DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Ali, Mahrus. Dasar-Dasar Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta Timur, 2011.
Alimuddin, H.Supriadi. Hukum Perikanan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.
Anjarotni,dkk, Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Pengadilan Perikanan, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2009.
Apridar, Daya Saing Ekspor Ikan Tuna Indonesia, Yogyakarta : Graha Ilmu 2014.
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Perizinan Penangkapan Ikan dan Sumber Daya Hayati Laut Lainnya di Perairan Nusantara, Jakarta, 1995. Chazawi, Adami. Pelajaran Hukum Pidana 1, Jakarta : RajaGrafindo Persada,
2002.
Ed: Anjarotni,dkk, Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Pengadilan Perikanan, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2009.
Ekaputra, Mohammad. Dasar – Dasar Hukum Pidana, Medan : Usu Press, 2010.
Faisal Riza, Marlina. Aspek Hukum Peran Masyarakat Dalam Mencegah Tindak Pidana Perikanan, Medan : PT. Sofmedia, 2013.
Fauzi, Akhmad. Kebijakan Perikanan dan Kelautan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.
H. Kordi K, M. Ghufran. Ekosistem Lamun (Seagrass), Rineka Cipta, Jakarta, 2011.
Maramis, Frans . Hukum Pidana Umum dan Tertulis Di Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012.
M. Sholehuddin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2003.
Poernomo, Bambang. Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1993.
Supramono, Gatot . Hukum Acara Pidana dan Hukum Pidana di Bidang Perikanan, Jakarta : Rineka CIpta, 2011.
Triwono, Djoko. Hukum Perikanan Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2013.
PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1985 Tentang Perikanan.
PENANGKAPAN IKAN DENGAN ALAT PENANGKAP IKAN DENGAN ALAT PENANGKAP IKAN ILLEGAL DALAM
(STUDI PUTUSAN No.04/Pid.Prkn/2012/PN.PTK dan No.189/PID.SUS/2012/PT.PTK)
A. Penggunaan Alat Penangkap Ikan Illegal Sebagai Bentuk Tindak
Pidana di Bidang Perikanan Menurut Undang-Undang Nomor 45
Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 2009 tentang Perikanan.
Penangkapan ikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh
ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau
cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,
menyangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah atau mengawetkan.46
Penggunaan alat penangkap ikan illegal pada umumnya disebabkan
oleh keinginan masyarakat untuk menempuh jalan pintas guna memperoleh
ikan secara cepat dan mudah. Banyak cara yang dilakukan oleh orang atau
perusahaan untuk melakukan penangkapan ikan seperti menggunakan peledak
atau bom ikan untuk mencari ikan adalah cara yang paling gampang. Bom
ikan dapat dengan mudah dibuat oleh banyak orang, daya ledak bom ikan
akan membuat ikan mati dalam sekejap, bahkan daya dorong gravitasinya dan
tekanan di bawah air akan bisa merusak kandung kemih ikan dan membunuh
ikan yang cukup jauh dari jangkauan bom ikan ini. Dalam hitungan menit
hasil tangkapan sudah bisa didapatkan dengan tanpa harus bekerja keras.
Masalah yang banyak terjadi saat ini adalah banyak dari nelayan yang
menggunakan alat penangkap ikan illegal dalam menangkap ikan di perairan
Indonesia, tindak pidana ini diatur dalam Pasal 85 Undang-Undang Perikanan
disebutkan bahwa setiap orang yang dengan sengaja memiliki, menguasai,
membawa, dan/atau menggunakan alat penangkap ikan dan/atau alat bantu
penangkap ikan yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya
ikan di kapal penangkap ikan di wilayah pengelolaan perikanan dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda sebanyak Rp.
2.000.000.000 (dua miliar rupiah). Tindak pidana tersebut hanya dapat
dilakukan di perairan wilayah perikanan, dapat terjadi di laut, sungai maupun
danau di kapal penangkap ikan. Jika Kapalnya hanya sebagai pengangkut
hasil tangkapan ikan, bukan kapal penangkap ikan.
Masih banyak nelayan yang belum memahami dampak dari
penyimpangan tehnik penggunaan alat penangkap ikan tersebut, maka
pengguanan alat harus dilarang. Kejahatan ini disebut dengan delik dolus,
karena perbuatannya harus dilakukan dengan sengaja. Kejahatannya disebut
disebut sebagai delik formal, akibat perbuatan yang berupa mengganggu dan
merusak sumber daya ikan tidak diperlukan. Dengan perbuatan yang hanya
belum sampai menggunakan sudah dapat dikenakan Pasal 85 asalkan
dilakukan di atas kapal penangkap ikan.
Tindak pidana penangkapan ikan secara illegal adalah memakai Surat
Penangkapan Ikan (SPI) palsu, tidak dilengkapi dengan Surat Izin
Penangkapan Ikan (SIPI), isi dokumen tidak sesuai dengan kapal dan jenis
alat tangkapnya, menangkapa jenis dan ukuran ikan yang dilarang, serta
kegiatan penangkapan ikan secara illegal di perairan wilayah ZEE (Zona
Ekonomi Ekslusif) suatu negara dengan tidak memiliki izin dari negara
pantai.47
1. Ketentuan Alat Penangkap Ikan yang Diperbolehkan serta yang
illegal
Abad modern ini, pengelolaan dan penangkapan ikan dilengkapi
peralatan yang cukup modern, tidak lagi penangkapan yang dilakukan secara
tradisisonal. Dampak yang cukup dirasakan dari kegiatan pengelolaan
tersebut adalah terhadap ekosistem/lingkungan laut, terutama apabila
pengelolaannya tanpa memperhatikan ketentuan dan persyaratan yang
diwajibkan. Penentuan persyaratan sudah diperhitungkan kapasitas dan
kualitas lingkungan laut, sehingga pelanggaran terhadap persyaratan akan
merusak atau menghancurkan lingkungan laut.48
Menurut pasa 9 Undang – Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang
Perikanan alat penangkapan ikan yang dilarang adalah alat penangkapan ikan
yang tidak sesuai dengan ukuran yang ditetapkan, alat penangkapan ikan yang
tidak sesuai dengan persyaratan atau standar yang ditetapkan untuk tipe alat
tertentu dan/atau alat penangkapan ikan yang dilarang.49
47Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, Op., Cit, 2009, hal 48. 48 Marlina dan Faisal Riza, Op.,Cit hal 6.
Ketentuan mengenai alat penangkapan dan/atau alat bantu
penangkapan ikan yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya
ikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat 1 (satu) Undang-Undang
Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Alat penangkap ikan adalah sarana dan perlengkapan atau benda-benda
lainnya yang dipergunakan untuk menangkap ikan.50
2. Penggunaan Alat Penangkap Ikan Yang Diperbolehkan51
1. Muroami
Adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yang tebuat dari jarring
dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap yang panjang, badan dan kantong
(cod end). Pemasangannya dengan cara menenggelamkan muroami yang
dipasang menetap menggunakan jangkar. Pada setiap ujung bagian sayap
serta di sisi atas kedua bagian sayap dan mulut jarring dipasang
pelampung bertali panjang. Untuk menarik jaring kea rah belakang,
menggunakan sejumlah perahu/kapal yang diikatkan pada bagian badan
dan kantong jaring.
Muroami dipasang di daerah perairan karang untuk menangkap ikan-ikan
karang (menancapkan tiang jaring akan merusak ekosistem terumbu
karang dan proses penggiringan ikan menuju mulut jaring dengan
menusukkan tongkat besi ke ekosistem karang) dan Pukat tarik/pukat
hela/trawl.
2. Pukat Udang
Adalah jenis jaring berbentuk kantong dengan sasaran tangkapannya
udang. Jaring dilengkapi sepasang 92 buah) papan pembuka mulut jaring
(otter board) dan turtle Excluder/ TED, tujuan utamanya untuk menangkap
udang dan ikan dasar, yang dalam pengoperasiannya menyapu dasar
perairan dan hanya boleh ditarik oleh satu kapal motor.
3. Pukat Ikan
Atau sering disebut Fish Net adalah jenis penangkap ikan berbentuk
kantong bersayap yang dalam pengoperasiaanya dilengkapi 2 (dua) papan
pembuka mulut, tujuan utamanya untuk menangkap ikan perairan
pertengahan dan ikan perairan dasar, yang dalam pengoperasiaanya ditarik
melayang di atas dasar hanya boleh 1 (satu) buah kapal bermotor.
4. Pukat Kantong
Adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yang terbuat dari jaring
dari 2 (dua) bagian sayap, badan dan kantong jaring. Bagian sayap pukat
kantong lebih panjang dari pada bagian sayap pukat tarik trawl). Alat
tangkap ini digunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan pelagis, dan
demersal. Pukat kantong terdiri dari Payang, Dogol dan Pukat Pantai.
5. Pukat Cincin atau Jaring Lingkar
Adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau
trapesium, dilengkapi dengan tai kolor yang dilewatkan melalui cincin
yang diikatkan pada bagian bawah jaring dapat dikuncupkan sehingga
6. Jaring Insang
Adalah alat penangkapn ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi
panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata. Lembaran jaring
dilengkapi dengan sejumlah pelampung pada tali ris atas dan sejumlah
pemberat pada tali ris bawah . Ada beberapa gill net yang mempunyai
penguat bawah terbuat dari saran sebagai pengganti pemberat.
Tinggi jaring insang permukaan 5-15 meter dan bentuk gill net empat
persegi panjang atau trapesium terbalik, tinggi jaring insang pertengahan
5-10 meter dan bentuk gill ner empat persegi panjang serta tinggi jaring
insang dasar 1-3 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang atau
trapesium. Bentuk gill net tergantung dari panjang tali ris atas dan bawah.
7. Jaring Angkat
Adalah penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring persegi panjang atau
bujur sangkar yng direntangkan atau dibentangkan dengan menggunakan
kerangka dari batang kayu atau bambu (bingkai kantong jaring) sehingga
jaring angkat membentuk kantong.
8. Pancing
Adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari sejumlah utas tali dan
sejumlah pancing. Setiap pancing menggunakan umpan atau tanpa umpan,
balik umpan alami ataupun umpan buatan. Alat penangkapan ikan yang
termasuk dalam klasifikasi pancing, yaitu rawai (long line) dan pancing.
Adalah alat penangkapan ikan berbagai bentuk yang terbuat dari jaring,
kayu dan besi, yang dipasang secara tetap di dasar perairan atau secara
portable (dapat dipindahkan) selama jangka waktu tertentu. Umumnya
ikan demersal terperangkap atau secara alami tanpa cara penangkapan
khusus.
10. Alat Pengumpul Rumput Laut
Adalah alat yang digunakan untuk mengambil dan mengumpulkan rumput
laut, terdiri dari pisau, sabit dan alat pengaruk. Pengumpulannya dilakukan
dengan menggunakan tangan dan pisau atau sabit sebagai alat pemotong
dan alat pengaruk sebagai alat pengumpul rumput laut. Hasil potongan
rumput laut dimasukkan ke dalam keranjang.
Masih banyak nelayan yang belum memahami dampak dari
penyimpangan tehnik penggunaan alat penangkap ikan tersebut, maka
penggunaan alat harus dilarang. Kejahatan ini disebut disebut dengan delik
dolus, karena perbuatannya harus dilakukan dengan sengaja. Kejahatannya
disebut sebagai delik forma, akibat perbuatan yang berupa mengganggu dan
merusak sumber daya ikan tidak diperlukan. Dengan perbuatan yang hanya
membawa atau menguasai alat penangkapan ikan atau alat bantunya dan
belum sampai menggunakan sudah dapat dikenakan Pasal 85 asalkan
dilakukan diatas kapal penangkap ikan.52
a. Alat Penangkap Ikan Yang dilarang
Alat penangkap ikan yang dilarang oleh pemerintah antara lain :53
1. Pukat Harimau
Jaring Trawl merupakan jenis-jenis jaring berbentuk kantong yang ditarik
oleh sebuah kapal bermotor dan menggunakan alat pembuka mulut jaring
yang disebut gawang atau sepasang alat pembuka dan jaring yang ditarik oleh
2 (dua) buah kapal bermotor. Nama lain dikenal dengan pukat harimau, pukat
tarik, jaring tarik, jaring trawl ikan, pukat apolo, pukat langgasi dan lain
sebagainya.
Alat tangkap ini merupakan alat tangkap yang produktif, untuk berbagai jenis
ikan dasar utamanya udang. Dengan demikian, penggunaan jaring trawl lebih
banyak berharap kepada jenis udang putih maupun udang windu yang mahal
harganya dibandingkan dengan perolehan jenis ikan. Oleh karena sifat
biologis udang senang hidup di dasar perairan dangkap dan banyak bahan
organiknya, maka jaring trawl lebih banyak beroperasi di pinggir pantai,
terutama di dekat muara yang subur perairannya, karena disitulah banyak
udang bermukim.
Disinilah yng menjadi pokok pangkal permasalahan timbulnya benturan
kepentingan antara nng pada nelayan/pengusaha jaring trawl yang pada
akhirnya mengakibatkan ketegangan sosial antara kedua kelompok tersebut.
Pada saat itu, yakni penghujung tahun tujuh puluhan, ketegangan tambah
meruncing sehingga dikhawatirkan menimbulkan akibat yang semakin
merugikan banyak pihak, termasuk keamanan dan kesejahteraan social
kelompok nelayan tradisional, maka berdasarkan Keputusan Presiden Nomor
39 Tahun 1980 penggunaan jaring trawl dilarang.
Ada 3 (tiga) pertimbangan mendasar yang melandasi mengapa sampai
dikeluarkan Keppres Nomor 39 Tahun 1980 tentang Penghapusan Jaring
Trawl, yaitu :54
a. Pembinaan kelestarian sumber daya perikanan dasar;
b. Mendorong peningkatan produksi nelayan tradisional;
c. Menghindarkan adanya ketegangan sosial.
Sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1 sampai Pasal 9 Keppres Nomor 39
Tahun 1980; maka penghapusan kegiatan penangkapan ikan dengan
menggunakan jaring trawl tersebut dilaksanakan secara bertahap. Jangka
waktu satu tahun terhitung tanggal 1 Juli 1980 sampai 1981 jumlah jaring
trawl dikurangi sehingga hanya tinggal sebanyak 1.000 (seribu) buah.
2. Pukat Udang
Adanya larangan penggunaan jaring trawl menyebabkan turunnya produksi
udang; dampak lanjutnya ekspor ke mancanegara cenderung turun.
Mengantisipasi situasi seperti ini maka Pemerintah mencanangkan Program
Udang nasional; melalui kebijakn pengembangan tambak udang maupun
penangkapan di laut untuk nelayan tradisional.
Beberapa ketentuan yang ditetapkan dalam penggunaan pukat udang adalah
sebagai berikut :
a. Pukat udang hanya diperbolehkan beroperasi di Kepulauan Kei,
Tanimbar, Aru, Irian Jaya dan Laut Arafura (131 0) BT ke Timur;
b. Izin penggunaan pukat udang dikeluarkan oleh Menteri Pertanian;
c. Jumlah pukat udang yang boleh beroperasi disesuaikan dengan daya
dukung sumber daya ikan/udang yang ada;
d. Di luar daerah yang telah ditetapkan tersebut (a) tetap berlaku Keppres
Nomor 39 Tahun 1980;kecuali untuk ilmu pengetahuan;
e. Hasil sampingan yang diperoleh dalam penangkapan dengan pukat
udang ini harus diserahkan kepada Perusahaan Negara untuk
dimanfaatkan.
3. Jaring Berkantong
Dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 503/Kpts/Um/7/1/1980 telah
ditetapkan pengertian tentang jaring trawl, sehingga jelas perbedaan amtara
alat tangkap trawl dengan jaring berkantong lain. Ternyata perkembangan
teknologi di kalangan Nelayan Usaha Skala Kecil mengakibatkan kerugian
bagi nelayan dengan skala usha kecil.
B. Kasus posisi
1. Kronologi Kasus
Adapun identitas dari Terdakwa yaitu55 :
Nama Lengkap : Kien Giang, Vietnam
Umur/tanggal lahir : 39 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Vietnam
Tempat tinggal :Thong Ten Huyen TP. Rach Gia Tinh Kien,
Vietnam, sekarang berdomisili di Stasiun Pengawas
Daya Kelautan dan Perikanan Pontianak Jln. Hatta
Kec. Sungai Kakap Kab. Kubu Raya
Agama : Budha
Pekerjaan : Nelayan/Nahkoda KM. DINAR BAHARI 03
Bahwa terdakwa Mr. NGUYEN LE HUNG selaku nahkoda Nahkoda
KM. DINAR BAHARI 03 bersama-sama dengan terdakwa Mr. NGUYEN
VAN DOAN selaku Nahkoda KM. DINAR BAHARI 02 (dilakukan
penuntutan secara terpisah), pada hari Sabtu tanggal 10 Maret 2012 sekira
jam 09.50 Wib atau setidak-tidaknya pada waktu bulan Maret tahun 2012
bertempat di Perairan Teritorial Laut Natuna pada posisi 020 55’ 023” N –
1080 03’ 565” E (nol dua derajat lima puluh lima menit nol dua puluh tiga
detik North seratus delapan derajat nol tiga menit lima ratus enam puluh lima
detik East) sesuai GPS atau 020 55’ 01” LU - 1080 03’ 34” BT (Dua Derajat
Lima Puluh Lima Menit Satu Detik Lintan Utara – Seratus Delapan Derajat
Tiga Menit Tiga Puluh Empat Detik Bujur Timur) setelah dikonversi dan
Laut Terirorial Indonesia di Perairan Laut Natuna, dan oleh karena terdakwa
dan barang bukti berupa KM. DINAR BAHARI 03 berada di Pelabuhan
/Dermaga Stasiun Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Pontianak
dan berdasarkan ketentuan pasal 3 ayat (2) PERMA No. 1 tahun 2007 tentang
Pengadilan Perikanan, maka Pengadilan Perikanan Pontianak pada
Pengadilan Negeri Pontianak yang berwewenang memeriksa dan mengadili
perkara ini, sebagai orang yang melakukan perbuatan atau turut serta
melakukan perbuatan atau turut serta melakukan perbuatan telah memiliki,
menguasai, membawa, dan/atau menggunakan alat penangkap ikan atau alat
bantu penangkapan ikan yang mengganggu dan merusak keberlanjutan
sumberdaya ikan di kapal penangkap ikan, di wilayah pengelolaan perikanan
negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1),
yang dilakukan oleh terdakwa dengan cara sebagai berikut :
Bermula terdakwa Mr. NGUYEN LE HUNG selaku nahkoda KM.
DINAR BAHARI 03 bersama-sama dengan terdakwa Mr. NGUYEN VAN
DOAN selaku Nahkoda KM. DINAR BAHARI 02 (dilakukan penuntutan
secara terpisah) berangkat dari pelabuhan Vietnam dengan menggunakan
bendera Vietnam yang tujuan ke perairan Vietnam dan perairan Indonesia
bendera Vietnam tersebut diganti dengan bendera Indonesia karena telah
memasuki wilayah Indonesia kemidian langsung melakukan penangkapan
ikan dengan menggunakan alat tangkap berupa jarring (trawl) ukuran + 500
meter, panjang badan kantong + meter dan lebar mulut jarring + 60 meter
KM. DINAR BAHARI 03 yang di Nahkodai oleh terdakwa kemudian salah
satu ujung tali pada jarring (trawl) dilemparkan ke kapal yaitu KM. DINAR
BAHARI 02 selanjutnya jarring (trawl) dirarik secara bersama-sama dengan
kecepatan yang sama oleh kedua kapal penangkap ikan tersebut sekitar 6 jam
kemudian jarring ditarik atau dinaikkan dan ikan diambil dan dikumpulkan
oleh kapal KM. DIANR BAHARI 03, pada saat kapal KM. DINAR
BAHARI 03 yang di Nahkodai oleh terdakwa tersebut sedang melakukan
penangkapanikan dengan menggunakan alat tangkap jaring (trawl) tersebut,
datang KP HIU 005 yang langusng menangkap kapal KM. DINAR BAHARI
03 pada posisi 020 55’ 023” N – 1080 03’ 565” E (nol dua derajat lima puluh
liama menit nol dua puluh tiga detik East) sesuai GPS atau 020 55’ 01’’ LU –
1080 03’ 34” BT (Dua Derajat Lima Puluh Lima Menit Satu detik Lintang
Utara – Seratus Delapan Derajat Tiga Menit Tiga Puluh Empat Detik Bujur
Timur) setelah dikonversi dan diplot pada peta laut kemudian saksi Ilman
Rustam bersama saksi Yatmono dan saksi Deddy yang merupakan ABK KP
HIU 005 melakukan pemeriksaan terhadap dokumen maupun surat-surat
kelengkapan Kapal LM. DINAR BAHARI 03 serta izin sah lainnya yang
dikeluarkan oleh Pemerintah RI yang dimiliki oleh terdakwa.
Bahwa terdakwa telah melakukan penangkapan ikan dengan ikan
dengan menggunakan alat penangkap ikan atau alat bantu penangkapan ikan
yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumberdaya ikan di kapal
penangkap ikan, di wilayah pengelolaanperikanan negara Republik Indonesia
tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004
tentang Perikanan.
Selanjutnya kapal KM. DINAR BAHARI 03 beserta terdakwa dibawa
oleh KP HIU 005 ke Stasiun PSKDP yang kemudian diserahkan kepada
PPNS Perikanan di Pelabuhan/Dermaga SKDP berdasarkan pasal 73 ayat (1)
Undang Nomor 45 tahun 2009 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan untuk diproses lebih lanjut.
Berdasarkan keterangan ahli di Bidang Perikanan MUHAMMAD
DONG.S.Pi bahwa posisi 02 55’ 023” N – 108 03’ 565” E (nol dua derajat
lima puluh lima menit nol dua puluh tiga detik North seratus delapan nol tiga
menit lima ratus enam puluh lima detik East) sesuai GPS atau 02 55’ 01” LU
– 108 03’ 34” BT (DUa Derajat Lima Puluh Lima Menit Satu Detik Lintang
Utara – Seratus Delapan Derajat Tiga Menit Tiga Puluh Empat Detik Bujur
Timur) setelah dikonversi dan diplot pada pada peta laut masuk dalam
Wilayah Perairan Indonesia tepatnya di Laut Teritorial Natuna, namun Surat
Ijin Penangkapan Ikan (SIPI) yang ada di KM DINAR BAHARI 03
menyatakan bahwa daerah operasinya pada perairan ZEEI Laut Cina Selatan
koordinat 03 LU ke Utara dan daerah larangan pada Laut Teritorial.
Bahwa barang bukti KM. DINAR BAHARI 03 telah dilakukan
pelelangan berdasarkan Surat Permohonan Lelang dari Stasiun PSDKP
Pntoanak kepada Pengadilan Perikanan Pada Pengadilan Negeri Pontianak
Penetapan Lelang dari Pengadilan Perikanan Pada Pengadilan Negeri
Pontianak Nomor. 02/Pen.Pid.Prkn/2012/PN.Ptk Tanggal 5 Juli 2012. Surat
Pernyataan Persetujuan Lelang atas nama Tersangka Mr. NGUYEN LE
HUNG kemudian dilakukan pelaksanaan lelang melalui Surat Permintaan
Bantuan Pelelangan Benda Sitaan/Barang Bukti Nomor
078/Sta.2/PP.550/IX/2012 tanggal 3 September kepada Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lealng (KPKNL). Penetapan jadwal Lelang dengan
Nomor S-1732/WKN.11/KNL.01/2012 tanggal 6 september 2012
Kemudian untuk publikasi lelang, telah dilakukan Permohonan
Bantuan Penerbitan Pengumuman Lelang melalui Surat dari Stasiun PSDKP
Pontianak dengan Nomor 079/Sta.2/PP.550/IX/2012 Tanggal 6 September
2012 kepada Pimpinan Harian Berita Katulistiwa (BERKAT). Pelaksanaan
Lelang dilaksanakan pada hari Kamis, 13 September 2012 di Kantor Staisun
PSDKP Pontianak dengan menghasilkan uang hasil lelang KM. DINAR
BAHARI 03 senilai Rp. 60.900.000,00 (Enam Puluh Juta Sembilan Ratus
Ribu Rupiah) yang dituangkan pada Salinan Risalah Leang Nomor 280/2012
Tanggal 13 September 2012 dengan pejabat lelang Kosasih,S.H.
2. Dakwaan
Terdakwa Mr. NGUYEN LE HUNG dihadapkan di muka persidangan
pada tanggal 01 Nopember 2012 dengan dakwaan sebagai berikut :56
56Berdasarkan Surat Dakwaan dengan nomor register perkara 05/PIDSUS/E/10/2012
Pertama.
Bahwa terdakwa telah melakukan penangkapan ikan dengan
menggunakan alat penangkap ikan atau alat bantu penangkapan ikan yang
mengganaggu dan merusak keberlanjutan sumberdaya ikan di kapal
penangkap ikan, di wilayah pengelolaan perikanan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang No.45 Tahun
2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.31 Tahun 2004 tentang
Perikanan.
Perbuatan terdakwa Mr. NGUYEN LE HUNG sebagaimana diatur
dan diancam pidana Pasal 85 Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan jo
pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Kedua.
Bahwa terdakwa telah melakukan penangkapan ikan dengan telah
melakukan usaha dan/ atau kegiatan pengelolaan perikanan wajib memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 2c Undang-Undang
Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 2004 tentang Perikanan mengenai daerah, jalur dan waktu atau musim
penangkapan ikan.
Perbuatan terdakwa tersebut diatur dan diancam pidana Pasal 100 jo.
Pasal 7 Ayat 2c jo. Pasal 104 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
3. Fakta Hukum
A. Keterangan Saksi-saksi, di bawah sumpah di depan persidangan
menerangkan sebagai berikut :
1) . Saksi Mr. NGUYEN VAN SON
Bahwa Kapal Penangkap Ikan KM DINAR BAHARI 03 ditangkap
oleh KP. HIU MACAN 005 pada hari Sabtu tanggal 10 Maret 2012
pukul 09.50 WIB, waktunya pagi hari
Bahwa Kapal Penangkapan Ikan KM. DINAR BAHARI 03 tersebut
berasal dari negara Indonesia, pemiliknya dari Indonesia yang
bernama Mr. Zahrudin.
Bahwa KM DINAR BAHARI 03 saat ditangkap penggunakan
bendera Indonesia dan sedang berjalan menuju perairan Vietnam
setelah melakukan penangkapan ikan di perairan Indonesia
Bahwa KM DINAR BAHARI 03 ditangkap oleh KP. HIU MACAN
005 PADA POSISI 030 18’ n – 1080 04’ E sesuai GPS.
Bahwa KM DINAR BAHARI 03 pada saat melakukan penangkapan
ikan, sudah berada di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik
Indonesia.
Bahwa alat penangkapan ikan yang digunakan KM DINAR BAHARI
03 adalah jaring Trawl dan menggunakan rantai besi sebagai
pemberat, cara mengoperasikannya adalah jaring dilempar/diturunkan
ke laut kemudian salah satu talinya dilempar ke laut kemudian satu
secara bersama-sama dengan kecepatan yang sama kemudian ditarik
oleh kedua kapal penangkap ikan.
Bahwa saksi menerangkan hubungan antara KM DINAR BAHARI 03
dengan kapal penangkapan ikan KM DINAR BAHARI 02 adalah
merupakan satu satuan kerja sama dalam menangkap ikan berupa
Trawl yang mana kapal KM DINAR BAHARI 03 merupakan kapal
utama sedangkan kapal satunya tersebut merupakan kapal bantu.
Bahwa saksi menerangkan ikan yang tertangkap adalah jenis ikan
campuran berukuran besar dan berfariasi.
Bahwa saksi menerangkan sewaktu ditangkap KP. HIU MACAN 005,
sudah ada ikan hasil tangkapan dan disimpan di dalam palka KM
DINAR BAHARI 03.
Bahwa saksi menerangkan yang bertanggung jawab atas kedua kapal
tersebut adalah Mr. NGUYEN LE HUNG Nahkoda KM DINAR
BAHARI 03.
Bahwa saksi bertugas menyortir ikan hasil tangkapan kemudian
dimasukkan ke dalam kantong plastic dan membantu menurunkan dan
mengangkat jaring.
Bahwa saksi menerangkan tahu KM DINAR BAHARI 03 telah
melakukan penangkapan ikan di perairan Indonesia.
Bahwa KM DINAR BAHARI 03 ada membawa dokumen perjanjian
Bahwa KM DINAR BAHARI 03 berangkat dari pelabuhan Ba Ria
Vung Tau Vietnam tanggal 06 Agusuts 2011 bersama-sama dengan
kapal bantu dan menggunakan bendera Vietnam dan bendera
Indonesia, tujuan ke perairan Vietnam dan Indonesia untuk
menangkap ikan.
Bahwa berangkat dari pelabuhan Vietnam dan Tanggal keberangkatan
lupa, berangkat bersama dengan kapal bantu dan menggunakan
bendera Indonesia, tujuan ke perairan Vietnam dan Indonesia untuk
menangkap ikan.
Bahwa KM DINAR BAHARI 03 mau menangkap ikan di perairan
Indonesia karena pemilik kapal mengatakan demikian memiliki
Dokumen menangkap Ikan di Indonesia.
Bahwa biasanya ikan tangkapan kami jual di Vietnam.
Bahwa ABK KM DINAR BAHARI 03 sudah 1 tahun dan jumlah
ABK KM DINAR BAHARI 03 total 14 orang termasuk nahkoda.
Bahwa alat navigasi yang ada di KM DINAR BAHARI 03 adalah
berupa 1 (satu) unit GPS HAIYANG HGP-660, 1 (satu) unit
ECHOSOUNDER ONWA KF-667, 1 (SATU) UNIT KOMPAS
EXPRESS DANFORTH/WHITE, 1 (SATU) UNIT radio super star
2400, 1 (satu).
Bahwa saksi menerangkan bekerja sebagai Nahkoda pada KM.
DINAR BAHARI 02.
Bahwa saksi menerangkan kedua kapal KM. DINAR BAHARI 03 dan
KM. DINAR BAHARI 02 berpasangan untuk menangkap ikan.
Bahwa Kapal Penangkap Ikan KM. DINAR BAHARI 03 ditangkap
oleh Pengawas Perikanan KP. HIU MACAN 005 pada tanggal 10
Maret 2012, pada sekitar pagi hari.
Bahwa saksi menerangkan Kapal Penangkap Ikan KM. DINAR
BAHARI 03 tersebut dari Negara Vietnam dan berbendera Indonesia
serta pemiliknya juga warga negara Indonesia yang bernama Mr.
Zahrudin.
Bahwa saksi menerangkan Bendera Indonesia di Pasang saat KM.
DINAR BAHARI 03 saat berada di wilayah Indonesia.
Bahwa Bendera tersebut diperoleh dari pemilik kapal yaitu Mr.
Zahrudin.
Bahwa saksi menerangkan Kapal tersebut ditangkap pada saat sedang
berjalan/Berlayar menuju daerah penangkapan (Fishing Ground) di
Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia secara
bersama-sama/ berpasangan dengan Kapal penangkap ikan KM. DINAR
BAHARI 02.
Bahwa KM. DINAR BAHARI 03 adalah pasangan Kapal untuk
buah kapal yaitu KM. DINAR BAHARI 03 dengan KM. DINAR
BAHARI 02.
Bahwa KM. DINAR BAHARI 03 sebagai kapal utama sedangkan
KM. DINAR BAHARI 02 sebagai kapal pembantu untuk menarik
jaring trawl tersebut.
Bahwa tidak ada kapal penangkap ikan sekitar kapal KM. DINAR
BAHARI 03 dan KM. DINAR BAHARI 02 saat ditangkap.
Bahwa saksi menerangkan Posisi pada saat ditangkap di perairan
wilayah Indonesia posisinya 030 018’ LU – 1080 00’ BT sesuai GPS
yang ada pada KM. DINAR BAHARI 02.
Bahwa di kapal KM. DINAR BAHARI 02 terdapat alat navigasi GPS,
Kompas dan Radio Komunikasi. Dengan spesifikasi 1 (satu) unit GPS
HAIYANG HGP-660, 1 (satu) unit KOMPAS EXPRESS
DANFORTH/WHITE, 2 (dua) unit RADIO SUPER STAR 2400.
Bahwa penggunaaan jaring dilempar/dijatuhkan ke laut kemudian
ditarik secara bersama-sama dengan kecepatan yang sama sekitar 2
knot selama 6 jam kemudian ditarik oleh kedua kapal penangkap ikan
KM. DINAR BAHARI 03 dan kapal penangkap ikan KM. DINAR
BAHARI 02.
Bahwa saksi mengetahui Panjang tali + 500 (lima ratus) meter,
panjang badan kantong + 70 (tujuh puluh) meter dan lebar mulut
Bahwa saksi menerangkan Kapal KM. DINAR BAHARI 03 dengan
KM. DINAR BAHARI 02 melakukan penangkapan siang atau malam,
dalam satu hari dilakukan 2 kali operasi penangkapan ikan. Waktu
yang diperlukan untuk mengangkat jaring hingga memilih ikan hasil
tangkapan yaitu satu hingga dua jam.
Bahwa sewaktu ditangkap Kapal Pengawas Perikanan KP. HIU
MACAN 005 sudah ada ikan tetapi tidak tahu berapa jumlahnya
disimpan di palka ikan KM. DINAR BAHARI 03.
Bahwa saksi menerangkan ikan hasil tangkapan Ditangkap di wilayah
Perairan Indonesia dan Perairan Vietnam.
Bahwa saksi menerangkan Ada Surat Ijin Resmi dari Pemerintah
Indonesia.
Bahwa Saksi menerangkan yang bertanggung jawab atas kapal
tersebut adalah Mr. NGUYEN LE HUNG.
Bahwa saksi menerangkan tidak ingat kapan berangkat dari Vietnam,
tetapi berangkat dari pelabuhan Ba Ria Vung Tau dan telah berada di
Perairan Indonesia 2-3 hari.
3) Saksi ILHAM RUSTAM
Bahwa saksi saat diperiksa Saksi dalam keadaan sehat jasmani dan
bersedia untuk diperiksa serta memberikan keterangan yang
Bahwa Saksi mengerti diperiksa yaitu untuk dimintai keterangan
sebagai Saksi Penangkap sehubungan dengan tertangkapnya sebuah
kapal penangkap ikan bernama KM. DINAR BAHARI 03.
Bahwa saksi melakukan pemeriksaan terhadap kapal KM. DINAR
BAHARI 03 Atas dasar Surat Perintah Pemeriksaan Kapal dari
Nahkoda KP. HIU MACAN 005 Nomor. 100/KP. HIU MACAN
005/III/2012, tangal 10 Maret 2012, bersama Sdr. YATMONO dan
DEDDY.
Bahwa saksi melakukan pemeriksaan terhadap kapal KM. DINAR
BAHARI 03 meliputi Surat Keterangan Kapal, muatan dan surat
kelengkapannya, tanda-tanda kapal, catatan jurnal kapal, fisik kapal,
Alat Penangkap Ikan, anak buah kapal.
Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan yang ditemukan kapal KM.
DINAR BAHARI 03 adalah alat penangkapan ikan jenis pair trawl,
tidak terdapat dokumen kapal/SIUP/SIPI yang sah dari pemerintah
Indonesia, ikan campur + 500 kg dan jumlah ABK 14 orang termasuk
nahkoda.
Bahwa dari hasil pemeriksaan yang Saksi lakukan kapal KM. DINAR
BAHARI 03 berasal dari Indonesia, menggunakan bendera Indonesia.
Bahwa dari hasil pemeriksaan yang dilakukan Nahkoda KM. DINAR
BAHARI 03 bernama Mr. NGUYEN LE HUNG dengan ABK
Bahwa Saksi melakukan pemeriksaan terhdap kapal KM. DINAR
BAHARI 03 hari Sabtu, Tanggal 10 Maret 2012 pada posisi 020 55’
023 “ N – 1080 03’ 565” E sesuai GPS (020 55’ 01 LU – 1080 03’ 34”
BT setelah dikonversi dan diplot pada peta Laut) di Laut Teritorial
Indonesia.
Bahwa saat ditemukan dan kemudian dilakukan pemeriksaan kapal
tersebut sedang berjalan di laut territorial wilayah Indonesia setelah
melakukan penangkapan ikan di perairan Indonesia.
Bahwa menurut keterangan Nahkoda kapl KM. DINAR BAHARI 03
pemilik kapal bernama Mr. ZAHRUDIN berasal dari Indonesia.
Bahwa saat pemeriksaan di atas KM. DINAR BAHARI 03
menemukan dokumen perizinan SIPI dan SIUP yang dikeluarkan
pemerintah Republik Indonesia.
Bahwa saat pemeriksaan di atas kapal KM. DINAR BAHARI 03
ditemukan alat navigasi 1 (satu) unit GPS HAIYANG HGP-660,
1(satu) unit ECHOSOUNDER ONWA KF-667, 1 (satu) unit
KOMPAS EXPRESS DANFORT/WHITE, 1 (satu) unit RADIO
SUPERSTAR 2400, 1 (satu) unit RADIO ICOM IC-707, 1 (satu) unit
RADIO SEA EAGLE 6900.
Bahwa alat penangkapan ikan yang digunakan KM. DINAR BAHARI
03 adalah jenis KM. DINAR BAHARI 03 adalah jenis Pair Trawl
DINAR BAHARI 03 dan kapal lain secara bersama-sama dengan
kecepatan yang sama.
Bahwa ada ditemukan ikan campur dalam palka KM. DINAR
BAHARI 03 sebanyak + 500 kg.
Bahwa kronologis penangkapan yang dilakukan oleh KP. HIU
MACAN 005 terhadap KM. DINAR BAHARI 03 adalah Posisi
Deteksi : KP. HIU MACAN 005 pada pukul 09.00 WIB tanggal 10
Maret 2012 mendeteksi terhadap dugaan adanya kapal ikan asing
yaitu KM. DINAR BAHARI 03 berada pada posisi 020 54’ 268” N –
1080 05’ 360” E sesuai GPS Posisi Pengejaran : KP. HIU MACAN
005 pada pukul 09.40 WIB tanggal 10 Maret 2012 melakukan
pengejaran terhadap kapal KM. DINAR BAHARI 03 sedang
melakukan tindak pidana perikanan pada posisi 020 55’ 216” N – 1080
03’ 800” E sesuai GPS.Posisi Pengehentian dan Pemeriksaan : KP.
HIU MACAN 005 PADA PUKUL 1309.40 WIB tanggal 10 Maret
2012 berhasil menangkap KM. DINAR BAHARI 03 pada posisi 020
55’ 023” N – 1080 03’ 565” sesuai GPS.
Bahwa tindakan selanjutnya yang diambil adalah kapal KM. DINAR
BAHARI 03 segera di Adhock ke Dermaga Stasiun PSDKP Pontianak
untuk diserahterimakan ke Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perikanan
pada Stasiun PSDKP Pontianak guna penyidikan lebih lanjut.
Bahwa Saksi mengerti diperiksa yaitu untuk dimintai keterangan
sebagai saksi Penangkap sehubungan dengan tertangkapnya sebuah
kapal penangkap ikan bernama KM. DINAR BAHARI 03.
Bahwa saksi melakukan pemeriksaan terhadap kapal KM. DINAR
BAHARI 03 atas dasar Surat Perintah Pemeriksaan Kapal dari
Nahkoda KP. HIU MACAN 005 Nomor. 100/ KP. HIU MACAN
005/III/2012, tanggal 10 Maret 2012, bersama sdr. YATMONO dan
ILMAN.
Bahwa benar Saksi melakukan pemeriksaan terhadap KM. DINAR
BAHARI 03 meliputi surat keterangan kapal, muatan dan surat
kelengkapannya, tanda-tanda kapal, catatan jurnal kapal, fisik kapal,
Alat Penangkap Ikan, muatan, anak buah kapal.
Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan yang ditemukan kapal KM.
DINAR BAHARI 03 adanya alat penangkapan ikan jenis pair trawl,
terdapat dokumen kapal/ SIUP/ SIPI yang sah dari pemerintah
Indonesia, ikan campur +500 kg dan jumlah Awak Kapal 14 orang
termasuk nahkoda.
Bahwa hasil dari pemeriksaan yang Saksi lakukan kapal KM. DINAR
BAHARI 03 berasal dari Indonesia, menggunakan bendera Indonesia.
Bahwa dari hasil pemeriksaan yang dilakukan Nahkoda KM. DINAR
BAHARI 03 bernama Mr. NGUYEN LE HUNG dengan ABK
Bahwa saksi melakukan pemeriksaan terhadap kapal KM. DINAR
BAHARI 03 hari Selasa tanggal 10 Maret 2012 pada posisi 020 55’
023” N – 1080 03 565” E sesuai GPS (020 55’ 01” LU – 1080 03’ 34”
BT setelah dikonversi dan diplot pada peta laut) di Perairan Teritorial
Laut Natuna.
Bahwa saat ditemukan dan kemudian dilakukan pemeriksaan kapal
tersebut sedang berjalan di Perairan Indonesia setelah melakukan
penangkapan ikan di perairan Indonesia.
Bahwa menurut keterangan Nahkoda kapal KM. DINAR BAHARI 03
pemilik kapal bernama Mr. ZAHRUDIN berasal dari Indonesia.
Bahwa saat pemeriksaan di atas KM. DINAR BAHARI 03
menemukan dokumen perizinan SIPI dan SIUP yang dikeluarkan
pemerintah Republik Indonesia.
Bahwa saat pemeriksaan di atas kapal KM. DINAR BAHARI 03
ditemukan alat navigasi berupa 1 (satu) unit ECHOSOUNDER
ONWA KF-667, 1 (satu) unit KOMPAS EXPRESS
DANFORT/WHITE, 1 (satu) unit RADIO SUPER STAR 2400, 1
(satu) unit RADIO ICOM IC-707, 1 (satu) unit RADIO SEA EAGLE
6900.
Bahwa alat penangkapan ikan yang digunakan KM. DINAR BAHARI
03 adalah jenis Pair Trawl yang dalam pengoperasiaannya ditarik oleh
2 (dua) kapal yaitu KM. DINAR BAHARI 03 dan kapal lain secara
Bahwa ada ditemukan ikan campur dalam palka KM. DINAR
BAHARI 03 sebanyak + 500 kg.
Bahwa kronologis penangkapan yang dilakukan oleh KP. HIU
MACAN 005 terhadap KM. DINAR BAHARI 03 adalah Posisi
Deteksi : KP. HIU MACAN 005 pada pukul 09.00 WIB tanggal 10
Maret 2012 mendeteksi terhadap dugaan adanya kapal ikan asing
yaitu KM. DINAR BAHARI 03 berada pada posisi 020 55’ 216” N –
1080 03’ 800” E sesuai GPS. Posisi Pengejaran : KP. HIU MACAN
pada pukul 09.40 WIB tanggal 10 Maret 2012 melakukan pengejaran
terhadap kapal KM. DINAR BAHARI 03 sedang melakukan tindak
pidana perikanan pada posisi 020 55’ 216” N – 1080 03’ 800” E sesuai
GPS. Posisi Penghentian dan Pemeriksaan : KP. HIU MACAN 005
pada pukul 1309.40 WIB tanggal 10 Maret 2012 berhasil menangkap
KM. DINAR BAHARI 03 pada posisi 020 55’ 023” N – 1080 03’ 565”
E sesuai GPS
Bahwa saat memeriksa dan menangkap KM. DINAR BAHARI 03,
tidak ada kapal lain di sekitara perairan tersebut.
Bahwa tindakan selanjutnya yang diambil adalah kapal KM. DINAR
BAHARI 03 segera di Adhock ke Dermaga Stasiun PSDKP Pontianak
untuk diserahterimakan ke Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perikanan
B. Saksi ahli
Memberikan keterangan dengan mengucapkan janji terlebih dahulu
yang pada pokoknya sebagai berikut :
1) Saksi MUHAMMAD DONG.S.PI.
Bahwa ahli mengerti dimintai keterangan sebagai Saksi Ahli di
Bidang Perikanan dalam perkara Tindak Pidana Perikanan yang
dilakukan oleh tersang Mr. NGUYEN LE HUNG atas Surat Perintah
Tudas dari Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan
Barat Nomor : 094/114/dkp.05/2011 tanggal 29 september 2011. Atas
permohonan bantuan Saksi Ahli Perikanan dari Kepala Stasiun
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Pontianak Nomor :
02/PPNS-Kan/Sta.2/PP.520/IV/2012 tanggal 20 April 2012.
Bahwa saksi telah melihat dan melakukan pemeriksaan dari Kontruksi
Bangunan Kapal, Alat Navigasi, Alat Bantu Penangkpan Ikan
menunjukkan bahwa Kapal KM. DINAR BAHARI 03 adalah Kapal
Perikanan.
Bahwa saksi telah melihat dan melakukan pemeriksaan bahwa KM.
DINAR BAHARI 03adalah kapal perikanan yang ditandai dengan
adanya Palka untuk menyimpan Ikan hasil tangkapan, adanya jaring
Trawl sebagai alat untuk menangkap ikan, adnya otter board , trawl,
alat navigasi Kompas, GPS, DAN Radio Komunikasi yang berfungsi
Bahwa saksi menjelaskan bahwa Setelah dilakukan pemeriksaan
administrasi teknis menunjukkan bahwa KM. DINAR BAHARI 03
dilihat dari Kontruksi Fisik Kapal berasal dari Negara Thailand.
Bahwa jenis alat penangkapan ikan yang digunakan pada KM.
DINAR BAHARI 03 adalah jenis pair trawl.
Bahwa secara teknis spesifikasinya sama dengan jaring Trawl.
Adapun Spesifikasinya, terdiri dari sayap kiri dan kanan, badan dan
kantong. Dibagian atas mulut jaring dilengkapi pelampung dan
dibagian mulut dilengkapi pemberat yang terbuat dari besi (rantai)
maupun bahan lainnya.
Bahwa saksi menjelaskan pada saat Pengoperasian pukat hela dua
kapal (pair trawl) adalah satu unit Alat penangkapan ikan jaring Trawl
yang dihela oleh 2 (dua) buah kapal selama 3-5 jam didalam air,
kemudian jaring dinaikkan kesalah satu kapal hingga ke kantong
kemudian hasil tangkapan dikeluarkan dari dalam kantong. Untuk
dilakukan sortir dan selanjutnya jaring dijatuhkan kembali untuk
operasi penangkapan berikutnya.
Bahwa jenis ikan yang tertangkap menggunakan pukat hela dua kapal
(pair trawl) maupun jaring trawl adalah jenis ikan dasar, seperti biji
nangka, gurame, kelisi dan ikan ikan lainnya.
Bahwa lat penangkapan pukat hela dua kapal (pair trawl) merupakan
jenis alat penangkapan ikan jaring trawl maka dilarang untuk
Republik Indonesia. Karena dapat merusak kelestarian sumberdaya
perikanan, hal ini disebabkan karena posisi jaring bagian bawah mulut
jaring yang dilengkapi dengan pemberat akan masuk terbenam ke
dasar perairan dan menggaruk seluruh isi dasar perairan sehingga
terumbu karang menjadi rusak. Dilarangnya alt penangkapan ikan
tersebut diatur dalan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang
Perikanan Pasal 9 ayat (1) berbunyi “setiap orang dilarang memiliki,
menguasai, membawa dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang
mengganggu dan/atau alt bantu yang mengganggu dan merusak
keberlanjutan sumber daya ikan di kapal penangkap ikan di wilayah
pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia memilki,
menguasai, membawa, dan/atau menggunakan alat penangkapan ikan
dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang berada di kapal penangkap
yang tidak sesuai dengan persyaratan, atau standart yang ditetapkan,
untuk tipe alat tertentu dan/atau alat penangkapan ikan yang dilarang
sebagai mana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c, di pidana dengan
Pidana Penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp.2.000.000.000,00 (Dua Miliar Rupiah).
Bahwa saksi melihat dan melakukan pemeriksaan, terdapat Alat
Penangkapan Ikan terlarang Jenis Trawal 2 (dua) unit dalam
Bahwa alat penangkapan ikan jenis Trawl dapat dioperasikan dengan
Satu kapal yang dilengkapi dengan Besi segi tiga dan papan laying
(otter board) kiri dan kanan sebagai alat untuk membuka sayap jaring.
Jaring tersebut dihela selama 3-5 jam di dalam air kemudia jaring di
tarik dinaikkan di kapal hingga ke kantong dan selanjutnya ikan
dikeluarkan dari kantong untuk disortir. Berdasarkan pengamatan dan
pemeriksaan di KM. DINAR BAHARI 03 di duga bahwa jaring Trawl
tersebut di operasikan dengan cara dihela dua kapal (pair trawl).
Pengoperasian pukat dua hela kapal (pair trawl) adalah Satu alat
penangkapan ikan jenis jaring trawl yang dihela oleh dua kapal selama
3-5 jam di ddalam air, kemudian jaring dinaikkan hingga kantong
pada salah satu kapal yan telah ditentukan selanjutnya kantong dibuka
ikan dikeluarkan untuk dilakukan sortir.
Bahwa setiap kapal perikanan yang melakukan operasional
penangkapan ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik
Indonesia (WPP-RI) wajib memiliki Perizinan Perikanan.
Bahwa WPP RI adalah Wilayah Pengelolaan Peikanan Republik
Indonesia yang meliputi Perairan Indonesia, ZEEI dan sungai, danau,
waduk, rawa dan genangan air sebagaimana tercantum dalam Pasal 5
ayat (1) huruf a, b, c, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31
Tahun 2004 Tentang Perikanan.
Bahwa ahli menjelaskan posisi 020 55’ 023” N – 1080 03’ 565” E
diplot pada peta laut) masuk dalam Wilayah Perairan
Indonesia/Perairan Teritorial Laut Natuna.
Bahwa dengan ijin yang ada pada Surat ijin Penangkapan Ikan (SIPI)
bahwa KM. DINAR BAHARI 03 diperbolehkan beroperasi
menangkap ikan pada WPP RI ZEEI Laut Cina Selatan, 030 LU keatas
dan dilarang beroperasi di perairan Indonesia.
Bahwa saksi menjelaskan KM. DINAR BAHARI 03 dapat disangka
telah melakukan pelanggaran sesuai pasal 7 ayat 2 huruf c yang
berbunyi “Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
pengelolaan perikanan wajib mematuhi ketentuan, huruf c daerah,
jalur, dan waktu atau musim penangkapan ikan” dan dapat dikenakan
sangsi sesuai pasal 100 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang perikanan,”Setiap orang yang melanggar ketentuan yang
ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dipidana
dengan pidana denda paling banyak Rp.250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta)”.
Bahwa Surat perizinan diterbitkan oleh Kementrian Kelautan dan
Perikanan, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Bahwa Perizinan penangkapan ikan bahwa untuk kapal berukuran di
atas 30 GT dan menggunakan tenaga kerja asing perizinan
perikanannya diterbitkan oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini
Kemntrian Kelautan dan Perikanan RI, untuk kapal berukuran 10 GT
selanjutnya untuk kapal berukuran diatas 5 GT – 10 GT perizinannya
diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan untuk kapal
perikanan berukuran dibawah 5GT (nelayan kecil) hanya diwajibkan
pendaftaran kapal ketentuan ini doatur dalam PER 49 MEN 2011
Perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER. 14 MEN 2011 tentang Usaha Perikanan Tangkap Pasal 5.
Bahwa SIUP (Surat Izin Usaha Perikanan) diatur dalam Pasal 92
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang
Perikanan yang berbunyi” Setiap Perubahan atas UU RI No. 31 tahun
2004 tentang Perikanan yang berbunyi” Setiap orang yang dengan
sengaja di wilayah Pengelolaan Peirkanan Republik Indonesia
melakukan usaha perikanan di bidang Penangkapan, Pembudidayaan,
pengangkutan, pengelolaan dan pemasaran ikan, yang tidak memiliki
SIUP (Surat Izin Usaha Perikanan) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat (1), di pidana dengan pidana penjara paling lama 8
(delapan) tahun dan denda paling banyak Rp.1.500.000.000,00 (satu
miliar lima ratus juta rupiah), sedangkan SIPI (Surat Izin Penangkapan
Ikan) diatur dlam Pasal 93 ayat (2) UU RI No. 45 Tahun 2009
Tentang Perubahan atas UU RI No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan
yang berbunyi “ setiap orang yang memiliki dan?atau mengoperasikan
kapal ikan berbendera asing melakukan penangkapan ikan di wilayah
yang tidak memiliki SIPI (Surat Izin Penangkapan Ikan) sebagaimana
dimaksud dalam pasal 27 ayat (2), dipidana dengan pidanan penjara
paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak
Rp.20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah)”.
Bahwa Kapal tersebut saat diperiksa secara normal ada dokumen
Perikanan dari pemerintah Indonesia dan untuk keabsahan dan
kebenara dari dokumen tersebut adalah kewenangan pada Bidang
Perikanan Tangkap di Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia.
2) Saksi SAUR PJ. PANJAITAN, S.E,
- Bahwa Ahli diperiksa yaitu untuk dimintai keterangan sebagai Saksi
Ahli di Bidang LE HUNG.
- Bahwa Ahli memberikan keterangan berdasarkan Surat Tugas dari
Plh. Direktur Pelayanan Usaha Penangkapan Ikan, Ditjen Perikanan
Tangkap, Kementrian Kelautan dan Perikanan RI Nomor :
1457/D4/IX/2012 tanggal 5 September 2012.
- Bahwa berdasarkan UU. RI No. 31 Tahun 2004 sebagaimana diubah
menjadi UU RI No. 45 Tahun 2009 Tentang Perikan yang
diimplementasikan dalam pasal 1 angka 28 Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor. PER.49/MEN/2011 Tahun 2011
Tentang Perubahan Atas peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor. PER.14/MEN/2011 Tentang Usaha Perikanan Tangkap : yang
disingkat (SIUP) adalah Izin tertulis yang harus dimiliki perusahaan
perikanan untuk melakukan usaha perikanan dengan menggunakan
sarana produksi yang tercantum dalam izin tersebut. Berdasarkan UU
RI No. 31 tahun 2004 sebagaimana telah diubah menjadi UU RI No.
45 Tahun 2009 Tentang Perikanan yang diimplementasikan dalam
pasal 1 angka 28 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor.
PER.14/MEN/2011 Tentang Usaha Perikanan Tangkap : yang
dimaksud dengan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) adalah izin
tertulis yang harus dimiliki setiap kapal parikanan untuk melakukan
penangkapan ikan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat
Izin Usaha Perikanan (SIUP).
- Bahwa setelah saksi memperhatikan dan meneliti serta memverifikasi
dokumen SIPI No. 26.11.0035.10.31412 tanggal 03 Okteboer 2011
atas nama KM. DINAR BAHARI 03, adalah Asli dan
teregister/terdaftar dan SIUP No. 02.11.02.0099.6074 tanggal 16
September 2011 adalah teregister/terdaftar berdasarkan database dan
arsip dokumen kapal perikanan yang pada Ditejen Perikanan Tangkap
Kementrian Kelautan dan Perikanan RI.
- Bahwa ahli menerangkan beberapaciri dokumen perikanan berupa
SIPI asli dan hasil verifikasi dokumen SIPI atas nama KM. DINAR
BAHARI 03 yang diperlihatkan kepada saksi temukan adalah : a. SIPI
asli, memiliki cirri khusus hologram yang bergambar logo Kementrian
SIPI yang warnanyadapat berubah apabila dilihat dari berbagai arah
(hijau dan abu-abu). B. SIPI asli, apabaila diterwangdengan
menggunakan ultraviolet akan muncul logo Kementrian Kelautan dan
Perikanan RI. c. SIPI asli, terdapat nomor seri terletak disebelah kiri
bawah dan nomor perforasi samping kanan yang nomot serinya sama.
d. SIPI asli, pada garis microtek bertuliskan Kementrian Kelautan dan
Perikanan RI yng hanya dapat dilihat dengan menggunakan kaca
pembesar. e. Pada SIPI atas nama KM. DINAR BAHARI 03
ditemukan menggunakan kop dan logo Kementrian Kelautan dan
Perikanan. F. Nomor seri blanko C024540 pada sisi kiri bawah
dokumen SIPI sama dengan nomor perforasi atas nama KM. DINAR
BAHARI 03 tersebut merupakan nomor blanko milik KM. DINAR
BAHARI 03.
- Bahwa Ahli menjelaskan bahwa posisi 020 55’ 023” N – 1080 03 565”
E sesuai GPS adalah termasuk wilayah perairan Teritorial Indonesia.
- Bahwa sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor.
PER.12/MEN/2009 tentang perubahan atas Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor.PER.05/MEN/2008 tentang Usaha
Perikanan Tangkap pasal 27 ayat I huruf a yang berbunyi : “Pemegang
SIPI berkewajiban: a. Melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam
SIPI. “SIPI dapat dicabut oleh pemberi SIPI apabila orang atau badan
hukum yang bersangkutan: a. Tidak melaksanakan ketentuan yang
BAHARI 03 tidak melaksanakan kegiatan sesuai dengan peraturan di
atas.
- Bahwa Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Negara
Vietnam, Thailand dan Philifina tidak ada kerjasama bilateral di
bidang perikanan tangkap.
