• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Dan Pelaksanaan Mediasi Dalam Menyelesaikan Sengketa Perdata Di Pengadilan Negeri Medan (Analisis Terhadap Perkara Yang Diselesaikan Melalui Mediasi di Pengadilan Negeri Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Dan Pelaksanaan Mediasi Dalam Menyelesaikan Sengketa Perdata Di Pengadilan Negeri Medan (Analisis Terhadap Perkara Yang Diselesaikan Melalui Mediasi di Pengadilan Negeri Medan)"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Al- Quran, Quran Surat. al-Hujurat (49) : 10 A. Buku

Abbas, Syahrizal. 2009. Mediasi Dalam Presfektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional. Jakarta:Kencana.

Ali, Zainuddin. 2009. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Amiruddin. 2004. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Fuady, Munir. 2000. Arbitrase Nasional (Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis). Bandung:PT Citra Aditya Bakti.

Gopaster, Gary. 1993. Negosiasi dan Mediasi: sebuah pedoman Negosiasi dan penyelesaian sengketa melalui Negosiasi. Jakarta :ELIPS Project.

Gunawan, Widjaja dan Ahmad, Yani. 2000. seri hukum Bisnis : Hukum Arbitrase. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Husein, yahruddin. 1988. Pengantar Ilmu Hukum, Medan: Kelompok studi Hukum dan Masyrakat Fakultas Hukum USU.

Ikhsan, Edi. 2008. Metode Penelitian Hukum. Medan: Fakultas Hukum USU.

(2)

Rambe, Roupan. 2006. Hukum Acara Perdata Lengka., Jakarta : Sinar Grafika.

Romy, H, Soemitro. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Simanjuntak, Nogar. 1999., terjemahan terhadap Gary Goodfaster, Tinjauan Terhadap Penyelesaian Sengketa dalam seri dasar-dasar Hukum ekonomi 2:

Arbitrase Indonesia. Jakarta: Project ELIPS.

.Soeharjo, Reno. 1995. Reglement Indonesia Yang Diperbaharui S. 1941 No. 44 HIR. Bogor: Politeia.

Soemarsono, Gatot P. 2006. Arbiterase dan Mediasai di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka .

Tim Penyunting Kamus Hukum Ekonomi ELIPS. 1997. Kamus Hukum Ekonomi ELIPS. Jakarta: ELIPS Project.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Tresna, R. 1997. Komentar HIR. Jakarta: Pradnya Paramita

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pancasila B. Peraturan Perundang-undangan

(3)

Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 atas perubahan Undang-Undang No.4 Tahun 2004 “Tentang Kekuasaan Kehakiman”.

PERMA No.2 Tahun 2003.” Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan”.

PERMA No.01 Tahun 2008.” Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan atas Perubahan PERMA No.2 Tahun 2003”.

Bidasari, Ririn, 2006. Skripsi Tentang Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan. USU: Medan.

C. Artikel-artikel, Internet, skripsi

Dewi, D.S, IMPLEMENTASI PERMA No.01 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, Artikel pada Seminar pelatihan Hakim Mediator, 2010,

Krikorian, Adrianne, Litigate or Mediate: Mediation as an alternative to lawsuits, 4 oktober 2006, artikel, 2010.

Masyarakat pemantau peradilan Indonesia, Mediasi Sebagai Alternatif

Penyelesaian Sengketa, artikel

tanggal 5 Juli 2010.

(4)

Mediation: “A process to Regain Control Of Your Life”, 4 oktober 2006. Artikel.http://

Mediasi Sebagai Salah Satu Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadila 5 Juli 2010.

Muharyanto, efektifitas PERMA No.1 Tahun 2008 tentang Mediasi, 10 mei 2010 artikel, .http//muharyanto.blogspot.com, hlm.1, diakses pada tanggal 12 Juli 2010.

Runtung, dalam Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Hukum Adat pada Fakultas Hukum, dengan judul Pemberdayaan Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa di Indonesia”diucapkan di Hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara.

Rosenberg, Steven. what type of dispute cen be mediated?. artikel http://www.nolo.com/legal-encyclopedia/article-29875.

(5)

BAB III

PELAKSANAAN MEDIASI DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI MEDAN

A. Definisi Mediasi di Pengadilan

Sebagaimana dikemukakan pada bab sebelumnya meurut teori ada beberapa definisi mengenai mediasi, tetapi pada pokoknya naturalnya mediasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa yang bersifat informal, dengan menggunakan bantuan pihak ketiga yang bersifat netral dan tidak memihak, bukan untuk membuat keputusan atas sengketa yang dimiliki oleh para pihak, melainkan hanya bersifat membantu para pihak untuk menemukan kepentingan-kepentingan pokok(essensitial needs) mereka untuk kemudian mereka tentukan apa yang mereka inginkan untuk penyelesaian.

(6)

kepentingan prioritas para pihak dan mempertahankan kelanjutan hubungan para pihak.

Mediasi menjadi pilihan yang praktis dan ekonomis serta memberikan kepastian hukum dalam menyelesaikan sengketa dalam kehidupan masyarakat modern. Perkembangan selanjutnya dengan melihat banyaknya keuntungan dari dilakukannya mediasi dalam menyelesaikan sengketa dengan berorientasi ke masa depan, mediasi yang tadinya bersifat informal inipun mulai dikualifisir masuk dalam sistem penyelesaian sengketa di pengadilan.

Dalam hal tersebut mediasi dilakukan oleh hakim yang bersifat netral dan tidak memihak sebagai mediator, yang bergeser dari fungsi awalnya sebagai pemutus sengketa, mengikuti peran mediator sebenarnya dalam mediasi yang umum, yakni lebih dari hanya memutus perkara, tetapi menggali keinginan para pihak, kemudian memetakannya, kemudian bersama-sama dengan para pihak mencarisolusi terbaik atas sengketa mereka.

Stephen R. Marsh dalam artikelny yang berjudul “ Current Issues In Court Annexed Mediation” menyebutkan batasan dari mediasi dipangadilan adalah sebagai berikut:69

1. The narrowest defination is mediation that has been specifically

ordered by a court.

There are three different definition of court Annexed Mediation

69

(7)

( mediasi di pengadilan adalah suatu bentuk mediasi khusus yang distrukturisasi oleh badan pengadilan)

2. The middle ground is mediation that occurs for every general

court orders (e.g. standing orders all family law cases will be

mediated before a trial date is set)

( Mediasi dipengadilan adalah suatu peristiwa yang terjadi pada setiap kegiatan peradilan( misalnya : kasus rumah tangga akan dimediasi terlebih dahulu sebelum akhirnya diperiksa pokok perkaranya melalui litigasi)

3. the most expansive definition is teh mediation of any and all

matters that will of necessity be litigated (e.g. damage awards to

minors, divorce action)”

(mediasi di pengadilan dapat dilakukan terhadapa beberapa atau semua jenis kasus yang tergolong ke dalam kasus yang dapat deselesaikan di pengadilan)

Mengenai kualifikasi jenis kasus yang dapat dimediasi di pengadilan, Steven Rosenberg dala artikelnya “what type of dispute cen be mediated?” menyebutkan sebagai berikut:70

1. civil litigatio(peradilan umum)

a. cotractual disputes( sengketa perjanjian) b. insurance claims (klaim asuransi)

70

(8)

c. personal injury (kerugian individu/ ganti kerugian) d. property damage (kerusakan bangunan)

2. Business and professional( bisnis dan pekerjaan profesi) a. internal disputes ( sengketa internal)

b. partnership ( sengketa kerja sama bisnis)

c. employer/ employe ( masalah buruh dan majikan) d. Disolution and buy outs (konklusi dan pekerjaan)

3. Real Estate ( perumahan tinggal)

a. comercial Leases ( sewa guna komersial) b. Boundary Disputes (sengketa pembatasan) c. Neighbor Disputed ( sengketa bertetangga) 4. probate & Will contests ( masalah pernyataan kehendak) 5. pre-marital Agreements ( masalah persetujuan pra nikah) 6. Divorce and Separation ( perpisahan dan perceraian)

a. Child Support Agreement ( perjanjian pengurusan anak)

b. Determining, valuing, and dividing marital property ( mendeterminasi, menilai dan membagi persoalan pernikahan) c. Possesion and/or disposition of the family residence( pergeseran

posisi dari rumah keluarga) 7. Custody ( perlindungan)

a. parenting plans ( rencana pengurusan orang tua)

(9)

c. Change to prior agreements ( mengubah perjanjian utama)

d. Compliance with prior agreements ( keluhan akan perjanjian utama)

e. Compliance with court orders (menyelesaikan persoalan dangan bantuan pengadilan)

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mediasi di pengadilan adalah proses mediasi yang dilakukan dengan bantuan atau melalui rekomendasi hakim, dimana dalam hal ini hakim mediator tersebut bertindak hanya untuk memfasilitasi perdamaian antar pihak yang bersengketa, tanpa ikut menentukan apa yang diputuskan oleh para pihak yang bersengketa. Jadi dalam hal ini posisi hakim tidak lagi sebagai organ yang memeriksa dan memutus perkara, tetapi dalam mediasi di dalam pengadilan ia bertukar posisi menjadi pihak netral tidak memihak yang mencoba menggali kepentinga para pihak yang bersengketa dan membantu mereka mencari solusi penyelesaiannya dalam suasana yang bersifat privat dan formal sebagaimana dalam proses beracara litigasi yang umumnya mereka lakukan.

(10)

B. Dasar Hukum Mediasi di Pengadilan Negeri Medan

Pada dasarnya dalam hal mengenai perdamaian di pengadilan yang dilakukan oleh hakim sebagai pendamainya atau biasa disebut hakim mediator sebenarnya bukan hal baru dalam proses acara perdata dipengadilan Indonesia. Artinya ia bukanlah merupakan hal yang baru bagi hakim Indonesia. Sesuai dengan pasal 130 HIR/ 154 Rbg yang merupakan dasar hukum dari pelaksanaan mediasi dalam hukum acara perdata, telah ditentukan bahwa hakim wajib mengajukan upaya damai kepada para pihak sebelum proses pemeriksaan perkara dimulai. Hanya saja dalam peraturan tersebut tidak ditentukan mengenai prosedur dan peran khusus hakim dalam mendamaikan perkara di pengadilan.

