EFEKTIVITAS PEMBERIAN PUPUK N TERHADAP
KANDUNGAN PROTEIN BIJI KEDELAI
(Glycine max L. Merril)
SKRIPSI
Oleh :
MUNAWAR HARDI
050301010
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
EFEKTIVITAS PEMBERIAN PUPUK N TERHADAP
KANDUNGAN PROTEIN BIJI KEDELAI
(Glycine max L. Merril)
SKRIPSI
Oleh :
MUNAWAR HARDI
050301010/AGRONOMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
Judul Skripsi : Efektivitas pemberian pupuk N terhadap kandungan protein biji kedelai (glycine max l. merril)
Nama : Munawar Hardi
Nim : 050301010
Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi
Disetujui Oleh
(Ir. O. K. Nazarudin Hisyam, MS) (Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MP. Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
)
Mengetahui ,
Prof. Edison Purba, Ph. D.
ABSTRAK
MUNAWAR HARDI. Efektivitas Pemberian Pupuk N terhadap Kandungan Protein Biji Kedelai. Dibimbing oleh O. K. NAZARUDDIN dan CHAIRANI HANUM.
Kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati bagi masyarakat. Kandungan protein yang terkandung di dalam setiap varietas kedelai berbeda antara satu sama lain. Ketersediaan hara Nitrogen pada media tanam juga mempengaruhi kandungan protein pada biji kedelai. Penelitian ini menguji efektivitas pemberian pupuk N terhadap kandungan protein beberapa varietas kedelai. Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU, Medan mulai Nopember 2009 hingga Januari 2010. Metode yang digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial dengan 2 faktor. Faktor 1 yakni Varietas Anjasmoro, Ratai dan Grobogan, Faktor 2 yakni Pupuk N dengan dosis 0 g, 0.125 g, 0.25 g, 0.5 g, dan 0.75 g.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor varietas berbeda nyata pada Luas daun, Bobot basah tajuk, Bobot kering tajuk, Umur berbunga, Umur panen, Jumlah cabang produktif, Produksi per tanaman, Bobot 100 biji, Bobot kering setelah panen, dan kandungan protein. Pupuk N berpengaruh nyata pada Jumlah bintil akar aktif, Produksi per tanaman dan Kandungan protein. Interaksi antara varietas dan Pupuk N berpengaruh nyata pada Produksi per tanaman, Bobot 100 biji dan Kandungan protein.
Kata kunci: Kedelai, pupuk nitrogen, kandungan protein
ABSTRACT
MUNAWAR HARDI. Efectivity of Nitrogen Fertilizer to Soybean Protein Content. Supervised by O. K. NAZARUDDIN and CHAIRANI HANUM.
Soybean is one of vegetable protein source for people. Protein content in soybean varieties is different among each other. Nitrogen availability in plant medium also influences the soybean protein content. This research tested efectivity of Nitrogen fertilizer to protein content of soybean varieties. Research was conducted at practice field of Agriculture Faculty USU, Medan from November 2009 until January
2010. The method of this research is randomized block design factorial with 2 factors. Factor 1 i.e Variety Anjasmoro, Ratai and Grobogan, Factor 2 i.e Nitrogen
fertilizer 0 g, 0.125 g, 0.25 g, 0.5 g, and 0.75 g.
Results of the research showed that factor variety significant to leaf area, Wet shoot weight, Dry shoot weight, Flowering age, Harvesting age, Number of productive branch, Yield per plant, 100 seeds weight, Dry weight after harvesting and Protein content. Nitrogen fertilizer is signifigantly affected number of root nodule, Yield per plant and Protein content. Interaction of Nitrogen fertilizer with variety is significantly affected Yield per plant, 100 seeds weight and Protein content.
RIWAYAT HIDUP
Munawar Hardi, lahir di Langgapayung pada tanggal 27 Agustus 1987
dari Ayahanda Sumitro, SPd. Dan ibunda Rosmala Dewi Harahap, SPd. Penulis
adalah putra kedua dari 5 bersaudara.
Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SD 112246 Langgapayung pada
tahun 1999, kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 1 Seikanan,
selasai pada tahun 2002, dan pada tahun 2005, penulis menyelesaikan pendidikan
di SMA Negeri 1 Seikanan, kemudian melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi. Penulis memilih program studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian,
Universitas Sumetera Utara, Medan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten laboratorium
Agroklimatologi (2007-2009), Laboratorium Ekologi Tanaman (2007-2010)
Penulis juga pernah mengikuti organisasi diantaranya Himadita Nursery (HN)
dengan sebagai anggota pada tahun 2006, sebagai staf divisi penelitian dan
pengembangan(Litbang) (2006-2007), sebagai sekretaris Umum (2007-2008),
di BKM Al-Mukhlisin sebagai staf dept. Infotas (2006) serta pengajian Nahdastus
Syubban.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapang (PKL) pada tahun 2008 di
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat
dan rahmatNya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Efektivitas Pemberian Pupuk N Terhadap Kandungan Protein Biji Kedelai
(glycine max l. Merril)”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada
orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik
penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada
Ir. O. K. Nazaruddin Hisyam, MS. dan Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MP. sekalu
ketua dan anggota komisi pembimbing dan memberikan berbagai masukan
berharga kepada penulis dari mulai penetapan judul hingga ujian akhir.
Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih pada staf pengajar
dan pegawai departemen Budidaya Pertanian, serta semua rekan mahasiswa dan
Unicore yang turut membantu dan terus memberikan motivasi kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna oleh sebab itu
saran dan kritik penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini
kedepan.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2010
DAFTAR ISI
Kegunaan Penelitian ... 2
TINJAUAN PUSTAKA Tempat dan Waktu Penelitian ... 13
Bahan dan Alat ... 11
Metode Penelitian ... 14
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 16
Persiapan Media Tanam ... 16
Penanaman... 16
Pengendalian hama dan Penyakit ... 17
Panen ... 18
Analisis Protein ... 18
Parameter yang Diukur ... 18
Luas Daun (cm2) ... 18
Jumlah Cabang Produktif (cabang) ... 18
Umur panen(hari) ... 19
Produksi per Tanaman (g) ... 19
Bobot 100 Biji Kering (g)... 19
Bobot kering tajuk (g) ... 20
Jumlah Bintil Akar yang Aktif (bintil) ... 20
Kandungan Protein (%) ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 21
Pembahasan ... 21
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 33
Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Luas daun beberapa varietas kedelai pada dengan perlakuan pemberian pupuk ... 23
2. Jumlah klorofil (unit/6 mm3) bebepara varietas kedelai dengan
perlakuan pemberian pupuk ... 24
3. Bobot basah tajuk (g) bebepara varietas kedelai dengan perlakuan
pemberian pupuk ... 25
4. Bobot kering tajuk (g) bebepara varietas kedelai dengan perlakuan
pemberian pupuk ... 26
5. Jumlah Bintil Akar Aktif (bintil) bebepara varietas kedelai dengan
perlakuan pemberian pupuk. ... 27
6. Umur berbunga (hari) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk. ... 28
7. Rataan umur panen (hari) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk. ... 29
8. Rataan Jumlah cabang produktif (cabang) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk. ... 30
9. Produksi Per Tanaman (g) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk ... 31
10.Bobot 100 Biji (g) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk ... 32
11.Bobot kering tajuk setelah panen (g) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk. ... 34
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Histogram produksi pertanaman (g) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk ... 31
DAFTAR LAMPIRAN
No.
1. Deskripsi Tanaman Kacang Kedelai Varietas Anjasmoro. ... 40
2. Deskripsi Tanaman Kacang Kedelai Varietas Ratai ... 41
3. Deskripsi Tanaman Kacang Kedelai Varietas Grobogan ... 42
4. Bagan Penelitian... 43
5. Hasil Analisa tanah Topsoil ... 44
6. Jadwal kegiatan penelitian ... 45
7. Data Pengamatan Luas Daun (cm2) ... 46
8. Sidik Ragam Luas Daun ... 46
9. Data Pengamatan Jumlah Klorofil (unit/6 mm3)... 47
10.Sidik Ragam Jumlah Klorofil ... 47
11.Data Pengamatan Bobot Basah Tajuk (g) ... 48
12.Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk ... 48
13.Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk (g) ... 49
14.Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk ... 49
15.Data Pengamatan Jumlah Bintil Akar Aktif (bintil)... 50
16.Sidik Ragam Jumlah Bintil Akar Aktif ... 50
17.Data Pengamatan Umur Berbunga (hari) ... 51
18.Sidik Ragam Umur Berbunga ... 51
19.Data Pengamatan Umur Panen (hari) ... 52
20.Sidik Ragam Umur Panen ... 52
21.Data Pengamatan Jumlah Cabang Produktif (cabang) ... 53
22.Sidik Ragam Jumlah Cabang Produktif ... 53
23.Data Pengamatan Produksi Per Tanaman (g) ... 54
24.Sidik Ragam Produksi Per Tanaman ... 54
25.Data Pengamatan Bobot 100 Biji (biji) ... 55
26.Sidik Ragam Bobot 100 Biji ... 55
29.Data Pengamatan Kandungan Protein Kedelai (%) ... 57
30.Sidik Ragam Kandungan Protein Kedelai ... 57
31.Rangkuman Hasil Uji Beda Rataan ... 58
32.Fhoto Lahan Penelitian ... 59
ABSTRAK
MUNAWAR HARDI. Efektivitas Pemberian Pupuk N terhadap Kandungan Protein Biji Kedelai. Dibimbing oleh O. K. NAZARUDDIN dan CHAIRANI HANUM.
Kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati bagi masyarakat. Kandungan protein yang terkandung di dalam setiap varietas kedelai berbeda antara satu sama lain. Ketersediaan hara Nitrogen pada media tanam juga mempengaruhi kandungan protein pada biji kedelai. Penelitian ini menguji efektivitas pemberian pupuk N terhadap kandungan protein beberapa varietas kedelai. Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU, Medan mulai Nopember 2009 hingga Januari 2010. Metode yang digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial dengan 2 faktor. Faktor 1 yakni Varietas Anjasmoro, Ratai dan Grobogan, Faktor 2 yakni Pupuk N dengan dosis 0 g, 0.125 g, 0.25 g, 0.5 g, dan 0.75 g.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor varietas berbeda nyata pada Luas daun, Bobot basah tajuk, Bobot kering tajuk, Umur berbunga, Umur panen, Jumlah cabang produktif, Produksi per tanaman, Bobot 100 biji, Bobot kering setelah panen, dan kandungan protein. Pupuk N berpengaruh nyata pada Jumlah bintil akar aktif, Produksi per tanaman dan Kandungan protein. Interaksi antara varietas dan Pupuk N berpengaruh nyata pada Produksi per tanaman, Bobot 100 biji dan Kandungan protein.
Kata kunci: Kedelai, pupuk nitrogen, kandungan protein
ABSTRACT
MUNAWAR HARDI. Efectivity of Nitrogen Fertilizer to Soybean Protein Content. Supervised by O. K. NAZARUDDIN and CHAIRANI HANUM.
Soybean is one of vegetable protein source for people. Protein content in soybean varieties is different among each other. Nitrogen availability in plant medium also influences the soybean protein content. This research tested efectivity of Nitrogen fertilizer to protein content of soybean varieties. Research was conducted at practice field of Agriculture Faculty USU, Medan from November 2009 until January
2010. The method of this research is randomized block design factorial with 2 factors. Factor 1 i.e Variety Anjasmoro, Ratai and Grobogan, Factor 2 i.e Nitrogen
fertilizer 0 g, 0.125 g, 0.25 g, 0.5 g, and 0.75 g.
Results of the research showed that factor variety significant to leaf area, Wet shoot weight, Dry shoot weight, Flowering age, Harvesting age, Number of productive branch, Yield per plant, 100 seeds weight, Dry weight after harvesting and Protein content. Nitrogen fertilizer is signifigantly affected number of root nodule, Yield per plant and Protein content. Interaction of Nitrogen fertilizer with variety is significantly affected Yield per plant, 100 seeds weight and Protein content.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai adalah salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung.
Kedelai merupakan bahan pangan sumber protein nabati utama bagi masyarakat.
Pada awalnya tanaman kedelai merupakan tanaman sub tropika hari pendek,
namun setelah didomestikasi dapat mengghasilkan banyak kultivar lokal.
Para pemulia tanaman pun telah mengintroduksi kultivar yang dapat beradaptasi
terhadap lintang yang berbeda. Kemampuannya untuk ditanam dimana saja adalah
keunggulan utama tanaman ini (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanah berfungsi sebagai sebuah gudang penyimpanan untuk berbagai jenis
nutrisi tanaman dan menyediakan berbagai kebutuhan nutrisi bagi tanaman.
Dalam kondisi tertentu, bagaimanapun pertumbuhan tanaman dapat dipacu
dengan pemberian suplemen atau nutrisi tambahan. Segala sesuatu yang
mengandung satu atau lebih unsur hara esensial yang diberikan ke dalam tanah
atau yang diberikan kepada tanaman disebut dengan pupuk
(Soil Improvement Committe California Fertilizer Association, 1998).
Tanaman menyerap unsur nitrogen (N) terutama dalam bentuk NO3-,
namun bentuk lain yang juga dapat diserap adalah NH4+, dan urea. Dalam keadaan
aerase yang baik senyawa-senyawa N diubah kedalam bentuk NO3-. Nitrogen
yang tersedia bagi tanaman dapat mempengaruhi pembentukan protein, dan
disamping itu unsur ini juga merupakan bagian integral dari klorofil
Keragaman genetik terjadi sebagai akibat bahwa setiap tanaman
mempunyai karakter genetik yang berbeda. Umumnya dilihat bila pada
varietas-varietas yang bebeda ditanam di lingkungan yang sama. Kergaman genetik
sebagai akibat faktor lingkungan dan keragaman genetik umumnya berinteraksi
satu dengan yang lainnya dalam mempengaruhi fenotipe tanaman. Karakter
tanaman seperti tinggi dan rendah, pewarnaan, umur tanaman, tinggi dan
rendahnya hasil dan sebagainya ditetukan oleh gen-gen tertent pada kromosom,
interaksi gen-gen dengan lingkungan (Makmur, 1992)
Kedelai mengandung protein 35% bahkan pada varitas unggul kadar
proteinnya dapat mencapai 40-43%. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung
singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai
kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim
kering.
Tingginya kandungan protein pada kedelai sangat dipengaruhi oleh
ketersedian unsur hara Nitrogen pada media tanam, oleh kerena itu peneliti
tertarik untuk meneliti Efektivitas Pemberian Pupuk Nitrogen Terhadap Produksi
dan Kandungan Protein Biji Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Merr).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui efektivitas pemberian pupuk N terhadap kandungan
Hipotesis Penelitian
- Ada pengaruh pemberian Pupuk N terhadap pertumbuhan dan kandungan
protein biji kedelai
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Kedelai merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang
sangat penting karena gizinya, aman dikonsumsi, dan harganya yang relatif murah
dibandingkan dengan sumber protein hewani. Di Indonesia, kedelai umunnya
dikonsumsi dalam bentuk pangan olahan seperti tahu, tempe, susu kedelai dan
berbagai bentuk makanan ringan (Damardjati dkk, 2005)
Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar
tunggang lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada
akar – akar cabang terdapat bintil – bintil akar berisi bakteri Rhizobium jafonicum,
yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara yang
kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto dan Indarto, 2004).
Batang kedelai berasal dari poros janin sedangkan bagian atas poros
berakhir dengan epikotil yang amat pendek dan hypokotil merupakan bagian
batang kecambah. Bagian batang kecambah di bagian atas kotyledon adalah
epicotyl. Titik tumbuh epikotyl akan membentuk daun dan kuncup ketiak. Batang
dapat membentuk 3–6 cabang, berbentuk semak dengan tinggi
30–100 cm. Pertumbuhan batang dibedakan atas tipe diterminate dan
indeterminate (Lamina, 1989).
Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak
tergantung pada varietas masing – masing. Pada saat tanaman kedelai itu sudah
tua, maka daun – daunnya mulai rontok (AAK, 1989)
Daun sebagai organ fotosintesis sangat berpengaruh pada fotosintat
berupa gula reduksi. Fotosintat berupa gula diproduksi sebagai sumber energi
untuk tanaman (akar, batang, daun) serta diakumulasikan dalam buah, biji atau
organ penimbun lain (sink), hasil fotosintesis yang tertimbun dalam bagian
vegetatif sebagian dimobilisasikan kebagian generatif (polong). Hasil fotosintesis
dibagian vegetatif tersimpan dalam berat kering biji tanaman (Budiastuti, 2000).
Tanaman kedelai memiliki bunga sempurna, yaitu dalam satu bunga
terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik). Bunga
berwarna ungu atau putih. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong.
Di Indonesia tanaman kedelai mulai berbunga pada umur 30–50 hari
(Fachruddin, 2000).