- Bahwa prosedur penerbitan izin atas nama KM. DINAR BAHARI 03
adalah sesuai dengan Peratuaran Menteri Kelautan dan Perikanan RI
No. PER.12/MEN/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor. PER.05/MEN/2008 tentang Usaha
Perikanan tangkap pasal 22 ayat 2 yang berbunyi : “Setiap orang atau
badan hukum Indonesia yang akan mengoperasikan kapal penangkap
ikan berbendera Indonesia, wajib terlebih dahulu mengajukan
permohonan SIPI kepada Direktorat Jenderal dengan melampirkan : a.
Fotokopi SIUP; b. Fotokopi gross akte atau buku kapal perikanan aslu,
surat ukur, dan surat kelaikan; c. Rekomendasi dari pemeriksaan fisik
kapal penangkapan ikan dan alat penangkapan ikan dari pejabat yang
ditunjuk oleh Direktur Jenderal yang dibuat berdasarkan hasil
pemeriksaan oleh petugas pemeriksa fisik kapal; d. Fotokopi KTP
pemilik kapal atau penanggung jawab perusahaan sebagaimana
tersebut dalam SIUP yang telah disahkan oleh pejabat yang
berwenang; e. Fotokopi risalah lelang yang telah disahkan oleh
pejabat yang berwenang, bagi kapal yang diperoleh melalui lelang; f.
tangkap setempat yang terdaftar di Departemen Kelautan dan
Perikanan; g. Surat pernyataan dari pemohon yang menyatakan
bertanggung jawab atas kebenaran data dan informasi yang
disampaikan.
C. Keterangan terdakwa Mr. NGUYEN LE HUNG
Bahwa terdakwa mengerti untuk dimintai keterangan sebagai
Terdakwa sehubungan ditangkapnya Kapal KM. DINAR BAHARI 03
oleh KP. HIU MACAN 005, karena kapal KM. DINAR BAHARI 03
pada saat diperiksa sedang melakukan penangkapan ikan di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia.
Bahwa terdakwa bekerja di KM. DINAR BAHARI 03 baru 1 bulan
dan sebgai nahkoda di KM. DINAR BAHARI 03.
Bahwa Kapal Penangkpan Ikan KM. DINAR BAHARI 03 ditangkap
oleh KP. HIU MACAN 005 pada tanggal 10 Maret 2012 waktu sore
hari.
Bahwa Posisi kapal KM. DINAR BAHARI 03 yang ditangkap KP.
HIU MACAN 005 berada pada 020 55’ 023” N – 1080 03’ 565” E
sesuai GPS ( 030 18’ LU – 1080 03’ 34” BT setelah dikonversi dan
diplot pada peta laut).
Bahwa kapal KM. DINAR BAHARI 03 saat ditangkap menggunakan
setelah melakukan penangkapan ikan di perairan Indonesia dan alat
penangkapan ikan trawl berada di atas kapal.
Bahwa terdakwa menjelaskan bahwa Kapal Penangkapan Ikan KM.
DINAR BAHARI 03 berasa dari Negara Vietnam dengan
menggunakan bendera Indonesia.
Bahwa terdakwa menjelaskan saat berangkat dari Vietnam menuju
perairan Indonesia kapal KM. DINAR BAHARI 03 menggunakan
bendera Vietnam, setelah measuk ke perairan Indonesia kami
menggantinya dengan menggunakan bendera Indonesia.
Bahwa terdakwa menjelaskan bahwa yang menyuruh mengganti
bendera Vietnam dengan bendera Indonesia di atas kapal KM. DINAR
BAHARI 03 adalah saya kepada Anak Buah Kapal atas perintah
pemilik kapal bernama Mr. Zahrudin.
Bahwa terdakwa menjelaskan bahwa Pemilik bernama Mr. Zahrudin
warga negara Indonesia.
Bahwa terdakwa mengetahui bahwa kapal Penangkapan Ikan KM.
DINAR BAHARI 03 tersebut pada saat melakukan penangkapan ikan,
telah/sudah berada di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik
Indonesia.
Bahwa terdakwa menerangkan Yang menyuruh menangkap ikan di
Bahwa terdakwa menjelaskan bahwa pemilik kapal menjelaskan
kepada Tersangka kalau kapal KM. DINAR BAHARI 03 sudah ada
kontak/izinnya dari pemerintah Indonesia.
Bahwa terdakwa menjelaskan bahwa KM. DINAR BAHARI 03
memiliki dokumen perijinan dari pemerintah Indonesia.
Bahwa terdakwa menjelaskan bahwa sat ditangkap, sudah ada ikannya
yang disimpan dalam palka.Bahwa terdakwa menjelaskan bahwa ikan
itu kami tangkap di Perairan Vietnam dan perairan Indonesia dan
jenisnnya ikan campur berukuran besar dan kecil.
Bahwa terdakwa menjelaskan KM. DINAR BAHARI 03 sudah 2 hari
berada/menangkap ikan di perairan Indonesia.
Bahwa terdakwa menjelaskan hasil tangkapan akan kami jual di
Vietnam.
Bahwa KM. DINAR BAHARI 03 berangkat dari pelabuhan Vietnam
bersama dengan kapal yang dinahkodai Mr. NGUYEN VAN DOAN
dan menggunakan bendera Indonesia, tujuan ke perairan Indonesia
untuk menangkap ikan.
Bahwa KM. DINAR BAHARI 03 menggunakan alat penangkapan
ikan berupa trawl yang ditarik dengan 2 kapal dengan spesifikasi
panjang jaring (kantong dan badan jaring) 30 (tiga puluh) meter, lebar
mulut jaring 20 ( dua puluh) meter, dan panjang tali dari mulut jaring
Bahwa terdapat rantai besi yang diletakkan sepanjang tali ris bawah
jaring Pair Trawl dengan berat rantai + 500 (lima ratus) kg.
Bahwa terdakwa menerangkan cara kedua kapal tersebut melakukan
penangkapan ikan dengan alat penangkap ikan trawl adalah jaring
dilempar/dijatuhkan ke laut oleh kapal KM. DINAR BAHARI 03
kemudian salah satu ujung tali pada jaring trawl dilemparkan ke kapal
bantu ( nomor lambungnya lupa) yang dinahkodai Mr. NGUYEN
VAN DOAN, selanjutnyajaring trawl ditarik secara bersama-sama
dengan kecapatan yang sama selama + 6 (enam) jam oleh kedua kapal
penangkapan ikan KM. DINAR BAHARI 03 dan kapal bantu tersebut
kemudian jaring ditarik/dinaikkan dan ikan diambil dan dikumpulkan
di kapal KM. DINAR BAHARI 03. Dalam 1 (satu) hari dilakukan
operasi penangkapan ikan sebanyak 2 kali.
Bahwa kapal KM. DINAR BAHARI 03 selalu berpasangan dengan
kapal lain dalam menangkap ikan di laut yaitu kapal yang dinahkodai
oleh Mr. NGUYEN VAN DOAN karena kami menggunakan alat
tangkap trawl dimana dalam pengoperasianya trawl ditarik dengan
mengguanakan 2 (dua) kapal ikan.
Bahwa kapal pasangan KM. DINAR BAHARI 03 yang dinahkodai
Mr. NGUYEN yang sama karena kapal KM. DINAR BAHARI 03 dan
KM. DINAR BAHARI VAN DOAN Berada pada lokasi 02 Selalu
Bahwa hubungan antara kapal KM. DINAR BAHARI 03 yang
nahkodanya saya sendiri dengan kapal penangkapan ikan yang
dinahkodanya Mr. NGUYEN VAN DOAN adalah merupakan satu
satuan kerja sama dalam menangkap ikan di laut, karena kedua kapal
secara bersama-sama menarik satu jaring penangkapan ikan berupa
Trawl yang mana kapal KM. DINAR BAHARI 03 merupakan kapal
utama sedangkan kapal yang dinahkodai Mr. NGUYEN VAN DOAN
merupakan kapal bantu.
Bahwa yang bertanggungjawab atas kedua kapal tersebut adalah
tersangka sendiri sebagai nahkoda KM. DINAR BAHARI 03.
Bahwa yang menentukan arah kapal untuk mencari daerah
penangkapan adalah saya dan kapal yang dinahkodai Mr. NGUYEN
VAN DOAN selalu mengikuti kemana arah KM. DINAR BAHARI
03 yang saya nahkodai sendiri bergerak.
Bahwa terdakwa menerangkan bahwa tugas kapal KM. DINAR
BAHARI 03 dalam operasi penangkapan ikan adalah sebagai kapal
utama dimana saya sebagai nahkoda kapal menetukan daerah operasi
penangkapan ikan dan tempat menampung jaring dan ikan hasil
tangkapan.
Bahwa tugas kapal yang dinahkodai Mr. NGUYEN VAN DOAN
dalam operasi penangkapan ikan adalah sebagai kapal bantu dimana
saat melakukan operasi penangkapan ikan bertugas membantu
menarik jaring trawl.
Bahwa alat navigasi yang ada di KM. DINAR BAHARI 03 berupa 1
(satu) unit GPS HAIYANG HGP-660, 1 (satu) unit ECHOSOUNDER
ONWA KF-667, 1(satu) unit KOMPAS EXPRESS
DANFORTH/WHITE, 1 (satu) unit RADIO SUPER STAR 2400, 1
(satu) unit RADIO ICOM IC-707, 1 (satu) unit RADIO SEA EAGLE
6900, semua alat navigasi dan komikasi berfungsi.
Bahwa jumlah ABK KM. DINAR BAHARI 03 berjumlah 14
(empatbelas) orang termasuk Tersangka.
D. Barang bukti
Barang bukti yang diajukan dalam persidangan ini telah disita secara
sah menurut hukum, karena itu dapat digunakan untuk memperkuat
pembuktian. Barang bukti telah diperlihatkan kepada terdakwa dan atau saksi
–saksi dan yang bersangkutan telah membenarkannya, berupa :
1. Uang Hasil Lelang KM. DINAR BAHARI 03 TS Rp.
60.291.000,-(setelah dipotong Pajak) dirampas untuk Negara.
2. 1 (satu) bendel dokumen :
1 (satu) lembar surat izin penangkapan ikan (SIPI) 1 (satu) lembar salinan surat izin usaha perikanan (SIUP) 1 (satu) lembar Surat persetujuan berlayar (SPB)
1 (satu) lembar sertifikat Kelaikan dan pengawakan kapal
penangkapan ikan.
1 (satu) lembar pas tahunan kapal penangkap ikan.
1 (satu) eksemplar buku sijjil.
1 (satu) lembar Berita acara Hasil Pemeriksaan Kapal
Penangkap/Pengangkut ikan pada saat kedatangan.
1 (satu) lembar berita acara Hasil pemeriksaan kapal
penangkap/pengangkut ikan pada saat keberangkatan.
1 (satu) lembar surat keterangan aktivasi transmitter ( SKAT
)
1 (satu) lembar tanda pelunasan Pungutan Perikanan. 1 (satu) lembar Surat kemudahan khusus Keimigrasian. 1 (satu) lembar surat pernyataan Docking.
1 (satu) lembar surat keterangan kecakapan ( 60 Mil )
1 (satu) eksemplar gross akte. 1 Seamans book.
Tetap terlampir dalam berkas perkara
3. 1 (satu) unit tangkap Pair Trawl.
4. Ikan campur sebanyak 500 kg.
Dirampas untuk dimusnahkan.
Terdakwa telah dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum dalam surat
tuntutannya yang isinya memohon kepada Majelis Hakim Pengadilan
Perikanan Medan yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk
menjatuhkan putusan sebagai berikut :
1) Menyatakan Terdakwa Mr. NGUYEN LE HUNG tersebut bersalah
melakukan tindak pidana “Turut serta dengan sengaja memiliki dan
menggunakan alat penangkap ikan yang mengganggu dan merusak
keberlanjutan sumber daya ikan di kapal penangkap ikan di wilayah
pengelolaan perikanan negara Republik Indonesia” sebagaimana
diatur dan diancam Pasal 85 UU No.31 Tahun 2004 jo UU No. 45
Tahun 2009 tentang perubahan atas UU No.31 Tahun 2004 tentang
Perikanan;
2) Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama
1 (satu) tahun dan 4 (empat) bulan dikurangi selama berada dalam
tahanan dan denda sebesar Rp. 1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus
juta rupiah) ; dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar maka
diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan.
3) Menyatakan barang bukti berupa :
- Uang hasil lelang KM. DINAR BAHARI 03
Rp.60.291.000,-(setelah dipotong pajak)
Dirampas untuk Negara
- 1 (satu) bendel dokumen :
- 1 (satu) lembar salinan surat izin usaha perikanan (SIUP)
- 1 (satu) lembar Surat persetujuan berlayar (SPB)
- 1 (satu) lembar surat ukur dalam negeri.
- 1 (satu) lembar sertifikat Kelaikan dan pengawakan kapal
penangkapan ikan.
- 1 (satu) lembar pas tahunan kapal penangkap ikan.
- 1 (satu) eksemplar buku sijjil.
- 1 (satu) lembar Berita acara Hasil Pemeriksaan Kapal
Penangkap/Pengangkut ikan pada saat kedatangan.
- 1 (satu) lembar berita acara Hasil pemeriksaan kapal
penangkap/pengangkut ikan pada saat keberangkatan.
- 1 (satu) lembar surat keterangan aktivasi transmitter ( SKAT )
- 1 (satu) lembar tanda pelunasan Pungutan Perikanan.
- 1 (satu) lembar Surat kemudahan khusus Keimigrasian.
- 1 (satu) lembar surat pernyataan Docking.
- 1 (satu) lembar surat keterangan kecakapan ( 60 Mil )
- 1 (satu) eksemplar gross akte.
- 1 Seamans book.
Tetap terlampir dalam berkas perkara
- 1 (satu) unit tangkap Pair Trawl.
- Ikan campur sebanyak 500 kg.
4) Menetapkan supaya terdakwa membayar biaya perkara sebesar
Rp.5000,-(lima ribu rupiah).
5. Pertimbangan Hakim
1) Terdakwa dengan sengaja memiliki, menguasai, membawa, dan/atau
menggunakan alat penangkap ikan yang mengganggu dan merusak
keberlanjutan sumber daya ikan di kapal penangkap ikan di wilayah
pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia, namun yang paling
memberatkan adalah terdakwa melakukan perbuatan illegal fishing
yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Republik Indonesia.
2) Kapal ikan KM. DINAR BAHARI 03 adalah kapal perikanan jenis
kapal penangkap ikan berbendera sing (Vietnam) yang melakukan
penangkapan ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik
Indonesia tepatnya pada Zona Eksklusif Ekonomi Indonesia Laut Cina
Selatan.
3) Alat tangkap ikan yang digunakan terdakwa bersama 13 (tiga belas)
orang ABK adalah alat penangkap Jaring trawl yang dihela oleh 2 (dua)
buah kapal, dimana alat jenis ini dapat merusak kelestarian sumber
daya ikan .
4) Perbuatan terdakwa yang menangkap ikan/mencuri ikan di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Indonesia dapat merugikan negara karena tidak
adanya pemasukan devisa dari sector perikanan, dan menimbulkan
keresahan bagi nelayan lokal/kecil serta dapat merusak potensi terumbu
5) Perbuatan terdakwa dalam Undang-Undang No.31 Tahun 2004 jo
Undang No.45 Tahun 2009 tentang perubahan atas
Undang-Undang No.31 tahun 2004 tentang Perikanan tergolong kejahatan.
6. Putusan Pengadilan Tingkat Pertama
1) Menyatakan Terwakwa Mr. NGUYEN LE HUNG tersebut, telah
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana perikanan yaitu : Turut serta dengan sengaja memiliki dan
menggunakan alat penangkap ikan yang mengganggu dan merusak
keberlanjutan sumber daya ikan di kapal penangkap ikan di wilayah
pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia.
2) Menjatuhan pidana terhadap terdakwa Mr. NGUYEN LE HUNG
dengan pidana penjara selama 1(satu) tahun dan denda sebesar
Rp.1.500.000.000,00- (satu milyar lima ratus juta rupiah) ; dengan
ketentuan apabila denda tidak dibayar maka diganti dengan pidana
kurungan selama 3 (tiga) bulan.
3) Menetapkan lamanya penahanan yang telah dijalani terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.
4) Memerintahkan agar terdakwa tetap ditahan.
5) Menetapkan barang bukti berupa :
- Uang hasil lelang KM. DINAR BAHARI 03
Rp.60.291.000,-(setelah dipotong pajak)
Dirampas untuk Negara
- 1 (satu) lembar surat izin penangkapan ikan (SIPI)
- 1 (satu) lembar salinan surat izin usaha perikanan (SIUP)
- 1 (satu) lembar Surat persetujuan berlayar (SPB)
- 1 (satu) lembar surat ukur dalam negeri.
- 1 (satu) lembar sertifikat Kelaikan dan pengawakan kapal
penangkapan ikan.
- 1 (satu) lembar pas tahunan kapal penangkap ikan.
- 1 (satu) eksemplar buku sijjil.
- 1 (satu) lembar Berita acara Hasil Pemeriksaan Kapal
Penangkap/Pengangkut ikan pada saat kedatangan.
- 1 (satu) lembar berita acara Hasil pemeriksaan kapal
penangkap/pengangkut ikan pada saat keberangkatan.
- 1 (satu) lembar surat keterangan aktivasi transmitter ( SKAT )
- 1 (satu) lembar tanda pelunasan Pungutan Perikanan.
- 1 (satu) lembar Surat kemudahan khusus Keimigrasian.
- 1 (satu) lembar surat pernyataan Docking.
- 1 (satu) lembar surat keterangan kecakapan ( 60 Mil )
- 1 (satu) eksemplar gross akte.
- 1 Seamans book.
Tetap terlampir dalam berkas perkara
- 1 (satu) unit tangkap Pair Trawl.
- Ikan campur sebanyak 500 kg.
6) Membebankan biaya perkara dalam perkara ini kepada Terdakwa
sebesar Rp.5.000,00 (lima ribu rupiah).
7. Putusan Pengadilan Tingkat Banding
1) Menerima permintaan banding dari Jaksa Penuntut Umum dan
Terdakwa.
2) Menguatkan putusan Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri
Pontianak Nomor :04/PID.PRKN/2012/PN.PTK, tanggal 19
Nopember 20012, yang dimintakan banding tersebut.
3) Menetapkan lamanya masa penahanan yang telah dijalani terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.
4) Memerintahkan agar terdakwa tetap ditahan.
5) Membebankan kepada kedua tingkat peradilan, yang untuk tingkat
banding sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah).
C.Analisis Kasus
Dalam Pasal 193 ayat (1) KUHAP disebutkan bahwa jika pengadilan
berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindakan pidana yang
didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana. Oleh sebab
itu, harus dibuktikan bahwa semua unsur pidana yang didakwakan terbukti.
Berdasarkan dakwaan yang berdasarkan fakta-fakta yang telah
terungkap di persidangan, Hakim berkeyakinan bahwa terdakwa terbukti
secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 85 Undang-Undang Nomor 31
Tahun 2004 jo Unndang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan
1. Unsur kesatu : setiap orang
Menimbang bahwa yang dimaksud dengan unsur setiap orang menurut
Pasal 1 angka 14 Undang – Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang