• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISI BROKOHAN DALAM KELAHIRAN BAYI DI DESA INDRALOKA II KECAMATAN WAY KENANGA KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TRADISI BROKOHAN DALAM KELAHIRAN BAYI DI DESA INDRALOKA II KECAMATAN WAY KENANGA KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

TRADISI BROKOHAN DALAM KELAHIRAN BAYI DI DESA INDRALOKA II KECAMATAN WAY KENANGA

KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

Oleh: Lilis Wahyuni

1113033034

Kebudayaan muncul melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun lingkungan sosial, artinya hubungan antara manusia dengan lingkungan dihubungkan dengan kebudayaan. Pulau Jawa memiliki keanekaragaman kebudayaan sesuai dengan beragamnya kepercayaan nenek moyang masyarakat Jawa di setiap wilayah. Tradisi-tradisi tersebut mengandung unsur campuran yaitu ajaran Agama Islam dan Tradisi Jawa yang berasal dari nenek moyang. Salah satu tradisi yang masih dilaksanakan adalah Barokahan, dalam kelahiran bayi dan dalam Tradisi Jawa disebut tradisi brokohan. Pelaksanaan brokohan masih dipengaruhi dengan budaya Hindhu-Buddha dan animisme yang diakulturasikan dengan nilai-nilai Islam oleh Wali Songo.

Rumusan Masalah pada penelitian ini adalah ‘apakah tujuan dari tradisi brokohan di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang

Barat?’. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

tujuan dilaksanakannya tradisi brokohan di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dokumentasi dan teknik kepustakaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknis analisis data yang digunakan adalah teknis analisis data kualitatif karena penelitian ini menganalisis data berupa informasi dan uraian dalam bentuk bahasa kemudian dikaitkan kejelasan data tersebut sehingga mendapat kejelasan data.

(2)

TRADISI BROKOHAN DALAM KELAHIRAN BAYI DI DESA INDRALOKA II KECAMATAN WAY KENANGA

KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

(S k r i p s i)

Oleh Lilis Wahyuni

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat Pada Tanggal 25 Juni 1992, merupakan anak pertama dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Sutiyono dan Ibu Muryati S.Pd.

(7)
(8)

PERSEMBAHAN

Terucap syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya ini

sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku kepada:

Bapakku Sutiyono dan Ibuku Muryati S.Pd,

yang telah menasehatiku, yang telah menasehatiku

mendukungku, mendo,akanku dalam

menggapai cita-cita, dan

Adikku Bowo Susilo

yang selalu memberikan keceriaannya

Para pendidik dan sahabat-sahabatku yang memberikan semangat

untukku

(9)

MOTO

”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetauan

beberapa derajat.” (Q.S. Al-Mujadalah: 11)

"Dan ingatlah akan nama Tuhanmu serta beribadahlah kepada-nya dengan sepenuh hati, yakni hentikanlah segala

pemikiran yang lain, sehingga semata-mata hanya menghadap kepadaNya.”

(Q.S. Al-Muzzammil: 8)

” Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat timbangan debu, ia pun pasti akan mengetahuinya."

(Q.S. Al-Zalzalah: 7)

“Kebanggaan kita terbesar adalah bukan tidak pernah gagal tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.”

(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Tradisi Brokohan Dalam Kelahiran Bayi di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat”. Penulisan skripsi ini sebagai syarat untuk menyelesaikan studi tingkat Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., Wakil Dekan I Wakil Akademik dan Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., Wakil Dekan II Bidang Keuangan

Umum dan Kepegawaian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(11)

sumbangan pikiran, kritik, dan saran dalam penyusunan skripsi.

7. Bapak Drs. Wakidi, M. Hum., Pembimbing Akademik Dan Pembimbing Utama yang telah sabar membimbing dan memberi masukan serta saran yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terimakasih Pak.

8. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd., M.Hum., Dosen Pembimbing Pembantu yang telah menyediakan waktu, tenaga, untuk mengarahkan, membimbing dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta selalu membuat penulis merasa semangat, percaya diri dan mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terimakasih bu.

9. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Sejarah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yaitu Bapak Drs. Ali Imron, M.Hum., Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., Bapak Drs. Syaiful. M, M.Si., Bapak Drs. Tontowi, M.Si., Dr. Risma Margareta Sinaga, M.Hum., Bapak Basri, S.Pd, M.Pd., Bapak Suparman Arif, S.Pd, M.Pd., dan Bapak Cheri Saputra, S.Pd, M.Pd., yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

10. Kedua orang tuaku Bapak Sutiyono da Ibu Muryati, S.Pd yang senantiasa

menyayangi, mencintai, dan mendo’akan untuk keberhasilanku, terimakasih

telah memberi motivasi dan menjadi penyemangat dalam hidupku.

11. Adikku Bowo Susilo saudara kandungku satu-satunya yang telah memberikan

semangat, do’a dan dukungan dalam masa kuliah sampai dengan

(12)

12. Teman dekatku Tama Hermansyah, S.P yang selalu memberikan dukungan, saran dan motivasi selama ini.

13. Tanteku Herlina Wati, S.T, M.T., dan Om Dr. Surya Diwansa Harun S.T, M.T., terimakasih sudah bersedia menjadi orang tua ku selama menempuh Studi di Universitas Lampung dengan penuh kesabaran dan kasih sayang serta memberiku dukungan dan semangat dalam masa kuliah sampai dengan menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih banyak ya om.. tante..

14. Sahabat-sahabatku (Largo Fitson, Heriyanto, Reni Hudya, Pipin Susilawati, Ika Surya Widya Astuti, Yuni Wiyati, Koko Wicaksono, Dhanu Alesandro, Shinta Anggraini) yang selalu membantu dan memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

15. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2011 kelas genap maupun ganjil yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih untuk kekeluargaan dan kebersamaan selama ini.

16. Bapak Kepala Kampung Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat yaitu Bapak Nengah Parte S.Pd. yang telah menerima penulis untuk melakukan penelitian, memberikan ijin dan memberikan waktu untuk penulis dalam melakukan penelitian serta membantu penulis dalam memberikan data-data penunjang dalam penelitian skripsi ini, terimakasih pak.

(13)

18. Dukun bayi yaitu Mbah Karyah yang telah banyak memberikan pengetahuan, waktu dan informasi kepada penulis mengenai tradisi Brokohan.

19. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, April 2015 Penulis,

(14)

i

C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8 A. Metode Penelitian yang Digunakan ... 27

B. Lokasi Penelitian ... 27

(15)

1. Variabel Penelitian ... 28

2. Definisi Operasional Variabel ... 29

3. Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.1. Teknik Observasi Partisipan ... 30

3.2. Teknik Wawancara... 30

1.1Sejarah Singkat Kampung Indraloka II ... 40

1.2Letak dan Batas Administratif Kampung Indraloka II ... 43

1.3Luas Wilayah Kampung Indraloka II ... 44

1.4 Asal Usul Tradisi Brokohan ... 44

1.5 Pengetahuan Masyarakat Mengenai Tradisi Brokohan ... 47

1.5.1 Proses Pelaksanaan Tradisi Brokohan ... 49

1.5.1.1 Persiapan Pelaksanaan Brokohan ... 49

1.5.1.2 Persiapan Tahap Acara ... 54

1.5.1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 56

1.5.1.4 Pelaksanaan Brokohan ... 57

1.5.1.5 Penutup Acara Brokohan ... 58

2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 58

2.1 Tujuan Pelaksanaan Tradisi Brokohan di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat ... 58

2.1.1 Tujuan Tradisi Brokohan Secara Solidaritas Sosial ... 58

a. Gotong Royong ... 59

b. Pelestarian Budaya ... 60

2.1.2 Tujuan Tradisi Brokohan Secara Spiritual/Religius ... 62

a. Eling Marang Purwa Duksina ... 62

B. PEMBAHASAN A. Tujuan Tradisi Brokohan Secara Solidaritas Sosial ... 65

(16)

iii

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 74 B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(18)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman Wawancara ... 76

2. Daftar Nama Informan ... 82

3. Daftar Hasil Wawancara ... 83

4. Foto-foto Tradisi Brokohan ... 108

5. Daftar Istilah... 120

6. Peta Administratif Kabupaten Tulang Bawang Barat ... 121

7. Rencana Judul Penelitian Kaji Tindak/Skripsi ... 122

8. Komisi Pembimbing ... 123

9. Surat Izin Penelitian Pendahuluan Ke Kampung Indraloka II ... 124

10.Surat Izin Penelitian ... 125

11.Surat Izin Melaksanakan Penelitian Dari Kepala Kampung ... 126

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Foto Ibu Puji Astuti yang melahirkan bayi perempuan dengan

selamat ... 108

2. Foto Ibu Surtini yang melahirkan bayi perempuan dengan selamat ... 109

3. Persiapan sajian makanan yang di buat untuk tamu undangan ... 110

4. Sajian makanan yang dipersiapkan dalam tradisi brokohan yang berlangsung mewah ... 111

5. Sajian makanan yang dipersiapkan dalam tradisi brokohan yang berlangsung sederhana ... 112

6. Sesaji dalam tradisi brokohan ... 113

7. Prosesi tradisi brokohan di Kampung Indraloka II... 114

8. Tahap ngujubken pada tradisi brokohan ... 115

9. Waktu selesai pembacaan do’a selamat oleh kiyai (alim ulama) dalam tradisi brokohan ... 116

10. Tamu undangan menikmati sajian makanan ... 117

11. Pembagian makanan kepada para tamu undangan untuk di bawa pulang ke rumah masing-masing ... 118

(20)

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain dikarenakan Indonesia merupakan suatu negara kaya akan kebudayaan. Menurut Thomas Wiyasa B, bahwa:

Nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang tumbuh di dalam masyarakat berguna untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan. Nilai-nilai dan norma itu dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, yang pada akhirnya menjadi Adat Istiadat. Adat Istiadat diwujudkan dalam bentuk tata upacara. Tiap-tiap daerah memiliki Adat Istiadat sendiri-sendiri sesuai dengan letak geografis (Thomas Wiyasa B, 2000: 9).

(21)

Koentjaraningrat menggolongkan tiga wujud kebudayaan yaitu:

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari aktivitas serta tindakan yang berpola dari manusia dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia (Basrowi, 2005: 76).

Menurut sarjana Inggris E.B. Tylor dalam Jacobus Ranjabar, bahwa:

Kebudayaan adalah suatu satu kesatuan atau jalinan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, susila, hukum, Adat Istiadat dan kesanggupan-kesanggupan lain yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Kepulauan Jawa banyak menghasilkan kebudayaan, budaya masyarakat Jawa yang sudah melekat erat menjadikan masyarakat sangat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dari kebudayaan itu. Pelaksanaan tradisi ini mengandung unsur-unsur ajaran Agama Islam dengan campuran Tradisi Jawa (Jacobus Ranjabar, 2006: 148).

Pulau Jawa memiliki keanekaragaman kebudayaan sesuai dengan beragamnya kepercayaan nenek moyang masyarakat Jawa di setiap wilayah. Tradisi-tradisi tersebut mengandung unsur campuran yaitu ajaran Agama Islam dan Tradisi Jawa yang berasal dari nenek moyang. Salah tradisi yang masih dilaksanakan adalah Barokahan, dalam kelahiran bayi dan dalam Tradisi Jawa disebut tradisi Brokohan. Hal ini merupakan suatu bentuk pelestarian tradisi dan budaya nenek

moyang masyarakat Jawa.

(22)

3

Brokohan atau Barokahan. Brokohan berarti upacara selamatan yang

diselenggarakan oleh masyarakat Jawa dalam kelahiran bayi dengan selamat, khususnya di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Mbah Narto Pawiro menyatakan bahwa Tradisi Brokohan merupakan tradisi masyarakat Jawa Tengah (Yogyakarta) dilestarikan oleh beberapa masyarakat Jawa yang transmigrasi ke Desa Indraloka II yang diadakan pemerintah pada tahun 1990. Tradisi Brokohan ini dilakukan oleh salah satu masyarakat Jawa yang berasal dari yogyakarta Kabupaten Wonosari tepatnya Desa Panggul Gunung Kidul, pada waktu itu masih tahun awal keberadaan masyarakat transmigrasi Desa Indraloka II, yang kemudian Brokohan ini dipandang baik oleh mayoritas Suku Jawa di Desa Indraloka II, kemudian Brokohan ini menjadi kebiasaan dan dilestarikan oleh masyarakat Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat (wawancara dengan Mbah Narto Pawiro, Minggu 10 Mei 2014).

Pola interaksi antara budaya lokal dan nilai Islam menjadikan Islam warna-warni. Brokohan merupakan ekspresi dan ungkapan kesalehan sosial masyarakat dimana

(23)

sehingga masyarakat hingga kini masih melaksanakan tradisi Brokohan. Hal ini sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat, bahwa:

Wajar jika kebiasaan orang satu dengan lainya akan berkaitan. Kebiasaan yang positif atau bersifat baik, tentu saja akan diakui serta akan dilakukan oleh orang lain sesama warga masyarakat. Lebih jauh lagi, kadang terjadi pengakuan yang begitu mendalam, sehingga otomatis dijadikan patokan bagi orang lain yang seterusnya diangkat sebagai prinsip dasar dalam relasi sosial, sehingga tingkah laku atau tindakan masing-masing warga dapat dikendalikan dan diatur sedemikian rupa. Pada tahap lanjut maka terciptalah apa yang dikenal sebagi norma-norma atau kaidah-kaidah (Koentjaraningrat, 2004: 20).

Berdasarkan pendapat tersebut maka Suku Jawa termasuk suku terbesar jumlahnya di Indonesia. Banyak menemui perkampungan atau desa yang dihuni oleh mayoritas Suku Jawa maka tidak heran Jawa sangat kental dengan Adat Istiadatnya. Rangkaian upacara Adat Jawa pada dasarnya melambangkan harapan baik untuk masa kini dan masa yang akan datang. Berdasarkan fakta yang terjadi pada masyarakat Jawa di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat dapat disimpulkan bahwa ada beberapa nilai kepercayaaan/cara pandang masyarakat Jawa di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Barat, terhadap brokohan dalam kelahiran sang bayi.

(24)

5

pelaksanaanya jumlah undangan yang mengikuti selamatan brokohan lebih banyak (wawancara Bapak Narto Pawiro, Selasa 12 Mei 2014).

Berdasarkan pendapat tersebut maka dalam penyelenggaraanya terdapat perbedaan dalam sajian selamatan brokohan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat. Hal ini terlihat dari kelengkapan dan kemewahan sajian yang dihidangkan oleh masyarakat Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat dalam upacara selamatan brokohan. Hal ini sesuai dengan pendapat Bambang Suwondo, yang menyatakan bahwa:

Cara menyelenggarakan upacara brokohan ini oleh penduduk yang tinggal di derah pedesaan sajian Brokohan pada umumnya berupa sego asahan, yang terdiri dari nasi, yang ditempatkan di dalam niru, (tampah, Jawa), iwak kebo siji (maksudnya terdiri dari beberapa bagian dari tubuh seekor kerbau yang masing-masing diambil hanya sedikit misalnya daging sepotong, kemudian hati, mata dll), pecel ayam, jangan menir. Ada pula diantaranya yang membuat Brokohan hanya berupa nasi gudangan (Bambang Suwondo, 1981: 174).

Berdasarkan uraian tersebut maka, terdapat perbedaan sajian dalam tradisi Brokohan yang ada di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat. Hal ini dapat dilihat dari kelengkapan dan kemewahan sajian serta banyaknya tamu undangan dalam pelaksanaan tradisi brokohan.

(25)

tersebut. Berbagai macam tradisi itu pada intinya mempunyai tujuan yang sama dengan tujuan tradisi-tradisi Jawa lainya seperti yang berkenaan dengan kehamilan, kelahiran, pernikahan dan juga kematian. Karena pada dasarnya tradisi itu adalah sebuah Adat Istiadat atau kebiasaan yang mempunyai tujuan baik yang dilestarikan oleh masyarakat di sini (wawancara Mbah Mukrib, 12 Mei 2014).

Hal ini sesuai dengan pendapat Purwadi, yang menyatakan bahwa:

Upacara tradisional Jawa dilakukan demi mencapai ketentraman hidup lahir batin. Dengan mengadakan upacara tradisional itu, orang Jawa memenuhi kebutuhan spiritualnya, eling marang purwa duksina. Di samping itu, upacara tradisional dilakukan orang Jawa dengan tujuan memperoleh solidaritas sosial, lila lan legawa kanggo mulyaning negara (Purwadi, 2005: 5).

Berdasarkan uraian tersebut maka tradisi Brokohan yang dilakuan oleh masyarakat Jawa Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat mempunyai tujuan sebagai solidaritas sosial dan juga mempunyai tujuan secara spiritual atau religius. Hal ini yang menjadikan dasar masyarakat Jawa Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat untuk tetap melaksanakan dan melestarikan tradisi Brokohan.

(26)

7

B. Analisis Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut terdapat beberapa identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan cara pandang atau persepsi masyarakat Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat mengenai Tradisi Brokohan.

2. Terdapat perbedaan sajian dalam selamatan Brokohan pada masyarakat di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat. 3. Adanya tujuan secara solidaritas sosial dan spiritual/religius yang terdapat dalam pelaksanaan tradisi Brokohan di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat.

2. Pembatasan Masalah

Agar dalam penelitian ini masalah yang diangkat tidak terlalu meluas maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah mengetahui tujuan pelaksanaan Tradisi Brokohan secara solidaritas sosial dan spitual religius di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat. Diharapkan dengan adanya pembatasan masalah tersebut peneliti dapat menyusun sebuah penelitian sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti.

3. Rumusan Masalah

(27)

C. Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yakni untuk mengetahui tujuan Tradisi Brokohan secara solidaritas sosial dan spiritual/religius yang dilakukan oleh masyarakat Jawa di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat.

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi peneliti, menambah wawasan, ilmu pengetahuan, pengalaman dan informasi mengenai pelaksanaan Tradisi Brokohan oleh masyarakat Jawa di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat. b. Bagi masyarakat Suku Jawa di Lampung, penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan referensi tentang pelaksanaan Tradisi Brokohan.

c. Bagi masyarakat Desa Indraloka II, penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan bacaan yang mengulas tentang Tradisi Brokohan yang dilaksanakan di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat. 3. Ruang Lingkup Penelitian

a. Subjek Penelitian : Masyarakat Jawa di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat

b. Objek Penelitian : Pelaksanaan Tradisi Brokohan

c. Tempat Penelitian : Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat.

(28)

9

REFERENSI

Thomas Wiyasa B. 2000. Upacara Tradisional Masyarat Jawa. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Hlm 9.

Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Ghalia Indonesia. Bogor. Hlm 76.

Jacobus Ranjabar. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Ghalia Indonesia. Bogor. Hlm 148 dan 149.

Koentjaraningrat. 2004. Manusia Dan Kebudayaan di Indonesia.Djambatan. Jakarta. Hlm 20.

Bambang Suwondo. 1981. Adat Istiadat Daerah Istimewa Yogyakarta. Departemen Pendidik Dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah Dan Budaya Proyek Penelitian Dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. Jakarta. Hlm. 174.

Purwadi. 2005. Upacara Tradisional Jawa. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hlm V. Sumber Lain

Wawancara:

Narto Pawiro. 74 Tahun. Di Suku 02 Indraloka II. 10 Dan 12 Mei 2014 Pukul 19.00 WIB. Di Rumah Kediaman Mbah Narto Pawiro.

Karyah. 73 Tahun. Di Suku 0I Indraloka II. 11 Mei 2014 Pukul 19.30 WIB. Di Kediaman Mbah Karyah.

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tradisi

Tradisi merupakan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dalam bentuk yang sama (Soerjono Soekanto, 1987: 13). Menurut Linton “tradisi adalah keseluruhan

dari pengetahuan, sikap, pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat” (Linton dalam Roger M. Keesing,

1999: 68).

Menurut Koentjaraningrat (1987: 187) mengatakan bahwa tradisi sama dengan Adat Istiadat, konsep serta aturan yang mantap dan terintegrasi kuat dalam sistem budaya disuatu kebudayaan yang menata tindakan manusia dalam bidang sosial kebudayaan itu. Menurut Poerwadarminto dalam KBBI (1996: 958) tradisi adalah: (1) Adat Istiadat, kebiasaan turun temurun (nenek moyang) yamg masih dijalankan masyarakat, (2) penilaian atau tanggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik dan benar.

(30)

11

dan menjadi kebiasaan yang bersifat rutin, contohnya tradisi melaksanan acara selamatan dikalangan masyarakat awam dan tradisi di lingkungan kerajaaan.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Badudu, yang menyatakan bahwa tradisi adalah adat kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun dan masih dilaksanakan pada masyarakat yang ada (J.S, Badudu.2003 : 349). Adat, sebagai wujud ideal kebudayaan, dalam bahasa Indonesia terdapat juga istilah lain yang sangat tepat untuk menyebut wujud ideal dari kebudayaan ini, yaitu adat atau adat-istiadat untuk bentuk jamaknya (Koentjaraningrat, 2009: 151).

Pendapat lain dikemukakan oleh S. Takdir Alisjahbana yang memberikan pengertian bahwa adat-istiadat adalah sekalian aturan yang mengatur kelakuan individu dalam masyarakat dari buaian sampai ke kuburan (S. Takdir Alisjahbana, 1986: 115).

(31)

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka tradisi merupakan Adat Istiadat atau adat kebiasaan berupa upacara adat mulai dari buaian sampai ke kuburan yang dianggap baik yang masih dijalankan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya secara turun-temurun di masyarakat yang dijaga dan dilestarikan keberadaanya.

2. Bentuk-Bentuk Tradisi

Berbagai bentuk tradisi atau upacara adat yang terdapat di dalam masyarakat pada umumnya dan masyarakat Jawa khususnya adalah merupakan pencerminan bahwa semua perencanaan, tindakan dan perbuatan telah diatur oleh tata nilai luhur. Tata nilai luhur tersebut diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi berikut. Perubahan-perubahan tata nilai menuju perbaikan sesuai dengan tuntutan zaman, yang jelas adalah bahwa tata nilai yang dipancarkan melalui tata upacara adat merupakan manifestasi tata kehidupan masyarakat Jawa yang serba hati-hati agar dalam melaksanakan pekerjaan mendapatkan keselamatan baik lahir maupun batin (Thomas Wiyasa. B, 2000: 9). Berikut merupakan contoh bentuk-bentuk Tradisi Budaya Jawa:

2.1Slamatan

Slamatan adalah upacara sedekah makanan dan do‟a bersama yang bertujuan

untuk memohon keselamatan dan ketentraman untuk ahli keluarga yang menyelenggarakan (Purwadi, 2005: 22). Purwadi juga menyatakan bahwa upacara selamatan termasuk kegiatan batiniah yang bertujuan untuk mendapatkan ridho

(32)

13

spiritual yang wajib dan jika dilanggar akan mendapatkan ketidakberkahan atau kecelakaan (Purwadi, 2007: 92).

Herusatoto juga menyatakan bahwa:

Selametan merupakan aksi simbolis orang Jawa untuk memuji dan mendapatkan

keselamatan. Oleh karena digunakan untuk mencari keselamatan, maka setiap orang Jawa yang telah mengadakan upacara selamatan, dirinya merasa tentram karena merasa telah diselamatkan oleh Tuhanya atau mengharapkan keselamatan dari Tuhan yang diyakininya (Herusatoto dalam Sutiyono, 2013: 49).

Berdasarkan uraian tersebut maka slametan adalah untuk mencari keselamatan, ketentraman, baik yang menyelenggarakan maupun yang diselamati. Dalam hal ini yang menyelenggarakan adalah keluarga orang tua sang bayi, dan yang diselamati adalah sang bayi. Jadi dapat disimpulkan bahwa selamatan brokohan dilakukan agar sang ibu dan keluarga dan juga sang bayi diberikan selalu keselamatan.

Macam-macam slametan tradisi siklus hidup manusia adalah bentuk ritual Jawa yang disebut selametan dalam rangka memuliakan peristiwa penting kehidupan orang Jawa, mulai dari peristiwa kelahiran, supitan, tetesan, mantenan, sampai kematian. Selametan untuk peristiwa kelahiran antara lain: (1) brokohan, dan (2) bubaran. Slametan untuk peristiwa supitan/tetesan antara lain: (1) supitan/tetesan

dan (2) selapanan. Slametan untuk peristiwa perkawinan antara lain: (1) midodareni (2) sepasaran (3) tingkeban. Slametan untuk peristiwa kematian

(33)

Macam-macam slametan ziarah merupakan tradisi ziarah merupakan tradisi yang dilakukan dengan melakukan suatu ritual yang diikuti oleh orang banyak (secara kolektif) dan sendiri (individu) ke tempat-tempat keramat, seperti makam, pohon, dan sendang. Secara kolektif dilakukan pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Secara individual dilakukan dengan waktu bebas. Macam tradisi ziarah antara lain: Makam Palar, Wit Ketos, Sendang Mandhong, Makam Projohanila (Jonilo), Makam Jetno (Sutiyono, 2013: 46).

Macam-macam tradisi slametan untuk alam, tradisi ini merupakan bentuk ritual khusus yang dilakukan masyarakat agraris, guna melestarikan kehidupan tanaman padi. Terdapat tiga macam ritual yang dilakukan oleh masyarakat petani, yaitu: Tedun (Wiwit), Metik, Dan Mboyong Mbok Sri (Sutiyono, 2013: 48).

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dirinci bahwa macam-macam slametan dalam tradisi masyarakat Jawa dapat dilihat berdasarkan tiga aspek penting yaitu tradisi slametan siklus hidup manusia, tradisi slametan ziarah, dan tradisi slametan alam.

2.2Bancaan

Bancaan adalah upacara sedekah makanan karena suatu hajat leluhur,

(34)

15

karena suatu hajat leluhur agar terhindar dari konflik yang disebabkan oleh pembagian yang tidak adil.

2.3Kenduren

Kenduren adalah upacara sedekah makanan karena seseorang telah memperoleh

anugrah atau kekuasaan sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Dalam hal ini kenduren mirip dengan cara tasyakuran. Acara kenduren bersifat personal, undangan biasanya terdiri dari kerabat, kawan sejawat dan keluarga. Mereka berkumpul untuk berbagi suka. Suasana santai, sambil membicarakan tauladan yang bisa ditiru. Macam-macam kenduren antara lain kenaikan pangkat, lulus ujian, terpilih untuk mengemban amanat jabatan dan sukses lain yang perlu dan pantas di tiru (Purwadi, 2007: 93).

3. Tujuan Tradisi/Upacara Adat Tradisional

Sistem penyelenggaraan upacara tradisional dilakukan demi memenuhi kebutuhan rohani yang berkaitan erat dengan kepercayaan masyarakat Jawa. Siklus hidup manusia yang meliputi masa kelahiran, perkawinan dan kematian mendapat perhatian dengan melakukan upacara khusus. Tujuanya adalah memperoleh kebahagiaan lahir batin, setelah mengetahui hakikat sangkan paraning dumadi atau dari mana dan ke mana arah kehidupan. Dalam hal ini, puncak pribadi manusia paripurna ditandai oleh kemampuanya dalam mengendalikan diri sebagaimana tersirat dalam ngelmu kesampurnaan yang menghendaki hubungan selaras antara Tuhan dan alam (Purwadi, 2007: 1).

(35)

marang purwa duksina. Di samping itu, upacara tradisional dilakukan orang Jawa

dengan tujuan memperoleh solidaritas sosial, lila lan legawa kanggo mulyaning negara. Tujuan upacara tradisional Jawa secara solidaritas sosial meliputi: (1) gotong royong, (2) pelestarian budaya (Purwadi, 2005: 5). Berdasarkan uraian tersebut dapat dirinci bahwa tujuan tradisi dapat dilihat dari dua aspek penting yaitu tujuan secara spirituan/religius dan juga tujuan tradisi secara solidaritas sosial.

4. Konsep Kelahiran Bayi

Kelahiran sang buah hati merupakan dambaan bagi setiap pasangan suami-istri atau orangtua. Tak terkecuali kelahiran itu untuk anak pertama, kedua, ketiga atau seterusnya. Maka tak berlebihan jika kemudian bayi yang telah menghuni kandungan selama sembilan bulan lebih itu lahir ke dunia, akan disambut oleh kedua orangtua dan keluarga dengan perasaan riang gembira. Bentuk kegembiraan itu, di daerah Jawa biasa disebut dengan tradisi brokohan atau barokahan.

Kelahiran bayi disambut menurut tatacara Islam, yaitu dengan mendengarkan adzan ke telinga kiri dan iqomah ke telinga kanan bayi. Kemudian disusul dengan do‟a selamat. Setelah itu diadakanlah penanaman ari-ari yang diiringi dengan do‟a-do‟a Islam, kemudian dilanjutkan dengan upacara adat yaitu brokohan.

dengan menghidangkan makanan tradisional berupa nasi gudangan lengkap dengan lauk pauknya. Upacara ditutup dengan pembacaan do‟a oleh sesepuh

(36)

17

Dalam suatu ritual kelahiran seorang bayi disertai menanam ari-ari setelah dibersihkan dari darah dan dimasukan ke dalam kwali, dilandasi dengan daun senthe yang dilengkapi dengan jarum, benang, secarik kertas, bertuliskan aksara Jawa. Untuk ari-ari anak laki-laki ditanam di sisi kanan pintu rumah depan, sedangkan ari-ari untuk perempuan ditanam di sisi kiri pintu rumah depan. Upacara yang diselenggarakan bagi bayi yang baru saja lahir disebut brokohan (Sutiyono, 2013: 44).

Dari beberapa pengertian terserbut dapat dirinci bahwa dalam kelahiran bayi yang baru saja lahir terdapat beberapa ritual yang harus dilaksanakan sebelum diadakan selamatan brokohan. Mulai dari mendengarkan adzan ke telinga kiri dan iqomah

ke telinga kanan bayi, disusul dengan do‟a selamat. Setelah itu diadakanlah penanaman ari-ari yang diiringi dengan do‟a-do‟a Islam. Tahap selanjutnya yaitu upacara adat yaitu brokohan yang diselenggarakan pada hari H kelahiran bayi.

5. Konsep Tradisi Brokohan

Brokohan, bersamaan dengan lahirnya bayi, diadakanlah selamatan yang disebut

Brokohan (Bambang Suwondo, 1977: 174). Menurut Purwadi, bahwa setelah

kelahiran anak diadakanlah selamatan yang biasanya disebut Brokohan. Seperti layaknya selamatan pada umunya, dalam Brokokan ini disajikan tumpeng beserta lauk pauknya dan berbagai macam buah-buahan (Purwadi, 2007: 89).

(37)

brokohan yang diambil dari Bahasa Arab ”Barokah” yang berarti mengharap berkah dari Tuhan. (Adi S, 2014: Http://Www.Scribd.Com/Doc/ 110942653/Tradisi-Brokohan) Diakses Pada Hari Senin Tanggal 16 Juni 2014 Pukul 10.20 WIB.

Selamatan brokohan diadakan untuk merayakan peristiwa kelahiran, ketika bayi baru berumur satu hari. Brokohan merupakan bentuk syukur kepada Tuhan, bahwa bayi yang baru saja lahir diberi keselamatan oleh Yang Kuasa (Sutiyono, 2013: 45). Menurut Yuli Astuti bahwa setelah bayi lahir dibuatkan selamatan yang disebut brokohan (Yuli Astuti, 1997: 31).

Dari beberapa pengertian tersebut dapat dirinci bahwa yang dimaksud tradisi brokohan adalah kebiasaan masyarakat Jawa berupa selamatan dalam kelahiran bayi lahir dengan selamat dengan memanjatkan do‟a keselamatan untuk mendapatkan berkah dari Allah SWT melalui acara selamatan pada hari H kelahiran sang bayi, lebih tepatnya brokohan merupakan selamatan hari pertama untuk memperingati bayi lahir.

(38)

19

6. Konsep Masyarakat Jawa

Menurut Ida Bagus Darmika, bahwa:

Masyarakat Jawa banyak melahirkan tradisi yang masih dilaksanakan sampai saat ini, sebelumnya kita mengerti akan konsep masyarakat terlebih dahulu. Menurut Werner, masyarakat adalah suatu kelompok perorangan yang berinteraksi timbal balik, dimana konsekuensinya adalah jika hubungan manapun dari konfigurasi sosial tertentu dirangsang, maka akan mempengaruhi semua bagian lain dan sebaliknya akan dipengaruhi oleh bagian-bagian (Ida Bagus Darmika, 1982: 1).

Menurut Koentjaraningrat, mendefinisikan mengenai masyarakat secara khusus yaitu masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem Adat Istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, 2009: 118).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa masyarakat adalah sekelompok orang yang terdiri dari dua orang atau lebih yang bertempat tinggal di wilayah yang sama dan sifatnya selalu berubah-ubah.

Menurut P.J Bouman, masyarakat sangat berkaitan dengan kebudayaan karena tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat. Masyarakat dan kebudayaan merupakan dwitunggal yakni keduanya tidak bisa terpisahkan saling berkaitan (P.J Bouman, 1957: 31).

Sudirman Tebba mendefinisikan “masyarakat Jawa sebagai komunitas individu

yang memiliki pandangan hidup luhur Jawa, etika, moral Jawa dan budi pekerti Jawa” (Sudirman Tebba, 2007: 13). Menurut Niels Mulder, “ciri pandangan hidup

(39)

antara alam nyata, masyarakat, dan alam adikodrati yang dianggap keramat”

(Niels Mulder dalam Muhammad Zaairul Haq, 2011: 5).

Dalam penjelasan Muhammad Zaairul Haq bahwa:

Alam pikiran Jawa merumuskan kehidupan manusia berada dalam dua kosmos (alam), yaitu makrokosmos dan mikrokosmos. Makrokosmos dalam pikiran orang Jawa adalah sikap dan pandangan hidup terhadap alam semesta yang mengandung kekuatan supranatural dan penuh dengan hal-hal yang bersifat misterius. Sedangkan mikrokosmos dalam pikiran orang Jawa adalah sikap dan pandangan hidup terhadap dunia nyata. Tujuan utama dalam hidup adalah mencari serta menciptakan keselarasan atau keseimbangan antara kehidupan makrokosmos dan mikrokosmos (Muhammad Zaairul Haq, 2011: 6).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat dirinci bahwa masyarakat Jawa adalah kumpulan manusia yang hidup bersama dimana mayoritas penduduknya bersuku Bangsa Jawa yang menumbuhkan, mengembangkan serta memelihara suatu kebudayaan dan Adat Istiadat Jawa yang sarat akan nilai-nilai, pandangan hidup, etika, moral serta sikap hidup Jawa yang menghargai keharmonisan hidup dengan alam raya.

Di setiap wilayah Indonesia pasti akan ditemukan masyarakat bersuku Jawa, walaupun hanya minoritas pasti di setiap Wilayah Indonesia ditemukan masyarakat bersuku Jawa. Lingkungan masyarakat Jawa adat istiadat sangat kental terasa, setiap kehidupan masyarakat Jawa menggunakan adat istiadat. Menurut Pamomong Semar, bahwa:

(40)

21

Arti dari konsep kehidupan orang Jawa tersebut adalah narimo ing padun maksudnya setiap kehidupan pasti sudah ada yang mengatur, pola hidup orang Jawa yang pasrah dengan segala keputusan yang telah ditentukan oleh Tuhan. Orang Jawa meyakini setiap yang terjadi dalam kehidupan ini merupakan kehendak Tuhan yang tidak dapat ditentang begitu saja. Gotong royong atau tolong menolong sudah ada sejak nenek moyang orang Jawa dan dapat ditemukan pola hidup kerja sama masyarakat Jawa. Ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono maksudya adalah harga diri orang Jawa dari perkataannya sehingga orang

Jawa sangat hati-hati dalam perkataannya.

Orang Jawa memiliki filosofi tiga nga yakni ngalah, ngalih, ngamuk (Soedjipto Abimanyu. 2013: 27). Masyarakat Jawa memiliki estetika dalam bertutur kata dan sikap, pribadi orang Jawa halus, sopan, tertutup dan bisa menyembunyikan perasaan. Mengetahui kepribadian masyarakat Jawa dapat dilihat dari karakter pewayangan yang merupakan kesenian masyarakat Jawa.

B. Kerangka Pikir

Kebudayaan masyarakat Jawa sangat beraneka ragam, masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi tradisi yang diwariskan oleh leluhur. Akibatnya sampai saat ini tradisi masyarakat Jawa masih tetap dilestarikan dan terus diwariskan secara terus-menerus.

(41)

yang bertempat tinggal di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat mayoritas beragama Islam dan masih melestarikan Tradisi Brokohan sampai saat ini.

Meskipun sekarang zaman globalisasi yang teknologinya semakin canggih dan pola berfikir masyarakat semakin rasional tidak berarti masyarakat Jawa yang mendiamai Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat meninggalkan Tradisi Brokohan walaupun mereka tidak bertempat tinggal di Pulau Jawa masyarakat masih melestarikan Budaya Jawa yaitu Tradisi Brokohan. Masyarakat melaksanakan Tradisi Brokohan mempunyai tujuan dalam

pelaksanaanya. Tujuan dari Tradisi Brokohan dapat dilihat secara spiritual religius dan tujuan secara solidaritas sosial.

(42)

23

C. Paradigma

D.

Keterangan :

: Garis Pelaksana

: Garis Tujuan Kelahiran Bayi Pada

Masyarakat Jawa

Tradisi Brokohan

Spiritual/Religius: Eling Marang Purwa

Duksina

Solidaritas Sosial: 1. Gotong Royong 2. Pelestarian

(43)

REFERENSI

Soerjono Soekanto. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. CV. Rajawali. Jakarta. Hlm 13.

Roger M.Keesing (Alih Bahasa: Samuel Gunawan). 1992. Antropologi Budaya: Suatu Perspektif Kontemporer: Edisi Pertama. Jakarta: Erlangga. Halaman 106.

Koentjaraningrat. 1987. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. Rineka Cipta. Hlm 187.

Poerwadarminto. 1996. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis. Surabaya. Arkola. Hlm 958.

Hartoko. 1985. Tradisi Keislaman. Surabaya. Al-miftah. Hlm 11. J.S Badudu. 2003. Ilmu Bahasa Lapangan. Kompas. Jakarta. Hlm 349.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar ilmu antropologi. Jakarta rineka cipta. Hlm. 151.

S. Takdir Alisjahbana. 1986. Antropoogi Baru. Jakarta. PT Dian Rakyat. Hlm. 115.

Clifford Geertz. 1981. Santri, Abangan, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta. Pustaka Jaya. Hlm 13.

Thomas Wiyasa B. 2000. Upacara Tradisional Adat Jawa. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Hlm 9.

Purwadi. 2005. Upacara Tradisional Jawa. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hlm 22. . 2007. Pranata Sosial Jawa. Cipta Karya. Yogyakarta. Hlm 92.

Sutiyono. 2013. Poros Kebudayaan Jawa. Graha Ilmu. Yogyakarta. Hlm 49. Sutiyono. Ibid. Hlm 43.

(44)

25

Soelarto. 1986. Sekitar Tradisi Ternate. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. Yogyakarta. Hlm 116.

Sutiyono. Op Cit. Hlm 44.

Bambang Suwondo .1977. Adat Istiadat Daerah Istimewa Yogyakarta. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah Dan Budaya Proyek Penelitian Dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. Jakarta. Hlm 174.

Purwadi. Op Cit. Hlm 89.

Adi S. 2011. Tradisi Brokohan. Http://www.scribd.com/doc/110942653/Tradisi-Brokohan). Diakses Pada Hari Senin Tanggal 16 Juni 2014 Pukul 10.20 WIB.

Sutiyono. Op Cit. Hlm 45.

Yuli Astuti. 1997. Upacara Tradisional Mohon Ujan Desa Kepuharjo Cangkringan Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Yogyakarta Hlm 31.

Ida Bagus Darmika. 1982. Psikologi Persepsi Masyarakat. Jakarta. Hlm 1. Koentjaraningrat. Op Cit. Hlm 118.

(45)

Soelarto. 1986. Sekitar Tradisi Ternate. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. Yogyakarta. Hlm 116.

P.J. Bouman. 1957. Ilmu Masyarakat Umum, Terjemah Sujono. Jakarta: PT Pembangunan. Hlm 31.

Sudirman Tebba. 2007. Etika dan Tasawuf Jawa; Untuk Meraih Ketenangan Batin. Jakarta : Pustaka IrVan. Halaman 13.

Muhammad ZairulHaq. 2011. Mutiara Hidup Manusia Jawa: Menggali Butir-Butir Ajaran Lokal Jawa Untuk Menuju Kearifan Hidup Dunia Dan Akhirat.

Yogyakarta. Aditya Media Publishing. Hlm 5

Ibid. Hlm 6.

Pamomong. 2012. Karakter Khas Suku Jawa Dengan Tradisi. Http:// pamomongs. blogspot.com/2012/03/karakter-khas-suku-jawa-dengan-tradisi.html. Diakses 24 Februari 2014 jam: 20.39 WIB.

(46)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Yang di Gunakan

Menurut Creswell (1989), dalam bukunya Juliansyah Noor bahwa penelitian kualitatif sebagai suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami. Penelitian kualitatif merupakan riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif (Juliansyah Noor, 2012: 34).

Dalam penelitian ini memakai jenis metode penelitian kualitatif dengan metode Deskriptif. Hal ini berkaitan dengan masalah yang akan dijelaskan oleh peneliti yaitu tentang kurangnya pemahaman masyarakat mengenai Tradisi Brokohan di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Definisi metode deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif merumuskan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut (Juliansyah Noor, 2012: 34).

B. Lokasi Penelitian

(47)

28

Kampung Indraloka II secara wilayah dibagi dalam 6 Dusun/ Rukun Warga (RW) dan 26 Rukun Tetangga (RT).

Lokasi ini dipilih karena di Kampung Indraloka II mayoritas masyarakatnya adalah Suku Jawa, sehingga peneliti dapat melihat fakta dan realitas yang akan ditelitinya pada masyarakat yang memang memiliki karakteristik tersebut.

Selain itu pemilihan lokasi penelitian didasari pertimbangan bahwa sebagian besar masyarakat Kampung Indraloka II adalah masyarakat Suku Jawa, di samping itu lokasi penelitian juga adalah tempat kelahiran penulis dengan harapan penulis akan dapat lebih mudah melakukan penelitian karena secara verbal penulis dapat berkomunikasi dengan para informan yang rata-rata berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Jawa.

C. Variabel Penelitian, Definisi Operasional Variabel, dan Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau ditarik kesimpulanya. Dengan kata lain, dinamakan variabel karena ada variasinya (masing-masing dapat berbeda) (Juliansyah Noor, 2012: 47).

(48)

29

adalah menentukan kesimpulan (Juliansyah Noor, 2012: 47) Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yakni masyarakat Jawa di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan bagian yang mendefinisikan sebuah konsep/variabel agar dapat diukur, dengan cara melihat pada dimensi (indikator) dari suatu konsep/variabel (Juliansyah Noor, 2012: 97).

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (Ed.), Definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (Ed.), 1989: 48).

Menurut Zaenal Mustafa EQ, bahwa tujuan dari pendefinisian variabel secara operasional adalah untuk memberikan gambaran bagaimana suatu variabel akan diukur, jadi variabel harus mempunyai pengertian yang sangat spesifik dan terukur (Zaenal Mustafa EQ, 2009: 40).

Maka definisi operasional merupakan gambaran mengenai konsep penelitian sehingga dapat menjadi pijakan dan arah yang jelas bagi peneliti dalam penelitiannya sehingga dapat memberikan gambaran bagaimana suatu variabel akan diukur dan dituntut harus mempunyai pengertian yang sejelas-jelasnya. Maka Definisi operasional dalam penelitian ini adalah Tujuan Tradisi Brokohan di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat.

3. Teknik Pengumpulan Data

(49)

30

dapat menggunakan teknik: wawancara (interview), angket (questionnaire), pengamatan (observation), studi dokumentasi dan focus group discussion (FGD) (Juliansyah Noor, 2012: 138).

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa cara untuk mendapatkan data yang relevan dan seakurat mungkin, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

3.1Teknik Observasi Partisipan

Teknik observasi partisipan adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti atau daerah lokasi yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini sehingga data yang diperoleh sesuai dengan permasalahan (Nasution, 1996: 107), sedangkan menurut Nawawi observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Nawawi, 1991: 100).

Berdasarkan pendapat tersebut maka observasi adalah pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan serta pencatatan langsung secara sistematik terhadap suatu gejala atau objek penelitian. Dengan menggunakan teknik observasi ini peneliti dapat memperoleh gambaran umum mengenai permasalahan yang berhubungan dengan Tradisi Brokohan di Desa Indraloka II Kecmatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat.

3.2Teknik Wawancara

(50)

31

diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain (Juliansyah Noor, 2012: 138).

Menurut Juliansyah Noor, bahwa:

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depht interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewanwancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewanwancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatitif lama (Juliansyah Noor, 2012: 139).

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada tokoh adat masyarakat setempat yaitu tokoh adat dan masyarakat setempat yang mempunyai pengalaman pribadi mengenai Tradisi Brokohan. Dengan demikian, teknik observasi ini dilakukan secara langsung meninjau ketempat penelitian untuk mengolah data yang didapat agar akurat di Desa Indraloka II, Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat. Untuk mengamati berbagai keadaan tentang Tradisi Brokohan Di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat.

3.2.1 Informan

Informan adalah seseorang atau ketua adat yang mewakili pengetahuan budaya yang diteliti (Suwardi Endraswara, 2006: 119).

Menurut Imam Suprayogo dan Tobroni memberikan penjelasan bahwa:

(51)

32

bukan saja sebagai sumber data, melainkan juga aktor atau pelaku yang ikut menentukan berhasil tidaknya sebuah penelitian berdasarkan informasi yang diberikan (Imam Suprayogo dan Tobroni, 2001: 163).

Menurut J.S Badudu, dalam bukunya Ilmu Bahasa Lapangan syarat-syarat informan adalah:

a. Umur informan harus benar-benar dapat mewakili dari suatu masyarakat bahasa.

b. Mutu kebudayaan dan psikologi seorang informan harus luas dan dapat berbicara secara relevan.

c. Informan hendaknya seorang penutur asli dari bahasa dan dialek yang sedang dipelajari (J.S Badudu, 1988: 55-56).

Jadi Informan dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria informan dalam penelitian ini adalah:

1. Informan yang bersangkutan merupakan masyarakat setempat yang memahami dan memiliki pengetahuan secara mendalam tentang Adat Istiadat masyarakat Jawa terutama tradisi brokohan.

2. Informan yang bersangkutan merupakan masyarakat setempat yang memiliki pengalaman pribadi atau data sesuai dengan permasalahan yang diteliti oleh peneliti.

3. Informan yang bersangkutan merupakan masyarakat setempat yang memiliki kesediaan dan waktu yang cukup.

(52)

33

Melalui informan, makan peneliti memilih beberapa informan yang terkait dengan masalah yang diamati, yaitu tradisi Brokohan di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Prosedur pemilihan sampel itu sendiri melalui tiga tahapan, yaitu:

1. Memilih sampel awal (informasi kunci) 2. Melilih sampel lanjutan

3. Menghentikan pemilihan sampel lanjutan jika sudah tidak terdapat variasi informasi, dimana dalam melaksanakan ketiga tahapan ini umumnya menggunakan teknik Snowball Sampling (Burhan Burngin, 2007: 54).

Dengan demikian teknik snowball sampling ini peneliti memilih informasi awal yakni masyarakat setempat yang memiliki pengalaman pribadi dan pengetahuan yang luas mengenai tradisi brokohan, kemudian mereka akan menunjuk kepada individu lain yang cocok dijadikan informan lanjutan, begitu seterusnya hingga tidak lagi terdapat variasi informasi (jenuh). Dengan demikian, pada penelitian kualitatif tidak dipersoalkan jumlah sampel (Burhan Burngin, 2007: 53).

3.3 Teknik Dokumentasi

Menurut Suharsimi Ari Kunto, bahwa teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Ari Kunto, 2011: 274).

(53)

34

dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap (Basrowi dan Suwandi, 2008: 158).

Maka berdasarkan pendapat tersebut, peneliti mengadakan penelitian berdasarkan dokumentasi yang ada berupa catatan-catatan, buku yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

3.4Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan selain berfungsi untuk mendukung data primer yang diperoleh dari lapangan, teknik ini juga bermanfaat untuk memahami konsep-konsep ilmiah maupun teori-teori yang ada kaitannya dengan materi penelitian (Departemen Pendidikan Nasyonal, 2001: 5).

Teknik kepustakaan merupakan metode yang dipakai dengan cara meneliti dan mempelajari bahan-bahan kepustakaan yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan diteliti. Dengan cara ini pengetahuan penulis mengenai tujuan Tradisi Brokohan di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang

Bawang Bawang Barat dapat diperkaya untuk selanjutnya melakukan penelitian di lapangan.

4. Teknik Analisis Data

(54)

35

penelitian yang digunakan untuk meminta informasi yang bersifat menerangkan dalam bentuk uraian, maka data tersebut dapat diwujudkan dalam tulisan bukan dalam bentuk angka-angka, melainkan penjelasan yang menggambarkan keadaan, proses, peristiwa tertentu (Joko Subagyo, 1997:94).

Untuk menganalisis data-data yang telah diperoleh, maka langkah-langkah dalam metode analisis data menurut Huberman dan Miles (dalam Maryaeni, 2012: 75) adalah sebagai berikut:

4.1Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses penataan “data mentah”, data tersebut mungkin

berupa catatan lapangan, rekaman maupun dokumen. Pemilahan data-data yang didasarkan pada hasil penulisan ulang, transkripsi, maupun catatan reflektif dan memo yang disusun peneliti ketika melakukan kegiatan pengumpulan data. Pengkodean data sesuai dengan karakteristik informasi yang dimuat dalam kaitannya dengan fokus pemahaman yang ingin diperoleh. Langkah-langkah yang digunakan pada tahap ini sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data jumlah penduduk Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat.

2. Memilah berdasarkan suku penduduk Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat.

3. Penelitian difokuskan pada Suku Jawa di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat.

(55)

36

4.2Display (Penyajian Data)

Sajian data merupakan proses mempertalikan koherensi data secara analitis, dalam arti peneliti berusaha memahami hubungan antara informasi yang termuat dalam satuan data yang satu dengan yang lain sehingga dapat dipahami koherensi semestinya. Identifikasi hubungan makna antara data yang satu dengan data yang lain sehingga peneliti dapat menentukan satuan dan hubungan sekuentifnya secara tepat. Transposisi data ke dalam bentuk bagan spesifikasi, matriks, tabel, histogram, grafik, dan sebagainya sesuai dengan informasi yang terdapat di dalamnya. Langkah-langkah yang digunakan pada tahap ini sebagai berikut:

1. Mencari informasi mengenai tujuan Tradisi Brokohan dari masyarakat yang menjadi informan dalam penelitian Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat.

2. Mengidentifikasi hubungan makna antara data yang satu dengan data yang lain sehingga peneliti dapat menentukan satuan dan hubungan sekuentifnya secara tepat.

4.3 Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan

(56)

37

1. Menggabungkan hasil wawancara dengan data yang diperoleh di lapangan mengenai tujuan Tradisi Brokohan di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat.

(57)

38

REFERENSI

Juliansyah Noor. 2012. Metodologi Penelitian. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Hlm 34

Ibid. Hlm 34 Ibid. Hlm 47 Ibid. Hlm 47 Ibid. Hlm 97

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (Ed.). 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES. Hlm 48.

Zaenal Mustafa EQ. 2009. Metodologi Penelitian. Grahayu Ilmu. Yogyakarta. Hlm 40

Juliansyah Noor. Op. Cit. Hlm 138.

Nasution. 1996. Metodologi Research (penelitian ilmiah). Bumi Aksara. Jakarta. Hlm 107.

Hadari Nawawi. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta: Hlm 100.

Juliansyah Noor. Op. Cit. Hlm 138. Ibid. Hlm 139.

Suwardi Endraswara. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan. Pustaka Widyatama. Yogjakarta. Hlm 119.

Imam Suprayogo dan Tobroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung. Remaja Rosdakarya Offset Bandung. Hlm165.

Badudu, J.S. 1998. Ilmu Bahasa Lapangan. Kompas. Jakarta. Hlm 55 dan 56. Burhan Bungin. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hlm 54.

Ibid. Hlm 53.

Juliansyah Noor. Op. Cit. Hlm 53.

(58)

39

Basrowi Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta. Jakarta. Hlm 158.

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Fungsi Keluarga Dalam Penanaman Nila-Nilai Budaya Masyarakat Minangkabau Di Kota Bukittinggi. PD SYUKRI. Padang. Hlm 5.

Moh. Nazir. 2009. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hlm. 346.

Joko Subagyo. 1997. Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek). Rineka Cipta. Jakarta. Hlm 94.

Maryaeni. 2012. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta. Bumi Aksara. Hlm 75.

(59)

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang dilakukan mengenai tujuan tradisi brokohan di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tujuan tradisi brokohan dilihat secara solidaritas sosial adalah: (1) menumbuhkan etos kerja kolektif, para tetangga dan sanak saudara membantu mempersiapkan kebutuhan dapur dan sesaji yang sekiranya diperlukan. Hal ini mengingat ibu yang baru melahirkan belum mampu bekerja berat. (2) pelestarian tradisi brokohan agar tradisi brokohan yang sudah ada sejak nenek moyang tetap terjaga keberadaannya dan terus dilaksanakan oleh generasi penerus. Selain itu tradisi brokohan secara solidaritas sosial oleh masyarakat Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenang Kabupaten Tulang Bawang Barat mempunyai tujuan sebagai media silaturahmi antar keluarga, sanak saudara dan juga tetangga.

(60)

75

Selain itu tradisi brokohan oleh masyarakat Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenang Kabupaten Tulang Bawang Barat mempunyai tujuan sebagai media silaturahmi anatar keluarga, sanak saudara dan juga tetangga.

B. Saran

Berkaitan dengan penelitian yang telah dilaksanakan dengan judul tradisi brokohan di Desa Indraloka II Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang

Bawang Barat, ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan diantaranya:

1. Diharapkan pada masyarakat Jawa di Kampung Indraloka II walaupun di tengah-tengah arus globalisasi dan westernisasi, arus cepat perkembangan informasi dan komunikasi hendaknya tidak meninggalkan nilai-nilai tradisi yang telah diwariskan leluhurnya.

2. Adanya tradisi brokohan ataupun Tradisi Jawa yang lain pada hakikatnya adalah tradisi yang berfungsi sebagai pengikat kerukunan hidup masyarakat. 3. Adanya nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh leluhur baik itu ide, gagasan

ataupun bentuk kebudayaan yang lain tujuannya tidak lain adalah sebagai pedoman bagi masyarakat Jawa. Diharapkan masyarakat dapat terus memahaminya dan menjadikannya pegangan hidup masyarakat di tengah-tengah arus individualisasi sebagai akibat masuknya modernisasi di segala bidang.

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soedjipto. 2013. Babad Tanah Jawi. Laksana. Yogyakarta. Hlm 27. Alisjahbana, S.Takdir. 1986. Antropologi Baru. Jakarta. PT Dian Rakyat. Hlm

115.

Arikunto, Suharsimi. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. Hlm 274.

Badudu J.S. 1998. Ilmu Bahasa Lapangan. Kompas. Jakarta. Hlm 55,56 dan 349. Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Ghalia Indonesia. Bogor. Hlm 76.

Basrowi, Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta. Jakarta. Hlm 158.

Bouman, P.J. 1957. Ilmu Masyarakat Umum, Terjemah Sujono. Jakarta. PT Pembangunan. Hlm 31.

Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Halaman 54.

Clifford, Geertz. 1981. Santri, Abangan, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta. Pustaka Jaya. Hlm 13.

Darmika, Ida Bagus. 1982. Psikologi Persepsi Masyarakat. Jakarta. Hlm 1.

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Fungsi Keluarga Dalam Penanaman Nila-Nilai Budaya Masyarakat Minangkabau Di Kota Bukittinggi. PD SYUKRI. Padang. Hlm 5.

Endraswara, Suwardi. 2003. Budi Pekerti Dalam Budaya Jawa. PT. Hanindita Graha Widya. Yogyakarta. Halm 50.

. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan. Pustaka Widyatama. Yogjakarta. Hlm 119.

Hartoko. 1985. Tradisi Keislaman. Surabaya. Al-miftah. Hlm 11.

(62)

Keesing, Roger M. (Alih Bahasa: Samuel Gunawan). 1992. Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontempore: Edisi Pertama. Jakarta: Erlangga. Halaman 106.

Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi. Universitas Lampung. Jakarta. Hlm 1.

. 1990. Pengantar Ilmu antropologi. Rineka Cipta. Jakarta. Hlm 180.

. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. PT Rineka Cipta. Jakarta. Hlm 118.

Maryaeni. 2012. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta. Bumi Aksara. Halaman 75.

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (Ed.). 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES. Halaman 48.

Mulder, Niels. 2005. Mysticism in Java. Yogyakarta. Kanisius. Hlm 5.

Mustafa EQ, Zaenal. 2009. Metodologi Penelitian. Grahayu Ilmu. Yogyakarta. Hlm 40.

Nasution. 1996. Metodologi Research. Bumi Aksara. Jakarta. Hlm 86 dan 98. Nawawi, Hadri. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Universitas Gajah Mada.

Yogyakarta: Halaman 100.

Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hlm 346.

Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi Penelitian. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Hlm 22,34,47,97,138,139 dan 140.

Pamomong. 2012. Karakter Khas Suku Jawa Dengan Tradisi. Http:// pamomongs. blogspot.com/2012/03/karakter-khas-suku-jawa-dengan-tradisi.html. Diakses 24 Februari 2014 jam: 20.39 WIB.

Poerwadarminto. 1996. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis. Surabaya. Arkola. Hlm 958.

Purwadi. 2005. Upacara Tradisional Jawa. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hlm 137.

Purwadi. 2007. Pranata Sosial Jawa. Cipta Karya. Yogyakarta. Hlm 89.

(63)

Soebadio, Haryati. 1981. Adat Istiadat Daerah Nusa Tenggara Timur. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah Dan Budaya Proyek Penelitian Dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. Jakarta. Hlm 88.

Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. CV. Rajawali. Jakarta. Hlm 13.

Soelarto. 1986. Sekitar Tradisi Ternate. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. Yogyakarta. Hlm 116.

Sutiyono. 2013. Poros Kebudayaan Jawa. Graha Ilmu. Yogyakarta. Hlm 43,46,,48 dan 49.

Suwondo, Bambang. 1977. Adat Istiadat Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah Dan Budaya Proyek Penelitian Dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. Jakarta. Hlm. 125.

. . 1977. Adat Istiadat Daerah Istimewa Yogyakarta. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah Dan Budaya Proyek Penelitian Dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. Jakarta. Hlm 174.

Tebba, Sudirman. 2007. Etika dan Tasawuf Jawa; Untuk Meraih Ketenangan Batin. Jakarta. Pustaka IrVan. Halaman 13.

Wiyasa B, Thomas. 1985. Upacara Tradisional Masyarat Jawa. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Hlm 9, 10, 11

Yuli Astuti. 1997. Upacara Tradisional Mohon Ujan Desa Kepuharjo Cangkringan Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Yogyakarta Hlm 31.

ZairulHaq, Muhammad. 2011. Mutiara Hidup Manusia Jawa: Menggali Butir-Butir Ajaran Lokal Jawa Untuk Menuju Kearifan Hidup Dunia Dan Akhirat.

Yogyakarta. Aditya Media Publishing. Hlm 5 dan 6.

Sumber Lain: Wawancara :

(64)

Mukrib. 62 Tahun. Di Suku 06 Indraloka II. 12 Mei 2014. Pukul 15.30 WIB dan 30 Desember 2014 Pukul 13.00 WIB. Di Rumah kediaman Mbah Mukrib. Narto Pawiro. 74 Tahun. Di Suku 02 Indraloka II. 10 dan 12 Mei 2014 19.00

WIB. Dan 27 Desember 2014 Pukul 16.00 WIB. Di Rumah Kediaman Mbah Narto Pawiro.

Painem. 60 Tahun. Di Suku 01 Indraloka II. 30 Desember 2014. Pukul 20.00 WIB. Di Rumah Kediaman Mbah Painem.

Puji Astuti. 37 Tahun. Di Suku II Indraloka II. 12 Januari 2015. Pukul 16.30 WIB. Di Rumah Kediaman Ibu Puji Astuti.

Riyadi. 52 Tahun. Di Suku 01 Indraloka II. 29 Desember 2014. Pukul 13. 00 WIB. Di Rumah Kediaman Bapak Riyadi.

Surtini. 31 Tahun. Di Suku 02 Indraloka II. 15 Januari 2015. Pukul 10.00 WIB. Di Rumah Kediaman Ibu Surtini.

Gambar

Gambar

Referensi

Dokumen terkait

Makna yang dipadukan dengan warna merah dan kuning memiliki makna tersendiri melalui pandangan dari orang Manado, Tionghoa dan Batak' Orang Manado mengatakan"

1. Tradisi Mattama Dibola, merupakan sebuah upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat di desa bonto tengnga, kecamatan sinjai borong, kabupaten sinjai. Tradisi Mattama Dibola ini

5.22 Analisis Multivariate Hubungan Karakteristik Individu dan Lingkungan Sosial terhadap Perilaku Buang Air Besar Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon Kabupaten

Materi aspek kemampuan berbicara diberikan pada sesi kedua, dimana metode pelatihan adult learning yang digunakan pada sesi ini lebih banyak dibandingkan dengan sesi

Diagram Objek menggambarkan struktur sistem dari segi penamaan objek dan jalannya objek dalam sistem. dalam diagram objek harus di pastikan bahwa semua kelas

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, BPTP menyelenggarakan fungsi: (a) pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna

Untuk menjaga kesinambungan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara, telah disusun rencana kegiatan oleh 6 (enam)

Rapat tim audit Ketua tim Audit internal Tim audit Program kegiatan mutu UKM Program mutu klinis A Penilaian kinerja pelayanan klinis Penyusunan indikator pelayanan