• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII MTs Al Hikmah Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

(Skripsi)

Oleh MASNIARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Melli Sasmita Sari

ABSTRAK

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII MTs Al Hikmah Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh MASNIARI

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan

kontekstual terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Penelitian ini menggunakan post-test only control design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap MTs Al Hikmah Bandar Lampung

tahun pelajaran 2013/2014. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII.A dan

VIII.D yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan pendekatan

kontekstual berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padangsidimpuan pada tanggal 4 Oktober 1990, merupakan

putri pertama dari tiga bersaudara atas pasangan berbahagia Suten Pohan dan Ibu

Lehana Hasibuan.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD 19 Sitamiang Kota

Padangsidimpuan pada tahun 2003. Pada tahun 2006, penulis menyelesaikan

pendidikan menengah pertama di MTsN Model Padangsidimpuan dan

menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 7 Padangsidimpuan

pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis tercatat sebagai mahasiswa Program

Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung melalui jalur penerimaan PKAB Universitas Lampung.

Pada tahun 2013 penulis melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di

Desa Gunung Agung, Kecamatan Marga Jaya, Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Selain itu, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP

Negeri 2 Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat sejalan dengan

(8)

MOTO

“Hai orang

-orang yang beriman, jadikanlah

sabar dan shalat sebagai penolongmu,

sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang

sabar.”

(Al-Baqarah:153)

Bersyukurlah atas segala masalah yang terjadi

pada kehidupan kita, karna itulah yang dapat

mendewasakan dan merubah kita menjadi

pribadi yang lebih kuat.

(9)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT, kupersembahkan

karya ini dengan kesungguhan hati sebagai tanda bakti dan cinta

kasihku kepada :

Ibunda dan Almarhum ayahanda tercinta yang telah memberikan doa,

kasih sayang, motivasi, dan bekal kehidupan yang tak henti-hentinya,

yang selalu ada disampingku serta selalu memberikanku yang terbaik

untuk menjadikanku sesuatu yang terbaik dalam kehidupan ini.

Adik-adikku tersayang (Netti dan Fitri)

serta seluruh keluarga baik dari ibunda maupun ayahanda,

atas kebersamaannya selama ini, atas semua doa dan dukungan

yang telah diberikan kepadaku.

Para pendidik yang telah mendidikku, yang menjadikanku semakin

berwawasan.

(10)

ii SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menye-lesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Kontekstual

Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa (Studi pada Siswa

Kelas VIII Semester Genap MTs Al Hikmah Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2013/2014)”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

4. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku Pembimbing Akademik sekaligus Dosen

Pembimbing Utama yang telah membimbing dengan baik, memberikan

motivasi, masukan dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam

(11)

iii 5. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Pembimbing Kedua yang telah bersedia

menyumbangkan banyak ilmu, memberikan perhatian, motivasi, dan semangat

kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini;

6. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku Pembahas yang telah memberikan

masukan dan saran kepada penulis;

7. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama

menyelesaikan studi;

8. Bapak Dace Solehuddin, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 2 Gunung Agung

yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian;

9. Ibu Sundari S.Pd., selaku guru matematika kelas VIII MTs Al Hikmah Bandar

Lampung yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian;

10.Siswa/siswi kelas VIII-A dan VIII-D MTs Al Hikmah Bandar Lampung tahun

pelajaran 2013/2014 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin;

11.Bapak (Suten Pohan), Ibu (Lehana Hasibuan) serta adik-adiku tercinta (Netti

dan Fitri) yang selalu menyayangi, mendoakan, dan menjadi penyemangat

hidupku;

12.Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2009 Kelas B Pendidikan

Matematika: Vera, Restu, Yuni, Linda, Anna, Astri, Tia, Ageng, Adi, Yosse,

Ayu, Novi, Siti, Selfi, Astri, Ziah, Jenni, Pitri H, Pitri O, Hendra, Ifa, Echa,

Rini, Fandri, Bertus, Wayan, Nyoman Riandra, Resty, Desi, Udin, Elan, Evi,

Tina, dan Nike atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah

diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah

(12)

iv 13.Sahabat-sahabat dekat seperjuangan Lia dan Arini, kebersamaan kita

memberikan kekuatan tersendiri bagiku untuk melangkah menjalani tantangan

kehidupan.

14.Teman-teman seperjuangan PPL dan KKN di SMP Negeri 2 Gunung Agung

(Tendi, Arbi, Nanang, Lingga, Eka, Rike, Ajeng, Komang, Gusri, Zusi) atas

kebersamaan selama tiga bulan yang penuh makna dan kenangan;

15.Teman-teman angkatan 2009 Kelas A serta kakak-kakakku angkatan 2006,

2007, dan 2008 dan adik-adikku angkatan 2010, 2011, 2012, dan 2013 terima

kasih atas kebersamaannya;

16.Dia yang selalu menemaniku, yang telah memberikan motivasi dan inspirasi

untuk kehidupanku;

17.Almamater tercinta yang telah mendewasakanku;

18.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan

pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Aamiin.

Bandar lampung, 6 November 2014

Penulis

(13)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 5

C. Tujuan Penelitian ... ... 6

D. Manfaat Penelitian ... ... 6

E. Lingkup Penelitian ... ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... ... 8

1. Pendekatan Kontekstual ... ... 8

2. Kemampuan Pemecahan Masalah ... ... 13

B. Kerangka Pikir ... ... 15

C. Anggapan Dasar ... 16

D. Hipotesis ... 17

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... ... 18

B. Desain Penelitian ... ... 19

C. Prosedur Penelitian ... ... 20

D. Data Penelitan ... 22

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... ... 22

(14)

vi IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 28 B. Pembahasan ... ... 33

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... ... 37 B. Saran ... ... 37

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Distibusi rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas VIII MTs

Al Hikmah Bandar Lampung ... 18

3.2. Desain Penelitian ... 19

3.3. Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Post-Test ... 24

4.1. Rekapitulasi Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 28

4.2. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 29

4.3. Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 30

4.4. Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 31

(16)

ix DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 40

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 74

A.3 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... 106

B. PERANGKAT TES B.1 Kisi-kisi Soal Tes ... 137

B.2 Soal Posttest ... 139

B.3 Kunci Jawaban Posttest ... 140

B.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 144

B.5 Form Penilaian Posttest ... 145

B.6 Surat Keterangan Validasi ... 147

C. ANALISIS DATA C.1 Uji Reliabilitas Tes Uji Coba ... 148

C.2 Hasil Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 152

C.3 Hasil Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 153

C.4 Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen ... 154

C.5 Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol ... 157

C.6 Uji Homogenitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah ... 160

C.7 Uji Hipotesis Penelitian ... 161

C.8 Analisis Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Skor Posttest Kelas Eksperimen ... 163

C.9 Analisis Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Skor Posttest Kelas Kontrol ... 166

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa,

karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang

berkualitas dan mampu membangun masyarakat ke arah yang lebih baik.

Berkenaan dengan hal itu, pemerintah telah melakukan berbagai upaya

pembaharuan dan penyempurnaan untuk meningkatkan mutu pendidikan di

Indonesia, baik yang menyangkut kurikulum ataupun yang berkaitan dengan

sarana dan prasarana pendidikan. Semua ini tentunya dilakukan dalam rangka

mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan

bangsa.

Matematika merupakan bidang ilmu yang memiliki kedudukan penting dalam

pengembangan dunia pendidikan. Hal ini disebabkan matematika merupakan

ilmu dasar bagi pengembangan disiplin ilmu yang lain. Dalam Permendikbud

Nomor 68 Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah, ditetapkan salah satu tujuan pembelajaran matematika agar peserta

didik memiliki kemampuan memecahkan masalah.

Pemecahan masalah ini merupakan bagian dari kurikulum matematika yang

(18)

2

mengembangkan pengalamannya dalam pembelajaran. Dengan pengalaman

tersebut siswa menggunakan pengetahuannya untuk diterapkan pada pemecahan

masalah yang dihadapi saat proses pembelajaran.

Branca pada tahun 1980 (dalam Melani, 2005: 1) mengemukakan bahwa

pentingnya pemilikan kemampuan pemecahan masalah matematis oleh siswa

sebagai berikut :

1. Kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika, bahkan sebagai jantungnya. Sasaran utama yang ingin dicapai adalah bagaimana cara memecahkan suatu masalah;

2. Pemecahanmasalahmeliputimetode,prosedurdanstrategimerupakanproses inti dan utamadalamkurikulummatematika. Hal ini diartikan sebagai kegiatanyang aktif;

3. Pemecahanmasalahmerupakankemampuandasardalambelajarmatematika. Halinidiperlukansiswaagardapatmengaplikasikannyadalamkehidupan sehari-hari.

Tujuan jangka panjang pembelajaran matematika adalah untuk meningkatkan

kemampuan para siswa agar mereka mampu mengembangkan diri mereka sendiri

dan mampu memecahkan masalah yang muncul. Untuk itu, di samping dibekali

dengan pengetahuan dan keterampilan matematis, mereka sudah seharusnya

dibekali juga dengan kemampuan untuk belajar mandiri dan belajar memecahkan

masalah. Oleh karena itu, pemecahan masalah dipandang sebagai bagian yang

sangat penting karena pemecahan masalah dapat meningkatkan keterampilan serta

kemampuan berpikir siswa yang diyakini dapat ditransfer atau digunakan siswa

tersebut ketika menghadapi masalah dalam kehidupan sehari- hari.

Kondisi secara umum tentang kemampuan pemecahan masalah matematika yang

masih kurang ini juga terjadi pada siswa kelas VIII MTs Al Hikmah Bandar

(19)

3

diberikan guru namun kurang memaknainya. Di sekolah ini pun guru belum

pernah menggunakan metode atau pendekatan lain dalam pembelajaran, sehingga

pembelajaran yang dipakai adalah pembelajaran konvensional yang kurang

menarik minat siswa dalam memecahkan masalah.

