• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji aktivitas antioksidan pada ekstrak daun kunyit (curcuma domestica val) dengan menggunakan metode dpph ( 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji aktivitas antioksidan pada ekstrak daun kunyit (curcuma domestica val) dengan menggunakan metode dpph ( 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

i

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA EKSTRAK

DAUN KUNYIT (Curcuma domestica val)

DENGAN MENGGUNAKAN METODE DPPH

( 1,1-DIPHENYL-2-PICRYLHYDRAZYL)

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Nurhabiba Edriana

NIM : 1111103000037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia

yang telah diberikan, sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktunya. Saya menyadari tanpa bantuan, bimbingan dan do’a dari berbagai pihak, sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, saya

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. DR. (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp. And, dr. M. Djauhari

Widjajakusumah, DR. Arif Sumantri, M.Kes, Dra. Hj. Delina Hasan,

M.Kes., Apt. selaku Dekan dan pembantu dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang selalu membimbing dan memberikan

kesempatan kepada saya untuk menempuh pendidikan di Program

Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Witri Ardini, M. Gizi, Sp. GK selaku Ketua Program Studi dan

untuk seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing dan mengajarkan

saya selama menjalani masa didik di Program Studi Pendidikan Dokter

FKIK UIN Syarif Hidayatullah.

3. Zeti Harriyati, M. Biomed dan dr.Yanti Susianti, Sp.A selaku dosen

pembimbing, dimana selain mengarahkan juga memberikan motivasi

kepada saya sehingga penelitian ini bisa selesai pada waktunya.

4. Kedua orang tua tercinta, Bpk. Erefri Edrison dan Ibu Aflizmadonalia

Enni serta adik saya tersayang Alhamda Efridon yang selalu

mendukung saya untuk menyelesaikan penelitian ini.

5. Suryani, S.Si yang banyak mengarahkan dan mengajari saya dalam

melakukan penelitian ini sehingga penelitian ini bisa selesai pada

(6)

vi

6. Ratu Qurroh’Ain, Kharisma Indah, Nilam Fajarwati, Karmila Karim,

Hilya Haniek selaku kakak tingkat di PSPD yang juga selalu memberi

nasihat dan pengarahan dalam melaksanakan penelitian ini.

7. Muflikha Mayazi, Rahman Mukti Aji, Nurohima Fuad, Hanindio Rizki,

dan Faisal Rahman yang selalu mengingatkan, membantu dan

menyemangati saya dalam melakukan penelitian ini.

8. Niko Apvi yang telah mengingatkan dan menyemangati saya dalam

melaksanakan penelitian ini.

9. Seluruh mahasiswa PSPD 2010 dan juga sahabat serta teman-teman

yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu.

Saya menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari

itu, penulis menerima adanya kritik dan saran yang membangun untuk penelitian

ini

Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga bermanfaat bagi masyarakat

dan para pembaca pada umumnya.

Ciputat, 13 September 2013

(7)

vii

ABSTRAK

Nurhabiba Edriana. Program Studi Pendidikan Dokter. Uji aktivitas antioksidan daun kunyit (Curcuma domestica val) dengan metode DPPH ( 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl).2014.

Banyak penyakit yang pada awalnya disebabkan oleh radikal bebas, sehingga radikal bebas dan antioksidan banyak diteliti di dunia kesehatan. Daun kunyit (Curcuma domestiva val) diduga memiliki aktivitas antioksidan yang kuat seperti halnya rimpang kunyit yang mampu menangkal efek negatif dari radikal bebas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak daun kunyit dengan menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl).

Penelitian ini dilakukan secara observasional. Ekstrak daun kunyit didapatkan dengan cara maserasi menggunakan pelarut metanol. Uji aktivitas antioksidan ekstrak daun kunyit dilakukan pada konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm. Ekstrak daun kunyit ditambah dengan DPPH (634μM). Vitamin C digunakan sebagai kontrol positif. Pengukuran absorbansi untuk mengetahui aktivitas antioksidan daun kunyit menggunakan spektrofotomerer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum yaitu 517 nm. Hasil penelitian ini didapatkan perubahan warna secara kualitatif baik pada esktrak daun kunyit dan vitamin C. Nilai IC50 ekstrak daun kunyit senilai 148.51 ppm dan termasuk aktivitas

antioksidan sedang berdasarkan klasifikasi Blois.

Kata Kunci : antioksidan, ekstrak daun kunyit (Curcuma domestica val), DPPH

ABSTRACT

Nurhabiba Edriana. Medical Education Study Program. Antioxidant Activity Assay of Turmeric Leaves (Curcuma domestica val) Extract by DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl) Method.2014.

Many health problems caused by free radical production so recent studies focused on it. Turmeric (Curcuma domestica val) leaves has been predicted has a strong antioxidant activity as strong as its rhizome to counteract the negative effects from free radical activity. The aim of this study is to know antioxidant activity of turmeric leaves extract by DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) method. Turmeric leaves extracted by maceration with methanol as its solvent. Antioxidant activity tested in different concentration 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, and 200 ppm. Turmeric leaves extract was added by DPPH (634μM). This study used vitamin C as positive control. Absorbance measurement used spectrophotometer UV-Vis in maximum wave length 517 nm to show the antioxidant activity. Result of this study shows color differences both turmeric leaves and vitamin C on a qualitative scale. IC50 value of turmeric leaves is 148,51 ppm and classified as

middle antioxidant according to Blois classification.

(8)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL...

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...

LEMBAR PENGESAHAN...

BAB 1. PENDAHULUAN....

1.1 Latar Belakang...

1.2 Rumusan Masalah...

1.3 Tujuan Penelitian...

1.3.1 Tujuan Umum...

1.3.2 Tujuan Khusus...

1.4 Manfaat Penelitian...

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...

2.1 Landasan Teori...

2.1.1 Tanaman Kunyit...

2.1.2 Simplisia...

2.1.3 Ekstrak dan Ekstraksi...

2.1.3.1 Ekstrak...

2.1.3.2 Ekstraksi...

2.1.4 Radikal bebas...

2.1.4.1 Dampak Radikal Bebas bagi Kesehatan..

(9)

ix

2.1.6.1 Metode DPPH...

2.1.6.2 Metode ABTS...

2.1.6.3 Metode Deoksiribosa...

2.1.6.4 Metode Xantin Oksidase...

2.1.7 Spektrofotometer UV-Vis dan Absorbansi...

2.2 Kerangka Teori...

2.3 Kerangka Konsep...

2.4 Definisi Operasional...

BAB 3. METODE PENELITIAN...

. 3.1 Desain Penelitian...

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian...

3.3 Sampel...

3.4 Alat dan Bahan Penelitian...

3.4.1 Alat Penelitian...

3.4.2 Bahan Penelitian...

3.5 Cara Kerja Penelitian...

3.5.1 Penyiapan Sampel atau Pembuatan Simplisia...

3.5.2 Pembuatan Ekstrak Daun Kunyit...

3.5.3 Pembuatan Larutan...

3.6 Pengukuran Absorbansi...

3.7 Manajemen Analisis Data Antioksidan...

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN...

4.1 Hasil Ekstraksi Daun Kunyit...

4.2 Absorbansi dan % Penghambatan...

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 6.1

Tabel 6.2

Klasifikasi aktivitas antioksidan...

Nilai absorbansi dan % penghambatan ekstrak daun

kunyit...

Nilai absorbansi dan % penghambatan vitamin C...

Nilai IC50...

Perhitungan absorbansi, % penghambatan dan IC50

ekstrak daun kunyit ...

Perhitungan absorbansi, % penghambatan dan IC50

vitamin C ...

19

22

22

23

29

30

(11)

xi

Rumus kimia DPPH dan DPPH-H...

Larutan seri ekstrak konsentrasi

50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm...

Larutan seri vitamin C 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm...

Persamaan regresi linier ekstrak daun kunyit...

Persamaan regresi linier vitamin C...

Hasil determinasi...

Pengeringan daun kunyit...

Proses evaporasi...

Penimbangan ekstrak daun kunyit...

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Hasil determinasi...

Gambar alat dan bahan penelitian...

Riwayat penulis...

28

29

(13)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di Indonesia banyak sekali ditemukan penyakit degeneratif yang

salah satunya diakibatkan oleh reaksi oksidasi yang berlebihan karena radikal

bebas. Radikal bebas adalah suatu molekul yang sangat reaktif dengan

elektron yang tidak memiliki pasangan pada orbita luarnya, sehingga akan

mencari reaksi agar mendapatkan elektron pasangannya yang berujung pada

kerusakan sel dan jaringan.1

Radikal bebas terbentuk dalam tubuh sebagai produk samping

proses metabolisme. Di samping itu juga radikal bebas dapat berasal dari luar

tubuh yang diserap melalui pernafasan atau kulit seperti asap rokok, polusi,

sinar ultraviolet (UV), obat, limbah industri, dan ozon.2 Peningkatan radikal

bebas menyebabkan penurunan fungsi dari membran sel, retikulum

endoplasma dan bisa mengganggu di tingkat molekul DNA sel.1 Dari beberapa

penelitian diketahui bahwa radikal bebas dapat menimbulkan beberapa

penyakit degeneratif seperti jantung, reumatik, penyakit pada ginjal, otak, dan

sistem imun yang pada akhirnya dapat berakibat pada menurunnya kualitas

hidup dan mempercepat proses penuaan .1,2,3

Berbagai senyawa yang dapat mencegah terjadinya radikal bebas

salah satunya adalah antioksidan. Antioksidan adalah suatu senyawa yang

dapat menangkal efek negatif radikal bebas dalam tubuh, sehingga proses

oksidasi pada sel-sel tubuh tidak berlanjut. Antioksidan yang ada dalam tubuh

atau biasa disebut dengan antioksidan endogen. Selain itu ada juga antioksidan

yang berasal dari luar tubuh biasanya didapat dari diet sehari-hari atau disebut

dengan antioksidan eksogen. Beberapa sumber antioksidan eksogen, yaitu

sayur, buah-buahan, biji-bijian, dan umbi-umbian karena mengandung vitamin

A, vitamin E, vitamin C, dan beta karoten.4

Berdasarkan data di atas, umbi termasuk sumber bahan makanan

yang mengandung antioksidan. Salah satu umbi yang mengandung

(14)

2

kurkumin yang telah terbukti dapat menangkap radikal hidroksi, yaitu salah

satu bentuk dari radikal bebas.5

Kunyit (Curcuma domestica val) termasuk salah satu tanaman

rempah dan obat. Hampir setiap orang Indonesia mengkonsumsi tanaman

rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu, atau untuk

menjaga kesehatan, obat wasir, melancarkan haid, menurunkan kolesterol, dan

juga untuk kecantikan.5

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui senyawa

yang bisa menangkal radikal bebas, salah satu cara adalah dengan adanya

penemuan terhadap aktivitas antioksidan. Beberapa penelitian yang telah

dilakukan pada rimpang kunyit ternyata menyebabkan peningkatan aktivitas

antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas. Sementara itu, sampai

sekarang informasi tentang daun kunyit belum diketahui apakah mempunyai

kandungan antioksidan atau tidak, sementara pemakaian di masyarakat selama

ini digunakan sebagai bahan masakan. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti

ingin mengetahui apakah ekstrak daun kunyit mempunyai aktivitas

antioksidan dengan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl)

menggunakan konsentrasi yang berbeda. Metode DPPH dipilih karena

sederhana, akurat, cepat, dan bisa dilakukan dengan sedikit sampel.6

1.2 Rumusan Masalah

 Apakah ekstrak daun kunyit memiliki aktivitas antioksidan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

• Mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak daun kunyit menggunakan

metode DPPH dengan berbagai konsentrasi larutan uji.

1.3.2 Tujuan Khusus

(15)

3

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi

• Mengetahui adanya aktivitas antioksidan pada daun kunyit sehingga bermanfaat untuk pengembangan obat alami untuk penyakit-penyakit

yang disebabkan oleh radikal bebas.

• Memberi informasi tentang manfaat daun kunyit bagi penelitian

selanjutnya sehingga manfaat daun kunyit bisa dikembangkan lebih jauh

lagi.

1.4.2 Bagi Peneliti

• Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

• Menambah wawasan peneliti tentang daun yang mengandung antioksidan.

• Sebagai pengalaman peneliti untuk melakukan penelitian di bidang

kesehatan.

1.4.3 Bagi Masyarakat

• Memberi informasi kepada masyarakat mengenai aktivitas antioksidan ekstrak daun kunyit untuk mencegah penyakit yang disebabkan radikal

(16)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Tanaman Kunyit

Curcuma domestica val atau biasa disebut kunyit merupakan

tanaman yang berasal dari Asia. Kunyit merupakan tumbuhan daerah

subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di dataran rendah lebih kurang

90 meter sampai ketinggian 2000 meter di atas permukaaan laut.7

Berdasarkan klasifikasi botani, tanaman kunyit termasuk ke dalam

klasifikasi sebagai berikut8 :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyte

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma domestica VALET

Susunan tubuh tanaman kunyit terdiri atas akar, rimpang, batang

semu, pelepah-pelepah daun, daun, tangkai bunga, dan kuntum bunga.

Daunnya mirip dengan tumbuhan yang sejenis dengan pisang.

Pelepah-pelepah daun kunyit yang dominan berwarna hijau membentuk batang

dengan helaian daun berbentuk bulat telur. Rimpangnya berwarna jingga

kecoklatan. Kedalaman rimpang dalam tanah sekitar 16 cm. Buah daging

rimpang kunyit berwarna merah jingga kekuning-kuningan. Saat ini di

Indonesia banyak digunakan sebagai bumbu masak. Tinggi tumbuhan

kunyit mencapai 1 meter dan daunnya muncul dari batang semu dengan

(17)
(18)

6

larut. Beberapa pelarut yang sering digunakan adalah etanol, metanol,

n-hexana, aseton, benzena, etil asetat, dan kloroform.9

Metode ekstraksi menggunakan pelarut dapat dilakukan dengan

cara dingin dan panas, yaitu :

 Cara dingin

a) Maserasi

Maserasi adalah suatu proses perendaman simplisia

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada

suhu kamar. Ada 2 macam maserasi yaitu maserasi kinetik dan

remaserasi. Maserasi kinetik adalah maserasi yang dilakukan

pengadukan secara terus-menerus sedangkan remaserasi adalah

menambahkan pelarut setelah maserat pertama disaring dan

seterusnya.9

b) Perkolasi

Perkolasi merupakan suatu proses penyaringan simplisia

dengan memakai pelarut yang selalu baru pada suhu kamar.

Proses perkolasi terdiri dari beberapa tahapan yaitu: tahap

pelembaman bahan, tahap perendaman antara, perkolasi

sebenarnya (penetesan atau penampungan ekstrak) yang

berakhir bila perkolat sudah mencapai 1-5 kali bahan.9

 Cara Panas

a). Refluks

Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut pada

temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu, dan jumlah

pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.9

b). Digesti

Digesti merupakan maserasi kinetik (pengadukan

terus-menerus ) pada temperatur yang lebih tinggi dari suhu kamar.9

c). Infus

Infus merupakan ekstraksi dengan pelarut air pada

(19)

7

d). Destilasi Uap

Destilasi uap merupakan ekstraksi senyawa dengan

kandungan yang mudah menguap dari bahan dengan uap air.9

2.1.4 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul yang

mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital

luarnya, sehingga menyebabkan elektron yang tidak berpasangan berusaha

mendapatkan pasangannya dengan cara menyerang dan mengikat elektron

yang berada disekitarnya. Radikal bebas tersebut dapat mengoksidasi asam

nukleat, protein, lemak, bahkan DNA sel. Bila radikal bebas berikatan

dengan elektron dari senyawa kovalen yang umumnya adalah molekul

besar seperti lipid, protein, dan DNA, maka dapat mengakibatkan

kerusakan yang lebih parah. Dampak yang terjadi akibat kerja radikal

bebas untuk mencari pasangannya adalah terbentuknya radikal bebas

baru yang berasal dari atom atau molekul yang elektronnya diambil.

Dapat juga berasal dari atom atau molekul yang telah diberikan elektron

oleh radikal bebas. Radikal bebas bisa stabil bila berikatan dengan radikal

bebas lainnya. Berbagai kerusakan dapat terjadi akibat aktivitas radikal

bebas, seperti gangguan fungsi sel dan kerusakan struktur sel yang

memicu terjadi berbagai penyakit.2

Secara umum sumber radikal bebas dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu endogen dan eksogen. Radikal bebas endogen dapat terbentuk

melalui autooksidasi, oksidasi enzimatik, dan fagositosis dalam respirasi.

Sedangkan radikal bebas eksogen berasal dari luar tubuh, misalnya sinar

UV dan aktivitas lingkungan.

Secara umum terdapat 3 tahapan pembentukan radikal bebas, yaitu:2

1) Inisiasi (awal pembentukan).

2) Propagasi (pemanjangan rantai radikal).

3) Terminasi (radikal bebas bereaksi dengan radikal bebas lainnya atau

dengan penangkapan radikal yang menyebabkan pemanjangan

(20)

8

2.1.4.1 Dampak Radikal Bebas bagi Kesehatan

Pada kondisi fisiologis, radikal bebas mempunyai manfaat bagi

tubuh dengan jumlah yang rendah yaitu untuk ekspresi gen, pertumbuhan

sel dan sebagai pertahanan terhadap infeksi. Dampak negatif dari radikal

bebas akan terjadi bila radikal bebas meningkat dan mekanisme

pertahanan tubuh terhadap radikal bebas tersebut menurun.10

Radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan sel endotel dengan

cara bereaksi dengan nitrat oksida menjadi peroksinitrit10. Pembuluh

darah diseluruh tubuh dapat terkena efeknya sehingga bisa timbul keadaan

seperti:

 Kerusakan pada pembuluh darah yang ada di retina mata

menyebabkan penurunan daya penglihatan sampai bisa terjadi

kebutaan.

 Kerusakan pada pembuluh darah ginjal di glomerulus.

 Menurunnya sistem pertahanan tubuh.

Kerusakan pada pembuluh darah koroner dapat meningkatkan

risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke.2,3

2.1.5 Antioksidan

Antioksidan adalah suatu senyawa yang dapat menangkal efek

negatif radikal bebas yang terbentuk sebagai metabolisme oksidatif, yaitu

hasil dari reaksi-reaksi kimia dan proses metabolik yang terjadi di dalam

tubuh dengan memberikan satu elektronnya kepada senyawa radikal bebas.

(21)

9

terbentuknya radikal bebas baru, menangkap radikal bebas, pemutusan

rantaian dengan memotong propagasi, dan memperbaiki kerusakan yang

disebabkan radikal bebas. Secara umum antioksidan digolongkan menjadi 2

yaitu :

 Antioksidan enzimatis: enzim superoksida dismutase (SOD),

katalase dan glutation peroksidase (GSH.Prx).

 Antioksidan non-enzimatis

-Larut lemak: tokoferol, karatenoid, flavonoid, dan quinon.

-Larut air: asam askorbat (Vitamin C), asam urat, protein pengikat

logam, dan aprotein pengikat hem. 2

Selain itu, antioksidan juga digolongkan berdasarkan mekanisme kerjanya

menjadi 3 kelompok, yaitu :

 Antioksidan primer

Antioksidan primer disebut juga antioksidan enzimatis. Suatu

senyawa dapat dikatakan sebagai antioksidan primer adalah suatu

senyawa yang mampu dengan cepat memberikan atom hidrogen

kepada senyawa radikal bebas sehingga berubah menjadi molekul

yang kurang reaktif dan mencegah pembentukan radikal bebas

baru dengan memutus reaksi berantai (polimerasi), kemudian

mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil.17

 Antioksidan sekunder

Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan eksogen atau

non-enzimatis. Mekanisme kerjanya dengan cara memotong

reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan cara

menangkapnya, sehingga radikal bebas tidak akan bereaksi dengan

komponen seluler. Antioksidan non-enzimatis dapat berupa

komponen nutrisi dari sayuran dan buah-buahan.17

 Antioksidan tersier

Kelompok antioksidan tersier meliputi sistem enzim DNA

repair dan metionin sulfoksida reduktase. Enzim-enzim ini

berfungsi sebagai perbaikan biomolekuler sel yang rusak akibat

(22)
(23)

11

Prinsipnya pada metode DPPH melihat perubahan warna DPPH

dalam larutan dari ungu pekat menjadi kuning pucat karena aktivitas

sampel yang mengandung antioksidan yang mampu menangkap dan

meredam aktivitas radikal bebas. Semakin banyak DPPH yang diredam,

warna larutan semakin berubah menjadi pucat. Perubahan warna selain

dapat dilihat secara kualitatif juga bisa menggunakan spektrofotometer

dan dinilai absorbansinya. Pada spektrofotometer akan dilihat perubahan

serapan warna (nilai absorbansi). Absorbansi yang baik untuk larutan

DPPH adalah kurang dari 1. Tinggi rendahnya aktivitas antioksidan pada

sampel dilihat dari nilai efficient concentration (EC50) atau Inhibition

Contentration (IC50) yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat

menyebabkan 50% DPPH kehilangan sifat radikal bebasnya. Semakin

kecil nilai IC50 semakin tinggi aktivitas antioksidan pada sampel.12,14

Pengerjaan menggunakan DPPH harus cepat dan hati-hati karena molekul

DPPH mudah terdegradasi oleh cahaya dan oksigen. Namun, metode

DPPH lebih sederhana, akurat, cepat, dan bisa dilakukan dengan sedikit

sampel.6

2.1.6.2 Metode ABTS

Metode ABTS (2,2-Azinobis(3-ethylbenzothiazoline)-6-sulfonic

acid) merupakan subtract peroksidase yang dapat dioksidasi oleh H2O2

(hidrogen peroksida) membentuk radikal kation. Metode ini digunakan

untuk mengetahui aktivitas antioksidan pada makanan atau minuman.

Secara kimia, reagen ABTS bersifat stabil, larut dalam air, dan lipid.

Aktivitas penghambatan oleh antioksidan terlihat dari semakin hilangnya

warna ABTS yang diukur absorbansinya dengan spektrofotometer.19

2.1.6.3 Metode Deoksiribosa

Deoksiribosa (2-deoksi-D-ribosa) merupakan gula yang

mempunyai 5 atom karbon yang merupakan turunan dari suatu gula

pentose, yaitu ribosa. Deoksiribosa bila terdegradasi akan menghasilkan

(24)

12

Dalam suasana asam MDA dengan Thiobarbituric acid (TBA)

menghasilkan kromagen berwarna merah muda. Semakin banyak

deoksiribosa yang terdegradasi maka semakin tinggi kromogen

MDA-TBA.19

2.1.6.4 Xantin Oksidase

Metode xantin oksidase merupakan uji aktivitas antioksidan yang

menggunakan enzim superoksida dismutase (SOD). Enzim SOD adalah

salah satu dari antioksidan endogen yang bekerja dengan mengkatalis

radikal O2 (superoksida) menjadi H2O2.20

2.1.7 Spektrofotometer UV-Vis dan Absorbansi

Spektrofotometer UV-Vis adalah alat yang biasa digunakan

untuk analisa kuantitatif dan semikualitatif pada laboratorium biokimia.

Prinsip kerjanya adalah interaksi cahaya dan materi yaitu adanya

penyerapan ultraviolet atau sinar tampak oleh molekul sehingga terjadi

eksitasi elektron pada orbital molekul. Spektrofotometer UV-Vis akan

melewatkan sinar pada kuvet (wadah berisi larutan), kemudian akan

terbaca panjang gelombang larutan dalam satuan nm. Spektrofotometer

dibagi menjadi tiga daerah yaitu near UV, Visible, dan Verynear Infrared

(185-400 nm, 400-700 nm, dan 700-1100 nm). Namun lebih sering

spektrofotometer terbaca pada rentang 185-900 nm. Dasar pengukuran

absorbansi adalah hukum Lambert-Beer yaitu absorbansi tergantung

diameter kuvet (dalam cm), konsentrasi larutan, dan koefisien absorpsi

(25)

13 (Curcuma domestic val)

Bersifat antioksidan dari ungu pekat menjadi

kuning pucat panjang gelombang maksimum DPPH

yaitu 517 nm. Absorbansi baik <1

Daun kunyit memiliki aktivitas antioksidan tergolong sedang

(26)

14

2.3 Kerangka Konsep

2.4 Definisi Operasional

(27)

15

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional untuk mengetahui

aktivitas antioksidan daun kunyit dengan menggunakan metode DPPH.

3.2 Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah pada bulan Februari sampai Agustus 2014.

3.3 Sampel

Sebanyak 500 gram daun kunyit yang digunakan dalam penelitian ini

didapatkan dari pasar Ciputat. Daun dipilih yang tidak terlalu muda dan tua,

tidak kering, tidak berjamur, sudah dibersihkan. Kemudian dideterminasi

oleh Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Bogor. Determinasi dilakukan untuk mengurangi kemungkinan kesalahan

identitas sampel. Hasil determinasi menunjukan bahwa sampel yang diuji

benar spesies Curcuma Domestica Val. Kemudian dibuat larutan ekstraknya

dalam berbagai konsentrasi, yaitu : 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm

yang masing-masing dibuat tiga kali pengulangan.

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

3.4.1 Alat penelitian

Timbangan analitik; tabung reaksi; tabung Erlenmeyer; cawan; gelas

ukur; labu ukur 10 mL; kaca arloji; batang pengaduk; botol gelap; gelas beaker; mikropipet 10, 100, dan 1000 μL; tip 10, 100, dan 1000 μL;

alumunium foil; shaker waterbath; kuvet dan spektrofotometer UV-Vis

Hitachi 2,2 solution.

3.4.2 Bahan Penelitian

(28)

16

3.5 Cara Kerja Penelitian

3.5.1 Penyiapan Sampel atau Pembuatan Simplisia Nabati

Daun kunyit ba sah diambil dari Pasar Ciputat (sudah dideterminasi)

kemudian dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari. Daun

yang telah kering diblender menjadi serbuk daun kunyit.21

3.5.2 Pembuatan ekstrak daun kunyit

Pembuatan ekstrak daun kunyit dilakukan oleh peneliti di

laboratorium biologi dengan menggunakan metode maserasi dan remaserasi

yaitu menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan.21 Setelah dilakukan maserasi selama

24 jam dilakukan penyaringan untuk memisahkan filtrat dan residu. Filtrat

kemudian dilakukan evaporasi menggunakan rotator evaporator pada suhu

37˚C untuk memisahkan pelarut metanol dengan ekstrak daun kunyit

sehingga didapatkan ekstrak kental daun kunyit. Kemudian residu direndam

lagi dalam pelarut metanol untuk dilakukan remaserasi.22

3.5.3 Pembuatan Larutan

a) Pembuatan Larutan DPPH 634 μM

• Timbang DPPH sebanyak 0,0014 gram.

• Larutkan dalam 14 mL metanol.

• Larutan dikocok hingga homogen kemudian dimasukan ke dalam

botol gelap.

• Absorbansi diukur dengan spektrofotometer UV-Vis untuk

memperoleh panjang gelombang maksimum.

b) Pembuatan Larutan kontrol

• Dalam 1500 μL metanol ditambahkan 500 μL larutan DPPH.

• Larutan dikocok hingga homogen.

c) Pembuatan Larutan uji

1. Larutan Induk (1000 ppm)

10 mg ekstrak daun kunyit dilarutkan kedalam 10 mL

(29)

17

2. Larutan Seri

a) 200 ppm

400 μL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai

volumenya 1500 μL. Kemudian tambahkan 500 μL larutan DPPH.

b) 150 ppm

300 μL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai

volumenya 1500 μL.Kemudian tambahkan 500 μL larutan DPPH.

c) 100 ppm

200 μL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai

volumenya 1500 μL.Kemudian tambahkan 500 μL larutan DPPH.

d) 50 ppm

100 μL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai

volumenya 1500 μL. Kemudian tambahkan 500 μL larutan DPPH.

d) Pembuatan Larutan Kontrol Positif (Vitamin C)23

Vitamin C berupa serbuk putih didapatkan dari Laboratorium

Kimia Obat Farmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Vitamin C yang

digunakan merupakan produk perusahaan VWR.

(30)

18

Semua larutan kontrol, larutan ekstrak daun kunyit dan larutan standar

positif (vitamin C) dikocok menggunakan shaker waterbath dan diinkubasi

pada suhu 37oC selama 30 menit dalam keadaan gelap (ditutup alumunium

foil). Hal ini dilakukan karena radikal DPPH mudah didegradasi oleh cahaya.

Kemudian absorbansinya diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada

panjang gelombang 517 nm. Setelah nilai absorbansinya didapat, dihitung

persen hambatan masing-masing larutan dengan menggunakan rumus:12

% Hambatan = (Abs0– Abssample) x 100%

Abs0

Setelah didapatkan % aktivitas hambatan dicari nilai IC50 melalui

persamaan regresi linier y = a + bx.

3.7 Analisis Data Antioksidan

Data antioksidan pada radikal DPPH (% penghambatan) ekstrak daun

kunyit dianalisis dan dihitung nilai IC50. Semakin kecil nilai IC50 berarti

aktivitas antioksidan semakin kuat. Pada penelitian ini nilai IC50 dianalisis dan

dihitung mengunakan persamaan regresi linear.12,24

Data % hambatan dan konsentrasi larutan digunakan untuk mencari

nilai IC50 dengan persamaan regresi linear y= a + bx, dimana y adalah %

hambat 50 (senilai 50) dan x adalah nilai IC50. Nilai konstanta a menunjukkan

(31)

19

menunjukkan besarnya perubahan variabel y jika variabel x berubah sebesar

satu satuan. Berikut ini tabel mengenai klasifikasi aktivitas antioksidan

menurut Blois15:

Tabel 3.1 Klasifikasi aktivitas antioksidan

No. Nilai IC50 Antioksidan

1. < 50 ppm Sangat kuat

2. 50-100 ppm Kuat

3. 100-150 ppm Sedang

(32)
(33)
(34)

22

menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum

DPPH yaitu 517 nm. Kemudian dicari % penghambatan masing-masing

konsentrasi. Berikut ini nilai absorbansi dan % penghambatan dari setiap

konsentrasi ekstrak daun kunyit dan vitamin C:

Tabel 4.1 Nilai absorbansi dan % penghambatan ekstrak daun kunyit

No Konsentrasi

(ppm)

Rata-rata nilai

absorbansi % Penghambatan

1 50 ppm 0.465 14.04 %

2 100 ppm 0.344 36.41 %

3 150 ppm 0.243 55.08 %

4 200 ppm 0.199 63.22 %

*Larutan kontrol = 0.541 nm

Tabel 4.2 Nilai absorbansi dan % penghambatan vitamin C

No Konsentrasi

(ppm)

Rata-rata nilai

absorbansi % Penghambatan

1 2 ppm 0.504 6.83 %

2 4 ppm 0.433 19.96 %

3 6 ppm 0.234 56.74 %

4 8 ppm 0.102 81.14 %

*Larutan kontrol = 0.541 nm

Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 terlihat hasil bahwa semakin besar

konsentrasinya semakin kecil nilai absorbansinya karena semakin besar

konsentrasi larutan, aktivitas antioksidan semakin tinggi. Hal ini ditandai dengan

perubahan warna dari DPPH dan nilai % penghambatan yang semakin tinggi.

Setelah dilakukan penghitungan utntuk mendapatkan data %

penghambatannya maka akan dibuat grafik dengan menggunakan Microsoft Excel

dimana konsentrasi larutan (x) dan % penghambatan (y) yang akhirnya didapatkan

persamaan regresi liniernya. Berikut hasil persamaan regresi linier ekstrak daun

(35)

23

Gambar 4.3 Persamaan regresi linier ekstrak daun kunyit

Gambar 4.4 Persamaan regresi linier vitamin C

4.3 Penetapan Nilai IC50

Nilai IC50 dapat ditetapkan dengan menggunakan persamaan regresi

linier. Untuk memudahkan input data maka digunakan microsoft excel untuk

mencari persamaan regresi linier. Semakin kecil nilai IC50 maka semakin

besar aktivitas antioksidan.12 Setelah melakukan perhitungan, IC50 daun kunyit

dan vitamin C sebagai berikut:

y = 0,3324x + 0,635

konsentrasi ekstrak daun kunyit (ppm)

y = 12,986x - 23,76

(36)

24

Tabel 4.3 Nilai IC50

No Bahan Nilai IC50

1. Ekstrak Daun Kunyit 148,51 ppm

2. Vitamin C 5,67 ppm

Tabel 4.3 menunjukan ekstrak daun kunyit memiliki nilai IC50 sebesar

148,51 ppm dan vitamin C sebesar 5,67 ppm. Berdasarkan klasifikasi Blois,

ekstrak daun kunyit termasuk dalam kategori antioksidan sedang dan vitamin C

termasuk ke dalam antioksidan yang sangat kuat.15Sementara penelitian

sebelumnya, menggunakan ekstrak dari rimpang kunyit memiliki aktivitas

antioksidan yang kuat dengan nilai IC50 sebesar 56,17 ppm.5 Lingkungan yang

baik dapat memengaruhi senyawa bioaktif yang terkandung, daun kunyit pada

penelitian ini didapatkan dari pasar Ciputat, berbeda dengan penelitian yang

dilakukan pada rimpang kunyit yang didapatkan dari lingkungan untuk tumbuh

yang dikondisikan dengan baik. Sehingga nilai dari IC50 lebih kecil dari pada

penelitian ini. Aktivitas antioksidan disebabkan karena daun kunyit mengandung

kurkumin. Kurkumin merupakan metabolit sekunder yang tersebar pada

tumbuhan dan termasuk senyawa fenolik sehingga cenderung mudah larut dalam

pelarut polar. Kurkumin bersifat antioksidan sehingga mampu meredam aktivitas

(37)

25 BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

1.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dengan berbagai

konsentrasi larutan uji ekstrak daun kunyit, terdapat perubahan warna

DPPH dari ungu pekat menjadi kuning terang. Hal ini menunjukkan

adanya aktivitas antioksidan ekstrak daun kunyit.

2.Nilai IC50 ekstrak daun kunyit sebesar 148.51 ppm dan digolongkan

sebagai antioksidan sedang menurut kriteria Blois.

5.2 Saran

1.Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan senyawa

bioaktif ekstrak daun kunyit yang bersifat antioksidan.

2.Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai efek daun kunyit lainnya

(38)

26

DAFTAR PUSTAKA

1, Corwin J.E. Buku saku patofisiologi.Edisi 3.Jakarta : EGC. 2009. hal.32-4.

2. Winarsih H. Antioksidan alami dan radikal bebas : potensi dan aplikasi dalam

kesehatan. Yogyakarta: Kanisius. 2007.hal.77-82.

3. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku ajar patologi Robbins. Edisi 7.Volume

1. Jakarta: EGC. 2007. hal.6-8.

4. National Cancer Institute. Antioksidant and cancer prevention: fact sheet

(serial online) 2004 July (cited 2014 April 15) available from: URL:

www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/prevention/antioxidant.

5. Nurfina, A. Turunan kurkumin sebagai penangkap radikal hidroksi, laporan

penelitian Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Yogyakarta. 1996.

6. Yuhernita dan Juniarti. Analisis senyawa metabolit sekunder dari ekstrak

methanol daun durian yang berpotensi sebagai antioksidan.Makara Sains. April

2011;15(1): 48-52.

7. Rukmana,Rahmat.Kunyit.Jakarta : Kanisius. 1994.hal.13-4.

8. Thomas A. Tanaman obat tradisional. Jakarta : Kanisius. 2006.hal.33-5.

9. Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter standar umum ekstrak tumbuhan

obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.Jakarta : Depkes RI.

2000.hal.1-12.

10.Gitawati R. Radikal bebas-sifat dan perannya dalam menimbulkan

kerusakan/kematian sel. Cermin Dunia Kedokteran. 1995;102: 33-6.

11.Ardiansyah. Antioksidan dan perannya bagi kesehatan. Artikel IPTEK. 2007.

12.Molyneux P. The use of the stable free radical diphenylpicrylydrazyl (DPPH)

for estimating antioxidant activity. Jurnal Science Technology. 2004;26(2):

212-8.

13.Reynertson KA. Phytochemical analysis of bioactive constituens from edible

mytaceae fruit, dissertation. New York : The City Universityof New York.

(39)

27

14.Kristiana HD, Ariviani S, Khasanah LU.Ekstraksi pigmen antosianin buah

senggani ( Melastoma malabathricum auct. Non linn )dengan variasi jenis

pelarut. Jurnal teknosains pakan.2012;1(1): 107.

15.Blois, MS.Antioxidant determinations by the use of a stable free

radical.Nature. 1958:1(1): 1199-200.

16.Rouessac A. Chemical analysis modern instrumentatiom methods and

techniques. England : Willey.2004.

17.Youngson, Robert. Antioksidan: manfaat vitamin C dan E bagi kesehatan.

Jakarta: EGC. 2005.hal.18-21.

18.Tonnesen, H.H, and Greenhill, J.V. Studies on curcumin and curcuminod

curcumin as a reducing agent and as a radical scavanger. International Journal

of Pharmaceutic.1992;87: 283-9.

19.Halliwell B, Gutteridge JMC. Free radical in biology and medicine. New York:

Oxford Universsity Press.2000.

20.Mun’im, Negishi O, Ozawa T. Antioxidative compounds from Crotalaria sessiflora. Biosci Biotechnol Biochem. 2003;67(2).

21.Harborne JB. Metode fitokimia, penuntun cara modern menganalisa tumbuhan.

Terjemahan K. Padmawinata Edisi II. Bandung: ITB Press. 2006.

22.Muhlisah F. Tanaman obat keluarga. Jakarta: Penebar Swadaya.1999.hal.38-40

23. Nabavi SF, Nabavi SN, Ebrahimzadeh MA, Asgarirad H. The antioxidant

activity of wild medlar (Mespilus germanical) fruits, stem bark and leaf.

African Journal of Biotechnology.2011; 10(2): 283-9.

24. Kekuda TRP, Vinayaka KS, Kumar SUP, Sudharshan SJ. Antioxidant and

antibacterial activity of lichenextracts, honey and their combination. Journal

(40)
(41)
(42)

30

Lampiran 3

Riwayat Penulis

Identitas :

Nama : Nurhabiba Edriana

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Batusangkar, 13 September 1993

Agama : Islam

Alamat : Jln. Korong Tabuah Jor.Koto Gadang, Kec.Padang

Ganting, Prov.Sumatera Barat

Email : nurhabiba.edriana@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

 2000 – 2006 : Sekolah Dasar Negeri 06 Padang Ganting

 2006 – 2008 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Padang Ganting

 2008 – 2011 : Sekolah Menengah Atas 03 Batusangkar

 2011 – sekarang : Program Studi Pend idikan Dokter FKIK UIN Syarif

Gambar

Tabel 3.1 Klasifikasi aktivitas antioksidan..................................
Gambar 2.1 Tanaman kunyit............................................................
Gambar alat dan bahan penelitian...............................
Tabel 3.1 Klasifikasi aktivitas antioksidan
+4

Referensi

Dokumen terkait

negara tetangga, Malaysia, juga mengenal tempoyak.. Oh, iya, Teman-teman, tempoyak adalah hasil fermentasi dari buah durian. Jambi memiliki banyak daerah penghasil buah

Selain pendapat di atas, Hery (2014:202) mengatakan: Istilah piutang mengacu pada sejumlah tagihan yang akan diterima oleh perusahaan (umumnya dalam bentuk kas)

(e&amp;ikian surat per&amp;oonan pende-egasian peserta, atas peratiann6a diaturkan teri&amp;a kasi. Wallahul Muwafq Ilaa

Hasil penelitian yang telah dikembangkan berupa: 1) Media pembelajaran fisika berbasis Adobe Flash CS6 dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk

Hipotesis dari penelitian ini adalah pembuatan sistem temu kembali informasi (Information Retrieval) dengan cara menentukan objek layanan kesehatan mana yang lebih relevan

Maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Pelaksanaan kepemimpinan oleh Kepala SMP Negeri 7 Ciamis diperoleh rata -rata skor sebesar 164,86. Angka tersebut termasuk

Pada PFBC, selain dihasilkan panas yang digunakan untuk memanaskan air menjadi uap untuk memutar turbin uap, dihasilkan pula gas hasil pembakaran yang memiliki tekanan tinggi yang

Dalam rencana pemberdayaan desa dan potensi Kelurahan Pringsewu Selatanpenulis membuat sebuah rancangan website yang diharapkan dapat membantu masyarakat dalam