• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi dan pengklonan fragmen cdna gen penyandi major facilitator superfamily (MFS) dari melastoma affine l

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Isolasi dan pengklonan fragmen cdna gen penyandi major facilitator superfamily (MFS) dari melastoma affine l"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

PENYANDI MAJOR FACILITATOR SUPERFAMILY (MFS)

DARI Melastoma affine L.

WIDYARTINI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Isolasi dan Pengklonan Fragmen cDNA

Gen Penyandi Major Facilitator Superfamily (MFS) dari Melastoma affine L.

adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

tesis ini.

Bogor, Januari 2007

Widyartini

(3)

WIDYARTINI. Isolasi dan Pengklonan Fragmen cDNA Gen Penyandi Major Facilitator Superfamily (MFS) dari Melastoma affine L. Di bimbing oleh SUHARSONO DAN MUHAMMAD JUSUF.

Beberapa sistem transpor pada membran terbukti berperan penting bagi sifat ketahanan terhadap senyawa toksik alami dan xenobiotik pada bakteri maupun eukariot. Salah satu sistem transpor adalah Major Facilitator Superfamily (MFS) yang memiliki kisaran substrat luas yang meliputi antibiotik, obat, polisakarida, gula, asam amino, logam berat dan molekul-molekul lainnya. MFS merupakan sistem transpor sekunder aktif berupa polipeptida tunggal dan berfungsi untuk mentranspor molekul-molekul atau solut berukuran kecil dengan menggunakan gradien ion kemiosmosis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi, mengklon dan melakukan karakterisasi gen penyandi MFS dari Melastoma affine L. yang diduga memiliki kontribusi dalam ketahanan terhadap cekaman asam dan aluminium. Penelitian dilakukan melalui beberapa tahap yaitu isolasi RNA total, sintesis cDNA total melalui transkripsi balik, isolasi fragmen cDNA Mfs dari M. affine dengan PCR,

pengklonan fragmen cDNA MfsM. Affine (MaMfs) ke dalam plasmid pGEM®–T Easy, transformasi genetik Escherichia coli DH5α dengan vektor rekombinan, analisis cDNA sisipan dan analisis urutan nukleotida MaMfs. Dalam penelitian ini kami berhasil mendapatkan fragmen cDNA Mfs M. affine berukuran 511 pb yang menyandikan 168 asam amino. Analisis situs enzim restriksi pada fragmen

MaMfs menunjukkan bahwa fragmen MaMfs mempunyai beberapa situs restriksi tetapi tidak mempunyai situs restriksi EcoR1.

Analisis kesejajaran lokal berdasarkan urutan nukleotida menggunakan program BLAST (Basic Local Alignment Search Tool) menunjukkan bahwa fragmen MaMfs mempunyai kesamaan 74% dengan bagian coding sequence

(cds) Arabidopsis thaliana (AY056374), 73% dengan klon mth2-61c11

Medicago truncantula (AC148655) pada bagian cds 29835-35720 yang menyandi Major Facilitator Superfamily (MFS_1) dan 71% dengan bagian mRNA (complete cds) yang menyandi tetracycline resistance efflux protein like protein (MFS_1) dari A. thaliana (AK230262). Analisis kesejajaran berdasarkan urutan asam amino yang dideduksi dari cDNA Mfs menunjukkan bahwa fragmen MaMFS mempunyai kesamaan 80% dengan bagian MFS_1 dari M. truncantula

(Q1S1V4), 77% dengan bagian hypotetical protein A. thaliana (O82747), 73%

dengan OsMFS_1 dari padi (Q7XTZ1), 73% dengan bagian MFS_1

(4)

WIDYARTINI. Isolation and Cloning of cDNA Fragment of Gene Encoding for Major Facilitator Superfamily (MFS) from Melastoma affine L. Under the direction of SUHARSONO and MUHAMMAD JUSUF.

Many membrane transport systems have been demonstrated to play an important role in both bacteria and eucaryotes by confering resistance to a wide range of natural toxic compounds and xenobiotic. One of them is Major Facilitator Superfamily transporters (MFS) that have a broad substrate range including unrelated chemicals such as sugars, inorganic ions, heavy metals, peptides, amino acids, oligopeptides, polysaccharides, proteins and drugs. MFS transporters are single-polypeptide secondary carriers active capable of transporting small solutes in response to chemiosmotic ion gradien.

The objective of this experiment is to isolate, clone and characterize the gene encoding MFS from Melastoma affine L. This protein is supposed to have contribution in Al and acid stress resistance in M. affine. M. affine grows well in acid soil with high level of soluble aluminum. We started our study by total RNA isolation. Total cDNA had been generated from the total RNA as template by reverse transcription. By PCR technique, the cDNA fragment of MFS from M. affine (MaMfs) had been succesfully isolated by using total RNA as template and specific primer of Mfs that designed from ZmMfs from

Zea mays and Mfs from Medicago truncantula. The MaMfs fragment was inserted into pGEM®–T Easy plasmid, then the recombinant plasmid was introduced into Escherichia coli DH5α. Sequencing of the fragment MaMfs by using ABI Prism 310 automated DNA sequencer showed that the MaMfs fragment is about 511 bp in size that encoding 168 amino acids. Enzym restriction sites analysis of the MaMfs fragment showed that the fragment MaMfs contains some restriction sites but it does not contain EcoR1 restriction site.

Nucleotide allignment analysis using BLASTn program showed that MaMfs

fragment is 74% identical to complete coding sequence (cds) Arabidopsis thaliana

(AY056374), 73% to part of MtMfs from Medicago truncantula (AC148655) and 71% to

part of tetracycline resistance efflux protein like protein (MFS_1) from

A. thaliana (AK230262). Amino acids allignment analysis using BLASTp program shows that MaMFS fragment is 80% identical to MFS_1 from M. truncantula (Q1S1V4), 77% to hypotetical protein A. thaliana (O82747), 73% to OsMFS_1 from rice (Q7XTZ1), 73% to tetracycline resistance efflux protein like protein (MFS_1) A. thaliana

(5)

PENYANDI MAJOR FACILITATOR SUPERFAMILY (MFS)

DARI Melastoma affine L.

WIDYARTINI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Bioteknologi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Major Facilitator Superfamily (MFS) dari Melastoma affine L.

Nama : Widyartini

NRP : P055030071

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Suharsono, DEA Dr. Ir. Muhammad Jusuf

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Bioteknologi Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Muhammad Jusuf Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(7)

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Segala puji saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul ” Isolasi dan

Pengklonan Fragmen cDNA Gen Penyandi Major Facilitator Superfamily (MFS) dari Melastoma affine L” dapat diselesaikan. Penelitian ini dibiayai oleh Proyek Hibah Penelitian Tim Pascasarjana Angkatan III dengan judul ”Isolasi dan

karakterisasi gen-gen yang berhubungan dengan toleransi tanaman terhadap pH

rendah dan aluminium tinggi atas nama Dr. Suharsono sebagai peneliti utama.

Selama proses penulisan karya ilmiah ini penulis mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Untuk itu penulis bermaksud menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Suharsono, DEA selaku Komisi Pembimbing atas bimbingan

dan arahannya.

2. Bapak Dr. M. Jusuf selaku Komisi Pembimbing atas bimbingan dan

arahannya

3. Ibu Dr. Ir. Utut Widyastuti Suharsono atas bimbingan dan arahannya.

4. Ibu Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas yang telah memberi masukan yang sangat

berarti dalam perbaikan tulisan ini

5. Papa, mama, adik-adik serta seluruh keluarga atas semua do’a, pengorbanan

dan kasih sayangnya.

6. Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB yang telah

menyediakan sarana dan prasarana untuk penelitian

7. Terakhir dan tak terlupakan terima kasih kepada Eve, Firdaus, Agt, Zendi,

Pak Mul, Mbak Pepy, Huda, Bahrelvi, Didi, Pak dan Bu Elfian, Pak Muzuni,

Bu Sri Lis, Budi Hebat, Poppi, Ammay serta semua pihak yang telah banyak

membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Januari 2007

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 6 Juni 1979 dari ayah

I. Made Sudania, SH dan ibu Patmini A Ma Pd. Penulis merupakan putri

pertama dari empat bersaudara.

Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Pemuliaan Tanaman,

Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB, lulus pada tahun 2001.

Pada tahun 2003, penulis diterima di Program Studi Bioteknologi pada Program

Pascasarjana IPB.

Penulis pernah bekerja di Perkebunan Kelapa Sawit Cipta Futura pada

(9)

DAFTAR ISI

Toksisitas dan Toleransi Aluminium pada Tanaman... 5

Toksisitas Al ... 5

Toleransi Al... 6

Major Facilitator Superfamily (MFS)... 9

Karakteristik Melastoma dan Toleransinya terhadap Aluminium ... 13

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

Bahan ... 15

Metode Penelitian ... 16

Isolasi RNA total... 17

Sintesis cDNA total melalui transkripsi balik... 18

Isolasi Fragmen cDNA MaMfs melalui PCR ... 19

Pengklonan cDNA ke dalam vektor pGEM®-T Easy ... 19

Transformasi genetik bakteri E. coli DH5α dengan vektor rekombinan... 19

Analisis cDNA sisipan ... 21

Analisis urutan nukleotida MaMfs... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Domain Fragmen MaMFS ... 36

Analisis Hidrofobisitas Fragmen MaMFS ... 40

SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 42

Saran... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Rendemen Isolasi RNA Total ... 23

2. Matriks kesamaan urutan nukleotida fragmen MaMfs dan Mfs dari organisme lainnya ... 32

3. Matriks kesamaan asam amino fragmen MaMFS dan MFS dari organisme lainnya ... 34

4. Analisis domain transmembran menggunakan program

Tmpred versi 2.0 ... 37

(11)

PENYANDI MAJOR FACILITATOR SUPERFAMILY (MFS)

DARI Melastoma affine L.

WIDYARTINI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Isolasi dan Pengklonan Fragmen cDNA

Gen Penyandi Major Facilitator Superfamily (MFS) dari Melastoma affine L.

adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

tesis ini.

Bogor, Januari 2007

Widyartini

(13)

WIDYARTINI. Isolasi dan Pengklonan Fragmen cDNA Gen Penyandi Major Facilitator Superfamily (MFS) dari Melastoma affine L. Di bimbing oleh SUHARSONO DAN MUHAMMAD JUSUF.

Beberapa sistem transpor pada membran terbukti berperan penting bagi sifat ketahanan terhadap senyawa toksik alami dan xenobiotik pada bakteri maupun eukariot. Salah satu sistem transpor adalah Major Facilitator Superfamily (MFS) yang memiliki kisaran substrat luas yang meliputi antibiotik, obat, polisakarida, gula, asam amino, logam berat dan molekul-molekul lainnya. MFS merupakan sistem transpor sekunder aktif berupa polipeptida tunggal dan berfungsi untuk mentranspor molekul-molekul atau solut berukuran kecil dengan menggunakan gradien ion kemiosmosis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi, mengklon dan melakukan karakterisasi gen penyandi MFS dari Melastoma affine L. yang diduga memiliki kontribusi dalam ketahanan terhadap cekaman asam dan aluminium. Penelitian dilakukan melalui beberapa tahap yaitu isolasi RNA total, sintesis cDNA total melalui transkripsi balik, isolasi fragmen cDNA Mfs dari M. affine dengan PCR,

pengklonan fragmen cDNA MfsM. Affine (MaMfs) ke dalam plasmid pGEM®–T Easy, transformasi genetik Escherichia coli DH5α dengan vektor rekombinan, analisis cDNA sisipan dan analisis urutan nukleotida MaMfs. Dalam penelitian ini kami berhasil mendapatkan fragmen cDNA Mfs M. affine berukuran 511 pb yang menyandikan 168 asam amino. Analisis situs enzim restriksi pada fragmen

MaMfs menunjukkan bahwa fragmen MaMfs mempunyai beberapa situs restriksi tetapi tidak mempunyai situs restriksi EcoR1.

Analisis kesejajaran lokal berdasarkan urutan nukleotida menggunakan program BLAST (Basic Local Alignment Search Tool) menunjukkan bahwa fragmen MaMfs mempunyai kesamaan 74% dengan bagian coding sequence

(cds) Arabidopsis thaliana (AY056374), 73% dengan klon mth2-61c11

Medicago truncantula (AC148655) pada bagian cds 29835-35720 yang menyandi Major Facilitator Superfamily (MFS_1) dan 71% dengan bagian mRNA (complete cds) yang menyandi tetracycline resistance efflux protein like protein (MFS_1) dari A. thaliana (AK230262). Analisis kesejajaran berdasarkan urutan asam amino yang dideduksi dari cDNA Mfs menunjukkan bahwa fragmen MaMFS mempunyai kesamaan 80% dengan bagian MFS_1 dari M. truncantula

(Q1S1V4), 77% dengan bagian hypotetical protein A. thaliana (O82747), 73%

dengan OsMFS_1 dari padi (Q7XTZ1), 73% dengan bagian MFS_1

(14)

WIDYARTINI. Isolation and Cloning of cDNA Fragment of Gene Encoding for Major Facilitator Superfamily (MFS) from Melastoma affine L. Under the direction of SUHARSONO and MUHAMMAD JUSUF.

Many membrane transport systems have been demonstrated to play an important role in both bacteria and eucaryotes by confering resistance to a wide range of natural toxic compounds and xenobiotic. One of them is Major Facilitator Superfamily transporters (MFS) that have a broad substrate range including unrelated chemicals such as sugars, inorganic ions, heavy metals, peptides, amino acids, oligopeptides, polysaccharides, proteins and drugs. MFS transporters are single-polypeptide secondary carriers active capable of transporting small solutes in response to chemiosmotic ion gradien.

The objective of this experiment is to isolate, clone and characterize the gene encoding MFS from Melastoma affine L. This protein is supposed to have contribution in Al and acid stress resistance in M. affine. M. affine grows well in acid soil with high level of soluble aluminum. We started our study by total RNA isolation. Total cDNA had been generated from the total RNA as template by reverse transcription. By PCR technique, the cDNA fragment of MFS from M. affine (MaMfs) had been succesfully isolated by using total RNA as template and specific primer of Mfs that designed from ZmMfs from

Zea mays and Mfs from Medicago truncantula. The MaMfs fragment was inserted into pGEM®–T Easy plasmid, then the recombinant plasmid was introduced into Escherichia coli DH5α. Sequencing of the fragment MaMfs by using ABI Prism 310 automated DNA sequencer showed that the MaMfs fragment is about 511 bp in size that encoding 168 amino acids. Enzym restriction sites analysis of the MaMfs fragment showed that the fragment MaMfs contains some restriction sites but it does not contain EcoR1 restriction site.

Nucleotide allignment analysis using BLASTn program showed that MaMfs

fragment is 74% identical to complete coding sequence (cds) Arabidopsis thaliana

(AY056374), 73% to part of MtMfs from Medicago truncantula (AC148655) and 71% to

part of tetracycline resistance efflux protein like protein (MFS_1) from

A. thaliana (AK230262). Amino acids allignment analysis using BLASTp program shows that MaMFS fragment is 80% identical to MFS_1 from M. truncantula (Q1S1V4), 77% to hypotetical protein A. thaliana (O82747), 73% to OsMFS_1 from rice (Q7XTZ1), 73% to tetracycline resistance efflux protein like protein (MFS_1) A. thaliana

(15)

PENYANDI MAJOR FACILITATOR SUPERFAMILY (MFS)

DARI Melastoma affine L.

WIDYARTINI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Bioteknologi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

Major Facilitator Superfamily (MFS) dari Melastoma affine L.

Nama : Widyartini

NRP : P055030071

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Suharsono, DEA Dr. Ir. Muhammad Jusuf

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Bioteknologi Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Muhammad Jusuf Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(17)

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Segala puji saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul ” Isolasi dan

Pengklonan Fragmen cDNA Gen Penyandi Major Facilitator Superfamily (MFS) dari Melastoma affine L” dapat diselesaikan. Penelitian ini dibiayai oleh Proyek Hibah Penelitian Tim Pascasarjana Angkatan III dengan judul ”Isolasi dan

karakterisasi gen-gen yang berhubungan dengan toleransi tanaman terhadap pH

rendah dan aluminium tinggi atas nama Dr. Suharsono sebagai peneliti utama.

Selama proses penulisan karya ilmiah ini penulis mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Untuk itu penulis bermaksud menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Suharsono, DEA selaku Komisi Pembimbing atas bimbingan

dan arahannya.

2. Bapak Dr. M. Jusuf selaku Komisi Pembimbing atas bimbingan dan

arahannya

3. Ibu Dr. Ir. Utut Widyastuti Suharsono atas bimbingan dan arahannya.

4. Ibu Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas yang telah memberi masukan yang sangat

berarti dalam perbaikan tulisan ini

5. Papa, mama, adik-adik serta seluruh keluarga atas semua do’a, pengorbanan

dan kasih sayangnya.

6. Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB yang telah

menyediakan sarana dan prasarana untuk penelitian

7. Terakhir dan tak terlupakan terima kasih kepada Eve, Firdaus, Agt, Zendi,

Pak Mul, Mbak Pepy, Huda, Bahrelvi, Didi, Pak dan Bu Elfian, Pak Muzuni,

Bu Sri Lis, Budi Hebat, Poppi, Ammay serta semua pihak yang telah banyak

membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Januari 2007

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 6 Juni 1979 dari ayah

I. Made Sudania, SH dan ibu Patmini A Ma Pd. Penulis merupakan putri

pertama dari empat bersaudara.

Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Pemuliaan Tanaman,

Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB, lulus pada tahun 2001.

Pada tahun 2003, penulis diterima di Program Studi Bioteknologi pada Program

Pascasarjana IPB.

Penulis pernah bekerja di Perkebunan Kelapa Sawit Cipta Futura pada

(19)

DAFTAR ISI

Toksisitas dan Toleransi Aluminium pada Tanaman... 5

Toksisitas Al ... 5

Toleransi Al... 6

Major Facilitator Superfamily (MFS)... 9

Karakteristik Melastoma dan Toleransinya terhadap Aluminium ... 13

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

Bahan ... 15

Metode Penelitian ... 16

Isolasi RNA total... 17

Sintesis cDNA total melalui transkripsi balik... 18

Isolasi Fragmen cDNA MaMfs melalui PCR ... 19

Pengklonan cDNA ke dalam vektor pGEM®-T Easy ... 19

Transformasi genetik bakteri E. coli DH5α dengan vektor rekombinan... 19

Analisis cDNA sisipan ... 21

Analisis urutan nukleotida MaMfs... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Domain Fragmen MaMFS ... 36

Analisis Hidrofobisitas Fragmen MaMFS ... 40

SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 42

Saran... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(20)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Rendemen Isolasi RNA Total ... 23

2. Matriks kesamaan urutan nukleotida fragmen MaMfs dan Mfs dari organisme lainnya ... 32

3. Matriks kesamaan asam amino fragmen MaMFS dan MFS dari organisme lainnya ... 34

4. Analisis domain transmembran menggunakan program

Tmpred versi 2.0 ... 37

(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Topologi MFS transporter dengan 12 dan 14 domain transmembran .... 10

2. MFS multidrug efflux transporter menggunakan gradien elektrokimia transmembran dari proton atau ion sodium untuk mensekresi senyawa toksik dan xenobiotik dari dalam sel... 11

3. Melastoma affine L. ... 13 4. Vektor pengklonan pGEM® –T Easy... 15 5. Tahapan isolasi dan pengklonan fragmen cDNA Mfs dari Melastoma

affine L ... 16 6. RNA total yang terdapat pada ketiga sampel yaitu akar (1), daun

tua(2) dan daun pucuk (3) ... 24

7. Pita cDNA ekson1- ekson2 dari aktin yang dihasilkan dari PCR aktin menggunakan cetakan cDNA dari sampel daun (1), daun pucuk (2) dan akar (3) ... 24

8. Pita fragmen cDNA MaMFS hasil amplifikasi dengan teknik PCR menggunakan cetakan cDNA sampel daun (1) dan sampel akar (2) ... 25

9. Seleksi biru putih koloni E. coli DH5α hasil transformasi dengan vektor pGEMT Easy pada media seleksi yang mengandung X-gal, IPTG dan antibiotik ampisilin... 26

10. Hasil PCR terhadap koloni E. coli DH5α (koloni putih) sebagai cetakan ... 27

11. Plasmid pGEMT Easy rekombinan utuh (1) dan hasil pemotongan plasmid dengan enzim restriksi EcoR1 ... 27 12. Urutan nukleotida fragmen cDNA MaMfs dan deduksi asam

aminonya ... 28

13. Situs pemotongan enzim restriksi endonuklease pada fragmen MaMfs

menggunakan program NEB Cutter... 29

14. Filogenetik berdasarkan urutan nukleotida fragmen MaMfs dengan

Mfs dari organisme lainnya (angka menunjukkan jarak) ... 33 15. Filogenetik berdasarkan asam amino fragmen MaMFS dengan MFS

dari organisme lainnya (angka menunjukkan jarak) ... 35

16. Posisi fragmen MFS Melastoma (MaMFS) pada MFS Medicago

(MtMFS) berdasarkan hasil analisis kesejajaran asam amino ... 36

17. Analisis kesejajaran transmembran TM6, TM7, TM8 dan TM9 MaMFS dengan MtMFS, AtMFS dan OsMFS ... 38

(22)

19. Profil hidrofobisitas MFS M. truncantula... 41

20. Profil hirofobisitas fragmen MaMFS dan fragmen MFS

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Daftar asam amino dan polaritas... 49

2. Hasil sekuensing DNA sisipan (fragmen MaMfs) pada pGEM®-T Easy

menggunakan primer sp6... 50 3. Hasil analisis penyejajaran urutan nukleotida fragmen MaMfs dengan

gen pada data GenBank menggunakan program Blast... 51 4. Hasil analisis kesejajaran lokal berdasarkan urutan nukleotida antara

MaMfs dengan MtMfs... 57 5. Hasil analisis penyejajaran urutan asam amino fragmen MaMFS

dengan data GenBank menggunakan program Blast ... 58 6. Hasil analisis kesejajaran lokal berdasarkan urutan asam amino antara

(24)

Latar Belakang

Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi pertanian secara nasional

adalah melalui ekstensifikasi penanaman pada lahan marjinal yang belum

dimanfaatkan secara optimal di luar pulau Jawa. Salah satu lahan marjinal

adalah tanah podzolik merah kuning. Jenis tanah ini mendominasi lahan kering

yang ada di Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya dengan penyebarannya yaitu

10.04 juta ha di Kalimantan Timur, 7.62 juta ha di Irian Jaya, 5.71 juta ha di

Kalimantan Barat, 4.81 juta ha di Kalimantan Tengah dan 2.27 juta ha di Riau

(Puslitbang Tanah 1999).

Permasalahan yang biasa ditemukan pada tanah podzolik merah kuning

adalah tingginya tingkat keasaman, pencucian hara (leaching), defisiensi unsur

hara Ca, Mg, K, P, N dan kelarutan aluminium tinggi yang dapat menyebabkan

keracunan bagi tanaman serta mudah mengalami erosi. Keracunan aluminium

merupakan faktor utama yang membatasi produktivitas tanaman pada tanah asam

dan meliputi 40% lahan pertanaman di dunia (Kochian 1995).

Usaha untuk mengatasi permasalahan keracunan aluminium tersebut salah

satunya adalah melalui perbaikan genetik tanaman. Untuk itu perlu dilakukan

isolasi gen-gen yang berperan dalam toleransi terhadap aluminium terutama dari

tanaman indikator tanah asam yang diharapkan akan lebih efektif dan menambah

sumberdaya genetik bagi sifat ketahanan ini.

Melastoma affine merupakan tanaman gulma yang tumbuh di daerah hutan hujan tropis. Melastoma affine dapat tumbuh pada tanah asam dengan tingkat

kelarutan Al yang tinggi. Tumbuhan ini merupakan indikator tanah asam yang

dominan dan dapat mengakumulasi Al pada daunnya. Hasil penelitian Watanabe

(25)

memiliki mekanisme detoksifikasi Al secara internal dan dapat menjadi sumber

gen ketahanan terhadap cekaman asam dan Al tinggi.

Pada tanah dengan keasaman yang sangat tinggi, Al3+ dapat melewati membran plasma baik melalui transpor protein yang secara normal berfungsi

dalam adsorpsi ion-ion mineral lainnya ataupun melalui fase-fluida dan adsorpsi

endositosis. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, Al3+ menghentikan kanal ion yang terdapat pada membran plasma sel akar. Sebagai contoh adalah

Al3+ yang mengikat 107 kali lebih kuat ATP daripada Mg2+. Jumlah Al3+ kurang dari nanomolar sekalipun dapat menghambat Mg2+ pada situs P (Martin 1988). Berdasarkan bukti-bukti di atas, mekanisme transpor Al3+ tidak hanya terjadi secara aktif melalui transporter primer aktif (primary active transporters) tetapi

juga melalui transporter sekunder aktif (secondary active transporter).

Kemungkinan bahwa tanaman akumulator Al memiliki mekanisme detoksifikasi

Al secara internal.

Walaupun banyak bukti yang menunjukkan keterkaitan asam organik

dalam mekanisme detoksifikasi Al secara internal dan eksternal pada tanaman,

ada beberapa spesies yang menunjukkan mekanisme yang tidak berkaitan

dengan asam organik. Kultivar gandum yang sangat toleran Al (Atlas)

mempunyai mekanisme pelepasan fosfat sebagai mekanisme detoksifikasi

Al-nya (Pellet et al. 1996). Tanaman rumput-rumputan menghasilkan asam amino

non-protein yang disebut phytosiderophore yang mampu mendetoksifikasi Al

secara internal dengan cara mengkelat. Phytosiderophore dapat mengkelat Fe3+, komplek divalen, kation polyvalen dan Al3+ dengan sangat efektif sehingga tidak bersifat toksik lagi bagi tanaman saat terserap ke dalam sitoplasma (Kochian

1995). Bakteri juga mempunyai siderophore yang berfungsi dalam transpor Fe3+ yaitu enterobactin dan major facilitator superfamily (MFS) merupakan transporter

enterobactin pada yeast (Heymann et al. 2000)

(26)

sehingga terjadi depolarisasi di membran plasma dan secara berantai

mempengaruhi aktifitas metabolisme turunannya seperti aktifitas K-channel dan

Ca-transporter yang masing-masing berperan dalam proses detoksifikasi Al

(Kasai et al. 1993; Kinraide et al.1994; Sasaki et al. 1995; Kasai et al. 1995; Huang et al. 1996; Larsen et al. 1998; Delhaize, 2004).

Fluconazole resistance 1 (FLR1) yang menyandi MFS transporter pada fungi Candida albicans terlibat di dalam induksi CAP1 dan YAP1 yang berperan

dalam resistensi C. albicans dan S. cerevisiae terhadap senyawa toksik seperti

cycloheximide (CYH), 4-nitroquinoline N-oxide (4-NQO), kadmium dan hidrogen peroksida sehingga hal ini mengindikasikan bahwa FLR1 merupakan

regulator transkripsi CAP1 dan YAP1 (Alarco et al. 1997). Oksida radikal (ROS,

reactive oxigen species) merupakan salah satu mekanisme yang muncul pertama kali pada tanaman untuk mengatasi cekaman oksidatif khususnya untuk

reoksigenasi. Hidrogen peroksida (H2O2) dan superoksida (O2-) merupakan contoh yang dihasilkan di sejumlah reaksi selular karena adanya cekaman

oksidatif. Reaktifitas Al juga dapat menyebabkan terbentuknya oksida radikal

(ROS, reactive oxigen species) yang beracun bagi sel.

Major Facilitator Superfamily merupakan transporter dengan kisaran substrat yang luas sehingga memiliki spesifisitas fungsi yang luas (Van Bambeke

et al. 2000). Substrat MFS meliputi antibiotik, obat anti kanker dan anti HIV, molekul amphiphilik hingga gula, asam amino, ion logam dan molekul-molekul

lainnya (Pao et al. 1998). Penelitian MFS pada organisme tingkat tinggi

khususnya pada tanaman masih sangat sedikit sehingga baru sebagian kecil MFS

yang ditemukan. Sebagian besar MFS telah ditemukan pada mikroorganisme dan

telah diketahui fungsinya. Beberapa fungsi MFS yang sudah diketahui yaitu

sebagai sistem transpor gula (Henderson et al. 1990), sistem transpor senyawa

toksin, obat (drug efflux) dan senyawa metabolit pada siklus Krebs (Griffith et al.

1992; Paulsen et al. 1997), sistem transpor fosfat yaitu sebagai phosphate

exchanger dan oligo sakarida (H+ simport permease) (Marger et al. 1993) serta sebagai permease asam aromatik pada bakteri (Goffeau at al. 1997).

Berdasarkan peran MFS dalam berbagai mekanisme resistensi dan

(27)

dilakukan pada MFS tanaman, maka peran MFS dalam resistensi berbagai

senyawa toksik khususnya resistensi yang terkait dengan cekaman pH rendah

dan aluminium pada tanaman Melastoma sangat penting untuk diteliti.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yaitu isolasi dan pengklonan fragmen cDNA gen

penyandi Major Facilitator Superfamily dari Melastoma affine L. (MaMFS) melalui teknik PCR.

Hipotesis

Fragmen cDNA gen penyandi MaMFS dapat diisolasi dengan teknik PCR

(28)

Toksisitas dan Toleransi Aluminium pada Tanaman

Toksisitas Al. Aluminium bukan unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Pada saat kelarutan aluminium meningkat seiring dengan turunnya pH hingga di

bawah 5, unsur ini penting untuk diperhatikan karena menjadi toksik bagi tanaman.

Bentuk-bentuk aluminium di dalam tanah dapat berupa ion trivalen yaitu Al(H2O)63+ atau disebut Al3+, bentuk hidroksida seperti Al(OH)+2, Al(OH)2+, Al(OH)3, Al(OH)4- atau berasosiasi dengan berbagai senyawa organik dan anorganik seperti PO4-3, SO4-2,F-, asam-asam organik, protein dan lipid (Delhaize dan Ryan 1995). Al3+ merupakan bentuk yang paling toksik dan mendominasi di lahan asam dengan pH di bawah 4.5 (Matsumoto 2000).

Tanah asam terjadi karena adanya pencucian kation-kation basa dari tanah

yang dipicu oleh praktek-praktek pertanian dan adanya hujan asam (Kennedy 1992).

Untuk melihat pengaruh fitotoksik Al sebaiknya digunakan Al dalam bentuk Al3+, pH media 4 dan kekuatan ioniknya rendah (Kinraide 1991)

Aluminium terlarut bereaksi dengan dinding dan membran sel akar serta

membatasi perluasan dinding sel sehingga menghentikan pemanjangan akar.

Terhentinya pemanjangan akar merupakan ciri utama dari toksisitas aluminium.

Jaringan akar merupakan bagian pertama dari tanaman yang mengalami keracunan

aluminium, terutama di ujung akar sehingga mengalami pemendekan dan menebal.

Akar menjadi berwarna kecoklatan terutama pada akar utama serta terjadi

pertumbuhan akar lateral yang gemuk dan pendek dengan percabangan yang tidak

bagus (Sasaki et al. 1994; Ryan et al. 1995).

Selain itu Al3+ juga dapat masuk ke sel melalui simplas setelah merusak membran sel akar dan terkadang bereaksi dengan senyawa fosfor sehingga

mengganggu metabolisme fosfor pada tanaman. Akumulasi Al dalam sitoplasma

memberi asumsi bahwa toksisitas terjadi karena terbentuknya kompleks Al – ligan

(29)

mengikat sangat kuat senyawa donor O2 seperti Pi, nukleotida RNA, DNA, protein, asam karboksilat, fosfolipid, asam poligalakturonik, heteropolisakarida,

lipopolisakarida, flavanoid, antosianin dan lain-lain (Haug 1984; Martin 1986).

Konsentrasi Al yang kecil saja dalam simplas berpotensi menjadi fitotoksik.

Sebagai contoh yaitu Al3+ mengikat 107 kali lebih kuat ATP daripada Mg2+. Jumlah Al3+ pada tingkat nanomolar sekalipun dapat menghambat Mg2+ pada situs P (Martin 1988). Aluminium juga diduga menghambat proses pembelahan sel dan

menghalangi metabolisme asam nukleat (yaitu menghalangi reproduksi bahan

genetik) pada tanaman (Helyar 1998). Menurut Matsumoto (1991) Al yang berada

dalam bentuk polimer (Al3+) memiliki muatan positif yang besar serta memiliki banyak situs pengikatan. Polimer ini dapat mengikat fosfat pada kedua utas DNA

sehingga mengakibatkan gagalnya pemisahan DNA utas ganda saat proses replikasi.

Toleransi Al. Pada prinsipnya ada dua mekanisme toleransi tanaman terhadap

cekaman Al menurut Taylor (1991), yaitu : pertama mekanisme eksternal yakni

dengan mencegah Al masuk ke dalam simplas dan mencapai daerah metabolik yang

peka; dan yang kedua mekanisme internal yakni dengan imobilisasi,

kompartementasi atau detoksifikasi saat Al masuk ke dalam simplas. Mekanisme

toleransi Al pada tanaman bervariasi baik antar maupun intra spesies. Faktor

genetik berperan penting dalam menentukan toleransi tersebut. Toleransi Al pada

gandum (Triticum aestivum) dikendalikan oleh sejumlah kecil gen dominan mayor

dan gen-gen ini telah dimanfaatkan dalam program pemuliaan untuk membuat

kultivar yang toleransi terhadap cekaman Al (Johnson et al. 1997).

Percobaan tentang mekanisme toleransi Al yang dilakukan oleh beberapa

peneliti mengindikasikan beberapa hal yaitu :

(a) Perbedaan akumulasi Al di dalam jaringan akar berhubungan dengan perbedaan

sensitivitas tanaman terhadap Al. Tice et al. (1992), Ryan et al. (2001) dan Ma

et al. (2001) membuktikan bahwa tanaman gandum yang toleran terhadap Al mengakumulasi Al lebih sedikit dalam sitoplasma dibanding tanaman yang

(30)

(b) Peningkatan akumulasi ion nitrat yang lebih tinggi dibandingkan kation

amonium dan induksi pH rizosfir lebih tinggi mendekati pH optimal untuk

pertumbuhan tanaman berhubungan dengan sifat tanaman yang lebih toleran

terhadap cekaman Al (Miyasaka et al. 1991)

(c) Kultivar toleran mencirikan suatu mekanisme menghilangkan aluminium dari

daerah sekitar akar yang disebabkan pengeluaran senyawa-senyawa asam

dikarboksilat atau pengeluaran asam organik seperti malat, oksalat, sitrat dan

fulfat propanoat seperti kaffeat untuk mengkelat Al sehingga toksisitasnya

menjadi rendah (Ojima et al. 1984; Ryan et al. 1995; Sopandie et al. 1996; de la

Funte et al. 1997; Ma et al. 1998; Zheng 1998; Matsumoto 2000). Beberapa genotipe tanaman bersifat toleran terhadap cekaman Al karena mereka

melepaskan asam organik dari ujung akar. Beberapa asam organik memiliki

kemampuan untuk mengubah kompleks Al3+ menjadi bentuk yang tidak bersifat toksik bagi tanaman, seperti pengkelatan Al sehingga akar terlindung dari

toksisitas Al (Hue et al. 1986)

(d) Kultivar toleran mampu meningkatkan aktifitas H+-ATPase membran plasma yang mengatur keseimbangan ion proton antara di dalam dan luar membran

plasma sel sehingga terjadi depolarisasi di membran plasma dan secara berantai

mempengaruhi aktifitas metabolisme turunannya seperti aktifitas K-channel dan

Ca-transporter yang masing-masing berperan dalam proses detoksifikasi Al

(Kasai et al.1993; Kinraide et al. 1994; Sasaki et al. 1995; Kasai et al. 1995; Huang et al. 1996; Larsen et al. 1998; Delhaize 2004)

Ada tiga jenis asam organik yang sering ditemukan dalam tanaman yang

toleran terhadap cekaman Al yaitu asam sitrat, asam oksalat dan asam malat.

Sebagai contoh respon tanaman terhadap cekaman Al yaitu gandum mengeluarkan

malat; snapbeans, jagung, Cassia toru dan kedelai melepas sitrat; buckwheat (Fagopyrum esculentum) mengeluarkan oksalat dan Triticale, rapeseed, lobak, oats

dan rye mengeluarkan malat dan sitrat. Mekanisme toleransi terhadap cekaman Al

(31)

detoksifikasi eksternal dan internal bahkan beberapa spesies tanaman menggunakan

kedua bentuk mekanisme tersebut.

Beberapa tanaman dapat mengakumulasi Al pada daun dan akarnya tanpa

menunjukkan gejala keracunan. Spesies tanaman toleran Al ini mempunyai

mekanisme untuk mengubah Al dalam bentuk non toksik di dalam tanaman yaitu

mekanisme yang membiarkan Al masuk ke dalam tanaman dan melewati membran

kemudian baru mengubahnya menjadi bentuk non toksik. Teh dan hydrangea telah

dikenal sebagai akumulator Al. Daun teh tua dapat mengakumulasi Al hingga 30000

mg kg-1 pada berat kering dan akumulasi Al di daun hydrangea mencapai di atas 3000 mg kg-1 (Ma et al. 1997). Beberapa tanaman seperti Melastoma malabathricum dan Vaccinium macrocarpon yang beradaptasi baik pada pH rendah mengakumulasi Al dalam level yang tinggi baik di daun maupun di akar (Osaki et

al. 1997).

Pada tanah dengan keasaman yang sangat tinggi, Al3+ dapat melewati membran plasma baik melalui transpor protein yang secara normal berfungsi dalam

adsorpsi ion-ion mineral lainnya ataupun melalui fase-fluida dan adsorpsi

endositosis. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, Al3+menghentikan kanal ion yang terdapat pada membran plasma sel akar. Berdasarkan bukti-bukti di atas,

mekanisme transpor Al3+ tidak hanya terjadi secara aktif melalui transporter aktif primer (primary active transporters) tetapi juga melalui transporter aktif sekunder

(secondary active transporter) serta menunjukkan kemungkinan bahwa tanaman

akumulator Al memiliki mekanisme detoksifikasi Al secara internal.

Walaupun banyak bukti yang menunjukkan keterkaitan asam organik dalam

mekanisme toleransi Al pada tanaman, ada beberapa spesies yang menunjukkan

mekanisme yang tidak berkaitan dengan asam organik. Bachiaria decumbans, salah

satu jenis yang sangat toleran terhadap cekaman Al, tidak mengeluarkan asam

organik dalam merespon Al sehingga diyakini bahwa spesies ini pasti memiliki

mekanisme yang berbeda dalam menghadapi Al pada larutan tanah (Wenzl et al.

2001). Arabidopsis mutan (alr1) meningkatkan pH yang diinduksi oleh Al dengan

(32)

al. 1998). Kultivar gandum yang sangat toleran Al (Atlas) mempunyai mekanisme pelepasan fosfat sebagai mekanisme toleransi Al (Pellet et al. 1996). Berbeda

dengan pelepasan malat, pelepasan fosfat bersifat konstitutif tanpa dipengaruhi

adanya induksi Al untuk mengaktifkannya. Tanaman rumput-rumputan

menghasilkan asam amino non protein yang disebut phytosiderophore yang mampu

mengkelat Fe3+, komplek divalen, kation polyvalen dan Al3+ dengan sangat efektif sehingga tidak bersifat toksik lagi bagi tanaman saat terserap ke dalam sitoplasma

(Kochian 1995). Pada bakteri ditemukan juga siderophore yang berfungsi dalam

transpor Fe3+ yaitu enterobactin dan major facilitator superfamily (MFS) merupakan transporter enterobactin pada yeast (Heymann et al. 2000). Penemuan-penemuan ini

semakin menguatkan adanya mekanisme peningkatan toleransi Al selain dari

mekanisme pelepasan asam organik.

Major Facilitator Superfamily (MFS)

Major Facilitator Superfamily merupakan sistem transpor sekunder aktif

berupa polipeptida tunggal dan berfungsi untuk mentranspor molekul-molekul atau

solut berukuran kecil dengan menggunakan gradien ion kemiosmosis. MFS

termasuk dalam kelompok pompa effluks (efflux pump) yaitu protein transporter

yang berada pada membran sitoplasma sel dan bertanggung jawab dalam

pengeluaran senyawa toksik dan antibiotik ke luar sel. MFS diketahui berperan

dalam resistensi terhadap senyawa toksik alami dan senyawa xenobiotik lainnya

(Hayashi et al. 2002). Anggota MFS bisa merupakan simporter, uniporter atau antiporter dan spesifisitasnya bisa luas maupun sempit, mulai dari antibiotik,

molekul amphiphilik hingga gula, asam amino, ion logam dan molekul-molekul

lainnya (Pao et al. 1998). MFS dicirikan dengan topologi protein yang mempunyai

12 domain transmembran (TM) meskipun beberapa MFS ditemukan memiliki 14

TM seperti yang disajikan pada Gambar 1 (Marger et al. 1993; Van Bambeke et al.

(33)

berulang intragenik 6 unit TM primordial sehingga dihasilkan 12 unit TM dalam

bentuk polipeptida tunggal.

Gambar 1. Topologi MFS transporter dengan 12 dan 14 domain transmembran

Penelitian MFS pada organisme tingkat tinggi dan tanaman masih sedikit

sehingga baru sebagian kecil MFS yang ditemukan. Sebagian besar MFS telah

ditemukan pada mikroorganisme (organisme tingkat rendah) dan telah diketahui

fungsinya. Beberapa fungsi MFS yang sudah diketahui adalah sebagai sistem

transpor gula (Henderson et al. 1990), sistem transpor senyawa toksin, obat (drug efflux) dan senyawa metabolit pada siklus Kreb (Grifith et al. 1992; Paulsen et al. 1997), sistem transpor fosfat yaitu sebagai phosphate exchanger dan oligo sakarida

(H+ simport permease) (Marger et al. 1993) serta sebagai permease asam aromatik pada bakteri (Goffeau at al. 1997).

Pao et al. (1998) telah mengelompokkan MFS ke dalam 17 famili yaitu: (1)

sugar porter family, (2) drug: H+ antiporter (14-spanner) (DHA14) drug efflux family, (3) drug: H+ antiporter (12-spanner) (DHA12) drug efflux family, (4) organophosphate: inorganic phosphate antiporter (OPA) family, (5) oligosaccharide: H+ symporter (MHS) family, (7) fructose-galactose-glucose: H+ symporter (FGHS) family, (8) nitrate-nitrite porter (NNP) family, (9) phosphate: H+ symporter (PHS) family, (10) nucleoside: H+ symporter (NHS) family, (11) oxalate:

(34)

(15) aromatic acid: H+ symporter (AAHS) family, (16) unknown major facilitator superfamily (UMF) family, (17) cyanate permease (CP) family. Masing-masing famili mengenali dan mentranspor senyawa-senyawa yang strukturnya berbeda dan

menunjukkan bahwa filogenetik dari famili MFS tersebut berhubungan erat dengan

fungsinya.

Major Facilitator Superfamily merupakan transporter dengan kisaran substrat yang luas sehingga memiliki spesifisitas fungsi yang luas (Van Bambeke et

al. 2000). Salah satu famili MFS yaitu MFS multidrug efflux transporter diketahui berperan didalam resistensi terhadap antibiotik seperti tetrasiklin, quinolone,

methicilin dan phleomycin; obat anti HIV dan anti kanker seperti triazole derivative

flucanazole (FLC), methotrexate (MTX) dan benomyl; fungisida seperti

oxpaconazole (Kohli et al. 2001) dan logam berat seperti kadmium (Cd2+) (Li et al. 2001).

MFS multidrug efflux transporter menggunakan gradien elektrokimia transmembran dari proton atau ion sodium untuk mensekresi senyawa toksik dan

xenobiotik dari dalam sel (Gambar 2). Meskipun demikian pada tanaman diduga

detoksifikasi senyawa toksik dan xenobiotik dilakukan tidak dengan mensekresinya

keluar sel tetapi mengirimnya ke dalam vakuola yang bertindak sebagai

kompartemen bagi senyawa -senyawa toksik dan xenobiotik tersebut.

(35)

MFS multidrug efflux transporter pada tanaman pertama kali ditemukan pada jagung (Simmons et al. 2003). Simmons et al. (2003) mengindikasikan bahwa

MFS multidrug efflux transporter pada jagung berperan di dalam resistensi terhadap patogen, eksport dan re-uptake K+, integritas membran dan viabilitas sel.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa kultivar toleran Al mampu meningkatkan

aktifitas H+-ATPase membran plasma yang mengatur keseimbangan ion proton antara di dalam dan di luar membran plasma sel, sehingga terjadi depolarisasi di

membran plasma dan secara berantai mempengaruhi aktifitas metabolisme

turunannya seperti aktifitas K-channel dan Ca-transporter yang masing-masing

berperan dalam proses detoksifikasi Al (Kasai et al. 1993; Kinraide et al. 1994;

Sasaki et al. 1995; Kasai et al. 1995; Huang et al. 1996; Larsen et al. 1998; Delhaize

2004)

Fluconazole resistance 1 (FLR1) yang menyandikan MFS transporter pada fungi Candida albicans terlibat di dalam induksi CAP1 dan YAP1 yang berperan dalam resistensi C. albicans dan S. cerevisiae terhadap senyawa toksik seperti

cycloheximide (CYH), 4-nitroquinoline N-oxide (4-NQO), kadmium dan hidrogen peroksida sehingga hal ini mengindikasikan bahwa FLR1 merupakan regulator

transkripsi CAP1 dan YAP1 (Alarco et al. 1997). Hidrogen peroksida merupakan salah satu oksida radikal (ROS, reactive oxigen species) yang dihasilkan pada

sejumlah reaksi selular dan merupakan salah satu mekanisme yang muncul pertama

kali pada tanaman untuk mengatasi stress oksidatif khususnya untuk reoksigenasi.

Stress oksidatif disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan diantaranya stress UV,

serangan patogen (reaksi hipersensitif), herbisida dan kekurangan oksigen (Blokhina

et al. 2002). Reaktifitas Al juga dapat menyebabkan terbentuknya oksida radikal (ROS, reactive oxigen species) yang beracun bagi sel.

Protein MFS yang terkonservasi terdiri dari 12 simpul/helik transmembran

(TM) di semua transporter MFS. Meski demikian spesifisitas fungsinya ditentukan

pada variasi asam amino pada bagian pengikatan substrat (Vardy et al. 2004). Bagian terkonservasi dari MFS yaitu pada domain TM 2 dan TM 3 yang

(36)

TM5 yang menentukan fungsi MFS sebagai antiporter. Bagian variasi diantaranya

yaitu domain TM8 dan TM9 yang menentukan spesifisitas substrat (Ditty et al.

1999) dan pusat simpul yang panjang yang terletak di antara domain TM6 dan TM 7

berperan penting dalam menentukan fungsi protein (Weinglass et al. 2000).

Karakteristik Melastoma dan Toleransinya terhadap Aluminium

Melastoma affine D. Don atau disebut juga Melastoma malabathricum L. (Meyer 1999) (Gambar 3) merupakan tanaman yang termasuk dalam super divisi

Spermatophyta (tanaman berbiji), divisi Magnoliophyta (tanaman berbunga), group

dikotil, famili Melastomataceae dan merupakan tanaman perennial serta mempunyai

kebiasaan tumbuh sebagai herba dengan tinggi mencapai 3 m dengan bunga

berwarna ungu terang atau keunguan serta buah yang berisi biji-biji kecil berwarna

ungu tua atau hitam yang secara alami digunakan sebagai sistem perbanyakannya

(USDA 2004).

Gambar 3. Melastoma affine L.

Melastoma malabathricum L. merupakan tanaman pengakumulasi Al berkayu yang berkembang di Asia Tenggara pada tanah asam dengan tingkat konsentrasi Al

tinggi dan miskin hara (Watanabe & Osaki 2002). Melastoma malabathricum L.

(37)

lebih dari 7000 mg kg-1 di dalam daun-daun yang muda (Watanabe & Osaki 2001). Pada daun Melastoma, Al ditemukan berada di dalam sel epidermal atas dan juga

didistribusikan di dalam sel mesofil sedangkan pada akar Al ditemukan pada semua

jaringan akar terutama dalam epidermis dan endodermis. Selanjutnya Watanabe dan

Osaki (2003) menemukan bahwa Al mampu menembus jaringan endodermis dan

masuk ke pembuluh xilem yang kemudian ditimbun di daun Melastoma.

Bukti-bukti ini menunjukkan bahwa Melastoma memiliki kemampuan menyerap Al,

memobilisasi dan menimbunnya di daun tanpa menimbulkan masalah kelainan

fisiologis. Bentuk Al terlarut yang ditemukan di dalam jaringan Melastoma

diidentifikasikan sebagai Al monomerik, Al-oksalat, Al-(oksalat)2 dan Al-(oksalat)3

(Watanabe et al. 1998).

Selain tahan terhadap cekaman Al, pertumbuhan Melastoma juga dipacu

oleh Al (Watanabe et al. 2001a). Mekanisme induksi pertumbuhan Melastoma oleh

Al ini masih belum jelas. Cekaman Al pada tanaman toleran akan menginduksi

sejumlah gen untuk menghindari pengaruh ion Al. Pada Melastoma, gen-gen ini

diduga tidak hanya berperan dalam mendetoksifikasi Al, akan tetapi juga berperan

dalam menginduksi hormon pertumbuhan. Sebagaimana telah diketahui

pertumbuhan tanaman diatur oleh hormon pertumbuhan seperti auksin, sitokinin dan

ABA (Wareing & Philips 1981).

Mekanisme translokasi dan akumulasi Al di dalam Melastoma mungkin

sama dengan buckwheat. Ma dan Hiradate (2000) menunjukkan bahwa bentuk Al

untuk translokasi dari akar ke tajuk di dalam buckwheat adalah kompleks Al-sitrat

yang merupakan bentuk yang sama dalam Melastoma. Kelebihan oksalat membuat

presipitasi dengan Ca di dalam sitoplasma akar dan xilem menghambat signal

transduksi dan translokasi Ca, yang berarti bahwa bentuk Al untuk translokasi

bukanlah Al-oksalat tetapi Al-sitrat di dalam spesies akumulator Al. Kandungan

asam sitrat pada pembuluh xilem M. malabathricum mengalami peningkatan dengan

adanya perlakuan Al sedangkan asam malat, asam suksinat, dan α-ketoglutarat

(38)

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2005 sampai Mei 2006 di

Laboraturium Biologi Molekuler dan Seluler Tanaman dan di Laboratorium

Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah daun dan akar tumbuhan melastoma

(Melastoma affine) yang tumbuh di lahan asam Jasinga Bogor Jawa Barat.

Primer spesifik untuk gen penyandi MFS yang didesain berdasarkan cDNA

Zm-MFS dari Zea mays dan Mt-Mfs dari Medicago truncantula dengan primer

forward (MFSF) “GAAAAATGCAATTCTCTTCA” dan primer reverse

(MSFR) “GAAGCTTAGACCGATTAAC” digunakan untuk mengisolasi

fragmen MFS dari Melastoma.

Primer ActF “ATGGCAGATGCCGAGGATAT” dan ActR

“CAGTTGTGCGACCACTTGCA” digunakan untuk mengamplifikasi cDNA

ekson1 – ekson2 dari aktin Glycine max (Ac.V00450). cDNA ekson1 – ekson2

dari aktin digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kemurnian RNA total dan

cDNA total dari kontaminan DNA genom. Plasmid pGEM® –T Easy digunakan sebagai vektor pengklonan (Gambar 4). E. coli galur DH5α digunakan sebagai sel inang dari plasmid rekombinan.

(39)

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan melalui beberapa tahap yaitu isolasi RNA total,

sintesis cDNA total melalui transkripsi balik, isolasi fragmen cDNA MaMfs

melalui PCR, pengklonan cDNA ke dalam vektor pGEM®–T Easy, transformasi genetik E. coli DH5α dengan vektor rekombinan, analisis cDNA sisipan dan analisis urutan nukleotida MaMfs seperti ditunjukkan pada Gambar 5.

(40)

Isolasi RNA total. Isolasi RNA total dilakukan menggunakan metode

CTAB (Chang et al. 1993) yang dimodifikasi. Untuk itu, 0.5 – 1 g daun segar

yang dibuang tulang daunnya atau akar digerus hingga halus di dalam mortar

yang berisi 10 ml buffer ekstraksi 2X CTAB (2% CTAB, 0.1 M Tris pH 9.5, 20

mM EDTA, 1.4 M NaCl) yang mengandung 2% PVP 25000 dan 1% β-mercapto

ethanol. Setelah itu ekstrak sel dimasukkan ke dalam tabung 20 ml dan

diinkubasi 10 menit pada suhu 65oC, kemudian didinginkan dan ditambah dengan 1x volume Kloroform : Isoamil alkohol (24:1), divorteks dan

disentrifugasi dengan kecepatan 15000 rpm selama 10 menit pada suhu 4oC dengan rotor SW 11, Sorvall Ultra Pro 80. Supernatan (bagian atas cairan)

dipindahkan ke tabung baru, kemudian ditambah ¼ volume LiCl 10M.

Campuran diinkubasi pada suhu -20oC selama 2.5 jam. Campuran disentrifugasi dengan rotor SW 11, Sorvall Ultra Pro 80 pada kecepatan 15000 rpm selama 10

menit pada suhu 4oC. Fase cairan dibuang, RNA total yang mengendap disuspensi dengan 500 μl TE 1x (10 mM Tris HCl pH 7.4 dan 1 mM EDTA) dan dipindah ke tabung eppendorf. Selanjutnya RNA diekstraksi dengan 1x volume

fenol pH 9 dan disentrifugasi pada kecepatan 15000 rpm (Jouan BR4i) selama 10

menit pada suhu kamar (20oC). Suspensi RNA (di bagian atas) diambil dan diekstraksi dengan 1 x volume fenol/kloroform/isoamilalkohol (25:24:1) serta

disentrifugasi pada kecepatan 15000 rpm selama 10 menit pada suhu kamar

(20oC). Cairan bagian atas diambil dan dipresipitasi dengan penambahan ¼ x V LiCl 10M dan kemudian diinkubasi semalam pada suhu -20oC. Untuk mengendapkan RNA total, campuran disentrifugasi pada kecepatan 15000 rpm

selama 10 menit pada suhu 4oC. Cairan dibuang dan endapan RNA total dibilas dengan penambahan 500 μl ethanol 70% kemudian disentrifugasi pada kecepatan 15000 rpm selama 10 menit pada suhu 4oC. Endapan dikeringkan dengan

vacuum dryer selama 15 menit, kemudian diresuspensikan dengan H2O yang

telah diperlakukan dengan DEPC. RNA total diukur kuantitasnya menggunakan

spektrofotometer UV-VIS (Cecil CE 2020) pada panjang gelombang 260 nm.

Rasio absorbansi RNA pada panjang gelombang 260 dan 280 nm digunakan

untuk mengetahui kemurnian RNA total dari kontaminan protein. Keutuhan

(41)

dalam buffer MOPS 1x (4.2 g/l MOPS, 0.41 g/l Na asetat, 0.37 g/l Na2- EDTA).

Visualisasi RNA dilakukan di atas transluminator UV dan difoto menggunakan

Digidoc. Kualitas RNA murni yang baik ditunjukkan oleh rasio absorbansi

A260/280 = 1.8 sampai 2.0 dan munculnya pita ribosom 18S dan 28S pada hasil

elektroforesis (Farrel 1993).

Untuk memperkirakan konsentrasi RNA, diasumsikan bahwa satu satuan

absorban pada panjang gelombang 260 nm setara dengan 40 μg/ml RNA (Saunders dan Parkes 1999), sehingga kuantitas (konsentrasi) RNA dapat diduga

dengan rumus berikut:

[RNA] = OD 260nm x fp x 40 µg/ml

dimana;

fp = faktor pengenceran yaitu sebesar 700x

40 = nilai satu satuan absorban pada panjang gelombang 260 nm

(40μg/ml)

Sintesis cDNA total melalui transkripsi balik. Sintesis cDNA dilakukan

dengan metode transkripsi balik (reverse transcription) menggunakan

SuperScript II RT (Invitrogen). Sintesis cDNA total dilakukan dengan

mencampur 500 ng RNA total dengan 4 μl 5x First-Strand Buffer, 1 μl primer oligo (dT) (50 pmol/ μl), 8 μl 2.5 mM dNTP mix, 0.2 μl enzim RT (10 U/μl), 2 μl DTT (0.1 M) dan air yang diperlakukan dengan DEPC sehingga mencapai volume akhir 20 μl. RT dilakukan dengan alat PCR (MJ Research TM 100) dengan menginkubasikan campuran pada suhu 30°C, 10 menit; 42°C, 50 menit; 95°C, 5 menit; dan 15°C, 10 menit .

Keberhasilan sintesis cDNA total diuji dengan keberhasilan amplifikasi

cDNA ekson1 – ekson2 dari aktin melalui PCR dengan menggunakan cDNA

total sebagai DNA cetakan. Untuk itu cDNA total hasil RT sebanyak 2 μl digunakan sebagai cetakan untuk reaksi PCR aktin yang dicampurkan dengan 2

μl 10x Taq buffer, 1.6 μl 2.5 mM dNTP mix, 2 μl untuk setiap pasang forward

primer dan reverse primer spesifik aktin (10 pmol/ μl), 0.2 μl Taq polimerase (5 U/ μl) dan ditambahkan dH2O steril sampai volume akhir 20 μl. PCR dilakukan

(42)

penempelan primer pada 55°C, 30 detik; pemanjangan pada 72°C 1.5 menit dan pemanjangan akhir pada 72°C, 7 menit. PCR dilakukan sebanyak 30 siklus.

Isolasi Fragmen cDNA MaMfs melalui PCR. PCR gen Mfs dilakukan dengan membuat campuran reaksi seperti pada amplifikasi cDNA aktin dengan

mengganti primer aktin dengan primer spesifik MFSF dan MFSR. Kondisi PCR

yang digunakan adalah: pra-PCR 94°C, 5 menit; denaturasi pada 94°C, 30 detik; penempelan primer pada 35°C, 30 detik; pemanjangan pada 72°C 1.5 menit dan pemanjangan akhir pada 72°C, 7 menit. PCR dilakukan sebanyak 35 siklus.

Pengklonan cDNA ke dalam vektor pGEM® –T Easy. cDNA MaMfs

hasil amplifikasi dengan PCR diklon ke dalam vektor plasmid pGEM® –T Easy (Promega) yang berukuran 3015 bp mengikuti prosedur Promega (2003).

Pengklonan cDNA ke dalam pGEM® –T Easy dilakukan dengan cara mencampurkan 1 μl (50 ng/ μl) pGEM® –T Easy dengan 3 μl cDNA MaMfs, 5 μl buffer ligasi T4 DNA ligase 2X, 1 μl T4 DNA ligase (3 Weiss Unit/ μl), dan ddH2O sampai volume akhir 10 μl. Campuran diinkubasi pada suhu 4oC selama

semalam.

Transformasi genetik bakteri E. coli DH5α dengan vektor rekombinan.

Hasil ligasi potongan cDNA MaMfs dengan pGEM® –T Easy untuk membentuk plasmid rekombinan kemudian dimasukkan ke dalam sel bakteri E. coli DH5α yang kompeten. Transformasi E. coli dilakukan dengan menggunakan metode

yang dipublikasikan Suharsono (2002). Untuk itu satu koloni bakteri E. coli

DH5α dikulturkan dalam 2 ml media LB cair (1% bakto-tryptona, 0.5% bakto ekstrak khamir, 1% NaCl (w/v) dan dH2O sebagai pelarut) dan diinkubasi pada

suhu 37oC selama semalam pada inkubator goyang (250 rpm). E. coli DH5α hasil kultur semalam kemudian disubkultur sebanyak 200 μl di dalam 20 ml LB cair dengan kondisi yang sama seperti saat kultur, hingga mencapai densitas

bakteri 4-7 x 107 sel/ml (OD600 = 0.4 - 0.5). Sel bakteri diendapkan dengan

disentrifugasi pada kecepatan 5000 rpm pada suhu 4oC selama 10 menit. Endapan bakteri disuspensikan dalam 0.33 vol buffer transformasi TB (10 mM

PIPES, 15 mM CaCl2.2H2O, 250 mM KCl, 55 mM MnCl2.4H2O, pH 6.7), dan

(43)

pada suhu 4oC selama 10 menit. Endapan bakteri (pellet) disuspensikan dalam 8ml TB, ditambah 0.6 ml DMSO dan diinkubasikan di dalam es selama 10 menit

sehingga didapatkan sel bakteri kompeten. Sel bakteri kompeten sebanyak 50 μl dicampur dengan 10 μl (50-100 μg) DNA plasmid dan diinkubasikan di dalam es selama 25 menit. Campuran tersebut selanjutnya diberi kejutan panas dengan

diinkubasikan pada suhu 42oC selama 45 detik dan dimasukkkan kembali ke dalam es selama 5 menit. Campuran tersebut kemudian ditambah dengan 100 μl media 2xYT (16 g/l bacto-tryptone, 10 g/l bacto yeast extract, 5 g/l NaCl, pH

7.0) dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 20 menit. Bakteri disebar secara merata pada media LB yang mengandung 100mg/l ampisilin dan 10 μl 100 mM IPTG serta 50 μl 2% (b/v) x-gal, kemudian diinkubasikan pada suhu 37oC selama semalam.

Hanya bakteri yang mengandung plasmid pGEM®–T Easy yang dapat hidup pada media yang mengandung antibiotik ampisilin. Selanjutnya adanya

X-gal dan IPTG dalam media LB padat akan menghasilkan koloni bakteri yang

berwarna biru dan putih. Hanya koloni bakteri yang berwarna putih yang

kemudian diisolasi pada media LB yang mengandung ampisilin karena di

dalamnya mengandung pGEM®–T Easy rekombinan. Bakteri yang mengandung pGEM®–T Easy rekombinan tidak mampu menghasilkan β-galaktosidase (insertional inactivation) sehingga x-gal tidak dapat diuraikan dan koloni tetap

berwarna putih, sedangkan koloni yang mengandung pGEM® –T Easy non rekombinan akan berwarna biru karena mampu mengurai x-gal.

Untuk verifikasi bahwa koloni putih membawa plasmid rekombinan yang

berisi cDNA sisipan (MaMfs), maka PCR dilakukan dengan menggunakan

koloni putih sebagai bahan cetakan. Untuk itu, koloni ditusuk dengan tusuk gigi

kemudian disuspensikan ke dalam ddH2O dan dipanaskan 95 °C selama 10 menit

dan didinginkan 15 °C selama 5 menit. Suspensi ini dicampur dengan 1.5 μl

buffer taq, 30 mM MgCl2, 1.2 μl 2.5 mM dNTP mix, 1.5 μl (10 pmol/ μl) primer MFSF, 1.5 μl (10 pmol/ μl) primer MFSR, 4% DMSO, 0.15 μl (5 U/ μl) enzim

(44)

Analisis cDNA sisipan. Isolasi DNA plasmid pGEM®–T Easy rekombinan yang terdapat di dalam E. coli DH5α dilakukan dengan menggunakan prosedur Suharsono (2002). Untuk itu satu koloni E. coli DH5α rekombinan ditumbuhkan di dalam 2 ml media LB yang mengandung 100 mg/l

ampisilin dan diinkubasi didalam inkubator bergoyang (250 rpm) pada suhu

37oC selama semalam. Kultur bakteri disentrifugasi dengan kecepatan 13000 rpm pada suhu 4oC selama 10 menit. Endapan bakteri kemudian disuspensikan dalam 300 μl buffer suspensi sel (50 mM tris-HCl, pH 7.5 dan 10 mM EDTA), dan tambahkan 300 μl buffer lisis (0.2 M NaOH, dan 1% SDS), homogenkan dengan dibolak-balik perlahan beberapa kali. Setelah lisis,

tambahkan 300 μl buffer netralisasi (5 M Na-Asetat, asam asetat glasial dan H2O

dengan perbandingan 60:11.5:28.5, pH 4.8) dan campuran ini disentrifugasi pada

kecepatan 13000 rpm pada suhu 4oC selama 20 menit. Supernatan yang mengandung DNA plasmid diambil dan kemudian diekstraksi dengan 1 x

volume fenol-kloroform-isoamil alkohol (25:24:1) divorteks dan disentrifugasi

dengan kecepatan 13000 rpm pada suhu 4oC selama 2 menit. Supernatan diambil dan diperlakukan dengan RNase pada suhu 37oC selama semalam untuk menghilangkan RNA. Larutan kemudian diekstraksi kembali dengan PCI dan

disentrifugasi seperti ekstraksi sebelumnya. Supernatan kemudian diambil

dengan hati-hati dan dipresipitasi dengan menambahkan 0.1 x volume 3M

sodium asetat, pH 5.2 dan 2 x volume etanol absolut. Selanjutnya larutan

diinkubasi pada suhu -35oC selama 2 jam dan disentrifugasi dengan kecepatan 13000 rpm pada suhu 4oC selama 20 menit. Endapan (DNA plasmid) dibilas dengan 1 x volume etanol 70% dan dikeringkan dengan vakum. DNA plasmid

yang sudah kering disuspensikan di dalam 5-10 μl ddH2O.

Plasmid yang dihasilkan dari isolasi plasmid kemudian dipotong dengan

enzim restriksi EcoR1 (Promega Inc.) untuk mengeluarkan cDNA sisipan dengan

cara mencampur 100 ng DNA plasmid, 10 U enzim restriksi EcoR1, buffer 1 x

dan ddH2O sampai volumenya 20 µl. Inkubasikan campuran reaksi pada suhu

(45)

Analisis urutan nukleotida MaMfs dan protein MaMFS. Pengurutan DNA dilakukan dengan menggunakan mesin pengurut DNA otomatis

(Automated DNA Sequencer ABI Prism 310, Perkin-Elmer). Identifikasi urutan

nukleotida hasil pengurutan DNA dilakukan dengan beberapa analisis. Analisis

kesejajaran lokal (local alignment) MaMfs berdasarkan urutan nukleotida dan

asam amino dengan data yang ada di GenBank dilakukan dengan program

BLAST (Basic Local Alignment Search Tools) yang disediakan NCBI (National

Center for Biotechnology Information) melalui http://www.ncbi.nlm.nih.gov/

BLAST/ (Rashidi & Buehler 2000). Daftar sandi asam amino disajikan pada

Lampiran 1.

Analisis situs restriksi dilakukan dengan menggunakan program

NEBCutter (http://www.firstmarket.com/cutter/cut2. htm). Analisis kemiripan

atau similaritas dan filogenetik Mfs dan MFS dari berbagai spesies dilakukan

dengan menggunakan program MAFFT versi 5.8 (Katoh et al. 2005). Domain

fragmen MaMfs ditentukan dengan program motif scan

(http://www.expasy.ch/prosite/). Analisis hidrofobisitas fragmen MaMFS

menggunakan fragmen MtMFS sebagai pembanding dan dilakukan dengan

(46)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolasi RNA Total

RNA total dari M. affine telah berhasil diisolasi dari bahan tumbuhan berupa daun yang telah membuka sempurna yang kemudian disebut dengan daun

tua, daun pucuk, dan akar. Kuantifikasi RNA total dengan spektrofotometer

pada panjang gelombang 260 nm menunjukkan bahwa rendemen isolasi RNA

berkisar antara 171 μg dan 247 μg tiap g bahan tumbuhan (Tabel 1). Rendemen tertinggi diperoleh dari bahan tumbuhan berupa daun pucuk. Daun pucuk

mempunyai sel yang sangat aktif melakukan metabolisme sehingga proses

transkripsi yang menghasilkan RNA juga sangat intensif.

Tabel 1. Rendemen Isolasi RNA Total

Nilai Absorbansi

Pengujian kemurnian RNA total yang dilakukan dengan membandingkan

nilai OD260 dan OD280 menunjukkan bahwa RNA total yang diisolasi mempunyai

kemurnian yang tinggi karena mempunyai rasio berkisar antara 1.86 dan 1.9.

Menurut Farrel (1993) RNA yang mempunyai rasio absorbansi pada 260 nm dan

280 nm antara 1.8 dan 2.0 adalah murni yang bebas dari kontaminan protein.

Keutuhan RNA total dianalisis dengan melakukan elektroforesis di gel

agarose yang terdenaturasi yang mengandung formaldehide (Gambar 6). Hasil

elektroforesis RNA total menunjukkan adanya 2 pita RNA yang dominan pada

RNA total yang diisolasi dari akar, daun tua dan daun pucuk yang kemungkinan

adalah RNA ribosomal (rRNA) 28S dan 18S. Selain kedua pita dominan

tersebut, RNA total dari daun tua dan daun pucuk, juga mengandung beberapa

pita RNA yang kemungkinan adalah rRNA yang terdapat pada mitokondria dan

(47)

1 2 3

28S 18S

Gambar 6. RNA total yang terdapat pada ketiga sampel yaitu akar (1), daun tua (2) dan daun pucuk (3).

Sintesis cDNA Total

cDNA total telah disintesis melalui proses transkripsi balik dengan RNA

total sebagai cetakan (template). Dengan primer oligo-dT, hanya mRNA yang dapat disintesis menjadi cDNA melalui transkripsi balik. PCR dengan primer

spesifik untuk cDNA ekson1-ekson2 dari aktin digunakan untuk mengetahui

keberhasilan sintesis cDNA total, dan kemurnian cDNA total dan RNA total dari

kontaminan DNA.

PCR dengan menggunakan primer untuk ekson1 - ekson2 dari gen aktin

(ActF dan ActR) dan dengan cetakan cDNA total, menghasilkan pita DNA yang

berukuran sekitar 450 pb (gambar 7). Hasil ini menunjukkan bahwa daerah yang

diamplifikasi adalah cDNA ekson1-ekson2 bukan DNA ekson1 - ekson2 dari gen

aktin. DNA ekson1 - ekson 2 akan berukuran lebih besar daripada 450 pb karena

diantara kedua ekson tersebut terdapat intron yang dibuang pada saat

pembentukan mRNA. DNA antara ekson1 dan ekson2 berukuran sekitar 600 pb.

M 1 2 3

1000 pb

500 pb

(48)

Teramplifikasinya cDNA dengan primer ActF dan ActR dengan ukuran

450 pb menunjukkan bahwa cDNA total telah berhasil disintesis melalui proses

transkripsi balik dan murni dari kontaminan DNA. Selain itu, hal ini juga

membuktikan bahwa RNA total yang telah diisolasi mempunyai kualitas yang

sangat bagus, karena selain dapat digunakan untuk mensintesis cDNA juga

terbebas dari DNA.

Isolasi Fragmen cDNA MaMfs Melalui PCR

PCR dengan cDNA total sebagai cetakan dan primer spesifik fragmen Mfs, menghasilkan fragmen cDNA berukuran sekitar 500 pb, yang kemudian disebut

dengan fragmen MaMfs yang merupakan fragmen cDNA dari kandidat gen penyandi MFS dari M. affine. Adanya DNA yang berukuran sama yaitu sekitar 500 pb yang dihasilkan dari PCR dengan cDNA total sebagai cetakan baik dari

akar maupun daun pucuk (gambar 8) menunjukkan bahwa Mfs diekspresikan baik pada akar maupun pada daun. Walaupun masih memerlukan konfirmasi

dengan menggunakan kontrol internal untuk ekspresi, berdasarkan intensitas pita

DNA hasil PCR menunjukkan bahwa tingkat ekspresi Mfs di akar lebih tinggi daripada di daun.

1kb 1 2

500 pb 1000 pb

(49)

Pengklonan Fragmen MaMfs ke dalam Plamid pGEM®–T Easy

Fragmen MaMfs telah diligasikan dengan plasmid pGEM-T Easy di tengah gen lacZ dan hasil ligasi kemudian diintroduksikan ke dalam E. coli galur DH5α. Seleksi terhadap E. coli yang mengandung plasmid rekombinan pembawa sisipan fragmen cDNA MaMfs dilakukan di media seleksi yang mengandung antibiotik ampisilin, X-gal dan IPTG. E. coli yang dapat bertahan hidup di media seleksi mengandung plasmid, dan koloni E. coli yang berwarna putih di media seleksi adalah E. coli yang mengandung plasmid rekombinan, dan yang berwarna biru adalah E. coli yang mengandung plasmid non-rekombinan (gambar 9).

Koloni putih

Koloni biru

Gambar 9. Seleksi bitu putih koloni E. coli DH5α yang ditransformasi dengan hasil ligasi antara pGEM®–T Easy dan MaMfs pada media seleksi yang mengandung X-gal, IPTG dan antibiotik ampisilin

Gen lacZ menyandi β-galactosidase (β-gal) yang mengubah substrat X-gal yang tidak berwarna menjadi berwarna biru bila ada IPTG yang berfungsi

menginduksi promoter lacZ. Bila fragmen MaMfs menyisip pada bagian tengah dari gen lacZ, yang berarti menghasilkan plasmid rekombinan, maka gen lacZ

tidak dapat diekspresikan sehingga koloni E. coli berwarna putih. Bila tidak ada penyisipan pada lacZ, yang berarti menghasilkan plasmid non-rekombinan, koloni yang terbentuk berwarna biru.

Adanya sisipan fragmen cDNA MaMfs di dalam koloni E. coli putih dikonfirmasi dengan PCR terhadap koloni yang kemudian disebut dengan

Gambar

Gambar 1.  Topologi  MFS transporter dengan 12 dan 14 domain transmembran
Gambar 5. Tahapan isolasi dan pengklonan fragmen cDNA Mfs dari Melastoma affine L
Gambar 7. Pita cDNA ekson1-ekson2 dari aktin yang dihasilkan dari PCR menggunakan  cetakan cDNA dari  daun tua (1), daun pucuk (2) dan akar (3)
Gambar 8. Pita fragmen cDNA MaMfs hasil amplifikasi dengan teknik PCR menggunakan cetakan cDNA sampel daun (1) dan sampel akar (2)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari perancangan perangkat keras sistem yang sebelumnya diperlihatkan pada diagram blok yang telah diimplementasikan sebagai alat yang digunakan pada sistem kartu

Degree”) dengan sikap, tingkah laku, dan kemampuan profesional, serta mampu melaksanakan asuhan keperawatan dasar (sampai degan kerumitan tertentu) secara mandiri. Sebagai

Perancangan desain kemasan ini dimaksudkan untuk mempertegas bahwa Bipang Jangkar adalah oleh-oleh khas dari Pasuruan. Sifat oleh-oleh adalah sesuatu yang diberikan

Rencana Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Perangkat Daerah per Triwulan. Uraian Triwulan

Masalah perekonomian yang timbul sesuai dengan dugaan penulis dalam tinjauan pustaka, dapaknya adalah: Pertama, kemiskinan, adalah dimana korban dari sebuah konflik

Titik tolak dari kegiatan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian spesifik lokasi adalah adanya permasalahan sebagimana tersebut di atas, yaitu

or linally, the elects ol literature upon its readers (Wellek and Wamen.. tightened their sense ot reality, sharpened their powers of observation or allowed them la into

Helaian bunga pita membentang ke luar (straight), bertekstur lunak, berbentuk lonjong, berwarna putih, memiliki tepi yang rata, ujung bunga pita meruncing, pada permukaan