Mediasi itu merupakan bagian dari alternatif penyelesaian sengketa. Tapi yang kita bicarakan disini adalah mediasi yang dlakukan dilingkungan atau ruang lingkup pengadilan. Namun karena mediasi itu sendiri adalah pemberdayaan dari pasal 130 HIR maka mediasi menjadi wajib sifatnya seperti yang terdapat dalam PERMA No.01 Tahun 2008 adalah pasal 2 ayat 3 yang menyatakan bahwa:

“Tidak menempuh prosedur mediasi berdasarkan peraturan ini merupakan

pelanggaran terhadap pasal 130 HIR yang mengakibatkan putusan batal demi

hukum”.71

Selama berjalannya waktu dan adanya amanat pasal 130 HIR dan 154 Rbg dimana dalam beracara dipengadilan megenai kasus perdata hakim wajib menawarkan kepada para pihak untuk melakukan perdamaian atau mediasi. Dan

71

(11)

kemudian mengenai perdamaian atau mediasi ini diatur didalam UU No.30 Tahun 1999 yang terdapat dala pasal 6 ayat (1) sampai dengan pasal 6 ayat (9).

Pasal-pasal dalam UU No.30 Tahun 1999 ini dirasa kurang dalam dan mendetail membahas dan mengatur mengenai mediasi dimana UU No. 30 Tahun 1999 lebih banyak mngetur tentang alternative penyelesaian yang dilakukan diluar pengadilan, yang kemudian Mahkamah Agung mengeluarkan Perma No. 2 Tahun 2003. Dengan berjalannya pelaksanaan dari PERMA No. 2 Tahun 2003 sebagai dasar hukum dalam pelaksanaan mediasi baik di pengadilan mapun diluar pengadilan ternyata ditemukan beberapa permasalahan yang bersumber dari Peraturan Mahkamah Agung tersebut, sehingga Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2003 sebagai dasar hukum dalam pelaksanaan mediasi dalam beracara di pengadilan maka perlu direvisi dengan maksud untuk lebih mendayagunakan mediasi sebagai akses mudah dalam menyelesaikan sengketa yang terkait dengan proses berperkara di Pengadilan sebagai yang termuat dalam asas cepat, sederhana dan biaya ringan.

(12)

implikasi hukum jika tidak dijalani. Misalnya, memungkinan para pihak menempuh mediasi pada tingkat banding atau kasasi Perubahan-perubahan itu penting dipahami oleh para hakim, penasihat hukum, advokat, pencari keadilan, dan mereka yang berkecimpung sebagai mediator atau arbiter. Menurut PERMA No. 01 Tahun 2008, mediasi perlu didayagunakan pada proses berperkara dipengadilan karena :72

a. Mediasi merupakan salah satu proses penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan murah, serta dapat memberikan akses yang lebih besar kepada para pihak menemukan penyelesaian yang memuaskan dan memenuhi rasa keadilan.

b. dapat menjadi salah satu instrumen efektif mengatasi masalah penumpukan perkara di pengadilan serta memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga pengadilan dalam penyelesaian sengketa di samping proses pengadilan yang bersifat memutus (ajudikatif).

c. mendorong para pihak untuk menempuh proses perdamaian yang dapat diintensifkan dengan cara mengintegrasikan proses mediasi ke dalam prosedur berperkara di Pengadilan Negeri.

72

(13)

Dan semua putusan pengadilan dapat batal demi hukum jika tidak melakukan prosedur mediasi yang didasarkan PERMA No.01 tahun 2008, dan PERMA No.01 Tahun 2008 mencoba memberikan pengaturan yang lebih komprehensif, lebih lengkap, lebih detail sehubungan dengan proses mediasi di pengadilan. Diarahkannya para pihak yang berpekara untuk menempuh proses perdamaian secara detail, juga disertai pemberian sebuah konsekuensi, bagi pelanggaran, terhadap tata cara yang harus dilakukan, yaitu sanksi putusan batal demi hukum atas sebuah putusan hakim yang tidak mengikuti atau mengabaikan PERMA No.01 Tahun 2008 ini.

. PERMA No.01 Tahun 2008 tidak melihat pada nilai perkara, tidak melihat apakah perkara ini punya kesempatan untuk diselesaikan melalui mediasi atau tidak, tidak melihat motivasi para pihaknya, tidak melihat apa yang mendasari iktikad para pihak mengajukan perkara, tidak melihat apakah para pihak punya sincerity (kemauan atau ketulusan hati untuk bermediasi atau tidak). Tidak melihat dan menjadi persoalan berapa banyak pihak yang terlibat dalam perkara dan dimana keberadaan para pihak, sehingga dapat dikatakan PERMA No.01 Tahun 2008 memiliki pendekatan yang sangat luas.

(14)

mewajibkan dan menentukan sanksi (pasal 2), maka perlu dipertimbangkan ketersedian dari Sumber daya Manusianya untuk dapat menjalankan mediasi dengan baik.

Adanya kewajiban menjalankan mediasi, membuat hakim dapat menunda proses persidangan perkara. Dan dalam pelaksanaan mediasi para pihak diberi kebebasan untuk memilih mediator yang disediakan pengadilan atau mediator diluar pengadilan. Untuk memudahkan memilih mediator, ketua pengadilan minimal menyediakan daftar nama mediator sedikitnya 5 ( lima ) nama yang disertai latar belakang pendidikan atau pengalaman mediator. Ketua Pengadilan mengevaluasi mediator dan memperbaharui daftar setiap tahun .(Pasal 9 Ayat (7) PERMA No.01 Tahun 2008).73

Dimana dengan adanya pengaturan pelaksanaan mediasi yang jelas di pengadilan diharapkan dapat mengurangi beban perkara di pngadilan dan menyediakan akses seluas mungkin kepada para pihak yang bersengketa untuk memeperoleh rasa keadilan, sehingga secara tidak langsung dapat membentuk independent judiciary. Adapun perbedaan posisi antara hakim yang memeriksa perkara biasa di pengadilan dengan hakim sebagai pihak yang menengahi perkara dalam format mediasi adalah di mana dalam persidangan biasa hakim memegang kekuasaan tertinggi dalam persidangan, sedangkan dalam mediasi, kekuasaan tertinggi ada di para pihak masing-masing yang bersengketa. Mediator sebagai

Jadi telah begitu detail PERMA No. 01 Tahun 2008 mengurai pelaksanaan mediasi itu sendiri sampai dengan penanda tanganan akta perdamaian yang dihasilkan dari proses mediasi tersebut.

73

(15)

pihak ketiga yang dianggap netral hanya membantu atau memfasilitasi jalannya proses mediasi saja. Hasil dari proses persidangan adalah putusan hakim. Sedangkan proses mediasi menghasilkan suatu akta perdamaian atau biasa disebut akta vandading.

C. Prosedur Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Negeri Medan Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia

Hukum Acara Perdata di Indonesia menghendaki dilaksanakannya mediasi sebelum pemeriksaan gugatan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 130 HIR/154 Rbg. Hal ini menunjukkan mediasi merupakan bagian dari hukum acara perdata di Indonesia. Didalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata Indonesia (HIR/Rbg) tidak dijelaskan secara rinci tentang prosedur pelaksanaan dari mediasi di Pengadilan. Oleh karena itulah PERMA No.01 Tahun 2008 kemudian dikeluarkan oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagai pengganti atas PERMA No.2 Tahun 2003 untuk dijadikan sebagai pedoman prosedur pelaksanaan mediasi didalam hukum acara perdata Indonesia. PERMA No.1 Tahun 2008 tersebut dapat dikatakan sebagai peraturan pelaksanan dari Pasal 130 HIR/154Rbg.

(16)

upaya mediasi mencapai perdamaian pada waktu persidangan maka dibuatlah akta perdamaian.74

Mediasi merupakan salah satu alternatif dalam menyelesaikan sengketa dimana mediasi itu sendiri merupakan suatu proses negoisasi untuk memecahkan masalah melalui pihak luar yang tidak memihak dan netral yang akan bekerja dengan pihak yang bersengkketa untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan masalah atau sengketa tersebut secara memuaskan yang mana pihak netral tersebut biasa disebut mediator75

NO

, pelaksanaan mediasi dilaksanakan melalui beberapa tahapan atau proses guna tercapainya suatu kesepakatan damai oleh para pihak yang bersengketa.

Melalui PERMA No.01 Tahun 2008, Mahkamah Agung Republik Indonesia mengatur prosedur pelaksanaan Mediasi. PERMA No.01 Tahun 2008 menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan mediasi dilakukan dua tahapan yaitu tahap pra mediasi dan tahap mediasi.

Berikut akan diuraikan mengenai perbandingan Tahap Pra Mediasi dan Tahap Mediasi berdasarkan PERMA No.01 Tahun 2008 dengan PERMA No.2 Tahun 2003 yang ditujukan untuk mengetahui apa perbedan proses mediasi atas perubahan PERMA tersebut, yang antara lain sebagai berikut:

PEMBANDING PERMA NO. 2

Diatur dalam Pasal 3 s/d Pasal 6 :

(1). Hakim mewajibkan para pihak agar lebih

Diatur dalam Pasal 7 s/d Pasal 12 :

(17)

dahulu menempuh kepada para pihak tentang prosedur dan biaya

mediasi,

(4). Dalam hal diwakili oleh kuasa hukum, setiap keputusan yang diambil oleh kuasa hokum harus mendapat persetujuan tertulis dari pihak yang member kuasa.

