• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resistensi Masyarakat Terhadap Pembentukan Propinsi Tapanuli Di Kabupaten Pakpak Bharat (Kajian Sosoilogi Politik Terhadap Perlawanan Masyarakat Dalam Pembentukan Propinsi Tapanuli)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Resistensi Masyarakat Terhadap Pembentukan Propinsi Tapanuli Di Kabupaten Pakpak Bharat (Kajian Sosoilogi Politik Terhadap Perlawanan Masyarakat Dalam Pembentukan Propinsi Tapanuli)"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

RESISTENSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBENTUKAN

PROPINSI TAPANULI DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

(Kajian Sosiologi Politik Terhadap Perlawanan Masyarakat Dalam Pembentukan Propinsi Tapanuli)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

JUINTO BANCIN

050901015

SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Resistensi/ perlawanan yang dilakukan masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat terhadap rencana pembentukan Propinsi Tapanuli bukanlah perlawanan yang secara fisik, namun perlawanan yang terlembaga. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya isu Kabupaten Pakpak Bharat telah diikutsertakan oleh panaitia pembentukan Propinsi tapanuli demi pencapaian tujuan Propinsi tersebut sehingga memicu adanya kontroversi dari berbagai elemen masyarakat.

Kabupaten Pakpak Bharat yang masih dalam tahap pemekaran atau dengan kata lain masih baru mekar menjadi suatu kabupaten, telah menjadikan alasan yang intim untuk tidak mau bergabung ke Propinsi Tapanuli. Hasil wawancara dari informan dan masyarakat lainnya bahwa pembangunan diberbagai segi di Kabupaten Pakpak Bharat akan terbengkalai dan masalah keterbelakangan akan semakin dirasakan. Selain itu visi misi Kabupaten Pakpak Bharat juga akan berjalan ditempat dan tidak mengarah kepada pembangunan yang merata dirasakan masyarakat. Secara umum diberbagai daerah yang baru mekar baik itu propinsi maupun kabupaten tentunya yang menjadi fokus utama dalam pembangunan adalah ibu kota. Dari sistem sperti ini juga salah satu mengapa masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat menolak bergabung. Walaubagaimanapun jika Kabupaten Pakpak Bharat bergabung, maka sistem itu akan dirasakan masyarakat baik secara langsung dan tidak langsung terhadap pembangunan.

Sebenarnya masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat telah setuju dan tidak ada menghalang-halangi apalagi ada rasa benci dan tidak suka terhadap suku para pemerakarsa dalam pembentukan Propinsi Tapanuli. Namun, jika diikutsertakan kedalam Propinsi Tapanuli jelas-jelas masyarakat tidak setuju dan menolak untuk bergabung. Beranjak dari kondisi umum yang ada, penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui mengapa masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat tidak mau bergabung dan bagaimana bentuk-bentuk penolakan yang dilakukan masyarakat. Resistensi/ penolakan masyarakat yang ada di Kabupaten Pakpak Bharat adalah berupa pernyataan sikap menolak melalui organisasi-organisasi dan masyarakat luas yang terstruktur dengan cara berdemonstrasi/ujnuk rasa damai baik di daerah sendiri dan juga ke pemerintah pusat seperti ke Gubernur Sumatera Utara dan Presidaen RI. Semua hal yang ditempuh adalah untuk kepentingan masyarakat secara luas dan khususnya kepeda masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan ucapan syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yesus Kristus, Alpha dan Omega, atas kemurahan kasih-Nya yang mana telah melimpahkan kesehatan dan pemikiran yang terbaik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “ Resistensi Masyarakat Terhadap Pembentukan Propinsi Tapanuli Di Kabupaten Pakpak Bharat (Kajian Sosoilogi Politik Terhadap Perlawanan Masyarakat Dalam Pembentukan Propinsi Tapanuli)”.

Skripsi ini merupakan sebuah karya tulis ilmiah yang disusun menyelesaikan pendidikan sarjana serta dipergunakan sebagai wahana untuk melatih diri dan mengembangkan wawasan berfikir dalam penulisan karya ilmiah ini.

Penulis mengakui bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal ini terjadi karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penulisan karya ilmiah. Namun berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, maka penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan semaksimal mungkin.

(4)

Utara, Bapak Drs. Junjungan SBP Simanjuntak, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan mengarahkan penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini, Ibu Dra. Ria Manurung, Msi, selaku dosen wali, Bapak Drs. Henry Sitorus, M.Si, sebagai dosen penguji tamu. Kak Nurbaeti, selaku pegawai pendidikan FISIP USU Departemen Sosiologi, kak Fenni Khairifa, S.Sos dan kak Devi yang selalu membantu penulis dalam urusan administrasi yang berhubungan dengan perkuliahan hingga skripsi, pak Manan, selaku pegawai dibagian kemahasiswaan FISIP USU telah banyak membantu selama perkuliahan hingga akhir perkuliahan.

(5)

Kepada seluruh jajaran Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat, saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas pemberian izin penelitian dan bantuan informasi data-data primer yang saya perlukan dalam penyelesaian skripsi ini dan tak lupa kakak-kakak dan abang-abang di bagian Litbang Bappeda Pemkab. Pakapk Bharat yang telah memberikan hasil print out data-data primer. Kepada Bapak Gr. JH Manik, St. Asahan Manik selaku tokoh adat saya ucapkan terima kasih buat bantuan informasi dan data yang saya perlukan dalam penyelesaian skripsi ini dan untuk seluruh informan dalam penelitian ini, antara lain : Bang Hotman Hasugian SPd, Berparen Padang Batang Hari, D Brutu, Lambas Manik, dan beberapa informan lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terima kasih atas kebaikan yang sudah kalian berikan. Untuk teman-teman terkasihku Immanuel Christian Mezis Sagala, Willy Daparis Sianturi, Wendi Suprapto Padang, A.Md, Royanta Sembiring, Eduward Simamora terima kasih atas dukungan semangat berjuang dari kalian dan pertemanan kita selama di bangku perkuliahan yang tak mungkin saya lupakan.

(6)

kemanapun ‘fay’ akhirnya selesai juga dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan seluruh kakak stambuk 2004, kak Reni Siregar, kak Agusni Solin, kak Flo, dan stambuk 2006, 2007, 2008 yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu terima kasih buat semuanya yang telah banyak membantu kekurangan saya. Tetap semangat buat semuanya berjuang hingga akhir ya. Buat rekan-rekan seperjuangan organisasi kepemudaan dan mahasiswa pakpak, Hanudi, Makin, Syawaliddin, Hottman, Hotua, Membot, Lediana, Ondeng, Lawisa, Dame, Boymen dan adik-adik yang tidak disebutkan satu persatu kita tetap terus berjuang dan berkarya untuk rakyat. Terakhir terima kasih untuk seseorang yang telah menginspirasikan kehidupan penulis selama di bangku perkuliahan.

Seperti kata pepatah tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan skripsi ini dengan berbagai ketidaksempurnaannya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima koreksi serta saran-saran yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir kata semoga segala substansi yang ada di dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2009

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... x

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Defenisi Konsep ... 10

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Fakta Sosial ... 12

2.2. Kelompok Sosial ... 13

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 18

3.2. Lokasi Penelitian ... 18

(8)

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 19

3.5. Interpretasi Data ... 20

3.6. Jadwal Penelitian... 21

3.7. Keterbatasan Penelitian ... 21

BAB IV. DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 23

4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Pakpak Bharat ... 23

4.1.2. Sejarah Singkat Kabupaten Pakpak Bharat... 23

4.1.3. Letak Geografis dan Batas Wilayah ... 28

4.2. Gambaran Umum Penduduk Kabupaten Pakpak Bharat ... 32.

4.2.1.Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 32

4.2.2.Mata Pencaharian Masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat ... 33

4.2.3. Tingkat Pendidikan Masyarakat Kabupaten Pakapk Bharat ... 36

4.2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 37

4.3. Sarana dan Prasarana ... 37

4.3.1. Sarana Jalan dan Trasportasi ... 38

4.3.2. Sarana Ibadah ... 39

4.3.3. Sarana Kesehatan ... 40

4.3.4. Sarana Penerangan dan Air Bersih ... 41

4.3.5. Sarana Olah Raga ... 41

4.3.6. Sarana Perkantoran ... 42

(9)

4.5. Profil Informan ... 43

4.5.1. Informan Kunci ... 43

4.5.2. Informan Biasa ... 50

4.6. Gambaran Kabupaten Pakapk Bharat ... 53

4.6.1. Faktor-faktor Pemekaran Pakpak Bharat Menjadi Suatu Kabupaten di Sumatera Utara... 55

4.6.2. Kondisi Sosial Politik di Kabupaten Pakpak Bharat Pasca Pemekaran Menjadi Suatu Kabupaten di Sumatera Utara ... 56

4.7. Bentuk-bentuk Penolakan Masyarakat Pakpak Bharat Terhadap Pembentukan Propinsi Tapanuli ... 58

4.8. Faktor-faktor Masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat Tidak Mau bergabung dengan Propinsi Tapanuli ... 65

BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 68

5.2. Saran ... 69

(10)

LAMPIRAN

• Draft Wawancara.

• Pengajuan Usulan Judul Proposal Skripsi.

• Surat Keputusan Ketua Departemen Sosiologi FISIP USU Tentang

Pengangkatan Dosen Pembimbing Penulisan Proposal Skripsi dan Skripsi. • Lembar Bimbingan Proposal dan Skripsi.

• Izin Penelitian ke Kabupaten Pakpak Bharat

• Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Kabupaten Pakpak Bharat

• Foto Dokumentasi Lapangan.

