• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Ibu dalam Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Denai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku Ibu dalam Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Denai"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

Perilaku Ibu dalam Perawatan Pneumonia pada BalitaDI

Wilayah Kerja Puskesmas Medan Denai

SKRIPSI

Oleh:

Sannesy Ardela M Bakara

091010152

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul : Perilaku Ibu dalam Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Denai

Nama : Sannesy Ardela M Bakara NIM : 091101052

Jurusan : S1 Keperawatan

Tahun Akademik : 2013

Abstrak

Pneumonia merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian balita di negara berkembang. Perilaku ibu dalam melakukan perawatan penyakit pneumonia yang tepat dapat mengurangi tingkat keparahan dan mengurangi kematian balita akibat pneumonia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku yakni pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam melakukan perawatan pada balita yang menderita pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Denai. Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sample 63 orang. .Sampel penelitian adalah ibu-ibu yang memiliki balita yang pernah menderita pneumonia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden memiliki peilaku baik (69,84 %), pengetahuan baik (65,1 %), sikap cukup (61,9 %), tindakan cukup (55,6 %). Tenaga kesehatan diharapkan dapat melaksanakan program pendidikan kesehatan bagi ibu-ibu dalam perawatan pneumonia pada balita agar tercapai perilaku yang optimal.

(3)

Title : Mothers’ Behavior in the Treatment of Pneumonia in Children under Five Years Old in the Working Area of Medan Denai Puskesmas

Nama : Sannesy Ardela M. Bakara

Std. ID Number : 091101052

Study Program : Nursing

Academic Year : 2013

Abstract

Pneumonia is one of the causes of illness and death of children under five years old in the developing countries. Mothers’ behavior with the correct treatment of pneumonia can reduce the level of illness and death of children under five years old caused by pneumonia. The objective of the study was to know mothers’ behavior consisting of knowledge, attitudes, and practices in the treatment for children under five years old suffered from pneumonia in the working area of Medan Denai Puskesmas. The research design was a descriptive quantitative with 63 respondents.The samples were mothers who have children under five years old who had been suffered from pneumonia, using purposive sampling technique. The result of the study showed that 69,84 % of respondents had good behavior who 65.1% of respondents had good knowledge, 61.9% had moderate attitudes, and 55.6% had moderate practice. Health workers expected to implement health education program for mothers in the treatment of pneumonia in young children in order to achieve optimal behavior.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan dan berkat-Nya yang selalu menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Perilaku Ibu dalam Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Denai”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, ibu Erniyati, S.Kep.,Ns.,MNS selaku Pembantu Dekan I, ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu dekan II, dan bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNSselaku Pembantu Dekan III

2. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku penguji I dan Erniyati, S.Kep.,Ns.,MNS selaku penguji II yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

(5)

5. Kepala Puskesmas Medan Denai yang telah memberikan izin kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.

6. Ibu Yulidar selaku petugas kesehatan Puskesmas Medan Denai yang telah bersedia mendampingi dalam proses pengambilan data.

7. Terima kasih kepada PT. Angkasa Pura yang telah memberikan saya beasiswa sebagai bantuan dana dalam menyelesaikan perkuliahan saya 8. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

ayahanda S. Bakara SE dan ibunda N. Simbolon beserta adik- adik saya, Sancristo Bakara, Sanlouren Monika Bakara dan San Gressia Bakara yang mendoakan, memberikan dukungan moril maupun materil dan segala yang terbaik untuk penulis.

9. Terima kasih kepada teman saya Monika, Anasthasia, Melisa dan teman-teman Fakultas Keperawatan Reguler A angkatan 2009 yang memberikan semangat dan dorongan khususnya kepada teman saya Trisna, Susi, Imelda, Sannesy, Meszadena, Heppy dan Asrilchan.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini, oleh sebab itu penulis menerima kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun. Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan ilmu dan praktik keperawatan. Terimakasih.

Medan, Juni 2013

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR SKEMA ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 Pendahuluan ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Pertanyaan Peneliti ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 Tinjauan Pustaka ... 6

2.1 Perilaku 2.1.1 Defenisi Perilaku ... 6

2.1.2 Klasifikasi Perilaku ... 6

2.1.3 Domain Perilaku... 7

2.1.4 Proses Pembentukan Perilaku………..10

2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku ... …………. 10

(7)

2.2.2 Etiologi ... 11

2.2.3 Tanda dan gejala ... 12

2.2.4 Klasifikasi Pneumonia ... 12

2.2.5 Cara penularan ... 13

2.2.6 Faktor risiko pneumonia ... 13

2.2.7 Pengobatan ... 14

2.2.8 Perawatan di rumah ... 14

2.2.9 Pencegahan ... 18

BAB 3 Kerangka Penelitian ... 19

3.1. Kerangka Penelitian ... 19

3.2. Definisi Operasional... 20

BAB 4 Metodologi Penelitian ... 22

4.1 Desain Penelitian ... 22

4.2 Populasi dan Sampel ... 22

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

4.4 Pertimbangan Etik ... 24

4.5 Instrumen Penelitian ... 25

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 30

4.7 Pengumpulan Data ... 30

4.8 Analisa Data ... 31

BAB 5 Hasil dan Pembahasan ... 33

(8)

5.1.2 Gambaran Pengetahuan Ibu...35

5.1.3 Gambaran Sikap Ibu ...37

5.1.4 Gambaran Tindakan Ibu ...40

5.1.5 Gambaran Perilaku...42

5.2. Pembahasan 5.2.1 Pengetahuan Ibu dalam Perawatan Pneumonia...43

5.2.2 Sikap Ibu dalam Perawatan Pneumonia...47

5.2.3 Tindakan Ibu dalam Perawatan Pneumonia...49

5.2.4 Perilaku Ibu dalam Perawatan Pneumonia...51

BAB 6 Kesimpulan dan Saran ... 54

6.1. Kesimpulan...………...54

6.2. Saran ...54

(9)

DAFTAR TABEL

(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka penelitian perilaku ibu dalam perawatan pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Medan Denai

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent) Lampiran 2 Instrumen Penelitian

Lampiran 3 Reliabilitas

Lampiran 4 Hasil Analisa Data

Lampiran 5 Distribusi Soal Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan Lampiran 7 Surat Uji Validitas

Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 9 Lembar Konsultasi

Lampiran 10 Jadwal Penelitian Lampiran 11 Taksasi Dana

(12)

Judul : Perilaku Ibu dalam Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Denai

Nama : Sannesy Ardela M Bakara NIM : 091101052

Jurusan : S1 Keperawatan

Tahun Akademik : 2013

Abstrak

Pneumonia merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian balita di negara berkembang. Perilaku ibu dalam melakukan perawatan penyakit pneumonia yang tepat dapat mengurangi tingkat keparahan dan mengurangi kematian balita akibat pneumonia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku yakni pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam melakukan perawatan pada balita yang menderita pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Denai. Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sample 63 orang. .Sampel penelitian adalah ibu-ibu yang memiliki balita yang pernah menderita pneumonia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden memiliki peilaku baik (69,84 %), pengetahuan baik (65,1 %), sikap cukup (61,9 %), tindakan cukup (55,6 %). Tenaga kesehatan diharapkan dapat melaksanakan program pendidikan kesehatan bagi ibu-ibu dalam perawatan pneumonia pada balita agar tercapai perilaku yang optimal.

(13)

Title : Mothers’ Behavior in the Treatment of Pneumonia in Children under Five Years Old in the Working Area of Medan Denai Puskesmas

Nama : Sannesy Ardela M. Bakara

Std. ID Number : 091101052

Study Program : Nursing

Academic Year : 2013

Abstract

Pneumonia is one of the causes of illness and death of children under five years old in the developing countries. Mothers’ behavior with the correct treatment of pneumonia can reduce the level of illness and death of children under five years old caused by pneumonia. The objective of the study was to know mothers’ behavior consisting of knowledge, attitudes, and practices in the treatment for children under five years old suffered from pneumonia in the working area of Medan Denai Puskesmas. The research design was a descriptive quantitative with 63 respondents.The samples were mothers who have children under five years old who had been suffered from pneumonia, using purposive sampling technique. The result of the study showed that 69,84 % of respondents had good behavior who 65.1% of respondents had good knowledge, 61.9% had moderate attitudes, and 55.6% had moderate practice. Health workers expected to implement health education program for mothers in the treatment of pneumonia in young children in order to achieve optimal behavior.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pneumonia merupakan penyakit yang tergolong ke dalam Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan sekitar 80-90 % dari seluruh kematian ISPA adalah pneumonia. Pneumonia merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian balita di negara sedang berkembang. Badan kesehatan dunia (WHO), menyatakan bahwa setiap tahunnya pneumonia menyebabkan 1,3 juta anak meninggal pada usia dibawah lima tahun. Menurut laporan perkembangan pneumonia yang dilansir International Vaccine Access Center (IVAC), India dan Nigeria menjadi negara dengan angka kematian balita terbanyak akibat pneumonia yaitu sebanyak 371.605 dan 177.212 jiwa, sedangkan Indonesia berada pada peringkat ke -8 dunia dengan jumlah kematian balita mencapai 38.331 jiwa (IVAC, 2011).

Pneumoni menyebabkan kematian lebih banyak pada anak dibandingkan penyakit lain di dunia seperti malaria, tuberkulosis dan AIDS. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 menyatakan bahwa pneumonia menjadi penyebab kematian kedua tertinggi pada balita (15,5 %) setelah diare dengan Angka Kematian Balita (AKABA) adalah 196.579 balita atau sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup. Jumlah kematian balita akibat pneumonia pada tahun 2007 adalah 30.470 balita atau rata-rata 83 orang balita meninggal setiap hari (Kemkes RI, 2010).

(15)

balita dari jumlah balita 1.454.691 (Kemkes RI, 2012). Kota Medan dan Simalungun merupakan daerah yang paling banyak balitanya menderita pneumonia. Balita penderita pneumonia di Medan sebanyak 2.261 balita, sedangkan di Simalungun sebanyak 2.312 balita (Akbar, 2011).

(16)

Program pemberantasan penyakit ISPA memfokuskan kegiatannya pada penanggulangan pneumonia pada balita.. Dalam pelaksanaannya, program Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA) memerlukan dukungan semua pihak dan peran aktif masyarakat. Peran masyarakat terutama keluarga, dalam penanggulangan dan pencegahan ISPA terutama pneumonia sangat menentukan keberhasilan upaya penanggulangan ISPA pneumonia (Trapsilowati, 1999 dalam Nurhidayah, 2008)

Peran aktif keluarga terutama ibu dalam menangani pneumonia pada balita sangat penting. Pemilihan ibu sebagai kelompok sasaran karena pada umumnya ibu adalah orang yang paling dekat dengan anaknya dan seringkali ibu berperan sebagai penggambil keputusan dalam mencari pertolongan pengobatan anaknya yang sakit serta merawat anaknya yang sakit (Notosiswoyo, 2003). Perilaku ibu dalam melakukan perawatan penyakit pneumonia yang tepat di rumah dapat mengurangi tingkat keparahan dan mengurangi kematian balita akibat pneumonia. Dalam penelitian Dewa (2003), perawatan balita yang menderita pneumonia di rumah merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan perubahan status penyakit ISPA non pneumonia menjadi pneumonia ataupun pneumonia berat. Perawatan yang kurang baik di rumah ibu tidak mengompres balitanya ketika demam dan tidak memberikan makanan sedikit tetapi sering ketika balitanya tidak mau makan. Oleh karena itu balitanya kembali mendapatkan antibiotik.

(17)

sebanyak 160 balita. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2012 pada bulan Januari sampai Oktober terdapat 168 balita yang menderita pneumonia. Pemilihan wilayah kerja Puskesmas Medan Denai sebagai lokasi penelitian dikarenakan Puskesmas Medan Denai merupakan salah satu puskesmas yang memiliki jumlah balita penderita pneumonia terbanyak. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku ibu tentang perawatan pneumonia pada balita di wilayah kerja puskesmas Medan Denai.

1.2 Pertanyaaan Penelitian

Pertanyaan penelitian berdasarkan latar belakang masalah diatas adalah bagaimana perilaku ibu tentang perawatan pneumonia pada balita di wilayah kerja puskesmas Medan Denai.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Hasil penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku ibu dalam perawatan pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Medan Denai.

1.3.2 Tujuan Khusus

(18)

1.3.2.2 Mengetahui sikap ibu dalam perawatan pneumonia pada balita di wilayah kerja puskesmas Medan Denai.

1.3.2.3 Mengetahui tindakan ibu dalam perawatan balita di wilayah kerja puskesmas Medan Denai.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1.4.1 Praktek Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya perawat penyuluh dalam pemberian pendidikan kesehatan dan asuhan keperawatan terhadap upaya perawatan pneumonia.

1.4.2 Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk menambah wawasan mengenai gambaran perilaku ibu dalam perawatan pneumonia pada balita

1.4.3 Peneliti Keperawatan

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Defenisi Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh organisme atau mahluk hidup. Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus. Skiner menyatakan bahwa perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus organisme respon, teori skiner disebut dengan teori “S-O-R”. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi tergantung pada kualitas stimulus yang diberikan pada organisme (Notoatmodjo, 2005). Kurt Lewin berpendapat bahwa perilaku adalah suatu keadaan dimana kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan (restining forces) berada dalam keadaan seimbang (Notoatmodjo, 2005).

2.1.2 Klasifikasi Perilaku

Bentuk perilaku dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni :

1)Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan, atau sikap batin, dan pengetahuan. Oleh sebab itu perilaku ini masih terselubung (covert behaviour)

(20)

2.1.3 Domain Perilaku

Menurut Benyamin Bloom (1908) sebagaimana dikutip Notoatmodjo (2005) bahwa perilaku manusia itu dibagi kedalam 3 domain yakni: kognitif, afektif, psikomotor. Dalam perkembangannya teori bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni :

1) Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari proses pengindraan terhadap suatu objek tertentu yang sudah dilakukan sebelumnya. Pengindraan dapat terjadi melalui penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman,dan pengecap. Hasil pengetahuan manusia yang paling besar berasal dari indra penglihatan dan pendengaran. Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka akan perilaku tersebut akan bertahan lama, sebaliknya bila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut tidakakan bertahan lama. Secara garis besar Sunarto (2004) menyatakan bahwa tingkatan pengetahuan mencakup 6 tingkatan, yakni :

a. Tahu (know), diartikan sebagai memori yang ada setelah mengamati sesuatu. Pengetahuan merupakan tingkat kognitif yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur pengetahuan adalah mengidentifikasi, menyebutkan, membuat daftar, memilih, mendefenisikan.

(21)

tentang obyek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan. c. Aplikasi (application), diartikan menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi dan kondisi yang nyata. Misalnya mampu menggunakan rumus statistika.

d. Analisis (analysis), diartikan kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan , kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Individu mampu membedakan, memisahkan, atau mengelompokkan, membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis (synthesis), diartikan kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang dimiliki. Mampu menyusun formulasi baru dari formasi yang sudah ada

f. Evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap objek tertentu

2) Sikap (Attitude)

(22)

Komponen pokok sikap yakni: 1) kepercayaan ide, dan konsep yang mempengaruhi pemikiran, keyakinan, dan pendapat terhadap suatu objek; 2) kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek yang mempengaruhi penilaian terhadap objek; 3) kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama akan membentuk sikap yang utuh (Notoatmodjo, 2005). Berbagai tingkatan sikap menurut (Notoatmodjo, 2007) yakni; menerima, merespon, menghargai , bertanggung jawab

3) Praktik (Tindakan)

Suatu sikap belum secara langsung terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Sikap akan menjadi suatu tindakan nyata apabila ada faktor pendukung atau situasi yang mendukung, misalnya fasilitas

(23)

2.1.4 Proses Pembentukan Perilaku

1) Kebutuhan

Perilaku manusia akan terbentuk apabila ada kebutuhan. Abraham Harold Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi diri (Sunaryo, 2004)

2) Motivasi

Motivasi adalah suatu penggerak. Penggerak tersebut dapat berasal dari dalam diri individu atau dari luar diri individu. Penggerak ini akan membantu individu untuk mencapai tujuan (Sunaryo, 2004)

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :

1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan,sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. 2) Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya puskesmas,obat-obatan, alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

(24)

2.2. Pneumonia pada Balita

2.2.1 Definisi

Pneumonia adalah suatu proses infeksi pernapasan akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang sering terjadi pada masa kanak-kanak terutama pada masa balita dan masa kanak-kanak awal. Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronkus yang disebut dengan bronkopneumonia. Dalam pelaksanaan Pemberantasan penyakit

ISPA semua bentuk pneumonia baik pneumonia maupun bronkopneumonia

disebut pneumonia(Kemkes RI,2010, Wong, 2009).

Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah yang dialirkan kesekitar alveoli tidak dapat berfungsi. Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang sakit. (Somantri, 2007).

2.2.2 Etiologi

(25)

2.2.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pneumonia berbeda-beda tergantung usia anak dan organisme penyebabnya. Secara umum, tanda dan gejala pneumonia dapat berupa batuk kering sampai produktif, demam tinggi (39⁰C- 40⁰C), frekuensi pernapasan

meningkat sebanyak 40 sampai 80 kali per menit pada bayi dan 30 sampai 50 kali pada balita, pernapasannya sulit dan cepat, nyeri dada, adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (Shulte, 2001), pelebaran lubang hidung (pernapasan cuping hidung), mengi atau wheezing, bibir atau kuku menjadi biru yang disebabkan oleh penurunan oksigen dalam aliran darah, kehilangan nafsu makan dan kurang bergairah dari biasanya (Steven, 2004).

2.2.4 Klasifikasi Pneumonia

(26)

50 kali per menit pada anak usia 2 bulan hingga 12 bulan; kurang dari 40 per menit pada anak usia 12 bulan hingga 5 tahun.

2.2.5 Cara Penularan

Pneumonia tidak menular melalui kontak fisik, tetapi virus dan bakteri yang berada pada bagian atas saluran pernafasan dapat dengan mudah disebarkan melalui udara. Oleh karena itu, lebih baik menghindarkan anak balita dari orang-orang yang mengalami batuk untuk mencegah penularan pneumonia pada anak. Pisahkan perlengkapan makan penderita batuk atau infeksi pernapasan lainnya dengan perlengkapan anggota keluarga yang sehat, untuk menghindari potensi penyebaran pathogen (Kemkes RI, 2010).

2.2.6 Faktor Resiko Pneumonia pada Balita

(27)

2.2.7 Pengobatan

Penyebab spesifik pneuomonia pada balita sering kali tidak dapat ditegakkan secara cepat, sehingga penanganan yang dianggap paling tepat ialah memberikan terapi antibiotik yang efektif terhadap bakteri penyebab pneumonia yang paling umum (Rudolph, 2006). Pengobatan pada balita pneumonia dapat dilakukan dengan terapi antibiotik oral. Antibiotik oral pilihan pertama yaitu Kotrimoksazol. Ini dipilih karena sangat efektif, cara pemberiannya mudah dan murah.Antibiotik pilihan kedua yaitu, Amoksisilin diberikan hanya apabila obat pilihan pertama tidak tersedia atau apabila dengan pemberian pertama tidak memberikan hasil yang baik. Kotrimoksasol dan Amoksisilin diberikan 2 kali sehari selama 3 hari dalam bentuk tablet atau sirup. Pada balita berumur 1 sampai kurang dari 3 tahun diberikan 2,5 tablet kotrimoksazol atau duapertiga dari tablet 500 mg amoksisilin. Apabila diberikan dlam bentuk sirup diberikan sebanyak 5 ml (1 sendok takar) kotrimoksazol atau 12,5 ml (2,5 sendok takar) amoksisilin. Untuk balita berumur 3 sampai 5 tahun diberikan 3 tablet kotrimoksazol atau tigaperempat dari 500 mg tablet amoksisilin. Apaila diberikan dalam bentuk sirup diberikan 10 ml (2 sendok takar) kotrimoksazol atau 15 ml (3 sendok takar) amoksisilin (Depkes RI, 2010). Terapi antibiotik oral diberikan sampai demam pada balita menurun atau hilang, adanya penurunan upaya bernapas. Pada saat itu , antibiotik oral dapat diberikan dengan perjalanan antibiotic total selama 10-21 hari (Rudolph, 2006)

2.2.8 Perawatan di rumah

(28)

yang baik oleh ibu di rumah. Perawatan balita pneumonia di rumah yang dapat dilakukan ibu meliputi perawatan suportif dan pengamatan yang cermat terhadap tanda-tanda pneumonia. Selain itu, jika antibiotik, parasetamol atau obat spesifik lainnya direkomendasikan untuk digunakan di rumah, ibu harus mengerti bagaimana cara memberikannya dan kapan perlu kembali untuk penilain ulang (WHO, 2002).

Perawatan suportif yang dapat dilakukan ibu dapat berupa pemberian makan, pemberian cairan , mengatasi batuk dan mengatasi demam pada balita.

1) Pemberian makan

Pemberian makan pada balita selama infeksi pernapasan akut dan meningkatkan pemberian makan selama masa penyembuhan dapat menggantikan penurunan berat badan selama sakit. Pemberian makan yang baik dapat membantu mencegah terjadinya kekurangan gizi. Pemberian makanan ini terutama penting bagi balita yang menderita pneumonia, yang diduga mengalami penurunan berat badan akibat dari hilangnya nafsu makan setiap harinya. Idealnya, makanan yang diberikan selama infeksi pernapasan akut sebaiknya memiliki kandungan gizi dalam jumlah banyak dan kalori yang relatif besar. anak harus mendapatkan semua sumber zat gizi yaitu karbohidrat, protein, mineral, vitamin, dan serat dalam jumlah yang cukup (WHO, 2002).

(29)

bisa ditambahkan makanan dari susu. Penambahan beberapa tetes minyak ke dalam makanan dapat dilakukan untuk memperkaya energi. Setelah Balita sembuh, pemberian makanan tambahan perlu dilakukan selama seminggu atau sampai balita mencapai berat badan yang normal. Makanan tambahan adalah makan bergizi yang diberikan sebagai tambahan selain makanan utama yang diberikan diluar waktu pemberian makanan utama. Pemberian makan ini dapat terganggu apabila anak mengalami pilek atau hidung tersumbat. Jika hidung tersumbat oleh mukus yang kering atau tebal, tetesjkan air garam ke dalam hidung atau gunakan lintingan kapas basah untuk membantu melunakkan mukus (WHO,2002 ).

2) Pemberian cairan

Pemberian cairan yang banyak pada balita berguna untuk mengatasi kehilangan cairan pada balita yang menderita pneumonia. Balita dengan infeksi saluran pernapasan dapat kehilangan cairan lebih banyak dari biasanya terutama bila demam. Berikan anak cairan tambahan berupa ASI,susu formula, air putih, sari buah dan sebagainya dalam jumlah yang banyak. Bila anak belum menerima makanan tambahan apapun, berikan ASI lebih sering dari biasanya (Kemkes RI, 2010).

Demam sangat umum terjadi pada anak dengan infeksi pernapasan. Penatalaksanaan demam tergantung dari apakah demam itu tinggi atau rendah. Apabila demam balita tidak tinggi (< 38,5 ⁰C), maka ibu dapat memberikan

(30)

makan lebih banyak. Balita dengan pneumonia akan lebih sulit bernapas bila mengalami demam tinggi. Parasetamol dapat diberikan setiap 6 jam sekali dengan dosis yang sesuai sampai demam reda. Dosis parasetamol pada balita berumur 2 bulan sampai 6 bulan adalah seperdelapan dari tablet 500 mg atau setengah dari tablet 100 mg atau 2,5 ml sirup (setengah sendok takar ). Balita berumur 6 bulan sampai kurang dari 3 tahun, diberikan seperempat dari tablet 500 mg, atau 1 tablet obat 100 m, atau 1 sendok takar sirup. Balita berumur 3 tahun sampai 5 tahun diberikan setengah tablet obat 500 mg , atau 2 tabel obat 100 mg , atau satu setengah sendok takar sirup parasetamol. Selain pemberian obat, pakaian balita juga perlu diperhatikan. Anak yang demam diberikan pakaian tipis untuk meningkatkan perpindahan panas ke lingkungan (KemKes RI, 2010).

3) Mengatasi batuk

Batuk pada balita yang menderita pneumonia dapat diatasi dengan menggunakan ramuan tradisional maupun obat batuk yang disediakan klinik atau yang dapat dibeli secara bebas. Obat batuk tradisional dapat dibuat dengan menambahkan perasan jeruk nipis 1 sendok teh kedalam 2 sendok teh kecap atau madu dan diberikan sebanyak 3-4 kali sehari (untuk umur lebih dari 1 tahun). Penggunaan obat yang dapat dibeli secara bebas sebaiknya dihindari obat batuk yang mengandung atropine, kodein, alkohol antihistamin dosis tinggi karena dapat membuat anak mengantuk, menggangu proses pemberian makan serta menurunkan kemampuan anak mengeluarkan sekret dari paru (WHO, 2002).

4) Pemantauan tanda-tanda perkembangan penyakit

(31)

bahaya pneumonia (pneumonia berat) dan segera bawa anak ke pusat kesehatan terdekat. Meupakan tanda - tanda pneumonia berat yaitu : nafas menjadi lebih sesak dan cepat, anak tidak mau minum, dan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (WHO,2002).

5) Menjaga kesehatan lingkungan tempat tinggal

Mengusahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu, berventilasi cukup dan mengurangi pencemaran udara di dalam rumah seperti asap rokok, penggunaan obat nyamuk bakar juga dapat membantu kesembuhan anak selama dirawat di rumah (Rasmaliah, 2004).

6) Penggunaan obat dan kepatuhan follow up

Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, diusahakan obat yang diperoleh tersebut diberikan secara benar selama 3 hari penuh walaupun anak sudah tampak sehat dan ibu perlu membawa anak kembali ke puskesmas atau petugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang setelah 2 hari mengkonsumsi obat

2.2.9 Pencegahan

(32)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini disusun berdasarkan perilaku ibu dalam perawatan pneumonia pada balita. Perilaku perawatan pneumonia meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu dalam melakukan perawatan di rumah pada balita.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka konsep tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Skema 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Perilaku Ibu dalam Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Denai.

Pengetahuan

- Baik

- Cukup

- Buruk

Perilaku Ibu dalam perawatan pneumonia pada balita

Sikap - Baik

- Cukup

- Buruk

Tindakan

- Baik

- Cukup

(33)

3.2 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil

Ukur

Skala 1. Pengetahuan Semua informasi yang

diketahui ibu balita penderita pneumonia di

wilayah kerja Puskesmas Medan Denai mengenai definisi, tanda dan gejala pneumonia cara

penularan dan perawatan di rumah pada balita pneumonia.

Kuesioner No. 1 s/d 15

Baik (skor: 21-30 ) Cukup (skor : 11-20) Buruk (skor: 0-10 Ordinal

2. Sikap Respon atau perasaan

tertutup ibu balita penderita pneumonia di

wilayah kerja Puskesmas Medan Denai mengenai perawatan Balita yang

menderita pneumonia meliputi : - Pemberian makan - Pemberian cairan

- Mengatasi batuk - Pemantauan

perkembangan penyakit - Menjaga

kesehatan lingkungan tempat tinggal - Kepatuhan

penggunaan obat dan follow up

-Kuesioner Sikap No.1 s/d 12

Baik (skor: 37-48) Cukup (skor: 25-36) Buruk (skor : 11-24) Ordinal

3. Tindakan Respon atau reaksi

konkret ibu balita pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Medan Denai dalam perawatan balita pneumonia meliputi :

Kuesioner tindakan

(34)

- Pemberian makan - Pemberian

cairan

- Mengatasi batuk - Pemantauan

perkembangan penyakit - Menjaga

kesehatan lingkungan tempat tinggal - Kepatuhan

penggunaan obat dan follow up.

Buruk (skor : 0-4 )

4. Perilaku Kegiatan atau aktivitas merawat balita yang dilakukan oleh ibu

untuk mempercepat

kesembuhan balita.

(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Desain ini digunakan untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam perawatan balita pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Medan Denai.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah seluruh objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita yang menderita pneumonia dan bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas Medan Denai. Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Medan jumlah balita penderita pneumonia di Puskesmas Medan Denai pada bulan Januari sampai Oktober 2012 adalah sebanyak 168 orang.

4.2.2 Sampel

(36)

dikehendaki peneliti (Setiadi, 2007). Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini dengan mempertimbangkan besar kecilkannya sampel (Setiadi, 2007) yaitu jika kurang dari 10.000 subjek penelitian, maka rumus Slovin yang digunakan adalah :

n = N

1 + N (d2)

Keterangan:

n = jumlah sampel

d = penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan yaitu 0,1 atau 10%

N = besarnya populasi yang akan teliti

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus diatas, maka besar sampel yang diperlukan adalah sebanyak 63 responden. Adapun kriteria sampel yaitu :

1. Ibu yang memiliki balita yang pernah mengalami pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Medan Denai pada bulan Maret hingga Juni 2013.

2. Dapat berkomunikasi dengan baik. 3. Mampu membaca dan menulis

(37)

4.3 Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas Medan Denai. Adapun alasan pemilihan lokasi ini karena puskesmas ini merupakan salah satu puskesmas yang memiliki jumlah balita penderita pneumonia yang terbanyak, dapat dijangkau oleh peneliti dan belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya terkait dengan perawatan penyakit pneumonia. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18 Maret sampai dengan 7 Juni 2013.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mengajukan permohonan izin penelitian kepada kepala Dinas Kesehatan Kota Medan dan kepada kepala Puskesmas Medan Denai. Setelah mendapat data dan alamat-alamat pasien yang pernah menderita pneumonia, penelitia kemudian mendatangi rumah calon responden. Sebelum melakukan penelitian, responden terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat dari penelitian, hak-hak responden dalam penelitian dan kerahasiaan responden terjaga.

Responden yang bersedia untuk diteliti terlebih dahulu menandatangani lembar persetujuan penelitian (informed consent) sebagai bukti kesedian diri menjadi responden. Apabila responden tidak bersedia atau menolak untuk berpartisipasi, maka peneliti tidak memaksa dan harus tetap menghormati hak-hak responden.

(38)

atau kode yang hanya diketahui oleh peneliti dan responden. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti.

4.5 Instrumen penelitian

Instrumen pada penelitian ini menggunakan angket atau kuesioner yang terdiri dari dua bagian, dimana pada bagian pertama instrumen berupa data demografi responden yaitu: umur, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penghasilan keluarga. serta bagian kedua berupa kuesioner perilaku yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjaun pustaka. Kuesioner perilaku berisikan pertanyaan yang terdiri dari 3 bagian yaitu kuisioner pengetahuan, kuisioner sikap, dan kuisioner tindakan.

4.5.1 Data Demografi

Kuesioner data demografi meliputi usia ibu, agama, suku, pekerjaan, penghasilan keluarga, dan pendidikan terakhir.

4.5.2 Pengetahuan

Instrumen penelitian pengetahuan ibu dibuat peneliti berdasarkan tinjauan pustaka untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu dalam perawatan pneumonia pada balita dengan menggunakan kuesioner.

(39)

10 mengenai mengatasi batuk. Pertanyaan no.11 mengenai tanda- tanda pneumonia bertambah buruk. Pernyataan no. 12 mengenai pemantauan perkembangan penyakit. Pernyataan no.13-14 mengenai kepatuhan penggunaan obat dan follow up. Pernyatan no.14-15 mengenai menjaga kesehatan lingkungan tempat tinggal.

Instrument pengetahuan ini akan dinilai dengan Skala Likert dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item yaitu skor pernyataan positif adalah skor pertanyaan yang benar (skor 2) dan salah (skor 1) dan tidak tahu (skor 0). Total skor diperoleh terendah 0 yang tertinggi 30. Semakin tinggi skor maka semakin baik pengetahuan ibu dalam merawat balita pneumonia.

Berdasarkan rumus statistik menurut Fajar,dkk (2009) adalah :

P = Rentang

Banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 30 dan 3 kategori kelas untuk menilai pengetahuan ibu yaitu pengetahuan baik, cukup, buruk maka didapatkan panjang kelas 3. Menggunakan P = 10 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas pertama, maka pengetahuan ibu dalam merawat balita pneumonia dikategorikan ordinal sebagai berikut : 0-10 adalah pengetahuan buruk, 11-20 adalah pengetahuan cukup, 21-30 adalah pengetahuan baik.

4.5.3 Sikap

(40)

pernyataan, yang terdiri dari 9 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif. Pernyataan no.1-3 pemberian makan. pernyataan no. 4 mengenai mengatasi hidung tersumbat. Pernyataan no. 5-7 mengenai pemberian cairan. Pernyataan no. 8 mengenai mengatasi batuk. Pernyataan no. 9 mengenai pemantauan perkembangan penyakit. Pernyataan no. 10-11 mengenai kepatuhan penggunaan obat dan follow up. Pernyataan no. 12 mengenai menjaga kesehatan lingkungan tempat tinggal.

Instrument sikap ini akan dinilai dengan menggunakan skala likert dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item. Skor pernyataan positif yaitu sangat setuju (skor 4), setuju (skor 3), tidak setuju (skor 2), sangat tidak setuju (skor 1), sedangkan pernyataan yang negatif sebaliknya (Alimul, 2009). Total skor diperoleh terendah 12 yang tertinggi 48. Semakin tinggi skor maka semakin positif sikap ibu dalam merawat balita pneumonia.

Berdasarkan rumus statistik menurut Fajar dkk (2009) adalah : p = Rentang

Banyak kelas

(41)

4.5.4 Tindakan

Kuesioner pengetahuan dibuat dengan menggunakan skala Guttman. Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban dari pertanyaan atau pernyataan: ya dan tidak. Skala Guttman ini pada umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian. (Alimul, 2009).

Instrumen penelitian tentang tindakan terdiri dari 13 pertanyaan positif. Pernyataan no.1-2 mengenai pemberian makan.pernyataan no. 3 mengenai memengatasi hidung tersumbat. Pernyataan no. 4-7 pemberian cairan. Pernyataan no. 8 mengenai mengatasi batuk. Pernyataan no.9 mengenai pemantauan perkembangan penyakit. Pernyataan no. 10-11 mengenai penggunaan obat dan follow up. Pernyataan no. 12-13 mengenai menjaga kesehatan lingkungan tempat tinggal.

Instrument tindakan ini dinilai dengan menggunakan Guttman dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item. Skor pernyataan positif yaitu skor pernyataan benar (skor 1) dan salah (skor 0) (Alimul, 2009). Total skor diperoleh terendah 0 yang tertinggi 13. Semakin tinggi skor maka semakin baik tindakan ibu dalam merawat balita pneumonia.

Berdasarkan rumus statistik menurut Fajar,dkk (2009) adalah :

P = Rentang

Banyak kelas

(42)

cukup, dan buruk, maka didapatkan panjang kelas 4. Menggunakan P = 4 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas pertama, maka tindakan ibu dalam merawat balita pneumonia dikategorikan ordinal sebagai berikut : 0-4 adalah tindakan buruk, 5-9 adalah tindakan cukup dan 10-13 adalah tindakan baik.

5.5 Perilaku

Perilaku diperoleh dengan menjumlahkan pengetahuan, sikap, dan tindakan. Berdasarkan rumus statistik menurut Fajar,dkk (2009) adalah :

P = Rentang

Banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 26 dan 3 kategori kelas untuk menilai perilaku ibu yaitu perilaku baik, cukup, dan buruk. Rentang diperoleh dengan cara mencari selisih jumlah total pengetahuan tertinggi + sikap tertinggi + tindakan tertinggi dengan jumlah total pengetahuan rendah + sikap terendah + tindakan terendah. Menggunakan P= 26 dan nilai terendah 12 sebagai batas bawah kelas pertama, maka perilaku ibu dalam merawat balita pneumonia dikategorikan ordinal sebagai berikut : 12-38 adalah perilaku buruk, 39-64 adalah perilaku cukup, dan 65-91 adalah perilaku baik.

4.6. Uji Validitas dan Reabilitas

4.6.1 Uji Validitas

(43)

apa yang sedang diukur. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas isi untuk mengukur kevaliditasan instrumen penelitian yaitu kuesioner. Validitas isi adalah pengukuran kevaliditasan instrumen dengan menilai sejauh mana instrument dapat mewaliki faktor yang diteliti (Dempsey & Dempsey, 2002). Uji validitas instrumen telah dilakukan pada dosen keperawatan anak USU, perawat di ruangan anak RS.Pirngadi Medan, dan perawat Puskesmas Pematang Johar.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrument adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan instrument untuk mendapatkan hasil yang konsisten saat dipakai ulang sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama (Dempsey & Dempsey, 2002). Penelitian ini telah dilakukan uji reliabilitas internal yaitu pembagian instrument hanya satu kali (Arikunto, 2010). Instrumen telah diujikan kepada 30 responden yang sesuai dengan kriteria sampel penelitian di wilayah Kerja Puskesmas Medan Denai dan tidak masuk ke dalam sampel penelitian. Uji reliabilitas untuk instrument telah dianalisis menggunakan rumus Kuder Richarson (KR) 20 dan cronbach alpha. Kuder Richarson (KR) 20 digunakan pada instrumen tindakan dengan nilai reliabilitas 0.739. Dan cronbach alpha digunakan pada instrumen pengetahuan dan sikap dengan nilai reliabilitas 0.719 dan 0.820. Instrument dikatakan reliabel karena nilai alpha diatas 0.70 (Dempsey & Dempsey, 2002).

4.7 Pengumpulan data

(44)

pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kepala Dinas Kesehatan, dan kepala Puskesmas Medan Denai. Kemudian dibantu oleh petugas puskesmas untuk mendata nama dan alamat ibu balita yang menderita pneumonia. Setelah mendapatkan data dan alamat pasien, peneliti bersama dengan petugas puskesmas langsung mengumpulkan data ke rumah masing-masing calon responden sesuai alamat yang diberikan. Penelitian dilakukan pada pagi hari selama 3 bulan. Untuk memastikan calon responden mengingat penyakit pneumonia yang pernah diderita anaknya, peneliti terlebih dahulu menanyakan Ibu tentang pneumonia yang terjadi balitanya. Apabila ibu kurang dapat mengingat dengan jelas maka peneliti menanyakan dengan lebih spesifik dengan menyebutkan waktu kunjungan ibu ke Puskesmas Medan Denai.

(45)

4.8 Analisa Data

Setelah semua data pada kuesioner terkumpul , maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap. Pertama memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa jawaban telah diisi (editing), kemudian data yang sesuai diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya memasukkan data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan sistem komputerisasi.

Prosedur analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat. Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian, yaitu karakteristik responden dan perilaku ibu mengenai perawatan pneumonia pada balita. karakteristik responden mencakup usia, agama, suku, pendidikan dan pekerjaan. Perilaku perawatan balita pneumonia oleh ibu, yaitu pengetahua, sikap dan tindakan ibu dalam melakukan perawatan pneumonia pada balita.

(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan data hasil penelitian serta pembahasan mengenai perilaku ibu dalam perawatan pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Medan Denai.

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini mencakup deskripsi karakteristik responden serta perilaku responden yang terdari dari pengetahuan,sikap dan tindakan ibu dalam perawatan pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Medan Denai.

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan responden yang ditampilkan dalam bentuk tabel di bawah ini.

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden dalam Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Denai Tahun 2013

(47)

Berdasarkan tabel 1.1 diketahui bahwa mayoritas responden berada pada usia 26-32 tahun, yaitu sebanyak 21 orang (33,3 %), beragama islam 59 orang (93,7%), bersuku jawa 31orang (49,2%), berpendidikan SMA sebanyak 41 orang (65,1 %). Mayoritas pekerjaan responden adalah sebagai ibu rumah tangga berjumlah 54 (85,7 %), dan memiliki penghasilan ≥ Rp. 1.200.000 yaitu sebanyak 34 orang (54 %).

Karakteristik Responden

Frekuensi (n) Persentase (%)

Umur 19-25 26-32 33-38 39-44 20 21 13 9 31, 7 33, 3 20, 6 14, 3 Agama - Islam - Protestan - Katolik 59 3 1 93,7 4,8 1,6 Suku - Batak - Jawa - Melayu - Minang 22 31 4 6 34,9 49,2 6,3 9,5 Pendidikan - SD - SMP - SMA 3 19 41 4,8 30,2 65,1 Pekerjaan - Wiraswasta - Karyawan

- Ibu rumah tangga

7 2 54 11,1 3,2 85,7 Penghasilan

- < Rp. 1.200.000 - ≥ Rp. 1.200.000

29 34

(48)

5.1.2 Pengetahuan Ibu dalam Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Medan Denai

Pengetahuan ibu dalam perawatan pneumonia pada balita ditampilkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.2

Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Denai Tahun 2013 (n= 63). Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 41 65,1

Cukup 19 30,2

Buruk 3 4,8

Berdasarkan kemampuan responden menjawab benar kuesioner yang terdiri dari 15 pertanyaan, maka tingkat pengetahuan ibu dalam perawatan pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Medan Denai dibagi menjadi 3 kategori, yaitu baik, cukup, buruk. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas ibu memiliki pengetahuan dalam kategori baik, yaitu sebanyak 41 orang ibu (65,1 %).

5.1.3 Sikap Ibu dalam Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Medan Denai

[image:48.595.108.467.280.351.2]
(49)

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Sikap Ibu tentang Perawata Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Denai Tahun 2013

(n= 63).

Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 24 38,1

Cukup 39 61,9

Berdasarkan pernyataan sikap responden dalam menjawab kuesioner yang terdiri dari 12 pernyataan, maka tingkat sikap ibu dalam perawatan pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Medan Denai dibagi menjadi 3 kategori, yaitu baik, cukup, buruk. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas ibu memiliki pengetahuan dalam kategori cukup, yaitu sebanyak 39 orang ibu (61,9 %).

5.1.4 Tindakan Ibu dalam perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Medan denai

[image:49.595.107.480.217.302.2]

Tindakan ibu dalam perawatan pneumonia pada balita ditampilkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.4

Distribusi Tingkat Tindakan Ibu tentang Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Denai Tahun 2013 (n= 63). Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

[image:49.595.109.476.710.754.2]
(50)

Cukup 35 55,6

Berdasarkan banyaknya tindakan yang telah responden lakukan dari 13 tindakan yang ditanyakan, maka tingkat tindakan ibu dalam perawatan pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Medan Denai dibagi menjadi 3 kategori, yaitu baik, cukup, buruk. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas ibu memiliki pengetahuan dalam kategori cukup, yaitu sebanyak 35 orang ibu (55,6 %).

5.1.5 Perilaku Ibu dalam Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Medan Denai

Perilaku merupakan gabungan dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku ibu dalam perawatan pneumonia pada balita ditampilkan pada tabel di bawah itu.

Tabel 5.5

Distribusi Tingkat Perilaku Ibu tentang Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Denai Tahun 2013 (n= 63). Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 44 69,84

Cukup 19 30,15

[image:50.595.108.467.560.646.2]
(51)

cukup, buruk. Mayoritas responden memiliki perilaku dalam kategori baik yaitu sebanyak 44 orang (69,84 %).

5.2. Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan Ibu dalam perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Medan Denai

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensori khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Menurut Sunaryo (2004), pengetahuan menjadi domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu perilaku terbuka. Dalam penelitian ini pengetahuan ibu dalam merawat balita pneumonia meliputi pengetahuan tentang defenisi pneumonia, tanda dan gejala pneumonia, cara penularan, pemberian makan, pemberian cairan, mengatasi demam pada balita, mengatasi batuk, tanda-tanda pneumonia bertambah buruk, pengetahuan penggunaan obat dan pemeriksaan kembali hingga menjaga kesehatan lingkungan rumah.

(52)

Berdasarkan penelitian ini mayoritas pendidikan responden adalah SMA sebanyak 41 orang (65,1 %). Jika dibandingkan pengetahuan responden yang berpendidikan SMA dan SMP, responden yang berpendidikan SMA memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 27 orang sedangkan responden yang berpendidikan SMP hanya 12 orang. Hal ini dapat menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan diri dengan hal baru tersebut sehingga pengetahuanya diharapkan lebih luas juga. Penelitian yang dilakukan Nasution (2005), juga menyatakan bahwa pendidikan responden memiliki pengaruh yang bermakna terhadap perilaku ibu dalam kaitan dengan penyakit pneumonia pada balita. Dimana perilaku ibu terkait dengan penyakit pneumonia pada balita ini mencakup pengetahuan perawatan pneumonia pada balita di rumah.

(53)

pakaian tipis untuk meningkatkan perpindahan panas ke lingkungan (Kemkes RI, 2010).

Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden adalah pertanyaan no. 10 dan 12 mengenai upaya ibu dalam mengatasi batuk pada balita pneumonia dan kapan balita perlu dibawa untuk periksa kembali ke puskesmas.

Upaya dalam mengatasi batuk pada balita mayoritas dijawab dengan salah oleh responden, yaitu sebanyak 53 orang (84,1%). Pemberian obat batuk tradisional dapat menjadi pilihan utama ibu dalam mengatasi batuk pada balita daripada obat batuk kemasan . Obat batuk kemasan yang dapat dibeli secara bebas banyak mengandung atropine, kodein, alkohol dan antihistamin dosis tinggi sehingga dapat membuat anak mengantuk sehingga mengganggu proses pemberian makan serta menurunkan kemampuan anak dalam mengeluarkan sekret dari paru (WHO, 2010).

Pertanyaan mengenai waktu yang tepat untuk pemeriksaan kembali balita yang sakit pneumonia mayoritas dijawab salah adalah sebanyak 30 orang (47,6 %). Mayoritas ibu tidak mengetahui bahwa balita perlu dibawa untuk pemeriksaan kembali setelah dua hari meminum obat antibiotik untuk melihat keefektifitasan obat terhadap penyakit pneumonia pada balitanya (WHO, 2002).

5.2.2 Sikap Ibu dalam Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Medan Denai

(54)

kesedian untuk bertindak (Notoatmojo, 2005). Pada hasil penelitian ini diperoleh bahwa sebanyak 39 responden (61,9 %) memiliki sikap yang cukup dan 24 responden (38,1 %) memiliki sikap yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah memiliki perhatian yang cukup terhadap kesehatan balitanya.

Distribusi sikap pada tabel dapat dilihat bahwa pernyataan memberikan makanan bergizi dalam jumlah sedikit tetapi sering, menambah porsi makan balita setelah sembuh dan memberikan makanan balita dalam bentuk yang lunak mendapat respon setuju dari responden, dimana masing-masing persentasenya 61,9 %, 74,6 %, dan 63,8 %. Hal ini karena adanya pengetahuan yang baik tentang gizi balita dan pemberian makan pada balita yang sakit. Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya balitanya mendapatkan gizi yang cukup melalui pemberian makan yang benar. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2005) bahwa dalam menentukan sikap yang utuh dipengaruhi oleh pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi.

(55)

saat ibu berpikir sehingga ibu memiliki niat untuk melakukan tindakan memberi minum yang banyak pada balitanya (Notoatmodjo, 2005).

Pada pernyataan akan memberikan obat batuk kemasan daripada obat batuk tradisional untuk mengatasi batuk pada balita, mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 34 orang (54,0 %). Menurut WHO (2002), batuk pada balita yang menderita pneumonia juga dapat diatasi dengan menggunakan ramuan tradisional. Sikap ibu ini dapat terbentuk oleh keyakinan bahwa obat batuk kemasan lebih aman untuk diberikan kepada balita padahal obat batuk kemasan yang dapat dibeli secara bebas banyak mengandung atropine, kodein, alkohol dosis tinggi yang dapat membuat anak mengantuk sehingga menggangu proses pemberian makan serta menurunkan kemampuan anak dalam mengeluarkan sekret dari paru.

Pada pernyataan akan segera membawa balita ke puskesmas atau pusat kesehatan lainnya ketika balita menunjukkan tanda balita bertambah sesak, tidak bisa minum dan ada tarikan dinding dada kedalam mendapat respon setuju sebanyak 33 orang ( 52,4 %). Sikap ini didukung oleh mayoritas responden yang menjawab benar tanda-tanda pneumonia yang bertambah buruk. Menurut Notoatmodjo (2005), salah satu komponen pembentukan sikap adalah kecenderungan untuk bertindak.

