• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stres dan Kualitas Tidur pada Lansia di Kecamatan Porsea dapat diselesaikan dengan baik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Stres dan Kualitas Tidur pada Lansia di Kecamatan Porsea dapat diselesaikan dengan baik"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

STRES DAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA

DI KECAMATAN PORSEA

SKRIPSI

Oleh

Friska

111101133

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

(2)
(3)
(4)

Title of the Thesis : Stress and the Quality of Sleep in Old People in Porsea Subdistrict

Name of Student : Friska Std. ID Number : 111101133 Faculty : Nursing Academic Year : 2014-2015

ABSTRACT

Stress is the phenomenon which influences all dimensions of one’s life

which includes physical, developmental, emotional, intellectual, social, and spiritual dimensions. Old people become stressed because they usually undergo the change in family, the death of spouse, and lack of family support for their health. The quality of sleep is an individual capability of being easily fallen asleep, and to and getting correct NREM and REM amount of sleep. Inadequate sleep and bad quality of sleep in old people can cause disorder of physiological and psychological balance. The objective of this descriptive research was to find out the description of stress and thre quality of sleep in old people at Posyandu for Old People, Parparean IV village, Porsea Subdistrict. The subject of the research was 54 old people, and the samples were taken by using total sampling technique. The data were analyzed by using distribution frequency technique and questionnaires on demographic characteristics, the level of stress, and the quality of sleep. The result of the analysis showed that 42.6% Of the respondents underwent mild stress, 33% of the respondents underwent serious stress. For the parameter of sleep, 39% had the total of 6-7 hours, and 18% had the total of <5 hours, 50% began to sleep < 60 minutes, and 26%had 16030 minutes. 52% wakes up three or more times and 48% wakes up one or two times. 48% of the respondents said that they felt sleepy in the morning and 43% of them said that they felt fresh in the morning. 50% of the respondents complained about waking up frequently, 56% of them had moderate sleep, and 33% of them felt very fresh. 57% of the respondents felt rather weak or tired in their morning activities. The

conclusion of the research was that the level of stress influenced the old people’s

quality of sleep.

(5)

Judul : Stres dan Kualitas Tidur pada Lansia di Kecamatan Porsea

Nama : Friska

NIM : 111101133

Fakultas : Keperawatan Tahun Akademik : 2014/2015

Abstrak

Stres merupakan fenomena yang mempengaruhi semua dimensi dalam kehidupan seseorang, yang meliputi dimensi fisik, perkembangan, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Stres lansia biasanya menghadapi perubahan dalam keluarga, kematian dari pasangan atau teman hidup, dan kurangnya dukungan keluarga terhadap kesehatan lansia. Kualitas tidur merupakan kemampuan individu untuk tetap tertidur dan untuk mendapatkan jumlah tidur NREM dan REM yang tepat . Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur buruk dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologi. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah melihat gambaran stres dan kualitas tidur pada lansia di Posyandu Lansia Desa Parparean IV, Kecamatan Porsea. Subjek penelitian berjumlah 54 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Data yang diperoleh di analisa dengan teknik disribusi frekuensi. Penelitian menggunakan kuisioner yang meliputi karakteristik demografi, tingkat stres dan kualitas tidur. Hasil analisa diperoleh bahwa mayoritas responden berada di tingkat stres ringan (42,6%) dan walaupun ada yang berada pada tingkat sangat berat 33%. Untuk parameter tidur 39% memiliki total jam tidur semalam 6-7 jam dan 18% total jam tidur <5 jam , 50% waktu mulai tertidur >60 menit dan 16-30 menit sebesar 26%, frekuensi terbangun tiga kali atau lebih semalam 52% dan terbangun 1-2 kali sebesar 48%, responden mengatakan sedikit mengantuk bangun di pagi hari 48% dan 43% merasa segar bangun di pagi hari, 50% responden mengeluh sebentar-bentar terbangun dan 35% tidur dan kemudian terbangun, 56% kepuasan tidur responden sedang dan 33% sangat segar, 57% responden mengatakan sedikit lemah atau lelah saat beraktivitas di pagi hari dan 30% tidak merasakan lemah atau tidak lelah sama sekali saat beraktivitas di pagi hari. Dari hasil penelitian ini menyatakan bahwa tingkat stres mempengaruhi kualitas tidur lansia.

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan karunia-Nya skripsi yang berjudul : Stres dan Kualitas Tidur pada Lansia di Kecamatan Porsea dapat diselesaikan dengan baik.

Selama proses skripsi ini, Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik mulai dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, tentulah akan terasa sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp., MNS selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota Bukit, SKp, MNS selaku Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan perhatiannya dengan penuh kesabaran dalam memberikan masukan, arahan, dukungan serta bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Ikhsanudin A. Harahap, S.Kep, MNS selaku Wakil Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Utara.

(7)

6. Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan untuk memperbaiki skripsi ini.

7. Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penasihat akademik yang memberikan dukungan dan motivasi.

8. Seluruh dosen dan staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

9. dr. Sudung Reinhard M Siahaan selaku Kepala UPT Puskesmas Porsea yang banyak membantu dan mendukung dalam penelitian saya. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada bidan Asnah, bidan br.Harianja selaku tenaga kesehatan di Posyandu Lansia Desa Parparean IV yang membantu saya dalam mengumpulkan para lansia untuk menjadi responden dalam penelitian saya. Dan tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada seluruh responden yang ikut berpartisipasi dalam penelitian saya.

10. Kedua orang tua saya, yakni Bapak saya A. T. Harianja, BA dan Ibu saya Roslina Sitompul, S.Pd yang telah memberikan bantuan, dukungan material dan moral serta doa demi kemudahan dalam menyelesaikan pendidikan, juga kakak saya Christina Harianja, SE, M.Si., adik saya Bripda Benny Harianja serta abang Pimpin Harianja dan Rapi Saragih, yang telah banyak membantu dari awal pengambilan sampel penelitian sampai selesai, dan memberikan dukungan serta doa untuk saya.

(8)

S1 2011 Fakultas Keperawatan yang telah membantu dan memotivasi dalam penyusunan skripsi ini.

12. KTB Narwastu saya dan terkhusus kakak Natalisda Halawa yang juga telah mendukung dan mendoakan saya selalu.

13. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menempuh pendidikan dan penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya, dan penulis juga menerima saran yang membangun dari semua pihak untuk hasil yang lebih baik. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih

Medan, Juli 2015

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman judul i

Halaman pernyataan orisinalitas ii

Halaman pengesahan iii

Abstrak iv

Prakata v

Daftar isi vi

Daftar Lampiran vii

Daftar Tabel viii

Daftar Skema ix

Bab 1. Pendahuluan 1

1. Latar Belakang 1

2. Pertanyaan Penelitian 3

3. Tujuan penelitian 3

4. Manfaat penelitian 4

Bab 2. Tinjauan pustaka 5

1. Konsep stres 5

1.1 Definisi 6

1.2 Jenis stres 8

1.3 Model stres 9

1.4 Tingkat stres 9

1.5 Tahapan stres 10

1.6 Sumber stres dalam kehidupan 11

(10)

2.1 Definisi 13

2.2 Fisiologi tidur 14

2.3 Pengaturan tidur 17

2.4 Tahapan siklus tidur 18

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur 20

3. Kualitas tidur 23

Bab 4. Metodologi Penelitian 30

1. Desain penelitian 30

2. Populasi dan sampel penelitian 30

2.1Populasi 30

6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 34

7. Pengumpulan data 35

8. Analisa data 37

BAB 5 Hasil dan Pembahasan 38

1. Hasil penelitian 39

1.1 Karakteristik demografi responden 39

1.2 Stres lansia 40

1.3 Kualitas tidur lansia 41

(11)

2.1 Stres 43

2.2 Kualitas tidur 45

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 47

1. Kesimpulan 49

2. Saran 50

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan Tentang Penelitian Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden Lampiran 3 Instrumen Penelitian

Lampiran 4 Hasil Reliabilitas Kuesioner Lampiran 5 Hasil Penelitian

Lampiran 6 Master Tabel

Lampiran 7 Jadwal Tentatif Penelitian Lampiran 8 Taksasi Dana

Lampiran 9 Surat Etik Penelitian

Lampiran 10 Surat Uji Reliabilitas Kuesioner

Lampiran 11 Surat Balasan Uji Reliabilitas Kuesioner Lampiran 12 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 13 Surat Izin Penelitian

(13)

DAFTAR SKEMA

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi operasional variabel penelitian ... 28 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik demografi ... 39 Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Stres Lansia di Posyandu Lansia Desa

Parparean IV ... 40 Tabel 5.3 Distribusi Kualitas Tidur Lansia di Posyandu Lansia

(15)

Title of the Thesis : Stress and the Quality of Sleep in Old People in Porsea Subdistrict

Name of Student : Friska Std. ID Number : 111101133 Faculty : Nursing Academic Year : 2014-2015

ABSTRACT

Stress is the phenomenon which influences all dimensions of one’s life

which includes physical, developmental, emotional, intellectual, social, and spiritual dimensions. Old people become stressed because they usually undergo the change in family, the death of spouse, and lack of family support for their health. The quality of sleep is an individual capability of being easily fallen asleep, and to and getting correct NREM and REM amount of sleep. Inadequate sleep and bad quality of sleep in old people can cause disorder of physiological and psychological balance. The objective of this descriptive research was to find out the description of stress and thre quality of sleep in old people at Posyandu for Old People, Parparean IV village, Porsea Subdistrict. The subject of the research was 54 old people, and the samples were taken by using total sampling technique. The data were analyzed by using distribution frequency technique and questionnaires on demographic characteristics, the level of stress, and the quality of sleep. The result of the analysis showed that 42.6% Of the respondents underwent mild stress, 33% of the respondents underwent serious stress. For the parameter of sleep, 39% had the total of 6-7 hours, and 18% had the total of <5 hours, 50% began to sleep < 60 minutes, and 26%had 16030 minutes. 52% wakes up three or more times and 48% wakes up one or two times. 48% of the respondents said that they felt sleepy in the morning and 43% of them said that they felt fresh in the morning. 50% of the respondents complained about waking up frequently, 56% of them had moderate sleep, and 33% of them felt very fresh. 57% of the respondents felt rather weak or tired in their morning activities. The

conclusion of the research was that the level of stress influenced the old people’s

quality of sleep.

(16)

Judul : Stres dan Kualitas Tidur pada Lansia di Kecamatan Porsea

Nama : Friska

NIM : 111101133

Fakultas : Keperawatan Tahun Akademik : 2014/2015

Abstrak

Stres merupakan fenomena yang mempengaruhi semua dimensi dalam kehidupan seseorang, yang meliputi dimensi fisik, perkembangan, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Stres lansia biasanya menghadapi perubahan dalam keluarga, kematian dari pasangan atau teman hidup, dan kurangnya dukungan keluarga terhadap kesehatan lansia. Kualitas tidur merupakan kemampuan individu untuk tetap tertidur dan untuk mendapatkan jumlah tidur NREM dan REM yang tepat . Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur buruk dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologi. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah melihat gambaran stres dan kualitas tidur pada lansia di Posyandu Lansia Desa Parparean IV, Kecamatan Porsea. Subjek penelitian berjumlah 54 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Data yang diperoleh di analisa dengan teknik disribusi frekuensi. Penelitian menggunakan kuisioner yang meliputi karakteristik demografi, tingkat stres dan kualitas tidur. Hasil analisa diperoleh bahwa mayoritas responden berada di tingkat stres ringan (42,6%) dan walaupun ada yang berada pada tingkat sangat berat 33%. Untuk parameter tidur 39% memiliki total jam tidur semalam 6-7 jam dan 18% total jam tidur <5 jam , 50% waktu mulai tertidur >60 menit dan 16-30 menit sebesar 26%, frekuensi terbangun tiga kali atau lebih semalam 52% dan terbangun 1-2 kali sebesar 48%, responden mengatakan sedikit mengantuk bangun di pagi hari 48% dan 43% merasa segar bangun di pagi hari, 50% responden mengeluh sebentar-bentar terbangun dan 35% tidur dan kemudian terbangun, 56% kepuasan tidur responden sedang dan 33% sangat segar, 57% responden mengatakan sedikit lemah atau lelah saat beraktivitas di pagi hari dan 30% tidak merasakan lemah atau tidak lelah sama sekali saat beraktivitas di pagi hari. Dari hasil penelitian ini menyatakan bahwa tingkat stres mempengaruhi kualitas tidur lansia.

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bersamaan dengan peningkatan taraf kehidupan, sosial, ekonomi dan kesejahteraan masyarakat berdampak terhadap peningkatan kualitas hidup lanjut usia (lansia). Populasi lansia mengalami peningkatan secara signifikan dari jumlah 14.439.967 jiwa (7,18%) pada tahun 2010 menjadi 20 juta jiwa (9,51%) pada tahun 2011, dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Depkes, 2012)

(18)

Kondisi penyakit kronis yang diperberat oleh masalah psikososial membuat para lansia cenderung mengalami stres. Respon stres berbeda pada setiap lansia, karena setiap lansia memiliki kemampuan toleransi yang berbeda-beda tentang hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya stres (Nasir dan Muhith, 2011). Menurut Soejono (2000) bahwa prevalensi stres diperkirakan sekitar 60% pasien lansia yang menderita stres di unit geriatri, sehingga gejala stres yang muncul seringkali dianggap sebagai bagian dari proses menua, hal ini akan terus meningkat. Angka kejadian stres pada lansia usia diatas 65 tahun diperkirakan sekitar 10-30% (Zerhusen dalam Pawlinska-Chmara, 2005). Pada lansia kondisi stres berupa ansietas dan depresi (Miller, 1995) yang juga merupakan penyebab lansia mengalami kesulitan tidur. Jika hal ini berlangsung dalam jangka panjang maka akan berdampak terhadap kondisi fisik lansia (Soejono, 2000).

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah gelisah, lesu dan apatis. Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman tidur, kepuasan tidur, perasaan segar ketika bangun tidur di pagi hari, dan perasaan lemah atau lelah saat beraktivitas di pagi hari.

(19)

lebih lama untuk jatuh tidur, tidur nyenyak hanya sebentar, lebih sering terbangun saat tidur, bangun terlalu dini hari dan membutuhkan waktu lebih banyak untuk tidur pada siang hari karena sangat mengantuk. Pada kelompok lansia hanya dijumpai 7% kasus yang mengeluh masalah tidur dan hanya dapat tidur tidak lebih dari lima jam sehari (Wahyudi, 2003). Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% lansia melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia di Indonesia yaitu sekitar 67% dari 6 juta lansia (Amir, 2007).

Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur buruk dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologi. Dampak fisiologi meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, rasa capek, lemah, koordinasi neuromuskular buruk, proses penyembuhan lambat, daya tahan tubuh menurun dan ketidakstabilan tanda vital (Briones et al.,1996, Dawson, & Lack, 2000). Sedangkan dampak psikologi meliputi depresi, cemas, tidak konsenterasi, koping tidak efektif (Miller, 1995; Roy, 1999).

(20)

2. Pertanyaan Penelitian

2.1. Bagaimana gambaran tingkat stres lansia di Posyandu Lansia Parparean 4, Kecamatan Porsea?

2.2. Bagaimana gambaran kualitas tidur lansia di Posyandu Lansia Parparean 4, Kecamatan Porsea?

3. Tujuan Penelitian

3.1. Mengetahui gambaran tingkat stres lansia di Posyandu Lansia Parparean 4 Kecamatan Porsea.

3.2. Mengetahui gambaran kualitas tidur lansia di Posyandu Lansia Kecamatan Porsea

4. Manfaat Penelitian

4.1.Bagi pelayanan keperawatan

Hasil penelitian ini merupakan hasil bukti penelitian klinik yang dapat di jadikan sebagai masukan bagi pelayanan keperawatan di Posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas Porsea yang berkaitan dengan tingkat stres dan kualitas tidur pada lansia.

4.2.Bagi pendidikan keperawatan

(21)

4.3.Bagi penelitian keperawatan

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Stres

1.1 Definisi Stres

Stres adalah respons tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres dapat mengancam keseimbangan fisiologis. Stres emosi dapat menimbulkan perasaan negatif terhadap diri sendiri dan orang lain. Stres intelektual akan mengganggu persepsi dan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah, stres sosial akan mengganggu hubungan individu terhadap kehidupan (Hans Selye, 1956 ; Davis, at all, 1989 ; Barbara Kozier, et all, 1989)

(23)

emosi seperti rasa bersalah). Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang (mis.perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan).

Lazarus dan Folkman (1984) stres adalah sebagai suatu hubungan yang khas antar individu dan lingkungan yang dinilai oleh individu tersebut sebagai suatu hal yang mengancam atau melampaui kemampuannya untuk mengatasinya sehingga membahayakan kesejahteraannya. Maramis (1999) mengatakan stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri, oleh karena itu stres dapat mengganggu keseimbangan.

1.2 Jenis Stres

Nasir dan Muhith (2011) menyatakan bahwa stres terbagi dua jenis stres, yaitu baik dan buruk. Stres melibatkan perubahan fisiologis yang kemungkinan dapat dialami sebagai perasaan yang baik anxiousness (distres) atau pleasure (eustres).

(24)

stimulus yang masuk merupakan suatu pelajaran yang berharga dan mendorong seseorang untuk selalu berpikir dan berprilaku bagaimana agar apa yang akan dilakukan selalu membawa manfaat dan bukan bencana. Untuk menjadikan stres sebagai suatu yang positif, maka perlu ada sikap bahwa masalah harus dicarikan penyelesaiannya (problem solving). Salah satunya dengan mencari dukungan dari orang lain untuk membantu menyelesaikan masalah, terutama bila masalah sulit diselesaikan. Apabila tetap tidak bisa diselesaikan cukup dengan diambil hikmahnya.

(25)

1.3 Model Stres

Perawat menggunakan model stres untuk membantu klien mengatasi respons yang tidak sehat atau non produktif. Dengan modifikasi, model ini dapat membantu perawat berespons dalam merawat degan cara yang menunjukkan individualisasi bagi klien.

1.3.1 Model Stres Berdasar respons

Model stres dari Selye (1976) adalah model berdasarkan respons yang mendefinisikan stres sebagai respons non-spesifik dari tubuh terhadap setiap tuntutan yang ditimpakan padanya. Stres ditunjukkan oleh reaksi fisiologis spesifik, GAS. Sehingga respon seseorang terhadap stres benar-benar fisiologis dan tidak pernah dimodifikasi untuk memungkinkan pengaruh dari kognitif (McNett, 1989).

1.3.2 Model Adaptasi

(26)

1.3.3 Model Berdasar Stimulus

Model berdasarkan stimulus memfokuskan pada asumsi berikut : (a) Peristiwa perubahan dalam kehidupan adalah normal, dan perubahan ini membutuhkan tipe dan durasi penyesuaian yang sama. (b) Individu adalah resipien pasif dari stres, dan persepsi mereka terhadap peristiwa adalah tidak relevan. (c) Semua orang mempunyai ambang stimulus yang sama, dan penyakit dapat terjadi pada setiap titik setelah ambang tersebut (McNett, 1989). Seperti hal pada model berdasarkan respons, model berdasarkan stimulus tidak memungkinkan untuk perbedaan individu dalam persepsi dan respons terhadap stressor. Perawat mungkin mengalami kesulitan ketika berupaya untuk menggunakan model ini dalam penatalaksanaan stres karena kurangnya keleluasaan untuk adaptasi individu (McNett, 1989).

1.3.4 Model Berdasar Transaksi

(27)

berkaitan dengan stres seperti penilaian kognitif dan koping (Monsen, Floyd, dan Brookman, 1992).

1.4 Tingkat Stres

Menurut Rasmun (2004) stres dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu stres ringan, stres sedang, dan stres berat. Stres ringan biasanya tidak merusak aspek fisiologis, stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya, lupa, ketiduran, kemacetan, dan dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam. Situasi seperti ini nampaknya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus-menerus.

Stres sedang terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari, contohnya kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebih, mengharapkan pekerjaan baru, anggota keluarga pergi dalam waktu yang lama, situasi seperti ini dapat bermakna bagi individu yang mempunyai faktor predisposisi suatu penyakit koroner.

Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial dan penyakit fisik yang lama.

1.5 Tahapan Stres

(28)

mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam. (b) Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau letih, cepat lelah pada saat menjelang sore, mudah lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung dan perut tidak nyaman, jantung berdebar, otot tengkuk dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadat. (c) Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan seperti defekasi tidak teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan susah tertidur lagi, bangun terlalu pagi dan sulit tidur lagi, koordinasi tubuh terganggu, dan akan jatuh pingsan. (d) Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsenterasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan. (e) Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik. (f) Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda, seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin dan banyak keringat, lemah, serta pingsan.

(29)

Nasir dan Muhith (2011) menyatakan bahwa sumber-sumber stres sebagai berikut :

1. Sumber stres dari individu

Terkadang sumber stres berasal dari individunya sendiri. Salah satu yang dapat menimbulkan stres dari pribadi sendiri adalah melalui penyakit yang diderita oleh seseorang. Menjadi sakit menempatkan demands pada sistem biologis dan psikologis, tingkatan stres yang dihasilkan oleh demands tersebut bergantung pada keseriusan penyakit dan usia orang tersebut. Hal lain yang dapat menimbulkan stres dari individu sendiri adalah melalui penilaian dari dorongan motivasi yang bertentangan, ketika terjadi konflik dalam diri seseorang dan biasanya orang tersebut berada dalam suatu kondisi di mana dia harus menentukan pilihan, dan pilihan tersebut sama pentingnya.

2. Sumber stres dalam keluarga

Konflik interpersonal dapat timbul sebagai akibat dari masalah keuangan dan tujuan yang bertolak belakang. Dari banyak stresor dalam keluarga, ada tiga hal yang paling sering terjadi, yaitu sebagai berikut:

(30)

kesehatan, dan ketakutan bahwa hubungan antara suami istri dapat terganggu.

b. Perceraian dapat menghasilkan banyak perubahan yang penuh dengan stres untuk semua anggota keluarga karena mereka harus menghadapi perubahan dalam status sosial, pindah rumah, dan perubahan kondisi keuangan.

c. Anggota keluarga yang sakit, cacat, dan mati, yang pada umumnya memerlukan adaptasi, kemampuan untuk mengatasi perasaan sedih atau duka yang mendalam dan kesabaran.

3. Sumber stres dalam komunitas dan lingkungan

Hal ini disebabkan karena tuntutan pekerjaan yang dapat menghasilkan stres dalam dua cara, yaitu:

a. Beban pekerjaan yang terlalu tinggi, sebagai akibat dari keinginan untuk mendapatkan pengahasilan yang lebih atau jabatan yang lebih tinggi. b. Beberapa macam aktivitas dapat menyebabkan stres lebih daripada yang

lainnya, apabila pekerjaan yang dilakukan terus-menerus di bawah kemampuannya.

2. Konsep Tidur

2.1 Definisi Tidur

(31)

atau dengan rangsang lainnya (Guyton & Hall, 1997). Tidur merupakan dua keadaan yang bertolak belakang dimana tubuh beristirahat secara tenang dan aktivitas metabolisme juga menurun namun pada saat itu juga otak sedang bekerja lebih keras selama periode bermimpi dibandingkan dengan ketika beraktivitas di siang hari (Chopra , 2003).

Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau menghilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Asmadi, 2008).

Tidur adalah perilaku penarikan diri secara terus menerus dari dan tidak berespons terhadap lingkungannya yang bersifat reversibel (Carskadon & Dement, 1994). Tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan penyakit, karena tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh mereparasi bagian- bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan (Suyono, 2008).

2.2 Fisiologi Tidur

(32)

minimal, tingkatan kesadaran yang bervariasi, perubahan-perubahan proses fisiologi tubuh dan penurunan respon terhadap rangsangan dari luar (Priharjo, 1993). Tidur merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, sama halnya seperti kesehatan yang baik secara umum (Chopra, 2003). Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk tidur. Tanpa jumlah tidur yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun, dan meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2005).

Sebagian besar, organisme hidup menunjukkan adanya fluktuasi fungsi tubuh yang berirama sepanjang kurang lebih 24 jam, yaitu berirama sirkadian. Umumnya, organisme-organisme tersebut menjadi terlatih seirama dengan siklus cahaya siang-malam yang terjadi di lingkungannya (Ganong, 2002). Irama sirkadian mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan fungsi perilaku. Fluktuasi dan prakiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormone, kemampuan sensorik, dan suasana hati tergantung pada pemeliharaan siklus sirkadian 24 jam (Potter & Perry, 2005). Zona tidur otak depan basal meliputi bagian-bagian dari hipotalamus. Dari hipotalamus, jalur endokrin dan saraf yang menuju ke berbagai bagian tubuh, mengatur irama ini, termasuk pelepasan melatonin di malam hari, yang berfungsi sebagai sinyal waktu sistemik (Ganong, 2002).

(33)

mempertahankan siklus tidur-bangun individual yang biasanya dapat secara berlawanan mempengaruhi kesehatan keseluruhan seseorang (Potter & Perry, 2005).

Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh integrasi tinggi aktivitas system saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan dalam system saraf peripheral, endokrin, kardiovaskuler, pernapasan dan muscular (Robinson, 1993). Tiap rangkaian diidentifikasi dengan respon fisik tertentu dan pola aktivitas otak. Peralatan seperti elektroensefalogram (EEG), yang mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral, elektromiogram (EMG), yang mengukur tonus otot dan elektrookulogram (EOG) yang mengukur gerakan mata, memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur (Potter & Perry, 2005).

Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermitten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga dan yang lain menyebabkan tertidur (Potter & Perry, 2005).

(34)

Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam sistem tidur Raphe pada pons dan otak depan bagian tengah. Zat agonis serotonin berguna untuk menekan tidur dan antagonis serotonin meningkatkan tidur gelombang-lambat pada manusia. Seseorang tetap tertidur atau terbangun tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dari pusat yang lebih tinggi, reseptor sensori perifer dan sistem limbik. Ketika seseorang mencoba untuk tidur mereka akan menutup mata dan berada pada posisi relaks. Jika stimulus ke SAR menurun maka aktivasi SAR juga akan menurun. Pada beberapa bagian lain, BSR mengambil alih dan menyebabkan seseorang tidur (Ganong, 2002).

Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia. Akan tetapi, kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan lansia (Bliwise, 1993 Dikutip dari Potter & Perry, 2005). Keluhan tentang kesulitan tidur waktu malam seringkali terjadi di antara lansia, sering kali akibat keberadaan penyakit kronik yang lain (Evans dab Rogers, 1994 Dikutip dari Potter & Perry, 2005).

2.3 Pengaturan tidur

(35)

(EEG), yang mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral, elektromiogram (EMG) yang mengukur tonus otot dan elektrookulogram (EOG) yang mengukur gerakan mara, memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur.

Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermiten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga, dan yang lain menyebabkan tertidur.

Sistem aktivasi retikular (SAR) berlokasi pada batang otak teratas. SAR dipercayai terdiri dari sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga, SAR menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri, dan taktil. Aktivitas korteks serebral (mis. proses emosi atau pikiran) juga menstimulasi SAR. Saat terbangun merupakan hasil dari neuron dalam SAR yang mengeluarkan katekolamin seperti norepinefrin (Sleep Research Society, 1993).

Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam sistem tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah. Daerah otak juga disebut daerah sinkronisasi bulbar (bulbar synchronizing region, BSR).

(36)

2.4 Tahapan Siklus Tidur

Tidur yang normal melibatkan dua fase : tahapan non REM (rapid eye movement) NREM dan tahapan REM (Potter & Perry, 2005).

2.4.1 Tahap tidur Non-Rapid Eye Movement

Tidur NREM adalah tidur yang lambat dengan mata tertutup, ada pergerakan tubuh dan bernapas dengn tenang dan teratur (Brugne, 1994). Selama tidur NREM, seseorang yang tidur mengalami kemajuan melalui empat tahapan selama siklus tidur yang tipikal 90 menit.

Tahap pada tidur NREM terdapat empat, yaitu :

a. Tahap tidur pertama NREM memiliki karakteristik, yaitu tahap transisi diantara mengantuk dan tertidur yang ditandai dengan pengurangan aktivitas fisiologis yang dimulai dengan menutupnya mata, pergerakan lambat, otot berelaksasi serta penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme, menurunnya denyut nadi, dan mudah terbangun. Tahap ini berakhir selama 5-10 menit

b. Tahap tidur kedua NREM memiliki karakteristik, yaitu tahap tidur ringan, denyut jantung mulai melambat, menurunnya suhu tubuh, dan berhentinya pergerakan mata. Tahap kedua NREM ini masih relatif mudah untuk terbangun dan akan berakhir 10 hingga 20 menit

(37)

terjadi. Pada tahap ini, seseorang yang tidur sulit dibangunkan, tidak dapat diganggu oleh stimuli sensori. Tahap ini berakhir 15 hingga 30 menit

d. Tahap 4 NREM memiliki karakteristik, yaitu tahap tidur terdalam, tidak ada pergerakan mata dan aktivitas otot. Tahap ini juga ditandai dengan tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama terjaga, laju pernapasan dan denyut jantung menurun sampai 20-30%. Seseorang yang terbangun pada saat tahap ini tidak secara langsung menyesuaikan diri, sering merasa pusing dan disorientasi untuk beberapa menit setelah bangun dari tidur

2.4.2 Tahap tidur Rapid Eye Movement

(38)

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur

Potter dan Perry (2005) sejumlah faktor mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur. Seringkali faktor tunggal tidak hanya menjadi penyebab masalah tidur. Faktor fisiologis, psikologis, dan lingkungan dapat mengubah kualitas dan kuantitas tidur. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur antara lain:

a. Penyakit Fisik

Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik (mis. Kesulitan bernapas), atau masalah suasana hati, seperti kecemasan atau depresi, dapat menyebabkan masalah tidur. Seseorang dengan perubahan seperti itu mempunyai masalah kesulitan tertidur atau tetap tertidur. Penyakit juga dapat memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa. Sebagai contoh, memperoleh posisi yang aneh saat tangan atau lengan diimobilisasi pada traksi dapat mengganggu tidur.

b. Obat-obatan dan Substansi

(39)

L-triptopan, suatu protein alami ditemukan dalam makanan seperti susu, keju, dan daging, dapat membantu orang tidur.

c. Gaya Hidup

Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Kesulitas mempertahankan kesadaran selama waktu kerja menyebabkan penurunan dan bahkan penampilan yang berbahaya. Setelah beberapa minggu kerja pada dinas malam hari, jam biologis seseorang biasanya dapat menyesuaikan. Perubahan lain dalam rutinitas yang mengganggu pola tidur meliputi kerja berat yang tidak biasanya, terlibat dalam aktivitas sosial pada larut-malam, dan perubahan waktu makan malam.

d. Stres Emosional

Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu tidur. Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stres juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tertidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stres yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk.

(40)

individu lain yang mengalami masalah perasaan depresi, sering juga mengalami perlambatan untuk jatuh tertidur, munculnya tidur REM secara dini, seringkali terjaga, peningkatan total waktu tidur, perasaan tidur yang kurang, dan terbangun cepat (Bliwise, 1993).

e. Lingkungan

Lingkungan fisik tempat seseornag tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang. Suara juga mempengaruhi tidur. Tingkat suara yang diperlukan untuk membangunkan orang tergantung pada tahap tidur (Webster dan Thompson, 1986). Suara yang rendah lebih sering membangunkan seorang dari tidur tahap 1, sementara suara yang keras membangunkan orang pada tahap tidur 3 atau 4. Tingkat cahaya dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Beberapa klien menyukai ruangan yang gelap, sementara yang lain seperti anak-anak atau lansia menyukai cahaya remang yang tetap menyala selama tidur. Klien juga mungkin bermasalah tidur karena suhu ruangan. Ruangan yang terlalu hangat atau terlalu dingin akan membuat klien gelisah.

3. Kualitas Tidur

3.1 Definisi Kualitas Tidur

(41)

dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006). Kualitas tidur juga didefinisikan sebagai suatu fenomena kompleks yang melibatkan beberapa dimensi (American Psychiatric Association, 2000)

Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur (Daniel et al, 1998; Buysse, 1998). Kualitas tidur adalah kemampuan individu untuk tetap tertidur dan untuk mendapatkan jumlah tidur REM dan NREM yang tepat (Kozier, Erb, Berman, & Synder, 2004). Namun, di sisi lain, Lai (2001) dalam Wavy (2008) menyebutkan bahwa kualitas tidur ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersiapkan pola tidurnya pada malam hari seperti kedalaman tidur, kemampuan tinggal tidur, dan kemudahan untuk tertidur tanpa bantuan medis. Kualitas tidur yang baik akan ditandai dengan tidur yang tenang, merasa segar pada pagi hari dan merasa sangat semangat untuk melakukan aktivitas (Craven & Hirnle, 2000)

(42)

kedaan tidur, keadaan siaga atau karena penyakit lain yang diderita. Tipe gelombang EEG diklasifikasikan sebagai gelombang alfa, betha, dan delta (Guyton & Hall, 1997).

3.2 Pengkajian kualitas tidur

Kualitas tidur adalah perasaan segar dan siap menghadapi hidup baru setelah bangun tidur. Kualitas tidur menyangkut pengkajian subjektif yaitu seberapa menyegarkan dan tenangnya tidur mereka dan pengkajian objektif yang dapat diketahui dari rekaman poligrafi, gerakan pergelangan tangan, gerakan kepala dan mata (Mac Arthur, 1997; Nisrina, 2008).

3.2.1 Data subjektif

Data subjektif tidur yang baik atau buruk dapat dievaluasi dengan persepsi para penderita penyakit tentang parameter tidur diantaranya adalah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk tertidur, frekuensi terbangun pada malam hari, total waktu tidur di malam hari dan kepulasan tidur (Kales & Kales, 1984; Lee, 1997; Suryani, 2004). Hanya para penderita penyakit saja yang dapat melaporkan apakah mereka mendapatkan tidur yang baik atau buruk. Jika para penderita penyakit puas dengan kualitas dan kuantitas tidurnya maka mereka mempunyai tidur yang baik (Potter & Perry, 2005).

(43)

Data objektif bisa didapatkan melalui pengkajian fisik penderita penyakit yaitu dengan mengobservasi lingkaran mata, adanya respon yang lamban, ketidakmampuan/kelemahan, penurunan konsentrasi. Selain itu, data objektif kualitas tidur penderita penyakit juga bisa dianalisa melalui pemeriksaan laboratorium yaitu EEG, EMG, dan EOG sinyal listrik menunjukkan perbedaan ingkat aktivitas yang berbeda dari otak, otot, dan mata yang berhubungan dengan tahap tidur yang berbeda (Sleep Research Society, 1993; dikutip dari (Potter & Perry, 2005).

3.2.3 Hubungan antara data subjektif dan data objektif

(44)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

Kerangka penelitian ini merupakan landasan berpikir dan pedoman melakukan penelitian tentang tingkat stres dan kualitas tidur pada lansia di Posyandu Lansia Parparean 4, Puskesmas Porsea. Penilaian stres meliputi dua aspek yaitu ansietas dan depresi yang dikategorikan menjadi 3 bagian yaitu, ringan, sedang dan berat. Pada penilaian kualitas tidur lansia meliputi, waktu memulai tidur, total jam tidur malam, frekuensi terbangun di malam hari, kedalaman tidur, kepuasan tidur, rasa segar bangun tidur, dan konseterasi beraktivitas.  Total jam tidur malam

 Frekuensi terbangun di malam hari  Kedalaman tidur

 Kepuasan tidur

(45)

2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala ukur Stres Lansia Stres merupakan suatu

keadaan yang menekan diri individu disebabkan oleh adanya

ketidakseimbangan antara kemampuan yang dimiliki dengan tuntutan yang ada,

(46)

Depresi adalah suatu subjektif klien tentang kondisi tidur yang

(47)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan tingkat stres dan kualitas tidur pada lansia di Puskesmas Kecamatan Porsea. Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional yakni penelitian yang hanya dilakukan satu kali pada suatu saat dalam mengukur atau mengobservasi data variabel.

2. Populasi dan Sampel

2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang telah dibina di posyandu lansia Parparean 4 Kecamatan Porsea. Jumlah lansia yang aktif di Posyandu Lansia Desa Parparean 4 adalah 54 orang (Puskesmas Porsea, 2013)

2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diambil (Notoatmojo, 2005). Sampel dalam penelitian ini adalah semua lansia di posyandu lansia desa parparean 4 Kecamatan Porsea, yaitu sejumlah 54 orang lansia.

2.3 Teknik Sampling

(48)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Posyandu Lansia Desa Parparean 4 yang beralamat di Jl. Siswa Desa Parparean 4, Kecamatan Porsea. Waktu penelitian ini akan dilakukan selama 3 bulan terhitung dari bulan Februari 2015 sampai dengan bulan April 2015.

4. Pertimbangan Etik

Dalam melaksanakan penelitian keperawatan, etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting karena penelitian keperawatan cenderung berhubungan langsung dengan manusia. Oleh sebab itu, etika penelitian haruslah diperhatikan. Apabila penelitian menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia, sehingga penelitian yang dilakukan akan menjunjung tinggi kebebasan manusia. Beberapa masalah etika penelitian yang harus diperhatikan yaitu :

(1) Informed consent berupa bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden. Informed consent ini akan dibeikan sebelum penelitian dilakukan yakni dengan memberikan lembar persetujuan menjadi responden. Tujuannya adalah agar responden akan mendapatkan informasi dan penjelasan lengkap serta mengerti tentang penelitian yang akan dilakukan.

(49)

(3) Confidentiality merupakan pemberian jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi atau masalah lainnya. Semua informasi yang didapat dijamin kerahasiaannya oleh peneliti (Hidayat, 2007).

(50)

5. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah bentuk kuesioner. Kuesioner yang dibuat dalam penelitian ini berdasarkan tinjauan kepustakaan dan diadopsi dari penelitian sebelumnya. Kuesioner yang digunakan terdiri dari 3 bagian yaitu Kuesioner Data Demografi (KDD), Kuesioner Stres (KS) dan Kuesioner Kualitas Tidur (KKT).

5.1 Kuesioner Data Demografi

Data demografi digunakan hanya untuk mengetahui gambaran karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, suku, penghasilan dan pekerjaan.

5.2 Kuesioner Stres

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat stres lansia yang meliputi ansietas dan depresi. Kuesioner ini diadopsi dari “Depression

Anxiety Stress Scale (DASS 42)” (Lovibond 1995 dalam Nursalam, 2011)

(51)

5.3 Kuesioner Kualitas Tidur

Kuesioner Kualitas Tidur (KKT) diadopsi dari Karota Bukit (2005) yang telah dimodifikasi dari The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) (Buyse, et ak.,1988) dan St. Mary’s Hospital (SMH) sleep questionnaire

(Ellis et al., 1981). Kuesioner ini sudah diuji validitasnya dan layak digunakan di Indonesia. Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui penilaian terhadap laporan subjektifitas klien tentang tidur yang dialaminya pada malam hari, meliputi : penilaian waktu memulai tidur, total jam tidur malam, frekuensi terbangun di malam hari, kedalaman tidur, kepuasan tidur, rasa segar waktu bangun tidur di pagi hari, dan konsentrasi beraktivitas pada siang hari. Kuesioner ini terdiri dari 7 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan diberi skor 1 sampai 4. Nilai yang terendah adalah 0 dan tertinggi 28.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian divalidasi dan diuji agar dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian yang sahih melalui uji instrumen penelitian.

1) Uji validitas

(52)

menggunakan instrumen baku Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) dengan nilai koefisien alfa depresi 0,947, ansietas 0,897, dan stres 0,933 (Crawford dan Henry, 2005).

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoadmojo, 2010). Uji reliabilitas perlu dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan alat ukur yang sama (Notoadmojo, 2010).

Uji reliabilitas telah dilakukan terhadap 20 orang lansia di Posyandu Lansia Desa Nalela Kecamatan Porsea pada bulan Februari-Maret 2015. Rumus yang digunakan adalah rumus Cronbach Alpha dengan menggunakan sistem komputerisasi. Instrumen yang diuji yaitu kuesioner DASS 42 yang berjumlah 42 pernyataan dan kuesioner kualitas tidur berjumlah 7 pernyataan.

(53)

7. Rencana Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Kemudian peneliti menyerahkan surat izin dari Fakultas kepada kepala puskesmas kecamatan porsea, lalu menyerahkan surat pengantar dari puskesmas ke posyandu lansia desa Parparean 4 untuk dapat menjumpai calon responden dan menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian. Apabila calon responden tidak bersedia, maka peneliti tidak akan memaksa dan menghargai haknya. Apabila calon responden bersedia untuk diteliti maka peneliti memberikan informed consent untuk dibaca dan ditandatangani. Kemudian responden yang sudah menandatangani informed consent akan diberi kuesioner untuk diisi. Jika responden tidak dapat membaca dikarenakan karena penurunan fungsi tubuh, maka peneliti akan membantu responden untuk membacakan isi kuesioner tersebut. Setelah kuesioner diisi oleh responden, maka peneliti akan mengumpulkan kembali kuesioner tersebut. Metode pengisian kuesioner oleh responden, dilakukan dengan cara yang sama. Setelah memperoleh seluruh data responden, maka data di proses dengan menggunakan cara:

(54)

2) Coding. Peneliti memberikan kode secara manual, biasanya dalam bentuk numerik sebelum diolah dengan komputer. Sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

3) Entri. Data yang sudah diedit dan diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.

4) Cleaning data. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap semua data yang telah dimasukkan dalam komputer yang berguna untuk menghindari terjadi kesalahan saat memasukkan data.

8. Analisa Data

(55)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini akan menguraikan tentang karakteristik data demografi responden, tingkat stres responden dan kualitas tidur rsponden. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 54 orang, yakni lansia di posyandu lansia desa parparean IV yang bersedia untuk menjadi responden.

1.1 Karakteristik Data Demografi

(56)
(57)

Tabel 5.1 (lanjutan)

Karakteristik Demografi Frekuensi % Jenis Penyakit

(58)

Tabel 5.2 Distribusi tingkat stres lansia (n=54)

Variabel Kategori Frekuensi %

Stres Normal 8 15

(59)

Tabel 5.3 Distribusi kualitas tidur (n=54)

Parameter tidur Frekuensi % Total jam tidur malam hari

<5 jam 10 18

Tidak lemah atau lelah sama sekali

(60)

2. Pembahasan 2.1 Stres

Setiap responden mempunyai persepsi dan respons yang unik terhadap stres, persepsi seseorang terhadap stresor dipengaruhi oleh keyakinan dan norma, pengalaman dan pola hidup, faktor lingkungan struktur dan fungsi keluarga, tahap perkembangan, pengalaman masa lalu dengan stres dan mekanisme koping (Potter dan Perry, 2005).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden umumnya mengalami stres ringan (43%). Situasi ini masih dalam batas normal lansia karena situasi stres ringan merupakan stresor yang dihadapi setiap orang secara teratur, bukan merupakan satu resiko signifikan untuk timbulnya gejala penyakit tertentu. Namun demikian, stresor ringan tidak dapat diabaikan karena dapat meningkatkan resiko penyakit (Holmes & Rahe, 2002). Dari hasil penelitian ini juga diperkuat oleh pernyataan-pernyataan lansia melalui kuesioner bahwa lansia cenderung dapat melihat hal yang positif dari suatu kejadian atau masalah yang dialami lansia, walaupun lama sakit lansia tergolong cukup lama yaitu 1 sampai 5 tahun dan hampir keseluruhan lansia yang mengkonsumsi obat-obatan tetapi tidak membuat lansia tersebut mengalami stress yang berat.

(61)

kematian pasangan, anak dan teman (Kozier at all ,2010). Hal yang sama dikemukakan juga oleh Nugroho (2008) mengatakan bahwa stres yang terjadi pada lansia berhubungan dengan kematian pasangan, status sosial, ekonomi, penyakit, isolasi sosial dan spiritual, perubahan kedudukan, pensiun serta menurunnya kondisi fisik dan mental juga dapat mengakibatkan stres pada lansia.

(62)

mampu menggunakan pengalaman hidup untuk dapat mengikuti perubahan yang terjadi karena proses menua, sehingga tercapai integritas diri.

Hal tersebut diatas beralasan karena situasi stres berat merupakan situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun, seperti kesulitan finansial yang berkepanjangan, dan penyakit fisik yang jangka panjang. Makin sering dan makin lama situasi stres, makin tinggi resiko kesehatan yang ditimbulkan (Wiebe & Williams, 1992 dalam Potter & Perry, 2005)

2.2 Kualitas Tidur

(63)

terbangun di malam hari, perasaan tidak segar di pagi hari dan tidak merasa puas dengan tidurnya.

Total jam tidur malam responden mayoritas mempunyai durasi tidur 6-7 jam sebanyak 21 orang (39%). Kebutuhan dan pola tidur normal pada lansia adalah tidur sekitar 6 jam sehari. Lansia mengalami tidur 6-7 jam sehari karena adanya penurunan fase NREM 1 dan 2, stadium 3 dan 4 aktivitas gelombang delta menurun atau hilang, hal ini membuat tidur lansia menjadi lebih singkat atau berkurang dibandingkan dengan orang dewasa yang rata-rata 8 jam sehari. Lansia yang tidurnya lebih dari 7 jam, hal ini dimungkinkan lansia mampu beradaptasi dengan perubahan seiring dengan proses penuaan pada dirinya (Potter & Perry, 2005; Carole, 2008, Smyth, 2007).

(64)

Sebagian besar lansia mengalami terbangun lebih dari 3 kali sebanyak 28 responden (52%) dan adapun lansia yang mengalami terbangun 1-2 kali yaitu 26 responden (48,1%). Lansia mengalami gangguan tidur dikarenakan sering terbangun pada malam hari untuk ke kamar mandi, kondisi lingkungan yang tidak kondusif, ruangan yang terlalu panas ataupun dingin dan nyeri akibat sakit fisik. Lansia sering ke kamar mandi pada malam hari karena adanya penurunan fungsi sistem perkemihan. Inkonentinensia pada lansia dikaitkan dengan penurunan otot kandung kemih sebagai akibat dari proses penuaan yang membuat seseorang sering terbangun pada malam hari untuk berkemih sehingga menyulitkan seseorang untuk kembali tidur (Potter dan Perry, 2005).

Pada penelitian ini responden merasakan sedikit mengantuk ketika bangun tidur di pagi hari sebanyak 26 orang (48,1%). Kondisi ini ditemukan juga pada populasi di Amerika dengan gangguan pencernaan dan dispepsia (61,8%) (Fass et al.,2000). Temuan Bliwise, King, Harris dan Haskell (1992) pada populasi sehat usia 50-65 tahun juga mengalami hal yang sama. Ini mengindikasikan bahwa sedikit mengantuk ketika bangun tidur di pagi hari dapat disebabkan berbagai faktor masalah kesehatan yang meningkatkan frekuensi terbangun (Miller, 1995).

(65)

Menurut Miller (2005) bahwa penurunan fungsi otot-otot bladder dapat berdampak terhadap BAK lebih sering yang menjadi penyebab terbangun dari tidur. Selain itu, penggunaan obat diuresis menjelang tidur juga dapat menjadi penyebab sering BAK dan terbangun.

Pada penelitian ini 56% responden merasa puas tidurnya sedang, dikarenakan lansia telah mampu mentoleransi perubahan tidur sebagai proses penuaan. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Oliveira (2008) di Brazil menyatakan bahwa kepuasan tidur subjektif lansia segar atau cukup segar dikarenakan lansia tidak menyadari bahwa gangguan yang dialaminya seperti bangun terlalu pagi, mengalami gangguan tidur serta merasakan nyeri merupakan hal yang berbahaya dan mereka mempersepsikan bahwa hal itu normal dari bagian proses penuaan (Oliveira, 2010).

(66)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan di Posyandu Lansia Desa Parparean IV kecamatan Porsea menunjukkan bahwa :

a. Karakteristik responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yang berusia 60-74 tahun. Secara keseluruhan responden yang status menikah, beragama Kristen Protestan dan bersuku batak sangat mendominasi. Berdasarkan pekerjaan responden mayoritas petani dan memiliki penghasilan keluarga <1.650.000. Sedangkan untuk jenis penyakit responden lebih banyak menderita Hipertensi dibandingkan penyakit lainnya. Jenis obat yang paling sering dikonsumsi responden yaitu captopril dan lama sakit 1-5 tahun.

b. Tingkat stres lansia menunjukkan bahwa pada umumnya berada ditingkat ringan walaupun ada yang berada pada tingkat sangat berat.

c. Kualitas tidur lansia menunjukkan bahwa 39% responden memiliki total jam tidur semalam 6-7 jam, 50% waktu mulai tertidur >60 menit, 52% frekuensi terbangun tiga kali atau lebih semalam, 48% responden mengatakan sedikit mengantuk bangun di pagi hari, 50% responden mengeluh sebentar-bentar terbangun, 56% kepuasan tidur responden sedang, 57% responden mengatakan sedikit lemah atau lelah saat beraktivitas di pagi hari.

(67)

2. Rekomendasi

a. Pelayanan Keperawatan

Melalui hasil penelitian ini diharapkan pada Puskesmas Porsea khususnya Posyandu Lansia Desa Parparean IV dapat meningkatkan dukungan sosial dan penyuluhan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada lansia.

b. Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan tentang tingkat stres dan kualitas tidur pada lansia yang dapat di jadikan referensi terhadap pendidikan keperawatan.

c. Bagi penelitian keperawatan

(68)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika

Boedhi-Darmojo, R., & Martono, H. (2009). Buku ajar Geriatri; Ilmu kesehatan usia lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Buysee, D. Et al. 1998. The Pittsburgh sleep quality indeks: A new instrument for psychiatric practice and research. Psyciatric Research. Ireland: Elsevier Scientific Publisher.

Craven, R. F., & Hirnle, C. J. (2000). Fundamental of nursing: human health and function (3 rd ed). Philadelphia: J.B. Lippincott Company

Ersser et al. (1999). The sleep of older people in hospital and nursing home. Journal of Clinical Nursing, 8, 360 – 368

Evans, B, & Rogers, A.E. (1994). 24-Hour sleep/ wake patterns in healthy elderly persons. Ap- plied Nursing Research, 7 (2), 75-83.

Ganong, W. F. (1998). Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 17. Jakarta: EGC Guyton, A. C. & Hall, J. E. (1997). Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 9. Jakarta: EGC

Guyton, A. C. & Hall, J. E. (2007). Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC

Hawari, D. (2011). Manajemen stres dan depresi. Jakarta: FKUI

Hidayat, A. Aziz. Alimul. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia: aplikasi konsep dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

(69)

Miller, C. A. (1995). Nursing care of older adults: Theory & Practice. Philadelphia: J. B. Lippincolt

Nasir, Abdul & Muhith, Abdul. (2011). Pengantar dan Teori Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, S. (2005). Metode penelitian kesehatan edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2012). Metode penelitian kesehatan edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta

Nugroho, Wahyudi, (2008). Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik, Jakarta : EGC. Nurmianto, Eko. (2004). Ergonomi: Konsep dasar & aplikasinya edisi III.

Surabaya: Guna Widya

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Patlak, M. (2005). Your guide to healthy sleep. U. S. Department of health and

human services.

http://www.nhlbi.nih.gov/health/public/sleep/healthy_sleep.pdf. diunduh 15 November 2014.

Polit, D. F. & Hungler, B. P. (1995). Nursing research: principle and methol (5th edition). Philadelphia: J. B Lippincontt Company

Potter, P. & Perry, A. G. (2009). Fundamental keperawatan edisi 7 volume 1. Jakarta: Salemba Medika

Potter, P. & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan; konsep, proses dan praktik edisi 4 volume 2. Jakarta: EGC.

Rasmun. (2004). Stres, koping dan adaptas: Teori dan Pohon masalah keperawatan. Jakarta: CV. Sagung Seto

(70)

Sherwood, Lauralee. (2001). Fisiologi Manusia dar sel ke sistem edisi 2. Jakarta: EGC

Southwell, M. T., Wistow G. (1995). Sleep in hos- pitals at night: are patients’ needs being met? Journal of Advanced Nursing, 21, 1101-1109.

Wahyuni, Dian, dkk. 2009. Kualitas tidur dan gangguan tidur pada lansia di Panti Werda Dharma KM.7Palembang. Jurnal Keperawatan Komunitas hal. 2380-2388.

WHO. (2004). Global burden disease report.

(71)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN TENTANG PENELITIAN

Nama Peneliti : Friska

Nim : 111101133

Instansi Peneliti : Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Judul Penelitian : Stres dan Kualitas Tidur pada Lansia di Kecamatan Porsea Peneliti adalah mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saudara telah diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi ini sepenuhnya bersifat sukarela. Saudara boleh memutuskan untuk berpartisipasi atau mengajukan keberatan atas penelitian ini kapanpun saudara memutuskan, saya akan menjelaskan beberapa hal sebagai bahan pertimbangan untuk ikut serta dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Penelitian ini adalah salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar-mengajar di program studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stres dan kuaitas tidur pada lansia. Hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk pengembangan pelayanan keperawatan di posyandu lansia yang berkaitan dengan stres dan kualitas tidur pada lansia

2. Jika saudara bersedia ikut dalam penelitian ini, peneliti akan memberikan kuesioner penelitian kepada saudara pada waktu dan tempat sesuai kesepakatan.

3. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko. Apabila saudara merasa tidak aman dalam pertanyaan pada kuesioner, saudara boleh tidak menjawab pertanyaan atau mengundurkan diri dari penelitian ini.

(72)

saudar jika saudara menginginkannya. Hasil penelitian ini akan diberikan kepada institusi tempat peneliti belajar dan pelanan kesehatan setempat dengan tetap menjaga kerahasiaan identitas

5. Jika ada yang belum jelas, silahkan saudara tanyakan pada peneliti

(73)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Stres dan Kualitas Tidur pada Lansia di Kecamatan Porsea Friska

111101133

Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan

tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui tingkat stres dan gambaran kualitas tidur pada lansia di

Kecamatan Porsea.

Saya mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu yang menjadi subjek dalam penelitian

ini dengan menjawab pernyataan-pernyataan yang ada di kuesioner. Identitas dan

jawaban Bapak/Ibu akan dijamin kerahasiannya dan hanya digunakan untuk

pengembangan ilmu keperawatan. Bapak/Ibu dapat memilih untuk menghentikan atau

menolak berpartisipasi dalam penelitian ini kapan pun tanpa ada tekanan.

Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi peserta penelitian ini, silakan menandatangani

formulir ini. Terimakasih atas perhatian dan partisipasi yang Bapak/Ibu berikan.

Medan, Maret 2015

Peneliti Responden,

(74)

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN Stres dan Kualitas Tidur di Kecamatan Porsea

Tanggal : Kode : Petunjuk Pengisian :

1. Untuk data umum, isilah sesuai dengan kondisi anda.

2. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai menurut pendapat anda. 3. Berilah tanda silang (√) pada kotak yang telah disediakan yang anda anggap benar.

Contoh jawaban soal: Jenis kelamin: Pria

Wanita

(75)

6. Lain-lain, sebutkan ... 7. Pengahasilan Keluarga : < 1.650.000

1.650.000 – 3.000.000 > 3.000.000

8. Jenis Penyakit : Reumathoid arthritis Hipertensi

Diabetes Melitus

Lain-lain, sebutkan ...

9. Jenis Obat :

10. Lama Sakit :

Bagian II. Kuesioner Stres (KS)

No. Aspek Penilaian 0 1 2 3

1. Menjadi marah karena hal-hal kecil/sepele 2. Mulut terasa kering

3. Tidak dapat melihat hal yang positif dari suatu

6. Cenderung bereaksi berlebihan pada situasi 7. Kelemahan pada anggota tubuh

8. Kesulitan untuk relaksasi/bersantai

(76)

10. Pesimis

11. Mudah merasa kesal

12. Merasa banyak menghabiskan energi karena cemas 13. Merasa sedih dan depresi

14. Tidak sabaran 15. Kelelahan

16. Kehilangan minat pada banyak hal (misal; makan, ambulasi, sosialisasi)

Aspek Penilaian 0 1 2 3

17. Merasa diri tidak layak 18. Mudah tersinggung

19. Berkeringat (misal; tangan berkeringat) tanpa stimulasi oleh cuaca maupun latihan fisik

20. Ketakutan tanpa alasan yang jelas 21. Merasa hidup tidak berharga 22. Sulit untuk beristirahat 23. Kesulitan dalam menelan

24. Tidak dapat menikmati hal-hal yang saya lakukan 25. Perubahan kegiatan jantung dan denyut nadi tanpa

stimulasi oleh latihan fisik

26. Merasa hilang harapan dan putus asa 27. Mudah marah

31. Sulit untuk antusias pada banyak hal

32. Sulit mentoleransi gangguan-gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan

33. Berada pada keadaan tegang 34. Merasa tidak berharga

(77)

36. Ketakutan

37. Tidak ada harapan untuk masa depan 38. Merasa hidup tidak berarti

39. Mudah gelisah

40. Khawatir dengan situasi saat diri Anda mungkin menjadi panik dan mempermalukan diri sendiri 41. Gemetar

42. Sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu

Bagian III. Kuesioner Kualitas Tidur (KKT)

Bagian ini menanyakan tentang kualitas tidur Bapak/Ibu yang sebenarnya tadi malam.

1. Berapa lama waktu yang Bapak/ Ibu butuhkan untuk tidur di malam hari? 1. <5 jam

3. Berapa kali Bapak/ Ibu terbangun dari tidur di malam hari? 1. >5 kali

2. 3-4 kali 3. 1-2 kali 4. Tidak ada

(78)

2. Mengantuk

3. Sedikit mengantuk 4. Segar

5. Seberapa nyenyak tidur Bapak/ Ibu di malam hari? 1. Sebentar-bentar terbangun

2. Tidur dan kemudian terbangun 3. Tidur tetapi tidak nyenyak 4. Tidur sangat nyenyak

6. Apakah Bapak/ Ibu merasa segar saat bangun tidur di pagi hari? 1. Tidak lama sekali

2. Cukup 3. Sedang 4. Sangat segar

7. Apakah Bapak/ Ibu merasa lemah/ lelah saat beraktivitas pada pagi hari? 1. Sangat lemah atau sangat lelah

2. Lemah atau lelah 3. Sedikit lemah atau lelah

(79)

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik demografi responden (n=54)
Tabel 5.1 (lanjutan)
Tabel 5.2 Distribusi tingkat stres lansia (n=54)
Tabel 5.3 Distribusi kualitas tidur (n=54)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan kualitas pelayanan kesehatan posyandu lansia memiliki rata-rata 74,93% dengan kualitas pelayanan paling tinggi berada pada posyandu

Posyandu lansia sudah berjalan sejak tahun 2007.Untuk meningkatkan kualitas hidup lansia Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi lansia tentang pelayanan posyandu lansia

Hubungan Antara Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Kualitas Hidup di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Medan Amplas.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang posyandu lansia dengan kunjungan posyandu pada lansia di wilayah kerja Puskesmas

berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa lansia yang ada di Posyandu Lansia Wulan Erma Kelurahan Menanggal Surabaya dalam keadaan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Usia Lanjut di Posyandu Lansia Dusun Jelapan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada efek yang signifikan circulo massage terhadap gangguan tidur pada wanita lansia di Posyandu Lansia Cebongan Ngestiharjo

Hasil penelitian diperoleh dari10 responden kelompok perlakuan diketahui sebagian besar dikategorikan baik.Data kualitas tidur lansia pada lansia di posyandu permadi