• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan prioritas strategi bauran pemasaran produk Teh Walini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penetapan prioritas strategi bauran pemasaran produk Teh Walini"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN PRIORITAS STRATEGI BAURAN

PEMASARAN PRODUK TEH WALINI

CANDRIKA PARAMITHA MUMPUNI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penetapan Prioritas Strategi Bauran Pemasaran Produk Teh Walini adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 6 Mei 2015

Candrika Paramitha Mumpuni

(4)

ABSTRAK

CANDRIKA PARAMITHA MUMPUNI. Penetapan Prioritas Strategi Pemasaran Teh Walini. Dibimbing oleh RACHMAT PAMBUDY.

Teh Walini adalah salah satu merek produk olahan teh yang dihasilkan oleh Industri Hilir PT Perkebunan Nusantara (Persero) VIII, Cibiru Bandung. Produk teh Walini sudah mulai dipasarkan sejak tahun 2002. Pada kenyataanya, Teh Walini mengalami masalah dalam menjual produknya seperti stagnasi penjualan dan keterbatasan sumber daya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang strategi pemasaran yang sesuai melalui konsep pemasaran 4P. Perancangan bauran pemasaran melibatkan pihak internal dan eksternal lembaga. Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) digunakan dalam penelitian untuk memilih prioritas strategi pemasaran berdasarkan keputusan pihak internal. Hasil analisis PHA menunjukkan bahwa bauran pemasaran yang menjadi prioritas secara berturut-turut adalah harga, promosi, produk, dan distribusi. Sub bauran tersebut adalah segmentasi konsumen, kerjasama, kualitas, dan ketersediaan produk

Kanta Kunci : Teh Walini, Proses Hirarki Analitik (PHA), Strategi bauran pemasaran

ABSTRACT

CANDRIKA PARAMITHA MUMPUNI. Determination of Marketing Strategy Priority of Teh Walini. Supervised by RACHMAT PAMBUDY.

Walini tea is one of tea product brand that produced by downstream industry PT Perkebunan Nusantara (Persero) VIII, Cibiru Bandung. Walini tea marketed since 2002. Recently Walini is facing some problems such as fluctuation sales and limitation of resources. The purpose of this study is to formulate the appropriate

marketing strategy through the marketing mix concept of 4P’s which involve the internal and external parties in organization. Analytical Hierarchy Process (AHP) was used as the methode to solve the problems through the selection of several priorities. Result showed that the order of marketing mix priority that has been chosen by internal parties are as follow : price, promotion, product, and distribution. Also the ultimate goal can be determined by several criteria of marketing mix. Those criteria are consumer segmentation, cooperation, quality, and product availability.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

PENETAPAN PRIORITAS STRATEGI BAURAN

PEMASARAN PRODUK TEH WALINI

CANDRIKA PARAMITHA MUMPUNI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2014 hingga Februari 2015 dengan judul Penetapan Prioritas Strategi Bauran Pemasaran Produk Teh Walini.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Rachmat Pambudy ,MS selaku pembimbing, serta Ibu Dr. Ir. Rr Heny K, S, Daryanto. M.Ec selaku dosen penguji utrama yang telah memberi masukan dan saran untuk perbaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak PT Perkebunan Nusantara (Persero) VIII khususnya bagian Industri Hilir atas waktu, kesempatan, serta dukungan yang diberikan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak, Ibu, Adik, dan Teman-teman untuk setiap dukungan, kasih sayang, doa, serta semangat yang diberikan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak.

Bogor, Mei 2015

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

Analisis Strategi Bauran Pemasaran 6

KERANGKA PEMIKIRAN 8

Kerangka Pemikiran Teoritis 8

Pemasaran 8

Strategi Pemasaran 9

Bauran Pemasaran 9

Produk 9

Harga 10

Distribusi 13

Promosi 13

Proses Hirarki Analitik 13

Kerangka Pemikiran Operasional 14

METODE 16

Lokasi Penelitian 16

Jenis dan Sumber Data 16

Metode Pengumpulan Data 16

Metode Analisis Data 17

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN TEH WALINI 19

Sejarah PTPN VIII 19

(11)

Visi dan Misi Industri Hilir Teh 20

Sumber Daya Manusia 21

Sarana dan Prasarana 21

HASIL DAN PEMBAHASAN 21

Identifikasi Bauran Pemasaran Teh Walini 21

Produk 22

Kualitas 23

Variasi Produk 23

Ukuran Produk 23

Merek 24

Harga 24

Distribusi 25

Promosi 25

Kerjasama 26

Hubungan Masyarakat 26

Pemasaran Langsung 27

Analisis Penilaian Konsumen Terhadap Bauran Pemasaran 27

Penilaian Konsumen Terhadap Bauran Produk 29

Penilaian Konsumen Terhadap Bauran Harga 30

Penilaian Konsumen Terhadap Bauran Distribusi 31

Penilaian Konsumen Terhadap Bauran Promosi 31

Evaluasi Penilaian Keseluruhan Bauran Pemasaran 32

Analisis Prioritas Bauran Pemasaran 33

Identifikasi Faktor-Faktor Penyusun Prioritas Bauran Pemasaran 33

Prioritas Tujuan Pemasaran Teh Walini 35

Prioritas Bauran Berdasarkan Tujuan Pemasaran Teh Walini 36 Prioritas Sub Bauran Berdasarkan Tujuan Pemasaran Teh Walini 37 Prioritas Sub Bauran Berdasarkan Tujuan Memperluas Pangsa Pasar 37 Prioritas Sub Bauran Berdasarkan Tujuan Memasyarakatkan Produk 39 Prioritas Sub Bauran Berdasarkan Tujuan Menghadapi Persaingan 39

Prioritas Bauran Pemasaran 41

(12)

SIMPULAN DAN SARAN 44

Simpulan 44

Saran 45

(13)

DAFTAR TABEL

1 Data Luas Lahan dan Produksi Teh Walini 1

2 Konsumsi Teh Indonesia 2

3 Jenis-Jenis Teh Walini yang Beredar di Pasar Error! Bookmark not defined. 4 Data Penjualan Teh Walini Januari-Desember 2014 4

5 Nilai Skala Banding Berpasangan 18

6 Karakteristik Responden Teh Walini 28

7 Penilaian Konsumen Terhadap Bauran Produk 29

8 Alasan Pembelian Teh Walini 30

9 Tujuan Pembelian Teh Walini 30

10 Penilaian Konsumen Terhadap Bauran Harga 31

11 Penilaian Konsumen Terhadap Bauran Distribusi 31 12 Penilaian Konsumen Terhadap Bauran PromosiError! Bookmark not defined.2 13 Hasil Evaluasi Bauran Pemasaran Error! Bookmark not defined.2 14 Bobot dan PrioritasTujuan Pemasaran Teh WaliniError! Bookmark not defined.5 15 Bobot dan Prioritas Bauran Berdasarkan Masing-Masing Tujuan

Pemasaran Error! Bookmark not defined.6

16 Bobot dan Prioritas Bauran Berdasarkan Tujuan Memperluas Pangsa

Pasar Error! Bookmark not defined.9

17 Bobot dan Prioritas Bauran Berdasarkan Tujuan Memasyarakatkan

Produk 40

18 Bobot dan Prioritas Bauran Berdasarkan Tujuan Menghadapi

Persaingan 41

19 Bobot dan Prioritas Bauran Pemasaran Teh Walini 42 20 Bobot dan Prioritas Sub Bauran Pemasaran Teh Walini 43

DAFTAR GAMBAR

1 Inti Pemasaran 8

2 Kerangka Pemikiran Operasional 15

3 Kantor IHT PTPNVIII Cibiru Bandung 20

4 Produk Teh Walini 22

5 Bagan Saluran Distribusi 25

6 Peralatan Event 26

DAFTAR LAMPIRAN

7 Hirarki Prioritas Strategi Pemasaran Teh Walini 48

(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Teh merupakan salah satu bahan minuman yang memiliki rasa dan aroma yang khas. Selain itu teh menyimpan beberapa zat yang diyakini dapat menjaga kesehatan tubuh. Berbagai khasiat tersebut berasal dari zat-zat kimia yang terkandung di dalam daun teh. Zat-zat tersebut adalah Protein, Lemak, Klorofil, Pigmen lain, Pektin, Pati, Serat Kasar, Selulosa, Lignin, Pelifenol yang dapat difermentasi, Polifenol lain, Kafein, Gula dan Getah, Asam Amino, dan Mineral (Tim Penulis PS,1993). Beberapa manfaat yang dihasilkan teh adalah membantu menurunkan berat badan, mencegah kanker, memperbaiki kesehatan kardiovaskular, menyehatkan pencernaan, menurunkan gula darah, dan membuat awet muda (Ratna Somantri dan Tanti, 2011).

Adanya perkembangan zaman dan teknologi menyebabkan masyarakat mulai menyadari pentingnya kesehatan. Minuman yang terbuat dari teh selalu terdapat dipilihan menu minuman di seluruh tempat makan. Setiap harinya hampir seluruh masyarakat Indonesia mengkonsumsi teh, baik teh yang dibuat sendiri maupun teh dalam kemasan siap minum. Hal ini menggambarkan secara lebih jelas bahwa teh merupakan salah satu minuman pokok masyarakat Indonesia dan kondisi ini merupakan salah satu penyebab berkembangnya industri pengolahan teh. Berbagai macam produk olahan teh banyak dihasilkan mulai dari teh celup, teh seduh (daun teh), teh yang dipres, teh stik, teh instan hingga teh dalam kemasan botol yang dapat langsung diminum.

Perkembangan industri teh Indonesia didukung dengan tinnginya produksi teh Indonesia. Indonesia merupakan produsen teh terbesar ke 7 setelah China, India, Kenya, Srilanka, Vietnam, dan Turkey (Dewan teh Indonesia, 2015)1, namun sekarang ini luas lahan perkebunan teh yang dimiliki Indonesia cendrung mengalami penurunan setiap tahunnya. Data luas perkebunan teh dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Data luas lahan dan produksi teh Indonesia

Tahun Luas Lahan (Ribu Ha) Produksi ( Ribu Ton)

(16)

Penurunan jumlah lahan perkebunan teh disebabkan oleh banyaknya petani teh yang beralih mengusahakan komoditas lain sehingga di tahun 2012 luas area perkebunan teh hanya tersisa 65.3 ribu hektar. Selain data mengenai luas lahan perkebunan teh, Tabel 1 memperlihatkan kecenderungan penurunan produksi teh Indonesia sejak tahun 2007 hingga tahun 2012. Selain itu, perkembangan industri teh juga didukung oleh peningkatan permintaan teh. Tabel 2 memperlihatkan data konsumsi teh Indonesia dari tahun 2007 hingga 2012 yang menggambarkan adanya peningkatan jumlah permintaan teh Indonesia.

Tabel 2. Konsumsi teh Indonesia

Tahun Jumlah Konsumsi Teh (Ton)

2007 75 660

Sumber3 : Kementrian Perdagangan (2014)

Mengacu pada tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa konsumsi teh masyarakat Indonesia terus mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2011 dengan jumlah peningkatan sebesar 20 790 ton. Sedangkan di tahun 2012 total konsumsi teh Indonesia sebesar 96 990 ton. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia, konsumsi teh masyarakat Indonesia masih berada di peringkat 46 dengan range rata-rata konsumsi per orang per tahun sebanyak 350 gram per kapita per tahun4. Jumlah ini masih kalah dibandingkan dengan negara Malaysia yang konsumsinya lebih dari 600 gram per orang per tahun. Selain itu, International Tea Committee menjelaskan bahwa 66 persen produksi teh Indonesia diekspor ke beberapa negara di dunia dan sisanya dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Pada umumnya teh yang dikonsumsi masyarakat Indonesia merupakan teh dengan kualitas nomor dua. Kondisi ini membuka peluang yang besar bagi industri baru yang ingin memasuki bisnis teh dengan kualitas nomor satu.

PT. Perkebunan Nusantara (Persero) VIII merupakan perkebunan milik Negara dengan luas lahan 114 000 ha. Salah satu produk yang diunggulkan adalah produk olahan teh yang diberi merek Walini. Produk ini dihasilkan oleh Industri Hilir Teh PT. Perkebunan Nusantara (Persero) VIII yang tergolong dalam teh spesial dimana teh merek Walini sekelas dengan teh Dilmah dan Twinings. Seperti teh merek lainnya, Teh Walini memiliki beberapa aroma rasa teh, dapat dilihat pada Tabel 3 produk-produk teh walini yang beredar di pasar.

3

Kementrian Perdagangan. 2014. Produksi Konsumsi Harga Teh Indonesia. 4

(17)

3 Tabel 3. Jenis-jenis Teh Walini yang beredar di pasar

No Jenis Walini

Tingginya persaingan pada industri teh mendorong Teh Walini mengeluarkan beragam variasi teh untuk menjawab keinginan konsumen, dan melakukan kegiatan pemasaran yang berbeda dengan merek teh lainnya, yakni dengan memfokuskan pada penjualan secara langsung dan perusahaan membuka sebuah cafe yang diberi nama Walini Cafe. Seluruh kegiatan tersebut ditujukan untuk dapat meningkatan penjualan produk di pasar domestik.

Hal tersebut menggambarkan bahwa persaingan bisnis teh cukup besar dimana Teh Walini harus merumuskan serta mengimplementasikan strategi untuk dapat menangkap pasar. Sampai saat ini Teh Walini belum mencapai target pengambilan porsi teh yang dihasilkan oleh PTPN VIII. Porsi untuk Teh Walini baru 15 persen dari seluruh total produksi Teh PTPN VIII. Meskipun presentasi porsi Teh Walini sudah meningkat hingga 5 persen di tahun 2012, pihak Industri Hilir PTPN VIII masih menargetkan porsi produk teh yang dihasilkan PTPN VIII dapat diserap oleh Teh Walini sebesar 50 persen hingga tahun 2019 dan menjadi sumber pendapatan utama bagi perusahaan. Oleh karena itu diperlukan rumusan strategi pemasaran yang sesuai dengan kondisi perusahaan saat ini sehingga perusahaan dapat mengembangkan usaha serta mencapai tujuannya dalam memasarkan produknya.

Perumusan Masalah

(18)

PTPN VIII dimana industri ini berada di dalam susunan perusahaan PT Perkebunan Nusantara (Persero) VIII .

Pada kenyataannya Teh Walini mengalami kesulitan dalam memperluas pemasaran produknya. Kendala yang dihadapi adalah keterbatasan sumber daya tambahan dalam memproduksi produknya dan tidak adanya alokasi dana khusus untuk melakukan kegiatan promosi. Kondisi inilah yang diduga menjadi penyebab sulitnya Teh Walini untuk memasarkan produknya. Tabel 4 memperlihatkan penjualan produk Teh Walini pada tahun 2014, dimana penjualannya mengalami fluktuasi setiap bulannya.

Tabel 4. Data penjualan Teh Walini Januari-Desember 2014

Bulan Teh Celup (Kg)

Teh Seduh (Kg)

Teh Instan (Kg)

Ready To Drink

(Kg)

Januari 5 794.35 1 747.99 2 408.25 17.18

Februari 3 054.46 402.54 - 12.51

Maret 5 315.28 2 615.69 34 185.13 47.40

April 4 388.59 697.28 - 83.79

Mei 3 299.46 933.37 - 236.07

Juni 4 385.28 655.93 - 68.20

Juli 5 421.77 999.39 76.45 9.74

Agustus 4 427.63 629.85 76.45 6.93

September 4 030.85 712.13 - 29.26

Oktober 3 977 1 322 - 2

November 3 017 1 625 76 2

Desember 8 236.23 1 180.16 229.00 0.30

Sumber5 : Industri Hilir PTPN VIII (2015)

Adanya kendala dalam menghadapi pesaing di lingkungan bisnisnya menuntut Teh Walini harus memiliki strategi yang tepat agar dapat bersaing serta memenangkan pasar yang ada. Oleh karena itu, Teh Walini perlu melakukan penyusunan kembali kegiatan pemasaran produknya melalui prioritas strategi bauran pemasaran, karena bauran pemasaran merupakan salah satu unsur dalam sebuah strategi pemasaran. Bauran pemasaran adalah kombinasi variabel-variabel yang dapat dikendalikan perusahaan untuk mempengaruhi konsumen yang

5

(19)

5 menjadi targetnya. Variabel-variabel tersebut adalah product, price, place, and promotion.

Strategi bauran pemasaran berfungsi sebagai acuan dalam menggunakan variabel-variabel pemasaran agar dapat mencapai tujuan perusahaan. Adanya kendala dan keterbatasan sumberdaya menuntut Teh Walini untuk membuat prioritas terhadap bauran pemasaran yang akan dipilih. Pemilihan bauran pemasaran yang tepat beserta faktor yang menyusun akan membantu perusahaan untuk menjawab permasalahan dan mencapai tujuannya. Di dalam melakukan pemasaran penilaian konsumen dapat dijadikan evaluasi bagi perusahaan untuk dapat melihat sejauh mana masing-masing bauran pemasaran sudah mempengaruhi pembelian konsumen. Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen akan membantu penyusunan kegiatan pemasaran itu sendiri. Perencanaan pemasaran sangat penting untuk keberlangsungan suatu perusahaan untuk menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan bauran pemasaran yang saat ini diterapkan oleh manajemen Teh Walini?

2. Bagaimana penilaian bauran pemasaran yang dilakukan oleh Teh Walini menurut konsumen?

3. Bagaimana prioritas bauran pemasaran Teh Walini yang tepat untuk mencapai tujuan dari perusahaan ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini antara lain:

1. Mengidentifikasi sejauh mana bauran pemasaran yang telah dijalankan oleh Teh Walini

2. Mengidentifikasi penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran yang dilakukan Teh Walini.

3. Merumuskan prioritas strategi bauran pemasaran Teh Walini yang tepat.

Manfaat Penelitian

(20)

Ruang lingkup Penelitian

Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini meliputi analisis tujuan kegiatan pemasaran Teh Walini. Kemudian dilakukan analisis bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, distribusi, dan promosi. Dalam penelitian ini penulis hanya mengidentifikasi dan menganalisis elemen bauran pemasaran yang kemudian disususn kedalam hirarki keputusan.

Analisis hirarki keputusan akan menghasilkan bobot atau nilai dari masing-masing elemen bauran pemasaran dan selanjutnya dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan dalam penetapan prioritas bauran pemasaran. Sebagai tambahan, maka dilakukan analisis penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran sebagai bahan evaluasi dan rekomendasi bagi Teh Walini.

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Strategi Bauran Pemasaran

Pengkajian penelitian terdahulu dapat dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang penelitian yang sudah ada dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian yang sedang dilaksanakan. Penelitian strategi pemasaran teh pernah dilakukan oleh Widaningrum (1997), yaitu menganalisis bauran pemasaran produk teh celup PTPN VIII Bandung dengan menggunakan analisis portofolio, daur hidup produk, dan SWOT. Berdasarkan hasil analisis portofolio didapat bahwa ketiga merek produk teh celup PTPN VIII memiliki tipe bisnis yang berbeda dalam matriks pertumbuhan pangsa pasar, sedangkan hasil dari analisis daur hidup produk menunjukkan bahwa merek tersebut berada pada tahap kedewasaan, dan dari analisis SWOT alternatif strategi yang dapat dijalankan adalah 1) mengalokasikan dana lebih besar untuk promosi dan pemasaran 2) meningkatkan kegiatan promosi 3) meningkatkan keunggulan produk dan 4) memperluas wilayah pemasaran.

Penelitian terkait strategi bauran pemasaran juga dilakukan oleh BW Yoseph (2003) dimana penelitian tersebut dilakukan pada CV Teh Cibinong, Jawa Barat dengan tujuan penelitian mengetahui pelaksanaan bauran pemasaran, posisi serta siklus hidup produk dan pengaruh promosi yang dilakukan oleh CV Teh Cibinong. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan konsep manajemen strategik. Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan peneliti didapatkan strategi produk perusahaan adalah mempertahankan serta meningkatkan kualitas produk dengan mengedepankan serta meningkatkan kualitas produk, untuk strategi harga yang dilakukan adalah menetapkan harga yang kompetitif dan terjangkau. Posisi perusahaan itu sendiri jika dilihat dari siklus hidup berdara pada fase kedewasaan dan pengaruh promosi yang dilakukan perusahaan secara keseluruhan berdampak positif terhadap peningkatan volume maupun nilai penjualan.

Selain itu Gallagher dan Alex (2011) melakukan penelitian dengan judul

(21)

7 yang telah dilakukan pada restoran independen yang sukses. Di dalam penelitian ini, peneliti mengutamakan empat unsur penting yang mempengaruhi keberhasilan restoran independen dimana empat unsur tersebut adalah kualitas produk, layanan, promosi yang ditargetkan, dan hubungan dengan pelanggan. Masing-masing elemen dianggap berkontribusi bagi keberhasilan restauran.

Di dalam beberapa penelitian mengenai strategi pemasaran terdapat dua metode yang paling sering digunakan yaitu menggunakan analisis lingkungan yang dilanjutkan dengan matriks SWOT dan metode hirarki analitik, seperti pada penelitian strategi bauran pemasaran yang dilakukan oleh Wahyudi (2009) dimana peneliti mengkaji bauran pemasaran pada Agrowisata Little Farmers Lembang, Bandung dengan menggunakan metode proses hirarki analitik dan hasil yang didapatkan bahwa elemen yang harus diprioritaskan terlebih dahulu berdasarkan bobot prioritasnya yaitu menjadikan tempat sebagai prioritas pertama dengan strategi operasional yang utama adalah penempatan lokasi yang strategis. Sedangkan prioritas keduanya adalah produk lalu dilanjutkan oleh harga, promosi, bukti fisik, proses, dan terakhir adalah orang (karyawan).

Selain itu penelitian Hutabarat (2006), yang mengkaji tentang bauran pemasaran Restoran Pizza (Studi Kasus Di Pizza Hut, Padjajaran 29, Bogor). Dengan PHA mendapatkan hasil dimana faktor yang paling penting dalam pengembangan strategi bauran strategi pemasaran restoran Pizza Hut adalah sikap konsumen. Penilaian bobot dan prioritas bauran strategi pemasaran menunjukkan bahwa prioritas utama adalah bauran produk, lalu bauran SDM, yang ketiga bauran distribusi, prioritas keempat bauran promosi, dan terakhir adalah bauran harga. Jadi di dalam bauran pemasaran restoran pizza hut yang menjadi priotitas utama adalah bauran produk. Pada bauran produk ini perusahaan harus mampu mempertahankan komposisi dasar pizza dan selanjutnya perusahaan dapat menambah variasi rasa pizza agar konsumen dapat melakukan pilihan produk yang sesuai seleranya di Pizza Hut.

Heryanto (2008) dimana dalam penelitiannya mengenai strategi bauran pemasaran Mie Instant Gaga Mie 100 pada PT Jakaran Tama Food Industry yang juga menggunakan PHA. Dimana hasil penelitian menyebutkan dalam pengamatan di lapangan dibagi menjadi empat tingkatan, Tingkat 1 sebagai fokus prioritas strategi pemasaran, tingkat 2 prioritas tujuan strategi pemasaran, tingkat 3 prioritas strategi bauran pemasaran dan tingkat 4 sebagai sub faktor strategi bauran pemasaran. Implikasi yang akan terjadi terhadap pemilihan prioritas strategi tersebut antara lain bertambahnya anggaran biaya serta lebih ketatnya pengawasan mutu produk. Anggaran biaya yang bertambah, meliputi biaya penambahan volume produksi untuk mendukung peningkatan penjualan, biaya promosi, dan penyediaan sarana dalam pendistribusian produk.

(22)

kegiatan promosi. Kegiatan talk show pada radio pemerintahan serta minimnya even untuk menarik minat masyarakat. Dimana kegiatan itu terlihat kurang efektif dalam menarik minat masyarakat. Untuk itu penting bagi PDJT untuk melakukan peningkatan dan peninjauan lagi terhadap kegiatan pemasaran yang dilakukan. Agar kebijakan promosi yang dilakukan mampu menarik lebih banyak masyarakat untuk menggunakan jasa Transpakuan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Pemasaran

Definisi pemasaran adalah “suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingan” Menurut American Marketing Association (AMA) dalam Kotler dan Keller (2008).

Teh Walini harus mampu melihat arti dari pengertian pemasaran agar dapat menjalankan kegiatan pemasaran dengan baik. Perusahaan harus memiliki rangkaian kegiatan yang tepat dalam memenuhi keinginan konsumen. Hal ini sesuai dengan tujuan utama pemasaran untuk memberikan kepuasan konsumen. Ketika kepuasan konsumen dapat terpenuhi maka suatu perusahaan akan mencapai keberhasilan usahanya dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Konsep Inti Pemasaran menurut Shinta (2011) sebagai berikut.

Gambar 1 Inti pemasaran

Dengan menjalankan seluruh kegiatan inti pemasaran kedepannya diharapkan pertumbuhan dan perkembangan bisnis Teh Walini dapat berjalan dengan baik.

Kebutuhan, keinginan dan permintaan

Produk (organisasi jasa dan

ide)

Nilai kepuasan pelanggan dan

mutu

Pertukaran dan transaksi Hubungan dan

jaringan Pasar

(23)

9 Strategi Pemasaran

Strategi Pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran dari waktu ke waktu, pada masing-masing tingkat dan acuan serta alokasinya, tertutama sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan pesaingan yang selalu berubah (Assauri 2002). Strategi pemasaran harus selalu dikembangkan dan ditinjau sesuai dengan perkembangan pasar dan lingkungan pasarnya. Dalam membuat sebuah strategi pemasaran diperlukan analisis mengenai kekuatan dan kelemahan perusahaan serta ancaman yang dihadapinya. Selain itu strategi pemasaran harus mampu menggambarkan tentang apa yang akan dilakukan perusahaan dalam menggunakan setiap kesempatan.Dila (2014) menjelaskan bahwa strategi pemasaran memberikan arah yang berkaitan dengan variabel-variabel seperti ; segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran, dan biaya bauran pemasran. Keberhasilan strategi pemasaran biasanya ditentukan oleh satu dan atau beberapa variabel marketing mix-nya.

Bauran Pemasaran

Neil Borden 1953 menciptakan istilah marketing mix atau yang biasa disebut bauran pemasaran dan pada tahun 1960-an Jerome McCarthy memperkenalkan teori 4P yang terdiri dari Product, Price, Place, and Promotion. Marketing Mix terdiri dari himpunan variabel yang dapat dikendalikan dan digunakan oleh perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar sasarannya (Assauri 2002). Hal tersebut menyebabkan marketing semakin berkembang. Strategi bauran pemasaran yang dikemukakan oleh McCarthy ini akan mempengaruhi beragam aspek yang terkait oleh perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Shinta (2011) bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan dan dipadukan oleh firm untuk menghasilkan respon pasar yang diharapkan.

Produk

Produk adalah segala sesuatu baik barang maupun jasa yang ditawarkan ke pasar yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan maupun keinginan konsumen (Wahyudi 2009). Selain itu yang termasuk di dalam unsur-unsur produk adalah ragam, kualitas, desain, fitur, nama merek, kemasan, ukuran, layanan, dan jaminan pengembalian.

Kotler (2005) mengklasifikasikan produk menjadi tiga kelompok berdasarkan daya tahan dan wujudnya.

1. Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods)

Barang-barang yang berwujud dimana biasanya digunakan atau dikonsumsi hanya satu atau beberapa kali penggunaan.

2. Barang tahan lama (durable goods)

Barang-barang yang memiliki wujud dimana barang tersebut dapat bertahan walaupun sudah digunakan berkali-kali.

3. Jasa (service)

(24)

Sedangkan Shinta (2011) mengelompokkan produk kedalam empat macam kelompok yaitu :

1. Consumer’s Goods (Barang Konsumsi)

Kelompok barang ini didefinisikan sebagai barang yang dapat digunakan atau dibeli langsung oleh konsumen dan tidak dijual kembali.

2. Convenience Goods (Kemudahan dalam memperoleh)

Merupakan barang-barang yang dapat dibeli oleh para konsumen dimana untuk memperolehnya konsumen tidak perlu upaya yang sulit, karena biasanya kelompok barang-barang ini berada disekeliling kita. Contoh: beras, gula, odol.

3. Shopping Goods

Ini merupakan barang-barang yang dibutuhkan oleh konsumen dimana dalam memperolehnya dibutuhkan penelitian atau perbandingan dari satu toko ke toko lainnya. Aspek-aspek yang diperbandingkan adalah kualitas, jenis,desain, dan harga.

a. Fashion Goods

b. Service Goods

c. Bulk Goods

d. Speciality Goods

4. Industrial Goods (Barang Produsen) a. Raw Materials (Bahan Mentah)

b. Fabricating Materials (Bahan Kebutuhan Pabrik) c. Operating Supplies (Bahan Kebutuhan Operasi) d. Accesory Equipment (Peralatan Tambahan)

Selain itu Kotler dan Keller (2007) menjelaskan bahwa terdapat beberapa aspek keputusan yang mendiferensiasi suatu produk yakni:

1. Bentuk : sebuah produk dapat dibedakan berdasarkan bentuk, ukuran, dan struktur fisik.

2. Fitur: aspek pendukung dari suatu produk dapat dibuat sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.

3. Mutu kinerja: level berlakunya karakteristik dasar produk. 4. Kualitas: kualitas kinerja dan kesesuaianya.

5. Ketahanan: suatu ukuran umur sebuah produk dalam suatu kondisi

6. Keandalan: suatu ukuran probabilitas dimana sebuah produk tidak akan mengalami malfungsi dalam periode tertentu.

7. Kemudahan perbaikan: suatu ukuran kemudahan dalam memperbaiki produk ketidak tidak berfungsi.

8. Gaya: penampilan dan rasa sebuah produk.

Seluruh aspek-aspek keputusan yang ada harus diperhatikan oleh penjual agar mampu menjadi nilai tambah dari suatu produk agar dipilih oleh konsumen. Harga

(25)

11 adalah memilih tujuan penetapan harga, menentukan demand, memprediksi biaya, analisis pesaing, memilih metode penetapan harga, dan membuat harga akhir.

Pada dasarnya terdapat empat tujuan dalam penetapan harga yang ditulis oleh Shinta (2011). Tujuan tersebut adalah 1) Tujuan yang berorientasi pada laba, dimana tujuan ini mencakup dua pendekatan yaitu pendekatan maksimalisasi laba dimana perusahaan berusaha untuk memilih harga yang bisa menghasilkan keuntungan tertinggi, lalu pendekatan target laba yang merupakan tingkat laba yang sesuai sebagai sasaran laba. Ada dua jenis target laba yang biasa digunakan yaitu target margin dan ROI (Return On Investment). 2) Tujuan yang berorientasi pada volume, di dalam tujuan ini harga ditetapkan untuk mencapai target penjualan. 3) Tujuan yang berorientasi pada citra, salah satu dalam pembentukan citra perusahaan dapat dilakukan dengan strategi penetapan harga. Biasanya dalam tujuan ini perusahaan menghindari persaingan dengan jalan melayani segmen pasar tertentu. 4) Tujuan stabilitas harga, dilakukan untuk mempertahankan hubungan stabil antara harga perusahaan dengan harga pemimpin industri. Ini dilakukan untuk menghdapi tuntutan persaingan. 5) Tujuan-tujuan lainnya, harga itu sendiri dapat digunakan untuk mencegah masuknya pesaing baru dalam suatu industri, mempertahankan loyalitas dan mencegah campur tangan pemerintah.

Suatu perusahaan biasanya memiliki variasi dalam penetapan harga karena harga tersebut mencerminkan permintaan dan biaya secara geografis, kebutuhan segmen pasar, waktu pembelian, tingkat pemesaran, dan faktor-faktor lainnya sehingga perusahaan melakukan beberapa cara dalam menyesuaikan harga tersebut. Terdapat tujuh strategi penyesuaian harga yang biasa dilakukan oleh perusahan, ketujuh strategi tersebut adalah (Kotler dan Amstrong 2008) :

1. Penetapan harga diskon dan potongan harga, Diskon sendiri memiliki berbagai bentuk. Pertama adalah diskon tunai (cash discount) yang merupakan pengurangan harga bagi pembeli yang membayar tagihan mereka dengan segera. Bentuk kedua adalah diskon kuantitas (quantity discount) dimana diskon ini berbentuk pengurangan harga bagi pembeli yang membeli dalam jumlah yang banyak. Ketiga yakni diskon fungsional (functional / trade discount), diskon ini ditawarkan oleh penjual kepada anggota saluran yang melaksanakan fungsi tertentu seperti penjualan, penyimpanan, dan pencatatan dan bentuk diskon yang terakhir adalah diskon musiman (seasonal discount), diskon ini berlaku ketika pembeli membeli barang atau jasa diluar musim. Sedangkan potongan harga (allowance) adalah jenis pengurangan harga dari harga resmi. Misalnya tukar tambah yang biasa dilakukan pada bisnis otomotif dan potongan harga promosi yang biasa diberikan untuk penyalur sebagai penghargaan atas partisipasinya dalam mendukung penjualan. 2. Penetapan harga tersegmentasi, perusahaan menetapkan beberapa harga

(26)

penetapan harga berdasarkan lokasi (location pricing) harga yang ditetapkan berdasarkan lokasi yang berbeda, meskipun biaya penawaran masing-masing lokasi sama. Terakhir dengan menggunakan penetapan harga berdasarkan waktu (time pricing), perusahaan membedakan harga berdasarkan musim, bulan, hari, bahkan jam.

3. Penetapan harga psikologis, penjual mempertimbangkan psikologi harga dan bukan hanya keekonomisannya. Pada penetapan harga psikologis terdapat aspek lain yang mempengaruhi yakni harga pembanding. Harga yang tertanam dalam pikiran pembeli dan menjadi acuan ketika melihat produk tertentu.

4. Penetapan harga promosi, perusahaan akan menetapkan harga dibawah harga resmi dan kadang dibawah biaya, hal ini dilakukan untuk menciptkan gairah pembelian dan urgensi.

5. Penetapan harga geografis, menetapkan harga bagi pelanggan yang terletak diberbagai belahan negeri atau dunia. Ada lima strategi dalam menetapkan harga geografis. Pertama adalah penetapan harga FOB-origin, strategi penetapan harga geografis dimana barang dikirimkan tanpa biaya melalui kurir ke tempat tujuan. Kedua adalah penetapan harga pengiriman dengan tarif seragam, strategi kedua ini menetapkan harga yang sama namun ditambahkan dengan biaya pengiriman bagi semua pelanggan, tanpa memperhatikan lokasi pelanggan. Selanjutnya penetapan harga berdasarkan zona, disini perusahaan membagi harga kedalam beberapa zona, dimana pelanggan yang berada pada zona yang sama akan membayar dengan jumlah yang sama. Keempat adalah penetapan harga dengan titik pangkal, penjual menentukan suatu kota sebagai titik pangkal dan mengenakan biaya pengiriman dari kota tersebut ke lokasi pembeli dan yang kelima adalah penetapan harga meliputi biaya pengiriman, pada strategi ini penjual menanggung seluruh atau sebagian biaya pengiriman untuk mendapatkan bisnis yang diinginkan.

6. Penetapan harga dinamis, harga disesuaikan secara terus-menerus untuk memenuhi karakteristik dan kebutuhan pelanggan individual dan situasi. Penetapan harga ini masuk akal dalam banyak konteks, penetapan harga ini menyesuaikan dengan kekuatan pasar.

(27)

13 Distribusi

Assauri (2002) membedakan distibusi barang ke konsumen menjadi dua. Pertama adalah distribusi langsung, dimana distribusi ini dilakukan oleh produsen secara langsung kepada konsumen sedangkan yang kedua adalah distribusi tidak langsung, dimana penyaluran barang kepada konsumen dilakukan menggunakan perantara. Secara umum perusahaan tidak memasarkan secara langsung produk kepada konsumennya, sehingga dalam proses tersebut akan melibatkan perantara yang akan melakukan fungsi pemasaran itu sendiri. Komponen yang termasuk kedalam tempat adalah saluran, lokasi, dan ketersediaan transportasi.

Fungsi-fungsi dari saluran distribusi itu sendiri adalah sebagai alat untuk memperlancar keuangan perusahaan, sebagai alat komunikasi untuk mendapatkan informasi maupun masukan terkait produk yang dihasilkah, dan sebagai alat bantu promosi (Shinta 2011). Sehingga dalam menentukan saluran distribusi membutuhkan analisis mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen agar dapat menghasilkan alternatif saluran yang paling baik.

Promosi

Promosi itu sendiri merupakan suatu bentuk komunikasi di dalam memasarkan produk. Komunikasi pemasaran itu sendiri berarti aktivitas memasarkan suatu produk atau jasa dimana bertujuan untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi, dan atau mengingatkan target pasar atas produk dari perusahaan tersebut agar bersedia membeli, meneriman dan setia terhadap produk yang bersangkutan (Shinta 2011). Terdapat enam cara mengkomunikasikan bauran komunikasi pemasaran (Kotler dan Amstrong 2007) yaitu :

1. Iklan, Segala bentuk presentasi yang bukan dilakukan orang dan berupa promosi, gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor yang telah ditentukan.

2. Promosi Penjualan, merupakan insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan produk atau jasa.

3. Hubungan Masyarakat, merupakan proses membangun hubungan baik dengan kalangan untuk mendapat publisitas yang diinginkan, membangun citra perusahaan, dan menangani atau menghadapi rumor, berita, dan kejadian tidak menyenangkan.

4. Penjualan Personal, merupakan presentasi pribadi oleh wiraniaga perusahaan untuk tujuan menghasilkan suatu penjualan.

5. Pemasaran Langsung, merupakan hubungan langsung dengan calon pembeli yang sudah ditargetkan untuk memperoleh respon segera dan membangun hubungan dengan pelanggan.

6. Acara khusus dan pengalaman, perusahaan mensponsori kegiatan untuk menciptakan interaksi yang terkait dengan mereknya.

Proses Hirarki Analitik (PHA)

(28)

dari asumsi-asumsi yang dibuat sehingga mampu mengasilkan prioritas untuk memecahkan masalah secara rasional dan efektif.

Thomas L. Saaty mengembangkan metode PHA. di awal tahun 1970-an. Di dalam mengidentifikasi persoalan yang kompleks metode PHA memerlukan informasi dan pertimbangan dari objek-objek yang terkait, lalu akan disintesiskan sebuah penilaian-penilaian dari hasil observasi terhadap objek terkait menjadi suatu taksiran yang menyeluruh dari priotitas alternatif berbagai tindakan. Sehingga prioritas yang dihasilkan dijadikan sebuah landasan untuk digunakan di dalam semua jenis analisis.

Pengkajian dengan menggunakan metode PHA dapat dimulai dengan mendefinisikan permasalahan yang ada dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan permasalahan, kemudian disusun ke dalam suatu hirarki. Dimana tingkat tertinggi di dalam hirarki adalah tujuan utamanya, sedangkan tingkat terendah terbagi menjadi rencana alternatif yang dapat berkontribusi baik secara positif atau negatif. Metode ini mencakup aspek kuantitatif dan kualitatif. Aspek kuantitatif menjelaskan penilaian dan preferensi secara luas dan jelas. Sedangkan aspek kualitatif mendiskripsikan persoalan dan hirarkinya.

Kualitas responden menjadi hal yang paling utama dalam penetapan data ada metode PHA. Selanjutnya penentuan bobot bagi elemen di satu level akan mempengaruhi bobot pada level dibawahnya sehingga pada akhirnya dapat digunakan untuk menghitung bobot pada level tersebut untuk penilaian tujuan secara menyeluruh. Menurut Saaty (1993) ada tiga prinsip dasar Proses Hirarki Analitik, yaitu :

1. Prinsip menyusun hirarki (permasalahan kompleks dipecah menjadi unsur-unsur yang terpisah).

2. Prinsip menetapkan prioritas (peringkat elemen-elemen).

3. Prinsip kosistensi logis (elemen dikelompokan secara logis dan sesuai kriteria yang logis.

Kerangka Pemikiran Operasional

(29)

15

Place, and Promotion) .Permasalahan keterbatasan sumberdaya mengakibatkan perlunya prioritas bauran pemasaran untuk dapat membuat suatu keputusan. Metode PHA sangat cocok untuk menyelesaikan permasalahan ini karena prioritas yang dihasilkan dapat dijadikan acuan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan strategi yang nantinya akan menghasilkan suatu keputusan yang tepat. Secara skematis, kerangka pemilikiran operasional penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional

Keterbatasan dalam kepemilikan sumberdaya dapat mengakibatkan ketidak menyeluruhan dalam menjalankan seluruh elemen pada bauran pemasaran.

Prioritas Strategi Bauran Pemasaran Produk

Analisis kegiatan pemasaran produk olahan teh merek“Walini” dengan bauran pemasaran

Analisis Permasalahan : 1. Kurangnya sosialisasi keberadaan produk 2. Trend penjualan yang fluktuatif

3. Keterbatasan sumber daya tambahan dan dana promosi.

Harga Tempat Promosi

Rekomendasi bauran pemasaran untuk Teh Walini

Analisis Deskriptif Bauran Pemasaran oleh Konsumen

Analisis Bauran Pemasaran Teh Walini (Proses Hierarki

(30)

Dengan menetapkan prioritas strategi bauran pemasaran diharapkan perusahaan mampu menjalankan bisnisnya secara lebih baik.

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Industri Hilir PT Perkebunan Nusantara VIII, yang berlokasi di Jl. Raya Panyileukan No.1- Komplek Bumi Panyileukan Soekarno Hatta-Cipadung Cibiru, Bandung 40614. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa PTPN VIII merupakan salah satu produsen Teh Celup Indonesia dimana delapan puluh persen produk tehnya di ekspor ke berbagai negara dan dua puluh persen produknya yang dipasarkan di dalam negeri. Penelitian dilaksanakan Oktober 2014 hingga 26 Februari 2015.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer berupa data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak perusahaan. Sedangkan data sekunder berupa dokumen perusahaan, data dari instansi pemerintahan, internet, Badan Pusat Statistik (BPS), dan studi pustaka untuk rujukan teoritis yang sesuai dengan topik penelitian.

Metode Pengumpulan Data

(31)

17 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Data yang didapat melalui observasi ,kajian pustaka, dan wawancara kepada beberapa pihak terkait diolah secara kualitatif. Sedangkan, data yang didapat dari penyebaran kueisioner dianalisis secara kuantitatif.

Data kuantitatif yang didapat dari penelitian ini dianalisis menggunakan metode PHA. Penggunaan metode PHA dikarenakan metode ini memiliki aspek kualitatif dan kuantitaif pengambilan keputusan berdasarkan penilaian yang logis dan sistematis, sehingga mampu memberikan kemudahan dalam menganalisis data yang didapat.

PHA memiliki delapan kerangka kerja utama (Saaty 1993) yaitu :

1. Mendefinisikan permasalahan dan merinci pemecahan masalah yang diinginkan, namun perlu diperhatikan penguasaan responden terhadap masalah terkait, karena hal tersebut akan mempengaruhi pemilihan tujuan, kriteria, dan elemen-elemen penyusun struktur hirarki. Identifikasi komponen dapat dilakukan berdasarkan kemampuan pada analisa.

2. Pembuatan struktur hirarki dari sudut pandang manajerial secara meyeluruh. Hirarki merupakan abstraksi struktur dari suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya. Dimana ,masing-masing abstraksi memiliki keterkaitan satu sama lain, terdiri dari sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi sub-sub sistem tujuan, responden pemberi dorongan, tujuan responden, dan akhirnya membentuk alternatif strategis, pilihan ataupun skenario.

3. Menyusun matriks banding berpasangan untuk meilihat pengaruh setiap elemen yang relevan disetiap kriteria yang berpengaruh dan setingkat diatasnya. Dimana puncak hirarki dengan fokus utama (G), yang merupakan dasar atau tujuan melakukan perbandingan antar elemen yang terkait dan dibawahnya. Perbandingan berpasangan yang pertama dilakukan pada elemen tingkat kedua terhadap fokus yang ada di puncak hirarki (F1,F2,F3,..,Fn). Di dalam perjanjian, suatu elemen yang berada disebelah kiri diperiksa dominasinya atas suatu elemen di puncak matriks. 4. Mengumpulkan semua pertimbangan untuk pengembangan matriks pada

(32)

Tabel 5. Nilai skala banding berpasangan

Dua elemen menyumbangkan sama besar pada sifat itu.

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya.

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya.

5 Elemen yang satu sangat penting daripada elemen yang lainnya.

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya. 7 Satu elemen jelas lebih

penting daripada elemen yang lainnya.

Satu elemen dengankuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek.

9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya.

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memilih tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan.

2,4,6,8 Nilai-nilai di antara dua Pertimbangan yang berdekatan.

Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan.

Kebalikan Jika untuk kualitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i. Sumber : Saaty (2014)

5. Memasukkan nilai-nilai kebalikan berserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama, mencari prioritas dan pengujian konsistensi. Angka yang digunakan adalah angka 1 sampai 9 dimana angka setelah 1 tersebut digunakan bila Fi lebih mendominasi sifat fokus puncak hirarki dibandingjan dengan Fj, sedangkan bila Fi kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat puncak hirarki dibandingkan dengan Fj, maka digunakan angka kebalikannya. Matriks dibawah garis diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Dimana untuk langkah ke 6 hingga 8 bisa diolah dengan menggunakan software Expert Choice v11 20004 dan

Microsoft Excel

(33)

19 7. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya dan seterusnya.

Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap, yaitu: pengolahan Vertikal dan pengolahan Horizontal. Kedua jenis pengolahan tersebut dapat dilakukan untuk MPI dan MPG. Pengolahan vertikal dilakukan setelah MPI dan MPG diolah secara horizontal, dimana MPI dan MPG harus memenuhi persyaratan Rasio Inkonsistensi. Tujuan dari pengolahan vertikal yakni untuk menyusun prioritas pada setiap elemen pada tingkat keputusan hirarki tertentu terhadap fokus utama. Sedangkan Pengolahan Horizontal digunakan untuk melihat prioritas suatu elemen terhadap tingkat yang berbeda pada satu tingkat diatas elemen tersebut. Pengolahan ini memiliki tiga bagian yaitu penentuan Vektor Prioritas (Vektor Eigen), uji konsistensi, dan revisi MPI dan MPG yang memiliki Rasio Inkonsistensi tinggi.

8. Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki dengan mengalihkan setiap indeks konsistensi dengan prioritas-prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya, lalu hasil yang didapat dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dalam PHA penyimpangan diperbolehkan dengan toleransi Rasio Inkonsistensi di bawah 10 % untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsistensi harus bernilai kurang dari atau sama dengan 10 persen.

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN TEH WALINI

Sejarah PTPN VIII

(34)

Sejarah Industri Hilir Teh PTPN VIII dan Teh Walini

Pada tahun 1996 didirikan sebuah perusahan yang bernama PT Lysander Camelia Nusantara (PT LCN) sebagai perusahaan patungan antara Perkebunan Group Jabar yang sekarang sudah menjadi PTPN VIII dengan Lysander Food Service PTE LTD. Lalu di tahun 1998 PT LCN dilikuidasi, dimana seluruh aser dan sumber daya manusia menjadi milik PTPN VIII dan selanjutnya didirikan Unit Usaha Pengepakan Teh (UUPT) PTPN VIII dengan SK Direksi No. SK/D.I/1046/IX/1998 dan akhirnya di tahun 2005 UUPT berubah nama menjadi Industri Hilir Teh PT Perkebunan Nusantara VIII (IHT PTPN VIII) dengan SK Direksi No. SK/D.I/567/VI/2005 dimana di dalamnya adalah perihal Pengembangan Struktur Organisasi.

Industri Hilir ini memiliki beberapa tujuan yakni ; Menyerap produk hulu teh untuk diolah lebih lanjut menjadi produk hilir guna mendapatkan nilai tambah, Meningkatkan Bergaining Position produk hulu teh PTPN VIII, dan Meningkatkan Corporate Image melalui Brand Image. Sedangkan Teh Walini adalah salah satu merek produk olahan dari daun teh yang sudah mulai dipasarkan sejak tahun 2002 oleh PTPN VIII. Nama “Walini” berasal dari nama pabrik teh hitam milik PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) yang berlokasi di Ciwidey, Kabupaten Bandung Barat dan terkenal dengan keindahan alamnya. Lokasi ini merupakan salah satu dari lokasi agrowisata PTPN VIII, diantaranya terdapat sumber air panas, Situ Patenggang, dan berbagai wisata lainnya.

Gambar 3 Kantor IHT PTPN VIII Cibiru Bandung

Visi dan Misi Industri Hilir Teh PTPN VIII

Visi Industri Hilir Teh PTPN VIII adalah “menjadi unit yang mampu mandiri dan dapat memberi kontribusi kepada perusahaan”. Dalam mewujudkan visi yang dibuat oleh IHT PTPN VIII, perusahaan membuat beberapa misi sebagai acuan dalam mewujudkanya. Misi-misi tersebut adalah :

1. Menghasilkan “produk hilir” bermutu sesuai dengan selera pasar yang bernilai tambah tinggi.

2. Mengutamakan pelayanan kepada pelanggan.

(35)

21 4. Mengoptimalkan sumber daya manusia dan memperhatikan

kesejahteraanya.

5. Mengelola unit dengan menerapka Good Corporate Goverment dan CSR.

Suber Daya Manusia

Di dalam Idustri Hilir PTPN VIII terdapat 80 karyawan tetap (November 2014) dimana terdapat enam atasan yang meliputi General Manajer Industri Hilir (Ir. Agung Handoko), Asisten Manajer Bindang Umum (Isam Sopiani Ismail,SE), Asisten Manajer Bidang Produksi (Tri Mariani Am, ST), Kepala Penjualan dan Pemasaran (Deni Rohman,SP), Kepala Produksi (Kusmara, SAP) dan Kepala Pengembangan Produk (Ummi Aisyah, SP). Selain itu Kepala Penjualan dibantu oleh seorang staf industri hilir yang khusus diberi kepercayaan untuk membantu mengelola pemasaran yakni Rifki Hendrawan,SE. Selain enam bagian sebelumnya IHT juga memiliki beberapa karyawan yang bertugas sebagai satpam, penjaga gudang, petugas kas, kasir, dan bagian teknisi. Seluruh karyawan digaji sesuai dengan golongan mereka (pegawai negeri) dan tugas yang mereka terima.

Sarana dan Prasarana

Industi Hilir Teh merupakan perusahaan hilir yang dimiliki oleh PTPN VIII. Dimana IHT ini memiliki tiga sub-unit dimana masing-masing berlokasi di Cibiru dengan luas 8.900m2 dengan produk yang dihasilkan berupa Teh Celup, Teh Sedu, Teh Saset, dan Can, lokasi yang kedua berada di Gunungmas dengan luas 240m2 dimana produk yang dihasilkan berupa Teh Sedu, Teh Celup, dan Teh Saset dan yang terakhir berlokasi di Panglejar dengan luas 2.051,50 m2 dimana fokus pada tempat ini untuk menghasilkan Teh Bungkus. Fasilitas yang terdapat pada masing-masing sub-unit adalah Ruang Produksi dan Pengemasan, Gudang, Mesin Pencampur Teh, Mesin Pengemasan, Kantor, Kantin, Mushola, Toilet, AC, Mobi Pengangkut Barang, Dapur, dan Fasilitas Administrasi lainnya (Komputer, Laptop, Jaringan Internet, dll). Disamping itu yang terpenting adalah IHT memiliki kualitas teh yang terbaik dimana teh tersebut didapat dari kebun miliknya sendiri (PTPN VIII).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Bauran Pemasaran Teh Walini

(36)

promosi dan pemasukan untuk perusahaan hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan sumber daya khususnya untuk biaya promosi. Setelah dilakukan analisis secara mendalam melalui observasi dan wawancara kepada pihak terkait diperoleh sebuah perumusan bauran pemasaran 4P Teh Walini. Setiap bauran pemasaran yang ada pada Teh Walini memiliki sub-bauran tersendiri yang bisa dijadikan sebuah strategi tersendiri. Bauran dan sub-bauran yang tersusun sudah disesuaikan dengan karakter produk Teh Walini itu sendiri sehingga memiliki ciri tersendiri dibandingkan dengan bisnis lainnya.

Produk

Produk yang ditawarkan oleh merek Walini berupa produk olahan teh yang memiliki berbagai variasi rasa. Selain variasi rasa Teh Walini juga memiliki variasi dalam jenis produk. Variasi rasa dan jenis yang dimiliki oleh Teh Walini dapat dilihar pada Tabel 2. Menurut Kotler (2005) produk diklasifikasikan berdasarkan daya tahan dan wujudnya yakni barang yang tidak tahan lama (nondurable goods), barang tahan lama (durable goods), dan jasa (service). Produk ini termasuk kedalam nondurable goods karena produk teh hanya bisa dipakai satu kali penyeduhan walaupun produk yang dimiliki memiliki jangka waktu expired selama 3 tahun.

Gambar 4 Produk Teh Walini

Produk teh merek Walini merupakan produk yang setara dengan produk yang dikirimkan ke berbagai Negara. Pengolahan teh dilakukan di IHT PTPN VIII Cibiru dimana bahan dasar produk Walini adalah teh jenis AU 58 (sudah berbentuk serbuk-serbuk halus) yang didapat dari pabrik perkebunan PTPN. Bahan dasar teh tersebut dicampur dengan tambahan bahan sesuai dengan rasa yang ingin dihasilkan disebuah mesin pencampur kemudian dimasukkan kedalam okter untuk disalurkan ke mesin pengemasan. Proses pengemasan di pabrik IHT PTPN VIII Cibiru belum seluruhnya menggunakan mesin, sebagian masih manual dikerjakan oleh pekerja. Bahan-bahan pengemasan seperti tea bag, label, benang, kemasan didapat dari perusahaan lain.

(37)

23 merupakan barang yang dapat langsung dinikmati oleh konsumennya, atau yang biasa disebut dengan barang konsumsi. Selain itu di dalam sebuah penawaran suatu produk terdapat beberapa aspek yang mempengaruhinya, aspek yang menjadi sub-bauran dari produk Teh Walini adalah kualitas, variasi, ukuran, dan merek. Merek menjadi yang dipertimbangkan karena memiliki kekuatan yang dapat menggambarkan suatu produk dimata konsumen.

Kualitas Produk

Kualitas merupakan hal yang menjadi perhatian utama bagi perusahaan karena sangat erat kaitannya dengan kepuasan konsumen, dimana kepuasan konsumen merupakan tujuan dari kegiatan pemasaran (Assauri 2002). Kualitas juga menggambarkan tingkat dari produk tersebut. Produk yang dihasilkan oleh Teh Walini merupakan produk dengan kualitas terbaik dimana kualitas yang digunakan ini sama dengan kualitas teh yang diexpor (Teh jenis AU58). Dalam pengolahan produk, perusahan terus melakukan kontrol kualitas dengan cara mengambil sample disetiap produksi dan menyedunya. Penyeduan dilakukan oleh ahli dimana hasil yang didapat dapat menggambarkan kualitas dari teh tersebut, selain itu di dalam pabrik seluruh pegawai harus membersihkan tangan dan menyemprotkan desinfektan lalu menggunakan penutup mulut, penutup kepala, dan alas kaki khusus.

Kualitas teh yang dipasarkan dapat dilihat dari serbuk teh yang lebih halus dan berwarna lebih gelap, aroma teh yang kuat (original),warna teh saat disedu, dan rasa. Proses pengemasan juga sangat diperhatikan oleh karena itu proses pengemasan tidak seratus persen dilakukan oleh mesin maka para karyawan harus melakukan pengecekan terhadap pengemasan yang sudah dilakukan oleh mesin selanjutnya produk baru bisa dimasukkan kedalam kantung pembungkus dan dimasukkan kedalam kardus.

Variasi Produk

Variasi produk menjadi salah satu pembahasan pada penelitian ini karena ini menyangkut keragaman produk yang dihasilkan oleh Teh Walini. Jumlah setiap variasi yang dijual digunakan untuk memuaskan keinginan konsumen. Pembuatan variasi tidak dilakukan dalam jumlah yang sama, namun bergantung pada pesanan yang ada. Setiap bulannya perusahaan membuat pembukuan mengenai jumlah variasi teh yang terjual sehingga data tersebut akan menjadi acuan di dalam memprediksi produksi selanjutnya. Variasi Teh Celup Walini Original menjadi primadona karena jenis ini umumnya paling banyak dipesan oleh perusahaan yang bekerjasama dengan Teh Walini (Perusahaan Retail, Hotel dan Restauran).

Ukuran Produk

(38)

maksimal. Teh Walini memberikan beberapa pilihan ukuran produk, untuk pelaksanaan kerjasama contohnya adalah jika sebuah hotel bekerjasama dengan Teh Walini, hotel tersebut dapat memilih produk tea bag atau produk sachets

yang sudah dikemas rapih. Merek Produk

American Marketing Association menjelaskan bahwa merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi semuanya, yang dimaksudkan untuk mendefinisikan barang atau jasa dan untuk membedakannya dari barang atau jas pesaing. Merek dagang ini juga memiliki arti penting di dalam pemasaran dimana menjadi suatu alat untuk meningkatkan atau mempertahankan penjualan. Sebenarnya yang membedakan merek dari sesama komoditas tanpa merek adalah persepsi dan perasaan konsumen terhadap atribut produk tersebut dan kinerja produk (Kevin Keller 2005).

Industri Hilir PT Perkebunan Nusantara (Persero) VIII mengasilkan berbagai merek teh merek-merek yang dihasilkan diantaranya adalah Walini, Goalpara, dan Gunung Mas. Perbedaan merek yang ada berdasarkan kualitas teh yang dihasilkan, Merek Walini merupakan produk teh yang dihasilkan dengan kualitas terbaik dan yang dibagun untuk menggambarkan eksklusifitas dari konsumen yang mengkonsumsi teh dengan merek Walini.

Harga

Harga merupakan jumlah uang yang diperlukan sebagai penukar berbagai kombinasi produk dan jasa (Fajar 2008). Sedangkan Kotler 2005 mendefinisikan bahwa harga adalah salah satu unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan. Penetapan sebuah harga dapat dilakukan jika perusahaan sudah mengetahui tujuan dari penetapan harga itu sendiri. Harga produk Teh Walini beragam tergantung pada jenis dan ukurannya, untuk Teh Celup harga yang ditawarkan kepada konsumen mulai dari Rp 5 000 hingga Rp 20 000 per dus, untuk Teh Sachet dihargai Rp 300 hingga Rp 700 per sachets, untuk harga teh instan 6 500 hingga 7 500 per dus, teh seduh Rp 8 500 per bungkus dan RTD Rp 4 000 hingga Rp 6 000 per botol. Daftar harga selengkapnya dapat dilihat poada lampiran 8. Penentuan harga yang ditetapkan oleh Teh Walini berorientasi pada biaya, dimana penetapan harga telah memperhitungkan seluruh komponen biaya termasuk biaya overhead. Segmentasi konsumen juga menjadi pertimbangan dalam penetapan harga.

(39)

25

Distribusi

Saluran pemasaran adalah beberapa organisasi yang saling bergantung dan terlibat di dalam proses mengupayakan agar produk atau jasa tersedia bagi konsumen (Kottler 2005). Di dalam melakukan bisnis terkadang perusahaan membutuhkan saluran distribusi agar produk yang mereka hasilkan sampai pada pasar yang dituju. Perusahaan menjual langsung kepada konsumen dengan menggunakan bantuan distributor atau perusahaan yang telah bekerjasama. Pola Saluran distribusi dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 5 Bagan saluran distribusi Teh Walini

Hingga tahun 2014 Teh Walini sudah memiliki empat distributor besar yakni Puskopkar, PT Atri Distribusi Indonesia, PT Padi, dan CV Mulia. Sedangkan untuk hotel dan restoran yang bekerjasama dengan Teh Walini kebanyakan yang berada di wilayah Bandung dan sekitarnya. Teh Walini memberikan akses langsung untuk bertanya mengenai ketersediaan produk, sedangkan pembelian produk dalam jumlah besar seperti 1000 dus dapat dilakukan dengan melakukan pemesanan terlebih dahulu. Untuk informasi kandungan yang terdapat di dalam Teh Walini sudah tertera disetiap dus atau kemasan produk Teh Walini.

Promosi

Perusahaan yang sudah memiliki produk harus berusaha memperkenalkan produk kepada konsumen agar tercipta sebuah permintaan, kegiatan untuk mencapai hal tersebut dapat dilakukan melalui promosi (Assauri 2002). Kotler dan Kaller (2007) menjelaskan bahwa promosi penjualan adalah kumpulan alat-alat instensif yang sebagian besar berjangka pendek, yang dirancang untuk merangsang pembelian produk atau jasa tertentu dengan lebih cepat dan lebih besar oleh konsumen atau pedagang. Selain itu disebutkan bahwa promosi penjualan mencakup alat untuk promosi konsumen, promosi perdagangan, serta promosi bisnis dan tenaga penjualan. Di dalam promosi terdapat komunikasi yang harus dibangun dan dijaga antara produsen dan konsumen. Promosi konsumen yang dilakukan Teh Walini berupa pemberian sample, mengajari cara penyeduhan teh (peragaan), dan pajangan di cafe Walini. Selanjutnya untuk promosi

Produsen

Konsumen

Distributor Hotel dan

(40)

perdagangan yang dilakukan adalah harga memberikan khusus untuk distributor, agen, dan retailer.

Gambar 6 Walini cafe Bandung Kerjasama

Kerjasama merupakan salah satu kegiatan yang sudah dilakukan Teh Walini sejak produk tersebut diluncurkan ke pasar. Dalam mempromosikan produknya pihak Teh Walini melakukan kerjasama kepada beberapa perusahaan distribusi, hotel, dan restauran. Perusahaan juga sudah memberikan harga yang berbeda untuk para perusahaan yang bekerjasama dengannya, tetapi jumlah penjualan yang diharapkan masih belum mecapai target Teh Walini. Para perusahaan tersebut belum menjangkau seluruh pulau di Indonesia, sehingga kedenpanya Teh Walini berharap adanya pertambahan jumlah perusahaan yang berkerjasama.

Event atau Hubungan Masyarakat

Berbagai program dilakukan untuk mempromosikan dan melindungi citra Teh Walini. Program-program yang dilakukan oleh Teh Walini adalah mengadakan demo penyeduhan teh secara langsung hal tersebut bertujuan untuk menginformasikan kepada konsumen mengenai citra dari produknya dan mengajarkan cara penyeduhan teh dengan benar karena kesalahan dalam proses penyeduan akan mengakibatkan kerusakan pada teh tersebut.

Kegiatan seminar mengenai teh dilakukan untuk mengedukasi konsumen bagaimana mengetahui kualitas teh agar konsumen Indonesia tidak tertipu dengan produk teh yang sudah beredar di masyarakat.

(41)

27

Pemasaran langsung

Pemasaran langsung yang dilakukan Teh Walini bertujuan untuk memfasilitasi konsumen yang ingin mengetahui bagaimana produk Teh Walini, pemasaran langsung biasanya dilakukan degan cara mengikuti berbagai bazar yang diadakan oleh perusahaan, sekolah, dan instansi lainnya. Dalam pemasaran langsung ini konsumen dibebaskan untuk bertanya bahkan merasakan contoh produk Teh Walini. Selain mengikuti bazar Teh Walini melakukan pemasaran langsung dengan menggunakan facebook ,twitter (@ilovewalini), email

(tehwalini_marketing@yahoo.co.id), dan pemasaran melalui telfon ( 022 7830827).

Namun dalam penggunaan media sosial tersebut masih memiliki kendala sumber daya manusia untuk mengelolanya. Teh Walini memiliki perbedaan dengan produk lain dimana produk ini memiliki cafe sendiri yang bernama Cafe Walini, sementara ini baru ada di Bandung (Dago) dan Jakarta (Gandaria City) hal ini juga memudahkan para konsumen dan calon konsumen untuk mendapatkan produk.

Analisis Penilaian Konsumen Terhadap Bauran Pemasaran

Penilaian konsumen merupakan bagian yang perlu diperhatikan bagi pihak Teh Walini sebagai bahan evaluasi kegiatan pemasaran yang selama ini telah dilakukan. Untuk itu sebanyak 30 responden telah dipilih dengan metode

(42)

Tabel 6 Karakteristik responden Teh Walini

Pekerjaan Mahasiswa/Pelajar 25 83.34 100

Pegawai 1 3.33

(43)

29 suatu produk dan jasa. Tingkat pendidikan dan pendapatan yang cukup tinggi akan mendorong kebutuhan akan kualitas dan kenikmatan teh. Data pembelian yang didapatkan selama penelitian menunjukkan bahwa frekuensi pembelian terbesar yang dilakukan konsumen berada pada jumlah satu hingga dua kali setiap bulannya.

Penilaian Konsumen Terhadap Bauran Produk

Penilaian konsumen terhadap bauran produk penting dilakukan untuk dapat melihat sejauh mana kebutuhan dan keinginan konsumen dapat terpenuhi oleh Teh Walini. Beberapa penilaiam yang dilakukan berkaitan dengan kualitas, variasi, dan desain kemasan. Hasil penilaian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Penilaian konsumen terhadap bauran produk Karateristik

Responden

Kriteria Jumlah Presentase (%) Total (%)

Kualitas produk Sangat Terjamin 5 16.66 100

Terjamin 25 83.34

Terkait dengan kualitas, sebanyak 83.34 persen konsumen menyatakan bahwa produk Teh Walini yang dipasarkan memiliki kualitas yang sudah terjamin baik kualitas teh maupun bahan campurannya. Penilaian terhadap kualitas Teh Walini dilihat dari aroma, rasa, dan pembungkus teh. Konsumen yang menilai kualitas produk sangat terjamin adalah konsumen setia Teh Walini, dimana frekuensi pembelian setiap bulannya lebih dari dua kali.

(44)

dibuat masih kurang menarik dibandingkan produk sejenis lainnya dan perlu adanya pengembangan desain agar dapat menarik konsumen secara lebih luas.

Setiap orang yang melakukan kegiatan konsumsi suatu barang atau jasa memiliki sebuah alasan tertentu mengapa melakukan pembelian terhadap barang atau jasa tersebut. Tabel 8 memperlihatkan bahwa ada berbagai macam alasan yang dipilih konsumen terhadap produk Teh Walini. Kebanyakan dari konsumen memilih produk ini karena produk Teh Walini memiliki variasi rasa paling banyak dibandingkan produk sejenis lainnya, daftar produk yang dijual dapat dilihat pada tabel 3. Kriteria kedua yang menjadi alasan pembelian produk dikarenakan responden sudah mengetahui bahwa produk yang dipasarkan dengan merek “Walini” merupakan produk yang berkualitas tinggi dan hanya sekitar 6.67 dan 3.33 persen yang memberikan alasan kemasan dan ketersediaan produk.

Tabel 8 Alasan pembelian Teh Walini Karateristik

Sebanyak 56.67 persen konsumen menyatakan tujuan pembelian Teh Walini untuk mencicipi produk karena kebanyakan dari mereka ingin mengetahui bagaimana cita rasa beragam variasi yang ditawarkan. Tujuan selanjutnya adalah dikarenakan kebiasaan atau hobi para kosumen terhadap Teh Walini yang biasanya setiap konsumen ini memiliki varian rasa favoritnya.

Tabel 9 Tujuan pembelian Teh Walini Karateristik

(45)

31 dikarenakan konsumen membandingkan harga Teh Walini dengan produk sejenis lainnya dimana mereka merasa akan mendapatkan kuantitas atau jumlah produk teh lebih banyak dengan merek lainnya.

Tabel 10 Penilaian konsumen terhadap bauran harga Karateristik

Hasil penilaian yang didapat dari tiga puluh responden, enam puluh persen dari mereka menilai bahwa tidak mudah mereka menemukan produk Teh Walini. Hal ini didasari karena memang pendistribusian produk Teh Walini tidak sebanyak produk teh jenis lainnya dimana produk teh tersebut sudah ada di berbagai mini market maupun super market, sedangkan produk Teh Walini belum terdistribusi secara luas. Masyarakat yang menilai mudah di dalam mendapatkan produk adalah mereka yang tinggal diwilayah Bandung dan atau tempat tinggal mereka dekat dengan salah satu penjual Teh Walini. Kota Bandung ini memang merupakan tempat pabrik Teh Walini berdiri sehingga pendistribusian di kota ini sudah baik.

Tabel 11 Penilaian konsumen terhadap bauran distribusi Karateristik

(46)

Bahkan banyak dari konsumen yang sudah menikmati produk Teh Walini merekomendasikan produk tersebut.

Tabel 12 Penilaian konsumen terhadap bauran promosi Karateristik

Setelah seluruh penilaian terhadap masing-masing bauran pemasaran dilakukan, maka selanjutnya masing-masing penilaian akan dikombinasikan untuk dapat melihat tingkat pengaruh bauran. Tingkat pengaruh bauran yang dinilai besar teridentifikasi dari jumlah responden yang menyatakan setuju terhadap bauran di atas lima puluh persen. Jumlah tersebut dinilai dapat menunjukkan mayoritas penilaian sehingga dapat diketahui bauran mana yang berpengaruh terhadap pembelian yang dilakukan oleh konsumen.

Tabel 13 Hasil evaluasi bauran pemasaran Karateristik

Responden

Keterangan Kriteria Jumlah Presentase (%)

Gambar

Tabel 3. Jenis-jenis Teh Walini yang beredar di pasar
Tabel 4. Data penjualan Teh Walini Januari-Desember 2014
Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional
Tabel 5. Nilai skala banding berpasangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam strategi bauran pemasaran produk terdapat empat komponen yang menjadi indikator yang harus dilaksanakan dengan baik dan benar agar strategi bauran pemasaran dapat

Tujuan penelitian untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh strategi bauran pemasaran jasa yang meliputi: produk (program studi), harga (biaya pendidikan), tempat, orang, proses

Strategi-strategi bauran pemasaran yang dilakukan Rumah Sutera Alam terdiri dari tujuh yaitu faktor meliputi produk, harga, tempat, promosi,

Untuk mengetahui pengaruh strategi bauran pemasaran yang meliputi produk (product), harga (price), tempat (place ), promosi (promotion), orang (people), sarana fisik

Asuransi Jiwasraya Medan membutuhkan strategi pemasaran khususnya strategi bauran pemasaran yaitu strategi produk, harga, promosi, tempat, orang, proses, bukti fisik..

Strategi pemasaran yang digunakan meliputi strategi umum (bauran pemasaran) yang mencakup aspek produk, harga, distribusi dan promosi sedangkan strategi khusus meliputi

(c) Pada umumnya strategi bauran pemasaran smartphone Samsung di Kota Manado yang dijalankan telah sesuai dengan teori strategi bauran pemasaran berdasarkan posisi

Berdasarkan telaah teoritis dan empiris yang diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh strategi bauran pemasaran yang terdiri atas faktor