(56)

pentingnya untuk melakukan pemeriksaan kembali. Selain pengetahuan, proses terbentuknya sikap juga dipengaruhi oleh evaluasi orang terhadap terhadap objek (Notoatmodjo, 2005).

5.2.3 Tindakan Ibu dalam Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Medan Denai

Hasil penelitian diperoleh bahwa sebanyak 35 orang (55,6 %) responden memiliki tindakan yang cukup dalam melakukan perawatan pneumonia pada balita. Penelitian Nurhidayah,dkk (2008) di kecamatan Ciawi kabupaten Tasikmalaya juga melaporkan bahwa 52,38 % responden memiliki tindakan yang baik dalam perawatan pneumonia pada balita.

Berdasarkan tabel 1.6 diketahui bahwa semua responden (100 %) memantau perkembangan penyakit balitanya dan membuka jendela setiap pagi agar udara di rumah bertukar, hal ini didukung sikap ibu yang setuju untuk segera membawa balitanya ke puskesmas ketika menunjukkan tanda-tanda pneumonia yang bertambah buruk (61,9 %) dan setuju untuk membuka jendelanya setiap pagi agar udara di dalam rumah bertukar (44,4 %). Penelitian Nurhidayah,dkk (2008) juga melaporkan mayoritas responden melakukan tindakan memantau perkembangan penyakit balitanya (76,19 %).

(57)

pengetahuan dan sikap yang baik, namun individu tersebut tidak berkeinginan untuk melakukannya karena tidak adanya faktor penguat. Faktor penguat adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya suatu tindakan, misalnya motivasi (Notoatmodjo, 2005)

Pada pernyataan penggunaan obat batuk tradisional untuk mengatasi batuk pada balita, mayoritas responden tidak melakukan tindakan tersebut, yakni sebanyak 39 orang (61,9 %). Obat batuk tradisional dapat dibuat dari setengah sendok teh cairan jeruk nipis ditambah dengan setengah sendok teh kecap atau madu dan dapat diminum sebanyak 3 sampai 4 kali sehari. Obat batuk tradisional ini juga banyak digunakan untuk mengatasi batuk pada balita yaitu sebanyak 71,43 % oleh ibu-ibu yang menjadi responden pada penelitian Nurhidayah (2008).Tindakan tidak memberi obat batuk tradisional ini dapat dilatarbelakangi oleh mayoritas ibu yang tidak mengetahui dengan baik bahwa obat batuk tradisional dapat digunakan untuk mengatasi batuk pada balitanya serta sikap ibu yang tidak setuju menggunakan obat tradisional.

(58)

pneumonia setelah 2 hari meminum obat untuk mengetahui keefektifan obat yang dikonsumsi (WHO,2002).

5.2.4 Perilaku Ibu dalam perawatan Pneumonia pada Balita di Wilyah Kerja

Puskesmas Medan Denai

Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku terjadi diawali dengan adanya pengalaman-pengalaman seseorang serta faktor-faktor diluar orang tersebut. Kemudian pengalaman dan lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini sehingga menimbulkan suatu niat untuk bertindak dan akhirnya terjadilah suatu perwujudan niat berupa perilaku.

Pada hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan ibu dalam merawat balita pneumonia di wilayah Kerja Puskesmas Medan Denai adalah baik, sedangkan sikap dan tindakan ibu dalam melakukan perawatan balita pneumonia dalam kategori yang cukup. Hasil dari pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam merawat balita pneumonia ini diakumulasikan sehingga diperolehlah nilai dari perilaku ibu dalam perawatan balita pneumonia. Mayoritas Ibu dalam penelitian ini memiliki tingkat perilaku dalam kategori yang baik, yakni terdapat 44 responden (69,84 %). Berdasarkan teori, tingkat pengetahuan yang baik akan menghasilkan sikap dan tindakan yang baik pula. Tetapi pada penelitian ini masih didapati sikap dan tindakan yang kurang padahal pengetahuan responden dikategorikan baik, sehingga hal ini sedikit bertentangan dengan teori yang ada.

(59)

sekitar (Notoatmodjo, 2005). Pada hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat sedikit perbedaan dalam jumlah responden yang menjawab benar dan salah serta yang setuju dan tidak setuju untuk membawa balitanya untuk pemeriksaan kembali. Namun dalam pelaksanaanya banyak responden yang tidak melakukannya. Responden sudah memiliki pengetahuan dan sikap yang baik, namun tidak melakukannya. Hal ini dapat dikarenakan tidak adanya dukungan dari sekitarnya yaitu keluarga. Hasil penelitian yang dilakukan Astuti (2011) menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan follow up ibu balita pneumonia, dimana terdapat 16 orang dari 30 responden yang memiliki dukungan keluarga yang tinggi membawa balitanya untuk periksa kembali ke puskesmas. Dukungan keluarga ini dapat meningkatkan motivasi seseorang dalam melakukan suatu tindakan. Motivasi yang tinggi biasanya menghasilkan suatu perilaku yang baik.

(60)
(61)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka kesimpulan yang diperoleh adalah karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas Medan Denai adalah ibu yang berumur 26-32 orang, bersuku jawa,beragama islam, mayoritas responden berpendidikan SMA,mayoritas responden ibu rumah tangga dan berpenghasilan ≥ Rp. 1.200.000. Mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik, sikap yang cukup, dan tindakan yang cukup dalam melakukan perawatan pada balita pneumonia. Mayoritas responden memiliki perilaku perawatan pneumonia yang baik pada balita yaitu sebanyak 44 responden (69,84 %).

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, saran dari peneliti adalah sebagai berikut :

6.2.1 Bagi Praktek Keperawatan

(62)

6.2.2 Bagi Klien dan Keluarga

Klien diharapkan dapat mematuhi dan melaksanakan perawatan pneumonia yang baik di rumah sehingga kesembuhan balitanya dapat tercapai dengan optimal.

6.2.3 Ilmu Keperawatan

Mengidentifikasi intervensi keperawatan khususnya metode penyuluhan yang efektif untuk meningkatkan perilaku ibu dalam melakukan perawatan pada balita yang menderita pneumonia

6.2.4 Penelitian Selanjutnya

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S. (2011,Juli 4) . 2.261 Balita di Medan Menderita Penyakit Pneumonia. Tribun Medan. Diperoleh tanggal 13 Oktober 2012, diakses dari:

Alimul, H. A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika

Arikunto,S. (2010) .Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (ed.revisi 2010). Jakarta: Rineka Cipta

Astuti, Nining Sri., Herry Koesyanto. (2011). Faktor Ibu Balita yang Berhubungan dengan Kepatuhan Follow Up Penderita Pneumonia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 6, no. 2.

Batubara, S. (2009). Analisa Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Ibu dalam Pencarian Pengobatan dan Pemulihan Penyakit Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Merah Tahun 2008. Skripsi

Dampsey,Patricia A., Dempsey, Arthur D. (2002). Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan.Jakarta: EGC

Dewa, D,Ismail, D., Naning, R. (2003). Hubungan Perawatan di Rumah Terhadap Perubahan Status Ispa Bukan Pneumonuia Menjadi Pneumonia di Kabupaten Kota Baru. Sains Kesehatan Vol.6, no.1

Fajar, I., Isnaeni, Pujiraharjo,A., Iwan,S., Amin,I., Sunindya, B. R.,Aswin,A.A. (2009). Statistika Untuk Praktisi Kesehatan ed.1. Yogyakarta : Graha Ilmu Fanada,M. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit

Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kenten Palembang Tahun 2012.Badan Diklat Provinsi Sumatera Selatan

International Vaccine Access Center. (2011). Pneumonia Progress Report 2011. Baltimore. Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health. Diakses tanggal 10, 2011, dari http:

Kementerian Kesehatan RI.(2010). Pneumonia Balita..Buletin Jendela Epidemiologi,vol 3.

Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. (2010). Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita: Lihat, Dengarkan dan Selamatkan Balita Indonesia dari Kematian. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Kementerian Kesehatan RI. (2012). Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011.Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. Diakses tanggal 10 Oktober

(64)

http://www.depkes.go.id%2Fdownloads%2FPROFIL_DATA_KESEHAT AN_INDONESIA_TAHUN_2011.pdf

Mariana, Evi R., Hammad, Ferliansyah. (2011). Perbandingan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka dan Puskesmas Sungai Besar Kota Banjarbaru. Al’ Ulum. Vol 49, no. 3

Misnadiarly. (2008). Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa, Usia Lanjut. Pneumonia Atipik & Pneumonia Atypik Mycobacterium ed.1. Jakarta : Pustaka Obor Populer

Nasution, A. (2005). Pengaruh Karakteristik Terhadap perilaku Ibu dalam Kaitanya dengan Penyakit Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kota Medan Tahun 2005. Skripsi

Notosiswoyo, M., Martomijoyo, R., Supardi, S., Riyadina,W. (2003). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Anak Balita serta Persepsi Masyarakat dalam Kaitannya dengan penyakit ISPA dan Pneumonia. Buletin Penelitian Kesehatan. Vol 31, no. 2

Notoatmodjo, S. (2005).Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta Nurhidayah,I., Fatimah, S., Rakhmawati, W. (2008). Upaya Keluarga dalam

Pencegahan dan Perawatan ISPA di Rumah pada Balita di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.Laporan Akhir Penelitian Peneliti Muda (LITMUD) UNPAD

Rahmin, R. (2011). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Suspek

Pneumonia pada Balita di Wilayah Kota Payakumbuh Tahun 2011. Skripsi

Rasmaliah. (2004). Infeksi Saluran pernapasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya.USU digital library

Riza, M., Shobur, S. (2009). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di IRNA Anak RSMH Palembang Tahun 2008. Jurnal Pembangunan Manusia. vol. 1, no.2

Rudan ,I.,Pinto, C.B.,Biloglav, Z.,Mulholland, K., Campbell, H. (2008). Epidemiology and Etiology of Childhood Pneumonia. Bulletin Of World Health Organization 86:408-416

(65)

Schulte, Elizabeth ,B. (2001). Thompson’s Pediatric Nursing. Philadelphia : Saunders company

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan Ed. 2.Yogyakarta: Graha Ilmu

Somantri,I.(2008). Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta: Salemba Medika

Steven,P,S.,Hannemann, R, E.(2004).Panduan lengkap untuk bayi dan balita.Jakarta : Arcan

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC

WHO.(2002). Penanganan ISPA pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang.Jakarta: EGC

(66)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Perilaku Ibu dalam Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Medan Denai

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Perilaku Ibu dalam Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Denai ”. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Demi terlaksananya penelitian ini, saya mengharapkan kesediaan Ibu untuk berpartisipasi sebagai responden. Jawaban/tanggapan yang Ibu berikan adalah berdasarkan pendapat Ibu sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas Ibu. Informasi yang Ibu berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lainnya.

Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat bebas. Ibu dipersilahkan memilih untuk bersedia menjadi peserta penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apa pun. Jika Ibu bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan Ibu menandatangani formulir persetujuan di bawah ini.

Medan, 2013

Peneliti Responden

(67)

Lampiran 2

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

PERILAKU IBU DALAM PERAWATAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DENAI

No. Responden :

DATA DEMOGRAFI

Nama (inisial) :

Umur : tahun

Agama : 1. ( ) Islam 4. ( ) Hindu

2. ( ) Protestan 5. ( ) Budha 3. ( ) Katolik

Suku : 1. ( ) Batak 4. ( ) Aceh

2. ( ) Jawa 5. ( ) Minang 3. ( ) Melayu 6. ( ) Lain-lain

Pendidikan : 1. ( ) Tidak sekolah/tidak tamat SD 4. ( ) SMA

2. ( ) SD 5. ( )

Diploma

3. ( ) SMP 6. ( ) Sarjana

Pekerjaan : 1. ( ) Bertani 4. ( ) Karyawan / Buruh

2. ( ) Wiraswasta 5. ( )Tidak

bekerja/ibu rumah tangga

3. ( ) Pegawai negeri / swasta

Penghasilan/ bulan : 1. ( ) < Rp. 1.200.000 (kurang dari Rp.1.200.000)

2.( ) ≥Rp. 1.200.000(lebih besar atau sama dengan

(68)

PETUNJUK PENGISIAN

Bacalah pertanyaan - pertanyaan dibawah ini dengan baik, berilah tanda silang (X) salah satu jawaban yang menurut anda benar.

Pengetahuan

1. Menurut Ibu apakah pneumonia itu ?

a. Penyakit infeksi yang menyebabkan batuk- batuk

b. Penyakit batuk yang disertai napas yang cepat atau sesak napas c. Tidak tahu

2. Gejala pneumonia yang ibu ketahui adalah

a. Batuk, napas cepat atau sesak napas disertai demam dan terasa sakit pada dada saat menarik napas

b. Batuk berhari-hari, demam, terasa sakit pada dada tapi tidak sesak napas

c. Tidak tahu

3. Menurut ibu apakah yang harus dilakukan bila ada seseorang atau anggota keluarga yang menderita batuk ?

a. Menjauhkan penderita batuk dari balita karena mungkin dapat menularkan pneumonia

b. Tidak perlu dijauhkan dari balita karena orang yang batuk tidak dapat menularkan pneumonia

c. Tidak tahu

4. Menurut ibu bagaimana pemberian makan yang sesuai bagi balita yang menderita pneumonia ?

a. Memberikan makan yang bergizi dalam porsi yang banyak hanya pada saat anak mau makan

b. Memberikan makanan bergizi yang lunak dalam porsi yang kecil tetapi sering

c. Tidak tahu

5. Menurut ibu bagaimana pemberian makan bagi balita yang telah sembuh dari penyakit pneumonia ?

(69)

b. Jumlah makanannya diberikan sesuai dengan porsi balita sebelum sakit

c. Tidak tahu

6. Menurut ibu apa yang harus dilakukan ketika balita yang sakit pneumonia pilek ?

a. Segera dibersihkan hidungnya supaya tidak tersumbat b. Diberikan obat pilek

c. Tidak tahu

7. Menurut ibu apa yang sebaiknya ibu lakukan untuk mengatasi kehilangan cairan pada balita pneumonia terutama bila demam ?

a. Memberikan minum yang banyak

b. Memberikan minum hanya jika anak mau c. Tidak tahu

8. Apakah yang ibu lakukan ketika balita yang sakit pneumonia demam tinggi ?

a. Diberikan banyak minum dan dikompres

b. Diberikan banyak minum, dikompres dan diberi obat penurun demam

c. Tidak tahu

9. Menurut ibu pakaian yang bagaimana yang baik diberikan pada balita pneumonia yang demam?

a. Dipakaikan pakaian yang tebal atau diselimuti supaya tidak kedinginan

b. Diberikan pakaian tipis c. Tidak tahu

10. Menurut ibu apa yang sebaiknya ibu la

Gambar

Tabel 5.2
Tabel 5.4 Distribusi Tingkat Tindakan Ibu tentang Perawatan Pneumonia pada Balita di
Tabel 5.5
Tabel 5.2 :  Distribusi Frekuensi dan Persentase Pertanyaan Pengetahuan IbuTentang Perawatan Pneumonia pada Balita di Wilayah  Kerja Puskesmas Medan Denai Tahun 2013 (n= 63)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan Warna Pada Ekor Benih Ikan Koki Peningkatan warna pada ekor ikan koki selama 40 hari perlakuan terdapat fluktuasi pada perlakuan D (penambahan 10% TKU)

Dari hasil penelitian yang penulis temukan bahwa undang-undang administrasi kependudukan telah memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap status pribadi dan status hukum

Merupakan pusat pertimbangan mengapa mbnggunakan model collaborative learning dalarn pelaksanaan mata kuliah sh'ategi belajar mengajar biologi ialah bahwa posisi filosofis

Dalam penelitian ini, digunakan tipe penelitian yang bersifat kualitatif, artinya penelitian tidak hanya memberikan suatu gambaran dan analisa obyek yang menajadi

[r]

Sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing daerah kabupaten yang ada di Propinsi Sulawesi Tengah, mempunyai peluang yang cukp besar untuk dikembangkan sebagai

Hasil penelitian yang diperoleh adalah Faktor pendukung dalam pendayagunaan dana ziswaf melalui program MEC yaitu, MEC telah terakreditasi B, kekuatan antar cabang

penduduk di sana telah masuk Islam. mengutus Mu’adz RA ke Yaman seraya bersabda, “Serulah mereka kepada persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali