• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pemberian Pupuk N Terhadap Kandungan Protein Biji Kedelai (Glycine max l. merril)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Pemberian Pupuk N Terhadap Kandungan Protein Biji Kedelai (Glycine max l. merril)"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBERIAN PUPUK N TERHADAP

KANDUNGAN PROTEIN BIJI KEDELAI

(Glycine max L. Merril)

SKRIPSI

Oleh :

MUNAWAR HARDI

050301010

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

EFEKTIVITAS PEMBERIAN PUPUK N TERHADAP

KANDUNGAN PROTEIN BIJI KEDELAI

(Glycine max L. Merril)

SKRIPSI

Oleh :

MUNAWAR HARDI

050301010/AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

Judul Skripsi : Efektivitas pemberian pupuk N terhadap kandungan protein biji kedelai (glycine max l. merril)

Nama : Munawar Hardi

Nim : 050301010

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi

Disetujui Oleh

(Ir. O. K. Nazarudin Hisyam, MS) (Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MP. Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

)

Mengetahui ,

Prof. Edison Purba, Ph. D.

(4)

ABSTRAK

MUNAWAR HARDI. Efektivitas Pemberian Pupuk N terhadap Kandungan Protein Biji Kedelai. Dibimbing oleh O. K. NAZARUDDIN dan CHAIRANI HANUM.

Kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati bagi masyarakat. Kandungan protein yang terkandung di dalam setiap varietas kedelai berbeda antara satu sama lain. Ketersediaan hara Nitrogen pada media tanam juga mempengaruhi kandungan protein pada biji kedelai. Penelitian ini menguji efektivitas pemberian pupuk N terhadap kandungan protein beberapa varietas kedelai. Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU, Medan mulai Nopember 2009 hingga Januari 2010. Metode yang digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial dengan 2 faktor. Faktor 1 yakni Varietas Anjasmoro, Ratai dan Grobogan, Faktor 2 yakni Pupuk N dengan dosis 0 g, 0.125 g, 0.25 g, 0.5 g, dan 0.75 g.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor varietas berbeda nyata pada Luas daun, Bobot basah tajuk, Bobot kering tajuk, Umur berbunga, Umur panen, Jumlah cabang produktif, Produksi per tanaman, Bobot 100 biji, Bobot kering setelah panen, dan kandungan protein. Pupuk N berpengaruh nyata pada Jumlah bintil akar aktif, Produksi per tanaman dan Kandungan protein. Interaksi antara varietas dan Pupuk N berpengaruh nyata pada Produksi per tanaman, Bobot 100 biji dan Kandungan protein.

Kata kunci: Kedelai, pupuk nitrogen, kandungan protein

ABSTRACT

MUNAWAR HARDI. Efectivity of Nitrogen Fertilizer to Soybean Protein Content. Supervised by O. K. NAZARUDDIN and CHAIRANI HANUM.

Soybean is one of vegetable protein source for people. Protein content in soybean varieties is different among each other. Nitrogen availability in plant medium also influences the soybean protein content. This research tested efectivity of Nitrogen fertilizer to protein content of soybean varieties. Research was conducted at practice field of Agriculture Faculty USU, Medan from November 2009 until January

2010. The method of this research is randomized block design factorial with 2 factors. Factor 1 i.e Variety Anjasmoro, Ratai and Grobogan, Factor 2 i.e Nitrogen

fertilizer 0 g, 0.125 g, 0.25 g, 0.5 g, and 0.75 g.

Results of the research showed that factor variety significant to leaf area, Wet shoot weight, Dry shoot weight, Flowering age, Harvesting age, Number of productive branch, Yield per plant, 100 seeds weight, Dry weight after harvesting and Protein content. Nitrogen fertilizer is signifigantly affected number of root nodule, Yield per plant and Protein content. Interaction of Nitrogen fertilizer with variety is significantly affected Yield per plant, 100 seeds weight and Protein content.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Munawar Hardi, lahir di Langgapayung pada tanggal 27 Agustus 1987

dari Ayahanda Sumitro, SPd. Dan ibunda Rosmala Dewi Harahap, SPd. Penulis

adalah putra kedua dari 5 bersaudara.

Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SD 112246 Langgapayung pada

tahun 1999, kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 1 Seikanan,

selasai pada tahun 2002, dan pada tahun 2005, penulis menyelesaikan pendidikan

di SMA Negeri 1 Seikanan, kemudian melanjutkan pendidikan ke perguruan

tinggi. Penulis memilih program studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian,

Universitas Sumetera Utara, Medan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten laboratorium

Agroklimatologi (2007-2009), Laboratorium Ekologi Tanaman (2007-2010)

Penulis juga pernah mengikuti organisasi diantaranya Himadita Nursery (HN)

dengan sebagai anggota pada tahun 2006, sebagai staf divisi penelitian dan

pengembangan(Litbang) (2006-2007), sebagai sekretaris Umum (2007-2008),

di BKM Al-Mukhlisin sebagai staf dept. Infotas (2006) serta pengajian Nahdastus

Syubban.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapang (PKL) pada tahun 2008 di

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat

dan rahmatNya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Efektivitas Pemberian Pupuk N Terhadap Kandungan Protein Biji Kedelai

(glycine max l. Merril)”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada

orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik

penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada

Ir. O. K. Nazaruddin Hisyam, MS. dan Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MP. sekalu

ketua dan anggota komisi pembimbing dan memberikan berbagai masukan

berharga kepada penulis dari mulai penetapan judul hingga ujian akhir.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih pada staf pengajar

dan pegawai departemen Budidaya Pertanian, serta semua rekan mahasiswa dan

Unicore yang turut membantu dan terus memberikan motivasi kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna oleh sebab itu

saran dan kritik penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini

kedepan.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2010

(7)

DAFTAR ISI

Kegunaan Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

Bahan dan Alat ... 11

Metode Penelitian ... 14

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 16

Persiapan Media Tanam ... 16

Penanaman... 16

Pengendalian hama dan Penyakit ... 17

Panen ... 18

Analisis Protein ... 18

Parameter yang Diukur ... 18

Luas Daun (cm2) ... 18

Jumlah Cabang Produktif (cabang) ... 18

(8)

Umur panen(hari) ... 19

Produksi per Tanaman (g) ... 19

Bobot 100 Biji Kering (g)... 19

Bobot kering tajuk (g) ... 20

Jumlah Bintil Akar yang Aktif (bintil) ... 20

Kandungan Protein (%) ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 21

Pembahasan ... 21

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 33

Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Luas daun beberapa varietas kedelai pada dengan perlakuan pemberian pupuk ... 23

2. Jumlah klorofil (unit/6 mm3) bebepara varietas kedelai dengan

perlakuan pemberian pupuk ... 24

3. Bobot basah tajuk (g) bebepara varietas kedelai dengan perlakuan

pemberian pupuk ... 25

4. Bobot kering tajuk (g) bebepara varietas kedelai dengan perlakuan

pemberian pupuk ... 26

5. Jumlah Bintil Akar Aktif (bintil) bebepara varietas kedelai dengan

perlakuan pemberian pupuk. ... 27

6. Umur berbunga (hari) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk. ... 28

7. Rataan umur panen (hari) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk. ... 29

8. Rataan Jumlah cabang produktif (cabang) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk. ... 30

9. Produksi Per Tanaman (g) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk ... 31

10.Bobot 100 Biji (g) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk ... 32

11.Bobot kering tajuk setelah panen (g) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk. ... 34

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Histogram produksi pertanaman (g) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk ... 31

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No.

1. Deskripsi Tanaman Kacang Kedelai Varietas Anjasmoro. ... 40

2. Deskripsi Tanaman Kacang Kedelai Varietas Ratai ... 41

3. Deskripsi Tanaman Kacang Kedelai Varietas Grobogan ... 42

4. Bagan Penelitian... 43

5. Hasil Analisa tanah Topsoil ... 44

6. Jadwal kegiatan penelitian ... 45

7. Data Pengamatan Luas Daun (cm2) ... 46

8. Sidik Ragam Luas Daun ... 46

9. Data Pengamatan Jumlah Klorofil (unit/6 mm3)... 47

10.Sidik Ragam Jumlah Klorofil ... 47

11.Data Pengamatan Bobot Basah Tajuk (g) ... 48

12.Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk ... 48

13.Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk (g) ... 49

14.Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk ... 49

15.Data Pengamatan Jumlah Bintil Akar Aktif (bintil)... 50

16.Sidik Ragam Jumlah Bintil Akar Aktif ... 50

17.Data Pengamatan Umur Berbunga (hari) ... 51

18.Sidik Ragam Umur Berbunga ... 51

19.Data Pengamatan Umur Panen (hari) ... 52

20.Sidik Ragam Umur Panen ... 52

21.Data Pengamatan Jumlah Cabang Produktif (cabang) ... 53

22.Sidik Ragam Jumlah Cabang Produktif ... 53

23.Data Pengamatan Produksi Per Tanaman (g) ... 54

24.Sidik Ragam Produksi Per Tanaman ... 54

25.Data Pengamatan Bobot 100 Biji (biji) ... 55

26.Sidik Ragam Bobot 100 Biji ... 55

(12)

29.Data Pengamatan Kandungan Protein Kedelai (%) ... 57

30.Sidik Ragam Kandungan Protein Kedelai ... 57

31.Rangkuman Hasil Uji Beda Rataan ... 58

32.Fhoto Lahan Penelitian ... 59

(13)

ABSTRAK

MUNAWAR HARDI. Efektivitas Pemberian Pupuk N terhadap Kandungan Protein Biji Kedelai. Dibimbing oleh O. K. NAZARUDDIN dan CHAIRANI HANUM.

Kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati bagi masyarakat. Kandungan protein yang terkandung di dalam setiap varietas kedelai berbeda antara satu sama lain. Ketersediaan hara Nitrogen pada media tanam juga mempengaruhi kandungan protein pada biji kedelai. Penelitian ini menguji efektivitas pemberian pupuk N terhadap kandungan protein beberapa varietas kedelai. Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU, Medan mulai Nopember 2009 hingga Januari 2010. Metode yang digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial dengan 2 faktor. Faktor 1 yakni Varietas Anjasmoro, Ratai dan Grobogan, Faktor 2 yakni Pupuk N dengan dosis 0 g, 0.125 g, 0.25 g, 0.5 g, dan 0.75 g.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor varietas berbeda nyata pada Luas daun, Bobot basah tajuk, Bobot kering tajuk, Umur berbunga, Umur panen, Jumlah cabang produktif, Produksi per tanaman, Bobot 100 biji, Bobot kering setelah panen, dan kandungan protein. Pupuk N berpengaruh nyata pada Jumlah bintil akar aktif, Produksi per tanaman dan Kandungan protein. Interaksi antara varietas dan Pupuk N berpengaruh nyata pada Produksi per tanaman, Bobot 100 biji dan Kandungan protein.

Kata kunci: Kedelai, pupuk nitrogen, kandungan protein

ABSTRACT

MUNAWAR HARDI. Efectivity of Nitrogen Fertilizer to Soybean Protein Content. Supervised by O. K. NAZARUDDIN and CHAIRANI HANUM.

Soybean is one of vegetable protein source for people. Protein content in soybean varieties is different among each other. Nitrogen availability in plant medium also influences the soybean protein content. This research tested efectivity of Nitrogen fertilizer to protein content of soybean varieties. Research was conducted at practice field of Agriculture Faculty USU, Medan from November 2009 until January

2010. The method of this research is randomized block design factorial with 2 factors. Factor 1 i.e Variety Anjasmoro, Ratai and Grobogan, Factor 2 i.e Nitrogen

fertilizer 0 g, 0.125 g, 0.25 g, 0.5 g, and 0.75 g.

Results of the research showed that factor variety significant to leaf area, Wet shoot weight, Dry shoot weight, Flowering age, Harvesting age, Number of productive branch, Yield per plant, 100 seeds weight, Dry weight after harvesting and Protein content. Nitrogen fertilizer is signifigantly affected number of root nodule, Yield per plant and Protein content. Interaction of Nitrogen fertilizer with variety is significantly affected Yield per plant, 100 seeds weight and Protein content.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai adalah salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung.

Kedelai merupakan bahan pangan sumber protein nabati utama bagi masyarakat.

Pada awalnya tanaman kedelai merupakan tanaman sub tropika hari pendek,

namun setelah didomestikasi dapat mengghasilkan banyak kultivar lokal.

Para pemulia tanaman pun telah mengintroduksi kultivar yang dapat beradaptasi

terhadap lintang yang berbeda. Kemampuannya untuk ditanam dimana saja adalah

keunggulan utama tanaman ini (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Tanah berfungsi sebagai sebuah gudang penyimpanan untuk berbagai jenis

nutrisi tanaman dan menyediakan berbagai kebutuhan nutrisi bagi tanaman.

Dalam kondisi tertentu, bagaimanapun pertumbuhan tanaman dapat dipacu

dengan pemberian suplemen atau nutrisi tambahan. Segala sesuatu yang

mengandung satu atau lebih unsur hara esensial yang diberikan ke dalam tanah

atau yang diberikan kepada tanaman disebut dengan pupuk

(Soil Improvement Committe California Fertilizer Association, 1998).

Tanaman menyerap unsur nitrogen (N) terutama dalam bentuk NO3-,

namun bentuk lain yang juga dapat diserap adalah NH4+, dan urea. Dalam keadaan

aerase yang baik senyawa-senyawa N diubah kedalam bentuk NO3-. Nitrogen

yang tersedia bagi tanaman dapat mempengaruhi pembentukan protein, dan

disamping itu unsur ini juga merupakan bagian integral dari klorofil

(15)

Keragaman genetik terjadi sebagai akibat bahwa setiap tanaman

mempunyai karakter genetik yang berbeda. Umumnya dilihat bila pada

varietas-varietas yang bebeda ditanam di lingkungan yang sama. Kergaman genetik

sebagai akibat faktor lingkungan dan keragaman genetik umumnya berinteraksi

satu dengan yang lainnya dalam mempengaruhi fenotipe tanaman. Karakter

tanaman seperti tinggi dan rendah, pewarnaan, umur tanaman, tinggi dan

rendahnya hasil dan sebagainya ditetukan oleh gen-gen tertent pada kromosom,

interaksi gen-gen dengan lingkungan (Makmur, 1992)

Kedelai mengandung protein 35% bahkan pada varitas unggul kadar

proteinnya dapat mencapai 40-43%. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung

singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai

kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim

kering.

Tingginya kandungan protein pada kedelai sangat dipengaruhi oleh

ketersedian unsur hara Nitrogen pada media tanam, oleh kerena itu peneliti

tertarik untuk meneliti Efektivitas Pemberian Pupuk Nitrogen Terhadap Produksi

dan Kandungan Protein Biji Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Merr).

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efektivitas pemberian pupuk N terhadap kandungan

(16)

Hipotesis Penelitian

- Ada pengaruh pemberian Pupuk N terhadap pertumbuhan dan kandungan

protein biji kedelai

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Kedelai merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang

sangat penting karena gizinya, aman dikonsumsi, dan harganya yang relatif murah

dibandingkan dengan sumber protein hewani. Di Indonesia, kedelai umunnya

dikonsumsi dalam bentuk pangan olahan seperti tahu, tempe, susu kedelai dan

berbagai bentuk makanan ringan (Damardjati dkk, 2005)

Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar

tunggang lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada

akar – akar cabang terdapat bintil – bintil akar berisi bakteri Rhizobium jafonicum,

yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara yang

kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto dan Indarto, 2004).

Batang kedelai berasal dari poros janin sedangkan bagian atas poros

berakhir dengan epikotil yang amat pendek dan hypokotil merupakan bagian

batang kecambah. Bagian batang kecambah di bagian atas kotyledon adalah

epicotyl. Titik tumbuh epikotyl akan membentuk daun dan kuncup ketiak. Batang

dapat membentuk 3–6 cabang, berbentuk semak dengan tinggi

30–100 cm. Pertumbuhan batang dibedakan atas tipe diterminate dan

indeterminate (Lamina, 1989).

Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak

(18)

tergantung pada varietas masing – masing. Pada saat tanaman kedelai itu sudah

tua, maka daun – daunnya mulai rontok (AAK, 1989)

Daun sebagai organ fotosintesis sangat berpengaruh pada fotosintat

berupa gula reduksi. Fotosintat berupa gula diproduksi sebagai sumber energi

untuk tanaman (akar, batang, daun) serta diakumulasikan dalam buah, biji atau

organ penimbun lain (sink), hasil fotosintesis yang tertimbun dalam bagian

vegetatif sebagian dimobilisasikan kebagian generatif (polong). Hasil fotosintesis

dibagian vegetatif tersimpan dalam berat kering biji tanaman (Budiastuti, 2000).

Tanaman kedelai memiliki bunga sempurna, yaitu dalam satu bunga

terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik). Bunga

berwarna ungu atau putih. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong.

Di Indonesia tanaman kedelai mulai berbunga pada umur 30–50 hari

(Fachruddin, 2000).

Biji kedelai berbentuk polong, setiap polong berisi 1–4 biji. Biji

umumnya berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran biji

berkisar antara 6 – 30g/100 biji, ukuran biji diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu

biji kecil (6–10 g/100 biji), biji sedang (11–12 g/100 biji) dan biji besar

(13 g atau lebih/100 biji). Warna biji bervariasi antara kuning, hijau, coklat dan

hitam (Fachruddin, 2000).

Biji – biji kedelai berkeping dua terbungkus kulit biji (lesta) dan tidak

mengandung jaringan endosperm. Embrio terbentuk di antara keping biji. Bentuk

biji pada umumnya bulat lonjong, tetapi ada yang bundar dan bulat agak pipih,

(19)

Suatu pigmen merah yang disebut leghemoglobin dijumpai dalam bintil

akar antara bekteroid dan selubung membrane yang mengelilinginya. Jumlah

leghemoglobin dalam bintil akar memiliki hubungan langsung dengan jumlah

nitrogen yang difiksasi. Bintil akar efektif mampu menfiksasi N dari udara dan

mengkonversi N menjadi asam amino untuk disumbangkan kepada tanaman

kedelai (Rao, 1994).

Syarat Tumbuh

Iklim

Kedelai adalah tanaman beriklim tropik. Dia akan tumbuh subur di

daerah yang berhawa panas, apalagi di tempat yang terbuka tidak terlindung oleh

tanaman lain (Sugeng, 1983).

Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 20–25º C. Suhu 12–20º C

adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi

dapat menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah,

serta pembungaan dan pertumbuhan biji. Pada suhu yang lebih tinggi

dari 30º C, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Air merupakan faktor yang penting bagi tanaman, karena berfungisi

sebagai pelarut hara, berperan dalam translokasi hara dan fotosintesis, karena

kekurangan suplai air di daerah perakaran dan atau laju transpirasi melebihi laju

absorbs air oleh tanaman. Cekaman kekeringan yang terjadi pada saat

(20)

menurunkan bobot biji, sebab bobot biji sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang

diberikan pada musim tanam (Agung dan Rahayu, 2004)

Jumlah air yang berlebih tidak menguntungkan bagi tanaman kedelai,

karena mangakibatkan akar membusuk. Banyaknya curah hujan juga sangat

mempengaruhi aktivitas bakteri tanah dalam menyediakan nitrogen.

Hasil observasi ini menunjukkan bahwa pengaruh curah hujan, dan temperatur

terhadap pertumbuhan tanaman kedelai di sepanjang musim adalah

sekitar 60–70% AAK (1989).

Kedelai dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas, di tempat –

tempat yang terbuka dan bercurah hujan 100–400 mm3 per bulan. Oleh karena itu, kedelai kebanyakan ditanam di daerah yang terletak kurang dari 400 m di atas

permukaan laut. Jadi tanaman kedelai akan tumbuh baik, jika ditanam di daerah

beriklim kering (Andrianto dan Indarto, 2004).

Kedelai merupakan tanaman berhari pendek, yakni apabila penyinaran

terlalu lama melebihi 12 jam, tanaman tidak akan berbunga. Hampir semua

varietas tanaman kedelai berbunga dari umur 30–60 hari (Yustika, 1985).

Tanah

Pertumbuhan tanaman kedelai sangat peka terdahap perubahan lingkungan

tumbuh yang disebabkan oleh kondisi iklim. Baik mikro maupun makro. Dari saat

benih mulai tumbuh sampai tanaman mendekati panen banyak hama yang

menyerang tanaman. Walaupun sebagai tanaman palawijayang tidak banyak

memerlukan air, tetapi pada stadia awal tumbuh, berbunga, pembentukan dan

(21)

dilakukan pada saat umur masak optimal (masak fisiologis) agar diperoleh mutu

hasil dan produksi yang tinggi. umur masak optimal sangat beragam sesuai

dengan varietasnya. Pada umumnya varietas unggul dikembangkan saat umur

masak optimal 80-90 hari. Masa panen selain atas dasar umur optimal juga dapat

melalui tanda-tanda visual polong dan tanaman. Panen dilakukan bila tanaman

sudah matang dimana 95% polong telah matang, berwarna kecoklatan, daun telah

rontok

Toleransi pH yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu antara 5,8–7, namun

pada tanah dengan pH 4,5 pun kedelai masih dapat tumbuh baik. Tanah – tanah

yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah –

tanah podzolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa,

pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik

atau kompos dalam jumlah yang cukup (Andrianto dan Indarto, 2004).

Pupuk N

Tanaman menyerap atau mengabsorbsi anion seperti nitrat NO3- dan NH4+

yang dapat memberikan efek fungsi metabolisme dalam respirasi dan fotosintesis.

Konsentrasi Nitrat-nitrogen dengan sel akar tanaman adalah ukurannya normal

dari pada dalam tanah. Nitrogen ini memicu pertumbuhan daun energi hasil

produksi dari hasil fotosintesis akan mengahasilkan gula melalui proses respirasi

di sel. Teori absorbsi anion, tetapi mekanisme karier telah mentranport ion dari

membran sel. ketika ion nitrat banyak pada akar tanamn mereka akan

ditransportasi ke bagian lain. Metabolisme nitrat dimulai dari reduksi nitrat oleh

(22)

melalui ion nitrogen dari atmosfer dan hidrogen dari fosil dan air

(Follet dan Muphy, dkk, 1989).

Penambatan nitrogen secara simbiosis. Bakteri yang terpenting, dari sudut

pandang pertanian yang mampu menggunakan nitrogen bebas dari udara adalah

bakteri-bakteri yang menyebabkan terbentuknya bintil-bintil akar pada tanaman

kacang-kacangan. Organisma ini bila ditumbuhkan didalam bintil akar tanaman

kacang-kacangan memperoleh makanan dan mineralnya dari tanaman

kacang-kacangan itu dan sebagai gantinya organisma ini menyediakan sebagaian

dari nitrogen bagi tanaman kacang-kacangan tersebut. Pertumbuhan bersama yang

saling menguntungkan ini disebut simbiosis, dan oleh kerana itu organisme

tersebut dinamai bakteri penambat nitrogen secara simbiosis. Diperkirakan hampir

2 juta ton nitrogen ditambat setiap tahun oleh bakteri kacang-kacangan di

Amerika Serikat (Foth, 1994)

Sumber unsur hara nitrogen sebenarnya cukup banyak terdapat diatmosfer,

yaitu lebih kurang 79,2 % dalam bentuk N2 bebas, namun demikian unsur N ini

baru dapat digunakan oleh tanaman setelah mengalami perubahan ke bentuk yang

terikat yang kemudian dalam bentuk pupuk. Sumber utama dari nitrogen berasal

dari N2 atmosfer yang terikat. Untul pembuatan pupuk adalah nitrogen dalam

bentuk amoniak (Hasibuan 2008).

Penyerapan NO3- dan NH4+ oleh tumbuhan memungkinkan tumbuhan

untuk membentuk berbagai senyawa nitrogen, terutama protein. Pupuk dan

tumbuhan yang mati, mikroorganisme, serta hewan, merupakan sumber penting

nitrogen yang dikembalikan ketanah, tapi sebagian besar nitrogen tersebut tidak

(23)

sedikit asam amino, yang dihasilkan terutam dari perombakan bahan organik oleh

mikroba, tapi juga dari pengeluaran dari akar (Salisbury dan Ross, 1995).

Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH2)2,

pupuk padat berbentuk butiran bulat kecil (Diameter lebih kurang 1 mm) pupuk

ini mempunyai kadar N 45%-46%. Urea larut sempurna dalam air, dan tidak

mengasamkan tanah (EA : 71) (Hasibuan 2008).

Pengaruh N dalam tanaman terhadap protein dalam tanaman, terutama,

pada biji-bijian serealia merupakan hal yang sangat penting dalam masalah

pangan. Pengaruh ini paling baik didasarkan pada lintasan-lintasan biokimia yang

terlibat dalam pergerakan N dari tanah ke tanaman. Nitrogrn masuk kedalam

tanaman dari tanah atau dari bintil – bintil pada akar legume sebagai nitrat (NO3-)

atau ammonium (NH4+). Di dalam tanaman NO3- direduksi ke NH4+ dan

kemudian digabungkan dengan kerangka C untuk membentuk 100 asam-asam

amino yang berbeda. Asam-asam amino ini mengandung N dalam bentuk –NH2

dengan pengikat N pada C alfa dari suatu asam organik. Sekitar 20 dari asam –

asam amini yang berbeda tersebut kemudian digabungkan kedalam rantai panjang

yang disebut rantai polipeptida. Rantai ini dapat mengandung beberapa ratus

rangkaian asam amino. Urutan keterdapatan asam – asam amino yang berbeda

tersebut disepanjang rantai polipeptida, dan oleh karena itu rasio dari asam – asam

amino yang berbeda dalam rantai tersebut, diatur oleh informasi genetik yang

terkandung dalam asam – asam nukleat dalam tanaman. Rantai polipeptida

kemudian terlipat, tergulung, terangkai-silang dan temodifikasi dengan cara – cara

yang lain untuk membentuk protein. Sebagian dari protein – protein ini dapat

(24)

nutrisi dari setiap unit protein dikendalikan oleh genetik tanaman

(Engelstad, 1985).

Urea terhidrolisis dengan cepat dalam kondisi panas, tanah yang lembab

untuk membentuk amonium karbonat. Amonium mungkin digunakan secara

langsung oleh tanaman atau mungkin diubah menjadi nitrat dan kemudian

digunkan sebagai nitrat. Ureaformaldehida adalah salah satu pupuk nitrogen yang

dikembangkan baru-baru ini dan bersifat tidak lrut dalam air. Nitrogen dalam

ureaformaldehida dilepaskan dengan lambat dalam bentuk yang dapat dipakai

untuk mengadakan persediaan nitrogen terus menerus selama musim tanam

(Foth, 1994).

Di Jepang dalam percobaan memekai pupuk dengan memakai pupuk urea

dengan kedalaman pemupukan 5–15 cm, ternyata mempunyai pengaruh baik

terhadap produksi. Hal ini diduga bahwa pada kedalaman tersebut penguapan

unsure-unsur Nitrogen dapat dikurangi (Hasibuan, 2008).

Pupuk P

Fosfor memainkan peran yang tidak dapat dikesampingkan sebagai bahan

bakar universal untuk kegiatan biokimia dalam sel hidup. Ikatan adenosin trifosfat

(ATP) yang berenergi tinggi melepaskan energi untuk kegiatan bila diubah

menjadi adenosin trifospat (ADP). Fosfor juga merupakan unsur yang penting

untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Hubungan fosfor yang terdapat didalam tanah

dan tanaman dengan kesehatan hewan dan terdapatnya definisi fosfor secara luas

pada hewan – hewan pemakan rumput telah diketahui dengan baik (Foth, 1994).

Bila fosfat yang laruta dalam air ditambahkan kedalam tanah, maka terjadi

(25)

akan menyerap air dari tanah disekitarnya dan memasuki bagian dalam butir –

butir pupuk dan melarutkan fosfat yang akhirnya menghasilkan larutan jenuh atau

mendekati jenuh dan fosfat yang terlarut ini selanjutnya berdifusi keluar dari

butir – butir pupuk larutan tanah (Hasibuan, 2008).

karbohidrat terutama gula membantu pembentukan klorofil daun-daun

yang tumbuh ditempat gelap. Tanpa pemberian gula, daun-daun tersebut tidak

mampu menghasilkan klorofil meskipun faktor-faktor lain mendukung

(Dwidjoseputro, 1985)

Unsur P diperlukan untuk pembentukan dan aktivitas bintil akar yang

maksimal. Unsur P ternyata diperlukan lebih banyak bagi pertumbuhan bintil akar

dibandingkan untuk pertumbuhan tanaman leguminosae. Oleh karena itu, untuk

mendapatkan hasil uji tanaman leguminosae yang maksimal diperlukan

penambahan unsur P dalam bentuk pupuk yang cukup. (Islami dan Hadi 1995)

Pupuk K

KCL (Kalium Khlorida) mengandung 45% K2O dan khlor, bereaksi agak

asam, dan besifat higroskopis, khlor berpengaruh negatif pada tanaman yang tidak

membutuhkannya, misalnya kentang, wortel, dan tembakau (Novizan, 2002).

Unsur hara kalium berfungsi pada Pembentukan protein dan karbohidrat.

Membantu membuka dan menutup stomata. Meningkatkan daya tahan terhadap

penyakit tanaman dan serangan hama memperluas pertumbuhan akar tanaman.

Efisiensi penggunaan air (ketahanan pada masa kekeringan). Memperbaiki ukuran

dan kwalitas buah pada masa generatif danmenambah rasa manis/enak pada buah.

(26)

Salah satu jenis pupuk kalium yang dikenal adalah KCl. Pupuk KCl yang

dikenal selama ini sebagian besar merupakan hasil tambang. Endapan tambang

kalium yang sangat terkenal ada di Prancis dan Jerman. Kandungan utama dari

endapan tersebut adalah KCl dan sedikit K2SO4. Karena umumnya tercampur

dengan bahan lain, seperti kotoran. Pupuk, ini harus dimurnikan terlebih dahulu.

Hasil pemurniannya mengandung K2O sampai 60% (Musa dan Mukhlis,2006).

Kalium mempunyai pengaruh positif terhadap hasil dan kualitas tanaman.

Sifat-sifat positif kalium antara lain sebagai berikut : mendorong produksi hidrat

arang, mempunyai peran penting dalam menyangkut hidrat arang di dalam

tanaman, mengurangi kepekaan tanaman terhadap kekeringan, mengurangi

kepekaan tanaman terhadap hawa dingin dan hawa dingin malam, sedikit banyak

mengurangi kerusakan yang diakibatkan oleh beberapa penyakit, membantu

menguatkan rumpun pada tanaman gandum, sehingga tanaman ini tidak terlalu

mudah rebah (Rinsema, 1993).

Protein

Protein berasal dari kata protos dari bahasa yunani yang berarti “yang

paling utama” adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang

merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu

sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hydrogen,

oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fospor. Protein berperan penting

dalam struktur dan fungsi semua sel mahluk hidup dan virus. Kebanyakan protein

merupakan enzim atau subnit enzim. Protein terlibat dalam sistem kekebalan

sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen

(27)

sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino tersebut (heterotrof)

Sebagian besar protein dalam menu makanan manusia berasal dari protein

biji, khususnya bagi tanaman serealia seperti padi, gandum, dan jagung. Sekitar

dua pertiga penduduk dunia bergantung pada gandum atau padi sebagai sumber

utama kalori dan protein. Jagung penting untuk daerah tropis dan subtropis.

Sumbangan yang kecil tetapi penting juga diberikan oleh biji kacang-kacangan

seperti buncis, kapri, dan kedelai. Kedelai mengandung 40% dari bobot keringnya

adalah protein dibandingkan dengan 12 % pada sebagian besar bulir serealia.

(Salisbury dan Ross, 1995).

Dilihat dari kandungan gizinya, kedelai merupakan sumber protein, lemak,

vitamin, mineral dan serat yang paling baik. Susunan asam amino pada kedelai

lebih lengkap dan seimbang. Kedelai sangat berkhasiat bagi pertumbuhan dan

menjaga kondisi sel tubuh. Kedelai mengandung protein tinggi dan mengandung

sedikit lemak. Protein kedelai juga dibuktikan paling baik dibandingkan jenis

kacang-kacangan lainnya. Kandungan proteinnya setara dengan protein hewani

(28)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 25 mdpl. Penelitian ini

akan dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai Januari 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas

Anjasmoro, topsoil, kompos, pupuk Urea, pupuk SP 36, pupuk KCL, polybeg

40 x 50 cm. Pacak sampel, pacak plot, insektisida dan fungisida.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor,

meteran, handsprayer, kain kasa, klorofil meter, alat-alat tulis, blender biji untuk

menghaluskan biji kedelai, labu kjedhal sebagai tempat untuk meletakkan

bahan-bahan yang akan dianalisis, labu suling sebagai tempat meletakkan larutan

protein, Erlenmeyer sebagai tempat untuk menampung destilat, timbangan

analitik untuk menimbang berat contoh, biureat untuk mentitrasi larutan, alat

destilasi untuk membuat destilat, pemanas untuk memanaskan larutan dan

(29)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan

2 faktor perlakuan sebagai berikut :

Faktor I : Varietas (V) yang terdiri atas 3 taraf, yaitu :

V1 = Varietas Anjasmoro

V2 = Varietas Ratai

V3 = Kedelai Grobogan

Faktor II : Pupuk Nitrogen (P) yang terdiri atas 5 taraf, yaitu :

P0 = 0 g Urea: 0,5 g SP36: 0,25 g KCL / Tanaman

P1 = 0,125 g Urea : 0,5 g SP36: 0,25 g KCL / Tanaman

P2 = 0,25 g Urea: 0,5 g SP36 : 0,25 g KCL / Tanaman

P3 = 0,5 g Urea : 0,5 g SP36: 0,25 g KCL / Tanaman

P4 = 0,75 g Urea : 0,5 g SP36: 0,25 g KCL / Tanaman

Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 15 kombinasi, yaitu :