Berdasarkan hasil observasi ini, ternyata sebagian besar siswa MTs Al Hikmah

Bandar Lampung kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan atau

perkembangan ilmu pengetahuan. Pada umumnya kemampuan siswa dalam

menggunakan informasi untuk mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang

memuat permasalahan masih kurang. Mereka juga masih kesulitan dalam

merencanakan dan menentukan informasi serta langkah-langkah yang dibutuhkan

untuk memecahkan masalah tersebut. Guru masih harus membantu mereka dalam

memilih penggunaan operasi untuk memberikan situasi permasalahan. Selain itu,

mereka juga masih kesulitan dalam mengorganisasikan, menginterpretasikan, dan

menggunakan informasi-informasi yang relevan untuk menyelesaikan

permasalahan yang diberikan. Dalam pengerjaan soal yang memuat

permasalahan, mereka umumnya terpaku pada contoh sehingga mereka tidak

mempunyai jalan alternatif sendiri untuk menemukan solusi. Temuan ini

mengindikasikan bahwa pembelajaran di sekolah tersebut belum menyentuh pada

kemampuan mengembangkan diri siswa lewat pembelajaran yang melibatkan

siswa berpartisipasi aktif lewat pembelajaran bermakna yang berakibat

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dinilai masih rendah.

Berdasarkan hasil identifikasi, seperti yang dikemukakan oleh Rudhito (2008: 16)

(20)

4

1. tindakan dan sikap guru cenderung menjelaskan langkah-langkah cara menyelesaikan soal;

2. siswa kurang dapat melihat hubungan antar konsep;

3. metode pembelajaran guru cenderung dari penjelasan bentuk umum dilanjutkan dengan menjelaskan contoh soal formal;

4. guru cenderung menjadi sumber utama dan belum menggunakan media yang bervariasi;

5. penilaian kurang bervariasi dan cenderung berupa pengerjaan soal matematis formal secara tertulis.

Pembelajaran tidak hanya berorientasi pada target penguasaan materi, yang akan

gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.

Dengan demikian proses pembelajarannya lebih diutamakan daripada hasil

belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang

variatif dengan prinsip membelajarkan dan memberdayakan siswa. Guru bukan

hanya mengajar siswa supaya bahan belajar dapat dimaknai oleh siswa secara

benar, efisien, dan efektif. Dalam hal ini harus dirancang kegiatan yang

melibatkan siswa secara aktif dalam memaknai suatu materi pelajaran sehingga

pembelajaran dapat dengan mudah diterima oleh siswa. Salah satunya dengan

pendekatan kontekstual.

Pendekatan kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang

memungkinkan siswa untuk lebih berpartisipasi aktif dan menjadikan

pembelajaran lebih bermakna artinya saat pembelajaran berlangsung pada

kontekstual, siswa diberi suatu masalah riil dalam kehidupan sehari-hari mereka

dan siswa secara aktif berusaha memecahkan masalah tersebut, sehingga siswa

mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.

Untuk mewujudkan kondisi pembelajaran matematika yang demikian, guru perlu

(21)

5

Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yang

saling berkaitan. Hal ini seperti yang telah diungkapkan Didjen Dikdasmen

(2003: 10) yang menyatakan ;

Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi, pengarahan, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community

(seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis),

reflection (review, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment

(penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktivitas siswa, penilaian portfolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).

Semua indikator tersebut diyakini dapat meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh pendekatan kontekstual terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa kelas VIII Al Hikmah Bandar Lampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Apakah pendekatan kontekstual berpengaruh terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII MTs Al Hikmah Bandar

(22)

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untukmengetahui

pengaruhpendekatan kontekstualterhadap kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa kelas VIII Semester Genap MTs Al Hikmah Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2013/2014.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

sumbangan terhadap perkembangan pendidikan dan pembelajaran

matematika, terutama terkait dengan pengaruh pendekatan kontekstual dan

juga kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi saran untuk para guru dalam

memilih model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa.

E. Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Pendekatan kontekstual adalah pendekatan dalam pembelajaran yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata

siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Untuk

(23)

7

yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,

refleksi, dan penilaian.

2. Pengaruh adalah kekuatan yang ditimbulkan dari pendekatan kontekstual.

Dalam penelitian ini pendekatan kontekstual dikatakan berpengaruh dalam

pembelajaran matematika apabila kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa dengan pendekatan pembelajaran kontekstual lebih besar dibanding

dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan

pembelajaran konvensional

3. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa digunakan

dan diterapkan oleh guru dalam pembelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran

yang dimaksud yaitu memberi materi tentang himpunan melalui ceramah,

diskusi kelompok, kemudian pemberian tugas.

4. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan siswa dalam

menggunakan informasi untuk megidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang

memuat permasalahan yang tidak rutin dan terkait dengan persoalan pada

dunia nyata. Indikator kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

terdiri dari ; 1) merumuskan masalah/menyusun model matematika; 2)

merencanakan strategi penyelesaian; 3) menerapkan strategi penyelesaian

masalah; dan 4) menguji kebenaran jawaban (looking back). Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa ini diukur dari nilai tes akhir

mate-matika siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol pada akhir pokok

bahasan.

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang

kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,

menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan

teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis

pendekatan, yaitu; (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat

pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Belajar matematika lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri

dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan

memahami. Guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang

variatif dengan prinsip membelajarkan dan memberdayakan siswa, bukan

mengajar siswa. Pengetahuan bukan lagi seperangkat fakta, konsep, dan aturan

yang siap diterima siswa, melainkan harus dikonstruksi (dibangun) sendiri oleh

(25)

9

menyadarinya, sehingga pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya

dapat dipergunakan untuk bekal kehidupannya.

Selanjutnya Johnson (2011: 65) mengungkapkan :

CTL adalah sebuah sistem yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian-bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagianya secara terpisah. Sepeti halnya biola, cello, clarinet, dan alat musik lain di dalam sebuah orkestra yang menghasilkan bunyi yang berbeda-beda yang secara bersama-sama menghasilkan musik, demikian juga bagian-bagian CTL yang terpisah melibatkan proses-proses yang berbeda, yang ketika digunakan secara bersama-sama, memampukan para siswa membuat hubungan yang menghasilkan makna. Setiap bagian CTL yang berbeda-beda ini memberikan sumbangan dalam menolong siswa memahami tugas sekolah. Secara bersama-sama, mereka membentuk suatu sistem yang memungkinkan para siswa melihat makna di dalamnya, dan mengingat materi akademik.

Sehingga berdasarkan uraian di atas pendekatan pembelajaran kontekstual bukan

hanya sekadar menuntun siswa dalam menghubungkan pembelajaran dengan

kehidupan mereka sendiri, melainkan melibatkan siswa mencari makna itu

sendiri.

Kemudian Nurhadi (2004: 5) mengatakan :

Pendekatan kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan kehidupan baik di sekolah maupun diluar sekolah. Selain itu, siswa dilatih untuk dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam suatu situasi, misalnya dalam bentuk simulasi, dan masalah yang memang ada di dunia nyata.

Sedangkan Komalasari (2013: 7) mengungkapkan pembelajaran kontekstual

adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari

(26)

10

sekolah masyarakat maupun warga negara dengan tujuan untuk menemukan

makna materi tersebut bagi kehidupannya.

Ditjen Dikdasmen (2003: 10) mengungkapkan bahwa pembelajaran matematika

dengan pendekatan kontekstual memperhatikan tujuh komponen utama

pembelajaran efektif, yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Konstruktivisme (Constructivism)

Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap

untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan

memberi makna melalui pengalaman nyata.

2. Inkuiri (Inquiry)

Penetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil

mengingat fakta-fakta, melainkan hasil dari menemukan sendiri melalui siklus: (1)

observasi (observation), (2) bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), (4) mengumpulkan data(data gatherig), dan penyimpulan (conclussion).

3. Bertanya (Questioning)

Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,

membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran,

(27)

11

akademis, mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa,

mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, mengetahui hal-hal yang sudah

diketahui siswa, memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru,

merangsang pertanyaan dari siswa, menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4. Masyarakat belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari

hasil kerjasama dengan orang lain. Masyarakat belajar didasarkan pada adanya

asumsi bahwa manusia adalah makhluk sosial, dimana setiap individu

membutuhkan bantuan orang lain. Dengan adanya saling membantu ini,

diharapkan siswa dapat saling membelajarkan. Siswa yang tidak bisa dapat

meminta bantuan kepada siswa yang bisa.

5. Pemodelan (Modeling)

Dalam pembelajaran konsep atau topik tertentu, diperlukan adanya model untuk

ditiru. Model ini bisa berupa cara untuk mengoperasikan sesuatu, cara

me-nyelesaikan soal, dan sebagainya. Dengan cara demikian, guru memberi

model “bagaimana cara belajar”.

Dalam matematika, salah satu contoh pemodelan adalah bagaimana guru

menyelesaikan soal. Guru memperagakan bagaimana langkah-langkah yang

ditempuh dalam menyelesaikan suatu soal dengan baik. Selain guru, teman

(28)

12

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir

ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan atau tidak dilakukan.

Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas yang dilakukan atau

pengetahuan yang baru diterima. Misalkan setelah pelajaran berakhir, siswa

merenung “Jika demikian, cara yang saya lakukan selama ini perlu

diper-baiki” dan “Masih banyak hal yang perlu dibenahi” setelah memperoleh

pengetahuan baru. Refleksi dilakukan oleh siswa dan guru, bertujuan untuk

memperbaiki kesalahan dan mengembangkan apa yang telah dikerjakan.

7. Asesmen Otentik (Authentic Assessment)

Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru untuk bisa

memastikan bahwa siswa telah mengalami proses pembelajaran yang benar.

Dalam pembelajaran kontekstual, gambaran tentang kemajuan siswa dilihat sejak

awal pembelajaran, sepanjang proses pembelajaran, dan pada akhir pembelajaran.

Gambaran kemajuan belajar ini diketahui melalui asesmen otentik. Data yang

dikumpulkan pada asesmen otentik adalah data yang diperoleh dari hasil kegiatan

siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan hasil belajar siswa.

Dalam setiap kegiatan pembelajaran kontekstual, guru harus mengupayakan

ketujuh komponen tersebut dapat dilakukan oleh siswa, namun tetap disesuaikan

dengan karakteristik materi yang dibahas.

Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual

(29)

13

1. Pendahuluan:

a. Memulai pembelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang riil bagi

siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya (masalah

kontekstual) sehingga siswa segera terlibat dalam pembelajaran

bermakna.

b. Permasalahan yang diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

dalam pembelajaran tersebut.

2. Pengembangan:

a. Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model matematis

simbolik secara informal terhadap persoalan atau masalah yang diajukan.

b. Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif. Siswa diberi

kesempatan menjelaskan dan member alas an terhadap jawaban yang

diberikannya, memahami jawaban teman atau siswa lain, menyatakan

setuju atau tidak setuju terhadap jawaban yang diberikanya, memahami

jawaban teman atau siswa lain, dan mencari alternatif penyelesaian yang

lain.

3. Penutup/penerapan:

Melakukan refleksi terhadap setiap langkah atau terhadap hasil pembelajaran.

2. Kemampuan Pemecahan Masalah

Menurut Nasution (2008: 170) pemecahan masalah merupakan perluasan yang

wajar dari belajar aturan. Dalam pemecahan masalah prosesnya terutama letak

dalam diri pelajar. Variabel dari luar hanya berupakan instruksi verbal yang

(30)

14

Memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar

menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang

digunakannya untuk memecahkan masalah yang baru. Namun memecahkan

masalah tidak sekedar menerapkan aturan-aturan yang diketahui, akan tetapi juga

menghasilkan pelajaran baru.

Djamarah (2002: 20) mengungkapkan, indikator kemampuan pemecahan masalah

matematika yang diamati dalam penelitian ini adalah :

1. Kemampuan mengdentifikasi masalah, yaitu memahami masalah secara benar, mengenal apa yang diketahui dan apa yang dinyatakan,

2. Kemampuan merencanakan pemecahan masalah, yaitu dengan memilih konsep, rumus atau algoritma yang akan digunakan untuk menyelesai-kan masalah,

3. Kemampuan menyelesaikan masalah sesuai perencanaan, yaitu dengan memproses data dengan rencana yang telah dipilih kemudian membuat jawaban penyelesaian dengan perhitungan secara runtut dan menentu-kan hasil operasi,

4. Kemampuan mengevaluasi penyelesaian yang diperoleh, yaitu menarik simpulan dari jawaban yang diperoleh dan mengecek kembali perhi-tungan yang diperoleh.

Sehingga dapat dikatakan pemecahan masalah sangat bergantung pada

penga-laman siswa sebelumnya dalam mengingat aturan-aturan tertentu. Semakin

banyak pengalaman yang dia miliki baik dari membaca, melihat ataupun

mendengar, maka semakin baik pula kemampuan siwa dalam memilih solusi yang

tepat untuk memecahkan masalah sesuai dengan pengalaman yang dia miliki.

Selanjutnya Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan

masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem) dengan mengajukan masalah-masalah yang kontekstual, peserta didik dapat secara bertahap dibimbing

(31)

15

memotivasi peserta didik untuk menyenangi matematika karena mengetahui

keterkaitan dan kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

B. Kerangka Pikir

Penelitian tentang pengaruh pendekatan kontektual terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII MTs Al Hikmah Bandar

Lampung ini merupakan penelitian yang terdiri dari variabel bebas dan variabel

terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah pendekatan

kontekstual, sedangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

sebagai variabel terikat.

Tujuan pembelajaran matematika salah satunya adalah untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah. Banyak siswa yang mengalami kesulitan

dalam mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Hal ini terjadi

karena siswa kurang berlatih dalam mengembangkan ide-idenya dan kurangnya

rasa pecaya diri dalam mengungkapkan pendapat.

Pendekatan kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan

membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari

dengan cara menghubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan

konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses

pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan

mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dengan demikian

(32)

16

siswa dapat dengan mudah menyelesaikan permasalahan matematika yang

diberikan oleh guru.

Pendekatan kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan

siswa secara aktif dalam memecahkan masalah. Dalam memecahkan masalah,

siswa akan menggunakan kemampuan berfikirnya untuk memperoleh solusi dari

masalah tersebut. Selama proses ini, siswa akan mengembangkan pengetahuan

yang sudah ada dengan cara bertanya, berdiskusi, pemodelan, sehingga dapat

menerjemahkan ide-ide matematis dan konsep yang berkaitan dengan

permasalahan. Lalu ide-ide tersebut mereka sajikan dalam memecahkan masalah.

Pemecahan masalah yang sesuai akan membantu siswa dalam mencari solusi.

Dengan melakukan kegiatan pembelajaran seperti ini, siswa akan terlatih dalam

memecahkan masalah. Selain itu, siswa akan terbiasa untuk mengungkapkan

ide-ide atau gagasan pemikirannya yang berhubungan dengan masalah yang mereka

hadapi. Model pembelajaran yang berorientasi pada kemampuan pengungkapan

ide-ide matematis inilah yang akan membangun dan melatih pola pikir siswa

untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis mereka.

Dengan demikian, pendekatan kontekstual diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan matematis siswa.

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah faktor lain yang mempengaruhi

kemampuan menyelesaikan masalah matematika siswa, selain menggunakan

(33)

17

D. Hipotesis

1. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah pendekatan kontekstual berpengaruh

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

2. Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual lebih baik daripada kemampuan pemecahan

(34)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII Mts Al Hikmah

Bandar Lampung semester genap Tahun Pelajaran 2013 / 2014 yang terdiri dari

4 kelas. Dari 4 kelas tersebut akan diambil 2 kelas sebagai sampel penelitian.

Pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu dengan pertimbangannilai rata-rata ulangan harian per kelas yang paling mendekati nilai

rata-rata populasi, sehingga benar-benar dapat mewakili populasi serta

pertimbangan oleh guru, yaitu kedua kelas memiliki tingkat keaktifan yang

hampir setara.

Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Ulangan Harian Matematika Siswa Kelas VIII MTs Al Hikmah Bandar Lampung Semester Genap T.P 2013 / 2014

No. Kelas Rata-rata Ulangan Harian

Selisih dengan Nilai Rata-rata Populasi

1. VIII.A 52.55 0.40

2. VIII.B 52.73 0.58

3. VIII.C 50.73 1.42

4. VIII.D 52.61 0.46

Nilai Rata-rata Populasi 52.15

Dari tabel 3.1. terdapat tiga kelas yang ratanya paling mendekati nilai

rata-rata populasi, yaitu VIII.A, VIII.B dan VIII.D. Menurut pertimbangan guru mitra,

(35)

19

tingkat keaktifan siswa yang hampir setara dibandingkan kelas VIII.B, sehingga

terpilihlah kelas VIII.A dan VIII.D sebagai sampel dalam penelitian ini. Dari

kedua kelas tersebut, ditentukan satu sebagai kelas eksperimen dengan

menggunakan pendekatan kontekstual dan satu lagi sebagai kelas kontrol dengan

pembelajaran konvensional. Untuk kelas eksperimen terpilih kelas VIII.D dan

kelas kontrol adalah kelas VIII.A

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) mengguna-kan post-test only control design dengan kelompok pengendali yang tidak diacak sebagaimana yang dikemukakan Furchan (1982: 368) pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Post-test

E X

P C

Keterangan:

E = Kelas eksperimen

P = Kelas pengendali atau control

X = Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan pendekatankontekstual C = Kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional

= Skor posttest pada kelas eksperimen = Skor posttest pada kelas control

Pada kelas eksperimen diterapkan pendekatan pembelajaran kontekstual

sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional.Setelah

(36)

20

pemecahan masalah yang dilakukan pada kedua kelas sampel dengan soal tes

yang sama.

C. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan penelitian pendahuluan, melihat kondisi lapangan seperti

jumlahkelas yang ada, karakteristik siswa, serta cara mengajar

gurumatematikayang dilaksanakan pada 11 April 2014.

2. Tahap Perencanaan

a. Mengambil data nilai tes formatif materi sebelumnya sebagai nilai awal

siswa pada tanggal 12 April 2014

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

c. Mempersiapkan Lembar Kerja Kelompok (LKK).

d. Membagi siswa ke dalam kelompok berdasarkan nilai tes formatif materi

sebelumnya sehingga terbentuk kelompok yang heterogen.

e. Menyiapkan instrument penelitian berupa tes pemecahan masalah beserta

aturan pensekorannya.

3. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran

(RPP) yang telah disusun.Urutan pembelajaran yang dilakukan sebagai

berikut.

3.1 Kegiatan Awal

a. Mengarahkan siswa untuk berkumpul dengan kelompok yang telah

(37)

21

b. Memberikan motivasi dan apersepsi yaitu melakukan tanya jawab

untuk menggali kemampuan prasyarat siswa mengenai materi yang

akan dibahas.

3.2 Kegiatan Inti

a. Guru menyajikan masalah matematika yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari atau masalah kontekstual berdasarkan materi

yang akan dibahas.

b. Guru membagikan LKK kepada setiap kelompok, meminta siswa

berdiskusi mengerjakan LKK dalam kelompok dan memantau

jalannya diskusi.

c. Perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan

siswa dari kelompok lain menanggapi presentasi.

d. Guru menyempurnakan hasil diskusi.

3.3 Kegiatan Penutup

a. Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan dari materi

yang telah dipelajari.

b. Guru memberikan PR dan menginformasikan materi yang akan

dibahas pada pertemuan berikutnya.

4.

Melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol

padatanggal 14 April – 22 Mei 2014

5.

Mengadakan ujisoal testpada tanggal 20 Mei 2014

(38)

22

7. Pengumpulan Data

8. Analisis Data

9. Membuat kesimpulan

D. Data Penelitian

Data penelitian ini adalah data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

yang diperoleh melalui tes formatif pada pokok bahasan bangun ruang setelah

mengikuti pembelajaran.Data ini merupakan data kuantitatif.

E. Teknik Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes, baik dalam

pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual maupun dengan

pembelajaran konvensional. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes

kemampuan pemecahan masalah yang berbentuk esai. Penyusunan soal uji tes

ini diawali dengan menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur

sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang berlaku pada populasi,

menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih,

menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Hal ini dilakukan untuk

menjamin validitas isi soal tes yang diujikan.

Dengan meminta pertimbangan dari guru untuk memberikan penilaian terhadap

kesesuaian butir tes dengan indiakator pembelajaran untuk kevalidan soal tes.

Setelah soal tes diperiksa oleh guru, kemudian guru tersebut menyatakan

(39)

23

sehingga tes tersebut dikategorikan valid.Hasil penilaian terhadap tes untuk

mengambil data penelitian telah memenuhi validitas isi (Lampiran B.5 dan B.6 ).

Setelah tes dinyatakan valid, tes tersebut diuji coba di luar sampel tetapi masih

dalam populasi. Uji coba dilakukan pada siswa kelas VIII-Bterlebih dahulu sudah

menempuh materi yang akan di uji cobakan.Uji tes ini dimaksudkan untuk

mengukur tingkat reliabilitas butir tes.

Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan instrumen dalam menilai apa yang

dinilai. Untuk menentukan koefisien reliabilitas instrumen tes digunakan rumus

Alpha. Rumus Alpha dalam Sudijono (2008: 208) adalah:

Keterangan :

= koefisien reliabilitas tes

∑ = jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item = varian total

= banyaknya item tes yang dikeluarkan dalam tes

(40)

24

Menurut Sudijono, suatu tes dikatakan baik apabila koefisien reliabilitasnya sama

dengan atau lebih dari 0,70 ( , sehingga dalam penelitian ini kriteria

reliabilitas tes yang digunakan adalah lebih dari 0,70.

Hasil perhitungan reliabilitas tes pada uji coba pada kelas VIII-B diperoleh harga

11

r

= 0,80(Lampiran C.1). Berdasarkan pendapat Sudijono di atas instrumen tes

kemampuan pemecahan masalah matematis yang digunakan dalam penelitian

memiliki kriteria tinggi, sehingga instrumen tes dapat digunakan dalam penelitian.

Berdasarkan hasil uji coba validitas butir soal dan reliabilitas tessetiap butir soal

yang telah diuraikan di atas, maka hasil tes uji coba tersebut direkap pada tabel

berikut:

Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Tes Uji CobaKemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Nomor Soal Rxy Interpretasi Reliabilitas

1 0,79 Valid

0,80 (Tinggi)

2 0,73 Valid

3 0,72 Valid

4 0,83 Valid

5 0,72 Valid

Dari tabel rekapitulasi hasil tes uji coba kemampuan pemecahan masalah

matematis siswadiatas, terlihat bahwa kedua komponen tersebut telah memenuhi

kriteria yang ditentukan, sehingga keempat butir soal tersebut dapat digunakan

(41)

25

F. Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan analisis data dengan

teknik uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji-t.Sebelum dilakukan uji-t

terlebih dahulu dilakukan uji prasarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas

varians.

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi

berdistribusi normal atau tidak.Untuk uji normalitas yang digunakan adalah

dengan menggunakan uji Kuadrat.Menurut Sudjana (2005: 273) uji

Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis Uji :

: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

: Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

b. Taraf Signifikansi : α = 5%

c. Statistik Uji :

∑(

Dengan,

= Frekuensi pengamatan

= Frekuensi yang diharapkan

d. Keputusan Uji

Tolak jika ( ( dengan taraf α = taraf nyata untuk pengujian.

(42)

26

2. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)

Uji homogenitas varians ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok

datamemiliki varians yang homogen atau sebaliknya.Menurut Sudjana (2005:

251) untuk menguji homogenitas varians ini dapat menggunakan uji F. Rumusan

hipotesis untuk uji ini adalah:

Ho : (kedua populasi mempunyai varians homogen)

H1 : (kedua populasi mempunyai varians tidak homogen)

Fhitung =

Kriteria uji: terima Ho jika Fhitung< ( dengan ( diperoleh

dari daftar distribusi F dengan peluangα. Untuk n1-1 adalah dk pembilang (varians

terbesar) dan n2-1 adalah dk penyebut (varians terkecil).

3. Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas, diperoleh hasil bahwa kedua

data berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama. Menurut Sudjana

(2005 : 239), apabila data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan

memiliki varians yang sama, maka analisis data dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata, yaitu uji t.

Hipotesis untuk uji kesamaan dua rata-rata, uji dua pihak menurut Sudjana (2005:

239) adalah:

terkecil Varians

(43)

27

Keterangan:

= rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

belajarmenggunakan pendekatan kontekstual.

= rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

belajardengan pembelajaran konvensional.

̅ = rata-rata sampel kelas eksperimen menggunakan pendekatan kontekstual

̅ = rata-rata sampel kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional n1 =ukuran sampel kelas eksperimen menggunakan pendekatan kontekstual

n2 =ukuran sampel kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional

= variansi sampel kelas eksperimen menggunakan pendekatan kontekstual

= variansi sampel kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional

= varians gabungan

c) Keputusan Uji

terima H0 jika tabelderajatkebebasandk = (n1+ n2 – 2)dan peluang

(44)

37

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kelas eksperimen dengan

pendekatan kontekstual lebih aktif dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna.

Dalam proses belajar siswa diberi suatu masalah riil dalam kehidupan sehari-hari

meraka dan siswa secara aktif berusaha memecahkan masalah tersebut, sehingga

siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.

Dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

mengikuti pendekatan kontekstual lebih tinggi dibandingkan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Dengan demikian, pendekatan kontekstual berpengaruh untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

B. Saran

Berdasarkan dari hasil kesimpulan dan penelitian, dikemukakan saran-saran

sebagai berikut:

1. Pendekatan pembelajaran kontekstual dapat diterapkan sebagai salah satu

(45)

38

menyelesaikan soal-soal pememecahan masalah agar proses dan hasil

pembelajaran dapat terlaksana secara optimal.

2. Pembaca dan peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan

mengenai pendekatan pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa hendaknya dalam memilih keterkaitan

pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari, guru sebaiknya menggunakan

contoh-contoh yang berada di sekitar atau di sekeliling siswa, sehingga siswa

tidak kesulitan dalam mengkonstruksi materi yang akan diterima.

3. Kepada peneliti lain yang ingin mengkaji lebih mendalam tentang kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa,sangat baik sekali terlebih dahulu

melakukan uji coba sebagai data awal supaya data akhir yang diperoleh

mendapat hasil yang lebih maksimal dalam meningkatkan kemampuan

(46)

41

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikolog Belajar. Rieneka Cipta: jakarta.

Ditjen Dikdasmen Depdiknas RI. (2003). Pendekatan Kontekstual (Contekstual Teaching and Learning (CTL). Jakarta.

Furchan, Arief. (1982). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional: Surabaya.

Johnson, Elaine B. (2011). CTL (Contextual Teaching and Learning). Mizan Media Utama: Bandung.

Komalasari, Kokom. (2013). Pembelajaran Kontekstual. Reflika Aditama: Bandung.

Melani, E. (2005). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMKN Teknik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TEAM GAMES TOURNAMENTS (TGT). Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.

Mulyasa. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Nasution, S. (2008). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.

Nurhadi, dkk. (2004). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)/CTL dan Penerapannya dalam KBK. UM PRESS: Malang. Rudhito, M.A. (2008). Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Implementasi

Kurikulum 2006 Matematika SMA, Pengembangan Kurikulum dan Buku Ajar yang Mengimplementasikan Pendekatan Konstruktivistik,

Kontekstual dan Kolaboratif. [Online]. Tersedia: http://puslitjaknov.org [3 Mei 2010].

Sudijono, Anas. (2008). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Gambar

Tabel 3.1 Rata-rata Nilai  Ulangan Harian Matematika Siswa Kelas VIII
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Tes Uji CobaKemampuan Pemecahan Masalah

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dalam menyelesaikan soal cerita melalui pendekatan pemecahan masalah matematika di sekolah dasar. FIP PGSD

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) apakah kemampuan analisis matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang memperoleh

Berdasarkan hasil pretes tersebut, maka perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematis sehingga dilakukan

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang memperoleh

signifikan antara kemampuan pemecahan masalah dengan komunikasi matematis peserta didik untuk level kemampuan tinggi, sedang, dan

Kemampuan pemecahan masa- lah matematis siswa yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam mencari solusi masalah matematis dengan indikator yang digunakan mengacu pada

ISSN 2715-3126 Online Penerapan Pembelajaran Problem … SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajarkan melalui pembelajaran problem solving