• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Tentang Pelaksanaan Retribusi Penggantian Biaya Cetak Dokumen Kependudukan dan Catatan Sipil Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 19 Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Tentang Pelaksanaan Retribusi Penggantian Biaya Cetak Dokumen Kependudukan dan Catatan Sipil Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 19 Tahun 2008"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Ali, Faried Ali, dkk, Studi Analisa Kebijakan (Konsep, Teori dan Aplikasi Sampel Teknik Analisa Kebijakan Pemerintahan, Bandung: Aditama, 2012.

Elmi, B. Keuangan Pemerintah Daerah Otonom di Indonesia. Jakarta:UI-Press, 2002.

Fauzan, Muhammad. Hukum Pemerintahan Daerah; Kajian Tentang Hubungan Keuangan antara Pusat dan Daerah, Yogyakarta, UII Press, 2006.

Atmosudirjo, Prajudi. Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995

__________________. Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2001.

Siagian, P.Sondang. Filsafat Administrasi. Jakarta : Bumi Aksara, 2003.

Siagian, M.P. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Press, 2008.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007.

Yani, Ahmad. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2002.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009, Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

(2)

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah

Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 19 tahun 2008 tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Dokumen Kependudukan dan Catatan Sipil.

Jurnal

Kemu, Suparman Zen, Analisis Usulan Pembentukan Perda Mengenai Retribusi Perijinan Pembuangan Limbah Cair Sebagai Langkah Pencegahan Polusi Limbah Cair di Daerah, Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan Vol.9 No.4, hal. 96, Desember 2005.

Tempo Interaktif, Pemerintah Batalkan 448 Perda Bermasalah, Edisi Jum’at 29 April 2005.

Internet

Graziabrigita.blogspot.co.id/2013/02/pengertian-kependudukan-dan-pengertian.html (diakses tanggal 7 Januari 2016).

http://tidakdijual.com/content/pengertian-dan-fungsi-catatan-sipil (diakses tanggal 7 Januarin 2016)

http://padjakdaerah.blogspot.co.id/2012/08/pengertian-pajak-daerah-dan-retribusi.html (diakses tanggal 7 Januari 2015).

(3)

BAB III

PROSEDUR PELAKSANAAN RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK DOKUMEN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL

BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 19 TAHUN 2008

D. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai

Desa Pekan Tanjung Beringin dan desa Pantai Cermin Kanan merupakan

wilayah dari kecamatan Tanjung Beringin dan kecamatan Pantai Cermin yang ada

di kabupaten Serdang Bedagai yang beribukotakan Sei Rampah. Serdang Bedagai

adalah sebuah Kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang.

Proses pemekaran Kabupaten Deli Serdang secara hukum dimulai dari

ditetapkannya keputusan DPRD Kabupaten Deli Serdang nomor: 13/KP/tahun

2002 tanggal 2 Agustus 2002 tentang persetujuan pembentukan / pemekaran

Kabupaten Deli Serdang. Selanjutnya DPRD Propinsi Sumatera Utara melalui

keputusan No: 181/K/2002 tanggal 21 Agustus 2002 menetapkan persetujuan

pemekaran Kabupaten Deli Serdang. DPRD Kabupaten Deli Serdang melalui

keputusan No 26/K/DPRD/2003 tanggal 10 Maret 2003 Menetapkan persetujuan

usul Rencana Pemekaraan Kabupaten Deli menjadi 2 Kabupaten yaitu Kabupaten

Deli Serdang sebagai Kabupaten induk dan Kabupaten Serdang Bedagai sebagai

Kabupaten Pemekaran dengan ibukota Sei Rampah.20

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang

berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten

Serdang Bedagai terletak pada posisi 20 57’’ Lintang Utara, 30 16’’ Lintang

20

(4)

Selatan, 980 33’’ - 990 27’’ Bujur Timur dengan ketinggian berkisar 0 – 500 meter di atas permukaan laut, dengan batas wilayah sebagai berikut:21

1. Sebelah utara dengan Selat Malaka,

2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Simalungun

3. Sebelah timur dengan Kabupaten Asahan dan Kabupaten Simalungun,

4. Sebelah barat dengan kabupaten Deli Serdang.

Dengan ketinggian wilayah 0-500 meter dari permukaan laut. Wilayah

Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari 17 kecamatan yaitu: Pantai Cermin,

Perbaungan, Teluk Mengkudu, Seirampah, Sei Bamban, Tanjung Beringin,

Bandar Khalipah, Tebing Tinggi, Tebing Syahbandar, Sipispis, Dolok Merawan,

Dolok Masihul, Suka Jadi, Kotarih, Silinda dan Bintang Bayu, serta terbagi

menjadi 243 desa, 6 kelurahan dan 1130 dusun, didiami oleh penduduk dari

beragam etnik/suku bangsa, agama dan budaya. Suku-suku yang mendiami

Kabupaten ini diantaranya: Melayu, Karo, Tapanuli, Simalungun, Jawa dan lainya

yang tersebar diberbagai kecamatan yang ada. Sejak terbentuknya Pemerintahan

daerah yang baru, Sei Rampah yang menjadi Ibukota pemerintahannya menjadi

salah satu kota yang maju pesat secara ekonomi. Dan selain kota Rampah,

Kecamatan Perbaungan juga merupakan kota tempat pusat perdagangan yang

menjadi andalan Kabupaten ini. Dalam hal potensi Sumberdaya Alam Serdang

Bedagai memiliki banyak sekali potensi yang dapat dijadikan tambang emas

untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya.

(5)

Dari dahulu, wilayah yang berbatasan dengan Selat Malaka ini dikenal

sebagai daerah perkebunan. Berbeda dengan kabupaten induknya, Deli Serdang,

yang lebih dikenal dengan perkebunan tembakau, Serdang Bedagai hanya

mewarisi perkebunan kelapa sawit, karet, kakao dan sedikit tembakau. Selain itu,

daerah ini juga mendapat sebagian wilayah dataran rendah Deli Serdang di

sebelah timur Perikanan, pertanian Serdangman pangan, industri, dan

perdagangan sedikit banyak mulai berkembang sebelum Serdang Bedagai

memisahkan diri.

Wilayah yang dilewati jalan trans- Sumatera, mengelilingi Kota Tebing

Tinggi, dan berbatasan dengan Selat Malaka merupakan keuntungan tersendiri

untuk modal awal pembangunan sebuah kabupaten baru. Perikanan laut

merupakan harta karun yang belum maksimal dikembangkan. Didukung oleh

garis pantai 98 kilometer dan melewati lima kecamatan, seharusnya perikanan

dapat lebih maju. Perkembangan perikanan budidaya payau sayangnya terbentur

mewabahnya penyakit udang monodon baculo virus (MBV). Tidak sedikit tambak

yang tidak terpakai dan tidak berproduksi lagi. Perikanan laut juga belum

dimanfaatkan sepenuhnya. Padahal, produksi perikanan laut 25.313 ton, lebih

besar dari budidaya air payau. 22

Dua diantara Kecamatan Serdang Bedagai yang memiliki potensi besar

dalam hal perikanan laut namun belum dikelola secara baik adalah Kecamatan

anjung Beringin dan Kecamatan Pantai Cermin. Dan penelitian yang berjudul “Keterkaitan Aktifitas Ekonomi Nelayan Terhadap Lingkungan Pesisir laut” ini

22

(6)

dilakukan di dua desa di kecamatan tersebut. Dan dua desa tersebut adalah desa

Pekan Tanjung Beringin di kecamatan Tanjung Beringin dan di desa Pantai

Cermin Kanan di kecamatan Pantai Cermin. Dua desa ini adalah salah satu

yangmemiliki potensi sumberdaya laut yang tinggi. Namun potensi tersebut belum

mampu menjadikan warga nelayan yang ada di desa tersebut memiliki tingkat

ekonomi yang mapan. Walaupun demikian kondisi fisik wilayah pesisir dan laut

di wilayah ini terlihat memprihatinkan.

E. Proses Pemungutan Retribusi Pengganti Biaya Cetak Dokumen Kependudukan dan Catatan Sipil

Pemungutan retribusi daerah tidak dapat diborongkan, artinya seluruh

proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak

ketiga. Namun, dalam pengertian ini tidak berarti bahwa pemerintah daerah

tidak boleh bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif

dalam proses pemungutan retribusi, pemerintah daerah dapat mengajak

bekerja sama badan-badan tertentu yang karena profesionalismenya layak

dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis

retribusi tertentu secara lebih efisien. Kegiatan pemungutan retribusi yang

tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan perhitungan

besarnya retribusi yang terutang, pengawasan penyetoran retribusi, dan

penagihan retribusi.

Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi

(7)

ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi. Dokumen

lain yang dipersamakan antara lain, berupa karci masuk, kupon dan kartu

langganan. Jika wajib retribusi tertentu tidak membayar retribusi tepat pada

waktunya atau kurang membayar, ia dikenakan sanksi administrasi berupa

bunga sebesar dua persen setiap bulan dari retribusi terutang yang tidak

atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan

Retribusi Daerah (STRD). STRD surat untuk melakukan tagihan retribusi

dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. Tata cara

pelaksanaan pemungutan retribusi daerah ditetapkan oleh kepala daerah.

Untuk tata cara pemungutannya retribusi tidak dapat diborongkan dan

retribusi dipungut dengan menggunakan surat ketetapan retribusi daerah atau

dokumen yang dipersamakan. Pelaksanaan penagihannya dapat dipaksakan,

dalam hal wajib retribusi tertentu kepada mereka yang tidak membayar

tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sangsi administrasi,

berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang

terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan Surat Tagihan

Retribusi daerah (STRD).

Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan

sipil merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang bisa

meningkatkan pendapatan asli daerah. Namun dalam pelaksanaanya, terkadang

tidak sesuai dengan standar tarif yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah.

Retribusi ini dikelola oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

(8)

dengan apa yang ada dalam perda, selama ini kami cuma memungut tarif sesuai

perda. Perda ini sebenarnya 12 tahun mi berjalan tapi sudah berapa kali direvisi,

tarif yang berlaku pun kita sesuaikan dengan yang terbaru”. Oleh karena itu,

besarnya tarif retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta

catatan sipil selalu berlandaskan pada peraturan daerah. Adapun besaran tarif yang

terdapat dalam Perda No. 19 Tahun 2008 tentang retribusi penggantian biaya

cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil adalah sebagai berikut :

Tarif Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga

No Jenis Retribusi Biaya Cetak

Tarif Untuk WNI

(Rp)

Tarif Untuk WNA (RP)

1 KK 4.000 15.000

2 KTP 15.000 25.000

3 Surat Keterangan Pelaporan WNA

a. Kepala Keluarga 0 60.000

b. Istri 0 50.000

c. Anak Usia 16 Tahun ke atas 0 40.000

d. Anak di bawah 16 tahun 0 30.000

4 Kutipan Akta Kelahiran bagi yang berusia tidak

lebih 60 hari bagi WNI dan WNA

0 50.000

5 Kutipan Akta Kelahiran bagi yang berusia lebih 60

hari bagi WNI dan WNA

8.000 60.000

(9)

7 Kutipan Akta Perkawinan yang Pencatatan

Perkawinan dilaksanakan dalam kantor

25.000 150.000

8. Kutipan Akta Perkawinan yang Pencatatan

Perkawinan dilaksanakan di luar kantor

50.000 250.000

9. Kutipan Akta Perceraian 75.000 250.000

10. Catatan Pinggir Pengangkatan Anak 25.000 150.000

11. Catatan Pinggir Pengakuan Anak 25.000 150.000

12. Catatan Pinggir Pengesahan Anak 25.000 150.000

13. Catatan Pinggir Perubahan Nama 25.000 150.000

14. Catatan Pinggir Perubahan Jenis Kelamin 25.000 150.000

15. Catatan Pinggir Perubahan Kewarganegaraan 25.000 150.000

16. Perbaikan Kutipan Akta Kelahiran 8000 50.000

17. Perbaikan Kutipan Akta Perkawinan 25.000 250.000

18. Perbaikan Kutipan Akta Perceraian 75.000 150.000

19. Formulir Biodata Penduduk Orang Asing (F-1.02) 0 50.000

20. Formulir Biodata Penduduk untuk Perubahan

Data/tambahan anggota keluarga (F-1.03)

1.500 50.000

21. Surat Kuasa Pengisian Biodata (F-1.04) 1.500 50.000

22. Surat Pernyataan Perubahan data kependudkan

(F-1.05)

1.500 50.000

23. Formulir Permohonan KK (F-1.06) 1.500 2.750

(10)

Sumber : Perda No. 19 Tahun 2008 Kabupaten Serdang Bedagai

Dalam peraturan daerah No. 19 Tahun 2008 Kab. Serdang Bedagai, masih

ada beberapa retribusi yang dipungut dari masyarakat yang menggunakan jasa.

Peneliti membatasi pada beberapa akta catatan sipil saja, sesuai dengan tabel di

atas.

Dari data di atas, dengan sangat jelas biaya-biaya retribusi yang dipungut

oleh daerah kepada masyarakat yang, memperoleh pelayanan. Dengan adanya

peraturan ini maka pelaksana tugas seharusnya melaksakannya sesuai dengan

yang sudah diatur.

Sama halnya dengan retribusi penggantian biaya cetak KTP dan KK diatas,

biaya pencatatan kelahiran ini juga ada yang tidak sesuai dengan aturan yang ada, 25. Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk WNI

(F-1.08)

1.500 0

26. Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Orang

Asing Tinggal Tetap (F-1.09)

0 50.000

27. Surat Keterangan Pindah Datang Penduduk Orang

Asing Tinggal Terbatas (F-1.10)

0 50.000

28. Surat Keterangan Pindah Sementara (F-1.11) 0 50.000

29. Permohonan Tinggal Sementara (F-1.12) 0 50.000

30. Formulir Pendaftaran Penduduk Orang Asing

Tinggal Terbatas (PP-Tas) (F-1.16)

0 50.000

31. Formulir Keterangan Pindah ke Luar Negeri

(F-1.18)

(11)

dilihat “Tarif pengurusan akte kelahirannya anak ku itu Rp.125.000, tapi belum pi

lagi termasuk perbarui lagi kartu keluarga yang mau diganti juga karena bertambah lagi anak ”

Sesuai dengan apa yang ada dalam peraturan daerah Kabupaten Serdang

Bedagai tata cara pembayaran retribusi yaitu retribusi dibayar atau dilunasi

sekaligus dimuka saat mendaftar untuk mendapatkan pelayanan. Hal ini benar

sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti di kantor dinas

kependuduakan dan catatatn sipil sebagai tempat dilaksanakannya pelayanan ini,

dimana pemohon setelah berkas yang dibutuhkan sudah lengkap kemudian

menuju ke loket pemambayaran sekaligus menyetor kelengkapan berkas untuk

segera diproses. Masyarakat yang melakukan permohon diberikan kwitansi

pelunasan biaya retribusi, dan kemudian disuruh menunggu untuk mendapatkan

apa yang diajukan oleh pemohon.

Setelah melihat data dan pemeparan para informan dalam penelitian ini,

peneliti kemudian mengkroscek apa yang ada di lapangan dengan hasil telusur

dokumen yang dilakukan peneliti yang disajikan dalam bentuk data. Dalam hal ini

mengukur keberhasilan kebijakan pemerintah yang dapat di lihat dari jumlah

warga yang wajib memiliki kartu tanda penduduk dengan seberapa banyak kah

warga yang telah memiliki kartu tanda penduduk.

Setelah peneliti menelusuri dokumen yang berkaitan kependudukan, peneliti

menemukan kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaan program pemerintah

daerah dalam pembuatan kartu tanda penduduk di mana masih banyak warga yang

(12)

Dari tabel data dibawah, kita dapat melihat bahwa masih sangat banyak

warga yang seharusnya memiliki kartu tanda penduduk namun belum

memilikinya. Ini dikarenakan malasnya masyarakat mengurus KTP dan

kurangnya sosialisasi tentang pentingnya memiliki kartu tanda penduduk.

Hal ini merupakan pekerjaan rumah untuk pemerintah daerah untuk

membenahi pendataan tentang kependudukan, serta harus lebih giat untuk

memberikan soasialisasi kepada masyarakat agar mereka mau mengurus kartu

tanda penduduk sebagai identitas diri masing-masing.

Sesuai dengan Pasal 14 Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai

adapun cara pemungutan, Pembayaran dan Pen yetoran Retribusi Penggantian

Biaya Cetak Dokumen Kependudukan Dan Catatan Sipil, yaitu :23

Tata Cara Pemungutan, Pembayaran dan Penyetoran

1. Pemungutan Retribusi dilakukan oleh Instansi Pelaksana ditempat pelayanan.

2. Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.

3. Retribusi dipungut dengan menggunakan dokumen yang ditetapkan dengan

Peraturan Bupati.

4. Pembayaran retribusi harus dilakukan dengan tunai sekaligus lunas.

5. Retribusi disetorkan ke Kas Daerah.

Berdasarkan Pasal 15 Tata Cara Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan

Retribusi

23

(13)

1. Kepala Daerah dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan

retribusi.

2. Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

Asuransi Jiwa Pemilik Kartu Tanda Penduduk Pasal 16

(1) Setiap penduduk WNI yang mempunyai KTP SIAK (5 Tahun) yang masih berlaku

diikutsertakan dalam Asuransi Jiwa.

(2) Tarif Retribusi penggantian biaya cetak KTP WNI sebesar Rp. 15.000,- (lima belas

ribu rupiah) dengan rincian sebagai berikut :

a. retribusi pengganti biaya cetak KTP sebesar...Rp. 5000,- (lima ribu

rupiah)

b. premi asuransi jiwa sebesar Rp. 7500,- (tujuh ribu lima ratus ribu rupiah).

c. biaya administrasi untuk desa/kelurahan sebesar Rp. 2500,- (dua ribu lima ratus

rupiah).

(3) Biaya administrasi untuk desa/kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf

c, akan di setor /diserahkan kepada desa/kelurahan, yang tatacara penyerahannya

akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

(4) Tata cara pengurusan dan klaim dana pertanggungan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), diatur dalam memorandum of understanding (MOU) Perusahaan Asuransi

(14)

F. Pengawasan Pelaksanaan Retribusi Penggantian Biaya Cetak Dokumen Kependudukan dan Catatan Sipil

Fungsi manajemen yang ke empat yaitu pengawasan (controlling). Fungsi

tersebut menyangkut semua aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak manajer atau

pemimpin dalam upayanya memastikan bahwa hasil actual sesuai dengan hasil

yang direncanakan. Pengawasan dimaksudkan disini yaitu proses pemantauan

yang dilakukan oleh tim perparkiran. Pengawasan dalam pelaksanaan pemungutan

retribusi merupakan hal yang sangat urgen.

Tak dapat dipungkiri bahwa pengawasan memegang peranan penting

sebagai upaya dalam meminimalisir ketimpangan-ketimpangan dalam

pemungutan retribusi. Pengawasan merupakan proses pemantauan yang dilakukan

sebagai langkah untuk mengetahui apakah kegiatan pelaksanaan di lapangan

sudah sesuai dengan ketentuan. Dengan pengawasan yang baik maka

ketimpangan-ketimpangan yang dapat mengurangi keberhasilan pemungutan

retribusi parkir bisa diminimalisir.

Demikian halnya dalam pemungutan retribusi penggantian biaya cetak

dokumen kependudukan dan catatan sipil di Kabupaten Sedang Bedagai yang

dilakukan oleh pemerintah Daerah menghindari menekan seminimal mungkin

terjadinya penyimpangan-penyimpangan serta kesalahan lainnya yang mungkin

saja terjadi. Sebab dalam pengelolaan retribusi penggantian biaya cetak dokumen

kependudukan dan catatan sipil di Kabupaten Serdang Bedagai tanpa dilakukan

pengawasan, maka akan mengalami kesulitan dalam mengukur tingkat

(15)

pemungutan retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan

catatan sipil. Dengan pengawasan yang baik maka kecendrungan akan timbulnya

kesalahan yang kurang mendukung keberhasilan dalam pemungutan retribusi

parkir dapat ditekan seminimal mungkin.

Pengawasan penerimaan retribusi penggantian biaya cetak dokumen

kependudukan dan catatan sipil dan pelaksanaan perencanaan di lapangan di

Kabupaten Serdang Bedagai yaitu dilakukan dalam dua bentuk pengawasan yaitu

pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung. Pengawasan langsung di

lakukan oleh Kabag.Produksi dan pengawasan tidak langsung dilakukan oleh

Dinas Pendapatan.

1. Pengawasan Langsung

Pengawasan langsung dalam hal ini dilakukan oleh Kabag yang langsung

mengadakan peninjauan dan pemeriksaan atas pelaksanaan kegiatan di lapangan

yang berhubungan dengan pemungutan retribusi penggantian biaya cetak

dokumen kependudukan dan catatan sipil dan peninjauan letak parkir yang sesuai

dengan aturan dan tidak melewati batas.

2. Pengawasan Tidak Langsung

Adapun pengawasan tidak langsung dilakukan melalui laporan-laporan

secara tertulis kepada atasan, dimana dengan laporan tertulis tersebut dapat dinilai

sejauh manakah bawahan melaksanakan tugasnya sebagai mana mestinya.

Pelaksanaan kegiatan pengawasan pada dasarnya diupayakan untuk meningkatkan

penerimaan daerah khususnya pada retribusi parkir, sehingga dengan upaya

(16)

pemungutan retribusi parkir dan meningkatkan target yang ditetapkan pada setiap

tahun anggaran serta dapat tercapai seperti tahun-tahun sebelumnya.

Berbicara tentang arti pengawasan dalam hukum administrasi negara maka

hal ini sangat erat kaitannya dengan peranan aparatur pemerintah sebagai

penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintah dan pembangunan. Tugas umum

aparatur pemerintah dan tugas pembangunan haya dapat dipisahkan, akan tetapi

tidak dapat dibedakan satu samalain. Aparatur pemerintah dalam melaksanakan

tugas pemerintahan juga sekaligus melaksanakan tugas pembangunan, demikian

juga halnya aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas pembangunan

bersamaan juga melaksanakan tugas pemerintahan. Supaya perencanaan dan

program pembangunan di daerah dapat berjalan sesuai dengan apa yang

diharapkan, maka hendaknya diperlukan pengawasan yang lebih efektif di

samping dapat mengendalikan proyek-proyerk pembangunan yang ada di daerah.

Dengan demikian untuk lebih memperjelas arti pengawasan dalamkacamata

hukum administrasi negara yang akan dilakukan oleh aparatur pengawasan maka

berikut ini penulis akan mengemukakan pendapat guru besar hukum administrasi negara Prayudi Atmosudirdjo menyatakan bahwa : “Pengawasan adalah proses

kegiatan-kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan atau

diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan atau

diperintahkan”24

Tujuan pengawasan adalah untuk mempermudah mengetahui hasil

pelaksanaan pekerjaana dari aparatur pemerintah di daerah sesuai dengan

24

(17)

tahap yang telah ditentukan sebelumnya, dan sekaligus dapat melakukan tindakan

perbaikan apabila kelak terjadi penyimpangan dari rencana/program yang telah

digariskan. Sejalan dengan itu pemerintah pusat dalam hal melakukan

pengawasan di daerah, juga melakukan pelimpahan bidang pengawasan ini

kepada setiap Gubernur, dan Bupati. Di samping itu gubernur dengan aparatur

pemerintah Daerah seharusnya melakukan pengendalian terhadap semua

proyek-proyek daerah, inpres dan sebagainya dalam arti untuk mengetahui tahap-tahap

kemajuan hasil pelaksanaan pekerjaan untuk dilaporkan kepada Presiden melalui

Menteri Dalam Negeri.

Sebagai langkah awal dari pada pengawasan tersebut pelaksanaannya

harus dilakukan dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab. Karena dengan

pengawasan yang terarah berarti hal tersebut dapat digunakan sebagai bahan

penilaian unit kerja aparatur pemerintah. Dengan demikian maka tujuan

pengawasan dimaksud dapat meningkatkan pembinaan, penyempurnaan,

penertiban aparatur pemerintah. Dari sisi lain dapat dirasakan manfaat dari adanya

pengawasan, yaitu sebagai berikut :

1. Diperolehnya data yang dapat diolah dan selanjutnhya dijadikan dasar bagi

usaha perbaikan kegiatan di masa yang akan datang dan meliputi berbagai

aspek antara lain : perencanaan, organisasi, bimbingan, pengarahan dan

lain-lain termasuk kegiatan profesional.

2. Memperoleh cara bekerja yang paling efisien, tepat serta berhasil dengan cara

(18)

3. Memperoleh data tentang adanya hambatan-hambatan dan

kesukaran-kesukaran yang dihadapi dapat dikurangi ataupun dihindari.

4. Memperoleh data yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan cara kerja

aparatur pemerintah dalam berbagai bidang.

5. Agar mudah diketahui sudah sejauhmana tujuan yang hendak dicapai sudah

dapat direalisasikan

(19)

BAB IV

KENDALA DALAM PELAKSANAAN RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK DOKUMEN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN

SIPIL BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 19 TAHUN 2008

A. Kendala dalam Pelaksanaan Retribusi Penggantian Biaya Cetak Dokumen Kependudukan dan Catatan Sipil Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 19 Tahun 2008

Berbagai keterbatasan yang ada pada masyarakat saat ini dapat menjadi

kendala bagi mereka dalam mencari pelayanan publik yang diselenggarakan oleh

pemerintah. Kendala tersebut bisa saja dalam bentuk memahami aturan-aturan

yang telah ditetapkan atau prosedur pelayanan. Penyelenggaraan pelayanan publik

yang akuntabel adalah pelayanan yang memberikan solusi bagi masyarakat

apabila masyarakat tersebut mengalami kesulitan dalam memahami aturan-aturan

atau prosedur pelayanan yang diterapkan. Solusi atau jalan keluar yang diberikan

adalah solusi yang terbaik bagi masyarakat pengguna jasa yang dilakukan secara

tulus dan bukan sebaliknya bersyarat sehingga pelayanan menjadi sangat

kompleks dan rumit.

Birokrasi pada dasarnya adalah pelayan masyarakat, sehingga sudah

menjadi kewajiban bagi seorang pelayanan untuk melayani dan membantu

tuannya dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi tuannya. Dalam memenuhi

(20)

yang kesulitan. Menghadapi hal seperti ini tentu dibutuhkan suatu tindakan

diskresi dari petugas pelayanan, agar masyarakat pengguna jasa tidak

membutuhkan waktu dan bolak-balik untuk mengurus persyaratan yang kurang

tersebut.

Dari fakta di atas dapat diketahui ada tindakan petugas terhadap

masyarakat yang tidak memenuhi persyaratan pelayanan. Ada petugas yang mau

memprosesnya walaupun persyaratan tidak lengkap, sehingga urusan tersebut

dapat selesai. Namun ada petugas yang tetap memprosesnya, tapi persyaratan

yang kurang harus diurus dahulu, sehingga urusannya akan selesai setelah

persyaratan yang kurang tersebut diselesaikan. Tapi ada petugas yang menolak

memberikan pelayanan, pada hal masyarakatlah yang membiayai

penyelenggaraan pelayanan tersebut melalui pajak. Untuk itu perlu

disosialisasikan kepada petugas bahwa masyarakat merupakan raja yang harus

dilayani oleh birokrasi. Apabila masyarakat mengalami kesulitan atau tidak

memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam rangka mendapatkan

pelayanan, maka petugas hendak tetap bersikap baik dalam melayani masyarakat.

Prioritas terhadap kepentingan publik pelayanan publik yang akuntabel

adalah pelayanan yang menempatkan kepentingan masyarakat pengguna jasa

sebagai prioritas utama dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Berbagai

sumber daya yang dimiliki oleh organisasi harus digunakan dan diprioritaskan

untuk memenuhi kepentingan masyarakat pengguna jasa. Dengan memberikan

prioritas pada pemenuhan kepentingan masyarakat pengguna jasa di atas

(21)

eksistensi masyarakat sebagai pengguna jasa. Dalam penyelenggaraan pelayanan

publik di Kabupaten Serdang Bedagai, prioritas pemenuhan

kepentingan/kebutuhan masyarakat belum sepenuhnya dapatdirealisasikan.

Berbagai sumber daya yang dimiliki organisasi tidak sepenuhnya

dikonsentrasikan untuk pemenuhan kepentingan pelayanan masyarakat akan tetapi

juga dikonsentrasikan untuk kepentingan lain. Ada aparat pelayanan selain

mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan juga dibebani oleh tugas-tugas

lain yang tidak ada hubungannya dengan tugas pelayanan, seperti tugas menjadi

panitia hari besar nasional, piket jaga malam di kantor dengan kompensasi tidak

masuk kerja pada keesokan harinya, tugas membersihkan lingkungan kantor.

Bagi petugas pelayanan yang kebetulan perempuan harus ikut kegiatan

PKK, Dharma Wanita. Bahkan bagi petugas perempuan yang bersuamikan

seorang Pegawai Negeri Sipil atau aparat TNI-POLRI dengan tugas pada instansi

yang berbeda juga mempunyai kewajiban untuk ikut aktif dalam kegiatan PKK,

Dharma Wanita, Persit, Bayangkari di tempat suaminya bekerja.

Tugas-tugas tersebut belum termasuk kegiatan kegiatan lain yang

seringkali dilakukan oleh seorang aparat dalam rangka kepentingan pribadinya

atau keluarganya, seperti; mengantar dan menjemput anak ke sekolah, pergi

belanja kebu tuhan sehari-hari ke pasar apabila hari pasar atau sekedar

minum/ngobrol di warung kopi. Berbagai tugas dan pekerjaan sampingan yang

dilakukan tersebut berdampak pada terbengkalainya tugas pokok pelayanan dan

(22)

Hal tersebut dapat di atasi dengan menunjuk petugas pembantu. Petugas

pembantu ini bertugas membantu petugas utama dan menggantikan petugas utama

bila tidak berada ditempat atau berhalangan. Dengan adanya petugas pembantu

ini, akan dapat memberikan pelayanan terhadap masyarakat pengguna jasa,

sehingga waktu tunggu pengguna jasa tidak lebih lama

Dalam implementasi suatu kebijakan tertentu dipengaruhi oleh berbagai

faktor, begitupun dengan Perda No. 19 Tahun 2008 tentang Retribusi Penggantian

Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Catatan Sipil. Dalam

Mengimplementasikan peraturan daerah ini, pastilah implementator mengalami

suatu kendala dan kendala tersebut bisaa juga disebut dengan faktor penghambat

dan adapun yang mendudukung lancarnya peraturan daerah ini

diimplementasikan, bisa juga disebut faktor pendukung.

Kendala dalam pelaksanaan retribusi penggantian biaya cetak dokumen

kependudukan dan catatan sipil berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serdang

Bedagai Nomor 19 Tahun 2008, antara lain

1. Faktor Pendukung

Pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah ada beberapa faktor yang

mendudukung untuk terlaksananya sesuai dengan apa yang telah direncanakan

dalam peraturan daerah, yang akan dirincikan dibawah ini.

2. Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementator,

seperti komitmen, kejujuran dan sifat demokratis. Apabila implementator

(23)

seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementator

memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka

proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

Sikap dan komitmen dari para pelaksana terhadap program khususnya dari

para pelaksana yang menjadi implementator dari program, dalam hal ini adalah

aparatur.

Komitmen dari pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai mengenai

kebijakan ini sangat tinggi. Seperti yang diungkapkan oleh Informan 6

mengatakan bahwa :

“Kalau ditanya soal komitmen, pastinya kami sangat yakin kebijakan

masalah retribusi ini akan kami maksimalkan untuk melaksanakanya,

apalagi sekarang masyarakat mulai mi sadar untuk mengurus KTP maupun

akta catatan sipil jadi pendapatan daerah setiap tahun akan meningkat dari retribusi ini”.

Sejalan dengan pernyatan Informan 6, Informan 4 menjelaskan bahwa : “Masyarakat dari tahun ketahun sudah mulaimi sadar untuk datang

membuat surat akta catatan sipilnya, jadi masalah pelaksanan kebijakan ini

akan bisa berjalan dengan baik”.

Hal ini memberikan pandangan bahwa meskipun pelaksanaan kebijakan

ini belum sampai sesuai dengan yang diharapkan, namun dengan komitmen

pemerintah melalui Dinas Kependudukan dan catatan sipil akan mengupayakan

(24)

semua. Karna dengan berjalan lancarnya kebijakan ini maka sumber penghasilan

daerah dari retribusi ini bisa semakin bertambah.

b. Faktor Penghambat

Pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah ada beberapa faktor yang

menghambat untuk terlaksananya sesuai dengan apa yang telah direncanakan

dalam peraturan daerah, yang akan dirincikan dibawah ini.

1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor utama dalam

pengimplementasian suatu kebijakan. Kegagalan yang sering terjadi dalam

implementasi kebijakan salah satunya disebabkan oleh sumberdaya yang tidak

mencukupi, memadai, serta berkompeten di bidangnya. Kuantitas sumber daya

manusia tidak akan ada artinya bila tidak dibarengi dengan kompetensi yang

dimiliki sesuai dengan tugas yang akan dilaksanakan.

Dalam hal implementasi kebijakan retribusi penggantian biaya cetak kartu

tanda penduduk dan akta catatan sipil, tentu saja diperlukan pelaksana guna

mendudukung terlaksananya program dengan baik. Tanpa adanya personil untuk

melaksanakan suatu program, maka kebijakan apapun tidak dapat berjalan dan

hanya akan tinggal sebagai dokumen tanpa realisasi. Oleh karena itu ketersediaan

pelaksana yang cukup serta berkompetensi dalam mendorong kebijakan sangat

diperlukan. Sumber daya yang dimakasud disini adalah aparatur dinas terkait

dengan kesadaran masyarakat.

Luasnya peranan dan fungsi setiap aparat untuk mengambil tindakan

(25)

individunya sehingga aparatur akan terdorong untuk selalu menjaga sikap dan

komitmen dalam melakukan tugas-tugas dan fungsinya secara sungguh-sungguh

dan terfokus.

Berdasarkan wawancara selaku Pejabat Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil, menjelaskan bahwa :25

“Sebenarnya kalau dari segi sumber daya dalam hal ini jumlah pegawai di

dinas masih sangat kurang, dimana masih beberapa posisi strategis belum

ada yang mendudukinya. Tapi kami tetap jalan dengan kondisi ini”.

Dari hasil wawancara di atas diketahui bahwa peranan sumber daya

manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting demi kelancaran suatu

program atau kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Melihat dari

pernyataan kepala dinas dan sub bagian umum dan kepagawaian, seharusnya

pemerintah daerah harus melihat juga sumber daya yang ada sebelum

mengelurkan suatu kebijakan agar kebijakan yang dikeluarkan bisa berjalan

dengan baik dan lancar.

2. Komunikasi

Komunikasi sangat menentukan keberhasilan suatu pencapaian tujuan dari

implementasi kebijakan publik. Keberhasilan implementasi kebijakan masyarakat

agar implementator mengetahui apa yang harus dilakukan, apa yang menjadi

tujuan dan sasaran kebijakan mensyaratkan agar implementator mengetahui apa

yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus

25

(26)

ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga akan

mengurangi distorsi implementasi.

Apabila tujuan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak

diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi

resistensi dari kelompok sasaran.

Komunikasi amatlah penting peranannya karena suatu program hanya

dapat dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para pelaksananya. Hal ini

menyangkut proses penyampaian informasi atau transmisi kejelasan dari

informasi tersebut.

Dari hasil wawancara yang dilakukan di dinas kependudukan dan catatan

sipil serta di beberapa wilayah di kabupaten Serdang Bedagai, beberapa masalah

pada bagian komunikasi. “Sebenarnya perda ini sudah lama digunakan tapi kan

selalu direvisi oleh pemda, soal penyampaiaannya kami sudah sebarkan kepada

seluruh camat, lurah se kabupaten Serdang Bedagai supaya disampaikan kepada

masyarakat. Tapi saya juga tidak tau kalau masyarakat belum tahu semua tentang

perda ini”.26

“Masalah kebijakan perda ini kami selalu sampaikan kepada masyarakat,

tapi Cuma kepada masyarakat yang datang dan memerlukan pengantar camat

untuk ke dinas baru kita sampikan. Kalau untuk menyampaikan secara luas kami

masih mengupayakannya untuk melaksanakannya”.

26

(27)

Dari uraian di atas dilihat bahwa masalah sosialisasi peraturan yang

dikeluarkan oleh pemerintah dareah sejauh ini masih belum maksimal, karena

penyampaian informasi ini belum merata kepada seluruh masyarakat.

3. Struktur Birokrasi

Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan yang telah diputuskan secara

politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik, karena ketika struktur

birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan

menyebabkan sumber-sumber daya menjadi tidak efektif dan menghambat

jalannya kebijakan.

Implementasi kebijakan publik merupakan salah satu tahapan penting dari

keseluruhan proses kebijakan. Keputusan kebijakan yang merupakan sebuah

harapan ideal diwujudkan dalam kenyataan melalui implementasi. Terdapat

kesenjangan yang ditemukan dalam implementasi yaitu suatu keadaan dimana

dalam proses kebijakan akan terbuka kemungkinan terjadi perbedaan antara apa

yang diharapkan oleh pembuat kebijakan dengan yang seharusnya tercapai.

Secara umum, setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah

sebelum pasti telah melakukan kajian mendalam sebelum merancang suatu

kebijakan, dalam hal ini dinas kependudukan dan catatan sipil yang

bertanggungjawab atas bagaimana inplementasi kebijakan ini.

“Dari segi kebijakan dalam bentuk perda itu sudah sangat bagus dan jelas,

dan kami telah berupaya untuk bisa menjalankanya sebaik mungkin agar

(28)

kekurangan pegawai untuk bisa menjalakan kebijakan ini karena masih ada posisi-posisi startegis belum ada yang mendudukinya”.

Dari uraian di atas bahwa struktur birokrasi memang memiliki peranan

yang sangat penting dalam implementasi kebijakan. Sehingga pemerintah daerah

harus memperhatikan semua element dalam pengimplementasian kebijakan yang

akan dikeluarkan.

4. Etika Pelayanan

Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat etika pelayanan

petugas adalah sapaan terhadap masyarakat pengguna jasa. Sapaan tersebut,

seperti; “ Selamat pagi/siang, ada yang bisa kami bantu?”. Sapaan tersebut

seharusnya menjadi ucapan yang wajib bagi aparat birokrasi dalam menyambut

masyarakat pengguna jasa yang baru datang. Sapaan yang disertai dengan

senyuman dan sopan merupakan wujud penghargaan dan penghormatan yang

paling sederhana dari aparat birokrasi kepada masyarakat pengguna jasa, karena

hal tersebut bisa membangun citra yang baik terhadap birokrasi. Pengamatan yang

dilakukan di lapangan menunjukkan bahwa masih ada keengganan aparat

birokrasi dalam memberikan sapaan kepada masyarakat pengguna jasa

5. Budaya Paternalisme

Budaya paternalisme dalam kinerja pelayanan publik menunjuk pada

hubungan antara pemimpin, yang berfungsi dan berkedudukan sebagai ayah,

dengan masyarakat, yang berkedudukan sebagai anak. Dalam konteks system

pelayanan publik, paternalisme memiliki dua dimensi. Pertama, hubungan

(29)

hubungan paternalisme yang terjadi antara pimpinan instansi atau atasan dengan

para aparat staf pelaksana atau bawahan. Paternalisme yang pertama lebih

menujuk pada hubungan yang bersifat eksternal, sedangkan paternalism yang

kedua menujuk pada hubungan yang bersifat internal, yakni di dalam organisasi

birokrasi sendiri. Budaya paternalistik dalam kehidupan birokrasi terlihat dari

sikap dan perilaku bawahan terhadap atasan. Bawahan akan patuh dan taat pada

perintah pimpinan. Perintah pimpinan adalah segalanya bagi bawahan, meskipun

harus meninggalkan tugas pokok. Bawahan enggan bahkan tidak berani menolak

tugas yang diberikan pimpinan, meskipun tugas tersebut tidak sesuai dengan tugas

pokoknya atau bukan dalam pelaksanaan tugas organisasinya. Pimpinan juga

dianggap sebagai sumber pengetahuan dan penentu kebijakan, sehingga bawahan

seringkali bahkan selalu harus meminta petunjuk kepada pimpinan dalam setiap

melaksanakan tugasnya. Hal ini tercermin dari setiap surat atau telahaan staf yang

dibuat bawahan kepada atasannya, selalu ada kata-kata meminta petunjuk

pimpinan pada akhir surat.

Dalam pengelolaan PAD, ada banyak faktor yang menjadi penghambat,

sehingga potensi penerimaan yang ditemukan atau yang diperoleh sulit untuk

direalisasikan. Permasalahan dalam proses pengelolaan penerimaan PAD untuk

setiap jenis penerimaan terdapat perbedaan cara penanganan atau pengelolaannya.

Secara umum kendala dalam merealisasikan potensi antara lain adalah :27

27

(30)

a. Perangkat hukum di daerah, terutama keberadaan perda yang ada masih

didasarkan pada UU yang lama, sehingga potensi penerimaan yang ditemukan

atau yang diperoleh sulit untuk direalisasikan.

b. Belum konsisten para penegak hukum administrasi kalangan birokrat pemda

dalam memberikan sanksi terhadap subjek hukum yang melalaikan kewajiban

wajib pajak dan retribusi dalam membayar pajak daerah dan retribusi daerah.

Petugas lebih cenderung menggunakan pendekatan persuasif dan toleransi

dalam melakukan penegakan hukum.

c. Kelemahan di lingkungan aparatur pemerintah daerah, baik pejabat yang

mengambil keputusan penetapan pajak dan retribusi, maupun pelaksana

lapangan dalam melakukan identifikasi terhadap jenis kegiatan atau usaha

yang wajib dikenakan pajak atau retribusi daerah serta minimnya ketersediaan

data base potensi objek pajak dan retribusi daerah.

d. Kurangnya informasi dan sosialisasi terhadap dinamika kebijakan pajak

daerah dan retribusi daerah yang dapat menimbulkan kurang kepedulian dari

warga masyarakat untuk segera membayar pajak dan retribusi daerah tatkala

mendekati jatuh tempo.

e. Masih lemahnya pengawasan termasuk intrumennya, sehingga menimbulkan

tidak optimalnya pencapaian realisasi sesuai dengan target yang telah

ditetapkan.

Faktor yang amat penting dan mempengaruhi daerah dalam menetapkan

target pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah adalah situasi dan kondisi

(31)

kedua hal ini dapat dikatakan sebagai dua sisi mata uang dan dapat menentukan

hitam-putihnya realisasi penerimaan. Kegiatan ekonomi yang melaju pesat dengan

ditopang oleh kestabilan kondisi sosial politik daerah yang menentukan akan

memberikan peluang bagi daerah untuk mengoptimalkan pencapaian target yang

didukung oleh kemampuan dan kesadaran masyarakat untuk memenuhi

kewajibannya dalam membayar pajak daerah dan retribusi daerah.

Peraturan daerah yang dianggap bermasalah kebanyakan disebabkan oleh

keinginan masing-masing daerah untuk mendongkrak PAD. Perda tersebut

bermasalah karena disebabkan oleh faktor kapasitas finansial yang kecil untuk

membiayai 11 kewenangan wajib sebagaimana tertuang dalam undang-undang

Pemerintahan Daerah. Karena keterbatasan fiskal tersebut maka dibuatlah Perda

yang bisa mendongkrak PAD melalui berbagai pungutan. Hal ini memang

dimungkinkan karena Undang-undang pajak dan retribusi daerah memberikan

peluang kepada Pemda untuk berkreasi dalam membuat perda pajak dan retribusi

daerah. Namun sebetulnya perda tersebut hanya efektif untuk jangka pendek.

B. Upaya Mengatasi Kendala dalam Pelaksanaan Retribusi Penggantian Biaya Cetak Dokumen Kependudukan dan Catatan Sipil Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 19 Tahun 2008

Berbagai keterbatasan yang ada pada masyarakat saat ini dapat menjadi

kendala bagi mereka dalam mencari pelayanan publik yang diselenggarakan oleh

pemerintah. Kendala tersebut bisa saja dalam bentuk memahami aturan-aturan

(32)

yang akuntabel adalah pelayanan yang memberikansolusi atau jalan keluar bagi

masyarakat apabila masyarakat tersebut mengalami kesulitan dalammemahami

aturan-aturan atau prosedur pelayanan yang diterapkan. Upaya yang yang

dilakukan bagi masyarakat pengguna jasa yang dilakukan secara tanpa syarat dan

bukan sebaliknya bersyarat sehingga pelayanan menjadi sangat kompleks

danruwet. Birokrasi pada dasarnya adalah pelayanmasyarakat, sehingga sudah

menjadi kewajiban bagi seorang pelayanan untuk melayani dan membantu

tuannya dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi tuannya. Dalam memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan, kadang-kadang masyarakat pengguna jasa ada

yang kesulitan. Menghadapi hal seperti ini tentu dibutuhkan suatu tindakan

diskresi dari petugas pelayanan, agar masyarakat pengguna jasa tidak

membutuhkan waktu dan bolak-balik untuk mengurus persyaratan yang kurang

tersebut.

Tindakan petugas terhadap masyarakat yang tidak memenuhi persyaratan

pelayanan. Ada petugas yang mau memprosesnya walaupun persyaratan tidak

lengkap, sehingga urusan tersebut dapat selesai. Namun ada petugas yang tetap

memprosesnya, tapi persyaratan yang kurang harus diiurus dahulu, sehingga

urusannya akan selesai setelah persyaratan yang kurang tersebut diselesaikan.

Tapi ada petugas yang menolak memberikan pelayanan, pada hal masyarakatlah

yang membiayai penyelenggaraan pelayanan tersebut melalui pajak. Untuk itu

perlu disosialisasikan kepada petugas bahwa masyarakat merupakan raja yang

(33)

memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam rangka mendapatkan

pelayanan, maka petugas hendak tetap bersikap baik dalam melayani masyarakat.

Beberapa pola dan strategi yang bisa dilakukan dalam meningkatkan PAD

terutama terhadap pajak dan retribusi daerah adalah :28

a. Penyederhanaan sistem dan prosedur pajak dan retribusi daerah

1) Harus ada pelayanan prima, dalam artian waktu dan tempat harus jelas

serta sikap yang ramah dari petugas pajak itu sendiri. Untuk tahap awal

bisa dibentuk seperti KP2T untuk pajak dan retribusi daerah, dimana

masyarakat hanya pergi ke satu tempat untuk melakukan pembayaran.

2) Karena sistem tersebut belum efektif maka pemerintah daerah dapat

melakukan sistem jemput bola dimana pajak tersebut langsung dijemput

oleh petugas pajak.

b. Peningkatan pengawasan terhadap penerimaan pajak baik terhadap wajib

pajak maupun petugas pajak. Untuk wajib pajak harus ada kontrol dari

pemerintah daerah terhadap nota penjualan. Sedangkan untuk petugas harus

ada peningkatan WASKAT (pengawasan melekat) dari atasan kepada

bawahan. Bagi retribusi yang instansinya menggunakan karcis dilakukan

dengan cara stop opname karcis agar jelas antara penerimaan dan pengeluaran

pada akhir tahun.

c. Membenahi peraturan-peraturan daerah terkait dengan berbagai jenis pungutan

pajak maupun retribusi.

28

(34)

d. Perlu meminta masukan yang kepada masyarakat dalam pembuatan peraturan

daerah khususnya pajak daerah dan retribusi daerah agar masyarakat tidak

terbebani.

e. Peningkatan SDM, dalam hal ini bisa berupa pemberian pelatihan bagi petugas

pajak (pembinaan tersebut dilakukan oleh atasan).

Secara teoritis, sebetulnya kemampuan keuangan daerah dapat

ditingkatkan dengan intensifikasi dan atau ekstensifikasi. Ekstensifikasi

dimaksudkan disini berupa upaya perluasan pungutan, tapi harus dilakukan secara

hati-hati dengan mempertimbangkan ekonomi nasional. Upaya intensifikasi

adalah upaya meningkatkan kemandirian penerimaan daerah dengan

meningkatkan kinerja pajak dan retribusi daerah yang ada. Upaya ini menuntut

kemampuan daerah untuk dapat mengidentifikasi secara sahih potensi penerimaan

daerah dan kemudian mampu memungutnya dengan berdasar asas manfaat dan

asas keadilan.

Lebih lanjut untuk mencapai hal tersebut berbagai sumberdaya (software

dan hardware) yang digunakan untuk memungut dan strategi pemungutan perlu

segera disiapkan. Dalam jangka pendek, kegiatan yang paling mudah dan dapat

segera dilakukan adalah melakukan intensfikasi terhadap objek atau sumber

pendapatan daerah yang sudah ada melalui penghitungan potensi dengan

penyusunan sistem informasi basis data potensi. Dengan melakukan efektifitas

dan efisiensi sumber atau obyek pendapatan daerah, maka akan meningkatkan

produktivitas PAD tanpa harus melakukan perluasan sumber atau obyek

(35)

Estimasi potensi melalui penyusunan basis data yang dibentuk dan disusun dari

variabel-variabel yang merefleksikan masing-masing jenis penerimaan (pajak,

retribusi dan penerimaan lain-lain) sehingga dapat menggambarkan kondisi

potensi dari suatu jenis penerimaan.

Melalui program penyusunan database potensi diharapkan dapat

menciptakan suatu sistem informasi pendapatan daerah yang dapat secara akurat

memberikan gambaran menyeluruh mengenai data potensi pajak daerah, retribusi

daerah, maupun pungutan-pungutan lainnya sehingga dapat diketahui berapa besar

potensi pendapatan yang dapat digali dan dikembangkan serta dikelola secara

profesional.

Kedudukan legislatif berada di tempat strategis dalam upaya peningkatan

PAD. Peran anggota dewan dalam hal ini adalah pada tingkat kebijakan (policy).

Dalam setiap kebijakan yang dihasilkan, para dewan harus mempertimbangkan

unsur kelayakan dan kemudahan jenis pungutan serta dapat menjamin keadilan

baik secara vertikal maupun horizontal. Kelayakan pungutan terjadi jika biaya

koleksi jauh lebih kecil dari penerimaan pajak. Secara teori biaya koleksi meliputi

biaya administrasi, biaya kepatuhan (compliance), dan biaya ekonomi.

Keadilan pungutan terjadi jika pungutan telah memperhatikan asas

manfaat dan asas kemampuan membayar dari wajib pajak. Upaya kelayakan dan

keadilan ini diwujudkan dalam bentuk penentuan tingkat pajak dan tarif retribusi.

Dewan juga dapat berpartisipasi terhadap mekanisme sistem dan prosedur koleksi

terutama pada pengawasan. Dalam kaitannya dengan hal ini, dewan dapat

(36)

penentuan potensi, dewan dapat terlibat untuk melihat dan memperkirakan secara

langsung masing-masing potensi objek pajak atau retribusi. Jika dewan

benar-benar mampu menjalankan fungsinya secara baik dalam kebijakannya dalam

rangka untuk optimalisasi daerah serta benar-benar pengawasannya, maka

optimalisasi PAD akan benar-benar terwujud.29

Sebetulnya Perda yang sudah dihasilkan sebaiknya tidak harus selalu

diteliti terlebih dahulu oleh Kementerian Dalam Negeri, karena belum tentu

Kementerian Dalam Negeri akan maksimal meneliti. Perda tingkat

Kabupaten/Kota bisa saja dilakukan verifikasi di tingkat Provinsi karena akan

lebih efektif dan efisien. Jika telah lolos dari provinsi masih ada kewenangan

pusat untuk meneliti dan membatalkan.

Ketiadaan kontrol publik terhadap penyelenggaraan pelayanan publik akan

menyebabkan terjadinya peyimpangan dan menjadikan pelayanan publik semakin

jauh dari nilai-nilai atau norma-norma yang ada di tengah masyarakat. Kontrol

publik ini juga bisa dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat. Keberadaan

Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang pemerintahan terutama

dalam pelayanan publik, sebenarnya bisa mengatasi permasalahan ini. Di

Kabupaten Serdang Bedagai, Lemabaga Swadaya Masyarakat itu telah ada,

namun hanya memfokuskan kegiatannya terhadap permasalahan yang terjadi pada

Pemerintah Kabupaten secara keseluruhan saja, sehingga banyak masyarakat

yangtidak tahu dengan keberadaan mereka.

29

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

C. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, dapat ditarik kesimpulansebagai berikut :

1. Pengaturan retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan

catatan sipil di Kabupaten Serdang Bedagai, yaitu Undang-undang No. 34

Tahun 2000; UU No. 36 Tahun 2003; UU No. 23 Tahun 2014; UU No. 33

Tahun 2004; PP No. 66 Tahun 2001; PP No. 55 Tahun 2005; PP No. 58

Tahun 2005; PP No. 38 Tahun 2007; Perda No. 30 Tahun 2007, Perda No.

19 tahun 2008.

2. Prosedur pelaksanaan retribusi penggantian biaya cetak dokumen

kependudukan dan catatan sipil berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

Serdang Bedagai Nomor 19 Tahun 2008, yaitu Pemungutan Retribusi

dilakukan oleh Instansi Pelaksana ditempat pelayanan. Pemungutan

Retribusi tidak dapat diborongkan. Retribusi dipungut dengan

menggunakan dokumen yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pembayaran retribusi harus dilakukan dengan tunai sekaligus lunas.

Retribusi disetorkan ke Kas Daerah.

3. Kendala dalam pelaksanaan retribusi penggantian biaya cetak dokumen kependudukan dan catatan sipil berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

Serdang Bedagai Nomor 19 Tahun 2008, yaitu sumber daya manusia dan

(38)

D. Saran

Terkait kesimpulan yang didapat, berikut saran yang bisa disampaikan,

yaitu sebagai berikut:

1. Perlu adanya pengawasan internal dalam dinas kependudukan dan

catatan sipil dalam mengawasi pemungutan retribusi agar tidak terjadi

pungutan liar yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggungjawab.

2. Sebaiknya pemerintah daerah khususnya Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil, harus melakukan sosialisasi secara menyeluruh kepada

semua lapisan masyarakat tentang peraturan daerah ini, agar

masyarakat lebih tahu tentang apa yang ada dalam aturan yang telah

ditetapkan pemerintah daerah.

3. Mengingat peran Retribusi Daerah terhadap PAD cukup besar,

khususnya Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk

Dan Akta Catatan Sipil perlu kiranya Pemerintah Kabupaten Serdang

Bedagai untuk terus-menerus menyosialisasikan akan pentingnya KTP

(39)

BAB II

PENGATURAN RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK DOKUMEN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL

DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

A. Tinjauan Umum Tentang Retribusi

Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena

adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara

perorangan. Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di Indonesia, saat ini

penarikan retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Jadi retribusi

yang dipungut di Indonesia dewasa ini adalah retribusi daerah.14 Menurut UU No.

28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, Retribusi Daerah, yang

selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas

jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

Retribusi Daerah, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa

atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.15

Beberapa pengertian istilah yang terkait dengan Retribusi Daerah menurut

UU No. 28 Tahun 2009 antara lain :

14

M.P. Siahaan, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hal 89

15

http://padjakdaerah.blogspot.co.id/2012/08/pengertian-pajak-daerah-dan-retribusi.html

(40)

1. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh

pemerintaha daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan;

2. Jasa, adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang

menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati

oleh orang pribadi atau badan.

3. Jasa umum, adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah

Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat

dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

4. Jasa usaha, adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan

menganut prinsip-prinsip kemersial karena pada dasarnay dapat pula disediakn

oleh sektor swasta.

5. Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah

dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang

dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengemndalian dan pengawasan

atas kegiatan dan pemanfaatan ruang, pengguanaan sumber daya alam, barang,

prasarana, sarana, atau fasiliatas tertentu guna melindungi kepentingan umum

dan menjaga kelestarian lingkungan.

Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

Retribusi Daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas pemakaian

jasa atau karena mendapatkan jasa pekerjaan, usaha atau milik Daerah bagi bagi

yang berkepentingan atau karena jasa yang diberikan oleh Daerah.

(41)

1. Jenis-jenis retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan

tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah berdasarkan kriteria

yang ditetapkan dalam undang-undang

2. Dengan peraturan daerah dapat ditetapkan jenis retribusi selain yang

ditetapkan dalam peraturan pemerintah sesuai dengan kewenangan

otonominya.16

Retribusi dapat digolongkan atas tiga golongan, yaitu Retribusi Jasa

Umum; Retribusi Jasa Usaha; dan Retribusi Perizinan Tertentu.17

a. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan tau diberikan

oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum

serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis Retribusi Jasa

Umum antara lain; Retribusi Pelayanan Kesehatan; Retribusi Pelayanan

Kebersihan/Persampahan; Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Penduduk dan Akte Catatan Sipil dan lain-lain.

b. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh

Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya

dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Jenis retribusi jasa usaha antara lain;

Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan; Retribusi Tempat Pelelangan dan lain-lain.

16

Elmi, B. Keuangan Pemerintah Daerah Otonom di Indonesia. (Jakarta:UI-Press, 2002), hal 87

17 Suparman Zen Kemu, Analisis Usulan Pembentukan Perda Mengenai Retribusi

(42)

c. Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah

Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang

dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan,

atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumberdaya alam, sarana,

prasarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan

menjaga kelestarian lingkungan. Jenis Retribusi Perizinan Tertentu terdiri dari;

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan; Retribusi Izin Tempat Penjualan

Minuman Beralkohol; Retribusi Izin Gangguan; dan Retribusi Izin Trayek.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, objek retribusi ada

tiga yaitu: :

a. Jasa umum

Dalam Pasal 109 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, objek

Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan

pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat

dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis retribusi ini dapat tidak dipungut

apabila potensi penerimaannya kecil/dan atau atas kebijakan nasional/daerah

untuk memberikan pelayanan secara cuma-cuma (Pasal 110 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009).

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi jasa umum didasarkan

pada kebijaksanaan daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang

bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan.18

18

Ahmad Yani. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Jakarta : PT

(43)

Terdapat penambahan 4 (empat) jenis retribusi daerah, yaitu Retribusi

Tera/Tera Ulang, Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi, Retribusi

Pelayanan Pendidikan,dan Retribusi Izin Usaha Perikanan.

Menurut Pasal 110 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, jenis Retribusi Jasa Umum adalah :

1) Retribusi Pelayanan Kesehatan

Objek Retribusi Pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan di

puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, dan

rumah sakit umum daerah dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis

yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, kecuali pelayanan

pendaftaran (Pasal 111 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

Objek Retribusi Pelayanan persampahan/kebersihan meliputi :

a. Pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi

pembuangan sementara

b. Pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi pembuangan

sementara ke lokasi pembuangan/pembuangan akhir sampah

c. Penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah (Pasal 112

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

2. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan

Sipil

Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk Dan

(44)

identitas kerja, kartu penduduk sementara, kartu identitas penduduk musiman,

kartu keluarga, akta catatan sipil yang meliputi akta perkawinan, akta perceraian,

akta pengesahan dan akta pengakuan anak, akta ganti nama bagi warga negara

asing dan akta kematian (Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

3. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat

Objek Retribusi Pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat meliputi

pelayanan penguburan/pemakaman termasuk penggalian dan pengurugan,

pembakaran/pengabuan mayat, dan sewa tempat pemakaman atau

pembakaran/pengabuan mayat yang dimiliki atau dikelola pemerintah daerah

(Pasal 114 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

4. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

Objek Retribusi Pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah penyediaan

pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh pemerintah daerah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 115

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

5. Retribusi Pelayanan Pasar

Objek Retribusi Pelayanan Pasar adalah penyediaan fasilitas pasar

tradisional/sederhana berupa pelataran, los, kios yang dikelola pemerintah daerah,

dan khusus disediakan untuk pedagang (Pasal 116 Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009).

6. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

Objek Retribusi Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor adalah

(45)

sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang diselenggarakan oleh

pemerintah daerah (Pasal 117 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

7. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

Objek Retribusi Pelayanan Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran adalah

pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran, dan alat

penyelamatan jiwa oleh Pemerintah Daerah terhadap alat-alat pemadam

kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa yang

dimiliki dan/atau dipergunakan oleh masyarakat (Pasal 118 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009).

8. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah penyediaan peta yang

dibuat oleh Pemerintah Daerah (Pasal 119 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009).

9. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus

Objek Retribusi Pelayanan Penyedotan Kakus adalah pelayanan

penyediaan dan/atau penyedotan kakusyang dilakukan oleh Pemerintah Daerah

(Pasal 120 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

10.Retribusi Pengolahan Limbah Cair

Retribusi Pengolahan Limbah Cair adalah pelayanan pengolahan limbah

cair rumah tangga, perkantoran, dan industri yang disediakan, dimiliki, dan/atau

dikelola secara khusus oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk instalasi pengolahan

limbah cair (Pasal 121 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

(46)

Objek Retribusi Pelayanan Retribusi Tera/Tera Ulang adalah pelayanan

pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya dan pengujian

barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangundangan (Pasal 122 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009).

12.Retribusi Pelayanan Pendidikan

Objek Retribusi Pelayanan Pendidikan adalah pelayanan

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh Pemerintah Daerah (Pasal

123 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

13.Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

Objek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah

pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek

tata ruang, keamanan, dan kepentingan umum (Pasal 124 Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2009).

Dalam Pasal 126 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, objek

Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah

dengan menganut prinsip komersial yang meliputi :

1. pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum

dimanfaatkan secara optimal;dan/atau

2. pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan secara

memadai oleh pihak swasta.

Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi jasa usaha

(47)

keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi

secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.19.

Menurut Pasal 127 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2008 Jenis

Retribusi Jasa Usaha terdiri dari :

1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah pemakaian

kekayaan Daerah. Dikecualikan dari pengertian pemakaian kekayaan Daerah

adalah penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah tersebut (Pasal

128 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

2) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan

Objek Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan penyediaan fasilitas

pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/

Gambar

Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai  .................................  35  Proses Pemungutan Retribusi Pengganti Biaya Cetak

Referensi

Dokumen terkait

Stres Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke Di Poli Stroke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.. Kuesioner

Semakin besar nilai ( value added ) yang diciptakan oleh satu unit moneter yang diinvestasikan dalam bentuk human capital , maka semakin tinggi pula kinerja

Penerapan sistem operasi telah berubah dari sistem manual menjadi sistem komputerisasi, hal itu cukup beralasan mengingat banyaknya kelebihan dari sistem

dengan data dari unit kerja yg lain, atas hal yg sama dan periode yg sama atau hal yg sama dari periode yg berbeda, kemudian ditarik kesimpulannya.. Teknik audit utk bukti

As parameters for fault diagnosis, we selected mean intensity and standard deviation range, and applied a local detection rule to diagnose faults using the

Rekomendasi seharusnya merupakan hasil diskusi dan rumusan bersama antara manajemen dan auditor, dan juga harus menyajikan analisis dan manfaat yang

Obtained results showed that investigated UAS equipped with Velodyne HDL-32E laser scanner can provide point clouds of the absolute 3D position accuracy not worse

Total PPA yang wajib dibentuk atas aset produktif Persentase kredit kepada UMKM terhadap total kredit Persentase kredit kepada Usaha Mikro Kecil (UMK) terhadap total