ANALISIS KOMUNIKASI ORGANISASI PADA
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA (UNSYIAH)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Dalam bidang Studi Perpustakaan dan Informasi
Oleh :
HERY SATRIA NASUTION
040709032
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN STUDI PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI S1 MEDAN
Abstrak
Perpustakaan UNSYIAH merupakan suatu organisasi atau institusi yang tidak hanya menjadi jantung sebuah perguruan tinggi namun berkembang menjadi pusat pembelanjaran. Oleh sebab itu diperlukan komunikasi yang dapat
memperlancar proses kerja dan pencapaian tujuan. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Indikator yang paling umum
mengklasifikasi sehingga dikenal dengan komunikasi organisasi.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode yang digunakan adalah metode survei dan alat penelitiannya adalah kuesioner. Populasi yang diteliti adalah pustakawan yang berjumlah 31 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif yang kemudian dibuat presentasenya.
Komunikasi organisasi dalam bentuk pesan dapat diukur berdasarkan beberapa indikator, yaitu pesan verbal, pesan non verbal, pesan internal, pesan eksternal dan sangat baik, 18(58%) responden menyatakan pesan eksternal sangat baik, dan 14(45,2) responden menyatakan penampilan pesan non verbal sangat baik, 17(54,9%) responden menyatakan penggunaan pesan internal sangat baik, 18(58%) responden menyatakan pesan eksternal sangat baik , dan 14 (45,2%) responden menyatakan kadang-kadang terjadi hambatan pesan. Berdasarkan uraian diatas diambil kesimpulan bahwa komunikasi organisasi dalam bentuk pesan adalah sangat baik.
Sedangkan komunikasi organisasi dalam bentuk jaringan dapat diukur berdasarkan beberapa indikator, yaitu komunikasi ke bawah, vertikal, horizontal dan isi dari pesan. Penelitian ini menghasilkan 17(54,9%) responden menyatakan pimpinan sangat sering melakukan komunikasi kebawah, 22 (70,9%) responden menyatakan sangat sering melakukan komunikasi vertikal, 14 (45,2%) reponden menyatakan tidak pernah ada yang menghalangi komunikasi horizontal dalam organisasi, dan 14 (45,2%) responden menyatakan sangat sering menerima isi pesan yang disampaikan dalam komunikasi sesuai dengan sumber informasi. Bedasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi dalam bentuk jaringan adalah sangat baik.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, dengan terselesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Komunikasi Organisasi
pada Perpustakaan Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH)”. Skripsi ini
diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam bidang Studi Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai upaya
membangun semangat penulis untuk melakukan penyusunan karangan ilmiah yang lebih baik lagi di lain kesempatan.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak yang dengan kerelaan dan ketulusan hati sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Yang paling utama penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Jose Rizal Nasution dan Erlina, yang senantiasa memberikan semangat, dukungan, dan cinta kasih dalam keberhasilan ini.
Pada kesempatan ini juga, penulis berkeinginan mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs.Syaifuddin,MA., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Drs. A. Ridwan Siregar, SH, M.Lib. selaku Kepala Perpustakaan dan Pusat Sistem Informasi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Joner Hasugian, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara 4. Ibu Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah
banyak memberikan bantuan, bimbingan, arahan, dan waktu dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Murniaty, S,Sos selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalam
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 3
1.3Tujuan Penelitian ... 3
1.4Manfaat Penelitian ... 4
1.5Ruang Lingkup ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 5
2.2Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 5
2.3Konsep-konsep Dasar Komunikasi ... 7
2.3.1 Pengertian Komunikasi ... 7
2.3.2 Tujuan dan Fungsi Komunikasi ... 8
2.3.3 Unsur-Unsur Komunikasi ... 10
2.3.4 Proses Komunikasi ... 12
2.3.5 Jenis Komunikasi... 14
2.3.6 Media Komunikasi ... 16
2.3.7 Hambatan Komunikasi ... 18
2.4Pengertian Organisasi ... 20
2.5Pengertian Komunikasi Organisasi ... 21
2.6Konsep Komunikasi Organisasi... 22
2.7Iklim Komunikasi Organisasi ... 23
2.9Pustakawan ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29
3.1Metode Penelitian ... 29
3.2Lokasi Penelitian ... 29
3.3Populasi dan Sampel ... 29
3.3.1 Populasi ... 29
3.3.2 Sampel ... 30
3.4Teknik Pengumpulan Data ... 30
3.5Jenis Dan Sumber Data ... 30
3.6Intstrumen Penelitian ... 31
3.6.1 Angket atau Kuesioner... 31
3.6.2 Kisi-Kisi Kuesioner ... 32
3.7Teknik Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34
4.1 Sejarah Singkat Berdirinya Perpustakaan ... 34
4.2 Komunikasi Organisasi dalam Bentuk Pesan ... 33
4.2.1 Pesan Verbal ... 33
4.2.2 Pesan Non Verbal ... 35
4.2.3 Pesan Internal ... 36
4.2.4 Pesan Eksternal ... 36
4.2.5 Hambatan Pesan ... 37
4.3 Komunikasi Organisasi dalam Bentuk Jaringan ... 38
4.3.1 Komunikasi Kebawah... 38
4.3.2 Komunikasi Vertikal ... 39
4.3.3 Komunikasi Horizontal ... 39
4.3.4 Isi Pesan ... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41
5.2 Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA ... 43
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 45
Abstrak
Perpustakaan UNSYIAH merupakan suatu organisasi atau institusi yang tidak hanya menjadi jantung sebuah perguruan tinggi namun berkembang menjadi pusat pembelanjaran. Oleh sebab itu diperlukan komunikasi yang dapat
memperlancar proses kerja dan pencapaian tujuan. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Indikator yang paling umum
mengklasifikasi sehingga dikenal dengan komunikasi organisasi.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode yang digunakan adalah metode survei dan alat penelitiannya adalah kuesioner. Populasi yang diteliti adalah pustakawan yang berjumlah 31 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif yang kemudian dibuat presentasenya.
Komunikasi organisasi dalam bentuk pesan dapat diukur berdasarkan beberapa indikator, yaitu pesan verbal, pesan non verbal, pesan internal, pesan eksternal dan sangat baik, 18(58%) responden menyatakan pesan eksternal sangat baik, dan 14(45,2) responden menyatakan penampilan pesan non verbal sangat baik, 17(54,9%) responden menyatakan penggunaan pesan internal sangat baik, 18(58%) responden menyatakan pesan eksternal sangat baik , dan 14 (45,2%) responden menyatakan kadang-kadang terjadi hambatan pesan. Berdasarkan uraian diatas diambil kesimpulan bahwa komunikasi organisasi dalam bentuk pesan adalah sangat baik.
Sedangkan komunikasi organisasi dalam bentuk jaringan dapat diukur berdasarkan beberapa indikator, yaitu komunikasi ke bawah, vertikal, horizontal dan isi dari pesan. Penelitian ini menghasilkan 17(54,9%) responden menyatakan pimpinan sangat sering melakukan komunikasi kebawah, 22 (70,9%) responden menyatakan sangat sering melakukan komunikasi vertikal, 14 (45,2%) reponden menyatakan tidak pernah ada yang menghalangi komunikasi horizontal dalam organisasi, dan 14 (45,2%) responden menyatakan sangat sering menerima isi pesan yang disampaikan dalam komunikasi sesuai dengan sumber informasi. Bedasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi dalam bentuk jaringan adalah sangat baik.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan salah satu alat ukur yang
dipakai dalam penentuan keberadaan suatu universitas. Keberadaan perpustakaan
perguruan tinggi mutlak diperlukan, karena perpustakaan memenuhi kebutuhan
mahasiswa akan informasi, sehingga perpustakaan tidak hanya menjadi jantung
sebuah perguruan tinggi, namun berkembang menjadi pusat pembelajaran.
Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan
jenisnya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka dikenallah
komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi terjadi kapanpun, setidak-tidaknya
satu orang yang menduduki suatu jabatan dalam suatu organisasi menafsirkan
suatu pertunjukan. Karena fokusnya disini adalah komunikasi di antara
anggota-anggota suatu organisasi, analisis komunikasi organisasi menyangkut penelaahan
atas banyak transaksi yang terjadi secara simultan.
Komunikasi organisasi dapat didefenisikan sebagai penafsiran pesan
antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.
Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan
hirarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
Ciri-ciri organisasi formal berkaitan dengan suatu fenomena yang disebut
komunikasi jabatan (Reidfield dalam Wayne, 2005: 48). Hubungan dibentuk
antara jabatan-jabatan, bukan antara orang-orang. Keseluruhan organisasi terdiri
dari jabatan-jabatan. Mereka yang menduduki jabatan diharuskan berkomunikasi
dengan cara yang sesuai dengan jabatan mereka. Sekalipun demikian, dalam
praktik komunikasi jabatan ini membingungkan, karena tidak semua jabatan dan
interaksi secara seksama sesuai dengan digram jabatan.
Bagan organisasi yang resmi tidak pernah lengkap menentukan perilaku
dan hubungan sosial anggota organisasi. Meskipun tidak mungkin untuk
sepenuhnya memisahkan suatu jabatan dari kepribadian orang yang menduduki
jabatan. Kenyataan ini tidak pula mengecilkan pengaruh komunikasi informal
yang juga penting. Dalam setiap organisasi formal, biasanya tumbuh pula
kelompok-kelompok organisasi informal. Karena hubungan informal terbentuk
sebagai respon terhadap berbagai kesempatan yang diciptakan lingkungan,
organisasi formal merupakan lingkungan kelompok lebih nyata yang
mempengaruhi jumlah dan pelaksanaan hubungan informal dalam organisasi.
Dari dasar hubungan-hubungan informal inilah yang akan mempengaruhi
semangat kerja pengawai/pustakawan untuk mencapai produktivitas kinerja yang
tinggi di dalam organisasi formal. Hal ini dimungkinkan dengan adanya hubungan
informal yang menciptakan organisasi informal yang dapat memberikan
kedekatan dari hubungan yang tidak terstruktur dan tidak statis, sehingga
komunikasi dua arah dapat diciptakan dengan adanya hubungan yang luwes.
Maka pengawai/pustakawan yang bekerja akan lebih mudah untuk saling bertukar
pikiran, gagasan, baik mengenai kegiatan dalam pekerjaan maupun diluar
pekerjaan serta memungkinkan untuk lebih mengerti orang lain.
Peneliti dengan berbagai keadaan di atas melakukan penelitian di
Perpustakan UNSYIAH Banda Aceh yang merupakan sebuah institusi yang
memberikan layanan pendidikan. Dari sudut pandang organisasi Perpustakan
UNSYIAH Banda Aceh, terdiri dari tindakan-tindakan, interaksi, dan transaksi
yang melibatkan orang-orang. Karena itu, tidak ada cara lain untuk meningkatkan
kinerja organisasi selain meningkatkan kualitas komunikasi organisasi
Untuk mengetahui proses komunikasi organisasi pada Perpustakaan
UNSYIAH Banda Aceh, maka peneliti menganggap perlu melakukan penelitian.
Peneliti melihat gejala ini terjadi di instansi pendidikan. Dan untuk hal ini peneliti
memilih lokasi penelitian pada Perpustakaan UNSYIAH Banda Aceh.
Dipilihnya Perpustakaan UNSYIAH Banda Aceh sebagai lokasi penelitian
karena perpustakaan tersebut merupakan unsur penunjang pendidikan yang
dipimpin oleh seorang Kepala Perpustakaan yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab dengan tugas pokok dan fungsinya. Dari sudut pandang
bekerja sama satu sama lain dan berinteraksi satu sama lain. Sehingga, tidak ada
cara lain untuk meningkatkan kualitas komuniksi organisasi.
Tujuan komunikasi dalam proses organisasi tidak lain dalam rangka
membentuk saling pengertian (mutual undestanding). Pendek kata agar terjadi
penyetaraan dalam kerangka referensi, maupun dalam pegalaman.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul: “Analisis Komunikasi Organisasi pada Perpustakaan Universitas
Syiah Kuala (UNSYIAH)” Banda Aceh.
1.2Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan pertanyaan
penelitian yaitu “Bagaimanakah komunikasi organisasi pada Perpustakaan
UNSYIAH Banda Aceh”
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor komunikasi organisasi yang
berpengaruh secara signifikan pada Perpustakaan UNSYIAH Banda
Aceh.
2. Untuk mengetahui proses komunikasi organisasi yang dilakukan oleh
para petugas/pegawai pada Perpustakaan UNSYIAH Banda Aceh.
3. Untuk menganalisis peranan komunikasi organisasi pada Perpustakaan
UNSYIAH Banda Aceh.
1.4Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran yang jelas
mengenai proses komunikasi organisasi pada Perpustakaan UNSYIAH
Banda Aceh.
2. Memberikan masukan pada Perpustakaan UNSYIAH Banda Aceh
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi
penelitian selanjutnya.
4. Penulis, yaitu dapat memperdalam pengetahuan penulis khususnya
tentang komunikasi organisasi antar petugas/pustakawan di pada
Perpustakaan UNSYIAH Banda Aceh.
1.5Ruang Lingkup
Sesuai dengan kemampuan penulis dalam hal pemikiran serta materi,
untuk itu penulis mambatasi objek penelitian ini mengkaji komunikasi organisasi
pada Perpustakaan UNSYIAH Banda Aceh oleh petugas atau pustakawan sampai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Perpustakaan Perguruan Tinggi
Pada dasarnya penyelenggaraan pendidikan memerlukan sarana
pembelajaran, perpustakaan merupakan salah satunya. Hassan dalam Hardi (2005:
14) menyatakan bahwa perpustakaan adalah pusat pembelajaran (learning center)
yang berfungsi sebagai agen perubahan sosial yang meningkatkan kualitas
kehidupan dengan memenuhi kebutuhan informasi masyarakat.
Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan formal yang berada pada
level teratas sudah sepatutnya memiliki perpustakaan, karena perpustakaan dapat
berfungsi sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi serta
benyak memberikan kontribusi dalam penyebaran informasi ilmiah di bidang
pendidikan.
Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, (1994: 3) disebutkan
definisi Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah :
Suatu unit pelaksana teknis perguruan tinggi yang bersama-sama dengan unit lain, turut melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan cara memilih, menghimpun, mengolah, merawat serta melayankan sumber informasi kepada lembaga induknya pada khususnya dan masyarakat akademis pada umumnya.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan
perguruan tinggi adalah perpustakaan yang didirikan oleh perguruan tinggi
sebagai penunjang pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan
menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya baik sivitas
akademika itu sendiri ataupun pengguna dari luar perguruan tinggi yang memiliki
hak menggunakan perpustakaan.
2.2Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Sebagai unsur penunjang perguruan tinggi dalam mencapai visi dan
misinya, perpustakaan perguruan tinggi memiliki tujuan, menurut Sulistyo-Basuki
1. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi , lazimnya staf pengajar dan mahasiswa. Sering pula mencakup tenaga kerja administrasi perguruan tinggi.
2. Menyediakan bahan pustaka (referensi) pada semua tingkatan akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga ke mahasiswa pasca sarjana dan pengajar.
3. Menyediakan ruangan belajar bagi pemakai perpustakaan.
4. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis pemakai.
5. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan perguruan tinggi juga lembaga indusri lokal.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
tujuan daripada perpustakaan perguruan tinggi adalah mendukung kinerja dari
perguruan tinggi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan menyediakan
sumber-sumber informasi ilmiah di perpustakaan tersebut dan selalu melayani
pengguna (mahasiswa) selama menjalankan pendidikan di perguruan tinggi yang
bersangkutan.
Agar tujuannya dapat terlaksana, perpustakaan perguruan tinggi harus
menjalankan fungsinya dengan baik. Adapun fungsi perpustakaan perguruan
tinggi menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (2004: 3) adalah sebagai
berikut :
1. Fungsi Edukasi
Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran. 2. Fungsi Informasi
Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi.
3. Fungsi Riset
4. Fungsi Rekreasi
Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.
5. Fungsi Publikasi
Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademika dan staf non-akademik.
6. Fungsi Deposit
Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.
7. Fungsi Interpretasi
Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya.
Sesuai dengan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
perpustakaan perguruan tinggi dengan fungsinya dapat mendukung program
pendidikan, pengajaran, serta penelitian dengan menyediakan informasi yang
dibutuhkan dan melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi. Dalam melaksanakan
tujuannya, perpustakaan perguruan tinggi juga manjalankan fungsinya yaitu
fungsi edukasi, fungsi informasi, fungsi riset, fungsi rekreasi, fungsi publikasi,
fungsi deposit, dan fungsi interpretasi.
2.3Konsep-konsep Dasar Komunikasi 2.3.1Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau bahasa Inggrisnya communication, berasal dari
bahasa latin, yaitu communication dan bersumber dari kata communis yang berarti
”sama”. Sama di sini adalah ”sama makna” (lambang). Sebagai contoh, jika dua
orang berbicara, memahami dan mengerti apa yang diperbincangkan tersebut,
maka dapat dikatakan komunikatif. Kegiatan tersebut secara sederhana tidak
hanya menyampaikan informasi, tetapi juga mengandung unsur persuasi, yakni
agar orang lain bersedia menerima pemahaman dan pengaruh, mau melakukan
suatu perintah, bujukan, dan sebagainya.
Menurut Widjaja (2000: 1) mengemukakan bahwa:
sebagai sarana tukar menukar pendapat atau sebagai kontak antara manusia secara individu ataupun kelompok.
Sedangkan menurut Wiryanto (2004: 9) menyatakan bahwa:
Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal dan sebagainya. Dan perpindahan yang efektif memerlukan tidak hanya transmisi data, tetapi bahwa seseorang mengirimkan berita dan menerimanya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
proses di mana orang-orang bermaksud memberikan pengertian-pengertian
melalui pengiriman berita secara simbolis yang mengandung maksud dari suatu
pihak (seseorang atau tempat) kepada pihak (seseorang atau tempat) lain sehingga
apa yang dikomunikasikan dapat dimengerti, dipikirkan dan akhirnya
dilaksanakan. Seorang komunikator yang baik harus memiliki kemampuan
komunikasi yang baik, dan juga harus mampu menggunakan berbagai alat atau
media komunikasi yang ada untuk menyampaikan pesan-pesan kepada pihak lain
secara efektif dan efisien sehingga tujuan penyampaian pesan dapat tercapai.
2.3.2Tujuan dan Fungsi Komunikasi
Pada dasarnya tujuan dan fungsi komunikasi adalah unsur dari komunikasi
tersebut. Yang bertujuan agar pengirim pesan dapat menyampaikan pesan kepada
penerima pesan dengan baik untuk mencapai tujuan tertentu.
Komunikasi memiliki tujuan. Tujuan komunikasi Menurut Widjaja (2000:
66) adalah:
1. Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti, sebagai komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti apa yang kita maksudkan.
3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita harus berusaha agar kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak.
4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan. Kegiatan yang dimaksudkan di sini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong. namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk melakukannya.
Menurut Mudjito dalam Widjaja (2000: 67) menyimpulkan bahwa
komunikasi bertujuan untuk memberikan pengaruh kepada seluruh anggota
organisasi agar mereka secara bersama-sama dapat mencapai tujuan organisasi
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi bertujuan
mengharapkan perhatian, dukungan, gagasan, dan tindakan. Agar komunikasi
yang ingin disampaikan diterima dengan baik. Komunikasi memberikan pengaruh
terhadap kinerja organisasi agar mencapai tujuan organisasi.
Selain mempunyai tujuan, komunikasi juga memiliki beberapa fungsi,
yaitu: Menurut Mudjito dalam Widjaja (2000: 66) menyatakan bahwa fungsi
komunikasi itu adalah :
1. Komunikasi merupakan alat suatu organisasi sehingga seluruh kegiatan organisasi itu dapat diorganisasikan (dipersatukan) untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Komunikasi merupakan alat untuk mengubah perilaku para anggota dalam suatu organisasi.
3. Komunikasi adalah alat agar informasi dapat disampaikan kepada seluruh anggota organisasi.
Sedangkan Moekijat (1993: 7) dalam suatu organisasi kerja komunikasi
menjalankan beberapa fungsi yaitu:
1. Komunikasi menyampaikan informasi dan pengetahuan dari orang yang satu kepada orang yang lain sehingga dapat terjadi tindakan kerja sama.
2. Komunikasi membantu mendorong dan mengarahkan orang-orang untuk melakukan sesuatu, seperti apabila seorang pengawas mendorong orang-orang bawahan mengerjakan suatu proyek.
3. Komunikasi membantu membentuk sikap dan menanamkan
4. Komunikasi membantu memperkenalkan pegawai-pegawai dengan lingkungan fisik dan sosial mereka.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan komunikasi adalah alat suatu
organisasi yang fungsinya untuk mengubah perilaku anggota dalam suatu
organisasi, penghubung antara anggota organisasi untuk mencapai tujuan tertentu,
dan sebagai alat informasi.
2.3.3Unsur-Unsur Komunikasi
Komunikasi mempunyai beberapa unsur. Menurut Widjaja (2000: 30)
yaitu:
1. Sumber
Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri.
2. Komunikator
Dalam komunikasi, setiap orang ataupun kelompok dapat menyampaikan pesan-pesan komunikasi itu sebagai suatu proses, di mana komunikator dapat menjadi komunikan, dan sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator.
a. Penampilan
b. Penguasaan masalah. c. Penguasaan bahasa 3. Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunya inti pesan (tema) yang sebenarnya menjadi pengarah didalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan.
4. Channel/Saluran
Channel adalah saluran penyampaian pesan yang biasa disebut media. Media komunukasi dapat dikategorikan dalam dua bagian yaitu:
a. Media Umum b. Media Massa 5. Efek
Selain pendapat di atas ada pendapat lain yang menyatakan unsur-unsur
komunikasi yaitu menurut Machfoedz (2004: 2) unsur-unsur komunikasi ialah:
1. Manusia
Komunikasi, apapun bentuknya, senantiasa melibatkan manusia sebagai pelaku, baik sebagai pengirim atau penerima pesan.
2. Pesan
Pertukaran pesan, baik verbal maupun nonverbal terjadi selama komunikasi berlangsung. Ucapan, suara, gerak isyarat, ekspresi wajah, dan sentuhan fisik merupakan alat untuk menyampaikan pesan.
3. Saluran
Pesan disampaikan melalui indera secara verbal dan nonverbal. Sebagai pelaku komunikasi manusia mempunyai berbagai saluran. Pesan melalui suara, pesan melalui penglihatan, rasa, penciuman, sentuhan dan sebagainya. Komunikasi merupakan pengalaman yang diperoleh dari berbagai saluran tersebut.
4. Gangguan
Suara berisik dapat merupakan gangguan dalam pengiriman dan penerimaan pesan komunikasi.
5. Konteks
Komunikasi selalu berhubungan dengan perilaku. Konteks komunikasi dan perilaku sangat erat meskipun demikian pengaruhnya sangat halus sehingga tidak terasa. Konteks komunikasi dan perilaku dapat diperhatikan pada perubahan sikap seseorang pada saat mengubah gaya berbicara, sikap tubuh, atau cara berpakaian agar lebih sesuai dengan lingkungan.
6. Umpan Balik
Komunikasi selalu terjadi di antara dua pihak, pengirim dan penerima pesan. Setiap kali komunikasi terjadi kedua pihak saling bertukar pesan atau informasi. Isyarat verbal dan nonverbal yang terjadi dalam komunikasi disebut umpan balik.
7. Pengaruh
Pengalaman komunikasi berpengaruh terhadap kedua pihak yang saling berinteraksi. Pengaruh komunikasi dapat bersifat emosional, fisik, kognitif, atau kombinasi dari ketiganya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur
komunikasi terdiri dari Sumber, Komunikator, Pesan, Efek, Manusia, Saluran,
Gangguan, Konteks, Umpan Balik. Dengan kata lain Unsur yang ada di organisasi
sama dengan unsur yang ada pada perpustakaan. Dengan begitu diketahui
2.3.4Proses Komunikasi
Proses komunikasi merupakan suatu proses penyampaian berita kepada
penerima pesan untuk dipahami dan di mengerti maknanya. Suatu proses
komunikasi akan terjadi apabila antara pemberi pesan dan penerima pesan
terdapat suatu hubungan. Dalam hal ini penerima pesan terdapat suatu hubungan.
Dalam hal ini penerima pesan mengerti bahwa ia akan menerima suatu berita dan
pemberi pesan telah siap menyampaikannya. Komunikasi tidak akan terjadi
apabila tidak terdapat suatu hubungan antara pemberi pesan dan penerima pesan.
Menurut Purwanto (2003: 12) mengemukakan komunikasi memiliki 6
(enam) tahapan yaitu:
1. Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan
Sebelum proses penyimpanan pesan dapat dilakukan, maka pengirim pesan harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak lain. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber, ide-ide yang ada didalam benak pengirim disaring dan disusun ke dalam suatu memori yang ada didalam pikiran orang yang memiliki peta mental yang berbeda. Hal ini disebabkan karena cara penyerapan berbagai informasi dan pengalaman yang berbeda-beda dari setiap individu. 2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan
Dalam suatu proses komunikasi, tidak semua ide yang dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna. Agar ide dapat diterima dari dimengerti secara sempurna, pengirim pesan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu subyek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), penerima pesan gaya personal dan latar belakang budaya. 3. Pengirim menyampaikan pesan
Dalam menyampaikan dan mengirim pesan dapat menggunakan berbagai saluran yang ada kepada si penerima pesan. Rantai saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan terkadang relatif pendek, namun ada juga yang cukup panjang. Panjang pendeknya rantai saluran komunikas yang digunakan akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan. Dalam menyampaikan pesan dapat digunakan berbagai media komunikasi baik media tulisan maupun lisan.
4. Penerima menerima pesan
Komunikasi antar seseorang dengan orang lain akan terjadi bila pengirim mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima pesan tersebut. Jika seseorang mengirim sepucuk surat, komunikasi baru akan terjadi bila penerima surat menerima dan memahami isinya. 5. Penerima menafsirkan pesan
pengirim harus mudah dimengerti dan tersimpan dalam benak pikiran si penerima pesan.
6. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik ke pengirim Setelah menerima pesan, penerima akan memberi tanggapan dengan cara tertentu dan memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diberikan oleh penerima pesan beraneka ragam, hal ini tergantung dari pesan yang diterimanya. Umpan balik memegang peranan penting dalam proses komunikasi, karena ia memberi kemungkinan bagi pengirim untuk menilai efektifitas suatu pesan, disamping itu adanya umpan balik dapat menunjukkan adanya faktor-faktor penghambat komunikasi, misalnya perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran kata-kata dan perbedaan reaksi secara emosional.
Proses Komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Purwanto (2003:12)
Sedangkan menurut Effendy (2001: 11) Proses komunikasi menjadi dua
tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.
1. Proses Komunikasi secara Primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media.
2. Proses Komunikasi secara Sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media primer.
Tahap 1 Pengiriman Pesan
Tahap 2 Pengirim mengubah
ide menjadi pesan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan proses komunikasi adalah
penyampaian berita kepada penerima pesan agar penerima pesan dapat memahami
isi pesan. Dengan kata lain pesan tidak dapat dikomunikasikan bila ada langkah
dalam proses ini tidak diselesaikan dengan tepat.
2.3.5Jenis Komunikasi
Komunikasi dapat terjadi dalam berbagai bentuk, tergantung pilihan yang
dianggap paling tepat oleh pengirim. Komunikasi dapat berbentuk verbal (baik
lisan atau tertulis) maupun non verbal, formal atau informal dan internal maupun
eksternal.
Sistem komunikasi yang dianut oleh perpustakaan akan langsung
mempengaruhi tipe atau jenis komunikasi. Berdasarkan hal ini sistem komunikasi
bergantung pada struktur organisasi dan mekanisme koordinasi. Menurut
Purwanto (2006: 5) ada beberapa bentuk komunikasi yang lazim digunakan, yaitu:
1. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang lazim digunakan dalam dunia bisnis kepada pihak lain baik secara tertulis (written) maupun lisan (oral). Bentuk komunikasi memiliki struktur yang teratur dan terorganisasi dengan baik. Melalui komunikasi secara lisan atau tulisan, diharapkan orang dapat memahami apa yang disampaikan oleh pengirim dengan baik. Penyampaian suatu pesan melalui tulisan dan lisan memiliki suatu harapan bahwa seseorang dapat membaca atau mendengar apa yang dikatakan pihak lain dengan baik dan benar. Secara umum, untuk mengirimkan pesan-pesan, orang lebih senang berbicara (speaking) daripada menulis (writing) suatu pesan. Alasannya, komunikasi lisan relatif lebih mudah, praktis (efisien) dan cepat dalam menyampaikan pesan-pesan bisnis. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa komunikasi tulisan tidak penting, karena tidak semua hal bisa disampaikan secara lisan.
2. Komunikasi NonVerbal
menggunakan bahasa isyarat. Secara umum, orang akan mudah menipu orang lain dengan menggunakan kata-kata daripada menggunakan gerakan tubuh (bahasa isyarat). Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang lebih spontan. Komunikasi nonverbal penting artinya bagi pengirim dan penerima karena sifatnya yang lebih efisien, suatu pesan nonverbal dapat disampaikan tanpa harus berpikir panjang dan pihak pendengar yang dapat mendengar artinya dengan cepat.
Ada juga beberapa saluran komunikasi dalam suatu organisasi menurut
Purwanto (2006: 40) yaitu:
1. Komunikasi dari Atas ke Bawah
Komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dimulai dari manajemen puncak kemudian mengalir ke bawah melalui tingkatan-tingkatan manajemen sampai ke karyawan lini dan personalia paling bawah, umumnya terkait dengan tanggung jawab dan kewenangannya dalam suatu organisasi. Seorang manajer yang menggunakan jalur komunikasi ke bawah memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi, mengarahkan, mengkoordinasikan, memotivasi, memimpin dan mengendalikan berbagai kegiatan yang ada di level bawah. Komunikasi dari atas ke bawah tersebut dapat berbentuk lisan (oral communications) maupun tertulis (written communications).
2. Komunikasi dari Bawah ke Atas
Komunikasi dari bawah ke atas (upward communication) adalah alur pesan yang disampaikan berasal dari bawahan (karyawan) menuju ke atas (manajer), Pesan yang ingin disampaikan mula-mula berasal dari para karyawan yang selanjutnya disampaikan ke jalur yang lebih tinggi, yaitu ke bagian pabrik, ke manajer produksi, dan akhirnya ke manajer umum. Tipe komunikasi mencakup laporan-laporan periodik, penjelasan, gagasan, dan permintaan untuk diberikan keputusan. Hal ini dipandang sebagai data atau informasi umpan balik bagi manajemen atas. Para manajer harus benar-benar memiliki rasa percaya terhadap para bawahannya untuk mencapai keberhasilan saluran komunikasi ini. Kalau tidak, informasi yang muncul hanya rasa curiga atau ketidakpercayaan terhadap informasi tersebut.
3. Komunikasi Lateral atau Horizontal
4. Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal (diagonal communications) merupakan komunikasi secara menyilang diagonal rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai hasil hubungan-hubungan departemen lini dan staff, yaitu bahwa hubungan-hubungan yang ada antara personalia lini dan staff dapat berbeda-beda, yang akan membentuk beberapa komunikasi diagonal yang berbeda-beda pula.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis komunikasi ada
berbagai macam. Komunikasi Verbal, komunikasi Nonverbal, komunikasi dari
atas kebawah, komunikasi dari bawah ke atas, komunikasi horizontal, dan
komunikasi diagonal. Dari kesemua komunikasi tersebut pengertian yang sama
diantara dua pihak yaitu atasan dan bawahan. Karena hal tersebut akan lebih
memberi dorongan semangat dan gairah kerja untuk menyelesaikan tugas dan
tanggung jawab yang diberikan, dengan kata lain mengembangkan suatu kerja
sama demi mewujudkan hasil kerja untuk mencapai tujuan organisasi.
2.3.6Media Komunikasi
Media komunikasi ialah sebuah saluran untuk menyampaikan suatu pesan
atau informasi. Menurut Bastaman (2009) terdapat beberapa jenis media
komunikasi yang umum untuk melakukan komunikasi, diantaranya:
1. Tatap muka langsung. Pengirim melakukan komunikasi secara langsung kepada penerima dengan tatap muka. Rapat, pertemuan, obrolan antara dua orang atau lebih secara langsung merupakan contoh-contoh jenis media komunikasi tatap muka langsung.
2. Komunikasi melaui media elektronik. Pengirim menggunakan media elektronik seperti fax, voice mail, video, telepon, komputer untuk melakukan komunikasinya.
3. Komunikasi tertulis -pribadi. Bentuk umum komunikasi tertulis pribadi adalah surat pribadi, atau bisa juga berupa pesan tertulis lainnya. 4. Komunikasi tertulis-bukan pribadi. Untuk komunikasi non-personal
Sedangkan menurut Cangara (2006: 119), menyatakan Media komunikasi
terbagi menjadi 4 bagian yaitu:
1. Media Antarpribadi
Untuk hubungan perorangan (antarpribadi), maka media yang tepat digunakan ialah kurir (utusan), surat dan telepon. Kurir banyak digunakan oleh orang-orang dahulu kala untuk menyampaikan pesan. 2. Media Kelompok
Dalam aktifitas komunikasi yang melibatkan khalayak lebih dari 15 orang, maka media komunikasi yang banyak digunakan adalah media kelompok, misalnya: rapat, seminar, dan konferensi.
3. Media Publik
Kalau khalayak sudah lebih dari 200-an orang, maka media komunikasi yang digunakan biasanya disebut media publik, misalnya rapat akbar, rapat raksasa dan semacamnya.
4. Media Massa
Jika khalayak tersebar tanpa diketahui di mana mereka berada, maka biasanya digunakan media massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi.
Sedangkan menurut Moekijat (1993: 100) komunikasi memiliki beberapa
jenis media, diantaranya:
1. Ke bawah tertulis
a. Majalah (intern) organisasi b. Papan pengumuman c. Surat dan memo d. Poster
e. Surat selebaran
f. Buku pedoman dan buku penuntun g. Laporan tahunan
2. Ke bawah lisan
a. Perintah dan pembicaraan tatap muka b. Ceramah, konferensi, dan pertemuan. c. Wawancara dan penyuluhan
d. Telepon dan alat bantu audio-visual lainnya e. Bel dan trompet
f. Desas-desus g. Pertemuan sosial 3. Ke atas tertulis
a. Surat, memo, laporan, dan formulir. b. Keluhan tertulis dan lotak keluhan. c. Sistem saran.
4. Ke atas lisan
a. Diskusi tatap muka b. Wawancara.
c. Pertemuan dan konfrensi d. Telepon
e. Desas-sesus f. Pertemuan sosial
5. Horisontal (tertulis dan lisan)
a. Surat, memo, dan laporan (khususnya tembusan karbon) b. Desas-desus
c. Pertemuan d. Wawancara
e. Telepon dan sistem antarkomunikasi f. Formulir
Dari pendapat di atas penulis bisa menyimpulkan bahwa media
komunikasi adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak (penerima). Dan dari pendapat di atas dapat
diketahui media apa saja yang akan digunakan untuk penyampaian pesan. Mulai
dari media perorangan sampai ke media untuk banyak orang.
2.3.7Hambatan Komunikasi
Hambatan komunikasi merupakan gangguan dan rintangan komunikasi.
Meski gangguan dan rintangan komunikasi dapat dibedakan tetapi sebenarnya
rintangan komunikasi bisa juga terjadi disebabkan karena adanya gangguan.
Menurut Cangara (2006: 131) gangguan atau rintangan komunikasi pada
dasarnya dapat dibedakan atas 7 (tujuh) macam, yakni:
1. Gangguan teknis 2. Gangguan semantik 3. Gangguan psikologis
4. Rintangan fisik atau organik 5. Rintangan status
Sedangkan menurut Herimanto (2005: 35) hambatan komunikasi adalah
hal-hal yang menyebabkan komunikasi menjadi tidak efektif yaitu:
1. Kelebihan informasi yang disampaikan, sebaiknya dalam
menyampaikan informasi ditata dengan baik.
2. Tingkat kerumitan pesan, penataan atau sistematisasi pesan dapat dibuat supaya mudah dipahami.
3. Perbedaan status, adanya hal ini seringkali mengakibatkan terhambatnya komunikasi maka sebaiknya kita selalu dapat membawakan diri.
4. Kurang kepercayaan, dalam hal ini bila si penyampai informasi tidak dapat dipercaya maka informasi itu tidak akan tersampaikan dengan semestinya.
5. Kesalahan pemilihan media, hal ini bisa terjadi bila kita tidak tahu pesan itu harus dikirimkan kemana dan kepada siapa.
6. Iklim komunikasi tertutup, bila keadaan perusahaan atau organisasi membuat sistem komunikasi yang tertutup maka pelaku komunikasi akan banyak mengalami hambatan dalam berkomunikasi.
7. Halangan yang bersifat fisik, untuk hal ini sebaiknya sudah diantisipasi terlebih dahulu pada saat penerimaan pegawai
8. Ruang. Dalam suatu organisasi atau perusahaan yang besar dimungkinkan mempunyai ruang yang banyak dan berjauhan antar satu ruang dengan ruang yang lainnya.
Tampubolon (2006: 42) menyebutkan bahwa hambatan-hambatan dalam
pelaksanaan komunikasi dapat dibagi 4 (empat) yaitu:
1. Hambatan psikologis
Hambatan psikologis ini terjadi karena berbagai hal misalnya, karena komunikasi yang disampaikan seringkali keliru dan diralat, turunnya kewibawaan dari atasan dan sebagainya. Kalau komunikasi yang disampaikan sering salah, maka dapat saja menimbulkan ketidakpercayaan dari penerima komunikasi sehingga ada rasa keengganan untuk melaksanakannya komunikasi yang disampaikan hanya lewat begitu saja tanpa adanya perhatian yang serius dari penerima komunikasi. Berdasarkan hal itu, maka setiap perusahaan harus mampu menghilangkan hambatan-hambatan psikologis yang dapat menyebabkan penyimpangan komunikasi-komunikasi.
2. Hambatan kurangnya motivasi
Kemampuan perusahaan untuk motivasi orang-orangnya merupakan mau tidaknya orang-orangnya melaksanakan rencana-rencana, instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, saran-saran, dan sebagainya tidak dilaksanakan sepenuh dengan rencana yang diinginkan.
Suatu komunikasi dalam penyampaian mungkin harus melalui beberapa perantara. Dan mungkin perantara yang harus dilalui dalam penyampaian komunikasi ini cukup banyak. Dan sebenarnya komunikasi tersebut makin besar pula. Hal ini dapat dimaklumi mempunyai kecenderungan untuk mengubah komunikasi yang komunikasi tersebut sesuai dengan kepentingan pribadinya.
4. Hambatan kurangnya partisipasi
Partisipasi antara yang satu dengan yang lain ditingkatkan baik antara atasan dan bawahan maupun tingkatan-tingkatan yang sejajar yang sejajar. Kurangnya partisipasi antara pihak yang satu dengan pihak yang lain terutama antara atasan dan bawahan merupakan hambatan terhadap komunikasi yang disampaikan. Sebab bila kurang dapat menyebabkan rasa kurang bertanggung jawab dari penerima komunikasi sehingga kemungkinan komunikasi yang disampaikan tidak dilaksanakan atau dilakukan semuanya sendiri.
Dari defenisi di atas dapat diketahui bahwa hambatan komunikasi ialah
hal-hal yang dapat mengganggu komunikasi dan hal-hal yang menyebabkan
komunikasi menjadi tidak efektif.
