• Tidak ada hasil yang ditemukan

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING ISTRI YANG BERSELINGKUH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PSYCHOLOGICAL WELL-BEING ISTRI YANG BERSELINGKUH"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING ISTRI YANG BERSELINGKUH

SKRIPSI

Oleh :

NISWATUN LUTFIAH 06810142

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING ISTRI YANG BERSELINGKUH

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

NISWATUN LUTFIAH 06810142

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

1. Judul Skripsi : Psychological Well-Being Istri yang Berselingkuh 2. Nama Peneliti : Niswatun Lutfiah

3. Nim : 06810142 4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : 23 Desember 2010 s/d 22 Maret 2011 7. Tanggal Ujian : Sabtu, 16 April 2011

Malang, 16 April 2011

Pembimbing I Pembimbing II

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi telah diuji oleh Dewan Penguji Pada Tanggal : Sabtu, 16 April 2011

Dewan Penguji:

Ketua Penguji : Hudaniah, S. Psi. M. Si. (...)

Anggota Penguji : Ari Firmanto, S. Psi. (...)

Dra. Djudiah, M. Si. (...)

Zakarija Achmad, S. Psi. M. Si. (...)

Mengesahkan : Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

(5)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Niswatun Lutfiah

Nim : 06810142

Fakultas / Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul : Psychological Well-Being Pada Istri yang Berselingkuh

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya dan apabila nantinya diketahui tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang – undang yang berlaku.

Mengetahui, Malang, 16 April 2011

Ketua Program Studi Yang menyatakan

(6)

UNTAIAN KATA

Sebuah pengalaman adalah pelajaran yang paling berharga apabila kita mau merenungi dan mempelajarinya.

.

Keseriusan berusaha mencerminkan keinginan untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.

Jangan pernah mengharapkan nilai terbaik tetapi hargailah proses yang telah dijalani karena sebuah proses memberikan nilai yang lebih berharga.

Keberanian sejati bukan terlahir dari ucapan semata, tapi dari sikap dan tindakan. Allah SWT tidak akan menguji hambaNya melebihi dari kemampuan hambaNya,

jadi setiap kesusahan pasti ada jalan keluarnya.

(7)

PERSEMBAHAN

Karya tulis yang sangat berharga ini, kupersembahkan kepada :

™ Allah SWT, yang selalu memberikan kasih dan sayangNya sehingga membuat jiwa dan pikiran hamba jernih serta selalu merasa tentram. Puji Syukur kepadaMu Ya Rabb-ku dalam setiap gerak dan hela nafasku.

™ Ayahnda dan Ibundaku yang selalu menjadi motivator dan inspirator dalam hidupku, serta selalu melantunkan do’a yang menyejukkan hati di setiap suka dan dukaku.

™ Kanda dan dindaku; Ka’ Dyna, Ahya, dan Idzlal yang terus memberikan support dan warna dalam hidupku.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabil’alamiin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi yang telah memberikan Rahmat dan RidhoNya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai tugas akhir dan syarat kelulusan di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan serta semangat dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan yang baik ini dengan tulus dari hati sanubari, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Drs. Tulus Winarsunu, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Ibu Hudaniah, S. Psi. M. Si. selaku Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu untuk peneliti serta memberikan masukan dan mendengarkan pendapat penulis untuk di diskusikan.

3. Bapak Ari Firmanto, S. Psi. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan semangat serta masukan yang berharga dan selalu mengingatkan penulis untuk terus bimbingan.

4. Bapak M. Salis Yuniardi, M. Si. selaku Ketua Program Studi dan Dosen Wali yang selalu mengingatkan dan memotivasi mahasiswanya, khususnya anak Kelas C angkatan 2006.

5. Dosen – Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

6. Subjek dalam penelitian ini yang telah bersedia membantu dan mempercayai penulis untuk mengetahui kondisi psychologicall well-being subjek.