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Jadwal kegiatan dan laporan penelitian ... 21 Tabel 4.1. Luas daerah menurut Kecamatan Kabupaten Pakpak Bharat .... 29 Tabel 4.2. Nama-nama Desa menurut Kecamatan

Kabupaten Pakpak Bharat ... 30 Tabel 4.3. Penduduk menurut jenis kelamin dan rasio jenis kelamin

Kabupaten Pakpak Bharat ... 32 Tabel 4.4. Distribusi penduduk menurut kelompok umur dan jenis

kelamin Kabupaten Pakpak Bharat ... 32 Tabel 4.5. Sarana ibadah menurut Kecamatan Kabupaten Pakpak Bharat . 39 Tabel 4.6. Sarana kesehatan menurut Kecamatan

(12)

ABSTRAK

Resistensi/ perlawanan yang dilakukan masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat terhadap rencana pembentukan Propinsi Tapanuli bukanlah perlawanan yang secara fisik, namun perlawanan yang terlembaga. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya isu Kabupaten Pakpak Bharat telah diikutsertakan oleh panaitia pembentukan Propinsi tapanuli demi pencapaian tujuan Propinsi tersebut sehingga memicu adanya kontroversi dari berbagai elemen masyarakat.

Kabupaten Pakpak Bharat yang masih dalam tahap pemekaran atau dengan kata lain masih baru mekar menjadi suatu kabupaten, telah menjadikan alasan yang intim untuk tidak mau bergabung ke Propinsi Tapanuli. Hasil wawancara dari informan dan masyarakat lainnya bahwa pembangunan diberbagai segi di Kabupaten Pakpak Bharat akan terbengkalai dan masalah keterbelakangan akan semakin dirasakan. Selain itu visi misi Kabupaten Pakpak Bharat juga akan berjalan ditempat dan tidak mengarah kepada pembangunan yang merata dirasakan masyarakat. Secara umum diberbagai daerah yang baru mekar baik itu propinsi maupun kabupaten tentunya yang menjadi fokus utama dalam pembangunan adalah ibu kota. Dari sistem sperti ini juga salah satu mengapa masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat menolak bergabung. Walaubagaimanapun jika Kabupaten Pakpak Bharat bergabung, maka sistem itu akan dirasakan masyarakat baik secara langsung dan tidak langsung terhadap pembangunan.

Sebenarnya masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat telah setuju dan tidak ada menghalang-halangi apalagi ada rasa benci dan tidak suka terhadap suku para pemerakarsa dalam pembentukan Propinsi Tapanuli. Namun, jika diikutsertakan kedalam Propinsi Tapanuli jelas-jelas masyarakat tidak setuju dan menolak untuk bergabung. Beranjak dari kondisi umum yang ada, penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui mengapa masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat tidak mau bergabung dan bagaimana bentuk-bentuk penolakan yang dilakukan masyarakat. Resistensi/ penolakan masyarakat yang ada di Kabupaten Pakpak Bharat adalah berupa pernyataan sikap menolak melalui organisasi-organisasi dan masyarakat luas yang terstruktur dengan cara berdemonstrasi/ujnuk rasa damai baik di daerah sendiri dan juga ke pemerintah pusat seperti ke Gubernur Sumatera Utara dan Presidaen RI. Semua hal yang ditempuh adalah untuk kepentingan masyarakat secara luas dan khususnya kepeda masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka pemerintahan daerah kita mengimplementasikan kebijaksanaan Otonomi Daerah (OTDA) dengan undang-undang No. 32 tahun 2004. Undang-undang ini membungkus sentralisasi pola hubungan antara pemerintah pusat dengan daerah dengan istilah “Dekonsentarsi”. Dengan undang-undang ini, daerah harus bertanggungjawab untuk memelihara kesatuan. Kebijaksanaan otonomi daerah melalui undang-undang No. 23 tahun 2004 memberikan otonomi seluas-luasnya dalam arti, daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintah yang ditetapkan.

Hal ini ditempuh dalam rangka mengembalikan harkat dan martabat masyarakat didaerah, memberikan ruang politik yang lebih luas, peningkatan kualitas demokrasi, peningkatan efisiensi pelayanan publik, peningkatan pencepatan pembangunan, penanggulangan kemiskinan dan diharapkan juga untuk meningkatkan kualitas pemerintahan dalam wujud pemerintahan yang baik.

Dengan konteks inilah menjadikan adanya daerah menjadi daerah otonom yang baru, seperti halnya pemekaran suatu wilyah kabupaten dan pemekaran suatu wilayah propinsi. Pada tahun 2000 sudah terdengar gagasan pembentukan Provinsi Tapanuli. Sebelumnya gagasan seperti itu mulai timbul setelah Dr. Lance Castles mempertahankan disertasinya di Yale University pada tahun 1972 berjudul The

(14)

Political Life of a Sumatera Residency: Tapanuli 1915-1940. Gagasan itu lahir dari

pemikiran bahwa sudah ada beberapa keresidenan yang dimekarkan menjadi propinsi. Pembentukan Propinsi Tapanuli yang sekarang ini adalah merupakan salah satu wujud dari otonomi daerah yang berasaskan dengan undang-undang otonomi daerah dimana kebijakan otonomi daerah telah memberikan kesempatan yang luas bagi pemerintahan di setiap daerah untuk menerapkan kebijakan pembangunan yang lebih memihak kepada rakyat. Sehingga pemerataan pembangunan sampai ke daerah pedalaman dapat dirasakan oleh masyarakat seperti halnya dengan adanya pembentukan propinsi tapanuli.

Pembentukan Provinsi Tapanuli yang diprakarsai Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Kodya Sibolga, dan Toba Samosir, dengan ibukota terletak di Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana kesepakatan dari 7 daerah se-calon Propinsi Tapanuli bertujuan mempercepat kemakmuran di wilayah Tapanuli secara adil dan merata. Meski harus ‘berpisah’ dari Sumatera Utara, Provinsi Tapanuli tidak akan mengurangi rasa persatuan dan kesatuan dengan provinsi induk tersebut serta propinsi-propinsi lainnya. Republik Indonesia negaraku, Tapanuli Provinsiku, Indonesia Tanah Airku. Itulah motto para deklarator Provinsi Tapanuli saat pendeklarasiannya. Provinsi Tapanuli merupakan utang sejarah. Panitia Khusus Pmbahasan Pembentukan Provinsi Tapanuli pada tahun 2000. (Sumber: Batak Pos, Jumat, 29 Desember 2006, halaman 7 kolom 2-6).

(15)

kemiskinan ini akan bangkit menuju kemakmuran, asal kita bersatu padu dalam kebersamaan,” ujar Manosor Purba. (Batak Pos, Jumat, 29 Desember 2006)

Mulai dari tahun 2000 isu pembentukan Propinsi Tapanuli sudah ada hingga sekarang yang masih menjadi permasalahan, baik itu tengah-tengah masyarakat maupun dipemerintahan sekalipun yang belum terselaesaikan. Sejak adanya wacana pembentukan Propinsi Tapanuli Utara, yang tergabung oleh Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Kodya Sibolga, dan Toba Samosir, bertujuan mempercepat kemakmuran di wilayah Tapanuli secara adil dan merata. Republik Indonesia negaraku, Tapanuli Provinsiku, Indonesia Tanah Airku. Itulah motto para deklarator Provinsi Tapanuli saat pendeklarasiannya dihadiri anggota DPR dari Komisi II, Panda Nababan dan Tunggul Sirait dari Komisi VIII. Bahkan Panda ikut menjadi Panitia Khusus Pmbahasan Pembentukan Provinsi Tapanuli pada tahun 2000. Keleluasaan Pemerintah Daerah untuk mengurusi dirinya sendiri tidak selamanya menimbulkan dampak positif bagi masyarakat, disebagian wilayah justru menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Nampaknya sejalan dengan arah pembentukan Propinsi masih banyak kontroversi yang terjadi ditengah-tengah masyarakat bahkan dipemerintahan sekalipun, masih banyak yang menolak.

(16)

gambaran sikap masyarakat Pakpak Bharat terhadap pembentukan Provinsi Tapanuli. Semakin bergulirnya wacana pembentukan Provinsi Tapanuli adanya dari warga dan kelompok masyarakat yang menolak terhadap Propinsi Tapanuli ini. Seperi halnya yang dapat dilihat dari penjelasan diatas yaitu masyarakat Pakpak Bharat.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 9 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Pakpak Bharat di Provinsi Sumatera Utara berupaya mewujudkan masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat yang sejahtera, beriman, berpendidikan, berkeadilan, yang didukung oleh tata pemerintahan yang bersih. Mengejar ketertinggalannya dengan penduduk lainnya serta adanya aspirasi, keinginan dan tekad bulat dari masyarakat Pakpak Bharat untuk meningkatkan status daerahnya menjadi suatu Kabupaten dalam kerangka Negara Kesatuan Repulik Indonesia (NKRI), dengan tujuan agar masyarakat Pakpak Bharat dapat memperjuangkan dan mengatur pembangunan masyarakat dan daerah, sesuai dengan aspirasinya untuk meningkatkan taraf hidup menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera merupakan dasar dari usul dibentuknya Kabupaten Pakpak Bharat.

(17)

mengoptimalkan penggarapan potensi, percepatan pembangunan fisik, dan pertumbuhan ekonomi wilayah terutama pembangunan sumber daya manusia.

Aspirasi masyarakat Pakpak Bharat di sampaikan secara resmi melalui Komite Pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat yang diketuai oleh St. Dj. Padang dengan sekretaris umum Ir. Ampun Solin. Dimana pada tanggal 1 Juni 2001 Menyampaikan usul pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat kepada DPRD Kabupaten Dairi.

Setelah kunjungan komisi II DPR RI, dan melalui berbagai proses, akhirnya dikeluarkan Undang- undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Humbang Hasundutan di Propinsi Sumatera Utara secara bersamaan. Kabupaten Pakpak Bharat resmi terbentuk menjadi satu kabupaten otonom dengan 3 kecamatan yaitu Kecamatan Salak, Kecamatan Kerajaan dan Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, dan sekarang menjadi 8 kecamatan Dengan Ibukota Salak dan dipimpin oleh Drs. Tigor Solin sebagai pelaksana Bupati serta Drs. Gandhi Warta Manik MSi sebagai Sekretaris Wilayah yang pertama. Kabupaten Pakpak Bharat secara administratif memiliki 8 (delapan) Kecamatan dengan 47 desa. Luas wilayah Kabupaten 1.218,30 KM2 (121.830 Ha) atau 1,7% dari luas Propinsi Sumatera Utara.

(18)

telekomunikasi dan air bersih. Kabupaten Pakpak Bharat memiliki bidang usaha yang potensial pada sektor pertanian dan perkebunan dan telah menetapkan tiga pilar pembangunan yaitu Pertanian, Pendidikan dan Kesehatan. Ketiga pilar ini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan sehingga diharapkan terjadi sinergi dengan tujuan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, produk pertanian yang memiliki daya saing. Masalah strategis yang menjadi titik perhatian Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat adalah di bidang pertanian, perkebunan serta lahan tidur yang masih luas yang dapat dikembangkan.

Otonomi Daerah (OTDA) membawa angin reformasi baik dalam perencanaan pembangunan daerah, hubungan eksekutif-legislatif, maupun relasi antara pusat-daerah, dan pemerintah. Paradigma pembangunan pun bergeser dari sentralisasi menjadi desentralisasi, dari pembangunan di daerah menjadi membangun daerah. Kebijakan Otonomi Daerah telah memberikan kesempatan yang luas bagi pemerintahan di setiap daerah untuk menerapkan kebijakan pembangunan yang lebih memihak kepada rakyat. Sehingga pemerataan pembangunan sampai ke daerah pedalaman dapat dirasakan oleh masyarakat..

(19)

Dengan adanya rencana pembentukan Provinsi Tapanuli, panitia khusus pembentukan Provinsi Tapanuli yang telah mengikutsertakan Kabupaten Pakpak Bharat kedalam Provinsi Tapanuli guna memenuhi pencapaian dan kelancaran pembentukan Provinsi Tapanuli tersebut maka masyarakat Pakpak Bharat tidak setuju diikutesrtakan sebagian dari rencana Propinsi Tapanuli.

Seiring perjalanan rencana pembentukan Provinsi Tapanuli ini, telah banyak kontroversi dari berbagai kalangan masyarakat. Demonstrasi Pendukung dan anti Provinsi Tapanuli terus bermunculan. Bukan hanya dalam masyarakat saja, media massa pun dijadikan masyarakat dalam melontarkan aspirasinya. Ada surat kabar yang mendukung dan ada yang menolak Provinsi Tapanuli. Pemerintah seperti DPRD-SU juga mengeluarkan rekomendasi penolakan pembentukan Provinsi Tapanuli (Protap), setelah ribuan massa anti Protap yang tergabung dalam STPDN (Sibolga, Tapanuli Tengah, Pakpak Bharat, Dairi dan Nias) berunjuk rasa ke DPRDSU dengan aksi damai dan tertib (8/5).

Surat Rekomendasi penolakan pembentukan Protap dengan nomor 2523/18/Sekr tanggal 8 Mei 2007 ditandatangani Ketua DPRDSU H.Abdul Wahab Dalimunthe.SH. Surat Rekomendasi itu ditujukan kepada Presiden, Ketua DPR RI, Ketua Komisi II DPR RI, Ketua DPD RI, Mendagri dan Gubsu.

(20)

berbagai elemen Pakpak itu datang ke Jakarta dengan data dan pengalaman yang sangat panjang. Menolak masuk Protap, lengkap dengan alasan yang benar-benar masuk akal dan mampu membahas alasan mereka sampai ke akar yang paling dalam.(www.pakpakonline.com). Selain itu, dari berbagai organisasi kemasyarakatan yang ada di Kabupaten Pakpak Bharat juga telah menyatakan sikap dalam penolakan rencana Pembentukan Provinsi Tapanuli. Salah satunya adalah IKKPI ( Ikatan Keluarga Pemuda Pakpak Indonesia ), yang diketuai oleh Bapak Agus Ujung SH, menjelaskan tentang penolakan Tanah Hak Ulayat masyarakat Pakpak untuk bergabung ke Propinsi Tapanuli.

Pernyataan senada dikemukakan oleh tokoh masyarakat Pakpak Sumut yang juga Sekretaris DPD Partai Golkar dan anggota Komisi D DPRD Sumut, Drs. H. Abdul Aziz Angkat. Pendiriannya disiarkan dalam Web Site Suku Pakpak tanggal 13 Agustus 2006 di bawah judul Mari Ikut Berpikir yang dikirim oleh Sakti. Drs. H. Abdul Aziz Angkat menegaskan, bahwa tidak satu pun pemegang hak ulayat di Kabupaten Dairi dan Pakpak Bharat yang mau bergabung dengan Provinsi Tapanuli. Selanjutnya ia mengatakan kepada wartawan pada hari Kamis 10 Agustus 2006.

(21)

Drs. H. Abdul Azis Angkat, MSP adalah peristiwa yang sanagat memilukan bagi semua kalangan masyarakat khususnya masyarakat Pakpak Bharat. Karena beliau adalah salah satu putera terbaik di masyarakat pakpak yang peduli terhadap daerahnya dan menonjolkan keberpihakan kepada rakyat. Hal tersebut telah menambah kekecewaan masyarakat Pakpak Bharat terhadap para Panitia Pembentukan Propinsi Tapanuli.

Dari uraian latar belakang masalah diatas, menimbulkan ketertarikan penulis untuk melihat persoalan mengenai pembentukan Propinsi Tapanuli dimana terdapat beragam kontroversi dari berbagai kalangan untuk menolak atas pembentukan Propinsi Tapanuli, ini merupakan fenomena yang layak untuk dikaji lebih lanjut.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk-bentuk penolakan masyarakat pakpak bharat terhadap pembentukan Provinsi Tapanuli ?

2. Mengapa masyarakat pakpak bharat tidak mau bergaung dengan Propinsi Tapanuli ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan Penelitian ini adalah :

(22)

2. Mendefinisikan mengapa masyarakat pakpak bharat tidak mau bergabung dengan Proponsi Tapanuli Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan peneliti mengenai penolakan masyarakat pakpak terhadap pembentukan Propinsi Tapanuli Utara.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu informasi yang berisikan tentang penolakan masyarakat pakpak bharat atas pembentukan Propinsi Tapanuli, dan informasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh para masyarakat dan pemerintah untuk pembangunan daerah dalam menyikapi pembentukan Propinsi Tapanuli Uatara.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

1.5. Defenisi Konsep.

Untuk memudahkan penelitian ini digunakan beberapa konsep yaitu : 1. Resistensi : Merupakan suatu penolakan atau perlawanan.

2. Masyarakat : Sekumpulan orang atau manusia yang hidup berkelompok dan bertempat tinggal dalam satu wilayah tetap dan saling berinteraksi.

Masyarakat juga merupakan suatu sistem dan kebiasaan, dan tat cara demi wewenang dan kerja sama atau kelompok dan penggolongan demi

(23)

3. Masyarakat Pakpak : Masyarakat yang beretnis pakpak dan tinggal di Kabupaten Pakpak Bharat.

4. Kabupaten Pakpak Bharat : Kabupaten Pakpak Bharat merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Dairi yang Ibukotanya Salak. Secara administratif memiliki 8 (delapan) Kecamatan. dengan 47 desa.

5. Pembentukan : Merupakan suatu keinginan untuk menciptakan sesuatau yang baru secara bersama-sama.

6. Propinsi Tapanuli Utara : Provinsi Tapanuli Utara merupakan Propinsi yang mau dibentuk dari Propinsi Sumatera Utara dan yang diprakarsai oleh Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Kodya Sibolga, dan Toba Samosir. 7. Bharat : “Bersatu” Dalam arti wilayah tersebut wilayah penyatuan terhadap

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Fakta Sosial

Fakta sosial dinyatakan sebagai barang sesuatu (thing) yang berbeda dengan ide. Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam yaitu:

1. Dalam bentuk material, Yaitu barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap dan diokservasi. Fakta sosial yang berbentuk material ini adalah bagian dari dunia nyata (external world). Fakta sosial yang berbentuk material mudah dipahami. Norma hukum misalnya jelas merupakan barang sesuatu yang nyata dan berpengaruh terhadap kehidupan individu.

2. Dalam bentuk non material. Yaitu sesuatu yang dianggap nyata (external). Fakta sosial jenis ini merupakan fenomena yang bersifat intersubjektive yang hanya dapat muncul dari dalam kesadaran manusia.

Diatas telah dikemukakan bahwa menurut Durkheim tidak keseluruhan fakta soial itu merupakan barang sesuatu yang nyata. Sebagian yakni yang berbentuk non material adalah sesuatu yang dinyatakan atau yang dianggap sebagai barang sesuatu yang nyata (Geor. Ge Ritzer 1985)

(25)

nilai-nilai umum (cammon values). Kedua, norma yang terwujud dalam kebudayaan atau dalam sub kultur. Dalam sosiologi modern, pranata sosia cenderung dipandang sebagai antar hubungan norma-norma dan nilai-nilai yang mengitari aktivitas manusia atau kedua masalahnya. Dalam fakta sosial ini terpaut kepada antar hubungan antara struktur sosial, pranata sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial serta hubungan antara individu dengan pranata sosial.

2.2. Kelompok sosial

Munculnya kelompok-kelompok biasanya tidak jauh dari latar belakang kehidupan mereka sehingga muncullah kelompok etnis yaitu kelompok-kelompok dilatarbelakangi oleh persamaan etnis dan selanjutnya ada kelompok agama, kelompok profesi, kelompok berdasarkan asal usul dan banyak lagi kelompok-kelompok yang terdapat dalam masyarakat.

Beberapa kelompok sosial sifatnya lbeih stabil dari pada kelompok-kelomok sosial lainnya, atau dengan perkataan lain strukturnya tidak mengalami perubahan yang menyolok Adapula kelompok sosial yang mengalami prtubahan yang cepat. Tetapi pada umumnya kelompok sosialnya mengalami perubahan sebagai proses formasi atau informasi dari pola-pola didalam kelompok tersebut.

(26)

cara-cara memenuhi tujuan kelompok. Kesemuannya itu mengakibatkan perpecahan didalam kelompok masyarakat.

Konflik merupakan kenyataan hidup, tidak terhindarkan dan sering bersiafat kreatif. Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan, berbagai perbedaan pendapat. Konflik biasanya dapat diselesaikan tanpa kekerasan dan sering menghasilkan situasi yang lebih baik lagi bagi sebagian besar atau semua pihak yang terlibat. Karena itu konflik tetap berguna dan merupakan bagian dari keberadaan manusia. Kesenjangan status sosial, kurang terhadap sumber daya serta kekuasaan yang tidak seimbang kemudian menimbulkan masalah-masalah seperti diskriminasi, pengangguran, kemiskinan, penindasan, dan kejahatan (Ritzer, 2002:26-27).

Teori yang mendukung dalam penelitian ini adalah ladasan paradigma fakta sosial dalam teori konflik. Dalam teori fungsionalisme struktural masyarakat berada dalam kondisi statis atau tepatnya bergerak dalam kondisi keseimbangan, maka menurut teori konflik malah sebaliknya dimana masyarakat senantiasa berada dalam perubahan yang ditandai dalam pertentangan yang terus menerus diantara unsur-unsurnya. Menurut teori fungsionalisme struktural setiap element atau setiap institusi memberikan dukungan terhadap stabilitas maka teori konflik setiap element memberikan sumbangan terhafap disintegrasi sosial.

(27)

dari atas oleh golongan yang berkuasa. Konsep sentral dalam teori ini adalah wewenang dan posisi.

Kekuasaan dan wewenang senantiasa menempatkan individu pada posisi atas dan posisi bawah dalam setiap struktur. Kareana wewenang itu adalah sah, maka setiap individu yang tidak tunduk terhadap wewenang yang ada akan terkena sanksi. Dengan demikian masyarakat disebut oleh Dahrendof sebagai persekutuan yang terkoordinasi secara paksa (imperatively coorninated associtations).

Kekuasaan selalu memisahkan dengan tegas antara penguasa dan yang dikuasai maka dalam masyarakat selalu terdapat dua golongan yang saling bertentangan. Masing-masing golongan dipersatukan oleh ikatan kepentingan nyata yang bertentangan secara substansial dan secara langsung diantara golongan-golongan itu. Pertentangan kepentingan ini selalu ada setiap waktu dan dalam setiap unsur.

(28)

Hal inilah yang terjadi pada masyarakat Pakpak Bharat dalam rangka pembentukan Provinsi Tapanuli terlihat munculnya kelompok penguasa dan kelompok pemegang kekuasaan karena memiliki tujuan.

Dahrendorf berpendapat bahwa konsep-konsep seperti kepentingan nyata dan kepentingan laten, kelompok kepentingan dan kelompok semu, posisi dan wewenang merupakan unsur-unsur dasar untuk dapat menerangkan bentuk-bentuk dari konflik. Aspek terakhir dari teori konflik Dahrendorf adalah mata rantai antara konflik dan perubahan sosial. Konflik menurutnya memimpin kearah perubahan dan pembangunan.

Menurut Karl Marx, (Doyle, 1986 : 122) didalam masyarakat senantiasa ada konflik. Konflik ini adalah gejala yang melekat dan bersifat kekal pada masyarakat. Setiap masyarakat disusun berdasarkan diferensiasi sosial atau sistem bertingkat-tingkat (sistem kelas-kelas). Kondisi tersebut memungkinkan munculnya perbedaan-perbedaan yang dapat melahirkan kepentingan yang berbeda kelas antar kelas. Kepentingan dan nilai yang sama dalam masing-masing kelompok dan apabila kepentingan-kepentingan yang bertentangan dari kelompok dari masing-masing ditekan”. Simmel menganalisa beberapa cara atau bentuk mengakhiri konflik tersebut dengan menghilangkan dasar konflik dari tindakan-tindakan mereka yang berkonflik kemenangan pihak yang satu dan kekalahan. Pihak yang lain, kompromi dan perdamaian, kemenangan pihak yang satu tidak selalu berarti pihak yang kalah sama sekali kehilangan kekuasaan untuk berjuang.

(29)

kedua, konflik non realistis. Konflik yang realistis, berasal dari kekecewaan terhadap

tuntutan-tuntutan yang khusus yang terjadi dalam hubungan untung rugi antara partisipan yang ditujukan/ diarahkan kr objek yang dianggap mengecewakan. Konflik non realistis adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan pasangan yang

(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Adapun jenis dari penelitian ini adalah penelitian studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang didapat dari apa yang dapat diamati (Nawawi, 1994: 203). Penelitian deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan atau melukiskan apa yang diteliti dan berusaha memberikan gambaran yang jelas mengenai apa yang menjadi pokok penelitian.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pakpak Bharat, Propinsi Sumatera Utara. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini merupakan salah satu wilayah masyarakat yang menolak bergabung dengan Propinsi Tapanuli dan tetap berada di Propinsi Sumatera Utara.

3.3. Unit Analisis dan Informan.

2.3.1 Unit Analisis

Yang menjadi unit analisis atau objek kajian dalam penelitian ini adalah masyarakat Kab. Pakpak Bharat.

(31)

Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat tinggal di Kab. Pakpak Bharat yaitu orang-orang yang bekerja disektor informal dan formal.

Informan Kunci : • Tokoh-tokoh Agama.

• Tokoh-tokoh Adat.

• DPRD Kab. Pakpak Bharat

• Organisasi Masyarakat, meliputi :

1. HIMPAK ( Himpunan Masyarakat Pakpak ) bertempat di Medan

2. FPMPRP ( Front Pemuda Dan Mahasiswa Peduli Rakyat Pakpak Bharat ) bertempat di Medan

3. KNPI ( Komite Nasional Pemuda Indonesia ) meliputi : PP ( Pemuda Pancasila ), IPK ( Ikatan Pemuda Karya ) bertempat di Pakpak Bharat 4. IKKPI ( Ikatan Keluarga Pemuda Pakpak Indonesia ) bertempat di Pakpak

Bharat Informan Biasa :

• Penduduk, penduduk yang sudah lama tinggal di Pakpak Bharat.

3.4. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data akurat dalam penelitian ini, tehnik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

(32)

melakukan proses tanya jawab kepada para informan dengan harapanya informan dapat mengungkapkan informasi atau data yang diharapkan dengan bahasanya sendiri. Jikalaupun ada pedoman wawancara (interview guide), hanya sebatas instrumen pembantu bagi sipeneliti yang sifatnya tidak monoton.

2. Observasi. Data yang akan diharapkan juga akan diperoleh melalui observasi atau pengamatan yang akan dilakukan oleh peneliti. Beberapa pengamatan yang akan dilakukan peneliti ada yang bersifat berperan serta ternatas, maksudnya adalah, peneliti tidak akan merahasiakan identitas diri, akan terlibat dalam beberapa kegiatan ringan yang sedang dilakukan si informan pada saat pengamatan berlangsung, misalnya keseharian hidup informan dalam interaksi dengan keluarga atau masyarakat, hal tersebut diharapkan adalah untuk membina rapport yang lebih baik dengan informan.

3. Dokumentasi. Dokumentasi untuk membantu penelusuran data historis, dapat berupa foto, artikel, jurnal, buku, dokumen atau catatan-catatan lainnya yang masih berhubungan dengan topik penelitian.

3.5. Interpretasi data

(33)

3.6. Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah : Tabel 1.1. Jadwal Kegiatan Penelitian.

No Kegiatan Bulan (Tahun 2008 & 2009)

9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Setiap penelitian tentunya memiliki keterbatasan dalam cakupan dari segi isi pemaparan dan kajian terhadap objek yang diteliti. Dalam hal ini penelitian ini mempunyai keterbatasan yang terdiri atas 2 faktor, yaitu :

1. Faktor Internal

(34)

yang ada di lapangan. Kendala yang dihadapi oleh peneliti yaitu keterbatasan terhadap kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan penduduk.

2. Faktor Eksternal

(35)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Pakpak Bharat 4.1.2 Sejarah Singkat Kabupaten Pakpak Bharat

Mengejar ketertinggalannya dengan penduduk lainnya serta adanya aspirasi, keinginan dan tekad bulat dari masyarakat Pakpak Bharat untuk meningkatkan status daerahnya menjadi suatu Kabupaten dalam kerangka NKRI, dengan tujuan agar masyarakat Pakpak Bharat dapat memperjuangkan dan mengatur pembangunan masyarakat dan daerah, sesuai dengan aspirasinya untuk meningkatkan taraf hidup menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera merupakan dasar dari usul dibentuknya Kabupaten Pakpak Bharat. Sebenarnya Pakpak Bharat bukan wilayah baru. Kabupaten yang mengambil tiga kecamatan dari Dairi ini mengambil nama sub-Wilayah suku Pakpak. Sebelum Belanda masuk ke Pakpak /Dairi, suku yang penduduknya tersebar di Kabupaten Pakpak Bharat, Aceh Selatan, dan Pakpak Bharat ini sudah mempunyai struktur pemerintahan tersendiri. Raja Ekuten atau Takal Aur bertindak sebagai pemimpin satu suak. Suku Pakpak terdiri atas lima suak, yaitu suak simsim, keppas, pegagan, boang, dan kelasen.

(36)

perbetekken. Meski struktur pemerintahan ini sudah tidak dipakai lagi, tetap dipertahankan sebagai sumber hukum adat budaya Pakpak. Hampir 90 persen penduduk di wilayah Pakpak Bharat beretnis Pakpak. Berbeda dengan kabupaten induknya yang dihuni bermacam-macam suku, seperti Pakpak, Batak Toba, Mandailing, Nias, Karo, Melayu, Angkola, dan Simalungun serta suku lainnya. Agaknya, hal inilah yang menjadi pendorong wilayah Pakpak untuk memekarkan diri. Selain Alasan utamanya adalah untuk mengoptimalkan penggarapan potensi, percepatan pembangunan fisik, dan pertumbuhan ekonomi wilayah terutama pembangunan sumber daya manusia.

Aspirasi masyarakat Pakpak Bharat di sampaikan secara resmi melalui Komite Pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat yang diketuai oleh St. Dj. Padang dengan sekretaris umum Ir. Ampun Solin. Dimana pada tanggal 1 Juni 2001 Menyampaikan usul pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat kepada DPRD Kabupaten Dairi. Sebagai tindak lanjut dari aspirasi masyarakat tersebut maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pada tanggal 20 September 2001 dan 17 Juni 2002 Pemerintah Kabupaten Dairi menerima dan mengadakan pertemuan dengan Komite Pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat, tokoh- tokoh masyarakat dan komponen masyarakat lainnya di Kantor Bupati Dairi saran dan pendapat tentang pembentukan Kabupaten Pakpak Bharat tersebut.

(37)

pendapat tentang pembentukan Kabupaten Pakpak Bharat sebagai langkah pertama pemekaran Kabupaten Dairi.

3. Pada tanggal 04 April 2002 diterbitkan Surat Bupati Dairi Nomor : 130/2393 Perihal Sosialisasi Rencana Perubahan Nama dan Pembentukan Kabupeten Pakpak Bharat ke Kecamatan Wilayah Pakpak Bharat oleh tim pengumpul data, saran dan pendapat mulai tanggal 08 April sampai dengan 12 April 2002. Tim dalam hal ini membagikan format Isian (Questioner ) kepada tokoh-tokoh masyarakat di Kecamatan, yaitu Format A berisi data di Kecamatan Rencana wilayah Hasil Pemekaran dan format B berisi data kabupaten sebelum pemekaran.

4. Pada tanggal 19 April 2002 diterbitkan Surat Bupati Dairi Nomor : 146. 1/2835 perihal usul Pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat untuk disampaikan kepada ketua DPRD Kabupaten Dairi bahwa pemerintah Kabupaten Dairi tidak berkeberatan dimekarkannya Kabupaten Pakpak Bharat, sepanjang pemekaran tersebut telah memenuhi persyaratan dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam kaitan ini setelah meninjau dari berbagai aspek , diadakan rapat panitia musyawarah dan rapat paripurna DPRD Kabupaten Dairi , maka pada tanggal 22April 2002 diterbitkan Keputusan DPRD Kabupaten Dairi Nomor : 35/K-DPRD /2002 tentang Persetujuan Pemekaran Kabupaten Dairi mejadi 2 (dua) Kabupaten yaitu Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat.

(38)

Dalam Negeri D/P Gubernur sumatera utara dan ketua DPR RI, yang intinya menyampaikan tentang kegiatan -kegiatan yang telah dilakukan oleh komite Pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat; Tim Pengumpul Data, Saran dan pendapat terhadap usul perubahan nama dan pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat, pemerintah Kabupaten Dairi dan DPRD Kabupaten Dairi. Juga disampaikan hasil pengumpulan data lapangan rencana pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat dan keputusan DPRD Kabupaten Dairi Nomor 35/K-DPRD/2002 Tanggal 22 April 2002 tentang persetujuan pemekaran Kabupaten Dairi menjadi 2 (dua) Kabupaten.

6. Pada tanggal 24 April 2002 komite pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat bersama-sama dengan DPRD Kabupaten Dairi dan pemerintah Kabupaten Dairi mengadakan audensi kepada anggota komisi II DPR RI (Sayuti Rahawarin ) dan menyarankan agar seluruh komponen masyarakat, legislatif dan eksekutif harus proaktif karena batas waktu pemekaran Kabupaten / Kota s/d 24 Oktober 2002, juga disarankan agar mengundang komisi II DPR RI untuk turun ke Kabupaten Pakpak Bharat mengadakan pemantauan dan evaluasi atas aspirasi yang sudah diterima Komisi II DPR RI agar terdapat sinkronisasi aspirasi masyarakat, legislatif dan eksekutif menuju pembentukan Kabupaten Pakpak Bharat.

(39)

Kabupaten induk dan Kabupaten Pakpak Bharat sebagai Kabupaten pemekaran kepada ketua DPR RI, Ketua-katua Fraksi DPR RI. Respon dari kunjungan tersebut sangat positif dimana terdapat kerja sama dan hubungan yang baik antara rakyat, legislatif dan eksekutif dan secara bersama-sama pula mengadakan kunjungan kepada Ketua DPR RI serta Ketua-ketua Fraksi, pada prinsipnya hasil kunjungan menyetujui dan mendukung pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat menjadi 2 (dua) Kabupaten.

8. Pada tanggal 26 April 2002 Komite Pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat bersama-sama dengan DPRD Kabupaten Dairi dan Pemerintah Kabupaten Dairi mengadakan audensi kepada Menteri Dalam Negeri. Rombongan dalam hal ini diterima oleh salah seorang Direktur pada Ditjen Otonomi Daerah beserta Staf dan pada prinsipnya menyetujui pemekaran tersebut sepanjang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ditjen otonomi Daerah dalam rangka memperlancar pemekaran tersebut menyampaikna beberapa penekanan seperti proses tetap berpedoman pada ketentuan PP 129 tahun 2000; Ditjen Otda dalam menyikapi pemekaran ini akan bekerja sama dengan Tim Teknis, Tim Independen dan Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD); nantinya DPOD akan mengajukan usul pemekaran ini kepada Presiden RI yang selanjutnya untuk dibahas dan diproses di DPR RI sesuai ketentuan yang berlaku.

(40)

tanggal 17 s/d 19 Mei 2002 dalam rangka mengadakan pemantauan dan evaluasi terhadap usul pembentukan Kabupaten Pakpak Bharat.

Setelah kunjungan komisi II DPR RI, dan melalui berbagai proses, akhirnya dikeluarkan Undang- undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Humbang Hasundutan di Propinsi Sumatera Utara maka Kabupaten Pakpak Bharat resmi terbentuk menjadi satu kabupaten otonom dengan 3 kecamatan yaitu Kecamatan Salak, Kecamatan Kerajaan dan Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe. Dengan Ibukota Salak dan dipimpin oleh Drs. Tigor Solin sebagai pelaksana Bupati serta Drs. Gandhi Warta Manik MSi sebagai Sekretaris Wilayah yang pertama.

Demikian sejarah singkat mengenai pembentukan Daerah Tingkat II Kabupaten Pakpak Bharat ini diuraikan dengan ringkas, semoga bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan. Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat 2008.

4.1.3 Letak Geografis dan Batas Wilayah

(41)

Secara geografis Kabupaten Pakpak Bharat memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Aceh Singkil Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Humbang Hnsundutan Dan Tapanuli Tengah

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Dairi

Luas keseluruhan Kabupaten Papak Bharat adalah 1.218,30 Km², ya ng terdiri dari 8 (delapan) kecamatan yakni : Kecamatan Salak, Kecamatan Kerajaan, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Tinada, Kecamatan Siempat Rube, Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu, Kecamatan Pergetteng Getteng Sengkut dan Kecamatan Pagindar.Luas wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kawasan budidaya atas seluruh wilayah diluar kawasan lindung untuk pemanfaatan adalah seluas 77.893,39 ha. Sedangkan kawasan hutan lindung seluas 43.936,61 ha.

Tabel 4.1

Luas Daerah Menurut Kecamatan

(42)

Sengkut

Berdasarkan dari tabel 4.1, luas wilayah Kecamatan Salak adalah 245,57 ha, sedangkan luas wilayah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe 473,62 ha, luas wilayah Kecamatan Pagindar 75,45 ha, luas wilayah Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu 53,02 ha, luas wilayah Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut 66,64 ha, luas wilayah Kecamatan Kerajaan 147,61 ha, luas wilayah Kecamatan Tinada 74,03 ha, dan luas wilayah Kecamatan Siempat Rube 82,36 ha.

Tabel 4.2

Nama-nama Desa Menurut Kecamatan

(43)

3. Lae Mbntar

4. Napatalun Perlambuken 4 Sitellu Tali Urang Julu 1. Silimakuta

2. Ulumerah 3. Pardomuan

4. Lae Langge Namuseng 5. Cikaok

5 Pergetteng-getteng Sengkut 1. Aornakan 2. Simerpara

(44)

Pergetteng-getteng Sengkut 5 desa, Kecamatan Kerajaan 10 desa, Kecamatan Tinada 6 desa, dan Kecamatan Siempat Rube 6 desa.

4.2 Gambaran Umum Penduduk Kabupaten Pakpak Bharat

4.2.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah Penduduk kabupaten Pakpak Bharat dalam statistik Tahun 2007 adalah 38.726 jiwa dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 4.3

Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin

Kabupaten Pakpak Bharat

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat 2008,

Melalui Kantor Kependudukan dan catatan Sipil Kab. Pakpak Bharat Dari tabel 4.1 rasio jenis kelamin kabupaten Pakpak Bharat sebesar 97,40 % terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dari jumlah penduduk perempuan. Angka jenis kelamin tahun 2007 ini terlihat meningkat jika dibandungkan dengan angka tahun 2006 yang mencapai 96,36 %.

Tabel 4.4

Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Kabupaten Pakpak Bharat

No Kelompok Umur (Tahun)

Laki-laki Perempuan Laki laki+Perempuan

(45)

2 5 – 9 2.576 2.381 4.957

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, distribusi penduduk menurut kelompok umur, terlihat bahwa penduduk kabupaten Pakpak Bharat tergolong penduduk kelompok usia muda karena sebesar 40,09 % penduduk bermur kurang dari 15 tahun. Jika dibandingkan antara penduduk laki-laki dan perempuan terlihat bahwa penduduk usia muda laki-laki lebih banyak dari perempuan.

4.2.2 Mata Pencaharian Masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat

a. PNS (Pegawai Negeri Sipil)

(46)

golongan II sebanyak 722 orang, golongan III sebanyak 629 orang dan golongan IV sebanyak 166 orang.

b. Pertanian

Berdasarkan keadaan alam dan topografi Kabupaten Pakpak Bharat maka sektor pertanian merupakan potensi terbesar yang mendukung perekonomian masyarakat. Hasil Pendaftaran Rumah Tangga Sensus Pertanian 2003 terdapat 6.576 rumah tangga pertanian mencakup kegiatan bertani/bekrbun dan mengusahakan ternak/unggas. Dari jumlah rumah tangga pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat 99,99 % adalah merupakan petani pengguna lahan dengan produksi jenis tanaman yaitu tanaman padi dan palawija, tanaman perkebunan rakyat dan holtikultura. Adapun yang tercakup dalam tanaman perkebunan rakyat adalah kelapa sawit, kemenyan, kopi robusta, kopi arabika, gambir, karet, kulit manis dan tembakau.

c. Peternakan

(47)

d. Industri

Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi menjadi barang jadi dengan nilai tambah yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaannya. Pembangunan industri pada hakekatnnya selain untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyat, adalah menciptakan landasan yang kokoh dan kuat menuju tinggal landas, yaitu tercapainya struktur ekonomi yang seimbang, dimana terdapat kemampuan dan kekuatan industri yang maju serta didukung oleh kemampuan dan kekuatan pertanian yang tangguh. Pada tahun 2007 di Kabupaten Pakpak Bharat terdapat 1 unit perusahaan industri sedang, 28 unit industri kerajinan rumah tangga.

e. Koperasi

Koperasi merupakan institusi ekonomi rakyat yang diharapkan dapat lebih mensejaterakan masyarakat umumnya dan anggota koperasi tersebut khususnya. Di kabupaten Pakpak Bharat jumlah KUD pada tahun 2007 sebanyak 2 unit dengan jumlah anggota sebanyak 1.026 orang. Sedangkan koperasi non KUD ada sebanyak 43 unit dengan jumlah anggota sebanyak 1.472 orang.

f. Lapangan Usaha/Perusahaan

(48)

sebanyak 13 unit, Industri Pengolahan 34 unit, Konstruksi 26 unit, Perdagangan besar dan eceran 803 unit, Penyediaan akomodasi dan penyediaan makanan/minuman 403 unit, Transportasi, pergudangan dan komunikasi 51 unit, Perantara keuangan 8 unit, Usaha persewaan dan jasa perusahaan 10 unit, Jasa pendidikan 74 unit, Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 18 unit, Jasa kemasyarakatan dan sosial budaya 60 unit, Jasa perorangan yang melayani rumah tangga 4 unit.

4.2.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat

Dalam upaya meningkatkan kecerdasan dan keterampilan penduduk melalui proses pendidikan akan sangat tergantung pula kepada fasilitas dan sarana pendidikan yang tersedia. Disamping itu dipengaruhi pula oleh peningkatan kualitas guru/pengajar di lembaga-lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta. Tingkat penggunaan Sekolah Dasar terhadap jumlah murid untuk Sekolah Dasar mempunyai rata-rata murid persekolah sebesar 120 orang. Dengan jumlah murid sebanyak 6.170 orang, dan jumlah guru SD sebanyak 465 orang. Maka rata-rata murid perguru sebesar 13 orang, rata-rata murid perguru terbesar terdapat di Kecamatan Salak dan terkecil di Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut. Di kabupaten Pakpak Bharat terdapat 7 unit sekolah Madrasyah Ibtidayah (MI) dengan jumlah murid 597 orang dan jumlah guru 59 orang.

(49)

didaerah ini terlihat sangat baik karena jika standard pembelajaran yang efektif adalah 30 murid perguru sehingga setiap murid dapat menerima pelajarang dengan baik ( face to face ) di Kabupaten Pakpak Bharat rasio murid dengan guru jauh dibawah standard 11 murid perguru.

Dilihat dari Kecamatan, maka Kecamatan Tinada memiliki rasio terkecil yaitu 6, sedangkan Kecamatan Salak mempunyai rasio terbesar 16. Untuk Sekolah Madrasah Tsanawiah (starat SMP) rasio murid persekolah adalah 43, sedangkan rasio murid perguru sangat kecil yaitu 4. Terdapat 5 Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Pakpak Bharat dengan jumlah murid 1.244 orang dan 102 orang guru, sehingga rasio murid perguru adalah 12.

4.2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Penduduk kabupaten Pakpak Bharat menganut agama Islam, Kristen Protestan dan Katolik. Hampir diseluruh kecmatan Kabupaten Pakpak Bharat penduduknya ada yang menganut dari ketiga agama ini. Namun yang beragama Katolik relatif sedikit jika dibandingkan dengan agama Kristen Protestan dan Islam. Perbandingan antara agama Kristen Protestan dan agama Islam di Kabupaten Pakpak Bharat hampir sama jumlahnya namun Volume yang paling besar adalah menganut agama Kristen Protestan.

4.3 Sarana dan Prasarana

(50)

pembangunan yang pada akhirnya dapat memperlancar atas pembangunan dan perekonomian masyarakat demi mengentaskan kemiskinan di Kabupaten/kota. Adapun sarana dan prasarana di Kabupaten Pakpak Bharat adalah sebagai berikut.

4.3.1 Sarana Jalan dan Transportasi

Jalan merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar dan mendorong kegiatan perekonomian. Makin meningkatnya usaha pembangunan menuntut pula peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalulintas barang dari satu daerah kedaerah lain.

Panjang jalan di Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2007 sepanjang 533 km terdiri dari 41 km jalan Negara, 39 km jalan Propinsi dan jalan Kbupaten sepanjang 464 km. Dari 464 km jalan Kabupaten,masih merupakan jalan tanah diantaranya 132 km ( sekitar 28,45 % ), 128 km ( 27,59 % ) jalan batu dan 204 km ( 43,96 % ) jalan aspal. Dari 204 km dari jalan tersebut dala m kondisi baik 130 km ( 63,72 % ), dalam kondisi sedang 35 km ( 17,16 % ), dan 39 km ( 19,12 % ) diantaranya dalam keadaan rusak dan rusak berat. Dalam hal sarana jalan di Kabupaten Pakpak Bharat, disamping jalam umum yang membentang disepanjang jalan yang melintas dipemukiman penduduk masih terdapat jalan kecil yang menghubungkan jalan umum dengan pemukiman penduduk.

(51)

yang menuju ibu kota kecamatan maupun kabupaten berupa mobil Pick Up dan becak. Sedangkan sarana trasportasi yang lainnya adalah kendraan pribadi yang dimiliki masyarakat setempat baik berupa mobil dan sepeda motor.

4.3.2 Sarana Ibadah

Dalam menjalankan dan menganut menurut keparcayaan agama masing-masing masyarakat, tentunya sarana tempat ibadah sangat perlu ada di tengah-tengah masyarakat. Adapun sarana ibadah yang terdapat di kabupaten Pakpak Bharat adalah sebagaimana yang tertera dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.5

Sarana Ibadah Menurut Kecamatan

(52)

Berdasarkan dari tabel 4.7 diatas bahwa sarana Ibadah berdasarkan Kecamatan yang terdapat di kabupaten Pakpak Bharat terdapat 74 rumah Ibadah Mesjid, 12 rumah Ibadah Mushola, 100 rumah Ibadah Gereja Protestan, 12 rumah Ibadah Gereja Katolik, sedangkan sarana rumaha Ibadah Kuil dan Wihara tidak terdapat di kabupaten Pakpak Bharat.

4.3.3 Sarana Kesehatan

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan Nasional dan bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Salah satu indicator yang dapat memberikan gambaran pembangunan kesehatan adalah tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan yang memadai. Adapun sarana kesehatan yang terdapat di kabupaten Pakpak Bharat adalah seperti yang trlihat pada tebel berikut.

Tabel 4.6

Sarana Kesehatan Menurut Kecamatan

Kabupaten Pakpak Bharat RSU Puskesmas Pustu Posyan

(53)

8 Siempat Rube - 1 2 4 7 14

Jumlah 1 8 21 77 53 160

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat 2008

Berdasarkan dari tabel 4.8 diatas bahwa sarana Kesehatan berdasarkan Kecamatan yang terdapat di kabupaten Pakpak Bharat terdapat 1 Rumah sakit Umum tepat di ibu kota kabupaten yaitu kecamatan Salak, terdapat 8 buah Puskesmas, Pustu (puskesmas pembantu) 21, Posyandu 77, Polindes 53.

4.3.4 Sarana Penerangan dan Air Bersih

Sebelum Pakpak Bharat disahkan menjadi sebuah kabupaten, sudah menikmati sarana seperti penerangan berupa PLN (Perusahaan Listrik Negara), PLTA (Pembangit Listrik Tenaga Air) dan PLTS (Pembangit Listrik Tenaga Surya) begitu juga halnya denagan air bersih. Akan tetapi tidak semua masyarakat yang dapat menikmatinya pada waktu itu. Pemakai listrik saat sekarang hampir 90 % masyarakat yang sudah memakainya dan sebagian masyarakat ada yang menggunakan listrik tenaga surya. Sedangkan sarana untuk air bersih di Kabupaten Pakpak Bharat masih relatif kecil. Sebagian masyarakat memanfaatkan mata air untuk kebutuhan air minum.

4.3.5 Sarana Olah Raga

(54)

raga. Selain dijadikan tempat pertandingan-pertandingan olah raga untuk menyambut 17 Agustus, tempat tersebut juga sering dimanfaatkan melakukan acara-acara formal dan non formal baik dari pemerintaha, organisasi dan masyarakat luas. Acara formal seperti upacara memperingati HUT-RI, memperingati HUT-PAKPAK BHARAT dan lain-lain. Adapun acara-acara non formal seperti KKR, pertunjukan musik dan lain sebagainya. Selain lapangan stadion ini juga terdapat sarana olah raga di kecamatan Tinada dimana lapangan tersebut juga adalah tempat ajang pertandingan olah raga Sepak Bola dan Voly namun lapangan ini biasanya hanya pertandingan-pertandingan kecil-kecilan saja.

Di beberapa daerah atau kecamatan lainnya, jika hendak bermain olah raga biasanya memakai fasilitas lapangan olah raga sekolah yang dekat dengan rumah penduduk atau sebagian masyarakat ada juga yang membuat fasilitas olah raga khusus keluarga sendiri.

4.3.6 Sarana Perkantoran

Untuk mendukung jalannya roda pemerintahan di Kabupaten Pakpak Bharat, pada saat ini tampaknya sudah terlengkapi seperti kabupaten-kabupaten lain yang sudah lama berdiri, mulai dari perkantoran tertinggi hingga terrendah walaupun sebagian masih dalam tahap pembenahan satu demi satu seperti kantor Kejaksaan Kabupaten Pakpak Bharat dan lainnya.

4.4. Penyajian dan Interpretasi Data

4.5. Profile Informan

(55)

1. Gr. J. H Manik

Gr. J. H Manik adalah seorang pria beruasia 71 tahun dengan mempunyai istri setelah istri pertamanya meninggal dunia. Rumah yang kerap dipanggil Pak JH (jeha) ini tepat berada di ibu kota Kabupaten Pakpak bharat yaitu di Salak, sekaligus dirumah beliau dijadikan tempat salah satu loket angkutan umum yaitu Stasiun PO. Sempurna sehinggga tidak heran jika beliau dikenal masyarakat dimana-mana baik di Pakpak Bharat bahkan diluar Pakpak Bharat. Bapak yang mempunyai 7 orang anak ini adalah seorang pensiunan guru Sekolah Menegah Atas (sada arih) yang saat ini SMA N 1 Unggulan di Pakpak Bharat. Selain berpropesi sebagai guru pendidik, beliau juga berperan aktif di kegerejaan dan juga memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi. Kepedulian terhadap suku, daerah adalah menjadi salah satu tanggung jawab beliau untuk memajukan dari ketertinggalan dan sudah mendarah danging seperti seorang nasionalis. Setelah bapak ini pensiun pada tahun 1980, beliau sangat aktif dibidang keorganisasian baik organisasi kedaerahan sampai pada organisasi politik.

(56)

mendirikaan gereja suku pakpak, namun dari gereja tersebut mengambil alih dengan maksud tetap berada digereja HKBP. Pada masa itu masih gereja inilah yang dipakai masyarakat pakpak sebelum terjadi perkembangan baik dari SDM, ekonomi, politik, hukum. Beliau adalah salah satu menjadi target utama untuk diculik. Namun berkat dari usaha dan perjuangan beliau dan masyarakat lainnya telah berusaha meredam permasalahan itu. Sehingga pada tahun itu juga terbentuklah gereja suku pakpak yang di setujui oleh menteri agama yang diberi nama GKPPD (Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi). Dari profil yang telah dikemukakan diatas, informan ini dijadikan sebagai informan kunci dengan kriteria informan kunci dari tokoh agama.

2. St. Asahan Banurea

St. Asahan Banurea yang kerap dipanggil Pak Banurea dilingkungan masyarakat luas. Bapak yang berumur 65 tahun ini adalah asli keturunan suku pakpak yang dimulai dari nenek moyang hingga anak-anaknya. Bapak yang bepostur tubuh tegap ini sangat mengerti dan tahu jelas bagaimana sistem kebudayaan dan bagaimana sebenarnya budaya pakpak itu. Karena dibidang kebudayaan beliau sangat peduli akan hal itu. Selain aktif di bidang kebudayaan, Bapak ini juga sangat berperan aktif dikepengurusan organisasi kedaerahan baik dibidang kebudayaan maupun organisasi nasionalis.

(57)

kebebasan untuk memajukan daerah. Sumbangsih berupa ide dan gagasan yang cemerlang dari beliau sering dilontarkan kepada pemerintah seperti pihak Legislatif dan Eksecutif dengan cara beraudiensi dengan maksud adalah tujuan bersama dan masyarakat luas sekalipun. Seperti yang di utarakan Bapak St. Asahan Banurea (lk. 65 tahun)

“ Bila anda menyediakan sedikit saja waktu untuk merenung bagaimana setiap budaya itu terbentuk,

maka anda akan kagum dan berupaya untuk melestarikannya…”

Bapak yang salah satu orang yang berpengaruh dan juga tuan tanah didaerah ini nampaknya betul-betul peduli terhadap daerahnya berbagai sisi. Karena kondisi yang saat ini sudah merasa tidak kuat lagi dipengaruhi umur semakin tua, kesehariannya hanya dihabiskan dirumah dan kadang berpergian ke tempat sanak saudaranya baik yang ada di Medan yang masih kuliah maupun di Sidikalang.

Dari profil yang dipaparkan informan, beliau diajdikan sebagai informan kunci dengan kriteria dari tokoh adat.

3. Mansehat Manik, S.pd

Mansehat manik, S.pd adalah ke IV dari 8 bersaudara, lahir dari pasangan St. Gr. A.S Manik dan N. Br Boang Manalu. Kelahiran pada tanggal 26 juli1964 di Sigelanggang Aornakan, Desa Aornakan II, Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut, Kabupaten Pakpak Bharat propinsi Sumatera Utara. Lulus SD di Kecupak pada tahun 1977, lulus SMP di Salak dan lulus SMA dari 1 Sidikalang.

(58)

Salak kemudian melanjut mengajar di SMA Negeri 1 Salak pada tahun 1988. Setelah megaajar, pada tahun 1992 juga bekerja di PT. Gruti Aceh Sumut bagian TPTI. Dengan pengalaman yang sudah banyak kemudian beliau menikah dengan pasangan E. Br Bancin dan dikaruniai 3 (tiga) anak putra dan putri. Tahun 1992-1995 melanjut sebagai tenaga pengajar di SLTP N 1 Salak lalu berhenti untuk pembangunan trasnmigrasi di Pagindar. Pada tahun 1998-2003 mengajar kembali di SMP N 1 Salak sebagai guru kontrak daerah sambil melanjutkan kuliah di STKIP Teladan Medan dan selesai studi dan memperoleh gelar S.pd (Sarjana Pnedidikan).

Kemudian tahun 2003, terpilih menjadi ketua DPD Partai Golkar untuk Kabupaten Pakpak Bharat dan pada pemilu 2004 mengantarkan sebagai anggota DPRD dan terpilih menjadi ketua DPRD Kabupaten Pakpak Bharat periode 2004-2009. Saat ini masih sebagai dosen Bahasa Indonesia pada STKIP Teladan Medan dan menjadi mahasiswa pacasarjana (S2) jurusan Bahasa Indonesia untuk tahun 2007-2009. Bapak ini adalah anggota Majelis Pusat GKPPD dan ketua SOKSI cabang Kabupaten Pakpak Bharat 2006-2012.

Dari profil yang dipaparkan informan, beliau diajdikan sebagai informan kunci dengan kriteria dari DPRD Kabupaten Pakpak Bharat.

4. Organisasi Masyarakat yang meliputi :

(59)

a. Hotman Hasugian

Hotman Hasugian adalah seorang peria yang beumur 25 tahun menganut agama kristen protestan dan merupakan alumni dari Perguruan Tinggi Unimed Medan dan tamat pada tahun 2008 mengambil jurusan keolahragaan. Semasa masih kuliah pria yang bersuku pakpak ini sangat aktif di keorganisasian kampus dan keorganisasian kedaerahan. Berkat usaha dan cita-cita yang tinggi, pada tahun 2008 telah diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil sebagai guru olah raga di salah satu SMA di Kabupaten Pakpak Bharat. Laki-laki yang belum berkeluarga ini sangat banyak membantu orang tua dan keluarganya karena pada saat ini masih tinggal dirumah orang tuannya. Kadang gaji bulanannya diberi sebagian kepada orang tua dan sebagian dipergunakan untuk kebutuhan pribadinya.

Dari profil yang dipaparkan informan, beliau diajdikan sebagai informan kunci dengan kriteria sebagai salah satu yang ikut diorganisasi HIMPAK.

2. FPMPRP (Front Pemuda dan Mahasiswa Peduli Rakyat Pakpak Bharat)

a. Lambas Seru Manik

(60)

Lambas menganut agama Kristen Protestan dan bersuku pakpak asli beralamat di Jalan Bahagia P. Bulan Medan dengan menyewa kamar pertahun/kos sebagaimana para mahasiswa yang ada disekitaran Padang Bulan Medan. Sejak mengecap pendidikan, beliau menyelesaikan study dari tingkat SD sampai dengan SMA di daerah pakpak bharat dan stelah tamat barulah ia melanjut kuliah ke Medan.

3. KNPI ( Komite Nasional Pemuda Indonesia ) meliputi :

1. Pemuda Pancasila (PP)

a. Risto Berutu

Risto adalah seorang pria berumur 30 tahun. Beliau berasal dari suku Pakpak beragama Islam. Pria ini mempunyai perawakan pendek sekitar 155 cm, rambut kriting belah tengah, berkumis, kulit hitam manis, dan cukup ramah dalam berinteraksi didalam keorganisasian maupun dimasyarakat. Beliau tinggal di Desa Singgabur kecamatan Sitellu Talu Urang Julu setelah sekian lama mengadu nasip diperatauan.

(61)

tiket (Tukang Tulis)dimana angkutan angkutan umum yang beliau tangani adalah PO. Sempurna tepat di kota salak rumah Bapak Gr J.H Manik. Uang yang didapat dari tempat beliau bekerja dipergunakan untuk membiayai anak yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar dan kebutuhan rumah tangga.

2. Ikatan Pemuda Karya ( IPK )

a. Pak Tumangger

Pak Tumangger adalah nama julukan yang kerap dipanggil dilingkukngan masyarakat stelah beliau menggantikan dan bergabung kesuku pakpak dari suku jawa dan menjadi marga tumangger. Pergantian marga terjadi ketika pacaran sama orang pakpak borru Padang dan setelah dijadikan sebagai istri disitulah beliau dinobatkan/disahkan menjadi suku pakpak dan bertempat tinggal di Desa P. Binanga Boang Kecamatan salak Kabupaten Pakpak Bharat.

Asal asli Pak Tumangger sebenarnya dari Medan. Bapak yang mempunyai dua orang anak ini datang ke Pakpak kerana pekerjaan. Pada tahun 1997 beliau salah satu karyawan dalam pembangunan jembatan beton di Desa P. Binanga Boang yang ditangani oleh salah satu CV terkemuka dari Medan. Jadi tidak heran jika mendengar Pak Tumangger ketikan berbahasa pakpak tidak tepat dan sebagian kurang.

(62)

4. IKPPI ( Ikatan Keluarga Pemuda Pakpak Indonesia )

a. Mariani Br Boang Manalu

M. Br Boang Manalu adalah istri dari Bapak P. Banurea. Ibu ini berumur sekitar 37 tahun. Ibu ini memiliki perawakan tinggi sekitar 157 cm, warna kulit sawo matang, rambut panjang bergelombang. Ibu ini mengaku mengecap pendidikan hanya tamatan SMA. Dalam kesehariannya, ibu ini bertugas sebagai ibu rumah tangga dari ketiga orang anak ini.

Selain mengurus rumah tangga dan ketiga orang anaknya, ibu ini juga memiliki sampingan berjualan di kantin salah satu sekolah didekat rumahnya. Pendapatan tambahan diperolehnya adalah untuk membiayai uang sekolah anaknya yang sedang kuliah di Medan. Pekerjaan suami Ibu Mariani ini adalah sebagai tata usaha sekolah SD.

4.5.2 Informan Biasa

1. D. Berutu ( Pak Andre )

D. Berutu merupakan seorang pria berumur 35 tahun dan sudah berumah tangga yang memiliki tiga orang anak dan pekerjaannya adalah sebagai wiraswasta beragama Kristen protestan. Beliau memiliki perawakan hitam manis, badan kurus tinggi dan rambut cepak. Beliau merupakan tamatan strata SMA.

(63)

2. Pak Jones Bancin

Bapak Jones merupakan pria berumur 52 tahun. Beliau adalah seorang pria keturunan Pakpak asli. Kulitnya sawo matang, tidak gemuk, tinggi sekitar 165 cm, rambutnya lurus dengan kumis yang teratur dan istrinya borru Manik. Bapak Jones berasal dari Desa Pagindar Pendidikan terakhir beliau adalah SMP. Beliau telah berkeluarga dan memilki enam anak. Anak Pak Jones ada yang sudah berumah tangga dan ada juga yang sedang kuliah di Jakarta dan di Medan yang lainnya masih duduk dibangku SMP.

Pekerjaan beliau adalah bertani menanam tanaman muda dan tanaman tua. Berangkat dari kebun kelapa sawit yang beliau miliki sendiri juga menghantarkan anak-anaknya bisa sekolah sampai ke perguruan tinggi. Walaupun hanya tamatan SMP yang diemban Bapak Jones, telah berjuang tinggi bagaimana supaya semua anak-anaknya dapat berhasil kelak.

3. M. Berutu

M. Berutu adalah seorang pria berumur 49 tahun suku pakpak asli beragama Kristen Protestan tamatan SMP dan dikarunia anak enam orang. Bapak M. Berutu ini beristri suku pakpak borru Sinamo dan bertempat tinggal di Desa Santar Jehe (Tinada) kecamatan Tinada Kabupaten Pakpak Bharat.

(64)

keperluan rumh tangga dan keperluan semua anak-anaknya didapatken hanya dari penhasilan dari ladang dan ternak ayam, kerbau, babi.

Sedangkan tambahan yang diperoleh yaitu dari anak pertamanya laki-laki yang berpropesi sebagai guru honorer di SMA setelah tamat dari USU Medan pada tahun 2007. Untung saja anak perytamanya sangat perhatian sama aorang tua dan adik-adiknya yang masih sekolah.

4. Berparen Padang Batang hari

Berparen yang kerap dipanggil paren dilingkunganya ini adalah pria yang masih muda berumur 23 tahun dengan status belum berumah tangga. Postur tubuhnya tinggi dan besar sekitar 170 cm, warna kulitnya sawo matang, warna mata coklat tua dan dengan ciri khas mempunyai jambang dan kumis yang cukup teratur. Walaupun tampang agak sangar tetapi bertolak belakang dengan perawakannya apabila kita berbicara dengannya. Hal tersebut tampak, dimana beliau ini kadang kala memberikan senyuman di sela-sela pembicaraan yang saat itu dilakukan di rumahnya.

(65)

adalah Kristen Protestan bersuku pakpak. Pada awal 2009 beliau kembali merantau ke Medan untuk mengadu nasib dan sekitar 5 bulan di Medan kemudian kembali lagi ke kampung.

5. Saniah Br manik

Saniah Br Manik merupakan perempuan berumur 45 tahun, suku pakpak dan beragama islam. Beliau memiliki perawakan kulit kuning langsat, rambut lurus hitam panjang, tinggi sekitar 155 cm. Sebagai seorang istri supir, beliau yang sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga mengurusi ketiga anak-anaknya kadang kala juga ikut berusaha membantu ekonomi keluarga dengan mengolah tanah kebun pemberian dari mertuanya.

Perempuan yang rajin soleh dan selalu bejilbab ini sangat disayangi suami dan anak-anaknya. Dalam rumah tangga yang sudah hampir 25 tahun dijalaninya perselisihan dengan suaminya sangat jarang timbul dan kalaupun ada selisih paham yang terjadi, salah satu dari suami dan istri pasti ada yang mengalah. Tampak saat berkunjung kerumah Ibu Saniah, ketika suaminya pulang bekerja saling menyapa dan melemparkan seyuman. Beliau beralamat di Desa Aornakan II Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut Kabupaten Pakpak Bharat.

4.6 Gambaran Kabupaten Pakpak Bharat

(66)

implementasi dan evaluasi diberbagai bidang seperti : keuangan, kepegawaian, kelembagaan untuk mewujudkan pelayanan dan demokrasi.

Dari konsep organisasi dan manajemen hakikat desentralisasi dan otonomi daerah adalah efesiensi dan efektifitas pelaksanaan tugas. Oleh sebab itu factor kesiapan otonomi daerah yang tercermin dari kesiapan birokrasi, desentralisasi kebijakan, kreatifitas aparatur dapat dipandang sebagai faktor utama untuk menggerakkan otonomi yang responsive, cepat, efektif, inovatif terhadap tuntutan masyarakat yang selalu berubah dan kompleks melalui active administration. Wujud penyelenggaraan otonomi daerah seperti itu akan menciptakan Good Governance, perencanaan pertisipatif, pemberdayaan masyarakat, secara sinergis mempengaruhi pembanguanan masyarakat wilayah tertinggal.

Gambar

Tabel 1.1. Jadwal Kegiatan Penelitian.
Tabel 4.1 Luas Daerah Menurut Kecamatan
Tabel 4.2 Nama-nama Desa Menurut Kecamatan
Tabel 4.3
+3

Referensi

Dokumen terkait

Capaian Program Jumlah cakupan (jenis) layanan administrasi perkantoran yang dilaksanakan sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku.

[r]

[r]

(1) Sub Bagian teknis administrasi pembangunan mempunyai tugas mengumpulkan bahan program tahunan pembangunan, mengkoordinasikan penyusunan pedoman dan petunjuk

Permasalahan teknis komputer yang digunakan pada saat mengoperasikan SPAMKODOK (penyedia), sehingga proses tidak bekerja sebagaimana mestinya, antara lain gangguan

Ikhsan, Edy dan Mahmul Siregar, 2009, “Metode Penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan Ajar”.Medan :Fakultas Hukum Universitas Sumatera tara.. Kamarudin, Ahmad, 2004,

Dari analisis pengaruh motivasi kerja terhadap OCB dalam penelitian ini diketahui bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap OCB maka

bahwa dalam rangka memastikan proses dan hasil-hasil akreditasi yang bermutu diperlukan adanya Prosedur Operasional Standar (POS) sebagai panduan bagi pihak-pihak