• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Keluarga Tentang Penatalaksanaan Diet Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan Keluarga Tentang Penatalaksanaan Diet Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

Pengetahuan Keluarga Tentang Penatalaksanaan Diet DM

di Wilayah Kerja Puskesmas Babussalam Kabupaten

Aceh Tenggara

Iskandar

101121102

Skripsi

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(2)
(3)

Judul : Pengetahuan Keluarga Tentang Penatalaksanaan Diet Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara

Penulis : Iskandar Fakultas : Keperawatan Tahun : 2010-2012

Abstract

Diabetes Mellitus is a heterogeneous group of disorders characterized by increased levels of blood or hiperglikemia.Diabetes Melllitus glukosadalam is a collection of symptoms that occur in a person caused by the presence of elevated levels of sugar (glucose) blood due to insulin deficiency both absolute and relative. This study aims to identify Family Knowledge About Treatment of diabetes mellitus diet health centers in the region of Southeast Aceh Regency Babussalam District, on July 25 to August 10, 2011. Design used in this study is descriptive. The number of respondents involved in the study were 54 people. Based on the results of research showed that respondents who are 53 years old and younger (1.6%), and the minimum age (5.6%). Respondents by gender Men and women are (50%), by level of education most of high school-educated respondents 23 respondents (42.6%) Based on the type of work most of the respondents worked self-employed 20 respondents (37%). Level family knowledge about dietary management of diabetes mellitus patients categorized as less knowledgeable respondents with 25 respondents (46.3%). From the results of this study are expected to have advanced research that addresses factors other than knowledge related to diabetes and diabetes complications.

(4)

Judul : Pengetahuan Keluarga Tentang Penatalaksanaan Diet Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara

Penulis : Iskandar Fakultas : Keperawatan Tahun : 2010-2012

Abstrak

Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosadalam darah atau hiperglikemia akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relative. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Pengetahuan Keluarga Tentang Penatalaksanaan diet diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara, pada tanggal 25 Juli sampai dengan 10 Agustus 2011. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Dengan jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 54 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling. Dari hasil penelitian didapatkan hasil Tingkat pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan diet diabetes melitus pasien berpengetahuan responden dikategorikan kurang dengan 25 responden (46,3%). Dari hasil penelitian ini diharapkan ada penelitian lanjutan yang membahas faktor lain selain pengetahuan yang berhubungan dengan diabetes dan komplikasi diabetes.

(5)

PRAKATA

Syukur alhamdulillah peneliti sampaikan kehadirat Allah S.W.T karena

berkat rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan sekripsi, penelitian

ini yang berjudul ” Pengetahuan Keluarga Terhadap Penatalaksaan Diabetes

Melitus Di Puskesmas Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara”

Sekripsi penelitian ini dibuat sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan

Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Medan.

Pada kesempatan ini peneliti mengucapan banyak terima kasih kepada dr.

Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara Medan, Erniyati, S.Kp, MNs, selaku pembantu Dekan I Fakultas

Keperawatan, Evi Karota Bukit, S.Kp, MNs, selaku pembantu dekan II Fakuktas

Keperawatan, dan Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNs selaku pembantu

Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyelesaian sekripsi penelitian ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan

dan arahan dari berbagai pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak

langsung. Untuk itu peneliti juga mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada ibu Lufthiani, Skep. Ns.Mkes Selaku dosen pembimbing yang

senantiasa menyediakan waktu dan kesempatan untuk memberikan bimbingan,

pengarahan, dan motivasi dalam menyelesaikan sekripsi penelitian ini, juga

(6)

S.Kep. Ns.Mkep selaku penguji II, serta kepada seluruh staf pengajar dan

administrasi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Ucapan terima kasih yang paling dalam peneliti sampaikan juga

teristimewa kepada kedua orang tuaku, yang menjadi motivator dan inspirasi

dalam hidupku, dan kepada kakak-kakak ku yang telah memberi dukungan baik

moril maupun doa restu, dan ucapan terima kasih kepada reshi yang senanantiasa

membantu dalam bentuk materi maupun motivasi, serta rekan-rekan mahasiswa/i

dan teman-teman sejawat yang telah banyak membantu sehingga peneliti dapat

menyelesaikan proposal penelitian ini.

Akhirnya peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu peneliti yang namanya tidak bisa disebutkan satu-persatu,

harapan peneliti semoga proposal penelitian ini bermanfaat demi kemajuan ilmu

pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, …….2012

Peneliti

(7)
(8)

2.3.1. Defenisi Keluarga... 30

5.1.2. pengetahuan keluarga penatalaksanaan diet... 42

5.2. pembahasan ... 42

(9)

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema I. kerangka konsep penelitian pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan diet diabetes militus di wilayah kerja puskesmas

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

(11)

Judul : Pengetahuan Keluarga Tentang Penatalaksanaan Diet Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara

Penulis : Iskandar Fakultas : Keperawatan Tahun : 2010-2012

Abstrak

Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosadalam darah atau hiperglikemia akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relative. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Pengetahuan Keluarga Tentang Penatalaksanaan diet diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara, pada tanggal 25 Juli sampai dengan 10 Agustus 2011. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Dengan jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 54 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling. Dari hasil penelitian didapatkan hasil Tingkat pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan diet diabetes melitus pasien berpengetahuan responden dikategorikan kurang dengan 25 responden (46,3%). Dari hasil penelitian ini diharapkan ada penelitian lanjutan yang membahas faktor lain selain pengetahuan yang berhubungan dengan diabetes dan komplikasi diabetes.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakangs

Perkembangan zaman dan perbaikan tingkat sosial ekonomi, telah

menyebabkan terjadinya pergeseran pola konsumsi pangan dalam masyarakat.

Makanan jadi dan makanan siap saji telah menjadi kebiasaan dalam masyarakat.

Masyarakat pada umumnya kurang atau tidak mengerti bahwa makanan jadi dan

makanan siap saji telah banyak kehilangan kandungan serat. Asupan makanan

yang terlampau rendah kadar seratnya dan jika dikonsumsi dalam waktu yang

lama akan dapat menyebabkan timbulnya penyakit degeneratif, salah satunya adalah Diabetes mellitus (DM) (Sulistijani, 2002).

Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

DM adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan

oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan

insulin baik absolut maupun relatif (Smeltzer & Bare, 2002).

Oleh karena itu penyakit DM, merupakan penyakit yang menyerang pada orang yang mengalami gangguan metabolisme dan hiperglikemi yang tidak semestinya, akibat dari suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya

efektifitas biologis dari insulin, maka bagi pasien yang memerlukan insulin untuk

(13)

konsistensi jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi pada jam makan yang

berbeda merupakan hal penting. Disamping itu, konsistensi interval waktu

diantara jam makan dengan mengkonsumsi camilan jika diperlukan, akan

membantu mencegah reaksi hipoglikemia dan pengendalian keseluruhan kadar

glukosa darah (Smeltzer & Bare, 2002).

Ketaatan diet merupakan kepatuhan seseorang dalam melakukan diet sesuai

dengan aturan yang berlaku. Oleh karena itu diet yang tepat masih merupakan

unsur fundamental dalam penanganan pasien DM, sebab dengan pemberian diet yang tepat dan teratur sesuai dengan anjuran kemungkinan penyakit DM tidak

akan menimbulkan komplikasi yang lebih lanjut. Sehingga bila penderita DM taat

dengan dietnya maka komplikasi dari DM dapat diminimalkan, sebaliknya jika

penderita DM tidak taat dengan diet yang sesuai dengan anjuran maka komplikasi

yang lebih lanjut dari penyakit DM akan dapat dialami oleh penderita tersebut

(Almatsier, 2004). Sekitar 60-80 persen diabetes menderita hipertensi, dalam

jangka panjang akan menimbulkan komplikasi yang berujung pada kecacatan

Diet standar untuk diabetes di Indonesia juga mengandung diet tinggi

kabohidrat dan sudah berjalan selama 25 tahun. Diet standar kita tetap sama

dengaan standar diet barat, diet mereka mengandung 55-60% kabohidrat,

sedangkan kita 60-70% dan lemak hanya 20-25% saja. Dengan diet standar kita

ternyata tidak ditemukan hipertrigliresidema artinya diet kita masih relevan saat

(14)

tidak di masukan dan juga tidak diklasifikasikan pasien kedalam kelompok ringan

atau yang berat (Waspadji & Sukarji, 2007).

Pola makan merupakan perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhannya

akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan, jenis makanan, frekuensi, cara

pengolahan dan pemilihan makanan. Seseorang yang memiliki pola makan yang

teratur terutama mereka yang menderita DM, akan lebih mudah dalam

menjalankan diet yang sudah dianjurkan, sehingga komplikasi yang dapat

ditimbulkan oleh penyakit DM dapat dicegah. Sebaliknya bila seseorang terutama

yang menderita penyakit DM memiliki pola makan yang tidak teratur, akan

cenderung lebih sulit dalam menjalankan diet yang sudah dianjurkan. Sehingga

komplikasi dari penyakit DM akan dapat dialami oleh penderita tersebut

(Anandita, 2007).

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah satu atap dalam bentuk ketergantungan. Jika peran keluarga diperankan

dengan baik dalam penatalaksanaan penderita DM maka komplikasi yang dapat

ditimbulkan oleh penyakit DM dapat diminimalisir. Sebaliknya jika peran

keluarga tidak diperankan dengan baik dalam penatalaksanaan penderita DM

maka komplikasi yang lebih lanjut dari penyakit DM dapat timbul, dan akan

memperparah kondisi penderita DM tersebut.

Penatalaksanaan yang berpusat pada keluarga tidak akan menambah beban

(15)

keluarga dapat memahami keadaan keluarga yang mengalami penyakit

diabetes.namun banyak keluarga yang tidak mengetahui pembedaan menu makan

penderita DM dengan keluarga yang tidak menderuta diabetes. Salah satu paktor

pencetus tinggiya angka kejadian diabetes adalah diet.disebabkan kurangnya

pengetahuan keluarga terhadap makanan penderita diabetes (Nitra N. Rifki, 2009).

Menurut data WHO (2008). Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar

dalam jumlah penderita DM di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja, terdapat

sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Namun, pada tahun

2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam

menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan di

antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur.

Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan Data Surveilens Terpadu

Penyakit (STP) terlihat jumlah kasus yang paling banyak adalah penyakit DM

dengan jumlah kasus 1.717 pasien rawat jalan yang dirawat di Rumah Sakit dan

Puskesmas Kabupaten maupun Kota. Untuk rawat jalan penyakit DM ini

mencapai 918 pasien yang dirawat di 123 rumah sakit seluruh Sumut dan 998

pasien yang dirawat (Setiabudi, 2009).

Diet adalah terapi utama pada DM, maka setiap penderita semestinya

mempunyai sikap yang positif ( mendukung ) terhadap diet agar tidak terjadi

komplikasi, baik akut maupun kronis. Jika penderita tidak mempunyai sikap yang

positif terhadap diet DM, maka akan terjadi komplikasi dan pada akhirnya akan

(16)

komplikasi dari DM tersebut, maka setiap penderita harus menjalankan gaya

hidup yang sehat, yaitu menjalankan diet DM (Yufi, 2009).

Pengetahuan keluarga sangat berpengaruh dalam hal ini, pengetahuan

keluarga tentang diet DM. Pengetahuan ini akan membawa keluarga untuk

menentukan sikap, berfikir dan berusaha untuk tidak terkena penyakit atau dapat

mengurangi kondisi penyakit anggota keluarga yang menderita DM. Apabila

pengetahuan keluarga baik, maka sikap terhadap diet DM semestinya mendukung.

Tetapi tidak semua keluarga tahu tentang diet DM, sikap keluarga yang tidak tahu

tersebut yang membuat tinggi nya agka penderita DM (Yufi, 2009).

Peneliti telah melakukan survei awal di Puskesmas Kecamatan Babusalam

Kabupaten Aceh Tenggara dan mendapatkan data jumlah pasien diabetes melitus

pada bulan Januari-Oktober 2010 sebanyak 218 orang yang berobat ke Puskesmas

Kecamtan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara. Dari tingginya angka kejadian

diabetes di Kecamatan Babusalam disebabkan oleh kurangnya pengetahuan

keluarga terhadap diet penderita DM maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti

Pengetahuan Keluarga Terhadap Penatalaksanaan Diet Pada Pasien DM Di

Puskesmas Kecamtan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan diet pada pasien

(17)

1.3.Tujuan

Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang penatalaksaan diet pada

pasien DM di Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara.

1.4.Manfaat penelitian

1.4.1. Bagi institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan tentang penyakit

DM sekaligus sebagai ilmu pengetahuan bagi perkembangan ilmu keperawatan.

1.4.2. Bagi Praktik Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberi pelayanan kesehatan

terutama pada penatalaksanaan diet pada pasien DM bagi Puskesmas Babusalam.

1.4.3. Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk keluarga dalam hal

penatalaksanaan diet pada anggota keluarga yang DM.

1.4.4. Bagi Peneliti yang Akan Datang

Diharapkan peneliti ini dapat menjadi masukan terutama penatalaksanaan

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 Defenisi

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes Melitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikimia

yang terjadi karena kelainan insulin, kerja insulin,atau keduanya.

Diabetes merupakan penyakit yang heterogonik, baik karena manifestasinya

maupun karena jenisnya. Diabetes adalah sindrom yang disebabkan oleh

terganggunya insulin di dalam tubuh sehingga menyebabkan hiperglikemia yang

disertai abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Diabetes dapat

diklasifikasikan menjadi diabetes tipe I (insulin–dependen diabetes mellitus atau IIDM), Tipe II (non insulin-dependent diabetes mellitus atau NIDDM) ( Smeltzer & Bare, 2002).

Diabetes Tipe I (IDDM) muncul pada saat pankreas tidak dapat atau kurang

mampu memproduksi insulin sehingga insulin dalam tubuh kurang atau tidak ada

sama sekali. Glukosa didalam darah menumpuk karena tidak dapat diangkut ke

dalam sel. Diabetes tipe ini tergantung pada insulin, oleh karena itu penderita

memerlukan suntikan insulin (Tcandra, 2007).

Menurut Brunner & Suddarth Diabetes Melitus Tipe I disebabkan oleh faktor

genetik, dimana penderita diabetes mewarisi predisi posisi/kecenderungan

(19)

yang memiliki antigen H. Selain itu disebabkan oleh faktor imunologi, adanya

respon autoimun yang abnormal, serta adanya kerusakan sel beta pankreas.

Diabetes Tipe II (NIIDM) merupakan diabetes yang paling sering ditemukan

di Indonesia. Penderita tipe ini biasanya ditemukan pada usia di atas 40 tahun

disertai berat badan yang berlebih. Selain itu diabetes tipe II ini dipengaruhi oleh

faktor genetik, keluarga, obesitas, diet tinggi lemak, dan serta kurang gerak badan

(Nabil, 2009). Kemungkinan lain terjadinya diabetes ini adalah karena sel-sel

jaringan tubuh tidak peka atau resisten terhadap insulin (Tcandra, 2007).

Resistensi terhadap insulin pada diabetes melitus tipe II ini terjadi karena

turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh

jaringan perifer dan menghambat produksi oleh sel hati.

Diabetes Gestational adalah jenis diabetes yang muncul pada saat ibu hamil,

hal ini terjadi karena pengaruh beberapa hormon pada ibu hamil menyebabkan

resisten terhadap insulin. Diabetes ini dapat ditemukan sekitar 2-5% dalam

kehamilan. Umumnya gula darah kembali normal bila sudah melahirkan, tetapi

resiko ibu terkena DM tipe II akan lebih besar (Nabil, 2009).

Diabetes Melitus Sekunder adalah diabetes yang disebabkan oleh penyakit

lain yang menyebabkan produksi insulin terganggu atau meningkatkan kadar gula

darah meningkat. Penyakit yang dimaksud misalnya infeksi berat, radang

(20)

2.1.2 Faktor - Faktor Penyebab Diabetes Melitus

Dari hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh para ahli kedokteran, di

temukan tiori terbaru yang menyatakan bahwa penyakit Diabetes Melitus tidak

hanya disebabkan oleh faktor keturunan (Genetik), tetapi dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang multi-kompleks, antara lain kebiasaan hidup dan

lingkungan. Orang yang tubuhnya membawa Gen Diabetes, belum tentu akan

menderita penyakit gula karena masih ada beberapa faktor lain yang dapat

menyebabkan timbulnya penyakit ini pada seseorang, yaitu antara lain makan

yang berlebihan/kegemukan, kurang gerak atau jarang berolahraga, dan kehamilan

(Lanywati, 2001).

a. Makan yang berlebihan akan gula dan lemak dalam tubuh menumpuk secara

berlebihan. Kondisi tersebut menyebabkan kelenjar pangkreas terpaksa

harus bekerja keras memproduksi hormon insulin untuk mengelola gula

yang masuk. Jika suatu saat gula tidak bisa memenuhi kebutuhan hormon

insulin yang terus bertambah, maka kelebihan gula tidak dapat terolah lagi

dan masuk kedalam darah dan urine (air kencing). Data statistik di Amerika

manunjukan bahwa 70% dari total penderita Diabetes Melitus, merupakan

orang yang memiliki berat badan yang berlebihan(obesitas).

b. Pada saat tubuh melakukan aktivitas/gerakan, maka sejumblah gula akan

dibakar untuk dijadikan tenaga gerak. Dengan demikian kebutuhan akan

hormon insulin juga berkurang. Pada orang yang kurang bergerak dan pada

orang yang jarang berolaah raga, zat makanan yang masuk kedalam tubuh

(21)

gula, memerlukan hormon isulin. Namun, jika hormon insulin kurang

mencukupi, maka akan timbul gejala penyakit Diabetes melitus.

c. Pada saat hamil, untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan janinya, seorang

ibusecara naluri akan menambah jumlah kosumsi makananya, sehingga

umumnya berat badan ibu hamil akan naik sekitar 7 kg – 10 kg. Pada saat

menambah jumlah kosumsi makanan tersebut menjadi, jika ternyata

produksi insulin kurang mencukupi, maka akan timbul gejala penyakit

Diabetes melitus.

a. Diabetes Tipe 1

Diabetes tipe 1 di tandai dengan pengancuran sel-sel beta pankreas.

Kombinasi faktor genetik, imonologi, dan mungkin pula lingkungan( misalnya,

infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan dstruksi sel beta.

Faktor genetik penderita diabetes tidak mewariskan diabetes tipe 1 itu

sendiri. Kecendrunngan genetik ini ditemukan di temukan pada individu yang

memiliki tipe antigen HLA (human leucocyte antigen). HLA merupakan

kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun

terjadi 95% berkulit putih (caucasian) dengan diabetes tipe 1 memperlihatkan tipe

HLA yang spesifik. Resiko terjadinya diabetes tipe 1 meningkatkan tiga hingga

lima kali lipat pada individu yang memiliki salah satu dari tipe HLA ini. Resiko

tersebut meningkat sampai 10 sampai 20 kali lipat pada individu yang memiliki

tipe HLA DR3 maupun DR4 (jika dibandingkan dengan populasi umum).

Faktor Imonologi pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon

(22)

jaringan tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap

seolah-olah sebagai jaringan asing.

Faktor lingkunan interaksi antara faktor-faktor genetik, imunologi dan lingkungan dalam diabetes tipe 1 merupakan pokok perhatian riset yang terus

berlanjut. Meskipun kejadian yang menimbulkan destruksi sel beta tidak

dimengerti sepenuhnya, namun pernyataan bahwa kerentanan genetik merupakan

faktor dasar yang melandasi proses terjadinya diabetes tipe 1 yang merupakan

secara umum yang dapat diterima ( Smeltzer & Bare, 2002).

b. Diabetes tipe II

Mekanisme yang dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi

insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan

memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat

pula faktor-faktor resiko tertentu yang dihubungkan dengan proses tejadinya

diabetes tipe II yaitu faktornya usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada

usia 65 tahun ke atas), obesitas, dan riwayat keluarga (Smeltzer & Bare, 2002).

Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur

hidup. Dalam pengelolaan penyakit tersebut selain dokter, perawat, ahli gizi serta

tenaga kesehatan lain, peran pasien dan keluarga menjadi sangat penting. Edukasi

kepada pasien dan keluarganya guna memahami lebih jauh tentang perjalanan

penyakit DM, pencegahan, penyulit DM, dan penatalaksanaannya akan sangat

membantu meningkatkan keikutsertaan mereka dalam usaha memperbaiki hasil

(23)

2.1.3. Diet Pada Diabetes Melitus A. Penatalaksanaan Diet Diabetes

Anjuran makan pada pasien penderita diabetes sebenarnya sama dengan

anjuran makan sehat untuk semua yang termasuk orang yang tidak menderita

diabetes yaitu makan dengan gizi yang seimbang. Anjuran untuk masyarakat

umum berlaku juga untuk penderita diabetes (Waspadji, dkk, 2007).

1. Makan Yang Beraneka Ragam

Tidak satupun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang

mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif.

Oleh karena itu, setiap orang termasuk yang menyandang diabetes perlu

mengkonsumsi aneka ragam makanan. Makan makanan yang beraneka ragam

menjamin kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.

Sumber zat tenaga antara lain : beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

kentang, sagu, roti dan mie. Minyak, margarin dan santan yang mengandung

lemak juga menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang

aktivitas sehari-hari untuk beraktivitas sedangkan sumber zat pembangun

makanan bersumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati

adalah kacang-kacangan, tempe, dan tahu. Sedangkan yang berasal dari hewani

adalah telur, ikan, ayam, daging, dan susu serta olahannya seperti keju. Zat

pembangun juga berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan kecerdasan

seseorang maka, makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan

buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang

(24)

Keaneka ragaman makanan penderita diabetes dalam hidangan sehari-hari

dikonsumsi harus berasal dari sumber zat tenaga, pembangun dan pengatur. Setiap

kali baik makan siang maupun makan malam, sebaiknya hidangan terdiri dari

makanan pokok, lauk pauk, sayuran, dan buah (Soegondo, dkk, 2009).

2. Makanan Yang Mencukupi Energi

Penderita diabetes dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung

energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja,

belajar, berolah raga, berekreasi, dan kegiatan sosial. Kebutuhan energi dapat

dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak.

Kecukupan masukan energi bagi seseorang ditandai oleh berat badan yang normal

(Waspadji, dkk, 2007).

Kebutuhan energi bagi penderita diabetes tergantung pada umur, jenis

kelamin, berat badan, tinggi badan, dan kegiatan fisik. Susunan makanan yang

baik untuk penyandang diabetes mengandung jumlah kalori yang sesuai dengan

kebutuhan masing-masing orang. Komposisi makanan tersebut adalah 10-20%

protein, 20-25% lemak, dan 45-65% karbohidrat (Soegondo, dkk, 2009).

3. Pembatasan Konsumsi Lemak, Minyak dan Santan

Lemak dan minyak yang terdapat didalam makanan sangat berguna untuk

memenuhi kebutuhan energi, membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K. Bagi

kebanyakan penduduk Indonesia, khususnya yang tinggal dipedesaan konsumsi

(25)

Sedangkan konsumsi lemak pada penduduk perkotaan sudah perlu untuk

diwaspadai, karena cenderung berlebihan.

Penyandang diabetes mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan penyakit

jantung dan pembuluh darah tinggi, oleh karena itu lemak dan kolesterol dalam

makanan perlu untuk dibatasi. Untuk itu makanan jangan telalu banyak digoreng,

bila diinginkan oleh penderita DM maka hanya dapat diberikan mungkin tidak

lebih hanya satu lauk saja yang digoreng pada setiap makan untuk penderita yang

tidak gemuk, selebihnya dapat dimasak dengan sedikit minyak seperti

dipanggang, dikukus, direbus, dan dibakar. kurangi memakan makanan yang

tinggi kolesterol seperti otak, kuning telur, hati, daging berlemak, keju, lemak

hewani, dan mentega ( Soegondo, dkk, 2009).

4. Penggunaan Garam Beryodium

Penyandang diabetes sering mempunyai penyakit lain yaitu tekanan darah

tinggi (hipertensi) sehingga perlu berhati-hati pada asupan natrium. Kelebihan

asupan natrium dalam garam dapur dapat memicu timbulnya darah tinggi.

Anjuran asupan natrium pada penyandang diabetes sama dengan penduduk biasa

yaitu tidak lebih dari 3000 mg perhari yaitu kira-kira 6-7 gram (1 sendok teh)

yang digunakan dalam pemasakan. Dipasar banyak produk makanan dengan

tinggi natrium, perlu hati-hati dengan makanan yang diproses dengan tinggi

natrium termasuk yang tinggi garam dapur, vetsin, dan soda serta makanan yang

diawet dengan natrium ( Soegondo, dkk. 2009).

(26)

Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat

menimbulkan penyakit Anemia. Anemia gizi dpat diderita semua orang termasuk

penderita diabetes dan oleh semua golongan umur. Bahan makanan sumber zat

besi antara lain sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, dan makanan hewani.

6. Kebiasaan Makan Pagi/Sarapan

Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang

dewasa makan pagi sangat bermanfaat dapat memelihara ketahanan fisik dan

mempertahankan daya tahan waktu saat bekerja dan meningkatkan produktivitas

kerja. Pada penderita diabetes terutama yang menggunakan obat penurun glukosa

darah atau pil suntikan insulin tidak makan pagi mempunyai resiko menurunnya

kadar glukosa darah yang membahayakan kesehatan (Soegondo, Dkk, 2009).

7. Minumlah Air Bersih, Aman Dan Cukup Jumlahnya

Air minum harus bersih dan bebas dari kuman. Air minum yang dimasak

sampai mendidih maupun air minum dalam kemasan yang aman untuk diminum.

Air dalam kemasan juga harus terlebih dahulu diproses oleh pabriknya sesuai

dengan ketentuan pemerintah dan syarat-syarat kesehatan (Soegondo, dkk, 2009).

8. Menghindari Minuman Berakohol

Kebiasaan minum berakohol dapat mengakibatkan terhambatnya proses

penyerapan zat gizi, hilangnya zat gizi yang penting, kurang gizi, penyakit

gangguan hati dan kerusakan saraf otak dan jaringan. Disamping itu, minuman

berakohol dapat menyebabkan ketagihan dan kehilangan kendali diri sehingga

(27)

yang tidak dapat meninggalkan minuman alkohol dapat meminta petunjuk pada

dokter atau dietisien tentang bagai mana cara mengkonsumsinya ( Soegondo,

Dkk. 2009).

9. Mengkonsumsi Makanan Yang Aman Bagi Kesehatan

Selain gizi yang harus lengkap dan seimbang makanan juga harus aman bagi

kesehatan. Makanan yang aman adalah makanan yang bebas dari kuman dan

bahan kimia berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga

sehingga penampilan fisik dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan

dengan keyakinan masyarakat. Makan makanan yang tidak aman dapat

menyebabkan gangguan kesehatan, antara lain dapat menyebabkan keracunan

makanan yang dapat menyebabkan kematian (Soegondo, dkk. 2009).

B. Jadwal Makan Penderita Diabetes

Menurut Soegondo (2009) pengaturan jadwal bagi penderita diabetes

biasanya adalah 6 kali makan. 3 kali makan besar dan 3 kali selingan. Adapun

jadwal waktunya adalah sebagai berikut;

1. Makan Pagi (jam 07.00)

2. Snack I (jam 10.00)

3. Makan siang (13.00)

4. Snack II (jam 16.00)

5. Makan malam (jam 19.00)

(28)

Usahakan makan tepat pada waktunya, karena apabila telat makan, akan

terjadi hipoglikemia (rendahnya kadar gula darah) dengan gejala seperti pusing,

mual, dan pingsan. Apabila hal ini terjadi segera minum air gula.

C. Porsi Makan Penderita Diabetes

Perhatikan jumlah/porsi makanan yang anda konsumsi. Prinsip jumlah

makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes adalah porsi kecil dan sering,

artinya makan dalam jumlah sedikit tetapi sering. Adapun pembagian kalori untuk

setiap kali makan dengan pola menu 6 kali makan adalah sebagai berikut ;

1. Makan Pagi (20%) - maksudnya 20% dari total kebutuhan kalori sehari,

Nasi, Ikan, Nabati, Sayuran dan Minyak

2. Snack I (10%), buah–buahan, susu

3. Makan siang (25%), nasi, ikan, nabati, sayuran, buah, dan minyak

4. Snack II (10%) buah– buahan

5. Makan malam (25%) nasi, ikan, nabati, sayuran, buah, dan minyak

6. Snack III (10%) susu dan buah

D. Tujuan Diet Pada Diabetes

Tujuan umum pada terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes

memperbaiki kebiasaan gizi untuk mendapat kontrol metabolik dan beberapa

tambahan tujuan khusus yaitu :

1. Mempertahankan kadar glukosa darah dengan insulin (Endogen atau

Eksogen) atau obat hipoglekemik oral dan tingkat aktivitas.

(29)

3. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau untuk

mepertahankan berat badan yang memadai pada orang yang dewasa,

mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada anak dan

remaja, untuk peningkatan metabolik selama kehamilan dan laktasi atau

penyembuhan dari penyakit katabolik.

4. Berat badan memadai diartikan sebagai berat badan yang dianggap dapat

dicapai atau dipertahankan baik jangka pendek maupun jangka panjang

oleh orang dengan diabetes itu sendiri maupun oleh petugas medis atau

keluarga.

5. Menghidari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang

menggunakan insulin seperti hipoglikimia, penyakit-penyakit jangka

pendek, maslah yang berhubungan dengan latihan jasmani dan komplikasi

kronik diabetes.

6. Meningkatkan kesehatan secara menyeluruh melalui gizi yang optimal

(Soegondo, 2009).

Perinsip umum dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari

penatalaksaan diabetes penatalaksaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan

untuk mencapai tujuan sebagai berikut ini, Memberikan semua unsur makan

esensial, mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai, Memenuhi

kebutuhan energi, mencegah fluktasi kadar glukosa setiap harinya dengan

mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang

aman dan praktis, dan dapat menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini

(30)

Bagi pasien yang memerlukan insulin untuk membantu kadar glukosa dalam

darah, upaya mempertahankan konsistensi jumlah kalori dan kabohidrat yang

dikosumsi pada jam-jam makan yang brbeda merupkan hal yang terpenting

(Smeltzer & Bare, 2002).

E.Langkah- langakah terapi gizi 1. Pengkajian

Pengkajian gizi pasien termasuk data kelinis seperti hasil pemantauan

sendiri kadar glukosa darah, kadar lemak darah (kolesterol total, LDH, HDL, dan

trigliserida) dan homoglobin glikat. Pengkajian gizi juga digunakan untuk

mengetahui apa yang mampu dilakukan oleh pasien dan kesediaan melakukannya.

Aspek budaya, etnik, dan keuangan perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan

kepatuhan pasien yang tinggi.

Pengakajian dapat dilakukan dengan menggunakan wawancara atau dengan

menggunakan kuesioner. Dietisen yang bekerja di ruangan keperawatan

menggunakan kuesioner yang sederhana. Pengkajian hendaknya mampu

mengindentifikasi maslah gizi dan mikonsepsi yang ada (Soegondo, 2009).

a. Menentukan Tujuan Yang Akan Dicapai

Hasil dari pengkajian gizi perli untuk menentukan tujuan yang akan

dicapai.pasien hendaknya diminta untuk mengindentifikasi apa yang perlu untuk

(31)

Tujuan yang akan dicapai hendaknya membantu pasien diabetes membuat

perubahan yang positif dalam makan dan latihan jasmani yang akan menghasilkan

antara lain perbaikan kadar glukosa darah dan kadar lemak darah serta perbaiki

asupan gizi (Soegondo, 2009).

b. Intervensi Gizi

Informasi yang didapatkan dari terapi gizi dan tujuan yang akan didapatkan

menntukan dasar intervensi terapi gizi. Dietisien perlu dipertimbangkan beberapa

banyak informasi perlu diberikan, kemampuan baca dan menulis dan jenis alat

peraga yang diperlukan. Intervensi ditujukan untuk memberi informasi praktis

pada pasien yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Intervensi gizi

dasar terapi ini memerlukan gambaran tentang gizi, kebutuhan gizi,

penatalaksanaan tentang gizi pada diabetes, informasi survival-skill yang

dianggap perlu untuk pasien (membaca tabel, penatalaksanaan saat sakit) dan

terapi gizi lanjutan tahap ini melibatkan penggunaan suatu pendekatan

perencanaan makan yang lebih seperti menu makanan, perhitungan kalori, dan

penghitungan lemak (Soegondo, 2009).

c. Evaluasi terapi gizi

Evaluasi adalah bagian yang sangat terpenting pada prose terapi gizi medis.

Dietisien dan pasien bersama-sama menetapkan hasil intervensi. Pada tahap terapi

ini, pemecahan masalah mungkin penting untuk membantu pasien menetapkan

(32)

dengan mengobati glikat ( A1C ), lipit, tekanan darah dan fungsi ginjal penting

untuk mengevaluasi hasil yang berhubung dengan gizi.

Untuk individu, konsisten dalam hal pola makan penting oleh karena pola

makan yamg konsisten menghasilkan AIC yang lebih rendah dari pada pola

makan yang derampang. Tindak lanjut untuk anak-anak dianjurkan dilakukan

untuk setip 3-6 bula, sedangkan untuk orang dewasa setiap 6-12 bulan (Soegondo,

2009).

d. Kebutuhaan Zat Gizi Diabetes

Menu sehari- hari dapat memenuhi kebutuhan gizi pasien DM sesuai standar

makan (energi, protein, lemak, kabohidrat, dan serat) kebutuhan gizi tersebut

dibagi rata waktu makan pagi, siang, dan malam. Antara lain kebutuhan gizinya

yaitu :

1. Protein

Rencana makan dapt mencangkup pengunaan beberapa makanan sumber

protein nabati (misalnya kacang-kacangan, biji-bijian yang utuh) untuk membantu

mengurangi asupan kolesterol serat lemak jenuh. Disamping itu, rekomendasi

untuk mengurangi jumlah asupan protein dapat diberi pada pasien dengan

tanda-tanda penyakit ginjal ( Semeltzer& Bare, 2002 ).

Hanya sedikit data ilmiah untuk membuat rekomendasi yang kuat tentang

asupan protein orang dengan diabetes, pada saat ini menganjurkan

(33)

diabetes di Indonesia tahun 2006, kebutuhan proein untuk penyandang diabetes

juga 10-20% energi.

Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kgBBperhari atau 10%dji

dari kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65%

hendaknya bernilai biologik tinggi (soegondo, 2009).

Berkurangnya aktivitas insulin pada dibetes menghambat sintesis protein.

Asupan protein sebesar 0, 8 g/kg BB ideal dapat mempertahankan proteogenesis,

dengan catatan 50% daripadanya harus berasal dari protein hewani. Pada gagal

ginjal karena nefropati diabetik, protein harus dikurangi, kecuali bila dilakukan

hemodialisi (Waspadji, dkk, 2007 ).

2. Total Lemak

Bukti klinis, epidimiolgis dan percobaan binatang telah memastikan bahwa

peningkatan kadar lemak merupakan faktor resiko aterosklorosis. Oleh karena itu

diet tinngi karbohidrat dan rendah lemak sangat baik utuk pasien diabetes sangat

baik. Dianjurkan baik oleh ADA (American Diabetes Association) bahw asupan

lemak jangan lebih dari 30% dan kolesterol kurang dari 300 mg/ hari (Waspadji

Dkk, 2007). Asupan lemak dianjurkan <7% energi dari lemak jenuh dan tidak

boleh lebih 10% energi dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selbihnya dari

lemak tidak jenuh tunggal. Anjuran asupan lemak di indonedia adalah 20-25%

energi.

Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama, dapat diakui anjuran

diet dislipidemia tahap II yaitu < 7% energi total dari lemak jenuh dan kandungan

(34)

maslah utama, pendekatan yang mungkin menguntungkan selain penurunan berat

badan dan peningkatan aktivitas adalah peningkatan sedang asupan lemak tidak

jenuh tunggal sampai 20% energi. Sadangkan asupan kabohidrat lebih rendah.

Lain dengan penggunaan nust, alpukat dan minyak zaitun. Pasien dengan kadar

trigliserida >1000 mg/dl mungkin perlu penurunan semua tipe lemak makanan

untuk menurunkan kadar lemakplasma dalam bentuk kilmikron (soegondo, 2009).

3. kabohidrat

Tujuan diet ini adalah meningkatkan kosumsi karbohidrat komplek

( khususnya yang berserat tinggi) seperti roti gandum utuh, nasi beras tumbuk,

serial dan pasta yang berasal dari gandum yang masih mengandung bakatul.

Meskipun demikian anjuran untuk menghidari makanan jenis gula sederhana

(laktosa dan fruktosa) seperti susu dan buah bukanlah tindakan yang tepat. Di

samping itu, penggunaan sukrosa (gula pasir) dengan jumlah yang sedang (tidak

berlebihan) kini lebih banyak ditrima sepanjang pasien masih dapat

mempertahankan kadar glukosa atau lemak yang adekuat yang mampu

mengendalikan berat badanya (Smeltzer & Bare, 2002).

Rekomendasi ADA tahun 1994 mempokuskan pada jumlah total kabohidrat

dari pada jenisnya. Rokomendasi untuk sukrosa lebih liberal, Buah dan susu

suduh terbukti mempunyai respon glekemik yang lebih rendah dari pada

tepung-tepungan. Walaupun tepung-tepunagan mempunyai respon glikemik yang

berbeda-beda, prioritas hendaknya lebih pada jumlah total kabohidrat yang

dikonsumsi kabohidrat dari pada sumber kabohidrat. Anjuran konsumsi

(35)

4. Serat

rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan orang

yang tidak menderita diabetes yaitu dianjurkam mengkosumsi 20-35 g serat

makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di indonesia anjuran adalah 25 g/

1000 kalori/hari dengan mengutamakan serat larut (soegondo, 2009).

Efek samping pengunaan serat terlalu banyak adalah rasa kembung dan

meningkat keja usus. Tentang serat selama ini sellu dianggap bahwa makanan

indonesia menganung banyak serat, tetapi hal ini harus dipertanyakan. Ternyata

pada suatu survay di Jakarta, ditemukan konsumsi serat hanya 19 gram sehari. Dn

juga ditemukan serat pada diet kita lebih banyak serat yang tidak berasal dari

buah-buahan dan sayur- sayuran yang mengandung lebih banyak serat yang tidak

larut dibandingkan dengan serat yang berasal dari buah-buahan. Ini disebabkan

harga buah di indonesia mahal. Dalam kosensus PERKENI, dianjurkan agar

asupan serat 25 g/hari (Waspadji dkk, 2007).

5. Natrium

anjuran asupan orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu

tidak lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan

sampai sedang, dianjurkan 2400 mg natrium perhari (soegondo, 2009).

6. Alkohol

Asupan kalori dari alkohol diperhitunkan sebagai bagian dari asupan kalori

total dan sebagai penukar lemak (Soegondo, 2009).