7. Ayahnda dan Ibunda penulis yang selalu jadi motivator dan inspirator penulis. Terima kasih untuk semua yang telah diberikan terutama untaian do’a serta kerja keras ayah dan bunda sehingga penulis dapat mendapat gelar Sarjana.

(9)

9. Tyar, Uyi, Nida, dan Atul yang selalu memotivasi penulis dan mengingatkan penulis untuk rajin kuliah dan menyelesaikan skripsi. Terima kasih sahabat – sahabatku.

10. Seseorang yang telah memberikan inspirasi dan motivasi pada penulis dalam memandang kehidupan ini.

11. Anto, Danang, Ludfi, Risa, Kiki, Mas Ucok dan teman – teman angkatan 2006 khususnya kelas C’06 terima kasih atas masukan serta bantuannya selama ini. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis ucapkan terima kasih banyak.

Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini tetap diharapkan. Penulis mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Malang, 16 April 2011 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well-Being ... 8

1. Pengertian ... 8

2. Dimensi – Dimensi Psychological Well-Being ... 11

3. Faktor yang Mempengaruhi Psychological Well-Being ... 15

B. Istri ... 17

3. Faktor Penyebab Perselingkuhan ... 22

D. Psychological Well-Being Istri yang Berselingkuh ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 28

B. Batasan Istilah ... 28

C. Subjek Penelitian ... 29

D. Sumber Data ... 29

E. Tempat, Waktu, dan Pengorganisasian Penelitian ... 30

F. Jenis Data, Instrumen Penelitian, dan Metode Pengumpulan Data ... 30

G. Prosedur Penelitian ... 32

H. Analisis Data ... 32

I. Keabsahan Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34

1. Deskripsi Subjek ... 34

(11)

3. Ringkasan Hasil Penelitian ... 43

B. Pembahasan ... 55

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 1 : Identitas Subjek ... 34

Tabel 2 : Identitas Suami dan Selingkuhan ... 34

Tabel 3 : Ringkasan Hasil Kondisi Pernikahan dan Perselingkuhan ... 43

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nama Lampiran

Halaman

Informed Consent Subjek ... 65

Surat Kesepakatan ... 68

Guide Interview ... 71

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Bambang, W. S. (2004). Nikmatnya Selingkuh. Smart Media.

Baswardono. (2003). Antara Cinta, Seks dan Dusta: Memahami Perselingkuhan. Yogyakarta: Galang Press.

Christoper, J. C. (1999). Situation psychological well-being: Exploring the cultural roots of its theory and research. Journal of counseling and development.

Compton, C. W. (2005). An Introduction to positive psychology. USA: Thompson Wadsworth.

Daniel, Rinaldi. (2003). Selingkuh Budaya Ekskutif Muda. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Faklutas Psikologi UMM. (2010). Pedoman Penulisan Skripsi. Malang: Fakultas Psikologi UMM.

Formica, J. M. (2009). The Extra-Relational Affair: A Study in Contrast. Diambil online pada http://www.psychologytoday.com/blog/enlightened-living/200901/the-extra-relational-affair-study-in-contrast tanggal 21 Juni 2009.

Hauser, M.R, Springer W.K, Pudrovska T. (2005). Temporal structure of psychologicall

Well being continuity or change?. Medison: University of Wisconsin.

Hurlock, E. B. (1991). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hawari, D. (2002). Love Affair (Perselingkuhan). Jakarta: Balai Penerbit FKUI. KBBI dalam jaringan http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php

Moelong, Lexy. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya. Majid, Abdul. (2003). Kiat Meredam Kemarahan Suami. Bayanallah.

(15)

Hartoko). Yogyakarta: ANDI.

Pujihastuti, Alifah. (2006). Karena Istri Ingin Dimengerti. Samudera.

Ryan M. R, Deci L. D. (2001). On happiness and human potentials: a review of research on hedonic and Endonomic well being. Rochester: University of

Rochester.

Ryff, D.C. (1989). Happiness is everything, or is it? Explorations on the meaning of pyschological well being. Madison: University Of Wisconsin.

Satiadarma, Monty. (2001). Menyikapi Perselingkuhan. Jakarta: Pustaka Obor. Sawitri, S. S. (2005). Pendampingku Tak Seperti Dulu Lagi. Jakarta: Penerbit Buku

Kompas.

Snyder, C. R, Lopez, J.S. (2002). Handbook of positive psychology. New York: Oxford

University Press.

Smith, Jonathan. A. (2006). Qualitative Psychology: Dasar – Dasar Psikologi Kualitatif.

(Terj. M. Khozim). Bandung: Nusa Media.

Strauser D. R. (2008). Psychological well-being : its relation to work personality, vocalitional identity, and career thoughts. The Journal of Psychology. Heldref

Publication.

Sugiyono. (2008) Memahami Penelitian Kualitatif (Cetakan Keempat). Bandung. CV.

ALFABETA.

Supratiknya, A. (1995). Psikologi Kepribadian: Teori – Teori Holistik. Penerbit Kanisius.

Tim Dosen FKIP UMM. (2010). Bahasa Indonesia Untuk Karangan Ilmiah (Cetakan Ketiga). Malang: UMMPress.

(16)

selingkuh-dengan-guru-ngaji

http://ot-indo.blogspot.com/2010/03/data-statistik-perselingkuhan.html http://sosbud.kompasiana.com/2010/04/30/perselingkuhan-perempuan-desa/ http://www.kaltimpost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=57259

http://surabaya.detik.com/read/2010/04/13/154251/1337471/475/kepergok-selingkuh-bidan-desa-digerebek-tetangga

http://www.metrotvnews.com/metromain/newscat/nusantara/2010/10/21/32091/Bers elingkuh-Kades-Dilaporkan-Suaminya-ke-Bupati

http://www.lintasberita.com/go/1121812

http://awan965.wordpress.com/2007/03/20/data-selingkuh-di-indonesia/

http://www.posmetrobatam.com/rubrik/alamaakk/5277-bini-berselingkuh-demi-puaskan-hasrat-seks

http://female.kompas.com/read/xml/2010/06/08/19332244/makin.banyak.perempuan. yang.berselingkuh

http://portal.cbn.net.id/cbprtl/cyberman/detail.aspx?x=LifeStyle&y=cyberman|0|0|4|1 537

http://afatih.wordpress.com/2007/09/10/karir-dan-selingkuh/

(17)

 

Perkawinan sesungguhnya merupakan keterkaitan “jiwa dan raga” antarpasangan. Idealnya, satu sama lain secara konsisten saling menghidupi “jiwa” antarpasangan, dan menjiwai kehidupan perkawinan. Memberi rasa cinta setiap saat, setiap detik. Namun, setelah sekian lama perkawinan berlangsung, keterikatan “jiwa” mulai meluntur dimana satu sama lain cenderung mengikuti perasaan sendiri dan tidak jarang mulai mengabaikan perasaan pasangan. Padahal, perkawinan adalah perjalanan yang sangat panjang dan harus dibina hingga akhir hayat.

Kehidupan perkawinan yang terjadi sekian lama terkadang tidak selalu seindah dan seromantis harapan. Persoalan demi persoalan yang dihadapi setiap hari, belum lagi keunikan antarpasangan dalam menghadapi persoalan rumah tangga. Tidak sedikit pasangan yang memilih untuk menjalin hubungan dengan lawan jenisnya pada saat keadaan rumah tangga sedang tidak harmonis. Hal seperti inilah yang menjadikan pengkhianatan terhadap pasangan. Tindakan pengkhianatan ini lebih dikenal dengan sebutan selingkuh. Dalam buku Karena Istri Ingin Dimengerti, Pujihastuti (2006) menyatakan bahwa perselingkuhan merupakan salah satu bentuk hubungan cinta atau ikatan batin seorang pria atau seorang wanita yang sudah berrumah tangga namun terlibat hubungan asmara dengan orang lain.

Saat ini, selingkuh tidak hanya terjadi di perkotaan yang menganut gaya hidup metropolitan, tetapi juga telah merambah di pedesaan yang masih kental dengan norma – norma yang memandang selingkuh itu sebuah aib. Agaknya saat ini kesetiaan terhadap pasangan dan komitmen terhadap perkawinan terkesan meluntur. Begitu kompleksnya pola kehidupan saat ini sehingga tidak dapat dideteksi apa yang merupakan penyebab mendasar dari ketidaksetiaan terhadap pasangan.

(18)

 

 

 

ini terbukti pada tahun 2005, di Indonesia terdapat 13.779 kasus perceraian yang bisa dikategorikan akibat selingkuh, 9.071 karena gangguan orang ketiga, dan 4.708 akibat cemburu. Dapat dikatakan 10 keluarga yang bercerai satu diantaranya karena selingkuh. Saat ini saja, rata – rata dua jam ada tiga pasang suami-istri bercerai gara – gara cemburu (http://awan965.wordpress.com, 29 Mei 2010). Sedangkan menurut data statistik Pengadilan Tinggi Agama seluruh Indonesia menunjukkan bahwa perceraian akibat orang ketiga pada tahun 2005 sebanyak 9.071 kasus, 2006 mengalami pengurangan menjadi 8.285 kasus, 2007 meningkat kembali menjadi 10.444 kasus, 2008 terdapat 12.617 kasus, dan data terakhir pada tahun 2009 lebih meningkat lagi menjadi 16.077 kasus (www.badilag.net dalam ot-indo.blogspot.com, 29 Mei 2010).

Meningkatnya angka perceraian akibat perselingkuhan setiap tahunnya ini sangatlah memprihatinkan. Pada umumnya pelaku perselingkuhan adalah suami dan pada sebagian budaya masyarakat tertentu perselingkuhan sering kali diasumsikan sebagai sifat alamiah suami. Namun, statistik menunjukkan jumlah istri berselingkuh juga semakin meningkat. Dimana berdasarkan budaya istri dituntut dalam bentuk streotipe – streotipe seperti seorang istri harus setia pada suaminya, sebuah aib besar apabila menduakan suami, harus bersikap patuh, mengabdi, pasif, dan bergantung pada orang lain (tidak mandiri). Selain itu, kepada istri juga dilekatkan berbagai peran. Istri yang bekerja diharuskan tetap bertanggung jawab atas tugas – tugas domestik dan keharmonisan keluarga. Ketika rumah tangganya tidak harmonis, istri dipersalahkan karena terlalu sibuk dengan karirnya. Selain itu, banyak perempuan terpaksa meninggalkan pekerjaan atau tidak mengambil kesempatan untuk mendapat penghasilan lebih tinggi karena terikat dengan peran wanita sebagai istri dan ibu. Seperti telah diketahui bahwa peran wanita sebagai istri ialah untuk menjadi teman hidup dan partner seksual suami, seorang ibu dan pendidik untuk anak – anaknya, dan bertanggung jawab untuk mengatur rumah tangga (Kartono, 1992).

(19)

 

 

 

melakukan perselingkuhan. Menariknya, perselingkuhan yang dilakukan kalangan istri justru meningkat secara signifikan dari tahun 1982 – 1990 yaitu 38% istri melakukan perselingkuhan berbanding 50% istri tidak setia dari tahun 1991 – 2000. Sementara itu, hasil survei terbaru website Netmums menyatakan, hampir 25% istri tidak setia pada suaminya. Survei yang dilakukan di Inggris ini melibatkan 4.000 wanita dan sepertiga dari para istri yang tidak setia juga melakukan one night stand (www.lintasberita.com, 08 Juni 2010). Sedangkan survei di Indonesia sendiri pada cover majalah wanita “Kartini” edisi minggu pertama tahun 2005 diketahui bahwa 40% istri di Jakarta melakukan selingkuh. Hal ini diperkuat hasil riset Sukiat, psikolog klinis dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (dalam blog.friendster.com, 31 Mei 2010) yang menyatakan bahwa lebih dari 70% istri di Jakarta memiliki PIL (Pria Idaman Lain) atau satu dari tiga wanita di Jakarta pada saat ini berada dalam status selingkuh.

