• Tidak ada hasil yang ditemukan

ECONOMIC GROWTH AND EMPLOYMENT RATE IN LAMPUNG PROVINCE PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA \DI PROVINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ECONOMIC GROWTH AND EMPLOYMENT RATE IN LAMPUNG PROVINCE PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA \DI PROVINSI LAMPUNG"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

1 Alumni Master Economics Faculty of Economics and Business, University of Lampung 2 Lecturer Masters in Economics, Faculty of Economics and Business, University of Lampung

ABSTRACT

ECONOMIC GROWTH AND EMPLOYMENT RATE IN LAMPUNG PROVINCE

BY

Nindya Eka Sobita1, Toto Gunarto2, I Wayan Suparta2

This study aims to analyze the influence of the independent variables in real GDP, real wages, capital in agriculture, and Implicit Price Index on the dependent variable employment in Lampung Province.

This study uses secondary data is data in real GDP , real wages , capital in agriculture , and Implicit Price Index of 10 districts / municipalities in the Lampung province period 2008-2012 . Data analysis methods used is quantitative analysis ( statistical ) analysis using panel data .

To achieve the purpose of research, analysis models are used : ( 1 ) Pooled Least Square ( PLS ) , ( 2 ) Fixed Effect Model ( FEM ) and ( 3 ) Random Effects Model ( REM ) . Furthermore , the estimation of the three models, some statistical tests will be done to look more valid model among the three. These tests include: ( i ) the Chow test ( F test ) , and ( ii ) the Hausman test . From the results of the Chow test and the Hausman test indicates that the Fixed Effect Model ( FEM ) is more " appropriate " than Pooled Least Square ( PLS ) , and (Random Effects Model ( REM ) .

These results indicate that the independent variable real GDP and the price of capital in agriculture significantly positive effect on the absorption of Labor. The increase in real GDP and capital in agriculture will increase the absorption of Labor, ceteris paribus. While the real wage variable is significantly negative effect on the absorption of Labor. The increase in real wages will decrease the absorption of Labor, ceteris paribus.

(2)

1Alumni Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Lampung 2 Dosen Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

ABSTRAK

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA \DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh

Nindya Eka Sobita1, Toto Gunarto2, I Wayan Suparta2

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel independen PDRB riil, Upah riil, harga Modal di bidang pertanian, dan Indeks Harga Implisit terhadap variabel dependen Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Lampung.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data PDRB riil, Upah riil, harga Modal di bidang pertanian, dan Indeks Harga Implisit dari 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung periode 2008-2012. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif (statistik) dengan menggunakan analisis data panel.

Untuk mencapai tujuan penelitian, digunakan model analisis yaitu: (1) Pooled Least Square (PLS), (2) Fixed Effect Model (FEM) dan (3) Random Effect Model (REM). Selanjutnya, akan dilakukan beberapa uji statistik untuk melihat model yang lebih valid diantara ketiganya. Uji-uji tersebut antara lain: (i) Uji Chow (uji F), dan (ii) Uji Hausman. Dari hasil Uji Chow dan Uji Hausman menunjukkan bahwa Fixed Effect Model (FEM) lebih “appropriate” daripada Pooled Least Square (PLS), dan Random Effect Model (REM).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel independen PDRB riil dan harga Modal di bidang pertanian secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Kenaikan PDRB riil dan Modal di bidang pertanian akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja, ceteris paribus. Sementara itu Variabel Upah riil secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Kenaikan Upah riil akan menurunkan Penyerapan Tenaga Kerja, ceteris paribus.

(3)
(4)

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENYERAPAN TENAGA

KERJA DI PROVINSI LAMPUNG

(Tesis)

Oleh

NINDYA EKA SOBITA 1221021006

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDRA LAMPUNG

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 11 Februari 1989 sebagai anak

pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Ponirin dan Ibu Ir.

Hasnidarwati.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Kartika Jaya II-5 pada tahun

2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun

2003, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandar Lampung pada tahun 2006.

Pada tahun 2006 Penulis diterima di Program Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB)

Penulis menjalani Praktik Umum di PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. pada 2009.

Selama masa perkuliahan, Penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan

baik intra maupun ekstra kampus di antaranya: HIMASEPERTA sebagai

Sekertaris Bidang Kewirausahaan periode kepengurusan tahun 2008/2009, SEC

(Sosek English Club) sebagai Bendahara periode kepengurusan 2007/2008, PSM

(Paduan Suara Mahasiswa) periode 2007/2008.

Penulis menyelesaikan pendidikan D1 Bahasa Inggris pada bulan Juli 2011 di

(9)

Penulis menyelesaikan Pendidikan Starata Satu (S1) Di Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian (Agribisnis) Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2012

dan langsung melanjutkan pendidikan ke jenjang Magister yaitu di Program

Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Lampung di tahun yang

(10)

Puji syukur kepada Allah SWT atas terselesainya studi-saya dan

kupersembahkan karyaku ini untuk

Romo dan Mande tercinta sebagai wujud rasa baktiku, sayangku dan cintaku

Atas segala pengorbanan, doa, kesabaran dan kasih sayang yang tak ternilai

harganya, yang telah diberikan selama ini

Orang-orang tercinta yang selalu mendukung dan memberikan doa atas semua

yang telah kucapai selama ini

(11)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, Rob sekalian

alam yang telah memberikan cahaya dan hikmah sehingga penulis dapat dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Dalam penyelesaian tesis yang berjudul “Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Lampung”, banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasihat, serta saran-saran yang membangun,

karena itu dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga nilainya kepada :

1. Dr. Toto Gunarto, S.E., M.Si., sebagai Pembimbing Pertama dan sebagai

Dosen Pembimbing Akademik, atas bimbingan, arahan dan nasehatnya.

2. Dr. I Wayan Suparta, S.E., M.Si., sebagai Pembimbing Kedua dan sebagai

Ketua Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Lampung , atas bimbingan, arahan dan nasehatnya.

3. Dr. Syahfirin Abdullah, S.E., M.Si., sebagai Dosen Pembahas Pertama atas

semua saran, kritik, bantuan dan bimbingan yang sangat besar.

4. Dr. Saimul, S.E., M.Si., selaku Dosen Pembahas Kedua atas semua saran,

(12)

5. Bapak Warsono, Ph.d sebagai Dosen Matakuliah Ekonometrika Program Studi

Magister Ilmu Ekonomi yang telah memberikan bimbingan, arahan dan

nasehatnya.

6. Prof. Dr. Satria Bangsawan S.E., M.Si., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Lampung.

7. Bapak Sahidin, S.E dan Karyawan-karyawan di Program Studi Magister Ilmu

Ekonomi,

8. Kedua orang tuaku Tercinta, Romo Ir. Ponirin dan Mande Ir. Hasnidarwati,

terimakasih atas segala cinta, kasih sayang, perhatian, do’a, pengorbanan serta

kesabaran selama Ananda mu ini menyelesaikan pendidikan. Adik-adikku

Rendy Satya A.P, Ruci Dandy A.B yang telah memberikan kasih sayang dan

do’a tak henti-hentinya.

9. Keluarga Besar Bapak Drs. Syukuruddin dan Ibu Emthony. M atas segala

dukungan perhatian, do’a selama ini.

10.M. Iqbal Harori S.AB, atas segala kebersamaan, semangat, bantuan, motivasi,

ilmu dan kasih sayang dalam membantu saya menyelesaikan tesis dengan

penuh semangat. Semoga ini menjadi awal yang baik untuk semua hal yang

telah terencana dengan sangat indah di masa depan.

11.Saudaraku Magister Ilmu Ekonomi angkatan kedua Bapak Imam Santoso,

S.E., Uni Hidayati, S.Akt., Bang Ery Muniadi, S.Fil., Mbak Rini Anita Sari,

S.E., Mbak Ferry Susanawati, S. Akt., Mas Dwi Marwanto, S. PdH., Bang

Hendra Prasetya, S.E., Ayuna Tantina, S.E., Bang Hendra, S.E., Mas Sulistyo,

S.E., Mbak Dini Maisyuri Sibron, S.E., Mbak Maya Narang Ali, S.S.T., Rizqo

Fitriani, S.S.T., Bapak Sigit, S.A.B., Indah Ayu Novarizki, S.E., atas

(13)

Program Magister Ilmu ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lampung.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah

diberikan dan tetap menanamkan semangat untuk berbuat baik dalam diri kita,

semoga karya kecil yang masih jauh dari kesempurnaan ini dapat memberikan

manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis meminta maaf

jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.

Bandar Lampung, Mei 2014 Penulis,

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Masalah Penelitian ... 11

C. Pertanyaan Penelitian ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Kontribusi Penelitian ... 12

F. Kerangka Pikir ... 13

G. Hipotesis Penelitian ... 18

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 19

A.Peranan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 19

B. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 21

C. Pertumbuhan Berpihak Kepada Penduduk Miskin ... 24

D. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran (Okun’s Law) ... 26

E. Ketenagakerjaan ... 28

F. Permintaan Tenaga Kerja ... 29

G. Faktor – Faktor Penyerapan Tenaga Kerja ... 37

(15)

ii

1. Metoda Analisis Ekonometrika ... 63

a. Penyusunan Model ... 63

3. Heteroskedastisitas ... 79

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 81

1. Pengaruh PDRB riil terhadap Penyerapan Tenaga Kerja . 86 2. Pengaruh Upah riil terhadap Penyerapan Tenaga Kerja... 88

3. Pengaruh Modal di Bidang Pertanian terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 89

a. Uji Multikolinieritas... 92

b. Uji Autokorelasi... 92

(16)

iii

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

A. KESIMPULAN ... 94

B. SARAN ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung ... 6

2. Penyerapan Tenaga Kerja Pulau Sumatra Tahun 2012 ... 7

3. Variabel yang digunakan dalam analisis ... 63

4. Selang nilai Statistik Durbin Watson serta Keputusannya... 79

5. Hasil Uji Chow ... 82

6. Hasil Uji Hausman ... 83

7. Hasil analisis regresi penduga model Penyerapan tenaga Kerja ... 84

8. Korelasi Antar Variabel Bebas ... 85

9. Hasil analisis regresi penduga model Penyerapan tenaga Kerja Setelah Koreksi ... 86

10. Hasil Uji multicolliniearity ... 92

11. Hasil Uji Durbin-Watson ... 92

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pertumbuhan PDB Indonesia Selama 26 Tahun Terakhir ... 4

2. Pertumbuhan PDB Provinsi Lampung 14 tTahu Terakhir ... 5

3. Laju Pertumbuhan Tenaga Kerja dan Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Lampung 2007-2012 ... 8

4. Kerangka Pemikiran Pembangunan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Lampung ... 18

5. Pertumbuhan Ekonomi, Pembangunan manusia danTenaga Kerja .... 20

6. Hukum Okun ... 27

7. Pemilihan output untuk perusahaan kompetitif ... 33

8. Kurva Permintaan Tenaga Kerja ... 36

9. Kurva Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja... 42

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Data Penduduk Usia Kerja (15 Tahun Dan Lebih) Yang Bekerja

Di Kabupaten/Kota Di Provinsi Lampung Tahun 2008-2012

(per satuan orang) ... 102 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga

Berlaku Di Kabupaten/Kota Di Provinsi Lampung Tahun

2008-2012 (Per jutaan rupiah) ... 103 3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga

KonstanDi Kabupaten/Kota Di Provinsi Lampung Tahun

2008-2012 (Per jutaan rupiah) ... 104 4. Rata-Rata Upah Bersih Pekerja/Karyawan Selama Sebulan

(Upah Nominal) Di Kabupaten/Kota Di Provinsi Lampung

Tahun 2008-2012 (Per satuan rupiah) ... 105 5. Rata-Rata Upah Bersih Pekerja/Karyawan Selama Sebulan

(Upah riil) Di Kabupaten/Kota Di Provinsi Lampung Tahun

2008-2012 (Per satuan rupiah) ... 106 6. Rata Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Di Kota Bandar

lampung Lampung Tahun 2008-2012 (Per satuan indeks) ... 107 7. Rata Indeks Harga Implisit Di Kabupaten/Kota Di Provinsi

Lampung Tahun 2008-2012 (Per satuan indeks) ... 108 8. Rata-rata Modal di Bidang Pertanian Di Kabupaten/Kota Di

Provinsi Lampung Tahun 2008-2012 (Per jutaan rupiah)... 109 9. Data Estimasi Penelitian Pertumbuhan Ekonomi dan

Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Lampung

Tahun 2008-2012 ... 110 10.Hasil Estimasi Penelitian Pertumbuhan Ekonomi dan

Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Lampung

Tahun 2008-2012 ... 111 11.Hasil Estimasi Penelitian Pertumbuhan Ekonomi dan

Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Lampung

(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesejahteraan penduduk berkaitan erat dengan pendapatan yang diperoleh rumah

tangga. Dalam welfare economics, pendapatan rumah tangga tidak terlepas dari

masalah ketenagakerjaan dalam arti pendapatan ataupun penghasilan yang

diperoleh rumah tangga berkaitan dengan usaha atau pekerjaan yang dilakukan

oleh anggota rumah tangga. Dengan pendapatan yang diperoleh maka rumah

tangga akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menyekolahkan

anggotanya. Melalui salah satu jalur pendidikan inilah maka sumber daya manusia

dapat ditingkatkan sehingga mempunyai kesempatan lebih besar untuk

memperoleh pekerjaan.

Pertumbuhan ekonomi memberikan kesempatan yang lebih besar kepada negara

atau pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya. Tetapi sejauh mana

kebutuhan ini dipenuhi tergantung pada kemampuan negara atau pemerintah

dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi di antara masyarakat dan

distribusi pendapatan serta kesempatan untuk memperoleh pekerjaan.

Pertumbuhan ekonomi juga merupakan sarana utama untuk mensejahterakan

masyarakat melalui pembangunan manusia yang secara empirik terbukti

(21)

2

ketenagakerjaan merupakan jembatan utama yang menghubungkan pertumbuhan

ekonomi dan peningkatan kapabilitas manusia (UNDP, 1996. Dengan perkataan

lain, yang diperlukan bukan semata-mata pertumbuhan tetapi pertumbuhan

ekonomi yang berkualitas dalam arti berpihak kepada tenaga kerja.

Heinzt (2003) dalam Sianipar (2010) menyampaikan tiga komponen utama yang

saling terkait, yaitu komponen pertumbuhan yakni upaya menciptakan

pertumbuhan yang tinggi dan teguh, komponen kesempatan kerja yang

memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut menciptakan lapangan kerja

baru dan memperbaharui kualitas pekerjaan yang telah ada, kemudian yang

terakhir adalah fokus pada kemiskinan dimana adanya hubungan antara kelompok

masyarakat dan rumah tangga miskin dengan kesempatan kerja baru dan

peningkatan kualitas kesempatan kerja.

Selama bertahun-tahun pertumbuhan ekonomi menjadi tujuan utama bagi para

pemimpin politik dan pengambil keputusan berdasarkan suatu pandangan bahwa

semakin banyak distribusi barang-barang dan jasa akan meningkatkan derajat

hidup masyarakat. Pertumbuhan ekonomi sering kali dipandang sebagai solusi

untuk memecahkan permasalahan lain seperti meningkatnya jumlah pencari kerja

maupun untuk mengurangi defisit anggaran. masalah pertumbuhan ekonomi yang

mampu menciptakan kesempatan kerja dan pengangguran tingkat kemiskinan

telah diangkat menjadi isu sentral akhir-akhir ini. Rencana Kerja Pemerintah

(RKP) 2008 bahkan telah mengangkat isu tersebut dengan mengusung tema RKP

(22)

3

Kemiskinan dan Pengangguran” yang diimplementasikan dengan kebijakan

-kebijakan pemerintah untuk menunjang tercapainya sasaran pokok tersebut.

Perkembangan selanjutnya ditandai munculnya suatu keraguan terhadap

pertumbuhan ekonomi. Mereka menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi bukan

merupakan jawaban untuk menyelesaikan semua masalah. Hal ini bukan tanpa

alasan tetapi didasari fakta bahwa sebagian masyarakat tetap miskin meskipun

hidup ditengah-tengah lingkungan kemewahan. Kondisi seperti ini tidak hanya

terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga terjadi pada

negara-negara yang sudah maju. Berdasarkan bukti empirik menunjukkan bahwa

suatu wilayah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun

mempunyai tingkat pengangguran yang juga tinggi. Dalam kasus ini,

pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu wilayah kurang menciptakan lapangan

kerja. Hal inilah kemudian menimbulkan perdebatan antara kelompok yang

mendukung pertumbuhan ekonomi yang disebut pro-growth dan kelompok yang

menentang atau yang anti-growth. Pertumbuhan ekonomi selayaknya dipandang

tidak hanya dari sisi kuantitas tetapi yang lebih penting adalah kualitas dari

pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

Sejarah perkembangan perekonomian Indonesia mengalami pasang surut dan

sangat dipengaruhi oleh kondisi internal maupun ekternal. Kondisi politik dan

keamanan dalam negeri sangat berpengaruh terhadap pembangunan dibidang

ekonomi. Demikian pula faktor eksternal, bila terjadi goncangan ekonomi

utamanya di negara maju maka dampaknya akan terasa terhadap perkembangan

(23)

4

1970-1996, ekonomi Indonesia mengalami krisis mulai pertengahan tahun 1997.

Kondisi ini membuat tekanan terhadap sektor ekonomi semakin berat. Pada tahun

1998, Produk Domestik Bruto (PDB) atau Growth Domestic Product (GDP) turun

menjadi 13 persen (minus) setelah mengalami pertumbuhan 4,7 persen pada tahun

1997. Pada waktu yang bersamaan inflasi turun dari 6,6 persen menjadi 77,7

persen. Mulai 1999, kondisi ekonomi mulai menunjukkan pemulihan secara

perlahan. Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 3,5 persen pada tahun 2001 naik

menjadi 4,1 persen pada tahun 2003 dan pada tahun 2009 diperkirakan PDB

tumbuh sekitar 4,5 persen.

Sumber: Badan Pusat statistic (BPS)

(24)

5

Kemudian bagaimana dengan keadaan di Provinsi Lampung? Tentunya

pertumbuhan ekonomi Nasional akan berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi di daerah. Di Provinsi Lampung sendiri terjadi pertumbuhan ekonomi

sebesar 6,95 persen (minus) dimana pada saat itu Provinsi Lampung juga terkena

dampak dari goncangan perekonomian yang terjadi di Indonesia. Kemudian mulai

membaik pada tahun 1999 yaitu tumbuh menjadi 3,35 persen dan terus meningkat

secara perlahan naik menjadi 4,98 persen pada tahun 2006 dan naik menjadi 5,85

pada akhir tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 2.

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

(25)

6

Tabel 1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung, 1998-2012.

Provinsi Lampung

Tahun PDRB Laju Pertumbuhan PDRB

1998 18,481,527.00 -6.95

pencerminan dari pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung cenderung

meningkat. Dimulai dari angka minus 6,95 persen pada tahun 1998 dimana

Indonesia tengah mengalami krisis ekonomi. Kemudian merangkak naik mulai

tahun 1999 sampai tahun 2005 kembali mengalami penurunan yaitu menjadi 3,76

persen, dari angka sebelumnya 5,07 persen pada tahun 2004. Namun keadaan

tersebut tidak berlangsung lama hingga pada saat ini Laju pertumbuhan PDRB di

Provinsi Lampung menembus angka 6,56 persen. Pertumbuhan Ekonomi yang

terus naik diharapkan mampu mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di

(26)

7

Tabel 2. Penyerapan Tenaga Kerja Pulau Sumatera Tahun 2012.

Provinsi

Darussalam 1798547 179944 1978491 90.9

Sumatera Utara 5751682 379982 6131664 93.8

Sumatera Barat 2037642 142184 2179826 93.48

Riau 2399002 107774 2506776 95.7

Jambi 1423624 47296 1470920 96.78

Sumatera Selatan 3532932 213441 3746373 94.3

Bengkulu 830266 31128 861394 96.39

Lampung 3449307 188590 3637897 94.82

Kepulauan Bangka

Belitung 583102 21061 604163 96.51

Kepulauan Riau 824567 46798 871365 94.63

Indonesia 110808154 7244956 118053110 93.86

Sumber: Pusdatinaker Data Agustus 2012

Jika dilihat dari Tabel 2 maka dari seluruh provinsi yang terdapat di Pulau

Sumatera angka penyerapan tenaga kerja yang terendah pada tahun 2012 adalah

provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yaitu sebesar 90,90 persen kemudian diikuti

dengan provinsi Sumatera Barat dengan angka penyerapan tenaga kerja sebesar

93,80 sedangkan Provinsi Lampung yaitu sebesar 94,82 persen. Angka tersebut

masih berada di bawah Provinsi Jambi dengan angka penyerapan tenaga kerja

(27)

8

Gambar 3. Laju pertumbuhan Tenaga Kerja dan Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Lampung 2007-2012.

Pertumbuhan ekonomi yang lambat pulih tersebut diiringi dengan tingkat penduduk

yang bekerja yang cenderung menurun merupakan permasalahan utama di sektor

ketenagakerjaan. Walaupun laju pertumbuhan ekonomi tahun 2011 sekitar 6,39

persen, namun hal tersebut belum secara nyata dapat meningkatkan daya serap tenaga

kerja. Teori ekonomi menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi, yang menunjukkan

semakin banyaknya output nasional mengindikasikan semakin banyaknya orang yang

bekerja, sehingga seharusnya mengurangi pengangguran. Dalam penelitian Nur, 2011

mengelompokan Provinsi Lampung sebagai daerah yang mengalami hubungan yang

tidak seimbang antara pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Hal ini

menimbulkan pertanyaan mengapa pertumbuhan ekonomi meningkat tetapi disisi lain

tingkat penyerapan tenaga kerja relatif rendah. 2,29

Employment growth rate, % GDP growth rate, %

Tahun

Pe

rs

e

(28)

9

Periode setelah krisis terdapat karakteristik seperti rendahnya pertumbuhan ekonomi

dan masih tingginya tingkat pengangguran sebagai dampak dari rendahnya dan

turunnya investasi. Tantangan pemerintah saat ini adalah bagaimana meningkatkan

investasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tetapi

berpihak kepada tenaga kerja sehingga secara terus-menerus akan dapat mengurangi

pengangguran dan kemiskinan.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan apakah ada yang salah dengan

pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu wilayah dalam hal ini Provinsi

Lampung? Apakah pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang dicapai menjadi

jaminan bahwa akan menciptakan penyerapan tenaga yang tinggi pula?

Sebenarnya masalah pertumbuhan ekonomi yang hanya mengejar dari aspek

kuantitas mendapat kritikan dari United Nations Development Programme

(UNDP) sekitar 15 tahun yang lalu. UNDP mengkritik para pembuat kebijakan

yang terlalu terpikat oleh aspek kuantitas pertumbuhan ekonomi dan

mengadvokasi mereka agar memberi perhatian yang memadai terhadap aspek

struktur dan kualitasnya. UNDP mengingatkan konsekuensi yang akan dihadapi

jika aspek kualitatif ini diabaikan sebagaimana terlihat dalam kutipan berikut ini

(UNDP, 1996:2):

Unless governments take timely corrective action, economic growth can

become lopsided and flawed. Determined efforts are needed to avoid growth that

(29)

10

Kecuali jika pemerintah mengambil suatu tindakan koreksi yang tepat,

pertumbuhan ekonomi dapat menjadi pincang dan cacat. Menentukan berbagai

upaya dibutuhkan untuk menghindari pertumbuhan yang tidak menyerap tenaga

kerja, kesenjangan, tanpa partisipasi masyarakat/demokrasi, dan

tanpa-masa-depan.

Istilah pertumbuhan berkualitas memerlukan penjelasan lebih lanjut dalam bahasa

lugas supaya mudah dipahami. Sederhananya, tidak terlalu keliru jika kita

memandangnya dari sisi negatif atau komplemennya yaitu pertumbuhan tak

berkualitas. Menurut UNDP pertumbuhan ekonomi timpang atau cacat jika

ekonomi secara keseluruhan tumbuh tetapi tidak memperluas kesempatan kerja.

Ini bukan istilah yang bersifat teoritis-hipotesis semata melainkan merujuk pada

situasi konkrit di lapangan berdasarkan bukti yang sangat menyakinkan. Adapun

ciri-ciri pertumbuhan tak berkualitas menurut UNDP:

 Sebagian besar manfaat pertumbuhan ekonomi menguntungkan kelompok

kaya, mengabaikan jutaan penduduk berjuang dalam kemiskinan yang semakin

mendalam (ruthless growth)

 Pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan perluasan demokrasi dan

pemberdayaan (voiceless growth)

 Pertumbuhan ekonomi menyebabkan budaya melemah (rootless growth)

 Generasi sekarang menghamburkan sumber daya yang dibutuhkan oleh

(30)

11

B. Masalah Penelitian

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu isu dalam makroekonomi, dimana

setiap periode masyarakat suatu Negara akan berusaha menambah kemampuannya

untuk memproduksi produk, baik itu berupa barang maupun jasa. Dengan

bertambahnya kapasitas produksi, permintaan akan faktor-faktor produksi akan

meningkat pula termasuk faktor produksi tenaga kerja. Dengan demikian, keadaan

tersebut akan menciptakan kesempatan kerja. Namun demikian, dalam

pelaksanaannya tidak selalu berjalan demikian. Penelitian empiris di banyak

Negara berkembang menemukan bahwa pertumbuhan yang tercipta ternyata tidak

memiliki pengaruh signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang, beberapa permasalahan yang hendak

dijawab dalam penelitian ini antara lain:

1) Bagaimanakah pengaruh dari PDRB riil terhadap penyerapan tenaga kerja di

Provinsi Lampung?

2) Bagaimanakah pengaruh dari tingkat Upah riil terhadap penyerapan tenaga

kerja di Provinsi Lampung?

3) Bagaimanakah pengaruh dari harga modal bidang pertanian terhadap

penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung?

4) Bagaimanakah pengaruh dari Indeks Harga Implisit terhadap penyerapan

(31)

12

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut diatas maka penelitian ini

bertujuan untuk:

1) Menganalisis pengaruh PDRB riil terhadap penyerapan tenaga kerja di

Provinsi Lampung

2) Menganalisis pengaruh tingkat Upah riil terhadap penyerapan tenaga kerja

di Provinsi Lampung

3) Menganalisis pengaruh harga modal bidang pertanian terhadap penyerapan

tenaga kerja di Provinsi Lampung

4) Menganalisis pengaruh Indeks Harga Implisit terhadap penyerapan tenaga

kerja di Provinsi Lampung

E. Kontribusi Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu

pengetahuan khususnya bidang ekonomi dan sosial yang terkait dengan isu

ketenagakerjaan dan sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan

dalam merumuskan kebijakan di bidang ketenagakerjaan khususnya dalam

upaya untuk mengurangi tingkat pengangguran di Provinsi Lampung.

2. Tingkat pertumbuhan ekonomi dapat dijadikan acuan bagi Provinsi

Lampung untuk mengelolanya secara efektif dan efisien serta dapat

dijadikan sebagai faktor pendorong (push factor) untuk membuat kebijakan

(32)

13

3. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi pembanding untuk

penelitan-penelitian selanjutnya

F. Kerangka Pikir

Pertumbuhan ekonomi merupakan sarana utama bagi pembangunan manusia

untuk dapat berlangsung secara berkesinambungan. Dalam hal ini ketenagakerjaan

yang merupakan jembatan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan

manusia menjadi pilar penting dalam pembangunan. Untuk mewujudkannya maka

pemerintah perlu membuka peluang akses sebesar-besarnya kepada masyarakat

terhadap sumber-sumber ekonomi berdasarkan potensi wilayah yang dimiliki oleh

masing-masing daerah. Selanjutnya disusun strategi pembangunan dan kebijakan

antara pemerintah pusat dan daerah yang saling bersinergi untuk mencapai

pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi ramah terhadap penyerapan tenaga kerja.

Dengan kata lain, secara teoritis, pertumbuhan ekonomi memainkan peranan

penting untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja

Isu ketenagakerjaan merupakan salah satu isu yang sangat penting dalam

perkembangan sosial ekonomi di Indonesia disamping isu kemiskinan dan

pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Salah satu isu penting dalam ketenagakerjan

disamping keadaan angkatan kerja (economically active) dan struktur

ketenagakerjaan adalah isu tentang pengangguran sebagai residu dari tingkat

penduduk yang bekerja (employment rate). Dari sisi ekonomi pengangguran

merupakan produk dari ketidakmampuan pasar dalam menyerap angkatan kerja

yang tersedia. Ketersediaan lapangan kerja yang relatif terbatas, tidak mampu

(33)

14

dengan bertambahnya jumlah penduduk. Masih rendahnya tingkat penduduk yang

bekerja tidak hanya menimbulkan masalah-masalah di bidang ekonomi,

melainkan juga menimbulkan berbagai masalah di bidang sosial seperti

kemiskinan dan kerawanan sosial. Data tentang situasi ketenagakerjaan

merupakan salah satu data pokok yang dapat menggambarkan kondisi

perekonomian, sosial, bahkan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah

dan dalam suatu kurun waktu tertentu.

Salah satu tujuan pembangunan adalah untuk mensejahterakan dan meningkatkan

taraf hidup masyarakat dalam berbagai aspek untuk menuju kehidupan yang lebih

baik diwaktu sekarang maupun diwaktu mendatang. Pembangunan perlu dipahami

sebagai proses multidimensi yang mencakup perubahan orientasi dan organisasi

sistem sosial, ekonomi, politik, serta kebudayaan. Tujuannya adalah

meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Kemakmuran

berkaitan dengan aspek ekonomi, dapat diukur dengan tingkat produksi,

pengeluaran, dan pendapatan. Sedangkan kesejahteraan ditentukan oleh aspek

non-ekonomi, misalnya kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Sebagai sebuah

proses, pembangunan menunjukkan adanya hubungan saling pengaruh

mempengaruhi antara berbagai faktor yang dihasilkannya. Dalam kaitan ini data

statistik diperlukan untuk dapat melihat proses itu secara obyektif (berdasarkan

fakta yang sebenarnya), memonitor dan mengevaluasi perkembangannya, serta

merancang proses selanjutnya berdasarkan pemahaman obyektif atau berbasis

(34)

15

Sudah lebih dari 30 tahun para pakar pembangunan diilhami ide paradigma

modernisasi. Paradigma tersebut mengandalkan tetesan strategi pertumbuhan

(growth) ekonomi untuk mengatasi masalah sebagai akibat pembangunan seperti

kemiskinan. Salah satu asumsi paradigma pertumbuhan adalah perlunya investasi

kapital besar-besaran pada perusahaan industri modern dan aplikasi teknologi

modern pada produksi. Terciptanya sektor industri yang dinamis melalui investasi

tidak hanya membawa pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi juga dapat

menciptakan lapangan kerja besar-besaran serta menyerap surplus tenaga kerja

pedesaan yang subsisten ke sektor modern. Secara tidak langsung, akan terjadi

peningkatan penghasilan dari banyak orang. Dengan peningkatan penghasilan,

banyak keluarga akan mendapat sarana untuk dapat memenuhi kebutuhan sosial

ekonomi mereka.

Asumsi paradigma pertumbuhan tidak sepenuhnya mengandung kebenaran,

karena meskipun banyak negara berkembang telah berhasil mengalami

peningkatan dalam angka pertumbuhannya, tetapi peningkatan tersebut tidak

diikuti dengan perbaikan nasib kaum miskin. Dalam arti keberhasilan

pembangunan tidak diiringi keberhasilan dari sisi sektor ketenagakerjaan.

Meskipun pertumbuhan ekonomi relatif cukup tinggi, namun tidak banyak

menyerap tenaga kerja. Investasi lebih banyak disektor yang padat modal tetapi

bukan disektor yang banyak menyerap tenaga kerja. Akhirnya, muncul pengakuan

bahwa paradigma growth tadi yang memakai PDRB sebagai tolok ukurnya

(35)

16

Siregar (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan syarat

keharusan (necessary condition) bagi pengurangan kemiskinan. Pengertian

pengurangan kemiskinan dalam hal ini bisa diartikan bahwa pertumbuhan

ekonomi harus diiringi dengan penciptaan lapangan kerja baru atau dengan kata

lain meningkatkan jumlah penduduk yang bekerja. Adapun syarat kecukupannya

(sufficient condition) ialah bahwa pertumbuhan tersebut efektif dalam mengurangi

kemiskinan. Artinya, pertumbuhan tersebut hendaklah menyebar di setiap

golongan pendapatan, termasuk di golongan penduduk miskin (growth with

equity). Secara langsung, hal ini berarti pertumbuhan itu perlu dipastikan terjadi di

sektor-sektor di mana orang miskin bekerja (pertanian atau sektor yang padat

karya). Adapun secara tidak langsung, hal itu berarti diperlukan pemerintah yang

cukup efektif meredistribusi manfaat pertumbuhan yang boleh jadi didapatkan

dari sektor modern seperti jasa dan manufaktur yang padat modal.

Fungsi permintaan tenaga kerja biasanya didasari dengan teori ekonomi neoklasik,

dimana ekonomi pasar diasumsikan bahwa pengusaha tidak dapat mempengaruhi

harga pasar atau dapat dikatakan perusahaan hanya sebagai price taker. Dalam hal

memaksimalkan laba pengusaha hanya mengatur berapa jumlah tenaga kerja yang

dapat dipekerjakan.

Permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tentunya berbeda dengan permintaan

masyarakat terhadap barang dan jasa yang akan konsumsi. Disaat masyarakat

membeli barang karena memberikan nilai kegunaan kepada konsumen, lain

halnya dengan pengusaha yang memperkerjakan seseorang yang bertujuan untuk

(36)

17

Dalam rangka memproduksi barang dan jasa perusahaan membutuhkan biaya

input sehingga perusahaan mendapatkan input yang akan menghasilkan output.

Perusahaan harus memutuskan yang mana rencana kemungkinan produksi yang

akan digunakan. Dalam penelitian ini perusahaan diasumsikan memaksimalkan

keuntungan. Menurut Jehle (2007) fungsi keuntungan perusahaan hanya

bergantung pada harga input , harga input lain dan harga output atau yang juga

dikenal sebagai Input demand.

Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa penyerapan tenaga kerja di pengaruhi

oleh harga input, harga input lain dan harga output. Akan teteapi data-data

tersebut sulit didapatkan sehingga peneliti mengambil data untuk mewakili atau

proksi (proxies) dari variabel tersebut. Variabel harga input dapat diwakili dengan

Upah riil dimana tuntutan kenaikan upah tiap tahun akan memberatkan pihak

yang memerlukan tenaga kerja sehingga perusahaan akan bertahan untuk merekrut

tenaga baru atau tetap akan melakukan rekutmen dengan sistem off-sourcing.

Variabel selanjutnya yaitu harga input lain yang dapat diwakili oleh harga modal

dengan menggunakan harga modal pertanian, dimana sektor pertanian merupakan

sektor dengan andil yang cukup besar terhadap nilai PDRB di Provinsi Lampung.

Kemudian harga output diwakili dengan menggunakan Indeks Harga Implisit

yang merupakan pencerminan perubahan harga barang dan jasa secara umum di

tingkat produsen.

Dari uraian diatas bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah yang tercermin dalam

PDRB dan ketenagakerjaan memiliki kaitan yang erat. Dari hubungan ini

(37)

18

terjadinya pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja.

Selain itu model ini juga mampu untuk menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat penyerapan tenaga kerja dan respon penyerapan tenaga

terhadap perubahan faktor-faktor tersebut serta elastisitas penyerapan tenaga

kerja.

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Pembangunan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Lampung

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan, tujuan dan alur kerangka berfikir penelitian di atas

maka hipotesis yang dapat disusun dalam penelitian ini adalah:

1) PDRB berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi

Lampung

2) Upah riil berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi

Lampung

3) Harga Modal berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung

4) Indeks Harga Implisit berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di

(38)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Peranan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Pembangunan berbasis ketenagakerjaan tidak dapat disederhanakan menjadi

sekedar pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang cepat dapat saja

dilakukan dengan, misalnya memfokuskan pada sektor-sektor padat modal, tanpa

harus diikuti penciptaan tenaga kerja yang memadai. Pengalaman pembangunan

selama Orde Baru memberikan ilustrasi sepintas bagaimana mudahnya memicu

pertumbuhan melalui pendekatan itu.

Pernyataan di atas sama sekali tidak mengimplikasikan bahwa pertumbuhan

ekonomi tidak penting. Bahkan dalam perpektif pembangunan manusia (human

development) pertumbuhan ekonomi merupakan sarana utama (principal means)

bagi pembangunan manusia untuk dapat berlangsung secara berkesinambungan.

Hal ini sejalan dengan bukti empiris yang menunjukkan bahwa tidak ada negara

pun yang dapat membangun manusia secara berkesinambungan tanpa tingkat

pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi. Walaupun demikian tidak berarti bahwa

pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang cukup bagi pembangunan manusia.

Antara keduanya tidak ada hubungan otomatis tetapi berlangsung melalui

berbagai jalur antara lain yang penting ketenagakerjaan. Artinya, pertumbuhan

(39)

20

peningkatan kapabilitas manusia jika pertumbuhan itu berdampak secara positif

terhadap penciptaan lapangan kerja atau usaha.

(40)

21

Lapangan kerja yang diciptakan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan

rumah tangga yang memungkinkannya ―membiayai peningkatan kualitas

manusia anggotanya. Kualitas manusia yang meningkat pada sisi lain akan

berdampak pada kualitas tenaga kerja yang pada gilirannya akan mempengaruhi

tingkat dan kualitas pertumbuhan ekonomi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa

pertumbuhan dapat (tetapi tidak bersifat otomatis) mempengaruhi ketenagakerjaan

dari sisi permintaan (menciptakan lapangan kerja) dan sisi penawaran

(meningkatkan kualitas tenaga kerja). Dengan kata lain, secara teoritis,

pertumbuhan ekonomi memainkan peranan penting untuk meningkatkan

penyerapan tenaga kerja seperti yang diilustrasikan pada Gambar 5.

B. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam

menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis tentang

hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan suatu negara atau suatu

daerah. Ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan

jasa meningkat dari tahun sebelumnya. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi

menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan

pendapatan atau kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu. Pertumbuhan

ekonomi suatu negara atau suatu wilayah yang terus menunjukkan peningkatan,

maka itu menggambarkan bahwa perekonomian negara atau wilayah tersebut

(41)

22

Terjadinya pertumbuhan ekonomi akan menggerakan sektor-sektor lainnya

sehingga dari sisi produksi akan memerlukan tenaga kerja produksi. Suatu

pandangan umum menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi (growth)

berkorelasi positif dengan tingkat penyerapan tenaga kerja (employment rate).

Tetapi ada juga dugaan bahwa dengan produktivitas yang tinggi bisa berarti akan

lebih sedikit tenaga kerja yang dapat diserap. Berpijak dari teori pertumbuhan

ekonomi yang dikemukakan oleh Solow tentang fungsi produksi agregat

(Dornbusch, Fischer, dan Startz, 2004) menyatakan bahwa ouput nasional

(sebagai representasi dari pertumbuhan ekonomi disimbolkan dengan Y)

merupakan fungsi dari modal (kapital=K) fisik, tenaga kerja (L) dan kemajuan

teknologi yang dicapai (A). Faktor penting yang mempengaruhi pengadaan modal

fisik adalah investasi), dalam arti bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi

diduga akan membawa dampak positif terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja

seperti ditunjukkan oleh model berikut:

Y = A.F(K,L)

di mana Y adalah output nasional (kawasan), K adalah modal (kapital) fisik, L

adalah tenaga kerja, dan A merupakan teknologi. Y akan meningkat ketika input

(K atau L, atau keduanya) meningkat. Faktor penting yang mempengaruhi

pengadaan modal fisik adalah investasi. Y juga akan meningkat jika terjadi

perkembangan dalam kemajuan teknologi yang terindikasi dari kenaikan A. Oleh

karena itu, pertumbuhan perekonomian nasional dapat berasal dari pertumbuhan

input dan perkembangan kemajuan teknologi—yang disebut juga sebagai

(42)

23

Model Solow dapat diperluas sehingga mencakup sumberdaya alam sebagai salah

satu inputnya. Dasar pemikirannya yaitu output nasional tidak hanya dipengaruhi

oleh K dan L saja tetapi juga dipengaruhi oleh lahan pertanian atau sumberdaya

alam lainnya seperti cadangan minyak. Perluasan model Solow lainnya adalah

dengan memasukkan sumberdaya manusia sebagai modal (human capital). Dalam

literatur, teori pertumbuhan seperti ini terkategori sebagai teori pertumbuhan

endogen dengan pionirnya Lucas dan Romer. Lucas menyatakan bahwa

akumulasi modal manusia, sebagaimana akumulasi modal fisik, menentukan

pertumbuhan ekonomi; sedangkan Romer berpandangan bahwa pertumbuhan

ekonomi dipengaruhi oleh tingkat modal manusia melalui pertumbuhan teknologi.

Secara sederhana, dengan demikian, fungsi produksi agregat dapat dimodifikasi

menjadi sebagai berikut:

Y = A.F(K, H, L)

Pada persamaan di atas, H adalah sumberdaya manusia yang merupakan

akumulasi dari pendidikan dan pelatihan. Menurut Mankiw, Romer, dan Weil

(1992) kontribusi dari setiap input pada persamaan tersebut terhadap output

nasional bersifat proporsional. Suatu negara yang memberikan perhatian lebih

kepada pendidikan terhadap masyarakatnya ceteris paribus akan menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari pada yang tidak melakukannya.

Dengan kata lain, investasi terhadap sumberdaya manusia melalui kemajuan

(43)

24

yang lebih tinggi. Apabila investasi tersebut dilaksanakan secara relatif merata,

maka tingkat penyerapan tenaga kerja akan semakin meningkat.

C. Pertumbuhan Berpihak kepada Penduduk Miskin (Pro-Poor Growth)

Masalah kemiskinan tidak hanya menjadi permasalahan suatu negara tetapi sudah

menjadi masalah global serta merupakan salah satu target dari Millenium

Development Goals (MDGs). Pemerintah Indonesia sudah meluncurkan berbagai

program pengentasan kemiskinan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin

antara lain: Bantuan Langsung Tunai (BLT), Beras untuk Rakyat Miskin (Raskin),

Jaminan Kesehatan untuk Rakyat Miskin (Jamkeskin), Program Perlindungan

Sosial (PPLS), dan lain-lain. Kebijakan ini merupakan strategi pemerintah agar

pertumbuhan ekonomi yang dicapai sebagian bisa dinikmati oleh penduduk

miskin (Pro-Poor Growth). Pengertian Pro-Poor Growth masih dalam konsensus

dan salah satu penjelasan tentang hal ini dikemukakan oleh Kakwani and Pernia

(2000) sebagai berikut:

“...ADB‟s Fighting Poverty in Asia and The Pacific: The Poverty Reduction

Strategy indicates that growth is pro-poor when it is labour absorbing and

accompanied by policies and programs that mitigate inequalities and facilitate

income and employment generation for the poor, particularly women and other

traditionally excluded groups”.

(―...ADB (Asian development Bank/Bank Pembangunan Asia) sedang bertarung

melawan kemiskinan di Asia-Pasifik: Strategi pengentasan kemiskinan

mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi lebih berpihak kepada penduduk

(44)

25

mengurangi ketidakmerataan serta memfasilitasi pendapatan dan generasi pekerja

berikutnya diperuntukan bagi penduduk miskin, khususnya wanita dan kelompok

tradisional lainnya.) (terjemahan bebas peneliti).

Menurut pandangan growth pro-poor, penduduk miskin seharusnya memperoleh

keuntungan dari pertumbuhan ekonomi dan ikut berperan serta dalam proses

kegiatan ekonomi. Kraay (2006) menemukan tingginya laju pertumbuhan rata-rata

pendapatan dan pola pertumbuhan dari pengentasan kemiskinan melalui

pendapatan sangat relevan khususnya pada penjelasan tentang perubahan

kemiskinan berdasarkan analisis berbagai negara. Dia juga menyarankan agar

pertumbuhan rata-rata pendapatan merupakan titik awal (starting point) dalam

mengembangkan pro-poor growth.

“…there are three potential sources of pro-poor growth: (a) a high growth rate of

average incomes; (b) a high sensitivity of poverty to

growth in average income; and (c) a poverty-reducing pattern of growth in

relative income. [..] The differences in growth in average incomes are the

dominant factor explaining changes in poverty [..] the search for pro-poor growth

should begin by focusing on determinant of growth in average incomes”.

(―…ada tiga sumber potensi dari pro-poor growth: (a) tingginya laju

pertumbuhan rata-rata pendapatan; (b) tinginya tingkat sensitivitas kemiskinan

dari rata-rata pendapatan; dan (c) pola pertumbuhan pengentasan kemiskinan

dalam pendapatn relatif. [..] Perbedaan pertumbuhan dalam rata-rata pendapatan

merupakan faktor dominan dalam menjelaskan perubahan dalam kemiskinan [..]

pencarian pro-poor growth seharusnya dimulai dengan memfokuskan pada

(45)

26

Sejalan dengan pemikiran Kraay, (Ravallion and Chen, 2003) menyatakan bahwa

rata-rata laju pertumbuhan kemiskinan merupakan alat ukur yang lebih baik untuk

pro-poor growth dengan menggunakan quintil dari distribusi pendapatan. Dengan

mennggunkan kurva pertumbuhan, distribusi pertumbuhan dapat ditelusuri

berdasarkan kurun waktu yang sesuai. Mereka menggunakan Negara China

sebagai sampel dan menemukan bahwa laju pro poor growth sekitar 4 persen

sehingga China merupakan negara yang paling berhasil dalam menngurangi

penduduk miskin.

D. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran (Okun’s Law)

Arthur Okun (1929 – 1979) adalah salah seorang pembuat kebijakan paling kreatif

pada era sehabis perang. Dia memperhatikan faktor-faktor pembangunan yang

membantu Amerika Serikat menelusuri dan mengatur usahanya. Ia membuat

konsep output potensial dan menunjukkan hubungan antara output dan

penganggur. Penganggur biasanya bergerak bersamaan dengan output pada siklus

bisnis. Pergerakan bersama dari output dan pengangguran yang luar biasa ini

berbarengan dengan hubungan numerikal yang sekarang dikenal dengan nama

Hukum Okun.

“ Hukum Okun menyatakan bahwa untuk setiap penurunan 2 persen GDP yang

berhubungan dengan GDP potensial, angka pengangguran meningkat sekitar 1

persen”. Hukum Okun menyediakan hubungan yang sangat penting antara pasar

output dan pasar tenaga kerja, yang menggambarkan asosiasi antara pergerakan

jangka pendek pada GDP riil dan perubahan angka pengangguran. ” (Samuelson

(46)

27

Pada teori hukum okun yang menyatakan bahwa terjadi hubungan negatif antara

pertumbuhan produk dengan pengangguran. Di dalam hukum okun menyebutkan

bahwa tingkat perubahan di angka pengangguran dengan tingkat pertumbuhan

GDP yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Sumber : Mankiw (2003)

Gambar 6. Hukum Okun.

Menurut N. Gregory Mankiw (2003) hukum okun adalah relasi negatif antara

pengangguran dan GDP. Hukum okun merupakan pengingat bahwa faktor-faktor

yang menentukan siklus bisnis pada jangka pendek sangat berbeda dengan

faktor-faktor yang membentuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Hukum Okun

(Okun’s law) merupakan hubungan negatif antara pengangguran dan GDP, yang

mengacu pada penurunan dalam pengangguran sebesar satu persen dikaitkan

(47)

28

E. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja adalah modal bagi bergeraknya roda pembangunan. Jumlah dan

komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan

berlangsungnya proses demografi. Dalam kegiatan proses produksi, tenaga kerja

merupakan faktor yang terpenting, karena manusia yang menggerakan semua

sarana produksi seperti bahan mentah, tanah , air dan sebagainya.

Meningkatnya jumlah penduduk tidak hanya mengakibatkan meningkatnya

kebutuhan akan pangan, sandang, perumahan tapi juga perlunya perluasan

kesempatan kerja. Penduduk sebagai sumber dari persediaan tenaga kerja akan

menimbulkan suatu dilema bila jumlahnya tidak seimbang dengan kemampuan

sektor ekonomi. Dilema yang terjadi adalah banyaknya pengangguran maupun

setengah pengangguran dan paling tidak akan banyak terjadi ketidaksesuaian

antara pendidikan dengan pekerjaan yang ditangani.

Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap

orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam maupun di luar

hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat. Berdasarkan UU No. 25 tahun 2007 tentang ketenagakerjaan,

ketetapan batas usia kerja penduduk Indonesia adalah 15 tahun.

Payaman Simanjuntak (2001) menjelaskan bahwa tenaga kerja adalah penduduk

yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan melakukan

kegiatan lain seperti bersekolah atau mengurus rumah tangga, dengan batasan

(48)

29

Sitanggang dan Nachrowi (2004) yang menyatakan bahwa tenaga kerja adalah

sebagian dari keseluruhan penduduk yang secara potensial dapat menghasilkan

barang dan jasa. Sehingga dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa

tenaga kerja adalah sebagian penduduk yang dapat menghasilkan barang dan jasa

bila terdapat permintaan terhadap barang dan jasa.

F. Permintaan Tenaga Kerja

Fokus pengkajian diasumsikan ketika perusahaan berada pada pasar persaingan

sempurna, baik itu dalam pasar input (tenaga kerja) maupun dalam pasar output

(barang). Perusahaan berada pada pasar persaingan sempurna dalam pasar input

apabila perusahaan tersebut berkeyakinan bahwa jumlah produksi dan

penjualannya tidak akan berpengaruh terhadap harga pasar yang berlaku.

Perusahaan yang bersaing akan memperhatikan harga pasar untuk produknya dan

akan membuat perencanaan yang sesuai. Dengan asumsi bahwa harga pasar akan

tetap sama, terlepas dari banyak atau sedikitnya jumlah penjualan.

Salah satu jalan untuk menginterpretasikan fakta bahwa perusahaan sebagai

penerima harga adalah untuk menduga bahwa perusahaan memiliki pilihan

mengenai harga, dimana perusahaan menjual output dan harga dimana perusahaan

menggunakan input. Jika perusahaan mencoba untuk menjual output pada harga

yang lebih tinggi daripada harga yang berlaku, maka tidak akan ada output yang

terjual. Karena dalam pasar persaingan output, konsumen telah mengetahui

dengan jelas informasi mengenai harga terendah dari produk sejenis. Sementara

itu, perusahaan dapat menjual semua produknya sesuai dengan harga yang

(49)

30

kekurangan. Oleh sebab itu, hal ini selalu merupakan yang terbaik bagi

perusahaan, untuk memilih harga outputnya sama dengan harga yang berlaku.

Dengan demikian, perusahaan seolah-olah sebagai penerima harga. Sama halnya

dengan perusahaan yang tidak dapat mengurangi pembayaran upah kepada tenaga

kerja (input) dibawah tingkat upah yang berlaku, karena di dalam pasar

persaingan input, pemilik input (tenaga kerja) yang akan menawarkan (menjual)

jasa (input) mereka ke perusahaan lain, dengan tingkat upah yang lebih tinggi.

Dan karena sekali lagi perusahaan tidak memiliki dorongan untuk membayar

input melebihi tingkat upah yang berlaku, maka perusahaan secara optimal akan

membayar tenaga kerja (input) sesuai dengan tingkat upah yang berlaku.

Keuntungan adalah perbedaan antara pendapatan dari penjualan output dan biaya

untuk memperoleh faktor produksinya. Perusahaan kompetitif dapat menjual

setiap unit output pada harga pasar, p. Keuntungan perusahaan adalah fungsi dari

output, R(y)=py. Jika perusahaan mempertimbangkan tingkat output y0. Jika x0

adalah vektor dari kelayakan input untuk memproduksi y0. Dan jika w adalah

vektor untuk harga faktor produksi, biaya penggunaan x0 untuk memproduksi y

adalah w.x0. Hal ini akan menghasilkan keuntungan sebesar py0 – w.x0. Ada dua

hal yang perlu diperhatikan disini. Pertama, output y0 mungkin bukanlah tingkat

output terbaik bagi perusahaan untuk diproduksi. Kedua, meskipun y0 merupakan

tingkat output terbaik, namun pada tingkat input x0 mungkin bukanlah cara

terbaik untuk memproduksi output. Oleh karena perusahaan harus memutuskan

baik tingkat output untuk memproduksi maupun seberapa banyak faktor produksi

(50)

31

Diasumsikan tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimisasi keuntungan.

Oleh karena itu Perusahaan akan memilih tingkat output dan kombinasi faktor

produksi untuk memproduksi, dapat tulis sebagai berikut:

Dimana f(x) adalah fungsi produksi. Rumus diatas menjelaskan seberapa banyak

output perusahaan yang akan terjual dan seberapa banyak input yang akan

digunakan perusahaan.

Kemudian f(x) ≥ y akan diganti dalam kendala kesetaraan, karena fungsi produksi

cenderung meningkat. Karena y = f (x), maka didapatkan rumus maksimisasi

keuntungan dengan input choice, sebagai berikut:

Diasumsikan masalah maksimisasi keuntungan ini memiliki pemecahan, pada

vektor input x*>> 0. (maksimisasi keuntungan adalah jumlah dari produksi

output y*=f(x*)). Lalu first order condition (FOC) mengharuskan persamaan

maksimisasi sama dengan nol karena tidak terdapat kendala.

Istilah disebelah kiri adalah produk harga output dengan marginal product dari

input i, yang sering disebut dengan marginal revenue product dari input i. MRP

menunjukan peningkatan pendapatan setiap penambahan per unit input i. Pada

saat optimum, MRP harus sama dengan biaya per unit i, yaitu wi. (P. MPi =MRP) max py –w . x s.t. f(x) ≥ y,

(x,y) ≥ 0

max p f(x) –w . x

∈ ℝ+

� ( ∗)

(51)

32

Diasumsikan bahwa semua wi adalah positif , akan digunakan FOC yang

sebelumnya untuk menghasilkan persamaan antara rasio:

MRTS antara kedua input sama dengan rasio dari kedua input tersebut. MRTS

serupa dengan pemilihan minimisasi biaya input. Oleh karena itu MRTS

menekankan bahwa maksimisasi keuntungan memerlukan minimisasi biaya dalam

proses produksi.

Dimungkinkan untuk menyusun kembali masalah maksimisasi keuntungan

perusahaan dengan menekankan pentingnya minimisasi biaya. Setelah

memaksimalkan keuntungan dalam satu langkah, kemudian lakukan prosedur dua

langkah berikut ini . Pertama, hitung setiap kemungkinan tingkat output kemudian

pilihlah output yang memaksimalkan perbedaan antara pendapatan dan biaya.

Langkah kedua adalah biaya terkecil produk y unit output (output choice) berasal

dari fungsi biaya, c ( w, y). sebagai berikut:

Profit keuntungan pada y*, dimana harga sama dengan biaya marginal dan biaya

marginal tidak menurun.

Jika y*>0 maka output optimal dan memenuhi FOC

� ( ∗)/�

� ( ∗)/� = , for all i ,j

max py = c ( w . x ).

y ≥ 0

− ( , ∗)

(52)

33

Atau output choice sehingga harga sama dengan biaya marginal (P≡εR=εC).

SOC membutuhkan biaya marginal yang tidak menurun pada saat optimum, atau

d2c(y*)/dy2≥ 0.

Gambar 7. Pemilihan output (output choice) untuk perusahaan kompetitif.

Pemilihan output optimal, y*≡ y (p, w) , disebut fungsi output supply perusahaan

dan pemilihan input optimal, x*≡ x (p, w) , disebut fungsi input demand

perusahaan. Fungsi input demand adalah fungsi permintaan penuh (baku) karena

tidak seperti conditional input demand, input demand mencapai tujuan utama

perusahaan , yaitu memaksimalkan keuntungan perusahaan. Fungsi keuntungan

merupakan alat yang berguna untuk mempelajari fungsi supply dan fungsi

demand.

Price, cost

Output = ( , )

(′)

< 0

( ∗)

> 0

(53)

34

Fungsi keuntungan perusahaan dipengaruhi oleh harga input dan harga output

yang disebut fungsi nilai maksimum (maximum-value).

Kegunaan dari fungsi keuntungan bergantung pada kondisi tertentu. Dibawah ini

akan menunjukan increasing return dan dimisalkan x dan y’ = f(x’)

memaksimalkan keuntungan pada p dan w dengan increasing returns.

> ( ) for all t > 1

Dikalikan dengan p > 0 , dan dikurangi dengan w. tx’ pada kedua sisi dan

menggunakan t > 1 serta keuntungan yang tidak negatif (non negativity)

dihasilkan

. > . for all t > 1

Rumus diatas menyatakan bahwa keuntungan yang tinggi selalu bisa di dapatkan

dengan meningkatkan input dalam proporsi t > 1 ,bertentangan dengan asumsi x’

dan f(x’) yang memaksimalkan keuntungan. Memperhatikan bahwa dalam kasus

constant return, tidak ada masalah yang timbul jika tingkat keuntungan maksimal

sama dengan nol. Sehingga, skala operasi perusahaan adalah tak tentu

(indeterminate) karena (y’, x’) dan (ty’, tx’) menyatakan tingkat yang sama dalam

keuntungan nol (zero profit) untuk semua t > 0.

π(p, w) ≡ max py –w . x s.t. f(x) ≥ y,

(54)

35

Keuntungan yang diperoleh perusahaan akan maksimal pada saat marginal cost

(MC) sama dengan marginal revenue (MR), karena pada pasar persaingan

sempurna maka marginal revenue sama dengan harga. Dapat dirumuskan sebagai

berikut:

MC = MR = P

Apabila tenaga kerja yang digunakan lebih banyak, maka akan menaikkan harga

per unitnya, disebut juga upah nominal (W). Output yang meningkat karena

MPPL mengakibatkan biaya per unit dari output turut meningkat, atau biaya

marginal (MC) = W/MPPL. Dengan demikian kondisi profit maximization, dapat

ditulis:

=

Variabel sebelah kiri pada persamaan (2) adalah perbandingan tingkat upah

dengan tingkat harga barang yang disebut dengan upah riil. Artinya, komoditas

per orang per periode waktu, yang menunjukkan bahwa W memiliki ukuran per

orang per periode waktu dan P memiliki ukuran mata uang per komoditas. Jadi:

=

� � �

�� = �� � � �

Upah riil adalah pengembalian waktu kerja terhadap komoditas. Dengan kata lain

adalah kemampuan daya beli terhadap komoditas dari tingkat upah. Misalkan

upah riil adalah (W/P), hal ini adalah ukuran sejak keduanya yaitu tingkat upah

nominal dan tingkat harga barang adalah dikendalikan secara bersama-sama oleh

(55)

36

tenaga kerja dan pasar barang). Pada gambar 8 apabila tingkat upah riil turun ke

(W/P)2 maka tenaga kerja L2 yang digunakan, begitu seterusnya. Kombinasi

(W/P)1 dan L1 dan (W/P)2 dan L2 adalah indikasi harga dan jumlah tenaga kerja

yang diminta. Kemudian disimpulkan bahwa kurva permintaan tenaga kerja

adalah identik dengan kurva MPPL.

Gambar 8. Kurva Permintaan Tenaga Kerja.

Apabila perusahaan memiliki persediaan modal yang besar, kurva permintaan

tenaga kerja akan meningkat karena pada tingkat tenaga kerja yang digunakan,

marginal physical labour adalah lebih tinggi ketika persediaan modal lebih besar.

Ini memiliki hubungan dengan kenyataan,pada tingkat tenaga kerja berapapun,

setiap tenaga kerja memiliki bagian yang besar dari tingkat modal untuk bekerja

dengan ketika ukuran jumlah modal meningkat.

Kemudian dapat ditulis apa yang telah ditetapkan dalam bentuk persamaaan

sebagai berikut:

= , , 1 < 0, 2 > 0

Ld = Ld (W/P,K)

0 L1 L2

MPPL W,P

MPPL1

(W,P)1

MPPL2

(56)

37

Permintaan tenaga kerja adalah fungsi dari upah riil dan tingkat modal. Karena

tingkat modal diasumsikan konstan, maka perubahan permintaan tenaga kerja

tidak pernah dihasilkan dari perubahan tingkat modal. Variasi dalam permintaan

tenaga kerja akan dihasilkan dari perubahan tingkat upah riil. Tanda Ld

menunjukkan ”penurunan fungsi permintaan tenaga kerja menanggapi perubahan

upah riil adalah negatif”.

G. Faktor - Faktor Penyerapan Tenaga Kerja

1. PDRB riil (Produk Domestik Regional Bruto)

Produk Domestik Bruto (PDB ) atau dalam bahasa Inggris disebut Gross

Domestic Product, merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui

kondisi ekonomi dan kinerja pembangunan, di suatu negara dalam suatu periode

tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.

Sedangkan untuk mengukur kondisi ekonomi suatu daerah Provinsi, Kabupaten

atau Kota, digunakan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto/Gross Domestic

Regional Product)

PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh

seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai

barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas

dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

menggunakan harga pada tahun berjalan, sedang PDRB atas dasar harga konstan

menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan

(57)

38

perhitungan PDB dan PBRB di Indonesia menggunakan tahun dasarnya yaitu

tahun 2000. Penentuan PDRB atas harga konstan, biasanya diperlukan untuk

mengeluarkan pengaruh inflasi.

PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber

daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah. Sementara itu,

PDRB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil

dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor

harga. Adapun kegunaan PDRB adalah :

a. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

Tingkat pertumbuhan ekonomi regional baik secara menyeluruh maupun sektoral,

dengan melihat prosentase pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan.

b. Tingkat Kemakmuran

Mengetahui tingkat kemakmuran daerah, baik tingkat pertumbuhan maupun

tingkat kemakmuran dibanding dengan daerah lain, tingkat kemakmuran suatu

wilayah biasanya diukur dengan besarnya pendapatan perkapita penduduknya.

Tingkat kemakmuran ini tidak mengalami perubahan apabila laju pertumbuhan

penduduk lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonominya.

c. Tingkat Inflasi atau Deflasi

Mengetahui tingkat inflasi atau deflasi yang terjadi dalam waktu tertentu, dengan

membandingkan antara PDRB atas dasar berlaku dan PDRB atas dasar konstan,

dapat diperoleh suatu indeks implisit yang bisa menggambarkan kenaikan suatu

Gambar

Tabel                                                                                                           Halaman
Gambar 1. Pertumbuhan PDB Indonesia selama 26 tahun terakhir, 1983-2009.
Gambar 2: Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung 14 tahun terakhir, 1998-2012.
Tabel 1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung, 1998-2012.
+7

Referensi

Dokumen terkait

menggunakan metode inkuiri mengalami peningkatan skor rata-rata 3,20 kategori baik sekali. Sedangkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode inkuiri pada

pada Barajana. Dulu ketika kerajaan mendapat gangguan, Barajana datang menyelamatkan. Kini, barangkali dia dapat membantu lagi. Prabu Kretawangsa lalu mengutus Patih

Variabel harga X2 memiliki nilai t hitung sebesar 5.915 lebih besar dari t tabel 1,984 dan nilai signifikasi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis berbunyi

Berdasarkan dari deskripsi data yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dianalisis secara keseluruhan makna denotasi, makna konotasi dan juga mitos yang terdapat pada

Sektor perikanan dan sektor industri pengolahan ini saling berkaitan karena dengan melihat hasil dari data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Selisih dari tegangan diskontinyu hasil analisa metode elemen hingga dengan tegangan kontinyu pada suatu elemen disebut sebagai error tegangan yang nantinya akan digunakan

Rezultati dobiveni energetskom simulacijom Varijante 5 ukazuju na smanjenje potrebne energije za hlađenje u odnosu na PAR, pri čemu je potrebna energija za

Faktor lingkungan dan hasil panen terbaik didapat pada kumbung UAI dengan bobot basah lebih tinggi 7,95%, bobot kering 14,5% dan efisiensi biologi 7,34% dibandingkan