PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII MTs Al Hikmah Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)
(Skripsi)
Oleh MASNIARI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Melli Sasmita Sari
ABSTRAK
PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII MTs Al Hikmah Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh MASNIARI
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan
kontekstual terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Penelitian ini menggunakan post-test only control design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap MTs Al Hikmah Bandar Lampung
tahun pelajaran 2013/2014. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII.A dan
VIII.D yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan pendekatan
kontekstual berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padangsidimpuan pada tanggal 4 Oktober 1990, merupakan
putri pertama dari tiga bersaudara atas pasangan berbahagia Suten Pohan dan Ibu
Lehana Hasibuan.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD 19 Sitamiang Kota
Padangsidimpuan pada tahun 2003. Pada tahun 2006, penulis menyelesaikan
pendidikan menengah pertama di MTsN Model Padangsidimpuan dan
menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 7 Padangsidimpuan
pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis tercatat sebagai mahasiswa Program
Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung melalui jalur penerimaan PKAB Universitas Lampung.
Pada tahun 2013 penulis melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Desa Gunung Agung, Kecamatan Marga Jaya, Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Selain itu, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP
Negeri 2 Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat sejalan dengan
MOTO
“Hai orang
-orang yang beriman, jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar.”
(Al-Baqarah:153)
Bersyukurlah atas segala masalah yang terjadi
pada kehidupan kita, karna itulah yang dapat
mendewasakan dan merubah kita menjadi
pribadi yang lebih kuat.
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT, kupersembahkan
karya ini dengan kesungguhan hati sebagai tanda bakti dan cinta
kasihku kepada :
Ibunda dan Almarhum ayahanda tercinta yang telah memberikan doa,
kasih sayang, motivasi, dan bekal kehidupan yang tak henti-hentinya,
yang selalu ada disampingku serta selalu memberikanku yang terbaik
untuk menjadikanku sesuatu yang terbaik dalam kehidupan ini.
Adik-adikku tersayang (Netti dan Fitri)
serta seluruh keluarga baik dari ibunda maupun ayahanda,
atas kebersamaannya selama ini, atas semua doa dan dukungan
yang telah diberikan kepadaku.
Para pendidik yang telah mendidikku, yang menjadikanku semakin
berwawasan.
ii SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menye-lesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Kontekstual
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa (Studi pada Siswa
Kelas VIII Semester Genap MTs Al Hikmah Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2013/2014)”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
4. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku Pembimbing Akademik sekaligus Dosen
Pembimbing Utama yang telah membimbing dengan baik, memberikan
motivasi, masukan dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam
iii 5. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Pembimbing Kedua yang telah bersedia
menyumbangkan banyak ilmu, memberikan perhatian, motivasi, dan semangat
kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini;
6. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku Pembahas yang telah memberikan
masukan dan saran kepada penulis;
7. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama
menyelesaikan studi;
8. Bapak Dace Solehuddin, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 2 Gunung Agung
yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian;
9. Ibu Sundari S.Pd., selaku guru matematika kelas VIII MTs Al Hikmah Bandar
Lampung yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian;
10.Siswa/siswi kelas VIII-A dan VIII-D MTs Al Hikmah Bandar Lampung tahun
pelajaran 2013/2014 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin;
11.Bapak (Suten Pohan), Ibu (Lehana Hasibuan) serta adik-adiku tercinta (Netti
dan Fitri) yang selalu menyayangi, mendoakan, dan menjadi penyemangat
hidupku;
12.Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2009 Kelas B Pendidikan
Matematika: Vera, Restu, Yuni, Linda, Anna, Astri, Tia, Ageng, Adi, Yosse,
Ayu, Novi, Siti, Selfi, Astri, Ziah, Jenni, Pitri H, Pitri O, Hendra, Ifa, Echa,
Rini, Fandri, Bertus, Wayan, Nyoman Riandra, Resty, Desi, Udin, Elan, Evi,
Tina, dan Nike atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah
diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah
iv 13.Sahabat-sahabat dekat seperjuangan Lia dan Arini, kebersamaan kita
memberikan kekuatan tersendiri bagiku untuk melangkah menjalani tantangan
kehidupan.
14.Teman-teman seperjuangan PPL dan KKN di SMP Negeri 2 Gunung Agung
(Tendi, Arbi, Nanang, Lingga, Eka, Rike, Ajeng, Komang, Gusri, Zusi) atas
kebersamaan selama tiga bulan yang penuh makna dan kenangan;
15.Teman-teman angkatan 2009 Kelas A serta kakak-kakakku angkatan 2006,
2007, dan 2008 dan adik-adikku angkatan 2010, 2011, 2012, dan 2013 terima
kasih atas kebersamaannya;
16.Dia yang selalu menemaniku, yang telah memberikan motivasi dan inspirasi
untuk kehidupanku;
17.Almamater tercinta yang telah mendewasakanku;
18.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan
pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.
Bandar lampung, 6 November 2014
Penulis
v DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1
B. Rumusan Masalah ... ... 5
C. Tujuan Penelitian ... ... 6
D. Manfaat Penelitian ... ... 6
E. Lingkup Penelitian ... ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... ... 8
1. Pendekatan Kontekstual ... ... 8
2. Kemampuan Pemecahan Masalah ... ... 13
B. Kerangka Pikir ... ... 15
C. Anggapan Dasar ... 16
D. Hipotesis ... 17
III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... ... 18
B. Desain Penelitian ... ... 19
C. Prosedur Penelitian ... ... 20
D. Data Penelitan ... 22
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... ... 22
vi IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 28 B. Pembahasan ... ... 33
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... ... 37 B. Saran ... ... 37
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1. Distibusi rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas VIII MTs
Al Hikmah Bandar Lampung ... 18
3.2. Desain Penelitian ... 19
3.3. Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Post-Test ... 24
4.1. Rekapitulasi Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 28
4.2. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 29
4.3. Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 30
4.4. Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 31
ix DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 40
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 74
A.3 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... 106
B. PERANGKAT TES B.1 Kisi-kisi Soal Tes ... 137
B.2 Soal Posttest ... 139
B.3 Kunci Jawaban Posttest ... 140
B.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 144
B.5 Form Penilaian Posttest ... 145
B.6 Surat Keterangan Validasi ... 147
C. ANALISIS DATA C.1 Uji Reliabilitas Tes Uji Coba ... 148
C.2 Hasil Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 152
C.3 Hasil Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 153
C.4 Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen ... 154
C.5 Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol ... 157
C.6 Uji Homogenitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah ... 160
C.7 Uji Hipotesis Penelitian ... 161
C.8 Analisis Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Skor Posttest Kelas Eksperimen ... 163
C.9 Analisis Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Skor Posttest Kelas Kontrol ... 166
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa,
karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang
berkualitas dan mampu membangun masyarakat ke arah yang lebih baik.
Berkenaan dengan hal itu, pemerintah telah melakukan berbagai upaya
pembaharuan dan penyempurnaan untuk meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia, baik yang menyangkut kurikulum ataupun yang berkaitan dengan
sarana dan prasarana pendidikan. Semua ini tentunya dilakukan dalam rangka
mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Matematika merupakan bidang ilmu yang memiliki kedudukan penting dalam
pengembangan dunia pendidikan. Hal ini disebabkan matematika merupakan
ilmu dasar bagi pengembangan disiplin ilmu yang lain. Dalam Permendikbud
Nomor 68 Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, ditetapkan salah satu tujuan pembelajaran matematika agar peserta
didik memiliki kemampuan memecahkan masalah.
Pemecahan masalah ini merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
2
mengembangkan pengalamannya dalam pembelajaran. Dengan pengalaman
tersebut siswa menggunakan pengetahuannya untuk diterapkan pada pemecahan
masalah yang dihadapi saat proses pembelajaran.
Branca pada tahun 1980 (dalam Melani, 2005: 1) mengemukakan bahwa
pentingnya pemilikan kemampuan pemecahan masalah matematis oleh siswa
sebagai berikut :
1. Kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika, bahkan sebagai jantungnya. Sasaran utama yang ingin dicapai adalah bagaimana cara memecahkan suatu masalah;
2. Pemecahanmasalahmeliputimetode,prosedurdanstrategimerupakanproses inti dan utamadalamkurikulummatematika. Hal ini diartikan sebagai kegiatanyang aktif;
3. Pemecahanmasalahmerupakankemampuandasardalambelajarmatematika. Halinidiperlukansiswaagardapatmengaplikasikannyadalamkehidupan sehari-hari.
Tujuan jangka panjang pembelajaran matematika adalah untuk meningkatkan
kemampuan para siswa agar mereka mampu mengembangkan diri mereka sendiri
dan mampu memecahkan masalah yang muncul. Untuk itu, di samping dibekali
dengan pengetahuan dan keterampilan matematis, mereka sudah seharusnya
dibekali juga dengan kemampuan untuk belajar mandiri dan belajar memecahkan
masalah. Oleh karena itu, pemecahan masalah dipandang sebagai bagian yang
sangat penting karena pemecahan masalah dapat meningkatkan keterampilan serta
kemampuan berpikir siswa yang diyakini dapat ditransfer atau digunakan siswa
tersebut ketika menghadapi masalah dalam kehidupan sehari- hari.
Kondisi secara umum tentang kemampuan pemecahan masalah matematika yang
masih kurang ini juga terjadi pada siswa kelas VIII MTs Al Hikmah Bandar
3
diberikan guru namun kurang memaknainya. Di sekolah ini pun guru belum
pernah menggunakan metode atau pendekatan lain dalam pembelajaran, sehingga
pembelajaran yang dipakai adalah pembelajaran konvensional yang kurang
menarik minat siswa dalam memecahkan masalah.
Berdasarkan hasil observasi ini, ternyata sebagian besar siswa MTs Al Hikmah
Bandar Lampung kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan atau
perkembangan ilmu pengetahuan. Pada umumnya kemampuan siswa dalam
menggunakan informasi untuk mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang
memuat permasalahan masih kurang. Mereka juga masih kesulitan dalam
merencanakan dan menentukan informasi serta langkah-langkah yang dibutuhkan
untuk memecahkan masalah tersebut. Guru masih harus membantu mereka dalam
memilih penggunaan operasi untuk memberikan situasi permasalahan. Selain itu,
mereka juga masih kesulitan dalam mengorganisasikan, menginterpretasikan, dan
menggunakan informasi-informasi yang relevan untuk menyelesaikan
permasalahan yang diberikan. Dalam pengerjaan soal yang memuat
permasalahan, mereka umumnya terpaku pada contoh sehingga mereka tidak
mempunyai jalan alternatif sendiri untuk menemukan solusi. Temuan ini
mengindikasikan bahwa pembelajaran di sekolah tersebut belum menyentuh pada
kemampuan mengembangkan diri siswa lewat pembelajaran yang melibatkan
siswa berpartisipasi aktif lewat pembelajaran bermakna yang berakibat
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dinilai masih rendah.
Berdasarkan hasil identifikasi, seperti yang dikemukakan oleh Rudhito (2008: 16)
4
1. tindakan dan sikap guru cenderung menjelaskan langkah-langkah cara menyelesaikan soal;
2. siswa kurang dapat melihat hubungan antar konsep;
3. metode pembelajaran guru cenderung dari penjelasan bentuk umum dilanjutkan dengan menjelaskan contoh soal formal;
4. guru cenderung menjadi sumber utama dan belum menggunakan media yang bervariasi;
5. penilaian kurang bervariasi dan cenderung berupa pengerjaan soal matematis formal secara tertulis.
Pembelajaran tidak hanya berorientasi pada target penguasaan materi, yang akan
gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.
Dengan demikian proses pembelajarannya lebih diutamakan daripada hasil
belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang
variatif dengan prinsip membelajarkan dan memberdayakan siswa. Guru bukan
hanya mengajar siswa supaya bahan belajar dapat dimaknai oleh siswa secara
benar, efisien, dan efektif. Dalam hal ini harus dirancang kegiatan yang
melibatkan siswa secara aktif dalam memaknai suatu materi pelajaran sehingga
pembelajaran dapat dengan mudah diterima oleh siswa. Salah satunya dengan
pendekatan kontekstual.
Pendekatan kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk lebih berpartisipasi aktif dan menjadikan
pembelajaran lebih bermakna artinya saat pembelajaran berlangsung pada
kontekstual, siswa diberi suatu masalah riil dalam kehidupan sehari-hari mereka
dan siswa secara aktif berusaha memecahkan masalah tersebut, sehingga siswa
mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.
Untuk mewujudkan kondisi pembelajaran matematika yang demikian, guru perlu
5
Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yang
saling berkaitan. Hal ini seperti yang telah diungkapkan Didjen Dikdasmen
(2003: 10) yang menyatakan ;
Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi, pengarahan, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community
(seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis),
reflection (review, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment
(penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktivitas siswa, penilaian portfolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
Semua indikator tersebut diyakini dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pendekatan kontekstual terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa kelas VIII Al Hikmah Bandar Lampung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah pendekatan kontekstual berpengaruh terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII MTs Al Hikmah Bandar
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untukmengetahui
pengaruhpendekatan kontekstualterhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa kelas VIII Semester Genap MTs Al Hikmah Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2013/2014.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
sumbangan terhadap perkembangan pendidikan dan pembelajaran
matematika, terutama terkait dengan pengaruh pendekatan kontekstual dan
juga kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi saran untuk para guru dalam
memilih model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.
E. Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Pendekatan kontekstual adalah pendekatan dalam pembelajaran yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Untuk
7
yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi, dan penilaian.
2. Pengaruh adalah kekuatan yang ditimbulkan dari pendekatan kontekstual.
Dalam penelitian ini pendekatan kontekstual dikatakan berpengaruh dalam
pembelajaran matematika apabila kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa dengan pendekatan pembelajaran kontekstual lebih besar dibanding
dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan
pembelajaran konvensional
3. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa digunakan
dan diterapkan oleh guru dalam pembelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran
yang dimaksud yaitu memberi materi tentang himpunan melalui ceramah,
diskusi kelompok, kemudian pemberian tugas.
4. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan siswa dalam
menggunakan informasi untuk megidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang
memuat permasalahan yang tidak rutin dan terkait dengan persoalan pada
dunia nyata. Indikator kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
terdiri dari ; 1) merumuskan masalah/menyusun model matematika; 2)
merencanakan strategi penyelesaian; 3) menerapkan strategi penyelesaian
masalah; dan 4) menguji kebenaran jawaban (looking back). Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa ini diukur dari nilai tes akhir
mate-matika siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol pada akhir pokok
bahasan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu; (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Belajar matematika lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri
dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan
memahami. Guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang
variatif dengan prinsip membelajarkan dan memberdayakan siswa, bukan
mengajar siswa. Pengetahuan bukan lagi seperangkat fakta, konsep, dan aturan
yang siap diterima siswa, melainkan harus dikonstruksi (dibangun) sendiri oleh
9
menyadarinya, sehingga pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya
dapat dipergunakan untuk bekal kehidupannya.
Selanjutnya Johnson (2011: 65) mengungkapkan :
CTL adalah sebuah sistem yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian-bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagianya secara terpisah. Sepeti halnya biola, cello, clarinet, dan alat musik lain di dalam sebuah orkestra yang menghasilkan bunyi yang berbeda-beda yang secara bersama-sama menghasilkan musik, demikian juga bagian-bagian CTL yang terpisah melibatkan proses-proses yang berbeda, yang ketika digunakan secara bersama-sama, memampukan para siswa membuat hubungan yang menghasilkan makna. Setiap bagian CTL yang berbeda-beda ini memberikan sumbangan dalam menolong siswa memahami tugas sekolah. Secara bersama-sama, mereka membentuk suatu sistem yang memungkinkan para siswa melihat makna di dalamnya, dan mengingat materi akademik.
Sehingga berdasarkan uraian di atas pendekatan pembelajaran kontekstual bukan
hanya sekadar menuntun siswa dalam menghubungkan pembelajaran dengan
kehidupan mereka sendiri, melainkan melibatkan siswa mencari makna itu
sendiri.
Kemudian Nurhadi (2004: 5) mengatakan :
Pendekatan kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan kehidupan baik di sekolah maupun diluar sekolah. Selain itu, siswa dilatih untuk dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam suatu situasi, misalnya dalam bentuk simulasi, dan masalah yang memang ada di dunia nyata.
Sedangkan Komalasari (2013: 7) mengungkapkan pembelajaran kontekstual
adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari
10
sekolah masyarakat maupun warga negara dengan tujuan untuk menemukan
makna materi tersebut bagi kehidupannya.
Ditjen Dikdasmen (2003: 10) mengungkapkan bahwa pembelajaran matematika
dengan pendekatan kontekstual memperhatikan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif, yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap
untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata.
2. Inkuiri (Inquiry)
Penetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat fakta-fakta, melainkan hasil dari menemukan sendiri melalui siklus: (1)
observasi (observation), (2) bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), (4) mengumpulkan data(data gatherig), dan penyimpulan (conclussion).
3. Bertanya (Questioning)
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran,
11
akademis, mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa,
mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, mengetahui hal-hal yang sudah
diketahui siswa, memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru,
merangsang pertanyaan dari siswa, menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4. Masyarakat belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari
hasil kerjasama dengan orang lain. Masyarakat belajar didasarkan pada adanya
asumsi bahwa manusia adalah makhluk sosial, dimana setiap individu
membutuhkan bantuan orang lain. Dengan adanya saling membantu ini,
diharapkan siswa dapat saling membelajarkan. Siswa yang tidak bisa dapat
meminta bantuan kepada siswa yang bisa.
5. Pemodelan (Modeling)
Dalam pembelajaran konsep atau topik tertentu, diperlukan adanya model untuk
ditiru. Model ini bisa berupa cara untuk mengoperasikan sesuatu, cara
me-nyelesaikan soal, dan sebagainya. Dengan cara demikian, guru memberi
model “bagaimana cara belajar”.
Dalam matematika, salah satu contoh pemodelan adalah bagaimana guru
menyelesaikan soal. Guru memperagakan bagaimana langkah-langkah yang
ditempuh dalam menyelesaikan suatu soal dengan baik. Selain guru, teman
12
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan atau tidak dilakukan.
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas yang dilakukan atau
pengetahuan yang baru diterima. Misalkan setelah pelajaran berakhir, siswa
merenung “Jika demikian, cara yang saya lakukan selama ini perlu
diper-baiki” dan “Masih banyak hal yang perlu dibenahi” setelah memperoleh
pengetahuan baru. Refleksi dilakukan oleh siswa dan guru, bertujuan untuk
memperbaiki kesalahan dan mengembangkan apa yang telah dikerjakan.
7. Asesmen Otentik (Authentic Assessment)
Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru untuk bisa
memastikan bahwa siswa telah mengalami proses pembelajaran yang benar.
Dalam pembelajaran kontekstual, gambaran tentang kemajuan siswa dilihat sejak
awal pembelajaran, sepanjang proses pembelajaran, dan pada akhir pembelajaran.
Gambaran kemajuan belajar ini diketahui melalui asesmen otentik. Data yang
dikumpulkan pada asesmen otentik adalah data yang diperoleh dari hasil kegiatan
siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan hasil belajar siswa.
Dalam setiap kegiatan pembelajaran kontekstual, guru harus mengupayakan
ketujuh komponen tersebut dapat dilakukan oleh siswa, namun tetap disesuaikan
dengan karakteristik materi yang dibahas.
Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual
13
1. Pendahuluan:
a. Memulai pembelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang riil bagi
siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya (masalah
kontekstual) sehingga siswa segera terlibat dalam pembelajaran
bermakna.
b. Permasalahan yang diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
dalam pembelajaran tersebut.
2. Pengembangan:
a. Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model matematis
simbolik secara informal terhadap persoalan atau masalah yang diajukan.
b. Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif. Siswa diberi
kesempatan menjelaskan dan member alas an terhadap jawaban yang
diberikannya, memahami jawaban teman atau siswa lain, menyatakan
setuju atau tidak setuju terhadap jawaban yang diberikanya, memahami
jawaban teman atau siswa lain, dan mencari alternatif penyelesaian yang
lain.
3. Penutup/penerapan:
Melakukan refleksi terhadap setiap langkah atau terhadap hasil pembelajaran.
2. Kemampuan Pemecahan Masalah
Menurut Nasution (2008: 170) pemecahan masalah merupakan perluasan yang
wajar dari belajar aturan. Dalam pemecahan masalah prosesnya terutama letak
dalam diri pelajar. Variabel dari luar hanya berupakan instruksi verbal yang
14
Memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar
menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang
digunakannya untuk memecahkan masalah yang baru. Namun memecahkan
masalah tidak sekedar menerapkan aturan-aturan yang diketahui, akan tetapi juga
menghasilkan pelajaran baru.
Djamarah (2002: 20) mengungkapkan, indikator kemampuan pemecahan masalah
matematika yang diamati dalam penelitian ini adalah :
1. Kemampuan mengdentifikasi masalah, yaitu memahami masalah secara benar, mengenal apa yang diketahui dan apa yang dinyatakan,
2. Kemampuan merencanakan pemecahan masalah, yaitu dengan memilih konsep, rumus atau algoritma yang akan digunakan untuk menyelesai-kan masalah,
3. Kemampuan menyelesaikan masalah sesuai perencanaan, yaitu dengan memproses data dengan rencana yang telah dipilih kemudian membuat jawaban penyelesaian dengan perhitungan secara runtut dan menentu-kan hasil operasi,
4. Kemampuan mengevaluasi penyelesaian yang diperoleh, yaitu menarik simpulan dari jawaban yang diperoleh dan mengecek kembali perhi-tungan yang diperoleh.
Sehingga dapat dikatakan pemecahan masalah sangat bergantung pada
penga-laman siswa sebelumnya dalam mengingat aturan-aturan tertentu. Semakin
banyak pengalaman yang dia miliki baik dari membaca, melihat ataupun
mendengar, maka semakin baik pula kemampuan siwa dalam memilih solusi yang
tepat untuk memecahkan masalah sesuai dengan pengalaman yang dia miliki.
Selanjutnya Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan
masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem) dengan mengajukan masalah-masalah yang kontekstual, peserta didik dapat secara bertahap dibimbing
15
memotivasi peserta didik untuk menyenangi matematika karena mengetahui
keterkaitan dan kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
B. Kerangka Pikir
Penelitian tentang pengaruh pendekatan kontektual terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII MTs Al Hikmah Bandar
Lampung ini merupakan penelitian yang terdiri dari variabel bebas dan variabel
terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah pendekatan
kontekstual, sedangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
sebagai variabel terikat.
Tujuan pembelajaran matematika salah satunya adalah untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah. Banyak siswa yang mengalami kesulitan
dalam mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Hal ini terjadi
karena siswa kurang berlatih dalam mengembangkan ide-idenya dan kurangnya
rasa pecaya diri dalam mengungkapkan pendapat.
Pendekatan kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan
membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari
dengan cara menghubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan
konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dengan demikian
16
siswa dapat dengan mudah menyelesaikan permasalahan matematika yang
diberikan oleh guru.
Pendekatan kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan
siswa secara aktif dalam memecahkan masalah. Dalam memecahkan masalah,
siswa akan menggunakan kemampuan berfikirnya untuk memperoleh solusi dari
masalah tersebut. Selama proses ini, siswa akan mengembangkan pengetahuan
yang sudah ada dengan cara bertanya, berdiskusi, pemodelan, sehingga dapat
menerjemahkan ide-ide matematis dan konsep yang berkaitan dengan
permasalahan. Lalu ide-ide tersebut mereka sajikan dalam memecahkan masalah.
Pemecahan masalah yang sesuai akan membantu siswa dalam mencari solusi.
Dengan melakukan kegiatan pembelajaran seperti ini, siswa akan terlatih dalam
memecahkan masalah. Selain itu, siswa akan terbiasa untuk mengungkapkan
ide-ide atau gagasan pemikirannya yang berhubungan dengan masalah yang mereka
hadapi. Model pembelajaran yang berorientasi pada kemampuan pengungkapan
ide-ide matematis inilah yang akan membangun dan melatih pola pikir siswa
untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis mereka.
Dengan demikian, pendekatan kontekstual diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan matematis siswa.
C. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah faktor lain yang mempengaruhi
kemampuan menyelesaikan masalah matematika siswa, selain menggunakan
17
D. Hipotesis
1. Hipotesis Umum
Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah pendekatan kontekstual berpengaruh
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
2. Hipotesis Kerja
Hipotesis kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual lebih baik daripada kemampuan pemecahan
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII Mts Al Hikmah
Bandar Lampung semester genap Tahun Pelajaran 2013 / 2014 yang terdiri dari
4 kelas. Dari 4 kelas tersebut akan diambil 2 kelas sebagai sampel penelitian.
Pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu dengan pertimbangannilai rata-rata ulangan harian per kelas yang paling mendekati nilai
rata-rata populasi, sehingga benar-benar dapat mewakili populasi serta
pertimbangan oleh guru, yaitu kedua kelas memiliki tingkat keaktifan yang
hampir setara.
Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Ulangan Harian Matematika Siswa Kelas VIII MTs Al Hikmah Bandar Lampung Semester Genap T.P 2013 / 2014
No. Kelas Rata-rata Ulangan Harian
Selisih dengan Nilai Rata-rata Populasi
1. VIII.A 52.55 0.40
2. VIII.B 52.73 0.58
3. VIII.C 50.73 1.42
4. VIII.D 52.61 0.46
Nilai Rata-rata Populasi 52.15
Dari tabel 3.1. terdapat tiga kelas yang ratanya paling mendekati nilai
rata-rata populasi, yaitu VIII.A, VIII.B dan VIII.D. Menurut pertimbangan guru mitra,
19
tingkat keaktifan siswa yang hampir setara dibandingkan kelas VIII.B, sehingga
terpilihlah kelas VIII.A dan VIII.D sebagai sampel dalam penelitian ini. Dari
kedua kelas tersebut, ditentukan satu sebagai kelas eksperimen dengan
menggunakan pendekatan kontekstual dan satu lagi sebagai kelas kontrol dengan
pembelajaran konvensional. Untuk kelas eksperimen terpilih kelas VIII.D dan
kelas kontrol adalah kelas VIII.A
B. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) mengguna-kan post-test only control design dengan kelompok pengendali yang tidak diacak sebagaimana yang dikemukakan Furchan (1982: 368) pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Post-test
E X
P C
Keterangan:
E = Kelas eksperimen
P = Kelas pengendali atau control
X = Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan pendekatankontekstual C = Kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional
= Skor posttest pada kelas eksperimen = Skor posttest pada kelas control
Pada kelas eksperimen diterapkan pendekatan pembelajaran kontekstual
sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional.Setelah
20
pemecahan masalah yang dilakukan pada kedua kelas sampel dengan soal tes
yang sama.
C. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan penelitian pendahuluan, melihat kondisi lapangan seperti
jumlahkelas yang ada, karakteristik siswa, serta cara mengajar
gurumatematikayang dilaksanakan pada 11 April 2014.
2. Tahap Perencanaan
a. Mengambil data nilai tes formatif materi sebelumnya sebagai nilai awal
siswa pada tanggal 12 April 2014
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
c. Mempersiapkan Lembar Kerja Kelompok (LKK).
d. Membagi siswa ke dalam kelompok berdasarkan nilai tes formatif materi
sebelumnya sehingga terbentuk kelompok yang heterogen.
e. Menyiapkan instrument penelitian berupa tes pemecahan masalah beserta
aturan pensekorannya.
3. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang telah disusun.Urutan pembelajaran yang dilakukan sebagai
berikut.
3.1 Kegiatan Awal
a. Mengarahkan siswa untuk berkumpul dengan kelompok yang telah
21
b. Memberikan motivasi dan apersepsi yaitu melakukan tanya jawab
untuk menggali kemampuan prasyarat siswa mengenai materi yang
akan dibahas.
3.2 Kegiatan Inti
a. Guru menyajikan masalah matematika yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari atau masalah kontekstual berdasarkan materi
yang akan dibahas.
b. Guru membagikan LKK kepada setiap kelompok, meminta siswa
berdiskusi mengerjakan LKK dalam kelompok dan memantau
jalannya diskusi.
c. Perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan
siswa dari kelompok lain menanggapi presentasi.
d. Guru menyempurnakan hasil diskusi.
3.3 Kegiatan Penutup
a. Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan dari materi
yang telah dipelajari.
b. Guru memberikan PR dan menginformasikan materi yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya.
4.
Melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrolpadatanggal 14 April – 22 Mei 2014
5.
Mengadakan ujisoal testpada tanggal 20 Mei 201422
7. Pengumpulan Data
8. Analisis Data
9. Membuat kesimpulan
D. Data Penelitian
Data penelitian ini adalah data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang diperoleh melalui tes formatif pada pokok bahasan bangun ruang setelah
mengikuti pembelajaran.Data ini merupakan data kuantitatif.
E. Teknik Alat Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes, baik dalam
pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual maupun dengan
pembelajaran konvensional. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
kemampuan pemecahan masalah yang berbentuk esai. Penyusunan soal uji tes
ini diawali dengan menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur
sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang berlaku pada populasi,
menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih,
menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Hal ini dilakukan untuk
menjamin validitas isi soal tes yang diujikan.
Dengan meminta pertimbangan dari guru untuk memberikan penilaian terhadap
kesesuaian butir tes dengan indiakator pembelajaran untuk kevalidan soal tes.
Setelah soal tes diperiksa oleh guru, kemudian guru tersebut menyatakan
23
sehingga tes tersebut dikategorikan valid.Hasil penilaian terhadap tes untuk
mengambil data penelitian telah memenuhi validitas isi (Lampiran B.5 dan B.6 ).
Setelah tes dinyatakan valid, tes tersebut diuji coba di luar sampel tetapi masih
dalam populasi. Uji coba dilakukan pada siswa kelas VIII-Bterlebih dahulu sudah
menempuh materi yang akan di uji cobakan.Uji tes ini dimaksudkan untuk
mengukur tingkat reliabilitas butir tes.
Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan instrumen dalam menilai apa yang
dinilai. Untuk menentukan koefisien reliabilitas instrumen tes digunakan rumus
Alpha. Rumus Alpha dalam Sudijono (2008: 208) adalah:
Keterangan :
= koefisien reliabilitas tes
∑ = jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item = varian total
= banyaknya item tes yang dikeluarkan dalam tes
24
Menurut Sudijono, suatu tes dikatakan baik apabila koefisien reliabilitasnya sama
dengan atau lebih dari 0,70 ( , sehingga dalam penelitian ini kriteria
reliabilitas tes yang digunakan adalah lebih dari 0,70.
Hasil perhitungan reliabilitas tes pada uji coba pada kelas VIII-B diperoleh harga
11
r
= 0,80(Lampiran C.1). Berdasarkan pendapat Sudijono di atas instrumen teskemampuan pemecahan masalah matematis yang digunakan dalam penelitian
memiliki kriteria tinggi, sehingga instrumen tes dapat digunakan dalam penelitian.
Berdasarkan hasil uji coba validitas butir soal dan reliabilitas tessetiap butir soal
yang telah diuraikan di atas, maka hasil tes uji coba tersebut direkap pada tabel
berikut:
Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Tes Uji CobaKemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Nomor Soal Rxy Interpretasi Reliabilitas
1 0,79 Valid
0,80 (Tinggi)
2 0,73 Valid
3 0,72 Valid
4 0,83 Valid
5 0,72 Valid
Dari tabel rekapitulasi hasil tes uji coba kemampuan pemecahan masalah
matematis siswadiatas, terlihat bahwa kedua komponen tersebut telah memenuhi
kriteria yang ditentukan, sehingga keempat butir soal tersebut dapat digunakan
25
F. Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan analisis data dengan
teknik uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji-t.Sebelum dilakukan uji-t
terlebih dahulu dilakukan uji prasarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas
varians.
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi
berdistribusi normal atau tidak.Untuk uji normalitas yang digunakan adalah
dengan menggunakan uji Kuadrat.Menurut Sudjana (2005: 273) uji
Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis Uji :
: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
: Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
b. Taraf Signifikansi : α = 5%
c. Statistik Uji :
∑(
Dengan,
= Frekuensi pengamatan
= Frekuensi yang diharapkan
d. Keputusan Uji
Tolak jika ( ( dengan taraf α = taraf nyata untuk pengujian.
26
2. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)
Uji homogenitas varians ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
datamemiliki varians yang homogen atau sebaliknya.Menurut Sudjana (2005:
251) untuk menguji homogenitas varians ini dapat menggunakan uji F. Rumusan
hipotesis untuk uji ini adalah:
Ho : (kedua populasi mempunyai varians homogen)
H1 : (kedua populasi mempunyai varians tidak homogen)
Fhitung =
Kriteria uji: terima Ho jika Fhitung< ( dengan ( diperoleh
dari daftar distribusi F dengan peluangα. Untuk n1-1 adalah dk pembilang (varians
terbesar) dan n2-1 adalah dk penyebut (varians terkecil).
3. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas, diperoleh hasil bahwa kedua
data berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama. Menurut Sudjana
(2005 : 239), apabila data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan
memiliki varians yang sama, maka analisis data dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata, yaitu uji t.
Hipotesis untuk uji kesamaan dua rata-rata, uji dua pihak menurut Sudjana (2005:
239) adalah:
terkecil Varians
27
Keterangan:
= rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
belajarmenggunakan pendekatan kontekstual.
= rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
belajardengan pembelajaran konvensional.
̅ = rata-rata sampel kelas eksperimen menggunakan pendekatan kontekstual
̅ = rata-rata sampel kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional n1 =ukuran sampel kelas eksperimen menggunakan pendekatan kontekstual
n2 =ukuran sampel kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional
= variansi sampel kelas eksperimen menggunakan pendekatan kontekstual
= variansi sampel kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional
= varians gabungan
c) Keputusan Uji
terima H0 jika tabelderajatkebebasandk = (n1+ n2 – 2)dan peluang
37
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kelas eksperimen dengan
pendekatan kontekstual lebih aktif dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna.
Dalam proses belajar siswa diberi suatu masalah riil dalam kehidupan sehari-hari
meraka dan siswa secara aktif berusaha memecahkan masalah tersebut, sehingga
siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti pendekatan kontekstual lebih tinggi dibandingkan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Dengan demikian, pendekatan kontekstual berpengaruh untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
B. Saran
Berdasarkan dari hasil kesimpulan dan penelitian, dikemukakan saran-saran
sebagai berikut:
1. Pendekatan pembelajaran kontekstual dapat diterapkan sebagai salah satu
38
menyelesaikan soal-soal pememecahan masalah agar proses dan hasil
pembelajaran dapat terlaksana secara optimal.
2. Pembaca dan peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan
mengenai pendekatan pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa hendaknya dalam memilih keterkaitan
pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari, guru sebaiknya menggunakan
contoh-contoh yang berada di sekitar atau di sekeliling siswa, sehingga siswa
tidak kesulitan dalam mengkonstruksi materi yang akan diterima.
3. Kepada peneliti lain yang ingin mengkaji lebih mendalam tentang kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa,sangat baik sekali terlebih dahulu
melakukan uji coba sebagai data awal supaya data akhir yang diperoleh
mendapat hasil yang lebih maksimal dalam meningkatkan kemampuan
41
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikolog Belajar. Rieneka Cipta: jakarta.
Ditjen Dikdasmen Depdiknas RI. (2003). Pendekatan Kontekstual (Contekstual Teaching and Learning (CTL). Jakarta.
Furchan, Arief. (1982). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional: Surabaya.
Johnson, Elaine B. (2011). CTL (Contextual Teaching and Learning). Mizan Media Utama: Bandung.
Komalasari, Kokom. (2013). Pembelajaran Kontekstual. Reflika Aditama: Bandung.
Melani, E. (2005). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMKN Teknik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TEAM GAMES TOURNAMENTS (TGT). Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan.
Mulyasa. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Nasution, S. (2008). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.
Nurhadi, dkk. (2004). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)/CTL dan Penerapannya dalam KBK. UM PRESS: Malang. Rudhito, M.A. (2008). Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Implementasi
Kurikulum 2006 Matematika SMA, Pengembangan Kurikulum dan Buku Ajar yang Mengimplementasikan Pendekatan Konstruktivistik,
Kontekstual dan Kolaboratif. [Online]. Tersedia: http://puslitjaknov.org [3 Mei 2010].
Sudijono, Anas. (2008). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada: Jakarta.