• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Dan Hasil Audit Bpk Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Dan Hasil Audit Bpk Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN I

Daftar Pemerintah daerah yang menjadi sampel

No. Pemerintah Daerah No. Pemerintah Daerah

1 Kab. Aceh Singkil 28 Kab. Sumba Tengah

2 Kab. Simeulue 29 Kab. Sumba Barat Daya

3 Kab. Toba Samosir 30 Kab. Manggarai Timur

4 Kab. Nias Selatan 31 Kota Ambon

5 Kab. Padang Lawas 32 Kab. Seram Bagian Barat

6 Kab. Padang Lawas Utara 33 Kab. Seram Bagian Timur

7 Kab. Bengkalis 34 Kab. Kepulauan Aru

8 Kab. Indragiri Hilir 35 Kab. Maluku Barat Daya

9 Kab. Indragiri Hulu 36 Kab. Buru Selatan

10 Kab. Rokan Hilir 37 Kab. Sarmi

11 Kab. Kotawaringin Barat 38 Kab. Keerom

12 Kab. Kotawaringin Timur 39 Kab. Tolikara

13 Kota Palangka Raya 40 Kab. Waropen

14 Kab. Seruyan 41 Kab. Supiori

15 Kab. Kutai Kartanegara 42 Kab. Mamberamo Raya

16 Kab. Kutai Barat 43 Kab. Lanny Jaya

17 Kab. Kutai Timur 44 Kab. Intan Jaya

18 Kab. Minahasa 45 Kab. Deiyai

19 Kota Manado 46 Kab. Fakfak

20 Kab. Minahasa Tenggara 47 Kab. Manokwari

21 Kab. Alor 48 Kota Sorong

22 Kab. Belu 49 Kab. Raja Ampat

23 Kab. Kupang 50 Kab. Sorong Selatan

24 Kab. Lembata 51 Kab. Teluk Wondama

25 Kab. Manggarai 52 Kab. Mamasa

(2)

LAMPIRAN II Data Hasil SPSS

(3)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 53

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,55982864

Most Extreme Differences

Absolute ,122

Positive ,066

Negative -,122

Kolmogorov-Smirnov Z ,888

Asymp. Sig. (2-tailed) ,410

c. Test distribution is Normal. d. Calculated from data.

(4)

Hasil Uji Glejser

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Toleranc

e

VIF

1

(Constant) ,800 ,213 3,761 ,000

PAD -,551 1,995 -,046 -,276 ,784 ,687 1,456

DAU -,490 ,343 -,218 -1,430 ,159 ,834 1,199

BELANJA_MODAL -1,575 1,461 -,171 -1,078 ,287 ,764 1,309

OPINI -,059 ,097 -,101 -,608 ,546 ,698 1,432

TEMUAN -1,336 ,796 -,245 -1,679 ,100 ,909 1,101

a. Dependent Variable: ABSUT

3. Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R

Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F Change

df1 df2 Sig. F Change

1 ,526a ,277 ,200 ,58885 ,277 3,596 5 47 ,000 1,563

a. Predictors: (Constant), TEMUAN, DAU, PAD, BELANJA_MODAL, OPINI

b. Dependent Variable: SKOR_KINERJA

4. Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 2,287 ,429 5,330 ,000

PAD 4,079 4,023 ,152 1,014 ,016 ,687 1,456

DAU -1,631 ,691 -,321 -2,360 ,022 ,834 1,199

BELANJA_MODAL -3,469 2,947 -,167 -1,177 ,245 ,764 1,309

OPINI ,307 ,195 ,233 1,572 ,023 ,698 1,432

TEMUAN -,087 1,605 ,007 -,054 ,957 ,909 1,101

(5)

5. Uji F (F-test)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 6,234 5 1,247 3,596 ,008b

Residual 16,297 47 ,347

Total 22,531 52

a. Dependent Variable: SKOR_KINERJA

b. Predictors: (Constant), BELANJA_MODAL, OPINI, TEMUAN, DAU, PAD

6. Uji t (t-test)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std.

Error

Beta

1

(Constant) 2,287 ,429 5,330 ,000

PAD 4,079 4,023 ,152 1,014 ,016

DAU -1,631 ,691 -,321 -2,360 ,022

BELANJA_MODAL -3,469 2,947 -,167 -1,177 ,245

OPINI ,307 ,195 ,233 1,572 ,023

TEMUAN -,087 1,605 ,007 -,054 ,957

c. Dependent Variable: SKOR_KINERJA

7. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R

Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics

R Square Change F Change

1 ,526a ,277 ,200 ,58885 ,277 3,596

a. Predictors: (Constant), TEMUAN, DAU, PAD, BELANJA_MODAL, OPINI

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Azhar, Muhammad Karya Satya. 2008. Analisa Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Bimo, Noviando Henanda. 2015. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Dan Hasil Pemeriksaan Audit Bpk Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Otonomi Baru Di Indonesia. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.

Badan Pemeriksa Keuangan. 2015. IHPS Semester II Tahun 2014. Diunduh tanggal 30 November 2015. <www.bpk.go.id>

Indrarti, Nuansa Mega Okky. 2011. Hubungan antara Opini Audit pada Laporan Keuangan Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Kinerja Keuangan Daerah. Jurnal. Universitas Riau.

Julitawati, Ebit, Darwanis dan Jalaluddin. 2012. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. Jurnal Akuntansi Pascasarjana. Universitas Syiah Kuala.

Kusumawardani, Media. 2012. Pengaruh Size, Kemakmuran, Ukuran Legislatif, Leverage terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. Accounting Analysis Journal 1. Universitas Negeri Semarang.

Manar, Dzunuwanus Ghulam.2008.Otonomi Daerah Dalam Kerangka Sumber Daya Manusia di antara Harapan dan Kenyataan. Disampaikan pada Studium General 2008 Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan FISPUniversitas Diponegoro, Semarang, 18 November.

Mustikarini, Widya Astuti., Fitriasari, Debby. 2012. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan Temuan Audit BPK terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaen/Kota di Indonesia Tahun Anggaran 2007. Simposium Nasional Akuntansi XV: Banjarmasin.

Nurdin, Fandy. 2015. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Dan Temuan Audit BPK RI Terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB. Universitas Brawijaya.

Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pelaksanaan Evaluasi Perkembangan Daerah Otonom Baru.

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2008 (PP No. 6/2008) tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

(7)

Otonomi Daerah di Kabupaten Kediri. Dinamika Pembangunan. Vol. 2 No. 1.

Situmorang, Syafrizal Helmi dan Muslich Lufti. 2012. Analisis Data, USU Press, Medan.

Sudarmadji, Ardi Murdoko and Lana Sularto. 2007. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan

terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan

Tahunan.Proceeding Psychology, Economy, Art, Architect and Civil. Gunadarma University.

Sumarjo, Hendro. 2010. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia). Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Suhardjanto, D., Yulianingtyas, R. 2011. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Kepatuhan Pengungkapan Wajib Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Universitas Sebelas Maret.

Suhardjanto, D., Yulianingtyas, R. 2011. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Kepatuhan Pengungkapan Wajib Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Universitas Sebelas Maret.

Sumarni, Murti dan Salamah Wahyuni. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis. ANDI, Yogyakarta.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Virgasari, Aviva. 2009. Hubungan Antara Opini Auditor pada Laporan Keuangan Daerah, Pendapatan Asli Daerah(PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) dengan Kinerja Keuangan Daerah. Skripsi. Universitas Brawijaya Malang.

(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

dengan jenis penelitian asosiatif, yang bertujuan untuk menganalisis hubungan

antara satu variabel dengan variabel lainnya atau menjelaskan pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat.

3.2Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Sumber data untuk variabel temuan audit dan opini audit BPK didapatkan

dari Ikhtisar Pemeriksaan Semester II tahun 2014 pada website Badan

Pemeriksaan Keuangan yaitu http://www.bpk.go.id. Data hasil

pemeriksaan audit yang digunakan dalam penelitian ini adalah temuan dan

opini pemeriksaan atas ketidakpatuhan Pemerintah Daerah terhadap

peraturan perundang-undangan. Data Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

untuk mendapatkan PAD, DAU, dan Total Realisasi Anggaran Pendapatan

didapatkan melalui website http://www.djpk.depkeu.go.id. Data peringkat

skor kinerja pemerintah kabupaten/kota didapatkan melalui website

http://otda.kemendagri.go.id.

2. Waktu Penelitian

(9)

3.3Batasan Operasional

Batasan Operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel,

yaitu :

a. Variabel bebas (Independent variable)

Variabel bebas (Independent variable) merupakan salah satu variabel

yang mempengaruhi variabel dependen, baik pengaruh secara positif

maupun pengaruh secara negatif. Variabel Independen dalam

penelitian ini terdiri Tingkat Kekayaan Daerah, Tingkat

Ketergantungan pada Pusat, Belanja Daerah, Temuan Audit dan Opini

Audit

b. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat (dependent variable) pada penelitian ini adalah skor

kinerja pemerintah daerah.

2. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari :

a. Data laporan keuangan yang lengkap meliputi Laporan Realisasi

Anggaran (LRA)

b. Data hasil pemeriksaan audit BPK untuk mendapatkan jumlah temuan

audit dan opini audit yang diambil dari Ikhtisar Pemeriksaan semester

II tahun 2014 pada situs resmi BPK (http://www.bpk.go.id)

3.4Definisi Operasional Variabel

(10)

1. Variabel bebas (X) adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan

pada variabel terikat. Adapun yang menjadi variabe bebas dari penelitian

ini adalah :

a. Tingkat Kekayaan Daerah (X2)

Kekayaan Pemda menggambarkan tingkat kemakmuran daerah

tersebut (Sinaga 2011). Kekayaan Pemda diproksikan dengan

pendapatan asli daerah (PAD). PAD sebagai salah satu penerimaan

daerah yang bersumber dari wilayahnya sendiri yang mencerminkan

tingkat kemandirian daerah (Santosa dan Rahayu 2005). Maka pada

penelitian ini variabel tingkat kekayaan diukur dengan rumus :

�� = � ℎ �

b. Tingkat Ketergantungan pada Pusat (X3)

Pada penelitian Mustikarini dan Fitriasari (2012), tingkat

ketergantungan dengan pusat diukur dengan besarnya Dana Alokasi

Umum (DAU) dibandingkan dengan total pendapatan. Berdasarkan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah, DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan

antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi. Maka variabel tingkat ketergantungan pada

(11)

� =� �

c. Belanja Modal (X4)

Dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 belanja modal adalah total

belanja yang digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam

rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud

yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk

digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah,

peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan,

dan aset tetap lainnya. Belanja modal adalah pengeluaran anggaran

untuk perolehan aset tetap berwjud yang memberi manfaat lebih dari

satu periode akuntansi. Nilai aset tetap dalam belanja modal yaitu

sebesar harga beli/bangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait

dengan pengadaan /pembangunan aset sampai aset tersebut siap

dgunakan. Maka pada penelitian ini variabel belanja modal diukur

dengan rumus :

� = �

d. Temuan Audit (X5)

Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan BPK tersebut berupa opini,

temuan, kesimpulan atau dalam bentuk rekomendasi. Pada penelitian

(12)

temuan audit (dalam rupiah) dibandingkan dengan total anggaran

belanja. Variabel temuan audit BPK penelitian ini menggunakan

rumus :

= ℎ

e. Opini Audit (X6)

Opini merupakan pernyataan profesional sebagai kesimpulan

pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam

laporan keuangan. Opini BPK dapat menjadi tolak ukur (indikator)

untuk menilai akuntabilitas sebuah entitas pemerintah. Opini ini dapat

menaikkan ataupun menurunkan tingkat kepercayaan pemangku

kepentingan atas pelaporan yang disajikan oleh pihak yang diaudit,

dalam hal ini entitas pemerintah daerah. Dengan kata lain, semakin

wajar opini audit BPK maka seharusnya menunjukkan semakin

tingginya kinerja suatu pemerintah daerah. Penelitian Virgasari (2009)

dan Indrarti (2011) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

opini audit BPK terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

2. Variabel terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Variabel terikat yang digunakan pada penelitian ini skor kinerja Pemda

kabupaten/kota. Skor kinerja Pemda kabupaten/kota yang berasal dari

laporan hasil evaluasi pemeringkatan kinerja penyelenggaraan

pemerintahan daerah berdasarkan LPPD tahun 2013 tingkat nasional

(13)

secara desk evaluation terhadap data yang dimuat dalam LPPD dan

penilaian lapangan terhadap prestasi kinerja yang dicapai oleh

masing-masing pemerintah daerah.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Dimensi Indikator

Independen (X) : Karakteristik Pemerintah Daerah

X1 : Tingkat Kekayaan Daerah

Total Pendapatan Asli Daerah (PAD) Total Pendapatan Daerah

X2 : Tingkat

Ketergantungan pada Pemerintah Pusat

Total Dana Alokasi Umum (DAU) Total Pendapatan Daerah

X3: Belanja Modal Belanja Modal

Total Realisasi Belanja Hasil Pemeriksaan

Audit BPK

X4: Temuan Audit BPK

Temuan audit (dalam rupiah)

X5: Opini Audit BPK

Opini Audit

Dependen (Y) : Kinerja

Pemerintah Daerah

Skor Kinerja Pemerintah Daerah

3.5Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemerintah kota / kabupaten

di Indonesia yang memiliki laporan hasil evaluasi pemeringkatan kinerja

penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan LPPD tahun 2013 yakni

474 pemerintah kabupaten/kota. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil

sampel secara purposive sampling, adalah teknik pengambilan sample

didasarkan pada tujuan tertentu dengan memperhatikan karakteristik dan ciri

ciri populasi (arikunto (2010:134-185). Adapun kriteria penelitian ini adalah

Pemda kabupaten/kota yang dipilih memiliki semua data yang lengkap

(14)

dan total realisasi anggaran pendapatan, serta memerlukan laporan hasil

pemeriksaan BPK tahun 2014 untuk mendapatkan jumlah temuan audit.

Dengan demikian berdasarkan teknik pengambilan sampel maka jumlah

sampel yang digunakan adalah 53 pemerintah kabupaten/kota. Berikut daftar

sampel pada penelitian ini :

Tabel 3.2 Data Sampel

No. Pemerintah Daerah No. Pemerintah Daerah

1 Kab. Aceh Singkil 28 Kab. Sumba Tengah

2 Kab. Simeulue 29 Kab. Sumba Barat Daya

3 Kab. Toba Samosir 30 Kab. Manggarai Timur

4 Kab. Nias Selatan 31 Kota Ambon

5 Kab. Padang Lawas 32 Kab. Seram Bagian Barat

6 Kab. Padang Lawas Utara 33 Kab. Seram Bagian Timur

7 Kab. Bengkalis 34 Kab. Kepulauan Aru

8 Kab. Indragiri Hilir 35 Kab. Maluku Barat Daya

9 Kab. Indragiri Hulu 36 Kab. Buru Selatan

10 Kab. Rokan Hilir 37 Kab. Sarmi

11 Kab. Kotawaringin Barat 38 Kab. Keerom 12 Kab. Kotawaringin Timur 39 Kab. Tolikara

13 Kota Palangka Raya 40 Kab. Waropen

14 Kab. Seruyan 41 Kab. Supiori

15 Kab. Kutai Kartanegara 42 Kab. Mamberamo Raya

16 Kab. Kutai Barat 43 Kab. Lanny Jaya

17 Kab. Kutai Timur 44 Kab. Intan Jaya

18 Kab. Minahasa 45 Kab. Deiyai

19 Kota Manado 46 Kab. Fakfak

20 Kab. Minahasa Tenggara 47 Kab. Manokwari

21 Kab. Alor 48 Kota Sorong

22 Kab. Belu 49 Kab. Raja Ampat

23 Kab. Kupang 50 Kab. Sorong Selatan

24 Kab. Lembata 51 Kab. Teluk Wondama

25 Kab. Manggarai 52 Kab. Mamasa

(15)

3.6Jenis Data

Jenis data pada penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan hasil

publikasi BPK, buku-buku referensi, jurnal, skripsi, dan internet yang

berkaitan dengan topik bahasan penelitian.

3.7Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah metode dokumentasi

dari sumber data sekunder dengan mengumpulkan data pendukung dari

buku-buku referensi, jurnal, dan mengumpulkan data sekunder mencatat, dan

mengolah data yang berkaitan dengan penelitian.

3.8Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pengujian statistik deskriptif. Pengujian ini

terdiri atas penghitungan rata-rata (mean), jumlah (sum), simpangan baku

(standard deviation), varian (variance), rentang (range) nilai minimum dan

maksimum masing-masing data sampel. Adapun persamaan regresi yang

digunakan adalah sebagai berikut :

��,� = + + + + + +

Keterangan :

��,� = �

= �

= � � ℎ

=

(16)

=

=

= �

= �

= �

= �

= �

=

3.9Pengujian Hipotesis

3.9.1 Uji Signifikansi Serempak (f-test)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas

yang terdiri dari ukuran daerah, tingkat kekayaan daerah, tingkat

ketergantungan pada pusat, belanja daerah, temuan audit, dan opini audit

secara serempak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu

Kinerja pemerintah daerah. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan

derajat signifikansi sebesar 5% atau 0,05.

Bentuk pengujiannya sebagai berikut:

a. H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0, artinya secara serempak tingkat kekayaan

daerah, tingkat ketergantungan pada pusat, belanja daerah, temuan

audit, dan opini audit berpengaruh tidak signifikan terhadap Skor

(17)

b. Ha : minimal satu bi ≠ 0, artinya secara serempak tingkat kekayaan

daerah, tingkat ketergantungan pada pusat, belanja daerah, temuan

audit, dan opini audit berpengaruh signifikan terhadap Skor Kinerja

pemerintah daerah.

Uji ini dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel dengan

ketentuan sebagai berikut:

Ho diterima (Ha ditolak) jika Fhitung ≤ Ftabel pada α = 5 %

Ho ditolak (Ha diterima) jika Fhitung > Ftabel pada α = 5 %

3.9.2 Uji Signifikansi Partial (t-test)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas, yaitu

tingkat kekayaan daerah, tingkat ketergantungan pada pusat, belanja daerah,

temuan audit, dan opini audit secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel terikat yaitu kinerja. Pengujian dilakukan dengan menggunakan

derajat signifikansi sebesar 5% atau 0,05. Bentuk pengujiannya sebagai berikut:

1. H0 : b1 = 0, artinya tingkat kekayaan daerah berpengaruh tidak signifikan

terhadap skor kinerja pemerintah daerah.

Ha : b ≠ 0, artinya tingkat kekayaan daerah berpengaruh signifikan

terhadap skor kinerja pemerintah daerah

2. H0 : b2 = 0, artinya tingkat ketergantungan pada pusat daerah berpengaruh

tidak signifikan terhadap skor kinerja pemerintah daerah.

Ha : b2 ≠ 0,. artinya tingkat ketergantungan pada pusat berpengaruh

(18)

3. H0 : b3 = 0, artinya belanja daerah berpengaruh tidak signifikan terhadap

skor kinerja pemerintah daerah.

Ha = b3 ≠ 0, artinya belanja daerah berpengaruh signifikan terhadap skor

kinerja pemerintah daerah.

4. H0 : b4 = 0, artinya temuan audit berpengaruh tidak signifikan terhadap

skor kinerja pemerintah daerah.

Ha = b4 ≠ 0, artinya temuan audit berpengaruh signifikan terhadap skor

kinerja pemerintah daerah.

5. H0 : b5 = 0, , artinya opini audit berpengaruh tidak signifikan terhadap

skor kinerja pemerintah daerah.

Ha = b5 ≠ 0, artinya opini audit berpengaruh signifikan terhadap skor

kinerja pemerintah daerah.

Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel.

Kriteria pengambilan keputusannya yaitu:

Jika t-hitung < t-tabel, atau Sig. > 0,05, maka Ho diterima.

Jika t-hitung > t-tabel, atau Sig. < 0,05, maka Ha diterima.

3.10 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian

yang bersifat BLUE (Best, Linear, Unbiased, Estimator) yang dikemukakan oleh

Gauss dan Markov dalam Situmorang dan Lufti (2012:100). Dalam asumsi klasik

ada kriteria yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut

(19)

3.10.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data

mengikuti atau mendekati distribusi normal. Apabila berbentuk lonceng maka

distribusi data tersebut dikatakan normal, yaitu tidak menceng ke kiri atau

menceng ke kanan. Dengan adanya uji normalitas ini, maka penelitian bisa

digeneralisasikan pada populasi. Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam

melakukan uji normalitas yaitu pendekatan histogram, pendekatan grafik, dan

pendekatan Kolmogorv-Smirnov (Situmorang dan Lufti, 2012:101).

3.10.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah sebuah grup

mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut (Situmorang dan

Lufti, 2012:108). Jika varians sama maka disebut homoskedastisitas. Sedangkan,

jika varians tidak sama, inilah yang disebut dengan heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas. Uji ini dapat

dilakukan melalui uji Glejser, dengan pengambilan keputusan jika variabel bebas

signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat, maka ada indikasi

terjadi heteroskedastisitas. Apabila probabilitas signifikansi diatas tingkat

kepercayaan 5%, maka dianggap tidak terjadi heteroskedastisitas (Situmorang dan

Lufti, 2012:116).

3.10.3 Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai sebuah istilah korelasi antara

(20)

(seperti dalam deret waktu) atau ruang (seperti dalam data cross-section).

Pengujian autokorelasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada

tidaknya korelasi antara variaber pengganggu pada periode tertentu dengan

variabel pengganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena

pengamatan yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya dan juga

dikarenakan residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu pengamatan ke

pengamatan lainnya (Situmorang dan Lufti, 2012:120). Model regresi yang baik

adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Pengujian ini menggunakan

Durbin-Watson Test.

Berikut adalah kriteria pengambilan keputusan uji autokorelasi:

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d <dl

Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du

Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4

Tidak ada korelasi negatif No decision 4 –du ≤ d ≤ 4 – dl

Tidak ada autokorelasi positif atau

negatif

Tidak ditolak du < d < 4 – du

Sumber : Situmorang dan Lufti (2012:126)

3.10.4 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah

model regresi terdapat korelasi (hubungan) di antara variabel bebas dalam model

(21)

bebas, maka terjadi multikolinieritas. Sedangkan, jika tidak terdapat korelasi

antara variabel bebas, maka tidak terjadi multikolinieritas. Pengujian terhadap ada

tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan

Variance Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut :

a. Bila VIF > 10 maka diduga memiliki masalah multikolinieritas

b. Bila VIF < 10 tidak terdapat masalah multikolinieritas

c. Tolerance < 0,1 maka diduga memiliki persoalan multikolinieritas

(22)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda dengan melakukan

pengujian menggunakan software pengolah data SPSS versi 21. Proses

pengolahan data dimulai dengan input variabel-variabel penelitian ke program

SPSS dan menghasilkan output sesuai dengan metode analisis data yang telah

ditentukan. Sampel penelitian ditentukan secara purposive sampling.

Adapun populasi dan sampel pada penelitian ini adalah pemerintah daerah

se-indonesia yang terdiri dari Pemerintah Kabupaten dan Kota. Sampel pada

penelitian ini adalah Kabupaten/Kota yang telah menyampaikan Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) dalam IHPS Semester II dan data Laporan Realisasi Anggaran.

Maka populasi dari penelitian ini adalah 474 kabupaten/kota. Sedangkan Sampel

penelitian ditentukan secara purposive sampling maka jumlah sampel yang

digunakan dalam penelitan ini adalah 53 sampel yang sesuai dengan kriteria yang

telah tercantum pada tabel 3.1.

4.2 Hasil Penelitian

24.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif memberikan informasi mengenai gambaran data

(23)

dan standar deviasi dari variabel-variabel penelitian. Berikut adalah output data

yang diolah dengan menggunakan SPSS 21 :

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Variabel Tingkat Kekayaan Daerah, Tingkat Ketergantungan pada Pusat, Belanja Modal, Opini Audit dan Temuan

Audit Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation

PAD 53 ,00 ,12 1,58 ,0299 ,02449

DAU 53 ,01 1,00 11,50 ,2170 ,12941

BELANJA_MODAL 53 ,05 ,18 5,28 ,0996 ,03170

OPINI 53 ,00 1,00 30,00 ,5660 ,50036

TEMUAN 53 ,00 ,39 ,00 ,0104 ,05339

Valid N (listwise) 53

Sumber : Output SPSS, data diolah peneliti, 2016

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dideskripsikan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Jumlah seluruh sampel penelitian adalah 53 Kabupaten/Kota. 4

variabel independen yang menggunakan skala rasio yaitu Tingkat

Kekayaan Daerah yang diproksikan dengan PAD, Tingkat

Ketergantungan pada Pusat yang diproksikan dengan DAU, Belanja

Modal dan Temuan Audit.

2. Variabel independen PAD memiliki nilai minimum sebesar 0.00

dan nilai maksimum sebesar 0.12 dengan rata-rata 0.0299. Hal ini

menunjukkan bahwa semua Kabupaten/Kota yang menjadi sampel

mempunyai nilai PAD positif. Nilai standar deviasi sebesar

0.024499 yang lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai mean

artinya nilai mean merupakan representasi yang baik dari

(24)

3. Variabel independen DAU perusahaan memiliki nilai minimum

sebesar 0,01 dan nilai maksimum sebesar 1,00 dengan rata-rata

berada pada skor 0,2170. Nilai standar deviasi sebesar 0,12941 yang

jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai mean artinya nilai

mean merupakan representasi yang baik dari keseluruhan data.

4. Variabel independen Belanja Modal memiliki nilai minimum

sebesar 0,05 hari dan nilai maksimum sebesar 0,18 hari dengan nilai

rata-rata 0,996. Nilai standar deviasi sebesar 0,3170 yang lebih kecil

jika dibandingkan dengan nilai mean artinya nilai mean merupakan

representasi yang baik dari keseluruhan data.

5. Variabel independen Temuan Audit memiliki nilai perbandingan

dan potensi kerugian negara karena ketidaktaatan undang-undang

terhadap nilai realisasi belanja berdasarkan analisis deskriptif

dengan nilai maksimum sebesar 0,39 atau 39%.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data

mengikuti atau mendekati distribusi normal. Distribusi data dikatakan normal jika

berbentuk lonceng, yaitu tidak menceng ke kiri atau ke kanan. Uji normalitas

dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu pendekatan histogram, pendekatan

(25)

a. Pendekatan Histogram

Sumber : Output SPSS, data diolah peneliti, 2016

Gambar 4.1. Histogram Variabel Terikat (Skor Kinerja)

Gambar 4.1 pada grafik histogram terlihat bahwa variabel Skor kinerja

berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak

menceng ke kiri atau ke kanan.

b. Pendekatan Grafik

Sumber : Output SPSS, data diolah peneliti, 2016

(26)

Gambar 4.2 menunjukkan titik-titik pada scatter plot mengikuti data di

sepanjang garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.

c. Pendekatan Kolmogorov-Smirnov

Tabel 4.2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 53

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,55982864

Most Extreme Differences

Absolute ,122

Positive ,066

Negative -,122

Kolmogorov-Smirnov Z ,888

Asymp. Sig. (2-tailed) ,410

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Output SPSS, data diolah peneliti, 2016

Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed) adalah 0,410,

lebih besar dari nilai signifikan (0,05). Hal ini berarti variabel residual

berdistribusi normal.

2.Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji terjadinya perbedaan

variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain,

atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan studentized delete

residual nilai tersebut (Ade Fatma et al,2007:34). Jika varians sama maka disebut

homoskedastisitas. Sedangkan, jika varians tidak sama, inilah yang disebut

dengan heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi

(27)

pengambilan keputusan jika variabel bebas signifikan secara statistik

mempengaruhi variabel terikat, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.

Apabila probabilitas signifikansi diatas tingkat kepercayaan 5%, maka dianggap

tidak terjadi heteroskedastisitas (Situmorang dan Lufti, 2012:116)

a. Grafik Scatterplot

Sumber : Output SPSS, data diolah peneliti, 2016

Gambar 4.3. Scatterplot variabel terikat (Skor Kinerja)

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak

membentuk sebuah pola tertentu, dan tersebar baik di atas maupun di bawah

angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada

(28)

b. Uji Glejser

Tabel 4.3 Uji Glejser

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Toleranc

e

VIF

1

(Constant) ,800 ,213 3,761 ,000

PAD -,551 1,995 -,046 -,276 ,784 ,687 1,456

DAU -,490 ,343 -,218 -1,430 ,159 ,834 1,199

BELANJA_MODAL -1,575 1,461 -,171 -1,078 ,287 ,764 1,309

OPINI -,059 ,097 -,101 -,608 ,546 ,698 1,432

TEMUAN -1,336 ,796 -,245 -1,679 ,100 ,909 1,101

a. Dependent Variable: ABSUT

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Pada Tabel 4.3menunjukkan tidak satupun variabel bebas yang signifikan

secara statistik mempengaruhi variabel terikat absolut Ut (absut). Hal ini terlihat

dari nilai signifikansi variabel PAD, DAU, Belanja Modal, Opini Audit dan

Temuan Audit masing-masing di atas lebih besar dari 5%, dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model regresi ini.

3. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara

variabel pengganggu (et) pada periode tertentu dengan variabel pengganggu

periode sebelum (et-1) (Ade Fatma et al,2007:34). Pengujian ini menggunakan

(29)

Tabel 4.4 Uji Durbin-Watson

Model Summaryb

Model R R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F

Change

df1 df2 Sig. F

Change

1 ,526a ,277 ,200 ,58885 ,277 3,596 5 47 ,000 1,563

a. Predictors: (Constant), TEMUAN, DAU, PAD, BELANJA_MODAL, OPINI

b. Dependent Variable: SKOR_KINERJA

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Pada Tabel 4.4 terlihat nilai Durbin-Watson sebesar 1,563, dengan n = 53 dan k =

5, maka nilai dl = 1,3592 dan du = 1,7689. Nilai Durbin-Watson sebesar 1,563

yang lebih kecil dari batas atas (dU) 1,7689 dan kurang dari 4 – 1,7689 (4 – dU)

dengan demikian keputusannya adalah tidak ada autokorelasi positif atau negatif.

4. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas dilakukan untuk menguji ada tidaknya variabel

independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu

model (Ade Fatma et al,2007:34). Jika terdapat korelasi antara variabel bebas,

maka terjadi multikolinieritas. Sedangkan, jika tidak terdapat korelasi antara

variabel bebas, maka tidak terjadi multikolinieritas. Pengujian terhadap ada

tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan

Variance Inflation Factor (VIF). Jika VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1 maka

(30)
[image:30.595.117.536.112.333.2]

Tabel 4.5 Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std.

Error

Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 2,287 ,429 5,330 ,000

PAD 4,079 4,023 ,152 1,014 ,016 ,687 1,456

DAU -1,631 ,691 -,321 -2,360 ,022 ,834 1,199

BELANJA_MODAL -3,469 2,947 -,167 -1,177 ,245 ,764 1,309

OPINI ,307 ,195 ,233 1,572 ,023 ,698 1,432

TEMUAN -,087 1,605 ,007 -,054 ,957 ,909 1,101

a. Dependent Variable: SKOR_KINERJA

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Tabel 4.5 Menunjukkan tidak ada masalah multikolinieritas, hasil uji Variance Inflation Factor (VIF) untuk PAD, DAU, Belanja Modal, Opini Audit

dan Temuan Audit masing-masing menunjukkan nilai kurang dari 10 (VIF < 10) dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinieritas.

4.2.3 Pengujian Hipotesis

1. Uji Signifikansi Serempak (f-test)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas

yang terdiri dari PAD, DAU, Belanja Modal, Opini Audit dan Temuan Audit

secara serempak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu Skor

Kinerja. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan derajat signifikansi

sebesar 5% atau 0,05.

(31)

c. H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0, artinya secara serempak PAD, DAU, Belanja

Modal, Opini Audit dan Temuan Audit berpengaruh tidak signifikan

terhadap Skor Kinerja pada pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia.

d. Ha : minimal satu bi ≠ 0, artinya secara serempak PAD, DAU, Belanja

Modal, Opini Audit dan Temuan Audit berpengaruh signifikan terhadap

Skor Kinerja pada pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia.

Uji ini dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel dengan

ketentuan sebagai berikut:

Ho diterima (Ha ditolak) jika Fhitung ≤ Ftabel pada α = 5 %

[image:31.595.120.509.465.545.2]

Ho ditolak (Ha diterima) jika Fhitung > Ftabel pada α = 5 % Tabel 4.6

Hasil Uji-F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 6,234 5 1,247 3,596 ,008b

Residual 16,297 47 ,347

Total 22,531 52

a. Dependent Variable: SKOR_KINERJA

b. Predictors: (Constant), BELANJA_MODAL, OPINI, TEMUAN, DAU, PAD

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Hasil uji F pada Tabel 4.6 diperoleh nilai Sig.F sebesar 0,008 yang lebih

kecil dari 0,05 dan nilai Fhitung sebesar 3,596 yang lebih besar dari Ftabel yaitu 2,42.

Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti PAD, DAU,

(32)

signifikan terhadap variabel terikat yaitu Skor Kinerja pada pemerintah

Kabupaten/Kota di Indonesia.

2. Uji Signifikansi Parsial (t-test)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas,

yaitu PAD, DAU, Belanja Modal, Opini Audit dan Temuan Audit secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu Skor Kinerja pada

pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia. Pengujian dilakukan dengan

menggunakan derajat signifikansi sebesar 5% atau 0,05.

Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel.

Kriteria pengambilan keputusannya yaitu:

Jika t-hitung < t-tabel, atau Sig. > 0,05, maka Ho diterima.

[image:32.595.133.493.438.640.2]

Jika t-hitung > t-tabel, atau Sig. < 0,05, maka Ha diterima.

Tabel 4.7 Hasil Uji-t Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std.

Error

Beta

1

(Constant) 2,287 ,429 5,330 ,000

PAD 4,079 4,023 ,152 1,014 ,016

DAU -1,631 ,691 -,321 -2,360 ,022

BELANJA_MODAL -3,469 2,947 -,167 -1,177 ,245

OPINI ,307 ,195 ,233 1,572 ,023

TEMUAN -,087 1,605 ,007 -,054 ,957

a. Dependent Variable: SKOR_KINERJA

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Dari Tabel 4.7dapat diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

(33)

1. Konstanta (a) sebesar 2,287 memiliki arti apabila tidak ada variabel bebas

PAD, DAU, Belanja Modal, Opini Audit dan Temuan Audit maka Skor

Kinerja bernilai 2,287.

2. Variabel PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap skor kinerja dengan

tingkat signifikansi 0,16 < 0,05 dan nilai thitung < ttabel yakni 1,014 < 1.67793

artinya jika variabel PAD ditingkatkan, maka akan baik pula kinerja

pemerintah daerah.

3. Variabel DAU berpengaruh negatif dan signifikan terhadap skor kinerja

dengan tingkat signifikansi 0,022 < 0,05 dan nilai thitung (-2,360) < ttabel

(1.67793), artinya jika variabel DAU ditingkatkan maka akan mengalami

penurunan kinerja pemerintah daerah.

4. Variabel Belanja Modal berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap skor

kinerja dengan tingkat signifikansi 0,245 > 0,05 dan nilai thitung (-1,177) < ttabel

(1.67793), artinya jika variabel belanja modal ditingkatkan maka mengalami

penurunan kinerja pemerintah daerah.

5. Variabel Opini Audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen kas

dengan tingkat signifikansi 0,023 < 0,05 dan nilai thitung (1,572) < ttabel

(1.67793), artinya jika semakin wajar opini audit pemerintah maka akan

meningkat kinerja pemerintah daerah di Indonesia.

6. Variabel Temuan Audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

variabel skor kinerja dengan tingkat signifikansi 0,957 > 0,05 dan nilai thitung

(34)

ditemui maka akan semakin menurun pula kinerja pemerintah daerah di

Indonesia.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kemampuan model

dalam menerangkan variabel terikat. Apabila nilai R2 mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas secara keseluruhan berpengaruh besar

terhadap variabel terikat. Sebaliknya, semakin mendekati nol, maka variabel

[image:34.595.115.510.410.482.2]

bebas secara keseluruhan tidak ada hubungannya dengan variabel terikat.

Tabel 4.8

Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb

Model R R

Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

R Square Change F Change

1 ,526a ,277 ,200 ,58885 ,277 3,596

a. Predictors: (Constant), TEMUAN, DAU, PAD, BELANJA_MODAL, OPINI

b. Dependent Variable: SKOR_KINERJA

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Berdasarkan Uji Koefisien Determinasi diketahui bahwa R sebesar 0,526 yang

berarti hubungan antara PAD, DAU, Belanja Modal, Opini Audit dan Temuan

Audit terhadap Skor kinerja sebesar 52,6%.

Adjusted R Square sebesar 0,200 berarti 20% faktor yang berpengaruh

terhadap skor kinerja dapat dijelaskan oleh PAD, DAU, Belanja Modal, Opini

Audit dan Temuan Audit. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 80% dapat dijelaskan

(35)

4.3 Pembahasan

Berdasarkan pengujian secara serempak diketahui bahwa nilai Fhitung

sebesar 3,596 dengan nilai signifikansi 0,008, maka dapat disimpulkan bahwa

PAD, DAU, Belanja Modal, Opini Audit dan Temuan Audit secara serempak

berpengaruh signifikan terhadap skor kinerja pada pemerintah kabupaten/kota di

Indonesia

Berdasarkan pengujian secara parsial diketahui pengaruh dari

masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat sebagai berikut:

1. Pengaruh Tingkat Kekayaan Daerah Terhadap Skor Kinerja

Berdasarkan pengujian secara parsial, diperoleh hasil bahwa variabel PAD

berpengaruh positif dan signifikan terhadap skor kinerja dengan tingkat

signifikansi 0,016 < 0,05 dan nilai thitung < ttabel yakni 1,014 < 1.67793 artinya

jika variabel PAD ditingkatkan, maka akan baik pula kinerja pemerintah

daerah. Dengan demikian, hipotesis 1 yang menyatakan bahwa tingkat

kekayaan daerah dengan proksi PAD mempunyai pengaruh positif terhadap

skor kinerja diterima. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mustikarini dan Fitriasari (2012)

2. Pengaruh Tingkat Ketergantungan pada Pusat Terhadap Skor Kinerja

Berdasarkan pengujian secara parsial, variabel tingkat ketergantungan pada

pusat berpengaruh berpengaruh negatif dan signifikan terhadap skor kinerja

(36)

(1.67793). Dengan demikian hipotesis 2 yang menyatakan bahwa tingkat

ketergantungan pada pusat dengan proksi DAU mempunyai pengaruh positif

terhadap skor kinerja ditolak. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Mustikarini dan Fitriasari (2012). Namun sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Juliawati et al (2012) dan Nurdin (2015).

3. Pengaruh Belanja Modal terhadap Skor Kinerja Pemerintah Daerah

Berdasarkan Pengujian secara parsial, variabel Belanja Modal berpengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap skor kinerja dengan tingkat signifikansi

0,245 > 0,05 dan nilai thitung (-1,177) < ttabel (1.67793). Dengan demikian

Hipotesis 3 yang menyatakan bahwa belanja modal mempunyai pengaruh

positif terhadap skor kinerja ditolak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sudarsana (2013) dan Nurdin (2015) yang menyatakan bahwa

belanja daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja Pemda. Namun tidak

mendukung hasil penelitian Mustikarini dan Fitriasasi (2012) yang menyatakan

belanja daerah berpengaruh positif terhadap kinerja Pemda.

4. Pengaruh Opini Audit terhadap Skor Kinerja Pemerintah Daerah

Berdasarkan Pengujian secara parsial, variabel Opini Audit berpengaruh positif

dan signifikan terhadap dividen kas dengan tingkat signifikansi 0,023< 0,05

dan nilai thitung (1,572) < ttabel (1.67793). Dengan demikian hipotesis 4 yang

menyatakan bahwa opini audit bpk memiliki pengaruh positif terhadap skor

(37)

dilakukan Mustikarini dan Fitriasari (2012) serta penelitian yang dilakukan

oleh Virgasari (2009). Opini audit BPK merupakan pernyataan profesional

pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam

laporan keuangan yang didasarkan pada empat kriteria yakni kesesuaian

dengan SAP, kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas SPI. Semakin baik

opini audit BPK yang diperoleh, maka dapat menunjukkan semakin

membaiknya kinerja pemerintah daerah atas pengelolaan keuangan daerah.

5. Pengaruh Temuan Audit BPK terhadap Skor Kinerja Pemerintah Daerah

Berdasarkan Pengujian secara parsial, variabel berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap variabel skor kinerja dengan tingkat signifikansi 0,957 >

0,05 dan nilai thitung (,054) < ttabel (1.67793). Dengan demikian hipotesis 5 yang

menyatakan bahwa temua audit bpk memiliki pengaruh negatif terhadap skor

inerja pemerintah daerah diterima. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Mustikarini dan Fitriasari (2012) dan Nur (2014) yang menyatakan

bahwa variabel temuan audit tidak berpengaruh signifikan terhadap skor

kinerja. Temuan audit dalam penelitian ini adalah seberapa besar kerugian

dalam rupiah yang ditemukan BPK terhadap laporan keuangan pemerintah

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka kesimpulan dari

penelitian ini adalah PAD, DAU, Belanja Modal, Opini Audit dan Temuan Audit

secara serempak berpengaruh signifikan terhadap Skor Kinerja pada Pemerintah

daerah di Indonesia. Secara parsial menunjukkan bahwa PAD dan Opini

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap skor kinerja. DAU negatif dan

signifikan terhadap Skor kinerja. Sedangkan Belanja Modal dan Temuan Audit

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Skor kinerja pada Pemerintah

daerah di Indonesia.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai

berikut:

1. Penelitian ini menggunakan variabel karakteristik Pemda yang digambarkan

melalui tingkat kekayaan, tingkat ketergantungan pada Pemerintah Pusat, dan

belanja modal serta temuan dan opini audit BPK RI. Variabel tersebut hanya

menjelaskan sebagian kecil dari faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

penyelenggaraan pemerintahan daerah. Penelitian berikutnya diharapkan dapat

mengembangkan variabel-variabel penelitian, yang tidak terbatas pada aspek

keuangan saja.

2. Penelitian terkendala pada updating data. Penelitian berikutnya diharapkan

(39)

memberikan gambaran yang lebih terkini dan memberikan kesimpulan yang

(40)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Uraian Teoritis

2.1.1 Karakteristik Pemerintah Daerah

Suhardjanto dan Yulianingtyas (2011) mendefinisikankarakteristik

pemerintah daerah merupakan ciri-ciri khusus yang melekatpada pemerintah

daerah, menandai sebuah daerah, dan membedakannyadengan daerah lain.

Karakteristik pemerintah daerah merupakan ciri-cirikhusus yang melekat pada

daerah, menandai sebuah daerah danmembedakannya dengan daerah lain.

Mustikarini dan Fitriasasi (2012) meneliti tentang karakteristik

pemerintahdaerah dengan menggunakan ukuran (size) pemerintah daerah

yangdiproksikan dengan total aset, tingkat kekayaan daerah yang

diproksikandengan Pendapatan Asli Daerah (PAD), tingkat ketergantungan

kepadapemerintah pusat yang diproksikan dengan Dana Alokasi Umum

(DAU),belanja daerah. Suhardjanto dan Yulianingtyas (2011) menggunakan

size,jumlah SKPD, dan status daerah sebagai proksi dari karakteristikpemerintah

daerah.

1. Tingkat Kekayaan Daerah

Kekayaan Pemda menggambarkan tingkat kemakmuran daerah

tersebut (Sinaga 2011). Kekayaan Pemda diproksikan dengan

pendapatan asli daerah (PAD). PAD sebagai salah satu penerimaan

daerah yang bersumber dari wilayahnya sendiri yang mencerminkan

(41)

yang utama adalah pajak dan retribusi daerah yang berasal dari

masyarakat masing-masing daerah. Dengan demikian, semakin besar

PAD maka semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar

pajak dan retribusi daerah, sehingga Pemda akan terdorong untuk

melakukan pengungkapan secara lengkap pada laporan keuangannya

agar transparan dan akuntabel. Mustikarini dan Fitriasasi (2012)

menggunakan PAD dibandingkan dengan total pendapatan sebagai

proksi pengukuran tingkat kekayaan daerah. Menurut UU No. 33

Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang

diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang

dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Maka pada penelitian ini variabel

tingkat kekayaan diukur dengan rumus :

�� = � ℎ �

2. Tingkat Ketergantungan pada Pusat

Pada penelitian Mustikarini dan Fitriasari (2012), tingkat

ketergantungan dengan pusat diukur dengan besarnya Dana Alokasi

Umum (DAU) dibandingkan dengan total pendapatan.Berdasarkan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah, DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

(42)

antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi. DAU diberikan pemerintah pusat untuk

membiayai kekurangan dari pemerintah daerah dalam memanfaatkan

PAD-nya. DAU ini bersifat Block Grant yang artinya penggunaan

DAU diserahan kepada pemerintah daerah sesuai dengan prioritas,

kepentingan, dan kebutuhan daerah masing-masing yang bertujuan

untuk meningkatkan pelayanan publik dalam rangka melaksanakan

otonomi daerah. Pemerintah pusat akan memantau pelaksanaan alokasi

DAU sehingga dapat memacu pemerintah daerah agar meningkatkan

kinerjanya. Hal ini sejalan dengan hasil dari penelitian yang telah

dilakukan oleh Indararti (2011) yang mengungkapkan bahwa terdapat

korelasi antara DAU dengan kinerja keuangan daerah. Begitu juga

dengan penelitian Virgasari (2009) yang menyimpulkan bahwa DAU

memiliki korelasi yang signifikan terhadap kinerja keuangan

pemerintah daerah. Maka variabel tingkat ketergantungan pada pusat

diukur dengan rumus :

� =� �

3. Belanja Modal (X4)

Dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 belanja modal adalah total

belanja yang digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam

rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud

(43)

digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah,

peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan,

dan aset tetap lainnya. Belanja modal adalah pengeluaran anggaran

untuk perolehan aset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari

satu periode akuntansi. Nilai aset tetap dalam belanja modal yaitu

sebesar harga beli/bangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait

dengan pengadaan /pembangunan aset sampai aset tersebut siap

digunakan.Menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), pengertian

belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris

yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk

di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang

sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, serta

meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Kementrian Keuangan

Republik Indonesia melalui Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan

(2012) menyatakan rasio belanja modal terhadap total belanja daerah

mencerminkan porsi belanja daerah yang dibelanjakan untuk

membiayai belanja modal. Dimana realisasi belanja modal akan

memiliki multiplier effect dalam menggerakkan roda perekonomian

daerah. Maka pada penelitian ini variabel belanja modal diukur dengan

rumus :

(44)

2.1.2 Hasil Pemeriksaan Audit BPK

Audit adalah proses pemeriksaan yang dilakukan secara sistematik untuk

mengetahui bagaimana sesungguhnya pelaksanaan ditetapkan (Pramono,2008).

Keyakinan publik pada keandalan laporan keuangan yang dihasilkan secara

internal bergantung secara langsung pada validasi oleh auditor ahli yang

independen. Audit dilakukan oleh auditor internal dan auditor eksternal. Audit

eksternal juga disebut sebagi audit independen karena dilakukan oleh kantor

akuntan publik yang independen dari manajemen perusahaan kliennya.

Undang-Undang No.15 tahun 2004 (UU No.15/2004) tentang

PemeriksaanPengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara menyatakan

bahwaPemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan

evaluasiyang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional

berdasarkanstandar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan,

kredibilitas,dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung

jawabkeuangan negara.

Pemeriksaan keuangan negara dilakukan oleh Badan Pemeriksa

Keuangan(BPK) dan terdiri dari pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja

danpemeriksaan dengan tujuan tertentu. Hasil dari pemeriksaan yang

dilakukanBPK tersebut berupa opini, temuan, kesimpulan atau dalam

bentukrekomendasi. Pada penelitian ini hasil pemeriksaan audit yang digunakan

sebagai variabel yakni :

(45)

Temuan audit BPK merupakan kasus-kasus yang ditemukan BPK

terhadap laporan keuangan Pemda atas pelanggaran yang dilakukan

suatu daerah terhadap ketentuan pengendalian intern maupun terhadap

ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Penelitian yang

dilakukan oleh Bernstein (2000), menyimpulkan adanya hubungan

antara pengukuran kinerja pemerintah daerah dan sistem pengawasan,

termasuk audit kinerja dan evaluasi program. Semakin banyak

pelanggaran yang dilakukan pemerintah daerah menggambarkan

semakin buruknya/semakin tidak efisien kinerja pemerintah daerah

tersebut.Pada penelitian Mustikarini dan Fitriasasi (2012), temuan

audit BPK diukur dengan temuan audit (dalam rupiah) dibandingkan

dengan total anggaran belanja. Konsisten dengan penelitian yang

dilakukan Mustikarini dan Fitriasasi (2012), variabel temuan audit

BPK penelitian ini menggunakan rumus :

= ℎ

2. Opini Audit

Opini merupakan pernyataan profesional sebagai kesimpulan

pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan

dalam laporan keuangan. Opini BPK dapat menjadi tolak ukur

(indikator) untuk menilai akuntabilitas sebuah entitas pemerintah.

Opini ini dapat menaikkan ataupun menurunkan tingkat kepercayaan

(46)

diaudit, dalam hal ini entitas pemerintah daerah. Dengan kata lain,

Jika sebuah daerahmendapatkan opini audit yang positif maka akan

meningkatkan tingkatkepercayaan pemangku kepentingan atas

pelaporan keuangan. Sebaliknyajika opini audit yang didapatkan

negatif maka akan menurunkankepercayaan pemangku kepentingan

atas pelaporan keuangan.

Pada penelitian ini opini audit yang mendapatkan WTP dan WDP

akan diberi nilai 1 dan yang mendapatkan nilai selain WTP dan WDP

akan diberi nilai 0

2.1.3 Kinerja Pemerintah Daerah

Kinerja pemerintah daerah adalah realisasi pengeluran (output) terhadap

realisasi penerimaan. Penggunaan rasio efisiensi yang digunakan dalam mengukur

kinerja keuangan pemerintah daerah dalam penelitian ini didasarkan pada

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Sumarjo, 2010). Kinerja keuangan

dikatakan efisien apabila rasio yang dihasilkan semakin kecil, sedangkan kinerja

dikatakan tidak efisien apabila rasio yang dihasilkan semakin besar.

Pengukuran kinerja organisasi merupakan komponen penting yang

memberikan motivasi dan arah serta umpan balik terhadap efektivitas perencanaan

dan pelaksanaan proses perubahan dalam suatu organisasi. Mardiasmo (2006),

sektor publik tidak bisa lepas dari kepentingan umum sehingga pengukuran

kinerja mutlak diperlukan untuk mengetahui seberapa berhasil misi sektor publik

(47)

Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud,

yakni :

1. Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu

memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk

dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program

unit kerja.

2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber

daya dan pembuatan keputusan

3. Ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan

pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi

kelembagaan (Ulum, 2009).

Dalam pengukuran kinerja Pemda, digunakan istilah Indikator Kinerja

Kunci (IKK) untuk operasionalisasi evaluasi atas aspek-aspek umum yang

disepakati oleh para pengambil kebijakan. IKK menurut Peraturan Menteri Dalam

Negeri No. 73 Tahun 2009 adalah indikator kinerja utama yang mencerminkan

keberhasilan penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan.

2.2Penelitian Terdahulu

Mustikarini dan Fitriasari (2012) melakukan peneitian dengan judul “Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan Temuan Audit BPK terhadap

Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun Anggaran 2007”.

(48)

Daerah, Tingkat Ketergantungan pada Pusat, Belanja modal dan Temuan audit.

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis linear berganda. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ukuran, tingkat kekayaan dan tingkat kertergantungan pada

pusat berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah, sedangkan belanja modal

dan temuan audit berpengaruh negatif terhap kinerja pemerintah daerah.

Santosa dan Rahayu (2005) melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Dalam

Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Kediri”. Variabel

independennya adalah pengeluaran pembangunan, penduduk dan PDRB. Teknik

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda.

Hasil dari penelitian ini adalah variabel Pengeluaran Pembangunan, Penduduk,

PDRB memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap PAD. Adapun yang

mempunyai pengaruh paling besar yaitu variabel penduduk sebesar 8,049.

Sinaga dan Prabowo (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Di Internet Secara

Sukarela Oleh Pemerintah Daerah”. Variabel independennya adalah kompetisi

politik, ukuran pemerintahan daerah, leverage, kekayaan pemerintahan daerah,

dan tipe pemerintahan daerah. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian

ini adalah analisis regresi logistik (Logistic Regression). Hasil dari penelitian ini

adalah jenis pemerintah Kabupaten signifikan berpengaruh negatif terhadap

pelaporan keuangan internet secara sukarela oleh pemerintah daerahdan faktor

(49)

pelaporan keuangan internet secara sukarela oleh pemerintah daerah secara

signifikan.

Suhardjanto dan Yulianingtyas (2011) melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Kepatuhan

Pengungkapan Wajib Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah”. Variabel

Independennya adalah Ukuran Daerah (Size), Jumlah SKPD dan Status

Daerah.Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi berganda. Hasil peneltian menunjukkan bahwa jumlah anggotaparlemen

sebagaivariabel kontrolmerupakan prediktorsignifikanuntuk

tingkatkepatuhanpengungkapanwajibterhadapSAP,

sementaraukuran,jumlahSKPD, dan jenispemerintah daerah tidak

mempengaruhikepatuhanpengungkapanwajiblaporan keuangan

Sumardjo (2010) melaukan penelitian dengan judul “Pengaruh

karakteristik pemerintah daerah terhadap Kinerja keuangan pemerintah daerah

(Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia)”. Variabel

independennya adalah Ukuran Pemerintah Daerah, Kemakmuran Pemerintah

Daerah, Ukuran Legislatif , leverage, intergovernmental revenue. Teknik analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Hasil dari

penelitian ini adalah ukuran (size) pemerintah daerah, leverage, dan

intergovermental revenue berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah

(50)
[image:50.595.109.518.142.757.2]

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Tahun Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian

2005 Purbayu

Budi Santosa dan Retno Puji Rahayu Analisis pendapatan asli

daerah (pad) dan

faktor-faktor

yang

mempengaruhiny

a dalam upaya

pelaksanaan otonomi daerah di kabupaten kediri Variabel Independen : pengeluaran pembangunan, penduduk dan PDRB Variabel dependen : Pendapatan Asli Daerah

Hasil dari

penelitian ini

adalah variabel

Pengeluaran

Pembangunan,

Penduduk,

PDRB memiliki

pengaruh yang

sangat kuat

terhadap PAD.

Adapun yang

mempunyai

pengaruh paling

besar yaitu

variabel

penduduk

sebesar 8,049.

2010 Hendro

Sumardjo

Pengaruh

karakteristik

pemerintah

daerah terhadap

Variabel

independen :

Ukuran

Pemerintah

Hasil penelitian

ini ukuran (size)

pemerintah

(51)

Kinerja keuangan

pemerintah

daerah

(Studi Empiris

pada Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia) Daerah, Kemakmuran Pemerintah Daerah, Ukuran Legislatif , leverage, intergovernmenta l revenue Variabel dependen : kinerja keuangan pemerintah daerah dan intergovermental revenue berpengaruh

terhadap kinerja

keuangan

pemerintah

daerah.

2011 Yurisca

Febriyanty Sinaga dan Tri Jatmiko Wahyu Prabowo Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaporan keuangan di internet secara sukarela oleh pemerintah daerah Variabel Independen : kompetisi politik, ukuran pemerintahan daerah, leverage, kekayaan pemerintahan

daerah, dan tipe

(52)

daerah Variabel dependen : pelaporan keuangan di internet secara sukarela oleh pemerintah daerah internet secara sukarela oleh pemerintah daerah

Dan faktor lain,

sepertikompetisi

politik , ukuran,

leverage,

kekayaan , tidak

mempengaruhi pelaporan keuangan internet secara sukarela oleh pemerintah daerah secara signifikan

2011 Djoko

(53)

yas Wajib Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di Indonesia) Variabel dependen : Kepatuhan Pengungkapan Wajib Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Variabel Kontrol : Lokasi Pemerintah Daerah dan Jumlah Anggota DPRD n prediktorsignifik anuntuk tingkatkepatuhan pengungkapanwa jibterhadapSAP, sementaraukuran ,jumlahSKPD, dan jenispemerintah daerah tidak mempengaruhike patuhanpengung kapanwajiblapor an keuangan

2012 Widya

(54)

Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun Anggaran 2007 (Simposium Nasional Akuntansi XV;Banjarmasin) Ketergantunga pada Pusat, Belanja modal, Temuan audit Variabel dependen : Kinerja Pemerintah Daerah pada pusat berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah, sedangkan belanja modal

dan temuan audit

berpengaruh

negatif terhap

kinerja

pemerintah

daerah

2015 Henanda

Bimo Noviando Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan HasilPemeriksaa

n audit BPK

terhadap Kinerja

Pemerintah

Daerah Otonomi

Baru di Indonesia

Variabel independen : Ukuran daerah, tingkat kekayaan daerah, ketergantungan terhadap pemerintah

pusat, opini audit

dan temuan audit

(55)

Variabel

dependen :

kinerja

pemerintah

daerah

kepada

pemerintah pusat

berpengaruh

signifikan

terhadap kinerja

pemerintah

daerah.

Sedangkan opini

audit dan temuan

audit juga

berpengaruh

signifikan

terhadap kinerja

pemerintah

daerah otonomi

baru.

2.3Kerangka Konseptual

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh karakteristik pemerintah

daerah dan temuan audit BPK terhadap kinerja pemerintah daerah kabupaten/kota.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Mustikarini dan Fitriasasi

(2012). Karakteristik pemerintah daerah terdiri dari ukuran, tingkat kekayaan,

(56)

Skor Kinerja Pemerinta

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.2
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Tingkat Kekayaan Daerah, Tingkat
Gambar 4.1. Histogram Variabel Terikat (Skor Kinerja)  Gambar 4.1 pada grafik histogram terlihat bahwa variabel Skor kinerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang menjadi suri tauladan kita sepanjang zaman, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Kutipan diatas mengisyaratkan bahwa asimilasi, menurut Parkdan Burgess, adalah suatu prosesinterpretasi dan fusi. Melalui proses ini orang-orang dankelompok-kelompok

Adanya pengaruh ini menunjukkan semakin tinggi brand image, maka akan meningkatkan purchase intention produk Attack Jaz 1 Semerbak Cinta, hal ini ditunjukkan

Java 2 ME merupakan salah satu jenis bahasa pemrograman Java untuk pemakaian pada peralatan yang memiliki kapasitas memori yang kecil, seperti: telepon seluler. Java 2 EE

Melalui diskusi dan kerja kelompok, siswa dapat menyusun karya tulis sejarah yang berjudul “ perlawanan rakyat aceh dan ternate terhadap

Diharapkan dengan adanya Penulisan Ilmiah ini, masyarakat dapat lebih mengerti tentang penggunaan dan kelebihan DNA komputer sehingga dapat digunakan dalam menyelesaikan

Hasil dari penelitian ini adalah secara parsial profitabilitas dan volatilitas laba berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal, sedangkan struktur aset, kesempatan

Penelitian berjudul “Kontra Narasi Hoaks Ratna Sarumpaet tentang Pemukulan Wajahnya oleh Orang Asing dalam Perspektif Dekonstruksi Jacques Derrida” kira-kira memiliki