(36)

Apabila asupan gizi cukup, biasanya tidak perlu menambah suplemen

vitamin dan mineral. Walaupun ada alasan tioritis untuk memberikan suplemen

anti oksidan, sampai saa ini sedikit buktinya yang menunjang bahwa terapi

tersebut menguntungkan.

Pemberian kromium menguntungkan pengendalian glikemik bagi mereka

yang kekurangan kromium sebagai akibat nutrisi parental. Kebanyakan orang

dengan diabetes hendaknya tidak kekurangan kromium oleh karena itu

suplementasi kromium tidak bermanfaat (Soegondo, 2009).

2. Bahan Makanan Penukar

Daftar bahan makanan penukar ( BMP ) adalah penggolongan bahan

makanan berdasarkan nilai gizi yang serta untuk perencanaan makan. Setiap

golongan bahan makanan tersebut mempunyai kandungan kalori, protein, lemak

dan karbohidrat yang hampir sama. Seperti diketahui perencanaan makan pasien

didasarkan pada kebutuhan kalori sehai-hari dari pasien tersebut. Untuk

mempermudah dalam penyuluhan gizi kepada pasien, kebutuhan makanan

sehari-hari tidak diberi dalam ukuran gram, namun dalam ukuran penukar. Berdasarkan

standart diet daftar bahan makanan penukar dapat dengan mudah disusun menu

makanan sehari-hari yang bervriasi (Waspadji dkk, 2007).

Daftar bahan makanan penukar adalah suatu nama bahan makanan dengan

ukuran tertentu dan di kelompokan berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak,

kabohidrat. Setiap kelompok bahan makanan dianggap mempunyai nilai gizi yang

(37)

Dikelompokan menjadi 8 kelompok bahan makanan yaitu :

1. Golongan 1 : bahan makanan sumber kabohidrat (contoh, Kentang,

nasi, roti puti, ubi, tepung terigu, tepung bers, mie basah dan kering.)

2. Golongan 2 : bahan makanan sumber protein hewani ( contoh. Ayam

tanpa kulit, babat,daging kerbau, ikan segar, ikan asin, teri kering,

udang segar.)

3. Golongan 3 : suber makan protein nabati ( contoh. Kajang hijau,

kacang kedelai, kacang merah segar, kacang tanah, kacang tolo, tahu,

tempe.)

4. Golongan 4 : sayuran (contoh. Bayam, bit, buncis, brokoli, genjer,

jagung muda, kol, wartel, daun pakis, jantung pisang. )

5. Golongan 5 : buah-buahan (anggur, apel, belimbung, duku, durian,

jambu, kedondong, mangga, pisang, pepaya, melon, nagka masak,

sawo, semangka,sirsak.)

6. Golongan 6 : susu ( keju, susu kambing, susu sapi,yogurt susu penuh,

joghurt).

7. Golongan 7 : minyak ( mentega, santan, margarin jagung, minyak

kedele, dan minyak zaitun (Soegondo, 2009).

2.2. Konsep Pengetahuan 2.2.1.Definisi Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

(38)

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan merupakan proses belajar

dengan menggunakan panca indra yang dilakukan untuk dapat menghasilkan

pengetahuan dan keterampilan (Notoadmojo. 2003).

Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam

peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam

dirinya sendiri sedemikian aktif yang mengetahui itu menyusun yang diketahui

pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif (Watloly, 2005).

2.2.2 Fungsi Pengetahuan

Setiap kegiatan yang dilakukan umumnya memberi manfaat. Pengetahuan

merupakan upaya manusia yang secara khusus dengan objek tertentu, terstruktur,

tersistematis, menggunakan seluruh potensi kemanusiaan dan dengan

menggunakan metode tertentu. Pengetahuan merupakan sublimasi atau intisari

dan berfungsi sebagai pengendali moral daripada pluralitas keberadaan ilmu

pengetahuan (Watloly, 2005).

2.2.3. Sumber-Sumber Pengetahuan

Sumber pengetahuan dapat dibedakan atas dua bagian besar yaitu bersumber

pada daya indrawi, dan budi (intelektual) manusia. Pengetahuan indrawi dimiliki

oleh manusia melalui kemampuan indranya tetapi bersifat relasional. Pengetahuan

(39)

memiliki kemampuan menghubungkan hal-hal konkret material dalam

ketunggalannya. Pengetahuan indrawi bersifat parsial disebabkan oleh adanya

perbedaan kemampuan tiap indra. Pengetahuan intelektual adalah pengetahuan

yang hanya dicapai oleh manusia, melalui rasio intelegensia. Pengetahuan

intelektual mampu menangkap bentuk atau kodrat objek dan tetap menyimpannya

didalam dirinya (Watloly, 2005).

2.2.4. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) ada 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup

dalam domain kognitif, yakni tahu (know), Memahami (comprehension), Menerapkan (application), Analisa (analysis), Sintesa (Synthesis),Evaluasi (Evaluation)

Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasi, menyatakan.

Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

(40)

Menerapkan (application) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi

di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang nyata.

Analisa (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen–komponen tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisa ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan,

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

Sintesa (Synthesis) Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi–

formulasi yang ada.

Evaluasi (Evaluation) Berkaitan dengan kemempuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian–penilaian ini

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

2.2.5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan ekternal.

Pengetahuan internal berasal dari dalam diri manusia sedangkan faktor eksternal

adalah dorongan yang berasal dari luar berupa tuntutan untuk memenuhi

(41)

seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : Pengalaman, tingkat

pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan, dan sosial budaya.

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.

Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum,

seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang

lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih

rendah.

Keyakinan, biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi

pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

Fasilitas, fasilitas–fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.

Penghasilan, penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan

seseorang. Akan tetapi bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan

mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas–fasilitas sumber informasi.

Sosial budaya, kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.2.6. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

(42)

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

disesuaikan dengan tingkatan domain di atas (Notoatmodjo, 2003).

Pengukuran pengetahuan dimaksud untuk mengetahui status pengetahuan

seseorang dan disajikan dalam persentase kemudian ditafsirkan dengan kalimat

yang bersifat kualitatif, yaitu baik (76%-100%), cukup (60%-75%), kurang

(<60%). (Arikunto, 2006).

2.3. Konsep Keluarga 2.3.1 Defenisi keluarga

Menurut Undang- Undung No. 10 Tahun 1992, keluarga adalah unit terkecil

dalam masyarakat, yang terdiri dari ayah, ibu, anak yang saling berintraksi.

Menurut depkes R.I.2000 keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang

terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal dalam

suatu tempat dibawah satu atap dimana keadaan saling ketergantungan.

Keluarga adalah sekumpulan individu yang tinggal dalam satu rumah yang

terdiri dari ayah, ibu, dan anak atau semua individu yang tinggal dalam satu

rumah yang saling berintraksi, intelerasi, dan interdependesi untuk mencapai

tujuan bersama (Mubarak, dkk, 2006).

2.3.2. Peran Keluarga Dalam Kesehatan Keluarga

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan orang laun terhadap

seseorang sesuai dengan kedudukanya dalam suatu sistem. Peran keluarga dalam

(43)

berfungsinya keluarga, penyakit yang diderita salah satu anggota keluarga dapat

mempengaruhi keluarga yang lainya (Setiawati & Darmawan, 2008).

Dalam upaya mendirikan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang

sedang sakit, sehingga keluarga mampu melakukan fungsi dan tugas dalam

merawat anggota keluarga yang sedang sakit dan diharapkan kepada keluarga

dapat mengindentifikasi 5 dasar yaitu: fungsi efektif, sosialisasi, reproduksi,

ekonomi, dan fungsi perawatan keluarga ( Mubarak, dkk, 2006).

2.3.3. Tugas Kesehatan Keluarga

Keluarga merupakan unit pelayanan dasar dalam masyarakat dan juga

merupakan perawat utama dalam anggota keluarga. Keluarga akan berperan

banyak terutama dalam menentukan asuhan pada yang diperlukan anggota

keluarga. Sebagai salah satu sistem akan terjadi saling interaksi dan

interdependensi antara sub-sub sistem dalam keluarga. Dengan kata lain salah satu

anggota keluarga mengalami gangguan kesehatan, maka sistem keluarga

(44)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1.Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan

Keluarga Dalam Penatalaksanaan Diet Pada Pasien Diabetes Melitus Di

Puskesmas Kecamtan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara sebagai berikut:

skema:1 kerangka konseptual

Pengetahuan keluarga

Penatalaksanaan Diet DM

- Makanan yang beraneka ragam

- Makanan yang mencukupi energi

- Pembatasan lemak, minyak, dan santan

- Pengunaan garan beryodium

- Mengkosumsi makanan zat besi

- Kebiasaan makan pagi/ sarapan

- Minum air yang betrsih, aman, dan cukup jumlahnya.

- Menghindari minuman berakolhol

(45)

3.2. Defenisi Konseptual

Defenisi Operasional: Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh

keluarga pasien diabetes melitus yang berkaitan dengan penatalaksanaan diet

(46)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif yang

bertujuan mengidentifikasi pengetahuan keluarga terhadap penatalaksanaan diet

Diabetes Militus Di Puskesmas Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh

Tenggara.

4.2 Populasi Dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi

dalam penelitian ini adalah keseluruhan pasien diabetes militus yang ada di

kecamatan babusalam Kabupaten Aceh Tenggara. Berdasarkan survei awal yang

dilakukan oleh peneliti jumlah pasien diabetes yang didapat dari puskesmas

Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara pada bulan Januari–Desember

2010 berjumlah 218 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, apabila jumlah

subjek kurang dari 100, lebih baik diambil keseluruhan sehingga penelitiannya

(47)

dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto, 2006) jadi sampel

yang diambil dalam penelitian adalah 25% dari jumlah sampel yang direncakan

yaitu dengan teknik purposive sampling sebanyak 54 orang responden.

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga (yang tidak

menderita DM) yang mempunyai anggota keluarga yang menderita penyakit

diabetes melitus di Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara, yang

bersedia menjadi responden serta bisa membaca dan menulis.

4.3 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di wilyah kerja Puskesmas Kecamatan

Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara. Adapun pertimbangan pemilihan wilayah

Kecamatan tersebut karena kurangnya informasi dan pengetahuan keluarga

terhadap diet diabetes melitus, khususnya keluarga yang mempunyai keluarga

yang menderita diabetes melitus. Maka dari itu peneliti merasa perlu untuk

melakukan penelitian. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini sudah dilakukan serta mendapat izin dari Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan izin dalam pengumpulan data,

maka dilakukan pendekatan kepada responden dan menjelaskan maksud dan

tujuan penelitian. Menurut Nursalam (2003), ada beberapa pertimbangan etik

(48)

tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian, 2) Informed Consent, peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri,

menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi

peserta penelitian maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan,

3) Anonimity, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing lembar

persetujuan tersebut, 4) Confidentiality, peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk

kuesioner oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka. Instrumen

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

terdiri dari dua bagian yaitu lembar pertama mengenai data demografi, lembar

kedua mengenai pengetahuan. Cara pengisian lembar kuesioner adalah dengan

menggunakan checklist (√) pada tempat yang tersedia.

Kuesioner mengenai data demografi meliputi: No responden, , jenis kelamin.,

pendidikan, pekerjaan,penghasilan perbulan, hubungan dengan penderita DM,

bagian kedua yaitu kuesioner dalam bentuk tertutup yang berisi tentang

pernyataan-pernyataan yang mengidentifikasi bagaimana pengetahuan keluarga

tentang penatalaksanaan diet Diabetes Militus, yang terdiri dari pertanyaan negatif

dan pertanyaan positif. Untuk pertanyaan positif pada soal 1,3,5,7,9,11,13,15,dan

17. Dan untuk pertanyaan negatif pada soal 2,4,6,8,10,12,14,16, dan18.

(49)

penatalaksanaan diet diabetes melitus. Tiap pernyataan diberi nilai 1 bila ”ya” dan

diberi nilai 0 bila ”tidak”.

Penilaian pengetahuan dalam penelitian ini akan dikategorikan menjadi Baik,

Cukup, dan Kurang. Menurut Arikunto ( 2006), untuk mengetahui secara kualitas

tingkat pengetahuan yang dimilki seseorang dapat dibagi ke dalam tiga bagian

yaitu: tingkat pengetahuan Baik jika skor atau nilai 76%-100%, Cukup dengan

skor 60%-75% dan pengetahuan kurang jika skor Kurang dari 60%.

Berdasarkan persentase diatas untuk tingkat pengetahuan keluarga tentang

diet diabetes militus dikatakan mampu menjawab soal sebagai berikut :

Baik : jika jawaban benar dengan nilai 76%-100% dengan total score 15-18.

Cukup : jika jawaban benar dengan nilai 60%-75% dengan total score 11-14

Kurang : jika jawaban benar dengan nilai <60% dengan total score <10

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid

apabila mampu mengukur data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi

rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul

tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Uji validitas

pada penelitian ini dilakukan oleh dosen keperawatan medikal bedah dengan

hasil yang baik dan kemudian kuesioner dapat di sebarkan pada responden.

Tes reliabilitas (kepercayaan) merupakan indeks yang menunjukkan sejauh

(50)

sejauh mana alat tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan

menggunakan alat ukur yang sama ( Notoadmodjo, 2005 ).

Instrumen yang reliable akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya atau benar sesuai kenyataannya sehingga walaupun data diambil berulang-ulang,

hasilnya akan tetap sama. Kuesioner penelitian ini akan diuji dengan reliabilitas

internal yang diperoleh dengan cara menganalisa data dari satu kali pengetesan

Peneliti mencari reliabilitas dengan rumus KR-21. Uji reliabilitas dilakukan sebelum mengumpulkan data, dengan mengujikan kuesioner kepada 22 subjek

diluar dari subjek penelitian dengan kriteria subjek penelitan yang sama kemudian

menilai reliabilitasnya. Untuk instrumen yang baru dikatakan reliabel apabila

memiliki nilai 0,70. (Arikunto, 2006).

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di kecamatan babusalam Aceh Tenggara.

Metode pengumpulan data yang digunakan terhadap responden dengan

menggunakan kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti memperoleh

surat izin pelaksanaan penelitian dari Fakultas Keperawatan USU dan Kepala

Puskesmas Kecamatan Babusalam. Pada saat pengumpulan data peneliti

menjelaskan waktu, tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian kepada

calon responden dan yang bersedia berpartisipasi diberi lembar kuesioner dan

diberi kesempatan bertanya apabila ada pernyataan yang tidak dipahami.

Responden yang tidak mampu mengisi sendiri dibantu oleh peneliti dengan cara

(51)

kuesioner kemudian memeriksa kelengkapan data dan jawaban. Jika ada data yang

kurang lengkap dapat langsung dilengkapi. Selanjutnya data yang telah terkumpul

dianalisa.

4.8 Analisa Data

Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing

untuk memeriksa kelengkapan identitas dan memastikan semua jawaban telah

diisi, kemudian dilanjutkan dengan memberi kode untuk memudahkan peneliti

dalam melakukan tabulasi data.

Pengolahan data demografi meliputi alamat, umur, lama menderita diabetes,

jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, pengahisan perbulan, dan hubungan

dengan penderita diabetes. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran

distribusi data tetapi tidak dianalisis (Arikonto, 2006). Sedangkan pengolahan

data diet diabetes melitus menggunakan teknik komputerisasi yang juga

(52)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil penelitian

Pada Bab ini akan di uraikan data hasil penelitian dan pembahasan

mengenai pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan diet diabetes melitus di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara,

penelitian ini dilaksanakan mulai 25 Juli sampai 10 Agustus 2011 di Puskesmas

Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara. Dengan jumlah responden

sebanyak 54 orang. Responden dalam penelitian ini adalah keluarga yang

memiliki anggota keluarga yang menderita diabetes melitus di wilayah kerja

puskesmas kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara.

5.1.1 Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian diperoleh hasil berdasarkan umur terendah 18 tahun

dan umur tertinggi 53 tahun,. Berdasarkan jenis kelamin setengah laki-laki 27

responden (50%) dan perempuan (50%), berdasarkan latar belakang pendidikan

sebagian besar berpendidikan SMA 23 responden (42,6%), berdasarkan

pekerjaan setengah responden memiliki pekerjaan sebagai wiraswata 20

responden (37%). Berdasarkan penghasilan responden memiliki peghasilan

kurang dari Rp.1000.000 sebanyak 25 responden (46,3%), berdasarkan hubungan

(53)
(54)

5.1.2 Pengetahuan Keluarga Tentang Diet DM

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara. Pengetahuan keluarga tentang

penatalaksanaan diet diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan

Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara diketahui bahwa setengah responden

berpengetahuan kurang 25 responden (46,3%), kategoricukup 20 responden

(37,0%), dan pengetahuan responden baik sebanyak 9 responden (16,7%).

Tabel 5.1.2 pengetahauan keluarga tentang penatalaksanaan diet diabetes melitus di Puskesmas Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara.

Mengenai pembahasan pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan diet

DM Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Babussalam Kabuapaten Aceh

Tenggara yang dilakukan terhadap 54 responden keluarga yang menderita

penyakit DM, bepengetahuan sebagian besar pada katagori kurang yaitu 25

responden (46,3%), dan pengetahuan cukup yaitu 20 responden (37,0%),

sedangkan hanya 9 responden (16,7%) mempunyai pengetahuan yang baik

(55)

Hasil penelitian yang dilakukan di puskesmas kecamatan babusalam

kabupaten aceh tenggara menunjukkan sebagian besar responden memiliki

pengetahuan yang kurang kurang yaitu 25 responden (46,3%).

Tingkat pengetahuan yang bervarias dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang

bersangkutan yang terdiri dari: pendidikan, persepsi, motivasi dan pengalaman.

Faktor eksternal meliputi lingkungan, kebudayaan dan informasi (Notoadmojo,

2002).

Rendahnya pengetahuan responden tentang penatalaksanaan diet DM

dipengaruhi oleh kuranganya pengetahuan diakibatkan kurangnya informasi yang

diperoleh responden dari lingkungan sekitar. Dimana masyarakat sekitar kurang

memamfaatkan fasilitas kesehatan yang disediakan, dan dari peryataan tenaga

kesehatan yang bertugas dipuskesmas kecamatan babusalam, setiap mereka

melakukan penyuluhan DM hanya sedikit masyarakat yang menghadirinya

diakibatkan sibuk dengan tugas masing-masing. Dan dari hasil penelitina yang

dilakukan di puskesmas kecamatan babusalam kab. Aceh tenggara kebanyakan

responden berpengetahuan yang kurang yaitu 25 responden (46,3). Hal ini sesuai

dengan pendapat Solita Sarwono (1997) bahwa perubahan perilaku dapat

dilakukan dengan cara memberikan informasi secara terus menerus yang akan

menambah pengetahuan responden dan membuat responden memahami materi

(56)

Dari penelitian diperoleh data tengtang jenis kelamin responden yaitu 27

responden laki-laki (50%) dan responden perempuan yaitu 27 responden (50%)

winata. Dari jenis kelamin ini dapat mempengaruhi pengetahuan responden

tengtang penatalaksanaan diet DM dimana lebih banyak pengalaman wanita

dalam memilih dan mengatur makanan dibandingkan laki-laki. Hal ini sesuai

dengan penelitian Dewi (2008) yang meneliti tentang pengetahuan diet diabetes

melitus, darihasil penelitian ditemukan responden berjenis kelamin laki-laki lebih

banyak melakukan kesalahan praktek pengukuran makanan/dietnya dibanding

perempuan yaitu sebanyak 30 orang ( 53,6 % ). Hal ini menunjukkan bahwa

wanita lebih teliti melakukan suatu pekerjaan yang berhubungan dengan

ketrampilan dalam mengatur menu mkanan penderita DM. Lazimnya wanita lebih

teliti dan tekun daripada pria dalam melakukan suatu pekerjaan terutama dalam

menu makanan. Hal ini mungkin terjadi karena wanita merasa sudah sangat biasa

berhubungan dengan makanan,

Dari hasil penelitian yang dilukukan bahwa masih ada responden yang tidak

sekolah yaitu 6 responden (11,1%), pendidikan SD 4 responden (7,4%), SMP 13

responden (24,1), diama yang palaing banyak responden yang berpendidikan

SMA yaitu 23 responden (42,6%) dan pendidikan perguruan tinggi yaitu 8

responden dengan persentase (14,8%).

Dari tingkat pendidikan responden yang berpariasi maka tingkat pengetahuan

responden berbeda-beda. Pengalamaan responden dalam juga dapat menpengaruhi

pengetahuan. Hal ini sesusai denga pendapat Notoadmodjo (2003) bahwa

(57)

sendiri maupun orang lain, sedangkan tingkat pendidikan menentukan mudah

tidaknya menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh dan pada

umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pengetahuannya.

Menurut penelitian Dewi (2008) yang meneliti tentang pengetahuan diet diabetes

melitus, darihasil penelitian ditemukan responden berjenis kelamin laki-laki lebih

banyak melakukan kesalahan praktek pengukuran makanan/dietnya dibanding

perempuan yaitu sebanyak 30 orang ( 53,6 % ). Hal ini menunjukkan bahwa

wanita lebih teliti melakukan suatu pekerjaan yang berhubungan dengan

ketrampilan dalam mengatur menu mkanan penderita DM. Lazimnya wanita lebih

teliti dan tekun daripada pria dalam melakukan suatu pekerjaan terutama dalam

menu makanan. Hal ini mungkin terjadi karena wanita merasa sudah sangat biasa

berhubungan dengan makanan,

Dukungan keluarga sangat motovasi keluarga sangat berpengaruh dalam

penatalaksanaan diet DM, dimana dalam penelitian ini didapat data tentang

hubungan keluarga dengan penderita DM yaitu suami 14 responden (25,9%), istri

11 responden (20,4%), dan kebanyakan responden yang memiliki hubungan

dengan penderita DM yaitu anak sebanyak 21 responden (38,9), dan menantu

yaitu 8 responden (14,8%). Menurut Teori Green (2000) yang menyatakan bahwa

dukungan keluarga termasuk dalam faktor penguat (reinforcing factors) yaitu faktor yang membuat seseorang bersemangat untuk melakukan perubahan

perilaku dalam hal ini adalah menjadi lebih memperhatikan kepada hal yang

(58)

penderita DM dapat memberikan kesadaran kepada penderita dm sehingga dapat

Gambar

Tabel 5.1.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik
Tabel 5.1.2 pengetahauan keluarga tentang penatalaksanaan diet diabetes melitus di Puskesmas Kecamatan Babusalam Kabupaten Aceh Tenggara

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam analisis Rhodamin B pada produk sosis daging sapi dilakukan analisis kualitatif menggunakan metode spot test...

[r]

bahwa dalam rangka mewujudkan akuntabilitas penatausahaan keuangan dalam penanggulangan bencana alam/non alam/sosial di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kendal, maka

12 Sebagai asas yang bersifat universal, hal itu juga terdapat dalam common law system, dimana terdapat kesimbangan posisi tawar (bergaining power) para pihak sebagai

Sebagai contoh aplikasi tersebut, dalam penelitian ini dilakukan kegiatan monitoring perubahan luas dan distribusi tutupan lahan mangrove di area Delta Sungai Wulan Kabupaten

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah tanggapan responden yang diperoleh dari hasil kuesioner tentang komunikasi internal dan budaya

minuman yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2010-2013 menunjukan bahwa variabel bebas yaitu operating leverage, financial leverage, dan current ratio

Dalam pembelajaran Bahasa Arab, muhadatsah merupakan salah satu cara agar siswa mampu bercakap-cakap (berbicara) sehari-hari dengan menggunakan Bahasa Arab.. Untuk