• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMUPUKAN UREA DAN TEKNIK DEFOLIASI PADA PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.) VARIETAS PIONER 27

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMUPUKAN UREA DAN TEKNIK DEFOLIASI PADA PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.) VARIETAS PIONER 27"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMUPUKAN UREA DAN TEKNIK DEFOLIASI PADA PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.) VARIETAS PIONER 27

Oleh Arman Affandi

Penelitian mengenai “Pengaruh Pemupukan Urea dan Teknik Defoliasi Pada

Produksi Jagung (Zea maysL.) Varietas Pioneer 27” telah dilaksanakan di Kebun

Percobaan Politeknik Negeri Lampung dari bulan November 2011 sampai bulan

Februari 2012. Tujuan penelitian adalah untuk (1) mengetahui dosis pupuk urea

yang optimum terhadap produksi tanaman jagung varietas Pioneer 27, (2)

mengetahui produksi tanaman jagung varietas Pioneer 27 dengan perlakuan

defoliasi atau tanpa defoliasi, dan (3) mengetahui interaksi antara dosis pupuk

Urea dan defoliasi pada tanaman jagung varietas Pioneer 27. Perlakuan disusun

secara faktorial (4x2) dengan ulangan sebanyak 3 (tiga). Faktor pertama adalah

pupuk urea yang terdiri dari 4 (empat) taraf yaitu 100kg/ha (P1), 200 kg/ha (P2),

300 kg/ha (P3) dan 400 kg/ha (P4). Faktor kedua adalah teknik defoliasi yang

terdiri dari 2 (dua) taraf yaitu tanpa defoliasi (D1) dan defoliasi disisakan tiga

daun dibawah tongkol. Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji

Barlett dan kemenambahan data diuji dengan uji Tuckey. Bila asumsi terpenuhi,

maka data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji lanjutan polinomial

(2)

terhadap bobot biji kering tanaman jagung, (3) Terdapat interaksi antara dosis

pupuk urea dengan perlakuan defoliasi untuk meningkatkan bobot berangkasan

yaitu dengan dosis pupuk 254,77 kg/ha Urea dengan teknik defoliasi akan

menghasilkan bobot kering brangkasan yang optimum sebesar 113,87 gram.

(3)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua

sesudah padi yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Selain dikonsumsi,

jagung juga merupakan bahan dasar atau bahan olahan untuk minyak goreng,

tepung maizena, ethanol, asam organik, makanan kecil, dan industri pakan ternak.

Oleh sebab itu jagung dapat dikatakan komoditas komersial pada saat ini maupun

dimasa mendatang. Akan tetapi petani belum bisa memenuhi kebutuhan pangan,

pakan maupun industri, sehingga pemerintah harus mengimpor jagung untuk

memenuhi kebutuhan tersebut.

Berdasarkan hasil perhitungan Badan Pusat Statistik (2012), produksi jagung

tahun 2011 menurun dibandingkan dengan tahun 2010. Produksi jagung nasional

pada tahun 2011 sebesar 17,23 juta ton sedangkan pada tahun 2010 sebesar 18, 32

juta ton yang berarti terjadi penurunan sebesar 1,10 juta ton atau sebesar 5,99 %.

Perkiraan penurunan produksi jagung tahun 2011 yang relatif besar terdapat di

Provinsi Jawa Timur, Lampung, Jawa Tengah, Sumatra Utara, dan Nusa Tenggara

Timur. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya lahan pertanaman jagung di

(4)

Pada tahun 2012, impor jagung diperkirakan mencapai 1,5 juta ton, turun lebih

dari 50% dari impor jagung tahun lalu sebesar 3,144 juta ton. Sekitar 50%

digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pakan ternak nasional.

Sementara Kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak meningkat menjadi 6,75

juta ton dari tahun lalu 6 juta ton. Angka ini diperoleh dari perkiraan total

konsumsi pakan ternak sebesar 13,5 juta ton, terdiri dari 12,3 juta ton pakan

ternak dan pakan ikan sebesar 1,2 juta ton (Anonim, 2012).

Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu ditingkatkan produktivitas tanaman

jagung tersebut dengan teknik budidaya yang baik dan sesuai untuk menutupi

kekurangan jagung sehingga pemerintah tidak perlu mengimpor jagung dari luar

negeri.

Salah satu faktor penentu produksi tanaman jagung adalah teknik budidaya dan

pemupukan. Selain itu dalam peningkatan produksi jagung, penggunaan varietas

unggul mampu memberikan hasil yang tinggidibanding dengan tanpa

menggunakan varietas unggul. Penggunaan varietas unggul juga harus diiringi

dengan pupuk yang sesuai dengan kebutuhan varietas tersebut.

Hara nitrogen (N) merupakan unsur makro yang sangat penting untuk

pertumbuhan dan produksi tanaman, akan tetapi ketersediaannya di dalam tanah

selalu rendah sehingga perlu upaya untuk menambah agar tanaman dapat tumbuh

dan menghasikan secara memuaskan. Pemupukan N merupakan salah satu

faktor yang berpengaruh terhadap hasil jagung, kemampuan tanaman menyerap

(5)

N diserap sehingga dosis akan sangat menentukan optimalnya suplai hara ke

dalam jaringan tanaman (Askari dan Hamzah, 2008).

Menurut Nasaruddin (2004), jagung juga dipengaruhi oleh faktor internal seperti

daun, yang mempunyai peranan penting dalam penyerapan cahaya matahari

sebagai sumber utama energi dalam proses fotosintesis. Asimilat yang diproduksi

oleh daun akan didistribusikan pada fase vegetatif aktif, akan merata keseluruh

jaringan tanaman. Sedangkan pada saat fase generatif berlangsung maka sebagian

besar hasil asimilasi akan ditranslokasikan ke bagian jaringan penyimpanan

sehingga dapat menyebabkan terjadinya persaingan antara bagian vegetatif

maupun bagian organ generatif tanaman, terutama dalam memanfaatkan

hasil-hasil asimilasi dari sumber ke bagian sink atau pengguna.

Daun-daun yang tua ataupun daun-daun yang tertutupi akan berpengaruh pada

penyerapan cahaya matahari yang berfungsi untuk fotosintesis. Daun daun ini

juga menggunakan asimilat yang seharusnya disalurkan ke bagian tongkol jagung.

Untuk itu agar asimilat yang dihasilkan oleh daun-daun produktif bisa

dimanfaatkan untuk pembentukan tongkol dan biji maka dilakukan teknik

defoliasi atau biasa disebut perompesan. Teknik defoliasi dilakukan dengan

membuang bagian vegetatif yang tidak produktif terutama daun-daun di bawah

tongkol, sehingga energi atau bahan makanan yang dihasilkan akan mengalir pada

pembungaan dan pembuahan, dengan demikian perkembangan tongkol akan lebih

(6)

Bedasarkan latar belakang dan masalah tersebut, maka dilakukan suatu penelitian

untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai

berikut :

1. Berapa dosis pupuk urea yang optimal untuk meningkatkan produksi tanaman

jagung?

2. Bagaimanakah perbedaan produksi antara tanaman jagung yang di defoliasi

dengan tanpa defoliasi?

3. Adakah interaksi antara dosis pupuk Urea dengan perlakuan defoliasi?

1.2 Tujuan

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dosis pupuk urea yang optimum terhadap produksi tanaman

jagung.

2. Untuk mengetahui produksi tanaman jagung dengan perlakuan defoliasi atau

tanpa defoliasi.

3. Untuk mengetahui interaksi antara dosis pupuk Urea dan perlakuan defoliasi.

1.3 Landasan teori

Tanaman jagung merupakan tanaman yang banyak membutuhkan unsur nitrogen

untuk kelangsungan hidupnya. Secara umum pupuk N dapat meningkatkan

produksi jagung. Nitrogen diperlukan oleh tanaman jagung sepanjang

(7)

pertumbuhan yang kerdil dan daun tanaman berwarna hijau kekuning-kuningan

yang berbentuk huruf V dari ujung daun menuju tulang daun dan dimulai dari

daun bagian bawah. Selain itu tongkol jagung menjadi kecil dan kandungan

protein dalam biji rendah (Awaludin, 2001).

Menurut Sutoro et al. (1988), nitrogen diperlukan oleh tanaman jagung sepanjang

pertumbuhannya. Pada awal pertumbuhannya akumulasi N dalam tanaman relatif

lambat dan setelah tanaman berumur 4 minggu akumulasi N berlangsung sangat

cepat. Pada saat pembungaan (bunga jantan muncul) tanaman jagung telah

mengabsorbsi N sebanyak 50% dari seluruh kebutuhannya

PT. Petrokimia (2013) menyatakan dosis pemupukan urea untuk tanaman jagung

hibrida adalah sebesar 400 kg/ha Urea, hal ini tentu sesuai dengan produksi yang

dihasilkan. Akan tetapi harga pupuk urea yang semakin mahal dan sangat susah

didapatkan, sehingga menjadi kendala ditingkat petani. Untuk itu perlu

dilakukannya praktek budidaya yang dapat menghemat pemakaian pupuk urea

dan mengurangi dosis yang telah dianjurkan tanpa menurunkan produksi tanaman

jagung demi kesejeahteraan petani.

Daun sebagai organ penghasil fotosintat merupakan bagian tanaman yang

terpenting. Jika dihubungkan ke dalam sink-source (pengguna-penghasil) daun

yang masih aktif melakukan fotosintesis berfungsi sebagai penghasil. Sebaliknya

daun yang tidak aktif berfotosintesis berfungsi sebagai pengguna. Daun jagung

(8)

yang dihasilkan rendah. Fotosintat yang ditampung pada daun tersebut lebih baik

ditampung kedalam biji sehingga hasil biji akan lebih baik.

Menurut William dan Joseph (1997) dalam Askari dan Hamzah (2008), defoliasi

dilakukan untuk memacu pembungaan dilakukan dengan membuang bagian

vegetatif yang tidak produktif terutama daun-daun di bawah tongkol, sehingga

energi atau bahan makanan yang dihasilkan akan mengalir pada pembungaan dan

pembuahan, dengan demikian perkembangan tongkol akan lebih cepat. Waktu

defoliasi pada daun sangat menetukan efektivitas dalam penimbunan fotosintat

sehingga dapat menekan masa vegetatif agar buah yang dihasilkan akan lebih

baik. Waktu penimbunan asimilat untuk perkembangan tongkol terjadi pada saat

sebelum dan sesudah pembungaan. Disamping itu defoliasi dilakukan untuk

mengurangi adanya persaingan antara organ-organ reproduktif dalam

memanfaatkan asimilat yang ada untuk memaksimalkan produksi

1.4 Kerangka pemikiran

Bedasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka

pemikiran untuk memberi penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah.

Tanaman jagung adalah tanaman yang sangat membutuhkan unsur unsur makro

yang dalam proses hidupnya. Salah satunya adalah Nitrogen (N) yang digunakan

untuk pertumbuhan dan untuk menghasilkan produksi yang baik, kebutuhan akan

unsur N tersebut mutlak harus terpenuhi, akan tetapi kebutuhan tersebut harus

sesuai dengan kebutuhan varietas yang digunakan dan ketersediaan unsur N

(9)

maka akan membutuhkan banyak asupan pupuk selama pertumbuhannya untuk

menghasilkan produksi yang tinggi. Kekurangan unsur N maka dapat dipastikan

pertumbuhan tanaman jagung tersebut akan terhambat dan produksi yang

dihasilkan juga rendah. Tujuan pemupukan dengan menggunakan urea agar

kebutuhan akan unsur N untuk tanaman jagung terpenuhi dan mampu

menghasilkan produksi yang maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu

dilakukan teknik budidaya yang dapat menghemat penggunaan pupuk sehingga

petani juga tidak disusahkan dengan mahalnya harga pupuk tetapi produksi juga

tetap tinggi.

Selain pemupukan urea untuk menghasilkan produksi jagung yang baik maka

perlu adanya teknik budidaya yang baik. Salah satu teknik budidaya yang baik

adalah dengan menerapakan teknik defoliasi. Defoliasi daun jagung

mengupayakan menurunkan persaingan tingkat kebutuhan cahaya matahari dan

fotosintat. Defoliasi dilakukan dengan membuang bagian vegetatif yang tidak

produktif terutama daun-daun di bawah tongkol yang tertutupi daun-daun di

atasnya, sehingga energi atau bahan makanan yang dihasilkan akan maksimal

mengalir pada pembungaan dan pembuahan, dengan demikian perkembangan

tongkol akan lebih cepat dan pengisian biji menjadi maksimal. Daun-daun yang

tidak produktif mampu menyerap asimilat untuk pembentukan tongkol sehingga

dapat mengganggu produksi jagung, dengan dilakukannya defoliasi pada daun

daun yang tidak produktif diharapkan akan memusatkan asimilat yang dihasilkan

untuk pembentukan tongkol jagung dan pengisian biji jagung sehingga produksi

(10)

Dosis pupuk urea anjuran untuk tanaman jagung hibrida adalah 400 kg/ha (PT.

Petrokimia, 2013). Hal ini tentu membuat petani kesulitan untuk membeli pupuk

urea yang semakin mahal dan langka. Untuk itu dengan dilakukannya teknik

defoliasi diharapkan pupuk yang diberikan ke tanaman terserap sempurna dan

dapat digunakan secara maksimum untuk meningkatkan produksi tanaman serta

dapat menghemat dalam penggunaan pupuk urea. Untuk itu perlu dilakukan

penelitian dengan pemupukan urea dengan dosis di bawah dosis anjuran yaitu

100, 200, 300, dan 400 kg/ha dan teknik defoliasi pada tanaman jagung dengan

harapan teknik defoliasi mampu memberikan produksi yang tinggi dengan dosis

di bawah dosis anjuran.

1.5 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang yang dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis

sebagai berikut :

1. Terdapat dosis urea yang optimal untuk mendapatkan produksi paling tinggi.

2. Teknik defoliasi akan meningkatkan produksi jagung daripada tanpa defoliasi.

(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Jagung

Jagung termasuk tanaman berumah satu dengan bunga betina terletak pada

infloresen yang berbeda dengan bunga jantannya, tetapi masih berada dalam satu

tanaman. Bunga jantan tersusun dalam bulir rapat, terletak pada ujung batang,

dinamakan malai atau tassel. Bunga betinanya terletak di ketiak daun berbentuk

tongkol. Biasanya, bunga betina terletak pada buku keenam atau kedelapan dari

atas terus pada setiap buku dibawahnya. Masa berbunga tanaman jagung terjadi

saat umur 50 HSS (Hari Setelah Tanam). Warna bulir jagung ditentukan oleh

warna aleuron (lapisan luar) dan endosperma. Satu tongkol buah ini dapat

terbentuk berbagai bulir dengan warna berbeda-beda, karena dalam setiap bulir

diserbuki oleh serbuk sari yang berbeda-beda. Tanaman jagung bersifat protandri,

yaitu bunga jantan tumbuh 1-2 hari sebelum munculnya rambut pada bunga

betina. Bunga betina tanaman jagung meliputi, tangkai, tunas, tongkol, klobot,

calon biji, calon janggel, penutup klobot, dan rambut. Pertumbuhan tanaman

jagung bersifat apikal dominan, yaitu titik dominasi pertumbuhan ada pada pucuk

batang, mengakibatkan tongkol paling atas berkembang lebih besar daripada

(12)

Batang jagung tidak berlubang, tetapi padat dan berisi oleh berkas-berkas

pembuluh sehingga makin memperkuat tegaknya tanaman. Hal ini juga di dukung

oleh jaringan kulit yang keras dan tipis yang terdapat pada batang di sebelah luar.

Batang jagung beruas, dan pada bagian pangkal batang jagung beruas pendek

(Anonim, 2001).

Daun jagung terdiri atas pelepah dan helaian daun. Helaian daun memanjang

dengan ujung daun meruncing. Antara pelepah daun dan helaian daun dibatasi

oleh spikula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan atau embun ke

dalam pelepah daun. Jumlah daun berkisar 10 – 20 helai pertanaman. Daun

berada pada setiap ruas batang dengan kedudukan saling berlawanan (Suprapto

dan Marzuki, 2005).

2.2 Pupuk urea

Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia

NH2 CONH2. Merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat

mudah menghisap air (higroskopis) karena itu sebaiknya disimpan di tempat

kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46%

dengan pengertian setiap 100 kg urea mengandung 46 kg Nitrogen (Anonim,

2007).

Peranan utama nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan

secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, nitrogen pun

berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang berguna dalam proses

(13)

Tanaman jagung mengambil N sepanjang hidupnya, karena N dalam tanah mudah

tercuci, maka pemberian dengan cara bertahap sangat dianjurkan. Nitrogen

diserap tanaman selama masa pertumbuhan sampai pematangan biji, sehingga

tanaman ini menghendaki tersedianya N secara terus menerus pada semua stadia

pertumbuhan sampai pembentukan biji (Patola, 2008).

Menurut Soepardi (1983) dalam Diah (2003), nitrogen memberikan pengaruh

yang paling cepat dan menyolok pada pertumbuhan tanaman dibandingkan

dengan unsur lainnya. Nitrogen berfungsi untuk merangsang pertumbuhan di atas

tanah, memberikan warna hijau pada daun, memperbesar bulir, dan meningkatkan

kandungan protein dalam tanaman jagung, mengatur penggunaan fosfor, kalium

dan penyusun lainnya serta mengakibatkan surkulensi pada tanaman.

2.3 Defoliasi

Menurut Kuruseng dan Wahab (2006), defoliasi saat persarian, diduga merupakan

waktu yang tepat, karena saat itu fase vegetatif telah berkurang dan konsentrasi

aktivitas tanaman terutama ditujukan pada kualitas dan kuantitas hasil, merupakan

waktu terbaik dibandingkan tanpa defoliasi. Hasil asimilasi hanya digunakan

untuk fase generatif, dan distribusi asimilat tidak lagi terbagi ke bagian daun-daun

yang tidak berfungsi optimal, sehingga penggunaan cahaya matahari lebih efisien

dalam menghasilkan produksi tanaman yang lebih bermutu.

Defoliasi di bawah tongkol dilakukan untuk mengefisienkan hasil fotosintesis

(14)

dimaksudkan untuk menekan terjadinya persaingan internal dan asimilasi

(15)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 TempatWaktu dan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung dari

bulan November 2011 sampai bulan Februari 2012.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung hibrida

varietas Pioneer 27, pupuk Urea, SP-36, KCl, Fastac 15 EC, Furadan 3G,

Ridomil, dan air.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah traktor, bajak, cangkul,

koret, tali rafia, tugal, patok bambu, golok, gembor, selang air, pisau, meteran,

penggaris, sprayer punggung, timbangan analitik, jangka sorong, oven, karung,

dan alat tulis.

3.3 Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK), dengan

rancangan perlakuan faktorial (4 x 2) dengan ulangan sebanyak 3 (tiga) ulangan

sehingga terdapat 24 unit percobaan. Faktor pertama adalah pupuk urea yang

(16)

400 kg/ha (P4). Faktor kedua adalah teknik defoliasi yang terdiri dari dua taraf

yaitu tanpa defoliasi (D0) dan defoliasi disisakan tiga daun (D1).

Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Barlett dan kemenambahan

data diuji dengan uji Tuckey. Selanjutnya data dianalisis ragam dan dilanjutkan

dengan uji lanjutan polinomial ortogonal 5 %.

3.4 Pelaksanaan penelitian

Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan trakor untuk membalikkan

tanah, kemudian tanah digemburkan lagi dengan traktor dan dibuat unit-unit

percobaan dengan menggunakan cangkul sebanyak 24 unit satuan percobaan

dengan ukuran 3 x 3 m dengan jarak antarpetak 0.5 m dan jarak antarkelompok 1

m. Benih ditanam dengan cara ditugal dan ditanam 1 benih/lubang dengan jarak

tanam 75 x 20 cm pada kedalaman 3 – 5 cm. Setelah benih ditanam, ditaburkan

Furadan 2G sebanyak ±1 gram. Benih yang ditanam kemudian ditutup kembali

dengan tanah.

Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali dengan mencabut gulma secara langsung

dan menggunakan koret dan dimulai pada saat tanaman berumur 15 hari setelah

tanam (HST) bersamaan dengan pembumbunan di kanan kiri tanaman jagung.

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kimiawi dengan penyemprotan

insektisida dan fungisida yang dilakukan setiap interval 1 minggu sekali.

Pupuk dasar yang diberikan adalah SP-36 dengan dosis 150 kg/ha dan KCl

(17)

pupuk urea diberikan 2 kali. Setengah dosis setelah tanaman berumur 1 MST dan

setengah dosis pada saat berumur 4 MST. Pemupukan dengan cara larikan

diberikan disekitar tanaman dengan goretan (parit) yang dibuat disamping

tanaman sepanjang barisan sedalam ± 5 cm, setelah pupuk diberikan kemudian

ditutup kembali dengan tanah. Dosis urea yang digunakan adalah 100 kg/ha, 200

kg/ha, 300 kg/ha, dan 400 kg/ha.

Defoliasi dilakukan begitu muncul bunga betina (tongkol jagung) pada tanaman

jagung kira-kira 50 hari setelah tanam dengan membuang daun di bawah tongkol

sesuai perlakuan yaitu membuang daun-daun yang berada di bawah tongkol

dengan menyisakan daun sebanyak 3 helai di bawah tongkol.

Panen dilakukan dengan tanda-tanda kelobot sudah mengering berwarna kuning

kecoklatan, bijinya keras dan mengkilap. Panen dilakukan dengan memetik

tongkol dengan cara memutar tongkol kemudian mematahkannya. Setelah

tongkol semua terkumpul kemudian dibersihkan kelobotnya selanjutnya

dikeringkan dengan cara penjemuran di bawah sinar matahari, setelah kering

kemudian dipipil dan ditimbang.

3.5 Pengamatan

Variabel pengamatan yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagi berikut :

1. Tinggi tanaman (cm)

Dengan mengukur tinggi tanaman dari pangkal batang sampai ujung daun

(18)

2. Bobot kering brangkasan (g)

Semua bagian tanaman kecuali tongkol dan akar ditimbang dengan

menggunakan timbangan analitik. Sebelum ditimbang, batang, daun dan akar

dioven dengan suhu 700 C sampai beratnya konstan.

3. Panjang Tongkol (cm)

Panjang tongkol diukur dengan menggunakan meteran dari pangkal tongkol

sampai ujung tongkol setelah pemanenan.

4. Diameter tongkol (cm)

Diameter tongkol diukur pada bagian pangkal, tengah dan ujung tongkol yang

masih berisi biji kemudian dirata-ratakan.

5. Bobot kering pipilan per tongkol (g)

Jagung per tongkol dipipil, kemudian ditimbang pada kadar air 14 %.

6. Bobot 100 butir (g)

Bobot 100 butir ditimbang pada kadar air 14% dengan menimbang 100 butir

biji yang kemudian dikonversi ke bobot 1000 butir.

Bobot pada KA 14% = 100-KA terukur x bobot pada KA terukur 100-14

7. Produksi (t/ha)

Produksi per ha jagung dihitung dari luas petakan dan bobot pipilan tongkol

(19)

V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Pemberian urea dengan dosis 100 kg/ha sudah mampu memberikan produksi

yang sesuai dengan potensi hasil Jagung Pioneer 27.

2. Perlakuan defoliasi ataupun tanpa defoliasi tidak berpengaruh terhadap

produksi tanaman jagung, dengan produksi rata-rata dengan teknik defoliasi

dan tanpa defoliasi sebesar 9,75 t/ha dan 9,72 t/ha.

3. Terdapat interaksi antara dosis pupuk urea dengan perlakuan defoliasi untuk

meningkatkan bobot berangkasan yaitu dengan dosis pupuk 254,77 kg/ha Urea

dengan teknik defoliasi (menyisakan 3 daun dibawah tongkol) akan

(20)

PUSTAKA ACUAN

Anonim. 2001. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius. Yogyakarta. 140 hal.

Anonim. 2012. Impor Jagung Diperkirakan Turun Signifikan dalam http:// financeroll.co.id/ news/37972/impor-jagung-diperkirakan-turun- signifikan diakses pada 10 Mei 2013.

Anonim. 2007. Mengenal Pupuk Urea dalam http://pusri.wordpress.com/ 2007/09/22/mengenal-pupuk-urea/ diakses pada 13 November 2012.

Anonim. 2013. Pupuk Nitrogen. Universitas Sumatera Utara dalam

http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/26490/4/Chapter%20II.pdf diaskes pada 15 januari 2013.

Askari, Muh K dan Hamzah, Faisal. 2008. Produksi Bebrapa Varietas Tanaman Jagung Pada Dua Dosis Pupuk urea dan Waktu Perompesan Daun Di bawah Tongkol. Jurnal Agrivigor. Vol 7 No. 2. Januari –April 2008. hal 158- 169.

Awaludin. 2001. Pengelolaan Pupuk Nitrogen Pada Tanaman Jagung Dengan Alat Pandu Bagan Warna Daun. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Nusa Tenggara Barat. Hal 1.

Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Padi, Jagung, dan kedelai. Dalam www.bps.go.id/getfile.php?news=938/ diakses pada 15 januari 2013.

Diah, Fanny Ayu. 2003. Skripsi Pengaruh Dosis Pupuk Nitrogen dan Waktu Panen Terhadap Produksi dan Kualitas Jagung Semi di Dataran Tinggi. Institut Pertanian Bogor. Hal 7.

Fuji, Hikmah Lestari 2011. Penilaian Kerusakan Penyakit Tanaman Jagung. Dalam http://mamahfujil.blogspot.com/ diakses pada 10 Mei 2013.

Habrina Ananda Putri. 2011. Skripsi Pengaruh Pemberian Beberapa Konsentrasi PupukOrganik Cair Lengkap (POCL) Bio Sugih Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.). Universitas Andalas. Padang. Hal 10

(21)

Kuruseng, M.A. dan A. Wahab. 2006. Respon Berbagai Varietas Tanaman Jagung Terhadap Waktu Perompesan Daun di Bawah Tongkol. Jurnal Agrisitem, Desember 2006, Vol 2 No 2. Hal 87-95.

Lingga, Pinus dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 8.

Nasaruddin, 2004. Metabolisme Fotosintesis, Respirasi dan Nutrisi Mineral. Laboratorium Fisiologi Tanaman. Fakultas Pertanian dan Kehutanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. Jurnal agrivigor Vol. 7 No. 2. Hal 159.

Panut Sahari. 2005. Pengaruh Jenis Dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Krokot Landa (Talinum triangulare Willd.) Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Hal 6.

Patola. 2008. Peranan Pupuk Nitrogen. Universitas Sumatra Utara. Dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23043/5/Chapter%20II.pdf. Diakses pada 4 Februari 2013.

Patola, Efrain. 2008. Analisis Pengaruh Dosis Pupuk Urea dan Jarak Tanam Terhadap Produktivitas Jagung Hibrida P-21 (Zea mays L.). Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 7, No. 1, 2008. Hal 51 - 65.

PT. Petrokimia. 2013. AnjuranUmum Pemupukan Berimbang Menggunakan Pupuk Tunggal. Dalam http://www.petrokimia-gresik.com/Resources/Docs /dosis_pupuk%20tunggal.pdf. Diakses 11 Januari 2013.

Rezkiawan, Awal. Defoliasi dalam http://awalrezkiawan.blogspot.com/2012/ 11/defoliasi.html diakses pada 19 februari 2013.

Sipayung, Sasirinaldo. 2010. Skripsi Peranan Tiga Daun di Sekitar Tongkol Pada Pengisian Biji Tongkol Utama Tanaman Jagung (Zea mays L). Universitas Katolik Santo Thomas. Sumatra Utara. Medan. Hal 38-39.

Soverda, Nerty. Mapegau dan Destri ,Feni.2007. Pengaruh Berbagai Kadar Air Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai Yang diberi Mikoriza vesikular Arbuskular. Jurnal Agronomi Vol. 11 No. 2, Juli – Desember 200. Hal 85-90.

Suprapto H.S dan H.A Rasyid Marzuki. 2005. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 7.

Surtinah. 2005. Hubungan Pemangkasan Organ bagian Atas Tanaman Jagung ( Zea mays, L ) dan Dosis Urea terhadap Pengisian Biji. Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 1 No. 2 Februari 2005. Hal 27-31.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membahas tentang pengaruh edukasi, sosialisasi, dan himbauan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan di KPP

Peneltian ini menggunakan partisipan sebanyak 5 (lima) orang yang peneliti rasa cukup memadai dalam melakukan sebuah peneltian kualitatif-fenomenologis. Peneliti

Sujud Tilawah adalah sujud bacaan, maksudnya dalah sujud yang yang dilakukan baik di dalam sholat ataupun di luar sholat sewaktu membaca atau mendengar bacaan

Puji dan syukur kepada tuhan yang maha esa, tuhan yesus kristus dan roh kudus yang telah memberikan rahmat dan berkat-nya hingga selesainya tugas akhir ini dengan

[r]

The aim of this research is to identify the most common speech acts used in disharmonic condition in “The Young Victoria” movie based on Searle’s Speech Acts

Sebagai binatang bertulang belakang, tulang ikan terdiri dari tulang dasar, tengkorak, tulang belakang/vetebra,tulang dada/iga, serta tulang sirip. Susunan

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan nilai t hitung dan nilai probabilitas f hitung maka dapat disimpulkan bahwa variabel X1 (Inflasi), X2 (Suku bunga BI7DRR),