Biji kedelai berbentuk polong, setiap polong berisi 1–4 biji. Biji
umumnya berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran biji
berkisar antara 6 – 30g/100 biji, ukuran biji diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu
biji kecil (6–10 g/100 biji), biji sedang (11–12 g/100 biji) dan biji besar
(13 g atau lebih/100 biji). Warna biji bervariasi antara kuning, hijau, coklat dan
hitam (Fachruddin, 2000).
Biji – biji kedelai berkeping dua terbungkus kulit biji (lesta) dan tidak
mengandung jaringan endosperm. Embrio terbentuk di antara keping biji. Bentuk
biji pada umumnya bulat lonjong, tetapi ada yang bundar dan bulat agak pipih,
Suatu pigmen merah yang disebut leghemoglobin dijumpai dalam bintil
akar antara bekteroid dan selubung membrane yang mengelilinginya. Jumlah
leghemoglobin dalam bintil akar memiliki hubungan langsung dengan jumlah
nitrogen yang difiksasi. Bintil akar efektif mampu menfiksasi N dari udara dan
mengkonversi N menjadi asam amino untuk disumbangkan kepada tanaman
kedelai (Rao, 1994).
Syarat Tumbuh
Iklim
Kedelai adalah tanaman beriklim tropik. Dia akan tumbuh subur di
daerah yang berhawa panas, apalagi di tempat yang terbuka tidak terlindung oleh
tanaman lain (Sugeng, 1983).
Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 20–25º C. Suhu 12–20º C
adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi
dapat menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah,
serta pembungaan dan pertumbuhan biji. Pada suhu yang lebih tinggi
dari 30º C, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Air merupakan faktor yang penting bagi tanaman, karena berfungisi
sebagai pelarut hara, berperan dalam translokasi hara dan fotosintesis, karena
kekurangan suplai air di daerah perakaran dan atau laju transpirasi melebihi laju
absorbs air oleh tanaman. Cekaman kekeringan yang terjadi pada saat
menurunkan bobot biji, sebab bobot biji sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang
diberikan pada musim tanam (Agung dan Rahayu, 2004)
Jumlah air yang berlebih tidak menguntungkan bagi tanaman kedelai,
karena mangakibatkan akar membusuk. Banyaknya curah hujan juga sangat
mempengaruhi aktivitas bakteri tanah dalam menyediakan nitrogen.
Hasil observasi ini menunjukkan bahwa pengaruh curah hujan, dan temperatur
terhadap pertumbuhan tanaman kedelai di sepanjang musim adalah
sekitar 60–70% AAK (1989).
Kedelai dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas, di tempat –
tempat yang terbuka dan bercurah hujan 100–400 mm3 per bulan. Oleh karena itu, kedelai kebanyakan ditanam di daerah yang terletak kurang dari 400 m di atas
permukaan laut. Jadi tanaman kedelai akan tumbuh baik, jika ditanam di daerah
beriklim kering (Andrianto dan Indarto, 2004).
Kedelai merupakan tanaman berhari pendek, yakni apabila penyinaran
terlalu lama melebihi 12 jam, tanaman tidak akan berbunga. Hampir semua
varietas tanaman kedelai berbunga dari umur 30–60 hari (Yustika, 1985).
Tanah
Pertumbuhan tanaman kedelai sangat peka terdahap perubahan lingkungan
tumbuh yang disebabkan oleh kondisi iklim. Baik mikro maupun makro. Dari saat
benih mulai tumbuh sampai tanaman mendekati panen banyak hama yang
menyerang tanaman. Walaupun sebagai tanaman palawijayang tidak banyak
memerlukan air, tetapi pada stadia awal tumbuh, berbunga, pembentukan dan
dilakukan pada saat umur masak optimal (masak fisiologis) agar diperoleh mutu
hasil dan produksi yang tinggi. umur masak optimal sangat beragam sesuai
dengan varietasnya. Pada umumnya varietas unggul dikembangkan saat umur
masak optimal 80-90 hari. Masa panen selain atas dasar umur optimal juga dapat
melalui tanda-tanda visual polong dan tanaman. Panen dilakukan bila tanaman
sudah matang dimana 95% polong telah matang, berwarna kecoklatan, daun telah
rontok
Toleransi pH yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu antara 5,8–7, namun
pada tanah dengan pH 4,5 pun kedelai masih dapat tumbuh baik. Tanah – tanah
yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah –
tanah podzolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa,
pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik
atau kompos dalam jumlah yang cukup (Andrianto dan Indarto, 2004).
Pupuk N
Tanaman menyerap atau mengabsorbsi anion seperti nitrat NO3- dan NH4+
yang dapat memberikan efek fungsi metabolisme dalam respirasi dan fotosintesis.
Konsentrasi Nitrat-nitrogen dengan sel akar tanaman adalah ukurannya normal
dari pada dalam tanah. Nitrogen ini memicu pertumbuhan daun energi hasil
produksi dari hasil fotosintesis akan mengahasilkan gula melalui proses respirasi
di sel. Teori absorbsi anion, tetapi mekanisme karier telah mentranport ion dari
membran sel. ketika ion nitrat banyak pada akar tanamn mereka akan
ditransportasi ke bagian lain. Metabolisme nitrat dimulai dari reduksi nitrat oleh
melalui ion nitrogen dari atmosfer dan hidrogen dari fosil dan air
(Follet dan Muphy, dkk, 1989).
Penambatan nitrogen secara simbiosis. Bakteri yang terpenting, dari sudut
pandang pertanian yang mampu menggunakan nitrogen bebas dari udara adalah
bakteri-bakteri yang menyebabkan terbentuknya bintil-bintil akar pada tanaman
kacang-kacangan. Organisma ini bila ditumbuhkan didalam bintil akar tanaman
kacang-kacangan memperoleh makanan dan mineralnya dari tanaman
kacang-kacangan itu dan sebagai gantinya organisma ini menyediakan sebagaian
dari nitrogen bagi tanaman kacang-kacangan tersebut. Pertumbuhan bersama yang
saling menguntungkan ini disebut simbiosis, dan oleh kerana itu organisme
tersebut dinamai bakteri penambat nitrogen secara simbiosis. Diperkirakan hampir
2 juta ton nitrogen ditambat setiap tahun oleh bakteri kacang-kacangan di
Amerika Serikat (Foth, 1994)
Sumber unsur hara nitrogen sebenarnya cukup banyak terdapat diatmosfer,
yaitu lebih kurang 79,2 % dalam bentuk N2 bebas, namun demikian unsur N ini
baru dapat digunakan oleh tanaman setelah mengalami perubahan ke bentuk yang
terikat yang kemudian dalam bentuk pupuk. Sumber utama dari nitrogen berasal
dari N2 atmosfer yang terikat. Untul pembuatan pupuk adalah nitrogen dalam
bentuk amoniak (Hasibuan 2008).
Penyerapan NO3- dan NH4+ oleh tumbuhan memungkinkan tumbuhan
untuk membentuk berbagai senyawa nitrogen, terutama protein. Pupuk dan
tumbuhan yang mati, mikroorganisme, serta hewan, merupakan sumber penting
nitrogen yang dikembalikan ketanah, tapi sebagian besar nitrogen tersebut tidak
sedikit asam amino, yang dihasilkan terutam dari perombakan bahan organik oleh
mikroba, tapi juga dari pengeluaran dari akar (Salisbury dan Ross, 1995).
Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH2)2,
pupuk padat berbentuk butiran bulat kecil (Diameter lebih kurang 1 mm) pupuk
ini mempunyai kadar N 45%-46%. Urea larut sempurna dalam air, dan tidak
mengasamkan tanah (EA : 71) (Hasibuan 2008).
Pengaruh N dalam tanaman terhadap protein dalam tanaman, terutama,
pada biji-bijian serealia merupakan hal yang sangat penting dalam masalah
pangan. Pengaruh ini paling baik didasarkan pada lintasan-lintasan biokimia yang
terlibat dalam pergerakan N dari tanah ke tanaman. Nitrogrn masuk kedalam
tanaman dari tanah atau dari bintil – bintil pada akar legume sebagai nitrat (NO3-)
atau ammonium (NH4+). Di dalam tanaman NO3- direduksi ke NH4+ dan
kemudian digabungkan dengan kerangka C untuk membentuk 100 asam-asam
amino yang berbeda. Asam-asam amino ini mengandung N dalam bentuk –NH2
dengan pengikat N pada C alfa dari suatu asam organik. Sekitar 20 dari asam –
asam amini yang berbeda tersebut kemudian digabungkan kedalam rantai panjang
yang disebut rantai polipeptida. Rantai ini dapat mengandung beberapa ratus
rangkaian asam amino. Urutan keterdapatan asam – asam amino yang berbeda
tersebut disepanjang rantai polipeptida, dan oleh karena itu rasio dari asam – asam
amino yang berbeda dalam rantai tersebut, diatur oleh informasi genetik yang
terkandung dalam asam – asam nukleat dalam tanaman. Rantai polipeptida
kemudian terlipat, tergulung, terangkai-silang dan temodifikasi dengan cara – cara
yang lain untuk membentuk protein. Sebagian dari protein – protein ini dapat
nutrisi dari setiap unit protein dikendalikan oleh genetik tanaman
(Engelstad, 1985).
Urea terhidrolisis dengan cepat dalam kondisi panas, tanah yang lembab
untuk membentuk amonium karbonat. Amonium mungkin digunakan secara
langsung oleh tanaman atau mungkin diubah menjadi nitrat dan kemudian
digunkan sebagai nitrat. Ureaformaldehida adalah salah satu pupuk nitrogen yang
dikembangkan baru-baru ini dan bersifat tidak lrut dalam air. Nitrogen dalam
ureaformaldehida dilepaskan dengan lambat dalam bentuk yang dapat dipakai
untuk mengadakan persediaan nitrogen terus menerus selama musim tanam
(Foth, 1994).
Di Jepang dalam percobaan memekai pupuk dengan memakai pupuk urea
dengan kedalaman pemupukan 5–15 cm, ternyata mempunyai pengaruh baik
terhadap produksi. Hal ini diduga bahwa pada kedalaman tersebut penguapan
unsure-unsur Nitrogen dapat dikurangi (Hasibuan, 2008).
Pupuk P
Fosfor memainkan peran yang tidak dapat dikesampingkan sebagai bahan
bakar universal untuk kegiatan biokimia dalam sel hidup. Ikatan adenosin trifosfat
(ATP) yang berenergi tinggi melepaskan energi untuk kegiatan bila diubah
menjadi adenosin trifospat (ADP). Fosfor juga merupakan unsur yang penting
untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Hubungan fosfor yang terdapat didalam tanah
dan tanaman dengan kesehatan hewan dan terdapatnya definisi fosfor secara luas
pada hewan – hewan pemakan rumput telah diketahui dengan baik (Foth, 1994).
Bila fosfat yang laruta dalam air ditambahkan kedalam tanah, maka terjadi
akan menyerap air dari tanah disekitarnya dan memasuki bagian dalam butir –
butir pupuk dan melarutkan fosfat yang akhirnya menghasilkan larutan jenuh atau
mendekati jenuh dan fosfat yang terlarut ini selanjutnya berdifusi keluar dari
butir – butir pupuk larutan tanah (Hasibuan, 2008).
karbohidrat terutama gula membantu pembentukan klorofil daun-daun
yang tumbuh ditempat gelap. Tanpa pemberian gula, daun-daun tersebut tidak
mampu menghasilkan klorofil meskipun faktor-faktor lain mendukung
(Dwidjoseputro, 1985)
Unsur P diperlukan untuk pembentukan dan aktivitas bintil akar yang
maksimal. Unsur P ternyata diperlukan lebih banyak bagi pertumbuhan bintil akar
dibandingkan untuk pertumbuhan tanaman leguminosae. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan hasil uji tanaman leguminosae yang maksimal diperlukan
penambahan unsur P dalam bentuk pupuk yang cukup. (Islami dan Hadi 1995)
Pupuk K
KCL (Kalium Khlorida) mengandung 45% K2O dan khlor, bereaksi agak
asam, dan besifat higroskopis, khlor berpengaruh negatif pada tanaman yang tidak
membutuhkannya, misalnya kentang, wortel, dan tembakau (Novizan, 2002).
Unsur hara kalium berfungsi pada Pembentukan protein dan karbohidrat.
Membantu membuka dan menutup stomata. Meningkatkan daya tahan terhadap
penyakit tanaman dan serangan hama memperluas pertumbuhan akar tanaman.
Efisiensi penggunaan air (ketahanan pada masa kekeringan). Memperbaiki ukuran
dan kwalitas buah pada masa generatif danmenambah rasa manis/enak pada buah.
Salah satu jenis pupuk kalium yang dikenal adalah KCl. Pupuk KCl yang
dikenal selama ini sebagian besar merupakan hasil tambang. Endapan tambang
kalium yang sangat terkenal ada di Prancis dan Jerman. Kandungan utama dari
endapan tersebut adalah KCl dan sedikit K2SO4. Karena umumnya tercampur
dengan bahan lain, seperti kotoran. Pupuk, ini harus dimurnikan terlebih dahulu.
Hasil pemurniannya mengandung K2O sampai 60% (Musa dan Mukhlis,2006).
Kalium mempunyai pengaruh positif terhadap hasil dan kualitas tanaman.
Sifat-sifat positif kalium antara lain sebagai berikut : mendorong produksi hidrat
arang, mempunyai peran penting dalam menyangkut hidrat arang di dalam
tanaman, mengurangi kepekaan tanaman terhadap kekeringan, mengurangi
kepekaan tanaman terhadap hawa dingin dan hawa dingin malam, sedikit banyak
mengurangi kerusakan yang diakibatkan oleh beberapa penyakit, membantu
menguatkan rumpun pada tanaman gandum, sehingga tanaman ini tidak terlalu
mudah rebah (Rinsema, 1993).
Protein
Protein berasal dari kata protos dari bahasa yunani yang berarti “yang
paling utama” adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hydrogen,
oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fospor. Protein berperan penting
dalam struktur dan fungsi semua sel mahluk hidup dan virus. Kebanyakan protein
merupakan enzim atau subnit enzim. Protein terlibat dalam sistem kekebalan
sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen
sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino tersebut (heterotrof)
Sebagian besar protein dalam menu makanan manusia berasal dari protein
biji, khususnya bagi tanaman serealia seperti padi, gandum, dan jagung. Sekitar
dua pertiga penduduk dunia bergantung pada gandum atau padi sebagai sumber
utama kalori dan protein. Jagung penting untuk daerah tropis dan subtropis.
Sumbangan yang kecil tetapi penting juga diberikan oleh biji kacang-kacangan
seperti buncis, kapri, dan kedelai. Kedelai mengandung 40% dari bobot keringnya
adalah protein dibandingkan dengan 12 % pada sebagian besar bulir serealia.
(Salisbury dan Ross, 1995).
Dilihat dari kandungan gizinya, kedelai merupakan sumber protein, lemak,
vitamin, mineral dan serat yang paling baik. Susunan asam amino pada kedelai
lebih lengkap dan seimbang. Kedelai sangat berkhasiat bagi pertumbuhan dan
menjaga kondisi sel tubuh. Kedelai mengandung protein tinggi dan mengandung
sedikit lemak. Protein kedelai juga dibuktikan paling baik dibandingkan jenis
kacang-kacangan lainnya. Kandungan proteinnya setara dengan protein hewani
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 25 mdpl. Penelitian ini
akan dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai Januari 2010.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas
Anjasmoro, topsoil, kompos, pupuk Urea, pupuk SP 36, pupuk KCL, polybeg
40 x 50 cm. Pacak sampel, pacak plot, insektisida dan fungisida.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor,
meteran, handsprayer, kain kasa, klorofil meter, alat-alat tulis, blender biji untuk
menghaluskan biji kedelai, labu kjedhal sebagai tempat untuk meletakkan
bahan-bahan yang akan dianalisis, labu suling sebagai tempat meletakkan larutan
protein, Erlenmeyer sebagai tempat untuk menampung destilat, timbangan
analitik untuk menimbang berat contoh, biureat untuk mentitrasi larutan, alat
destilasi untuk membuat destilat, pemanas untuk memanaskan larutan dan
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
2 faktor perlakuan sebagai berikut :
Faktor I : Varietas (V) yang terdiri atas 3 taraf, yaitu :
V1 = Varietas Anjasmoro
V2 = Varietas Ratai
V3 = Kedelai Grobogan
Faktor II : Pupuk Nitrogen (P) yang terdiri atas 5 taraf, yaitu :
P0 = 0 g Urea: 0,5 g SP36: 0,25 g KCL / Tanaman
P1 = 0,125 g Urea : 0,5 g SP36: 0,25 g KCL / Tanaman
P2 = 0,25 g Urea: 0,5 g SP36 : 0,25 g KCL / Tanaman
P3 = 0,5 g Urea : 0,5 g SP36: 0,25 g KCL / Tanaman
P4 = 0,75 g Urea : 0,5 g SP36: 0,25 g KCL / Tanaman
Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 15 kombinasi, yaitu :
V1P0 V2P0 V3P0
V1P1 V2P1 V3P1
V1P2 V2P2 V3P2
V1P3 V2P3 V3P3
V1P4 V2P4 V3P4
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah plot : 45 plot
Ukuran plot : 1 m x 1 m
Jarak antar plot : 30 cm
Jumlah tanaman per plot : 4 tanaman
Jumlah tanaman per polybeg : 1 tanaman
Jumlah tanaman sampel : 90 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 180 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan model linear aditif
sebagai berikut:
Yijk = µ + αi + βj + (αβ) + εijk
i = 1,2,3,4,5,6 j = 1,2,3,4,5 k = 1,2,3
Dimana:
Yij : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan Unsur hara pada taraf
ke-j
µ : Nilai tengah
αi : Efek dari blok ke-i
βj : Efek perlakuan pupuk ke-j.
εij : Galat pada blok ke-i, pupuk ke-j.
Data hasil penelitian yang berpengruh nyata, dilanjutkan dengan uji jarak
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan lahan
Areal penelitian untuk tempat berdirinya polibag dibersihkan dari gulma,
sisa-sisa akar tanaman dan batu-batuan dengan menggunakan cangkul kemudian
diratakan. dibentuk blok-blok sebanyak 3 blok dengan jarak antar blok 50 cm.
setiap blok dibagi menjadi 15 plot dengan jarak antar plot 30 cm. Ukuran
plot 1 m x 1 m.
Persiapan Media Tanam
Polybag diisi top soil sebanyak ¾ bagian lalu polibag tersebut disusun
dilahan penelitian.
Penanaman
Benih kedelai direndam air selama 5 menit, kemudian benih tersebut
ditanam pada polibag yang telah disediakan dengan lubang tanam sedalam 2 cm
sebanyak 2 benih/lubang tanam
Aplikasi Pupuk N
Pupuk N, (berupa Pupuk Urea) diaplikasikan dengan cara ditabur diatas
tanah pada masing-masing polybag kemudian ditutup kembali dengan tanah agar
tidak cepat menguap dilakukan sebanyak 1 kali. Pengaplikasian unsur hara
dilakukan pada saat tanaman berumur 3 MST. Sedangkan pupuk P dan K
Penyiraman
Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan dengan menggantikan tanaman yang mati dengan
tanaman cadangan.
Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma
dengan tangan, kegiatan ini dilakukan untuk menghindari terjadinya persaingan
unsur hara dari dalam tanah. Penyiangan disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Panen
Panen dilakukan dengan ciri-ciri sebagai berikut bila sebagian besar daun
sudah menguning tetapi bukan karena seranagan hama penyakit, lalu gugur, buah
berubah warna hijau sampai kuning kecoklatan, batang berwarna kuning agak
kecoklatan. Panen dilakukan dengan cara mencabut seluruh batang dari polybeg,
kemudian polong dipisahkan dari batang lalu dijemur dibawah sinar ,matahari dan
biji diambil dari polongnya.
Analisi Protein
Analisis protein dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan
Ternak Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan metode kejhdal.
Parameter yang Diukur
Total luas daun dihitung pada saat tanaman sudah berbunga. Daun yang
dihitung luasnya merupakan daun yang duduknya kira – kira di tengah
percabangan. Perhitungan luas daun dengan menggunakan rumus :
P x L x K
Dimana :
P = Panjang daun
L = Lebar daun
K = Konstanta daun
K daun ditengah 0,653 dan dikiri atau kanan 0,768
Jumlah kloropil
Jumlah klorofil daun kedelai dihitung dengan menggunakan alat
chlorophyll meter. Penghitungan jumlah klorifil dilakukan pada daun tengah yaitu
pada cabang primer ke 3 atau 4 dari pangkal batang, tengah, dan ujung daun lalu
dihitung rataanya. Pengukura dilaksanakan pada akhir pertumbuhan vegetative.
Jumlah Cabang produktif
Pengamatan jumlah cabang produktif dilakukan pada saat panen, dengan
menghitung jumlah cabang yang mengeluarkan polong.
Umur Berbunga (hari)
Umur berbunga dihitung pada saat tanaman pertama sekali mengeluarkan
bunga lalu hasilnya dirata-ratakan. Dihitung mulai dari penanaman benih
Umur panen dihitung setelah tanaman kelihatan 95% dari polong telah
mencapai warna polong matang.
Produksi per Tanaman (g)
Poduksi per tanaman dihitung dengan menimbang seluruh biji pada setiap
tanaman sampel.
Bobot 100 biji Kering (g)
Penimbangan dilakukan pada saat kadar air biji ± 14%. Pengukuran
dilakukan dengan memasukkan biji ke oven pada suhu 600 C selama 1 jam kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan pada seluruh tanaman sampel.
Bobot Basah Tajuk (g)
Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari tajuk tanaman dengan cara
memotong bagian leher akar kemudian ditimbang, pengamatan ini dilakukan pada
akhir vegetatif.
Bobot Kering Tajuk (g)
Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar dengan cara memotong pada
bagian pangkal batang lalu tajuk tersebut dibersihkan dari kotoran yang ada.
Kemudian diovenkan dengan suhu 70 -80º C selama 24 jam lalu ditimbang.
Pengamatan ini dilakukan pada akhir vegetativ yaitu 8 MST.
Jumlah Bintil Akar yang Aktif (bintil)
Pengamatan jumlah bintil akar diamati pada bagian akar tanaman. Akar
tanaman diteliti untuk mengetahui berapa banyak jumlah bintil akar yang aktif
terdapat pada akar, apabila bintil akar berwarna merah jambu maka bintil akar
tersebut aktif. Pengamatan ini dilakukan pada akhir vegetatif.
Bobot Kering Setelah Panen (g)
Tajuk tanaman yang telah dipanen dipisahkan dari akar dan polongnya
lalu dijemur selama 1 hari, dan timbang. Pengmatan ini dilakukan setelah penen.
Kandungan Protein (%)
Tanaman yang dianalisis kandungan proteinnya yaitu pada semua sampel.
Kandungan protein dianalisis dengan menggunakan metode semi-mikro Kjedahl
dimodifikasi (Purba dan Rusmarilin, 2006), dengan rumus :
Kadar protein =
dinama :
a = Berat contoh (g)
b = Titrasi blanko (ml)
c = Titrasi contoh (ml)
N = Normalitas NaOH yang digunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Luas daun (cm2)
Dari data pengamatan dan sidik ragam dari luas daun dapat dilihat pada
lampiran 7 dan 8 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap luas
daun sedangkan perlakuan pupuk dan interaksi pupuk dengan varietas tidak
berpengaruh nyata terhadap luas daun. Hasil uji beda rataan luas daun dapat
dilihat pada Tebel 1.
Tabel 1. Luas daun beberapa varietas kedelai pada dengan perlakuan pemberian pupuk
VARIETAS LUAS DAUN RATAAN
---cm2---
Anjasmoro 68.34 83.67 80.9 83.76 98.07 82.95 ab Ratai 84.84 120.58 84.69 104.08 92.22 97.28 a Grobogan 72.07 66.01 66.87 60.29 62.93 65.63 b Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Perbedaan luas daun disebabkan adanya perbedaan fisiologi
masing-masing varietas sehingga pemberian pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap luas
daun. Dan waktu pengaplikasian pupuk yang kurang sesuai dengan keadaan
morfologi masing-masing tanaman. Data hasil uji statistik memperlihatkan pada
Tabel 1 Rataan Luas Daun tertinggi terdapat pada varietas Ratai (97,28),
menyusul Anjasmoro (82,95) dan Grobogan (65,63). Hal ini sesuai dengan
pernyataan Salisbury dan Ross (1995) yang menyatakan bahwa pada daun
tumbuhan dikotil, sebahagian besar pembelahan sel sudah lama berhenti sebelum
daun berkembang penuh, sering kali ketika daun mencapai kurang dari separuh
daun mencapai kurang dari seperlima daunnya semata-mata disebabkan oleh
pertumbuhan sel yang terbentuk sebelumnya.
Jumlah klorofil (unit/6 mm3)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah klorofil (unit/6 mm3) dapat dilihat pada lampiran 9 dan 10. Hasil analisis statistik memperlihatkan
bahwa perlakuan pupuk, varietas, dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh
tidak nyata. Data hasil uji beda rataan jumlah klorofil dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah klorofil (unit/6 mm3) bebepara varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk
VARIETAS JUMLAH KLOROFIL RATAAN
---unit/6 mm3--- Anjasmoro 40.40 42.37 43.55 39.72 41.73 41.55
Ratai 39.62 42.65 42.42 41.60 39.20 41.10
Grobogan 41.48 40.42 44.07 40.65 41.50 41.62
Jumlah klorofil tertinggi pada ketiga varietas terdapat pada varietas
grobogan(41,62), nilai tertinggi kedua terdapat pada varietas Anjasmoro(41,55)
dan Ratai(41,10). Ada beberapa hal yang mempengaruhi jumlah klorofil yaitu pH
tanah yang terlalu rendah, proses biokimia tanaman tersebut, dimana nitrogen
pada daun terbanyak terdapat pada kloroplas dalam bentuk protein, sehingga pada
waktu hidrolisis protein dan pengankutan nitrogen ke biji akan mengakibatkan
berkurangnya jumlah klorifil pada daun.Hal ini sesuai dengan Salisbury dan Ross.
(1995) menyatakan bahwa, hidrolisis protein dan pengangkutan nitrogen ke biji
sangat penting bagi produksi biji. Sehingga molekul klorofil berkurang dari daun
saat protein di rombak. Dan nitrogen didalam molekul tersebut nampaknya
diangkut ke organ reproduktif. Dwidjoseputro (1985) juga menyatakan bahwa
tumbuh ditempat gelap. Tanpa pemberian gula, daun-daun tersebut tidak mampu
menghasilkan klorofil meskipun faktor-faktor lain mendukung.
Bobot basah tajuk (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot basah tajuk (g) dapat dilihat
pada lampiran 11 dan 12. dari data tersebut dapat dilihat varietas berpengaruh
nyata terhadap bobot basah tajuk (g). Sedangkan faktor perlakuan pupuk dan
interaksi tidak berpengaruh nyata. Data hasil uji beda rataan dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Bobot basah tajuk (g) bebepara varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk.
VARIETAS BOBOT BASAH TAJUK RATAAN
---g---
Anjasmoro 0.95 3.90 3.27 5.56 3.17 3.37 b
Ratai 4.62 5.70 5.41 5.00 4.40 5.03 a
Grobogan 4.71 5.90 7.90 5.09 5.98 5.92 a
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Tabel 3 memperlihatkan bahwa rataan bobot basah tajuk paling berat pada
varietas grobogan (5,92), menyusul varietas Ratai (5,03) dan varietas Anjasmoro
(3,37). Pertumbuhan kedelai membutuhkan kandungan air tanah yang cukup
untuk dipergunakan dalam proses fotosintesa. Hal ini sesuai dengan pernyataan
dari Andrianto dan Indarto (2004), bahwa pemilihan waktu tanam kedelai amat
penting, karena hal ini berhubungan erat dengan kandungan air di dalam tanah
Bobot kering tajuk (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering tajuk (g) dapat dilihat
pada lampiran 13 dan 14 varietas berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk
(g). Sedangkan faktor perlakuan pupuk dan interaksi tidak berpengaruh nyata pada
bobot kering tajuk. Hasil uji beda rataan bobot kering tajuk dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Bobot kering tajuk (g) bebepara varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk .
VARIETAS BOBOT KERING TAJUK RATAAN
---g---
Anjasmoro 0.63 2.13 1.90 3.10 1.67 1.89 b
Ratai 2.47 3.10 3.13 2.50 2.43 2.73 a
Grobogan 2.50 4.23 4.03 2.57 3.00 3.27 a
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat rataan bobot kering tajuk paling berat
pada varietas grobogan (3,27), sementara Ratai (2,73) dan dan bobot kering tajuk
paling rendah pada varietas Anjasmoro (1,89). Bobot kering tajuk berkaitan
dengan bobot basah tajuk, yaitu bobot kering tajuk diperoleh setelah kandungan
air yang terdapat pada bobot basah tajuk dikeringkan. Kandungan air yang
terdapat pada tanaman kedelai sangat berpengaruh terhadap pertumbuhannya,
terutama pertumbuhan vegetatif. Serta berkaitan dengan suhu, jika suhu tinggi
maka transpirasi akan tinggi dan air pada tanaman semakin berkurang. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Rubatzky dan Yamaguchi (1998) yang menyatakan
pada suhu yang tinggi fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis.
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah bintil akar efektif
(bintil) dapat dilihat pada lampiran 15 dan 16. faktor perlakuan pupuk
berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar aktif sedangkan varietas dan
interaksi pupuk dengan varietas tidak berpengaruh nyata pada pengamatan jumlah
bintil akar aktif.
Data hasil uji beda rataan jumlah bintil akar aktif dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Bintil Akar Aktif (bintil) bebepara varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk.
PERLAKUAN JUMLAH BINTIL AKAR AKTIF RATAAN
---bintil---
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Hasil analisis statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa perlakuan
pupuk berpengaruh nyata pada jumlah bintil akar aktif, jumlah bintil akar aktif
tertinggi pada perlakuan P0 (3,11) dan yang terendah yaitu P2 (0,56), yang dapat
dilihat pada Tabel 5. Pemberian pupuk N pada tanaman kurang bermanfaat karena
dari hasil pengamatan menunjukkan jumlah bintil akar yang aktif terdapat pada
perlakuan kontrol (tanpa penambahan pupuk N) hal ini disebabkan adanya
kemampuan akar tanaman untuk memfiksasi N dari udara. Selain itu jumlah
pupuk yag berlebih di dalam tanah dapat menghambat pembentukan bintil akar,
pH tanah yang kurang baik akan menghambat pertumbuhan bintil akar dan proses
nitrifikasi juga akan kurang baik. Karena tanah tersebut keracunan aluminium.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Rao (1994) yang menyatakan bahwa bintil akar
memiliki hubungan langsung dengan jumlah nitrogen yang difiksasi. Hai tersebut
didukung oelh pernyataan Surapto (1992) yang menyatakan pada pH kurang dari
5,5 pertumbuhannya sangat terhambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan
bakteri bintil akar dan prosesnnitrifikasi akan berjalan kurang baik.
Umur berbunga (hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam Umur Berbunga (hari) dapat
dilihat pada lampiran 17 dan 18 varietas berpengaruh nyata terhadap Umur
Berbunga (hari) Sedangkan faktor perlakuan pupuk dan interaksi tidak
berpengaruh nyata pada umur berbunga (hari). Data hasil uji beda rataan Umur
Berbunga (hari) dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Umur berbunga (hari) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk.
VARIETAS UMUR BERBUNGA RATAAN
---hari---
Anjasmoro 33.33 34.67 33.67 35.00 33.67 34.07 a
Ratai 35.33 34.33 34.67 35.33 34.67 34.87 a
Grobogan 29.67 28.33 28.67 28.67 29.00 28.87 b Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Hasil Analisis pada Tabel 6 memperlihatkan bahwa umur berbunga paling
cepat yaitu pada varietas grobogan (28.87) dan paling lama pada Anjasmoro
(34.07) dan Ratai (34.87) tanaman kedelai merupakan tanaman berhari pendek
sehingga mampu tumbuh di daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Karena
kedelai tidak akan berbunga jika penyinaran terlalu lama. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Andrianto dan Indarto (2004) yang menyatakan bahwa kedelai dapat
tumbuh baik ditempat pada daerah berhawa panas, di tempat-tempat dan bercurah
Umur panen (hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam Umur Panen (hari) dapat dilihat
pada lampiran 19 dan 20 Varietas berpengaruh nyata terhadap Umur Panen (hari)
Sedangkan faktor perlakuan pupuk dan interaksi tidak berpengaruh nyata pada
umur panen (hari). Data hasil uji beda rataan umur panen (hari) dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Rataan umur panen (hari) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk.
VARIETAS UMUR PANEN RATAAN
---hari---
Anjasmoro 86.33 87.67 86.67 88.33 86.67 87.13 a
Ratai 88.33 87.33 87.00 88.00 87.67 87.67 a
Grobogan 75.67 74.33 74.67 74.67 75.00 74.87 b Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Pada Tebel 7 hasil uji statistik dapat dilihat bahwa umur panen tercepat
yaitu pada varietas grobogan (74,87) menyusul varietas Anjasmoro (87,13) dan
varietas Ratai (87,67). Ketidak seragaman ini diduga kerena karakter tersebut
dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan, dan saat panen sangat ditentukan
oleh umur sesuai dengan deskripsi varietas yang di tanam. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Makmur (1992) yang menyatakan bahwa setiap tanaman mempunyai
karakter genetik yang berbeda. Umumnya dilihat bila pada varietas-varietas yang
bebeda ditanam di lingkungan yang sama. Kergaman genetik sebagai akibat faktor
lingkungan dan keragaman genetik umumnya berinteraksi satu dengan yang
lainnya dalam mempengaruhi fenotipe tanaman. Karakter tanaman seperti tinggi
dan rendah, pewarnaan, umur tanaman, tinggi dan rendahnya hasil dan sebagainya
ditetukan oleh gen-gen tertent pada kromosom, interaksi gen-gen dengan
menyatakan bahwa umur masak optimal sangat beragam sesuai dengan
varietasnya.
Jumlah cabang produktif (cabang)
Data hasil pengatamatan dan sidik ragam jumlah cabang produktif
(cabang) dapat dilihat pada lampiran 21 dan 22 Varietas berpengaruh nyata
terhadap Jumlah cabang produktif (cabang). Sedangkan faktor perlakuan pupuk
dan interaksi tidak berpengaruh nyata pada Jumlah cabang produktif (cabang).
Data hasil uji beda rataan Jumlah cabang produktif (cabang) dapat dilihat pada
Tabel 8.
Tabel 8. Rataan Jumlah cabang produktif (cabang) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk.
VARIETAS JUMLAH CABANG PRODUKTIF RATAAN
---cabang---
Anjasmoro 5.50 6.50 7.67 5.83 7.17 6.53 b
Ratai 10.83 9.67 8.00 6.50 8.33 8.67 a
Grobogan 5.17 3.67 4.33 5.00 7.17 5.07 b
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah cabang produktif tertinggi yaitu
varietas ratai (8,67) varietas yang lain anjasmoro(6,53) dan grobogan(5,07). Curah
hujan dan temperatur dapat mempengaruhi kualitas pertumbuhan vegetativ
tanaman kedelai. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari AAK (1989), yang
menyatakan bahwa pengaruh curah hujan, dan temperatur terhadap pertumbuhan
tanaman kedelai di sepanjang musim adalah sekitar 60–70 %
Produksi Per Tanaman (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam produksi per tanaman (g) dapat
tanaman (g), pada faktor perlakuan pupuk berpengaruh nyata pada produksi
pertanaman (g) sedangkan interaksi pupuk dengan varietas berpengaruh nyata
pada produksi per tenaman (g). Data hasil uji beda rataan Produksi
Per Tamanan (g) dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Produksi Per Tanaman (g) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk
VARIETAS PRODUKSI PERTANAMAN RATAAN
P0 P1 P2 P3 P4
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Histogram Produksi Pertanaman (g) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk.dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Histogram produksi pertanaman pada perlakuan pupuk berbagai varietas.
Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk meningkatkan produksi
pertanaman (g). pemberian pupuk yang optimal akan memberikan pengaruh yang
besar pada tanaman kedelai khususnya varietas Anjasmoro, dari tebel dapat dilihat
produksi pertanaman tertinggi pada varietas anjasmoro pada perlakuan P2=0.25g
(117.44), sedangkan pada varietas Ratai produksi pertanaman tertinggi pada
perlakuan P2=0.25g (101.00), pada varietas grobogan produksi pertanaman
tertinggi pada perlakuan P2=0.25g (56,62). Hal ini sesuai dengan pernyataan
Follet dan Muphy, dkk (1989). Nitrogen ini memicu pertumbuhan daun, energi
hasil produksi dari hasil fotosintesis akan mengahasilkan gula melalui proses
respirasi di sel. Hasibuan (2008) juga menyatakan percobaan dengan memakai
pupu urea kedalam pemupukan ternyata mempunyai penagaruh baik terhadap
produksi.
Bobot 100 biji (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot 100 biji dapat dilihat pada
lampiran 25 dan 26 varietas berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji. Faktor
perlakuan pupuk berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji. Dan interaksi
pupuk dengan varietas berpengaruh nyata. Data hasil uji beda rataan bobot 100
biji dapat di lihat pada Tebel 10.
Tabel10. Bobot 100 Biji (g) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk.
VARIETAS BOBOT 100 BIJI RATAAN
---g---
Anjasmoro 17.44 a 9.81 bc 11.02 b 14.32 a 13.69 ab 13.26 Ratai 8.26 c 7.53 c 9.96 b 7.01 c 8.37 c 8.23 Grobogan 15.76 a 16.72 a 15.73 a 15.38 a 10.56 b 14.83
Rataan 13.82 11.35 12.24 12.24 10.87
Gambar 2. Histogram bobot 100 biji beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk.
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa rataan tertinggi terdapat pada varietas
Grobogan (14,83) kemudian Anjasmoro(13,26) dan Ratai (8,23). Besarnya
intensitas matahari dan curah hujan yang diterima akan memberikan pengaruh
terhadap fotosintesis. Fotosintat yang dihasilkan dari asimilasi akan
ditranslokasikan kebagian polong tanaman. Budiastuti (2000) menyatakan hasil
fotosintesis yang tertimbun dalam bagian vegetatif sebagian dimobilisasikan
kebagian generatif (polong). Fotosintat dibagian vegetatif tersimpan dalam berat
kering biji tanaman. Sedangkan Agung dan Rahayu (2004) menyatakan bahwa
cekaman kekeringan yang terjadi pada saat pertumbuhan generative, akan
menurunkan produksi. Kekeringan juga menurunkan bobot biji, sebab bobot biji
sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang diberikan pada musim tanam.
Bobot kering tajuk setelah penen (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering tajuk setelah penen
(g) dapat dilihat pada lampiran 27 dan 28 varietas berpengaruh nyata terhadap
bobot kering tajuk setelah panen (g) sedangkan pupuk dan interaksi tidak
berpengaruh nyata pada bobot kering tajuk setelah penen (g). Data hasil uji beda
rataan bobot kering tajuk setelah panen (g) dapat dilihat pada Tebel 11.
Tabel 11. Bobot kering tajuk setelah panen (g) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk.
VARIETAS BOBOT TAJUK SETELAH PANEN RATAAN
---g---
Anjasmoro 1.82 4.65 3.63 4.68 3.62 3.68 b
Ratai 7.10 5.13 4.67 8.30 8.68 6.78 a
Grobogan 4.47 2.00 2.33 2.32 3.83 2.99 b
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Hasil analisis statistik pada tabel diatas menunjukkan bahwa bobot kering
setelah panen tertinggi pada varietar Ratai (6.78) dan terendah pada Grobogan
(2,99). Kandungan air yang terdapat pada tanaman kedelai sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhannya, terutama pertumbuhan vegetatif. Pada tanaman kedelai
pertumbuhan vegetatif akan terhenti saat tanaman tersebut menuju fase generatif
karena hasil fotosintat dipergunakan untuk pembentukan bunga dan biji, Serta
berkaitan dengan suhu, jika suhu tinggi maka transfirasi akan tinggi dan air pada
tanaman semakin berkurang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rubatzky dan
Yamaguchi (1998) yang menyatakan pada suhu yang tinggi fotorespirasi
cenderung mengurangi hasil fotosintesis.
Kandungan Protein (%)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam kandungan protein (%) dapat
dilihat pada lampiran 29 dan 30. Dari hasil uji statistik yang dilakukan pada Tabel
12 memperlihatkan bahwa varietas, pupuk dan interaksi berpengaruh nyata
terhadap Kandungan Protein. Data hasil uji beda rataan Kandungan Protein dapat
Tabel12. Kandungan Protein beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk.
VARIETAS KANDUNGAN PROTEIN RATAAN
P0 P1 P2 P3 P4
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
Hasil statistik pada Tabel 12 menyajikan kandungan protein yang tertinggi
pada varietas grobogan (34,16%), Ratai (27,55%) dan terendah pada varietas
Anjasmoro (24,27%). Dari data dapat dilihat adanya pengaruh pemberian pupuk
pada kandungan protein biji kedelai. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Nyakpa dkk (1988) yang menyatakan bahwa Tanaman menyerap unsur nitrogen
(N) terutama dalam bentuk NO3-, namun bentuk lain yang juga dapat diserap
adalah NH4+, dan urea. Dalam keadaan aerase yang baik senyawa-senyawa N
diubah kedalam bentuk NO3-. Nitrogen yang tersedia bagi tanaman dapat
mempengaruhi pembentukan protein, dan disamping itu unsur ini juga merupakan
bagian integral dari klorofil. Hal ini didukung dengan pernyataan Engelstad
(1985) yang menyatakan bahwa pengaruh N dalam tanaman terhadap protein
dalam tanaman, terutama, pada biji-bijian serealia merupakan hal yang sangat
penting dalam masalah pangan dan mutu nutrisi dari setiap unit protein
dikendalikan oleh genetik tanaman. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan
Lakitan (1995). Yang menyatakan bahwa kandungan dari komposisi zat gizi yang
terkandung pada hasil tanaman hortikultura akan bervariasi tergantung pada
faktor internal (genetik) dan faktor ekstrenal (lingkungan). Perbedaan yang
varietas dalam spesies yang sama. Sedangkan faktor lingkungan yang paling
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Varietas berpengaruh nyata terhadap Luas Daun, Bobot Basah Tajuk, Bobot
Kering Tajuk, Umur Berbunga, Umur Panen, Jumlah Cabang Produktif,
Produksi Pertanaman, Bobot 100 Biji, Bobot Setelah Panen, Dan Kandungan
Protein.
2. Pemberian Pupuk berpengaruh berpengaruh terhadap parameter Jumlah Bintil
Akar Aktif, Produksi Pertanaman dan kandungan protein.
3. Interaksi antara varietas dan pupuk berpengaruh nyata pada produksi
pertanaman, bobot 100 biji, dan kandungan protein.
4. Kandungan protein pada varietas Grobogan merupakan tertinggi (34,16)
menyusul Ratai (27,55) dan terakhir varietas Anjasmoro (24,27).
Saran
Kandungan protein pada beberapa varietas kedelai cukup tinggi dengan
perlakuan pupuk N sehingga perlu dilakukan penelitian labih lanjut dengan
mengkombinasikan unsur hara makro lain seperti P dan K, guna mendapatkan
DAFTAR PUSTAKA
AAK, 1989. Kedelai. Kanisius, Yogyakarta.
Agung, T. Dan A. Yugi Rahayu, 2004. Analisis Efisiensi serapan N. Pertumbuhan, dan hasil Beberapa Kultivar Kedelai Unggul Baru dengan Cekaman Kekeringan dan pemberian Pupuk Hayati. Agrosains 6(2): 70-74, Semarang.
Andrianto, T. T., dan N. Indarto, 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik, 2002. Statistik Indonesia. Jakarta.
Damardjati, D. S., Marwoto, D. K. S. Swastika D. M. Arsyad, dan Y. Hilman. 2005. Prospek dan Arah pengembangan Agribisnis Kedelai. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta.
Dwidjoseputro, D. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.
Engelstad, O. P., 1985. Teknologi dan Penggunaan Pupuk, terjemahan Didiek Hadjar Goenadi. UGM Press, Yogyakarta. Hal 885-886, 888-889.
Fachruddin, L., 2000. Budidaya Kacang – Kacangan. Kanisius, Yogyakarta.
Follet dan Murphy dkk. 1989. Fertilizer and Soil Amandements. Prenfics-Hell Inc, New jersy.
Foth, H. D., 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gramedia. Jakarta.
Hasibuan, B. E., 2008. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian USU, Medan.
http:// agribisnis deptan. go. id./web/ pustaka. 2003. Penanganan pasca panen kedelai.
http:// femina-online. com. htm.2006. kedelai lezat dan sehat.
http:// id.wikipedia.org./wiki/protein. 2006. Protein kedelai.
Islami, T. dan W. Hadi, 1995. Hubungan tanah, air dan tanaman, IKIP Semarang Press, Semarang.
Lamina, 1989. Kedelai dan Pengolahannya. Simpleks, Jakarta.
Lakitan, B. 1995. Hortikultura.: Teori, Budidaya dan Pasca Panen. Cet I. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Nyakpa, M.Y. Lubis, A.M. Pulung, M.A. Amroh, A.G, Munawar, A. Hong, G.B dan N. Hakim, 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung,S Bandar Lampung.
Rao, N. S., 1994. Mikroorganisme tanah dan pertumbuhan tanaman. UI – pres, Jakarta.
Rinsema. W. 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Terjemahan Umi Saleh. Bahtera. Jakarta
Rubatzky, V,W dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia I Prinsip, Produksi dan Giji. Diterjemahkan oleh Catur Herison. ITB, Bandung.
Salisburry, F. B dan C. W. Ross. 1995. Fisologi Tumbuhan jilid 2. Penerbit ITB. Bandung.
Soil Improvement Committe California Fertilizer Association, 1998. Western Fertilizer Handbook Second Horticulture Edition, Interstate Publishers, INC, Illinois.
Sugeng, H., 1983. Bercocok Tanam Palawija. Aneka Ilmu, Semarang
Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kacang Kedelai Varietas Anjasmoro
Dilepas pada tahun : 2001
Nomor galur : Mansuria
Asal : Seleksi massa dari populasi galur murni Mansuria
Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Ungu
Warna daun : Hijau
Warna bunga : Ungu
Warna kulit biji : Kuning
Warna hilum biji : Kuning kecoklatan
Warna polong masak : Coklat muda
Kerebahan : Tahan rebah
Ketahanan terhdap penyakit : Moderat tahan karat daun
Hasil : 2,03 – 2,25 ton/ha
Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Kacang Kedelai Varietas Ratai
Dilepas tahun : 17 maret 2004
SK Mentan : 168/kpts/LB.240/3/2004 Nomor Galur : Galur W3465-27-2
Asal : Wilis x no. 3465
Daya hasil : 1,6 – 2,7 t/ha Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Kuning
Warna daun : Hijau-hijau tua
Warna bunga : Ungu
Warna kulit biji : Kuning agak kehijauan Warna polong masak : Coklat
Warna hilum : Coklat tua
Bentuk biji : Agak bulat
Bentu daun : Lanceolate
Tipe tumbuh : Determinate Ketahanan rebah : Agak tahan
Ketahanan thd penyakit : Agak tahan pengakit karat daun (phakospora pachyrizi syd)
Wilayah adaptasi : Lahan kering masam Sumbar Barat, Lampung dan
Kalsel
Mitra kerja : Asadi (balitbiogen), Azran Tanjung, Tasman Naim (BPTP Sumbar) Yustisis dan M. syarif (BPTP Sumsel), Eddy William (Balitra)
Pemulia : DM. Arsyad, Heru kuswantoro, M. Muchlis Adie, Purwanto, Amin Nur, Sri Hardaningsih, dan E. Yusnawan.
Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Kacang Kedelai Varietas Grobogan
Dilepas tahun : 2008
SK Mentan : 238/kpts/SR.120/3/2008 Nomor Galur : Galur W3465-27-2
Asal : Wilis x no. 3465
Daya hasil : 1,6 – 2,7 t/ha Warna hipokotil : Ungu
Warna epikotil : Kuning
Warna daun : Hijau-hijau tua
Warna bunga : Ungu
Warna kulit biji : Kuning agak kehijauan Warna polong masak : Coklat
Warna hilum : Coklat tua
Bentuk biji : Agak bulat
Bentu daun : Lanceolate
Tipe tumbuh : Determinate
Daerah sebaran : Beradaptasi baik pada beberapa kondisi lingkungan tumbuh yang berbeda cukup besar, pada musim hujan dan daerah beirigasi baik. Sifat lain : - polong masak tidak mudah pecah, dan
-Pada saat penen daun luruh 95 – 100% saat penen >95% daunnya telah luruh
Pemulia : Suhartina, M. Muchlish Adie
Peneliti : T. Adisarwanto, Sumarsono, Sunardi,
Tjandramukti, Ali Muchtar, Sihono, SB. Purwanto, Siti Khawariyah, Murbantoro, Alrodi, Tino Vihara, Farid Mufhti, dan Suharno.
Pengusul : Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan, BPSB Jawa Tengah, Pemerintah Daerah Prov. Jawa Tengah.
Lampiran 5. Hasil Analisa tanah Topsoil
Analisis Tanah
Jenis Analisis Nilai Metode
pH (H2O) 4,79 Elektrometry
N- Total (%) 0.17 Kjeldahl
P-Bray I (ppm) 9.20 Spectrophometry
K – dd (me / 100g) 0.18 AAS
Lampiran 7. Data Pengamatan Luas Daun (cm2)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
I II III
Lampiran 8. Sidik Ragam Luas Daun
Lampiran 9. Data Pengamatan Jumlah Klorofil (unit/6 mm3)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
I II III
Lampiran 10. Sidik Ragam Jumlah Klorofil
Lampiran 11. Data Pengamatan Bobot Basah Tajuk (g)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
I II III
Lampiran 12. Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk