• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemetaan Kebutuhan Guru Geografi Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemetaan Kebutuhan Guru Geografi Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung Tahun 2013"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PEMETAAN KEBUTUHAN GURU GEOGRAFI TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KABUPATEN WAY KANAN

PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

Oleh

AKHMAD ZULFIKAR KURNIAWAN

Penelitian ini bertujuan memetakan sebaran kebutuhan guru geogarfi di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung tahun 2013. Mendeskripsikan sebaran kebutuhan guru geografi di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung tahun 2013. Mendapatkan informasi tentang latar belakang pendidikan guru geografi di setiap SMA di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung tahun 2013. Sebaran guru geografi yang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan di Kabupaten Way Kanan tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Objek penelitian seluruh Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Way Kanan yaitu berjumlah 32 sekolahan dan memiliki 29 orang guru geografi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara kuesioner dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini adalah memberi informasi bahwa persebaran guru tiap wilayah di Kabupaten Way Kanan masih kurang merata di wilayah Timur masih terdapat kekurangan guru geografi berjumlah 5 orang guru geografi dibandingkan dengan wilayah Utara, Tengah, dan Selatan tidak mengalami kekurangan guru (cukup), sedangkan di wilayah Barat mengalami kelebihan guru sebanyak 5 orang guru geografi. Secara keseluruhan kebutuhan guru geografi adalah 7 orang guru geografi dan berdasarkan status kepegawaiannya kebutuhan guru geografi sebanyak 15 orang guru geografi. Berdasarkan latar belakang pendidikannya kebutuhan guru di Kabupaten Way Kanan sebanyak 10 orang guru geografi yang lulusan S1 Pendidikan Geografi. Dari hasil penelitian, dapat dinyatakan bahwa sebaran guru geografi SMA di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung Tahun 2013 kurang merata dan tidak sesuai dengan jumlah guru yang dibutuhkan pada setiap SMA di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung tahun 2013.

(2)

ABSTRACT

MAPPING OF GEOGRAPHY TEACHERS NEED

SENIOR HIGH SCHOOL ( SMA ) IN THE DISTRICT OF WAY RIGHT LAMPUNG PROVINCE IN 2013

By

AKHMAD ZULFIKAR KURNIAWAN

This study aims to map the distribution of teacher needs geogarfi The Right Way District Lampung Province in 2013. Describing the distribution needs of geography teachers in the District Right Way Lampung Province in 2013. Getting information about the educational background geography teacher in every school in the district of Lampung Province Right Way in 2013 . Distribution of geography teachers in accordance with the amount needed in the district in 2013. The Right Way this study used a descriptive method . The object of research throughout high school ( SMA ) in the District Right Way that are 32 schools and has 29 teachers of geography . Data was collected by means of questionnaires and documentation .

The result of this study is to provide information that the distribution of teachers in the district of each region is still uneven Right Way East region is still a shortage of teachers of geography amounts to 5 teachers of geography than in North, Central , South and there was no shortage of teachers ( enough ) , whereas in Western region had excess teachers as much as 5 teachers of geography . Overall needs geography teacher is 7 geography teacher and based on the employment needs of as many as 15 people geography teacher geography teacher . Based on the needs of teachers' educational background in the Right Way district as much as 10 teachers who graduate S1 geography Geography Education . From the results, it can be stated that the distribution of high school geography teacher in the District Right Way Lampung Province in 2013 was uneven and not according to the number of teachers needed in every high school in the District Right Way Lampung Province in 2013 .

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Akhmad Zulfikar Kurniawan

dilahirkan di Kotabumi pada

tanggal 24 Juli 1991. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Syukrillah dan Ibu Damsi. Penulis telah menyelesaikan Pendidikan Dasar di SD Negeri 1 Negeri Besar pada tahun 2003,

(8)

MOTO

“Keberhasilan bukan untuk diramalkan, tetapi untuk dibangun” (Mario Teguh)

Buatlah rencana hidupmu sendiri,

(9)

PERSEMBAHAN

Terucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya kecilku ini sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku kepada:

Ayahku dan ibuku tersayang (Syukrillah dan Damsi)

Yang telah menjadi sosok yang aku kagumi, yang telah membesarkanku dengan penuh kesabaran, selalu memberikan yang terbaik untukku, menengadahkan tangan setiap sujudnya

untuk mendoakanku, menyemangatiku dan memberikan kekuatan dengan kasih sayangnya yang begitu besar dan selalu mengingatkanku untuk menggapai cita-cita, tak pernah lelah

dalam memberikan dukungan, tegas dan bertanggung jawab.

Yayiku dan mbahku (Muhammad Yusup dan Jumlani)

Yang selalu mendoakanku, memberikan yang terbaik untukku, menyemangatiku dan memberikan kekuatan dengan kasih sayangnya yang begitu besar.

Adik dan ponakan-ponakanku

Yang telah menjadi penyemangat dalam kehidupanku, memberikan senyum, kebahagian, keceriaan dan selalu mendukungku.

Seseorang yang selalu menemaniku (Bety Tri Astuti)

yang telah menjadi adik, sahabat dan seseorang yang selalu memberi motivasi untuk menjadi lebih baik, lebih kuat dalam perjalananan menggapai impian dan memberikan arti pentingnya

tanggung Jawab.

Serta

(10)

ii SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I sekaligus selaku Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, serta memberikan motivasi kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini. Bapak Dedy Miswar, S.Si., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, serta memberikan motivasi kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini. Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si., selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, kritik, dan saran selama penyusunan skripsi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

(11)

iii 2. Dr. Abdurahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja

Sama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 4. Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Pd., selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

6. Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 8. Bapak Gino Vanolli, S.Pd., M.H., selaku Kepala Dinas Pendidikan

Kabupaten Way Kanan yang telah memberikan bantuan serta informasi kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.

9. Kedua orang tuaku tercinta, adik-adikku serta keluarga besarku yang telah memberikan kasih sayang, memberikan do’a, dukungan, semangat dan motivasi serta menantikan keberhasilanku.

(12)

iv Desa Raja Basa Lama 2012 (Adit, Nandes, Mba Rosmawati, Dhita, Duwi, Novi, Eka, Nia, Siti, Meta). Selamat melanjutkan langkah, selamat berjumpa lagi di tangga kesuksesan dalam senyum yang lebih indah.

11. Kekasihku Bety Tri Astuti, terima kasih telah memberikan motivasi dan do’anya untuk menjadi lebih baik dan lebih kuat dalam perjalananan

menggapai impian.

12. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Terima kasih.

Bandar Lampung, 2015 Penulis,

(13)

v

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 12

A.Tinjauan Pustaka ... 12

3. Penggolongan Peta Menurut Kegunaan (Purpose) ... 15

(14)

vi

2. Sistem Informasi Geografi... 18

a. Pengertian Sistem Informasi Geografi (SIG) ... 18

b. Mamfaat Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) ... 19

c. Komponen-komponen Sistem Informasi Geografi (SIG) ... 20

1. Perangkat Keras (hardware) ... 20

6. Data Hasil Pengukuran Lapangan ... 22

7. Data GPS ... 23

h. Latar belakang pendidikan... 36

i. Guru Geografi ... 37

B.Kerangka Pikir ... 38

III. METODE PENELITIAN ... 40

A.Metode Penelitian ... 40

B.Populasi ... 41

C.Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Pariabel ... 41

1. Sebaran guru ... 41

2. Keadaan guru ... 42

3. Kebutuhan Guru ... 42

4. Latar Belakang Pendidikan Guru ... 43

D.Teknik Pengumpulan Data ... 45

1. Kuesioner ... 45

2. Dokumentasi ... 45

E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis .. ... 46

F. Bagan Alur Penelitian ... 47

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A.Tinjauan Umum Daerah Penelitian ... 48

1. Keadaan Geografi ... 48

a. Sejarah Singkat Kabupaten Way Kanan ... 48

b. Administrasi Pemerintahan Kabupaten Way Kanan ... 50

(15)

vii

d. Klimatologi Kabupaten Way Kanan ... 55

2. Demografi Kabupaten Way Kanan ... 56

3. Kependidikan Kabupaten Way Kanan ... 60

B.Deskripsi dan Anaisis Pembahasan ... 62

1. Sebaran Jumlah Guru Berdasarkan Mata Pelajaran di Kabupaten Way Kanan Tahun 2013 ... 62

2. Kebutuhan Guru Geografi Secara Menyeluruh di Kabupaten Way Kanan Tahun 2013 ... 64

a. Wilayah Timur ... 66

b. Wilayah Selatan ... 66

c. Wilayah Barat ... 66

d. Wilayah Utara ... 67

e. Wilayah Tengah ... 67

3. Latar Belakang Pendidikan Guru Geografi Secara Menyeluruh di Kabupaten Way Kanan Tahun 2013 ... 71

a. Wilayah Timur ... 73

b. Wilayah Selatan ... 73

c. Wilayah Barat ... 73

d. Wilayah Utara ... 74

e. Wilayah Tengah ... 74

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 80

A.Simpulan ... 80

B.Saran ... 81

(16)

viii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sebaran Sekolah Menengah Atas (SMA), Jumlah Guru, dan Jumlah Guru Geografi Baik Negeri Maupun Swasta di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung Tahun 2013 ... 5 2. Luas Kabupaten Way Kanan Menurut Kecamatan Tahun 2011 ... 52 3. Jarak Dari Ibukota Kabupaten Ke Ibukota Kecamatan Tahun 2011 di

Kabupaten Way Kanan. ... 54 4. Sifat Hujan, Curah Hujan, dan Banyaknya Hari Ujan Setiap Bulan di

Kabupaten Way Kanan Tahun 2011 ... 56 5. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Persentasenya Per

Kecamatan di Kabupaten Way Kanan Tahun 2011 ... 57 6. Kepadatan Penduduk di Kabupaten Way Kanan Tahun 2011 ... 59 7. Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Di Kabupaten

Way Kanan Tahun 2007-2011 ... 60 8. Jumlah Sekolah, Guru Dan Murid Menurut Status Dan Tingkat

Sekolah Di Kabupaten Way Kanan Tahun 2011 ... 60 9. Jumlah Guru Berdasarkan Mata Pelajaran di Kabupaten Way Kanan

Tahun 2013 ... 63 10. Analisi Kebutuhan Guru Perwilayah Di Kabupaten Way Kanan ... 68 11. Analisi Latar Belakang Pendidikan Guru Perwilayah Di Kabupaten Way

(17)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta Persebaran Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten

Way Kanan Tahun 2013 ... 6

2. Bagan Subsistem-subsistem SIG ... 20

3. Bagan Kerangka Fikir ... 39

4. Bagan Alur Penelitian ... 47

5. Grafik Luas Kabupaten Way Kanan Tahun 2011 ... 53

6. Grafik Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Persentasenya Per Kecamatan di Kabupaten Way Kanan Tahun 2011 ... 58

7. Peta Administrasi Kabupaten Way Kanan Tahun 2013... 61

8. Peta Persebaran Kebutuhan Guru Geografi Di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Way Kanan Tahun 2013 ... 65

9. Peta Persebaran Latar Belakang Guru Geografi Di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Way Kanan Tahun 2013 ... 72

(18)

x DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 86 2. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Kebutuhan Guru Geografi SMA di

Kabupaten Way Kanan Tahun 2013 ... 88 3. Latar Belakang Pendidikan dan Sertifikasi Guru SMA di Kabupaten

(19)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan peta dari waktu ke waktu dirasa semakin diperlukan diberbagai kalangan baik oleh kalangan pendidikan, perencanaan wilayah, ilmuan administrasi, dan sebagainya (Juhadi dan Dewi Liesnor, 2001:1).

Peta merupakan alat untuk melakukan komunikasi antara pembuat peta dan pengguna peta, sehingga peta dituntut untuk dapat menyajikan fungsi dan informasi dari obyek yang digambarkan secara optimal. Peta menggambarkan fenomena geografikal dalam wujud yang diperkecil dan mempunyai kegunaan yang luas apabila didesain dengan tujuan khusus. Kegunaan peta antara lain untuk kepentingan pelaporan (recording), peragaan (displaying), analisis (analysing), dan pemahaman dalam interaksi (interlation-ship). Sebagai alat bantu, peta mempunyai peranan penting bagi manusia terutama dalam melakukan pengamatan lapangan, laporan penelitian, atau dalam mempelajari berbagai fenomena yang berkaitan dengan kehidupan manusia.

(20)

2

Dalam penelitan ini yang dimaksud SIG (Sistem Informasi Geogarfi) suatu sistem yang digunakan untuk mengolah data kebutuhan guru geografi tingkat SMA di Kabupaten Way Kanan tahun 2013 dan menampilkannya dalam bentuk peta digital atau print out.

Pendidikan merupakan sarana meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan yang memadai akan membuat manusia mempunyai kesempatan memperbaiki kehidupannya. Untuk mencapai ini semua maka kebijaksanaan pemerintah merupakan tombak utama dalam perbaikan pendidikan itu sendiri sesuai dengan salah satu tujuan Negara Indonesia yaitu ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Untuk mencapai itu semua maka kebijaksanaan pemerintah merupakan tombak utama dalam perbaikan pendidikan itu sendiri. Salah satu kebijaksanaan tersebut adalah pemerataan dan perluasan pendidikan agar seluruh rakyat Indonesia dapat memperoleh pendidikan secara layak dan berkualitas. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 yakni mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.

(21)

3

kunci yang menentukan efektif tidaknya proses belajar mengajar, termasuk penggunaan sarana lainnya.

Menurut Nursid Sumaatmadja (2001:22) bahwa hakikat pendidikan adalah:

”salah satu proses yang berlandaskan usaha yang sadar tujuan, yang kegiatannya

diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian, proses pendidikan itu berwawasan kepentingan anak didik sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat.

Salah satu upaya meninggkatkan mutu pendidikan dan pemerataan pendidikan adalah dengan cara menyediakan guru yang berkualitas dan profesional, dan sebab guru merupakan salah satu komponen yang mempunyai peran sangat penting, dan menjadi ujung tombak dalam meningkatkan mutu pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut guru sebagai sumber daya pendidikan memegang peranan yang sangat strategis terutama berkaitan dengan usaha membantu siswa dalam mengembangkan potensinya tentu dibutuhkan kemampuan profesional guru.

Hampir seluruh kegiatan yang dikelola sekolah selalu berkaitan dengan guru. Kegiatan pokok sekolah tidak akan berjalan lancar bila tidak didukung oleh tenaga guru yang berkualitas. Sebagai tenaga profesional, guru juga diharapkan tidak hanya memiliki kualifikasi akademik, namun juga harus memiliki kompetensi yang memenuhi persyaratan.

(22)

4

kualitas pendidikan. Oleh karena itu untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang baik maka guru harus memiliki kemampuan dasar mengajar yang sesuia dengan latar belakang pendidikan.

Hal ini lebih ditegaskan pada Pasal 29 PP RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional yang berbunyi pendidik pada pendidikan dasar dan menengah masing-masing memiliki:

1. Kualifikasi akademik minimal S1 dan D IV

2. Latar belakang pendidikan tinggi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan

3. Sertifikasi profesi guru dengan jenis dan tingkat sekolah tempat kerjanya, dan dalam melaksanakan tugas, guru memilki kewajiban untuk melaksanakan wajib mengajar 24 (dua puluh empat) jam tatap muka.

(23)

5

Berikut merupakan gambaran kondisi jumlah guru di setiap SMA baik Negeri maupun Swasta di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung Tahun 2013

Tabel 1. Sebaran Sekolah Menengah Atas (SMA), Jumlah Guru, dan Jumlah Guru Geogarfi Baik Negeri Maupun Swasta di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung Tahun 2013

No Kecamatan Nama Sekolah Jumlah Guru

Jumlah Guru Geografi

1 Banjit SMA N 1 Banjit 31 1

SMA Islam Bina Sejahtera Banjit 16 1

SMA Muhammadiyah Banjit 17 1

SMA Pangastuti Blambangan Umpu 15 1

4 Buay Bahuga SMA N 1 Buay Bahuga 22 1

SMA Pondok Modern Makkah Negara Batin 9 0

SMA Hidayatul Muslihin Negara Batin 11 0

9 Negeri

SMA Persiapan Rebang Tangkas 11 1

13 Way Tuba SMA N 1 Way Tuba 31 4

SMA Bima Suci Way Tuba 20 1

14 Bahuga Tidak Terdapat Sekolah Menengah Atas - -

Jumlah 616 29

(24)

6

(25)

7

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Sulistiawati I (2012) tentang Pemetaan Kebutuhan Guru Geografi Tingkat SMA Di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Provinsi Sumatra Selatan Tahun 2012. Metode penelitian yang digunakan adalah Metod deskriptif, sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu koesioner dan dokumentasi serta teknik analisis data yang digunakan adalah analisa deskriptif. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 27 SMA di Kabupaten OKU. Jumlah guru yang mengajar geografi berjumlah 34 guru, 11 guru tetap, 23 guru honorer, serta hanya 16 guru yang sudah sertifikas. Media yang sering dipakai duru geografi di Kabupaten OKU peta dan globe serta materi pengindraan jauh dan SIG merupakan materi yang susah untuk di ajarkan, relevansi latar belakang pendidikan guru geogarfi yaitu 17 orang guru lulusan S1 Pendidikan Geografi, 16 orang guru lulusan Non Pendidikan Geografi, dan 1 orang guru lulusan SMEA. Sehingga total kekurangan guru geografi di Kabupaten OKU jika berdasarkan relevansi latar belakang pendidikan yakni 17 orang guru.

(26)

8

yaitu 29 guru, dengan jumlah kebutuhan guru S1 geografi di Kabupaten Lampung Barat sebanyak 33 orang guru, dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Lampung Barat hanya mengalami kekurangan guru geografi sebanyak 4 orang guru atau sebesar 12,12% Hasil penelitian ini menyatakan bahwa sebaran guru S1 Pendidikan Geografi di SMA Kabupaten Lampung Barat adalah tidak merata.

Dari penelitian sejenis diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul Pemetaan Kebutuhan Guru Geografi Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Way Kanan Tahun 2013.

B. Identifikasi Masalah

1. Belum tersedianya peta tentang sebaran kebutuhan guru geogarfi SMA di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung tahun 2013.

2. Kebutuhan guru geografi SMA di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung tahun 2013

3. Latar belakang pendidikan guru geografi SMA di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung tahun 2013

4. Sebaran guru geografi yang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan di Kabupaten Way Kanan tahun 2013

C. Rumusan Masalah

(27)

9

2. Bagaimanakah kebutuhan guru geografi SMA setiap wilayah di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung tahun 2013 ?

3. Bagaimanakah latar belakang pendidikan guru geografi SMA setiap wilayah di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung tahun 2013 ?

4. Apakah persebaran guru geografi telah sesuai dengan jumlah guru yang dibutuhkan pada setiap SMA di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung tahun 2013 ?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk memetakan sebaran kebutuhan guru geogarfi SMAsetiap wilayah di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung tahun 2013.

2. Untuk mendeskripsikan sebaran kebutuhan guru geografi SMA setiap wilayah di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung tahun 2013.

3. Untuk mendapatkan informasi tentang latar belakang pendidikan guru geografi SMA setiap wilayah di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung tahun 2013. 4. Untuk mengetahui jumlah guru geografi SMA yang dibutuhkan setiap wilayah di

Kabupaten Way Kanan tahun 2013

E. Kegunaan Penelitian

1. Dapat dijadikan bahan informasi dan pertimbangan dari dinas pendidikan mengenai kebutuhan guru geografi sehingga tidak terdapat sekolahan yang mengalami kekurangan guru geografi

(28)

10

3. Dapat dijadikan bahan informasi dan pertimbangan dari dinas pendidikan mengenai kebutuhan guru sehingga tidak terdapat sekolahan yang mengalami kekurangan guru.

4. Memberikan sumbangan ilmu pendidikan terutama bidang pendidikan dan sebagai referensi bagi para peneliti masalah lain yang relevan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup objek adalah keadaan guru geogarfi, masalah kebutuhan guru geografi dan kesesuaian latar belakang pendidikan guru yang mengajar geogarfi 2. Ruang lingkup subjek adalah guru yang mengajar geogarfi

3. Ruang lingkup tempat 32 SMA di Kabupaten Way Kanan Provonsi Lampung Tahun 2013.

4. Ruang linkup waktu tahun 2013

5. Ruang lingkup ilmu adalah Kartografi dan Sistem Informasi Geografi (SIG)

(29)

11

(30)

12

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Peta

a. Pengertian Peta

Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003:13) bahwa peta adalah gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil sebagai kenampakannya jiak dilihat dari atas dengan tambahan tulisan-tulisan sebagai tanda pengenal. Lebih lanjut menurut Soetarjo soedjosoemarno dalam Dedy Miswar (2010:7) peta adalah suatu lukisan dengan tinta dari seluruh atau sebagian muka bumi yang diperkecil dengan perbandingan ukuran yang disebut dengan skala atau kedar. Dengan demikian peta adalah gambaran permukaan bumi yang diperkecil dengan skala.

(31)

13

Peta dalam sebuah penelitian sangat diperlukan terutama yang berorientasi pada wilayah atau ruang tertentu di muka bumi. Peta diperlukan sebagai petunjuk lokasi wilayah, alat penentu lokasi pengambilan sampel di lapangan, sebagai alat analisis untuk mencari satu output dari beberapa input peta (tema peta berbeda) dengan cara tumpangsusun beberapa peta (overlay), dan sebagai sarana untuk menampilkan berbagai fenomena hasil penelitian seperti peta kepadatan penduduk, peta daerah bahaya longsor, peta daerah genangan, peta ketersediaan air, peta kesesuaian lahan, peta kemampuan lahan, dan sebagainya. Data-data yang dapat dibuat peta adalah data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.

b. Fungsi Peta

Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi.

b. Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi.

c. Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara, gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya.

d. Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui kondisi daerah yang akan diteliti.

e. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah. f. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan. g. Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.

(32)

14

c. Penggolongan Peta

Peta dibuat untuk berbagai tujuan dan kepentingan, sehingga terdapat berbagai tema dan judul peta. Namun dari berbagai tema dan tujuan peta tersebut dapat digolongkan dalam beberapa tema besar. Penggolongan peta sangat diperlukan untuk mengetahui fungsi dan kegunaan peta secara tepat dan pemilihan atau pencarian peta secara cepat.

Peta dapat dikelompokkan menurut bentuk peta, isi peta, skala peta, tujuan atau fungsi peta, simbol peta, tema peta, dan sebagainya. Kadang juga penggolongan peta tersebut tidak tepat untuk suatu kepentingan tertentu, misalnya skala 1:50.000, merupakan skala detail bagi seorang pendidik sebagai alat peraga, namun untuk kepentingan perencanaan bidang tertentu skala detail adalah 1:1.000. perbedaan kepentingan tersebut masih dapat diatasi dengan memilih dasar pedoman klasifikasi peta yang lain.

1. Penggolongan Peta Menurut Isi (Content):

a) peta umum atau peta rupabumi atau dahulu disebut peta topografi, yaitu peta yang menggambarkan bentang alam secara umum di permukaan bumi, dengan menggunakan skala tertentu. Peta-peta yang bersifat umum masuk dalam kelompok ini seperti peta dunia, atlas, dan peta geografi lainnya yang berisi informasi umum.

(33)

15

c) Peta navigasi (Chart), peta yang dibuat secara khusus atau bertujuan praktis untuk membantu para navigasi laut, penerbangan maupun perjalanan. Unsur yang digambarkan dalam chart meliputi route perjalanan dan faktor-faktor yang sangat berpengaruh atau sangat penting sebagai panduan perjalanan seperti lokasi kota-kota, ketinggian daerah, maupun kedalaman laut.

2. Penggolongan Peta Menurut Skala (Scale) a) Peta skala sangat besar : > 1:10.000

b) Peta skala besar : < 1:100.000–1:10.000 c) Peta skala sedang : 1:100.000–1:1.000.000 d) Peta skala kecil : >1:1.000.000

3. Penggolongan Peta Menurut Kegunaan (Purpose) a) Peta pendidikan

b) Peta ilmu pengetahuan c) Peta navigasi

d) Peta untuk aplikasi teknik e) Peta untuk perencanaan

Mengingat teknik, tujuan dan skala yang bermacam-macam, maka peta dapat digolongkan menjadi:

a. Atas dasar skala peta

 Peta skala kecil : < 1:250.000

(34)

16

 Peta skala sangat besar : > 1:2.500

b. Atas dasar isinya

 Peta umum (peta topografi, dll)  Peta khusus (peta tematik)

c. Atas dasar pengukurannya

 Peta terestris dan peta fotogramteri

d. Atas dasar penyajiannya  Peta garis

 Peta foto  Peta digital

e. Atas dasar hirarkinya  Peta manuskrip  Peta dasar  Peta induk  Peta turunan

d. Komponen Peta

1. Judul Peta

(35)

17

2. Skala Peta

Skala adalah perbandingan jarak antara dua titik di peta dengan jarak sebenarnya dari dua titik di peta. Jarak sebenarnya disebut jarak horisontal kedua titik tersebut di permukaan bumi. Skala peta harus selalu dicantumkan pada peta, karena dapat digunakan untuk memperkirakan atau menghitung ukuran sebenarnya di permukaan bumi. Sebaiknya skala peta diletakkan di bagian tengah bawah judul peta secara simetris.

3. Orientasi atau Petunjuk Arah

Orientasi peta adalah suatu tanda petunjuk arah peta, bukan arah mata angin. Arah yang ditampilkan pada peta hanya arah utara saja dengan posisi arah utara selalu menghadap keatas, sesuai dengan utara grid (grid North).

4. Garis Tepi Peta

Garis tepi peta atau garis bingkai peta merupakan gari yang membatasi informasi peta. Semua komponen dalam garis tepi peta atau dengan kata lain tidak ada informasi yang berada di luar garis tepi peta.

5. Koordinat Peta

Koodinat pada peta merupakan salah satu unsur penting, karena koordinat menunjukkan lokasi absolut di bola bumi.

6. Legenda atau Keterangan Peta

(36)

18

legenda peta harus dibuat secara benar dan baik serta pada posisi yang serasi dan seimbang.

7. Inset Peta

Tempat atau bagian yang kosong pada komposisi peta sebaiknya diisi dengan inset peta, yaitu peta yang letaknya tersendiri pada bagian dalam garis tepi dengan skala tertentu dan garis tepi.

8. Sumber dan Tahun Pembuatan Peta

Sumber peta harus dicantumkan pada peta karena berdasarkan sumber peta dapat diketahui kebenaran peta yang dibuat.

9. Nama Pembuat

Nama pembuat peta merupakan unsur peta yang perlu untuk dicantumkan. Nama pembuat peta dicantumkan di luar garis tepi peta, karena nama pembuat peta bukan merupakan komponen pokok peta tetapi merupakan informasi pendukung saja.

2. Sistem Informasi Geografi

a. Pengertian Sistem Informasi Geografi (SIG)

(37)

19

sebuah perangkat lunak yang berbasis data untuk dapat menganalisis dan memungkinkan pencarian data yang mudah dalam suatu sistem informasi yang disebut Sistem Informasi Geografi. Sistem Informasi Geografis (SIG) menjadi salah satu sarana penyampaian informasi. Terutama untuk informasi-informasi yang berhubungan dengan data spasial.

Menurut Eddy Prahasta (2002:4) Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu teknologi baru yang pada saat ini menjadi alat bantu (tools) yang sangat esensial dalam menyimpan, manipulasi, menganalisis, dan menampilkan kembali kondisi-kondisi alam dengan bantuan data atribut dan data spasial.

b. Mamfaat Aplikasi Sisten Informasi Geografi (SIG)

Sistem Informasi Geografi (SIG) atau Geographic Information System (GIS) dapat menangani solusi solusi dari beberapa bidang. Sistem informasi juga dapat membantu menyajikan berbagai data yang ada pada kondisi di lapangan. Beberapa contoh aplikasi-aplikasi pemanfaatan Sistem Informasi Geografi diantaranya:

1) Aplikasi SIG di bidang pariwisata yaitu dalam inventarisasi daerah pariwisata dan analisis potensi daerah unggulan untuk pariwisata.

2) Aplikasi SIG di bidang sumberdaya alam yaitu dalam inventarisasi, manajemen, dan kesesuaian lahan untuk pertanian,perkebunan, kehutanan, perencanaan tataguna lahan, analisis daerah rawan bencana alam, dan sebagainyai.

3) Aplikasi SIG di bidang perencanaan yaitu dalam perencanaan pemukiman transmigrasi, perencanaan tata ruang wilayah, perencanaan kota, perencanaan lokasi dan relokasi industri, pasar, pemukiman, dan sebagainya.

4) Aplikasi SIG di bidang kependudukan atau demografi yaitu dalam penyusunan data pokok, penyediaan informasi kependudukan/sensus, dan sosek (sosial dan ekonomi) sistem informasi untuk kepentingan pemilihan umum dan sebagainya.

(38)

20

Dalam sistem informasi geografis terdapat subsistem-subsistem dalam SIG itu sendiri meliputi Data Input, Data Output, Data Management, dan Data Manipulation and Analysis. Keempat subsistem tersebut akan salaing berkaitan antara satu sama lain. Dapat dilihat pada gambar skema berikut:

Gambar 2. Bagan subsistem-subsistem SIG

c. Komponen-komponen Sisten Informasi Geografi (SIG)

Sistem Informasi Geografi memiliki sistem yang kompleks dan biasanya terintegrasi dengan sistem-sistem komputer tingkat fungsional dan jaringan. Komponen- komponen yang terdapat dalam yang terdapat dalam sistem informasi geografi adalah

1 Perangkat Keras (hardware)

Perangkat keras untuk SIG meliputi perangkat keras yang bekerja sebagai pemasukan data, pemrosesan data, penyajian hasil, dan penyimpanan (storage). Perangkat keras yang sering digunakan antara lain adalah Digitizer, scanner, Central Procesing Unit (CPU), mouse , printer, plotter.

Data Manapulation & analysis

Data Input Data Output

(39)

21

2. Perangkat lunak (software)

Software SIG harus memiliki spesifikasi sebagai Database Management System (DBMS), fasilitas untuk input dan manipulasi data geografis, fasilitas untuk query, analisis, dan visualisasi serta Graphical User Interface (GUI) yang baik untuk mempermudah akses fasilitas yang ada. Beberapa perangkat lunak misalnya: R2V, Arc view, Idrisi, ARC/INFO, ILWIS, MapInfo, dan lain-lain.

3. Data

Data SIG atau disebut data geospatial dibedakan menjadi data spasial dan data attribute. Data grafis mempunyai tiga elemen yaitu titik (node), garis(arc), dan luasan/ area (polygon), dalam bentuk vector ataupun raster yang mewakili geometri topologi, ukuran, bentuk, posisi, dan arah. Tujuh fenomena geografis yang dapat diwakili dalam bentuk titik, garis, dan polygon/area, yaitu: data kenampakan, unit area, jaringan topologi, catatan sampel, data permukaan bumi, label/teks pada data, simbol data.

4. Sumber Daya Manusia

Teknologi SIG tidaklah bermanfaat tanpa manusia yang mengelola sistem dan membangun perencanaan yang dapat diaplikasikan sesuai kondisi nyata. Suatu proyek SIG akan berhasil jika di manage dengan baik dan dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan.

d. Sumber Data Spasial

(40)

22

1. Peta Analog

Peta analog adalah peta dalam bentuk cetakan. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, sehingga sudah mempunyai referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata angin dan sebagainuya. Peta analog dikonversi menjadi peta digital dengan berbagai cara. Referensi spasial dari peta analog memberikan koordinat sebenarnya di permukaan bumi pada peta digital yang dihasilkan. Biasanya, peta analog direpresentasikan dalam format vektor. Peta analog antara lain peta topografi, peta tanah dan lain sebagainya.

2. Data Dari Sistem Penginderaan Jauh

Data Pengindraan Jauh dapat dikatakan sebagai sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediaanya secara berkala. Dengan adanya bermacam-macam satelit di ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa menerima berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format raster. Data dari penginderaan jauh antara lain citra satelit, foto-udara, dan lainnya.

3. Data Hasil Pengukuran Lapangan

(41)

23

4. Data GPS

Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor.

e. Sistem Pemasukan Data

Sistem Informasi Geografi mempunyai tahapan dalam pemasukan data. Pada bagian adalah penjelasan mengenai teknik memasukkan data spasial dari sumber-sumber di atas ke dalam SIG, antara lain digitasi, penggunaan GPS, dan konversi dari sistem lain.

Sistem Informasi Geografis (SIG) / Geographic Information System (GIS) adalah suatu sistem informasi berbasis komputer, yang digunakan untuk memproses data spasial yang ber-georeferensi (berupa detail, fakta, kondisi, dan lain sebagainya) yang disimpan dalam suatu basis data dan berhubungan dengan persoalan serta keadaan dunia nyata (real world). Manfaat SIG secara umum memberikan informasi yang mendekati kondisi dunia nyata, memprediksi suatu hasil dan perencanaan strategis.

(42)

24

pendidkan mengenai kebutuhan guru geografi sehingga tidak terdapat sekolahan yang mengalami kekurangan guru geografi.

3. Guru

a. Pengertian Guru

Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dari pengertian tersebut, tersirat bahwa seorang guru mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional khususnya di bidang pendidikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya seorang guru memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

(43)

25

fasilitator yang mencoba menolong menyiapkan kondisi agar siswa dapat bebas merasakan dan mengembangkan emosional, intelektual dan motoriknya. (Abraham H. Maslow, Carl R. Roge dalam Nana Sujana, 1991:170).

Berdasarkan pengertian diatas, maka jelas bahwa tugas seorang guru adalah mengelola proses pembelajaran di kelas bukan hanya sebagai satu-satunya sumber belajar (teacher) tetapi beralih sebagai:

1. Pelatih (Coach) yaitu untuk mendorong siswa menguasai m,ateri pelajaran, memotivasi siswa untuk kerja keras dan mencapai prestasi tinggi.

2. Pembimbing (Conselor) yaitu berperan sebagai sahabat bagi anak didiknya. 3. Manajer belajar (manager of learning) yaitu untuk membimbing siswa untuk

mengambil prakarsa dan ide-ide baru.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya seorang guru memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b. Persyaratan Guru

Di dalam Bab IV Pasal 8 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, disebutkan bahwa: ”guru wajib memiliki kualifikasi

(44)

26

Terkait dengan hal di atas, terdapat beberapa persyaratan untuk menjadi guru. Adapun persyaratan menjadi guru menurut Roestiyah N. K (1994), yaitu sebagai berikut .

1. Persyaratan fisik, yaitu kesehatan jasmani, maksudnya seorang calon guru harus berbadan, tidak berpenyakit menular, dan tidak memiliki cacat tubuh yang dapat mengganggu kelancaran tugasnya mengajar di muka kelas.

2. Persyaratan psikis, yaitu tidak mengalami gangguan penyakit jiwa atau penyakit syaraf, yang tidak memungkinkan menunaikan tugasnya dengan baik, selain itu juga diharapkan memiliki bakat dan minat keguruan.

3. Persyaratan moral, yaitu sifat susila dan budi pekerti luhur, maksudnya calon guru dan pendidikan adalah mereka yang sanggup berbuat suatu kebajikan, serta bertingkah laku yang dapat dijadikan teladan bagi masyarakat.

4. Persyaratan intelektual dan akademis, yaitu yang mengenai pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari lembaga pendidikan guru yang memberikan bekal untuk memberikan tugas pendidikan formal di sekolah.

(45)

27

c. Kriteria Profesional Guru

Guru adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai keahlian khusus. Sebagai suatu profesi, maka harus memenuhi kriteria profesional (hasil Lokakarya Pembinaan Kurikulum Pendidikan Guru UPI, dalam Oemar Hamalik: 2004) sebagai berikut.

a. Fisik

1. Sehat jasmani dan rohani

2. Tidak mempunyai cacat tubuh yang bias menimbulkan ejekan/cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik.

b. Mental/kepribadian

1. Berkepribadian/berjiwa pancasila. 2. Mampu menghayati GBHN.

3. Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang kepada anak didik

4. Berbudi pekerti luhur.

5. Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada secara maksimal.

6. Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa.

7. Mampu mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab yang besar akan tugasnya.

8. Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi. 9. Bersifat terbuka, peka, dan inovatif.

10. Menunjukkan rasa cinta kepada profesinya. 11. Ketaatannya akan disiplin.

12. Memiliki sense of humor. c. Keilmiahan/pengetahuan

1. Memahami ilmu yang melandasi pembentukkan pribadi.

2. Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu menerapkannya dalam tugasnya sebagai pendidik.

3. Memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan.

4. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang yang lain. 5. Senang membaca buku-buku ilmiah.

6. Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama yang berhubungan dengan bidang studi.

7. Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar. d. Keterampilan

1. Mampu berperan sebagai organisator dalam proses belajar mengajar. 2. Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan struktural,

(46)

28

4. Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik mengajarb yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan.

5. Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan.

6. Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatan seorang guru yang profesional jika memenuhi kriteria-kriteria yang telah dipaparkan di atas yakni meliputi kriteria fisik, mental/kepribadian, keilmiahan/pengetahuan, dan keterampilan, di mana keempat kriteria tersebut harus dipenuhi, sehingga pada proses belajar mengajar seorang guru mampu menjalankan tugasnya dengan baik dan keempat criteria tersebut dapat berkolaborasi dengan seimbang.

d. Tugas dan Peran Guru

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian. Sebab orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus sebagai guru profesional yang harus menguasai penndidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2005:38), guru memiliki beberapa tugas yaitu: 1. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan,

dan pengalaman-pengalaman.

2. Membentukk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar negara kita pancasila.

(47)

29

5. Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik kearah kedewasaan, pendidikan maha kuasa, tidak dapat membentuk anak sesuai dengan kehendaknya.

6. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.

7. Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata tertib dapat berjalan bila guru dapat menjalani terlebih dahulu.

8. Guru sebagai administator dan manajer. 9. Pekerjaan guru sebagai suatu profesi. 10.Guru sebagai perencana kurikulum. 11.Guru sebagai pemimpin.

12.Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.

Selain menjalankan tugas, seorang guru juga memiliki peran dalam proses pembelajaran. Adapun guru dalam interaksi belajar mengajar menurut Roestiyah N. K (1994) adalah sebagai berikut:

1. Guru sebagai Fasilitator, adalah menyediakan situasi dan kondisi yang dibutuhkan oleh individu yang belajar.

2. Guru sebagai pembimbing, ialah memberikan bimbingan siswa dalam interaksi belajar agar siswa mampu dengan lancar dan berhasil secara efektif dan efisien.

3. Guru sebagai motivator, ialah pemberi dorongan semangat agar siswa mau dan giat belajar

4. Guru sebagai Organisator, ialah mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar siswa maupun guru.

5. Guru sebagai manusia sumber, ialah guru dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa, baik pengetahuan, keterampilan maupun sikap.

Menurut Furqan Hidayatullah (2010:25), seorang guru harus memiliki beberapa karakter mulia, agar bisa berhasil menginternalisasikan pendidikan karakter terhadap anak didiknya. Beberapa karakter yang harus dimiliki guru tersebut, diantaranya:

(48)

30

2. Kompeten, yaitu kemampuan seorang pendidik dalam menyelenggarakan pembelajaran dan kemampuan memecahkan berbagai masalah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

3. Kerja keras, yaitu kemampuan mencurahkan atau mengerahkan seluruh usaha dan kesungguhan potensi yang dimiliki sampai akhir masa suatu urusan hingga tujuan tercapai.

4. Konsisten, yaitu memiliki kemampuan melakukan sesuatu dengan istiqomah, fokus, sabar dan ulet serta melakukan perbaikan terus menerus.

5. Sederhana, yaitu mampu mengaktualisasikan sesuatu secara efektif dan efisien. 6. Mampu berinteraksi secara dinamis dalam jalinan emosional antara guru dan

anak didik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

7. Melayani secara maksimal, dalam hal ini guru harus membantu, melayani dan memenuhi kebutuhan peserta didik agar potensinya dapat diberdayakan secara optimal.

Berdasarkan penjelasan tersebut, seorang guru tentunya harus dapat menempatkan dirinya sesuai dengan tugas dan petrannya sebagai seorang guru, sehingga dengan penempatan diri yang tepat maka proses pembelajaran pun dapat berjalan dengan baik dan lancar, dan apa yang telah direncanakan dapat terwujud.

e. Beban Kerja Guru

Pada PP No 74 Pasal 52 ayat 1-3 yang berisi :

(1) Beban kerja Guru mencakup kegiatan pokok:

(49)

31

b. melaksanakan pembelajaran;

c. menilai hasil pembelajaran;

d. membimbing dan melatih peserta didik; dan

e. melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja Guru.

(2) Beban kerja Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

(3) Pemenuhan beban kerja paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) Minggu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dengan ketentuan paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satuan pendidikan tempat tugasnya sebagai Guru Tetap.

Pada PP No 74 Pasal 54 ayat 1-9 yang berisi:

(50)

32

(2) Beban kerja wakil kepala satuan pendidikan yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu atau membimbing 80 (delapan puluh) peserta didik bagi wakil kepala satuan pendidikan yang berasal dari Guru bimbingan dan konseling atau konselor.

(3) Beban kerja ketua program keahlian satuan pendidikan yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.

(4) Beban kerja kepala perpustakaan satuan pendidikan yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.

(5) Beban kerja kepala laboratorium, bengkel, atau unit produksi satuan pendidikan yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.

(6) Beban kerja Guru bimbingan dan konseling atau konselor yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan.

(51)

33

(8) Beban kerja pengawas satuan pendidikan, pengawas mata pelajaran, atau pengawas kelompok mata pelajaran dalam melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional Guru dan pengawasan yang ekuivalen dengan paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam pembelajaran tatap muka dalam 1 (satu) minggu.

(9) Ketentuan lebih lanjut tentang beban kerja pengawas yang ekuivalen dengan 24 (dua puluh empat) jam tatap muka sebagaimana dimaksud pada ayat (8) ditetapkan oleh Menteri.

f. Kebutuhan Guru

Kebutuhan guru mengacu pada pendapat Beatty (1981) dalam Danial Achmad (1997:15) adalah “ketidaksesuaian”. Ketidaksesuaian yang dimaksud adalah

ketidaksesuaian yang dapat diukur antara pernyataan peristiwa saat ni dan pernyataan yang diinginkan dari suatu peristiwa. Sedangkan menurut Kaufman (1982) dalam Danial Achmad (1997:16), kebutuhan sebagai gambaran antara apa yang ada dan apa seharusnya. Terkait dengan masalah pendidikan, kebutuhan guru adalah jumlah guru yang dibutuhkan pada setiap jenjang pendidikan dasar dan menengah pada waktu tertentu. Kebutuhan guru di setiap sekolah dan jenjang pendidikan adalah berbeda. Hal ini berarti kebutuhan guru SMA pastnya tidak sama dengan kebutuhan guru d sekolah menengah pertama dan sekolah dasar.

(52)

34

perencanaan yang baik, agar tidak terjadi penumpukan tenaga guru di suatu sekolah atau di daerah tertentu tapi dipihak lain terjad kekurangan guru. Jika hal ini terjadi maka perlu perencanaan yang baik agar tidak terjad kelebihan dan kekurangan guru. Terkait dengan hal di atas, maka untuk menghitung kebutuhan guru harus diketahui terlebih dahulu komponen-komponennya yaitu jumlah kelas, jumlah jam bidang studi per minggu, dan jumlah jam maksimum wajb belajar guru per minggu. (Biro Perencanaan Depdikbud, 1987:5)

a. Jumlah kelas, yaitu banyaknya kelas murid yang mengikuti pelajaran bidang studi tertentu pada suatu sekolah.

b. Jumlah jam pada bidang studi per minggu, yaitu jumlah jam untuk setiap kelas pada bidang studi tertentu setiap minggu pada suatu sekolah.

c. Jumlah jam maksimum wajib mengajar guru per minggu, maksudnya adalah jumlah jam wajib maksimum seorang guru untuk mengajar. Jumlah jam maksimum wajib mengajar seorang guru adalah 24 jam.

Pemenuhan kebutuhan guru disetiap daerah merupakan kewajiban dari pemerintah pusat dan daerah, termasuk sebaran dan kualifikasi untuk menjadi seorang guru. Hal ini tercantu dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tentan guru dan dosen IV pasal 24 ayat (1): pemerintah wajib memenuhi kebutuhan guru, baik dalam jumlah, kualifkasi akademik, maupun dalam kompetensi secara baik untuk menjamin keberlangsungan suatu pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal serta untuk menjamin keberlangsungan pendidikan dasar dan menengah yang diselenggarakan oleh pemerintah.

(53)

35

guru di setiap wilayah. Karene itu diperlukan perencanaan yang baik oleh pemerintah daerah tersebut.

g. Sebaran Guru

Pemerintah sudah mengatur tentang pengangkatan dan penempatan pada satuan pendidikan dalam PP 74 tahun 2008 pasal 58 disebutkan bahwa:

(1) Pengangkatan dan penempatan Guru yang diangkat oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Departemen melakukan koordinasi perencanaan kebutuhan Guru secara nasional dalam rangka pengangkatan dan penempatan Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Perencanaan kebutuhan Guru secara nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan mempertimbangkan pemerataan Guru antar satuan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah Daerah dan masyarakat, antarkabupaten atau antarkota, dan antarprovinsi, termasuk kebutuhan Guru di Daerah Khusus.

Berkaitan dengan masalah kebutuhan dan sebaran kepegawaian, dalam pasal 41 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 telah dinyatakan pula bahwa: “pengangkatan, penempatan, dan penyebaran pendidik dan tenaga

kependidikan diatur oleh lembaga yang mengangkatnya berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan formal”. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikemukakan

(54)

36

hak dan kewajiban untuk masalah pengangkatan serta penempatan guru, hal ini terkait dengan merata atau tidaknya persebaran guru.

h. Latar Belakang Pendidikan Guru

Latar belakang pendidikan erat kaitannya dengan profesionalitas tenaga kependidikan. Tenaga kependidikan yang dimaksud adalah seorang guru. Profesinolitas seorang guru akan berdampak kuat terhadap peningkatan kualitas kependidikan, dan peningkatan kualitas pendidikan akan berkonsekuensi logis pada peningkatan kualitas sumber daya manusia yang sangat diperlukan bagi pembangunan bangsa, terutama untuk menghadapi berbagai peluang dan tantangan di era otonomi daerah.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 643), pengertian latar belakang adalah dasar (alasan) suatu tindakan (perbuatan). Sedangkan pengertian pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok oerang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari uraian tersebut penulis berpendapat bahwa pengertian latar belakang pendidikan adalah ijasah pendidikan akademik terakhir yang dimiliki seorang guru.

(55)

37

1. Pendidikan tenaga kependidikan, harus menekankan secara seimbang wawasan akademik, kemampuan adaptasi dan generalisasi, serta jiwa pengabdian kepada masyarakat. Untuk kepentingan ini, kurikulum pendidikan tenaga kependidikan harus mempunyai keseimbangan ketiga ranah tersebut serta diberikan porsi aplkasi yang seimbang pula. Jika perlu dkembangkan, sehingga tamatan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) telah diyakini memiliki kemampuan yang memadai dalam ketiga ranah tersebut.

2. Sistem penyaringan (recruitment) dan penempatan tenaga kependidikan harus secara sungguh-sungguh didasarkan pada prinsip the right man on the right place.

3. Sistem promosi dalam jabatan baik dalam jabatan structural maupun profesional harus didasarkan pada profesionalitas yang ditunjukkan tenaga kependidikan. Serta menjauhkan praktek-praktek promosi dalam jabatan yang didasarkan atas kolusi dan nepotisme.

i. Guru Geografi

Guru Geografi adalah seorang guru lulusan S1 Pendidikan Geografi yang mengajar bidang studi geografi pada suatu SMA. Seharusnya pelajaran geografi di SMA hanya diajarkan oleh lulusan S1 Pendidikan Geografi. Namun pada kenyataannya, kondisi di lapangan tidak selamanya sesuai harapan, yaitu guru lulusan bidang studi non S1 Pendidikan Geografi tetapi mengajar bidang studi geografi.

(56)

38

1. Menguasai hakekat dan struktur keilmuan, ruang lingkup dan objek geografi.

2. Memberikan pendekatan-pendekatan geografi

3. Menguasai materi geografi secara luas dan mendalam 4. Menunjukkan manfaat mata pelajaran geografi.

Jadi apabila guru tersebut yang mengajar bukan dari lulusan non geografi maka akan berdampak pada penurunan terhadap kualitas pendidikan dan dalam proses pembelajaran akan berjalan kurang maksimal karena kualifikasi tersebut akan mempengaruhi kompetensi guru tersebut seperti halnya dalam penguasaan materi-materi geografi.

B. Kerangka Pikir

(57)

39

1. Mencari data tentang keadaan guru yang mengajar geografi

2. Menghitung jumlah kebutuhan guru geografi di setiap SMA di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung tahun 2013

3. Mengidentifikasi latar belakang keadaan guru georafi di setiap SMA di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung tahun 2013

4. Memetakan kebutuhan guru geografi dan relevansi latar belakang pendidikan guru geografi dengan menggunakan komputer

Gambar 3. Bagan Kerangka Pikir 1. Jumlah Kelas

2. Jumlah Jam Bidang Studi Per Minggu 3. Jumlah Maksimum

Wajib Mengajar

Peta Sebaran Kebutuhan Guru

1. Latar Belakang Pendidikan 2. Keadaan Guru

(58)

40

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik maka perlu adanya metode ilmiah, yaitu suatu metode atau cara yang dimaksud dan terdapat dalam suatu ilmu yang disebut metodologi. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. Metode deskriptif menurut Sumadi Suryabrata (2004:76) adalah metode yang bertujuan untuk memecahkan masalah, menyusun data, menjelaskan, menganalisis, dan menafsirkan. Metode deskriptif bertujuan untuk mengambarkan keadaan atau fenomena serta untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan keadaan.

Menurut Mely G. Dalam Ulber Silalahi (2009:28) menyatakan bahwa metode penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau kelompok, tertentu atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara gejala dan gejala lain dalam masyarakat.

(59)

41

B. Populasi

Menurut Hadari Nawawi (2003:141) populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, atau nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006:115), populasi adalah keseluruhan populasi atau jumlah dari objek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Way Kanan yaitu berjumlah 32 sekolahan. Penelitian tersebut seluruhnya dapat diteliti oleh penulis, maka populasi akan dijadikan objek penelitian.

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasinal Pariabel

1. Sebaran Guru

Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dari sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan (Seminar Lokakarya IGI Semarang, 1988 ). Dari pengertian tersebut dapat diambil simpulan bahwa geografi mempelajari gejala-gejala/fenomena dipermukaan bumi dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.

(60)

42

Sebagaimana diungkapkan Zamroni, S.Si (2014: 5) bahwa terdapat empat prinsip-prinsip geografi, salah satunya yaitu prinsip-prinsip distribusi atau persebaran. Prinsip distribusi atau persebaran adalah suatu gejala dan fakta yang tersebar tidak merata di permukaan bumi, yang meliputi bentang alam, tumbuhan, hewan, dan manusia.

Ketersediaan tenaga pendidik atau guru geografi pada SMA setiap wilayah Kabupaten Way Kanan akan beragam jumlahnya. Hal ini sesuai dengan prinsip persebaran yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa gejala atau masalah yang terdapat di ruang muka bumi persebaranya bervariasi. Masalah yang dimaksud dalam penilitian adalah persebaran guru geografi.

2. Keadaan Guru

Dalam penelitian ini keadaan guru yang dimaksud adalah untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang keadaan guru yang mengajar geogarfi SMA di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung. Keadaan guru yang diteliti disini yaitu berdasarkan jenis kelamin, jumlah guru, status guru, media yang sering dipakai saat mengajar, materi geografi yang sulit untuk dikuasi.

3. Kebutuhan Guru

Kebutuhan guru dalam penelitian ini adalah jumlah guru geogarfi yang dibutuhkan di setiap SMA di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung. Terkait dengan hal tersebut. Maka untuk menghitung jumlah kebutuhan guru mengunakan rumus:

(61)

43

Keterangan :

KG = Kebutuhan Guru JK = Jumlah Kelas

JBP = Jumlah Jam Bidang Studi Perminggu

JMG = Jam Maksimal wajib Mengajar Guru Per Minggu (24 jam)

(Sumber: Biro Perencanaan Depdibud, 1987. Perencanaan Akan Kebutuhan Guru. Sekjen Depdikbud. Jakarta).

4. Latar Belakang Pendidikan Guru

Maksud latar belakang pendidikan ini adalah ijazah pendidikan akademik terahir yang dimiliki oleh seorang guru bidang studi geografi di setiap SMA di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung yang mengajarnya adalah bidang studi geografi. Adapun kemungkinan-kemungkinan latar belakang pendidikan yang di miliki oleh guru geografi SMA di Kabupaten Way Kanan Provins lampung adalah adanya kesesuaian dan ketidaksesuaian dengan bidang studi yang diajarkannya yaitu sebagi berikut.

1. Seorang guru geogarfi dikatakan memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang studi yang diajarkan (geografi) jika guru tersebut merupakan lulusan.

a. S1 Pendidikan Geografi

b. D2 atau D3 Pendidikan Geografi dan selanjutnya melakukan penyesuain S1 Pendidikan Geografi

(62)

44

2. Seorang guru geogarfi dikatakan memiliki latar belakang pendidikan yang kurang sesuai dengan bidang studi yang diajarkan (geografi) jika latar belakang pendidikan guru tersebut sebagai berikut.

a. Guru tersebut merupakan lulusan D1 dan D3 Pendidikan Geografi namun tidak melanjutkan ke jenjang S1 Pendidikan geografi

b. Guru tersebut merupakan lulusan D2 dan D3 Pendidikan Geografi namun melanjutkan ke jenjang S1 non Pendidikan Geogarfi

3. Seorang guru geografi dikatakan tidak memiliki latar belakang pendidikan dengan bidang studi yang diajarkan (geografi) jika latar belakang pendidikan guru tersebut adalah sebagai berikut.

a. Guru geografi yang bukan lulusan S1 Pendidikan geografi dan bukan bergelar sarjana Pendidikan Geografi. Dalam hal ini, terdapat beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama, guru tersebut merupakan lulusan sarjana pendidikan tetapi bukan sarjana pendidikan program studi Pendidikan Geografi. Kemungkinan kedua, guru tersebut lulusan S1 tetapi bukan sarjana Pendidikan (Non FKIP).

b. Guru geografi lulusan D2 atau D3 FKIP tetapi bukan progarm studi Pendidikan Geografi

c. Guru geografi lulusan D1, D2 atau D3 yang Non FKIP

(63)

45

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Menurut Sugiono (2007:199), kuesoiner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Dalam hal ini digunakan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien dan cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas serta dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet. Kuesioner dilakukan dengan menggunakan pertanyaan yang telah disusun kemudian kuesioner ini ditunjukan kepada guru yang mengajar geografi Sekolah Menengah Atas (SMA). Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh data mengenai keadaan guru yang mengajar, jumlah guru geografi, jumlah kelas bidang studi geografi, jumlah jam bidang studi geogarfi per minggu, dan relevansi latar belakang pendidikannya.

2. Teknik Dokumentasi

(64)

46

Dalam penelitian ini, dokumentasi yang digunakan adalah data sekunder yang merupakan catatan dan keterangan dari pihak SMA dan Dinas Pendidikan di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung dan referensi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. proses dokumentasi dilakukan pada waktu pengumpulan data baik penelitian pedahuluan dan penelitian hasil. Data yang dikumpulkan dari teknik dokumentasi adalah data jumlah guru yang mengajar geogarfi dan data geografi di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung.

E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis

Dalam Penelitian ini data yang diperoleh dari berbagai sumber dan dengan menggunakan metode pengumpulan yang berbagai cara. dengan pangamatan yang terus-menerus tersebut akan mengakibatkan variasi data tinggi sekali.

(65)

47

F. Bangan Alur Penelitian

Keterangan: : Input

: Proses : Output

Gambar 4. Bangan Alur Penelitian

Data Sekunder Literatur

Pemetaan Kebutuhan Guru Geografi Tingkat Sekolah Menengah Atas ( SMA) Di Kabupaten Way Kanan

Tahun 2013

Data Geospasial

Interprestasi dan Digitasi

Peta Tentatif

Turun Lapangan

Pengukuran Wawancara Dokumentasi

Kembali Ke Lab Pembuatan Peta Tematik

Pembuatan Peta Tematik

Pemetaan Kebutuhan Guru Geografi Tingkat Sekolah Menengah Atas ( SMA) Di Kabupaten Way Kanan

(66)

80

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan data dan pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa Kebutuhan Guru Geografi Pada SMA di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung Tahun 2013 adalah sebagai berikut:

a. Persebaran guru geogarfi ditiap-tiap wilayah di Kabupaten Way Kanan tidak merata seperti wilayah Timur yaitu Kecamatan Negeri Besar, Negara Batin, dan Pakuan Ratu mengalami kekurangan guru geografi sebanyak 5 orang guru. Sedangkan wilayah Utara, Selatan, dan Tengah tidak mengalami kekurangan guru geografi (cukup) atau sudah terpenuhi dan wilayah barat mengalami kelebihan guru geografi sebanyak 3 orang guru.

(67)

81

Kecamatan Gunung Labuhan, Kasui, Negara Batin, Negeri Besar, dan Pakuan Ratu yang mengalami kekurangan guru geografi. Ada juga Kecamatan yang jumlah guru geografinya cukup/ideal yaitu Kecamatan Banjit, Baradatu, Blambangan Umpu, Buay Bahuga, Bumi Agung, Negeri Agung, dan Rebang Tangkas. Kemudian 1 Kecamatan yang mengalami kelebihan guru geograf yaitu Kecamatan Way Tuba.

c. Total kebutuhan guru geografi SMA Negeri di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung Tahun 2013 berdasarkan latar belakang pendidikannya adalah 10 guru yang dibutuhkan lulusan S1 Pendidikan Geografi. Hal ini terjadi akibat dari awalnya banyak terjadi kekurangan guru disetiap SMA di Kabupaten Way Kanan serta minimnya lulusan S1 Pendidikan Geografi sehingga menyebabkan kekurangan guru ini diisi oleh guru yang bukan lulusan S1 Pendidikan Geografi.

d. Dari hasil penelitian, dapat dinyatakan bahwa sebaran guru geografi SMA di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung Tahun 2013 kurang merata dan tidak sesuai dengan jumlah guru yang dibutuhkan pada setiap SMA di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung tahun 2013.

B. Saran

(68)

82

a. Kepada Dinas Pendidikan Provinsi Lampung dan Kabupaten Way Kanan hendaknya di masa mendatang merencanakan suatu sistem persebaran guru Geografi di setiap wilayah di Provinsi Lampung atau di Kabupaten-kabupaten di Lampung khususnya Kabupaten Way Kanan secara merata sehingga kebutuhan guru dapat terpenuhi dan pelayanan mutu pendidikan dapat ditingkatkan.

b. Kepada Dinas Pendidikan Provinsi Lampung dan Kabupaten Way Kanan hendaknya di masa mendatang merencanakan suatu sistem persebaran guru Geografi di setiap SMA secara merata sehingga kebutuhan guru dapat terpenuhi dan pelayanan mutu pendidikan dapat ditingkatkan dan menerapkan sistem penjaringan (recruitment) dan penempatan guru Geografi secara sungguh-sungguh didasarkan pada prinsip the right man on the right place.

(69)

83

Gambar

Tabel 1. Sebaran Sekolah Menengah Atas (SMA), Jumlah Guru, dan Jumlah Guru Geogarfi Baik Negeri Maupun Swasta di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung Tahun 2013
Gambar 1. Peta Persebaran Sekolah Menengah Atas (SMA) Di Kabupaten Way Kanan Tahun 2013
Gambar 2. Bagan subsistem-subsistem SIG
Gambar 3. Bagan Kerangka Pikir
+2

Referensi

Dokumen terkait

persepsi terhadap harga dengan variabel Y minat beli adalah sebesar 28,6% responden yang menyatakan persepsi terhadap harga tinggi, ternyata sebagian besar yaitu 20,8% juga

SMK Negeri 7 (STM Pembangunan) Semarang yang terletak di jalan Simpang lima, kota Semarang ini merupakan tempat dimana praktikan melaksanakan pelatihan PPL tahap

Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh guru PAI dalam pelaksanaan strategi pembelajaran PAI di SMK Islam 1 Durenan diantaranya, ada beberapa guru yang

Selain itu, adanya Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) tentu memiliki hasil atau dampak yang diperoleh dari mengikuti kegiatan FKDT di Kecamatan Bae,

Untuk langkah awal bagi peserta didik pemula pembelajaran kitabah adalah mengenalkan Lambang-lambang grafis sebagai kesatuan fonem yang membentuk kata yang disebut

Beberapa indikasi untuk meningkatkan hal-hal yang berkaitan dengan faktor Perceived Usefulness antara lain: Internet dapat memudahkan guru pencarian bahan ajar lebih

An accurate placement of pitcher depth in soil is important to provide effective soil wetness in the root zone and reduce evaporation rate.. The right placement of pitcher

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilaksanakan dapat di simpulkan bahwa penerapan model pembelajaran tipe numbered head togeteher (NHT) dapat