• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA DIPLOMASI KEBUDAYAAN INDONESIA MELALUI FESTIVAL DERAWAN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA DIPLOMASI KEBUDAYAAN INDONESIA MELALUI FESTIVAL DERAWAN 2013"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

1

1.1. Latar Belakang Masalah

Fenomena yang begitu menarik dewasa ini dalam dunia hubungan internasional adalah di mana arus perjalanann manusia yang terus meningkat hal ini terjadi karena peningkatan perjalanan antar negara dengan bermacam-macam keperluan, bentuk keperluan tersebut umumnya untuk keperluan bisnis, pariwisata, studi ke luar negeri, maupun dikarenakan perpindahan pengungsi yang berusaha menghindari kericuhan atau kerusuhan dalam hal politik di negaranya sendiri. Berdasarkan data yang dikutip dari World Tourism Organization (WTO) pada tahun 2000, wisatawan mancanegara internasional mencapai jumlah 698 juta orang dengan menciptakan pendapatan sebesar USD 476 milyar. Pertumbuhan jumlah wisatawan pada dekade 90-an sebesar 4,2%, sedangkan pertumbuhan penerimaan dari wisman sebesar 7,3%, bahkan di 28 negara pendapatan tumbuh 15% per tahun.1

Berdasarkan dari pelbagai kajian empiris dan pengamatan yang intensif, pariwisata kini telah menjadi suatu lingkaran konsentrasi utama di berbagai negara. Industri tanpa cerobong asap itu bahkan ditasbihkan menjadi salah satu industri terbesar di dunia, pariwisata terbukti dan teruji telah menjadi devisa utama di berbagai negara seperti Thailand, Singapura, Filipina, Fiji, Maladewa,

1

(2)

Hawaii, Barbados, dan Kepulauan Karibia.2 Beberapa organisasi internasional antara lain seperti PBB, Bank Dunia dan WTO juga memaparkan adanya tren masif negara-negara dunia yang beralih ke industri pariwisata. Sebagai salah satu industri terbesar di dunia, parawisata telah menjadi penggerak ekonomi dunia. Apalagi bila dilihat dari daya serap tenaga kerja yang tinggi dan kontribusinya bagi PDB dunia. Pada tahun 2004, industri tanpa cerobong asap tersebut memberikan nilai kontribusi pada PDB dunia sebesar 10,4% , penyerapan tenaga kerja 8,1%, ekspor 12,2% dan penanaman modal 9,4%.3

Hampir sama dengan negara-negara di atas, Indonesia sejatinya menyimpan potensi alam dan kekayaan budaya yang luar biasa dan dapat dijadikan sebagai suatu modal dasar sekaligus keunggulan untuk mengembangkan sektor pariwisata. Potensi-potensi yang dimiliki Indonesia tersebut dapat dikonversikan menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi ataupun dalam hal lainnya, seperti negara Indonesia dengan kekayaan alam yang ada dan kekayaan budaya dan objek-objek pariwisatanya, dapat secara tidak langsung ikut serta melestarikan dan meperkenalkan Indonesia, dan bahkan pariwisata dapat dijadikan sebagai salah satu sarana diplomasi dan instrumen politik untuk mencitrakan Indonesia.

Berkaitan dalam hal menjalin suatu hubungan dengan negara-negara lain dan menjaga eksistensinya, tentunya suatu negara memiliki tujuan yang mendasar untuk bekerjasama dan mencitrakan negaranya. Dalam arti lainnya adanya suatu kepentingan dalam menjalin suatu hubungan kerjasama. Untuk menjaga eksistensi suatu negara dan bekerjasama, negara perlu melakukan diplomasi sebagai suatu

2

Ibid, Hal 90. 3

(3)

sarana dalam memperjuangkan kepentingan negaranya. Salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah melalui diplomasi kebudayaan. Diplomasi kebudayaan yang masih termasuk dalam jenis soft diplomacy4, dianggap efektif untuk mencapai kepentingan nasional suatu negara karena pelaksanaannya dilakukan secara damai tanpa ada unsur pemaksaan. Beberapa sarana yang umunya dapat dipakai untuk diplomasi kebudayaan adalah seperti kesenian, pertukaran pelajar, olahraga, dan pariwisata yang merupakan salah satu cara potensial yang dapat dilakukan suatu negara dalam suatu sarana diplomasi kebudayaan.

Dalam pelaksanaan diplomasi kebudayaan, diperlukan adanya aktor atau para pelaku. Aktor dan pelaku diplomasi kebudayaan biasanya dilakukan oleh pemerintah maupun non-pemerintah, individu maupun kolektif, atau setiap negara sehingga pola yang terjadi berupa hubungan antara pemerintah dengan pemerintah, pemerintah dengan swasta, swasta dengan swasta, swasta dengan pribadi, pribadi dengan pribadi, maupun pemerintah dengan pribadi. Sedangkan tujuan dari diplomasi kebudayaan itu sendiri adalah untuk mempengaruhi pendapat umum guna mendukung suatu kebijaksanaan politik luar negeri tertentu. Defenisi dari diplomasi kebudayaan yang dikemukakan oleh Milton Cummings, Jr adalah pertukaran ide-ide, informasi, seni, dan aspek-aspek lain dari budaya di antara bangsa-bangsa dan masyarakat. Para manusia untuk mendorong saling pengertian.5

4Joseph S. Nye, Jr. , “

Soft Power”, di http://www.futurecasts.com/book%20review%206- 4.htm, di akses 01 Januari 2013.

5

(4)

Diplomasi kebudayaan dilakukan sebagai suatu upaya untuk mencapai kepentingan negara dalam memahami, menginformasikan, dan mempengaruhi (membangun citra) negara lain lewat kebudayaan. Diplomasi kebudayaan juga menjadi salah satu sarana yang efektif untuk mencapai kepentingan negara, agar negara lain dapat memahami, mendapat informasi dan dapat dipengaruhi untuk kepentingan-kepentingan berbagai hal dari negara yang melaksanakan hal tersebut. Dilakukannya diplomasi kebudayaan dapat meningkatkan apresiasi dan pemahaman untuk peningkatan citra positif, membangun saling pengertian dan memperbaiki citra negara.

Diplomasi kebudayaan harus dilakukan melalui publik sebagai suatu upaya untuk memperjuangkan kepentingan nasional, dan melalui publik sebagai suatu upaya untuk memperjuangkan kepentingan nasional dengan cara melalui penyebaran informasi atau mempengaruhi pendapat umum yang dilakukan dengan memanfaatkan sarana budaya dan komunikasi. Diplomasi publik juga dapat menjadi upaya altenatif agar diplomasi berjalan lebih efektif dan memberikan dampak yang lebih luas dan besar pada masyarakat internasional. Keterlibatan publik ini dapat membuka jalan bagi negosiasi yang dilakukan wakil-wakil pemerintah, sekaligus dapat memberikan masukan dan cara pandang yang berbeda dalam memandang suatu masalah.

(5)

adalah “Festival Derawan”. Festival Derawan 2013 adalah program promosi

pariwisata bertaraf internasional. Dengan mengusung tema "Derawan for Future", Festival Derawan bertujuan untuk mempopulerkan keindahan alam Kepulauan Derawan sebagai salah satu destinasi wisata unggulan Indonesia. Festival Derawan 2013 diharapkan dapat meningkatkan jumlah wisatawan domestik dan asing ke Kepulauan Derawan. Kegiatan ini merupakan bagian dari semangat Wonderful Indonesia, Visit East Kalimantan, dan Kenali Negerimu Cintai Negerimu.6

Kepulauan Derawan adalah sebuah kepulauan yang berada di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Kepulauan ini terdiri dari sejumlah obyek wisata bahari menawan, salah satunya Taman Bawah Laut yang diminati wisatawan mancanegara terutama para penyelam kelas dunia. Kepulauan Derawan memiliki tiga kecamatan yaitu, Pulau Derawan, Maratua, dan Biduk Biduk, Berau. Sedikitnya ada empat pulau yang terkenal di kepulauan tersebut, yakni Pulau Maratua, Derawan, Sangalaki, dan Kakaban yang ditinggali satwa langka penyu hijau dan penyu sisik. Pada Kepulauan Derawan juga terdapat beberapa ekosistem pesisir dan pulau kecil yang sangat penting yaitu terumbu karang, padang lamun dan hutan bakau (hutan mangrove). Selain itu banyak spesies yang dilindungi berada di Kepulauan Derawan seperti penyu hijau, penyu sisik, paus, lumba-lumba, kima, ketam kelapa, duyung, ikan barakuda dan beberapa spesies lainnya.7

Sebagai salah satu usaha pencapaian kepentingan nasional suatu negara, potensi pariwisata kini tidak lagi hanya fokus mengejar dan berorientasi mengejar

6“Festival Derawan”

, di http://www.festivalderawan.com/, di akses 02 februari 2013. 7“Kepulauan Derawan”

(6)

keuntungan semata atau membuka lapangan pekerjaan baru. Suatu negara sebaiknya ditunjang dengan identitas diri yang baik dan suatu “image” positif yang didapat dari negara lain sebagai kekuatan nasional yang dimiliki oleh negara tersebut. Begitu pula dengan Indonesia, dalam upaya pencapaian kepentingan nasional diperlukan suatu pengenalan identitas diri guna memperoleh “image” positif guna mendapatkan dukungan dari negara lain.

Momentum diadakannya Festival Derawan, bisa dijadikan pemerintah sebagai sebuah upaya diplomasi yang baik. Baik itu di bidang pariwisata ataupun di bidang ekonomi, untuk pemulihan krisis ekonomi dan citra Indonesia, yang sebelumnya menimpa Indonesia atau untuk hal lainnya untuk memulihkan bangsa Indonesia ini secara keseluruhan. Pariwisata pulau Derawan telah memiliki event-event dan beberapa daftar perencanaan yang berskala internasional, diantara event-event

tersebut beberapa di antaranya adalah “yacht rally” yang merupakan kegiatan

rutin di Sail Indonesia, dimana ratusan kapal layar dari berbagai negara di dunia akan berlayar dari negaranya hingga ke perairan Pulau Derawan.8

Sebenarnya Pemeritah Kabupaten Berau dan Pemerintah Pemprov Kaltim berintegrasi bersama mencanangkan dan mengharapkan serta dengan segala kematangan telah mempersiapkan Derawan menjadi agenda promosi yang jauh lebih besar di tahun 2013 ini, yakni “Sail Derawan”. Dimana proses menjadikan

“Sail Derawan sudah dimulai sejak tahun 2009 lalu.9

Namun melalui proses yang

prosuderal dan mekanisme yang ada, akhirnya menetapkan agenda “Sail” di tahun

8“Tim Malaysia-Filipina Kunjungi Derawan”

, di

http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/16302/tim-malaysia-filipina-kunjungi-derawan.html, di akses 02 April 2013.

9

(7)

2013 ini di berikan kepada Pulau Komodo yang mana sesuai dengan telah diterbitkannya Keputusan Presiden (Keppres) nomor 8 tahun 2013 tentang Panitia Nasional Penyelenggara Sail Komodo tahun 2013 bulan Februari.10 Namun dalam satu sisi kesempatan, pemerintah pusat memberi kesempatan kepada pariwisata pulau Derawan melalui pemerintah Kaltim membuat acara di Berau untuk mendampingi Sail Komodo 2013. Kaltim mengambil kesempatan itu untuk mematangkan rencana Sail Derawan agar bisa digelar tahun 2014.11

Tujuan pemerintah Indonesia melaksanakan program-program promosi pariwisata tersebut tidak lain bermaksud, agar anggapan negatif mengenai Indonesia tidak ada lagi. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana nantinya para wisatawan mancanegara yang mengikuti program pariwisata tersebut, diharapkan setelah kembali ke negaranya mampu menggambarkan Indonesia dengan citra yang diinginkan oleh Indonesia, seperti misalnya citra negara yang ramah, negara bahari yang mempesona, negar maritim, negara yang kaya dengan khasanah keanekaragaman budayanya dan setelah itu terjadi, maka secara tidak langsung Indonesia akan memperoleh image yang positif dari promosi pariwisata tersebut.

Selain karena kepentingan ekonomi dari pariwisata tersebut, dengan adanya program-program yang ada tersebut, maka diharapkan Indonesia kembali menjadi salah satu negara yang diminati dan aman untuk dikunjungi oleh negara-negara internasional, sekaligus memperkenalkan objek-objek wisata Indonesia yang belum popular di dunia selain Bali, dan khususnya penelitian di sini yang mana

10“SBY Terbitkan Keppres Sail Komodo”

, di http://www.republika.co.id/berita/nasional/ umum/13/03/06/mj8k4z-sby-terbitkan-keppres-sail-komodo, di akses 02 Maret 2013.

11“Derawan Gagal Gelar Sail 2013”

(8)

Kepulauan Derawan dapat dijadikan sebagai salah satu daerah tujuan wisata internasional. Keunikan dari Kepulauan Derawan selain karena daya tarik keindahan wisata baharinya, juga dikarenakan kawasan tersebut adalah daerah konservasi penyu yang dilaksanakan bersama-sama oleh lembaga pemerintah dan lembaga non-pemerintah dan hal ini juga diharapkan akan mampu meningkatkan citra positif Indonesia yang peduli terhadap spesies dilindungi didunia.

Derawan merupakan habitat penyu hijau terbesar di Asia.12 Di Indonesia pada umumnya dan di Derawan Kabupaten Berau pada khususnya. Secara formal, pemerintah Indonesia telah berusaha melindungi penyu dari kepunahan dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Dalam peraturan pemerintah tersebut ditetapkan semua jenis penyu dilindungi. Beberapa tempat juga telah ditetapkan sebagai kawasan perlindungan penyu di Indonesia di antaranya, Taman Nasional Meru Betiri, Taman Nasional Alas Purwo, Suaka Margasatwa Jamursba Medi Irian Jaya, Pulau Derawan dan lain-lain. Salah satu usaha perlindungan adalah dengan menyelamatkan telur penyu di pantai, membesarkan dan melepas ke laut.13

Lembaga non-pemerintah yang melaksanakan konservasi dikawasan Kepulauan Derawan seperti, The Nature Conservancy, Turtle Foundation, Kehati, WWF dan juga dari lembaga pemerintah Kabupaten Berau dan KSDA

12Made Pertiwi, Ni Luh, “Penyu Hijau dan Ubur-ubur Terbalik Daya Tarik Derawan” , di http://travel.kompas.com/read/2013/06/21/1331466/Penyu.Hijau.dan.Ubur

ubur.Terbalik.Daya.Tarik.Derawan, di akses 23 juni 2013. 13

(9)

Kalimantan Timur.14 Menurut data dari salah satu lembaga konservasi yang bergerak dikawasan Kepulauan Derawan, The Nature Conservancy menyebutkan beberapa keunikan Kepulauan Derawan misalnya sebagai salah satu surga maritim, dan kondisi kepulauan Derawan di Kabupaten Berau ini unik karena terdiri dari berbagai ekosistem seperti muara, bakau, terutama terumbu karang pesisir. Bahkan menjadi lintasan mamalia laut dan rumah bagi populasi penyu hijau terbesar di Asia Tenggara.15

Menurut Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemerintah Kabupaten Berau menyebutkan bahwa spesies Penyu merupakan hewan yang dilindungi di Berau16, hal tersebut bisa dilihat dari berbagai macam peraturan-peraturan yang berkenaan dengan perlindungan spesies tersebut. Selanjutnya menurut Yayasan Penyu Kabupaten Berau, Penyu adalah hewan yang dilindungi, mengenai peraturan khusus yang mengatur tentang perlindungan penyu, belum ada peraturan daerah yang mengatur khusus, hanya beberapa dalam bentuk Surat Keputusan Bupati.17

Adapun wilayah yang menjadi wilayah Konservasi di Kabupaten Berau adalah Pulau Sangalaki dan Pulau Derawan, yang dilakukan sejak adanya Instruksi Bupati Berau Nomor 660/2346-UM/XII/2001 t entang “Full Protect” terhada dua Pulau yaitu Pulau Sangalaki dan Pulau Derawan, juga Surat Keputusan Bupati Nomor 70 Tahun 2004 tentang Penetapan Pulau Kakaban

14

The Nature Conservancy. 2004, Jurnal Ilmiah. The Nature Conservancy dan Pemerintah Kabupaten Berau ,Profil Kepulauan Derawan Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Berau Field Office- The Nature Conservancy

15 Ibid. 16

Ibid. 17

(10)

sebagai Kawasan Konservasi Laut (KKLD), dan Taman Wisata Alam Laut Pulau Sangalaki dan Suaka Margasatwa Pulau Semama, sejak tahun terbitnya Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 604/Kpts/UM/1982.18

Berdasarkan dari sekian banyaknya program-program pariwisata di Indonesia, baik yang sudah dan akan di selenggarakan serta menjadi sebuah agenda pemerintah Indonesia, membuat pemerintah Indonesia begitu serius memperhatikan potensi pariwisata dalam upaya memperbaiki citra Indonesia di dunia internasional. Karena itu festival Derawan diharapkan mampu memperbaiki dan meningkatkan citra positif mengenai Indonesia di dunia internasional, dan menjadikan kawasan Kepulauan Derawan sebagai salah satu tujuan wisata internasional. Selain itu dalam hal perekonomian pariwisata Kepulauan Derawan secara tidak langsung juga ikut memperbaiki ekonomi Indonesia. Bukan negara saja yang dapat menikmati keuntungan ini, melainkan juga keuntungan tersebut dapat dinikmati oleh aktor-aktor pelaku bisnis yang akan menggunakan pengetahuan bisnisnya. Bagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat yang berada di Kepulauan Derawan dapat memanfaatkan event ini untuk menjadikannya sebagai lahan bisnis melalui penjualan souvenir, handycraft, dan penjual jasa melalui bisnis penginapan, rumah makan, kesenian, transportasi, dan lain-lain.

Adanya Festival Derawan ini diharapkan dapat membangun citra positif dari pandangan internasional terhadap Indonesia tentunya, dan dapat membangun citra politik Indonesia. Pembangunan citra juga dapat menimbulkan ketertarikan dan

18

(11)

kepercayaan publik negara lain untuk melakukan sebuah kerjasama dengan Indonesia. Pembangunan citra suatu negara tidak hanya dimaksudkan untuk membangun citra dari kesan yang negatif menjadi positif namun dapat pula berarti untuk memelihara atau mempertahankan citra, hingga meningkatkan citra positif yang telah dimiliki oleh suatu negara. Citra positif memang sangat penting bagi suatu negara, setidaknya dengan citra positif yang dimilikinya negara tersebut akan dihormati, dihargai, disegani, dan dipercaya sehingga meningkatkan kerjasama dengan negara-negara lain dan dapat dengan mudah mencapai kepentingan nasionalnya di suatu negara.19

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti deskripsikan tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, Bagaimanakah peran pemerintah pada Festival Derawan 2013 sebagai sarana diplomasi kebudayaan Indonesia?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

1.3.1. Ruang Lingkup Materi

Materi yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu bagaimana peran pemerintah pada Festival Derawan 2013 sebagai sarana diplomasi kebudayaan Indonesia dan gambaran umum mengenai Kepulauan Derawan.

19

(12)

1.3.2. Ruang Lingkup Waktu

Dalam penelitian ini peneliti akan membatasi waktu penelitian yaitu pada tahun 2012-2013. Pada tahun 2012 dimana agenda sail Derawan sudah menjadi program kerja pemerintah KALTIM yang tertuang dalam Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2012-Bappeda KALTIM, yang kemudian pada tahun 2013 hanya bisa menyelenggarakan Festival Derawan 2013 dan mendampingi sail Komodo 2013. Dengan promosi wisata ini pemerintah Indonesia dan beserta aparatur lainnya berusaha melakukan suatu tindakan diplomasi dengan pendekatan kebudayaan atau yang lebih dikenal dengan diplomasi kebudayaan.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui peran pemerintah dalam Festival Derawan 2013 sebagai media diplomasi kebudayaan Indonesia dalam rangka membangun citra Indonesia sebagai negara yang aman dikunjungi, dan memperkenalkan objek pariwisata Pulau Derawan sebagai salah satu tujuan wisata internasional.

1.5 Penelitian Terdahulu

(13)

memadukan kekayaan budaya musikal Indonesia serta mengkolaborasikan musik lokal yang kental dengan budaya Indonesia tersebut dipadukan dengan musik jazz, yang mana secara tidak langsung hal tersebut memperkenalkan budaya Indonesia. Kemudian dalam analisanya peneliti juga membahas bagaimana kemudian keberhasilan digelarnya festival ini nantinya dapat menjadi media bagi Indonesia dalam membangun citranya pada dunia. Dan serta harapan yang di inginkan dalam pencitraan disini adalah membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara yang aman untuk dikunjungi.

Kemudian penelitian disini menggunakan laporan penelitian dari Abdul Rasyid Sahar. Penelitian Abdul Rasyid Sahar membahas dan menganalisa tentang bagaimana Afrika Selatan dengan event tersebut berusaha untuk membuktikan dan mencitrakan positif mengenai Afrika Selatan, bahwa negara ini mampu menyelenggarakan event Piala Dunia seperti halnya negara-negara maju menyelenggarakannya. Dalam pembahasannya peneliti memaparkan bagaimana Afrika Selatan ingin membangun suatu citra positif sebagai sebuah bangsa yang bermartabat dan demokratis, karena selama berpuluh-puluh tahun publik internasional mengenal Afrika Selatan sebagai sebuah negara dengan sistem politik rasial berbasis warna kulit.

(14)

dalam memberi kajian yang khusus dalam arah swastanisasi kepemilikan objek pariwisata-resort yang mana dalam buku ini memaparkan kurangnya peran pemerintah dalam mengelola objek pariwisata dalam hal alur modal investasi serta sarana dan prasarana askes menuju wisata tersebut.

(15)

3 besar dan akan meningkatkan pula reputasi Indonesia di mata dunia menjadi negara yang indah alamnya.

(16)

1.6 Kerangka Pikir

Untuk menjawab serta menganalisa pokok permasalahan di atas maka penulis menggunakan bentuk-bentuk diplomasi kebudayaan.

Tabel. 2

Hubungan Antara Situasi, Bentuk, Tujuan dan Sarana Diplomasi Kebudayaan20

Situasi Bentuk Tujuan Sarana

Damai Eksebisi

Sumber: Tulus Warsito, dan Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan: Konsep dan Relevansi Bagi Negara Berkembang Studi Kasus Indonesia.

20

(17)

Berdasarkan tabel di atas, salah satu bentuk diplomasi kebudayaan adalah dengan melalui eksebisi, pariwisata, kesenian, pertukaran misi, negosiasi dan konferensi. Bentuk-bentuk tersebut dengan situasi yang damai, karena dengan situasi damai akan lebih efektif untuk mencapai suatu kepentingan nasional. Dalam eksebisi, Indonesia bisa memperlihatkan kebudayaan dan parwisata Kepulauan Derawan yang ada di Indonesia, misalnya dengan pameran kebudayaan dan kesenian khas daerah dan keunikan pariwisata Kepulauan Derawan. Untuk kesenian, Indonesia memiliki banyak kesenian yang bisa di pertontonkan yaitu seni tari, dan lain-lain di mana dalam hal ini ditampilkan tarian kolosal bertajuk “Keindahan Pulau Derawan” yang diperagakan 300 penari lokal21, hal tersebut bisa menjadi sebuah daya tarik tersendiri untuk Indonesia di kalangan internasional dalam menggelar Festival Derawan. Dan pada pertukaran misi antara Indonesia dengan negara-negara lain diantaranya adalah misi kesenian dan kebudayaan yang bertujuan untuk mempererat persahabatan beberapa negara khususnya di bidang kesenian dan kepariwisataan. Untuk bentuk yang keempat yaitu negosiasi, negosiasi sendiri adalah bertujuan untuk menghasilkan suatu persetujuan bersama menggunakan langkah-langkah seperti syarat-syarat, strategi dan taktik. Dan biasanya dalam negosiasi terjadi proses tawar menawar seperti yang dilakukan Indonesia dengan negara-negara lain, dalam hal mewujudkan target kampanye pariwisata tersebut, sedangkan dalam konferensi, Indonesia

21“Tari Kolosal Meriahkan Puncak Festival Derawan” , di

(18)

dapat mengadakan konferensi yang berhubungan dengan pariwisata dengan dunia internasional.

1.7 Kerangka Konseptual

Untuk menjelaskan permasalahan yang ada maka akan digunakan beberapa konsep. Konsep-konsep ini diharapkan dapat menjelaskan dan menggambarkan seberapa besar peran pemerintah dalam Festival Derawan sebagai sarana diplomasi kebudayaan Indonesia.

1.7.1 Kepentingan Nasional

Konsep kepentingan nasional biasa digunakan untuk menjelaskan perilaku luar negeri suatu negara. Karena kepentingan nasional merupakan suatu tujuan nasional, yang biasanya dijadikan sebuah dasar untuk memandu para pembuat kebijakan dalam menentukan politik suatu negara.

Menurut Morgenthau kepentingan nasional setiap negara adalah mengejar kekuasaan, yaitu apa saja yang bisa membentuk dan mempertahankan pengendalian suatu negara atas negara lain, yang diciptakan melalui teknik-teknik paksaan maupun kerjasama.22

Konsep kepentingan nasional memuat arti minimum yaitu kelangsungan hidup atau survival yang dalam pandangan ini, kemampuan minimum negara adalah melindungi identitas fisik, politik, dan kultural dari gangguan negara lain. Hal ini bisa diartikan bahwa suatu negara bangsa harus bisa mempertahankan

22Mas’oed, Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional

(19)

integritas teritorialnya (identitas fisiknya), mempertahankan rezim ekonomi-politiknya (yaitu identitas ekonomi-politiknya seperti yang dilakukan oleh Amerika yang demokratis dan Uni Soviet dengan sosialisnya), serta memelihara norma-norma etnis, religius, linguistik, dan sejarahnya (identitas kulturalnya).23

Menurut Morgenthau, tujuan-tujuan umum inilah yang kemudian mempengaruhi mempengaruhi para pemimpin suatu negara untuk menurunkan kebijakan terhadap negara lain, baik yang bersifat kerja sama maupun konflik.24 Misalnya, perlombaan persenjataan, pemberian bantuan asing, pembentukan aliansi, perang ekonomi, propaganda, bahkan disini termasuk festival pariwisata.

Sedangkan menurut Jack C. Plano dan Roy Olton, kepentingan nasional adalah tujuan mendasar serta faktor yang paling menentukan yang memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik luar negeri, kepentingan nasional merupakan konsepsi umum, tapi merupakan unsur yang menjadi kebutuhan sangat vital bagi negara. Unsur tersebut mencakup kelangsungan hidup bangsa dan negara, kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan militer, dan kesejahteraan ekonomi.25

Berangkat dari hal itu maka arah tujuan dari perumusan luar negeri Indonesia berharap Indonesia dapat mencapai kepentingan nasionalnya, yaitu yang mencakup mengenai kelangsungan hidup bangsa dan negara melalui peningkatan citra Indonesia di mata dunia internasional serta dapat meningkatkan

23

Ibid. 24

Ibid. 25

(20)

kesejahteraan ekonomi serta mempromosikan objek pariwisata yang belum diperkenalkan pada dunia internasional.

Suatu negara dapat menggunakan diplomasi kebudayaan sebagai sarana dan sebagai pemberi identitasnya dalam rangka pencapaian kepentingan nasional, yang merupakan tujuan dari pelaksanaan politik luar negerinya. Dan dengan hal ini pula, maka diplomasi kebudayaan dapat digunakan sebagai instrumen guna mencapai kepentingan nasional. Setiap negara di dunia tentunya tidak ingin mendapatkan citra yang buruk di dunia internasional, melainkan setiap negara ingin dunia internasional memandang positif negara mereka dengan kelebihan yang ada. Thomas Franck dan Edward Weisband menekankan pentingnya citra, dan berpendapat bahwa:

“cara dua negara saling „melihat‟ satu sama lain menentukan cara mereka

berinteraksi. Suatu pola kerjasama yang sistematik tidak mungkin berkembang diantara negara-negara yang masing-masing menganggap

lawan sebagai jahat, agresif dan tidak bermoral”.26

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak pulau-pulau, pantai yang indah serta gunung-gunung yang menakjubkan sehingga dengan adanya potensi alam yang begitu mempesona Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sejuta pesona dan menjadikan Indonesia sebagai tempat tujuan wisata. Dengan kelebihan yang dimiliki Indonesia maka citra Indonesia mendapatkan berbagai julukan, dari mulai mutiara khatulistiwa hingga surga tanah tropis. Dalam usaha untuk mencapai kepentingan nasionalnya, suatu negara harus ditunjang dengan identitas diri yang baik, dan suatu citra positif yang

26Mas’oed, Mohtar. 1989. Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisis dan Teorisasi , Pusat Antar

(21)

didapatkan dari negara lain sebagai kekuatan nasional yang dimiliki oleh negara tersebut. Begitu pula dengan Indonesia, dalam upaya pencapaian kepentingan nasional diperlukan suatu pengenalan identitas dan untuk memperoleh image positif agar mendapatkan dukungan dari negara lain.

Penyelenggaraan Festival Derawan sebagai salah satu promosi pariwisata dengan skala internasional yang melibatkan banyak peserta dari berbagai negara, merupakan suatu misi pelengkap dalam upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah Indonesia dalam meningkatkan citra Indonesia di dunia internasional. Selain itu dengan tujuan memperkenalkan objek-objek pariwisata baru yang ada di Indonesia selain Bali. Kemudian apabila promosi wisata ini terhitung berjalan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan, maka secara otomatis akan mendapatkan perhatian dari pers, baik pers lokal maupun pers internasional kemudian hal ini dapat digunakan oleh Indonesia sebagai alat untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia adalah negara yang menarik untuk dijadikan tempat tujuan wisata.

(22)

spesies yang dilindungi dan sekaligus memperkenalkan keindahan alam Indonesia yang belum banyak diketahui oleh masyarakat internasional.

1.7.2 Diplomasi Publik

Aktifitas diplomasi publik dapat melengkapi upaya-upaya diplomasi yang dilakukan aktor-aktor pemerintah. Keterlibatan publik diharapkan dapat membuka jalan bagi negosiasi yang dilakukan wakil-wakil pemerintah selain memberi masukan dan memberikan cara pandang yang berbeda dalam memandang suatu masalah. Dalam hal diplomasi jalur pertama memiliki keterbatasan karena bergerak dalam kerangka kekuasaan dan interaksi yang kaku, kekakuan ini dapat diimbangi oleh jalur diplomasi melalui berbagai upaya yang fleksibel dan informal.27

Diplomasi publik juga bertujuan untuk menumbuhkan opini masyarakat yang positif dinegara lain melalui interaksi dengan kelompok-kelompok kepentingan. Oleh karena itu, pelakunya dituntut melakukan komunikasi antar budaya terkait dengan perubahan sikap masyarakat, saling pengertian dalam melihat persoalan-persoalan politik luar negeri.28 Di dalam uraian mengenai berbagai hal yang melandasi diplomasi publik dan pengertiannya secara definitif, peneliti memberi kesimpulan bahwa diplomasi publik adalah suatu aktifitas diplomasi yang mengikutsertakan pihak publik. Perumpamaan ini mengemukakan dengan dasar bahwa diplomasi bukan lagi semata-mata hanya merupakan

27

Djelantik, Sukawarsini. 2007. Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional, Aktor, Isu dan Metodologi, Graha Ilmu, Yogyakarta, Hal. 24.

28

(23)

transformasi hubungan antar negara, tetapi mulai bergeser (memberikan perluasan definisi) dengan memperhitungkan perubahan masyarakat dari berbagai pihak yang berhubungan secara transnasional. Akses informatif yang membuat warga negara maupun pihak lain non-state menjadi partisipan aktif berbagai agenda diplomasi baru yang dibentuk untuk kepentingan masyarakat atau publik.29 Pergeseran dalam pelaku diplomasi non-birokrat dan peran serta media yang sangat penting semakin mendorong pengaplikasian diplomasi publik.

Sementara itu, Jan Mellisen mendefinisikan diplomasi publik sebagai usaha untuk mempengaruhi orang atau organisasi lain di luar negaranya dengan cara positif sehingga mengubah cara pandang orang tersebut terhadap suatu negara.30 Berdasarkan definisi itu, dapat dikatakan bahwa diplomasi publik berfungsi untuk mempromosikan kepentingan nasional melalui pemahaman, menginformasikan, dan mempengaruhi publik di luar negeri. Karenanya, diplomasi publik merupakan salah satu instrumen soft power.31 Pelaku diplomasi publik adalah pemerintah dan pemerintah termasuk organisasi non-pemerintah, media massa, serta masyarakat dan perorangan dengan tujuan untuk membentuk opini atau pandangan serta mengumpulkan dukungan publik tentang aspek-aspek yang menjadi muatannya. Diplomasi publik dalam bidang kebudayaan yang dilakukan pemerintah Indonesia, diharapkan dapat memperluas wawasan publik melalui informasi yang diberikan, membangun citra Indonesia serta mengurangi miss-persepsi negara lain terhadap negara Indonesia, sehingga

29 Ibid 30

Melissen, Jan. 2006. Public Diplomacy Between Theory and Practice:. A European Perspective, Hal. 43.

31

(24)

diharapkan dapat menciptakan suatu suasana kondusif dalam kerjasama bilateral antar negara atau dalam berinteraksi dalam dunia internasional.

Dalam percaturan di dunia internasional, soft diplomacy merupakan suatu upaya yang paling sering dilakukan oleh suatu negara karena dianggap lebih efektif untuk mencapai kepentingan nasional dibandingkan dengan cara-cara lainnya. Bentuk diplomasi bermacam-macam termasuk di dalamnya adalah diplomasi kebudayaan.32 Diplomasi dengan menggunakan kebudayaan dianggap efektif untuk mencapai kepentingan nasional suatu bangsa karena pelaksanaannya dilakukan secara damai tanpa ada unsur pemaksaan atau tekanan dari salah satu pihak.33

Pada masa sekarang ini penggunaan kebudayaan sebagai suatu sarana diplomasi menjadi semakin penting, karena dilakukan dengan cara damai dan tanpa menggunakan kekerasan serta tanpa unsur paksaan. Kebudayaan memiliki arti luas karena memiliki ruang lingkup bahasan yang sangat luas pula. Kebudayaan bukan sekedar suatu kesenian atau adat istiadat saja, tetapi juga merupakan segala bentuk hasil dan upaya manusia. Secara harfiah kata budaya

sendiri mengandung arti „budi’ dan „akal’, baik yang terjabar sebagai „daya dari

budi’ yang berupa cipta, rasa, karsa, maupun sebagai hasil dari cipta, rasa, dan

karsa itu sendiri.34 Diplomasi kebudayaan dianggap oleh banyak kalangan sebagai media sangat potensial karena semua masyarakat luas dapat berperan di dalamnya.

32

Warsito, Tulus dan Kartikasari, Wahyuni. 2007. Diplomasi Kebudayaan: Konsep dan Relevansi bagi Negara Berkem-bang, Studi Kasus Indonesia , Yogyakarta: Ombak, Hal. 27.

33

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi , Jakarta: PT. Rineka Cipta, Hal.181. 34

(25)

1.7.3 Nation Branding

Upaya mencapai kepentingan nasional suatu negara perlu ditunjang oleh citra ataupun reputasi negaranya. Maka dari itu, pemerintah Indonesia melalui Festival Derawan berusaha untuk meningkatkan citra nasional Indonesia dalam upaya diplomasi kebudayaan Indonesia. Tujuan dari festival ini adalah untuk menginformasikan kepada dunia untuk lebih mengenal Indonesia khususnya Kepulauan Derawan dan mempromosikan citra Indonesia sebagai sebuah negara nyaman dan menarik untuk dikunjungi, serta tentunya memberikan kontribusi brand yang positif mengenai Indonesia dan memperkenalkan pariwisata Kepulauan Derawan yang belum begitu populer didunia.

Upaya membangun citra ataupun nation-branding Indonesia, dilakukan dengan mengembangkan unsur kebudayaan. Kebudayaan dijadikan sebagai suatu daya tarik untuk menjalin hubungan secara internasional agar dapat menarik kunjungan wisatawan ke Indonesia. Kebudayaan itu sendiri tidak hanya akan memberikan dampak sosial melainkan dapat pula mempengaruhi bidang politik dan ekonomi suatu negara, maka dari itu pemerintah Indonesia mengadakan Festival Derawan agar Pulau Derawan menjadi daerah tujuan wisata dunia.35

Nation branding lebih berkonsentrasi pada bagaimana negara secara keseluruhan mengemasnya untuk dikonsumsi oleh negara lain, sedangkan diplomasi publik lebih berkonsentrasi pada pengemasan kebijakan pemerintah kepada publik. Diplomasi publik merupakan komponen dari nation branding. Diplomasi publik berkonsentrasi pada satu aspek saja, sedangkan nation branding

35“F estival Derawan, Even Inti Pariwisata Kaltim”

(26)

berkonsentrasi pada bagaimana membentuk harmonisasi kebijakan, masyarakat, budaya, produk, pariwisata, promosi perdagangan dan investasi, dan sebagainya.36

Nation Branding memang tidak mungkin terbentuk dalam kurun waktu yang cepat, karena hal itu nation branding tetap butuh suatu usaha yang komprehensif, program yang terintegrasi dan waktu yang tidak sebentar untuk membangun nation branding tersebut. Nation Branding merupakan suatu rangkaian usaha yang dilakukan untuk membangun dan menjaga image negara, agar nantinya bisa mendapatkan posisi dalam percaturan internasional. Dalam memelihara nation branding dibutuhkan proses atau perjuangan yang berkesinambungan dalam waktu yang terus menerus serta tetap mengkorelasikan dengan dengan perubahan demografi dan geografis Indonesia.37 Nation Branding memang ditujukan untuk melahirkan sebuah image yang mampu go public secara internasional, sehingga akan memberikan pengaruh terhadap stereotip berbagai produk negara yang bersangkutan untuk kemudian dipersepsikan pada pasar. Jelas bukan hal yang mudah, tetapi juga bukan tidak bisa untuk diwujudkan.

Nation Branding telah terbukti berkontribusi membentuk image suatu negara dengan produk yang berasal dari negara sehingga mendongkrak omset penjualan produk tersebut secara signifikan. Sebagai contoh tentang nation branding, jika kita tanya pada anak kecil tentang negara Jepang, jangan heran kemudian jika jawaban yang diberikan adalah Doraemon, Sinchan atau Ninja hitam. Atau image yang melekat untuk Belanda: Kincir angin, Tulip. Kalau skala

36

Hennida, Citra. 2010. Jurnal Masyarakat dan Kebudayaan , Diplomasi Publik dalam Politik Luar Negeri, , Volume 22 No. 1:17-23.

37Indonesia, The Shiny Country of Universe”,

(27)

Internal (Indonesia), jika ada yang menyebut Yogyakarta maka yang spontan terlintas adalah: Gudeg, Borobudur, Malioboro. Lamongan dengan Soto Lamongan. Banyuwangi dengan Kawah Ijen, Batik Gajah Oling, Suku Osing-nya. Sehingga dengan adanya festival Derawan ini nantinya akan terlintas bahwa di Kalimantan khususnya Kepulauan Derawan akan terbangun suatu brand, pantai yang indah dengan pasir yang putih, keindahan taman bawah lautnya, keanekaragaman biota laut, terdapat spesies biota-biota laut yang langka seperti ubur-ubur yang tidak menyengat dan ikan manta, kemudian keunikan budaya masyarakatnya, serta tempat populasi penyu terbesar di Asia Tenggara, daerah konservasi penyu, dan lain-lainnya.

1.7.4 Citra

(28)

Konsep citra (image) dikembangkan oleh para ilmuwan sosial dalam membahas variabel psikologis manusia dalam mensinkronkan dengan lingkungannya, mereka beranggapan bahwa suatu citra timbul dari interaksi berbagai sikap dan asumsi yang dikembangkan seseorang dalam mempelajari lingkungannya.38 Hubungan antara kecenderungan dan kegiatan dengan cara yang akan membantu memahami bagian peran kegiatan diplomasi suatu negara dalam mengungkapkan nila-nilai pendekatan politik ataupun budaya dan bidang lainnya ditandai dengan citra yang dibentuk. Pencitraan membantu memberikan sebuah alasan yang dapat diterima secara subjektif tentang mengapa segala sesuatu hadir sebagaimana tampaknya tentang preferensi politik ataupun yang lainnya yang tidak hanya bersifat politis.

Tujuan akhir dari soft diplomacy adalah untuk mempromosikan citra positif dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk menarik perhatian negara-negara lain. Seperti banyak negara-negara lainnya, Indonesia telah berusaha untuk meningkatkan posisinya dalam tatanan internasional seiring dengan perkembangan soft power di dunia internasional. Dengan demikian, era di mana sektor industri yang memimpin pertumbuhan ekonomi suatu negara juga menjadi sangat didukung dari sektor pariwisata-kebudayaan. Pada tahun ini (2013) Indonesia sebagai tuan rumah event tingkat internasional, yaitu festival Derawan yang sekaligus dapat menjadi sarana pelaksanaan soft diplomacy dan meningkatkan citra negara Indonesia sehingga dapat semakin memperkuat posisinya di forum internasional.

38

(29)

Citra atau reputasi suatu negara mempengaruhi setiap hubungan dengan dunia luar. Contoh yang paling jelas dapat dilihat dalam sektor perdagangan, investasi dan pariwisata. Citra sebuah negara juga mempengaruhi bagaimana warga negara diperlakukan ketika mereka pergi ke luar negeri untuk kunjungan wisata, belajar, bekerja atau melakukan bisnis atau keperluan lainnya. Keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan reputasi negara, secara tidak langsung hal tersebut merupakan suatu bentuk pelayanan yang baik bagi warga negaranya dan terlebih kepada warga negara asing yang sedang berada di Indonesia. Hal ini menjadi tugas setiap pemerintahan untuk mengembangkan citra negaranya di luar negeri. Di pasar global, citra negara digambarkan dari karakter masyarakat dan juga produk yang dihasilkannya.39

1.8 Metode Penelitian

1.8.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan jenis deskripsi yaitu penelitian yang menyajikan satu gambaran yang terperinci tentang satu situasi khusus, setting sosial, atau hubungan sosial. Penelitian deskripsi bertujuan untuk

menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.40

39“Remakable Indonesia”.

Maret 2011. Jurnal Kementrian Perdagangan Indonesia, Hal. 3. 40

(30)

1.8.2 Level Analisa

Level analisa yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan level negara-bangsa. Menurut Mohtar Mas’oed yaitu analisis yang menekankan tingkat ini yang diasumsikan bahwa semua pembuat kebijakan, di mana pun berada, pada dasarnya memiliki perilaku yang sama dalam menghadapi situasi dan kondisi yang sama, oleh sebab itu analisa yang menekankan variasi atau perbedaan antara perilaku sekelompok pembuat kebijakan dalam suatu negara dengan sekelompok negara lain dianggap akan sia-sia saja. Analisa para ilmuwan seharusnya ditekankan pada perilaku unit negara-bangsa. Dalam hal ini, perilaku personal atau individu, kelompok, organisasi, lembaga dan proses perpolitikan mereka hanya akan diperhatikan sejauh perilaku mereka yang berkaitan dengan tindakan internasional negara yang bersangkutan. Dengan kata lain, harus mempelajari proses pembuatan kebijakan terkait permasalahan hubungan internasional, yaitu politik luar negeri, yang dilakukan oleh suatu negara-bangsa sebagai suatu unit yang utuh.41

1.8.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode studi pustaka yaitu mencari data mengenai penelitian ini yang berupa buku, jurnal, catatan, website dan lain sebagainya yang telah diolah oleh orang lain atau lembaga yang

berupa data sekunder.42

41Mas’oed, Mohtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional Displin dan Metodologi

, Jakarta : LP3ES, Hal. 41.

42

(31)

1.8.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) Pemeriksaan, dilakukan untuk memeriksa apakah data-data yang diperlukan sudah lengkap dan benar. (2) Pengolahan, dilakukan dengan memilah-milah data yang akan digunakan sesuai dengan kategorinya masing-masing. (3) Analisa dan interpretasi, data-data yang telah dipilah-pilah dalam pengolahan data kemudian dianalisis dan diinterpretasikan oleh peneliti.

Untuk memperoleh hasil akhir yang diinginkan maka data-data yang terkumpul, dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu menguraikan dan menggambarkan segala informasi mengenai festival derawan 2013 yang berperan sebagai media dalam diplomasi kebudayaan Indonesia dan memperbaiki citra Indonesia di mata dunia internasional.

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong, metode kualitatif sebagai posedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orag-orang dan perilaku yang dapat diamati.43

Proses analisis data yang dilakukan berjalan sebagai berikut:

1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar dan membuat indeknya.

43

(32)

3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dan membuat temuan-temuan umum.

Sedangkan tahap analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:

1. Membaca atau mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data.

2. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data.

3. Menuliskan model yang ditemukan.44

1.9 Asumsi Dasar

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas didukung dengan konsep kepentingan nasional, diplomasi, dan diplomasi kebudayaan sebagai kerangka berpikir dalam menganalisa permasalahan, maka peneliti mempunyai hipotesa bahwa Festival Derawan berperan sebagai media diplomasi kebudayaan dan memperbaiki citra bangsa Indonesia dengan alasan:

1. Keberhasilan Festival Derawan 2013 yang di selenggarakan di Pulau Derawan (Indonesia) ini dapat digunakan sebagai sarana diplomasi yang dapat membangun citra Indonesia di mata dunia internasional.

2. Dalam festival ini, event-event yang di selenggarakan banyak melibatkan peserta dari berbagai negara-negara didunia, yang memungkinkan pengenalan kekayaan budaya dan pariwisata serta kesenian bangsa Indonesia dan

44

(33)

khususnya memperkenalkan Derawan sebagai salah satu daerah tujuan wisata internasional.

1.10 Sistematika Penulisan

Secara garis besar jika dideskripsikan penulisan dari bab per bab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bab I  Dalam bab ini peneliti mendeskripsikan mengenai permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, dan dilanjutkan dengan penyampaian rumusan permasalahan. Kemudian dilanjutkan dengan tujuan dari penelitian ini dan penelitian terdahulu serta kerangka konseptual yang digunakan peneliti untuk melihat permasalahan dalam penelitian ini. Di akhir bab ini berisi tentang metode penelitian, antara lain Jenis Penelitian, Level Analisa, Metode Pengumpulan Data, Metode Analisis Data dan Sistematika Penulisan.

(34)

Bab III  Bab ini membahas tentang peran pemerintah pada Festival Derawan sebagai media diplomasi kebudayaan Indonesia, dalam bab ini juga peneliti menjelaskan tentang event-event Festival Derawan yang melibatkan interaksi dari beberapa negara.

(35)

FESTIVAL DERAWAN 2013

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Memperoleh gelar Sarjana Strata-1

Jurusan Hubungan Internasional

Oleh:

Rachman Sujana

07260094

JURUSAN HUBUNGAN INRTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(36)
(37)
(38)
(39)

hidayah-Nyalah sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Upaya Diplomasi Kebudayaan Indonesia Melalui Festival Derawan 2013.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan ummat beliau.

Selama ini jika berbicara mengenai Diplomasi Kebudayaan, kebanyakan penelitian yang dilakukan adalah menggunakan sarana olahraga dan musik atau event-event tertentu yang dilaksanakan umumnya oleh pemerintah pusat (Indonesia), dan tanpa melibatkan sinergi peran pemerintah daerah didalamnya. Berangkat dari alasan tersebut, peneliti kemudian tertarik untuk membahas mengenai peran pemerintah Indonesia, baik pusat dan daerah pada Festival Derawan 2013 sebagai sarana diplomasi kebudayaan Indonesia.

Peneliti menyadari dalam penyusunan penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu dalam perbaikan dan penyempurnaan kedepan peneliti sangat mengharapkan kontribusi ide dan kritik yang bersifat membangun sehingga penelitian ini dapat menjadi penelitian yang bermanfaat bagi mahasiswa-mahasiswa Hubungan Internasional.

Malang, 05 November 2013 Peneliti,

(40)

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar Orisinalitas ... iii

Abstraksi ... iv

Abstract ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi... vii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Tabel ... x

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 11

1.4 Tujuan Penelitian ... 12

1.5 Penelitian Terdahulu ... 12

1.6 Kerangka Pikir ... 14

1.7 Kerangka Konseptual ... 18

1.7.1 Kepentingan Nasional ... 18

1.7.2 Diplomasi Publik ... 22

1.7.3 Nation Branding... 25

1.7.4 Citra ... 27

1.8Metode Penelitian ... 29

1.8.1 Jenis Penelitian ... 29

1.8.2 Level Analisa ... 30

1.8.3 Metode Pengumpulan Data ... 30

1.8.4 Metode Analisis Data ... 31

1.9 Asumsi Dasar ... 32

(41)

2.1.2 Visi dan Misi Festival Derawan ... 37

2.1.3 Gambaran Umum Event-Event Festival Derawaan ... 38

2.2 Gambaran Umum Kepulauan Derawan ... 45

2.2.1 Kepariwisataan Kabupaten Berau ... 46

2.2.2 Sejarah Derawan dan Sosial Budaya... 47

2.2.3 Administrasi Dan Kependudukan ... 48

2.2.4 Sarana dan Prasarana... 50

2.2.5 Kegiatan Ekonomi ... 50

2.2.6 Pariwisata Di Kepulauan Derawan ... 51

BAB III. PERAN PEMERINTAH DALAM FESTIVAL DERAWAN SEBAGAI MEDIA DIPLOMASI KEBUDAYAAN INDONESIA 3.1 Peran Festival Derawan Sebagai Media Diplomasi Kebudayaan Indonesia ... 57

3.1.1 Peran Pemerintah ... 59

3.1.2 Peran Non Pemerintah dan Masyarakat ... 64

3.1.3 Partisipasi Internasional ... 77

3.2 Citra Indonesia Sebagai Negara yang Memiliki Kebudayaan Tinggi ... 83

BAB IV. PENUTUP 4.1Kesimpulan ... 88

4.2 Kelemahan atau Keterbatasan Penelitian ... 89

(42)

Gambar 2. Rute Kegiatan Yacht Rally ... 42

Gambar 3. Gambaran Rute Nama Daerah Yang Dilewati Yacht Rally ... 43

Gambar 4. Gambaran Perkiraan Kegiatan Yacht Rally ... 44

Gambar 5. Peta Administrasi Kabupaten Berau ... 47

Gambar 6. Peta Pariwisata Kepulauan Derawan... 55

(43)

Tabel 2. Hubungan antara Situasi, Bentuk, Tujuan dan Sarana Diplomasi

Kebudayaan ... 16 Tabel 3. Perkembangan Arus Wisatawan ke Kabuaten Beau

Tahun 2000-2003 ... 56 Tabel 4. Rangkaian Kegiatan Hari Jadi Kabupaten Berau Festival Derawan dan

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Anholt, Simon, Brand New Justice: The Upside of Global Branding. Butterworth Heinemann,2003.

Parikesit Widiatedja, Kebijakan Liberalisasi Pariwisata, Udayana University Press, 2011, Hal 37, Hal. 90, Hal. 53.

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1990, Hal. 181

Mas’oed, Mohtar, Ilmu Hubungan Internasional, Dispilin dan Metodologi, LP3ES, Jakarta, 1990, Hal 140-141

Jack C. Plano, Roy Olton, The Internastional Dictionary, Terj. Wawan Juanda, Third Edition, Clio Press Ltd, England, 1982, hal. 7.

Mas’oed, Mohtar, Studi Hubungan Internasional “Tingkat Analisis dan Teorisasi, Pusat Antar Universitas-Studi Sosial, UGM, Yogyakarta, 1989. Hal. 19. K.J. Holsti, Internastional Politics, A Framework for Analysis, Third Edition,

1984, Hal 82-83.

Kusuma, I Made, Pariwisata Berkelanjutan dalam Pusaran Krisis Global, Udaya Univesity Press, Bali, 2010, Hal 225.

Djelantik, Sukawarsini, Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional, Aktor, Isu dan Metodologi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2007.

Lenczovvski, John, Full Spectrum Diplomacy and Grand Strategy: Reforming The Structure and Culture of US Foreign Policy. United Kingdom: Lexington Books. 2011, Hal. 159.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT. Remaja Rosda Karya Bandung, 2005, Hal. 5, Hal. 248.

S.L., Roy, Diplomasi, Terj. Harwanto dan Miraswati, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 95

Sutardi, Tedi, Antropologi Mengungkap Keragaman Budaya, PT. Setia Purna Inves, Bandung 2007, hal 10.

(45)
(46)
(47)
(48)

Gambar

Tabel 1
Tabel. 2 Hubungan Antara Situasi, Bentuk, Tujuan dan

Referensi

Dokumen terkait

hal Wajib Pajak belum siap untuk menyampaikan SPT Tahunan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Pemberitahuan Perpanjangan Penyampaian SPT Tahunan yang diajukan sebelumnya,

Namun, meskipun perempuan Indonesia telah berperan dalam diplomasi kebudayaan sejak era Soekarno, peran para perempuan tersebut belum terdokumentasikan dengan baik

Puji syukur kepada Allah SWT, dengan rahmat, hidayah, dan karunianya, sehingga skripsi yang berjudul “Diplomasi Kebudayaan Multijalur Prancis di Indonesia Melalui

Berdasarkan Perjanjian Pembiayaan Wa’d (Line) Al Murabahah pada tanggal 21 Maret 2005, Perusahaan memperoleh fasilitas untuk modal kerja pembiayaan konsumen untuk

Lazimnya suka dipertentangkan dengan nilai-nilai tradisi.Tujuan dengan adanya tulisan ini untuk mengetahui bagaimana perubahan sosial terjadi dan sejauh mana hukum

Kondisi serapan maksimum adsorben lumpur diaktivasi dengan KOH terhadap ion Cr(VI) terjadi pada pH 1 dan adsorben lumpur segar terjadi pada pH 2 dengan waktu

MaG-D dapat dijadikan warming-up untuk mengikuti kompetisi selanjutnya seperti ONMIPA atau OSN Pertamina, karena tipe serta karakter soal yang diberikan di MaG-D memiliki variasi

ISO/IEC 17025:2008, Lulus Pelatihan/Pemahaman SNI ISO/IEC 17043:2010 Memahami Akreditasi Laboratorium Memahami Sistem Standardisasi Nasional Pernah bekerja/konsultan di