• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa residu pestisida profenofos pada tanaman kakao dan lada dengan menggunakan kromatografi gas Flame Photometric Detector (FPD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa residu pestisida profenofos pada tanaman kakao dan lada dengan menggunakan kromatografi gas Flame Photometric Detector (FPD)"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Gambar IV: Gambar Ultrasonik

(3)
(4)
(5)

DAFTAR PUSTAKA

Djojosumarto,p.2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian.Penerbit Kanisius :

Yogyakarta

Djojosumartono, 2008 . Panduan Lengkap Pestisida dan Aplikasinya . PT.Agromedia

Pustaka : Jakarta

Lukito,2004 . Panduan Lengkap Budu Daya Kakao . PT.Agromedia Pustaka

Rohman,A . 2009 . Kromatografi Untuk Analisis Obat . Graha Ilmu . Yogyakarta

Sastrotomo,1992 . Pestisida Dasar-Dasar dan Dampak Penggunaannya . Gramedia

Pustaka Utama . Jakarta

Untung,k.2007 . Kebijakan Perlindungan Tanaman . Gadjah Mada University Press .

Yogyakarta

(6)

BAB 3

METODOLOGI

3.1Alat

Adapun alat-alat yang digunakan antara lain :

a. Kromatografi gas Shimadzu

b. Erlenmeyer 250 ml pyrex

c. Botol Vial -

d. Spatula -

e. Pipet Volume 20 ml pyrex

f. Labu alas pyrex

g. Rotari Evaporator Buchi-R-210

h. Corong pyrex

i. Tissue gulung -

j. Vortex mixer Eurolab

k. Neraca analitik Radwag

l. Rak tabung reaksi -

m. Tabung reaksi pyrex

n. Labu alas pyrex

o. Alu dan lumpang -

(7)

q. Pipet tetes -

r. Bola karet D & N

3.2 Bahan-bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan antara lain :

a. Kakao

b. Lada

c. Diklorometana

d. Toluena:Isooktana (10:90%)

e. Aseton

3.3 Prosedur

3.3.1 Prosedur sampel

1. Sampel biji-bijian(Kopi dan Kakao)

a.Ditumbuk sampel sampai halus

b.Ditimbang 25 g sampel dan di masukkan ke dalam erlenmeyer

c.Ditambahkan 100 ml pelarut Aseton: Dikloro – metana(50:50v/v)

d.Didiamkan selama 1 (satu) malam

e.Disaring menggunakan kertas saring

f.Dipipet 20 ml menggunakan pipet volume kedalam labu alas

(8)

h.Dimasukkan ke dalam tabung berskala 5 ml

i.Ditambahkan dan dicampurkan Toluena : Isooktana (10:90)

j.Di tera sampai 5 ml

k.Dipipet kedalam botol vial

l.Di injeksikan ke kromatografi gas

2. Sampel bumbu dan rempah (Cengkeh dan Lada)

a.Di tumbuk sampel sampai halus

b.Ditimbang 5 g sampel dan di masukkan ke dalam erlenmeyer

c.Ditambahkan 100 ml pelarut Aseton: Dikloro – metana(50:50v/v)

d.Didiamkan selama 1 (satu) malam

e.Disaring menggunakan kertas saring

f.Dipipet 20 ml menggunakan pipet volume kedalam labu alas

g.Dipekatkan dalam rotarievaporator pada suhu air 400c,sampai hampir

kering

h.Dimasukkan kedalam botol yang berskala 5 ml

i.Ditambahkan dan dicampurkan Toluena : Isooktana (10:90)

j.Ditera sampai 1 ml

k.Dipipet kedalam botol vial

(9)

3.3.2 pemakaian alat kromatografi gas

1. Hidupkan GC dan computer,tunggu sampai dilayar monitor muncul gambar

desktop.

2. Untuk mengaktifkan software chemstation ada 2 cara,yaitu dengan

- Double click icon instrument 1 online yang ada di desktop

- Atau dengan cara click icon start →All program→Agilent

chemstation→Instrument 1 online

3. Kemudian tunggu sampai software chemstation tampil di layar monitor,

perhatikan juga lampu remote yang ada di GC ! lampu remote ini yang

mengindeksikan komunikasi antara GC dan computer.jika lampu remote

tidak menyala segera hubungi pihak BERCA!

4. Perhatikan method yang sedang online.

5. Untuk memanggil method,click method→load method→kemudian pilih

method yang akan digunakan untuk analisa.

6. Setelah memilih method tampilan di layar akan berubah,perhatikan tulisan

“not ready” yang berwarna merah.

7. Tunggu sampai tulisan “not ready” yang berwarna merah berubah menjadi

“ready” dan berwarna hijau,tulisan ready menandakan bahwa GC sudah bisa

digunakan untuk analisa sampel.

8. Sebelum melakukan analisa (injeksi sampel),ada beberapa hal yang harus

dilakukan.

(10)

- Path dan subdirectory menunjukkan folder dimana file data

disimpan,sedangkan signal1/signal 2 adalah nama dari file data injeksi

(file chromatogram)

- Operator name,subdirectory dan signal 1/signal 2 dapat diisi sesuai

dengan keinginan pengguna GC (operator)

- Setelah selesai click OK.

9. Jika sampel sudah siap untuk dianalisa tekan tombol “start”yang ada pada

GC,lihat lampu Run yang ada pada GC.setelah selesai analisa lampu Run

akan padam kembali.

10.Setelah selesai analisa Run,click view→data analysis

11.Untuk memanggil data hasil injeksi click file→load signal,kemudian akan

muncul window.cari file data hasil injeksi berdasarkan sampel info!

