• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Manajemen Pengetahuan Dalam Pengolahan Grey Literature Pada Perpustakaan Universitas Negeri Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Manajemen Pengetahuan Dalam Pengolahan Grey Literature Pada Perpustakaan Universitas Negeri Medan"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

77 LAMPIRAN I

PEDOMAN WAWANCARA

1. Apa saja jenis Grey Literature yang ada di perpustakaan Universitas Negeri Medan ?

2. Bagaimana proses Pengadaan Grey Literature di perpustakaan Universitas Negeri Medan ?

3. Bagaimana proses Pengolahan dan Penyimpanan Grey Literature di perpustakaan Universitas Negeri Medan ?

4. Bagaimana proses Pengolahan dokumen Grey Literature elektronik di perpustakaan Universitas Negeri Medan ?

5. Bagaimana proses Pengaksesan dan Temu Kembali Grey Literature di perpustakaan Universitas Negeri Medan ?

(2)

78 LAMPIRAN II

HASIL TRANSKRIP WAWANCARA

2.1 Wawancara dengan Informan 1

Nama Informan Tanggal Wawancara Waktu Wawancara Tempat Wawancara Donni Yudha Prawira

16 Juni 2015 10.30 - 11.15 WIB Ruang Kepala Bidang Pengolahan Repository

Keterangan :

P : Penulis

I1 : Informan 1 (Pustakawan)

P : Selamat pagi pak, saya Fanny mahasiswa S1 dari ilmu perpustakaan yang sedang melakukan penelitian buat skripsi saya pak. Bisa minta waktu buat wawancara sebentar pak ?

I1 : Oh iya bisa, silahkan duduk dek. Penelitiannya tentang apa itu ?

P : Penelitiannya tentang penerapan manajemen pengetahuan dalam mengolah grey literature pak. Jadi mau nanya gimana proses-proses pengadaan dan pengolahannya disini pak.

I1 : Oh iya jadi apa aja yang mau ditanyakan dek ?

P : Yang pertama, apa aja koleksi grey literature disini ya pak ? Brapa jumlahnya ?

I1 : Oh disini koleksinya ada skripsi, tesis. disertasi, oh kalo mau jelasnya liat di repository aja. Jumlahnya disitu juga tetera jelas.

P : Oh iya pak, itukan yang elektronik kalo tercetaknya ?

I1 : Kalo jumlah tercetaknya agak susah diketahuinya lah, karna itu adannya dibuku inventaris nanti coba cek aja disana,

P : Oh iya pak, tapi pasti lebih banyak tercetak disbanding elektroniknya kan pak ?

(3)

79 I1 : Sebenarnya disini koleksi paling dominan itu skripsi dan tesis, itupun

belum semua menyerahkan. Misalnya nanti tiap gelombang yang wisuda 2500 orang tapi yang menyerahkan hasil karyanya cuman yang 1500 karena masih belom ada peraturan tertulisnya bahwa harus wajib menyerahkan ke perpustakaan. Jadi mahasiswanya pun belom merasa penting untuk menyerahkan karena tidak adanya sanksi apabila tidak menyerakan skripsinya. Karena kalau koleksi grey literature ini ketika dipublikasikan tidak semua yang setuju. jadi masih pro dan kontra. Tapi sekarang sih udah lagi dibuat pengajuan agar rector mengeluarkan peraturan tertulis bahwa hasil karya skripsi , tesis, atau disertasi wajib diserahkan ke perpustakaan sebagai syarat wisuda.

P : Oh gitu pak. Lalu kalo pengadaan koleksi elektroniknya sendiri gimana ya pak ?

I1 : Kalau koleksi elektroniknya itu diterima dibawah ya dilantai 1, jadi nanti kalo mahasiswa yang mau wisuda dia menyerahkan CD dan disertai skripsi tercetaknya dibawah. Jadi, CD nya diperiksa sesuai gak dengan tercetak. Kalau udah sesuai kita terima tapi kalo masih kurang ya dikembalikan.

P : Oh begitu. Jadi apa ada proses penyaringan terjadi pak ?

I1 : Sebenarnya proses penyaringan tidak ada, karena semua diterima asalkan isi CD nya harus sesuai dengan tercetak. Jadi ya palingan yang tidak diterima yah yang belum lengkap. Itupun kita suruh balik lagi apabila sudah diperbaiki dan dilengkapi.

P : Oh berarti proses penyaringannya nya hanya yang gak lengkap aja ya pak. Jadi setelah itu bagaimana pengolahannya pak setelah di terima ? I1 : Pengolahannya, kalau yang tercetak kan ya setelah diterima di

inventarisasi, trus diolah ya diklasifikasi, dikasi nomor klas nya ya kayak buku biasa juga. Dan kalo elektroniknya ya di entri kan ke web repository. Dibuat metadata nya biar pengguna juga bisa baca sebelum baca skripsinya udah tau tentang apa isi dari skrispi itu. Ya setelah itu diupload lah file nya. Tapi dipisahkan bab perbab nya.

P : oh seperti itu, dalam klasifikasinya pakai pedoman apa ya pak ?

(4)

80 semuanya lebih gampang buat pegguna mengerti dan disusun dirak pun lebih gampang.

P : Oh iya ya pak. Oh iya kalau unimed punya server sndiri atau gimana ya pak ?

I1 : Kalau unimed servernya cuman satu yaitu di Puskom Unimed jadi server perpustakaan pun disana semua.

P : Trus kalo koleksi tercetaknya ada dimana ya pak ?

I1 : Kalau skripsi, tesis, disertasi, laporan ilmiah, itu di lantai 3 semua. Bisa dilihat aja nanti disana. Tapi kalau elektronik bias di lihat diweb nya

Unimed Repository yaitu

P : Oh iya pak, bagaimana dengan temu kembalinya koleksi nya pak ? Apakah dengan opac juga bisa langsung kita temukan yang direpository ? I1 : Oh bisa, diunimed opac nya udah terintegrasi dengan repository jadi

misalnya mau mencari skripsi bias langsung ketik judul atau keywordnya di kotak pencarian diopac itu dan nanti langsung bias masuk ke repository.

P : Titik akses penelusurannya pak apa aja ?

I1 : Titik aksesnya bisa judul, penulis, subjek, tahun terbit, tapi lebih efektif ya judulnya lah.

P : Oh begitu. pertanyaan terakhir pak, kalau mau mengakses file elektroniknya itu boleh didownload bebas gak pak ?

I1 : Tidak, yang boleh mengakses hanya mahasiswa unimed dan itupun yang sudah menjadi anggota perpustakaan dulu. Jadi disini bukan berarti smua mahasiswa sudah menjadi anggota peprustakaan karena harus mendaftar jadi anggota dulu. Jadi, nanti ada id nya baru bisa akses. Dan rata-rata sih masih dibatasi yang boleh diakses. Bab 4-bab5 nya masih diprotect karena ya itu masih banyak pro dan kontra dosen itu. Selain dari bab 4-5 bisa diakses kok.

P : oh begitu ya pak. Makasih banyak ya pak buat waktu dan informasi nya ya pak.

I1 : oh iya dek, udah cukup terjawab semua kan ? kalau misalnya ada yang kurang nanti dating aja lagi Tanya lagi.

P : hehe iya pak sejauh ini cukup. Makasih banyak pak. Selamat bekerja kembali pak. Selamat siang

(5)

81 2.2 Wawancara dengan Informan II

Nama Informan Tanggal Wawancara Waktu Wawancara Tempat Wawancara Harly Christy Siagian

15 Juni 2015 11.30 - 13.15 WIB Perpustakaan Unimed Lantai III

Keterangan :

P : Penulis

I2 : Informan II (Pustakawan)

P : Selamat siang kak. Apa kabar ? bisa wawancara sebentar buat penelitian skripsi saya kan kak ?

I2 : Siang juga dek. Oh iya boleh. Apa tuh yang mau ditanyain ?

P : Iya langsung aja ya kak. Pertama, apa saja koleksi grey literature di perpustakaan unimed ini kak ? trus brapa jumlah koleksinya ?

I2 : Oh untuk koleksi grey literature disini ada skripsi, tesis, disertasi, kertas karya, prosiding, laporan ilmiah dosen, laporan seminar hemm kalau mau lebih jelasnya sih ada direpository dek. Buka aja web nya di digilib.unimed.ac.id. kalau jumlahnya juga bisa dilihat disitu untuk koleksi digital, kalo tercetak kurang tau sekitar lima puluh ribuan lah lebih banyak disbanding direpository pastinya.

P : Wah banyak juga ya kak hehe itu bagaimana pengadaannya kak ?

I2 : Pengadaan koleksi grey literature sih gak ribet ya setiap yang mau wisuda mahasiswanya datang kemari kasih skripsinya tercetak dan CD nya. Jadi nanti dibawah lantai 1 penerimaan koleksi nya, ya diperiksa dululah kelengkapannya semua sesuai gak tercetak dengan yang di CD. Kalau udah sesuai baru lah kita bawa ke pengolahan.

P : Oh begitu, jadi ada gak proses filter terjadi kak ?

I2 : Sebenarnya sih gadak ya, semuanya diteriman karena sih wajib. Cuman ya itu tadi kelengkapannya harus sesuai kalo gak ya dikembalikan disuruh lengkapi lagi

(6)

82 I2 : Hemm kayaknya sih hamper semua, tapi ada deh kayaknya fakultas

olahraga. Soalnya skripsi mereka gak terlalu banyak sih disini berarti kan mereka gak wajib kan. Sebenarnya sih harus semua cuman gadak peraturan yang sah disini agar mahasiswanya menyerahkan skripsinya. Tapi sekarang udah hamper rata-rata menyerahkan kok kalo mereka mau wisuda.

P : Kalau yang tesis, disertasi gimana kak ? Soalnya tadi aku lihat di rak koleksi tesis. disertasi sedikit kak. Apalagi disertasinya cuman 6 koleksi hehe

I2 : Oh iya kalau tesis, disertasi memang gak terlalu banyak Karena kan rata-rata dosen, mereka kurang mau menyerahkan karena ya difikir gak penting kan. Dan mereka juga kurang setuju sih kalo karyanya dipublish. Makanya ya yang dirak itu ya bagi mereka yang mau menyerahkan ajalah.

P : Oh begitu ya kak. Setelah itu gimana pengolahannya kak ? yang tercetak sama elektroniknya.

I2 : Pengolahan tercetak ya setelah diserahkan sama mahasiswa, kita serahkan ke bagian pengolahan. Ya disitu dibuatlah no kelas nya, subjeknya. Kalau eletroniknya diupload nya dibuat juga metadata nya, jadi dientri ke repository. Jadi kalau mahasiswa mau lihat bisa lihat keterangan nya dulu tentang apa skripsi itu.

P : oh jadi kalau pembuatan no kelasnya itu kak pakai klasifikasi apa ? I2 : Kita disini pakai DDC 21 dan untuk tajk subjek pakai LCSH P : Oh iya kak. Untuk akses temu kembali nya gimana kak ?

I2 : Ya kalau tercetak ka nada di Lantai III, kalo elektronik ada direpository. Lengkap kok cek aja web nya.

P : Yang koleksi elektroniknya itu bisa didownload secara bebas gak kak ? atau ada dibatasi ?

I2 : Oh dibatasi, yang boleh cuman anggota perpustakaan aja. Mahasiswa unimed pun harus daftar jadi anggota dulu baru nanti dapat id member baru bisa login. Itupun file nya gak semua bisa didownload. Cuman bab 4 dan 5 masih di protect. Jadi selain dari itulah baru bisa. Karena biar menghindari plagiat juga sih.

P : oh iya sih kak. Jadi yang tercetak bisa dipinjam kak ? atau fotokopi ? I2 : Kalau dipinjam ya gak bisa. Namanya juga koleksi deposit kan. Bisanya

(7)

83 yang fotokopiin karena fotokopi disini pun udah gak jalan lagi. Jadi ya mau gak mau fotokopi diluar lah.

P : Oh iya kak. Koleksi yang lama itu gimana keadaannya kak ? masih bagus atau udah dialih mediakan ?

I2 : Oh kalau skripsi yang lama itu sebagian digudang, mau di scan jadi dibongkar jilid nya dulu lah semua. Nah itu lah sekarang yang lagi kami kerjakan. Nanti udah dibongkar ya discan, diedit, udah filenya tersusun trus diuploadlah direpository. Jadi tercetaknya gak usah diletakin di rak lagi.

P : Oh gitu kak. Eh iya boleh gak lihat scanner nya kak skalian mau lihat proses digitalisasinya kak .

I2 : Boleh, disana dek kita lihat ya P : Oke kak. Jadi begini prosesnya.

I2 : Iya dek. Trus ada lagi dek yang mau ditanyain ?

P : Oh kayaknya udah kak. Untuk saat ini, kayaknya cukup. Nanti kalo kurang aku datang kesini lagi ya kak

I2 : Iya dek datang aja gak apa-apa.

P : Trimakasih banyak ya kak. Maaf kalo udah ngerepotin kakak hehe. Saya permisi ya kak. Selamat siang kak selamat bekerja kembali.

(8)

84 2.3 Wawancara dengan Informan III

Nama Informan

Tanggal Wawancara

Waktu Wawancara

Tempat Wawancara Nancy Evi M 17 Juni 2015 10.50 – 11.20 WIB Perpustakaan Unimed

Lantai III

Keterangan :

P : Penulis

I3 : Informan 3 (Pengguna)

P : Selamat siang kak, maaf mengganggu belajarnya. Bisa minta waktunya sebentar kak ?

I3 : Iya bisa gpp. Ada apa ya ?

P : Saya Fanny mau wawancara sebentar bisa kan kak ? Mau tanya-tanya soal koleksi grey literature.

I3 : Apa itu grey literature ?

P : Oh grey literature itu koleksi deposit terbitan dari suatu institusi kak. Misalnya skripsi, tesis, disertasi dan terbitan lainnya yang gak boleh dipinjam

I3 : Oh itu, iya tau. Trus apa yang mau ditanyain kak ?

P : Kakak lagi nyusun skripsi ya sekarang ? saya lihat ini kakak lagi sibuk baca skripsi disini.

I3 : Oh iya kak saya memang lagi nyusun skripsi, ini smester akhir lah. P : Iya itu saya mau tanya, sering kesini gak buat cari referensi ?

I3 : Lumayan lah, sekarang udah hampir tiap hari lah karena lagi ngerjain juga kan ya sekalian aja disini dikerjain skripsinya. Karena kan skripsi yang mau dilihat gak bisa dipinjam bawa pulang.

P : Oh begitu, emang kakak gak tau ada koleksi digitalnya direpository ? I3 : Tau sih cuman kurang tau gimana gunakannya

(9)

85 I3 : Enggak, karena gak ngerti. Lagian ya langsung aja kesini lah lebih

gampang juga dapatnya.

P : Oh brarti kakak lebih suka gunakan koleksi tercetak atau yang elektronik yang bentuk pdf ?

I3 : Ya pasti tercetaknya lah. Kan kalo di web itu gak ngerti. Ya palingan pernah buka Opac saja. Itupun kan cuman nyari buku aja, catat nomor nya.

P : Oh begitu. jadi menurut kakak lebih mudah tercetak atau elektroniknya untuk penemuan dokumennya ?

I3 : Tercetak sih. Gampang aja cuman liat dijurusan apa yaudah liat judul-judulnya yang sesuai lah. Meskipun kan banyak agak lama sih dapetnya. P : Jadi bagaimana menurut kakak merasa terpenuhi gak kebutuhan

skripsinya ? sudah bisa memanfaatkan kembali pengetahuannya ?

I3 : Sudah sih lumayan. Sejauh ini saya bisa kok dapat referensi yang saya mau. Bermanfaat kok, ya semoga skripsi saya juga nanti bisa dimaanfaatkan kembali sama yang memerlukannya.

P : Oh begitu. Itu aja kak yang mau ditanyain. Makasih banyak ya kak buat waktunya. Semoga skripsinya cepat selesai ya kak hehe

(10)

86 2.4 Wawancara dengan Informan IV

Nama Informan Tanggal Wawancara Waktu Wawancara Tempat Wawancara Jonathan 17 Juni 2015 11.25 – 11.40 WIB Perpustakaan Unimed

Lantai III

Keterangan :

P : Penulis

I4 : Informan 4 (Pengguna)

P : Selamat siang bang. Maaf mengganggu sebentar. Saya Fanny mahasiswa dari USU mau wawancara sebentar. Bisa ?

I4 : Siang juga. Oh iya boleh. Tentang apa ya ?

P : Tentang koleksi grey literature bang. Langsung aja ya bang. Sering kesini cari koleksi apa ya ?

I4 : Cari buku sering, cuman sekarang lebih sering skripsi karena lagi nyusun skripsi juga.

P : Oh jadi tugasnya memang sehari-hari disini ya ?

I4 : Gak setiap hari sih kadang-kadang aja. Kalau ada skripsi yang mau dilihat.

P : Kalau cari skripsinya lebih suka yang tercetak atau pdf yang direpository ?

I4 : Sebenarnya lebih suka pdf karena kan lebih mudah tinggal download di repository. Cuman kan gak semua ada diweb, ya kadang saya cari ke perpustakaan juga koleksi tercetaknya. Udah gitu kan yang di repository gak semua bab bisa di download. Bab 4-5 nya rata-rata dikunci jadi gak bisa didownload. Makanya ya langsung keperpus aja lah datang.

P : Tapi berarti bisa menggunakan repository kan ? Tau cara gunainnya ? I4 : Oh ya tau lah kak. Gak susah kok. Cuman login, yaudah ketik aja

judulnya dikolom pencariannya. Kayak google juga

(11)

87 I4 : Oh ya lumayan lah kak. Lumayan lengkap kok koleksinya disini gak sulit kok buat dapatinnya juga. Yang direpository juga gampang, jadi kalo ada tugas pun gampang tinggal copas ubah sedikit udah bisa kak. Haha

P : Jadi sudah merasa memanfaatkan kembali pengetahuan yang ada dari koleksi skripsi yang abang cari kan ?

I4 : sudah kok, ya nanti juga skripsi saya bakalan dimanfaati orang lain juga kan. Ya semoga bermanfaat juga buat orang lain. Hehe

P : Oh iya bang. Kalo boleh tau pernah gak ngirim email permintaan pencarian informasi koleksi gitu ? misalnya maunya suatu jurnal tapi susah ditemukan, jadi abang minta tolong pustakawannya buat carikan ? I4 : Oh gak pernah sih. Karena masih bisa sendiri juga. Lagian gak tau juga

kalo bisa gitu apa gak .

P : Oh yasudah bang. Itu aja mungkin yang saya tanyakan. Makasih banyak ya bang

(12)

88 LAMPIRAN III

(13)

74 DAFTAR PUSTAKA

Adi, Prasetyo. Pemanfaatan Grey Literature di Perpustakaan. Jurnal Media

Informasi dan Komunikasi Kepustakawanan: Buletin Perpustakaan

Universitas Airlangga. Vol.III, No.2, Edisi Juli-Desember. 2008. Basrowi, dan Suwandi. Memahami Pnelitian Kualitatif. Jakarta: Rineke Cipta.

2008.

Bhatt, Dilip. EFQM. Excellence Model and Knowledge Management Implications. Journal of Knowledge Management. 2000.

Darmono. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta: Grasindo. 2007.

Dewiyana, Himma. Knowledge Management dalam Konteks Perpustakaan. Medan: USU Repository. 2008.

________. Laporan penelitian: Perpustakaan dalam konteks knowledge management studi kasus Perpustakaan Universitas Indonesia. Universitas Sumatera Utara. 2009.

Hasugian, Jonner. Penelusuran informasi ilmiah secara online eksperimen terhadap sistem temu kembali informasi dengan seorang peneliti sebagai real user. Medan: PerpustakaanUniversitas Sumatera Utara. 2003

Honeycut, Jerry. Strategi Manajemen Pengetahuan. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2000

Huda, Nurul. Tingkat Pemanfaatan Koleksi Deposit oleh Mahasiswa Program S2

Angkatan 2005-2006 USU : Skripsi Sarjana. Medan : Program Studi Ilmu

Perpustakaan, Fakultas Sastra USU. 2007

Janusaptari. Sistem Temu Kembali Informasi.

Laudon, Kenneth C. and Jane P. Laudon. Management Information System:

Managing the Digital Firm, 7th. New Jersey : Prentice-Hall. 2002.

Muttaqien, Arip. Membangun Perpustakaan Berbasis Konsep Knowledge Management: Transformasi Menuju Research College dan Perguruan

Tinggi Berkualitas Internasional. 2006.

(14)

75 Muralidhar, Sumitra. “Knowledge: a research scientist’s perspective”, dalam

Knowledge management for the information professional. (ASIS

Monograph Series), Ed by T. Kanti Srikantaiah dan Michael.E.D. Koenig. Medford: Information Today. 2000

Nonaka, Ikujiro and Takeuchi, Hirotaka. The knowledge-creatingcompany: how

Japanese Companies create the dynamics of innovation. New York:

Oxford University Press. 1995.

Pendit, Putu Laxman. Cet.1. Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia. Jakarta: Sagung Seto. 2007.

Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman. Ed.3. Jakarta: Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2004

Prasetya, Risky Angriawan. Analisis Penerapan Manajemen Pengetahuan Pada Perpustakaan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Medan : Universitas Sumatra Utara. 2014

Reitz, Joan M., Dictionary for Library and Information Science. London: Libraries Unlimited. 2004.

Sangkala. Ed.1. Knowledge Management. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2007.

Santosa, Made Hery. Grey literature: ketika bahan pustaka abu-abu.

Setiarso, Bambang. Penerapan Knowledge Management pada Organisasi: Studi Kasus di Salah Satu Unit Organisasi LIPI. 2007.

(diakses 24 januari 2015)

Short, Thomas. Components of Knowledge strategy: keys to successful knowledge

management. Medford: Information Today. 2000

Siagian, Harly Christy M. Penerapan Manajemen Pengetahuan Dalam Pengolahan Grey Literature Dan Koleksi Repository Pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Medan : USU Repository. 2009.

(15)

76 Srikantaiah, Kanti T. & Michael E.D. Koenig (Ed). Manajemen pengetahuan for

Information Professionals. New Jersey ASIS Monograph Series, 2000. Sulistyo-Basuki. Knowledge Management dan Ilmu Perpustakaan dan Informasi.

http://komunitaskm.multiply.com/journal/item/6/Knowledge_Management _dan_Ilmu_Perpustakaan. 2007

Virginia Institute of Marine Scienc

Webster Online Dictionary. Specialty Definition: Knowledge Management. 2008.

Widayana, Lendy. Ed.1, Cet.1. Knowledge Management Meningkatkan Daya Saing Bisnis. Malang: Bayumedia Publishing. 2005.

(16)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian yang dijabarkan pada Bab I, maka penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang berangkat dari inkuiri naturalistic yang temuan-temuannya tidak diperoleh dari prosedur penghitungan secara statistik (Basrowi dan suwandi 2008, 22).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Universitas Negeri Medan yang berlokasi di Jalan Willem Iskandar, Pasar V - Kotak Pos No. 1589 Medan 20221. Penetapan Perpustakaan Universitas Negeri Medan sebagai unit analisis dikarenakan Perpustakaan Universitas Negeri Medan memiliki ketersediaan koleksi grey literature yang cukup besar dan tidak hanya tersedia dalam bentuk tercetak saja tetapi juga dalam bentuk elektronik.

3.3 Proses Penelitian

(17)

42 3.3.1 Penentuan Informan

Pemilihan informan harus dilakukan kepada orang yang bersangkutan. Menurut Basrowi dan Suwandi (2008, 137) “ barangkali pada suatu saat pilihan hanya berkisar diantara beberapa orang yang memenuki persyaratan. Mereka adalah yang berperan yang pengetahuannya luas tentang daerah atau lembaga tempat penelitian, dan yang suka bekerjasama untuk kegiatan penelitian yang sedang dilakukan”.

Sesuai dengan yang dikemukakan diatas maka penelitian ini menggunakan teknik pemilihan sampel dengan purposive sampling. Menurut Sugiyono (2011,

68) purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu.

Sesuai pendapat di atas maka yang menjadi informan penelitian ini yaitu pustakawan dan pengguna perpustakaan yaitu 2 orang pustakawan bidang pengolahan grey literature serta 2 orang pengguna koleksi grey literature

(mahasiswa UNIMED).

3.3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(18)

43 2. Data sekunder, yaitu data yang mendukung data primer dan diperoleh

melalui studi kepustakaan seperti: buku, jurnal, dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian.

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui 1. Wawancara

Metode wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data atau keterangan lisan dari seseorang yang disebut informan melalui suatu percakapan yang sistematis dan terorganisasi. Pada penelitian ini, digunakan teknik wawancara mendalam. (depth interview) secara terstruktur dimana pertanyaan yang diajukan terlebih dahulu telah disiapkan serta dibuat kerangkanya secara sistematis sebelum berada di lokasi penelitian. Beberapa pustakawan yang berkompeten dalam bidang pengolahan grey literature dipilih kemudian dilakukan wawancara mendalam sesuai dengan pedoman wawancara. Pedoman wawancara diperlukan agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian dan disusun berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu koleksi grey literature, pengadaan dan penyaringan, pengolahan dan penyimpanan, pengaksesan dan temu kembali, serta pemanfaatan kembali pengetahuan. Maka data hasil wawancara harus sesuai dengan masalah dan pedoman yang diteliti.

2. Observasi

(19)

44 diperoleh melalui observasi.” Proses pelaksanaan pengumpulan data observasi dalam penelitian ini termasuk pada observation non participant, dalam observasi ini peneliti terpisah dari kegiatan yang diobservasi. Peneliti hanya mengamati dan mencatat apa saja yang terjadi dalam engolahan grey literature. Observasi jenis ini berguna dalam menggali informasi yang dianggap oleh informan sulit untuk dibahas atau tidak menyenangkan.

Peneliti akan mengamati kesesuaian informasi yang ada di lapangan dengan data yang diberikan oleh informan. Tujuannya adalah melihat apakah informasi yang sudah diberikan oleh informan itu benar atau tidak.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan buku, jurnal, majalah, laporan tahunan dan kepustakaan lain serta pemilihan dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.3.4 Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah pengambilan data. Analisis dapat dilakukan berulang-ulang setelah pengambilan data tertentu dan dapat dianalisa ulang menggunakan data terbaru yang diambil. Menurut Miles (1984, 23) menyatakan bahwa teknik dalam penelitian dilakukan dengan:

1. Data koleksi 2. Reduksi data

3. Penyajian data/ analisis data setelah pengumpulan data 4. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

(20)

45 pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan karya ilmiah. Dari hasil proses wawancara ditranskrip menjadi bahasa tertulis apa adanya sesuai dengan bahasa yang dikeluarkan oleh informan. Setelah itu, proses reduksi data, data yang telah di kumpulkan dari lapangan melalui observasi, wawancara dan studi dokumen di reduksi dengan cara merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan penting mengklasifikasikan sesuai fokus yang ada pada masalah penelitian ini. Aspek-aspek yang direduksi adalah observasi maupun wawancara dan studi menyangkut masalah pengolahan grey literature mulai dari pengadaan sampai pemanfaatan kembali. Kemudian data hasil transkrip wawancara yang telah direduksi dibaca kembali untuk dikelompokkan kedalam beberapa topik pembahasan yang sesuai dengan masalah yang akan memudahkan proses analisis dan pembahasan hasil penelitian. Dari berbagai aktifitas tersebut, peneliti membuat kesimpulan berdasarkan data-data yang di temukan. Kesimpulan-kesimpulan yang ada kemudian di verifikasi untuk menguji ataupun memeriksa akurasi yang telah dikumpulkan dalam proses penelitian ini berlangsung. Jadi pelaksanaan analisis mulai dilakukan ketika pengumpulan data ini dikerjakan dan dilakukan secara intensif yaitu, ketika sudah meninggalkan lapangan.

3.3.5 Keabsahan Data (Validity)

(21)

46 Metode triangulasi merupakan salah satu metode yang paling umum dipakai dalam uji validitas penelitian kualitatif, triangulasi dilakukan berdasarkan wawancara dengan informan dan observasi oleh penulis dalam mengamati kejadian fakta yang terdapat di lapangan. Teknik pengumpulan data juga dilakukan untuk melengkapi data primer dan sekunder. Adapun metode triangulasi tersebut yaitu:

a. Triangulasi Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi yang peneliti lakukan pada perpustakaan Unimed. Peneliti juga mewawancarai lebih dari satu pustakawan dengan pertanyaan yang sama yang dianggap memeiliki sudut pandang yang berbeda untuk membenarkan dan menguatkan hasil penelitian ini.

b. Triangulasi Teori

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Triangulasi teori membahas suatu permasalahan yang sedang di kaji seperti pengadaan grey literature, pengolahan dan penyimpanan grey literature serta sistem temu balik dan pemanfaatan kembali grey literature

(22)

47 c. Triangulasi Metode

(23)

48 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Perpustakaan Universitas Negeri Medan

UPT Perpustakaan Universitas Negeri Medan berdiri seiring dengan berdirinya Institusi induk yaitu IKIP Medan. Pada awalnya merupakan perpustakaan Fakultas FKIP USU. Pada tahun 1959 Perpustakaan dipimpin oleh Ny. Fondoh Hoeres. Pada tahun 1969 perpustakaan baru menempati gedung tersendiri dengan ukuran 800 m2 berlantai dua. Unsur pimpinan berganti pada tahun 1962 dipimpin oleh Ny. Hajani Adnan. Pada tahun 1963 beralih kepada Drs. M. Simatupang dan pada tahun 1965 pimpinan diserahkan kepada Drs. J. Tumanggor serta pada tahun 1977 pimpinan perpustakaan dijabat oleh Drs. M. Tambunan.

(24)

49 Tahun 1987 UPT Perpustakaan IKIP Medan pindah ke lokasi kampus baru Jl. Willem Iskandar Pasar V Medan Estate, dengan menempati gedung seluas 3.000 m2 berlantai tiga. Karena kampus IKIP Medan menempati tiga tempat yaitu kampus lama Jl. Merbau, kampus Jl. Pelajar dan Kampus baru Jl. Willem Iskandar Pasar V maka UPT Perpustakaan mengambil kebijakan, sejak tahun 1990 membuka Perpustakaan di tiap-tiap fakultas yang ada dengan sebutan Ruang Baca Fakultas, hal ini dimasudkan untuk mendekatkan koleksi kepada pemakai perpustakaan terutama bagi pengguna yang masih jauh dari UPT Perpustakaan di kampus baru.

Pada tanggal 15 Agustus 1989, pimpinan UPT Perpustakaan IKIP Medan diserahterimakan dari Drs. M. Tambunan, MLS kepada Drs. Belling Siregar. Pada tahun 1992 kepala perpustakaan mengikuti tugas belajar di Inggris, maka perpustakaan dipimpin oleh Dra. Ratnawati Dora, SIP sampai tahun 1994. Setelah Drs. Belling Siregar, MLib. selesai tugas belajar UPT Perpustakaan kembali dipimpinnya sampai tahun 1998. Pada tanggal 14 Juli 1998 kepala UPT Perpustakaan diserahterimakan dari Drs. Belling Siregar, M.Lib. kepada Dra. Ratnawati Dora, SIP hingga sekarang.

4.2 Karakteristik Informan

Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah Pustakawan bagian

(25)

50 Tabel 4.1 : Karateristik Informan

Kode Status

I1 Pustakawan bagian pengolahan Grey Literature dan Repository

Perpustakaan UNIMED

I2 Pustakawan bagian pengolahan Grey Literature dan Repository

Perpustakaan UNIMED

I3 Pengguna Grey Literature di Perpustakaan UNIMED I4 Pengguna Grey Literature di Perpustakaan UNIMED

Informan pertama (I1) adalah informan kunci yang berhasil diwawancarai dengan perkenalan pendekatan terlebih dahulu, I2 adalah informan yang diusulkan oleh I1, sedangkan I3, dan I4 informan yang diusulkan oleh I2. Kemudian diminta waktu dan kesediaannya untuk diwawancarai, dengan menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan dilakukan wawancara dan setelah itu berkenalan barulah dilakukan wawancara. Proses bertemunya peneliti dengan I₁ diawali dengan kedatangan peneliti ke Perpustakaan UNIMED dengan menyerahkan surat izin untuk melakukan penelitian pada Perpustakaan UNIMED. I₁ menyambut kedatangan peneliti dengan terbuka namun I₁ belum dapat diwawancarai dikarenakan I₁ sedang sibuk dengan pekerjaannya. I₁ meminta peneliti untuk mewawancarai I2 terlebih dahulu yang dan setelah itu I1 bersedia diwawancaai yang kemudian memperjelas hasil dari wawancara I2. Untuk informan selanjutnya yaitu I3 dan I4 merupakan rujukan dari I1 yang merupakan pengguna koleksi grey

literature yang sedang menyusun tugas akhir/skripsi. Wawancara berlangsung

(26)

51 Suasana dan kondisi wawancara bersifat alamiah artinya apa adanya dan tidak diatur sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Bahasa yang digunakan tidak formal (informal), meskipun terkadang penulis menggunakan istilah bidang Ilmu Perpustakaan. Bahasa informal tersebut digunakan dengan tujuan untuk membuka percakapan awal dengan informan. Pertanyaan yang diajukan berkembang sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh informan. Wawancara dilakukan berdasarkan pedoman wawancara dengan wawancara mendalam. Wawancara dilakukan berulang-ulang dan secara mendalam (depth interview) jika penulis merasa ada yang kurang jelas atau perlu ditambahi dari wawancara sebelumnya.

4.3 Kategori

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dari penelitian tentang penerapan manajemen pengetahuan dalam mengolah koleksi grey literature

perpustakaan Unimed, penulis menghasilkan beberapa kategori. Kategori ini dipilih berdasarkandata yang relevan dengan pokok pembahasan dan menunjukan hubungan antar bagian-bagian yang diteliti. Adapun kategori yang akan digunakan dalam pembahasan penelitian tersebut adalah:

1. Jenis Koleksi Grey Literature

2. Pengadaan dan penyaringan Grey Literature

3. Pengorganisasian dan penyimpanan Grey Literature 4. Pengorganisasian Grey Literature elektronik

5. Penyebaran dan Akses temu kembali Grey Literature

(27)

52 4.3.1 Jenis Grey Literature di Perpustakaan Universitas Negeri Medan

Grey Literature merupakan salah satu jenis koleksi perguruan tinggi yang terdiri dari karya ilmiah, laporan penelitian, makalah seminar dan sebagainya yang diterbitkan oleh suatu institusi itu sendiri. Jenis grey literature yang terdapat di Perpustakaan Universitas Negeri Medan adalah tugas akhir mahasiwa sarjana, diploma dan pascasarjana yang meliputi skripsi, tesis, disertasi, karya ilmiah dosen dan peneliti, prosiding seminar dan lokakarya, laporan penelitian atau hasil penelitian. Hal ini diketahui sesuai pernyataan dari I2 dan I1:

“...jenis koleksi grey literature disini ada skripsi, tesis, disertasi, karya ilmiah, prosiding, laporan penelitian dosen…”

“…untuk lebih jelas dan lebih rincinya bisa dilihat aja di situs repository nya di digilib.unimed.ac.id…”

(28)

53 Tabel 4.2 Jumlah Koleksi Digital (Unimed Repository)

No. Kategori Dokumen Jumlah

1. Undergraduate Theses 30.518

2. Master Theses 2.357

3. PhD Theses 6

4. Scientific Articles 1.289

5. Course Material 18

6. PSKGJ 1533

7. Non Degree 34

8. Clipping 8

9. Proceeding 155

10. Research Report 244

11. Seminar 29

12. Biography 3

Jumlah 36.203

(29)

54 4.3.2 Pengadaan dan Penyaringan Grey Literature

4.3.2.1 Pengadaan

Dapat diketahui bahwa proses pengadaan merupakan kegiatan pengumpulan sumber koleksi yang telah diciptakan yang selanjutnya disimpan dan diintegrasi dalam sistem perpustakaan. Pengadaan koleksi grey literature

sangat penting dilakukan untuk menambah jumlah koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Pengadaan koleksi grey literature di Perpustakaan UNIMED bersumber dari internal UNIMED itu sendiri, tidak ada dari koleksi luar (eksternal). Berikut pernyataan dari I1:

…koleksi yang paling dominan disini itu skripsi dan thesis, mulai dari tahun 2012 sudah dibuat surat edaran agar semua hasil karya mahasiswa dan dosen diserahkan ke perpustakaan tapi masih belum berjalan baik karena belum jadi peraturan dari rektor yang mewajibkan sehingga ada yang menyerahkan dan tidak…”

(30)

55 Berikut pernyataan dari I1:

…ini udah dibuat draft peraturan serahsimpan hasil karya yang mau

diajukan ke rektor. Karena beberapa perguruan tinggi lain ini sudah menjadi syarat untuk dapat wisuda, jadi yang boleh wisuda adalah yang sudah mendapat surat pernyataan dari perpustakaan bahwasanya hasil karyanya sudah diserahkan ke perpustakaan. Kalau dosen yang menyerahkan hasil karyanya itu ketika proses naik pangkat atau mau menjadi guru besar…”

(31)
[image:31.595.95.519.115.429.2]

56 Gambar 4.1 Koleksi skripsi, thesis dan disertasi tercetak perpustakaan UNIMED

4.3.2.2 Penyaringan

Pada perpustakaan Universitas Negeri Medan (UNIMED) tidak terjadi proses penyaringan bahan pustaka. Semua hasil karya yang diserahkan diterima seperti penyataan I2 :

…semuanya diterima, tidak ada yang di filter atau di saring. Jadi semua yang menyerahkan ya diterima, diperiksa kelengkapan hardcopy dan softcopy (CD) nya terus diserahkan ke pengolahan dan kemudian di publish”

(32)

57 adanya ketentuan dan peraturan tentang koleksi apa saja yang dijadikan koleksi

grey literature dan repository.

Namun proses penyaringan dokumen elektronik dilakukan apabila dokumen tidak memenuhi syarat atau ketentuan kelengkapan isi dokumen sebagai berikut:

1. Dokumen diserahkan dalam bentuk CD

2. Isi dokumen CD harus sesuai dengan dokumen tercetak

3. Isi dokumen dibuat dalam bentuk word document (doc) dan pdf

4. Susunan dokumen tidak boleh dipisah mulai dari cover sampai dengan lampiran

Apabila terdapat ketidaksesuaian kelengkapan yang di atas maka dokumen tersebut akan dikembalikan kepada mahasiswa tersebut untuk diperbaiki dan jika sudah sesuai maka dokumen tercetak dan elektronik dapat diterima dan diserahkan ke bagian pengolahan. Dalam proses inilah terjadinya proses penyaringan dokumen yaitu penyaringan dokumen elektronik yang tidak sesuai syarat kelengkapan perpustakaan UNIMED.

4.3.3 Pengorganisasian dan Penyimpanan Grey Literature 4.3.3.1 Pengorganiasaian Grey Literature Tercetak

(33)

58 Kegiatan kerja bagian pengolahan yaitu katalogisasi, klasifikasi, kelengkapan koleksi tercetak, penyimpanan dan penyusunan koleksi (shelving).

Pada perpustakaan UNIMED pengolahan bahan pustaka telah terintegrasi dengan sistem automasi perpustakaan dan diaplikasikan di perpustakaan unimed. Klasifikasi di perpustakaan UNIMED menggunakan system Dewey Decimal

Classification (DDC 21) dan proses penentuan tajuk subjek menggunakan

pedoman Library of Congress Subject Headings (LCSH). Berikut pernyataan I1:

disini menggunakan DDC 21 untuk nomor kelas nya dan untuk

penentuan subjeknya pakai LCSH..”

Library of Congres Subject Heading (LCSH): Golongan Utama Dewey

000 Generalities

100 Philosophy & Psycology

200 Religion

300 Sosial Science

400 Language

500 Natural Science & Mathematics 600 Technology (Applied Science)

700 The Arts

(34)

59 Contoh Penjabaran Golongan Utama

600 Technology

650 Management and Auxiliary Service 658 General Management

658.1 Organization and finance 658.15 Financial Management 658.151 Financial Control 658.151 1 Managerial Accounting

[image:34.595.159.457.486.697.2]

Semakin panjang nomor klasifikasinya semakin rinci materi yang dikandung ko tersebut. Nomor klasifikasi tersebut yang dijadikan sebagai nomor panggil (call number) untuk setiap koleksi yang terdapat pada setiap punggung dokumen. Berikut adalah contoh nomor klasifikasi/ nomor panggil sebuah tesis:

(35)

60 Keterangan :

TS = Singkatan dari Tesis 375.001 = Nomor klasifikasi DDC Ram = Tiga huruf pertama pengarang P = Huruf pertama judul

Namun kedepannya perpustakaan UNIMED tidak akan menggunakan DDC 21 lagi dalam pemberian nomor klasifikasi koleksi grey literature

melainkan menggunakan “code in house”. Kode ini adalah kode yang digunakan perpustakaan unimed sendiri agar memudahkan pengguna menemukan grey literature yang dibutuhkan di rak koleksi. Karena “code in house” dibuat agar susunan di rak koleksi disesuaikan dengan program studi hasil karya itu berasal. Berikut format “code in house” yang akan dibuat :

Keterangan : SK = Skripsi (Kategori hasil karya) 2015 = Tahun terbitan hasil karya SIM = Tiga huruf pertama pengarang

01 = Nomor urut saat penerimaan hasil karya SK – 2015

(36)

61 Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam pengolahan koleksi grey literature yaitu sebagai berikut:

1. Membuat deskripsi bibliografi yang lengkap sesuai isi dokumen

2. Jika deskripsi benar, kemudian menentukan tajuk subjek sesuai pedoman LCSH

3. Kemudian berdasarkan subjek tersebut tentukan nomor kelas menggunakan DDC edisi 21

4. Tuliskan nomor panggil (call number) pada setiap dokumen kemudian entri data dokumen tersebut ke database perpustakaan.

5. Membuat label , penyampulan dan kelengkapan dokumen

6. Serahkan dokumen ke unit layanan deposit lalu dokumen disimpan dan disusun dirak sesuai peraturan perpustakaan Unimed.

Prosedur kerja inilah yang dijadikan sebagai panduan untuk melakukan pengolahan koleksi grey literature, oleh sebab itu pustakawan bagian pengolahan dapat mengetahui apa saja yang harus dilakukan dalam sehingga dapat mengefisiensi waktu pengolahan dokumen tersebut.

4.3.3.2 Pengorganisasian Grey Literature Elektronik

(37)

62 Berikut ini adalah proses digitalisasi koleksi grey literature yaitu

[image:37.595.167.455.218.410.2]

1. PEMBONGKARAN : Dokumen yang dipilih adalah skripsi dan thesis dibawah tahun 2012 yang belum di digitalisasi. Dokumen dibongkar jilidnya agar mudah discan seperti Gambar 4.4 di bawah ini.

Gambar 4.3 Koleksi Skripsi yang telah dibongkar jilidnya

2. SCANNING : Dokumen discan mulai dari halaman judul hingga lampiran dan disimpan dalam format PDF seperti Gambar 4.5 di bawah ini.

[image:37.595.182.463.526.707.2]
(38)

63 3. EDITING : Dokumen yang sudah berbentuk pdf kemudian dipisah

sesuai dengan bagiannya seperti abstrak, kata pengantar, daftar isi, bab 1-bab 4 dan seterusnya. Kemudian diberikan watermark dan footer

serta security dihalaman yang perlu.

4. UPLOADING : File diupload dalam website satu per-satu dan kemudian masukkan metadata seperti judul, pengarang, subjek deskripsi bibliografi lainnya dalam database perpustakaan. Gambar 4.6 berikut ini adalah contoh metadata file elektronik skripsi.

Gambar 4.5 Metadata Dokumen Repository menggunakan Standar Dublin Core Metadata yang digunakan pada e-repository perpustakaan UNIMED adalah standar Dublin Core. Metadata Repository Perpustakaan Unimed terdiri dari :

1. Category

2. Title

(39)

64

4. 1st Creator , 2nd Creator

5. Subject

6. Alternative Subject

7. Keyword

8. Description

9. Alternative Description

10.Publisher (Date, Type, Format, Source, Language, Coverage, Right,

Owner Department)

11.Collection ID

12.Call Number

13.Relative Subject

[image:39.595.117.537.470.712.2]

Proses-proses pengolahan e-repository dapat dilihat pada skema Gambar 4.7 berikut:

Gambar 4.6 Skema Proses Digitalisasi Dokumen DOKUMEN

TERCETAK

SCANNING EDITING

File PDF

UPLOADING

WEB

SELESAI

FILE

(40)

65 Dari hasil pengamatan, penyimpanan (storage) yang dilakukan perpustakaan Unimed masih belum memiliki server tersendiri yang khusus menyimpan semua data perpustakaan namun menyatu pada data centre induk organisasi Unimed itu sendiri yang disimpan di PUSKOM UNIMED. Namun kedepannya perpustakaan akan memiliki server tersendiri untuk penyimpanan semua data koleksi perpustakaan. Hal ini dilakukan agar data koleksi aman dan terbackup jika suatu saat terjadi bencana yang mengakibatkan hilangnya seluruh data yang berada di data centre puskom unimed.

4.3.4 Penyebaran dan Akses Temu Kembali Grey Literature

Proses pengaksesan dan temu kembali merupakan suatu proses yang sangat penting yang menentukan keberhasilan perpustakaan, dimana pada proses inilah ditentukan sampai atau tidaknya informasi yang telah diolah dan tersedia di perpustakaan untuk bisa dimaanfaatkan oleh pengguna (user).

Dokumen tercetak khusus skripsi, thesis, disertasi dan laporan penelitian dapat ditemukan di lantai 3 perpustakaan Unimed dan prosiding terdapat di lantai 1. Sedangkan untuk koleksi elektronik dapat diakses dalam repository unimed yaitu dan juga dapat diakses langsung melalui OPAC unimed yang sudah terintegrasi dengan repository. Sesuai dengan penyataan I1 berikut :

(41)

66 Isi dokumen elektronik yang dilayankan kepada pengguna umum dapat berupa teks penuh (fulltext) tetapi dengan ketentuan hanya pengguna yang menjadi anggota perpustakaan unimed saja sedangkan pengguna yang tidak terdaftar sebagai anggota tidak dapat mengakses bab 2-bab 4 tetapi hanya abstrak, daftar isi, bab 1, bab 5 dan daftar pustaka. Hal ini dilakukan karena masih ada pro dan kontra antar dosen apabila keseluruhan isi dapat diakses secara terbuka.

Dalam penelusuran file elektronik, dapat dilakukan dengan cara mengetikkan kata kunci (keyword) pada system yang ada sama seperti layaknya menggunakan search engine. Berikut pernyataan I1 :

“…titik akses penelusuran bisa dengan judul, penulis, subjek…”

[image:41.595.111.506.559.732.2]

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa yang dapat dijadikan titik akses penelusuran dokumen eketronik koleksi repository yaitu judul, nama penulis, subjek. Dengan demikian cukup banyak yang dapat digunakan oleh pengguna sebagai titik akses dalam penemuan dokumen. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 4.8 yang merupakan tampilan awal (homepage) website perpustakaan UNIMED dan terdapat kotak pencarian koleksi serta jumlah visitor setiap hari.

(42)

67 Untuk menelusuri koleksi repository Perpustakaan Unimed melalui web dapat dilakukan melalui beberapa langkah yaitu :

1. Pengguna cukup dengan mengetikkan keyword pada sistem yang tersedia seperti layaknya menggunakan search enggine seperti Google dan Yahoo.

2. Pengguna menelusur berdasarkan subjeknya misalnya master theses, Undergraduate theses di repository unimed.

3. Pengguna menelusur dengan menggunakan titik akses penelusuran seperti judul, penulis, tahun terbit, subjek dokumen

[image:42.595.118.505.453.703.2]

Dari proses tersebut dapat jelas terlihat dari Gambar 4.9 dibawah ini yang merupakan tampilan homepage repository dan terdapat kotak pencarian dokumen untuk menelusur file yang diinginkan.

(43)

68 4.3.5 Pemanfaatan Kembali Pengetahuan

Pemanfaatan kembali dilakukan pengguna perpustakaan berawal dari informasi yang telah mereka dapatkan, semakin relevan informasi yang didapat semakin besar pula pemanfaaatan yang dapat dilakukan. Jenis koleksi grey literature yang umum dimanfaatkan adalah skripsi, berikut pernyataan I2 dan I3:

...biasanya mahasiswa lebih sering mencari skripsi sih disini, karena rata-rata pengunjungnya mahasiswa S1 yang sedang menyusun skripsi”

“…skripsi paling sering, karna kan lagi nyusun skripsi juga”

Dari kedua pernyataan di atas, dapat diketahui bahawa koleksi grey literature yang paling sering digunakan dan dimanfaaatkan adalah koleksi skripsi.

Untuk pendistribusiannya, pengguna menggunakan cara cetak konvensional ataupun dalam bentuk softcopy, selanjutnya informasi yang telah didapat dimanfaatkan oleh pengguna sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.

Berikut pernyataan dari I3 dan I4 :

…tercetak, karena lebih mudah didapatnya, lagian jarang buka repository karena kurang bisa gunainnya…”

“Kalo saya lebih suka yang pdf , gak perlu ke perpus lagi buat cari tercetaknya”

(44)

69 1.1 4.4 Rangkuman hasil Penelitian

NO Kategori Hasil Penelitian

1.

Jenis Koleksi Grey Literature di Perpustakaan Unimed.

Koleksi Grey Literature Perpustakaan Unimed yang dijadikan koleksi repository merupakan hasil karya ilmiah yang diperoleh dari seluruh unit di lingkugan Unimed yang diserahkan ke perpustakaan dalam bentuk tercetak dan elektronik (CD). Koleksi tersebut meliputi : Skripsi, Tesis, Disertasi, Karya ilmiah dosen dan peneliti, Prosiding seminar dan lokakarya, Laporan penelitian atau hasil penelitian, Biografi dosen.

2.

Pengadaan dan Penyaringan Grey Literature

Pengadaan koleksi deposit yang dilakukan Perpustakaan Unimed bersumber dari internal Unimed itu sendiri tidak ada dari koleksi luar (eksternal). Dalam pengadaan koleksi grey literature tidak dilakukan proses penyaringan disebabkan koleksi ini merupakan koleksi yang sudah terpilih. 3. Pengorganiasian dan Penyimpan-an Koleksi Grey Literature

Pengolahan/pengorganisasian dilakukan berdasarkan pedoman Dewey Decimal Classification (DDC) yang terintegrasi dengan sistem automasi perpustakaan sehingga koleksi dapat diakses dengan mudah melalui OPAC dan Digital Repository. Penyimpanan yang dilakukan masih belom dimiliki secara mandiri oleh pihak perpustakaan Unimed karena masih berada pada Data Centre (Pusat Data) yang berada di Puskom Unimed.

4.

Pengorganisasian Grey Literature Elektronik (Koleksi Repository)

Dalam proses pengorganisasian grey literature elektronik meliputi proses digitalisasi yang dilakukan melalui 4 tahapan yaitu pembongkaran, scanning, editing dan uploading. Dalam membuat deskripsi atau metadata koleksi digital di perpustakaan Unimed menggunakan standar Dublin Core.

5.

Penyebaran dan Akses Temu Kembali

Dokumen tercetak khusus skripsi, thesis, disertasi dan laporan penelitian dapat ditemukan di lantai 3 perpustakaan Unimed dan prosiding terdapat di lantai 1. Sedangkan untuk koleksi elektronik dapat diakses dalam repository

unimed yait dan juga dapat

diakses langsung melalui OPAC unimed yang sudah terintegrasi dengan repository.

6.

Pemanfaatan Kembali Pengetahuan

(45)

70 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dan pembahasan yang dilakukan, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Koleksi grey literature yang juga menjadi koleksi repository

Perpustakaan Unimed meliputi Skripsi, Tesis, Disertasi, Karya ilmiah dosen dan peneliti, Prosiding seminar dan lokakarya, Laporan penelitian atau hasil penelitian, Biografi dosen. Semua koleksi tersebut merupakan hasil karya ilmiah terbitan dari seluruh unit lingkungan internal Universitas Negeri Medan itu sendiri. Adapun bentuk dari grey literature

yaitu dalam bentuk tercetak yang berjumlah lebih dari 53.000 eksemplar dan elektronik sebanyak 36.203 judul.

(46)

71 terpilih dan berbeda dengan buku yang harus diseleksi sesuai dengan kebutuhan pengguna sebelum diadakan di perpustakaan.

3. Pada perpustakaan Unimed pengorganisasian grey literature tercetak penggolongan/klasifikasi menggunakan sistem Dewey Decimal

Classification (DDC) dan tajuk subjek berpedoman pada Library of

Congress Subject Headings (LCSH). Namun kedepannya, perpustakaan

Unimed akan membuat sistem ’’code in house’’ agar memudahkan pengguna menemukan grey literature yang dibutuhkan di rak koleksi. Karena “code in house” dibuat agar susunan di rak koleksi disesuaikan dengan program studi hasil karya itu berasal.

4. Sedangkan dalam proses pengorganisasian koleksi digital (repository) dilakukan proses digitalisasi yang meliputi 4 tahapan yaitu pembongkaran, scanning, editing dan uploading. Dokumen tersebut dalam bentuk Portable Document Format (PDF). Dalam membuat deskripsi atau metadata koleksi digital di perpustakaan Unimed menggunakan standar Dublin Core. Dalam proses penyimpanannya Penyimpanan yang dilakukan masih belom dimiliki secara mandiri oleh pihak perpustakaan Unimed karena masih berada pada Data Centre

(Pusat Data) yang berada di Puskom Unimed.

(47)

72 pengguna tidak sulit dalam mengakses dokumen yang dibutuhkan. Sedangkan untuk koleksi tercetak dapat ditemukan di lantai 3 perpustakaan Unimed.

6. Pada proses pemanfaatan pengetahuan koleksi grey literature yang paling sering digunakan dan dimanfaaatkan adalah koleksi skripsi dan lebih banyak memanfaatkan koleksi tercetak dikarenakan masih kurangnya kemampuan (literasi) informasi mahasiswa dalam penelusuran secara digital. Hal ini juga dilihat dari banyaknya mahasiswa yang memfotokopi koleksi tercetak untuk pemanfaatan penelitian mereka.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pengamatan, pengolahan data, dan pembahasan hasil penelitian, maka penulis mencoba untuk mengemukakan beberapa saran:

1. Diharapkan kepada Rektor Unimed untuk segera menetapkan peraturan tertulis yang mewajibkan seluruh hasil karya ilmiah harus diserahkan ke perpustakaan dan menjadi syarat penting yang disertakan sanksi jika tidak dapat dipenuhi.

2. Diharapkan kepada pihak Perpustakaan Unimed untuk dapat memperluas akses kerja sama dengan perpustakaan perguruan tinggi lain dan menambah perbendaharaan koleksi grey literature dan koleksi repository.

(48)

73 perpustakan sehingga perpustakaan dapat menyusun rencara strategis terhadap peran Perpustakaan Unimed dalam konsep manajemen pengetahuan.

(49)

7 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Manajemen Pengetahuan

Konsep manajemen pengetahuan berasal dan berkembang di dunia bisnis, diterapkan dengan tujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki pengoperasian perusahaan dalam rangka meraih keuntungan kompetitif dan meningkatkan laba. Manajemen pengetahuan digunakan untuk memperbaiki komunikasi diantara manajemen puncak dan diantara para pekerja untuk memperbaiki proses kerja, menanamkan budaya berbagai pengetahuan dan untuk mempromosikan dan mengimplementasikan sistem penghargaan berbasis kinerja. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, konsep manajemen pengetahuan semakin berkembang pula sesuai dengan bidangnya.

(50)

8 Untuk dapat berpartisipasi aktif dalam siklus pengetahuan, dan mengelola pengetahuan yang explisit maupun implicit perpustakaan harus menjadi mitra bagi pengguna, menjadikan pengguna sebagai mitra, dan melayani mereka sebagai anggota jaringan. Disamping itu, perpustakaan harus menyediakan fasilitas yang memudahkan terjadinya keseluruhan proses pengetahuan. Dengan demikian, perpustakaan bisa membantu, para pengguna berkolaborasi menjadi manajer-manajer pengetahuan.

2.1.1 Pengertian Manajemen Pengetahuan

Seperti yang diketahui bahwa pengetahuan (knowledge) itu cukup kompleks jika diuraikan secara multiaspek. Dalam berbagai tulisan yang ada, manajemen pengetahuan adalah sebuah konsep baru di dunia bisnis utamanya, namun sekarang di banyak kegiatan organisasi, aplikasi manajemen pengetahuan sering digunakan, langsung ataupun tidak langsung.

Menurut Laudon (2002, 372) bahwa :

”Manajemen pengetahuan berfungsi meningkatkan kemampuan organisasi untuk belajar dari lingkungannya dan menggabungkan pengetahuan ke dalam proses bisnis. Manajemen pengetahuan adalah serangkaian proses yang dikembangkan dalam suatu organisasi untuk menciptakan, mengumpulkan, memelihara dan mendiseminasikan pengetahuan organisasi tersebut”.

(51)

9 Widayana (2005, 5) mendefinisikan bahwa:

Manajemen pengetahuan merupakan suatu sistem yang dibuat untuk menciptakan, mendokumentasikan, menggolongkan dan menyebarkan pengetahuan dalam organisasi. Sehingga pengetahuan mudah digunakan kapan pun diperlukan, oleh siapa saja sesuai dengan tingkat otoritas dan kompetensinya.

Manajamen pengetahuan juga berarti sebagai sebuah proses perencanaan dan pengontrolan kinerja aktivitas tentang pembentukan proses pengetahuan, yakni proses yang membantu suatu organisasi atau lembaga dalam mendapatkan, memilih, menyebarluaskan (distribusi), dan mentransfer informasi yang dianggap penting dan informasi yang didapat dari beragam keahlian seseorang seperti informasi yang muncul pada saat diskusi untuk menyelesaikan masalah organisasi, pembelajaran dinamis, perencanaan strategis, dan proses pengambilan keputusan. (Yusuf 2012, 23)

Banyak bidang ilmu yang mempelajari manajemen pengetahuan sehingga definisinya pun bervariasi. Dari kebanyakan pendapat yang dikemukakan mengenai pengertian manajemen pengetahuan, pengertian manajemen pengetahuan yang dinilai paling mendekati bidang ilmu perpustakaan yaitu pengertian dari Gartner Group yang dikutip oleh Srikantaiah (2000, 3) :

(52)

10 Dari pendapat-pendapat di atas dapat dipahami bahwa konsep manajamen pengetahuan berkaitan dengan manajemen dokumen yang menjadi salah satu fungsi perpustakaan yaitu penciptaan, pengumpulan, penyimpanan, pemanfaatan dan penyebaran serta penemuan kembali pengetahuan dan informasi yang tepat sehingga mudah diakses kapan pun diperlukan oleh siapa saja sesuai dengan kebutuhannya. Namun ada satu konsep baru yang menarik dalam manajemen pengetahuan yaitu experience in individual workers atau pengalaman kerja seseorang. Konsep ini yang belum diadaptasi oleh perpustakaan sehingga menjadi bidang kerja yang tidak hanya mampu mengembangkan organisasi tetapi juga bermanfaat bagi perpustakaan itu sendiri.

2.1.2 Manfaat Manajemen Pengetahuan

Pada umumnya manfaat dari manajemen pengetahuan adalah untuk meningkatkan kinerja organisasi. Menurut Webster Online Dictionary (2008, 2) manfaat manajemen pengetahuan adalah:

1. They facilitate the collection, recording, organization, filtering, analysis, retrieval, and dissemination of explicit knowledge. This explicit knowledge consists of all documents, accounting records, and data stored in computer memories. This information must be widely and easily available for an organization to run smoothly. A KMS is valuable to a business to the extent that it is able to do this. 2. They facilitate the collection, recording, organization, filtering,

analysis, retrieval, and dissemination of implicit or tacit knowledge. This knowledge consists of informal and unrecorded procedures, practices, and skills. This “how-to” knowledge is essential because it defines the competencies of employees. A KMS is of value to a business to the extent that it can codify these “best practices”, store them, and disseminate them through-out the organization as needed. It makes the company less susceptible to disruptive employee turnover. It makes tacit knowledge explicit. 3. They can also perform an explicitly strategic function. Many feel

(53)

11

strategic advantage that is truly sustainable. That is to build an organization that is so alert and so agile that it can cope with any change, no matter how discontinuous. This agility is only possible with an adaptive system like a KMS which creates learning loops that automatically adjust the organizations knowledge base every time it is used.

4. These three benefits mentioned above can be extended to the whole supply chain with the use of extranet based knowledge portals.

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa manfaat manajemen pengetahuan adalah memfasilitasi pengumpulan, perekaman, pengorganisasian, penyaringan, analisis, temu kembali dan penyebaran pengetahuan eksplisit dan implisit serta dapat menunjukkan fungsi strategis dengan sangat jelas.

Menurut Frappaolo dan Toms yang dikutip oleh Dewiyana (2009, 29), fungsi aplikasi manajemen pengetahuan dalam suatu organisasi ada lima, yaitu:

1. Intermediation: yaitu peran perantara transfer pengetahuan antara penyedia dan pencari pengetahuan. Peran tersebut untuk mencocokkan (to match) kebutuhan pencari pengetahuan dengan sumber pengetahuan secara optimal. Dengan demikian,

intermediation menjamin transfer pengetahuan berjalan lebih efisien. 2. Externalization: yaitu transfer pengetahuan dari pikiran pemiliknya

ke tempat penyimpanan (repository) eksternal, dengan cara seefisien mungkin. Externalization dengan demikian adalah menyediakan

sharing pengetahuan.

3. Internalization: adalah “pengambilan” (extraction) pengetahuan dari tempat penyimpanan eksternal, dan penyaringan pengetahuan tersebut untuk disediakan bagi pencari yang relevan. Pengetahuan harus disajikan bagi pengguna dalam bentuk yang lebih cocok dengan pemahamannya. Maka, fungsi ini mencakup interpretasi format ulang penyajian pengetahuan.

4. Cognition adalah fungsi suatu sistem untuk membuat keputusan yang didasarkan atas ketersediaan pengetahuan. Cognition merupakan penerapan pengetahuan yang telah berubah melalui tiga fungsi terdahulu.

5. Measurement, yaitu kegiatan knowledge management untuk

(54)

12 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi aplikasi manajemen pengetahuan adalah sebagai perantara transfer pengetahuan antara penyedia dan pencari pengetahuan dari pikiran pemiliknya ke tempat penyimpanan eksternal dan sebaliknya pengambilan pengetahuan dari penyimpanan eksternal yang disaring sesuai dengan kebutuhan dan mudah dipahami oleh pengguna.

2.1.3 Level Manajemen Pengetahuan

Level manajemen pengetahuan terdiri dari beberapa tingkatan yang digambarkan dengan piramida Gambar 2.1 dimana masing-masing tingkatan menunjukkan proses yang saling terkait satu sama lain.

Gambar 2.1 : Piramida Manajemen Pengetahuan

Sumber: Diolah dari Outsell (2000, 10); Bawden (1996, 75); Partridge dan Hussain (1994, 2); Rosenberg (2001, 70) dalam Dewiyana (2009, 24)

Wisdom

Knowledge

Information

Data

Knowledge analized and aplied

Information analized and aplied

Data analized and aplied

Disprate data Judgement and values

Experince and learning

Heuristic and rules

(55)

13 Berdasarkan Gambar 2.1 terdapat empat level dalam manajemen pengetahuan dengan rincian sebagai berikut:

Level 1: Data tersebar ditransformasikan oleh processing (pemrosesan data) ke informasi. Pada level ini biasanya disebut manajemen dokumen yaitu mengelolah isi informasi (content management), mengorganisasikan dan mendistribusikan informasi. Pemakai dapat melakukan akses dan temu kembali dokumen secara Online pada database.

Level 2: Data dianalisis dan diterapkan sehingga menjadi informasi. Pemakai bisa menyumbangkan informasi ke sistem, menciptakan isi baru dan mengembangkan database pengetahuan. Pemakai bisa membaca dokumen Online, men-download, melengkapinya dan kemudian mengirimkannya ke tujuan yang dikehendaki. Dengan demikian informasi dapat secara terus menerus di-update.

Level 3: Informasi dianalisis dan diterapkan sehingga menjadi pengetahuan. Hal ini memerlukan pemahaman tentang input dan output informasi untuk mendukung kegiatan organisasi. Pengetahuan dibangun oleh organisasi melalui proses pemerolehan, pendistribusian, kolaborasi dan komunikasi serta penciptaan pengetahuan baru.

Level 4: Pengetahuan dianalisis dan diterapkan sehingga membuat orang bijaksana. Pada level ini enterprise intelligence dikembangkan dengan membangun jaringan pakar, interaksi dengan database operasional, dan

performance support, dimana pengetahuan baru yang dihasilkan,

(56)

14 Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa terdapat keterkaitan antara level manajemen pengetahuan yang satu dengan level yang lain yaitu sebagai perantara transfer pengetahuan antara penyedia pengetahuan dengan pencari pengetahuan.

2.1.4 Jenis Pengetahuan

Menurut yang dikemukan oleh Polanyi (1967) yang dikutip oleh Prasetya bahwa pengetahuan dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan tacit dan explicit.

1. Pengetahuan Implisit (Tacit Knowledge)

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang berada di dalam pikiran manusia yang tidak dinyatakan dalam bentuk tulisan, melainkan sesuatu yang terdapat dalam benak orang-orang yang bekerja di dalam suatu organisasi. Pengetahuan implisit berupa wawasan (insights), gerak hati (intuitions), dan firasat (hunches) yang sulit diungkapkan dan dibagi kepada orang lain. Pengetahuan implisit bersifat subyektif, intuisi, terkait erat dengan aktivitas dan pengalaman individu serta idealisme, values, dan emosi.

Menurut Nonaka, pengetahuan implisit memiliki dua dimensi. Yang pertama adalah dimensi teknis dan yang kedua adalah dimensi kognitif, seperti dikutip berikut ini: “Technical dimensions encompasses the kind of informal personal skills often offered as “know-how”. Cognitive dimensions consist of

beliefs, ideals, values, and mental models” (Nonaka yang dikutip oleh Prasetya, 2014).

(57)

15 pengetahuan yang diperoleh karena pengalaman ini, relatif sulit didefinisikan dan dijelaskan.

b. Dimensi kognitif, terdiri dari kepercayaan, persepsi, idealisme, values, emosi dan mental yang juga sulit dijelaskan. Dimensi ini akan membentuk cara seseorang menerima segala sesuatu yang ada di lingkungannya.

Pengetahuan implisit individu ini sangat penting bagi sebuah organisasi. Berbeda dengan pengetahuan eksplisit, pengetahuan implisit adalah pengetahuan tak bersrtuktur. Pengetahuan implisit hanya berada dikepala manusia dalam bentuk abstrak. Pengetahuan implisit berbentuk pengalaman, skill, pemahaman, serta pengetahuan yang sulit diartikulasikan dan dituliskan dalam kata-kata, teks, maupun gambar yang berada di dalam benak seseorang.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka penulis memahami bahwa pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang bersumber dari pengalaman, keyakinan, asumsi, kebiasaan dan budaya atau proses pembelajaran yang terbentuk dalam pribadi maupun kelompok yang sifatnya sulit diidentifikasi, disimpan, dipetakan dan sulit dibagi.

2. Pengetahuan Eksplisit (Explicit Knowledge)

(58)

16 Menurut Awad dan Ghaziri yang dikutip oleh Prasetya (2014, 12) “pengetahuan eksplisit lebih mudah ditemukembali dan ditransfer kepada orang lain dibandingkan pengetahuan implisit. Hal ini disebabkan karena pengetahuan implisit sulit untuk dibagi melalui ruang dan waktu.”

Dari pengertian tersebut pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan implisit yang telah didokumentasikan, telah diartikulasikan dalam bahasa yang formal sehingga lebih mudah diterima oleh orang lain. Sedangkan menurut Nonaka dan Takeuchi (1995, 3), Explicit knowledge (documented, computer) readily accessible, as well as documented into formal knowledge resources that are often

well organized. Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang siap diakses, telah didokumentasikan dalam sumber pengetahuan formal yang telah diorganisir dengan baik.

(59)
[image:59.595.175.479.120.274.2]

17 Gambar 2.2 : Pertukaran Pengetahuan dalam Organisasi

Sumber : Nonaka yang dikutip oleh Dewiyana (2009, 26)

2.1.5 Sumber Pengetahuan

Sumber-sumber pengetahuan dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu: modal pengetahuan (knowledge capital), modal sosial (social capital) dan modal infrastruktur (infrastructure capital) (Short 2000, 354-357).

a) Modal pengetahuan (knowledge capital)

Aset pengetahuan boleh jadi tersimpan, atau terletak pada pekerjaan rutin, proses dan prosedur, peran jabatan dan pertanggungjawaban, dan struktur organisasi. Pengetahuan yang tersimpan dalam sistem ini digunakan secara reguler untuk melaksanakan tugas atau langkah-langkah proses pekerjaan secara konsisten.

b) Modal Sosial (social capital)

(60)

18 tersimpan dalam, tersedia melalui, dan diperoleh dari jaringan antar hubungan yang diproses oleh individu atau organisasi. Inti teori aset sosial adalah tersedianya jaringan antar hubungan yang menyediakan sumber untuk menjalankan kegiatan sosial, menyediakan koleksi aset pengetahuan yang dimiliki kepada anggota mereka.

c) Modal Infrastruktur (Infrastructure Capital)

(61)
[image:61.595.119.503.150.281.2]

19 Tabel 2.1 : Sumber-Sumber pengetahuan

Knowledge Resources Social Capital Infrastructure

Explicit Culture Processes

Tacit Trust Resources

Formal Knowledge Behavior Technology

Informal Human Capital Issues Matric

Sumber: Prusak (1998) seperti dikutip Koenig dan Srikantaiah (2000, 30)

Dari Tabel 2.1 dipahami bahwa agen yang menggunakan aset pengetahuan

(customer capital) berada dalam semua ranah. Di dalam sumber-sumber

pengetahuan mencakup customer, di infrastruktur juga mencakup customer, dan dalam social capital mencakup antar hubungan, bukan hanya dengan organisasi, tetapi juga dengan customer (dan supplier yang juga salah satu dari customer).

2.1.6 Penerapan Manajemen Pengetahuan

Menurut Bhatt yang dikutip oleh Dewiyana (2008, 12) menyatakan bahwa ada tiga aspek yang berkaitan dengan penerapan manajemen pengetahuan. Ketiga aspek tersebut adalah:

1. People aspects, terdiri dari pendidikan, pengembangan, rekrutmen, motivasi, retensi, organisasi, uraian pekerjaan, perubahan budaya perusahaan, dan mendorong adanya pengembangan pemikiran, kerjasama dan partisipasi seluruh pegawai (share knowledge to creating value through social interaction).

2. Process aspects, yaitu terdiri dari proses inovasi, continues improvement, dan perubahan radikal seperti reengineering.

(62)
[image:62.595.160.431.119.323.2]

20 Gambar 2.3 : Komponen Knowledge

Sumber: Bhatt, 2000

Dari Gambar 2.3 dapat diketahui bahwa komponen sumber daya manusia menjadi faktor penting penerapan manajemen pengetahuan untuk menghasilkan budaya belajar dalam suatu organisasi karena hampir sebagian besar pengetahuan yang dimiliki seseorang jauh lebih berpotensi daripada teknologi yang disediakan oleh organisasi.

Pendapat lain dikemukakan Brooking yang dikutip oleh Dewiyana (2008, 15), ada empat langkah strategi aplikasi manajemen pengetahuan di perpustakaan, yaitu:

1. Identify knowledge, yaitu mengidentifikasi pengetahuan, termasuk level dan fungsinya yang sebenarnya.

2. Audit knowledge yaitu mengidentifikasi pengetahuan optimal yang

diperlukan untuk melakukan pekerjaan yang optimal.

3. Docment knowledge, yaitu mendokumentasikan asset pengetahuan

(63)

21 Menurut Sangkala (2007, 201) ada sepuluh langkah strategi untuk menerapkan manajemen pengetahuan dalam organisasi, antara lain:

1. Analisis infrastruktur yang ada

2. Mengaitkan manajemen pengetahuan dengan strategi bisnis 3. Mendesain infrastruktur manajemen pengetahuan

4. Mengaudit aset dan sistem pengetahuan yang ada 5. Mendesain tim manajemen pengetahuan

6. Menciptakan blueprint manajemen pengetahuan 7. Pengembangan sistem manajemen pengetahuan 8. Prototipe dan uji coba

9. Pengelola perubahan, kultur dan struktur penghargaan

10. Evaluasi kinerja, mengukur roi, dan perbaikan sistem manajemen pengetahuan.

Langkah-langkah di atas merupakan suatu proses yang saling terkait satu sama lain sehingga menjadi suatu sistem yang utuh dari pendekatan knowledge management dalam pengelolaan perpustakaan.

Sedangkan menurut Bynton (1996), strategi aplikasi KM mencakup: (a)

making knowledge visible (mudah digunakan: menentukan siapa mengetahui apa;

klasifikasi keahlian); (b) building knowledge intensity (penciptaan pengetahuan/khazanah lokal: training, mengembangkan kecakapan; manajemen proses pengetahuan; dan jaringan); (c) developing a knowledge culture

(mendorong motivasi: nilai dan budaya, rewarding, sharing

Gambar

Tabel 4.1 : Karateristik Informan
Tabel 4.2 Jumlah Koleksi Digital (Unimed Repository)
Gambar 4.1 Koleksi skripsi, thesis dan disertasi tercetak perpustakaan UNIMED
Gambar 4.2 Contoh nomor klasifikai pada punggung koleksi tesis mengunakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Demikian kami sampaikan, atas perhatiaannya kami ucapkan

Jika pris duduknya berkelompok dan wanita duduknya berkelompok kecuali hanya ada satu orang pris dan wanita duduknya berdekatan, maka banyaknya cara duduk ketujuh orang tersebut

Abstract: This essay investigates the reasons behind the proliferation of haul celebrations in Indonesia. The study focuses on the construction of haul as a ritual forging

Partikel de digunakan untuk menunjukkan cara, alat ataupun sarana. Ciri kalimat yang menyatakan shudan yaitu dimana nomina yang bervalensi dengan partikel de adalah nomina

Conduc ă torul executiv al auditului de ţ ine responsabilitatea general ă pentru supervizarea misiunii, indiferent dacă este efectuată prin activitatea de audit intern sau

Model ini akan disimulasikan dalam ruang dengan dimensi tertentu dengan se- jumlah iterasi sehingga di setiap iterasi, posisi partikel akan semakin mengarah ke target yang

Isu penurunan daya saing yang dialami oleh industri Tekstil dan Produk Tekstil yang berada di Indonesia mengemuka sejak terdapat adanya persaingan global dengan negara-negara

Pada tahun 1895 Charles Overton menyatakan bahwa membran terdiri dari lipid. Berdasarkan pengamatannya bahawa unsur yang larut