• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT

O L E H

NAMA : Isa Adelia Sembiring NIM : 092600096

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas Berkat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini untuk

memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program Studi D-III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan judul

“Tingkat Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat”.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dalam susunan kata, kalimat maupun pembahasannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun atas tugas akhir saya ini kearah yang lebih baik.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, bimbingan, serta doa sehingga tugas akhir ini dapat selesai dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(3)

3. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekertaris Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh staff pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Afrizal Pasaribu, S.Sos, Korbi Siburian, dan Indra Efendi Rangkuti, S.Sos. 5. Bapak Drs. Robinson Sembiring, M.Si selaku Dosen Pembimbingku, yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas akhir ini.

6. Bang Mukmin yang telah memberikan konsep, serta memberikan data-data yang penulis butuhkan sampai tugas akhir ini selesai.

7. Teristimewa kepada Bapakku Lanjutta Sembiring Berahmana, Mamiku Riawati Br Karo Sekali, SH, yang telah banyak memberikan dukungan moral maupun material serta doa kepada penulis.

8. Buat kakakku tercinta Vonny May Lova, S.Pd, serta adik-adikku tercinta Melisa Brahmana dan Dumina Karina Sembiring, buat impalku Bang Dav dan Bang Andy yang selalu mendukung penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini.

9. Teman-teman satu angkatan, khususnya kepada Sylvia, Deswelly, Nelliana, dan Lidia terima kasih buat kebersamaan kalian selama di perkuliahan.Buat Raymond Gultom terima kasih atas dukungannya untuk tidak menunda-nunda waktu.

(4)

11.Buat teman-teman yang lain penulis tidak dapat sebutkan satu-persatu namanya, khususnya anak-anak stambuk ’09 terima kasih atas kebersamaan kalian.

12.Kepada Bapak Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dan seluruh Staff Subbagian Umum terutama kepada Kepala Subbagian Umum yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan PKLM di KPP Pratama Medan Barat.

Penulis juga memohon maaf apabila ada kata-kata atau penulisan yang kurang dalam Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini.

Demikianlah yang dapat disampaikan dan penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak di KPP Pratama Medan Barat atas kerjasama yang baik serta dukungan serta doa kepada penulis.

Medan, Juli 2012

Penulis,

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan ... 2

C. Uraian Teoritis ... 4

1. Defenisi Pajak ... 4

2. Pengelompokan Pajak ... 6

3. Fungsi Pajak ... 7

4. Syarat Pemungutan Pajak ... 7

5. Asas Pemungutan Pajak ... 8

6. Sistem Pemungutan Pajak ... 9

7. Jenis Surat Pemberitahuan ... 10

8. Tingkat Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa ... 10

D. Ruang Lingkup ... 11

E. Metode PKLM ... 12

F. Metode Pengumpulan Data ... 13

(6)

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ... 16

B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat ... 18

C. Tugas dan Kegiatan Pegawai KPP Medan Barat ... 19

1. Bidang Kerja dan Fungsi Organisasi Instansi ... 19

2. Pembagian Tugas dan Wewenang Masing-masing Seksi ... 20

D. Jumlah Direksi KPP Pratama Medan Barat ... 24

E. Kode Etik Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ... 28

F. Kewajiban dan Larangan Pegawai KPP Medan Barat ... 28

1. Kewajiban Pegawai KPP Pratama Medan Barat ... 28

2. Larangan Pegawai KPP Pratama Medan Barat ... 29

G. Bagan Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Pengertian Umum Perpajakan ... 30

1. Pengertian Pajak ... 30

2. Pengertian Pajak Penghasilan ... 31

B. Dasar Hukum Surat Pemberitahuan Masa ... 31

C. Sistem Pemungutan Pajak ... 33

D. Surat Pemberitahuan (SPT) ... 34

1. Pengisian Surat Pemberitahuan Masa (SPT) ... 34

(7)

3. Macam-Macam Surat Pemberitahuan ... 35

4. SPT Masa PPh OP ... 35

5. Cara Mendapatkan/Memperoleh Formulir Surat Pemberitahuan ... 37

6. Tata Cara Pengisian Surat Pemberitahuan ... 37

7. Prosedur Penyelesaian Surat Pemberitahuan ... 37

8. Tempat Penyampaian Surat Pemberitahuan ... 39

9. Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan ... 39

10.Surat Pemberitahuan Dianggap Tidak Sah ... 40

11.Sanksi Keterlambatan Penyampain Surat Pemberitahuan ... 40

12.Sanksi Keterlambatan Surat Pemberitahuan ... 40

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI A. Pengertian Kepatuhan ... 42

B. Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT Masa PPh OP Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat... 44

C. Persentase Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 45

D. Tingkat Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan ... 47

E. Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Melaporkan SPT Masa PPh OP ... 49

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 52 B. Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Pajak merupakan sumber utama penerimaan Negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan Negara tidak dapat dilaksanakan. Diantara sekian banyak pajak yang dipungut oleh Pemerintah salah satunya adalah pajak penghasilan. Pajak penghasilan ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen Keuangan.

Pajak penghasilan merupakan sumber penerimaan Negara yang pemungutannya berazaskan peradilan dengan arti bahwa adanya kesamaan dan pemerataan beban pajak yang harus dibayar oleh masyarakat yang telah memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak.

(10)

Pemerintah juga sudah sering mengadakan penyuluhan mengenai pelaporan SPT tersebut agar masyarakat yang merupakan Wajib Pajak dengan kesadarannya melaporkan SPT pajak penghasilannya.

Namun, masih banyak masyarakat yang merupakan Wajib Pajak yang tidak melaporkan SPT-nya, khususnya SPT Masa ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan.

Dengan Latar Belakang tersebut penulis tertarik untuk membuat sebuah laporan dengan judul : “Tingkat Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat”

B. Tujuan dan Manfaat Praktek Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM) 1. Tujuan Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan PKLM adalah:

1.1Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Masa (SPT Masa) di KPP Medan Barat;

1.2Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan Masa-nya di KPP Pratama Medan Barat;

(11)

2. Manfaat Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktek kerja lapangan mandiri bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya adalah :

2.1. Bagi Mahasiswa

a. Menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang perpajakan;

b. Dapat meningkatkan kedisiplinan dan profesionalitas serta rasa tanggung jawab yang akan dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja;

c. Mendorong mahasiswa untuk lebih mengembangkan kemampuan berfikir serta menerapkan teori-teori yang telah diperoleh di perkuliahan.

2.2. Bagi Program Studi Diploma Administrasi Perpajakan USU

a. Mempererat hubungan kerjasama Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan Instansi Pemerintah khususnya KPP Pratama Medan Barat;

b. Mempromosikan sumber daya manusia khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara;

(12)

2.3. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

a. Membina hubungan baik dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara; b. Dapat mempromosikan citra KPP Pratama Medan Barat kepada masyarakat; c. Dengan dilaksanakan praktik kerja lapangan mandiri, mahasiswa dapat

memberikan kritik dan saran untuk memperbaiki sistem pelayanan di KPP Pratama Medan Barat.

C. Uraian Teoritis 1. Defenisi Pajak

Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan No.16 Tahun 2009, pajak adalah konstribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Para ahli dalam bidang perpajakan memberikan pengertian yang berbeda-beda tentang pengertian pajak.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH :

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontrapretasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan dapat digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

(13)

Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang

ditetapkan penerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.

Dari defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur : 1.1 pajak dapat dipaksakan pemungutannya;

1.2 membayar pajak tidak mendapatkan kontrapretasi/timbal balik secara langsung;

1.3 pajak dipungut oleh Negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah;

1.4 pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara.

2. Pengelompokan Pajak 2.1Menurut Golongannya

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, misalnya Pajak Penghasilan (PPh).

(14)

2.2Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjek pajak, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak, misalnya Pajak Penghasilan (PPh).

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak, misalnya Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

2.3Menurut Lembaga Pemungutannya

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, misalnya PPh, PPnBM, PBB, dan Bea Materai.

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri atas: • Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor;

• Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, dll.

3. Fungsi Pajak

(15)

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

3.2Fungsi Regularend (Pengatur) untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

4. Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut :

4.1Adil

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan pajak diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan wajib pajak.

4.2Yuridis

Pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23A hal ini memberikan jaminan hukum yang menyatakan keadilan, baik bagi Negara maupun warganya.

4.3Ekonomis

Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.

4.4Finansial

(16)

4.5Sederhana

Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

5. Asas Pemungutan Pajak

5.1Asal Domisili (Asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang

bertempat di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.

5.2Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

5.3Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. 6. Sistem Pemungutan Pajak

6.1Official assessment system

yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak.

6.2Self assessment system

yaitu suatu system pemungutan pajak yang member wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

(17)

yaitu suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

7. Jenis SPT (Surat Pemberitahuan)

Dalam pasal 3 ayat 1, pajak dilaporkan dengan menggunakan Surat

Pemberitahuan (SPT), SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk : 7.1 Melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak;

7.2 Melaporkan objek pajak dan/atau bukan objek pajak; 7.3 Melaporkan harta dan kewajiban.

Terdapat 2 macam SPT yaitu :

a. Surat Pemberitahuan (SPT) Masa : SPT untuk suatu masa pajak (dilaporkan setiap tanggal 20 setelah saat terutangnya pajak atau masa pajak berakhir).

b. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan : SPT untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak, dilaporkan paling lambat akhir bulan ketiga setelah tahun pajak berakhir untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan paling lambat akhir bulan keempat setelah tahun pajak berakhir untuk Wajib Pajak Badan.

8. Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT Masa

(18)

Adapun tingkat kepatuhan dibutuhkan agar Kantor Pelayanan Pajak tahu seberapa besar pencapaian target pertahunnya dan juga untuk mengetahui wajib pajak yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagai objek pajak khususnya dalam melaporkan SPT Masanya

Untuk itu Kantor Pelayanan Pajak harus mengetahui seberapa banyak wajib pajak yang terdaftar di KPP-nya dan seberapa banyak yang patuh terhadap kewajibannya untuk melaporkan SPT Masa-nya. Sehingga KPP tahu seberapa banyak persentasi kepatuhan dan cara-cara menyiasati jika terdapat wajib pajak yang tidak patuh.

Jika diketahui persentasi tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masanya lebih tinggi, maka Kantor Pelayanan Pajak berhasil dalam menjalankan programnya untuk meningkatkan pendapatan negara, dan jika tingkat pelaporan SPT Masanya rendah, maka Kantor Pelayanan Pajak harus mencari siasat lain untuk

meningkatkan pendapatan negara.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Yang menjadi ruang lingkup penulis dalam Laporan Kerja Lapangan Mandiri adalah :

1. Wajib Pajak berusaha menghindari dari kewajibannya dan tidak mempunyai kesadaran untuk melaporkan SPT Masa-nya.

(19)

E. Metode Praktik kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk memperoleh dan mengumpulkan data dan informasi sesuai metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini, penulis melakukan persiapan yang dimulai dari pengajuan judul dan menentukan tempat Praktik kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dan mencari, mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal dan melakukan konsultasi dengan dosen yang bersangkutan.

2. Studi Literatur

Pada tahap ini, penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka, seperti undang-undang perpajakan, buku-buku dan peraturan yang membahas tentang perpajakan

3. Observasi Lapangan

Pada bagian ini, penulis melakukan observasi lapangan di Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat untuk mengamati bagaimana tingkat kepatuhan pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

4. Pengumpulan Data

Merupakan kegiatan pengumpulan data serta informasi yang berkenaan dengan judul. Adapun data-data yaag digunakan ada dua jenis yaitu :

(20)

yaitu merupakan pegumpulan data yang langsung diambil dan berasal dari objek bersangkutan (KPP Pratama Medan Barat).

4.2Data sekunder

yaitu merupakan pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data buku-buku atau undang-undang perpajakan.

5. Analisa dan Evaluasi

Setelah data yang diperlukan telah terkumpul secara lengkap, penulis melakukan analisa dan evaluasi sehingga mencapai suatu tujuan.

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam PKLM ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara (Interview)

Dengan cara melakukan komunikasi dan tanya jawab langsung terhadap pihak KPP Pratama Medan Barat yang dianggap mampu memberikan masukan data dan informasi bagi penyusunan laporan ini.

2. Daftar observasi

Yaitu dengn melakukan pengamatan langsung ke lapangan pada KPP Medan Barat terhadap struktur organisasi KPP itu sendiri.

3. Daftar dokumentasi

(21)

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Adapun yang menjadi sistematika dalam laporan PKLM ini terdiri dari : BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini, penulis membahas tentang latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode pengumpulan data PKLM dan sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA

LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini penulis membahas tentang sejarah, struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, tugas dan kegiatan yang dilakukan Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, kode etik pegawai, kewajiban dan larangan pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

BAB III :GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini penulis membahas tentang pengertian umum perpajakan tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Barat.

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

(22)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini berisi kesimpulan atas pembahasan dan saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan khususnya KPP Pratama Medan Barat dan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

(23)

GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu masih ada dua kantor inspeksi pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan NO. 276/KMK/01/1989 tanggal 25 maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jendral Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya Menjadi kantor Pelayanan Pajak sehingga sejak April 1989 Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara diganti namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara.

Kemudian untuk menetapkan pelayanan yang akan diberikan pemerintah kepada masyarakat umum, khususnya kepada Wajib Pajak pada tanggal 29 Maret 1994 dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan NO. 94/KMK/1994 terhitung mulai tanggal 1 April 1994 Kantor Pelayanan Pajak di Medan dirubah menjadi 4 kantor yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, Jl Asrama No.7 Medan. 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, Jl Diponegoro No.30 Medan 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara, Jl Sukamulia No.17A Medan. 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai, Jl Binjai No.7

(24)

2. Kecamatan Medan Helvetia 3. Kecamatan Medan Sunggal 4. Kecamatan Medan Petisah

PENG-04/WPJ.01/2008 tanggal 26 Mei 2008 dari Kanwil DJP Sumatera Utara I, KPP Medan Barat dipecah menjadi KPP Pratama Medan Petisah dan KPP Pratama Medan Barat yang mulai berlaku sejak 27 Mei 2008. Masa ini lebih dikenal dengan sebutan masa reformasi pajak. Dan wilayah kerja KPP Pratama Medan Barat adalah Kecamatan Medan Barat.

Adapun VISI dari KPP Pratama Medan Barat adalah menjadi palayan masyarakat yang profesional dengan kinerja yang baik dan dapat dipercaya untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Bagian Utara.

Dan MISI dari KPP Pratama Medan Barat adalah Meningkatkan Penerimaan negara melalui PPh, PPN, PPnBM, dan PTLL serta peningkatan kecepatan dan mutu pelayanan perpajakan serta senantiasa memperbaharui diri sesuai dengan perkembangan aspirasi masyarakat dan tertib administrasi.

B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat

(25)

Medan Barat dipimpin oleh seorang kepala kantor yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak.

Untuk mencapai Organisasi yang lebih baik sesuai dengan pangkat dan jabatan, dengan mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-masing setiap bagian akan berinteraksi dan beroperasi secara harmonis dengan keteraturan pasti dengan wadah struktur organisasi

KPP Pratama Medan Barat terdiri dari sembilan seksi yang masing-masing seksi dipimpin Kepala Seksi dan Pelaksana. Khusus untuk Seksi Pengawasan dan Konsultasi, selain Kepala Seksi dan Pelaksana, seksi ini juga memiliki Account Representative atau yang biasa disingkat dengan sebutan AR.

Struktur Organisasi yang ada di KPP Pratama Medan Barat dapat di gambarkan sebagai berikut :

1. Kepala Kantor 2. Sub Bagian Umum 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Pengeolahan Data dan Informasi (PDI) 5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON) 6. Seksi Penagihan

7. Seksi Ekstensifikasi 8. Seksi Pemeriksaan

(26)

Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi, dimana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan di bidang pajak penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung lainnya (PTLL), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB) dalam daerah wewenangnya, berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pajak.

Beberapa Tugas dan Fungsi Orgasnisasi Pelaksana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat:

1.1.Pengumpulan dan pengolahan data, penggalian potensi pajak serta ekstensifikasi Wajib Pajak.

1.2.Penatausahaan dan Pengecekan data surat pemberitahuan (SPT) Tahunan serta berkas Wajib Pajak.

1.3.Penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan (SPT) masa serta pemantauan dan penyusunan masa PPh, PPN, PPnBM, dan PTLL.

1.4.Penatausahaan, penerimaan, penagihan, penyelesaian, keberatan dan restitusi PPh, PPN, PPnBM, dan PTLL.

1.5.Verifikasi dan penerapan sanksi perpajakan.

1.6.Pengurusan penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) 1.7.Penyuluhan dan pelayanan perpajakan.

(27)

Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai Keputusan Menteri Keuangan No.94/KMK.01/1994 Tanggal 29 Maret 1994, maka pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat adalah:

2.1. Kepala Kantor

KPP Pratama merupakan penggabung dari KPP, KPPBB, dan Karikpa maka Kepala KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan laksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan wajib pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung Lainnya dan PBB serta BPHTB dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.2. Sub. Bagian Umum

Membantu dan menunjang kelancaran tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarian terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.

Uraian pekerjaan yang ada dalam Subbagian Umum ini adalah sebagai berikut: a. Tata usaha dan kepegawaian

b. Koordinator ke jangan c. Koordinator rumah tangga 2.3.Seksi Pelayanan

(28)

penyajian informasi, perpajakan, perekaman dokumen, perpajakan, urusan tata usaha, penerimaan perpajakan, pengalokasian dan penata usahaan bagi hasil PBB dan BPHTB, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e- SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.

Tugas dan Fungsinya:

a. Melakukan Urusan Pengolahan data dan penyajian informasi dan pembuatan Monografi Pajak.

b. Melakukan Penggalian Potensi Pajak.

c. Melakukan Pemberian dukungan teknisi komputer. 2.5.Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Membantu tugas kepala kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak Lainnya), bimbingan/ himbauan kepada Wajib Pajaki dan Konsultasi teknis perpajakan , penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsilisasi data Wajib Pajak dalam rangka melakuka intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (teritorial) tertentu.

2.6.Seksi Penagihan

(29)

a. Melakukan urusan Penatausahaan Piutang Pajak, Penagihan, Penundaan dan angsuran piutang Pajak.

b. Melakukan Penerbitan Surat Tagihan, Surat Paksa, Surat Perintah melakukan penyitaan. c. Melakukan Penyitaan, usulan lelang dan Penagihan lainnya.

2.7.Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan, penpengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

2.8.Ekstensifikasi

Membantu tugas kepala kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan obyek dan subyek pajak, penilaian obyek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

2.9.Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.

D. Jumlah Direksi KPP Pratama Medan Barat

1. Kepala Kantor : Djahotman Saragih 2. Kepala Sub Bagian Umum : Muhamad Ali

(30)

Anis Zamzani Syahreini Ganda Sitompul Juliana

Bendahara Sub Bagian Umum : Dodi Irawan 3. Kepala Seksi PDI : Timur Sembiring

Pelaksana Seksi PDI : Abdul Gani Rahman Jamal

Dewi Virgo Situmorang Sani Simatupang

Operator Consule : Agus Putra Manko Sinaga Mukmin

4. Kepala Seksi Pelayanan : Rustam Effendi Siregar Pelaksana Seksi Pelayanan : Armen

Ros Br. Pandia Fery Anwar

Karunia Krisman Gulo

(31)

Evi Ramadhani

Mhd Imam Sultoni Hasibuan 5. Kepala Seksi Penagihan : Suyamto

Pelaksana Seksi Penagihan : Sudjadi Prianoto Dona Irfan Namasta Juru Sita Pajak : Jonathan Sitompul

Hendra Surya Bakti

6. Kepala Seksi Pemeriksaan : Hendry Dupang Hamonangan Sihite Pelaksana Seksi Pemeriksaan : Amhar

Taufik Purba 7. Kepala Seksi Waskon I : Toga Manik

Pelaksana : Amruzal Mulia Nasution

Account Representative : Dwi Wahyu Indriyono Lenny Herlina Sianipar Romi Kurniawan Nicko Arditya Candra 8. Kepala Seksi Waskon II : Erwin Sianipar

(32)

Parluhutan Rajagukguk Wendra Fatawa

Roslenni S Sitindaon Dearman Tuah Saragih 10.Kepala Seksi Waskon IV : Jhon Piker Simamora

Pelaksana R.G. Megawati Sitanggang

Account Representative Gracia Tindo

Kukuh Hanna Prapanca Tri Jaya

Patar Salomo Hasibuan 11.Kepala Seksi Ekstensifikasi : Emma Marlina

Pelaksana Zulkifli

Gusnawati Adi Syahrizal

Emenda Tinalyta Depari 12.Bagian Fungsional

a. Pemeriksa Pajak Madya : Harry Budi Artono Singal Tagor Limbong b. Pemeriksa Pajak Muda : Dedi Rizaldi

(33)

Ahmad Dahlan Harian Jaya Habeahan Hotman Simanjuntak 13.Penilai PBB

Pelaksana Gugum Cahya Gumelar

E. Kode Etik Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Kode etik pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah pedoman sikap tingkah laku, dan perbuatan yang mengikat Pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya serta dalam pergaulan hidup sehari-hari.

F. Kewajiban dan Larangan Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat 1. Kewajiban Pegawai Kantor Pajak Pratama Medan Barat

1.1.menghormati agama, kepercayaan, budaya dan adat istiadat orang lain; 1.2.bekerja secara profersional, transparan dan akuntabel;

1.3.mengamankan data dan atau informasi yang dimiliki Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat;

1.4.memberikan pelayanan kepada wajib pajak, sesame pegawai, atau pihak lain dalam pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya;

1.5.mentaati perintah kedinasan;

(34)

1.9.bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan. 2. Larangan Pegawai Kantor Pajak Pratama Medan Barat 2.2.Bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas; 2.3.Menjadi anggota atau simpatisan aktif partai politik;

2.4.Menyalahgunakan kewenangan jabatan baik langsung maupun tidak langsung; 2.5.Menyalahgunakan fasilitas kantor;

2.6.Menerima segala pemberian dalam bentuk apapun, baik langsung maupun tidak langsung dari wajib pajak, sesama pegawai, atau pihak lain, yang menyebabkan pegawai yang menerima, patut diduga memiliki kewajiban yang berkaitan dengan jabatan atau pekerjaannya;

2.7.Menyalahgunakan data dan atau informasi perpajakan;

2.8.Melakukan perbuatan yang patut diduga dapat mengakibatkan gangguan, kerusakan dan atau perubahan pada system informasi milik Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat; 2.9.Melakukan perbuatan tidak terpuji yang bertentangan dengan norma kesusilaan dan dapat

(35)

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Pengertian Umum Perpajakan 1. Pengertian Pajak

Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan No.16 Tahun 2009, pajak adalah konstribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berikut adalah beberapa kutipan pengertian pajak yang dikemukakan para ahli yaitu :

1.1.Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH :

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontrapretasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan dapat digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

1.2.Menurut S.I. Djajadiningrat:

Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.

2. Pengertian Pajak Penghasilan

(36)

Pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan diperolehnya dalam tahun pajak tertentu untuk kepentingan Negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakannya

B. Dasar Hukum Surat Pemberitahuan Masa

1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009. 2. Peraturan Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor 181/PMK.03/2007 tentang

Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan, serta Tata Cara Pengambilan Pengisian, Penandatanganan, dan Penyampaian Surat Pemberitahuan.

3. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 182/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Bagi Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu yang Dapat Melaporkan Beberapa Masa Pajak dalam Satu Surat Pemberitahuan Masa. 4. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 183/PMK.03/2007 tentang

Wajib Pajak Penghasilan Tertentu yang Dikecualikan dari Kewajiban Menyampaikan Surat Pemberiahuan Pajak Penghasilan.

(37)

yang Dikecualikan dari Pengenaan Sanksi Administrasi Berupa Denda Karena Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan Dalam Jangka Waktu yang Ditentukan.

7. PER DJP No.22/PJ/2008 tentang Tata Cara Pembayaran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 25

C. Sistem Pemungutan Pajak 1. Official assessment system,

yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak.

2. Self assessment system,

yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

3. With Holding Sytem,

(38)

1. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)

SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, melaporkan objek pajak dan/atau bukan objek pajak, melaporkan harta dan kewajiban.

Pengertian Surat Pemberitahuan menurut Pasal 1 angka surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Fungsi Surat Pemberitahuan

2.1.Sebagai sarana Wajib Pajak untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Laporan tentang pemenuhan pembayaran pajak pajak yang telah dilakukan sendiri dalam satu tahun pajak atau bagian tahun pajak.

2.2.Laporan dari pembayaran dari pemotongan atau pemungutan tentang pemotongan atau pemungutan pajak yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

2.3.Merupakan sarana penelitian atas kebenaran perhitungan pajak yang terutang yang dilaporkan oleh para Wajb Pajak.

3. Macam-macam Surat Pemberitahuan

(39)

atau bagian tahun pajak, dilaporkan paling lambat akhir bulan ketiga setelah tahun pajak berakhir untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan paling lambat akhir bulan keempat setelah tahun pajak berakhir untuk Wajib Pajak Badan.

4. SPT Masa PPh OP 4.1.1721

Wajib disampaikan tiap bulan. 4.2.1721-I

Formulir 1721 – I wajib disampaikan hanya pada Masa Pajak Desember. Pemotong Pajak tidak perlu menyampaikan formulir 1721-A1/A2 sebagai lampiran dari SPT Masa PPh Pasal 21dan/atau Pasal26, namun wajib memberikan bukti pemotongan 1721-A1/A2 kepada Pegawai Tetap atau Penerima Pensiun atau Tunjangan Hari Tua/Tabungan Hari Tua/Jaminan Hari Tua maupun kepada Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Polri, Pejabat Negara dan Pensiunannya.

4.3.1721-II

Formulir 1721 – II wajib disampaikan hanya pada saat ada Pegawai Tetap yang keluar dan/atau ada Pegawai Tetap yang masuk dan/atau ada Pegawai yang baru memiliki NPWP. 4.4.1721-T

(40)

memperoleh formulir SPT adalah : 5.1.Datang langsung ke KPP Pratama

5.2.Datang langsung ke Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) 5.3.Mendownload melalui web site Ditjen Paj

6. Tata Cara Pengisian SPT

Berdasarkan ketentuan Pasal 3 Undang-undang KUP, pengisiaan Surat Pemberitahuan harus dilakukan sebagai berikut :

6.1.Dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani.

6.2.Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaiakn SPT dengan benar, lengkap, jelas, dan menandatanganinya.

7. Prosedur Penyelesaian SPT

7.1.Setiap WP harus mengambil sendiri SPT ke KPP atau tempat lain yang telah ditentukan oleh DJP

7.2.Setiap WP wajib mengisi SPT dengan benar, jelas, lengkap, menandatangani dan menyampaikan ke KPP atau tempat lain yang ditentukan oleh DJP

7.3.Wajib pajak adalah badan, SPT harus ditandatangani oleh pengurus atau direksi

(41)

undangan yang berlaku, termasuk neraca dan perhitungan laba rugi (bagi WP yang wajib melakukan pembukuan)

7.6.Setelah SPT tersebut diatas telah diisi dengan lengkap beserta lampiran-lampiran, diserahkan kembali ke KPP dalam batas waktu yang telah ditentukan dengan bukti penerimaan jika SPT yang disampaikan tidak lengkap, dianggap SPT tidak disampaikan.

7.7.Kalau dikirim melalui pos, harus tercatat dan ada bukti tercatat yaitu bukti penerimaan. 7.8.Tidak atau terlambat menyampaikan SPT Masa dikenakan denda Rp. 50.000,00 dan SPT

Tahunan denda Rp. 100.000,00 7.9.Pembetulan sendiri SPT :

a. Sebelum pemeriksaan, bunga 2%

b. Sebelum penyidikan, denda 200% (khususnya karena kekhilafan, menurut pasal 38) c. Sebelum menerbitkan SKP, kenaikan 50%.

7.10. Atas permohonan WP penyampaian SPT dapat diperpanjang, asal pajak penghasilan perhitungan sementara sudah dibayar

8. Tempat Penyampaian Surat Pemberitahuan

SPT di sampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib pajak terdaftar. Penyampaian SPT dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

8.1.secara langsung ke Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) atau Pojok Pajak/Mobil Pajak/Drop Box terdekat (tidak harus ke KPP dimana WP terdaftar)

8.2.Melalui Pos dengan bukti pengiriman surat

(42)

b. Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP) 9. Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan :

9.1.Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak.

9.2.Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak; atau 9.3.Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan,

paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak. 10.SPT Dianggap Tidak Sah

Surat pemberitahuan dianggap tidak sah apabila : 10.1. SPT tidak ditandatangani

10.2. SPT tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen

10.3. SPT yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah 3 (tiga) tahun sesudah berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan Wajib Pajak telah ditegur secara tertulis.

10.4. SPT disampaikan setelah Direktorat Jendral Pajak melakukan pemeriksaan atau menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP).

11.Sanksi Keterlambatan Penyampaian SPT

Adapun sanksi keterlambatan penyampaian SPT : 11.1. untuk SPT Masa PPN sebesar 500.000,-

(43)

11.4. untuk SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar 100.000,- 12.Sanksi keterlambatan Surat Pemberitahuan Masa

Pembayaran atau penyetoran pajak yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran , dan bagian bulan dihitung penuh 1 bulan.

(44)

E. Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan Wajib Pajak di awali dengan adanya kesadaran Wajib Pajak mengenai kewajibannya dalam hal perpajakan. Kesadaran adalah faktor yang berasal dari kemauan dan perubahan sikap Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan hak pajaknya.

Ada dua macam kepatuhan yaitu:

1. Kepatuhan Formal : Kepatuhan Formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan.

2. Kepatuhan Material : Kepatuhan Material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara substantive / hakekat memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan.

(45)

Kepatuhan dapat diwujudkan misalnya dengan penyuluhan, pelayanan, dan penegakan hukum yang dapat berupa pemeriksaan, penyidikan dan penagihan dengan menempatkan wajib pajak sebagai subyek yang dihargai hak-hak dan kewajibannya.

Tingkat kepatuhan wajib pajak yang dimaksud dalam hal ini adalah kepatuhan wajib pajak efektif dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Kadang Wajib Pajak memang sengaja menghindari kewajiban perpajakannya dengan tidak menyampaikan SPT Masa PPh OP-nya kepada KPP bahkan masih banyak Wajib Pajak yang melalaikan pajaknya yaitu menolak membayar pajak yang telah di tetapkan dan menolak memenuhi formalitas yang harus di penuhi olehnya.

Ada juga Wajib Pajak yang memberikan ketidakjelasan alamat kepada KPP sehingga SPT yang dikirimkan tidak diterima oleh Wajib Pajak yang bersangkutan akibatnya Wajib Pajak merasa tidak mempunyai kewajiban menyampaikan SPT Masa karena tidak menerima SPT tersebut.

F. Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT Masa PPh OP Pada KPP Medan Barat Tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa adalah persentase dari sejumlah wajib pajak yang memenuhi kewajibannya melaporkan Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) nya.

(46)

1. tahun 2007 jumlah SPT Masa Psl 25 OP yang masuk adalah 21.732 2. tahun 2008 jumlah SPT Masa Psl 25 OP yang masuk adalah 21.096 3. tahun 2009 jumlah SPT Masa Psl 25 OP yang masuk adalah 13.704 4. tahun 2010 jumlah SPT Masa Psl 25 OP yang masuk adalah 9.661 5. tahun 2011 jumlah SPT Masa Psl 25 OP yang masuk adalah 8.908

(47)

G. Persentase Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi maka yang menjadi variabelnya adalah Jumlah SPT Masa Orang Pribadi yang masuk tepat waktu dan jumlah pembayaran PPh pasal 25 Orang Pribadi yang tepat waktu.

Gambar 1 Metode Analisis

Jumlah SPT Masa PPh Orang Pribadi yang masuk

tepat waktu (X1)

Jumlah penerimaan PPh psl 25 Orang Pribadi (Y) Jumlah pembayaran PPh

(48)

PERSENTASE PELAPORAN SPT MASA PPh ORANG PRIBADI PADA KPP PRATAMA MEDAN BARAT

2007 2008 2009 2010 2011

SPT Masuk WP OP Terdaftar % SPT Masuk WP OP Terdaftar % SPT Masuk WP OP Terdaftar % SPT Masuk WP OP Terdaftar % SPT Masuk WP OP Terdaftar Januari 1730 11.531 15,00% 1708 15.951 10,71% 1979 19.813 9,99% 739 21.673 3,41% 792 21.956 Februari 2094 11.531 18,16% 1794 15.951 11,25% 2289 19.813 11,55% 790 21.673 3,65% 746 21.956

Maret 1996 11.531 17,31% 1721 15.951 10,79% 1157 19.813 5,84% 811 21.673 3,74% 840 21.956

April 1873 11.531 16,42% 1861 15.951 11,67% 686 19.813 3,46% 792 21.673 3,65% 716 21.956

Mei 1781 11.531 15,45% 1717 15.951 10,76% 630 19.813 3,18% 741 21.673 3,42% 734 21.956

Juni 1706 11.531 14,79% 1769 15.951 11,09% 676 19.813 3,41% 846 21.673 3,90% 712 21.956

Juli 1797 11.531 15,58% 1770 15.951 11,10% 686 19.813 3,46% 791 21.673 3,65% 751 21.956

Agustus 1806 11.531 15,66% 1752 15.951 10,98% 700 19.813 3,53% 864 21.673 3,99% 701 21.956

(49)

Oktober 1711 11.531 14,84% 1733 15.951 10,86% 725 19.813 3,66% 845 21.673 3,90% 727 21.956

November 1764 11.531 15,30% 1783 15.951 11,18% 1784 19.813 9,00% 825 21.673 3,81% 712 21.956

Desember 1691 11.531 14,66% 1758 15.951 11,02% 1711 19.813 8,64% 799 21.673 3,69% 748 21.956

(50)

Pada tahun 2007, sebelum dikeluarkannya Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor 22/PJ/2008 Tata Cara Pembayaran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 25, jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah 11.531. Sementara rata-rata Wajib Pajak Orang Pribadi yang melaporkan Surat Pemberitahuannya sekitar 1.811/bulannya. Dan persentase Surat Pemberitahuan yang dilaporkan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mencapai 15,71% pada tahun 2007.

Kemudian pada tahun 2008, jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat meningkat sebesar 15.951. dan rata-rata Wajib Pajak Orang Pribadi yang melaporkan Surat Pemberitahuannya tiap bulan adalah 1.758. Dan persentase Surat Pemberitahuan yang dilaporkan menurun yaitu 11,02%. Hal ini dikarenakan pada tanggal 21 mei 2008, Direktur jendral Pajak mengeluarkan Peraturan mengenai Tata Cara

0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 12.00% 14.00% 16.00% 18.00% 20.00% pe rse nt a si

(51)

membayar pajak dengan system on-line dan Surat Setoran Pajaknya telah mendapat validasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara, maka Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 25 dianggap telah disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak.

Pada tahun 2009, jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar meningkat yaitu sebesar 19.813. Dan rata-rata wajib pajak yang melaporkan Surat Pemberitahuannya adalah 1.142. dan persentasi pelaporan Surat Pemberitahuan per tahunnya yaitu 5,06%.

Pada tahun 2010, jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar meningkat yaitu 21.673. dan rata-rata yang melaporkan Surat Pemberiahuannya bekisar 805. Sementara persentase pertahunnya hanya 3,71%.

Tahun 2011, jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar 21.956. Rata-rata Wajib Pajak Orang Pribadi yang melaporkan Surat Pemberitahuannya perbulan sekitar 742. Persentasi pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pertahunnya 3,38%.

Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Melaporkan SPT Masa PPh OP

1. Masih rendahnya tingkat kesadaran Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajibannya untuk melaporkan SPT Masa PPh OP-nya;

2. Masih terdapat Wajib Pajak yang tidak jujur dalam melaporkan SPT Masanya;

3. Minimnya pemahaman Wajib Pajak terkait dengan kewajiban perpajakannya yaitu melaporkan SPT Masanya.

(52)

5. Wajib Pajak cenderung berpandangan lebih baik tidak bayar daripada bayar, keenganan membayar pajak tersebut diakibatkan masih banyaknya tahapan-tahapan dan proses yang mereka hadapi yaitu menghitung, menyetorkan dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakannya (Self Assesment) hal tersebut membuat wajib pajak menjadi enggan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya karena tahapan – tahapan dan proses – proses tersebut dinilai terlalu menyita waktu.

I. Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Melaporkan SPT Oleh Pihak KPP Pratama Medan Barat

1. Memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat selaku Wajib Pajak agar lebih mengetahui, memahami dan mengerti mengenai pelaporan SPT Masa dan fasilitas yang ada dalam perpajakan.

2. Melakukan pemeriksaan dan pendataan ulang secara maksimal dalam penerimaan SPT Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan menerapkan sanksi dengan tegas kepada Wajib Pajak yang tidak melaporkan SPT Masa PPh OP.

3. melakukan pengolahan terhadap penerimaan SPT Masa PPh OP dengan mengadakan fasilitas drop box;

4. meningkatkan intensitas kegiatan sosialisasi.

(53)
(54)

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Kepatuhan Wajib Pajak di awali dengan adanya kesadaran Wajib Pajak mengenai kewajibannya dalam hal perpajakan. Kesadaran adalah faktor yang berasal dari kemauan dan perubahan sikap Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan hak pajaknya.

2. SPT Masa, yaitu SPT yang digunakan untuk melakukan pelaporan atas pembayaran pajak bulanan. SPT Masa terdiri atas ;

2.1.SPT Masa PPh Pasal 21 dan pasal 26 2.2.SPT Masa PPh Pasal 22

2.3.SPT Masa PPh Pasal 23 dan pasal 26 2.4.SPT Masa PPh paasal 25

2.5.SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2 2.6.SPT Masa PPh Pasal 15 2.7.SPT Masa PPN dan PPnBM

2.8.SPT Masa PPN dan PPnBM bagi pemungut

(55)

tetapi setelah kebijakan tersebut dijalankan ternyata berhasil. banyak masyarakat yang mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP, tetapi setelah memperoleh NPWP ternyata masyarakat yang telah menjadi Wajib Pajak tersebut tidak memahami hak dan kewajibannya sehingga meskipun jumlah Wajib Pajak bertambah tetapi yang melaporkan SPTnya menurun.

4. Tingkat kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan secara umum masih sangat rendah, hal ini disebabkan karena masih awamnya Wajib Pajak dalam hal pengetahuan tentang Perpajakan itu sendiri sehingga menimbulkan ketidaktahuan Wajib Pajak akan arti penting pembayaran pajak yang mereka bayar.

B. Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan yang penulis kemukakan tentang Tingkat Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, maka dalam hal ini penulis memberikan masukan yang sekiranya dapat membangun antara lain:

1. Kejelasan dan kefalidan informasi dalam setiap pelaporan Surat Pemberitahuan ( SPT ) ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat akan sangat membantu Pemerintah guna terselenggaranya pelayanan yang maksimal kepada Waji Pajak.

(56)

Pribadinyanya (SPT Masa PPh OP), maka tingkat kedisiplinan pegawai menjadi hal utama yang harus di benahi dengan menerapkan kedisiplinan dari Pimpinan sampai kepada Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, sekaligus menghilangkan efek negative dalam memenuhi kewajiban melaksanakan tugasnya. 4. Peningkatan pelayanan yang maksimal kepada Wajib Pajak.

5. Peningkatan sosialisasi kepada masyarakat yang lebih gencar hingga sampai ke kabupaten – kabupaten.

6. Kepatuhan dapat diwujudkan misalnya dengan penyuluhan, pelayanan, dan penegakan hukum yang dapat berupa pemeriksaan, penyidikan dan penagihan dengan menempatkan wajib pajak sebagai subyek yang dihargai hak-hak dan kewajibannya. 7. Dari paparan diatas terlihat jelas bahwa sebenarnya yang menjadi peranan penting

(57)

Wajib Pajak lebih patuh lagi dalam menyampaikan SPTnya. Adapun kebijakan tersebut dibagi menjadi 2 (dua) yaitu : 1. Kebijakan dari dalam atau (Internal)

Kebijakan internal dilaksanakan lebih kepada kemampuan meningkatkan Moral, Etika, serta Integritas aparat yang bekerja di Kantor Pelayanan pajak, dan

2. Kebijakan dari luar atau (eksternal).

Mengadakan sosalisasi, pengawasan terhadap kewajiban perpajakan, penegakan hukum, mengadakan kewajiban dan hak wajib pajak, dan sebagianya untuk meningkatkan kesadaran pelaporan SPT masa PPh Orang Pribadi.

9. Memberikan pelayanan kepada wajib pajak yang dilakukan dengan cara memudahkan memberikan informasi pelayanan dan kemudahan pelayanan melalui pembentukan e-sistem, menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik (efiling) yaitu on-line dan real time, kemudahan informasi seperti pelayanan penyediaan kotak pos, dan website, konseling ( wajib pajak di panggil) karena terindikasi melaporkan SPT secara tidak benar.

(58)

Mardiasmo, 2002, Perpajakan, Edisi Revisi 2008, Andi,Yogyakarta.

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan:Teori dan Kasus, Edisi Keempat, Salemba Empat, Yogyakarta.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Muqodim, Perpajakan, Yogyakarta : Penerbit ULL Pres Ekonisia, 1999 Mardiasmo, Perpajakan, Yogyakarta : Andi Yogyakarta, 2002

Zain Mohammad, 2008, Perpajakan: Manajemen Perpajakan, Edisi Ketiga,Salemba Empat, Jakarta

Peraturan Mentreri Keuangan :

Peraturan Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor 181/PMK.03/2007 tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan, serta Tata Cara Pengambilan

Pengisian, Penandatanganan, dan Penyampaian Surat Pemberitahuan. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 182/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Bagi Wajib Pajak dengan

Kriteria Tertentu yang Dapat Melaporkan Beberapa Masa Pajak dalam Satu Surat Pemberitahuan Masa.

(59)

PERTANYAAN

1. Berapa jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang melaporkan SPT Masa tahun 2007-2011? :

2. Berapa jumlah keseluruhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar tahun 2007-2011? 3. Data (persentase) tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi melaporkan SPT Masa

per tahunnya.

4. Apa saja kendala yang di hadapi dalam pelaksanaan peningkatan SPT Masa PPh OP? 5. Bagaimana upaya KPP mengatasi kendala yang dihadapi guna meningkatkan SPT Masa

PPh OP?

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan adanya penawaran kembali program beasiswa Supersenar Tahun 2015 bagi mahasiswa Universitas Brawijaya. bersama ini kami informasikan persyaratan yang

The WTP functions estimated from single or multiple studies and the nature of most of the explanatory factors included in these functions suggest that full explanation and hence a

PricewaterhouseCoopers’ 11th Annual Global CEO Survey, launched at the World Economic Forum’s Annual Meeting in Davos, Switzerland, in January 2008, set out to discover how

After the formal acceptance as National Historic City, government officials gave up the original plan to build modern 6-storey buildings, and requested us to work out

Supported by several new & renewal products such as GATSBY Hairstyling Mist, GATSBY Styling Pomade and New Gatsby Styling Wax, hair care products managed to record

Data Perorangan Calon Penerima Pensiun DPCP.. Daftar Urut

The reality was somewhat different and rather than a holistic and central ‘place’, we created a disparate but connected environment, where students could work in a virtual or

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kurs, TCPI dan kebijakan Tax Refund sebagai variabel ekonomi makro terhadap jumlah wisman Singapura yang datang