• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Menggunakan Mini Purse Seine Di Ppp Lempasing, Provinsi Lampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Menggunakan Mini Purse Seine Di Ppp Lempasing, Provinsi Lampung"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN MENGGUNAKAN

MINI PURSE SEINE

DI PPP LEMPASING,

PROVINSI LAMPUNG

YULIA ESTMIRAR TANJOV

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pemanfaatan Sumberdaya Ikan menggunakan Mini Purse Seine di PPP Lempasing, Provinsi Lampung adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 21 September 2016

Yulia Estmirar Tanjov

(3)

RINGKASAN

YULIA ESTMIRAR TANJOV. Pemanfaatan Sumberdaya Ikan menggunakan Mini Purse Seine di PPP Lempasing, Provinsi Lampung. Dibimbing oleh ROZA YUSFIANDAYANI dan MUSTARUDDIN.

Salah satu sentra kegiatan perikanan tangkap di Kota Bandar Lampung adalah PPP (Pangkalan Pendaratan Pantai) Lempasing. Alat tangkap yang digunakan di PPP Lempasing bervariasi, mulai dari skala besar sampai skala kecil sehingga hasil tangkapan bervariasi. Salah satu alat tangkap yang banyak dioperasikan nelayan PPP Lempasing adalah mini purse seine. Mini purse seine dioperasikan dengan menggunakan alat bantu cahaya. Jenis teknologi yang diterapkan tergolong modern namun jangkauan operasi masih terkonsentrasi di perairan pantai karena nelayan membatasi diri untuk beroperasi dengan sistem one-day trip dari basis perikanan terdekat. Kegiatan perikanan mini purse seine di Perairan Teluk Lampung dan PPP Lempasing belum berjalan sesuai dengan kondisi perairan di sekitarnya, terutama untuk mewujudkan usaha perikanan tangkap yang bertanggung jawab.

Penelitian ini dilakukan di Perairan Teluk Lampung dan PPP (Pangkalan Pendaratan Pantai) Lempasing, Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui status pemanfaatan sumberdaya ikan, 2) mengetahui kelayakan teknis, biologi, ekonomi, dan sosial perikanan, 3) mengetahui kelayakan pengembangan usaha perikanan dengan menggunakan mini purse seine di PPP Lempasing. Beberapa metode analisis digunakan pada penelitian ini, untuk mengetahui status pemanfaatan sumberdaya ikan digunakan analisis surplus produksi seperti fishing power indeks (FPI), catch per unit effort (CPUE) dan, maximum sustainable yield (MSY), untuk mengetahui kelayakan teknis, biologi, ekonomi, dan sosial perikanan digunakan metode analisis skoring. Kelayakan usaha dilakukan untuk mengkaji keuntungan (profitability) atau kerugian dari suatu usaha, analisis yang digunakan yaitu: analisis keuntungan ( , Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP).

Hasil penelitian menunjukkan tangkapan mini purse seine di PPP Lempasing mengalami penurunan dari tahun 2010-2014 untuk kapal mini purse seine < 5 GT, 6-10 GT, 11-15 GT, dan pola penurunan produksi perikanan yang tinggi terjadi pada kapal mini purse seine < 5 GT. Hasil analisis dari skala prioritas dari penilaian teknis, biologi, ekonomi, dan sosial didapat bahwa kapal mini purse seine dengan ukuran 6-10 GT layak untuk kegiatan penangkapan ikan. Hasil yang didapat dari analisis kelayakan usaha adalah kapal mini purse seine ukuran 6-10 GT dan kapal mini purse seine ukuran 11-15 GT layak untuk dikembangkan, karena secara ekonomi layak dan memiliki nilai NPV > 0, Net B/C > 1, IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, serta payback period kurang dari delapan tahun. Jenis ikan pelagis kecil yang dominan tertangkap adalah ikan selar (Selaroides sp.), ikan kembung (Rastrelliger sp.), dan ikan kwee (Carangoides chrysophrys).

(4)

SUMMARY

YULIA ESTMIRAR TANJOV. Fisheries Resource Utilization using Mini Purse Seine, in Lempasing Coastal Fishing Port, Lampung Province. Supervised by ROZA YUSFIANDAYANI dan MUSTARUDDIN.

Lempasing is a Coastal Fishing Port (CFP) which located in Bandar Lampung. It is one of the centers of fisheries activities in the city. There are various fishing gears operating in Lempasing, ranging from small to large scale of fishing gear resulting to various types of catch. One of the fishing gear which operated by most of fishermen in Lempasing is mini purse seine. The operation is by utilizing the light to form a fishing area. This type of technology is relatively modern but the fishing ground still concentrated in coastal waters because of one-day fishing trip from the nearest fishery basis. Mini purse seine fishing activities in the Lampung Bay Area and Lempasing CFP is not in accordance with the conditions of the surrounding waters area, especially to create a responsible fisheries business.

The research was conducted in the Lampung Bay Area and Lempasing CFP, Lampung. This study aims to : 1) determine the status of fisheries resources utilization, 2) determine the feasibility of technical, biological, economic and social, 3) determine the feasibility of fisheries development by using mini purse seine in Lempasing CFP. Several analysis methods were used in this study namely: 1) Analysis of surplus production such as Fishing Power Index (FPI), Catch Per Unit Effort (CPUE) and Maximum Sustainable Yield (MSY) to determine the status of fisheries resource utilization, 2) Scoring analysis method to determine the technical feasibility, biology, economics and social, 3) Feasibility analysis such as analysis of profits (π), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), and Payback Period (PP) to determine profit or loss of a business.

The result showed that mini purse seine catch in Lempasing CFP tended to decrease in 2010-2014 for < 5 GT, 6-10 GT, 11-15 GT boat, and the biggest decreasing pattern of production was found in < 5 GT mini purse seine.Scoring analysis method obtained that mini purse seine vessel with the size of 6-10 GT is reasonable for fishing activities. Feasibility analysis showed that mini purse seine vessel with the size of 6-10 GT and 11-15 GT were worthy to be developed due to the economic feasibility with the value of NPV> 0, Net B / C> 1, IRR > valid interest rate, as well as the payback period (PP) of < 8 years. The dominant small pelagic fishes caught were scad fish (Selaroides sp.), mackerel fish (Rastrelliger sp.), longnose trevally fish (Carangoides chrysophrys).

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Teknologi Perikanan Laut

PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN MENGGUNAKAN

MINI PURSE SEINE

DI PPP LEMPASING,

PROVINSI LAMPUNG

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Kegiatan perikanan mini purse seine di Perairan Teluk Lampung dan PPP Lempasing belum berjalan sesuai dengan kondisi perairan disekitarnya, terutama untuk mewujudkan usaha perikanan tangkap yang bertanggung jawab. Penulis mencoba untuk mengatasi permasalahan di atas dengan cara menganalisis pemanfaatan sumberdaya ikan menggunakan mini purse seine yang dilihat dari aspek pemanfaatan sumberdaya ikan, aspek teknis penangkapan ikan, dan aspek kelayakan usaha, sehingga kegiatan perikanan mini purse seine di PPP Lempasing Lampung layak untuk dikembangkan.

Tesis yang dibuat berdasarkan hasil penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Magister Sains pada Program Studi Teknologi Perikanan Laut, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Mustaruddin, STP selaku anggota pembimbing yang telah mengarahkan dan mengajarkan banyak hal kepada penulis. Penyusunan tesis ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc selaku Ketua Program Studi Teknologi Perikanan Laut;

2. Bapak Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc selaku Ketua Departemen PSP – FPIK; 3. Bapak Dr. Ir. Ronny Irawan Wahyu, M.Phil selaku Penguji Luar Komisi; 4. Dosen dan staf pegawai Program Studi Teknologi Perikanan Laut yang telah

memberikan ilmu dan pengalaman yang berharga kepada penulis selama menempuh pendidikan di IPB;

5. Papa, Ibu, dan adik saya (Delvieri Estmiral Tanjov), serta keluarga besar di Lampung atas motivasi yang diberikan selama ini;

6. Teman-teman seperjuangan TPL 2014 atas kebersamaan yang terjalin erat selama ini; dan

7. Staf pegawai dan pengelola UPTD PP Lempasing, serta bapak/ibu nelayan yang membantu saya dalam kegiatan observasi selama di lapangan.

Penulis berharap tesis ini dapat menjadi masukan yang berharga bagi para pembaca. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan isi tesis. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, 21 September 2016

(10)

DAFTAR ISI

Aspek Pemanfaatan Sumberdaya Ikan 7

Aspek Teknis Penangkapan Ikan 9

Aspek Kelayakan Usaha 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 15

Kondisi Umum PPP Lempasing 15

Produksi Perikanan di PPP Lempasing 15

Daerah Penangkapan Kapal Mini purse seine 19 Mini Purse Seine di PPP Lempasing 20

Alat Bantu Cahaya 21

Armada dan Teknis Penangkapan 23

Pemanfaatan Sumberdaya Ikan 24

Upaya Pemanfaatan 25

Gabungam Penilaian Aspek teknis, biologi, ekonomi, dan sosial 33

Kelayakan Usaha 35

Usaha Perikanan Mini Purse Seine 35

Analisis Kelayakan Usaha 37

(11)

DAFTAR TABEL

1 Hasil Tangkapan dan Nilai Produksi Ikan 16

2 Jarak Operasi Penangkapan 19

3 Standarisasi alat tangkap mini purse seine dan payang 25

4 Standarisasi alat tangkap mini purse seine 26

5 Nilai Produksi, Upaya, dan CPUE standar 27

6 Nilai Upaya Maksimum Lestari Kapal Mini Purse Seine 27

7 Penilaian Teknis 30

8 Standarisasi Penilaian Teknis 30

9 Penilaian Biologi 31

10 Standarisasi Penilaian Biologi 31

11 Penilaian Ekonomi 32

12 Standarisasi Penilaian Ekonomi 32

13 Penilaian Sosial 33

14 Standarisasi Penilaian Sosial 33

15 Gabungan Penilian Teknis, Biologi, Ekonomi, dan Sosial 34

16 Standarisasi Hasil Penilaian Gabungan 34

17 Biaya investasi usaha perikanan mini purse seine 6-10 GT 35 18 Biaya investasi usaha perikanan mini purse seine 11-15 GT 36 19 Biaya operasional usaha perikanan mini purse seine 6-10 GT 36 20 Biaya operasional usaha perikanan mini purse seine 11-15 GT 37 21 Nilai analisis kelayakan usaha kapal mini purse seine 37

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka penelitian 5

2 Data hasil tangkapan mini purse seine tahun 2014 17

3 Hasil tangkapan berdasarkan panjang ikan 18

4 Hasil tangkapan ikan berdasarkan bobot ikan 18

5 Daerah penangkapan ikan untuk mini purse seine 20 6 Mini Purse Seine yang digunakan nelayan PPP Lempasing 21 7 Alat bantu cahaya dalam pengoperasian penangkapan ikan 22 8 Perkembangan produksi dari kapal mini purse seine 24 9 Produksi perikanan mini purse seine di PPP Lempasing 25 10 Kurva produksi lestari dan upaya penangkapan di PPP Lempasing 28

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Standarisasi upaya penangkapan perikanan mini purse seine 49 2 Hasil analisi regresi kapal mini purse seine < 5 GT 50 3 Hasil analisi regresi kapal mini purse seine 6-10 GT 51 4 Hasil analisi regresi kapal mini purse seine 11-15 GT 52

5 Nilai rata-rata penilaian teknis 53

6 Nilai rata-rata penilaian biologi 54

7 Nilai rata-rata penilaian ekonomi 55

8 Nilai rata-rata penilaian sosial 56

9 Sampel ikan yang didapat pada saat operasi penangkapan ikan 57

10 Ikan hasil tangkapan Kapal Sri Dunung 58

11 Ikan hasil tangkapan Kapal Sumber Rejeki 59

12 Ikan hasil tangkapan Kapal Putra Agung 60

13 Cash Flow untuk kapal mini purse seine 6-10 GT 61 14 Cash Flow untuk kapal mini purse seine 11-15 GT 62 15 Fasilitas, sarana, dan prasarana yang ada di PPP Lempasing 63

16 Pengoperasian mini purse seine Sri Dunung 65

17 Pengoperasian mini purse seine Sumber Rejeki 68

18 Pengoperasian mini purse seine Putra Agung 71

(13)

DAFTAR ISTILAH

Alat Penangkapan Ikan : Sarana dan perlengkapan atau benda-benda

lainnya yang dipergunakan untuk menangkap ikan (Nomor 2/PERMEN-KP/2015, pasal 1).

Benefit-cost ratio (B/C Ratio) : Rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi (Kasmir dan Jakfar 2003).

Biaya investasi : Biaya untuk penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha (Kasmir dan Jakfar 2003).

Biaya tetap : Biaya yang relatif tetap jumlahnya dan harus dikeluarkan walaupun produk yang dihasilkan banyak atau sedikit (Soekartawi 1995).

Biaya variabel : Biaya tidak tetap yang sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang dihasilkan (Soekartawi 1995).

Cash Flow : Arus kas atau aliran kas yang ada di suatu kegiatan

usaha dalam suatu periode tertentu (Kasmir dan Jakfar 2003).

Fishing power index (FPI) : Perbandingan kemampuan tangkap antar unit alat tangkap yang selanjutnya dinyatakan dalam indek (Gulland 1983).

Hasil tangkapan per satuan unit upaya (Catch Per Unit Effort -CPUE)

: Suatu metode yang digunakan untuk menentukan hasil jumlah produksi perikanan laut yang dirata-ratakan dalam tahunan (Gulland 1983).

Internal Rate of Return (IRR) : Alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern (Kasmir dan Jakfar 2003).

Kapal Penangkap Ikan : Kapal yang digunakan untuk menangkap ikan, termasuk menampung, menyimpan, mendinginkan, dan mengawetkan ikan (Nomor 57/PERMEN-KP/2014, pasal 1).

Kapal Pengangkut Ikan : Kapal yang memiliki palkah dan/atau secara khusus digunakan untuk mengangkut, memuat, menampung, mengumpulkan, menyimpan, mendinginkan, dan mengawetkan ikan (Nomor 57/PERMEN-KP/2014, pasal 1).

Kapal Perikanan : Kapal, perahu, dan alat apung lainnya yang digunakan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan (Nomor 17/PERMEN-KP/2014, pasal 1).

Maximum Sustainable Yield

(MSY)

: Hasil tangkapan maksimum sumberdaya ikan yang berkelanjutan (Zulbainarni 2015).

Metode Produksi Surplus (MPS) : Metode yang digunakan untuk menghitung potensi lestari (MSY) dan model MPS dibangun dengan asumsi bahwa sumberdaya ikan berada pada steady state or equilibrium condition dan constant

(14)

catchability (Zulbainarni 2015).

Mini purse seine (Alat

penangkapan ikan pukat cincin pelagis kecil)

: Alat tangkap purse seine yang memiliki panjang kurang dari 600 meter, berkembang di laut dangkal (Laut Jawa, Selat Malaka, perairan Timur Aceh) atau disepanjang perairan pantai pada umumnya

coastal fisheries. Sasaran utamanya adalah ikan pelagis kecil, seperti : ikan layang, ikan tembang, lemuru, dan kembung (Nomor 42/PERMEN-KP/2014).

Over Fishing : Penangkapan ikan yang melebihi kapasitas stok

atau sumberdaya (daya dukung) sehingga kemampuan sumberdaya untuk memproduksi pada tingkat maximum sustainable yield (MSY) menurun (Zulbainarni 2015).

Net Present Value (NPV) : Nilai bersih sekarang yang merupakan

perbandingan antara PV kas bersih (PV of proceed) dengan PV investasi (capital outlays) selama umur investasi (Kasmir dan Jakfar 2003).

Payback Period (PP) : Teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode)

pengembalian investasi suatu proyek atau usaha (Kasmir dan Jakfar 2003).

Pelabuhan Perikanan : Tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistim bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan (Nomor 17/PERMEN-KP/2014, pasal 1).

Penangkapan Ikan : Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan mengawetkannya (Nomor 48/PERMEN KP/2014, pasal 1).

Perikanan : Semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan (Nomor 9/PERMEN-KP/2015).

Perikanan Tangkap : Kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan / pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di laut/perairan umum secara bebas (Monintja 2001).

Pukat Cincin (purse seine) : Alat penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang membentuk gerombolan dan termasuk kedalam kelompok teknologi penangkapan ikan yang menerapkan metode penangkapan ikan dengan surrounding nets

(Brandt 1984).

(15)

Schooling : Gerombolan beberapa ikan yang berkelompok (Zulbainarni 2015).

Sumberdaya Ikan : Potensi semua jenis ikan, sedangkan lingkungan sumberdaya ikan adalah perairan tempat kehidupan sumberdaya ikan, termasuk biota dan faktor alamiah sekitarnya (UU No. 31-2004).

Sumberdaya Perikanan : Barang publik (public goods), yaitu rezim kepemilikan bersifat common property

(kepemilikan bersama) dan rezim akses yang bersifat open access (siapa saja boleh memanfaatkan sumberdaya tersebut tanpa izin dari siapapun) (Zulbainarni 2015).

Unit Penangkapan Ikan : Satu kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan ikan yang terdiri dari kapal perikanan, alat tangkap, dan nelayan (Monintja 2001).

Upaya Penangkapan (effort) : Upaya penangkapan nominal (nominal fishing effort) yang diukur dari jumlah hari melaut atau trip (Zulbainarni 2015).

Usaha Perikanan : Kegiatan yang dilaksanakan dengan sistem bisnis perikanan yang meliputi praproduksi, produksi, pengolahan, dan pemasaran ((Nomor 17/PERMEN-KP/2014, pasal 1).

Usaha Perikanan Tangkap : Usaha perikanan yang berbasis pada kegiatan penangkapan ikan dan/atau kegiatan pengangkutan ikan (Nomor 57/PERMEN-KP/2014, pasal 1).

(16)
(17)

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perikanan merupakan salah satu bidang yang diharapkan mampu menjadi penopang peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Sumberdaya ikan di Indonesia memiliki potensi yang besar, baik dalam hal jumlah maupun keragamannya. Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources) sehingga dengan pengelolaan yang bijaksana, dapat terus dinikmati manfaatnya oleh rakyat Indonesia.

Pemanfaatan sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut (tangkap) sampai saat ini masih didominasi oleh usaha perikanan rakyat yang umumnya memiliki karakteristik skala usaha kecil, aplikasi teknologi yang sederhana, jangkauan penangkapan yang terbatas di sekitar pantai, dan produktivitas yang relatif masih rendah. Menurut Barus dan Badrudin (1991), produktivitas nelayan yang rendah umumnya diakibatkan oleh rendahnya keterampilan dan pengetahuan serta penggunaan alat penangkapan maupun perahu yang masih sederhana sehingga efektifitas dan efisiensi alat tangkap dan penggunaan faktor-faktor produksi lainnya belum optimal. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh nelayan dan pada akhirnya mempengaruhi pula tingkat kesejahteraannya. Tingkat kesejahteraan yang diperoleh oleh nelayan berbeda-beda berdasarkan alat tangkap yang digunakan dalam proses penangkapan ikan.

Salah satu alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan di Indonesia adalah purse seine. Purse seine (pukat cincin) adalah jaring yang umumnya berbentuk empat persegi panjang, tanpa kantong dan digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic fish). Purse seine adalah suatu alat penangkapan ikan yang digolongkan dalam kelompok jaring lingkar (surrounding nets) (Martasuganda et al. 2004). Pengoperasian purse seine dilakukan dengan melingkari gerombolan ikan sehingga membentuk sebuah dinding besar yang selanjutnya jaring akan ditarik dari bagian bawah dan membentuk seperti sebuah kolam (Sainsbury 1996). Purse seine banyak digunakan oleh nelayan di Indonesia, salah satu diantaranya adalah nelayan Kota Bandar Lampung.

(18)

Produksi perikanan mini purse seine di PPP Lempasing mengalami penurunan dari tahun ke tahunnya, pada tahun 2010 mencapai 257,379 ton mengalami penurunan yang tinggi di tahun 2013 mencapai 152,790 ton, dan terus mengalami penurunan kembali pada tahun 2014 mencapai 104,941 ton (PPP Lempasing 2014). Beberapa jenis ikan yang dominan tertangkap adalah ikan kembung (Rastrelliger spp), ikan kwee (Carangoides chrysophrys), dan ikan alu-alu (Sphyraena genie), serta hasil sampingan (bycatch) yang tertangkap adalah cumi-cumi (Loligo Pealei). Jenis ikan hasil tangkapan dari mini purse seine juga mengalami penurunan yang tinggi, seperti : ikan kembung (Rastrelliger spp) pada tahun 2013 mencapai 32,616 ton mengalami penurunan pada tahun 2014 mencapai 14,70, untuk ikan kwee (Carangoides chrysophrys) pada tahun 2013 mencapai 25,394 ton mengalami penurunan pada tahun 2014 mencapai 18,57 ton, dan ikan selar (Selaroides sp.) pada tahun 2013 mencapai 25,059 ton mengalami penurunan pada tahun 2014 mencapai 16,12 ton (PPP Lempasing 2014). Hariyanto et al. (2008) produksi ikan di Teluk Lampung mengalami penurunan sehingga diindikasikan terjadi penurunan biomassa atau sumberdaya. Nilai produksi hasil tangkapan yang cenderung berfluktuasi diduga karena komposisi hasil tangkapan ekonomis yang berbeda-beda.

Produksi perikanan mini purse seine di PPP Lempasing memperlihatkan sumberdaya perikanan yang terus menurun, melihat kondisi ini perlu dilakukan penelitian yang mengkaji dari aspek biologi, teknik, dan ekonomi untuk mini purse seine di PPP Lempasing dengan ukuran kapal < 5 GT, 6-10 GT dan 11-15 GT. Sejauh ini, penelitian mengenai mini purse seine telah dilakukan di beberapa daerah, yaitu variabilitas hasil tangkapan dalam hubungannya dengan faktor lingkungan (Nelwan 2001), kajian perikanan Mini purse seine di desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara (Tanjaya 2011), dan teknologi dan manajemen perikanan tuna berbasis rumpon yang berkelanjutan di Prigi, Jawa Timur (Nurdin 2011).

Perumusan Masalah

PPP Lempasing mempunyai peranan yang sangat strategis dalam usaha perikanan tangkap yaitu sebagai pusat atau sentra kegiatan terutama yang berada di perairan Teluk Lampung, Provinsi Lampung. Jenis ikan hasil tangkapan mini purse seine yang didaratkan di PPP lempasing adalah ikan-ikan pelagis kecil yang mempunyai nilai ekonomis penting. Produksi perikanan mini purse seine di PPP lempasing terus mengalami penurunan dari tahun 2010 – 2014 (PPP Lempasing 2014). Penurunan hasil produksi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya alat tangkap yang digunakan, ukuran kapal, modal, keterbatasan sumberdaya ikan, dan lain-lain.

(19)

1. Apakah hasil tangkapan dengan ukuran kapal yang berbeda menghasilkan hasil tangkapan yang berbeda?

2. Apakah ukuran mini purse seine yang berbeda menghasilkan usaha perikanan mini purse seine yang berbeda ditinjau dari aspek teknis, biologi, dan ekonomi? 3. Apakah ukuran kapal yang berbeda menghasilkan kelayakan pengembangan

usaha perikanan mini purse seine yang berbeda?

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis hasil tangkapan mini purse seine dengan ukuran kapal yang berbeda di PPP Lempasing, Provinsi Lampung.

2. Menganalisis usaha perikanan mini purse seine yang paling baik secara teknis, biologi, dan ekonomi untuk dikembangkan di PPP Lempasing, Provinsi Lampung.

3. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha perikanan mini purse seine di PPP Lempasing, Provinsi Lampung.

Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Memperoleh informasi tentang prospek pengembangan perikanan mini purse seine;

2. Menambah wawasan pengetahuan tentang potensi sumberdaya ikan yang ada di lokasi penelitian; dan

3. Sebagai masukan dalam menentukan kebijakan perikanan di Perairan Lampung, terutama yang menyangkut kelanjutan penggunaan alat tangkap mini purse seine di masa yang akan datang.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Hasil tangkapan mini purse seine mengalami penurunan dengan pola yang berbeda untuk setiap ukuran kapal yang digunakan.

2. Usaha perikanan mini purse seine yang lebih besar akan lebih baik untuk dikembangkan di PPP Lempasing secara teknis, biologi, dan ekonomi.

(20)

Kerangka Pemikiran

Produksi perikanan mini purse seine di PPP lempasing mengalami penurunan sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 (PPP Lempasing 2014). Penurunan hasil produksi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya alat tangkap yang digunakan, ukuran kapal, modal, keterbatasan sumberdaya ikan, dan lain-lain. Jenis ikan hasil tangkapan mini purse seine yang didaratkan di PPP lempasing adalah ikan-ikan pelagis kecil yang mempunyai nilai ekonomis penting. Alat tangkap mini purse seine yang digunakan di PPP Lempasing menggunakan ukuran kapal < 5 GT, 6-10 GT, dan 11- 15 GT. Hasil tangkapan mini purse seine dari beberapa ukuran kapal menghasilkan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis penting, sehingga permasalahan dari penurunan hasil produksi harus diatasi agar pemanfaatan sumberdaya ikan dapat digunakan secara optimal untuk meningkatkan pendapatan nelayan.

(21)

Gambar 1 Kerangka Penelitian Produksi perikanan mini purse seine di PPP

Lempasing mengalami penurunan

Sumberdaya ikan pelagis kecil

Alat tangkap mini purse seine dengan ukuran kapal yang berbeda

Aspek Pemanfaatan

Sumber Daya Ikan Penangkapan Ikan Aspek Teknis

Aspek Kelayakan

2. Biologi : Selektivitas alat tangkap, by- catch, dan hasil tangkapan. 3. Ekonomi : Pendapatan, investasi, dan kemandirian dalam

perawatan.

4. Sosial : Intensitas nelayan, masyarakat, dan pemerintah.

1. Keuntungan

Pemanfaatan sumberdaya ikan menggunakan mini purse seine di PPP Lempasing

(22)

II. METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian meliputi pengamatan lapangan dan pengumpulan data, yang dilakukan pada bulan Mei 2015 sampai dengan Maret 2016. Tempat penelitian adalah Pangkalan Pendaratan Pantai (PPP) Lempasing, yang merupakan daerah fishing base dari nelayan mini purse seine, Provinsi Lampung.

Metode Pengambilan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei bertujuan untuk mengumpulkan data dari sejumlah variabel pada suatu kelompok masyarakat melalui wawancara langsung dan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya (Ghaffar 2006). Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.

Pengumpulan data primer survei dengan mengikuti kapal yang berukuran 6 GT, 9 GT, 13 GT yang dilaksanakan pada bulan November 2015. Kegiatan survei menggunakan mini purse seine dilakukan dari jam 16.00 sampai dengan 07.00 (one day trip). Data primer yang didapat mencakup jenis ikan hasil tangkapan, pengoperasian mini purse seine, fishing base, dan fishing ground. Ikan hasil tangkapan berasal dari Perairan Teluk Lampung yang didaratkan di PPP Lempasing dan penangkapan ikan menggunakan mini purse seine dilakukan oleh nelayan PPP Lempasing. Teknologi penangkapan ikan tidak mengalami perubahan yang signifikan dari tahun 2010-2014. Pengukuran biologi dilakukan pada saat operasi penangkapan terhadap jenis ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Lempasing. Sampel ikan yang diukur hanya dari bobot dan ukuran panjang ikan (Total Length = TL), ukuran besar dan kecil ikan yang ditangkap mengikuti referensi yang ada di www.fishbase.org. Kondisi perairan di sekitar PPP Lempasing yang kurang baik pada bulan November dan desember menyebabkan hasil tangkapan yang diperoleh tidak banyak dan menyebabkan beberapa nelayan tidak melaut, karena pengaruh ombak yang besar.

(23)

kapal mini purse seine 6-10 GT sebanyak 8 nelayan, dan kapal mini purse seine 11-15 GT sebanyak 6 nelayan. Data primer diperoleh dengan mengadakan observasi langsung ke lokasi penelitian dan melakukan wawancara dengan pemilik mini purse seine, yaitu nakhoda (fishing master) dan anak buah kapal (ABK) dengan menggunakan kuisioner. Satuan penelitian adalah unit penangkapan mini purse seine. Data primer ini mencakup data unit penangkapan, fishing base, fishing ground, metode penangkapan ikan, data produksi, faktor-faktor produksi mini purse seine, dan harga ikan hasil tangkapan.

Data sekunder yang diperlukan adalah data berkala (time series) hasil tangkapan dan upaya penangkapan mini purse seine di PPP Lempasing selama 5 (lima) tahun terakhir, yaitu pada tahun 2010 sampai dengan 2014. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur, internet, jurnal serta data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Lampung dan PPP Lempasing dengan permasalahan yang relevan dengan topik penelitian. Data yang dikumpulkan adalah data ukuran kapal, jenis-jenis ikan, jumlah dan ukuran alat tangkap mini purse seine, jumlah tenaga kerja, dan hasil trip per tahun.

Metode Analisis Data

Aspek Pemanfaatan Sumberdaya Ikan

Analisis untuk mengetahui status penangkapan ikan dengan mini purse seine di PPP Lempasing, Lampung dilakukan dengan menggunakan analisis surplus produksi (Sparre and Venema 1999) secara umum, analisis tersebut mencakup : 1. Fishing power index (FPI) adalah perbandingan kemampuan tangkap antar unit

alat tangkap yang selanjutnya dinyatakan dalam indek dan digunakan untuk standarisasi alat tangkap (Gulland 1983), alat tangkap yang digunakan sebagai standar adalah alat tangkap yang memiliki produktivitas tertinggi dan memiliki nilai FPI sama dengan satu. Dalam penelitian alat tangkap yang digunakan adalah mini purse seine dengan ukuran kapal dibawah 5 GT, mini purse seine dengan ukuran kapal antara 6- 10 GT, dan mini purse seine dengan ukuran kapal antara 11- 15 GT.

SE = Upaya penangkapan (effort) hasil standarisasi tahun ke-i

(24)

FEi = Upaya penangkapan yang akan distandarisasi tahun ke-i FPIs = Daya tangkap unit penangkapan standar pada tahun ke-i

CPUEs = Seluruh jenis ikan hasil tangkapan per satuan upaya unit standar tahun ke-i

2. Tingkat upaya pemanfaatan dilakukan berdasarkan Model Produksi Surplus. Catch Per Unit Effort (CPUE) adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan hasil jumlah produksi perikanan laut yang dirata-ratakan dalam tahunan (Gulland 1983). Analisis Catch Per Unit Effort (CPUE) digunakan untuk mengetahui kelimpahan dan tingkat pemanfaatan yang didasari atas pembagian antara total hasil tangkapan (Catch) dengan upaya penangkapan (Effort) dengan persamaan menurut Sparre and Venema (1999) sebagai berikut:

CPUE = ……….…..… (4)

3. Nilai CPUE dari total hasil tangkapan (C) dapat digunakan untuk pendugaan stok MSY (Maximum Sustainable Yield) secara sederhana dengan menggunakan analisis regresi antara CPUE dengan jumlah upaya yang nantinya akan membentuk persamaan :

y = a – bx, dimana :

... (5)

Setelah a dan b di peroleh, selanjutnya dimasukkan dalam rumus Schaefer, sehingga diperoleh potensi lestari sumberdaya ikan/Maximum Sustainable Yield (MSY) dan f MSY sebagai berikut :

Model Schaefer (Sparre and Venema 1999) yang digunakan pada penelitian ini adalah produksi maksimum lestari (MSY) diperoleh dengan mensubsitusi nilai upaya optimum. Model Schaefer merupakan persamaan parabola yang mempunyai nilai maksimum dari Y (i), MSY, pada suatu tahap upaya :

……….………..……… (6)

(25)

………. (7) Keterangan :

MSY = Maximum Sustainable Yield (Hasil tangkapan maksimal lestari)

Paremeter intersep (a) dan slope (b) secara matematis diperoleh dari persamaan regresi linier sederhana, y = a - bx. Persamaan surplus production models hanya berlaku bila parameter b (slope) bernilai negatif dan a (intersep) bernilai positif, artinya penambahan upaya penangkapan akan menyebabkan penurunan CPUE.

Aspek Teknis Penangkapan Ikan

Tujuan penentuan teknologi alat tangkap pilihan adalah untuk mendapatkan jenis alat tangkap ikan yang mempunyai keragaan (performance) yang baik ditinjau dari aspek biologi, teknis, ekonomi, dan sosial sehingga merupakan alat yang cocok untuk dikembangkan. Haluan dan Nurani (1988) mengemukakan bahwa untuk menentukan unit usaha perikanan tangkap pilihan digunakan metode skoring, penilaian mencakup analisis terhadap aspek-aspek berikut ini :

1. Penilaian biologi, untuk mengevaluasi selektifitas unit penangkapan berdasarkan ukuran dan jenis ikan yang tertangkap.

2. Penilaian teknis, untuk mengevaluasi hasil tangkapan menurut jenis dan ukuran kapal yang meliputi produksi/tahun, produksi/trip dan produksi/tenaga kerja. 3. Penilaian ekonomi, untuk mengevaluasi keuntungan atau pendapatan/tahun dan

pendapatan per trip.

4. Penilaian sosial, untuk mengevaluasi sejauh mana tanggapan nelayan yang melakukan operasi penangkapan pada daerah penangkapan yang sama, ada tidaknya konflik sosial diantara nelayan dan penggunaan bahan peledak/racun dalam kegiatan penangkapan.

(26)

...……….. (8)

V1(X1) = Fungsi nilai dari alternatif pada kriteria ke-i

i = 1,2,3..., n (penilaian biologi, penilaian teknis, penilaian ekonomi, dan penilaian sosial)

V adalah fungsi nilai yang mencerminkan preferensi pengambil keputusan maka alternatif yang terbaik adalah alternatif yang memberikan nilai V (X) tertinggi merupakan alat tangkap ikan yang terpilih untuk dikembangkan di Perairan Teluk Lampung.

Analisis skoring digunakan untuk menentukan unit penangkapan ikan yang tepat berdasarkan teknis penangkapan ikan di Perairan Teluk Lampung. Data dapat dikumpulkan menggunakan metode survei atau studi literatur. Penelitian ini dilakukan penilaian biologi, penilaian teknis, penilaian ekonomi, dan penilaian sosial yang diukur dari :

1. Penilaian teknis :

a. Kesesuaian kapal dengan mesin, dinilai dari ukuran kapal dengan mesin yang dipakai.

b. Efektifitas alat tangkap, dinilai dari jumlah hasil tangkapan dibagi dengan ukuran panjang mini purse seine yang dipakai.

c. Kapasitas palka, dinilai dari hasil tangkapan yang didapat dalam satu trip penangkapan dibagi dengan ukuran palka yang digunakan kapal tersebut. d. Kelengkapan alat pendukung, dinilai dari ada atau tidaknya alat

pendukung seperti : GPS, alat bantu penangkapan ikan (cahaya, rumpon, fish finder), dan mesin penarik jaring (gardan), dengan nilai skor :

1 = Tidak lengkap 3 = Lengkap

2 = Kurang lengkap 4 = Sangat lengkap 2. Penilaian biologi :

a. Selektifitas alat tangkap (mini purse seine) dilihat dari jumlah jenis ikan dominan tertangkap, dengan nilai skor (modifikasi dari Pitcher and Preikshot 2001, Tesfamichael and Pitcher 2006, Ramadhani et al. 2015) : 1 = Tidak selektif, jika jumlah jenis ikan dominan tertangkap > 6 jenis. 2 = Kurang selektif, jika jumlah ikan dominan tertangkap 5-6 jenis. 3 = Selektif, jika jumlah ikan dominan tertangkap 3-4 jenis.

(27)

b. Bycatch rendah, dinilai dari hasil bycatch tertangkap (kg) dibagi dengan jumlah trip yang dilakukan.

c. Dampak pada hasil tangkapan, dilihat dari kerusakan pada ikan hasil tangkapan, dengan nilai skor (modifikasi dari Pitcher and Preikshot 2001, Tesfamichael and Pitcher 2006, Irnawati et al. 2011):

1 = Menyebabkan kerusakan pada semua hasil tangkapan. 2 = Menyebabkan kerusakan pada sebagian hasil tangkapan. 3 = Tidak adanya kerusakan pada hasil tangkapan.

4 = Aman bagi pemakaian alat tangkap mini purse seine. 3. Penilaian ekonomi :

a. Tingkat pendapatan dinilai dari pendapatan yang didapatkan oleh nelayan, dengan nilai skor (modifikasi dari Pitcher and Preikshot 2001, Tesfamichael and Pitcher 2006, Ramadhani et al. 2015) :

1 = Tidak ada pendapatan. 3 = Mendapat keuntungan.

2 = Tidak mendapatkan keuntungan. 4 = Sangat mendapat keuntungan. b. Tingkat investasi dinilai dari pentingnya investasi dalam usaha perikanan

mini purse seine, dengan nilai skor (modifikasi dari Pitcher and Preikshot 2001, Tesfamichael and Pitcher 2006, Ramadhani et al. 2015) :

1 = Tidak adanya investasi. 3 = Pentingnya investasi.

2 = Sedikit pentingnya investasi. 4 = Sangat pentingnya investasi. c. Kemandirian dalam perawatan dinilai dari ada atau tidaknya perawatan

untuk kapal, jaring mini purse seine, mesin, dan alat bantu penangkapan. Nilai skor yang digunakan (modifikasi dari Pitcher and Preikshot 2001, Tesfamichael and Pitcher 2006, Ramadhani et al. 2015) :

1 = Tidak ada perawatan. 3 = Perawatan.

2 = Sedikit perawatan. 4 = Sangat perawatan. 4. Penilaian sosial :

Dinilai dari konflik yang ada pada nelayan, masyarakat, dan pemerintah dengan nilai skor :

1 = Konflik yang ada sangat tinggi. 3 = Konflik yang ada sangat rendah. 2 = Adanya konflik. 4 = Tidak adanya konflik.

Aspek Kelayakan Usaha

Kelayakan usaha dilakukan untuk mengkaji keuntungan (profitability) atau kerugian dari suatu usaha. Ada dua macam analisis yang digunakan yaitu analisis usaha (pendapatan usaha, payback period, dan analisis berimbang antara penerimaan dan biaya) (Djamin 1984), dan analisis kriteria investasi (net present value, internal rate of return, dan benefit cost – rasio) (Kadariah et al. 1999).

1. Analisis pendapatan usaha (π)

Analisis ini bertujuan untuk mengukur keberhasilan dan mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha (Djamin 1984).

(28)

Keterangan :

π = Keuntungan

TR = Total penerimaan TC = Total biaya Kriteria :

 Jika TR > TC, maka usaha mendapatkan keuntungan (π > 0).

 Jika TR = TC, maka usaha berada dalam titik impas (π = 0).  Jika TR < TC, maka usaha mengalami kerugian (π < 0).

2. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah manfaat bersih yang diperoleh selama umur ekonomis proyek. NPV merupakan selisih antara nilai sekarang dari manfaat dengan nilai sekarang dari pengeluaran tingkat bunga tertentu, yang dinyatakan dengan rumus (Gittinger 1986) :

………. (11) Keterangan :

Bt = Pendapatan kotor unit usaha pada tahun t Ct = Biaya kotor unit usaha pada tahun t n = Umur ekonomis

i = Tingkat bunga t = 1,2,3….n Kriteria :

NPV > 0, berarti usaha layak/menguntungkan

NPV = 0, berarti usaha mengembalikan sebesar biaya yang dikeluarkan NPV < 0, berarti usaha tidak layak atau rugi

3. IRR (Internal Rate of Return)

Menurut Dahlan (2011), IRR adalah merupakan tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari produk sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal. Nilai IRR dapat dihitung dengan menggunakan rumus

(29)

Usaha dikatakan layak jika, IRR > suku bunga (interest rate), sedangkan usaha dikatakan tidak layak jika IRR < suku bunga (interest rate). IRR sama dengan suku bunga yang berlaku maka NPV usaha perikanan mini purse seine tersebut sama dengan nol. IRR < dari suku bunga yang berlaku maka nilai NPV lebih kecil dari 0, berarti usaha perikanan mini purse seine tersebut tidak layak dilaksanakan dan ini menjadi pertimbangan negatif.

Usaha perikanan mini purse seine yang dilakukan oleh nelayan di Perairan Teluk Lampung dapat dikatakan layak untuk dapat dikembangkan lanjut, jika usaha perikanan mini purse seine tersebut mempunyai NPV > 0 dan IRR lebih besar dari suku bunga (interest rate) yang berlaku. Interest rate (i) bank yang digunakan dalam analisis ini mengacu kepada Bank Indonesia (2015) yaitu 12%.

4. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Benefit-Cost Ratio (B/C ratio) merupakan perbandingan dimana present value sebagai pembilang terdiri atas total dari manfaat bersih investasi usaha perikanan mini purse seine yang bersifat positif, sedangkan sebagai penyebut terdiri atas present value total yang bernilai negatif atau pada keadaan biaya kotor lebih besar daripada manfaat kotor usaha perikanan mini purse seine tersebut. Perhitungan Benefit-Cost Ratio (B/C ratio) menggunakan rumus (Gittinger 1986), sebagai

Bt = Benefit pada periode tertentu Ct = Cost pada periode tertentu

(30)

5. Analisis payback period (PP)

Payback period merupakan investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi oleh keuntungan bersih dari proyek (Djamin 1984). Payback period dimaksudkan untuk mengetahui perkiraan jangka waktu pengembalian modal atau investasi suatu usaha, dalam hal ini usaha perikanan mini purse seine di lokasi penelitian. Payback period dihitung menggunakan rumus (Kasmir dan Jakfar 2003), sebagai berikut :

……….………. (14)

Keterangan :

I = Investasi B = Benefit

PP = Payback Period

Asumsi :

1. Umur usaha atau bisnis perikanan mini purse seine selama 8 tahun. 2. Lama operasi penangkapan dalam 1 tahun dilakukan selama 10 bulan.

3. Jumlah trip yang dilakukan nelayan mini purse seine selama 1 bulan adalah 20 hari.

4. Suku bunga (interest rate) yang dipakai menurut Bank Indonesia adalah 12 %. 5. Biaya retribusi yang dikenakan setiap 1 kali trip adalah 2.5%.

(31)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum PPP Lempasing

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing dibangun dengan lahan seluas 4,5 Ha dan luas kolam pelabuhan 2,75 Ha. PPP Lempasing berada pada posisi koordinat 105015’12.5”BT dan 05029’15”LS, yang secara administrasi masuk wilayah Desa Lempasing, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. PPP Lempasing mempunyai peranan yang sangat strategis dalam usaha pengembangan usaha perikanan tangkap yaitu sebagai pusat atau sentra kegiatan terutama yang berada di Perairan Teluk Lampung, Provinsi Lampung. PPP Lempasing berada dalam koordinasi Wilayah Barat Dinas Kelautan Perikanan, Provinsi Lampung.

Hasil perikanan dari PPP Lempasing berupa produk ikan segar, seperti : ikan tongkol (Auxis thazard), ikan kembung (Rastrelliger spp), ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus), ikan cucut malam (Carcharias macloti), ikan parang-parang (Chirocentrus dorab), ikan japuh (Dussumeiria acuta), ikan layang (Decaptrus ruselli), ikan layur (Trichiuras savala), ikan manyung (Aurius thallassinus), ikan selar hijau (Selaroides leptolepis), ikan talang-talang (Chorinemus tala), ikan tembang (Sardinella fimbriata), ikan teri (Stolepharus commersonii), ikan alu-alu (Sphyraena genie), ikan tenggiri (Scomberromo commersoni), ikan kwee (Carangoides chrysophrys), ikan selar tetengkek (Selar megalaspis), cumi-cumi (Loligo Pealei), dan ikan lainnya (PPP Lempasing 2014).

Fasilitas yang terdapat di PPP Lempasing terdiri dari fasilitas pokok dan fasilitas penunjang. Fasilitas pokok, yaitu : dermaga, kolam pelabuhan, jalan komplek, drainase, lahan, dan turap (revetment). Fasilitas penunjang, yaitu : mess operator, tempat peribadatan, fasilitas mandi cuci kakus (MCM), pertokoan, pos jaga. Fungsi PPP lempasing sendiri adalah sebagai tempat pemasaran dan distribusi ikan, pelayanan tambat dan labuh perikanan, pelayanan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan, pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan, tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan, pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan, tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan, pelaksanaan kesyahbandaran, tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan, dan publikasi hasil pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas perikanan.

Produksi Perikanan di PPP Lempasing

(32)

Lempasing. Tabel 1 menyajikan data perkembangan hasil tangkapan mini purse seine yang berada di PPP lempasing dari tahun 2010 – 2014 (skala tahunan).

Tabel 1 Hasil tangkapan dan nilai produksi ikan menggunakan mini purse seine

Tahun

2010 27,928 282.863.000 152,190 1.530.996.000 77,261 809.296.000

2011 21,981 212.443.000 68,563 725.231.000 37,952 406.711.000

2012 15,699 162.440.000 70,651 727.417.000 41,951 493.582.000

2013 14,501 159.051.000 96,451 1.156.885.000 41,838 512.160.000

2014 11,553 144.735.000 67,293 906.491.000 26,095 330.809.000

Rata-rata 18,332 192.306.400 91,030 1.009.404.000 45,019 510.511.600

Sumber : Statistik PPP Lempasing (2010-2014)

Tabel 1 menunjukkan bahwa adanya peningkatan dan penurunan hasil produksi ikan setiap tahunnya, terkait dengan adanya hasil ini, maka masih ada peluang untuk melakukan pengembangan perikanan mini purse seine agar hasil produksi dapat ditingkatkan sehingga dapat menunjang kehidupan nelayan yang berada di sekitar PPP Lempasing. Produksi perikanan mini purse seine akan meningkat, jika dari nelayan dan pemerintah yang berada disekitar PPP Lempasing melakukan kerjasama yang baik untuk kesejahteraan masyarakat sekitar PPP Lempasing.

(33)

Gambar 2 Data hasil tangkapan mini purse seine tahun 2014

Operasi penangkapan ikan menggunakan mini purse seine yang dilakukan pada bulan November 2015 dengan mengikuti 3 kapal mini purse seine, yaitu kapal Sri Dunung, kapal Sumber Rejeki, dan kapal Putra Agung. Kapal mini purse seine ini melakukan penangkapan ikan dari pukul 16.00 – 07.00 WIB (one day trip). Hasil tangkapan ikan yang didapat, yaitu :

1. Kapal Sri Dunung menghasilkan tangkapan sebesar 2125 kg = 2,125 ton, hasil tangkapan berupa cumi-cumi sebanyak 65 kg dan 2060 kg untuk beberapa jenis ikan.

2. Kapal Sumber Rejeki menghasilkan tangkapan sebesar 500 kg = 0,5 ton, hasil tangkapan berupa beberapa jenis ikan, yang paling dominan ditangkap adalah ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus), ikan kembung (Rastrelliger sp.), dan ikan kembung sate (Rastrelliger brachysoma).

3. Kapal Putra Agung menghasilkan tangkapan sebesar 805 kg = 0,805 ton, yang terdiri dari cumi-cumi 50 kg dan 755 kg beberapa jenis ikan.

Ikan dominan yang tertangkap pada saat operasi penangkapan adalah ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus), ikan kembung (Rastrelliger sp.), dan ikan barakuda (Sphyraena barracuda), data hasil tangkapan ikan dapat dilihat pada Lampiran 10. Pengukuran ikan untuk melihat morfometrik dengan mengukur TL (Total Length) dan bobot ikan didapat hasil ukuran panjang ikan secara keseluruhan untuk jenis ikan adalah berkisar dari 1100 mm = 11 cm sampai dengan 3200 mm = 32 cm dan berat ikan yang di dapat adalah sebesar 25 gr = 0,025 kg sampai dengan 300 gr = 0,3 kg, hal ini dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.

(34)

Gambar 3 Hasil tangkapan ikan berdasarkan panjang ikan

Hasil tangkapan ikan dominan, seperti ikan kembung (Rastrelliger sp.) dan ikan barakuda (Sphyraena barracuda) tersebut masih tidak layak untuk ditangkap, hal ini dapat dilihat pada Gambar 3. Hasil yang didapat dari fish base, untuk ikan kembung (Rastrelliger sp.) harus memiliki Lm = 19.9 dengan ukuran sekitar 20 - 24.5 cm, sedangkan ikan kembung (Rastrelliger sp.) yang tertangkap memiliki ukuran 16,5 cm dan ikan barakuda (Sphyraena barracuda) memiliki Lm = 66.0 dengan ukuran 58 cm, sedangkan ikan barakuda (Sphyraena barracuda) yang tertangkap memiliki ukuran 23 cm.

Gambar 4 Hasil tangkapan ikan berdasarkan bobot ikan

Ikan yang tertangkap mini purse seine di PPP Lempasing berukuran kecil, hal ini disebabkan nelayan menangkap ikan-ikan yang bergerombol tanpa mengetahui ukuran yang tepat atau layak untuk ditangkap. Ayodhyoa (1981) menyatakan bahwa

(35)

tujuan penangkapan ikan menggunakan mini purse seine adalah ikan pelagis yang bergerombol. Ikan tersebut harus membentuk suatu gerombolan, berada dekat dengan permukaan air dan sangat diharapkan memiliki densitas shoal yang tinggi atau jarak antar ikan yang satu dengan ikan yang lain harus sedekat mungkin. Ikan pelagis dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil. Ikan pelagis kecil adalah ikan yang hidup di permukaan laut atau di dekat permukaan laut, antara lain layang (Decapterus russeli), kembung (Rastrelliger sp.), tembang (Sardinella fimbriata) dan ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus). Ikan pelagis besar antara lain tuna (Thunnus sp.), layaran (Isthioporus oriental), dan setuhuk (Makaira sp.).

Daerah Penangkapan Kapal Mini purse seine

Kapal mini purse seine yang ada di PPP lempasing berukuran < 20 GT, dan melakukan operasi penangkapan di daerah sekitar PPP Lempasing dan Perairan Teluk Lampung. Jarak operasi penangkapan ikan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jarak operasi penangkapan

Jenis Kapal Jarak Operasi Penangkapan (km)

Jarak Operasi Penangkapan (mil)

Mini Purse Seine < 5 GT 1,85 1

Mini Purse Seine 6-10 GT 1,85-5,56 1-3

Mini Purse Seine 11-15 GT >5,56 >3

Sumber : Data primer diolah (2015)

(36)

Gambar 5 Daerah penangkapan ikan untuk mini purse seine

Warsito (1981) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang penting dalam metode penangkapan dengan mini purse seine yaitu pengamatan ikan (searching of fishing), pengumpulan ikan (luring fish), pengoperasian jaring (operation of net), penarikan jaring, dan pengangkatan hasil tangkapan. Setelah nelayan selesai mempersiapkan alat tangkap dan bahan yang akan dibawa melaut, kapal mulai meninggalkan fishing base menuju daerah penangkapan. Daerah operasi penangkapan ikan berjarak tidak terlalu jauh dan kebanyakan nelayan di PPP Lempasing tidak menggunakan GPS untuk menentukan daerah operasi penangkapan ikan, hal ini dikarenakan daerah penangkapan tidak terlalu jauh dari PPP Lempasing dan masih terlihat jarak pandang untuk kembali ke PPP Lempasing.

Mini purse seine di PPP Lempasing

(37)

dipakai oleh nelayan PPP lempasing berukuran dari 150-400 m, hal ini dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Mini purse seine yang digunakan nelayan PPP Lempasing; (non skala) Kapal mini purse seine di PPP Lempasing melakukan operasi penangkapan dari jam 2 siang sampai dengan esok hari jam 7 pagi (one day trip). Hasil tangkapan ikan dari mini purse seine di PPP Lempasing berupa ikan-ikan pelagis kecil dengan menggunakan panjang jaring dibawah 400 m2, hal sesuai dengan pendapat Tanjaya 2011 yaitu mini purse seine atau pukat cincin memiliki bentuk dasar berupa sebuah empat persegi panjang, tanpa kantong dan digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic fish). Adanya perkembangan berita atau wacana tentang pemakaian purse seine yang memiliki batasan dengan panjang 450 m2 untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan, tidak berpengaruh terhadap nelayan PPP Lempasing karena panjang jaring yang dipakai dibawah 400 m2.

Alat Bantu Cahaya

(38)

Gambar 7 Alat bantu cahaya dalam pengoperasian mini purse seine; (non skala) Semakin meningkatnya persaingan jumlah dan jenis alat tangkap nelayan yang beroperasi pada siang hari, maka nelayan pukat cincin melakukan diversifikasi alat tangkap melalui penambahan alat bantu cahaya pada alat tangkap pukat cincin dan beroperasi pada malam hari. Pengoperasian unit penangkapan pukat cincin dan bagan apung dengan alat bantu cahaya (light fishing) dapat membentuk daerah penangkapan ikan yang optimal (Bubun et al. 2015). Interaksi fisik antara spesies dengan cahaya lampu pada unit penangkapan light fishing memberikan pengaruh secara tidak langsung terhadap interaksi biologi antara spesies dengan spesies lainnya (Simbolon et al. 2010). Interaksi fisik antara spesies dengan cahaya lampu pada unit penangkapan light fishing memberikan pengaruh secara tidak langsung terhadap interaksi biologi antara spesies dengan spesies lainnya dalam proses pemangsaan.

(39)

Sebelum jaring diturunkan lampu pertama akan diturunkan dan didiamkan selama 2-3 jam untuk menarik ikan ke dalam daerah jaring mini purse seine, setelah itu mini purse seine diturunkan dan dinaikkan kembali untuk mengambil hasil tangkapan ikan yang didapat. Menurut BPPI Semarang (1985) penempatan lampu bisa di permukaan air dan di dalam air. Lampu dipasang di perairan 2-3 jam sebelum operasi penangkapan dilakukan. Sulaiman et al. (2006) menjelaskan bahwa kelompok ikan ada yang langsung menuju cahaya dan ada yang tidak, kelompok ikan datang dari berbagai kedalaman sesuai kedalaman renang masing-masing spesies. Secara umum, respon ikan terhadap sumber cahaya dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu bersifat phototaxis positif (ikan yang mendekati datangnya arah sumber cahaya) dan bersifat phototaxis negatif (ikan yang menjauhi datangnya arah sumbercahaya) (Subani 1972). Ikan-ikan yang bersifat phototaxis positif secara berkelompok akan bereaksi terhadap datangnya cahaya dengan mendatangi arah datangnya cahaya dan berkumpul di sekitar cahaya pada jarak dan rentang waktu yang tertentu. Selain menghindar dari serangan predator (pemangsa), beberapa teori menyebutkan bahwa berkumpulnya ikan disekitar lampu adalah untuk kegiatan mencari makan (Subani 1972).

Armada Penangkapan dan Teknis Penangkapan

Mini purse seine merupakan alat tangkap yang lebih efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil di sekitar permukaan air. Mini purse seine dibuat dengan dinding jaring yang panjang, dengan panjang jaring bagian bawah sama atau lebih panjang dari bagian atas. Bentuk konstruksi jaring seperti ini, tidak ada kantong yang berbentuk permanen pada jaring mini purse seine. Karakteristik jaring mini purse seine terletak pada cincin yang terdapat pada bagian bawah jaring (Brandt 1984). Hingga saat ini armada kapal mini purse seine yang ada di PPP Lempasing adalah yang berukuran di bawah 15 GT. Ukuran kapal tersebut cukup untuk memuat mini purse seine yang memiliki panjang masing-masing hingga 400 m2. Kapal-kapal mini purse seine tersebut tergolong kecil jika dibandingkan dengan kapal-kapal mini purse seine yang berpangkalan di Pekalongan, yaitu kapal yang memuat hingga 34 orang nelayan dan beroperasi cukup lama, yaitu hingga 30 - 40 hari, di lokasi yang cukup jauh dari pangkalannya (Hufiadi dan Wiyono 2009). Kapal – kapal mini purse seine Pekalongan memiliki panjang minimal 30,25 meter, lebar minimal 5 meter dan dalam 2,5 meter. Kapal-kapal tersebut memiliki kapasitas volume sekitar > 30 GT dengan menggunakan kekuatan lampu berkisar 15.000- 40.000 watt (Atmaja et al. 2003). Dibandingkan dengan kapal mini purse seine di Jawa tersebut, maka kapal yang menjadi objek penelitian tergolong lebih kecil baik dari segi ukuran maupun alat bantu yang digunakan.

(40)

yang langsung membawa sebagian hasil tangkapan yang didaratkan terlebih dulu ke PPP Lempasing.

Metzner (2005) menjelaskan bahwa berubahnya kapasitas penangkapan ikan disebabkan oleh perubahan aspirasi dan metode operasi penangkapan ikan, bukan dari aspek biologi ikan. Kapal mini purse seine dalam mencapai kapasitas operasi penangkapan yang efisien, perlu dilakukan penambahan variable input (BBM dan tenaga kerja) serta pengurangan perbekalan. Masalah yang dihadapi untuk pengembangan produktivitas perikanan mini purse seine di PPP Lempasing adalah adanya daerah penangkapan ikan pelagis kecil pada musim kurang ikan (paceklik) maka nelayan di PPP Lempasing akan melakukan operasi penangkapan yang lebih jauh dari lokasi penangkapan sebelumnya dan operasi penangkapan tidak dilakukan hanya one day trip tapi bisa 2 sampai 3 hari.

Pemanfaatan Sumberdaya Ikan

Periode tahun 2010 – 2014, produksi ikan dari kapal mini purse seine < 5 GT, kapal mini purse seine 6-10 GT, dan kapal mini purse seine 11-15 GT cenderung fluktuatif dan penurunan produksi perikanan yang terus menurun terjadi pada kapal mini purse seine <5 GT, hal ini dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9. Ketersediaan ikan dalam perairan sangat menentukan besar kecilnya hasil tangkapan yang diperoleh yang tentunya akan berpengaruh terhadap permintaan pasar dan pendapatan yang akan diperoleh (Masyahoro 2003). Besarnya potensi sumberdaya ikan dalam suatu perairan merupakan jaminan keberlanjutan usaha pengembangan perikanan mini purse seine dengan tetap konsisten mempertahankan kelestarian sumberdaya ikan (Nelwan 2001).

Gambar 8 Perkembangan produksi dari kapal mini purse seine

(41)

GT yang tertinggi pada tahun 2010 sebesar 77,261 ton dan yang terendah pada tahun 2014 sebesar 26,095 ton hasil ini dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Produksi perikanan mini purse seine di PPP Lempasing

Upaya Pemanfaatan

Alat-alat tangkap yang digunakan di oleh nelayan PPP Lempasing adalah payang, dogol, rampus, pancing, mini purse seine (PPP lempasing 2014). Alat tangkap mini purse seine dan payang memiliki hasil tangkapan yang sama yaitu ikan pelagis, maka perlu dilihat standarisasi dari kedua alat tangkap ini, hal ini bisa dilihat pada Tabel 3. Ikan yang tertangkap dari mini purse seine adalah ikan tongkol, layang, kembung, selar, lemuru, ekor merah, dan jenis ikan pelagis kecil lainnya (Wahyono 2003 dan Clenia 2009). Pemanfaatan sumberdaya ikan menggunakan mini purse seine secara umum masih digunakan oleh nelayan-nelayan yang ada di PPP Lempasing, biasanya kapal yang digunakan adalah ukuran < 15 GT.

Tabel 3 Standarisasi alat tangkap mini purse seine dan payang

Tahun Purse Seine (PS) Payang (P) FPI

C (ton) E (trip) CPUE C (ton) E (Trip) CPUE PS P

2010 317,131 4416 0,072 201,930 2504 0,081 1 1,123

2011 165,589 2686 0,062 142,514 2151 0,066 1 1,075

2012 161,490 1715 0,094 122,187 1354 0,090 1 0,958

2013 189,438 1424 0,133 179,489 1317 0,136 1 1,024

2014 122,468 886 0,138 102,826 793 0,130 1 0,938

Rata-rata 191,223 2225,4 0,100 149,789 1623,8 0,101 1 1,024

Sumber : Data Diolah 2016

(42)

CPUE yang lebih besar dibandingkan dengan kapal mini purse seine 11-15 GT dan kapal mini purse seine <5 GT. Nilai CPUE kapal mini purse seine 6-10 GT tertinggi pada tahun 2014 sebesar 0,147 ton/trip dan terendah pada tahun 2011 sebesar 0,056 ton/trip, dengan rata-rata 0,095 ton/trip/ tahun. Kapal mini purse seine 11-15 GT memiliki nilai CPUE tertinggi pada tahun 2013 sebesar 0,135 ton/trip, dan nilai CPUE terendah pada tahun 2012 sebesar 0,050 ton/trip, dengan rata-rata 0,089 ton/trip/tahun. Kapal mini purse seine <5 GT memiliki nilai CPUE tertinggi pada tahun 2014 sebesar 0,124 ton/trip/tahun dan CPUE terendah pada tahun 2010 dan 2011 sebesar 0,055 ton/trip/tahun, nilai-nilai ini terdapat pada Tabel 4.

Perhitungan CPUE dihitung dengan menggunakan standarisasi hasil tangkapan terhadap setiap alat tangkap yang digunakan yaitu dengan membandingkan hasil tangkapan ikan per unit dari upaya masing-masing alat tangkap. CPUE untuk kapal mini purse seine 6-10 GT lebih besar dibandingkan dengan kapal mini purse seine 11-15 GT dan kapal mini purse seine <5 GT, maka kapal mini purse seine 6-10 GT dapat dijadikan standar untuk alat tangkap kapal mini purse seine 11-15 GT dan kapal mini purse seine < 5 GT dengan nilai Fishing Power Indeks (FPI).

Tabel 4 Standarisasi alat tangkap mini purse seine Tahun

(43)

Upaya Lestari

Rata-rata produksi hasil tangkapan aktual mini purse seine pada tahun 2010 sampai 2014 sebesar 154,381 ton, dengan rata-rata jumlah upaya penangkapan setelah standarisasi sebanyak 1883,784 trip dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Nilai Produksi, Upaya, dan CPUE standar

Tahun C total E std CPUE std

2010 257,379 3593,734 0,072

2011 128,496 2277,068 0,056

2012 128,301 1525,426 0,084

2013 152,790 1306,899 0,117

2014 104,941 715,794 0,147

Total 771,907 9418,921 0,476

Rata-rata 154,381 1883,784 0,095 Sumber : Data Diolah (2016)

Hasil perhitungan dengan model schaefer diperoleh nilai upaya maksimum lestari untuk kapal mini purse seine di PPP Lempasing dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Nilai upaya maksimum lestari kapal mini purse seine

Ukuran Kapal E MSY (Trip per Tahun) C MSY (Ton per Tahun)

Mini Purse Seine <5 GT 407 23,81

Mini Purse Seine 6-10 GT 1736 120,52

Mini Purse Seine 11-15 GT 835 57,50

Sumber : Data Diolah (2016)

(44)
(45)

hasil tangkapan maksimum lestari (MSY) ikan tembang (Sardinella spp) adalah 5.930, 582 ton/tahun dengan effort 22.466 trip/tahun yang artinya tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan masih dalam kondisi lestari yaitu masih dibawah kondisi overfishing (Lubis et al. 2013).

Kondisi di Perairan Selat Malaka dan PPP Lempasing berbeda dengan kondisi di Laut Jawa, untuk perikanan layang di Laut Jawa tingkat upaya penangkapan ikan layang (Decapterus spp.) telah melebihi upaya tangkapan optimal dengan MSY 24.447 ton/tahun dengan upaya tangkapan optimum 5.784 trip/tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa sumberdaya ikan layang (Decapterus spp.) di Laut Jawa telah mengalami lebih tangkap, sehingga diperlukan adanya strategi pengelolaan dengan mengurangi upaya penangkapan (trip) standar alat tangkap pukat cincin sehingga mencapai upaya optimum dan pengaturan hasil tangkapan yang tidak melebihi jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) (Triharyuni et a.l 2016).

Sparre and Venema (1999) menyatakan bahwa pendekatan dengan menggunakan model surplus produksi memiliki kelemahan: 1) tidak menyertakan faktor lingkungan; 2) tidak menggambarkan pengaruh dinamika populasi; 3) asumsi stok ikan stabil; 4) diterapkan terhadap runtun waktu dari hasil tangkapan per unit upaya (CPUE) dalam beberapa tahun. Kelemahan dari metode konvensional model surplus produksi adalah data berasal dari Statistik Perikanan maupun survei lapangan dengan wawancara langsung belum memberikan data yang lebih akurat, dimana data tersebut masih banyak terdapat kekurangan dalam pencatatannya, dimana informasi konvensional tidak memberikan data dalam bentuk informasi tentang faktor – faktor yang mempengaruhi keberadaan ikan di suatu daerah penangkapan seperti faktor oseanografi, maupun faktor pendukung lain.

Teknis Penangkapan Ikan

Dalam proses pengembangan usaha perikanan mini purse seine faktor-faktor penentu yang dipertimbangkan agar usaha perikanan tersebut dapat berhasil dengan baik terdiri atas, potensi sumberdaya ikan, teknologi, sarana dan prasarana, sumberdaya manusia, potensi pasar, kemampuan investasi, serta mutu dan harga produk (Masyahoro 2014). Alat tangkap mini purse seine merupakan salah satu alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Lampung. Mini purse seine banyak dipakai oleh nelayan di PPP Lempasing, maka perlu diperhatikan dan dilihat apakah alat tangkap mini purse seine dapat dikembangkan dengan baik di PPP Lempasing, sehingga dapat tercapai untuk kesejahteraan masyarakat sekitar.

Penilaian Teknis

(46)

Tabel 7 Penilaian teknis

X1 = Kesesuaian kapal dengan mesin. X2 = Efektifitas alat tangkap.

X3 = Kapasitas palka.

X4 = Kelengkapan alat pendukung.

Hasil Standarisasi dari penilaian teknis disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Standarisasi penilaian teknis

Kapal mini purse seine 11-15 GT merupakan alat tangkap yang paling unggul dari aspek teknis dalam mendukung pengembangan perikanan mini purse seine di PPP Lempasing. Pada kriteria kesesuaian kapal, kapasitas palka, dan kelengkapan alat pendukung mini purse seine 11-15 GT menghasilkan nilai yang tinggi dibandingkan dengan alat tangkap mini purse seine lainnya, yang memiliki nilai VA adalah 3,8910. Jumlah armada mini purse seine yang beroperasi di PPP Lempasing pada tahun 2014 adalah 19 unit kapal penangkapan, 3 untuk kapal mini purse seine berukuran < 5 GT, 6 untuk kapal mini purse seine berukuran 11-20 GT dan 10 untuk kapal mini purse seine ukuran 6-10 GT (Statistik PPP Lempasing 2014).

(47)

Penilaian Biologi

Penilaian Biologi ini dipakai untuk memilih alat tangkap mini purse seine yang sesuai digunakan di PPP Lempasing dengan adanya pertimbangan- pertimbangan yang berpengaruh, seperti selektivitas alat tangkap mini purse seine, by-catch yang didapatkan, dan dampak pada hasil tangkapan. Analisis biologi ini berkaitan dengan alat tangkap mini purse seine dan pengoperasian daerah penangkapan yang sesuai, serta tidak merusak sehingga lingkungan dan perairan di sekitar PPP Lempasing dapat lestari, hal ini terlampir pada Tabel 9.

Tabel 9 Penilaian biologi

Hasil Standarisasi dari penilaian biologi disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Standarisasi penilaian biologi

V1, V2, dan V3adalah berturut-turut fungsi nilai dari X1, X2, dan X3.

Penilaian biologi kapal mini purse seine 11-15 GT adalah yang paling unggul untuk mendukung pengembangan perikanan mini purse seine di PPP Lempasing. Selektivitas alat tangkap kapal mini purse seine 11-15 GT menghasilkan nilai yang tinggi sebesar 1, sehingga nilai VA dari mini purse seine 11-15 GT adalah 2,6244.

Ada beberapa alat tangkap di PPP lempasing, yaitu gardan (cantrang), bagan, mini purse seine, pancing, arad, payang, dan rampus (PPP Lempasing 2014). Mini purse seine adalah salah satu alat tangkap yang banyak dioperasikan di PPP lempasing. Alat tangkap mini purse seine sudah umum dan lama dikenal oleh nelayan Lampung. Hasil tangkapan kapal mini purse seine 11-15 GT adalah Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis), Ikan Kitter (Sphyrena sp.), Ikan Kembung (Rastrelliger sp.), Ikan Selar (Selaroides leptolepis), Cumi (Loligo Pealei), Ikan Tanjan (Sardinella fimbriata) (Data Primer 2015).

Gambar

Gambar 1 Kerangka Penelitian
Tabel 1 Hasil tangkapan dan nilai produksi ikan menggunakan mini purse seine
Gambar 2 Data hasil tangkapan mini purse seine tahun 2014
Gambar 3 Hasil tangkapan ikan berdasarkan panjang ikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengawet makanan yang ketiga yang dikombinasikan dengan ekstrak biji dan kulit mangga adalah sodium metabisulfit. Daya hambat formulasi campuran antara ekstrak kulit/biji

3 Usaha Jasa Transportasi farasifa Tour dan Travel Sudah Ada (Dalam Pengurusan) 10 Orang. 4 Usaha Jasa Transportasi Halim Perdana Taksi Sudah Ada (Dalam Pengurusan)

“Bapak Tua sebenarnya tidak masalahnya kalau Maktuamu ini bermain judi karena Bapak Tua tahu bagaimana perasaannya dan yang dipikirannya, pasti Maktuamu stres karena mikirin

 Normal : Menampilkan secara lengkap outline presentasi, isi slide dan catatan pada slide tersebut Slide Sorter : Menampilkan secara keseluruhan dari slide yang Anda buat dalam

Keragaman konsumsi pangan dan aktivitas fisik responden, antara pre- dan post- intervensi penyuluhan gizi baik pada kelompok kista maupun kelompok nonkista tidak ada perbedaan

Hal ini diperkuat oleh pendapat Bray (2015) yang menjelaskan bahwa kejadian trauma akibat bencana alam, pelecehan seksual, pola asuh yang salah, interaksi sosial yang tidak

Saya  tidak  akan  banyak  membahas  terlalu  dalam  mengenai  bagaimana  suatu  kondisi  ekonomi  dapat  dikatakan  baik  atau  buruk,  karena  ada  banyak 

metode penyajian fakta kepada pengguna sebagai berikut: (i) inovasi dalam ranah teori, metodologi dan penelitian dasar, (ii) laporan penelitian tunggal dan artikel, (iii) sintesis