• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Yuridis Penggunaan Alat Penangkap Ikan Illegal Dalam Tindak Pidana Perikanan Dikaitkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa Yuridis Penggunaan Alat Penangkap Ikan Illegal Dalam Tindak Pidana Perikanan Dikaitkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ali, Mahrus. Dasar-Dasar Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta Timur, 2011.

Alimuddin, H.Supriadi. Hukum Perikanan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Anjarotni,dkk, Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Pengadilan Perikanan, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2009.

Apridar, Daya Saing Ekspor Ikan Tuna Indonesia, Yogyakarta : Graha Ilmu 2014.

Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Perizinan Penangkapan Ikan dan Sumber Daya Hayati Laut Lainnya di Perairan Nusantara, Jakarta, 1995. Chazawi, Adami. Pelajaran Hukum Pidana 1, Jakarta : RajaGrafindo Persada,

2002.

Ed: Anjarotni,dkk, Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Pengadilan Perikanan, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2009.

Ekaputra, Mohammad. Dasar – Dasar Hukum Pidana, Medan : Usu Press, 2010.

Faisal Riza, Marlina. Aspek Hukum Peran Masyarakat Dalam Mencegah Tindak Pidana Perikanan, Medan : PT. Sofmedia, 2013.

Fauzi, Akhmad. Kebijakan Perikanan dan Kelautan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.

H. Kordi K, M. Ghufran. Ekosistem Lamun (Seagrass), Rineka Cipta, Jakarta, 2011.

Maramis, Frans . Hukum Pidana Umum dan Tertulis Di Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012.

M. Sholehuddin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2003.

Poernomo, Bambang. Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1993.

(2)

Supramono, Gatot . Hukum Acara Pidana dan Hukum Pidana di Bidang Perikanan, Jakarta : Rineka CIpta, 2011.

Triwono, Djoko. Hukum Perikanan Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2013.

PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1985 Tentang Perikanan.

(3)

PENANGKAPAN IKAN DENGAN ALAT PENANGKAP IKAN DENGAN ALAT PENANGKAP IKAN ILLEGAL DALAM

(STUDI PUTUSAN No.04/Pid.Prkn/2012/PN.PTK dan No.189/PID.SUS/2012/PT.PTK)

A. Penggunaan Alat Penangkap Ikan Illegal Sebagai Bentuk Tindak

Pidana di Bidang Perikanan Menurut Undang-Undang Nomor 45

Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31

Tahun 2009 tentang Perikanan.

Penangkapan ikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh

ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau

cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,

menyangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah atau mengawetkan.46

Penggunaan alat penangkap ikan illegal pada umumnya disebabkan

oleh keinginan masyarakat untuk menempuh jalan pintas guna memperoleh

ikan secara cepat dan mudah. Banyak cara yang dilakukan oleh orang atau

perusahaan untuk melakukan penangkapan ikan seperti menggunakan peledak

atau bom ikan untuk mencari ikan adalah cara yang paling gampang. Bom

ikan dapat dengan mudah dibuat oleh banyak orang, daya ledak bom ikan

akan membuat ikan mati dalam sekejap, bahkan daya dorong gravitasinya dan

      

(4)

tekanan di bawah air akan bisa merusak kandung kemih ikan dan membunuh

ikan yang cukup jauh dari jangkauan bom ikan ini. Dalam hitungan menit

hasil tangkapan sudah bisa didapatkan dengan tanpa harus bekerja keras.

Masalah yang banyak terjadi saat ini adalah banyak dari nelayan yang

menggunakan alat penangkap ikan illegal dalam menangkap ikan di perairan

Indonesia, tindak pidana ini diatur dalam Pasal 85 Undang-Undang Perikanan

disebutkan bahwa setiap orang yang dengan sengaja memiliki, menguasai,

membawa, dan/atau menggunakan alat penangkap ikan dan/atau alat bantu

penangkap ikan yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya

ikan di kapal penangkap ikan di wilayah pengelolaan perikanan dipidana

dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda sebanyak Rp.

2.000.000.000 (dua miliar rupiah). Tindak pidana tersebut hanya dapat

dilakukan di perairan wilayah perikanan, dapat terjadi di laut, sungai maupun

danau di kapal penangkap ikan. Jika Kapalnya hanya sebagai pengangkut

hasil tangkapan ikan, bukan kapal penangkap ikan.

Masih banyak nelayan yang belum memahami dampak dari

penyimpangan tehnik penggunaan alat penangkap ikan tersebut, maka

pengguanan alat harus dilarang. Kejahatan ini disebut dengan delik dolus,

karena perbuatannya harus dilakukan dengan sengaja. Kejahatannya disebut

disebut sebagai delik formal, akibat perbuatan yang berupa mengganggu dan

merusak sumber daya ikan tidak diperlukan. Dengan perbuatan yang hanya

(5)

belum sampai menggunakan sudah dapat dikenakan Pasal 85 asalkan

dilakukan di atas kapal penangkap ikan.

Tindak pidana penangkapan ikan secara illegal adalah memakai Surat

Penangkapan Ikan (SPI) palsu, tidak dilengkapi dengan Surat Izin

Penangkapan Ikan (SIPI), isi dokumen tidak sesuai dengan kapal dan jenis

alat tangkapnya, menangkapa jenis dan ukuran ikan yang dilarang, serta

kegiatan penangkapan ikan secara illegal di perairan wilayah ZEE (Zona

Ekonomi Ekslusif) suatu negara dengan tidak memiliki izin dari negara

pantai.47

1. Ketentuan Alat Penangkap Ikan yang Diperbolehkan serta yang

illegal

Abad modern ini, pengelolaan dan penangkapan ikan dilengkapi

peralatan yang cukup modern, tidak lagi penangkapan yang dilakukan secara

tradisisonal. Dampak yang cukup dirasakan dari kegiatan pengelolaan

tersebut adalah terhadap ekosistem/lingkungan laut, terutama apabila

pengelolaannya tanpa memperhatikan ketentuan dan persyaratan yang

diwajibkan. Penentuan persyaratan sudah diperhitungkan kapasitas dan

kualitas lingkungan laut, sehingga pelanggaran terhadap persyaratan akan

merusak atau menghancurkan lingkungan laut.48

Menurut pasa 9 Undang – Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang

Perikanan alat penangkapan ikan yang dilarang adalah alat penangkapan ikan

yang tidak sesuai dengan ukuran yang ditetapkan, alat penangkapan ikan yang

tidak sesuai dengan persyaratan atau standar yang ditetapkan untuk tipe alat

tertentu dan/atau alat penangkapan ikan yang dilarang.49

      

47Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, Op., Cit, 2009, hal 48. 48 Marlina dan Faisal Riza, Op.,Cit hal 6.

(6)

Ketentuan mengenai alat penangkapan dan/atau alat bantu

penangkapan ikan yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya

ikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat 1 (satu) Undang-Undang

Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

Alat penangkap ikan adalah sarana dan perlengkapan atau benda-benda

lainnya yang dipergunakan untuk menangkap ikan.50

2. Penggunaan Alat Penangkap Ikan Yang Diperbolehkan51

1. Muroami

Adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yang tebuat dari jarring

dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap yang panjang, badan dan kantong

(cod end). Pemasangannya dengan cara menenggelamkan muroami yang

dipasang menetap menggunakan jangkar. Pada setiap ujung bagian sayap

serta di sisi atas kedua bagian sayap dan mulut jarring dipasang

pelampung bertali panjang. Untuk menarik jaring kea rah belakang,

menggunakan sejumlah perahu/kapal yang diikatkan pada bagian badan

dan kantong jaring.

Muroami dipasang di daerah perairan karang untuk menangkap ikan-ikan

karang (menancapkan tiang jaring akan merusak ekosistem terumbu

karang dan proses penggiringan ikan menuju mulut jaring dengan

menusukkan tongkat besi ke ekosistem karang) dan Pukat tarik/pukat

hela/trawl.

      

(7)

2. Pukat Udang

Adalah jenis jaring berbentuk kantong dengan sasaran tangkapannya

udang. Jaring dilengkapi sepasang 92 buah) papan pembuka mulut jaring

(otter board) dan turtle Excluder/ TED, tujuan utamanya untuk menangkap

udang dan ikan dasar, yang dalam pengoperasiannya menyapu dasar

perairan dan hanya boleh ditarik oleh satu kapal motor.

3. Pukat Ikan

Atau sering disebut Fish Net adalah jenis penangkap ikan berbentuk

kantong bersayap yang dalam pengoperasiaanya dilengkapi 2 (dua) papan

pembuka mulut, tujuan utamanya untuk menangkap ikan perairan

pertengahan dan ikan perairan dasar, yang dalam pengoperasiaanya ditarik

melayang di atas dasar hanya boleh 1 (satu) buah kapal bermotor.

4. Pukat Kantong

Adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yang terbuat dari jaring

dari 2 (dua) bagian sayap, badan dan kantong jaring. Bagian sayap pukat

kantong lebih panjang dari pada bagian sayap pukat tarik trawl). Alat

tangkap ini digunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan pelagis, dan

demersal. Pukat kantong terdiri dari Payang, Dogol dan Pukat Pantai.

5. Pukat Cincin atau Jaring Lingkar

Adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau

trapesium, dilengkapi dengan tai kolor yang dilewatkan melalui cincin

yang diikatkan pada bagian bawah jaring dapat dikuncupkan sehingga

(8)

6. Jaring Insang

Adalah alat penangkapn ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi

panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata. Lembaran jaring

dilengkapi dengan sejumlah pelampung pada tali ris atas dan sejumlah

pemberat pada tali ris bawah . Ada beberapa gill net yang mempunyai

penguat bawah terbuat dari saran sebagai pengganti pemberat.

Tinggi jaring insang permukaan 5-15 meter dan bentuk gill net empat

persegi panjang atau trapesium terbalik, tinggi jaring insang pertengahan

5-10 meter dan bentuk gill ner empat persegi panjang serta tinggi jaring

insang dasar 1-3 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang atau

trapesium. Bentuk gill net tergantung dari panjang tali ris atas dan bawah.