Kasus – kasus perselingkuhan di kalangan istri pun menjadi pemberitaan dan topik yang hangat di media cetak maupun elektronik. Seperti pada harian Kompas edisi Kamis, 29 September 2005 dimana seorang ibu rumah tangga yang sekaligus adalah eksekutif di sebuah perusahaan swasta mengkonsultasikan tentang perselingkuhan yang ia lakukan dengan pria idaman lain yang mampu memberinya “hotter dan wilder sex”. Adapula perselingkuhan istri pengusaha, istri muda, atau istri simpanan para pejabat Jakarta yang rela merogoh kocek Rp. 1,5 juta hingga Rp. 2 juta sekali kencan dngan pria panggilan. Selain Jakarta, perselingkuhan wanita – wanita papan atas ini juga sudah menjamur di sejumlah kota besar seperti Surabaya, Medan, Semarang, dan Makasar. Bahkan di Jawa Timur sudah menjalar ke Malang, Kediri, dan Madiun (www.tribunnews.com, 11 Februari 2010).

(20)

 

 

 

Kepala Desa di sebuah desa di kota Temanggung dilaporkan suaminya ke Bupati Temenggung karena ketahuan berselingkuh dan dirinya diminta untuk mengundurkan diri dari jabatannya (www.metrotvnews.com, 21 Oktober 2010).

Dari beberapa kasus yang ada, perselingkuhan di kalangan istri ternyata tidak hanya memberikan dampak perceraian tetapi juga dapat meberikan sanksi sosial serta sanksi hukum apabila hal ini terbongkar kerena perselingkuhan istri masih menjadi hal yang sangat tabu. Selain itu, perasaan yang sudah tentu dirasakan adalah perasaan berdosa apalagi seorang istri yang berselingkuh telah melakukan one night stand dengan pasangan selingkuhnya. Selain itu juga perasaan tidak nyaman,

khawatir, gelisah, dan tidak tenang karena telah melakukan pengkhianatan dan takut akan terbongkar.

Perasaan – perasaan tersebut sudah tentu akan mempengaruhi dalam pencapai kehidupan yang baik yang diinginkan oleh semua orang tidak terkecuali istri yang berselingkung. Dimana kehidupan yang baik merupakan keinginan tertinggi yang ingin dicapai oleh setiap orang begitu pula pada istri yang telah melakukan pengkhianatan terhadap suami. Pencapaian kehidupan yang baik ini tergantung pada perasaan sejahtera (well-being) khususnya secara psikologis yang dirasakan oleh diri sendiri.

Dalam penelitian mengenai konsep kebahagian, diketahui bahwa seseorang dikatakan memiliki kebahagiaan yang tinggi jika mereka memiliki kepuasan hidup, sering merasa gembira, jarang mengalami perasaan sedih, dan marah. Sebaliknya orang yang merasa tidak puas dalam hidupnya, memiliki pengalaman menggembirakan yang kurang dan sering merasakan emosi yang negatif seperti marah atau gelisah akan menyebabkan individu tersebut memiliki kebahagian yang rendah (Ed Diener, Eunkook Suh, and Shigehiro Oishi, 1997).

(21)

 

 

 

mengemukakan, jika seorang individu memiliki kegembiraan yang berlimpah ruah maka dia memiliki kunci untuk mempunyai kehidupan yang baik (Ed. Snyder dan Lopes, 2002: 63).

Menurut Bradburn (dalam Ryff, 1989) kebahagiaan (happiness) merupakan hasil dari kesejahteraan psikologis (psychological well-being) dan merupakan tujuan tertinggi yang ingin dicapai oleh setiap manusia. Bagi Ryff (1989), kesejahteraan psikologis dapat diartikan sebagai penggambaran sejauh mana individu merasa nyaman, damai, dan bahagia berdasarkan penilaian subjektif serta bagaimana mereka memandang pencapaian potensi – potensi mereka sendiri. Dengan kata lain, kebahagian tercapai jika kesejahteraan tercapai dan akan membuahkan kehidupan yang baik. Ryff (dalam Keyes, 1995) juga menjelaskan bahwa psychological well being (PWB) sebagai pencapaian penuh dari potensi psikologis seseorang dan suatu

keadaan ketika individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki tujuan hidup, mengembangkan relasi yang positif dengan orang lain, menjadi pribadi yang mandiri, mampu mengendalikan lingkungan, dan terus tumbuh secara personal.

Dari pemamparan di atas, istri yang sedang mengalami konflik dalam rumah tangga, perasaan tidak dihargai oleh suami, sakit hati (dengan diri sendiri maupun orang lain), stress (karena masalah terdahulu maupun yang baru saja terjadi pada dirinya), dan tidak lagi merasakan kepuasan dalam menjalin hubungan rumah tangga merupakan motif yang membuat dirinya menjalin hubungan dengan lawan jenisnya (pasangan selingkuhnya). Hal ini sudah tentu menjadi pengalaman hidup yang membuat dirinya merasa tidak nyaman, berdosa, gelisah. Akan tetapi di sisi lain bisa saja perselingkuhan ini juga dapat meningkatkan harga diri pelakunya. Dimana hal ini akan mempengaruhi kehidupan dan perasaan sejahteranya (well-being) dalam mencapai tujuan hidup tertinggi yang ingin diraih olehnya.

(22)

 

 

 

perselingkuhan ini telah meningkat setiap tahunnya dan menjadi sangat memprihatinkan, sehingga membuat peneliti merasa perlu mengadakan penelitian lebih lanjut secara detail dan mendalam khususnya tentang gambaran kesejahteraan psikologis (psychological well being) pada istri yang berselingkuh. Oleh karena itu peneliti mengemukakan judul penelitian Psychological Well-Being Istri yang Berselingkuh.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah gambaran psychological well-being pada istri yang berselingkuh?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang diharapkan peneliti adalah mengetahui gambaran psychological well-being istri yang berselingkuh.

D. Manfaat Penelitian

Ditinjau dari aspek praktis dan teoritis, manfaat penelitian yang diharapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Secara Praktis

(23)

 

 

 

b. Secara Teoritis

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pasangan suami istri Katolik yang usia perkawinan 15-30 tahun, ditemukan pasangan suami istri menghayati janji

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pasangan suami istri Katolik yang usia perkawinan 15-30 tahun, ditemukan pasangan suami istri menghayati janji

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada istri yang tinggal di negara suami dan cara melakukan penyesuaian perkawinan terhadap suami,

Faktor yang turut berperan dalam tingginya kepuasan perkawinan subjek adalah dukungan sosial dan faktor demografis, seperti tingkat pendidikan suami dan istri,

mempertahankan baik suami maupun istri pada sebuah ikatan perkawinan yang telah dibangun, selain itu dalam komitmen perkawinan tersebut terdapat rasa saling percaya antara suami

Faktor nilai diri dan sosial yang dimiliki oleh masing-masing individu memiliki peran penting dalam self-esteem suami maupun istri pada pengalaman infertilitas.. Selain itu,

Mengingat pentingya keterbukaan komunikasi dalam menjaga hubungan dan kualitas perkawinan dengan kehidupan perkawinan jarak jauh disarankan pada pasangan suami istri untuk

Mengingat pentingya keterbukaan komunikasi dalam menjaga hubungan dan kualitas perkawinan dengan kehidupan perkawinan jarak jauh disarankan pada pasangan suami istri untuk