(5). Memilih mediator dari daftar mediator yang dimiliki oleh pengadilan atau mediator di luar daftar pengadilan. Jika pertama. Bial tidak mjuga tercapai kesepakatan para pihak untuk berperan langsung atau aktif dalam proses mediasi,

(4). Kuasa hukum para pihak berkewajiban mendorong para pihak sendiri berperan langsung atau aktif dalam proses mediasi,

(5). Hakim wajib menunda proses persidangan perkara untuk memberikan kesempatan kepada para pihak menempuh proses mediasi.

(6). Hakim menjelaskan prosedur mediasi kepada para pihak yang

bersengketa.

Para pihak berhak memilih mediator di antara pilihan-pilihan berikut:

a. Hakim bukan pemeriksa perkara pada pengadilan yang bersangkutan;

b. Advokat atau akademisi hukum;

pelaksanaan mediasi. Dalam PERMA No. 1 Tahun 2008 hakim dan kuasa hukum para pihak berperan untuk mendorong para pihak agar aktif dalam proses mediasi.

Dalam hal ini terlihat bahwa terdapat kekurangan pada PERMA No. 2 Tahun 2003, oleh karena itu PERMA tersebut kemudian direvisi menjadi PERMA NO. 1 Tahun 2008 yang mengatur tahap pra mediasi secara lebih rinci

(18)

(6). Jika para pihak

c. Profesi bukan hukum yang dianggap para pihak menguasai atau gabungan butir b dan d, atau gabungan butir c dan d. (2) Jika dalam sebuah proses mediasi terdapat lebih dari satu orang mediator, pembagian tugas iktikad baik. Salah satu pihak dapat menyatakan mundur dari proses mediasi jika pihak lawan menempuh mediasi dengan

2. Tahap mediasi Tahap mediasi diatur dalam pasal 8 s/d pasal dalam pasal 13 s/d pasal 20

(1) dalam waktu memiliki jangka waktu lebih lama dalam proses

(19)

fotocopy dokumen

(3) saksi ahli dapat diundang dalam proses mediasi

kepada satu sama lain pihak dan hakim mediator, serta jika lima hari kerja para pihak atau para pihak atau kuasa hukumnya resume perkara jika terjadi kegagalan para pihak dalam memilih hakim mediator. hampir sama antara PERMA No. 2 Tahun 2003 dengan PERMA No. 1 Tahun 2008 berikut juga mediator dapat melakukan kaukus, serta kedua PERMA tersebut juga menjelaskan bahwa

mediator wajib menggali kepada para pihak mengenai bagaimana penyelesaian terbaik bagi para pihak dan di PERMA No.2 Tahun 2003 dipertegas jka terjadi kegagalan atau mediasi gagal dalam kata sepakat maka telah ditetapkan mediasi berlangsung paling lama dua puluh dua hari.

(20)

atas kesepakatan

(6) Tempat dan biaya perkara bahwa

(3) Saksi ahli dapat diundang untuk

ketentuan yang sama namun dalam PERMA No.01 Tahun 2008 lebih dipertegas atas kekuatan mengikat atau tidak mengikatnya

penjelasan ahli terhadap perkara tersebut, dimana kekuatan itu ditentukan oleh kesepakatan para pihak. Jika mediasi menghasilkan kesepakatan maka tahapan yang harus dilakukan para pihak telah dijelas kan oleh kedua PERMA tersebut dimana jika tercapai pihak, kemudian para pihak menghadap kembali

(21)

dimana

(7) Tidak ada aturan mengenai hari sejak hari para pihak

Pada PERMA No.2 setelah perdamaian mengalami kegagalan maka

pemeriksaan perkara langsung dilanjutkan sesua Hukum Acara yang berlaku berbeda dengan PERMA No.01 Tahun 2008 bahwa setelah dilaporkanya kegagalan mediasi kepada hakim yang memeriksa perkara maka hakim tetap berwenang untuk

mendorong para pihak mengusahakan perdamaian dengan waktu empat belas hari sejak hari pertama para pihak mengajukan

keinginannya berdamai.

Didalam PERMA No.2 Tahun 2003 tidak ada perlindungan hukum atau hak imunitas yang

(22)

(6) Mediasi perdata maupun pidana atas isi kesepakatan perdamaian dari hasil proses mediasi Ada perubahan dari

PERMA No.2 Tahun 2003 yakni dalam PERMA No.01 Tahun 2008 proses mediasi yang ditengahi oleh

mediator hakim maka penyelenggaraan mediasi tersebut tidak boleh di tempat lain selain di pengadilan.

PERMA No.01 Tahun 2008 lebih lengkap karena dua puluh dua hari kerja sejak pemilihan atau

(23)

penetapan penunjukan kesepakatn yang win-win solution.

Berdasarkan uraian tersebut jelas terlihat bahwa PERMA No. 1 Tahun 2008 lebih lengkap, jelas dan terperinci mengatur bagaimana pelaksanaan mediasi dibandingkan dengan PERMA No. 2 Tahun 2003. Hanya saja, kekurangan dari PERMA No. 01 Tahun 2008 adalah mengenai masalah waktu.

Berdasarkan wawancara Penulis dengan salah satu hakim mediator di Pengadilan Negeri Medan, Bapak E.T. Pasaribu, bahwa prosedur mediasi berdasarkan PERMA No. 01 Tahun 2008 membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan PERMA No. 2 Tahun 2003 dan hal ini tentu menjadi merepotkan bagi pihak hakim mediator karena selain sebagai hakim mediator, Bapak E.T. Pasaribu dan Hakim Mediator yang ada di Pengadilan Negeri Medan juga harus bertugas sebagai hakim untuk menyelesaikan perkara-perkara lainnya di Pengadilan Negeri Medan, pekerjaannya sebagai hakim membutuhkan waktu juga.76

76

Hasil wawancara dengan Bapak E.T. Pasaribu. Hakim / Hakim Meditor pada Pengadilan Negeri Medan Kelas I-A Medan Pada Tanggal 7 Juli 2010.

(24)

Penulis: ” Menurut Bapak, manakah tenggang waktu Pelaksanaan Mediasi yang lebih baik, apakah sebagaimana diatur dalam PERMA No.2 Tahun 2003 atau waktu yang diatur dalam PERMA No.01 Tahun 2008?”

Bapak E. T. Pasaribu

Pernyataan Bapak E.T. Pasaribu diamini oleh seorang pengacara yang bernama M. Kemal Harahap, S.H., ia juga menyatakan bahwa prosedur mediasi dengan waktu yang cukup lama hanya akan membuang-buang waktu saja. Bila memang mediasi akan dilakukan akan lebih baik bila dilakukan lebih cepat, namun bila para pihak tidak mau juga untuk berdamai maka sebaiknya sesegera

(25)

mungkin dilakukan pemeriksaan perkara tersebut sehingga suatu perkara dapat diselesaikan sebaik-baiknya.

D. Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Negeri Medan

Berdasarkan hasil riset penulis di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 30 Juni – 07 Juli 2010 dapatlah diketahui oleh penulis bagaimana mediasi dilaksankan di Pengadilan Negeri Medan. Penulis memang tidak menyaksikan secara langsung bagaimana mediasai tersebut dilaksanakan, tetapi penulis dapat mengetahuinya atau menggambarkannya berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan salah satu hakim mediator di Pengadilan Negeri Medan serta selebaran kertas yang didapat oleh penulis. Dimana seleberan tersebut diletakkan pada beranda depan Pengadilan Negeri Medan, selebaran tersebut ditandatangani oleh Ketua Pengadilan Negeri Medan, Bapak H. Sunaryo dan setelah mewawancarai Bapak E.T. Pasaribu (Mendapat sertifikat mediator dari Mahkamah Agung RI pada bulan Maret 2010), ia pun menyatakan kebenaran bahwa pelaksanaan mediasi yang dilakukan di Pengadilan Negeri Medan sesuai yang tertera pada selebaran tersebut.

Berikut pertanyaan yang ditanyakan penulis kepada bapak E.T .Pasaribu yang merupakan salah satu Hakim Mediator di Pengadilan Negeri Medan.:

(26)

Bapak E.T.Pasaribu

Prosedur pelaksanaan mediasi yang terdapat dalam seleberan di Pengadilan Negeri Medan dapat dilihat pada bagan berikut :

: “selama saya ditunjuk menjadi hakim mediator, pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Negeri Medan yang saya laksanakan dan saya ketahui bahwa setiap pelaksanaan mediasi harus berdasarkan PERMA No.1 Tahun 2008. karena PERMA tersebut lah yang menjadi acuan semua Hakim Mediator diseluruh Pengadilan Negeri di Indonesia. Dan pelaksanaan atau proses mediasi yang saya lakukan adalah proses mediasi yang sebagaimana tertuang dalam selebaran Mediasi yang dapat kita jumpai didepan beranda Pengadilan Negeri Medan karena itulah acuan kita dalam melaksanakan Mediasi .

77

PENGGUGAT MENGAJUKAN DAN MENDAFTARKAN GUGATAN

KETUA PENGADILAN NEGERI MENUNJUK MAJELIS HAKIM

SIDANG HARI PERTAMA, MAJELIS HAKIM MENGUPAYAKAN PERDAMAIAN

PENUNJUKAN MEDIATOR

KESEPAKATAN TERCAPAI ( kesepakata untuk bermediasi )

PROSES MEDIASI BERLANGSUNG (negosiasi, pemanggilan saksi dan lain-lain)

1. Memulai proses mediasi

2. Merumuskan masalah dan menyusun agenda 3. Mengungkapkan kepentingan tersembunyi 4. Mengembangkan pilihan penyelesaian sengketa 5. Menganalisis pilihan penyelesaian sengketa

77

(27)

6. Proses tawar-menawar akhir 7. Mencapai kesepakatan

PARA PIHAK MELENGKAPI FOTOKOPI DOKUMEN DAN SURAT

AKTA PERDAMAIAN

Jika dilihat secara seksama pada bagan tersebut maka Pada dasarnya, terlihat jelas prosedur pelaksanaan mediasi di Pengadilan Negeri Medan merujuk pada PERMA No. 1 Tahun 2008 dimana mediasi dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu proses pra mediasi, proses mediasi dan proses akhir mediasi. Mengenai hasil mediasi yang berhasil dan tidak berhasil dalam pelaksanaannya dapat dilihat dalam table berikut ini:

TAHUN KASUS MASUK KASUS YANG TELAH

DIPUTUS

2008 543 542

2009 553 554

Sampai dengan Juni 2010 273 < 200

Keterangan:

(28)

diputus sebanyak 552 perkara. Mengenai perkara tersebut hanya 10 Perkara yang diputus berdasarkan hasil mediasi dipengadilan.