7. Jaring Angkat

Adalah penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring persegi panjang atau

bujur sangkar yng direntangkan atau dibentangkan dengan menggunakan

kerangka dari batang kayu atau bambu (bingkai kantong jaring) sehingga

jaring angkat membentuk kantong.

8. Pancing

Adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari sejumlah utas tali dan

sejumlah pancing. Setiap pancing menggunakan umpan atau tanpa umpan,

balik umpan alami ataupun umpan buatan. Alat penangkapan ikan yang

termasuk dalam klasifikasi pancing, yaitu rawai (long line) dan pancing.

(9)

Adalah alat penangkapan ikan berbagai bentuk yang terbuat dari jaring,

kayu dan besi, yang dipasang secara tetap di dasar perairan atau secara

portable (dapat dipindahkan) selama jangka waktu tertentu. Umumnya

ikan demersal terperangkap atau secara alami tanpa cara penangkapan

khusus.

10. Alat Pengumpul Rumput Laut

Adalah alat yang digunakan untuk mengambil dan mengumpulkan rumput

laut, terdiri dari pisau, sabit dan alat pengaruk. Pengumpulannya dilakukan

dengan menggunakan tangan dan pisau atau sabit sebagai alat pemotong

dan alat pengaruk sebagai alat pengumpul rumput laut. Hasil potongan

rumput laut dimasukkan ke dalam keranjang.

Masih banyak nelayan yang belum memahami dampak dari

penyimpangan tehnik penggunaan alat penangkap ikan tersebut, maka

penggunaan alat harus dilarang. Kejahatan ini disebut disebut dengan delik

dolus, karena perbuatannya harus dilakukan dengan sengaja. Kejahatannya

disebut sebagai delik forma, akibat perbuatan yang berupa mengganggu dan

merusak sumber daya ikan tidak diperlukan. Dengan perbuatan yang hanya

membawa atau menguasai alat penangkapan ikan atau alat bantunya dan

belum sampai menggunakan sudah dapat dikenakan Pasal 85 asalkan

dilakukan diatas kapal penangkap ikan.52

a. Alat Penangkap Ikan Yang dilarang

(10)

Alat penangkap ikan yang dilarang oleh pemerintah antara lain :53

1. Pukat Harimau

Jaring Trawl merupakan jenis-jenis jaring berbentuk kantong yang ditarik

oleh sebuah kapal bermotor dan menggunakan alat pembuka mulut jaring

yang disebut gawang atau sepasang alat pembuka dan jaring yang ditarik oleh

2 (dua) buah kapal bermotor. Nama lain dikenal dengan pukat harimau, pukat

tarik, jaring tarik, jaring trawl ikan, pukat apolo, pukat langgasi dan lain

sebagainya.

Alat tangkap ini merupakan alat tangkap yang produktif, untuk berbagai jenis

ikan dasar utamanya udang. Dengan demikian, penggunaan jaring trawl lebih

banyak berharap kepada jenis udang putih maupun udang windu yang mahal

harganya dibandingkan dengan perolehan jenis ikan. Oleh karena sifat

biologis udang senang hidup di dasar perairan dangkap dan banyak bahan

organiknya, maka jaring trawl lebih banyak beroperasi di pinggir pantai,

terutama di dekat muara yang subur perairannya, karena disitulah banyak

udang bermukim.

Disinilah yng menjadi pokok pangkal permasalahan timbulnya benturan

kepentingan antara nng pada nelayan/pengusaha jaring trawl yang pada

akhirnya mengakibatkan ketegangan sosial antara kedua kelompok tersebut.

Pada saat itu, yakni penghujung tahun tujuh puluhan, ketegangan tambah

meruncing sehingga dikhawatirkan menimbulkan akibat yang semakin

merugikan banyak pihak, termasuk keamanan dan kesejahteraan social

      

(11)

kelompok nelayan tradisional, maka berdasarkan Keputusan Presiden Nomor

39 Tahun 1980 penggunaan jaring trawl dilarang.

Ada 3 (tiga) pertimbangan mendasar yang melandasi mengapa sampai

dikeluarkan Keppres Nomor 39 Tahun 1980 tentang Penghapusan Jaring

Trawl, yaitu :54

a. Pembinaan kelestarian sumber daya perikanan dasar;

b. Mendorong peningkatan produksi nelayan tradisional;

c. Menghindarkan adanya ketegangan sosial.

Sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1 sampai Pasal 9 Keppres Nomor 39

Tahun 1980; maka penghapusan kegiatan penangkapan ikan dengan

menggunakan jaring trawl tersebut dilaksanakan secara bertahap. Jangka

waktu satu tahun terhitung tanggal 1 Juli 1980 sampai 1981 jumlah jaring

trawl dikurangi sehingga hanya tinggal sebanyak 1.000 (seribu) buah.

2. Pukat Udang

Adanya larangan penggunaan jaring trawl menyebabkan turunnya produksi

udang; dampak lanjutnya ekspor ke mancanegara cenderung turun.

Mengantisipasi situasi seperti ini maka Pemerintah mencanangkan Program

Udang nasional; melalui kebijakn pengembangan tambak udang maupun

penangkapan di laut untuk nelayan tradisional.

Beberapa ketentuan yang ditetapkan dalam penggunaan pukat udang adalah

sebagai berikut :

(12)

a. Pukat udang hanya diperbolehkan beroperasi di Kepulauan Kei,

Tanimbar, Aru, Irian Jaya dan Laut Arafura (131 0) BT ke Timur;

b. Izin penggunaan pukat udang dikeluarkan oleh Menteri Pertanian;

c. Jumlah pukat udang yang boleh beroperasi disesuaikan dengan daya

dukung sumber daya ikan/udang yang ada;

d. Di luar daerah yang telah ditetapkan tersebut (a) tetap berlaku Keppres

Nomor 39 Tahun 1980;kecuali untuk ilmu pengetahuan;

e. Hasil sampingan yang diperoleh dalam penangkapan dengan pukat

udang ini harus diserahkan kepada Perusahaan Negara untuk

dimanfaatkan.

3. Jaring Berkantong

Dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 503/Kpts/Um/7/1/1980 telah

ditetapkan pengertian tentang jaring trawl, sehingga jelas perbedaan amtara

alat tangkap trawl dengan jaring berkantong lain. Ternyata perkembangan

teknologi di kalangan Nelayan Usaha Skala Kecil mengakibatkan kerugian

bagi nelayan dengan skala usha kecil.

B. Kasus posisi

1. Kronologi Kasus

Adapun identitas dari Terdakwa yaitu55 :

Nama Lengkap : Kien Giang, Vietnam

      

(13)

Umur/tanggal lahir : 39 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Vietnam

Tempat tinggal :Thong Ten Huyen TP. Rach Gia Tinh Kien,

Vietnam, sekarang berdomisili di Stasiun Pengawas

Daya Kelautan dan Perikanan Pontianak Jln. Hatta

Kec. Sungai Kakap Kab. Kubu Raya

Agama : Budha

Pekerjaan : Nelayan/Nahkoda KM. DINAR BAHARI 03

Bahwa terdakwa Mr. NGUYEN LE HUNG selaku nahkoda Nahkoda

KM. DINAR BAHARI 03 bersama-sama dengan terdakwa Mr. NGUYEN

VAN DOAN selaku Nahkoda KM. DINAR BAHARI 02 (dilakukan

penuntutan secara terpisah), pada hari Sabtu tanggal 10 Maret 2012 sekira

jam 09.50 Wib atau setidak-tidaknya pada waktu bulan Maret tahun 2012

bertempat di Perairan Teritorial Laut Natuna pada posisi 020 55’ 023” N –

1080 03’ 565” E (nol dua derajat lima puluh lima menit nol dua puluh tiga

detik North seratus delapan derajat nol tiga menit lima ratus enam puluh lima

detik East) sesuai GPS atau 020 55’ 01” LU - 1080 03’ 34” BT (Dua Derajat

Lima Puluh Lima Menit Satu Detik Lintan Utara – Seratus Delapan Derajat

Tiga Menit Tiga Puluh Empat Detik Bujur Timur) setelah dikonversi dan

(14)

Laut Terirorial Indonesia di Perairan Laut Natuna, dan oleh karena terdakwa

dan barang bukti berupa KM. DINAR BAHARI 03 berada di Pelabuhan

/Dermaga Stasiun Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Pontianak

dan berdasarkan ketentuan pasal 3 ayat (2) PERMA No. 1 tahun 2007 tentang

Pengadilan Perikanan, maka Pengadilan Perikanan Pontianak pada

Pengadilan Negeri Pontianak yang berwewenang memeriksa dan mengadili

perkara ini, sebagai orang yang melakukan perbuatan atau turut serta

melakukan perbuatan atau turut serta melakukan perbuatan telah memiliki,

menguasai, membawa, dan/atau menggunakan alat penangkap ikan atau alat

bantu penangkapan ikan yang mengganggu dan merusak keberlanjutan

sumberdaya ikan di kapal penangkap ikan, di wilayah pengelolaan perikanan

negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1),

yang dilakukan oleh terdakwa dengan cara sebagai berikut :

Bermula terdakwa Mr. NGUYEN LE HUNG selaku nahkoda KM.

DINAR BAHARI 03 bersama-sama dengan terdakwa Mr. NGUYEN VAN

DOAN selaku Nahkoda KM. DINAR BAHARI 02 (dilakukan penuntutan

secara terpisah) berangkat dari pelabuhan Vietnam dengan menggunakan

bendera Vietnam yang tujuan ke perairan Vietnam dan perairan Indonesia

bendera Vietnam tersebut diganti dengan bendera Indonesia karena telah

memasuki wilayah Indonesia kemidian langsung melakukan penangkapan

ikan dengan menggunakan alat tangkap berupa jarring (trawl) ukuran + 500

meter, panjang badan kantong + meter dan lebar mulut jarring + 60 meter

(15)

KM. DINAR BAHARI 03 yang di Nahkodai oleh terdakwa kemudian salah

satu ujung tali pada jarring (trawl) dilemparkan ke kapal yaitu KM. DINAR

BAHARI 02 selanjutnya jarring (trawl) dirarik secara bersama-sama dengan

kecepatan yang sama oleh kedua kapal penangkap ikan tersebut sekitar 6 jam

kemudian jarring ditarik atau dinaikkan dan ikan diambil dan dikumpulkan

oleh kapal KM. DIANR BAHARI 03, pada saat kapal KM. DINAR

BAHARI 03 yang di Nahkodai oleh terdakwa tersebut sedang melakukan

penangkapanikan dengan menggunakan alat tangkap jaring (trawl) tersebut,

datang KP HIU 005 yang langusng menangkap kapal KM. DINAR BAHARI

03 pada posisi 020 55’ 023” N – 1080 03’ 565” E (nol dua derajat lima puluh

liama menit nol dua puluh tiga detik East) sesuai GPS atau 020 55’ 01’’ LU –

1080 03’ 34” BT (Dua Derajat Lima Puluh Lima Menit Satu detik Lintang

Utara – Seratus Delapan Derajat Tiga Menit Tiga Puluh Empat Detik Bujur

Timur) setelah dikonversi dan diplot pada peta laut kemudian saksi Ilman

Rustam bersama saksi Yatmono dan saksi Deddy yang merupakan ABK KP

HIU 005 melakukan pemeriksaan terhadap dokumen maupun surat-surat

kelengkapan Kapal LM. DINAR BAHARI 03 serta izin sah lainnya yang

dikeluarkan oleh Pemerintah RI yang dimiliki oleh terdakwa.

Bahwa terdakwa telah melakukan penangkapan ikan dengan ikan

dengan menggunakan alat penangkap ikan atau alat bantu penangkapan ikan

yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumberdaya ikan di kapal

penangkap ikan, di wilayah pengelolaanperikanan negara Republik Indonesia

(16)

tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004

tentang Perikanan.

Selanjutnya kapal KM. DINAR BAHARI 03 beserta terdakwa dibawa

oleh KP HIU 005 ke Stasiun PSKDP yang kemudian diserahkan kepada

PPNS Perikanan di Pelabuhan/Dermaga SKDP berdasarkan pasal 73 ayat (1)

Undang Nomor 45 tahun 2009 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan untuk diproses lebih lanjut.

Berdasarkan keterangan ahli di Bidang Perikanan MUHAMMAD

DONG.S.Pi bahwa posisi 02 55’ 023” N – 108 03’ 565” E (nol dua derajat

lima puluh lima menit nol dua puluh tiga detik North seratus delapan nol tiga

menit lima ratus enam puluh lima detik East) sesuai GPS atau 02 55’ 01” LU

– 108 03’ 34” BT (DUa Derajat Lima Puluh Lima Menit Satu Detik Lintang

Utara – Seratus Delapan Derajat Tiga Menit Tiga Puluh Empat Detik Bujur

Timur) setelah dikonversi dan diplot pada pada peta laut masuk dalam

Wilayah Perairan Indonesia tepatnya di Laut Teritorial Natuna, namun Surat

Ijin Penangkapan Ikan (SIPI) yang ada di KM DINAR BAHARI 03

menyatakan bahwa daerah operasinya pada perairan ZEEI Laut Cina Selatan

koordinat 03 LU ke Utara dan daerah larangan pada Laut Teritorial.

Bahwa barang bukti KM. DINAR BAHARI 03 telah dilakukan

pelelangan berdasarkan Surat Permohonan Lelang dari Stasiun PSDKP

Pntoanak kepada Pengadilan Perikanan Pada Pengadilan Negeri Pontianak

(17)

Penetapan Lelang dari Pengadilan Perikanan Pada Pengadilan Negeri

Pontianak Nomor. 02/Pen.Pid.Prkn/2012/PN.Ptk Tanggal 5 Juli 2012. Surat

Pernyataan Persetujuan Lelang atas nama Tersangka Mr. NGUYEN LE

HUNG kemudian dilakukan pelaksanaan lelang melalui Surat Permintaan

Bantuan Pelelangan Benda Sitaan/Barang Bukti Nomor

078/Sta.2/PP.550/IX/2012 tanggal 3 September kepada Kantor Pelayanan

Kekayaan Negara dan Lealng (KPKNL). Penetapan jadwal Lelang dengan

Nomor S-1732/WKN.11/KNL.01/2012 tanggal 6 september 2012

Kemudian untuk publikasi lelang, telah dilakukan Permohonan

Bantuan Penerbitan Pengumuman Lelang melalui Surat dari Stasiun PSDKP

Pontianak dengan Nomor 079/Sta.2/PP.550/IX/2012 Tanggal 6 September

2012 kepada Pimpinan Harian Berita Katulistiwa (BERKAT). Pelaksanaan

Lelang dilaksanakan pada hari Kamis, 13 September 2012 di Kantor Staisun

PSDKP Pontianak dengan menghasilkan uang hasil lelang KM. DINAR

BAHARI 03 senilai Rp. 60.900.000,00 (Enam Puluh Juta Sembilan Ratus

Ribu Rupiah) yang dituangkan pada Salinan Risalah Leang Nomor 280/2012

Tanggal 13 September 2012 dengan pejabat lelang Kosasih,S.H.

2. Dakwaan

Terdakwa Mr. NGUYEN LE HUNG dihadapkan di muka persidangan

pada tanggal 01 Nopember 2012 dengan dakwaan sebagai berikut :56

      

56Berdasarkan Surat Dakwaan dengan nomor register perkara 05/PIDSUS/E/10/2012 

(18)

Pertama.

Bahwa terdakwa telah melakukan penangkapan ikan dengan

menggunakan alat penangkap ikan atau alat bantu penangkapan ikan yang

mengganaggu dan merusak keberlanjutan sumberdaya ikan di kapal

penangkap ikan, di wilayah pengelolaan perikanan negara Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang No.45 Tahun

2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.31 Tahun 2004 tentang

Perikanan.

Perbuatan terdakwa Mr. NGUYEN LE HUNG sebagaimana diatur

dan diancam pidana Pasal 85 Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009 tentang

perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan jo

pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Kedua.

Bahwa terdakwa telah melakukan penangkapan ikan dengan telah

melakukan usaha dan/ atau kegiatan pengelolaan perikanan wajib memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 2c Undang-Undang

Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31

Tahun 2004 tentang Perikanan mengenai daerah, jalur dan waktu atau musim

penangkapan ikan.

Perbuatan terdakwa tersebut diatur dan diancam pidana Pasal 100 jo.

Pasal 7 Ayat 2c jo. Pasal 104 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang

(19)

3. Fakta Hukum

A. Keterangan Saksi-saksi, di bawah sumpah di depan persidangan

menerangkan sebagai berikut :

1) . Saksi Mr. NGUYEN VAN SON

 Bahwa Kapal Penangkap Ikan KM DINAR BAHARI 03 ditangkap

oleh KP. HIU MACAN 005 pada hari Sabtu tanggal 10 Maret 2012

pukul 09.50 WIB, waktunya pagi hari

 Bahwa Kapal Penangkapan Ikan KM. DINAR BAHARI 03 tersebut

berasal dari negara Indonesia, pemiliknya dari Indonesia yang

bernama Mr. Zahrudin.

 Bahwa KM DINAR BAHARI 03 saat ditangkap penggunakan

bendera Indonesia dan sedang berjalan menuju perairan Vietnam

setelah melakukan penangkapan ikan di perairan Indonesia

 Bahwa KM DINAR BAHARI 03 ditangkap oleh KP. HIU MACAN

005 PADA POSISI 030 18’ n – 1080 04’ E sesuai GPS.

 Bahwa KM DINAR BAHARI 03 pada saat melakukan penangkapan

ikan, sudah berada di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik

Indonesia.

 Bahwa alat penangkapan ikan yang digunakan KM DINAR BAHARI

03 adalah jaring Trawl dan menggunakan rantai besi sebagai

pemberat, cara mengoperasikannya adalah jaring dilempar/diturunkan

ke laut kemudian salah satu talinya dilempar ke laut kemudian satu

(20)

secara bersama-sama dengan kecepatan yang sama kemudian ditarik

oleh kedua kapal penangkap ikan.

 Bahwa saksi menerangkan hubungan antara KM DINAR BAHARI 03

dengan kapal penangkapan ikan KM DINAR BAHARI 02 adalah

merupakan satu satuan kerja sama dalam menangkap ikan berupa

Trawl yang mana kapal KM DINAR BAHARI 03 merupakan kapal

utama sedangkan kapal satunya tersebut merupakan kapal bantu.

 Bahwa saksi menerangkan ikan yang tertangkap adalah jenis ikan

campuran berukuran besar dan berfariasi.

 Bahwa saksi menerangkan sewaktu ditangkap KP. HIU MACAN 005,

sudah ada ikan hasil tangkapan dan disimpan di dalam palka KM

DINAR BAHARI 03.

 Bahwa saksi menerangkan yang bertanggung jawab atas kedua kapal

tersebut adalah Mr. NGUYEN LE HUNG Nahkoda KM DINAR

BAHARI 03.

 Bahwa saksi bertugas menyortir ikan hasil tangkapan kemudian

dimasukkan ke dalam kantong plastic dan membantu menurunkan dan

mengangkat jaring.

 Bahwa saksi menerangkan tahu KM DINAR BAHARI 03 telah

melakukan penangkapan ikan di perairan Indonesia.

 Bahwa KM DINAR BAHARI 03 ada membawa dokumen perjanjian

(21)

 Bahwa KM DINAR BAHARI 03 berangkat dari pelabuhan Ba Ria

Vung Tau Vietnam tanggal 06 Agusuts 2011 bersama-sama dengan

kapal bantu dan menggunakan bendera Vietnam dan bendera

Indonesia, tujuan ke perairan Vietnam dan Indonesia untuk

menangkap ikan.

 Bahwa berangkat dari pelabuhan Vietnam dan Tanggal keberangkatan

lupa, berangkat bersama dengan kapal bantu dan menggunakan

bendera Indonesia, tujuan ke perairan Vietnam dan Indonesia untuk

menangkap ikan.

 Bahwa KM DINAR BAHARI 03 mau menangkap ikan di perairan

Indonesia karena pemilik kapal mengatakan demikian memiliki

Dokumen menangkap Ikan di Indonesia.

 Bahwa biasanya ikan tangkapan kami jual di Vietnam.

 Bahwa ABK KM DINAR BAHARI 03 sudah 1 tahun dan jumlah

ABK KM DINAR BAHARI 03 total 14 orang termasuk nahkoda.

 Bahwa alat navigasi yang ada di KM DINAR BAHARI 03 adalah

berupa 1 (satu) unit GPS HAIYANG HGP-660, 1 (satu) unit

ECHOSOUNDER ONWA KF-667, 1 (SATU) UNIT KOMPAS

EXPRESS DANFORTH/WHITE, 1 (SATU) UNIT radio super star

2400, 1 (satu).

(22)

 Bahwa saksi menerangkan bekerja sebagai Nahkoda pada KM.

DINAR BAHARI 02.

 Bahwa saksi menerangkan kedua kapal KM. DINAR BAHARI 03 dan

KM. DINAR BAHARI 02 berpasangan untuk menangkap ikan.

 Bahwa Kapal Penangkap Ikan KM. DINAR BAHARI 03 ditangkap

oleh Pengawas Perikanan KP. HIU MACAN 005 pada tanggal 10

Maret 2012, pada sekitar pagi hari.

 Bahwa saksi menerangkan Kapal Penangkap Ikan KM. DINAR

BAHARI 03 tersebut dari Negara Vietnam dan berbendera Indonesia

serta pemiliknya juga warga negara Indonesia yang bernama Mr.

Zahrudin.

 Bahwa saksi menerangkan Bendera Indonesia di Pasang saat KM.

DINAR BAHARI 03 saat berada di wilayah Indonesia.

 Bahwa Bendera tersebut diperoleh dari pemilik kapal yaitu Mr.

Zahrudin.

 Bahwa saksi menerangkan Kapal tersebut ditangkap pada saat sedang

berjalan/Berlayar menuju daerah penangkapan (Fishing Ground) di

Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia secara

bersama-sama/ berpasangan dengan Kapal penangkap ikan KM. DINAR

BAHARI 02.

 Bahwa KM. DINAR BAHARI 03 adalah pasangan Kapal untuk

(23)

buah kapal yaitu KM. DINAR BAHARI 03 dengan KM. DINAR

BAHARI 02.

 Bahwa KM. DINAR BAHARI 03 sebagai kapal utama sedangkan

KM. DINAR BAHARI 02 sebagai kapal pembantu untuk menarik

jaring trawl tersebut.

 Bahwa tidak ada kapal penangkap ikan sekitar kapal KM. DINAR

BAHARI 03 dan KM. DINAR BAHARI 02 saat ditangkap.

 Bahwa saksi menerangkan Posisi pada saat ditangkap di perairan

wilayah Indonesia posisinya 030 018’ LU – 1080 00’ BT sesuai GPS

yang ada pada KM. DINAR BAHARI 02.

 Bahwa di kapal KM. DINAR BAHARI 02 terdapat alat navigasi GPS,

Kompas dan Radio Komunikasi. Dengan spesifikasi 1 (satu) unit GPS

HAIYANG HGP-660, 1 (satu) unit KOMPAS EXPRESS

DANFORTH/WHITE, 2 (dua) unit RADIO SUPER STAR 2400.

 Bahwa penggunaaan jaring dilempar/dijatuhkan ke laut kemudian

ditarik secara bersama-sama dengan kecepatan yang sama sekitar 2

knot selama 6 jam kemudian ditarik oleh kedua kapal penangkap ikan

KM. DINAR BAHARI 03 dan kapal penangkap ikan KM. DINAR

BAHARI 02.

 Bahwa saksi mengetahui Panjang tali + 500 (lima ratus) meter,

panjang badan kantong + 70 (tujuh puluh) meter dan lebar mulut

(24)

 Bahwa saksi menerangkan Kapal KM. DINAR BAHARI 03 dengan

KM. DINAR BAHARI 02 melakukan penangkapan siang atau malam,

dalam satu hari dilakukan 2 kali operasi penangkapan ikan. Waktu

yang diperlukan untuk mengangkat jaring hingga memilih ikan hasil

tangkapan yaitu satu hingga dua jam.

 Bahwa sewaktu ditangkap Kapal Pengawas Perikanan KP. HIU

MACAN 005 sudah ada ikan tetapi tidak tahu berapa jumlahnya

disimpan di palka ikan KM. DINAR BAHARI 03.

 Bahwa saksi menerangkan ikan hasil tangkapan Ditangkap di wilayah

Perairan Indonesia dan Perairan Vietnam.

 Bahwa saksi menerangkan Ada Surat Ijin Resmi dari Pemerintah

Indonesia.

 Bahwa Saksi menerangkan yang bertanggung jawab atas kapal

tersebut adalah Mr. NGUYEN LE HUNG.

 Bahwa saksi menerangkan tidak ingat kapan berangkat dari Vietnam,

tetapi berangkat dari pelabuhan Ba Ria Vung Tau dan telah berada di

Perairan Indonesia 2-3 hari.

3) Saksi ILHAM RUSTAM

 Bahwa saksi saat diperiksa Saksi dalam keadaan sehat jasmani dan

bersedia untuk diperiksa serta memberikan keterangan yang

(25)

 Bahwa Saksi mengerti diperiksa yaitu untuk dimintai keterangan

sebagai Saksi Penangkap sehubungan dengan tertangkapnya sebuah

kapal penangkap ikan bernama KM. DINAR BAHARI 03.

 Bahwa saksi melakukan pemeriksaan terhadap kapal KM. DINAR

BAHARI 03 Atas dasar Surat Perintah Pemeriksaan Kapal dari

Nahkoda KP. HIU MACAN 005 Nomor. 100/KP. HIU MACAN

005/III/2012, tangal 10 Maret 2012, bersama Sdr. YATMONO dan

DEDDY.

 Bahwa saksi melakukan pemeriksaan terhadap kapal KM. DINAR

BAHARI 03 meliputi Surat Keterangan Kapal, muatan dan surat

kelengkapannya, tanda-tanda kapal, catatan jurnal kapal, fisik kapal,

Alat Penangkap Ikan, anak buah kapal.

 Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan yang ditemukan kapal KM.

DINAR BAHARI 03 adalah alat penangkapan ikan jenis pair trawl,

tidak terdapat dokumen kapal/SIUP/SIPI yang sah dari pemerintah

Indonesia, ikan campur + 500 kg dan jumlah ABK 14 orang termasuk

nahkoda.

 Bahwa dari hasil pemeriksaan yang Saksi lakukan kapal KM. DINAR

BAHARI 03 berasal dari Indonesia, menggunakan bendera Indonesia.

 Bahwa dari hasil pemeriksaan yang dilakukan Nahkoda KM. DINAR

BAHARI 03 bernama Mr. NGUYEN LE HUNG dengan ABK

(26)

 Bahwa Saksi melakukan pemeriksaan terhdap kapal KM. DINAR

BAHARI 03 hari Sabtu, Tanggal 10 Maret 2012 pada posisi 020 55’

023 “ N – 1080 03’ 565” E sesuai GPS (020 55’ 01 LU – 1080 03’ 34”

BT setelah dikonversi dan diplot pada peta Laut) di Laut Teritorial

Indonesia.

 Bahwa saat ditemukan dan kemudian dilakukan pemeriksaan kapal

tersebut sedang berjalan di laut territorial wilayah Indonesia setelah

melakukan penangkapan ikan di perairan Indonesia.

 Bahwa menurut keterangan Nahkoda kapl KM. DINAR BAHARI 03

pemilik kapal bernama Mr. ZAHRUDIN berasal dari Indonesia.

 Bahwa saat pemeriksaan di atas KM. DINAR BAHARI 03

menemukan dokumen perizinan SIPI dan SIUP yang dikeluarkan

pemerintah Republik Indonesia.

 Bahwa saat pemeriksaan di atas kapal KM. DINAR BAHARI 03

ditemukan alat navigasi 1 (satu) unit GPS HAIYANG HGP-660,

1(satu) unit ECHOSOUNDER ONWA KF-667, 1 (satu) unit

KOMPAS EXPRESS DANFORT/WHITE, 1 (satu) unit RADIO

SUPERSTAR 2400, 1 (satu) unit RADIO ICOM IC-707, 1 (satu) unit

RADIO SEA EAGLE 6900.

 Bahwa alat penangkapan ikan yang digunakan KM. DINAR BAHARI

03 adalah jenis KM. DINAR BAHARI 03 adalah jenis Pair Trawl

(27)

DINAR BAHARI 03 dan kapal lain secara bersama-sama dengan

kecepatan yang sama.

 Bahwa ada ditemukan ikan campur dalam palka KM. DINAR

BAHARI 03 sebanyak + 500 kg.

 Bahwa kronologis penangkapan yang dilakukan oleh KP. HIU

MACAN 005 terhadap KM. DINAR BAHARI 03 adalah Posisi

Deteksi : KP. HIU MACAN 005 pada pukul 09.00 WIB tanggal 10

Maret 2012 mendeteksi terhadap dugaan adanya kapal ikan asing

yaitu KM. DINAR BAHARI 03 berada pada posisi 020 54’ 268” N –

1080 05’ 360” E sesuai GPS Posisi Pengejaran : KP. HIU MACAN

005 pada pukul 09.40 WIB tanggal 10 Maret 2012 melakukan

pengejaran terhadap kapal KM. DINAR BAHARI 03 sedang

melakukan tindak pidana perikanan pada posisi 020 55’ 216” N – 1080

03’ 800” E sesuai GPS.Posisi Pengehentian dan Pemeriksaan : KP.

HIU MACAN 005 PADA PUKUL 1309.40 WIB tanggal 10 Maret

2012 berhasil menangkap KM. DINAR BAHARI 03 pada posisi 020

55’ 023” N – 1080 03’ 565” sesuai GPS.

 Bahwa tindakan selanjutnya yang diambil adalah kapal KM. DINAR

BAHARI 03 segera di Adhock ke Dermaga Stasiun PSDKP Pontianak

untuk diserahterimakan ke Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perikanan

pada Stasiun PSDKP Pontianak guna penyidikan lebih lanjut.

(28)

 Bahwa Saksi mengerti diperiksa yaitu untuk dimintai keterangan

sebagai saksi Penangkap sehubungan dengan tertangkapnya sebuah

kapal penangkap ikan bernama KM. DINAR BAHARI 03.

 Bahwa saksi melakukan pemeriksaan terhadap kapal KM. DINAR

BAHARI 03 atas dasar Surat Perintah Pemeriksaan Kapal dari

Nahkoda KP. HIU MACAN 005 Nomor. 100/ KP. HIU MACAN

005/III/2012, tanggal 10 Maret 2012, bersama sdr. YATMONO dan

ILMAN.

 Bahwa benar Saksi melakukan pemeriksaan terhadap KM. DINAR

BAHARI 03 meliputi surat keterangan kapal, muatan dan surat

kelengkapannya, tanda-tanda kapal, catatan jurnal kapal, fisik kapal,

Alat Penangkap Ikan, muatan, anak buah kapal.

 Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan yang ditemukan kapal KM.

DINAR BAHARI 03 adanya alat penangkapan ikan jenis pair trawl,

terdapat dokumen kapal/ SIUP/ SIPI yang sah dari pemerintah

Indonesia, ikan campur +500 kg dan jumlah Awak Kapal 14 orang

termasuk nahkoda.

 Bahwa hasil dari pemeriksaan yang Saksi lakukan kapal KM. DINAR

BAHARI 03 berasal dari Indonesia, menggunakan bendera Indonesia.

 Bahwa dari hasil pemeriksaan yang dilakukan Nahkoda KM. DINAR

BAHARI 03 bernama Mr. NGUYEN LE HUNG dengan ABK

(29)

 Bahwa saksi melakukan pemeriksaan terhadap kapal KM. DINAR

BAHARI 03 hari Selasa tanggal 10 Maret 2012 pada posisi 020 55’

023” N – 1080 03 565” E sesuai GPS (020 55’ 01” LU – 1080 03’ 34”

BT setelah dikonversi dan diplot pada peta laut) di Perairan Teritorial

Laut Natuna.

 Bahwa saat ditemukan dan kemudian dilakukan pemeriksaan kapal

tersebut sedang berjalan di Perairan Indonesia setelah melakukan

penangkapan ikan di perairan Indonesia.

 Bahwa menurut keterangan Nahkoda kapal KM. DINAR BAHARI 03

pemilik kapal bernama Mr. ZAHRUDIN berasal dari Indonesia.

 Bahwa saat pemeriksaan di atas KM. DINAR BAHARI 03

menemukan dokumen perizinan SIPI dan SIUP yang dikeluarkan

pemerintah Republik Indonesia.

 Bahwa saat pemeriksaan di atas kapal KM. DINAR BAHARI 03

ditemukan alat navigasi berupa 1 (satu) unit ECHOSOUNDER

ONWA KF-667, 1 (satu) unit KOMPAS EXPRESS

DANFORT/WHITE, 1 (satu) unit RADIO SUPER STAR 2400, 1

(satu) unit RADIO ICOM IC-707, 1 (satu) unit RADIO SEA EAGLE

6900.

 Bahwa alat penangkapan ikan yang digunakan KM. DINAR BAHARI

03 adalah jenis Pair Trawl yang dalam pengoperasiaannya ditarik oleh

2 (dua) kapal yaitu KM. DINAR BAHARI 03 dan kapal lain secara

(30)

 Bahwa ada ditemukan ikan campur dalam palka KM. DINAR

BAHARI 03 sebanyak + 500 kg.

 Bahwa kronologis penangkapan yang dilakukan oleh KP. HIU

MACAN 005 terhadap KM. DINAR BAHARI 03 adalah Posisi

Deteksi : KP. HIU MACAN 005 pada pukul 09.00 WIB tanggal 10

Maret 2012 mendeteksi terhadap dugaan adanya kapal ikan asing

yaitu KM. DINAR BAHARI 03 berada pada posisi 020 55’ 216” N –

1080 03’ 800” E sesuai GPS. Posisi Pengejaran : KP. HIU MACAN

pada pukul 09.40 WIB tanggal 10 Maret 2012 melakukan pengejaran

terhadap kapal KM. DINAR BAHARI 03 sedang melakukan tindak

pidana perikanan pada posisi 020 55’ 216” N – 1080 03’ 800” E sesuai

GPS. Posisi Penghentian dan Pemeriksaan : KP. HIU MACAN 005

pada pukul 1309.40 WIB tanggal 10 Maret 2012 berhasil menangkap

KM. DINAR BAHARI 03 pada posisi 020 55’ 023” N – 1080 03’ 565”

E sesuai GPS

 Bahwa saat memeriksa dan menangkap KM. DINAR BAHARI 03,

tidak ada kapal lain di sekitara perairan tersebut.

 Bahwa tindakan selanjutnya yang diambil adalah kapal KM. DINAR

BAHARI 03 segera di Adhock ke Dermaga Stasiun PSDKP Pontianak

untuk diserahterimakan ke Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perikanan

(31)

B. Saksi ahli

Memberikan keterangan dengan mengucapkan janji terlebih dahulu

yang pada pokoknya sebagai berikut :

1) Saksi MUHAMMAD DONG.S.PI.

 Bahwa ahli mengerti dimintai keterangan sebagai Saksi Ahli di

Bidang Perikanan dalam perkara Tindak Pidana Perikanan yang

dilakukan oleh tersang Mr. NGUYEN LE HUNG atas Surat Perintah

Tudas dari Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan

Barat Nomor : 094/114/dkp.05/2011 tanggal 29 september 2011. Atas

permohonan bantuan Saksi Ahli Perikanan dari Kepala Stasiun

Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Pontianak Nomor :

02/PPNS-Kan/Sta.2/PP.520/IV/2012 tanggal 20 April 2012.

 Bahwa saksi telah melihat dan melakukan pemeriksaan dari Kontruksi

Bangunan Kapal, Alat Navigasi, Alat Bantu Penangkpan Ikan

menunjukkan bahwa Kapal KM. DINAR BAHARI 03 adalah Kapal

Perikanan.

 Bahwa saksi telah melihat dan melakukan pemeriksaan bahwa KM.

DINAR BAHARI 03adalah kapal perikanan yang ditandai dengan

adanya Palka untuk menyimpan Ikan hasil tangkapan, adanya jaring

Trawl sebagai alat untuk menangkap ikan, adnya otter board , trawl,

alat navigasi Kompas, GPS, DAN Radio Komunikasi yang berfungsi

(32)

 Bahwa saksi menjelaskan bahwa Setelah dilakukan pemeriksaan

administrasi teknis menunjukkan bahwa KM. DINAR BAHARI 03

dilihat dari Kontruksi Fisik Kapal berasal dari Negara Thailand.

 Bahwa jenis alat penangkapan ikan yang digunakan pada KM.

DINAR BAHARI 03 adalah jenis pair trawl.

 Bahwa secara teknis spesifikasinya sama dengan jaring Trawl.

Adapun Spesifikasinya, terdiri dari sayap kiri dan kanan, badan dan

kantong. Dibagian atas mulut jaring dilengkapi pelampung dan

dibagian mulut dilengkapi pemberat yang terbuat dari besi (rantai)

maupun bahan lainnya.

 Bahwa saksi menjelaskan pada saat Pengoperasian pukat hela dua

kapal (pair trawl) adalah satu unit Alat penangkapan ikan jaring Trawl

yang dihela oleh 2 (dua) buah kapal selama 3-5 jam didalam air,

kemudian jaring dinaikkan kesalah satu kapal hingga ke kantong

kemudian hasil tangkapan dikeluarkan dari dalam kantong. Untuk

dilakukan sortir dan selanjutnya jaring dijatuhkan kembali untuk

operasi penangkapan berikutnya.

 Bahwa jenis ikan yang tertangkap menggunakan pukat hela dua kapal

(pair trawl) maupun jaring trawl adalah jenis ikan dasar, seperti biji

nangka, gurame, kelisi dan ikan ikan lainnya.

 Bahwa lat penangkapan pukat hela dua kapal (pair trawl) merupakan

jenis alat penangkapan ikan jaring trawl maka dilarang untuk

(33)

Republik Indonesia. Karena dapat merusak kelestarian sumberdaya

perikanan, hal ini disebabkan karena posisi jaring bagian bawah mulut

jaring yang dilengkapi dengan pemberat akan masuk terbenam ke

dasar perairan dan menggaruk seluruh isi dasar perairan sehingga

terumbu karang menjadi rusak. Dilarangnya alt penangkapan ikan

tersebut diatur dalan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang

Perikanan Pasal 9 ayat (1) berbunyi “setiap orang dilarang memiliki,

menguasai, membawa dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang

mengganggu dan/atau alt bantu yang mengganggu dan merusak

keberlanjutan sumber daya ikan di kapal penangkap ikan di wilayah

pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia memilki,

menguasai, membawa, dan/atau menggunakan alat penangkapan ikan

dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang berada di kapal penangkap

yang tidak sesuai dengan persyaratan, atau standart yang ditetapkan,

untuk tipe alat tertentu dan/atau alat penangkapan ikan yang dilarang

sebagai mana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c, di pidana dengan

Pidana Penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak

Rp.2.000.000.000,00 (Dua Miliar Rupiah).

 Bahwa saksi melihat dan melakukan pemeriksaan, terdapat Alat

Penangkapan Ikan terlarang Jenis Trawal 2 (dua) unit dalam

(34)

 Bahwa alat penangkapan ikan jenis Trawl dapat dioperasikan dengan

Satu kapal yang dilengkapi dengan Besi segi tiga dan papan laying

(otter board) kiri dan kanan sebagai alat untuk membuka sayap jaring.

Jaring tersebut dihela selama 3-5 jam di dalam air kemudia jaring di

tarik dinaikkan di kapal hingga ke kantong dan selanjutnya ikan

dikeluarkan dari kantong untuk disortir. Berdasarkan pengamatan dan

pemeriksaan di KM. DINAR BAHARI 03 di duga bahwa jaring Trawl

tersebut di operasikan dengan cara dihela dua kapal (pair trawl).

Pengoperasian pukat dua hela kapal (pair trawl) adalah Satu alat

penangkapan ikan jenis jaring trawl yang dihela oleh dua kapal selama

3-5 jam di ddalam air, kemudian jaring dinaikkan hingga kantong

pada salah satu kapal yan telah ditentukan selanjutnya kantong dibuka

ikan dikeluarkan untuk dilakukan sortir.

 Bahwa setiap kapal perikanan yang melakukan operasional

penangkapan ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik

Indonesia (WPP-RI) wajib memiliki Perizinan Perikanan.

 Bahwa WPP RI adalah Wilayah Pengelolaan Peikanan Republik

Indonesia yang meliputi Perairan Indonesia, ZEEI dan sungai, danau,

waduk, rawa dan genangan air sebagaimana tercantum dalam Pasal 5

ayat (1) huruf a, b, c, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31

Tahun 2004 Tentang Perikanan.

 Bahwa ahli menjelaskan posisi 020 55’ 023” N – 1080 03’ 565” E

(35)

diplot pada peta laut) masuk dalam Wilayah Perairan

Indonesia/Perairan Teritorial Laut Natuna.

 Bahwa dengan ijin yang ada pada Surat ijin Penangkapan Ikan (SIPI)

bahwa KM. DINAR BAHARI 03 diperbolehkan beroperasi

menangkap ikan pada WPP RI ZEEI Laut Cina Selatan, 030 LU keatas

dan dilarang beroperasi di perairan Indonesia.

 Bahwa saksi menjelaskan KM. DINAR BAHARI 03 dapat disangka

telah melakukan pelanggaran sesuai pasal 7 ayat 2 huruf c yang

berbunyi “Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan

pengelolaan perikanan wajib mematuhi ketentuan, huruf c daerah,

jalur, dan waktu atau musim penangkapan ikan” dan dapat dikenakan

sangsi sesuai pasal 100 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004

tentang perikanan,”Setiap orang yang melanggar ketentuan yang

ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dipidana

dengan pidana denda paling banyak Rp.250.000.000,00 (dua ratus

lima puluh juta)”.

 Bahwa Surat perizinan diterbitkan oleh Kementrian Kelautan dan

Perikanan, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

 Bahwa Perizinan penangkapan ikan bahwa untuk kapal berukuran di

atas 30 GT dan menggunakan tenaga kerja asing perizinan

perikanannya diterbitkan oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini

Kemntrian Kelautan dan Perikanan RI, untuk kapal berukuran 10 GT

(36)

selanjutnya untuk kapal berukuran diatas 5 GT – 10 GT perizinannya

diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan untuk kapal

perikanan berukuran dibawah 5GT (nelayan kecil) hanya diwajibkan

pendaftaran kapal ketentuan ini doatur dalam PER 49 MEN 2011

Perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER. 14 MEN 2011 tentang Usaha Perikanan Tangkap Pasal 5.

 Bahwa SIUP (Surat Izin Usaha Perikanan) diatur dalam Pasal 92

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang

Perikanan yang berbunyi” Setiap Perubahan atas UU RI No. 31 tahun

2004 tentang Perikanan yang berbunyi” Setiap orang yang dengan

sengaja di wilayah Pengelolaan Peirkanan Republik Indonesia

melakukan usaha perikanan di bidang Penangkapan, Pembudidayaan,

pengangkutan, pengelolaan dan pemasaran ikan, yang tidak memiliki

SIUP (Surat Izin Usaha Perikanan) sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 26 ayat (1), di pidana dengan pidana penjara paling lama 8

(delapan) tahun dan denda paling banyak Rp.1.500.000.000,00 (satu

miliar lima ratus juta rupiah), sedangkan SIPI (Surat Izin Penangkapan

Ikan) diatur dlam Pasal 93 ayat (2) UU RI No. 45 Tahun 2009

Tentang Perubahan atas UU RI No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan

yang berbunyi “ setiap orang yang memiliki dan?atau mengoperasikan

kapal ikan berbendera asing melakukan penangkapan ikan di wilayah

(37)

yang tidak memiliki SIPI (Surat Izin Penangkapan Ikan) sebagaimana

dimaksud dalam pasal 27 ayat (2), dipidana dengan pidanan penjara

paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak

Rp.20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah)”.

 Bahwa Kapal tersebut saat diperiksa secara normal ada dokumen

Perikanan dari pemerintah Indonesia dan untuk keabsahan dan

kebenara dari dokumen tersebut adalah kewenangan pada Bidang

Perikanan Tangkap di Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik

Indonesia.

2) Saksi SAUR PJ. PANJAITAN, S.E,

- Bahwa Ahli diperiksa yaitu untuk dimintai keterangan sebagai Saksi

Ahli di Bidang LE HUNG.

- Bahwa Ahli memberikan keterangan berdasarkan Surat Tugas dari

Plh. Direktur Pelayanan Usaha Penangkapan Ikan, Ditjen Perikanan

Tangkap, Kementrian Kelautan dan Perikanan RI Nomor :

1457/D4/IX/2012 tanggal 5 September 2012.

- Bahwa berdasarkan UU. RI No. 31 Tahun 2004 sebagaimana diubah

menjadi UU RI No. 45 Tahun 2009 Tentang Perikan yang

diimplementasikan dalam pasal 1 angka 28 Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan Nomor. PER.49/MEN/2011 Tahun 2011

Tentang Perubahan Atas peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Nomor. PER.14/MEN/2011 Tentang Usaha Perikanan Tangkap : yang

(38)

disingkat (SIUP) adalah Izin tertulis yang harus dimiliki perusahaan

perikanan untuk melakukan usaha perikanan dengan menggunakan

sarana produksi yang tercantum dalam izin tersebut. Berdasarkan UU

RI No. 31 tahun 2004 sebagaimana telah diubah menjadi UU RI No.

45 Tahun 2009 Tentang Perikanan yang diimplementasikan dalam

pasal 1 angka 28 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor.

PER.14/MEN/2011 Tentang Usaha Perikanan Tangkap : yang

dimaksud dengan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) adalah izin

tertulis yang harus dimiliki setiap kapal parikanan untuk melakukan

penangkapan ikan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat

Izin Usaha Perikanan (SIUP).

- Bahwa setelah saksi memperhatikan dan meneliti serta memverifikasi

dokumen SIPI No. 26.11.0035.10.31412 tanggal 03 Okteboer 2011

atas nama KM. DINAR BAHARI 03, adalah Asli dan

teregister/terdaftar dan SIUP No. 02.11.02.0099.6074 tanggal 16

September 2011 adalah teregister/terdaftar berdasarkan database dan

arsip dokumen kapal perikanan yang pada Ditejen Perikanan Tangkap

Kementrian Kelautan dan Perikanan RI.

- Bahwa ahli menerangkan beberapaciri dokumen perikanan berupa

SIPI asli dan hasil verifikasi dokumen SIPI atas nama KM. DINAR

BAHARI 03 yang diperlihatkan kepada saksi temukan adalah : a. SIPI

asli, memiliki cirri khusus hologram yang bergambar logo Kementrian

(39)

SIPI yang warnanyadapat berubah apabila dilihat dari berbagai arah

(hijau dan abu-abu). B. SIPI asli, apabaila diterwangdengan

menggunakan ultraviolet akan muncul logo Kementrian Kelautan dan

Perikanan RI. c. SIPI asli, terdapat nomor seri terletak disebelah kiri

bawah dan nomor perforasi samping kanan yang nomot serinya sama.

d. SIPI asli, pada garis microtek bertuliskan Kementrian Kelautan dan

Perikanan RI yng hanya dapat dilihat dengan menggunakan kaca

pembesar. e. Pada SIPI atas nama KM. DINAR BAHARI 03

ditemukan menggunakan kop dan logo Kementrian Kelautan dan

Perikanan. F. Nomor seri blanko C024540 pada sisi kiri bawah

dokumen SIPI sama dengan nomor perforasi atas nama KM. DINAR

BAHARI 03 tersebut merupakan nomor blanko milik KM. DINAR

BAHARI 03.

- Bahwa Ahli menjelaskan bahwa posisi 020 55’ 023” N – 1080 03 565”

E sesuai GPS adalah termasuk wilayah perairan Teritorial Indonesia.

- Bahwa sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor.

PER.12/MEN/2009 tentang perubahan atas Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan Nomor.PER.05/MEN/2008 tentang Usaha

Perikanan Tangkap pasal 27 ayat I huruf a yang berbunyi : “Pemegang

SIPI berkewajiban: a. Melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam

SIPI. “SIPI dapat dicabut oleh pemberi SIPI apabila orang atau badan

hukum yang bersangkutan: a. Tidak melaksanakan ketentuan yang

(40)

BAHARI 03 tidak melaksanakan kegiatan sesuai dengan peraturan di

atas.

- Bahwa Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Negara

Vietnam, Thailand dan Philifina tidak ada kerjasama bilateral di

bidang perikanan tangkap.

- Bahwa prosedur penerbitan izin atas nama KM. DINAR BAHARI 03

adalah sesuai dengan Peratuaran Menteri Kelautan dan Perikanan RI

No. PER.12/MEN/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan Nomor. PER.05/MEN/2008 tentang Usaha

Perikanan tangkap pasal 22 ayat 2 yang berbunyi : “Setiap orang atau

badan hukum Indonesia yang akan mengoperasikan kapal penangkap

ikan berbendera Indonesia, wajib terlebih dahulu mengajukan

permohonan SIPI kepada Direktorat Jenderal dengan melampirkan : a.

Fotokopi SIUP; b. Fotokopi gross akte atau buku kapal perikanan aslu,

surat ukur, dan surat kelaikan; c. Rekomendasi dari pemeriksaan fisik

kapal penangkapan ikan dan alat penangkapan ikan dari pejabat yang

ditunjuk oleh Direktur Jenderal yang dibuat berdasarkan hasil

pemeriksaan oleh petugas pemeriksa fisik kapal; d. Fotokopi KTP

pemilik kapal atau penanggung jawab perusahaan sebagaimana

tersebut dalam SIUP yang telah disahkan oleh pejabat yang

berwenang; e. Fotokopi risalah lelang yang telah disahkan oleh

pejabat yang berwenang, bagi kapal yang diperoleh melalui lelang; f.

(41)

tangkap setempat yang terdaftar di Departemen Kelautan dan

Perikanan; g. Surat pernyataan dari pemohon yang menyatakan

bertanggung jawab atas kebenaran data dan informasi yang

disampaikan.

C. Keterangan terdakwa Mr. NGUYEN LE HUNG

 Bahwa terdakwa mengerti untuk dimintai keterangan sebagai

Terdakwa sehubungan ditangkapnya Kapal KM. DINAR BAHARI 03

oleh KP. HIU MACAN 005, karena kapal KM. DINAR BAHARI 03

pada saat diperiksa sedang melakukan penangkapan ikan di Wilayah

Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia.

 Bahwa terdakwa bekerja di KM. DINAR BAHARI 03 baru 1 bulan

dan sebgai nahkoda di KM. DINAR BAHARI 03.

 Bahwa Kapal Penangkpan Ikan KM. DINAR BAHARI 03 ditangkap

oleh KP. HIU MACAN 005 pada tanggal 10 Maret 2012 waktu sore

hari.

 Bahwa Posisi kapal KM. DINAR BAHARI 03 yang ditangkap KP.

HIU MACAN 005 berada pada 020 55’ 023” N – 1080 03’ 565” E

sesuai GPS ( 030 18’ LU – 1080 03’ 34” BT setelah dikonversi dan

diplot pada peta laut).

 Bahwa kapal KM. DINAR BAHARI 03 saat ditangkap menggunakan

(42)

setelah melakukan penangkapan ikan di perairan Indonesia dan alat

penangkapan ikan trawl berada di atas kapal.

 Bahwa terdakwa menjelaskan bahwa Kapal Penangkapan Ikan KM.

DINAR BAHARI 03 berasa dari Negara Vietnam dengan

menggunakan bendera Indonesia.

 Bahwa terdakwa menjelaskan saat berangkat dari Vietnam menuju

perairan Indonesia kapal KM. DINAR BAHARI 03 menggunakan

bendera Vietnam, setelah measuk ke perairan Indonesia kami

menggantinya dengan menggunakan bendera Indonesia.

 Bahwa terdakwa menjelaskan bahwa yang menyuruh mengganti

bendera Vietnam dengan bendera Indonesia di atas kapal KM. DINAR

BAHARI 03 adalah saya kepada Anak Buah Kapal atas perintah

pemilik kapal bernama Mr. Zahrudin.

 Bahwa terdakwa menjelaskan bahwa Pemilik bernama Mr. Zahrudin

warga negara Indonesia.

 Bahwa terdakwa mengetahui bahwa kapal Penangkapan Ikan KM.

DINAR BAHARI 03 tersebut pada saat melakukan penangkapan ikan,

telah/sudah berada di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik

Indonesia.

 Bahwa terdakwa menerangkan Yang menyuruh menangkap ikan di

(43)

 Bahwa terdakwa menjelaskan bahwa pemilik kapal menjelaskan

kepada Tersangka kalau kapal KM. DINAR BAHARI 03 sudah ada

kontak/izinnya dari pemerintah Indonesia.

 Bahwa terdakwa menjelaskan bahwa KM. DINAR BAHARI 03

memiliki dokumen perijinan dari pemerintah Indonesia.

 Bahwa terdakwa menjelaskan bahwa sat ditangkap, sudah ada ikannya

yang disimpan dalam palka.Bahwa terdakwa menjelaskan bahwa ikan

itu kami tangkap di Perairan Vietnam dan perairan Indonesia dan

jenisnnya ikan campur berukuran besar dan kecil.

 Bahwa terdakwa menjelaskan KM. DINAR BAHARI 03 sudah 2 hari

berada/menangkap ikan di perairan Indonesia.

 Bahwa terdakwa menjelaskan hasil tangkapan akan kami jual di

Vietnam.

 Bahwa KM. DINAR BAHARI 03 berangkat dari pelabuhan Vietnam

bersama dengan kapal yang dinahkodai Mr. NGUYEN VAN DOAN

dan menggunakan bendera Indonesia, tujuan ke perairan Indonesia

untuk menangkap ikan.

 Bahwa KM. DINAR BAHARI 03 menggunakan alat penangkapan

ikan berupa trawl yang ditarik dengan 2 kapal dengan spesifikasi

panjang jaring (kantong dan badan jaring) 30 (tiga puluh) meter, lebar

mulut jaring 20 ( dua puluh) meter, dan panjang tali dari mulut jaring

(44)

 Bahwa terdapat rantai besi yang diletakkan sepanjang tali ris bawah

jaring Pair Trawl dengan berat rantai + 500 (lima ratus) kg.

 Bahwa terdakwa menerangkan cara kedua kapal tersebut melakukan

penangkapan ikan dengan alat penangkap ikan trawl adalah jaring

dilempar/dijatuhkan ke laut oleh kapal KM. DINAR BAHARI 03

kemudian salah satu ujung tali pada jaring trawl dilemparkan ke kapal

bantu ( nomor lambungnya lupa) yang dinahkodai Mr. NGUYEN

VAN DOAN, selanjutnyajaring trawl ditarik secara bersama-sama

dengan kecapatan yang sama selama + 6 (enam) jam oleh kedua kapal

penangkapan ikan KM. DINAR BAHARI 03 dan kapal bantu tersebut

kemudian jaring ditarik/dinaikkan dan ikan diambil dan dikumpulkan

di kapal KM. DINAR BAHARI 03. Dalam 1 (satu) hari dilakukan

operasi penangkapan ikan sebanyak 2 kali.

 Bahwa kapal KM. DINAR BAHARI 03 selalu berpasangan dengan

kapal lain dalam menangkap ikan di laut yaitu kapal yang dinahkodai

oleh Mr. NGUYEN VAN DOAN karena kami menggunakan alat

tangkap trawl dimana dalam pengoperasianya trawl ditarik dengan

mengguanakan 2 (dua) kapal ikan.

 Bahwa kapal pasangan KM. DINAR BAHARI 03 yang dinahkodai

Mr. NGUYEN yang sama karena kapal KM. DINAR BAHARI 03 dan

KM. DINAR BAHARI VAN DOAN Berada pada lokasi 02 Selalu

(45)

 Bahwa hubungan antara kapal KM. DINAR BAHARI 03 yang

nahkodanya saya sendiri dengan kapal penangkapan ikan yang

dinahkodanya Mr. NGUYEN VAN DOAN adalah merupakan satu

satuan kerja sama dalam menangkap ikan di laut, karena kedua kapal

secara bersama-sama menarik satu jaring penangkapan ikan berupa

Trawl yang mana kapal KM. DINAR BAHARI 03 merupakan kapal

utama sedangkan kapal yang dinahkodai Mr. NGUYEN VAN DOAN

merupakan kapal bantu.

 Bahwa yang bertanggungjawab atas kedua kapal tersebut adalah

tersangka sendiri sebagai nahkoda KM. DINAR BAHARI 03.

 Bahwa yang menentukan arah kapal untuk mencari daerah

penangkapan adalah saya dan kapal yang dinahkodai Mr. NGUYEN

VAN DOAN selalu mengikuti kemana arah KM. DINAR BAHARI

03 yang saya nahkodai sendiri bergerak.

 Bahwa terdakwa menerangkan bahwa tugas kapal KM. DINAR

BAHARI 03 dalam operasi penangkapan ikan adalah sebagai kapal

utama dimana saya sebagai nahkoda kapal menetukan daerah operasi

penangkapan ikan dan tempat menampung jaring dan ikan hasil

tangkapan.

 Bahwa tugas kapal yang dinahkodai Mr. NGUYEN VAN DOAN

dalam operasi penangkapan ikan adalah sebagai kapal bantu dimana

(46)

saat melakukan operasi penangkapan ikan bertugas membantu

menarik jaring trawl.

 Bahwa alat navigasi yang ada di KM. DINAR BAHARI 03 berupa 1

(satu) unit GPS HAIYANG HGP-660, 1 (satu) unit ECHOSOUNDER

ONWA KF-667, 1(satu) unit KOMPAS EXPRESS

DANFORTH/WHITE, 1 (satu) unit RADIO SUPER STAR 2400, 1

(satu) unit RADIO ICOM IC-707, 1 (satu) unit RADIO SEA EAGLE

6900, semua alat navigasi dan komikasi berfungsi.

 Bahwa jumlah ABK KM. DINAR BAHARI 03 berjumlah 14

(empatbelas) orang termasuk Tersangka.

D. Barang bukti

Barang bukti yang diajukan dalam persidangan ini telah disita secara

sah menurut hukum, karena itu dapat digunakan untuk memperkuat

pembuktian. Barang bukti telah diperlihatkan kepada terdakwa dan atau saksi

–saksi dan yang bersangkutan telah membenarkannya, berupa :

1. Uang Hasil Lelang KM. DINAR BAHARI 03 TS Rp.

60.291.000,-(setelah dipotong Pajak) dirampas untuk Negara.

2. 1 (satu) bendel dokumen :

 1 (satu) lembar surat izin penangkapan ikan (SIPI)  1 (satu) lembar salinan surat izin usaha perikanan (SIUP)  1 (satu) lembar Surat persetujuan berlayar (SPB)

(47)

 1 (satu) lembar sertifikat Kelaikan dan pengawakan kapal

penangkapan ikan.

 1 (satu) lembar pas tahunan kapal penangkap ikan.

 1 (satu) eksemplar buku sijjil.

 1 (satu) lembar Berita acara Hasil Pemeriksaan Kapal

Penangkap/Pengangkut ikan pada saat kedatangan.

 1 (satu) lembar berita acara Hasil pemeriksaan kapal

penangkap/pengangkut ikan pada saat keberangkatan.

 1 (satu) lembar surat keterangan aktivasi transmitter ( SKAT

)

 1 (satu) lembar tanda pelunasan Pungutan Perikanan.  1 (satu) lembar Surat kemudahan khusus Keimigrasian.  1 (satu) lembar surat pernyataan Docking.

 1 (satu) lembar surat keterangan kecakapan ( 60 Mil )

 1 (satu) eksemplar gross akte.  1 Seamans book.

Tetap terlampir dalam berkas perkara

3. 1 (satu) unit tangkap Pair Trawl.

4. Ikan campur sebanyak 500 kg.

Dirampas untuk dimusnahkan.

(48)

Terdakwa telah dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum dalam surat

tuntutannya yang isinya memohon kepada Majelis Hakim Pengadilan

Perikanan Medan yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk

menjatuhkan putusan sebagai berikut :

1) Menyatakan Terdakwa Mr. NGUYEN LE HUNG tersebut bersalah

melakukan tindak pidana “Turut serta dengan sengaja memiliki dan

menggunakan alat penangkap ikan yang mengganggu dan merusak

keberlanjutan sumber daya ikan di kapal penangkap ikan di wilayah

pengelolaan perikanan negara Republik Indonesia” sebagaimana

diatur dan diancam Pasal 85 UU No.31 Tahun 2004 jo UU No. 45

Tahun 2009 tentang perubahan atas UU No.31 Tahun 2004 tentang

Perikanan;

2) Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama

1 (satu) tahun dan 4 (empat) bulan dikurangi selama berada dalam

tahanan dan denda sebesar Rp. 1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus

juta rupiah) ; dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar maka

diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan.

3) Menyatakan barang bukti berupa :

- Uang hasil lelang KM. DINAR BAHARI 03

Rp.60.291.000,-(setelah dipotong pajak)

Dirampas untuk Negara

- 1 (satu) bendel dokumen :

(49)

- 1 (satu) lembar salinan surat izin usaha perikanan (SIUP)

- 1 (satu) lembar Surat persetujuan berlayar (SPB)

- 1 (satu) lembar surat ukur dalam negeri.

- 1 (satu) lembar sertifikat Kelaikan dan pengawakan kapal

penangkapan ikan.

- 1 (satu) lembar pas tahunan kapal penangkap ikan.

- 1 (satu) eksemplar buku sijjil.

- 1 (satu) lembar Berita acara Hasil Pemeriksaan Kapal

Penangkap/Pengangkut ikan pada saat kedatangan.

- 1 (satu) lembar berita acara Hasil pemeriksaan kapal

penangkap/pengangkut ikan pada saat keberangkatan.

- 1 (satu) lembar surat keterangan aktivasi transmitter ( SKAT )

- 1 (satu) lembar tanda pelunasan Pungutan Perikanan.

- 1 (satu) lembar Surat kemudahan khusus Keimigrasian.

- 1 (satu) lembar surat pernyataan Docking.

- 1 (satu) lembar surat keterangan kecakapan ( 60 Mil )

- 1 (satu) eksemplar gross akte.

- 1 Seamans book.

Tetap terlampir dalam berkas perkara

- 1 (satu) unit tangkap Pair Trawl.

- Ikan campur sebanyak 500 kg.

(50)

4) Menetapkan supaya terdakwa membayar biaya perkara sebesar

Rp.5000,-(lima ribu rupiah).

5. Pertimbangan Hakim

1) Terdakwa dengan sengaja memiliki, menguasai, membawa, dan/atau

menggunakan alat penangkap ikan yang mengganggu dan merusak

keberlanjutan sumber daya ikan di kapal penangkap ikan di wilayah

pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia, namun yang paling

memberatkan adalah terdakwa melakukan perbuatan illegal fishing

yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Republik Indonesia.

2) Kapal ikan KM. DINAR BAHARI 03 adalah kapal perikanan jenis

kapal penangkap ikan berbendera sing (Vietnam) yang melakukan

penangkapan ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik

Indonesia tepatnya pada Zona Eksklusif Ekonomi Indonesia Laut Cina

Selatan.

3) Alat tangkap ikan yang digunakan terdakwa bersama 13 (tiga belas)

orang ABK adalah alat penangkap Jaring trawl yang dihela oleh 2 (dua)

buah kapal, dimana alat jenis ini dapat merusak kelestarian sumber

daya ikan .

4) Perbuatan terdakwa yang menangkap ikan/mencuri ikan di Wilayah

Pengelolaan Perikanan Indonesia dapat merugikan negara karena tidak

adanya pemasukan devisa dari sector perikanan, dan menimbulkan

keresahan bagi nelayan lokal/kecil serta dapat merusak potensi terumbu

(51)

5) Perbuatan terdakwa dalam Undang-Undang No.31 Tahun 2004 jo

Undang No.45 Tahun 2009 tentang perubahan atas

Undang-Undang No.31 tahun 2004 tentang Perikanan tergolong kejahatan.

6. Putusan Pengadilan Tingkat Pertama

1) Menyatakan Terwakwa Mr. NGUYEN LE HUNG tersebut, telah

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana perikanan yaitu : Turut serta dengan sengaja memiliki dan

menggunakan alat penangkap ikan yang mengganggu dan merusak

keberlanjutan sumber daya ikan di kapal penangkap ikan di wilayah

pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia.

2) Menjatuhan pidana terhadap terdakwa Mr. NGUYEN LE HUNG

dengan pidana penjara selama 1(satu) tahun dan denda sebesar

Rp.1.500.000.000,00- (satu milyar lima ratus juta rupiah) ; dengan

ketentuan apabila denda tidak dibayar maka diganti dengan pidana

kurungan selama 3 (tiga) bulan.

3) Menetapkan lamanya penahanan yang telah dijalani terdakwa

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

4) Memerintahkan agar terdakwa tetap ditahan.

5) Menetapkan barang bukti berupa :

- Uang hasil lelang KM. DINAR BAHARI 03

Rp.60.291.000,-(setelah dipotong pajak)

Dirampas untuk Negara

(52)

- 1 (satu) lembar surat izin penangkapan ikan (SIPI)

- 1 (satu) lembar salinan surat izin usaha perikanan (SIUP)

- 1 (satu) lembar Surat persetujuan berlayar (SPB)

- 1 (satu) lembar surat ukur dalam negeri.

- 1 (satu) lembar sertifikat Kelaikan dan pengawakan kapal

penangkapan ikan.

- 1 (satu) lembar pas tahunan kapal penangkap ikan.

- 1 (satu) eksemplar buku sijjil.

- 1 (satu) lembar Berita acara Hasil Pemeriksaan Kapal

Penangkap/Pengangkut ikan pada saat kedatangan.

- 1 (satu) lembar berita acara Hasil pemeriksaan kapal

penangkap/pengangkut ikan pada saat keberangkatan.

- 1 (satu) lembar surat keterangan aktivasi transmitter ( SKAT )

- 1 (satu) lembar tanda pelunasan Pungutan Perikanan.

- 1 (satu) lembar Surat kemudahan khusus Keimigrasian.

- 1 (satu) lembar surat pernyataan Docking.

- 1 (satu) lembar surat keterangan kecakapan ( 60 Mil )

- 1 (satu) eksemplar gross akte.

- 1 Seamans book.

Tetap terlampir dalam berkas perkara

- 1 (satu) unit tangkap Pair Trawl.

- Ikan campur sebanyak 500 kg.

(53)

6) Membebankan biaya perkara dalam perkara ini kepada Terdakwa

sebesar Rp.5.000,00 (lima ribu rupiah).

7. Putusan Pengadilan Tingkat Banding

1) Menerima permintaan banding dari Jaksa Penuntut Umum dan

Terdakwa.

2) Menguatkan putusan Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri

Pontianak Nomor :04/PID.PRKN/2012/PN.PTK, tanggal 19

Nopember 20012, yang dimintakan banding tersebut.

3) Menetapkan lamanya masa penahanan yang telah dijalani terdakwa

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

4) Memerintahkan agar terdakwa tetap ditahan.

5) Membebankan kepada kedua tingkat peradilan, yang untuk tingkat

banding sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah).

C.Analisis Kasus

Dalam Pasal 193 ayat (1) KUHAP disebutkan bahwa jika pengadilan

berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindakan pidana yang

didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana. Oleh sebab

itu, harus dibuktikan bahwa semua unsur pidana yang didakwakan terbukti.

Berdasarkan dakwaan yang berdasarkan fakta-fakta yang telah

terungkap di persidangan, Hakim berkeyakinan bahwa terdakwa terbukti

secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 85 Undang-Undang Nomor 31

Tahun 2004 jo Unndang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan

(54)

1. Unsur kesatu : setiap orang

Menimbang bahwa yang dimaksud dengan unsur setiap orang menurut

Pasal 1 angka 14 Undang – Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang

Referensi

Dokumen terkait

Apabila uji pengguna dilakukan survei kepada unit eksternal, kepala bagian, tim perbaikan produk, ahli sistem dan manajer pada PT Petrokimia Gresik dengan menggunakan

• Bagian tubuh terdiri dari tulang sejati, sendi, tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan!. memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap

Buka lembar kerja baru, dengan meng- klik menu File lalu pilih New kemudian klik Data akan muncul tampilan layar Data Editor.. Klik Variable View kemudian isi nama

Pada umumnya sumbu simetrisitas ruang pada rumah tinggal kolonial di Kidul Dalem juga dilihat secara integral tidak simetris. Ketidaksimetrisan ruang secara integral ini

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Dana Bagi Hasil terhadap pengalokasian Belanja modal di Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dengan

Beksan Bedhaya Ngadilaga Kotabaru merupakan karya tari yang menggunakan sumber materi dramatik fakta sejarah pertempuran 7 Oktober 1945 di Kotabaru,

Pemilihan moda merupakan suatu tahapan proses perencanaan angkutan yang bertugas dalam menentukan pembebanan perjalanan atau mengetahui jumlah (dalam arti proporsi) orang dan

Metode survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut,