indikator prestasi belajar siswa perlu disesuaikan dengan ranah/ jenis prestasi siswa sehingga tepat dalam memberikan evaluasi dalam mencapai indikator prestasi belajar tesebut.

[image:34.595.112.547.155.729.2]

Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur8.

Tabel 2.1

Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi

Ranah/ Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi

A. Ranah Cipta (kognitif) 1. Pengamatan

2. Ingatan

3. Pemahaman

1. Dapat menunjukan; 2. Dapat membandingkan; 3. Dapat menghubungkan 1. Dapat menyebutkan 2. Dapat menunjukkan

kembali

1. Dapat menjelaskan

1. Tes tulis 2. Tes tertulis 3. Observasi

1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi 1. Tes lisan

8

(35)

4. Aplikasi/ Penerapan

5. Analisis

(pemeriksaan dan pemilihan secara teliti)

6. Sintesis (membuat paduan baru dan utuh)

2. Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri 1. Dapat memberikan

contoh

2. Dapat menggunakan secara tepat

1. Dapat menguraikan 2. Dapat

mengklasifikasikan/ memilah-milah

1. Dapat menghubungkan 2. Dapat menyimpulkan 3. Dapat

menggeneralisasikan (membuat prinsip umum)

2. Tes tertulis

1. Tes tertulis 2. Pemberian

tugas 3. Observasi 1. Tes tertulis 2. Pemberian

tugas

1. Tes tertulis 2. Pemberian

tugas

B. Ranah Rasa (Afektif) 1. Penerimaan

2. Sambutan

3. Apesiasi (sikap menghargai)

4. Internalisasi (pendalaman)

1. Menunjukkan sikap menerima

2. Menunjukkan sikap menolak

1. Kesediaan berpartisipasi/ terlibat

2. Kesediaan memanfaatkan

1. Menganggap penting dan bermanfaat

2. Menganggap indah dan harmonis

3. Mengagumi

1. Mengakui dan meyakini 2. Mengingkari

1. Tes tertulis 2. Tes skala

sikap 3. Observasi 1. Tes skala

sikap 2. Pemberian

tugas 3. Observasi 1. Tes skala

penilaian sikap 2. Pemberian

tugas 3. Observasi 1. Tes skala

(36)

5. Karakterisasi (penghayatan)

1. Melembagakan atau meniadakan

2. Menjelmakan dalam pribadi dan pribadi sehari-hari tugas proyektif (yang menyatakan perkiraan atau ramalan) 1. Pemberian tugas ekspresif dan proyektif 2. Observasi C. Ranah Karsa

(Psikomotor) 1. Keterampilan

bergerak dan bertindak

2. Kecakapan ekspresi verbal dan non-verbal

Kecakapan

mengkoordinasikan gerak mat, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya.

1. Kefasihan melafalkan/ mengucapkan

2. Kecakapan membuat mimik dan gerakan jasmani

1. Observasi 2. Tes tindakan

1. Tes lisan 2. Observasi 3. Tes tindakan

d. Proses Berprestasi

Dalam berprestasi terdapat sejumlah proses motivasi yang terlibat didalamnya. Sebelum mengkaji proses-proses tersebut, menurut Santrock, dalam proses berprestasi ada dua faktor yang mempengaruhinya yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

“motivasi intrinsik didasarkan pada faktor internal seperti

determinasi diri, rasa ingin tahu, tantangan dan usaha. Motivasi ekstrinsik, melibatkan intensif eksternal seperti penghargaan dan

hukuman”.9

Apabila diberi kebebasan untuk memilih, para siswa akan lebih termotivasi untuk belajar, menjadi lebih tekun menghadapi tantangan

(37)

yang sesuai dengan keterampilan yang dimiliki, dan menerima penghargaan yang memiliki nilai informatif namun tidak digunakan untuk mengendalikan.

Mc Celland secara terprinci pada teori motivasi berprestasi

menyatakan “motivasi berprestasi bermakna suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas dengan sebaik-baiknyaagar

mencapai prestasi dengan predikat terpuji”.10

Perilaku berprestasi (achivements behaviors) seperti tekun pada tugas yang sulit, bekerja giat dan berusaha keras untuk mencapai penguasaan, dan memilih tugas yang menantang tetapi tidak terlalu sulit. Motivasi dan perilaku berprestasi tidak konstan dalam semua tugas dan situasi. Walaupun hanya membatasi diri dengan prestasi sekolah, tingkat motivasi anak mungkin bervriasi dari satu bidang subjek ke bidang lain atau dari satu periode waktu ke periode berikutnya.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Prestasi Belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor yang berasal dari dirinya (internal) maupun faktor yangberasal dari luar (eksternal). Prestasi belajar yang dicapai sisa pada hakekatnya merupakan hasil interaksi antara dua faktor tersebut.

Secara umum, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:11

a. Faktor Internal, yakni keadaan atau kondisi jamani dan rohani siswa . adapun faktor internal meliputi dua aspek, yaitu:

1. Aspek Fisiologis

Aspek fisiologis meupakan faktor dari kondisi fisik dan kondisi panca indera siswa. Hal ini dapat mempengaruhi semangata dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

10http://harisbahar.blogspot.com/2012/02/motivasi-berprestasi.html diunduh pada tanggal 18 Desember 2014.

(38)

2. Aspek psikologis

Adapun yang termasuk dalam faktor psikologi antara lain minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif.

b. Faktor eksternal, terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental diantaranya sebagai berikut:

1. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: faktor lingkungan alam/ non sosial.

Faktor lingkungan alam/ non sosial seperti keadaan suhu, kelembaban udara, waktu, tempat letak gedung sekolah dan sebagainya.

Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya, akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

2. Faktor instrumental

Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, , sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pengajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar.

2. MOTIVASI BELAJAR

a. Pengertian Motivasi Belajar

“Motivasi adalah suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy) atau suatu keadaan yang komplex (a complex state) dan kesiapsediaan (prepatory set) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik

disadari maupun tidak disadari”.12

Motivasi timbul dan tumbuh berkembang dengan cara datang dari dalam diri itu sendiri (intrinsik) dan datang dari lingkungan (ekstrinsik), maka motivasi apabila didorong oleh kebutuhan seseorang yang ingin kaya misalnya ia akan berusaha mencari kekayaan sebanyak-banyaknya. Begitu pula dalam belajar , jika seorang siswa memiliki tingkat kebutuhan prestasi belajar yang tinggi maka siswa

(39)

tersebut akan berusaha keras untuk mencapai targetnya meskipun penuh tantangan dengan motivasi.

Menurut Sadirman dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar. “Motivasi belajar adalah daya penggerak psikis yang berasal dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan dan pengalaman. Motivasi belajar adalah daya upaya yang mendorong siswa untuk belajar.”13

Menurut Abd Rachman Abror, “motivasi belajar adalah daya penggerak yang mampu membangkitkan gairah, semangat dan rasa senang siswa dalam belajar sehingga siswa tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.14

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong yang berasal dari dalam dan luar diri siswa yang mampu memberikan rasa senang dan semangat dalam belajar sehingga siswa mampu mencapai tujuan yang nyata yang ingin dicapai yaitu prestasi belajar yang sangat baik.

Menurut Brown ada beberapa ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yaitu: di dalam proses belajar mengajar di kelas diantaranya siswa tertarik kepada guru; siswa tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan; siswa mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama pada guru; siswa ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas; siswa ingin identitasnya diakui orang lain; kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri; siswa selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali dan selalu terkontrol oleh lingkungannya.15

Menurut Sudirman ciri-ciri motivasi yang ada pada siswa adalah tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu lama, ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa, tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh,

13 Sadirman, A, M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h. 75.

14 Abd Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara wacana Yogya, 1993), Cet. 4, h. 114.

(40)

lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain, tidak cepat bosan dngan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan apa yang diyakini, senang mencari dan memecahkan masalah.16

Selain ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi dari dalam diri (intrinsik), ada juga yang berasal dari luar yaitu adanya perangsangan yang positif dari orang tua/ guru, ingin dipuji oleh pacarnya atau temannya, ingin mendapat hadiah, takut dimarahi guru, adanya peraturan atau tata tertib sekolah dalam belajar sehingga menjadikan siswa untuk disiplin, adanya variasi metode belajar yang digunakan, adanya sarana prasarana belajar dan dukungan dalam komponen-komponen yang terkait dengan pembelajaran. Dengan demikian siswa akan memiliki motivasi belajar dan mencapai prestasi belajar yang tinggi.

b. Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono fungsi motivasi belajar adalah antara lain:17

1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir. 2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar dengan

membandingkan dengan temannya. 3. Mengarahkan kegiatan belajar. 4. Membesarkan semangat belajar.

5. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan.

Menurut M Ngalim Purwanto, fungsi motivasi belajar yaitu:18

a. Mendorong siswa untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motorik yang melepaskan energi dalam belajar.

b. Menentukan arah perbuatan siswa, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

16Ibid.

(41)

c. Menyeleksi perbuatan siswa, yakni siswa mampu menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

Menurut Cecco, ada empat fungsi motivasi dalam proses belajar mengajar diantaranya:19

1. Membangkitkan (Arousal Function) yaitu mengajak siswa belajar; 2. Harapan (Expectancy Function) yaitu apa yang harus bisa ia

dilakukan setelah berakhirnya pengajaran;

3. Insentif (Incentive Function) yaitu memberikan hadiah pada prestasi yang akan datang.

4. Disiplin (Disciplinary Function) yaitu menggunakan hadiah dan hukuman untuk mengontrol tingkah laku yang menyimpang.

Dari beberapa fungsi yang telah disebutkan oleh para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar memiliki fungsi sebagai pendorong dan penggerak siswa dalam belajar, penentuan arah dari perbuatan yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam belajar, dan untuk membangkitkan semangat belajar siswa.

c. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar apabila ada seorang siswa yang tidak mengerjakan tugas perlu diselidiki sebab-sebabnya. Upaya ini dilakukan untuk memberikan rangsangan supaya siswa mau melaksanakan kegiatan belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsanga agar timbul motivasi yang kuat dalam diri peserta didik. Menurut Sartain, motivasi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

Physiological drive dan social motives, yang dimaksud dengan

physiological drive ialah dorongan-dorongan yang bersifat fisiologis/ jasmaniah seperti lapar, haus, sex, dan sebagainya. Sedangkan social motives ialah dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan manusia yang lain dalam masyarakat seperti dorongan estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik (etika) dan sebagainya.

(42)

Namun demikian para ahli mempunyai kesepakatan bahwa akhirnya motivasi-motivasi itu bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

c. Motivasi Intrinsik

M. Alisuf Sabri mendefinisikan bahwa “motivasi intrinsik

adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang yang berkaitan langsung dengan tujuan belajar.”20

Widodo Supriyono mengatakan bahwa, “motivasi intrinsik adalah dorongan yang timbul dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar”.21

Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik dalam belajar mempunyai tujuan dari belajar itu sendiri, salah satunya adalah memiliki prestasi belajar yang tinggi. Sehingga siswa berusaha belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan juga mempunyai dorongan dan kemauan yang berasal dari dalam diri siswa, bukan karena paksaan ataupun hal-hal lainnya. Sebagai contoh seorang siswa mempelajari kembali pelajaran yang telah diajarkan disekolah, tanpa perlu ada yang menyuruh ataupun mendorongnya.

Motivasi ini mengacu kepada faktor dari dalam diri anak. Anak yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang terdidik. Untuk membangkitkan motivasi intrinsik pada anak dapat ditempuh dengan jalan seperti guru merangsang motivasi intrinsiksiswa dengan menanyakan kembali apa yang menjadi cita-cita siswa, apa yang dibutuhkan siswa tersebut dalam mencapai cita-citanya dan sebagainya hingga motivasi intrinsik siswa akan timbul dengan sendirinya.

(43)

d. Motivasi Ekstrinsik

Menurut.M. Alisuf Sabri, “mendefinisikan bahwa motivasi ekstrinsik adalah bentuk motivasi yang berasal dari luar yang tidak secara langsung berkaitan dengan aktivitas belajar, seperti karena takut kepada guru, ingin memperoleh hadiah dan sebagainya”.22

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, “definisi dari motivasi ekstrinsik adalah bentuk motivasi yang berasal dari luar diri siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar”.23

Pada orang yang memiliki tingkat motivasi intrinsiknya lemah, justru motivasi ekstrinsik ini sangat diperlukan. Motivasi ekstrinsik yang diberikan secara tepat justru secara perlahan dapat menanamkan motivasi intrinsik untuk belajar manakala belajar yang direkayasa dengan motivasi ekstrinsik tersebut telah menjadi kebiasaan bagi pembelajar.

Untuk dapat membangkitkan motivasi belajar anak, guru hendaknya berusaha dengan berbagai cara. Berikut ini ada beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam rangka menumbuhkan motivasi intrinsik antara lain:

I. Pujian II. Hadiah III. Hukuman

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu. Misalnya seorang anak mau belajar karena apabila nilainya bagus akan dibelikan sepeda baru oleh ibunya.

22 Sabri. loc. cit.

(44)

Jika guru menghadapi siswa yang belum memiliki motivasi belajar yang baik, baiknya guru berpegang teguh pada motivasi ekstinsik dengan menggunakan penguat berupa hukuman ataupun hadiah. Guru sebagai pendidik bertugas untuk memperkuat motivasi belajar siswa dengan melakukan tindakan mendidik seperti memberi hadiah, memuji, menegur, menghukum, atau memberi nasehat. Tindakan tersebut dapat menguatkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Kebanyakan siswa tertarik belajar karena ingin memperoleh hadiah atau menghindari hukuman.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua bentuk belajar dan cara yang dapat dilakukan dalam menumbuhkan motivasi belajar pada siswa agar hasil belajar yang diperoleh menjadi lebih baik.

Kuat lemahnya motivasi belajar siswa turut mempengaruhi keberhasilannya. Karena motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri, dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:24

a. Cita-cita/ aspirasi siswa

Setiap manusia senantiasa mempunyai cita-cita atau aspirasi tertentu dalam hidupnya. Cita-cita atau aspirasi itu senantiasa diperjuangkan meskipun rintangan yang akan dihadapi sangat banyak. Oleh karena itu, cita-cita sangat mempengaruhi terhadap motivasi belajar seseorang.

b. Kemampuan siswa

Kemampuan yang dimiliki oleh setiap manusia tidaklah sama, begitu pula dengan siswa, seperti siswa yang memiliki motivasi belajar rendah pada pelajaran tertentu disebabkan karena siswa yang bersangkutan memiliki kemampuan belajar yang rendah.

c. Kondisi siswa

Kondisi siswa dibedakan atas kondisi fisik dan kondisi psikologisnya. Jika kondisi fisik siswa dalam keadaan lelah maka

(45)

umumnya motivasi belajar siswa akan menurun, begitu pula sebaliknya jika kondisi siswa dalam keadaan sehat maka motivasi belajar siswa akan tinggi. Ditinjau dari kondisi psikologis, jika siswa dalam kondisi stress maka umumnya siswa sulit untuk berkonsentrasi sehingga siswa merasa terpaksa dan tidak memiliki motivasi belajar.

d. Kondisi lingkungan siswa

Lingkungan belajar siswa digolongkan menjadi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik merupakan tempat dimana siswa tersebut belajar, jika kondisi tempat belajarnya rapi dan nyaman maka pada umumnya siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Lingkungan sosial merupakan tempat di mana siswa beinteraksi dengan orang lain, misalnya siswa tersebut bergaul dalam lingkungan yang kurang memperhatikan pendidikan/belajar maka siswa tersebut secara tidak langsung akan terpengaruh dalam kondisi tersebut.

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar

Ada beberapa unsur dinamis yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, di antaranya:

1. Motivasi dan upaya memotivasi siswa untuk belajar. 2. Bahan belajar dan upaya penyediaannya.

3. Alat bantu belajar dan upaya penyediaannya. 4. Suasana belajar dan upaya pengembangannya.

5. Kondisi subyek belajar dan upaya penyiapan dan peneguhannya. f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa

Upaya guru dalam mengajar siswa sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Misalnya, guru yang mengajar di kelas dengan penuh semangat dan ceria maka siswa akan termotivasi dalam mengikuti belajar dikelas. Maka dari itu, seorang guru dituntut untuk mampu kreatif dalam menciptakan suasana belajar yang baik.

Selain itu, motivasi belajar juga dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain:

a. Siswa yang mengalami kegagalan dalam memecahkan permasalahan atau kurang mampu memahami suatu materi pelajaran.

b. Siswa merasa tidak nyaman dengan kondisi belajar di kelas, misalnya terlalu lama duduk pada saat belajar di kelas, merasa jenuh ketika guru memberikan pelajaran karena kurangnya media dan metode yang digunakan guru dalam mengajar.

(46)

mengerti materi pelajaran ini. Hal ini dapat mematahkan semangat belajar siswa tersebut.

d. Kurangnya kemampuan guru dalam membuat soal-soal tes atau ulangan, misalnya soal yang dibuat terlalu sulit atau belum pernah diajarkan sehingga siswa tidak dapat mengerjakannya dan soal terlalu mudah sehingga siswa menganggap remeh soal tersebut yang menyebabkan siswa tidak perlu mengulang pelajarannya kembali. e. Guru yang menganggap tingkat kemampuan seluruh siswa sama

sehingga siswa yang tingkat kemampuannya rendah harus berusaha mengimbangi siswa yang kemampuannya tinggi tanpa mendapatkan bimbingan belajar yang intensif dari guru.

f. Siswa yang tidak menyukai pelajaran ataupun guru yang mengajarnya.

g. Guru yang kurang memberikan apresiasi kepada siswa yang telah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik atau siswa yang telah memahami materi tersebut.

e. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Motivasi belajar bersifat tidak tetap, terkadang meningkat dan terkadang menurun. Motivasi belajar sebaiknya dapat stabil pada tingkat yang baik, hal ini memerlukan upaya-upaya dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa. “Upaya-upaya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di antaranya menggairahkan siswa dalam belajar, memberikan harapan yang realistis; memberikan

insentif; memberikan pengarahan.”25

Hal yang sama dijelaskan oleh Martinis Yamin bahwa ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

(47)

Adapun upaya yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa antara lain:26

a. Belajar melalui model, di mana siswa meniru perilaku orang lain dengan belajar melalui pengalaman orang lain yang berhasil maupun yang gagal.

b. Belajar kebermaknaan, yakni cara belajar memotivasi siswa melalui materi yang disampaikan mengandung makna tertentu bagi siswa. c. Melakukan interaksi, yakni adanya komunikasi yang baik antara

guru dengan siswa dalam pembelajaran.

d. Penyajian yang menarik, yakni seorang guru harus mampu menyajikan informasi secara menarik bagi siswanya.

e. Temu tokoh, yakn pihak sekolah mengundang tokoh-tokoh yang mampu berhasil dalam bidangnya guna belajar bagaimana perjuangan dari tokoh tersebut.

f. Mengulangi kesimpulan materi, yakni guru melakukan umpan balik kepada siswa dari penjelasan materi yang telah diberikan sebelumnya.

g. Mengadakan wisata alam.

Dari uraian di atas maka ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitakan dan meningkatkan motivasi belajar siswa yakni dengan mengembangkan cita-cita siswa, menyajikan materi pelajaran dengan menarik, menggunakan kemampuan yang dimiliki siswa atau melibatkan siswa dan aktif dalam pembelajaran dan sebagainya.

Selain itu, upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dapat pula melalui:

a. Guru memberikan angka atau nilai hasil belajar yang baik kepada siswa yang memang memiliki kemauan dalam belajar yang baik sehingga siswa merasa termotivasi untuk selalu meningkatkan prestasi belajarnya.

b. Dengan memberikan pujian atau hadiah kepada siswa atas prestasi yang dicapainya. Hal ini dapat membangkitkan motivasi yang besar bagi siswa.

(48)

c. Menumbuhkan kesadaran siswa untuk mencapai prestasi belajar yang baik sehingga siswa akan belajar dengan giat untuk mencapai kegiatan yang dicita-citakan.

d. Merangsang siswa untuk aktif dalam pembelajaran dikelas, misalnya guru memberikan pertanyaan terkait dengan masalah yang sedang terjadi saat ini. Hal ini dapat merangsang siswa untuk aktif dalam memberikan pendapat atau solusi.

e. Dalam mengajar di kelas guru menggunakan media-media pengajaran yang dapat menarik siswa untuk memperhatikan pelajaran yag disampaikan.

f. Menggunakan metode belajar yang bervariatif, misalnya memberikan permainan yang terkait dengan materi atau pokok bahasan yang akan diberikan sehingga siswa merasa terlibat langsung dalam pembelajaran.

3. PENDIDIKAN PAKET C a. Pengertian Pendidikan

Menurut Plato, “pendidikan adalah membantu perkembangan

masing-masing dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang

memungkinkan tercapainya kesempurnaan”.27

John Stuart Mill (filosof inggris, 1806-1873 m) menjabarkan bahwa, pendidikan itu meliputi segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya atau yang dikerjakan oleh orang lain untuk dia, dengan tujuan mendekatkan dia kepada tingkat kesempurnaan.

H. Horne, menjelaskan bahwa “pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas

(49)

dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia”.28

John Dewey, mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan sosial. proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok di mana dia hidup.29

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses pembelajaran yang didapat oleh setiap manusia agar dapat memahami, mengerti, dan berpikir lebih kritis.

b. Pengertian Program Kejar Paket C

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional, Kelompok Belajar termasuk dalam kategori pendidikan nonformal Kelompok Belajar (yang lebih dikenal dengan singkatan Kejar) merupakan suatu kelompok yang anggotanya terdiri atas anak usia sekolah maupun anak yang lewat usia sekolahnya, tetapi masih diberi kesempatan untuk belajar.30 Hal ini dikarenakan, pemerintah telah menghimpun dalam suatu gerakan yang mewajibkan setiap orang menjadi orang terpelajar melalui gerakan wajib belajar.

Sebagaimana menurut Abdul Rajak Husain yang dikutip dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 73 Tahun 1991 Tanggal 31 Desember 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah

“Kelompok belajar ialah satuan pendidikan luar sekolah yang terdiri

atas sekumpulan warga masyarakat yang saling membelajarkan pengalaman dan kemampuan dalam rangka meningkatkan mutu dan

28http://ahmadarib.com/definisi-dan-pengertian-pendidikan-menurut -para-tokoh-ahli.html diunduh pada tanggal 25 Februari 2014

29http://indoopustaka.com/tag/pengertian-pengantar-pendidikan-menurut-para-ahli.html diunduh pada tanggal 19 desember 2013

(50)

taraf kehidupan.”31

Sedangkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 132/U/2004 tentang Program Paket

C “Kelompok belajar adalah sekumpulan peserta didik yang melakukan kegiatan pembelajaran.”32

Program berarti kegiatan yang diselenggarakan oleh perorangan, lembaga, institusi dengan dukungan sarana dan prasarana yang diorganisasi dan dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.33

Ada dua pengertian untuk istilah program, yaitu pengertian secara khusus dan umum. Menurut pengertian secara umum, program dapat diartikan sebagai “rencana”. Jika seorang siswa ditanya oleh guru, apa programnya sesudah lulus dalam menyelesaikan pendidikan di sekolah

yang diikuti maka arti “program” dalam kalimat tersebut adalah rencana

atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan setelah lulus. Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan program, yaitu (1) realisasi atau implementasi suatu kebijakan, (2) terjadi dalam waktu relatif lama - bukan kegiatan tunggal tetapi jamak-berkesinambungan, dan (3) terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan. Oleh karena itu, sebuah program dapat berlangsung dalam kurun waktu relatif lama. Pengertian program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan, maka program merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Pelaksanaan

31 Abdul Rajak Husain, Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional Berpacu Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (Solo: CV. Aneka, 1995), h. 121.

32Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 132/U/2004 tentang Program Paket C (Jakarta: CV. Tamita Utama, 2006), hlm. 160.

(51)

program selalu terjadi di dalam sebuah organisasi yang artinya harus melibatkan sekelompok orang. Pengertian program yang dikemukakan di atas adalah pengertian secara umum.

Program Kejar Paket C merupakan lingkup dari Pendidikan Luar Sekolah, di mana institusi atau lembaga ini berorientasi untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia melalui jalur pendidikan nonformal. Sedangkan lingkup Pendidikan Luar Sekolah tersebut meliputi pertama, pendidikan anak usia dini yang dilakukan melalui kelompok bermain dan taman penitipan anak. Kedua, pendidikan keaksaraan yang merupakan garapan utama program keaksaran fungsional. Ketiga, pendidikan kesetaraan yang dilakukan melalui program Paket A setara SD, paket B setara SMP, dan paket C setara SMA. Keempat, pendidikan kecakapan hidup yang menjadi bidang garapan program Kelompok Belajar Usaha (KBU), kursus-kursus, pelatihan keterampilan, magang, dan sanggar, Kelima, pendidikan kepemudaan. Keenam, pendidikan atau pemberdayaan perempuan. Ketujuh, pendidikan orang usia lanjut.

(52)

Menurut Keputusan Menteri No 132/U/2004 tentang Program Paket C pengertian Program Paket C adalah bentuk layanan pendidikan menengah yang setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA), yang berada pada jalur pendidikan nonformal. Program paket C yang selama ini hanya diperuntukkan bagi anak-anak putus sekolah, dimanfaatkan oleh Departemen Pendidikan Nasional sebagai alternatif bagi mereka yang tidak lulus Ujian Nasional untuk mengikuti pelajaran remedial yang selanjutnya dapat mengikuti ujian kesetaraan yang dilaksanakan oleh pemerintah.34

c. Fungsi Program Kejar Paket C

Program paket C berfungsi sebagai pelayanan kegiatan pembelajaran bagi warga masyarakat yang ingin memperoleh pengakuan pendidikan setara SMA atau MA melalui jalur pendidikan nonformal.

d. Penyelenggaraan Program Kejar Paket C

Program paket C dapat diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah d

Gambar

Tabel 2.1 Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-kisi angket variabel X
Tabel 3.3 Skor Alternatif Jawaban Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

In decode mode, the CS92288 accepts MPEG transport, program and audio/video elementary bit streams.. The OSD feature supports both text and 2-bit, 4-bit, and 8-bit graphics

Kaitkan salah satu uang kertas pada ujung lidi dengan menggunakan kawat atau isolasi, dan lilit dengan isolasi bunga.. Dibawahnya kaitkan daun uang yang kedua di

Sawijine wacana utawa teks nduweni koheren utawa ora karo perangan liyane ing wacana, ora amarga sesambungane perangan siji karo perangan liyane, nanging

• Model-driven development – a system development strategy that emphasizes the drawing of system models to help visualize and analyze problems, define business requirements,

 Represent independent ideas independently in code  Represent relationships among ideas directly in code  Combine ideas expressed in code freely.  where and only

Nilai estetis juga dapat dirumuskan sebagai tolak ukur yang digunakan subjek untuk menentukan sifat menarik atau ketidakmenarikan pada suatu objek... Karena nilai

The Influence of Firdaus’ Experiences with Men on Her Perception Towards Men as Reflected in Nawal El Saadawi’s Woman at Point Zero.. Yogyakarta: Faculty of Teachers Training

Kerangka pemikiran dari skripsi ini adalah bahwa Tidak diragukan lagi, teknologi internet yang serba digital ini dapat berfungsi sebagai ajang promosi strategis yang