2.4Pengertian Organisasi
Menurut Schein dalam Muhammad (2005: 23) menyatakan bahwa
organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk
mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui
hierarki otoritas dan tanggung jawab. Schein juga mengatakan bahwa organisasi
mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling
berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi
manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut.
Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa organisasi adalah suatu sistem
yang sifatnya saling tergantung antara satu bagian dengan bagian lain.
Menurut Kochler dalam Muhammad (2005: 23) menyatakan bahwa
organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha
suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa organisasi adalah suatu sistem,
Dari kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa organisasi
adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai bagian yang saling tergantung satu
sama lain. Bila satu bagian terganggu maka akan ikut berpengaruh pada bagian
lain.
2.5Pengertian Komunikasi Organisasi
Menurut Redding dan Sanborn dalam Muhammad (2005: 65) menyatakan
bahwa:
“Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks“. Yang termasuk dibidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi dari orang-orang yang sama atau komunikasi horizontal dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program“.
Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa komunikasi organisasi adalah
proses pengiriman ataupun penerimaan informasi dalam organisasi yang
kompleks.
Menurut Thayer dalam Muhammad (2005: 65) menyatakan bahwa:
“Komunikasi organisasi adalah arus data yang akan melayani komunikasi organisasi dan proses interkomunikasi dalam beberapa cara. Dia memperkenalkan tiga sistem komunikasi dalam organisasi yaitu: a) berkenaan dengan kerja organisasi seperti data mengenai tugas-tugas atau beroperasinya organisasi, b) berkenaan dengan pengaturan organisasi seperti perintah-perintah, aturan-aturan, dan petunjuk-petunjuk, c) berkenaan dengan pemeliharaan dan pembangunan organisasi. Yang termasuk bagian ini antara lain hubungan dengan personal dan masyarakat, pembuatan iklan dan latihan”.
Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa komunikasi organisasi adalah:
1) komunikasi yang berkaitan dengan kerja organisasi tentang tugas-tugas suatu
organisasi; 2) komunikasi yang erat kaitannya dengan pengaturan organisasi; dan
3) komunikasi yang berkaitan dengan pemeliharaan dan pembangunan organisasi.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu. Suatu
organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang
satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
2.6Konsep Komunikasi Organisasi
Golddhaber dalam Muhammad (2005: 67) memberikan definisi
komunikasi organisasi adalah proses penciptaan dan saling menukar pesan dalam
satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi
lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Pengertian tersebut
mengandung konsep-konsep sebagai berikut:
1. Proses. Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling menukar informasi diantara anggotanya. Karena gejala menciptakan dan menukar informasi ini berjalan terus menerus dan tidak ada hentinya, maka dikatakan sebagai suatu proses. 2. Pesan. Yang dimaksud pesan adalah susunan simbol yang penuh arti
tentang orang , obyek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang lain. Dalam komunikasi organisasi kita mempelajari ciptaan dan pertukaran pesan dalam seluruh organisasi. Pesan dalam organisasi dapat dilihat menurut beberapa klasifikasi yang berhubungan dengan bahasa, penerima yang dimaksud, metode difusi, dan arus tujuan dari pesan. Pengklasifikasian pesan menutut bahasa dapat dibedakan pesan verbal dan non verbal. Pesan verbal dalam organisasi misalnya; surat, memo, pidato, dan percakapan. Sedangkan pesan nonverbal dalam organisasi terutama sekali yang tidak diucapkan atau ditulis seperti; bahasa gerak tubuh, sentuhan, nada suara, ekspresi wajah, dan lain-lain.
3. Jaringan. Organisasi terdiri dari satu seri orang yang tiap-tiapnya menduduki posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan dari orang-orang ini sesamanya terjadi melewati suatu set jalan kecil yang dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi ini mungkin mencakup hanya dua orang, beberapa orang atau keseluruhan organisasi. Hakikat dan luas dari jaringan ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: hubungan peranan, arah dan arus pesan, hakikat seri dari arus pesan, dan isi dari pesan.
pimpinan membuat suatu keputusan dia harus memperhitungkan implikasi keputusan itu terhadap organisasinya secara menyeluruh. 5. Hubungan. Konsep kunci yang kelima dari komunikasi organisasi
adalah hubungan. Karena organisasi merupakan suatu sistem terbuka, sistem kehidupan sosial maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada manusia yang ada dalam organisasi. Dengan kata lain jaringan melalui mana jalannya pesan dalam suatu organisasi dihubungkan oleh manusia. Oleh karena itu hubungan manusia dalam organisasi yang memfokuskan kepada tingkah laku komunikasi dari orang yang terlibat suatu hubungan perlu dipelajari. Sikap, skill, moral dari seseorang, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hubungan yang bersifat organisasi. Hubungan manusia dalam organisasi berkisar mulai dari yang sederhana yaitu hubungan diantara dua orang sampai kepada hubungan yang kompleks. Jadi dalam organisasi terjadi hubungan yang sifatnya individual, kelompok, dan hubungan organisasi.
6. Lingkungan, yang dimaksud lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam suatu sistem. Yang termasuk lingkungan internal adalah personal/anggota, tujuan, produk, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan eksternal adalah; langganan, saingan, teknologi, dan lain-lain.
7. Ketidakpastian. Adalah perbedaan informasi yang tersedia dengan informasi yang diharapkan. Untuk mengurangi faktor ketidakpastian ini organisasi menciptakan dan menukar pesan diantara anggota, melakukan suatu penelitian pengembangan organisasi, dan mengahapi tugas-tugas yang kompleks dengan integrasi yang tinggi. Ketidak pastian dalam suatu organisasi juga disebabkan oleh terjadinya banyak informasi yang diterima daripada sesungguhnya diperlukan untuk menghadapi lingkungan meeka. Jadi ketidakpastian dapat disebabkan oleh terlalu sedikit informasi yang didapatkan dan juga karena terlalu banyak yang diterima.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa konsep komunikasi organisasi
mengandung 7 (tujuh) konsep kunci yaitu proses, pesan, jaringan, saling
tergantung, lingkungan, dan ketidakpastian.
2.7Iklim Komunikasi Organisasi
Iklim komunikasi organisasi merupakan hal yang perlu menjadi perhatian
seorang pemimpin organisasi perpustakaan. Oleh karena itu faktor tersebut
Untuk dapat menciptakan iklim komunikasi dan organisasi perpustakaan yang
baik perlu memahami hal tersebut serta keadaan petugas/pustakawan.
Payne dan Pugh dalam Muhammad (2005: 82) mendefinikasikan iklim
komunikasi sebagai suatu konsep yang mereflesikan isi dan kekuatan dari
nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu
sistem sosial. Selanjutnya Litwin dan stringers dalam Muhammad (2005: 83)
memberikan dimensi iklim organisasi sebagai berikut:
1. Rasa tanggung jawab
2. Standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan
3. Ganjaran atau reward
4. Rasa persaudaraan
5. Semangat tim
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa iklim organisasi dapat dipelajari
dengan mengobservasi kebebasan yang dialami oleh individu, tingkat kejelasan
struktur dan posisi yang dibebankan kepada pekerja, orientasi ganjaran dari
organisasi dan banyaknya sokongan serta kehangatan yang diberikan kepada
pekerja.
Selanjutnya Denis dalam Muhammad (2005: 86) mengemukakan pokok
persoalan utama dari iklim komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Persepsi mengenai sumber komunikasi dan hubungannya dalam organisasi
a. Apakah anggota organisasi merasa puas dengan atasan teman bekerja sama dan bawahan sebagai sumber informasi
b. Berapa pentingnya sumber-sumber itu
c. Apakah sumber-sumber tersebut dapat dipercaya d. Apakah sumber-sumber terbuka terhadap komunikasi
2. Persepsi mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi a. Apakah jumlah informasi yang diterima cocok atau tepat dengan
topik-topik yang penting dari sumber informasi. b. Apakah informasi itu berguna
c. Apakah balikan informasi dikirimkan kepada sumber yang tepat. 3. Persepsi mengenai organisasi itu sendiri
b. Apakah tujuan dan objektif dipahami c. Apakah orang diberi sokongan dan dihargai
d. Apakah sistem terbuka terhadap input dari anggotanya
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pokok persoalan utama dari
iklim organisasi adalah adanya persepsi mengenai sumber informasi komunikasi
dan hubungannya dalam organisasi, adanya persepsi mengenai tersedianya
informasi bagi anggota organisasi, dan adanya persepsi mengenai organisasi itu
sendiri.
Dari kedua uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa iklim
organisasi dipengaruhi oleh bermacam-macam cara anggota organisasi bertingkah
laku dan berkomunikasi. Iklim komunikasi yang penuh persaudaraan mendorong
para anggota organisasi berkomunikasi secara terbuka dengan anggota yang lain.
2.8Kepuasan Komunikasi Organisasi
Kepuasan komunikasi organisasi menurut Redding dalam Muhammad
(2005: 87) adalah semua tingkat kepuasan seorang karyawan mempersepsi
lingkungan komunikasi secara keseluruhan. Konsep kepuasan ini memperkaya ide
iklim komunikasi. Iklim komunikasi mencakup kepuasan anggota organisasi
terhadap informasi yang tersedia.
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa kepuasan komunikasi
organisasi adalah kepuasan yang menunjukkan kepada bagaimana baiknya
informasi yang tersedia memenuhi persyaratan permintaan anggota organisasi
akan tuntutan bagi organisasi memuaskan tuntutan pribadi.
Selanjutnya Down dan Hazen dan Beckstrom dalam Muhammad (2005:
88) mengemukakan faktor-faktor kepuasan komunikasi organisasi sebagai berikut:
1. Kepuasan dengan pekerjaan. Ini mencakup hal-hal yang berkenaan dengan pembayaran, keuntungan, naik pangkat, pekerjaan itu sendiri. Dari hasil penelitian ternyata bahwa kepuasan dalam aspek pekerjaan memberikan sumbangan kepada kepuasan komunikasi.
pribadi. Kelihatannya kepuasan dengan ketepatan informasi yang diterima penting bagi konsep kepuasan komunikasi organisasi.
3. Kepuasan dengan kemampuan seseorang yang menyarankan
penyempurnaan. Faktor ini mencakup hal-hal sebagai tempat di mana komunikasi seharusnya disempurnakan, pemberitahuan, mengenai perubahan untuk tujuan penyempurnaan dan strategi khusus yang digunakan dalam membuat perubahan. Kepuasan dengan bermacam-macam perubahan yang dibuat, bagaimana perubahan itu dibuat dan diinformasikan kelihatannya mempunyai hubungan dengan kepuasan komunikasi organisasi.
4. Kepuasan dengan efisiensi bermacam-macam saluran komunikasi. Faktor ini mencakup melalui mana komunikasi disebarluaskan dalam organisasi, mencakup peralatan, buletin, memo, materi tulisan. Kepuasan komunikasi tampaknya berhubungan dengan pandangan orang mengenai berapa efisiensinya media untuk menyebarkan informasi dalam organisasi.
5. Kepuasan dengan kualitas media. Yang berhubungan dengan faktor ini berapa baiknya mutu tulisan, nilai informasi yang diterima, keseimbangan informasi yang tersedia dan ketapatan informasi yang datang. Hasil penelitian menyarankan bahwa penampilan, ketepatan dan tersedianya informasi mempunyai pengaruh kepada kepuasan orang dengan komunikasi dalam organisasi.
6. Kepuasan dengan cara komunikasi teman sekerja. Faktor ini mencakup komunikasi horizontal, informal dan tingkat kepuasan yang timbul dari diskusi masalah dan mendapatkan informasi dan teman sekerja. Kepuasan dengan komunikasi berhubungan dengan hubungan yang memuaskan dengan teman sekerja.
7. Kepuasan dengan keterlibatan dalam komunikasi organisasi sebagai suatu kesatuan. Faktor ini mencakup hal-hal keterlibatan hubungan dengan organisasi, dukungan atau bantuan dari organisasi dan informasi dari organisasi. Kelihatan bahwa rasa puas dalam komunikasi organisasi dipengaruhi oleh aspek-aspek organisasi seperti dipercaya, sokongan dan tujuan kinerja yang tinggi.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa faktor-faktor kepuasan
komunikasi organisasi terdiri dari kepuasan dengan pekerjaan, kepusaan dengan
ketepatan informasi, kepuasan dengan kemampuan seseorang yang menyarankan
penyempurnaan, kepuasan dengan efisiensi bermacam-macam saluran
komunikasi, kepuasan dengan kualitas media, kepuasan dengan cara komunikasi
teman sekerja, dan kepuasan dengan keterlibatan dalam komunikasi organisasi
2.9Pustakawan
Peran pustakawan dalam masyarakat adalah memaksimalkan pemanfaatan
sumber-sumber informasi demi keuntungan masyarakat itu sendiri. Dengan kata
lain, fungsi pustakawan adalah menjadi mediator antara masyarakat dan
sumber-sumber informasi; bukan hanya buku tetapi termasuk sumber-sumber-sumber-sumber informasi
dalam media lain.
Menurut Hermawan dan Zulfikar (2006: 45) menyatakan bahwa:
“Pustakawan adalah seorang yang melakasanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui profesional dibidang perpustakaan dan informasi”
Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa pustakawan adalah orang yang
melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada
masyarakat sesuai tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu perpustakaan,
dokumentasi dan informasi.
Menurut Soeatminah (1992: 161), menyatakan bahwa:
“Pustakawan adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berijazah dibidang ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang diberi tugas secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan perpustakaan dan dokumentasi pada unit-unit perpustakaan”
Dari definisi di atas, dapat dikatakan bahwa pustakawan merupakan orang
yang memiliki ilmu perpustakaan, dokumentasi, dan informasi melalui pendidikan
formal/nonformal dan bersikap memajukan, dan memberikan pelayanan
profesional dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sedangkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negera No.132/M.PAN/12/2002 (2006: 3) menyatakan bahwa:
Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa arti pustakawan adakalanya
dikaitkan dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS), yaitu PNS yang mendapat surat
keputusan (SK) sebagai pejabat pustakawan yang pekerjaannya atau profesinya
terkait erat dengan dunia pustaka atau dokumentasi dan informasi.
Akhirnya dapat dikemukakan kesimpulan bahwa pustakawan ialah PNS yang
diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-unit
perpustakaan, dokumentasi dan informasi, pemerintah dan/atau unit lain. Oleh
sebab itu, pustakawan harus dapat melayani keperluan pengguna seperti
permintaan akan akses yang lebih cepat ke informasi yang diperlukan dari dalam
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut Arikunto (2002:
136) bahwa, “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya”. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif. Menurut Sugiono (2002: 112) “Metode deskriptif adalah metode yang
digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survei, yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner kepada sejumlah responden
yang dijadikan sampel penelitian.
3.2Lokasi Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, maka lokasi penelitiannya berada di
Perpustakaan UNSYIAH, yang terletak di Jalan Kopelma Darussalam, Banda
Aceh (23111).
3.3Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Untuk memudahkan penelitian ini, maka penulis menetapkan populasi
penelitian. Menurut Sugiyono (2002: 57) menyatakan bahwa, “Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya”.
Berdasarkan pendapat di atas maka yang menjadi kriteria populasi dalam
penelitian ini adalah pustakawan pada Perpustakaan UNSYIAH. Jumlah pegawai
orang (laporan akuntanbilitas kinerja perpustakaan UNSYIAH). Populasi ini
selanjutnya akan digeneralisasikan, sehingga penelitian ini akan dilakukan
terhadap sebahagian populasi sekaligus menjadi sampel dalam penelitian ini.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebahagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili
populasi sebagai sumber data. Menurut Sugiyono (2006: 91) “sampel adalah
sebahagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Mengingat jumlah populasi tidak terlalu banyak maka penulis menetapkan semua
anggota populasi sebagai sampel penelitian (total sampling). Menurut Sugiyono
(2006: 96), “Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sampel”. Dengan demikian jumlah sampel dari penelitian ini
adalah 31 orang.
3.4Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penelitian, teknik yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Pengamatan, yaitu pengamatan yang sistematis tentang kejadian dan
tingkah laku dalam setting sosial yang dipilih untuk diteliti.
2. Kuesioner, yaitu memberikan daftar pertanyaan kepada responden yang
sedang menggunakan perpustakaan.
3. Studi kepustakaan dan berkas, yaitu mengumpulkan buku, jurnal, majalah,
laporan tahunan, dan kepustakaan lain serta pemilihan berkas yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
3.5Jenis Sumber Data
Jenis dan sumber data penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner.
2. Data Sekunder, yaitu data yang mendukung data primer yang bersumber
dari jurnal, buku, majalah, laporan tahunan dan dokumen lain yang
3.6Instrumen Penelitian
Pada dasarnya alat pengumpulan data dalam suatu penelitian terdiri dari
beberapa macam, hal itu erat hubungannya dengan sifat penelitian yang
dilakukan. Dalam hal ini metode penelitian yang digunakan disesuaikan dengan
instrumennya sebagaimana dinyatakan oleh Arikunto (2002: 126) bahwa:
1. Instrumen untuk metode tes adalah tes atau soal.
2. Instrumen untuk metode angket atau kuesioner adalah angket atau kuesioner.
3. Instrumen untuk metode observasi adalah check list.
4. Instrumen untuk metode dokumentasi adalah pedoman dokumentasi atau check list.
Pada penelitian ini, penulis menentukan bahwa instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner sebagai instrumen penelitian.
“Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya” (Sugiyono, 2003: 162).
Instrumen yang dipergunakan untuk mengukur analisis komunikasi
organisasi adalah kuesioner yang didasarkan atas sistem penilaian skala Likert.
Metode ini merupakan penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi
respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya.
3.6.1 Angket atau Kuesioner
Kuesioner sebagai instrumen penelitian berisi sejumlah pertanyaan yang
akan dijawab oleh responden sebagai sumber data. Dengan kuesioner ini
diharapkan penulis akan dapat mengetahui analisis komunikasi organisasi pada
Perpustakaan UNSYIAH Banda Aceh.
Pada penelitian ini kuesioner disusun dalam bentuk pertanyaan dan
disebarkan kepada responden untuk dijawab. Dimana setiap pertanyaan kuesioner
3.6.2 Kisi-kisi Kuesioner
Tabel 1: Kisi-kisi Kuesioner
Variabel Indikator No. Item
Kuesioner
a. Pesan Verbal b. Pesan Non Verbal c. Pesan Internal d. Pesan Eksternal e. Hambatan pesan 2. Jaringan
a. Komunikasi ke Bawah b. Komunikasi Vertikal c. Komunikasi Horizontal d. Isi dari Pesan
3.7Teknik Analisis Data
Teknik analisi data yang digunakan pada penelitian ini adalah statistik
deskriptif. Statistik deskriptif bertujuan untuk menganalisis data dengan cara
menggambarkan data yang telah diterkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat
kesimpulan yang berlaku umum. Dalam mendeskripsikan data, setiap hasil
pertanyaan akan diolah sehingga menghasilkan deskripsi jabawan dalam bentuk
tabulasi.
Data diperoleh ditabulasi dengan menyusun ke dalam tabel kemudian
dihitung persentasenya, selanjutnya dianalisis dan di interpretasikan. Untuk
menghitung persentase jawaban yang diberikan responden digunakan rumus
sebagai berikut :
P = x100% n
F
Keterangan :
P = Persentase
Untuk menafsirkan besarnya persentase yang didapatkan dari tabulasi data,
penulis menggunakan metode penafsiran yang dikemukakan oleh Supardi (1979:
20) sebagai berikut :
1-25% Sebagaian kecil
26-49% Hampir setengah
50% Setengah
51-75% Sebagian besar
76-99% Pada umumnya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Komunikasi Organisasi dalam Bentuk Pesan
Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan
penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu
organisasi tertentu. Kumunikasi organisasi dalam bentuk pesan dapat di ukur
berdasarkan beberapa indicator yaitu: pesan verbal, pesan non verbal, pesan
internal, pesan eksternal, dan hambatan pesan.
Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap komunikasi organisasi
dalam bentuk pesan, dapat dilihat pada tabel berikut
4.2.1 Pesan Verbal
Untuk mengetahui hasil komunikasi organisasi pada Perpustakaan
UNSYIAH dalam bentuk pesan verbal dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 2: Komunikasi Organisasi dalam Pesan Verbal
Pertanyaan Pilihan Jawaban Frekwensi Persentase (%)
1
Dari tabel 2 di atas pada pertanyaan nomor 1 dapat diuraikan bahwa 17
(54.9%) responden menyatakan Sangat sering terjadinya komunikasi dalam pesan
(6.4%) Menyatakan hanya kadang-kadang dan hanya 1 (3.2%) responden yang
menyatakan tidak pernah terjadinya komunikasi dalam pesan verbal .
Untuk pertanyaan nomor 2, 20 (64.5%) responden menyatakan
penyampaian pesan verbal dalam rangka penyebaran informasi sangat baik, 5
(16.1%) responden menyatakan baik, 4 (13%) responden menyatakan kurang baik
dan 2 (6.4%) responden menyatakan penyampaian pesan verbal tidak baik.
Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sebagaian
besar pegawai menyatakan komunikasi organisasi pada Perpustakaan UNSYIAH
dalam bentuk pesan verbal sangat sering dipergunakan dan cara penyampaian
yang sangat baik bagi responden. Meskipun ada sebagian responden yang tidak
setuju dengan hal tersebut, karena mereka merasa tidak pernah melakukan pesan
verbal dan cara penyampaiannya yang tidak baik.
4.2.2 Pesan Non Verbal
Untuk mengetahui hasil komunikasi organisasi pada Perpustakaan
UNSYIAH dalam bentuk pesan non verbal dapat dilihat pada tabel 3 sebagai
berikut :
Tabel 3 : Komunikasi Organisasi dalam Pesan Non Verbal
Pertanyaan Pilihan Jawaban Frekwensi Persentase (%)
3
Sangat Baik Baik
Kurang Baik Tidak Baik
14 12 3 2
45,2 38,7 9,7 6,4
Total 31 100
Dari tabel 3 di atas dapat diuraikan bahwa 14(45.2%) responden
menyatakan penampilan pesan non verbal dalam komunikasi organisasi pada
Perpustakaan UNSYIAH sangat baik, 12(38.7%) responden menyatakan baik,
3(9.7%) responden menyatakan kurang baik dan hanya 2(6.42%) responden yang
menyatakan tidak baik dengan penampilan pesan non verbal dalam komunikasi
Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa setengah
pegawai menyatakan penampilan pesan non verbal dalam komunikasi organisasi
pada Perpustakaan UNSYIAH sangat baik. Meskipun ada sebagian kecil
responden yang tidak setuju, karena mereka menganggap tampilan pesan non
verbal tidak baik.
4.2.3 Pesan Internal
Untuk mengetahui hasil komunikasi organisasi pada Perpustakaan
UNSYIAH dengan pesan internal dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut :
Tabel 4 : Komunikasi Organisasi dengan Pesan Internal
Pertanyaan Pilihan Jawaban Frekwensi Persentase (%)
4
Sangat Baik Baik
Kurang Baik Tidak Baik
17 7 5 2
54,9 22,6 16,1 6,4
Total 31 100
Dari tabel 4 di atas dapat diuraikan bahwa 17(54.9%) responden
menyatakan penggunaan pesan internal dalam komunikasi organisasi pada
Perpustakaan UNSYIAH sangat baik, 7 (22.6%) responden menyatakan baik, 5
(16.1%) responden menyatakan kurang baik dan 2 (6.42%) responden menyatakan
tidak baik.
Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada
umumnya pegawai menyatakan penggunaan pesan internal dalam komunikasi
organisasi pada Perpustakaan UNSYIAH sangat baik. Meskipun ada responden
yang kurang setuju setuju bahkan tidak setuju, karena mereka menganggap
penggunaan pesan internal dalam komunikasi organisasi pada Perpustakaan
UNSYIAH tidak baik.
4.2.4 Pesan Eksternal
Untuk mengetahui hasil komunikasi organisasi pada Perpustakaan