• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Pria dalam Vasektomi di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Pria dalam Vasektomi di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI PRIA

DALAM VASEKTOMI DI KELURAHAN NAMO GAJAH

KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

ELISABETH RINIWATI DESRA

105102038

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

LEMBAR PERNYATAAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI PRIA DALAM VASEKTOMI DI KELURAHAN NAMO GAJAH

KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

KARYA TULIS ILMIAH

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya orang

lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain atau diterbitkan

orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam Karya Tulis Ilmiah dan disebutkan

dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2011

Yang Menyatakan

(4)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNUVERSITAS SUMETERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Elisabeth Riniwati Desra

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Pria dalam Vasektomi di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan

vii + 43 hal + 6 tabel + 10 lampiran

ABSTRAK

Program Keluarga Berencana merupakan bagian terpadu dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menurunkan angka Total Fertility Rate (TFR) menjadi 2,2 yang bertujuan untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang agar kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial budaya penduduk Indonesia dapat tercapai (BKKBN, 2005). Target ini belum terpenuhi karena berdasarkan sensus tahun 2010, laju pertumbuhan penduduk (LPP) masih tinggi dengan rerata pertumbuhan sebesar 1,49% pertahun disertai total fertility rate (TFR) sebesar 2.6%. Untuk mengendalikan kelahiran sehingga laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan diharapkan partisipasi pria dalam ber KB termasuk vasektomi. Walaupun vasektomi merupakan tindakan yang sederhana, aman dan murah tetapi pada kenyataannya peserta vasektomi lebih sedikit dibandingkan tubektomi (sterilisasi wanita), dengan perbandingan 1 : 8. Di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan peserta vasektomi jauh lebih sedikit dibandingkan peserta tubektomi yaitu 1 : 24 dari jumlah PUS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pria dalam vasektomi di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan data primer. Teknik pengambilan sampel total sampling sebanyak 72 responden. Dari penelitian yang dilakukan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi pria dalam vasektomi. Berdasarkan pengetahuan mayoritas cukup 46 orang (63,9%), berdasarkan aksesbilitas informasi mayoritas kurang baik 37 orang (51,4%) dan berdasarkan pendapatan mayoritas kurang dari UMR Rp 960.000, yaitu 40 orang (55,6%). Disarankan supaya petugas PLKB lebih meningkatkan motivasi dan KIE secara berkesinambungan untuk meningkatkan partisipasi pria/suami dalam vasektomi.

Daftar Pustaka : 24 (2002-2011)

(5)

DAFTAR ISI

4. Bagi Institusi Pendidikan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

A. Partisipasi Pria ... 6

B. Keluarga Berencana ... 8

C. Kontrasepsi ... 9

D. Vasektomi ... 11

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Pria dalam Vasektomi ... 16

BAB III KERANGKA KONSEP ... 22

A. Kerangka Konsep ... 22

(6)

BAB IV METODE PENELITIAN... 24

A. Desain Penelitian ... 24

B. Populasi dan Sampel ... 24

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

D. Pertimbangan Etik Penelitian ... 25

E. Instrumen Penelitian ... 25

F. Uji Validitas dan Reliabilitas...26

G. Pengumpulan Data... 27

H. Pengolahan Data ... 28

I. Analisis Data ... 28

BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Hasil Penelitian ... 29

1. Karakteristik Responden ... 29

2. Partisipasi Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Ber KB ...Error! Bookmark not defined. 3. Pengetahuan ... 31

4. Aksesbilitas Informasi ... 33

5. Pendapatan ... 34

B. Interprestasi dan Diskusi Hasil ... 35

C. Keterbatasan Penelitian... 39

D. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan...40

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi

di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan

Tahun 2011………...30

Tabel 5.2 Distribusi Partisipasi Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Ber KB

di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan

Tahun 2011………..31

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Partisipasi Pria dalam Vasektomi Berdasarkan

Kategori Pengetahuan di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan

Medan Tuntungan Tahun 2011…...………33

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Partisipasi Pria dalam Vasektomi

Berdasarkan Aksesbilitas Informasi di Kelurahan Namo Gajah

Kecamatan Medan TuntunganTahun 2011………..33

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Partisipasi Pria dalam Vasektomi Berdasarkan

Pendapatan di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan

Tahun 2011………..34

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Partisipasi Pria dalam Vasektomi Berdasarkan

Kategori Pendapatan di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Lembar Pernyataan Content Validity

Lampiran 5 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 6 : Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

(9)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNUVERSITAS SUMETERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Elisabeth Riniwati Desra

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Pria dalam Vasektomi di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan

vii + 43 hal + 6 tabel + 10 lampiran

ABSTRAK

Program Keluarga Berencana merupakan bagian terpadu dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menurunkan angka Total Fertility Rate (TFR) menjadi 2,2 yang bertujuan untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang agar kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial budaya penduduk Indonesia dapat tercapai (BKKBN, 2005). Target ini belum terpenuhi karena berdasarkan sensus tahun 2010, laju pertumbuhan penduduk (LPP) masih tinggi dengan rerata pertumbuhan sebesar 1,49% pertahun disertai total fertility rate (TFR) sebesar 2.6%. Untuk mengendalikan kelahiran sehingga laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan diharapkan partisipasi pria dalam ber KB termasuk vasektomi. Walaupun vasektomi merupakan tindakan yang sederhana, aman dan murah tetapi pada kenyataannya peserta vasektomi lebih sedikit dibandingkan tubektomi (sterilisasi wanita), dengan perbandingan 1 : 8. Di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan peserta vasektomi jauh lebih sedikit dibandingkan peserta tubektomi yaitu 1 : 24 dari jumlah PUS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pria dalam vasektomi di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan data primer. Teknik pengambilan sampel total sampling sebanyak 72 responden. Dari penelitian yang dilakukan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi pria dalam vasektomi. Berdasarkan pengetahuan mayoritas cukup 46 orang (63,9%), berdasarkan aksesbilitas informasi mayoritas kurang baik 37 orang (51,4%) dan berdasarkan pendapatan mayoritas kurang dari UMR Rp 960.000, yaitu 40 orang (55,6%). Disarankan supaya petugas PLKB lebih meningkatkan motivasi dan KIE secara berkesinambungan untuk meningkatkan partisipasi pria/suami dalam vasektomi.

Daftar Pustaka : 24 (2002-2011)

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu usaha untuk mencapai

kesejahteraan keluarga. Program Keluarga Berencana merupakan bagian terpadu dalam

program pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan penduduk tumbuh

seimbang agar kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial budaya penduduk Indonesia

dapat tercapai dengan Total Fertility Rate (TFR) 2,2 (BKKBN, 2005). Target ini belum

terpenuhi karena berdasarkan sensus tahun 2010, Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)

masih tinggi dengan rerata pertumbuhan sebesar 1,49% pertahun disertai Total Fertility

Rate (TFR) sebesar 2,6.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memiliki

peran sentral guna mengendalikan kelahiran agar laju pertumbuhan penduduk dapat

ditekan sehingga ledakan penduduk dapat ditangani secara terkoordinasi antara lain

melalui Revitalisasi Gerakan Nasional Keluarga Berencana, termasuk peningkatan

partisipasi pria sangat diharapkan dalam ber KB (Reza, 2011).

Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya

terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu

mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan

individual dan seksualitas wanita. (BKKBN, 2005). Peningkatan dan perluasan

pelayanan KB merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan

(11)

Peningkatan kesertaan pria dalam ber KB khususnya vasektomi merupakan salah

satu sasaran yang akan dicapai oleh program KB dalam jangka panjang yaitu

tercapainya keluarga berkualitas 2015.

Walaupun vasektomi merupakan tindakan yang sederhana, aman dan murah

tetapi pada kenyataannya peserta vasektomi lebih sedikit dibandingkan tubektomi

(sterilisasi wanita), dengan perbandingan 1 : 8 (BKKBN, 2008).

Dibandingkan negara-negara berkembang lainnya seperti Pakistan (5,2%, 1999),

Bangladesh (13,9%, 1997), Malaysia (16,8%, 1998), partisipasi pria dalam ber KB di

Indonesia masih tertinggal. Hal ini tercemin dari hasil SDKI 2007, yaitu pencapaian

kondom 1,3% dan vasektomi 0,2%, sedangkan sasaran Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) meningkat menjadi 4,5%.

Belum membudayanya penggunaan vasektomi sebagai alat kontrasepsi

disebabkan antara lain karena kondisi lingkungan sosial, budaya, masyarakat dan

keluarga yang masih menganggap partisipasi pria belum atau tidak penting dilakukan,

pengetahuan dan kesadaran pria dan keluarganya dalam ber KB rendah dan keterbatasan

penerimaan dan aksesbilitas pelayanan kontrasepsi pria masih terbatas ( BKKBN, 2008).

Untuk mempunyai sikap yang positif tentang KB diperlukan pengetahuan yang baik,

demikian sebaliknya bila pengetahuan kurang maka kepatuhan menjalani program KB

berkurang (Notoatmojo, 2003).

Menurut para suami informasi yang mereka dapatkan tentang KB pria berasal

dari petugas KB 67%, media TV/radio 38%, bidan 27%, istri/tokoh masyarakat/pamong

(12)

diidentikkan dengan pengebirian atau dengan kata lain sifat kejantanan/keperkasaan pria

akan menurun, mempengaruhi partisipasi pria dalam vasektomi (BKKBN, 2008).

Penggunaan kontrasepsi juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sebagian

pasangan lebih memilih metode tradisional daripada metode modern karena perbedaan

biaya. Keluarga dengan penghasilan cukup akan lebih mampu mengikuti program KB

daripada keluarga yang tidak mampu, karena bagi keluarga yang kurang mampu KB

bukanlah kebutuhan pokok (Wulansari dan Hartanto, 2006). Hasil penelitian oleh Fitri

(2002), bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan keikutsertaan

dalam vasektomi.

Salah satu upaya mengatasi permasalahan rendahnya partisipasi pria dalam

vasektomi adalah meningkatkan aksesbilitas terhadap informasi pelayanan KB dengan

cara sosialisasi dan promosi tentang KB pria melalui berbagai media massa atau media

elektronik (BKKBN, 2008).

Berdasarkan survei awal dari data BKKBN Kecamatan Medan Tuntungan bahwa di

Kelurahan Namo Gajah peserta vasektomi jauh lebih sedikit dibandingkan peserta

tubektomi yaitu 1 : 24 dari jumlah pasangan usia subur.

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Pria dalam Vasektomi di Kelurahan Namo Gajah

(13)

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah: Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pria dalam vasektomi di

Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2011?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pria dalam vasektomi

di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2011.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pria dalam

vasektomi berdasarkan pengetahuan di Kelurahan Namo Gajah

Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2011.

b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pria dalam

vasektomi berdasarkan aksesbilitas informasi di Kelurahan Namo Gajah

Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2011.

c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pria dalam

vasektomi berdasarkan pendapatan di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan

Medan Tuntungan tahun 2011.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Petugas Kesehatan

Dapat menjadi masukan dalam rangka peningkatan pencapaian peran serta pria

(14)

2. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan masukan bagi pria / suami agar berpartisipasi aktif dalam KB

khususnya vasektomi.

3. Bagi Penulis

Sebagai sarana belajar dalam mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dalam

perkuliahan ke dalam permasalahan yang ada di tengah masyarakat, serta

menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

partisipasi pria dalam vasektomi.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan bagi institusi pendidikan dalam kegiatan proses belajar

dan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya.

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Partisipasi Pria

1. Pengertian

Partisipasi pria adalah tanggung jawab pria dalam keterlibatan dan kesertaan ber

KB dan Kesehatan Reproduksi, serta prilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya,

pasangannya dan keluarganya (BKKBN, 2009).

Bentuk nyata dari partisipasi pria tersebut adalah: sebagai peserta KB, mendukung

dan memutuskan bersama istri dalam penggunaan kontrasepsi, sebagai motivator KB

merencanakan jumlah anak dalam keluarganya (BKKBN, 2009).

2. Kebijakan Operasional

Berdasarkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai serta strategi untuk

mencapainya maka ditetapkan kebijakan operasional sebagai berikut (BKKBN, 2004):

a. Peningkatan dukungan baik secara politis, sosial, budaya kepada keluarga

yang lebih mengutamakan pendekatan atau kegiatan advokasi, promosi dan Komunikasi

Informasi Edukasi (KIE) secara intensif kepada para pengambil keputusan, tokoh

masyarakat (TOMA) / tokoh agama (TOGA) dan sasaran antara yang strategis lainnya,

termasuk seluruh anggota keluarga.

b. Promosi dan konseling untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran para

pria melalui peningkatan intensitas dan kualitas kegiatan promosi dan konseling KB dan

(16)

c. Promosi dan konseling untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

masalah kesetaraan dan keadilan gender.

d. Peningkatan kualitas pelayanan dan aksesbilitas pelayanan kesehatan bagi

pria untuk meningkatkan kesertaan dan peran serta pria dalam KB dan kesehatan

reproduksi, terutama dalam pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan

anak.

3. Program dan Kegiatan

Untuk mencapai tujuan dan sasaran kinerja program peningkatan partisipasi pria

maka penyelenggara program peningkatan kualitas provider dengan mempertimbangkan

perlindungan bagi klien dan provider, merumuskan sistem untuk meningkatkan kualitas

pelayanan.

a. Fasilitas pelayanan meliputi:

- Tempat pelayanan di tempat kerja

- Peningkatan sarana dan pra sarana Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)

- Peningkatan jaringan pelayanan rujukan

- Peningkatan peran serta karyawan dan buruh sebagai motivator KB dan

Kesehatan reproduksi

- Peningkatan kualitas kegiatan promosi dan konseling KB dan Kesehatan

Reproduksi

(17)

- Peningkatan kemampuan dan keterampilan provider dalam melakukan

promosi dan konseling pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang

berwawasan gender

- Peningkatan komitmen politis dan operasional kepada pengambil

keputusan

- Pengembangan jaringan komunikasi, promosi dan konseling KB dan

Kesehatan Reproduksi dengan mempertajam segmentasi sasaran.

B. Keluarga Berencana

1. Pengertian

Keluarga Berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 adalah upaya peningkatan

kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP),

pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan

keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera (Arum & Sujiyatni. 2009, hal. 28).

Program Keluarga Berencana, adalah suatu program yang dimaksudkan untuk

membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi mereka;

mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insidens kehamilan

beresiko tinggi, kesakitan dan kematian; membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau,

diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan; meningkatkan

mutu nasehat, komunikasi, informasi, edukasi, konseling dan pelayanann; meningkatkan

partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB, dan meningkatkan pemberian

(18)

2. Tujuan Program KB

Secara umum tujuan lima tahun ke depan yang ingin dicapai adalah membangun

kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB Nasional

yang kuat di masa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas

2010 dapat tercapai (Arum & Sujiyatni. 2009, hal. 28).

Sedangkan tujuan program KB secara filosofis menurut Handayani (2010), adalah:

a. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil

yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian

pertumbuhan penduduk Indonesia.

b. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang

bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

3. Sasaran Program KB

Sasaran program KB dibagi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak

langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah

Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan

cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya

adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran

melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai

keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani, 2010, hlm. 29).

C. Kontrasepsi

(19)

Kontrasepsi adalah penggunaan alat-alat atau cara sebagai upaya untuk

mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2008).

2. Tujuan Pemakaian Kontrasepsi

Tujuan pemakaian kontrasepsi adalah:

a. Menunda kehamilan

Kelompok kontrasepsi yang rasional adalah kontrasepsi sementara jangka

pendek yaitu kondom, pil, suntik.

b. Mengatur jarak kehamilan

Jenis kelompoknya adalah kelompok sementara jangka panjang yaitu :

suntik, implant,spiral.

c. Mengakhiri kesuburan

Jenis kontrasepsinya adalah kontrasepsi mantap yaitu tubektomi (wanita)

dan vasektomi (pria).

3. Syarat Metode Kontrasepsi

Secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah:

a. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan.

b. Berdaya guna dalam arti bila digunakan sesuai aturan akan dapat mencegah

terjadinya kehamilan.

c. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan

budaya di masyarakat.

(20)

e. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali

kesuburannya kecuali kontrasepsi mantap.

Di Indonesia alat kontrasepsi yang digunakan adalah spiral, implant, suntik, pil,

tubektomi, sedangkan yang biasa digunakan oleh para pria adalah kondom dan

vasektomi.

D. Vasektomi

1. Pengertian

Vasektomi adalah cara KB permanen bagi pria yang sudah memutuskan tidak

ingin mempunyai anak lagi (Meilani, et al.2010, hal. 161).

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria

dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga jalur transportasi sperma

terhambat dan proses fertilisasi penyatuan dengan ovum tidak terjadi (Arum &

Sujiyatni. 2009, hal. 170).

Vasektomi adalah pemotongan vas deferens, yang merupakan saluran yang

mengangkut sperma dari epididimis di dalam testis ke vesikula seminalis. Dengan

memotong vas deferens, sperma tidak mampu diejakulasikan dan pria akan menjadi

tidak subur setelah vas deferens bersih dari sperma (Everett, 2007, hal. 70).

Pada pelaksanaan vasektomi ini saluran sel mani yang berfungsi menyalurkan

sperma (sel mani) keluar, diikat atau di potong sehingga sperma tidak dikeluarkan dan

tidak bisa bertemu dengan sel telur. Dengan demikian bila suami istri melakukan

hubungan seksual tidak akan terjadi kehamilan, yang disebabkan karena tidak terjadinya

(21)

2. Efektivitas

Belfield (1997, dalam Everett, 2007, hal. 70) mengatakan bahwa vasektomi

adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif. Angka kegagalan langsungnya adalah 1

dalam 1000; angka kegagalan lanjutnya adalah antara 1 dalam 3000 .

3. Kelebihan Vasektomi (Meilani, et al.2010):

a. Tidak mengganggu ereksi, potensi seksual, dan produksi hormon.

b. Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi, dapat

digunakan seumur hidup.

c. Tidak mengganggu kehidupan seksual suami istri.

d. Lebih aman (keluhan lebih sedikit).

e. Lebih praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan).

f. Lebih efektif (tingkat kegagalannya sangat kecil).

g. Lebih ekonomis (hanya memerlukan biaya untuk satu kali tindakan).

4. Keterbatasan Vasektomi (BKKBN, 2008):

a. Harus dengan tindakan pembedahan

b. Walaupun merupakan operasi kecil, masih dimungkinkan terjadi

komplikasi seperti pendarahan dan infeksi.

c. Tidak melindungi klien dari penyakit menular seksual.

d. Masih harus menggunakan kondom selama 20 kali ejakulasi.

e. Jika istri masih menggunakan alat kontrasepsi disarankan tetap

mempertahankan selama 2 bulan sampai 3 bulan sesudah suami

(22)

f. Klien perlu istirahat total selama 1 hari dan tidak bekerja keras selama 1

minggu.

5. Persyaratan Klien untuk Vasektomi (BKKBN, 2008):

a. Sudah merasa cukup jumlah anak dan dalam keadaan sehat.

b. Atas kehendak sendiri, mendapat persetujuan dari istri.

c. Dalam kondisi keluarga yang harmonis.

d. Pasutri dalam keadaan sehat

e. Usia istri minimal 25 tahun

6. Kontra Indikasi Vasektomi (Meilani, et al.2010):

a. Penderita hernia

b. Penderita kencing manis

c. Penderita kelainan pembukuan darah

d. Penderita penyakit kulit atau jamur di daerah kemaluan.

e. Tidak tetap pendiriannya

f. Memiliki peradangan pada buah zakar

g. Infeksi di daerah testis (buah zakar) dan penis

h. Hernia (turun bero)

i. Verikokel ( varises pada pembuluh darah balik buah zakar)

j. Buah zakar membesar karena tumor

k. Hidrokel (penumpukan cairan pada kantong zakar)

l. Buah zakar tidak turun (kriptokismus)

(23)

7. Efek Samping Tindakan Vasektomi (Hartanto, 2004)

a. Infeksi

b. Hematoma

c. Granuloma Sperma

d. Rekanalisasi spontan

e. Pendarahan

8. Macam-macam Vasektomi (BKKBN, 2008):

a. Vasektomi dengan pisau operasi

b. Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)

9. Hal – hal yang dilakukan dalam pelaksanaan vasektomi

a. Fase Persiapan

1) Istirahat yang cukup

2) Mandi yang bersih dan memakai celana dalam yang bersih

3) Makan dahulu sebelun berangkat ke klinik

4) Membawa surat persetujuan dari istri yang telah ditandatangani atau

cap jempol

5) Datang ke tempat pelayanan dengan ditemani oleh orang dewasa, istri

atau keluarga

b. Fase pelayanan

1) Dilakukan konseling akhir oleh petugas

(24)

c. Fase paskapelayanan

1) Istirahat di tempat pelayanan minimal 15 menit setelah vasektomi,

untuk mendeteksi kemungkinan adanya perdarahan.

2) Istirahat total selama 24 jam

3) Menghindari kerja keras selama 5-7 hari

4) Menjaga luka bekas operasi agar selalu bersih dan kering

5) Bila terjadi demam, nyeri, pendarahan, atau pembengkakan segera

menghubungi dokter/klinik.

6) Minum obat sesuai anjuran dokter.

7) Senggama boleh dilakukan setelah 1 minggu. Jika istri tidak ,memakai

alat kontrasepsi, maka pada saat senggama diharuskan memakai

kondom selama 20-25 kali hubungan seksual atau 3 bulan.

10. Kegagalan Vasektomi

Walaupun vasektomi dinilai paling efektif untuk mengontrol kesuburan pria namun

masih mungkin dijumpai suatu kegagalan.

Vasektomi dianggap gagal bila (Saifuddin, 2006):

a. Pada analisis sperma setelah 3 bulan paska vasektomi atau setelah 20 kali

ejakulasi masih dijumpai spermatozoa.

b. Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma

(25)

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Pria dalam Vasektomi

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan hal

yang sangat penting untuk terbentuknya satu tindakan seseorang (Notoadmojo, 2007).

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan yakni (Uno, 2009) :

a. Tahu (know), yaitu kemampuan seseorang dalam menghafal , mengingat

kembali, atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya.

b. Memahami (comprehension), diartikan sebagai kemampuan dalam

mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya

sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.

c. Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan dalam menggunakan

pengetahuan untuk memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan

sehari-hari.

d. Analisis (analysis) diartikan sebagai suatu kemampuan seseorang dalam

merinci dan mebandingkan data yang rumit serta mengklasifikasi menjadi beberapa

kategori dengan tujuan agar dapat menghubungkan dengan data-data yang lain. Sintesis

(synthesis) diartikan sebagai suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

(26)

e. Sintesis (synthesis), yakni sebagai kemampuan dalam mengaitkan dan

menyatukan berbagai elemen dan unsure pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola

baru yang lebih menyeluruh.

f. Evaluasi (evaluation) diartikan sebagai kemampuan dalam membuat

perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang

dimiliki.

Menurut Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang menghadapai

perilaku baru di dalam diri orang tersebut menyadari terjadi proses yang berurutan yaitu:

a. Awarenes (kesadaran) yaiyu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap objek.

b. Interest (merasa tertarik) yaitu orang tersebut mulai tertarik terhadap stimulus

(objek),

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut

terhadap dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi,

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, yaitu dimana subjek berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan pria/ Pasangan Usia Subur (PUS) tentang vasektomi sangat perlu

untuk menambah pemahaman pria yang lebih baik mengenai manfaat dan kegunaan

kontrasepsi tersebut. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting

(27)

pengetahuan seseorang, maka semakin mudah untuk menerima ide dan teknologi baru

(Notoatmodjo, 2007).

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menambah

pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan tentang vasektomi, sehingga

mempengaruhi dalam memilih metode kontrasepsi vasektomi.

Pengetahuan yang menyangkut rumor di masyarakat tentang vasektomi, ternyata

turut mempengaruhi rendahnya kesertaan pria dalam melakukan vasektomi (BKKBN,

2008).

2. Aksesbilitas Informasi

Informasi adalah data yang telah diproses ke dalam suatu bentuk yang

mempunyai arti bagi sipenerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan

saat ini atau keputusan mendatang (Alwi, 2005). Informasi manusia sering disebut pesan

yang berarti informasi yang datang dari pengirim pesan yang ditujukan kepada penerima

pesan. Aksesbilitas informasi adalah hal yang dapat dijadikan tempat untuk

mendapatkan informasi.

Informasi yang diperoleh PUS tentang vasektomi bisa berasal dari media

informasi.

Menurut Notoadmodjo (2003) media adalah alat bantu pendidikan yang

digunakan untuk menyampaikan informasi yang bertujuan untuk mempermudah

penerimaan pesan atau informasi bagi masyarakat.

Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan, media ini dibagi 3

(28)

a. Media Cetak

Media cetak terdiri atas :

1) Booklet, yaitu suatu media untuk menyampaikan pesan- pesan kesehatan

dalam bentuk-bentuk buku, baik berupa tulisan ataupun gambar.

2) Leaflet, yaitu bentuk penyampaian informasi melalui lembaran yang dilipat.

Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar serta kombinasi.

3) Fiyer (selebaran) yaitu bentuknya seperti leaflet, tetapi tidak berlipat.

4) Flipchart (lembar balik), media penyampaian pesan atau informasi kesehatan

dalam bentuk lembar balik.

5) Rubrik, yaitu tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas

masalah keehatan.

6) Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

b. Media Elektronik

Media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan atau

informasi kesehatan, antara lain:

1) Televisi, penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui media

televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron.

2) Video, Slide, Film.

3) Radio, bentuknya antara lain obrolan, ceramah dan lain-lain.

c. Media Papan

Papan (billboard) yang dipasang di tempat umum dapat diisi dengan pesan yang

(29)

d. Nonmedia

1) Keluarga, merupakan unit sosial terkecil dimana dalam keluargalah

terbentuk prilaku seseorang

2) Teman, pengaruh teman ditemukan dalam bentuk tukar pikiran, tukar

pengalaman, mengklarifikasi perilaku yang diinginkan serta mendiskusikan

dan memperbaiki sikap serta perilaku.

Tersedianya informasi-informasi yang jelas , lengkap, dan benar terkait dengan

program Keluarga Berencana yaitu tentang tujuan ber-KB, bagaimana cara ber KB, dan

akibat atau efek samping dan sebagainya, resiko terjadinya efek samping komplikasi dan

kegagalan pemakaian kontrasepsi akan semakin kecil. Untuk itu sebaiknya informasi

Keluarga Berencana tidak boleh disembunyikan, sehingga calon peserta bisa memilih

jenis kontrasepsi yang sesuai (Informed Choice) (Junaedi, 2006).

Perhatian terhadap kualitas penyampaian layanan, misalnya edukasi, konseling

dan keterampilan penyedia layanan kontrasepsi vasektomi, akan meningkatkan

penerimaan dan pemakaian kontrasepsi vasektomi (Wulansari & Hartanto, 2007).

Seorang provider KB harus dapat menepis rumor yang ada di masyarakat tentang

vasektomi karena rumor atau informasi yang tidak benar tentang vasektomi ternyata

turut mempengaruhi partisipasi pria dalam vasektomi, dengan cara memberikan

penjelasan yang rasional dan tepat tentang tentang vasektomi (BKKBN, 2008).

Maka dari itu sumber informasi yang berasal dari tenaga kesehatan merupakan

(30)

penyampaiannya didukung oleh promosi melalui media cetak dan elektronik (BKKBN,

2008).

3. Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah penghasilan seluruh anggota keluarga. Pendapatan

berhubung langsung dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga, penghasilan yang tinggi dan

teratur membawa dampak positif bagi keluarga karena keseluruhan kebutuhan sandang,

pangan dan transportasi serta kesehatan dapat terpenuhi.

Namun tidak demikian dengan keluarga yang pendapatannya rendah akan

mengakibatkan keluarga mengalami kerawanan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya

yang salah satunya adalah pemeliharaan kesehatan (Keraf, 2001).

Tinggi rendahnya status sosial dan keadaan ekonomi penduduk di Indonesia akan

mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB di Indonesia, yang salah

satunya adalah program peningkatan partisipasi pria dalam ber KB, hal ini seperti

diungkapkan oleh Handayani, 2010. Keluarga dengan penghasilan cukup akan lebih

mampu mengikuti program KB daripada keluarga yang tidak mampu, karena bagi

(31)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan saling ketergantungan antar variabel yang dianggap

perlu untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau akan diteliti

(Hidayat, 2010). Adapun variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat

dilihat pada bagan sebagai berikut:

Kerangka konsep ini untuk melihat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi

pria dalam vasektomi.

Pria/suami dari PUS

yang tidak aseptor

vasektomi

-Pengetahuan

-Aksesbilitas Informasi

(32)

B. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Alat Ukur Skala

1 Pengetahuan Segala sesuatu yang

diketahui pria

3 Pendapatan Jumlah rata-rata uang

(33)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan survey cross

sectional yang bertujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif mengenai fenomena

yang ditemukan, yang dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, sumber informasi dan

pendapatan di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2011,

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat

(Notoatmodjo, 2005).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pria (suami) Pasangan Usia Subur (PUS) di

Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan yang berjumlah 248 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pria (suami) Pasangan Usia Subur (PUS) di

Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan yang memenuhi kriteria inklusi:

memiliki anak ≥2, umur istri minimal 25 tahun , tidak menjadi akseptor vasektomi dan

bersedia mengikuti penelitian dengan mengisi kuesioner secara lengkap, yang berjumlah

(34)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan

pada Februarin 2010 sampai Maret 2011.

D. Pertimbangan Etik Penelitian

Dalam pengambilan data ini, peneliti mengajukan surat persetujuan penelitian

(informed consent), yaitu persetujuan untuk menjadi responden, sebelum ditandatangani

oleh responden peneliti menjelaskan maksud , tujuan dan dampak dari penelitian, setelah

responden mengerti kemudian informed consent ditandatangani oleh responden,

kuesioner tidak mencantumkan nama responden (anonymity), jawaban yang diberikan

responden adalah jawaban sendiri tanpa dipengaruhi oleh siapapun dan akan dijaga

kerahasiaannya (confidentiality).

E. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pria

dalam vasektomi di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan, maka

peneliti menjelaskan alat pengumpul data berupa kuesioner yang berisi 17 pertanyaan

tertutup tentang variabel yang diteliti, dimana responden tinggal membubuhkan tanda

checklist (√) pada kolom jawaban yang dianggap benar/dipilih.

Untuk variabel pengetahuan, sebelum menentukan kategori baik, cukup dan

kurang, terlebih dahulu menentukan kriteria (tolak ukur) yang dijadikan patokan

(Arikunto, 2006). Pertanyaan diberikan dalam bentuk kuesioner dengan jumlah 14

(35)

1. Baik : apabila responden menjawab dengan benar 11-14 soal (76-100%)

2. Cukup : apabila responden menjawab dengan benar 8 - 10 soal (60-75%)

3. Kurang : apabila responden menjawab dengan benar < 7 soal (< 60% soal)

Untuk variabel aksesbilitas informasi kategori yang dibuat dengan tolak ukur:

1. Baik : apabila responden memperoleh informasi dari 2-3 sumber

informasi

2. Kurang baik : apabila responden memperoleh informasi dari 1 sumber

informasi

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur perlu dilakukan uji validitas dan

reabilitasnya. Validitas adalah menunjukkan bahwa suatu alat ukur benar-benar

mengukur apa yang diukur, yang sudah dirumuskan dalam definisi operasional.

Dalam penelitian ini dilakukan pengujian validitas isi (content validity) dimana

sebelum membuat instrumen penelitian terlebih dahulu membuat kisi-kisi instrumen

tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori, maka selanjutnya

dikonsulkan dengan ahli atau pakarnya. Dalam hal ini instrumen dikonsultasikan kepada

dr. Christofel L Tobing SPOG (K).

Reliabilitas adalah sejauh mana alat pengukur itu dapat dipercaya atau dapat

diandalkan. Pada penelitian ini uji reabilitas dihitung dengan menggunakan cronbach’s

alpha dengan bantuan program SPSS. Jika didapatkan r hitung lebih besar dari r tabel

maka instrumen dikatakan reliabel dan apabila r hitung lebih kecil dari r tabel maka

(36)

dikatakan reliabel apabila koefisien reliabilitasnya di atas 0,60. Peneliti melakukan uji

reabilitas terhadap 20 jawaban responden, diperoleh koefisien alpha cronbach’s sebesar

0,884. Oleh karena nilai koefisien reliabilitasnya lebih besar dari 0,60 maka instrumen

untuk mengukur pengetahuan tentang vasektomi dinyatakan reliabel/andal.

G. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan metode angket untuk mendapatkan data primer

dengan cara memberikan kuesioner kepada pria (suami) pasangan usia subur (PUS) yang

menjadi subjek penelitian di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan

tahun 2011.

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah: mengajukan surat

permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan Program Studi D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, mengajukan surat

permohonan izin Ke Balitbang Kota Medan dan mengajukan surat izin ke Kecamatan

Medan Tuntungan. Setelah mendapat izin dari Kecamatan, peneliti ke Kelurahan Namo

Gajah dan mengajukan izin untuk mengambil data penelitian di Kelurahan Namo Gajah.

Setelah itu peneliti menemui responden di rumahnya pada siang atau sore hari.

Peneliti meminta persetujuan responden untuk menjadi responden dengan

menandatangani informed consent. Setelah responden bersedia, peneliti kemudian

mengisi lembar kuesioner data demografi yaitu nama (inisial), umur, pendidikan,

pekerjaan dan jumlah anak. Kemudian responden diminta mengisi kuesioner dan selama

(37)

pernyataan yang ada dalam kuesioner. Setelah semua kuesioner terisi, peneliti

mengumpulkan data dan melakukan analisis data.

H. Pengolahan Data

Dalam proses pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Editing

Memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan agar data

yang masuk dapat diolah secara benar sehingga pengolahan data dapat memberikan hasil

yang baik, kemudian data dikelompokkan sesuai dengan variabel yang akan diteliti.

Setelah dilakukan pemeriksaan apabila terdapat kekurangan segera diperbaiki dan

dilengkapi.

2. Coding

Pemberian kode numerik terhadap data yang terdiri dari atas beberapa kategori,

untuk memudahkan dalam pengolahan data.

3. Tabulating

Memasukkan hasil pengolahan data ke dalam tabel untuk mempermudah dalam

menganalisis data.

I. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan membahas data-data

yang telah diolah dengan menggunakan alat bantu computer program SPSS for windows

yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi, kemudian dibahas

(38)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Pria

Dalam Vasektomi di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan tahun

2011”, yang dilaksanakan dari September 2010 sampai Juni 2011,

dengan jumlah sampel 72 orang, hasilnya disajikan berikut ini.

1. Karakteristik Responden

Dari tabel 5.1, dapat digambarkan bahwa mayoritas responden 53 orang (73,6 %)

pada rentang usia >35 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas responden 36

orang (50,0%) dengan tingkat pendidikan SLTA. Berdasarkan pekerjaan, mayoritas

responden 51 orang (70,8%) bekerja sebagai petani. Berdasarkan jumlah anak, mayoritas

(39)

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan

Tahun 2011

2. Partisipasi Pasangan Usia Subur (PUS) dalam ber KB

Berdasarkan tabel 5.2, dapat digambarkan bahwa mayoritas PUS di Kelurahan

Namo Gajah tidak berpartisipasi dalam ber KB yaitu 107 orang (43,1%), dan minoritas

(40)

Tabel 5.2

Distribusi Partisipasi Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Ber KB di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan

Tahun 2011

No Partisipasi PUS dalam KB Frekuensi Persentase (%)

1.

Sumber: Dikutip dari Data Laporan Pengendalian Lapangan Program Keluarga Berencana Nasional Kecamatan

Medan Tuntungan

3. Pengetahuan

Berdasarkan tabel 5.3, dapat digambarkan bahwa dari keseluruhan pertanyaan

tentang pengetahuan vasektomi yang terdiri atas 14 pertanyaan diperoleh hasil bahwa

mayoritas responden yang menjawab benar tentang sasaran vasektomi yaitu 71 orang

(98,6%), dan responden yang mayoritas menjawab salah adalah tentang tujuan

(41)

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Partisipasi Pria dalam Vasektomi Berdasarkan Pengetahuan di Kelurahan Namo Gajah

Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011

No Pertanyaan

Jawaban Responden

Benar Salah

Frekuensi Persentasi (%) Frekuensi Persentasi (%)

(42)

Berdasarkan tabel 5.4, dapat digambarkan bahwa mayoritas pengetahuan responden

cukup yaitu 46 orang (63,9%), berpengetahuan baik 16 orang (22,2%) dan minoritas

berpengetahuan kurang yaitu 10 orang (13,9%).

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Partisipasi Pria dalam Vasektomi Berdasarkan Kategori Pengetahuan di Kelurahan Namo Gajah

Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011

No Pengetahuan Frekuensi Persentasi (%)

1. Baik 16 22,2 2. Cukup 46 63,9 3. Kurang 10 13,9 Jumlah 72 100

4. Aksesbilitas Informasi

Berdasarkan tabel 5.5, dapat digambarkan bahwa mayoritas responden memperoleh

informasi tentang vasektomi dengan kategori kurang baik yaitu 37 orang (51,4%) dan

minoritas dengan kategori baik yaitu 35 orang (48,6%).

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Partisipasi Pria dalam Vasektomi Berdasarkan Kategori Aksesbilitas Informasi di Kelurahan Namo Gajah

Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011

No Sumber Informasi Frekuensi Presentase (%)

1. Baik 35 48,6 2. Kurang baik 37 51,4

(43)

5. Pendapatan

Berdasarkan tabel 5.6, dapat digambarkan bahwa mayoritas pertanyaan tentang

pendapatan mayoritas responden mengatakan bahwa tindakan vasektomi dapat

mengurangi pendapatan keluarga yaitu 41 orang (56,9%).

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Partisipasi Pria dalam Vasektomi Berdasarkan Pendapatan di Kelurahan Namo Gajah

Kecamatan Medan TuntunganTahun 2011

Jawaban Responden

No Pertanyaan Ya Tidak

Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)

1. Apakah tindakan

Berdasarkan tabel 5.7, dapat digambarkan bahwa pendapatan keluarga mayoritas

masih di bawah Rp 960.000 yaitu 40 orang (55,6%) dan minoritas diatas Rp 960.000

yaitu 32 orang (44,4%).

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Partisipasi Pria dalam Vasektomi Berdasarkan Kategori Pendapatan di Kelurahan Namo Gajah

Kecamatan Medan TuntunganTahun 2011

No Pendapatan Frekuensi Persentasi (%)

(44)

B. Interprestasi dan Diskusi Hasil

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Partisipasi Pria dalam vasektomi di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan

Medan Tuntungan, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Partisipasi Pria dalam Vasektomi berdasarkan Pengetahuan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dari 72 responden dapat dilihat pada

tabel 5.3 yaitu melalui 14 pertanyaan mayoritas berpengetahuan cukup yaitu 46 orang

(22,2%), dan minoritas berpengetahuan kurang yaitu 10 orang (13,9%).

Dari 20 pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden adalah

pertanyaan no.3 yaitu tentang tujuan daripada vasektomi. Menurut Junaedi (2006) bahwa

PUS harus mengetahui dengan jelas tujuan dari pada vasektomi sehingga tidak

menimbulkan keraguan dalam memilih vasektomi sebagai pilihan kontrasepsinya.

Menurut peneliti dengan memiliki pengetahuan yang benar tentang tujuan dari

vasektomi dan keefektifan dari kontrasepsi tersebut terutama bagi PUS yang tidak

menginginkan anak lagi dapat mempengaruhi minat suami untuk menggunakan

kontrasepsi tersebut, tapi kenyataan dari hasil penelitian banyak responden yang tidak

tahu apa pentingnya mengetahui tujuan vasektomi, sehingga hanya satu orang yang

berpartisipasi dalam vasektomi, sementara dari karakteristik responden dapat dilihat

bahwa mayoritas responden telah memiliki anak lebih dari 3 orang ( 44,4%).

Menurut Notoadmodjo, 2007 pengetahuan adalah hasil tahu dan ini adalah terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau

(45)

Menurut BKKBN, partisipasi aktif suami sebagai bentuk nyata kepedulian dan

keikut sertaannya dalam Keluarga Berencana, yang didukung oleh pengetahuan dan

kesadaran suami yang tinggi terhadap pentingnya Keluarga Berencana.

Dari hasil penelitian ini ternyata pengetahuan responden umumnya adalah cukup

yang menyebabkan hanya satu orang yang berpartisipasi dalam vasektomi. Hal ini sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa tingkat pengetahuan

atau kognitif merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan

seorang, dengan pengetahuan yang cukup tidak dapat membuat seseorang berprilaku

sampai pada tahap adoption (adaptasi) tetapi hanya sampai tahap interest (merasa

tertarik) atau evaluation (menimbang-nimbang).

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih

(2007) tentang Hubungan Persepsi Tentang Kehidupan Rumah Tangga Dengan

Keikutsertaan Vasektomi, yang menyatakan bahwa responden yang berpartisipasi dalam

vasektomi berpengetahuan baik (64,8%), sehingga jelaslah bahwa untuk memilih

vasektomi sebagai alat kontrasepsi, para suami/pria harus memiliki pengetahuan yang

baik tentang vasektomi sehingga tidak bisa dipengaruhi oleh rumor-rumor yang ada

dimasyarakat tentang vasektomi.

2. Partisipasi Pria dalam Vasektomi Berdasarkan Aksesbilitas Informasi

Berdasarkan tabel 5.5 dari 72 responden, mayoritas aksesbilitas informasinya kurang

baik yaitu 37 orang (51,4%) dan minoritas dengan kategori baik yaitu 35 orang (48,6%).

Hal ini berarti responden menerima informasi tentang vasektomi hanya dari satu sumber

(46)

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa responden mayoritas mendapat

informasi dari petugas kesehatan tetapi tanpa tidak dilengkapi dengan sumber informasi

dari yang lain. Hal ini berarti bahwa informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan

yang tidak disertai oleh promosi baik melalui media massa dan media pendidikan, yang

membantu masyarakat untuk lebih mengingat dan mengerti tentang vasektomi tidak

dapat memotivasi pria/suami dari PUS untuk berperan serta dalam vasektomi. Hai ini

sesuai dengan teori yang di ungkapkan oleh Notoatmodjo (2003) yaitu media atau alat

bantu pendidikan yang digunakan untuk memberikan informasi juga sangat

mempermudah penerimaan pesan atau informasi pada masyarakat.

Menurut Junaedi (2006), tersedianya informasi-informasi terkait dengan Program

Keluarga Berencana yaitu tentang tujuan ber KB, bagaimana cara ber KB dan akibat

atau efek samping dengan pemberian informasi yang jelas, lengkap, dan benar maka

resiko terjadinya efek samping dan komplikasi serta kegagalan pemakaian kontrasepsi

akan semakin kecil, sehingga calon akseptor dapat memilih jenis kontrasepsi yang

sesuai.

Menurut peneliti dalam memberikan informasi, petugas kesehatan bukan hanya

sekedar untuk memberikan pengetahuan tetapi lebih bertujuan meningkatkan

pengetahuan dan komitmen dengan cara meningkatkan frekuensi kegiatan

komunikasi-informasi-edukasi (KIE) serta konseling pria/suami. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh BKKBN (2004), melalui peningkatan intensitas dan kualitas kegiatan

promosi dan konseling KB dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran para pria

(47)

Menurut BKKBN, dilihat dari akses informasi, materi informasi pria masih

sangat terbatas, demikian pula halnya dengan kesempatan pria/suami masih kurang

dalam mendapatkan informasi mengenai KB. Apabila suami secara aktif mencari

informasi kepada petugas, tempat pelayanan dan kelompok/ paguyuban KB yang ada di

tempat tinggalnya, sementara Pemerintah, Swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat

menyediakan informasi yang lengkap mengenai KB, termasuk tempat-tempat pelayanan

yang dapat dihubungi baik untuk informasi maupun pelayanan kontrasepsi. Informasi ini

diharapkan mampu memotivasi sekaligus meyakinkan suami untuk menjadi peserta KB.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian ini bahwa apabila pria sudah mendapatkan

aksesbilitas informasi secara jelas, lengkap, dan benar maka pria tersebut dengan mudah

dapat mengambil keputusan yang tepat.

3. Partisipasi Pria dalam Vasektomi Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan keluarga yang kurang mengakibatkan tingkat kemandirian dan

partisipasi dalam menyelenggarakan upaya program KB termasuk vasektomi masih

belum memuaskan yang umumnya terjadi pada golongan masyarakat berpenghasilan

rendah (Handayani, 2010).

Teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa mayoritas responden

memiliki pendapatan yang kurang dari UMR Rp 960.000 yaitu sebesar 44,4%, sehingga

memiliki kerawanan dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan, terlebih kebutuhan untuk

ber KB termasuk vasektomi tidak dianggap sebagai kebutuhan pokok.

Berdasarkan tabel 5.6, dapat digambarkan bahwa mayoritas pertanyaan tentang

(48)

mengurangi pendapatan keluarga yaitu 41 orang (56,9%). Karena walaupun BKKBN

mengadakan Program KB Safari dimana pelayanan kontrasepsi vasektomi tidak

dikenakan biaya (gratis) tetapi karena responden bekerja sebagai petani, dimana

pekerjaan sebagai petani merupakan pekerjaan yang menggunakan aktifitas fisik yang

cukup tinggi dan dilakukan setiap hari, sementara metode vasektomi memiliki

keterbatasan dimana klien setelah dilakukan tindakan vasektomi perlu istirahat total

selama 1 hari dan tidak bekerja keras selama 1 minggu (BKKBN, 2008), kete rbatasan

ini menurut responden menghambat mereka untuk bekerja apalagi jika pekerjaannya

hanya sebagai petani upahan yang bekerja bukan diladang sendiri, yang terkadang

mendapat upah harian. Menurut peneliti, dengan keterbatasan vasektomi ini

mempengaruhi minat pria/suami untuk menjadi akseptor vasektomi.

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah peneliti tidak mengadakan uji validitas secara

validitas konstruk (construct validity) dan reabilitas terhadap kuesioner sebelum meneliti

sehingga kemungkinan instrumen tidak mengukur pengetahuan responden

sesungguhnya. Penelitian ini juga tidak menggunakan uji statistik sehingga tidak dapat

melihat seberapa kuat signifikasi antar variabel.

Diharapkan untuk peneliti berikutnya melakukan uji validitas dan reabilitas terhadap

kuesioner sebelum melakukan penelitian, menggunakan metode penelitian yang

berbeda, dan menggunakan lebih banyak varibel seperti variabel budaya dan variabel

(49)

D. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan

Dengan memiliki pengetahuan yang baik tentang vasektomi, maka diharapkan

peran serta pria/suami dari PUS dalam KB menjadi meningkat sehingga sekaligus

meningkatkan kesehatan reproduksi bagi wanita/ istri. Untuk itu dalam melaksanakan

asuhan kebidanan terhadap istri, diupayakan untuk selalu mengikut sertakan suami

terutama dalam pemilihan alat kontrasepsi yang tepat. Dengan memberikan informasi

yang tepat, jelas dan berkesinambungan dapat meningkatkan kualitas pelayanan asuhan

(50)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan disajikan pada bab

sebelumnya maka diperoleh kesimpulan mengenai “Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Partisipasi Pria dalam Vasektomi di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan

Tuntungan tahun 2011” sebagai berikut:

1. Dari segi faktor pengetahuan tentang vasektomi dari seluruh responden mayoritas

berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 46 orang (48,6%).

2. Dari segi faktor aksesbilitas informasi dari seluruh responden mayoritas kurang baik

yaitu sebanyak 37 orang (51,4%).

3. Dari segi faktor pendapatan didapati bahwa mayoritas responden berpenghasilan

perbulan masih di bawah UMR (< Rp 960.000) yaitu sebanyak 40 orang (55,6%).

B. Saran

1. Bagi petugas kesehatan dan PLKB, agar lebih meningkatkan kinerja dengan cara

meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam memberikan penyuluhan

ataupun KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) dengan menggunakan media massa

atau media pendidikan, secara terus menerus dan berkesinambungan sehingga PUS

memperoleh informasi yang jelas dan benar, yang meningkatkan pengetahuan

suami/pria tentang vasektomi sehingga dapat meningkatkan peran serta pria/suami

(51)

2. Bagi masyarakat, diharapkan masyarakat mau terlibat dalam meningkatkan program

peningkatan partisipasi pria dalam KB khususnya suami dari PUS yang ada di

masyarakat agar termotivasi untuk menjadi akseptor vasektomi.

3. Bagi peneliti selanjutnya, untuk dapat melanjutkan penelitian ini dengan

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional.

Arum, D.N.S.,& Sujiyatni. (2009). Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini, Jogjakarta:

Mitra Cendikia.

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta : Rineka Cipta.

BKKBN (2004). Partisipasi Pria dalam KB dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta.

( 2005). Kebijakan, Program Pokok dan Kegiatan Bidang Pelayanan

Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi , Jakarta.

(2008). Panduan Pelaksanaan KIP/Konseling Kontrasepsi Pria, Jakarta.

(2008). Panduan Pelayanan Vasektomi Tanpa Pisau, Jakarta.

(2009). Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam KB dan Kesehatan

Reproduksi, Jakarta.

Everret, S. (2007). Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif. EGC :

Jakarta.

Fitri, I.R. (2002).Kaitan Beberapa Karakteristik Pria dengan Keikutsertaan Metode

Vasektomi di Kecamatan Karanganyar Bulan – Mei tahun 2002.

November 2010.

Handayani, S. (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Pustaka Rihama :

(53)

Hartanto, H. (2004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan:

Jakarta.

Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Salemba

Medika: Surabaya.

Keraf. (2001). Ilmu Pengetahuan. Kanisius : Yogyakarta.

Meilani, N., Nanik, S., Dwiana, E., & Suherni. (2010). Pelayanan Keluarga Berencana.

Fitramaya : Yogyakarta.

Notoatmodjo, S (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta : Jakarta.

__________, (2005). Metodelogi Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta.

__________, (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta: Jakarta.

Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Salemba Medika: Jakarta.

Reza, (2011). Atasi Laju Pertumbuhan Penduduk Tinggi,

Diakses tanggal 6 Februari 2011.

Saifuddin, A.B. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.

Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung.

Uno, H.B. (2009). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang

Kreatif dan Efektif. Bumi Aksara : Jakarta.

Wulansari., & Hartanto. (2006). Ragam Metode Kontrasepsi. EGC: Jakarta.

(54)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Bapak –bapak Yth,

Nama saya Elisabeth Riniwati Desra, saat ini saya sedang menjalani program pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan USU.

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik

Fakultas Keperawatan USU, saya akan melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi partisipasi pria dalam vasektomi.

Adapun tujuan penelitian ini, untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi partisipasi pria dalam vasektomi.

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai masukan dalam rangka

peningkatan pencapaian peran serta pria dalam vasektomi.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan bapak untuk menjadi responden

dalam penelitian ini, selanjutnya saya mohon kesediaan bapak menjawab pertanyaan

kuesioner dengan kejujuran dan apa adanya. Demi kenyamanan bapak maka identitas

dan jawaban bapak akan dirahasiakan.

Demikian lembar persetujuan ini saya buat, atas bantuan dan partisipasinya saya

ucapkan terima kasih.

Medan, 2011

Respoden Hormat Saya

(55)

KUESIONER PENELITIAN

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi pria dalam Vasektomi Di Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan

Tahun 2011

Petunjuk pengisisan:

1. Bacalah baik-baik setiap pertanyaan

2. Isilah data dan beri tanda (√) pada jawaban yang akan dipilih

3. Mohon setiap pertanyaan dijawab dengan sebenarnya

A. Karakteristik Responden

No. Responden : (diisi oleh peneliti)

Umur :

Pendidikan : SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi

Pekerjaan : Pegawai Negeri Pegawai Swasta

Petani Wiraswasta

Jumlah anak : 1 2 3 >3

B. Pengetahuan

1. Pengertian vasektomi adalah:

Tindakan penutupan (pemotongan, pengikatan, penyumbatan) kedua saluran

mani

Sama dengan kebiri

(56)

2. Vasektomi alat kontrasepsi untuk:

Pria

Wanita

Pria dan wanita

3. Vasektomi merupakan jenis kontrasepsi yang bertujuan :

Menunda kehamilan

Mengatur jarak kehamilan

Menghentikan kehamilan

4. Tujuan dilakukan vasektomi adalah:

Supaya pria tidak ereksi

Supaya cairan yang dikeluarkan pria tanpa sperma

Supaya pria tidak mengeluarkan cairan lagi

5. Kelebihan vasektomi dari kontrasepsi lain adalah :

Dipakai seumur hidup

Menyebabkan kegemukan

Melindungi dari penyakit menular

6. Menurut bapak, apakah vasektomi dapat mengganggu hubungan seksual?

Ya

Tidak

Kadang-kadang

7. Keterbatasan vasektomi adalah, kecuali :

(57)

Dapat terjadi infeksi

Dapat terjadi kematian

8. Yang tidak bisa mengikuti vasektomi adalah:

Belum punya anak

Sudah mempunyai anak minimal 2 orang

Usia istri minimal 25 tahun

9. Untuk menjadi peserta vasektomi harus mendapat persetujuan:

Orang tua

Anak

Istri

10.Syarat-syarat untuk menjadi peserta vasektomi adalah :

Bahagia, sukarela, sehat, anak ≥ 2 orang

Sudah mempunyai anak banyak

Masih mempunyai anak satu orang

11.Vasektomi tidak boleh dilakukan pada:

Pasangan yang masih ingin anak

Pasangan yang tidak ingin anak

Pasangan yang banyak anak

12.Efek samping tindakan vasektomi adalah:

Sakit pinggang

Infeksi

(58)

13.Tujuan istirahat selama 15 menit di tempat pelayanan adalah:

Mencegah anemia

Supaya bisa tidur

Melihat apakah ada pendarahan

14.Vasektomi dianggap gagal apabila:

Istri hamil

Istri sakit

Suami sakit

C. Aksesbilitas Informasi

15.Darimanakah bapak mengetahui informasi tentang vasektomi?

Media Massa (TV, Koran, Radio, Poster)

Petugas Kesehatan (Dokter, Bidan, Perawat)

Lingkungan : keluarga dan teman

D. Pendapatan

16. Berapakah penghasilan keluarga dalam sebulan?

>Rp 960.000

< Rp 960.000

17. Menurut bapak, apakah tindakan vasektomi dapat mengurangi pendapatan

keluarga?

Ya

(59)
(60)
(61)
(62)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Elisabeth Riniwati Desra

TTL : Banda Aceh, 06 Desember 1972

Agama : Katholik

Nama Ayah : Drs. BS Ginting

Nama Ibu : Bujur Br Bangun

Anak ke : III

Alamat : Jln. Nusa Indah II No 317 Komp. Pemda Tj. Sari Medan

Riwayat Pendidikan

1. 1979-1985 : SD Seruni Pekan Baru

2. 1985-1988 : SMP ST Thomas 3 Medan

3. 1989-1992 : SPK RS St Elisabeth Medan

4. 1993-1994 : PPB RS St Elisabeth Medam

5. 2007-2009 : AKBID Poltekes Medan

6. 2010-2011 : Program Bidan P endidik USU

Riwayat Pekerjaan

1. 1992-1993 : Pegawai RS St Elisabeth Medan

Gambar

Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Partisipasi Pria dalam
+2

Referensi

Dokumen terkait

Alokasi risiko seringkali merupakan permasalahan yang sulit. Pertanggung jawaban atas suatu risiko membawa kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan atau

mesin penghalus cangkang kepiting dan kulit udang menjadi serbuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pretest dengan posttest keterampilan berpikir kritis siswa SMA kelas X pada pembelajaran biologi melalui

• Model yang sederhana mengarah pada biaya pengembangan yang lebih rendah, manipulasi yang lebih mudah, dan solusi yang lebih cepat tetapi tidak akurat. • Model yang lebih

Kesimpulan : Karakateristik pasien MDR-TB yang mengalami simptom depresi dan kecemasan lebih banyak dijumpai pada ibu rumah tangga dengan status sudah menikah. Kata kunci :

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran IPA menggunakan model inkuiri terbimbing yang layak (valid. Praktis, dan efektif) berbasis literasi sains

Dari penelitian ini diharapkan agar pasien dengan pengobatan MDR-TB. dapat melakukan kontrol pengobatan secara berkesinambungan ke

Tenure, Auditdelay, Opinion shopping, dan Proporsi Komisaris Independen terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Real Estate and Property yang