12.Data hasil injeksi akan terlihat

13.Untuk melihat hasil injeksi click icon preview

(11)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari hasil percobaan yang dilakukan di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi

Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan untuk menganalisa residu pestisida

profenofos pada tanaman kakao dan lada dengan menggunakan kromatografi gas

dihasilkan data dan kromatogram penggunaan pestisida profenofos pada tanaman

[image:11.612.115.472.440.695.2]

kakao dan lada dapat dilihat pada tabel 4.1.

Table 4.1

Hasil analisa residu pestisida profenofos kakao Bangka belitung, kakao Tanah Karo,

dan lada

No Nama Sampel

Waktu retensi (menit)

TD TTD

1. Kakao Bangka Belitung A - TTD

2. Kakao Bangka Belitung B - TTD

3. Kakao Tanah Karo A - TTD

4. Kakao Tanah Karo B - TTD

5. Lada A - TTD

(12)

Keterangan : TD = Terdeteksi

TT = Tidak Terdeteksi

Kromatogram pestisida profenofos

(13)
[image:13.612.117.512.110.330.2]

Gambar 1A. kromatogram sampel kakao Bangka belitung A

[image:13.612.114.511.433.671.2]

Gambar 1B. kromatogram sampel kakao Bangka Belitung B

(14)
[image:14.612.115.508.84.310.2]

Gambar 2B. kromatogram kakao tanah karo B

[image:14.612.114.510.413.636.2]
(15)
[image:15.612.116.510.83.308.2]

Gambar 3B. kromatogram lada B

Dari hasil kromatogram tidak ditemukan kakao yang berasal dari bangka

belitung dan kakao yang berasal dari tanah karo, serta lada yang menggunakan

pestisida dengan merk dagang Curacron 50 EC secara berlebihan dan masih

menggunakan dosis yang tepat dan dosis yang tepat.

4.2 Pembahasan

Untuk menentukan kadar residu pestisida pada biji kakao dan biji lada dapat

digunakan dengan alat kromatografi gas. Komponen akan dipisahkan di dalam kolom

dan dideteksi oleh detektor yang kemudian tercatat pada recorder dan hasil keluarnya

kromatogram.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.24/Permentan/SR.140/4/2011

(16)

dengan tingkat residu yang diperkirakan aman ≤ 1 ppm untuk penggunaan insektisida

dan fungisida pada hasil pertanian :

1. Tanaman/komoditas padi, jagung, dan kedelai.

2. Tanaman/komoditas sayuran.

3. Tanaman/komoditas buah-buahan yang dikonsumsi tanpa kupas kulitnya.

4. Tanaman/komoditas bahan minuman.

Nilai Batas Maksimum Residu (BMR) yang diperoleh dari pengujian kadar

residu profenofos pada biji kakao bangka belitung, biji kakao tanah karo dan biji lada

adalah 0 atau tidak terdeteksi, sehingga biji kakao bangka belitung, biji kakao tanah

karo, dan biji lada yang diuji dapat dikonsumsi.

Keracunan pestisida yang akut berat dapat menyebabkan penderita tidak

sadarkan diri, kejang-kejang, bahkan meninggal dunia. keracunan kronis lebih sulit

dideteksi karena tidak segera terasa, tetapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan.akibat yang ditimbulkan oleh keracunan kronis tidak selalu

mudah diprediksi.

Resiko bagi keselamatan penggunaan pestisida adalah kontaminasi pestisidas

ecara langsung, yang dapat mengakibatkan keracunan, baik akut maupun kronis. kera

cunan akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala, pusing, mual, muntah, dan sebaga

inya. Beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi kulit, bahkan dapat

(17)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Batas maksimum residu pestisida (BMRP) adalah batas maksimum

kandungan residu pestisida di dalam produk pertanian tertentu yang diizinkan oleh

pemerintah.Kandungan residu pestisida diatas BMRP dianggap berbahaya bagi

kesehatan manusia yang mengkonsumsi atau terpapar oleh produk pertanian tersebut.

dengan alasan melindungi kesehatan manusia.

Residu pestisida yang terkandung dalam makanan akan tertimbun dalam

tubuh dan menimbulkan berbagai reaksi berbahaya yang secara perlahan-lahan

menggerogoti dan merusak sel-sel tubuh.

Flame Photometric Detektor (FPD) adalah detektor khusus untuk mendeteksi

senyawa sulfur, posfor, dan timah organik. Senyawa yang mengandung sulfur atau

fospor dibakar dalam nyala hydrogen/oksigen maka akan terbentuk spesies yang

tereksitasi dan menghasilkan suatu emisi yang spesifik yang dapat diukur pada

panjang gelombang tertentu. Detektor ini banyak digunakan untuk menganalisa

(18)

5.2Saran

a. Sebaiknya penggunaan pestisida pada tanaman perkebunan lebih diperhatikan lagi karena resiko bagi yang menggunakan pestisida pada tanaman

perkebunan sangat berbahaya

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PESTISIDA

2.1.1 Pengertian Pestisida

Peraturan Pemerintah (PP) No.7 tahun 1973 pertama kali memberikan pengertian

tentang pestisida menurut undang-undang. Pestisida merupakan semua zat kimia dan

bahan lain jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:

a. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak

tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.

b. Memberantas rerumputan.

c. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.

d. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian

tanaman tidak termasuk pupuk.

e. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan ternak.

f. Memberantas atau mencegah hama-hama air.

g. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam

rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.

h. Memberantas dan mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan

penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan

(20)

Dari pengertian Peraturan Pemerintah (PP) No.7 tahun 1973 tentang pestisida

tersebut diatas jelas bahwa yang diatur, dikendalikan, diawasi dan dikelola tidak

hanya pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman, tetapi juga untuk

pengendalian organisme pengganggu ikan, ternak, dan terutama manusia. Di samping

itu, pestisida yang diatur juga meliputi pestisida di rumah tangga, bangunan, serta

untuk penyimpanan dan pengangkutan.

2.1.2 Penggolongan Berdasarkan Cara Kerja Pestisida

1. Insektisida

Menurut “cara kerja”atau gerakannya pada tanaman setelah diaplikasikan,

insektisida secara umum dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut.

a) Insektisida sistemik

Insektisida sistemik diserap oleh organ-organ tanaman, baik lewat

akar, batang atau daun. Selanjutnya, insektisida sistemik tersebut mengi

kuti gerakan cairan tanaman dan ditransportasikan ke bagian-bagian

tanaman lainnya, baik ke atas (akropetal) atau ke bawah (basipetal),

termasuk ke tunas yang baru tumbuh. Contoh insektisida sistemik adalah

furatiokarb, fosfamidon, isolan, karbofuran, dan monokrotofos.

b) Insektisida Nonsistemik

Insektisida nonsistemik setelah diaplikasikan (misalnya disemprotkan)

pada tanaman sasaran tidak diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya

menempel di bagian luar tanaman. Insektisida nonsistemik sering disebut

(21)

Istilah kontak lebih tepat digunakan bagi cara kerja insektisida yang

berhubungan dengan cara masuknya kedalam tubuh serangga.Bagian

terbesar insektisida yang dijual di pasar Indonesia dewasa ini adalah

insektisida nonsistemik. Contoh dioksikarb, diazinon, diklorvos, profeno fos, dan quinalfos.

c) Insektisida Sistemik Lokal

Insektisida sistemik local adalah kelompok insektisida yang dapat

diserap oleh jaringan tanaman (umumnya daun), tetapi tidak ditranslokasi

kan ke bagian tanaman lainnya. Termasuk kategori ini adalah insektisida

yang berdaya kerja translaminar atau insektisida yang mempunyai daya

penetrasi ke dalam jaringan tanaman. Beberapa contoh di antaranya

adalah dimetan, furatiokarb, pyrolan, dan profenofos.

2. Fungisida

Pestisida untuk mengendalikan cendawan (fungi) menurut efeknya

terhadap cendawan sasaran terdiri atas dua macam. Pertama,

senyawa-senyawa yang mempunyai efek fungistatik, yakni senyawa-senyawa yang hanya

mampu menghentikan perkembangan cendawan. Cendawan akan berkembang

lagi bila senyawa fungistatik tersebut hilang. Kedua, senyawa-senyawa yang

mempunyai efek fungitoksik atau efek fungisida (fungicidal effect), yakni

senyawa yang dapat membunuh cendawan. Cendawan tidak berkembang lagi

(22)

3. Herbisida

Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan

gulma atau tumbuhan pengganggu yang tidak dikehendaki. Karena herbisida

aktif terhadap tumbuhan, maka herbisida bersifat fitotoksik.

2.1.3. Penggolongan Berdasarkan kelas kimia

Pestisida dikelompokkan pula menurut kelompok, golongan atau kelas

kimianya, yakni sekelompok pestisida yang mempunyai persamaan dalam rumus

[image:22.612.117.514.361.704.2]

dasar struktur molekulnya.

Tabel 2.1: Kelompok kimia insektisida

Kelompok Contoh

1) Organofosfat(OP):

a) Derivat alifatik

b) Heterosiklik

c) Derivat fenil

2) Karbamat:

a) Metil karbamat

b) Fenil karbamat

c) Karbamat pyrazol

d) Metil heterosiklik

Asefat, forat, dimetoat, dikrotovos,

malation, metamidofos

Asinfosmetil, fention, klorfirifos, metidation

Etil paration, fention, isofenfos, metal

paration, profenofos

Karbaril

Metiokarb, propoksur

Dimetilan, isolan, pyrolan

(23)

e) Oksim

3) Piretroid:

a) Light sensitive

b) Photostable

Aldikarb, metomil

Alletrin, tetrametrin,dan resmetrin

Sipermetrin, deltametrin, sihalotrin,

bifentrin, fenvalerat

2.1.4 Nama Kimia, Nama Umum, dan Nama Dagang

Setiap pestisida atau produk perlindungan tanaman yang di perdagangkan

terdiri atas tiga bagian utama, yakni bahan aktif, bahan pembantu dan

bahan-bahan pembawa. Bahan aktif adalah senyawa kimia atau bahan-bahan bioaktif lainnya(mikr

oorganisme) yang mempunyai efek pestisida, yakni meracuni Organisme

Perusak Tanaman (OPT) atau efek biologi lainnya, misalnya mengusir serangga, men

arik serangga, dan sebagainya.Bahan aktif tersebut diberi nama kimia, yakni nama

yang didasarkan atas struktur atau rumus kimia senyawa tersebut. Misalnya,

Insektisida yang dijual dengan nama dagang Curacron 500 EC mempunyai nama

kimia 0-4-bromo-2-chlorophenyl.

Insektisida Curacron 500 EC mempunyai bahan aktif bernama Profenofos.Na

ma umum atau nama generic pestisida yang bersangkutan sebagai salah satu syarat

(24)

2.1.5 Batas Maksimum Residu Pestisida

Batas maksimum residu pestisida (BMRP) adalah batas maksimum kandungan

residu pestisida di dalam produk pertanian tertentu yang diizinkan oleh

pemerintah. Kandungan residu pestisida diatas BMRP dianggap berbahaya bagi

kesehatan manusia yang mengkonsumsi atau terpapar oleh produk pertanian

tersebut. dengan alasan melindungi kesehatan manusia, setiap Negara menerapkan

dan menentukan nilai BMRP yang ketat sehingga dapat digunakan sebagai alasan

untuk memeriksa dan membatasi produk-produk pertanian yang memasuki

negaranya.

Pemerintah pada tahun 1996 memutuskan BMRP melalui keputusan bersama

antara menteri kesehatan dan menteri pertanian no.881/Menkes/SKB/VIII/1996

tentang batas maksimim residu pestisida pada hasil pertanian. Melalui Surat

Keputusan Bebas (SKB) tersebut telah ditetapkan nilai Batas Maksimum Residu

(BMR) (mg/kg), sekitar 2000 kombinasi antara bahan aktif pestisida dan

komoditas. SKB tersebut antara lain menyatakan bahwa hasil pertanian yang beredar

di Indonesia, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri tidak boleh

mengandung residu pestisida melebihi BMRP. hasil pertanian yang dimasukkan dari

luar negeri yang mengandung residu pestisida melebihi BMRP harus ditolak.

Sayangnya SKB tersebut sampai saat ini (2005), belum efektif dan

operasional sehingga dapat dimanfaatkan sebagai hambatan non-tarif dalam

perdaganagan global produk-produk pertanian. mekanisme dan prosedur penerapan

dan pengawasan ketetapan BMR pestisida pada tingkat lapangan belum diputuskan

(25)

antarsektor. Kelemahan dalam koordinasi kelembagaan, kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM), kelemahan dukungan penelitian dan keterbatasan sarana

laboratorium uji residu pestisida yang memenuhi syarat merupakan beberapa masalah

yang menyebabkan SKB tersebut masih belum berjalan (Untung,2007).

2.2.ORGANOFOSFAT

Organofosfat ditemukan pada tahun 1945. Struktur kimia dan cara kerjanya

berhubungan erat dengan gas syaraf. Organofosfat adalah pestisida yang mengandung

fosfor dan sulfur yang bersifat toksik dan beracun yang dapat menimbulkan efek pada

serangga, mamalia dan manusia melebihi inhibisi asetilkolinesterase pada saraf.

Organofosfat dapat menurunkan populasi serangga dengan cepat, persistensinya di

lingkungan sedang sehingga organofosfat secara bertahap dapat menggantikan

organoklorin. Sampai saat ini organofosfat masih merupakan insektisida yang paling

banyak digunakan diseluruh dunia. Contoh: malathion, monokrotofos, paration, fosf

amidon, bromofos, diazinon, dimetoat, fention, profenofos dan puluhan lainnya

(Sastroutomo,1992).

(26)

Profenofos adalah insektisida golongan organofosfat yang terdi dari gugus

(thiophosphate).

Sifat kimia :

a. Berat Molekul 373,65 g/mole

b. Titik didih 110 oc

c. Densitas 1,46 g/cm

d. Waktu paruh degradasi pada tanah 9 hari

e. Stabil pada kondisi sedikit asam dan tidak stabil pada kondisi basa.

Dalam penggunaannya profenofos secara biokimia dapat menghambat kerja

enzim cholisterase isomernya mampu menghambat kerja enzim acetylcholinesterase.

Dimana insektisida dan akasarida non sistemik yang bekerja ketika terjadi kontak

dengan kulit, termakan (masuk ke lambung), dan inhalasi (kesistem pernafasan). Dan

kegunaan profenofos adalah untuk mengontrol serangga (terutama lepidopetera) dan

tungau pada tanaman kapasa, tebu, kacang hijau, kentang, tembakau, sayur-mayur

dan tanaman lainnya.

Profenofos merupakan insektisida yang bersifat mudah terdegradasi,

profenofos dalam tanah akan hilang pada kondisi netral sampai basa dengan waktu

yang paruh beberapa hari.(http://profenofos, klorpirifos.html.co.id)

2.3 Kakao

2.3.1 Sejarah singkat Kakao

Produk coklat dihasilkan melalui tahapan dan proses yang relatif panjang.

(27)

dalamnya terdapat biji-biji kakao. Kakao berasal dari hutan-hutan tropis di Amerika

Tengah dan di Amerika Selatan bagian utara. Penduduk yang pertama kali

mengusahakan tanaman kakao serta menggunakan kakao sebagai bahan makanan

ndan minuman adalah suku Indian Maya dan suku Astek (Aztec).

Pada waktu itu, pengolahan biji kakao oleh orang-orang Indian dilakukan

dengan cara menyimpan biji kakao dan Mengeringkannya dengan cara menyimpan

biji kakao dan mengeringkannya dibawah sinar matahari.

2.3.2 Jenis Hama dan Pengendaliannya

a) Kepik Penghisap Buah

1. Gejala Serangan dan kerusakan

Serangga muda dapat menimbulkan kerusakan terhadap tanaman kakao

dengan cara menussukkan alat mulutnya ke dalam jaringan tanaman

untuk menghisap cairan sel-sel didalamnya.serangan hama ini dapat

menurunkan produksi sebesar 50-60%.

2. Pengendalian secara kimiawi berdasarkan sistem Dini

Beberapa insektisida anjuran yang telah mendapat izin dari

komisi Pestisida, karena secara ekonomi penggunaan insektisida dinilai

relatif mahal dan mempunyai resiko tinggi, baik terhadap

tenaga pelaksana maupun terhadap agroekosistem, maka

(28)

b) Ulat Api

1. Gejala serangan dan kerusakan

Serangan larva instar awal menimbulkan bintik tembus cahaya pada da

un, kemudian timbul bercak-bercak coklat yang sekelilingnya berwarna

kuning yang dapat meluas keseluruh permukaan daun. kerugian yang

terjadi karena menurunnya proses fotosintesis sehingga pembentukan

karbohidrat berkurang dan secara tidak langsung dapat menurunkan

produksi buah.

2. Pengendalian

Secara alami terdapat musuh-musuh bagi tanaman kakao, baik yang

parasit maupun predator. Namun, tampaknya musuh alami tersebut

belum dapat menekan ulat api sampai pada tingkat populasi yang tidak

merugi. Masih perlu dilakukan pengendalian secara kimiawi dengan

penggunaan insektisida.(Lukito,2004)

2.4 Lada

2.4.1 Sejarah singkat Lada

Lada merupakan salah satu jenis tanaman yang batangnya berbentuk

akar-akaran. Tanaman penghasil rempah-rempah yang bernama laktin piper nigrum L. Ini

masuk ke Indonesia sejak abad XVI (sekitar tahun 1547) Lada sudah dikenal

(29)

2.4.3 Jenis hama dan Pengendaliannya

a. Hama

Secara umum hama yang sering menyerang tanaman lada dibedakan atas

tiga jenis, yaitu hama yang menyerang buah dan bunga, dan menyerang

daun. Sementara hama yang menyerang akar tanaman lada jarang terjadi.

Kerusakan pada akar banyak disebabkan oleh serangan penyakit.

1. Hama yang menyerang bunga dan buah

Ada beberapa jenis hama yang menyebabkan keberadaan bunga dan

buah lada menjadi tidak normal, diantaranya ialah lalat.

2. Hama yang menyerang batang dan ranting atau cabang

Selain menyerang bunga dan buah, ada juga jenis hama yang

menyerang batang tanaman lada, baik batang muda, batang dewasa,

maupun batang tua.

3. Hama yang menyerang daun

Selain bunga, buah, dan cabang, ada juga hama yang menyerang

daun. Daun yang diserang dapat berupa daun muda maupun daun tua.

b. Pengendaliannya

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar tanaman lada terhindar dari

serangan hama dan penyakit. Bila tanaman sudah terlanjur diserang oleh

hama dan penyakit, sebaiknya keberadaannya diberantas dengan penggunaan

(30)

Tabel 2.2 Beberapa jenis pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit pada tanaman lada

Merek Dagang Jenis Pestisida Dosis Kegunaan

Curacron Insektisida 2 cc/l air Mengatasi Perusak daun dan

penghisap bunga/buah

Lannate Insektisida 2 cc/l air Mengatasi serangga

penghisap, lalat, ulat

Supracide 40 EC Insektisida 2 cc/l air Mengatasi kutu daun dan

lalat buah

(Sarpian,T.2004)

2.5 Kromatografi Gas

Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analit

dalam sampel terdistribusi antara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam

berupa bahan padat atau porus dalam bentuk molekul kecil, atau dalam bentuk cairan

yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada dinding kolom. Fase

gerak dapat berupa gas atau cairan. Jika gas digunakan sebagai fase gerak, maka

prosesnya dikenal sebagai kromatografi gas.

Prinsip dasar kromatografi gas melibatkan volatilisasi atau penguapan sampel

dalam inlet injektor, pemisahan komponen-komponen dalam campuran, dan deteksi

[image:30.612.113.504.127.370.2]
(31)

Mekanisme kerja kromatografi gas adalah sebagai berikut, gas dalam silinder

baja bertekanan tinggi dialirkan melalui kolom yang berisi fase diam. Cuplikan

berupa campuran yang akan dipisahkan, biasanya dalam bentuk larutan, disuntikkan

ke dalam aliran gas tersebut. Kemudian cuplikan dibawa oleh gas pembawa ke dalam

kolom dan di dalam kolom terjadi proses pemisahan. Komponen-komponen

campuran yang telah terpisahkan satu per satu meninggalkan kolom.

Suatu detektor diletakkan di ujung kolom untuk mendeteksi jenis maupun jumlah

komponen campuran. Hasil pendeteksian direkam dengan recorder dan dinamakan

kromatogram yang terdiri dari beberapa peak. Jumlah peak yang dihasilkan

menyatakan jumlah komponen (senyawa) yang terdapat dalam campuran.

Kromatografi gas telah digunakan untuk menganalisis bahan-bahan yang terkait

dengan bidang farmasi seperti pelarut, pengawet, dan bahan obat, mengamati

stabilitas suatu obat, dan untuk analisis senyawa obat dalam cairan biologis.

Sistem peralatan kromatografi gas

Sistem peralatan kromatografi gas ditunjukkan dengan komponen-komponen

utama yaitu:

1. Kontrol dan penyedia gas pembawa.

2. Ruang suntik sampel.

3. Kolom yang diletakkan dalam oven yang dikontrol secara termostatik.

4. Sistem deteksi dan pencatat (detektor dan recorder).

(32)

2.5.1 Fase Gerak

Fase gerak pada kromatografi gas juga disebut dengan gas pembawa karena

tujuan awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom, syarat gas pembawa adalah:

tidak reaktif, murni/kering karena tidak murni akan berpengaruh pada detektor, dan

dapat disimpan dalam tangki terkanan tinggi (biasanya merah untuk hidrogen, dan

abu-abu untuk nitrogen )

2.5.2 Ruang suntik sampel

Lubang injeksi di desain untuk memasukkan sampel secara cepat dan efisien.

Ada 4 jenis injektorpada kromatografi gas, yaitu :

a. Injeksi langsung, yang mana sampel yang dsi injeksikan akan diuapkan dalam

injektor yang panas dan 100% sampel masuk menuju kolom.

b. Injeksi terpecah, yang mana sampel yang diinjeksikan diuapkan dalam

injektor yang panas dan selanjutnya dilakukan pemecahan.

c. Injeksi tanpa pemecahan, yang mana hampir semua sampel diuapkan dalam

injektor yang panas dan dibawa kedalam kolom karena katup pemecah

ditutup.

d. Injeksi langsung ke kolom, yang mana ujung semprit dimasukkan langsung

kedalam kolom.

Teknik injeksi langsung kedalam kolom digunakan untuk senyawa-senyawa

(33)

dikhawatirkan akan terjadi peruraian senyawa tersebut karena suhu yang tinggi akan

terjadi pirolisis.

2.5.3 Kolom

Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya

terdapat fase diam. Ada 3 jenis kolom pada kromatografi gas yaitu, kolom kemas

(packing coloumn) yang terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat atau dari

lembaga dan aluminium.panjang kolom jenis ini adalah 1-5 meter dengan siameter 1-

4 mm. dan kolom kapiler (capillary colomn) sangat banyak dipakai karena kolom ini

memberikan efisiensi yang tinggi, serta kolom preparatif digunakan untuk

menyiapkan sampel yang murni dari adanya senyawa tertentu dalam matriks yang

kompleks.

Fase diamyang dipakai pada kolom kapiler dapat bersifat non polar, polar,

atau semi polar.

2.5.4 Detektor

Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat

keluar fase gerak(gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan.

Kromatogram yang merupakan hasil pemisahan fisik komponen-komponen oleh

kromatografi gas disajikan oleh detektor sebagai deretan luas puncak terhadap

waktu.

(34)

a. Flame Ionization Detector (FID) adalah detektor general untuk mengukur

komponen-komponen sampel yang memiliki gugus alkil (C-H).Komponen

sampel masuk ke FID,kemudian akan dibakar dalam nyala (campuran gas H2

dan udara), komponen akan terionisasi,ion-ion yang dihasilkan akan

dikumpulkan oleh ion collector,arus yang dihasilkan akan diperkuat,kemudian

akan dikonversi menjadi satuan tegangan.Semakin tinggi konsentrasi

komponen, makin banyak pula ion yang dihasilkan sehingga responnya juga

makin besar. Detektor ini mengukur jumlah atom karbon dan bersifat umum

untuk semua senyawa organik (Senyawa Flour tinggi dan karbondisulfida

tidak terdeteksi.

b. Thermal Conductivity Detector (TCD) adalah detektor paling general sebab

hampir semua komponen memiliki daya hantar panas. TCD bekerja dengan

prinsip mengukur daya hantar panas dari masing komponen.Mekanismenya

berdasarkan teori “Jembatan Wheatstone” di mana ada dua sel yaitu sel

referensi dan sel sampel. Sel referensi hanya dilalui oleh gas

pembawa,sementara sel sampel dilalui oleh gas pembawa dan komponen

sampel.Perbedaan suhu kedua sel akan mengakibatkan perbedaan respon

listrik antara keduanya dan ini akan dihitung sebagai respon komponen

sampel. Detektor TCD banyak digunakan untuk analisis gas.

c. Electron Capture Detector (ECD) adalah detektor khusus untuk mendeteksi

senyawaan halogen organik.Banyak diaplikasikan untuk analisis senyawaan

(35)

radioaktif Nikel,dan jumlah elektron yang hilang dari proses itu dianggap

linear dengan konsentrasi senyawaan tersebut.

d. Flame Photometric Detektor (FPD) adalah detektor khususs untuk mendeteksi

senyawa sulfur, posfor, dan timah organik. Senyawa yang mengandung sulfur

atau fospor dibakar dalam nyala hydrogen/oksigen maka akan terbentuk

spesies yang tereksitasi dan menghasilkan suatu emisi yang spesifik yang

dapat diukur pada panjang gelombang tertentu. Detektor ini banyak digunakan

untuk menganalisa pestisida.

e. Flame Thermionic Detector(FTD)adalah detektor khusus untuk mendeteksi

senyawaan nitrogen dan atau posfor organik.Prinsipnya adalah pembakaran

senyawaan komponen kemudian direaksikan dengan garam Rubidium dan

respon listrik yang dihasilkan akan diperkuat dan dikonversi menjadi satuan

tegangan. Banyak digunakan untuk analisis senyawaan pestisida. Detektor ini

sangat selektif terhadap nitrogen dan fosfor karena adanya elemen aktif diatas

aliran kapiler yang terbakar oleh plasma (1600˚C). Elemen dapat berupa

logam kalium, rubidium atau sesium yang dilapiskan pada silinder kecil

alumunium, dan berfungsi sebagai sumber ion di dalam plasma yang

menekan ionisasi hidrokarbon di dalam plasma tetapi menaikkan ionisasi

(36)

2.5.5 Komputer

Kromatografi gas modern menggunakan komputer yang dilengkapi dengan

pereangkat lunaknya untuk digitalisasi signal detektor yang mempunyai beberapa

fungsi antara lain:

a. Memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen seperti: aliran fase gas,

suhu oven dan pemrograman suhu, serta penyutikan sampel secara otomatis.

b. Menampilkan kromatogram dan informasi-informasi lain dengan

menggunakan grafik berwarna.

c. Merekam data kalibrasi,retensi, serta perhitunga-perhitungan dengan statistik.

d. Menyimpan data parameter analisis untuk analisis senyawa tertentu.

Recorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang

diperkuatmelalui elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Hasil recorder yang

berupa kromatogram berbentuk peak-peak dengan pola yang sesuai dengan kondisi

sampel dan jenis detektor yang digunakan. Dari kromatogram yang diperoleh dapat

(37)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pestisida adalah pembunuh hama, yang berasal dari kata pest yang berarti hama, dan

kata ceado yang berarti pembunuh. Macam-macam pestisida antara lain : Insektisida,

Fungisida, Rodentisida, Herbisida, Nematisida, Bakterisida,Virusida, Acorisida, Mitis

ida, Lamprisida dan lain-lain (Kartasapoetra,1993).

Beranekaragamannya masyarakat Indonesia secara langsung mempengaruhi

pengenalan mereka terhadap biji lada dan penggunaannya. Oleh karena itu, nama biji

atau tanaman lada di setiap daerah berbeda-beda.seperti halnya tanaman lain, lada

pun tidak terlepas dari serangan hama dan penyakit. Jenis hama dan penyakit yang

menyerang lada cukup banyak. Dengan berkembangnya teknologi, pembasmian hama

dan penyakit termasuk jenis insektisida dan fungisida (Riski, 2003).

Residu pestisida yang terkandung dalam makanan akan tertimbun dalam

tubuh dan menimbulkan berbagai reaksi berbahaya yang secara perlahan-lahan

menggerogoti dan merusak sel-sel tubuh Resiko bagi keselamatan pengguna

adalah kontaminasi pestisida secara langsung, yang dapat mengakibatkan keracunan,

baik akut maupun kronis. keracunan akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala, pusi

ng, mual, muntah, dan sebagainya. Beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi

(38)

Keracunan pestisida yang akut berat dapat menyebabkan penderita tidak

sadarkan diri, kejang-kejang, bahkan meninggal dunia. keracunan kronis lebih sulit

dideteksi karena tidak segera terasa, tetapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan. akibat yang ditimbulkan oleh keracunan kronis tidak selalu

mudah diprediksi.

Beberapa gangguan kesehatan yang sering dihubungkan dengan pestisida,

meskipun tidak mudah dibuktikan dengan pasti dan meyakinkan, adalah

kanker, gangguan syaraf, fungsi hati dan ginjal, gangguan pernapasan, keguguran,

cacat pada bayi, dan sebagainya (Djojosumarto,2000).

1.2. Permasalahan

Permasalahan apakah kadar pada profenofos yang digunakan untuk tanaman

kakao dan lada sudah sesuai dengan kadar yang telah ditentukan oleh pemerintah dan

jika melebihi kadar yang telah ditentukan oleh pemerintah apa resiko yang

ditimbulkan pada kesehatan.

1.3Tujuan

a. Untuk mengetahui apakah kadar residu profenofos yang digunakan pada

tanaman kakao dan lada sudah sesuai dengan kadar yang telah ditentukan oleh

pemerintah.

(39)

1.4Manfaat

a. Dapat mengetahui apakah kadar residu profenofos yang digunakan pada

tanaman kakao dan lada sudah sesuai dengan kadar yang telah ditentukan oleh

pemerintah.

(40)

ANALISA RESIDU PESTISIDA PROFENOFOS PADA

TANAMAN KAKAO DAN LADA DENGAN MENGGUNAKAN

KROMATOGRAFI GAS FLAME PHOTOMETRIC DETECTOR

(FPD)

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan analisa residu pestisida profenofos pada tanaman

kakao dan lada dengan menggunakan kromatografi gas dimana komponen yang akan

dipisahkan didalam kolom dan dideteksi oleh detektor yang kemudian tercatat pada

recorder dan hasilnya berupa kromatogram, pada kromatogram pembanding di

dapatkan waktu retensi pada profenofos 17,569, dan dari kromatogram kakao Bangka

belitung, kakao tanah karo, dan lada waktu yang didapatkan adalah ≤ 17,569 atau

tidak terdeteksi ini disebabkan karena pada penggunaan profenofos sesuai dosis yang

(41)

PROFENOFOS ANALYSIS

OFRESIDUALPESTICIDESINCOCOAANDPEPPERPLANTUSIN

GGASCHROMATOGHRAFY FLAME PHOTOMETRIC

DETECTOR (FPD)

ABSTRACT

The determination of analizing profenofos pesticide residue had been done to cacao

and pepper trees by using gas chromatography where the component in the column

would be seperated and detected by detector then recorded by recorder and the result

was chromatogram, from the reference chromatogram the recorded retention time for

profenofos was 17,569, and from bangka belitung cacao, tanah karo cacao, and

pepper were ≤ 17,569 or undetected caused by the using of profenofos with the

(42)

ANALISA RESIDU PESTISIDA PROFENOFOS PADA

TANAMAN KAKAO DAN LADA DENGAN MENGGUNAKAN

KROMATOGRAFI GAS FLAME PHOTOMETRIC DETEKTOR

(FPD)

TUGAS AKHIR

RINA LATIFAH

122401069

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(43)

ANALISA RESIDU PESTISIDA PROFENOFOS PADA

TANAMAN KAKAO DAN LADA DENGAN MENGGUNAKAN

KROMATOGRAFI GAS FLAME PHOTOMETRIC DETECTOR

(FPD)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

RINA LATIFAH

122401069

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(44)

PERSETUJUAN

Judul : Analisa residu pestisida profenofos pada tanaman kakao dan lada dengan menggunakan kromatografi gas Flame Photometric Detector (FPD)

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Rina Latifah

Nomor Induk Mahasiswa : 122401069

Program studi : Diploma Tiga (D-3) Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juni 2015

Program Studi D-3 Kimia FMIPA USU Pembimbing, Ketua,

Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si Dr.Amir Hamzah Siregar,M.Si

NIP.195509181987012001 NIP.196106141991031002

Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

(45)

PERNYATAAN

ANALISA RESIDU PESTISIDA PROFENOFOS PADA

TANAMAN KAKAO DAN LADA DENGAN MENGGUNAKAN

KROMATOGRAFI GAS FLAME PHOTOMETRIC DETECTOR

(FPD)

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2015

(46)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT atassegala rahmat dan

hidayah-Nya yang telah di berikan kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya. Tugas Akhir ini disusun sebagai

persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi D-3 Kimia Analis

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara

dengan judul ”Analisa Residu Pestisida Profenofos Pada Tanaman Kakao dan Lada

dengan Menggunakan Kromatografi Gas Flame Photometric Detector (FPD)”

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak menemukan kendala.

Namun berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya

penulis dapat mengatasi berbagai kendala tersebut dengan baik.Atas bantuan,

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak maka pada kesempatan ini dengan

segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Harno dan Ibunda Sri Bulan serta

keluarga yang telah memberikan bantuan moril dan materil serta doa restu

demi kesuksesan penulis.

2. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU.

3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA

USU.

4. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si selaku Ketua Program Studi D-3 Kimia

(47)

5. Bapak Dr.Amir Hamzah Siregar,M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

dengan tulus memberikan bimbingan kepada penulis dan bersedia

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu penulisan tugas

akhir ini.

6. Seluruh karyawan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebuan

(BBPPTP) Medan yang telah memberikan dukungan, semangat dan ilmu

baru kepada penulis.

7. Teman-teman seperjuangan D-3 Kimia stambuk 2012 dan seluruh pihak yang

tidak dapt penulis sebutkan satu persatu yang turut andil dalam membantu

penulis sehingga selesainya tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifa tmembangun

dari para pembaca untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini. Segala bentuk masukan

yang diberikan penulis terima dengan senang hati dan penulis ucapkan terima kasih.

Harapan penulis, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

umumnya dan bagi penulis khususnya.

Medan, Juni 2015

Penulis

(48)

ANALISA RESIDU PESTISIDA PROFENOFOS PADA

TANAMAN KAKAO DAN LADA DENGAN MENGGUNAKAN

KROMATOGRAFI GAS FLAME PHOTOMETRIC DETECTOR

(FPD)

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan analisa residu pestisida profenofos pada tanaman

kakao dan lada dengan menggunakan kromatografi gas dimana komponen yang akan

dipisahkan didalam kolom dan dideteksi oleh detektor yang kemudian tercatat pada

recorder dan hasilnya berupa kromatogram, pada kromatogram pembanding di

dapatkan waktu retensi pada profenofos 17,569, dan dari kromatogram kakao Bangka

belitung, kakao tanah karo, dan lada waktu yang didapatkan adalah ≤ 17,569 atau

tidak terdeteksi ini disebabkan karena pada penggunaan profenofos sesuai dosis yang

(49)

PROFENOFOS ANALYSIS

OFRESIDUALPESTICIDESINCOCOAANDPEPPERPLANTUSIN

GGASCHROMATOGHRAFY FLAME PHOTOMETRIC

DETECTOR (FPD)

ABSTRACT

The determination of analizing profenofos pesticide residue had been done to cacao

and pepper trees by using gas chromatography where the component in the column

would be seperated and detected by detector then recorded by recorder and the result

was chromatogram, from the reference chromatogram the recorded retention time for

profenofos was 17,569, and from bangka belitung cacao, tanah karo cacao, and

pepper were ≤ 17,569 or undetected caused by the using of profenofos with the

(50)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan iii

Pernyataan iv

Penghargaan v

Abstrak vi

Abstract vii

Daftar Isi viii

DaftarTabel ix

DaftarSingkatan x

BAB 1. Pendahuluan

1.1Latar Belakang 1

1.2Permasalahan 2

1.3Tujuan 3

1.4Manfaat 3

BAB 2. Tinjauan Pustaka

2.1 Pestisida 4

(51)

2.1.2 Penggolongan Berdasarkan Cara Kerja Pestisida 5

2.1.3 Penggolongan Berdasarkan Kelas Kimia 7

2.1.4 Nama Kimia, NamaUmum, danNamaDagang 8

2.1.5 Batas Maksimum Residu Pestisida 9

2.2 Organofosfat 10

2.2.1 Profenofos 10

2.3 Kakao 11

2.3.1 Sejarah singkat Kakao 11

2.3.2 Jenis Hama dan Pengendaliannya 12

2.4 Lada

2.4.1 Sejarah singkat Lada 13

2.4.2 Jenis Hama dan Pengendaliannya 14

2.5 Kromatografi Gas 15

2.5.1 Fase Gerak 17

2.5.2 Ruang suntik sampel 17

2.5.3 kolom 18

2.5.4 Detektor 18

2.5.5 Komputer 20

BAB 3. Metodologi

3.1 Alat 22

3.2 Bahan 23

(52)

3.3.1 Prosedur Sampel 23

3.3.2 Pemakaian alat kromatografi gas 25

BAB 4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil 27

4.2 Pembahasan 31

BAB 5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 33

5.2 Saran 34

Daftarpustaka

(53)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel2.1`: Kelompokkimiainsektisida 7

Tabel 2.2 : Beberapa jenis pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit pada tana

man Lada 12

Tabel4.1 :HasilanalisaresidupestisidaprofenofoskakaoBangkabelitung,

(54)

DAFTAR SINGKATAN

OPT : Organisme Perusak Tanaman

EC : Emulsiviable Concentrate

SDM : SumberDayaManusia

BMRP : Batas MaksimumResiduPestisida

BMR : Batas MaksimumResidu

KG : Kromatografi Gas

Gambar

Table 4.1
Gambar 1A. kromatogram sampel kakao Bangka belitung A
Gambar 2B. kromatogram kakao tanah karo B
Gambar 3B. kromatogram lada B
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Program STARFIK dan RTRAFIK dirancang pada PC yang berdiri sendiri spesifikasi minimalnya adalah At 286 yang memiliki satu atau lebih serial port. Sistim yang diperlukan adalah

Perancangan jaringan komputer ini dibuat suatu jaringan komputer yang luas (Wide Area Network), yang menggunakan alternatif media transmisi yang efisien dan efektif sehingga dapat

[r]

Nilai gelombang tersebut dijadikan bentuk angka-angka digital menggunakan sistem bilangan Biner yang mana hanya terdiri dari angka 0 dan 1 saja. Hasil dari pengkodean digital

[r]

Perancangan jaringan komputer ini dibuat suatu jaringan komputer yang luas (Wide Area Network), yang menggunakan alternatif media transmisi yang efisien dan efektif sehingga dapat

bahwa berdasarkan ketentuan pasal 7 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja