• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Smk Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Smk Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun 2015"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG SADARI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI

DALAM UPAYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DI SMK NEGERI 3 TEBING TINGGI TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH :

NIM. 081000264 SRI ANDRIANI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

ABSTRAK

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan sesorang melalui teknik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau memengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan sehat. Kanker payudara adalah pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol lantaran perubahan abnormal dari gen yang bertanggung jawab atas pengaturan perubahan sel. Mendeteksi kanker payudara sangat mudah dan bisa dilakukan sendiri di rumah. Untuk mendeteksi adanya kanker payudara dapat dilakukan dengan cara SADARI (pemeriksaan payudara sendiri). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan tentang SADARI terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri dalam upaya deteksi dini kanker payudara.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan pra-eksperimenone group pretest posttest. Populasi seluruh siswa putri kelas XIISMK Negeri 3 Tebing Tinggi tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 176 orang, sampel diambil dengan cara simple random sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak 43 orang. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Wilcoxon dengan α=5%.

Dari analisis data diperoleh bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang SADARI terhadap pengetahuan p<0,001 < 0,05 dalam upaya deteksi dini kanker payudara, dan ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap sikap p= 0,003 < 0,05 dalam upaya deteksi dini kanker payudara.

Perlu diadakan pemberian informasi yang edukatif. Pihak sekolah disarankan bekerjasama dengan instansi kesehatan terkait yaitu Puskesmas Kelurahan Rambung, institusi pendidikan kesehatan di Tebing Tinggi maupun Dinas Kesehatan kota Tebing Tinggi untuk menyelenggarakan kegiatan penyuluhan kesehatan mengenai SADARI.

(4)

ABSTRACT

Health education is the addition of a person's knowledge and abilities through practice techniques learned or instructions with the aim of changing or influencing human behavior of individuals, groups and communities to be more self-sufficient in achieving a healthy goal. Breast cancer is the growth of breast cells that are not controlled due to abnormal changes of the genes responsible for the regulation of cell changes. Detecting breast cancer is very easy and can be done at home. For the detection of breast cancer can be done by BSE (breast self-examination). This study aims to determine the effect of health education on breast self-examination of the knowledge and attitudes of young women in the early detection of breast cancer.

This research is experimental research with pre-experimental design one group pretest posttest. The entire population of students of class XII SMK daughter Cliff High School 3 school year 2014/2015, amounting to 176 people, the samples were taken by simple random sampling in order to obtain a sample of 43 people. The statistical test used was Wilcoxon test with α = 5%.

From the analysis of the data showed that there is influence of health education on knowledge about BSE p <0.001 <0.05 in the early detection of breast cancer, and there is the effect of health education on attitudes p = 0.003 <0.05 in the early detection of breast cancer.

There should be provision of educational information. The school suggested in collaboration with relevant health agencies that Rambung village health center, health education institutions in Cliff High and High Cliff city Health Department to conduct health education activities regarding BSE.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sri Andriani

Tempat/TanggalLahir : Tebing Tinggi, 04 Desember 1984

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

Alamat Rumah : Jl. Abadi Kelurahan Deblot Sundoro

Kecamatan Padang Hilir

Tebing Tinggi, Sumatera Utara

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1991-1997 : SD Negeri No 164524 Tebing Tinggi

2. 1997-2000 : SMP Swasta RA Kartini Tebing Tinggi

3. 2000-2003 : SMA Negeri I Tebing Tinggi

4. 2003-2006 : Akademi Kebidanan Helvetia Medan

5. 2008-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan

RIWAYAT PEKERJAAN

1. Tahun 2006-2009 : Rumah Bersalin Mitra Medika Medan

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadilat ALLAH SWT yang

telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang

SADARI Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi

Dini Kanker Payudara Di SMK Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun 2015”

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima

kasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan dan bantuan yang diberikan

dalam penulisan skripsi, kepada :

1. Bapak Dr.Drs Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Heru Sentosa, M.S, Ph.D selaku Kepala Departemen

Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Asfriyati SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang telah

meluangkan waktu dan kebijaksanaan memberikan bimbingan, kritik dan

saran kepada penulis.

4. Ibu Maya Fitria SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang

memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada penulis dengan penuh

kesabaran.

5. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.S, selaku Pembimbing Akademik yang

selalu memberikan bimbingan dan motivasi penulis selama melaksanakan

perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

6. Seluruh Dosen dan Staff Administrasi di Dapartemen Kependudukan dan

Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara .

7. Ibu Kepala Sekolah SMK Negeri 3 Tebing Tinggi yang telah membantu

(7)

8. Teristimewa untuk suami dan putriku tercinta Rianda Marhayadi,SE dan

Ridzia Cahyuningtyas yang telah memberikan limpahan kasih sayang,

motivasi yang luar biasa, perhatian, doa yang tiada henti kepada penulis

serta penyemangat terbesar bagi penulis.

9. Ribuan terimakasih juga tak lupa penulis sampaikan kepada orangtua

tercinta Ibunda Hj.Suliana dan Bapak H.Soman juga buat Ibu Tety

Rosnani juga Bapak Raosin selaku Ibu dan Bapak Mertua penulis atas

semua doa restu, semangat, dukungan serta kasih sayang kepada penulis.

10.Adinda tersayang Siti Rahayu, SE dan kakanda tersayang dr.Rima Anita

beserta suami dan keponakan-keponakan penulis yang lucu-lucu dan baik

budi, terimakasih atas dukungan dan kasih sayang yang luar biasa kepada

penulis

11.Sahabat penulis yang sama-sama telah berjuang sejak Tahun 2008 Elika

Handayani Tumanggor AMKeb, ayo kita harus terus maju sahabat.

12.Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

mengingat terbatasnya kemampuan dan kurangnya pegalaman yang penulis

miliki. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun untuk skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi penelitian ini dapat

bermanfaat khususnya bagi seluruh mahasiswa FKM USU dan umumnya bagi

pembaca sekalian.Wassalam.

Medan , April 2015

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Penyuluhan Kesehatan... 7

2.1.1. Pengertian Penyuluhan Kesehatan ... 7

2.1.2. Sasaran Penyuluhan Kesehatan ... 8

2.2.1. Pengertian Pengetahuan... 14

2.2.2. Tingkat Pengetahuan ... 15

2.3. Sikap ... 17

2.3.1. Pengertian Sikap ... 17

2.3.2. Indikator Sikap Terhadap Kesehatan ... 18

2.4. Remaja Putri ... 19

2.4.1. Pengertian Remaja ... 19

2.4.2. Perkembangan Remaja ... 19

2.5. Anatomi dan Fisiolgi Payudara ... 23

2.5.1. Anatomi Payudara ... 23

2.5.2. Fisiologi Payudara ... 24

(9)

2.6.1. Pengertian Kanker Payudara ... 27

2.7.5. Hasil Pemeriksaan SADARI ... 39

2.8. Kerangka Konsep ... 40

2.9. Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1. Jenis Penelitian... 41

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 41

3.5. Pelaksanaan Penelitian ... 43

3.6. Definisi Operasional ... 43

3.7. Aspek Pengukuran ... 44

3.8. Teknik Pengolahan Data... 45

3.9. Teknik Analisis Data...46

3.10. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN ...48

4.1 Gambaran Umum SMK Negeri 3 Tebing Tinggi ... 48

4.2 Gambaran Karakteristik Responden ... 49

4.3 Gambaran Pelaksanaan Penelitian ... 49

4.4 Gambaran Pengetahuan Responden ... 50

4.5 Gambaran Sikap Responden ... 52

BAB V PEMBAHASAN ... 61

5.1 Tingkat Pengetahuan Remaja ... 61

(10)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...67

6.1 Kesimpulan ... 67

6.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ...69 DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lampiran 2 Materi Penyuluhan Lampiran 3 Liftlet Penyuluhan Lampiran 4 Master Data

Lampiran 5 Hasil Uji Statistik

Lampiran 6 Surat Balasan Survei Pendahuluan Dari SMK Negeri 3 Tebing Tinggi

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan

Agama di SMK Negeri 3 Tebing Tinggi ... 49

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pretest dan Posttest Responden Berdasarkan Item Pertanyaan Tentang SADARI Sebagai Upaya

Deteksi Dini Terhadap Kanker Payudara ... 51

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Pretest dan Posttest Responden Tentang SADARI Sebagai Upaya Deteksi Dini Terhadap

Kanker Payudara ... 52

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sikap Pretest Responden Tentang SADARI

Sebagai Upaya Deteksi Dini Terhadap Kanker Payudara ... 53

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Pretest Responden Tentang SADARI

Sebagai Upaya Deteksi Dini Terhadap Kanker Payudara ... 55

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Sikap Posttest Responden Tentang SADARI

Sebagai Upaya Deteksi Dini Terhadap Kanker Payudara ... 55

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Sikap Posttest Responden Tentang SADARI

Sebagai Upaya Deteksi Dini Terhadap Kanker Payudara ... 57

Tabel 4.8 Uji Analisis Statistik Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah

Pemberian Penyuluhan Kesehatan Tentang SADARI ... 57

(12)

DAFTAR GAMBAR

(13)

ABSTRAK

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan sesorang melalui teknik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau memengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan sehat. Kanker payudara adalah pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol lantaran perubahan abnormal dari gen yang bertanggung jawab atas pengaturan perubahan sel. Mendeteksi kanker payudara sangat mudah dan bisa dilakukan sendiri di rumah. Untuk mendeteksi adanya kanker payudara dapat dilakukan dengan cara SADARI (pemeriksaan payudara sendiri). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan tentang SADARI terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri dalam upaya deteksi dini kanker payudara.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan pra-eksperimenone group pretest posttest. Populasi seluruh siswa putri kelas XIISMK Negeri 3 Tebing Tinggi tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 176 orang, sampel diambil dengan cara simple random sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak 43 orang. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Wilcoxon dengan α=5%.

Dari analisis data diperoleh bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang SADARI terhadap pengetahuan p<0,001 < 0,05 dalam upaya deteksi dini kanker payudara, dan ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap sikap p= 0,003 < 0,05 dalam upaya deteksi dini kanker payudara.

Perlu diadakan pemberian informasi yang edukatif. Pihak sekolah disarankan bekerjasama dengan instansi kesehatan terkait yaitu Puskesmas Kelurahan Rambung, institusi pendidikan kesehatan di Tebing Tinggi maupun Dinas Kesehatan kota Tebing Tinggi untuk menyelenggarakan kegiatan penyuluhan kesehatan mengenai SADARI.

(14)

ABSTRACT

Health education is the addition of a person's knowledge and abilities through practice techniques learned or instructions with the aim of changing or influencing human behavior of individuals, groups and communities to be more self-sufficient in achieving a healthy goal. Breast cancer is the growth of breast cells that are not controlled due to abnormal changes of the genes responsible for the regulation of cell changes. Detecting breast cancer is very easy and can be done at home. For the detection of breast cancer can be done by BSE (breast self-examination). This study aims to determine the effect of health education on breast self-examination of the knowledge and attitudes of young women in the early detection of breast cancer.

This research is experimental research with pre-experimental design one group pretest posttest. The entire population of students of class XII SMK daughter Cliff High School 3 school year 2014/2015, amounting to 176 people, the samples were taken by simple random sampling in order to obtain a sample of 43 people. The statistical test used was Wilcoxon test with α = 5%.

From the analysis of the data showed that there is influence of health education on knowledge about BSE p <0.001 <0.05 in the early detection of breast cancer, and there is the effect of health education on attitudes p = 0.003 <0.05 in the early detection of breast cancer.

There should be provision of educational information. The school suggested in collaboration with relevant health agencies that Rambung village health center, health education institutions in Cliff High and High Cliff city Health Department to conduct health education activities regarding BSE.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Payudara dimiliki oleh setiap orang, lelaki maupun wanita. Pada lelaki

payudara mengalami rudimeter dan tidak penting, sedang milik wanita menjadi berkembang dan penting. Payudara merupakan salah satu organ penting wanita

yang erat kaitannya dengan fungsi reproduksi dan kewanitaan (kecantikan).

Karena itu gangguan payudara tidak sekedar memberikan gangguan kesakitan

sebagaimana penyakit pada umumnya, tetapi juga akan mempunyai efek estetika

dan psikologis khusus (Bustan, 2007).

Kanker payudara adalah pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol

lantaran perubahan abnormal dari gen yang bertanggung jawab atas pengaturan

perubahan sel. Secara normal sel payudara yang tua akan mati, lalu digantikan

oleh sel baru yang lebih baik. Regenerasi sel seperti ini berguna untuk

mempertahankan fungsi payudara. Pada kasus kanker payudara, gen yang

bertanggung jawab terhadap pengaturan pertumbuhan sel termutasi, kondisi itulah

yang disebut kanker payudara (Dewi, 2009).

Mendeteksi kanker payudara sangat mudah dan bisa dilakukan sendiri di

rumah. Semakin sering Anda memeriksa payudara Anda akan semakin

mengenalnya dan semakin mudah menemukan sesuatu yang tidak beres. Payudara

memiliki bagian-bagian yang kalau diraba terasa berbeda-beda, sisi atas agak

(16)

bawah terasa seperti hamparan pasir atau kerikil. Sedang bagian di bawah puting

susu terasa seperti kumpulan biji-bijian yang besar (Ghofar, 2009).

Untuk mendeteksi adanya kanker payudara dapat dilakukan dengan cara

SADARI (pemeriksaan payudara sendiri). Tindakan ini sangat penting karena

hampir 85% benjolan payudara ditemukan oleh penderita sendiri (Dyayadi, 2009).

Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan 7-10 hari setelah menstruasi, karena kondisi

payudara lunak dan longgar sehingga memudahkan perabaan (Ghofar, 2009).

Usia termuda untuk terjadinya kanker payudara adalah di atas 25 tahun

dan peningkatan prevalensi kanker payudara terjadi pada kelompok usia kurang

dari 45 tahun. Masa inkubasi masa kanker payudara diperkirakan 8-12 tahun,

dengan demikian upaya deteksi dini sangat diperlukan (Dyayadi, 2009).

Menurut WHO tahun 2012, menyebutkan sebanyak 1,7 juta wanita

didiagnosis menderita kanker payudara sementara jumlah penderita kanker

payudara di Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya menduduki

peringkat pertama (Luwia, 2009). Kasus kanker payudara di Amerika Serikat

tercatat hampir 200.000 wanita yang terdiagnosis dan setiap tahunnya terdapat

lebih dari 40.000 meninggal akibat penyakit ini (Chen, 2010). Data terbaru dari

American Cancer Society telah menghitung bahwa di tahun 2013, terdapat 64.640 kasus kanker payudara. Sekitar 39.620 wanita meninggal dunia setiap tahunnya

karena kanker payudara.

Data Pathology Based Cancer Registry bekerja sama dengan yayasan kanker Indonesia, menunjukkan kanker payudara di Indonesia menduduki

(17)

spesialis bedah kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais yaitu Sutjipto (2013)

menyatakan saat ini penderita kanker payudara di Indonesia mencapai 100 dari

100.000 penduduk. Sekitar 60-70% dari penderita tersebut datang pada stadium

tiga, yang kondisinya terlihat semakin parah (Depkes, 2013).

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan

seseorang melalui teknik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah

atau memengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun

masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat

(Depkes, 2002). Artinya penyuluhan kesehatan berupaya agar masyarakat

menyadari atau mengerti atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan

mereka (Notoatmodjo, 2003). Pelaksanaan penyuluhan kesehatan yang akan

dilakukan di SMK Negeri 3 Tebing Tinggi yaitu melalui teknik ceramah, praktek

dan tanyajawab.

Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan pada remaja puteri di

SMK Bisnis Manajemen Administrasi Perkantoran Bina Satria Medan Tahun

2010 menunjukkan masih rendahnya remaja yang berperilaku SADARI secara

benar, dengan data yang diperoleh yaitu sebanyak 39,9% responden yang pernah

melakukan SADARI, 4,1% yang melakukan secara teratur dan 7,8% yang

melakukan SADARI secara benar (7-10 hari) setelah menstruasi (Riri Maharani,

2010). Penelitian yang dilakukan pada pasien kanker payudara di 9 rumah sakit

umum di Alexandria, didapatkan hasil bahwa pasien yang melakukan SADARI

(18)

I&II) (87,5%) dibanding dengan pasien yang tidak pernah melakukan SADARI

(52,5%) (Abdel, 2011).

SMK Negeri 3 Tebing Tinggi merupakan salah satu SMK yang ada di

Kota Tebing Tinggi. Terletak di Jalan Nangka Kelurahan Rambung Kecamatan

Tebing Tinggi Kota, Tebing Tinggi Sumatera Utara. SMK Negeri 3 terdiri dari 3

kelas (X, XI, XII) dengan jumlah siswa 524 orang. Jumlah kelas XII dibagi

menjadi 8 kelas, dimana jumlah siswa perempuan di kelas XII sebanyak 176

orang dan jumlah siswa laki-laki sebanyak 7 orang.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 28 Maret

2014 pada siswi SMK Negeri 3 Tebing Tinggi melalui wawancara langsung oleh

peneliti kepada 15 siswi perempuan (sekitar 8% dari 176 siswi) tentang SADARI,

ternyata semua siswi belum mengetahui SADARI. Menurut informasi yang

didapat penulis dari pihak Tata Usaha SMK Negeri 3 bahwa sebelumnya belum

pernah ada dilakukan kegiatan seperti penyuluhan yang berkaitan dengan

kesehatan seperti SADARI di SMK tersebut. Oleh karena itu penulis berminat

untuk melakukan penelitian tentang SADARI sebagai upaya deteksi dini terhadap

kanker payudara di SMK Negeri 3 Tebing Tinggi.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah masih rendahnya pengetahuan dan sikap remaja putri di SMK

Negeri 3 Tebing Tinggi tentang SADARI sebagai upaya mendeteksi dini kanker

(19)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh penyuluhan kesehatan tentang SADARI terhadap

pengetahuan dan sikap remaja putri dalam upaya deteksi dini kanker payudara di

SMK Negeri 3 Tebing Tinggi.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang SADARI pada siswi SMK Negeri

3 Tebing Tinggi.

b. Mengetahui sikap tentang SADARI pada siswi SMK Negeri 3 Tebing

Tinggi.

c. Mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan tentang SADARI terhadap

pengetahuan di SMK Negeri 3 Tebing Tinggi.

d. Mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan tentang SADARI terhadap

sikap di SMK Negeri 3 Tebing Tinggi.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada berbagai pihak yaitu :

1. Sebagai informasi dan masukan yang bermanfaat bagi siswi SMK Negeri 3

Tebing Tinggi tentang kesehatan reproduksi khusunya SADARI sebagai cara

untuk menedeteksi dini kejadian kanker payudara agar lebih termotivasi untuk

melaksanakan SADARI setiap bulannya.

2. Hasil dari hasil penelitian ini nantinya dapat dimanfaatkan oleh pihak sekolah,

(20)

SADARI bekerja sama dengan pihak puskesmas kelurahan rambung, institusi

pendidikan kesehatan maupun Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi untuk

melakukan penyuluhan kesehatan.

3. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyuluhan Kesehatan

2.1.1 Pengertian Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan secara umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan

proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan

yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan (Setiana, 2005).

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal

(dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (dari luar diri manusia). Faktor

internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal terdiri dari berbagai

faktor antara lain; sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi,

pendidikan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

Sedangkan penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan

kemampuan sesorang melalui teknik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan

mengubah atau memengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok

maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan sehat

(Depkes, 2002).

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan

yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana

individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup

sehat, lalu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara

perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan (Effendy,

(22)

2.1.2 Sasaran Penyuluhan Kesehatan

Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah

sakit, klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan, dan masyarakat binaan.

Penyuluhan kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga resiko tinggi,

seperti keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga dengan sosial

ekonomi rendah, keluarga dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan

sanitasi lingkungan yang buruk dan sebagainya.

Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan pada

kelompok ibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita, kelompok

masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan seperti kelompok lansia,

kelompok yang ada di berbagai institusi pelayanan kesehatan seperti anak sekolah,

pekerja dalam perusahaan dan lain-lain.

Penyuluhan kesehatan pada sasaran masyarakat dapat dilakukan pada

masyarakat binaan puskesmas, masyarakat nelayan, masyarakat pedesaan,

masyarakat yang terkena wabah dan lain-lain (Effendy, 2003).

2.1.3 Materi/Pesan

Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya

disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat, sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung

manfaatnya. Materi yang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang

(23)

penyampaian materi sebaiknya menggunakan metode dan media untuk

mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran (Effendy, 2003).

2.1.4 Metode

Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu

faktor yang memengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal.

Metode yang dikemukakan antara lain :

1. Metode penyuluhan perorangan (individual)

Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina

perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu

perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual

ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan berbeda-beda

sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut.

Bentuk dari pendekatan ini antara lain :

a. Bimbingan dan penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif.

Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu

penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela berdasarkan

kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut.

b. Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.

Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali

informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk

(24)

mempunyai dasar pengertian kesadaran yang kuat, apabila belum maka

perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2. Metode penyuluhan kelompok

Dalam memilihn metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya

kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk

kelompok yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil.

Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran

penyuluhan.

Metode ini mencakup :

a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang.

Metode yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.

1) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun

rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode

ceramah adalah:

a) Persiapan

Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai

materi apa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah harus

mempersiapkan diri. Mempelajari materi dengan sistematika yang

baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema

(25)

b) Pelaksanaan

Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila

penceramah dapat menguasai sasaran. Untuk dapat menguasai

sasaran penceramah dapat menunjukkan sikap dan penampilan

yang meyakinkan. Tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah.

Suara hendaknya cukup keras dan jelas. Pandangan harus tertuju

keseluruh peserta. Berdiri di depan/dipertengahan, seyogianya

tidak duduk dan menggunakan alat bantu lihat semaksimal

mungkin.

2) Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan

pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari

seseorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang

dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.

b. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang.

Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah

pendapat, bola salju, memainkan perananan, permainan stimulasi.

3. Metode penyuluhan massa

Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat

yang sifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status

ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang

(26)

ditangkap oleh massa tersebut. Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini

tidak langsung, biasanya menggunakan media massa. Beberpa contoh dari

metode ini adalah ceramah umum, pidato melalui media massa, simulasi,

dialog antara pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisan dimajalah

atau koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya.

2.1.5 Alat Bantu dan Media Penyuluhan 2.1.5.1 Alat Bantu Penyuluhan (Peraga)

Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh

dalam menyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena

berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu dalam proses penyuluhan

(Notoatmodjo, 2007).

Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada

pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin

banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan

semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat

peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada

suatu objek sehingga mempermudah persepsi. Secara terperinci, fungsi alat peraga

adalah untuk menimbulkan minat sasaran, mecapai sasaran yang lebih banyak,

membantu mengatasi hambatan bahasa, merangsang sasaran untuk melaksanakan

pesan kesehatan, membantu sasaran untuk belajar lebih banyak dan tepat,

merangsang sasaran untuk meneruskan pesan yang diterima kepada orang lain,

(27)

untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami dan akhirnya memberikan

pengertian yang lebih baik, dan membantu menegakkan pengertian yang

diperoleh.

Pada garis besarnya ada 3 macam alat bantu penyuluhan yaitu :

1. Alat bantu lihat

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasikan indera mata pada

waktu terjadinya penyuluhan. Misalnya gambar.

2. Alat bantu dengar

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengar, pada

waktu proses penyampaian bahan penyuluhan. Misalnya radio.

3. Alat bantu lihat-dengar

Alat ini berguna dalam menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran

pada waktu proses penyuluhan. Misalnya televisi, video cassette. Tujuan yang hendak dicapai :

1. Tujuan penyuluhan adalah untuk mengubah pengetahuan/pengertian,

pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan

tingkah laku/kebiasaan yang baru.

2. Tujuan penggunaan alat peraga adalah sebagai alat bantu dalam

latihan/penataran/penyuluhan, untuk menimbulkan perhatian terhadap

sesuatu masalah, mengingatkan sesuatu pesan/informasi dan menjelaskan

(28)

2.1.5.2Media Penyuluhan

Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan

pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat

meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya

ke arah positif terhadap kesehatan.

Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam

pelaksanaan penyuluhan kesehatan antara lain adalah :

1. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.

2. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.

3. Media dapat memperjelas informasi.

4. Media dapat mempermudah pengertian.

5. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.

6. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata.

7. Media dapat memperlancar komunikasi.

Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu

memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan sesuai dengan tingkat

penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku

sesuai dengan pesan yang disampaikan.

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

(29)

terjadi melalui panca indera manusia, yakni : penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui. Manusia memiliki rasa

ingin tahu, lalu ia mencari, hasilnya ia tahu sesuatu. Sesuatu itulah yang

dinamakan pengetahuan (Meutia, 2009).

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain

cognitive mempunyai 6 (enam) tingkatan :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (Recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

(30)

disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

lain. Misalnya penggunaan rumus statistik dalam perhitungan hasil

penelitian.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

metode kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagain dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat

menyusun, merencanakan, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu

teori atau rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian tersebut didasarkan

pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat menafsirkan

sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut ber-KB, tidak mau

(31)

2.3 Sikap

2.3.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu. Sebagai contohnya yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi

yang bersangkutan atau senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik,

dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Sikap juga merupakan evaluasi atau reaksi

perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu (Azwar, 2005).

Menurut Kwick sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan

tindakan terhadap suatu objek dengan suatu cara yang menyatakan adanya

tanda-tanda untuk menyenangi/tidak menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah

sebagian dari perilaku manusia (Notoatmodjo, 2003).

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi

merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan

reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka.

Sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap objek di lingkungan tertentu

sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Allport 1954 bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok

yaitu :

1. Keyakinan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

2. Kepercayaan, ide terhadap suatu konsep

(32)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

dalam pembentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan

emosional memegang peranan yang sangat penting.

2.3.2 Indikator Sikap Terhadap Kesehatan

Indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan

kesehatan, antara lain : (Notoatmodjo, 2007)

a. Sikap terhadap sakit dan penyakit

Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang tehadap gejala atau

tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit dan

sebagainya.

b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara

dan cara-cara (berperilaku) hidup sehat. Dengan perkataan lain pendapat

atau penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga, istirahat cukup dan

sebagainya.

c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan

pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau penilaian

terhadap air bersih, pembuangan limbah, polusi dan sebagainya.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

(33)

2.4 Remaja Putri

2.4.1 Pengertian Remaja

Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa latin

“adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Baik kematangan fisik, sosial maupun psikologis (Widyastuti, 2009).

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke

masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun. Menurut

Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum menikah, jika telah

menikah maka tergolong ke dalam dewasa. Menurut BKKBN adalah usia antara

10-19 tahun (Widyastuti, 2009). Transisi perkembangan pada masa remaja berarti

sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian

kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1999). Bagian dari masa

kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan

masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses

kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan

kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Papalia, 2001).

2.4.2 Perkembangan Remaja

Perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan.

Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau

berat tubuh dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret

menjadi abstrak. Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada

(34)

Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia dan Olds (2001),

yaitu:

a. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak,

kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik. Perubahan pada tubuh

ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang

dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh

remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah

pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah

kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna

meningkatkan kemampuan kognitif.

b. Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget dalam Santrock (2007), seorang remaja termotivasi untuk

memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam

pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka,

dimana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke

dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara

hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja

juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja

mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu

mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti

(35)

dalam Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja

terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah

sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi

memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap

perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal.

Tahap operasi formal adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu

berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal

yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai

tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks.

Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan

tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap

operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk

suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja

sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau

suatu bayangan. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan

pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan

demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari

tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan

dirinya (Santrock, 2007).

c. Perkembangan Kepribadian dan Sosial

Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan

dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik sedangkan

(36)

lain. Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah

pencarian identitas diri. Pencarian identitas diri adalah proses menjadi

seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup.

Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman

sebaya dibanding orang tua. Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja

lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah,

ekstrakurikuler dan bermain dengan teman. Dengan demikian, pada masa

remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar. Pada diri remaja,

pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat.

Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang

memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri

remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok

teman sebaya.

Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan

keputusan seorang remaja tentang perilakunya Papalia & Olds (2001)

mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber

referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan

dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi

misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau

(37)

2.5 Anatomi dan Fisiologi Payudara 2.5.1 Anatomi Payudara

a. Struktur. Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan

adiposa yang tertutup kulit pada dinding anterior dada. Payudara terletak

di atas otot pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis

jaringan ikat. Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi jumlah

jaringan lemak dan jaringan ikat dan bukan pada jumlah jaringan glandular

actual (Sloane, 2003).

1. Jaringan glandular terdiri dari 15–20 lobus mayor, setiap lobus dialiri

duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus laktiferus

(ampula) sebelum muncul untuk memperforasi puting dengan 15-20

mulut (opening).

2. Lobus–lobus dikelilingi jaringan adiposa dan dipisahkan oleh ligament

suspensorium cooper (berkas jaringan ikat fibrosa). Ligamen

suspensorium ini merentang dari fasia dalam pada otot pektoralis

sampai fasia superfisial tepat dibawah kulit.

3. Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobus, setiap lobulus

kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di

alveoli sekretori. Sel-sel alveolar, di bawah pengaruh hormonal saat

kehamilan dan setelah kelahiran merupakan unit glandular yang

mensintesis dan mensekresi susu.

4. Puting. Dikelilingi oleh area kulit berpigmen dengan diameter sekitar 3

(38)

areola terdapat beberapa kelenjar sebasea (Montgomery’s tubercles)

yang berguna sebagai penghasil lubrikasi puting ketika menyususi

(Ross, 2001).

b. Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara

1. Suplai arteri ke payudara berasal terutama berasal dari cabang arteri

subclavia, yaitu : a.thoracica interna yang memperdarahi bagian medial,

a.thoracica lateral yang memperadarahi bagian lateral. Kontribusi

tambahan berasal dari arteri thoracoacromial dan arteri interkostal 2–5.

Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam dan superfisial yang

menuju vena subclavia dan vena brachiocephalica (Monkhouse, 2007).

2. Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan

areola adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian limfe

dari payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar. Hal ini secara klinis

memiliki hubungan signifikan dengan metastasis kanker payudara

(Sloane, 2003).

c. Persarafan. Kelenjar mamae dipersarafi oleh nervus interkostal T2-6

(Monkhouse, 2007).

2.5.2 Fisiologi Payudara

Mengenai fisiologi payudara karena kelenjar payudara merupakan satu

bagian integral dari sistem reproduksi maka perubahan fisiologis kelenjar tersebut

rapat hubungannya dengan reproduksi dalam keseluruhan yang dikendalikan oleh

sistem neuro-endokrinologi yang sama. Kita membedakan 3 macam perubahan

(39)

1. Pertumbuhan dan involusi kelenjar payudara yang berhubungan rapat

dengan umur.

Pada waktu lahir payudara merupakan suatu sistem saluran yang bermuara

ke mamilla. Beberapa hari sesudah lahir sebagian besar bayi-bayi dari

kedua seks menunjukkan pembesaran kelenjar payudara sedikit dan mulai

bersekresi sedikit mengeluarkan kolostrum yang menghilang sesudah

kira-kira satu minggu kemudian, kelenjar payudara kembali dalam keadaan

infatil, tidak aktif (Prawirohardjo, 2009).

Dengan permulaan pubertas antara 10-15 tahun, areola membesar dan

lebih mengandung pigmen. Payudara pun menyerupai satu “cakram”.

Pertumbuhan kelenjar akan berjalan terus sampai umur dewasa hingga

berbentuk seperti kuncup. Hal ini terjadi di bawah pengaruh estrogen yang

kadarnya meningkat. Terutama yang tumbuh ialah jaringan lemak dan

jaringan ikat di antara 15-20 lobus payudara, saluran-saluran lobus tidak

banyak tumbuh. Biasanya payudara sudah sempurna terbentuk setelah haid

mulai (Prawirohardjo, 2009).

2. Perubahan kelenjar payudara yang berhubungan dengan haid

Pada waktu haid payudara agak membesar dan tegang dan pada beberapa

wanita timbul rasa nyeri (mastodenia). Perubahan ini kiranya ada

hubungan dengan perubahan vaskular dan limfogen. Berhubung dengan itu

janganlah mengambil keputusan terhadap kelainan payudara pada waktu

haid, karena mungkin kita akan memutuskan biopsi yang sebenarnya tidak

(40)

ditangguhkan sampai pemeriksaan sesudah haid selesai (Prawirohardjo,

2009).

3. Perubahan kelenjar payudara waktu hamil dan laktasi

Beberapa minggu sesudah konsepsi timbul perubahan-perubahan pada

kelenjar payudara. Payudara jadi penuh, tegang, areola lebih banyak

mengandung pigmen dan puting sedikit membesar. Pada awal trimester

kedua mulai timbul sistem alveolar; baik duktus-duktus maupun

asinus-asinus menjadi hipertrofi di bawah pengaruh estrogen dan progesteron

yang kadarnya meningkat, alveolus-alveolus mulai terisi cairan, yakni

kolostrum di bawah pengaruh prolaktin. Karena inhibisi estrogen

progesteron, kolostrum tidak tidak dikeluarkan, hanya pada bulan-bulan

terakhir dapat dikeluarkan beberapa tetes. Sesudah persalinan kolostrum

keluar dalam jumlah yang besar, dan lambat laun diganti dengan air susu,

jikalau bayi disusui dengan teratur. Biasanya sesudah 24 jam mulai

dikeluarkan air susu biasa dan sesudah 3-5 hari produksinya teratur

(Prawirohardjo, 2009).

Banyak wanita jaman sekarang tidak mau menyusui bayinya, karena

menurut mereka, menyusui membuat kelenjar payudara lembek dan

menggantung. Ini tidak benar, kelenjar payudara kalau sudah berfungsi,

menyusui bayi atau tidak, akan mengalami perubahan lambat laun. Akan

tetapi satu hal harus diingat, menurut pengalaman Hagenson, pada wanita

(41)

2.6 Kanker Payudara

2.6.1 Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan oleh sel ganas

(kanker) yang tumbuh pada jaringan payudara, biasanya duktus (saluran yang

membawa susu ke puting) dan lobulus (kelenjar yang menghasilkan susu). Sel

kanker dikarakteristikkan dengan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan

kemampuan sel-sel ini untuk invasi jaringan normal secara lokal atau menyebar

melalui tubuh, yang melalui prosesnya disebut metastasis (National Cancer

Institute, 2011).

2.6.2 Etiologi dan Faktor Resiko

Tidak seperti kanker leher rahim yang dapat diketahui etiologi dan

perjalanan penyakitnya secara jelas, penyakit kanker payudara belum dapat

dijelaskan. Akan tetapi, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa

faktor yang berhubungan dengan peningkatan faktor resiko atau kemungkinan

terjadinya kanker payudara. Faktor-faktor itu disebut faktor resiko. Perlu diingat,

apabila seorang perempuan mempunyai faktor resiko, bukan berarti perempuan

tersebut pasti akan menderita kanker payudara, tetapi faktor tersebut akan

meningkatkan kemungkinannya untuk terkena kanker payudara. Banyak

perempuan yang mempunyai satu atau beberapa faktor resiko tetapi tidak pernah

menderita kanker payudara sampai akhir hidupnya (Rasjidi, 2009).

Faktor resiko yang utama berhubungan dengan keadaan hormonal

(estrogen dominan) dan genetik. Penyebab terjadinya keadaan estrogen dominan

(42)

a. Faktor yang berhubungan dengan diet :(Kemenkes, 2010)

Faktor resiko ini dapat dibagi dua yaitu faktor resiko yang memperberat

terjadinya kanker dan yang mengurangi terjadinya kanker.

1. Beberapa faktor yang memperberat seperti :

a) Peningkatan berat badan yang bermakna pada saat pasca menopause

b) Diet ala barat yang tinggi lemak (western style)

c) Minuman beralkohol

2. Faktor resiko yang mempunyai dampak positif seperti :

a) Peningkatan konsumsi serat

b) Peningkatan konsumsi buah dan sayur

b. Hormon dan faktor reproduksi

1. Menarche atau menstruasi pertama pada usia relatif muda (kurang dari

12 tahun). Ketika seorang wanita mengalami menstruasi lebih awal,

rentang waktu antara perkembangan payudara dengan kehamilan cukup

bulan pertama kali biasanya lebih lama dari pada wanita yang

menstruasi kemudian. Selama waktu ini, jaringan payudara immatur,

lebih aktif dan rentan terhadap pengaruh hormon.

2. Menopause atau mati haid pada usia relatif lebih tua (lebih dari 50

tahun)

3. Nullipara/belum pernah melahirkan

4. Melahirkan anak pertama pada usia relatif lebih tua/ lebih dari 30 tahun.

Ketika sel payudara dibentuk ketika remaja, sel-sel tersebut immatur

(43)

kali. Sel-sel payudara immatur tersebut sangat berespon terhadap

hormon esterogen. Kehamilan cukup bulan pertama membuat sel-sel

payudara menjadi matur dan tumbuh lebih teratur. Inilah alasan utama

mengapa kehamilan membantu memproteksi kanker payudara. Hamil

juga mereduksi jumlah total siklus menstruasi yang mungkin alasan lain

mengapa hamil lebih dini menawarkan efek protektif.

5. Pemakaian kontrasepsi oral (pil KB) dalam waktu lama (≥7 tahun).

Masih terdapat kontroversi sampai saat ini terkait peran kontrasepsi oral

dalam perkembangan kanker payudara. Namun, beberapa studi

menunjukkan bahwa kontrasepsi oral berperan dalam meningkatkan

resiko kanker payudara pada wanita pramenopause, tetapi tidak ada

wanita dalam pasca menopause.

6. Tidak menyusui. Menyusui dapat menurunkan resiko kanker payudara,

khususnya jika wanita menyusui lebih lama dari 1 tahun. Ini kurang

menguntungkan untuk wanita yang menyusui kurang dari satu tahun.

Ada beberapa alasan mengapa menyusui menjaga kesehatan payudara :

a) Memproduksi susu yang akan membatasi kemampuan sel-sel

payudara untuk berproliferasi tidak terkendali.

b) Kebanyakan wanita memiliki siklus menstruasi yang lebih sedikit

ketika menyusui yang berefek menurunkan level esterogen.

c) Kebanyakan wanita berusaha untuk makan makanan yang bernutrisi

dan mengikuti gaya hidup yang lebih sehat (membatasi rokok dan

(44)

c. Radiasi pengion pada saat pertumbuhan payudara

Pada masa pertumbuhan, perubahan organ payudara sangat cepat dan

rentan terhadap radiasi pengion.

d. Riwayat keluarga

Pada kanker payudara, telah diketahui beberapa gen yang dikenali

mempunyai kecenderungan untuk terjadinya kanker payudara, yaitu gen

BRCA1, BRCA2 dan juga pemeriksaan histopatologi faktor proliferasi

“p53 germline mutation”.

Pada masyarakat umum yang tidak dapat memeriksakan gen dan faktor

proliferasinya, maka riwayat kanker pada keluarga merupakan salah satu

faktor resiko terjadinya penyakit.

1. Tiga atau lebih keluarga (saudara ibu klien atau bibi) dari sisi keluarga

yang sama terkena kanker payudara atau ovarium.

2. Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara

atau ovarium usia di bawah 40 tahun.

3. Adanya keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara dan

ovarium.

4. Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.

5. Adanya riwayat kanker payudara pada pria dalam keluarga

e. Riwayat adanya penyakit tumor jinak

Tumor jinak payudara diklasifikasikan menjadi proliferatif dan

non-proliferatif. Tumor non-proliferatif tidak berhubungan dengan peningkatan

(45)

Dengan mengetahui faktor resiko yang ada, akan memudahkan kita untuk

mengidentifikasi apakah wanita tersebut tergolong resiko tinggi atau tidak,

mengintervensi serta memodifikasi faktor resiko yang ada.

2.6.3 Klasifikasi

Berdasarkan data PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi

Indonesia) didapatkan data rata-rata prognosis harapan hidup penderita kanker

payudara (survival rate) per stadium sebagai berikut : (Kemenkes RI, 2010)

1. Stadium 0 : 10-years survival rate 98% (non breast cancer yang

terdeteksi oleh mammografi atau USG)

2. Stadium I : 5-years survival rate 85%

3. Stadium II : 5-years survival rate 60-70%

4. Stadium III : 5-years survival rate 30-50%

5. Stadium IV : 5-years survival rate 15%

2.6.4 Pencegahan

Kanker payudara dapat menyebar secara signifikan dan sering

menimbulkan gejala yang berarti. Pada saat terdiagnosis sebagai kanker payudara,

5-15% pasien telah terjadi metastasis dan hampir 40% telah terjadi penyebaran

secara regional. Karena pengobatan terkadang tidak memberikan hasil yang baik

atau terlambat dalam memberikan terapinya, maka pencegahan merupakan

langkah yang diperlukan. Pencegahan yang aman dan efektif lebih dipilih

daripada menjalani terapi dengan menggunakan radiasi dari agen sitotoksik yang

(46)

2.6.4.1 Program Pengendalian Kanker Payudara a. Pencegahan Primer

1) Promosi dan edukasi pola hidup sehat

2) Menghindari faktor resiko (riwayat keluarga, tidak punya anak, tidak

menyusui, riwayat tumor jinak sebelumnya, obesitas, kebiasaan makan

tinggi lemak, kurang serat, perokok aktif dan pasif, pemakaian obat

hormonal >5 tahun).

b. Pencegahan Sekunder

1) SADARI

2) Pemeriksaan Klinis Payudara (CBE/Clinical Breast Examination),

untuk menemukan ukuran benjolan kurang dari 1 cm

3) USG, untuk mengetahui batas-batas tumor dan jenis tumor

4) Mammografi, menemukan adanya kelainan sebelum adanya gejala

tumor dan adanya keganasan

c. Pencegahan Tersier

1) Diagnosis dan Terapi

Diagnosis kanker payudara membutuhkan kombinasi antara kajian

klinis dan investigasi diagnostik. Sekali diagnosis ditegakkan harus

dapat ditentukan stadiumnya agar dapat mengevaluasi besaran penyakit

dan melakukan terapi yang tepat. Tujuan dari pengobatan adalah

menyembuhkan, memperpanjang harapan hidup, dan meningkatkan

kualitas hidup. Prioritas pengobatan harus ditujukan pada kanker

(47)

Standar pengobatan kanker meliputi: operasi, radiasi, kemoterapi, dan

hormonal yang disesuaikan dengan indikasi patologi. Pengobatan harus

terpadu meliputi psikososial, rehabilitasi dan terkoordinasi dengan

pelayanan paliatif untuk memastikan peningkatan kualitas hidup pasien

kanker.

2) Pelayanan Paliatif

Hampir di seluruh dunia pasien kanker terdiagnosis dalam stadium

lanjut dan pengobatan harus terpadu termasuk pendekatan psikososial,

rehabilitasi, dan terkoordinasi dengan pelayanan paliatif untuk

memastikan peningkatan kualitas hidup pasien kanker. Untuk kasus

seperti ini pengobatan yang realistis adalah mengurangi nyeri dengan

pelayanan paliatif. Diyakini, pelayanan paliatif yang baik dapat

meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara.

2.6.5 Deteksi Dini

Upaya deteksi dini kanker adalah usaha untuk menemukan adanya kanker

yang masih dapat disembuhkan, yaitu kanker yang belum lama tumbuh, masih

kecil, masih lokal, belum menimbulkan kerusakan berarti, pada golongan

masyarakat tertentu dan waktu tertentu (Sukardja, 2000)

Upaya ini sangat penting, sebab apabila kanker payudara dapat dideteksi

pada stadium dini dan diterapi secara tepat maka tingkat kesembuhan yang cukup

tinggi (80-90%) (Kemenkes RI, 2010).

Penapisan pada negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Belanda

(48)

karena sumber daya di Negara-negara itu cukup memadai untuk melakukan

program tesebut, sedangkan di negara berkembang seperti Indonesia, penapisan

secara massal dengan USG dan mammografi belum memungkinkan untuk

dilakukan. Oleh karena itu pemeriksaan klinis payudara oleh tenaga kesehatan

terlatih yang diikuti dengan promosi dan edukasi tentang pengobatan yang baik

kepada masyarakat (bahwa kanker payudara apabila ditemukan pada stadium awal

dan dilakukan operasi akan meningkatkan kemungkinan untuk sembuh dan waktu

untuk bertahan hidup lebih lama) sehingga pada akhirnya akan meningkatkan

pencapaian tujuan dari penapisan yaitu menurunkan angka kematian dan

meningkatkan kualitas hidup penderita kanker payudara (Kemenkes RI, 2010).

Selain penapisan, penemuan dini merupakan strategi lain yang penting

untuk menemukan kanker stadium dini. Penemuan dini dimulai dengan

peningkatan kesadaran masyarakat tentang perubahan bentuk atau adanya

kelainan di payudara mereka sendiri, dengan cara memasyarakatkan program

SADARI bagi semua perempuan dimulai sejak usia subur, sejak 85% kelainan di

payudara justru pertama kali dikenali oleh penderita bila tidak dilakukan

penapisan missal (Kemenkes RI, 2010).

SADARI sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi (hari ke-7

sampai ke-10, terhitung hari pertama haid). Pemeriksaan dilakukan setiap bulan

sejak umur 20 tahun. Sensitivitas pemeriksaan ini adalah 20-30%. Sensitivitas

juga dipengaruhi oleh cara melakukan SADARI dan variasi berdasarkan ukuran,

lokasi, bentuk, komposisi dari massa yang terpalpasi, akan tetapi lebih tergantung

(49)

Menurut rekomendasi American Cancer Society penapisan pada kanker payudara yang dilakukan oleh petugas kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai

cara : (Smith, 2003)

a. Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Tenaga Medis Terlatih (Clinical Breast

Examination)

1. Pada perempuan sejak pertama mengalami haid dianjurkan

melaksanakan SADARI, sedangkan umur 20-30 tahun dianjurkan CBE

dilakukan setiap tiga tahun sekali. Untuk perempuan yang mendapatkan

kelainan pada saat SADARI dianjurkan dilaksanakan CBE sehingga dapat lebih dipastikan apakah ada kemungkinan keganasan.

2. Pada perempuan berusia di atas 40 tahun, dilakukan CBE setiap tahun. b. Pemeriksaan Ultrasonography (USG)

1. Apabila pada pemeriksaan CBE terdapat benjolan dibutuhkan

pemeriksaan lanjutan dengan USG maupun mammografi.

2. USG dilakukan terutama untuk membuktikan adanya massa kistik dan

solid/ padat yang mengarah pada keganasan, dan pada perempuan di

bawah usia 40 tahun.

c. Pemeriksaan Penapisan Mammografi

1. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan berkala, setiap satu tahun

sekali pada perempuan di atas 40 tahun.

2. Dilakukan pada perempuan yang bergejala maupun pada perempuan

(50)

2.6.6 Pengobatan

Pada stadium I, II, IIIa (stadium operabel), sifat pengobatan adalah kuratif.

Pengobatannya yaitu operasi (primer) dan terapi yang bersifat adjuvan.

1) Stadium I pengobatannya adalah radikal mastektomi atau modified radikal mastektomi dengan atau tanpa radiasi dan kemoterapi.

2) Stadium II pengobatannya adalah radikal mastektomi atau modified radikal mastektomi dengan atau tanpa radiasi dan kemoterapi.

3) Stadium IIIa adalah dengan simple mastektomi dengan radiasi dan

kemoterapi.

4) Stadium IIIb dan IV, sifat pengobatannya adalah paliasi, yaitu terutama

untuk mengurangi penderitaan penderita dan memperbaiki kualitas hidup.

Dengan pengobatan radiasi, kemoterapi dan hormonal.

5) Stadium IV pengobatan yang primer adalah yang bersifat sistemik yaitu

kemoterapi dan hormonal.

2.7 SADARI

2.7.1 Pengertian SADARI

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu teknik pemeriksaan

dimana seorang wanita memeriksa payudaranya sendiri dengan melihat dan

merasakan dengan jari untuk mendeteksi apakah ada benjolan atau tidak pada

payudaranya.

2.7.2 Tujuan

(51)

2. Untuk mendeteksi adanya benjolan pada stadium awal

3. Untuk melihat adanya perubahan abnormal pada payudara

2.7.3 Waktu SADARI

1. 7-10 hari setelah menstruasi dimana payudara saat itu tidak bengkak dan

tidak nyeri bila ditekan.

2. Untuk wanita yang tidak lagi menstruasi (menopause), maka dipilih

tanggal yang sama setiap bulannya.

2.7.4 Cara Melakukan SADARI

Cara melakukan SADARI : (Depkes, 2007)

1. Perhatikan dan amati :

a. Perhatikan dengan teliti payudara anda dimuka cermin tanpa berpakaian

sambil berdiri tegak, dengan kedua lengan lurus kebawah disamping

badan. Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan

puting susu, serta kulit payudara di depan kaca. Perhatikan juga bila ada

benjolan di payudara. Amati dengan teliti.

b. Angkatlah kedua lengan lurus keatas dan ulangi periksa. Mengangkat

kedua lengan dimaksud untuk melihat retraksi kulit atau perlekatan

tumor terhadap otot atau fascia di bawahnya.

c. Dengan kedua siku mengarah kesamping tekanlah telapak tangan anda

di pinggang. Cara ini akan menegangkan otot-otot dada dan axilla agar

perubahan-perubahan, misalnya cekungan (dekok) dan benjolan akan

(52)

2. Tindakan berikutnya lakukan perabaan payudara dalam posisi berbaring

dengan cara :

a. Rabalah denga tiga ujung jari tengah yang dirapatkan.

b. Lakukan gerakan memutar dengan tekanan lembut tetapi mantap

dimulai dari pinggir dengan mengikuti arah putaran jarum jam.

Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara sirkuler atau radier.

c. Lakukan perabaan pada payudara kanan dengan cara berbaring dengan

tangan kanan di bawah kepala dan letakkanlah bantal kecil di bawah

punggung kanan. Raba seluruh permukaan payudara kanan dengan

gerakan pada memutar dari luar ke dalam atau radier.

d. Lakukan hal yang sama seperti di atas tetapi dengan tangan kiri di

bawah kepala, sedangkan tangan kanan meraba payudara kiri.

e. Perhatikan bila ada benjolan yang mencurigakan.

f. Pencetlah pelan-pelan daerah sekitar putting dan amatilah apakah

keluar cairan yang tidak normal (tidak biasa).

g. Pemeriksaan ketiak. Bagilah payudara menjadi 4 bagian, ¼ dekat

axilla. Beri perhatian khusus karena ditempat tersebut sering

ditemukan tumor payudara serta lakukan juga pemeriksaan ketiak.

Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak Anda

dengan teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.

2.7.5 Hasil Pemeriksaan SADARI

(53)

a. Terjadi pigmentasi kulit payudara (perubahan warna, bertambah hitam

atau menjadi putih)

b. Perubahan letak puting susu (retraksi puting susu)

c. Perubahan kulit payudara menjadi keriput

d. Puting susu mengeluarkan cairan darah

e. Pergerakan payudara terbatas, artinya saat menggerakkan tangan payudara

tidak ikut bergerak

f. Terdapat luka atau ulkus pada payudara

g. Pada waktu melihat payudara dapat menggunakan cermin sehingga mudah

terlihat perubahan

Bila terdapat benjolan :

Meraba payudara untuk mengetahui benjolan adalah sebagai berikut :

a. Di bagian mana terdapat benjolan

b. Berapa jumlah benjolan

c. Bagaimana bentuk benjolan lunak atau keras

d. Berapa kira-kira ukurannya

e. Bagaimana pergerakan benjolan dengan sekitarnya

f. Saat meraba apakah terasa nyeri

2.8 Kerangka Konsep

Berdasarkan studi kepustakaan dapat disusun kerangka konsep penelitian

sebagai berikut : (Notoatmodjo, 2003)

(54)

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep ini menggambarkan bahwa yang diteliti adalah pengaruh

penyuluhan kesehatan tentang SADARI dengan menggunakan metode ceramah,

praktek dan tanya jawab terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri dalam

upaya deteksi dini kanker payudara. Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap

sebelum dilakukan intervensi diukur dengan pretest dan untuk melihat sejauh mana pengaruh metode tersebut diukur dengan postest.

2.9 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian dan kerangka konsep dapat

dirumuskan hipotesis penelitian yaitu :

1. Pengetahuan remaja putri SMK Negeri 3 Tebing Tinggi sesudah diberikan

pendidikan kesehatan tentang SADARI lebih baik dari pengetahuan

sebelumnya.

2. Sikap remaja putri SMK Negeri 3 Tebing Tinggi sesudah diberikan

pendidikan kesehatan tentang SADARI lebih baik dari sikap sebelumnya.

Penyuluhan Kesehatan Pengetahuan

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan pra-eksperimen one group pretest posttest, untuk mengevaluasi pengaruh penyuluhan kesehatan tentang sadari terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri dalam

upaya deteksi dini kanker payudara.Kelemahan dari rancangan ini antara lain

tidak ada jaminan bahwa perubahan yang terjadi pada variabel dependen karena

adanya intervensi atau perlakuan (Notoadmojo,2005).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Negeri 3 Tebing Tinggi.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret 2014 sampai dengan Maret

2015. Dimulai dengan survei pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 28 Maret

2014 sampai dengan penelitian dilakukan pada tanggal 20 s/d 27 Maret 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa putri kelas XII SMK

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Skala Sikap Model Likert
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Agama di SMK Negeri 3 Tebing Tinggi
Tabel 4.2  Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pretest dan Posttest Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengatur Temperatur Casing dengan Power Mobo ini terbagi dalam beberapa rangkaian, diantaranya yaitu rangkaian regulator, rangkaian sensor, rangkaian pembagi tegangan,

Aplikasi pencatatan tagihan jasa angkutan kontainer selama ini masih dilakukan secara manual sehingga menimbulkan berbagai masalah antara lain kesalahan dalam mencatat laporan

Ada hubungan yang berarti antara motivasi belajar intrinsik dan prestasi belajar ekstrinsik dengan prestasi belajar siswa kelas VIII di SMPN 6 Tulungagung, kesimpulan ini

Oemikian  juga  seperti  yang  terlihat  dalam  tabel  12  dimana  suami  dari   responden  sabagian  besar  bekerja  sebagai  pagawai  nageri  dan  swasta.  

Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan mempelajari materi.. Setelah selesai membaca

Membran PIM yang mengandung senyawa tertaut silang berbasis senyawa epoksida, yakni poli- BADGE 4:1 dapat mentranspor fenol pada pH fasa sumber 4,5 dengan konsentrasi

M erancang dan melaksanakan akt ivit i sukan/ permainan yang bert eraskan ilmu penget ahuan, kemahiran dan kreat ivit i/ inovasi, merekod, menganalisis dat a dan mengambil t

Isi pesan yang disampaikan pantun pada bacaan 2 adalah .... Belajar bersama saat akan