• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Informal Di Pajak Sentral Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Informal Di Pajak Sentral Medan"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN

PEDAGANG INFORMAL DI PAJAK SENTRAL MEDAN

SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH :

TRI HENTIANI. L

070501085

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi

Medan

(2)

Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi

Medan

Penanggung Jawab Skripsi Nama : Tri Hentiani L

NIM : 070501085

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan

Judul Skripsi :Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Informal di Pajak Sentral Medan.

Tanggal,___________________

Pembimbing

(3)

Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi

Medan

Persetujuan Administrasi Akademik Nama : Tri Hentiani L

NIM : 070501085

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Informal di Pajak Sentral Medan.

Tanggal,___________________ Ketua

Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D NIP: 19710503 200312 1 003

Tanggal,___________________ Dekan

(4)

Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi

Medan

Berita Acara Ujian

Hari : Selasa

Tanggal : 7 Juni 2011 Nama : Tri Hentiani L

NIM : 070501085

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Informal di Pajak Sentral Medan.

Ketua Program Studi Pembimbing

Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D Dr. Murni Daulay, SE, M.Si NIP: 19710503 200312 1 003 NIP: 19550830 198203 2 003

Penguji I Penguji II

(5)

ABSTRACT

This research entitled “ Analysis of the factors that affect income informal traders in the central market in Medan City”. The purpose of this research is to analyze the factors that influence income informal traders. The independent variables that used in this research are capital effort, work experience, work time and total of family. This research is located in Medan city.

Data that used in this research is primary data with 45 respondences as sample. Research method that used in this study is Ordinary Least Squared (OLS), by using Eviews 5.1.

The result showed that the variable capital effort and total of family has a positive and significant impact on the income informal traders, but the work experience and work time haven’t significant influence to income informal traders.

(6)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “ Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Informal di Pasar Sentral Kota Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang informal. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah Modal Usaha, Pengalaman Usaha, Jam kerja dan Jumlah tanggungan keluarga. Penelitian ini dilakukan di Pasar Sentral Kota Medan.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan sampel sebanyak 45 orang. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah Ordinary Least Squared (OLS), dengan menggunakan Eviews 5.1.

Hasil analisa menunjukkan bahwa variabel Modal Usaha dan Jumlah tanggungan keluarga mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang informal, sedangkan Pengalaman usaha dan Jam kerja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pedagang informal.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan anugerah-Nya yang luar biasa kepada penulis. Sehinnga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Informal Di Pajak Sentral Medan”. Penulisan ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar sarjana Ekonomi di Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan berupa dorongan semangat maupun sumbangan pikiran dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada semua pihak terutama kepada :

1. Kedua orang tua Penulis Ayah B. Lumban Gaol(Alm) dan Ibu R.br.Saragi yang sangat penulis

cintai buat semua doa, perhatian, didikan, nasihat, dukungan yang sangat penulis butuhkan sehingga membuat penulis semangat selama mengikuti perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini. Dan juga kepada saudara penulis ( K’el, K’resna, D’melva dan D’roy ) yang sudah

menberikan dukungan kepada penulis.

2. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera

Utara.

3. Bapak Wahyo Ario Pratomo, SE, Mec, selaku Ketua, dan kepada Bapak Drs. Syahrir Hakim

Nasution, M.si, selaku Sekertaris Depertemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irysad Lubis SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua, dan kepada Bapak Paidi Hidayat, SE,

M.Si, selaku Sekertaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. 5. Ibu Dr. Murni Daulay, SE, M.si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan,

pengarahan dan kritikan selama dalam pengerjaan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.si, Selaku dosen penguji I yang telah memberi saran

(8)

7. Ibu Inggrita Gusti Sari, SE, M.Si selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran dan

masukan yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini.

8. Seluruh staff pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

9. Dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Mei 2011 Hormat Saya

(9)

D A F T A R I S I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Ekonomi ... 8

2.4.3 Keahlian Khusus (Tradisional) ……….. 16

2.5 Kelemahan Sektor Informal ……….. 16

2.6 Tantangan Sektor Informal ………... 18

2.6.1 Persaingan Makin Bebas ………... 18

2.6.2 Perkembangan Pesat Teknologi ……… 18

2.7 Peluang Sektor Informal ……….. 19

2.8 Arus Perputaran Kegiatan Ekonomi ……… 20

2.9 Pendapatan ………... 21

2.10 Modal ……….. 24

2.11 Pelaku-pelaku Kegiatan Ekonomi ………. 25

2.12 Mekanisme Pasar ……….. 28

2.12.1 Kebaikan Mekanisme Pasar ……….... 29

2.12.2 Kelemahan Mekanisme Pasar ………... 30

(10)

3.7 Definisi Operasional ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Medan ... 46

4.1.1 Kondisi Geografis Kota Medan ... 46

4.1.2 Luas Wilayah Kota Medan ... 47

4.1.3 Jumlah Penduduk Kota Medan ... 47

4.1.4 Perkembangan Sektor Informal Kota medan ... 48

4.2 Gambaran Umum Pajak Sentral Kota Medan ... 50

4.2.1 Sejarah Pajak Sentral Kota Medan ... 50

4.3 Gambaran Umum Sampel Penelitian ... 51

4.4 Interpretasi Model ………. 53

4.5 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 55

4.5.1 Koefisien Determinasi (R-square) ... 55

4.5.2 Uji F-statistik ... 55

4.5.3 Uji T-statistik ... 57

4.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 61

4.6.1 Uji Multikolinearitas ... 61

4.6.2 Uji Autokorelasi ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 63

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

3.1 Jumlah Masing-masing Responden …………... 35

4.1 Luas Wilayah Kota Medan …………... 47

4.2 Jumlah Pasar dan Pedagang Informal di setiap Kecamatan ... 49

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 51

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 52

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 52

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha ... 53

4.7 Hasil Regresi ... 53

4.8 Hasil Pengujian Correlation Matrix ... 61

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Siklus Aliran Pendapatan …………..………... 20

3.1 Uji T-statistik ………..…... 41

3.2 Uji F-statistik ……….………... 43

4.1 Uji F-statistik ………….…………... 57

4.2 Uji T-statistik Modal Usaha ………... 58

4.3 Uji T-statistik Pengalaman Usaha ………... 59

4.4 Uji T-statistik Jam Kerja ……... 60

(13)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Kuisioner Penelitian

2. Daftar Nama-nama Responden Serta Jenis Usahanya 3. Data Variabel Penelitian

4. Hasil Regresi Pendapatan Pedagang Informal di Pajak Sentral Medan 5. Uji Multikolineritas

(14)

ABSTRACT

This research entitled “ Analysis of the factors that affect income informal traders in the central market in Medan City”. The purpose of this research is to analyze the factors that influence income informal traders. The independent variables that used in this research are capital effort, work experience, work time and total of family. This research is located in Medan city.

Data that used in this research is primary data with 45 respondences as sample. Research method that used in this study is Ordinary Least Squared (OLS), by using Eviews 5.1.

The result showed that the variable capital effort and total of family has a positive and significant impact on the income informal traders, but the work experience and work time haven’t significant influence to income informal traders.

(15)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “ Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Informal di Pasar Sentral Kota Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang informal. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah Modal Usaha, Pengalaman Usaha, Jam kerja dan Jumlah tanggungan keluarga. Penelitian ini dilakukan di Pasar Sentral Kota Medan.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan sampel sebanyak 45 orang. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah Ordinary Least Squared (OLS), dengan menggunakan Eviews 5.1.

Hasil analisa menunjukkan bahwa variabel Modal Usaha dan Jumlah tanggungan keluarga mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang informal, sedangkan Pengalaman usaha dan Jam kerja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pedagang informal.

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Tujuan Pembangunan Nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur

berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa. Ini berarti bahwa pembangunan senantiasa beranjak dari suatu keadaan atau kondisi kehidupan yang kurang baik menuju suatu kehidupan yang lebih baik dalam rangka mencapai tujuan nasional suatu bangsa (Kamaluddin,

1999) .

Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi tersebut, pada dasarnya ditentukan dan

dipengaruhi oleh 2 macam faktor yaitu faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi. Faktor ekonomi berupa sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), permodalan dan tenaga manajerial yang mengorganisir dan mengatur faktor-faktor produksi. Faktor non-ekonomi adalah berupa

lembaga sosial, kondisi politik, nilai-nilai moral dan sejenisnya yang bukan merupakan faktor ekonomi yang mempengaruhi baik yang menunjang maupun menghalangi proses pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi di suatu Negara.

Adanya pembangunan selain memberikan dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh berbagai masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja. Hal ini menjadi

masalah yang sangat serius bagi bangsa Indonesia, mengingat jumlah penduduk yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang berlebihan, sedangkan permintaan tenaga kerja

dipasar tenaga kerja sangat terbatas. Hal ini akan menambah angka penggangguran serta akan menimbulkan keresahan sosial.

Keadaan tersebut diperburuk lagi dengan ketidakmampuan bagi sebagian angkatan kerja

(17)

asing, sedangkan angkatan kerja Indonesia hanya menjadi pekerja ataupun hanya menjadi buruh

kecil di daerahnya sendiri. Bahkan akan terjadi pengangguran apabila sektor formal yang ada di suatu daerah tidak mampu lagi untuk menampung angkatan kerja yang ada di daerah itu secara keseluruhan.

Untuk itu perlu dikembangkan lapangan kerja pada sektor informal. Sektor informal merupakan salah satu kekuatan pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi, gerak sektor

informal amat vital untuk menciptakan pertumbuhan dan lapangan pekerjaan. Sektor informal cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut dan arah permintaan pasar. Usaha sektor informal juga menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan usaha

sektor lainnya. Oleh karena itu usaha sektor informal bisa menjadi penyelamat bagi masalah ketenagakerjaan yang kita hadapi.

Pengembangan dan perlindungan usaha kecil dan sektor informal harus bertumpu pada mekanisme pasar yang sehat dan adil. Pemerintah daerah perlu melakukan langkah strategis yang harus ditempuh demi perlindungan usaha kecil dan sektor informal. Kebanyakan usaha sektor

informal dibentuk dari ekonomi kerakyatan, keberadaannya di era otonomi daerah merupakan potensi yang harus digali dan dikembangkan karena dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah

yang cukup tinggi dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana tujuan dari pembangunan daerah.

Banyak bidang informal yang berpotensi untuk diangkat dan digali menjadi salah satu

bidang usaha yang menghasilkan keuntungan dan income keluarga sekaligus dapat menyerap tenga kerja. Usaha berdagang merupakan salah satu alternatif lapangan kerja informal, yang ternyata

banyak menyerap tenaga kerja, seperti pedagang informal di pajak sentral Medan, Pendapatan pedagang informal dapat menjadi tumpuan pendapatan keluarga.

Pada umumnya para pedagang mempunyai tujuan utama mendapatkan laba tertentu (

(18)

Untuk itu usaha sektor informal dalam perkembangannya yang semakin luas dan nyata perlu

dibina dan dilindungi agar tumbuh menjadi unsur kekuatan ekonomi. Dalam usaha perkembangan usaha sektor informal sangat diperlukan peranan pemerintah. Dalam hal ini pemerintah harus selalu berupaya untuk mendorong dan menciptakan iklim usaha yang kondusif agar usaha kecil tersebut

dapat terus tumbuh dan berkembang dengan baik. Dengan demikian, usaha kecil akan menjadi kekuatan ekonomi yang tangguh dan mandiri serta dapat memperkuat struktur perekonomian

nasional sehingga usaha kecil benar-benar menjadi tulang punggung perekonomian nasional. (Prawirokusumo, 2001 ).

Sektor informal meliputi hampir semua sektor bisnis, seperti pedagang asongan, pedagang

buah, pedagang kaki lima, dan sebagainya. Begitu besar jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam hal ini sehingga pemerintah terus memberi perhatian yang serius. Oleh sebab itu penelitian-penelitian

terus dilakukan oleh berbagai kalangan untuk mendapatkan hasil dan formula yang terbaik dalam pengelolaan sektor informal ini.

Usaha sektor informal yang menjadi obyek penelitian ini adalah pedagang informal di Pajak

sentral Medan. Berjualan merupakan salah satu usaha kecil yang memiliki peluang yang besar untuk berkembang. Dalam usaha berdagang ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat

pendapatan yang diterima oleh para pedagang tersebut seperti modal awal usaha, lamanya pengalaman berjualan, lamanya jam kerja dan jumlah tanggungan.

Biasanya modal awal usaha yang dimiliki oleh pedagang informal di pasar tradisional akan

lebih kecil bila dibandingkan dengan pedagang informal di pasar modern. Pedagang di pasar modern akan lebih mudah dalam memperoleh modal dibandingkan dengan pedagang pasar

tradisional. Hal ini disebabkan karena prospek pengembangan bisnis di pasar modern akan lebih besar dibandingkan pengembangan bisnis di pasar tradisional.

Dalam hal lamanya pengalaman berjualan, biasanya pedagang informal yang lebih lama

(19)

pedagang yang mempunyai jumlah jam kerja lebih lama, maka pendapatannya akan lebih

maksimum. Dan dalam hal jumlah tanggungan, biasanya pedagang informal yang mempunyai lebih banyak jumlah tanggungan, maka pendapatannya akan lebih meningkat.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut

terhadap faktor - faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang informal. Untuk itu, penulis memilih judul : “ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN

PEDAGANG INFORMAL DI PAJAK SENTRAL MEDAN”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah terdapat pengaruh jumlah modal awal usaha terhadap pendapatan pedagang

informal.

b. Apakah terdapat pengaruh pengalaman berusaha terhadap pendapatan pedagang informal. c. Apakah terdapat pengaruh jam kerja terhadap pendapatan pedagang informal.

d. Apakah terdapat pengaruh jumlah tanggungan terhadap pendapatan pedagang informal.

1.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan atau statement tentang kebenaran yang dirumuskan untuk

pengertian sementara. Berdasarkan uraian perumusan masalah di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Jumlah modal awal usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang informal. 2. Pengalaman berusaha berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang informal.

(20)

1.4 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah modal awal usaha terhadap pendapatan pedagang

informal.

2. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman berusaha terhadap pendapatan pedagang informal.

3. Untuk mengetahui pengaruh jam kerja terhadap pendapatan pedagang informal.

4. Untuk mengetahui pengaruh jumlah tanggungan terhadap pendapatan pedagang informal.

1.5 Manfaat penelitian

Penelitian tentang pedagang informal ini diharapkan dapat memberi manfaat, seperti:

1. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi Pemerintah ataupun bagi institusi yang

terkait, khususnya bagi Dinas pasar untuk menetapkan kebijakan terhadap usaha sektor

informal.

2. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang

penulis tekuni.

3. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi mahasiswa/I Fakultas Ekonomi Universutas

Sumatera Utara terutama mahasiswa/I Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin

melakukan penelitian selanjutnya.

4. Sebagai masukan maupun perbandingan bagi kalangan akademisi dan peneliti yang ingin

(21)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan perkapita dan

lajunya pembangunan ekonomi ditunjukkan dengan menggunakan tingkat pertumbuhan PDB untuk tingkat nasional dan PDRB untuk tingkat wilayah. Definisi pembangunan tidak dapat dipisahkan

dengan pengertian pembangunan ekonomi, karena pada dasarnya baik tujuan pembangunan maupun pembangunan ekonomi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bedanya, pembangunan ekonomi hanya meliputi usaha suatu masyarakat untuk mengembangkan kegiatan

ekonomi dan mempertinggi tingkat pendapatan masyarakat, sedangkan pembangunan itu dalam pengertian yang paling mendasar harus mencakup masalah materi dan finansial dalam kehidupan

masyarakat.

Dengan demikian pengertian pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat

dalam jangka panjang (Todaro, 1999). Dengan demikian pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting, yaitu:

1. Suatu proses yang berarti merupakan perubahan yang terjadi secara terus-menerus.

2. Usaha-usaha menaikkan tingkat pendapatan perkapita.

3. Kenaikkan pendapatan perkapita harus terus berlangsung dalam jangka panjang.

2.1.1 Tujuan Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi selalu ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

(22)

ekonominya dan mempertinggi pendapatan masyarakat, sedangkan keseluruhan pembangunan itu

meliputi juga usaha pembangunan sosial, politik dan budaya.

Adapun yang menjadi tujuan pembangunan ekonomi menurut (Todaro, 1999) adalah sebagai berikut:

a. Menciptakan keadaan yang dapat membantu pertumbuhan rasa harga diri melalui

pembangunan sistem dan kelembagaan sosial dan ekonomi yang dapat mengembangka rasa

harga diri dan rasa hormat terhadap kemanusian.

b. Mempertinggi tingkat penghidupan bangsa yaitu tingkat pendaptan dan konsumsi pangan ,

pelayanan kesehataqn, pendidikan dan sebagainya melalui proses pembanguan ekonomi.

c. Mengembangkan kebebasan untuk memilih dengan jalan memperluas rangkaian kesempatan

untuk memilih misalnya keanekaragaman jenis barang konsumsi dan jasa yang tersedia.

2.2 Teori Pertumbuhan Klasik

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada 4 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan

kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan.

Dalam teori pertumbuhan mereka, dimisalkan luas tanah dan kekayaan alam adalah tetap

jumlahnya dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan. Berdasarkan kepada teori pertumbuhan klasik yang baru diterangkan, dikemukakan suatu teori yang menjelaskan perkaitan di antara pendapatan per kapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk

optimum.

Teori pertumbuhan klasik dapat dilihat bahwa apabila terdapat kekurangan penduduk,

produksi marjinal adalah lebih tinggi daripada pendapatan per kapita. Akan tetapi apabila penduduk semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi marjinal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karenanya pendapatan

(23)

kedua persoalan ini mereka mempunyai pandangan yang agak berbeda. Oleh sebab itu, dalam

menguraikan pandangan-pandangan beberapa ahli ekonomi klasik yang terkemuka untuk dibahas satu demi satu.

2.3 Pengertian Sektor Informal

Istilah sektor informal pertama kali dikemukakan oleh Hart (1971) seorang antropolog Inggris, dalam rangka memecahkan masalah ketenagakerjaan di Kenya, dengan menggambaran

sektor informal sebagai bagian dari angkatan kerja di kota yang ada di luar pasar kerja yang teroganisir. Mulai saat ini, sektor informal telah disebut sebagai suatu konsep yang memberikan harapan dan disempurnakan lagi oleh ILO (International Labour Organization) yang mempelajari

kesempatan kerja di Kenya dalam rangka program kesempatan kerja dunia.

Dalam laporan ILO tersebut dan dari berbagai penelitian tentang sektor informal di Indonesia, telah

menghasilkan 10 ciri pokok sektor informal sebagai berikut:

1. Kegiatan usaha tidak terorganisasikan secara baik, karena timbulnya unit usaha tidak

mempergunakan fasilitas/kelembagaan yang tersedia di sektor formal

2. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha.

3. Pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam kerja.

4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah tidak

sampai ke sektor ini.

5. Unit usaha mudah keluar masuk dari satu subsektor ke lain subsektor.

6. Teknologi yang dipergunakan bersifat primitif.

7. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga relatif kecil.

8. Pada umumnya unit usaha termasuk golongan one-man-enter prises dan kalau

(24)

9. Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau dari lembaga

keuangan yang tidak resmi.

10. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsikan oleh masyarakat desa/kota yang

berpenghasilan rendah.

Disamping itu ILO menemukan adanya kegiatan-kegiatan ekonomi yang selalu lolos dari pencacahan, pengaturan dan perlindungan oleh pemerintahan tetapi mempunyai makna ekonomi

karena bersifat kompetitif dan padat karya, memakai input dan teknologi lokal serta beroperasi atas dasar kepemilikan sendiri oleh masyarakat lokal. Kegiatan-kegiatan inilah yang kemudian dinobatkan sebagai sektor informal (Permatasari, 2008).

Sektor informal pada umumnya ditandai oleh beberapa karakteristik khas seperti sangat bervariasinya bidang kegiatan produksi barang dan jasa, berskala kecil, unit-unit produksinya

dimiliki secara perorangan atau keluarga, banyak menggunakan tenaga kerja dan teknologi yang dipakai relatif sederhana. Para pekerja yang menciptakan sendiri lapangan kerjanya. Di sektor

informal biasanya tidak memiliki pendidikan formal. Pada umumnya mereka tidak mempunyai ketrampilan khusus dan kekurangan modal. Oleh sebab itu produktivitas dan pendapatan mereka cenderung lebih rendah daripada kegiatan-kegiatan bisnis yang ada di sektor formal. Selain itu

mereka yang berada di sektor informal tersebut juga tidak memiliki jaminan keselamatan kerja dan fasilitas kesejahteraan.

Sektor informal di kota selama era pembangunan ini antara lain dipadati oleh kelompok migrant sekuler. Motif utama mereka bermigrasi adalah alasan ekonomi. Hal ini didasari atas adanya perbedaan tingkat perkembangan ekonomi antara daerah pedesaan dan perkotaan. Di kota

terdapat kesempatan ekonomi yang lebih luas dibandingkan dengan di pedesaan (Todaro, 1999). Sektor informal ini memiliki banyak keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya dalam

(25)

kelebihan tenaga kerja miskin. Yang kemudian mengisi sektor informal di daerah perkotaan guna

menghindari kemiskinan dan pengangguran di desa.

Selain itu sektor informal juga terkait erat dengan sektor formal perkotaan dalam pengertian sektor formal sesungguhhnya tergantung pada sektor informal dalam penyediaan input-input

produksi dan tenaga kerja murah. Keterbatasan modal kerja merupakan kendala utama bagi kegiatan-kegiatan sektor informal. Oleh karena itu pemberian kredit lunak akan sangat membantu

unit-unit usaha kecil dalam sektor informal untuk berkembang dan membuahkan keuntungan yang lebih banyak, sehingga pada akhirnya akan mampu menciptakan pendapatan dan lapangan kerja yang lebih banyak lagi. Lebih dari itu sektor informal itu sendiri telah membuktikan kemampuan

dalam menciptakan lapangan kerja dan pendapatan bagi angkatan kerja di daerah-daerah perkotaan. Karakteristik yang melekat pada sektor informal bisa merupakan kelebihan atau

kekuatannya yang potensial. Di sisi lain pada kekuatan tersebut tersirat kekurangan atau kelemahan yang justru menjadi penghambat perkembangannya (growth constraints). Kombinasi dari kekuatan dan kelemahan serta interaksi keduanya dengan situasi eksternal akan menentukan prospek

perkembangan sektor informal di Indonesia.

2.4 Kekuatan Sektor Informal

Beberapa kekuatan yang dimiliki sektor informal sebagai berikut: 2.4.1. Daya Tahan

Selama krisis ekonomi, terbukti sektor informal tidak hanya dapat bertahan, bahkan

berkembang pesat. Hal ini disebabkan faktor permintaan (pasar output) dan faktor penawaran. Dari sisi permintaan, akibat krisis ekonomi pendapatan riil ratarata masyarakat turun drastic dan terjadi

pergeseran permintaan masyarakat, dari barang-barang sektor formal atau impor (yang harganya relatif mahal) ke barangbarang sederhana buatan sektor informal (yang harganya relatif murah). Misalnya, sebelum krisis terjadi, banyak pegawai-pegawai kantoran, mulai dari kelas menengah

(26)

mereka merubah kebiasaan dari makan siang di tempat yang mahal ke ssrumah-rumah makan

sederhana atau warung-warung murah di sekitar kantor mereka.

Dari sisi penawaran, akibat banyak orang di-PHK-kan di sektor formal selama masa krisis, ditambah lagi dengan sulitnya angkatan kerja baru mendapat pekerjaan di sektor formal, maka

suplai tenaga kerja dan pengusaha ke sektor informal meningkat. Selain itu, relatif kuatnya daya tahan sektor informal selama krisis, juga dijelaskan oleh tingginya motivasi pengusaha di sektor

tersebut mempertahankan kelangsungan usahanya. Sebab, bagi banyak pelaku, usaha di sektor informal merupakan satu-satunya sumber penghasilan mereka. Karena itu, berbeda dengan rekan mereka di sektor formal, pengusaha-pengusaha di sector informal sangat adaptif menghadapi

perubahan situasi dalam lingkungan usaha mereka.

2.4.2 Padat Karya.

Dibanding sektor formal, khususnya usaha skala besar, sektor informal yang pada umumnya adalah usaha skala kecil bersifat padat karya. Sementara itu persediaan tenaga kerja di Indonesia sangat banyak, sehingga upahnya relatif lebih murah jika dibandingkan di negara-negara lain

dengan jumlah penduduk yang kurang dari Indonesia. Dengan asumsi faktor-faktor lain mendukung (seperti kualitas produk yang dibuat baik dan tingkat efisiensi usaha serta produktivitas pekerja

tinggi), maka upah murah merupakan salah satu keunggulan komparatif yang dimiliki usaha kecil di Indonesia.

2.4.3 Keahlian Khusus (Tradisional).

Bila dilihat dari jenis-jenis produk yang dibuat di industri kecil (IK) dan industry rumah tangga (IRT) di Indonesia, dapat dikatakan bahwa produk-produk yang mereka buat umumnya

sederhana dan tidak terlalu membutuhkan pendidikan formal, tetapi membutuhkan keahlian khusus (traditional skills). Di sinilah keunggulan lain sektor informal, yang selama ini terbukti bisa membuat mereka bertahan walaupun persaingan dari sektor formal, termasuk impor sangat tinggi.

(27)

2.5 Kelemahan Sektor Informal

Selain faktor-faktor kekuatan tersebut di atas, masa depan perkembangan sector informal di Indonesia juga sangat ditentukan kemampuan sektor tersebut, dibantu maupun dengan kekuatan sendiri, menanggulangi berbagai permasalahan yang mereka hadapi sehari-hari. Dengan kata lain,

mampu tidaknya sektor informal bersaing dengan sektor formal atau barang-barang impor, juga tergantung pada seberapa serius dan sifat serta bentuk dari kelemahan-kelemahan yang dimiliki

sektor informal. Kelemahan sektor informal tercermin pada kendala-kendala yang dihadapi sektor tersebut, yang sering sekali menjadi hambatan-hambatan serius bagi pertumbuhan dan perkembangannya.

Kendala-kendala yang banyak dialami pengusaha-pengusaha di sektor informal terutama adalah keterbatasan modal, khususnya modal kerja. Kendala lain adalah kesulitan pemasaran dan

penyediaan bahan-bahan baku, keterbatasan sumber daya manusia, pengetahuan minim mengenai bisnis, dan kurang penguasaan teknologi.

Sebagian besar industri kecil, terlebih industri rumah tangga di Indonesia adalah sektor

informal. Masalah paling besar yang dialami mereka adalah keterbatasan modal dan pemasaran. Masalah lainnya adalah pengadaan bahan baku (misalnya tempat beli terlalu jauh, harga mahal, dan

tidak selalu tersedia), kurang keahlian dalam jenis-jenis teknik produksi tertentu (misalnya tenaga ahli/perancang sulit dicari atau mahal), dan kurang keahlian dalam pengelolaan. Yang juga jadi persoalan adalah mereka menghadapi persaingan yang tajam dan kemampuan mereka

berkomunikasi sangat rendah, termasuk akses mereka ke fasilitas-fasilitas untuk berkomunikasi sangat terbatas.

Dalam hal persaingan, industri kecil dan industri rumah tangga menghadapi mendapat persaingan sangat ketat, baik dari industri menengah dan besar (IMB) maupun dari barang-barang impor. Persaingan itu tidak saja dalam hal kualitas dan harga, tetapi juga dalam

(28)

membuat banyak industri kecil dan indurstri rumah tangga di Indonesia kesulitan meningkatkan

kualitas produk mereka agar mampu bersaing di pasar domestik dan ekspor. Apalagi ketika mereka harus menangani masalah-masalah tersebut sendirian.

2.6 Tantangan Sektor Informal

Tantangan yang dihadapi sektor informal saat ini dan di masa akan datang, terutama dalam

aspek-aspek berikut ini:

2.6.1 Persaingan Makin Bebas

Dengan diterapkannya sistem pasar bebas dengan pola atau sistem persaingan yang berbeda

dan intensifitas lebih tinggi, 3 ditambah lagi dengan perubahan tenologi dan selera masyarakat akibat pendapatan masyarakat yang terus meningkat, maka setiap pengusaha di sektor informal,

baik di sektor industri manufaktur, sektor perdagangan, maupun di sektorjasa ditantang apakah mereka san ggup menghadapi/menyesuaikan usaha mereka dengan semua perubahan ini. Misalnya, dengan makin banyaknya orang menyukai fast food services, maka pemilik-pemilik warung dan

rumah makan tradisional harus memikirkan strategi agar tetap dapat bertahan di pasar yang sama (walapun di dalam segmen yang berbeda).

2.6.2 Perkembangan Pesat Teknologi

Perubahan teknologi mempengaruhi ekonomi atau dunia usaha, dari dua sisi, yakni sisi penawaran dan sisi permintaan. Dari sisi penawaran, perkembangan teknologi mempengaruhi

antara lain metode atau pola produksi, komposisi serta jenis material/input dan serta kualitas produk yang dibuat. Sedangkan, dari sisi permintaan, perubahan teknologi membuat pola permintaan

masyarakat berubah. Munculnya restoran-restoran yang menyajikan fast food services juga tidak lepas dari kemajuan teknologi di bidang makanan. Durvival capability sektor informal sangat tergantung pada tingkat fleksibilitasnya dalam melakukan penyesuaian-penyesuian di segala bidang

yang berkaitan dengan perubahan teknologi. Di sini, antara lain penguatan SDM sangat penting.

(29)

Peluang sektor informal untuk tetap bertahan atau berkembang, dapat dilihat dari dua sisi.

Dari sisi penawaran, seperti yang telah dibahas sebelumnya, masih ada persoalan struktural ketenagakerjaan di dalam negeri memberi peluang besar bagi pertumbuhan sektor informal. Dengan adanya krisis ekonomi, peluang tersebut semakin besar. Terbukti krisis ekonomi selama tahun 1998

lalu memberi sejumlah dorongan positif bagi pertumbuhan output (bukan produktivitas) di sektor tersebut lewat labour market effect, yakni pertumbuhan jumlah unit usaha, pekerja dan pengusaha

akibat meningkatnya jumlah pengangguran (akibat banyak pekerja di sektor formal yang di PHK-kan).

Dorongan positif lainnya dari sisi penawaran (produksi) adalah munculnya tawaran dari

sektor formal untuk melakukan mitra usaha atau aliansi dengan sektor informal karena kondisi memaksa. Dengan lain kata, muncul kesempatan besar untuk melakukan kemitraan atau misalnya

subcontracting antara industri besar dengan industri kecil. Selain itu, krisis ekonomi dengan kondisi

nilai tukar rupiah merosot besar terhadap dollar AS, sebenarnya dapat memberi kesempatan ekspor lebih besar bagi industri kecil. Walaupun kenyataannya perkembangan ekspor Indonesia secara

umum dan perkembangan industri kecil pada khususnya, tidak terlalu signifikan selama.

Dari sisi permintaan (pasar output), selama sebagian besar penduduk Indonesia

berpendapatan rendah, permintaan terhadap produk-produk (barang maupun jasa) dari sektor informal tetap besar. Jadi, dapat dikatakan bahwa sektor informal berfungsi sebagai the last resort, tidak hanya dilihat dari sisi kesempatan kerja (pasar buruh) tetapi juga dari sisi penjaminan

(30)

2.8 Arus Perputaran Kegiatan Ekonomi

Pada dasarnya ada dua pihak yang menggerakkan roda pererkonomian, yaitu pihak swasta dan pemerintah. Dalam pihak swasta kemudian diadakan pembagian menjadi 2 bagian yaitu individu (rumah tangga konsumen), bussines (rumah tangga perusahaan. Hubungan antara individu

dan bussin

Pengeluaran Konsumsi

Barang dan Jasa

Faktor-faktor Produksi

Sumber: Sukirno, 2006

Gambar 2.1

Siklus Aliran Pendapatan

(31)

Perusahaan mendapatkan faktor-faktor produksi dari rumah tangga konsumen atau

masyarakat luas. Sehingga sebagai imbalannya, perusahaan akan memberikan pendapatan kepada rumah tangga konsumen dalam bentuk sewa, upah, bunga, laba. Sesudah faktor-faktor produksi diolah oleh perusahaan, maka hasil produksi akan disalurkan kepada kosumen dalam bentuk barang

dan jasa. Sebagai imbalannya, konsumen akan membeli barang dan jasa tersebut dengan pendapatan yang dimilikinya. Gambar di atas juga merupakan sirkulasi aliran pendapatan.

2.9 Pendapatan

Pendapatan adalah pendapatan uang yang diterima dan diberikan kepada subjek ekonomi berdasarkan prestasi - prestasi yang diserahkan yaitu berupa pendapatan dari profesi yang

dilakukan sendiri atau usaha perorangan dan pendapatan dari kekayaan. Dalam buku mikroekonomi telah diterangkan bahwa, faktor-faktor produksi dibedakan menjadi 4 golongan:

tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian keusahawaan. Apabila faktor-faktor produksi ini digunakan untuk mewujudkan barang dan jasa akan diperoleh berbagai jenis pendapatan, yaitu tanah dan harga tetap lainnya memperoleh sewa, tenaga kerja memperoleh gaji dan upah, modal memperoleh bunga

dan keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan.

Dalam penghitungan pendapatan nasional yang sebenarnya, penggolongan pendapatan

faktor-faktor produksi tidak selalu mengikuti penggolongan pendapatan faktor-faktor produksi seperti yang dinyatakan diatas. Dengan perkataan lain, pendapatan nasional tidak ditentukan dengan meghitung dan menjumlahkan seluruh gaji dan upah, sewa, bunga dan keuntungan yang diterima

oleh seluruh faktor-faktor produksi dalam suatu tahun tertentu. Sebabnya adalah Karena dalam perekonomian terdapat banyak kegiatan dimana pendapatannya merupakan gabungan dari gaji dan

upah, sewa, bunga dan keuntungan.

Contoh dari bentuk pendapatan yang demikian adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan-perusahaan perseorangan. Untuk suatu perusahaan perseorangan (misalnya restoran

(32)

tresebut. Oleh karenanya, penghitungan pendapatan nasional dengan cara pendapatan pada

umumnya menggolongkan pendapatan yang diterima faktor-faktor produksi sebagai berikut (sukirno, 2006).

1. Pendapatan para pekerja, yaitu gaji dan upah.

2. Pendapatan dari usaha perseorangan (perusahaan perseorangan).

3. Pendapatan dari sewa.

4. Bunga neto yaitu seluruh nilai pembayaran bunga yang dilakukan dikurangi bunga keatas

pinjaman konsumsi dan bunga ke atas pinjamam pemerintah.

5. Keuntungan perusahaan.

Menurut Biro Pusat Statistik pengertian pendapatan dan penerimaan ialah :

a. Pendapatan faktor yang didistribusikan yang dibagi lagi menurut sumbernya menjadi

penghasilan sebagai gaji dan upah, penghasilan dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas dan penghasilan dari kepemilikan harta.

b. Transfer yang bersifat redistributif, terutama terdiri dari transfer pendapatan yang tidak

mengikat dan biasanya bukan merupakan imbalan atas penerimaan jasa atau harta milik. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan adalah sebagai berikut:

a. Kesempatan kerja yang tersedia

Semakin banyak kesempatan kerja yang tersedia berarti semakin banyak penghasilan yang bisa diperoleh dari hasil kerja tersebut.

b. Kecakapan dan keahlian

Dengan bekal kecakapan dan keahlian yang tinggi akan dapat meningkatkan efisiensi dan

(33)

Motivasi atau dorongan juga mempengaruhi jumlah penghasilan yang diperoleh, semakin

besar dorongan seseorang untuk melakukan pekerjaan, semakin besar pula penghasilan yang diperoleh.

d. Keuletan bekerja

Pengertian keuletan dapat disamakan dengan ketekunan, keberanian untuk menghadapi segala macam tantangan. Bila saat menghadapi kegagalan maka kegagalan tersebut dijadikan

sebagai bekal untuk meniti ke arah kesuksesan dan keberhasilan. e. Banyak sedikitnya modal yang digunakan.

Besar kecilnya usaha yang dilakukan seseorang sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya

modal yang dipergunakan. Suatu usaha yang besar akan dapat memberikan peluang yang besar pula terhadap pendapatan yang akan diperoleh (Bintari dan Suprihatin, 1984:35). Modal atau

Capital dalam pengertian ekonomi umum mencakup benda-benda seperti tanah, gedung-gedung, mesin-mesin, alat perkakas, dan barang produktif lainnya untuk suatu kegiatan usaha.

2.10 Modal

Salah satu faktor produksi yang tidak kalah pentingnya adalah modal, sebab didalam suatu usaha masalah modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya suatu usaha

yang telah didirikan. Modal dapat dibagi sebagai berikut : 1. Modal Tetap

Adalah modal yang memberikan jasa untuk proses produksi dalam jangka waktu yang relatif

lama dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi. 2. Modal Lancar

Adalah modal memberikan jasa hanya sekali dalam proses produksi, bisa dalam bentuk bahan-bahan baku dan kebutuhan lain sebagai penunjang usaha tersebut.

Dapat dikemukakan pengertian secara klasik, dimana modal mengandung pengertian

(34)

Schwiedland memberikan pengertian modal dalam artian yang lebih luas, yaitu modal meliputi baik

modal dalam bentuk uang (Geldkapital), maupun dalam bentuk barang atau (Sachkapital), misalnya mesin barang-barang dagangan dan lain sebagainya.

Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung maupun tidak

langsung dalam proses produksi untuk menambah output. Dalam pengertian ekonomi, modal yaitu barang atau uang yang bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan

barang-barang dan jasa-jasa baru.

Menurut Suparmoko, modal merupakan input (faktor produksi) yang sangat penting dalam menentukan tinggi rendahnya pendapatan. Tetapi bukan berarti merupakan faktor satu-satunya yang

dapat meningkatkan pendapatan. Sehingga dalam hal ini modal usaha bagi pedagang informal juga merupakan salah satu faktor produksi yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang Informal di

Pajak Sentral Medan.

2.11 Pelaku-Pelaku Kegiatan Ekonomi

Di dalam dunia ini, setiap orang melakukan kegiatan ekonomi yang berbeda dengan yang

lainnya. Tetapi yang penting untuk dijelaskan tidaklah kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang, tetapi garis besar dari corak kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh berbagai golongan masyarakat.

Untuk mencapai hal itu, maka pelaku-pelaku kegiatan ekonomi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu rumah tangga, peruahaan dan pemerintah. Masing-masing golongan ini dapat menjalankan peranan yang berbeda-beda dalam suatu perekonomian. Pelaku kegiatan ekonomi

yaitu:

1. Rumah Tangga

Rumah tangga adalah pemilik faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian. Sektor ini juga menyediakan tenaga kerja dan tenaga usahawan. Selain itu sektor ini memiliki faktor produksi lainnya yaitu barang-barang modal, kekayaan alam, dan harta tetap seperti tanah dan bangunan.

(35)

terhadap penggunaan berbagai jenis faktor produksi ini maka sektor perusahaan akan memberikan

berbagai jenis pendapatan kepada sektor rumah tangga.

Pendapatan ini akan digunakan oleh rumah tangga untuk dua tujuan. Tujuan yang pertama yaitu membeli berbagai barang dan jasa yang diperlukannya dalam perekonomian yang masih

rendah taraf perkembangannya. Tujuan yang kedua adalah untuk ditabung ataupun disimpan. Tujuan ini dilakukan untuk mendapatkan bunga atau dividen. Tabungan ini juga berfungsi sebagai

cadangan dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang. 2. Perusahaan

Perusahaan-perusahaan adalah organisasi yang dikembangkan oleh seseorang dengan tujuan

untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sekumpulan orang tersebut dinamakan pengusaha, dimana mereka adalah orang yang memiliki keahlian atau

kewirausahawanan dan kegiatan mereka dalam perekonomian ialah mengorganisasikan faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga berbagai jenis barang yang diperlukan oleh rumah tangga dapat diproduksi dengan baik.

Berdasarkan lapangan usaha yang dijalankan, maka perusahaan-perusahaan yang ada dalam perekonomian dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu indusri primer, industri sekunder dan

industri tersier. Industri primer adalah perusahaan-perusahaan yang mengolah kekayaan alam dan mengeksploitir faktor-faktor produksi yang disediakan oleh alam. Industri sekunder meliputi perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang industri, mendirikan perumahan dan bangunan,

dan menyediakan air, listrik, dan gas. Industri tertier adalah perusahaan-perusahaan yang menyediakan pengangkutan, menjalankan perdagangan, memberi pinjaman (lembaga-lembaga

keuangan), dan menyewakan bangunan (Sadono Sukirno, 2005). 3. Pemerintah

Pemerintah adalah badan-badan pemerintah yang bertugas untuk mengatur kegiatan

(36)

Badan-badan tersebut akan mengawasi kegiatan rumah tangga dan perusahaan agar mereka

melakukan kegiatan dengan cara yang wajar dan tidak merugikan masyarakat secara keseluruhan. Pemerintah sangat aktif dalam kegiatan perekonomian, oleh Karena itu sektor ekonomi dapat dibedakan menjadi sektor pemerintah dan sektor swasta. Produksi sektor pemerintah berarti

kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh badan pemerintah sedangkan produksi sektor swasta berarti hasil-hasil kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh

masyarakat.

Untuk pembiayaannya pemerintah memberikan pajak kepada rumah tangga dan perusahaan. Secara garis besarnya, pajak yang dipungut oleh pemerintah dapat dibedakan dalam dua golongan

yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung. Pajak langsung adalah pajak yang secara langsung dipungut atau dibebankan kepada orang-orang atau badan-badan yang memperoleh pendapatan atau

keuntungan dari kegiatan ekonomi.

Yang termasuk pajak langsung adalah pajak pendapatan perseorangan dan pajak perusahaan. Pajak tidak langsung adalah pajak yang dikenakan tanpa dikaitkan kepada individu atau perusahaan

tertentu. Yang termasuk pajak tidak langsung adalah pembayaran royalti yang dipungut dari perusahaan-perusahaan yang mengeksploitasi kekayaan alam.

2.12 Mekanisme Pasar

Kemajuan yang telah dicapai dalam perekonomian, terutama perekonomian negara-negara maju, membuktikan bahwa:

1. Pada umumnya mekanisme pasar adalah sistem yang cukup efisien di dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi dan mengembangkan perekonomian, tetapi 2. Dalam keadaan tertentu, ia

(37)

2.12.1 Kebaikan Mekanisme Pasar

Mekanisme pasar dapat mengalokasikan faktor-faktor produksi dengan cukup efisien dan dapat mendorong perkembangan ekonomi disebabkan karena ia memiliki beberapa kebaikan, yaitu (Sukirno, 2005):

1. Pasar dapat memberikan informasi yang lebih tepat

Para pengusaha melakukan kegiatan memproduksinya dengan mencari untung. Maka salah

satu pertimbangan yang harus mereka fikirkan sebelum menjalankan usahanya adalah menentukan jenis barang-barang yang dapat dihasilkan secara menguntungkan. Pasar dapat memberikan informasi yang sangat berguna, yaitu dengan memberikan keterangan tentang harga barang sampai

dimana besarnya permintaan kepada berbagai barang.

2. Pasar memberi perangsang untuk mengembangkan kegiatan usaha

Keadaan dalam pasar terus-menerus mengalami perubahan. Pertambahan pendapatan, kemajuan teknologi dan pertambahan penduduk akan mengembangkan permintaan. Hal ini akan memberikan dorongan kepada pengusaha untuk menambah produksi dan meningkatkan kegiatan

ekonomi.

3. Pasar memberi perangsang untuk memperoleh keahlian modern

Pasar yang semakin meluas berarti lebih banyak barang yang harus diproduksi. Untuk mempercepat pertambahan produksi, teknologi yang lebih modern akan digunakan dan kemahiran teknik dan manajemen yang modern diperlukan. Kebutuhan ini akan menjadi perangsang untuk

memperoleh keahlian dan cara memproduksi secara modern.

4. Pasar menggalakkan penggunaan barang dan faktor produksi secara efisien.

Harga suatu barang ditentukan oleh permintaan dan kelangkaannya. Makin besar permintaan, makin tinggi harganya, dan makin langka penawarannya dan semakin tinggi harganya. Akibat dari harga yang diatur secara perrmintaan dan kelangkaan ini maka masyarakat akan lebih

(38)

faktor-faktor tersebut menyebabkan para pengusaha berusaha untuk menggunakan faktor-faktor produksi yang

paling efisien.

5. Pasar memberikan kebebasan yang tinggi kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi Tidak seorangpun di dalam pasar mendapat suatu tekanan di dalam menjalankan

kegiatannya. Ia bebas untuk membeli berbagai macam barang yang diingininya dan begitu pula ia mempunyai kebebasan untuk menjual faktor produksi yang dimilikinya kepada

pengusaha-perusahaan yang menurutnya akan memberikan pembayaran yang paling menguntungkan. Para pengusaha mempunyai kebebasan yang penuh untuk memilih jenis barang-barang yang akan diproduksinya dan jenis jenis faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang

tersebut.

2.12.2 Kelemahan Mekanisme Pasar

Sampai saat ini, banyak orang yang tetap memberikan sokongan yang kuat kepada sistem mekanisme pasar. Mereka berkeyakinan bahwa mekanisme pasar adalah sistem yang paling baik untuk mengatur kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat. Pada tahun 1980-an dukungan

tersebut dikemukakan lagi oleh seorang ahli ekonomi yang pernah mendapat hadiah nobel yaitu Milton Friedman.

Dukungan itu dikemukakan dalam buku yang berjudul Free to Choose. Di samping banyak mendapat dukungan, sistem mekanisme pasar juga mendapat kritikan, yang merupakan kelemahan dari sistem mekanisme pasar tersebut. Beberapa Kelemahannya yaitu:

1. Kebebasan yang tidak terbatas dapat menindas golongan-golongan tertentu.

Kebebasan dalam melakukan kegiatan erkonomi yang tidak ada batasnya dapat merugikan

(39)

2. Kegiatan ekonomi sangat tidak stabil keadaannya.

Mekanisme pasar yang bebas menyebabkan perekonomian selalu mengalami kegiatan naik turun yang tidak teratur. Pada suatu keadaan tertentu, ia mengalami kemakmuran yang sangat tinggi, tetapi pada masa berikutnya ia mengalami kemorosotan yang sangat serius. Kegoncangan

seperti ini sangat merugikan masyarakat. Para pengusaha dapat memperoleh untung yang banyak secara mendadak pada suatu waktu, dan pada masa berikutnya akan mengalami kehancuran. Inflasi

dapat tiba-tiba muncul dan pengangguran yang sangat buruk dapat muncul pada masa berikutnya. Di beberapa negara yang sering mengalami goncangan seperti ini mencoba untuk menghindarinya dengan cara menerapkan kebijakan di sektor ekspor-impor, di bidang keuangan, perpajakan, dan di

bidang perbelanjaan pemerintah.

3. Sistem Pasar dapat menimbulkan monopoli.

Tidak selamanya suatu sistem mekanisme pasar merupakan suatu sistem persaingan sempurna di mana harga dan jumlah barang yang diperjualbelikan ditentukan oleh permintaan pembeli dan penawaran yang banyak jumlahnya. Dalam perekonomian yang sudah modern,

perusahaan raksasa dapat menguasai pasar. Mereka mempunyai kekuasaan yang sangat besar dalam menentukan harga dan menentukan jenis dan jumlah barang yang ditawarkan. Mereka selalu

membatasi produksi pada tingkat di mana mereka akan memperoleh laba yang maksimum. 4. Mekanisme pasar tidak dapat menyediakan beberapa jenis barang secara efisien.

Masyarakat secara berasama-sama memerlukan beberapa jasa-jasa tertentu seperti jalan raya

untuk mempertinggi efifsien lalu lintas, angkatan bersenjata dan polisi untuk keamanan dan ketertiban, dan rumah sakit umum untuk menyediakan jasa kesehatan yang murah. Jasa-jasa

tersebut tidak dapat disediakan oleh mekanisme pasar secara efisien. Untuk dapat menyediakan jasa-jasa tersebut, diperlukan campur tangan pemerintah.

5. Kegiatan konsumen dan produsen mungkin menimbulkan “eksternalitas” yang merugikan.

(40)

sampah yang dibuang secara tidak teratur dan pencemaran lingkungan adalah beberapa eksternalitas

yang merugikan, yang selalu timbul dalam sistem mekanisme pasar yang sangat bebas.

Eksternalitas yang buruk tersebut memberikan gambaran tentang perbedaan antara keuntungan pribadi dan keuntungan sosial. Seorang industrialis menggunakan mesin yang canggih

agar dapat memproduksi barang secara lebih efisien, berarti ia telah memaksimumkan keuntungannya, tetapi mesin tersebut dapat mengotori lingkungan yang dapat merugikan

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut. 3.1Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi

pendapatan pedagang informal di pajak sentral Kota Medan. 3.2 Penentuan Populasi dan Sampel

Yang termasuk populasi dalam penelitian ini adalah Pedagang Informal yang ada di pajak sentral Medan. Jumlah populasi dari pedagang informal tersebut adalah 82 pedagang. Yaitu terdiri dari 6 orang pedagang kaset, 8 orang pedagang tali pinggang, 4 orang pedagang kosmetik, 16 orang

pedagang pakaian, 6 orang pedagang aksesoris dan 5 orang pedagang makanan dan minuman. Jumlah sampel ditentukan dengan rumus Slovin, sebagai berikut:.

n = 2

e : Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, misalnya 5%, 10%.

Dari rumus diatas diperoleh

(42)

n =

Responden penelitian ini ditentukan dengan menggunakan Proportional Stratified Random Sampling, sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jumlah Masing-masing Responden Untuk Setiap Pedagang.

No Jenis Pedagang Jumlah

Sumber : Hasil Penelitian (2011)

Sehingga jumlah responden seluruhnya sebanyak 45 orang.

3.3 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Primer yaitu data yang diperoleh

secara langsung dari pihak pertama yang menjadi obyek penelitian.

Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

(43)

2. Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data dan informasi dengan mengadakan tanya jawab dengan para pedagang informal di Pajak Sentral. Dengan menggunakan alat bantu kuisioner.

Pengolahan data dengan menggunakan program E-Views 5.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.

3.4Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan Dalam menganalisis data adalah model ekonometrika. Teknik analisis data untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel bebas terhadap

variabel terikat yaitu dengan motode kuadrat terkecil biasa ( Ordinary Least Square / OLS ).

Adapun fungsi model estimasinya adalah sebagai berikut :

Y = f ( X1, X2, X3, X4 ) ………...……( 1 )

Kemudian dibentuk dalam model ekonometrika dengan persamaan sebagai berikut :

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + µ ………( 2 )

Dimana :

Y = Pendapatan Pedagang Informal ( Rupiah )

X1 = Modal Usaha ( Rupiah )

X2 = Pengalaman berusaha ( bulan )

X3 = Jumlah Jam Kerja ( jam )

X4 = Jumlah Tanggungan ( orang )

β1β2β3 = Koefisien

α = Intercept

(44)

Sehingga bentuk hipotesanya sebagai berikut :

1 X

Y

∂∂ > 0 Artinya jika X1 ( modal usaha ) mengalami peningkatan maka Y (pendapatan pedagang )

akan mengalami peningkatan, Cateris paribus.

2 X

Y

∂∂ > 0 Artinya jika X2 ( pengalaman berusaha ) mengalami peningkatan maka Y ( pendapatan

pedagang ) akan mengalami peningkatan, Cateris paribus.

3 X

Y

∂∂ > 0 Artinya jika X3 ( lamanya jam kerja ) mengalami peningkatan maka Y ( pendapatan pedagang ) akan mengalami peningkatan, Cateris paribus.

4 X

Y

∂∂ > 0 Artinya jika X4 ( jumlah tanggungan ) mengalami peningkatan maka Y ( pendapatan pedagang ) akan mengalami peningkatan, Cateris paribus.

3.5 Uji Kesesuaian ( Test of Goodness of Fit )

3.5.1 Koefisien Determinasi ( R2 )

Koefisien Determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel – variabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai varibel dependen. Koefisien determinasi (R-square) yaitu angka yang menunjukkan besarnya kemampuan varians atau

penyebaran dari variabel-variabel independen yang menerangkan variabel dependen dipengaruhi oleh variabel-variabel independennya.

(45)

3.5.2 Uji t - Statistik ( Uji Parsial )

Uji t statistik dilakukan untuk melihat signifikasi dari pengaruh variabel independen (X1, X2, X3 dan X4 ) secara individu terhadap variabel dependen ( Y ). Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

Ho : bi = 0

Ha : bi ≠ 0

Dimana bi adalah koefisien variabel independen pertama nilai parameter hipotesis, dan biasanya bi = 0, artinya tak ada pengaruh variabel Xi terhadap Y.

Bila t-hitung > t-tabel maka tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata ( signifikan ) terhadap variabel dependen.

Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :

( bi - b )

t hitung =

Sbi

Dimana :

bi = Koefisien variabel independen ke-i

b = Nilai hipotesis nol

Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-i

Kriteria pengambilan keputusan:

(46)

2.Ha: βi ≠ 0 Ha diterima ( t* > t - tabel ) artinya variabel independen Secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ho diterima

Ha diterima Ha diterima

-tα/2 0 tα/2 Gambar 3.1

Kurva Uji t-statistik 3.5.3 Uji F – Statistik ( Uji Keseluruhan )

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen ( X1, X2, X3, X4 ) secara keseluruhan atau serentak mempengaruhi variabel dependen ( Y ). Atau dengan kata lain, uji F statistik digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen mampu secara bersama-sama mempengaruhi peningkatan variabel dependen.

Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

Ho : b1 = b2 = b3 = b4 ………….= 0

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ………….≠ 0

(47)

R2 / ( k – 1 )

Fhitung =

( 1 – R2 ) / ( n – k )

Dimana :

R2 = Koefisien determinasi

K = Jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan n = Jumlah sampel

Kriteria pengambilan keputusan:

1. Ho : βi = 0 Ho diterima ( F* < F – table ) artinya variabel independen Secara bersama-sama

tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

2. Ha : βi ≠ 0 Ha diterima ( F* > F – table ) artinya variabel independen Secara bersama-sama

berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ho diterima Ha diterima

0

(48)

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.6.1 Multikolineritas (Multikolinierity)

Multikolineritas adalah adanya hubungan linier yang pasti atau sempurna diantara variabel – variabel yang menjelaskan model tersebut. Dimana bila terjadi hubungan yang erat antara variabel

independen yang satu dengan yang lain, maka hasil regresi penelitian ini akan terganggu atau tidak menyatakan hal yang sebenarnya.

Adapun multikolinierity ditandai dengan :

a. Standar error tidak terhingga

b. Nilai koefisien t-statistik tidak signifikan pada α = 5%

c. Terjadinya perubahan tanda atau tidak sesuainya dengan teori d. R2 sangat tinggi

3.6.2 Heterokedastisitas

Heterokedastisitas merupakan suatu keadaan dimana varian dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas, yaitu E (χi, µi ) = 0 sehingga E

(µi )2 ≠ σ2. ini merupakan pelanggaran salah satu asumsi tentang model regresi linear berdasarkan metode kuadrat terkecil.

Di dalam regresinya, biasanya kita berasumsi bahwa E ( untuk semua µi, artinya untuk semua kesalahan pengganggu variannya sama. Pada umumnya hal ini terjadi pada

data cross section, yaitu data yang menggambarkan keadaan suatu waktu tertentu, misalnya data hasil suatu survei.

Pengujian untuk mendeteksi heteroskedastisitas dilakukan dengan white test yaitu

dengan cara meregres logaritma residual kuadrat terhadap semua variabel penjelas. Pada white test terdiri dari beberapa tahap yaitu:

(49)

- Uji dengan chi-square table ( x2 ) X2 = n. R2

Dimana

n = jumlah observasi R2 = koefisien determinasi

Keputusan ada tidaknya heteroskedastisitas ditentukan jika:

- Χ2 hitung > χ2 tabel, maka ada heteroskedastisitas - Χ2hitunh < χ2 tabel, maka tidak ada heteroskedastisitas

3.7 Defenisi Operasional Variabel

1. Pendapatan adalah sejumlah uang yang diterima oleh pedagang informal dari hasil

penjualannya selama satu bulan, yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

2. Modal adalah uang atau nilai barang yang digunakan oleh seorang pedagang informal untuk

memulai usahanya yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

3. Pengalaman berusaha adalah lamanya seorang pedagang informal dalam menjalankan

usahanya yang dinyatakan dalam satuan bulan.

4. Jam kerja adalah banyaknya jam kerja yang digunakan pelaku usaha untuk melakukan

usahanya dalam satu hari kerja, yang dinyatakan dalam jam per bulan.

5. Jumlah tanggungan adalah banyaknya jumlah tanggungan yang harus di tanggung dalam

(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Medan 4.1.1 Kondisi Geografis Kota Medan

Secara geografis, wilayah Kota Medan berada antara 3º27’ – 3º47’ LU dan 98º35’ –

98º44’ BT dengan luas wilayah 265,10 km2 dengan batas-batas sebagai berikut:

• Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

• Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang

• Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang

• Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang

Topografi Kota Medan cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut. Dari luas wilayah Kota Medan dapat dipersentasekan

sebagai berikut:

1. Permukiman 36,3 %

2. Perkebunan 3,1 % 3. Lahan jasa 1,9 %

4. Sawah 6,1 % 5. Perusahaan 4,2 %

6. Kebun Campuran 45,4 %

7. Industri 1,5 % 8. Hutan Rawa 1,8 %

4.1.2 Luas Wilayah Kota Medan

(51)

Tabel 4.1

4.1.3 Jumlah Penduduk Kota Medan

Jumlah penduduk Kota Medan mengalami kenaikan yang cukup nyata dari tahun 2006 hingga tahun 2009. Jumlah penduduk Kota Medan dari tahun 2006 hingga 2009 berturut-turut yaitu 2.067.288 jiwa, 2.083.156 jiwa, 2.102.105 jiwa dan tahun 2009 sebanyak 2.121.05 jiwa. Kepadatan

penduduk rata-rata kota Medan tahun 2009 adalah 8.001 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Medan Perjuangan yaitu sebanyak 25.844 jiwa/km2, dan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu Kecamatan Medan Labuhan sebanyak 2.916 jiwa/km2.

Komposisi penduduk kota Medan tahun 2009 terdiri dari laki-laki sebanyak 1.049.457 orang dan perempuan sebanyak 1.071.596 orang. Berdasarkan kelompok umur, penduduk Kota Medan

(52)

4.1.4 Perkembangan Sektor Informal di Kota Medan

Pemerintah Kota Medan melakukan pengaturan dan penataan terhadap kegiatan pedagang dikawasan pusat Kota Medan yang mana kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Medan yaitu dengan memindahkan ke lokasi yang baru, akan tetapi kebijakan ini belum memberikan hasil yang

memuaskan khususnya bagi pedagang informal, karena tidak sesuai lokasi tersebut bagi pedagang informal maupun kurang didukung oleh kebijakan lainnya. Implementasi kebijakan pemerintah

Medan saat ini mengalami kegagalan akibat dari kurang dipahaminya karakteristik-karakteristik lokasi pedagang informal tersebut. Bertitik tolak dari kondisi di atas dan bila dikaitkan dengan pengarahan lokasi pedagang informal di Kota Medan sangat dipengaruhi oleh karakteristik kegiatan

dan perilaku pedagang informal, serta karakteristik ruang pedagang informal maupun perilaku konsumen pedagang informal.

Berikut ini adalah jumlah pasar dan pedagang informal di setiap kecamatan di Kota Medan. Tabel 4.2

Jumlah Pasar dan Pedagang Informal di setiap Kecamatan di Kota Medan

(53)

4.2 Gambaran Umum Pajak Sentral Medan 4.2.1 Sejarah Pajak Sentral Kota Medan

Pada awal mulanya, untuk mendirikan sebuah pasar besar yang dikelola pemerintah diterima dengan bulat dalam sebuah sidang Gementeraad pada tanggal 29 April 1929. Pembangunan pun

mulai dilaksanakan pada 2 April 1931, namun sempat tersendat akibat krisis ekonomi yang terjadi pada tahun tersebut. Pembangunan baru diselesaikan pada 21 Desember 1932. Pusat Pasar dibuka pertama kalinya pada 1 Maret 1993. Kompleks pasar dibagi kepada empat gedung. Pada

tahun-tahun awal kios-kios Pusat Pasar tidak banyak ditempati pedagang karena keadaan ekonomi yang kurang baik dan alasan bahwa memindahkan kios dari tempat asal ke Pusat Pasar akan merepotkan.

Untuk mengatasi masalah ini, maka pada tahun 1942 ongkos penyewaan kios diturunkan hingga semurah-murahnya dan jumlah pembayaran disesuaikan dengan kesanggupan sang penyewa.

Pada tahun 1971 dua dari empat bangunan pasar habis terbakar. Lalu pada tahun 1978 dua

bangunan yang tersisa juga terbakar. Akibatnya para pemilik kios terpaksa menggelar dagangan mereka di jalanan di sekitar daerah tersebut untuk dapat tetap berjualan. Pemerintah kemudian

membangun bangunan baru yang bertingkat sebagai pengganti bangunan lama yang terbakar. Pada saat yang sama, bangunan yang baru tersebut juga membuat keadaan pasar tertata dengan lebih rapi. Setelah Medan Mall dibangun pada pertengahan 1990-an kedua bangunan tersebut (Pusat Pasar dan

Medan Mall) dihubungkan sehingga pengunjung dapat berpindah bangunan dengan mudah.

4.3Gambaran Umum Sampel Penelitian

4.3.1 Usia Responden

(54)

merupakan usia produktif sehingga dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki dalam

mengembangkan usaha. Berikut ini tabel distribusi sampel usia responden: Tabel 4.3

Distribusi pendidikan responden bervariasi mulai dari lulusan Sekolah Dasar (SD) sampai lulusan Universitas/Akademik. Berdasarkan data yang diperoleh mayoritas responden di Pajak Sentral di dominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA), yaitu sebesar 19 responden atau

42%. Berikut ini tabel distribusi tingkat pendidikan responden:

Tabel 4.4

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persen (%)

Sumber: Hasil Olahan Data Primer

4.3.3 Jumlah Tanggungan Keluarga Responden

Jumlah tanggungan keluarga responden bervariasi antara 1-7 anggota keluarga. Total dari responden yang telah mempunyai tanggungan keluarga adalah sebanyak 43 orang dari 45 responden. Sedangkan sisanya yang belum mempunyai tanggungan keluarga sebanyak 2 orang.

(55)

Tabel 4.5

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan No Tanggungan Keluarga Jumlah Persen (%)

1 1-3 5 11

2 4-6 35 78

3 >7 3 7

TOTAL 43 96

Sumber: Hasil Olahan Data Primer

4.3.4 Pengalaman Usaha Responden

Lamanya pengalaman berusaha setiap pedagang berbeda-beda. Terdapat pedagang yang

baru memulai usahanya dan ada juga pedagang yang telah berdagang dalam jangka waktu yang cukup lama. Pengalaman berusaha responden dalam penelitian ini berkisar antara 12-240 bulan.

Mayoritas responden menjalankan usahanya selama 72-120 bulan. Berikut adalah tabel pengalaman usaha responden:

Tabel 4.6

Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha

No Lama usaha Jumlah Persen (%)

Sumber : Hasil Olahan Data Primer

4.4 Intepretasi Model

Berdasarkan hasil regresi linier berganda dengan menggunakan program eviews 5.1 diperoleh estimasi sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Regresi

Gambar

Gambar  2.1
Gambar 2.1
Tabel 3.1
Gambar 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sri Indayanti : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Tanaman Hias di Kotamadya Medan, 2000... Sri Indayanti : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Penelitian ini bertujan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan pedagang wanita kaki lima di Kota Medan dengan variabel yang terdiri dari

Penelitian ini bertujan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan pedagang wanita kaki lima di Kota Medan dengan variabel yang terdiri dari

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel modal operasional, lama usaha jumlah, dan jam kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang

Secara parsial variabel modal kerja (X 1 ) memiliki pengaruh signifikan terhadap pendapatan (Y) pedagang Pasar Badung Kota Denpasar, dapat dilihat

Secara simultan (bersama-sama) variabel pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, keberadaan keluarga inti, lama migran menetap, frekuensi pengiriman remitan, sarana

Secara simultan (bersama-sama) variabel pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, keberadaan keluarga inti, lama migran menetap, frekuensi pengiriman remitan, sarana

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel tingkat pendidikan, modal usaha, lama usaha, dan jam kerja terhadap pendapatan pedagang Pasar Kecamatan Pangkatan adalah