2. Tahun 2009 jumlah kasus perkara yang masuk sebanyak 553 perkara dimana terdiri dari 45 % kasus wanprestasi dan 40 % kasus perbuatan melawan hukum dan 15 % kasus mengenai perceraian. Dan telah diputus sebanyak 554 perkara. Mengenai perkara tersebut hanya sekitar 15 perkara yang diputus berdasarkan hasil mediasi.

3. Pada sampai dengan Juni 2010 perkara yang masuk sebanyak 273 perkara namun, belum ada data pasti tentang jenis kasus apa yang sedang berjalan serta mengenai jumlah perkara yang putus dan belum diputus dikarenakan belum dilakukan pencatatan akhir pada tiap priode pemeriksaan perkara di pengadilan dan pada 2010 ini semua perkara telah diupayakan mediasi namun belum ada perkara yang berhasil diselesaikan melalui upaya mediasi.

(29)

D. FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI MEDAN PADA TAHUN 2008-2010

Mediasi sebagai upaya untuk menempuh perdamaian membutuhkan proses dan tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya. Pada kenyataannya dilapangan, proses dan tahapan-tahapan mediasi tersebut sering tidak terlaksana dengan baik dan oleh karena itulah mediasi sering kali mengalami kegagalan. Di Pengadilan Negeri Medan sesuai amanat dari pasal 130Hir/154 Rbg telah banyak perkara yang diupayakan selesai melalui mediasi, namun sejak tahun 2008 hingga tahun 2010 sedikit sekali perkara yang terselesaikan melalui mediasi hal ini dapat kita lihat pada table yang telah dijelaskan sebelumnya. Walaupun ada beberapa perkara yang hampir terselesaikan melalui mediasi, dimana pada akhirnya mediasi tersebut mengalami kegagalan. Di Pengadilan Negeri Medan ada tujuh orang hakim mediator yang yang memiliki sertifikat mediasi dari BAMI (Badan Mediasi Indonesia).

(30)

Menurut hasil quisioner penulis terhadap beberapa orang pengacara di Pengadilan Negeri Medan yang, yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan mediasi adalah para pihak yang bersengketa. M. Kemal Harahap, S.H. salah seorang pengacara/advokat di Pengadilan Negeri Medan Yang Juga penulis wawancara dikantornya tepatnya di jalan Gurilla Medan menyatakan berdasarkan pengalamannya bahwa, saat ini hakim mediator yang bersifat netral terlalu pasif dalam upaya mendorong para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui proses mediasi, dimana dalam kenyataanya dilapangan yang berperan aktif dalam pelaksanaan mediasi tersebut adalah para pihak yang bersengketa diwakili oleh kuasa hukumnya. Jika merujuk pada peran aktifnya para pihak maka Mediasi tidak akan berhasil bila tidak ada itikad baik dari dalam hati para pihak yang bersengketa.

(31)

Sedangkan menurut hemat Penulis berdasarkan hasil pengamatan dan pembelajaran mengenai mediasi, faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan mediasi di Pengadilan Negeri Medan antara lain :

a. Tidak adanya itikad baik dari para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui mediasi.

b. Kurang mampunya kuasa hukum dari para pihak yang bersengketa untuk menginformasikan kepada para pihak yang bersengketa tentang pentingnya mediasi dan keuntungan penyelesaian sengketa melalui mediasi.

c. Hakim Mediator yang bersifat netral terlalu pasif dalam menjembatani para pihak untuk berdamai

d. Lemahnya peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang mediasi.

(32)
(33)

BAB IV

EFEKTIVITAS MEDIASI DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI MEDAN

A. Alasan Pemilihan Mediasi Sebagai Upaya Penyelesaikan Sengketa Perdata.

Setelah dikeluarkannya peraturan mengenai mediasi yang didasarkan pada pasal 130 HIR dan 154 R.Bg. Pelaksanaan mediasi itu sendiri banyak memiliki kelemahan dan kelebihan didalam menyelesaikan sengketa perdata di Pengadilan Indonesia dimulai dengan dikeluarkannya UU No. 30 Tahun 1999 sampai keluarnya PERMA No. 01 Tahun 2008. Sesuai dengan pasal 2 ayat 3 dalam PERMA No. 01 Tahun 2008 telah jelas ditegaskan bahwa, setiap perkara perdata yang masuk ke pengadilan wajib melalui mediasi pada tahap awal beracara di pengadilan, dimana hakim harus menawarkan kepada para pihak untuk melakukan perdamaian. Karena jika tidak dilaksanakan maka terdapat sangsi yang jelas yakni putusan batal demi hukum.

(34)

pihak ketiga menyangkut kejadian-kejadian yang lampau dan hak serta kewajiban legal masing-masing pihak akan menentukan hasilnya. Kelemahan-kelemahan dalam penyelesaian sengketa secara litigasi di negara-negara Barat dan Timur antara lain memakan waktu yang lama, memakan biaya yang tinggi, dan merenggangkan hubungan pihak-pihak yang bersengketa78

Penyelesaian sengketa melalui pengadilan juga menempatkan para pihak pada dua sisi yang bertolak belakang, satu pihak sebagai pemenang (winner), dan pihak lainnya sebagai pihak yang kalah (looser). Sehingga putusan pengadilan tidak pernah menyelesaikan masalah secara tuntas. Bahkan kemungkinan akan semakin meruncing dan meningkatkan eskalasi sengketa. Sebagaimana dikemukakan oleh seorang sosiolog hukum terkemuka Jepang bernama Takeyoshi Kawashima:”membawa perkara ke pengadilan berarti mengisukan suatu tantangan umum, dan membakar suatu pertengkaran”. Gagasan untuk menghindari penyelesaian sengketa secara litigasi dan anjuran berkompromi pernah disampaikan oleh Abraham Lincoln pada tahun 1850 dengan ucapan: “Discourage litigation. Persuade your neighbours to compromise whenever you can. Point out

to them how the nominal winner is often a real loser in fees, expenses, and waste

of time”.

.

79

Sedangkan mediasi sifatnya tidak formal, sukarela, melihat ke depan, kooperatif dan berdasar kepentingan. Seorang mediator membantu pihak-pihak

78

Erman Rajagukguk dalam Pidato. Runtung. dalam Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Hukum Adat pada Fakultas Hukum USU. Op.Cit h 6.

79

(35)

yang bersedia merangkai suatu kesepakatan yang memandang ke depan, memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dan memenuhi standart kejujuran mereka sendiri. Seperti halnya para hakim dan arbiter, mediator harus tidak berpihak dan netral, tetapi mereka tidak mencampuri untuk memutuskan dan menetapkan suatu keluaran substantif, para pihak sendiri memutuskan apakah mereka akan setuju atau tidak. 80

Dengan meminjam istilah Koesnoe yang disebutnya dengan ajaran menyelesaikan, sebagai lawan dari ajaran memutus. Ajaran menyelesaikan menitikberatkan pada penyelesaian sebuah sengketa dengan cara musyawarah mufakat, sehingga hasilnya dapat memulihkan kembali hubungan di antara para pihak yang bersengketa seperti sebelum terjadinya sengketa.

Dan hasil yang didapat dari mediasi itu sendiri adalah win-win solution karena mediasi memberikan kebebasan kepada para pihak untuk berdamai tanpa ada campur tangan hakim mediator yang menengahinya.

81

Christopher W. Moore mengemukakan ada beberapa keuntungan yang seringkali didapatkan dari hasil mediasi, yaitu:82

1. keputusan yang hemat, mediasi biasanya memakan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan litigasi;

2. penyelesaian secara cepat;

3. hasil yang memuaskan bagi semua pihak;

80

Gary Goodpaster, dalam Pidato Runtung , Ibid.

81

Koesnoe, 1979 dalam Pidato Runtung ., Ibid.

82

(36)

4. kesepakatan-kesepakatan komprehensif dan “customized”;

5. praktik dan belajar prosedur-prosedur penyelesaian masalah secara kreatif; 6. tingkat pengendalian lebih besar dan hasil yang bisa diduga;

7. pemberdayaan individu;

8. melestarikan hubungan yang sudah berjalan atau mengakhiri hubungan dengan cara yang lebih ramah;

9. keputusan-keputusan yang bisa dilaksanakan;

10.kesepakatan yang lebih baik dari pada hanya menerima hasil kompromi atau prosedur menang-kalah;

11.keputusan yang berlaku tanpa mengenal waktu.

Sekurang-kurangnya ada 2 alasan yang menjadi dasar atau melandasi pemikiran dalam memilih mediasi sebagai bentuk penyelesaian sengketa alternatif yang tepat untuk dikembangkan di Indonesia.: 83

Pertama, dalam masyarakat Indonesa yang dikenal sebagai masyarakat konsensus, cara penyelesaian sengketa dengan melibatkan pihak ketiga netral (mediasi) ini mempunyai basis sosial yang kuat, baik di perdesaan (rural community) maupun perkotaan (urban community). Hasil studi perkembangan hukum di Indonesia menyimpulkan bahwa penyelesaian sengketa alternatif telah digunakan oleh masyarakat tradisional di Indonesia dalam menyelesaikan sengketa di antara mereka. Penyelesaian sengketa alternatif secara tradisional dianggap sangat efektif dan merupakan tradisi yang masih hidup dalam masyarakat.

83

(37)

Di banyak daerah di Indonesia kepala desa atau kepala suku masih dianggap kekuasaan tertinggi dalam memimpin desa, dan sebagai perantara atau memberikan keputusan dalam persengketaan antara rakyat. Oleh karena itu masyarakat Indonesia yang pada dasarnya non-litigasi, mempercayai bahwa merupakan suatu kesalahan jika sengketa itu dibuka di tengah masyarakat. Dalam banyak sengketa orang lebih suka mengusahakan suatu dialog (musyawarah), dan biasanya minta pihak ketiga seperti kepala desa atau kepala suku untuk bertindak sebagai mediator, konsiliator atau malahan sebagai arbitrator (Ali Budiardjo, 2000).

Studi empiris yang dilakukan oleh Rehngena Purba (1992) di Desa Rumah Kabanjahe, Tanah Karo menunjukkan bahwa runggun sebagai forum penyelesaian sengketa dengan pendekatan konsensus masih tetap eksis. Penelitian yang dilakukan di Kota Binjai menyimpulkan bahwa lurah merupakan salah satu tokoh yang banyak berperan sebagai mediator menyelesaikan sengketa yang terjadi dalam masyarakat (Runtung, 2004).

(38)

dibanding dengan penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan, dimana mediasi memiliki keunggulan tersendiri dalam menyelesaikan sengketa antara para pihak di pengadilan dalam penerapannya.

Mengapa mediasi dijadikan sebagai pilihan jalan damai dalam menyelesaiakan sengketa perdata antara lain disebabkan sebagai berikut:84

1. Penyelesaian melalui mediasi tidak hanya dilakukan di luar pengadilan saja, akan tetapi Mahkamah Agung berpendapat prosedur mediasi patut untuk ditempuh bagi para pihak yang beracara di pengadilan.

2. Langkah ini dilakukan pada saat sidang pertama kali digelar.

3. Adapun pertimbangan dari Mahkamah Agung, mediasi merupakan salah satu solusi dalam mengatasi menumpuknya perkara di pengadilan.

4. Proses ini dinilai lebih cepat dan murah, serta dapat memberikan akses kepada para pihak yang bersengketa untuk memperoleh keadilan atau penyelesaian yang memuaskan atas sengketa yang dihadapi.

5. Di samping itu institusionalisasi proses mediasi ke dalam ststem peradilan dapat memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga pengadilan dalam penyelesaian sengketa di samping proses pengadilan yang bersifat memutus (ajudikatif).

Dari beberapa point diatas maka terlihat jelas bahwa mediasi sebagai salah satu upaya penyelesaian sengketa memiliki manfaat yang sangat besar dalam menyelesaikan sengketa perdata di pengadilan. Dimana mediasi akan terasa

84

(39)

manfaatnya jika mediasi itu sendiri telah berhasil atau para pihak telah mencapai kesepakatan untuk melakukan perdamaian, bahkan dalam mediasi yang gagal, dan belum ada penyelesaian yang dicapai proses mediasi yang sebelumnya berlangsung telah dapat mengklarifikasikan persoalan dan mempersempit perselisihan. Dengan demikian para pihak dapat memutuskan penyelesaian seperti apa yang mereka akan pilih.

Menurut Gatot. P. Soemarsono pelaksanaan mediasi memang sulit, mediasi dapat memberikan keuntungan penyelesaian sebagai berikut:85

1. Mediasi diharapkan dapat menyelesaikan sengketa dengan cepat dan relative lebih murah dibandingkan dengan membawa perselisihan tersebut dalam pemeriksaan di pengadilan

2. mediasi akan memfokuskan para pihak pada kepentingan mereka secara nyata dan pada kebutuhan emosi atau psikologis mereka, jadi bukan hanya pada hak-hak hukumnya.

3. mediasi memberikan kesempatan para pihak untuk berpartisipasi secara langsung dan secara informal dalam menyelesaikan perselisihan mereka. 4. mediasi memberi para pihak kemampuan untuk melakukan control

terhadap proses dan hasilnya.

5. mediasi memberikan hasil yang tahan uji dan akan mampu menciptakan saling pengertian yang lebih baik diantara para pihak yang bersengketa, karena mereka sendiri yang memutuskannya.

85

(40)

6. mediasi juga mampu menghilangkan konflik atau permusuhan yang hampir selalu mengiringi setiap putusan yang bersifat memaksa yang diajtuhkan oleh hakim di pengadilan.

Dalam kaitan mengenai keuntungan yang diperoleh dari mediasi para pihak, maka para pihak itu sendiri yang akan merasakan manfaat mediasi, meskipun mengecewakan atau lebih buruk dari yang diharapkan. Penyelesaian sengketa melalui mediasi menghasilkan win-win solution pada umumnya bukan datang dari istilah penyelesaian itu sendiri melainkan bahwa hasil penyelesaian melalui mediasi memungkinkan para pihak untuk meletakkan perselisihan dibelakang mereka. Manfaat lainnya dari mediasi itu sendiri bahwa dengan adanya mediasi maka ketidakseimbangan para pihak dalam bersengketa dapat dihindari karena mediasi memberikan keleluasaan untuk setiap pihak memberikan keterangan serta menentukan hasil mediasi itu sendri dimana perlu adanya peranan mediator untuk menyeimbangkan kedaan.

Dari beberapa keterangan sebelumnya maka menurut hemat penulis ada beberapa alasan pemilihan mediasi sebagai upaya penyelesaian sengketa perdata anatara alain:

1. adanya tugas hakim menyarankan kepada para pihak untuk melakukan mediasi pada tahap awal pemeriksaaan perkara sebagai aturan dalam pasal 130 HIR dan 154 RBg.

(41)

3. dapat dicapainya win-win solution dalam perdamaian yang dihasilkan para pihak dari mediasi.

4. hasil yang dicapai dalam mediasi menghindarkan perselisihan yang berkepanjangan anatara para pihak.

5. Mediasi dapat menyelesaikan sengketa dengan cepat, sederhana dan relative lebih murah dibandingkan dengan membawa perselisihan tersebut dalam pemeriksaan di pengadilan.

B. Analisa Terhadap Perkara Yang Diselesaikan Melalui Upaya Mediasi 1. Kasus Posisi Putusan No.148/Pdt.G/2009/PN.Mdn.

a. Kronologis perkara

Bahwa Penggugat pada tanggal 30 Januari 2009 pergi ke PT. Bank Central Asia (BCA) Tbk. Kantor Cabang Pembantu (KCP) Asia Mega Mas (Tergugat) di Kompleks Asia Mega Mas Jalan Asia Raya Blok BB No. 11 Kelurahan Sukaramai II Kecamatan Medan Area Kota Medan dengan maksud dan tujuan menyetorkan/rnenyerahkan Uang Miliknya sejumlah Rp. 50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah) ke Nomor Rekening 8305083808 untuk pembayaran hutangnya kepada Perusahaan;

(42)

8305083808, tetapi masuk ke nomor rekening lain yang bukan menjadi tujuan dan maksud penyerahan/penyetoran uang tersebut;

Bahwa berdasarkan Bukti Setoran yang ada pada Penggugat dan yang dia tuliskan disana Jela s dan Tegas Penggugat bermaksud dan bertuiuan menyerahkan uang tersebut ke Nomor rekening 8305083808, tetapi hasii Valerias menunjukan Ice Nomor Rekening 8305080833;

Bahwa kemudian Penggugat menemui Kepala Kantor Cabang Pembantu (KCP) Asia Mega Mas PT. Bank Central Asia (BCA) Tbk. untuk membahas dan rnenyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, bagaimana penyelesaiannya, oleh karena Penggugat menyerahkan uang tersebut kepada PT. Bank Central Asia (BCA) Tbk Kantor Cabang Pembantu (KCP) Asia Mega Mas secara tunai dengan maksud rnemasukkannya/menyerahkannya ke Nomor Rekening 8305083808 oleh karenanya PT. Bank Central Asia (BCA) Tbk. Kantor Cabang Pembantu (KCP) Asia Mega Mas (Tergugat) juga harus mengembalikannya/membayarkan kepada Penggugat secara tunai, tetapi PT. Bank Central Asia (BCA) Tbk. Kantor Cabang Pembantu (KCP) Asia Mega Mas (Tergugat) bersikukuh tidak mau mengembalikan uang tersebut dengan berbagai alasan yangtidak ada hubungannya dengan permasalahan ini;

(43)

Bahwa berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata : Tiap perbuatan melawan h u k u m yang membowa kerugion kepada orang lain mewajibkan orang yang karena

salahnya menimbulkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut;

Bahwa oleh karena itu kerugian yang diderita penggugat dan patut untuk dipertanggungjawabkan dan dibayarkan/dikembalikan oleh Tergugat adalah sebagai berikut:

1) Kerugian Material

2)

sebesar Rp. 50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah)

ditambah dengan bunga 4% (empat persen) untuk setiap bulannya;

Kerugian Immaterial/ Moril

3) Bahwa Penggugat khawatir Tergugat akan mengalihkan barang-barang harta benda miliknya, dan untuk menjamin gugatan Penggugat tidak hampa maka adalah wajar Penggugat mohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan yang memeriksa dan mengadili perkara ini agar menetapkan serta meletakan Sita Jaminan (Conservatoir Beslag) atas harta benda Tergugat baik barang bergerak maupun barang yang tidak bergerak;

sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu/ milyar rupiah). Maka kerugian Penggugat baik secara material maupun immateriat/moril adalah sebesar Rp. 50. 000.000,- + Rp. 1.000.000.000,- = Rp. 1.050. 000.000,- (Satu milyar lima puluh juta rupiah};

(44)

(dwangsom) sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah} untuk setiap harinya dihitung sejak hari lalainya Tergugat I dan Tergugat II memenuhi putusan ini sampai hutang-hutang Tergugat I dan Tergugat II ini iunas dibayarnya;

5) Bahwa perkara ini didukung oleh bukti-bukti yang kuat dan autentik. maka adalah wajar bi!a terhadap putusan ini dapat dijalankan teriebih dahuiu kendatipun ada perlawanan, banding rnaupun kasasi ( u i t voorboar bij vooroad);

b. Posita Gugatan

Memanggil pihak-pihak yang telah disebutkan diatas untuk duduk bersidang pada persidangan yang waktu dan tempat yang telah ditentukan seraya rnemeriksa dan mengadili serta mengambil putusan yang amarnya adalah sebagai berikut:

1) Menerima gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

2) Menyatakan syah dan berharga atas sita jaminan yang teiah diletakan. Menyatakan perbuatan Tergugat adalah perbuatan melanggar hukurn yang merugikan Penggugat berikut dengan akibat-akibat hukumnya.

3) Menghukum Tergugat untuk membayar/mengembalikan kerugian-kerugian yang diderita oleh Penggugat yaitu:

a) Kerugian Materil : sebesar Rp. 50.000.000,- (Lima puluhjuta rupiah}.

(45)

harus dibayar Tergugat adalah sebesar Rp. 50.000.000,- + Rp. 1.000.000.000,- = Rp. 1.050.000.000,- (satu milyar lima puluh juta rupiah) secara tunai dan seketika.

4) Menghukum Tergugat untuk membayar uan.g paksa

(dwangsom) sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk setiap harinya dihitung sejak hari ialainya Tergugat mernenuhi isi Putusan dalam perkara kelak. Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dijalankan terus kendatipun ada perlawanan, banding maupun kasasi

(uinverbaor bijj voctaad). Atau jika Majelis Hakim berpendapat lain rnohon putusan ycng seadil-adiltiya (ex aeq'in et bono)

c. Kesepakatan dalam Akta Perdamaian

Pihak Kedua selaku Tergugat dalam Perkara No.148/Pdt.G/2009/PN.-Mdn mengakui bahwa telah terjadi kesalahan posting dalam proses pentransferan dana milik Pihak Pertama selaku Penggugat sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) yang seharusnya ditujukan ke Nomor: Rekening: 8305083808 atas nama Lilianto atau Juli jamnasi akan tetapi terposting ke Rekening Nomor: 8305080833 atas nama Lilianto.

(46)

Pihak Pertama dan Pihak Kedua telah sepakat dan setuju untuk menyelesaikan kesalahan transfer uang Milik Pihak pertama sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah ) oleh Pihak Kedua yang masuk rekening : 8305083808 atas nama Lilianto dengan cara Pihak Kedua mengganti kesalahan transfer dimaksud dengan cara mentransfer kembali uang sebesar Rp. 50.000.000 ; (lima puluh juta rupiah) tersebut ke Rekening yang dituju oleh Pihak Pertama sesuai dengan maksud dan tujuan Pihak Pertama ketika menyetor uang tersebut pada tanggal 30 Januari 2009 yaitu ke Nomor Rekening :8305083808 atas nama Lilianto atau Juli Jamnasi, sedangkan uang sebesar Rp. 50.000.000 ; (lima puluh juta rupiah ) yang telah masuk ke Nomor :8305080833 atas nama Lilianto karena kesalahan transfer yang sampai Akta Perdamaian ini ditanda tangani oleh para pihak dan Hakim Mediasi tidak juga dikembalikannya walaupun telah diminta oleh Pihak Kedua, maka untuk itu Pihak Kedua akan menempuh upaya hukum tersendiri terhadap Lilianto baik secara Pidana maupun Perdata.

P A S A L. 2.

Terhadap pembayaran kembali uang milik Pihak Pertama sebesar Rp. 50.000.000; (lima puluh juta rupiah) tersebut dilakukan dengan cara Pihak Kedua mentrasfer kembali uang tersebut ke Rekening tujuan

P A S A L. 3.

(47)

dimaksud ke Nomor Rekening :8305083808 atas nama Lilianto atau Juli Jamnasi sebesar Rp. 50.000.000; (lima puluh juta rupiah ) yaitu masing-masing pada tanggal 20 April 2009 sebesar Rp. 16.200.000; (enam belas juta dua ratus ribu rupiah) dan pada tanggal 1 Juli 2009 sebesar Rp. 33.800.000,- (tiga puluh tiga juta delapan ratus ribu rupiah ).

Pihak Pertama secara tegas menyatakan telah menerima maksud baik dari Pihak Kedua dan Pihak Kedua telah pula melaksanakan tugasnya sebagaimana yang diinginkan oleh Pihak Pertama ketika menyetorkan uangnya sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) pada tanggal 30 Januari 2009 untuk disetorkan kembali / ditransfer ke Nomor Rekening: 8305083808 atas nama Lilianto atau Juli Jamnasi dan Pihak pertama tidak menuntut pembayaran apapun lagi dari keterlambatan pengembalian dimaksud oleh Pihak Kedua, dan penyelesaian permasalahan ini dibuktikan dengan adanya tanda bukti penyetoran / transfer sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) ke Nomor Rekening: 8305083808 oleh Pihak Kedua dan Pihak Pertama telah mengakui bahwa pengiriman uangnya tersebut telah sampai ke Nomor Rekening: 8305083808 atas nama Lilianto atau Juli Jamnasi yang menjadi tujuannya dan Akta Perdamaian ini juga sekaligus sebagai bukti telah disetorkannya kembali uang milik Pihak Pertama oleh Pihak Kedua ke Rekening yang menjadi tujuannya.

(48)

Bahwa dengan telah diselesaikannya kesalahan transfer uang milik Pihak Pertama oleh Pihak Kedua, maka Pihak Pertama dan Pihak Kedua menyatakan terikat dengan Akta Perdamaian ini dan Pihak Pertama tidak akan mengajukan lagi tuntutan hukum kepada Pihak Kedua baik secara Pidana maupun Perdata atau dalam bentuk apapun dikemudian hari, dan Pihak Pertama menyatakan Gugatan Perkara Perdata No: 148/Pdt.G/2009/PN.Mdn, tanggal 03 April 2009 yang diajukannya terhadap Pihak Kedua telah selesai dan dinyatakan dicabut / gugur dengan Akta Perdamaian ini dan Akta Perdamaian ini sekaligus merupakan bukti penyelesaian Perkaara Gugatan dimaksud oleh Pihak Pertama terhadap Pihak Kedua.

P A S A L. 5.

Akta Perdamaian ini diperbuat oleh Kedua belah pihak secara sadar dan tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun. Dibuat dalam rangkap 3 ( tiga ) dimana setiap rangkap terdiri dari 4 ( empat ) halaman dan masing masing pihak mendapat 1 (satu) rangkap dan 1( satu ) rangkap lagi untuk berkas di Pengadilan Negeri Medan yang ketiga-tiganya mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan dibubuhi materai secukupnya.

P A S A L. 6.

(49)

Setelah isi persetujuan perdamaian tersebut dibuat secara tertulis tertanggal 01 Juli 2009 dan dibacakan kepada kedua belah pihak, maka mereka masing-masing menerangkan dan menyatakan menyetujui seluruh isi persetujuan perdamaian tersebut;

d. Putusan No.148/Pdt.G/2009/PN.Mdn.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Negeri tersebut;

Telah membaca surat persetujuan perdamaian tersebut diatas ;

Telah mendengar kedua belah pihak yang berperkara ;

Mengingat pasal 130 HIR/154 RBg dan PERMA No.1 Tahun 2008 serta ketentuan perundang-undangan yang bersangkutan ;

= M E N G A D I L I

Menghukum kedua belah pihak EDDY SAPUTRA dan PT.BANK CENTRAL ASIA (BCA) Tbk, Cq. PT.Bank Central Asia (BCA ) Tbk, Kantor Cabang Utama (KCU) Medan Cq. PT. Bank Central Asia (BCA) Tbk, Kantor Cab. Pembantu (KCP) Asia Mega Mas tersebut untuk mentaati persetujuan yang telah disepakati tersebut diatas ;

=

(50)

Demikianlah diputuskan pada hari Kamis. tanggal 02 Juli 2009.

Berdasarkan uraian diatas dapatlah dianalisa bahwa penyelesaian sengketa perdata melalui upaya mediasi lebih menguntungkan bagi para pihak dari pada harus menyelesaikan sengketa perdata melalui proses persidangan yang panjang dan memakan waktu yang cukup lama. Dari kasus posisi yang diuraikan tersebut dapat diketahui bahwa kesalahan yang dilakukan oleh teller bank BCA kemudian berakibat fatal, kesalahan itu bisa saja dilakukan secara sengaja atau karena kecerobohan teller tersebut. Atas kesalahan teller tersebut, dalam tuntutannya, penggugat mengajukan posita gugatan yang isinya menuntut agar pihak tergugat membayar kerugian materil dan immateril yang jumlah keseluruhannya adalah Rp. 1.050.000.000,- (satu milyar lima puluh juta rupiah) hal ini tentu sangat merugikan bagi pihak tergugat. Rp. 1.050.000.000,- (satu milyar lima puluh juta rupiah) bukanlah jumlah yang sedikit, maka untuk menghindari kerugian dan mencari win-win solution maka pihak-pihak yang bersengketa sepakat untuk menempuh upaya mediasi, duduk bersama hakim mediator dan bermusyawarah untuk menemukan solusi terbaik atas sengketa tersebut.

oleh DEWA PUTU Y. HARDIKA,SH,M.H, sebagai Ketua Majelis dan, CATUR IRIANTORO.SH.M.Hum, dan I DW GD NGURAH ADNYANA, SH., sebagai Hakim-Hakim Anggota, putusan mana pada hari itu juga diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis tersebut, dengan dibantu oleh EDDY SUHAIRY, SH., Panitera Pengganti dan kedua belah pihak.

(51)

kesalahn karena kelalaian dari pegawai/tellernya dan pihak penggugat berbesar hati untuk mengerti kelalaian tersebut dan memaafkan pihak tergugat dengan syarat uang milik penggugat dikembalikan dengan cara dikirimkan ke no rek yang ditujukan sejak awal oleh penggugat.

Dari satu contoh kasus yang telah diuraikan tersebut, dapatlah diketahui bahwa upaya mediasi membantu pengadilan negeri untuk menyelesaikan sengketa perdata yang masuk ke Pengadilan Negeri Medan sehingga dapat mengurangi terjadinya penumpukan perkara. Upaya mediasi ditempuh para pihak dalam waktu yang relatif lebih singkat dari pada sutu proses persidangan. PERMA No. 1 Tahun 2008 mengatur mengenai waktu pelaksanaan dari proses mediasi, yaitu 86

1) Dalam waktu paling lama 5 ( lima ) hari kerja setelah para pihak menunjuk mediator yang disepakati, masing-masing pihak dapat menyerahkan resume perkara kepada satu sama lain dan kepada mediator.

:

2) Dalam waktu paling lama 5 ( lima ) hari kerja setelah para pihak gagal memilih mediator, masing-masing pihak dapat menyerahkan resume perkara kepada hakim mediator yang ditunjuk.

3) Proses mediasi berlangsung paling lama 40 (empat puluh) hari kerja sejak mediator dipilih oleh para pihak atau ditunjuk oleh ketua majelis hakim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (5) dan (6).

86

(52)

4) Atas dasar kesepakatan para pihak, jangka waktu mediasi dapat diperpanjang paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak berakhir masa 40 (empat puluh) hari sebagaimana dimaksud dalam ayat 3.

5) Jangka waktu proses mediasi tidak termasuk jangka waktu pemeriksaan perkara. (6) Jika diperlukan dan atas dasar kesepakatan para pihak, mediasi dapat dilakukan secara jarak jauh dengan menggunakan alat komunikasi.

Prosedur mediasi memiliki efisiensi waktu yang lebih baik sehingga para pihak yang bersengketa dapat tetap melaksanakan aktifitasnya yang lain, haikm di Pengadilanpun jadi memiliki waktu untuk memeriksa perkara lain sehingga mencegah terjadinya penumpukan perkara, hal ini juga tentu merupakan keuntungan bagi para pihak yang bersengketa dan para hakim di Pengadilan.

(53)

namun hingga saat ini HIR/R.Bg lah yang masih berlaku dan dipakai dalam pelaksanaan hokum acara perdata di Indonesia.

Jadi jelaslah bahwa pelaksanaan mediasi merupakan amanah dari Sila IV Pancasil dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata Indonesia yaitu Pasal 130 HIR/154 R.Bg. Analisa kasus yang telah diuraikan oleh penulis merupakan bukti nyata pelaksanaan mediasi di Pengadilan Negeri Medan, walaupun tidak banyak sengketa perdata yang berhasil diselesaikan melalui mediasi, Pengadilan Negeri Medan tetap wajib untuk melaksanakan prosedur mediasi. Pelaksanaan mediasi telah dilakukan oleh Pengadilan Negeri Medan, Putusan No.148/Pdt.G/2009/PN.Mdn. adalah bukti bahwa Pengadilan Negeri Medan pernah berhasil menyelesaiakn suatu sengketa perdata melalui mediasi di Pengadilan.

C. Efektivitas Mediasi Dalam Menyelesaikan Sengketa Perdata di Pengadilan Negeri Medan

1. Sarana dan Prasarana Mediasi di Pengadilan Negeri Medan

(54)

menguntungkan bagi para pihak yang bersengketa karena putusan tersebut dibuat berdasarkan kesepakatan dari para pihak yang bersengketa.

Mengingat keuntungan dari penyelesaian sengketa perdata melalui mediasi, sebagaimana yang telah diuraikan diatas, maka selayaknya disadari betapa penting dan bermanfaatnya pelaksanaan mediasi dilakukan secara efektif di Pengadilan Negeri Medan. Setelah melakukan pengamatan secara langsung di Pengadilan Negeri Medan, penulis mendapati bahwa di Pengadilan Negeri Medan telah tersedia sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan mediasi di Pengadilan Negeri Medan, diantaranya adalah selebaran yang menjelaskan tentang gambaran umum prosedur mediasi di Pengadilan Negeri Medan. Selebaran ini berfungsi bagi para pengunjung yang datang ke Pengadilan Negeri Medan, baik yang sedang bersengketa maupun bagi para mahasiswa fakultas hukum yang datang untuk melakukan riset.

(55)

mediasi dapat dicapai win-win solution yang menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Selain sarana kecil berupa selebaran, di Pengadilan Negeri Medan juga terdapat sarana dan prasarana utama dari pelaksanaan mediasi, yaitu sebuah ruangan yang disebut dengan “ruang mediasi”, yaitu ruangan yang akan digunakan oleh hakim mediator dan para pihak yang bersengketa untuk bermusyawarah dalam mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan sengketa perdata diantara mereka. Didalam ruangan tersebut juga terdapat fasilitas-fasilitas lainnya berupa kursi dan meja untuk melakukan perundingan guna mencapai kesepakatan bersama dalam rangka menyelesaikan sengketa perdata yang dialami oleh para pihak. Selain ruangan yang berisi kursi dan meja, di Pengadilan Negeri Medan juga tersedia fasilitas lainnya yang menjadi sarana penunjang pelaksanaan mediasi di Pengadilan Negeri Medan.

D.S. Dewi, seorang hakim Mediator di Pengadilan Negeri Jakarta Barat memaparkan bahwa adapun yang menjadi sarana dan prasarana pendukung terlaksananya mediasi adalah :

a. Ruang Mediasi/Kaukus

b. Ruang tunggu

(56)

d. Properti seperti : whiteboard, spidol, meja dan kursi, lukisan gambaran prosedur pelaksanaan mediasi atau administrasi mediasi, Register mediator (hakim/nonhakim), register mediasi serta map dan formulir mediasi.87

Adanya sarana dan prasarana untuk bermediasi di Pengadilan Negeri Medan telah menunjukan bahwa Pengadilan Negeri Medan telah berupaya untuk menyelenggarakan hukum acara perdata dengan memenuhi azas sederhana, cepat, dan biaya ringan. Keberadaan ruang mediasi yang disediakan di Pengadilan Negeri Medan adalah suatu bukti bahwa Pengadilan Negeri Medan menghendaki para pihak yang memiliki sengketa perdata untuk menyelesaikan sengketanya melalui mediasi guna memenuhi azas sederhana, cepat dan biaya ringan.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah seorang hakim mediator di Pengadilan Negeri Medan, yaitu Bapak E.T. Pasaribu, dapat diketahui bahwa pelaksanaan mediasi di Pengadilan Negeri Medan, tidak selalu dilakukan diruang mediasi. Tak jarang proses bermediasi dilakukan oleh hakim mediator dan para pihak yang bersengketa di dalam ruangan kantor hakim mediator. Bapak E.T. Pasaribu menyatakan bahwa ruangan hanyalah masalah tempat saja, yang terpenting adalah pelaksanaan mediasi itu dilakukan. Selain itu, ia juga menyatakan bahwa ruangan hanya ada satu sedangkan perkara perdata ada cukup banyak sudah tentu yang akan bermediasi juga banyak, oleh karena itu kadang kala upaya bermediasi dilakukan didalam ruangan hakim mediator yang bersangkutan.

87

(57)

2. Efektivitas Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Negeri Medan

Sebelum membahas mengenai efektivitas mediasi dalam menyelesaikan sengketa perdata di Pengadilan Negeri Medan, terlebih dahulu perlu diketahui mengenai efektivitas pelaksanaan mediasi di Pengadilan Negeri Medan. Pada dasarnya mediasi adalah kewajiban bagi para pihak yang bersengketa, oleh karena itulah dalam hukum acara perdata diatur bahwa pada persidangan pertama hakim ketua wajib menyarankan kepada para pihak yang bersengketa untuk melakukan mediasi terlebih dahulu. Hasil riset penulis di Pengadilan Negeri medan menunjukan bahwa pelaksanaan mediasi efektif dilakukan di Pengadilan Negeri Medan. Beberapa orang pengacara/advokat yang diajak berbincang oleh penulis menyatakan bahwa, benar hakim ketua dalam pemeriksaan perkara perdata, pada sidang pertama selalu menawarkan upaya mediasi kepada para pihak yang bersengketa.

Pelaksanaan mediasi merupakan kewajiban dalam hukum acara perdata, Semua perkara perdata wajib mediasi kecuali Perkara Niaga, Pengadilan Hub Industrial, Keberatan atas putusan BPSK dan KPPU88. Mediasi diwajibkan pada hari sidang pertama yang dihadiri para pihak.89

Bapak E.T. Pasaribu juga menjelaskan bahwa upaya mediasi selalu dilaksanakan pada pemeriksaaan perkara perdata yang masuk ke Pengadilan Negeri Medan. Walaupun sering upaya mediasi itu tidak mencapai kesepakatan,

88

Pasal 4 PERMA No. 01 TAhun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

89

(58)

namun pelaksanaan dari upaya mediasi itu tetap dilakukan. Hal ini terbukti dengan disediakannya sarana dan prasarana untuk bermediasi diPengadilan Negeri Medan, maka penulis menyimpulkan bahwa pelaksanaan mediasi di Pengadilan Negeri Medan efektif dilakukan. Mengenai efektif atau tidaknya mediasi dalam menyelesaikan sengketa perdata akan dibahas dalam sub-bab berikutnya.

3. Efektivitas Mediasi Dalam Menyelesaikan Sengketa Perdata di Pengadilan Negeri Medan

Pasal dua ayat tiga PERMA No. 01 Tahun 2008 menjelaskan bahwa, tidak ditempuhnya proses mediasi berdasarkan PERMA ini merupakan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 130 HIR/154 RBg yang mengakibatkan putusan batal demi hukum. Hal ini menunjukan bhawa betapa pentingnya mediasi itu dilakukan dalam pemeriksaan perkara perdata di persidangan. Maka jelaslah bahwa pelaksanaan mediasi dipengadilan adalah suatu kewajiban dari terlaksananya hokum acara perdata.

Berhasil atau tidaknya mediasi mencapai kesepakatan dalam menyelesaikan sengketa perdata merupakan puncak dari pelaksanaan mediasi, yang terpenting adalah mediasi harus dilaksanakan sebelum pemeriksaan gugatan dalam persidangan.

(59)

perkara di Pengadilan Negeri Medan. Berdasarkan data yang diperoleh Penulis diketahui pada Tahun 2008 hingga 2010 Hanya ada sekitar < 37 (tiga puluh tujuh) akta perdamaian yang telah berhasil dari pelaksanaan mediasi. Penulis tidak dapat mendapatkan angka pasti dikarenakan tidak adanya data terukur yang penulis dapatkan dari Pengadilan Negeri Medan namun penulis dapat menggambarkan jumlah hasil mediasi di pengadilan dari keterangan salah satu pegawai yang bekerja dikantor hukum perdata di pengadilan negeri medan. Kemudian Bapak E.T. Pasaribu memaparkan bahwa ia tengah menangani tujuh perkara yang sedang dalam proses mediasi namun, hanya ada satu yang sepertinya akan mencapai kesepakatan. Ia menyatakan bahwa enam perkara lainnya sepertinya tidak akan mencapai kesepakatan karena para pihak masing-masing bersikeras untuk melanjutkan perkaranya melalui persidangan.

(60)

mediator di pengadilan, maka pihak penggugat menolak untuk berdamai sehingga tidak tercapailah kesepakatan dalam upaya mediasi tersebut.

Berdasarkan riset penulis di Pengadilan Negeri Medan selama lebih kurang satu bulan, derdasarkan data yang telah dihimpun penulis dari hasil wawancara maupun pengamatan langsung, penulis menyimpulkan bahwa mediasi belum efektif untuk menyelesaikan sengketa perdata di Pengadilan Negeri Medan. Walaupun pelaksanaan mediasi telah efektif untuk dilakukan, namun hasil dari mediasi tersebut tidak menemukan kesepakatan untuk berdamai sehingga tidak menyelesaikan sengketa perdata yang terjadi. Oleh karena mediasi dilaksanakan namun gagal maka pemeriksaaan perkara dilanjutkan melalui persidangan.

(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

(62)

2. Pada dasarnya, jika melihat prosedur pelaksanaan mediasi di Pengadilan Negeri Medan maka jelas terlihat pelaksanaan mediasi di Pengadilan Negeri Medan merujuk pada PERMA No. 1 Tahun 2008 dimana mediasi dilakukan melalui tiga tahapan yaitu proses pra mediasi, proses mediasi dan proses akhir mediasi. Jika melihat kenyataannya dilapangan, proses dan tahapan-tahapan mediasi telah dilaksanakan sesuai amanat PERMA No.1 Tahun 2008 namun mengenai pelaksanaannya tersebut sering juga tidak terlaksana dengan baik dan oleh karena itulah mediasi sering kali mengalami kegagalan. Di Pengadilan Negeri Medan sesuai amanat dari pasal 130 Hir dan 154 Rbg telah banyak perkara yang diupayakan selesai melalui mediasi, namun sejak tahun 2008 hingga tahun 2010 jika melihat table yang telah dibahas dalam bab ini maka terlihat sedikit sekali perkara yang terselesaikan melalui mediasi walaupun ada beberapa perkara yang hampir terselesaikan melalui mediasi, dimana pada akhirnya mediasi tersebut mengalami kegagalan, jika melihat data yang diperoleh penulis maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan mediasi telah dilaksanakan di Pengadilan Negeri Medan namun dalam hal tingkat keberhasilannya sangat lah minim sehingga pelaksanaan mediasi di pengadilan Negeri Medan Kurang dirasa oleh para pihak yang bersengketa.

(63)

sebagai amanat dari pasal 130 HIR dan 154 Rbg telah efektif untuk dilakukan, namun hasil dari mediasi tersebut banyak yang tidak menemukan kesepakatan untuk berdamai sehingga tidak menyelesaikan sengketa perdata yang terjadi. Ketidak efektifan mediasi dapat dilihat dari hasil perdamaian dalam menyelesaikan sengketa perdata di Pengadilan Negeri Medan terbukti dengan sangat sedikit sekali jumlah akta perdamaian yang diperoleh oleh penulis dari bagian administrasi atau pencatatan data perkara di Pengadilan Negeri Medan. Maka pemberdayaan PERMA No.01 Tahun 2008 harus lebih diintensifkan baik oleh Mahkamah Agung maupun Ketua Pengadilan Negeri Medan, sehingga kesadaran akan besarnya manfaat mediasi itu sendiri dapat dirasakan oleh para pihak yang bersengketa.

B. SARAN

(64)

2. Sebaiknya karena PERMA No.1 Tahun 2008 sebagai pengaturan tentang Mediasi masih baru atas perubahan PERMA No. 2 Tahun 2003, maka sosialisasi sangat penting dilakukan, baik oleh Mahkamah Agung sebagai Pembuat peraturan atau pengadilan sebagai pelaksana peraturan tersebut sehingga upaya mediasi dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya. Karena saat ini di Pengadilan Negeri Medan sosialisasi tentang mediasi masih jarang dilaksanakan. Kemudian penulis sangat mengharapkan kepada Ketua Pengadilan Negeri Medan untuk lebih memberikan perhatian terhadap fasilitas atas pelaksanaan mediasi itu sendiri.

(65)

BAB II PERAN MEDIASI

DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PERDATA A. Pengertian Mediasi

Istilah Mediasi tidak mudah untuk didefinisikan secara lengkap dan menyeluruh, karena cakupannya cukup luas. Mediasi tidak memberikan suatu model yang dapat diuraikan secara terperinnci dan dibedakan dari pengambilan putusan lainnya.17

Berikut akan dikemukakan makna Mediasi secara Etimologi dan terminology yang diberikan oleh beberapa ahli. Secara etimologi, istilah Mediasi berasal dari bahasa latin, mediare yang berarti ada ditengah. Makna ini menunjuk pada peran yang ditampilkan pihak ketiga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya menengahi dan menyelesaikan sengketa antar pihak. Berada ditengah juga bermakna mediator harus berada dalam posisi netral dan tidak memihak dalam menyelesaikan sengketa. Ia harus mampu menjaga kepentingan para pihak yang bersengketa secara adil dan sama, sehingga menumbuhkan kepercayaan (trust) dari para pihak yang bersengketa. Dalam Collins English Dictionary and Thesaurus disebutkan bahwa mediasi adalah kegiatan menjembatani antara dua pihak yang bersengketa guna menghasilkan kesepakatan( agreement ). Kegiatan ini dilakukan oleh mediator sebagai pihak yang ikut membantu mencari berbagai alternatif penyelesaian sengketa. Posisi mediator dalam hal ini adalah mendorong

17

(66)

para pihak untuk mencapai kesepakatan-kesepakatan yang dapat mengakhiri perselisihan dan persengketaan.18

1. Laurence Bolle menyatakan” mediation is a decision making process in the which the parties are assisted by a mediator; the mediator attempt to

improve the process of decision making and to assist the parties the

reach an outcome to wich of them can assent.”

Penjelasan mediasi dari sisi kebahasaan ( etimologi) lebih menekankan kepada keberadaan pihak ketiga yang menjembatani para pihak nersengketa untuk menyelesaikan perselisihannnya, dimana hal ini sangat pentting untuk membedakan dengan bentuk-bentuk lainnya seperti arbitrase, negosiasi, adjudikasi dan lain—lain. Penjelasan kebahasaan ini masih sangat umum sifatnya dan belum menggambarkan secara konkret esensi dan kegiatan mediasi secara menyeluruh.

Kemudian dalam pengertian mediasi secara terminology yang banyak diungkapkan para ahli resolusi konflik. Dimana para ahli resolusi konflik juga beragam dalam memberikan definisi mediasi sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Yang antara lain:

19

( mediasai adalah proses pembuatan keputusan dimana para pihak yang dibantu oleh seorang mediator. mediator berusaha untuk meningkatkan proses dari pembuatan kesepakatan dan untuk membantu para pihak untuk menjangkau hasil dari persetujuan diantara mereka).

18

Lourna Gilmour, Collins English Dictionary and Thesaurus, dalam buku Syahrizal Abbas, ibid, h. 2.

19

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI.. BERDASARKAN

Mediasi yang terintegrasi di pengadilan merupakan proses penyelesaian sengketa yang wajib ditempuh sebagai instrumen untuk mengurangi penumpukan beban perkara

Prosedur mediasi dalam menyelesaikan perkara perdata yang telah diatur dalam Perma No 1 tahun 2008 dalam mewujudkan asas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan

2 Tahun 2003, yang dimaksud dengan mediasi adalah proses penyelesaian sengketa di pengadilan melalui perundingan antara pihak yang berperkara dengan dibantu

“Dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 memuat sepuluh prinsip pengaturan tentang penggunaan mediasi terintegrasi di pengadilan (court- connected

1. Hubungan Prosedur Mediasi berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung No.1 tahun 2008 dengan azas Sederhana Cepat dan Biaya Ringan yaitu Mediasi berdasarkan Peraturan

Pada dasarnya mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui perundingan yang melibatkan pihak ketiga yang bersifat netral (non intervensi) dan tidak berpihak

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis maka didapatilah pengetahuan mengenai mediasi di pengadilan, prosedur mediasi, efektifitas mediasi dan mediator serta bagaiamana