V1P0 V2P0 V3P0

V1P1 V2P1 V3P1

V1P2 V2P2 V3P2

V1P3 V2P3 V3P3

V1P4 V2P4 V3P4

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot : 45 plot

Ukuran plot : 1 m x 1 m

Jarak antar plot : 30 cm

(30)

Jumlah tanaman per plot : 4 tanaman

Jumlah tanaman per polybeg : 1 tanaman

Jumlah tanaman sampel : 90 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 180 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan model linear aditif

sebagai berikut:

Yijk = µ + αi + βj + (αβ) + εijk

i = 1,2,3,4,5,6 j = 1,2,3,4,5 k = 1,2,3

Dimana:

Yij : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan Unsur hara pada taraf

ke-j

µ : Nilai tengah

αi : Efek dari blok ke-i

βj : Efek perlakuan pupuk ke-j.

εij : Galat pada blok ke-i, pupuk ke-j.

Data hasil penelitian yang berpengruh nyata, dilanjutkan dengan uji jarak

(31)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan lahan

Areal penelitian untuk tempat berdirinya polibag dibersihkan dari gulma,

sisa-sisa akar tanaman dan batu-batuan dengan menggunakan cangkul kemudian

diratakan. dibentuk blok-blok sebanyak 3 blok dengan jarak antar blok 50 cm.

setiap blok dibagi menjadi 15 plot dengan jarak antar plot 30 cm. Ukuran

plot 1 m x 1 m.

Persiapan Media Tanam

Polybag diisi top soil sebanyak ¾ bagian lalu polibag tersebut disusun

dilahan penelitian.

Penanaman

Benih kedelai direndam air selama 5 menit, kemudian benih tersebut

ditanam pada polibag yang telah disediakan dengan lubang tanam sedalam 2 cm

sebanyak 2 benih/lubang tanam

Aplikasi Pupuk N

Pupuk N, (berupa Pupuk Urea) diaplikasikan dengan cara ditabur diatas

tanah pada masing-masing polybag kemudian ditutup kembali dengan tanah agar

tidak cepat menguap dilakukan sebanyak 1 kali. Pengaplikasian unsur hara

dilakukan pada saat tanaman berumur 3 MST. Sedangkan pupuk P dan K

(32)

Penyiraman

Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan dengan menggantikan tanaman yang mati dengan

tanaman cadangan.

Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma

dengan tangan, kegiatan ini dilakukan untuk menghindari terjadinya persaingan

unsur hara dari dalam tanah. Penyiangan disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Panen

Panen dilakukan dengan ciri-ciri sebagai berikut bila sebagian besar daun

sudah menguning tetapi bukan karena seranagan hama penyakit, lalu gugur, buah

berubah warna hijau sampai kuning kecoklatan, batang berwarna kuning agak

kecoklatan. Panen dilakukan dengan cara mencabut seluruh batang dari polybeg,

kemudian polong dipisahkan dari batang lalu dijemur dibawah sinar ,matahari dan

biji diambil dari polongnya.

Analisi Protein

Analisis protein dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan

Ternak Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan metode kejhdal.

Parameter yang Diukur

(33)

Total luas daun dihitung pada saat tanaman sudah berbunga. Daun yang

dihitung luasnya merupakan daun yang duduknya kira – kira di tengah

percabangan. Perhitungan luas daun dengan menggunakan rumus :

P x L x K

Dimana :

P = Panjang daun

L = Lebar daun

K = Konstanta daun

K daun ditengah 0,653 dan dikiri atau kanan 0,768

Jumlah kloropil

Jumlah klorofil daun kedelai dihitung dengan menggunakan alat

chlorophyll meter. Penghitungan jumlah klorifil dilakukan pada daun tengah yaitu

pada cabang primer ke 3 atau 4 dari pangkal batang, tengah, dan ujung daun lalu

dihitung rataanya. Pengukura dilaksanakan pada akhir pertumbuhan vegetative.

Jumlah Cabang produktif

Pengamatan jumlah cabang produktif dilakukan pada saat panen, dengan

menghitung jumlah cabang yang mengeluarkan polong.

Umur Berbunga (hari)

Umur berbunga dihitung pada saat tanaman pertama sekali mengeluarkan

bunga lalu hasilnya dirata-ratakan. Dihitung mulai dari penanaman benih

(34)

Umur panen dihitung setelah tanaman kelihatan 95% dari polong telah

mencapai warna polong matang.

Produksi per Tanaman (g)

Poduksi per tanaman dihitung dengan menimbang seluruh biji pada setiap

tanaman sampel.

Bobot 100 biji Kering (g)

Penimbangan dilakukan pada saat kadar air biji ± 14%. Pengukuran

dilakukan dengan memasukkan biji ke oven pada suhu 600 C selama 1 jam kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan pada seluruh tanaman sampel.

Bobot Basah Tajuk (g)

Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari tajuk tanaman dengan cara

memotong bagian leher akar kemudian ditimbang, pengamatan ini dilakukan pada

akhir vegetatif.

Bobot Kering Tajuk (g)

Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar dengan cara memotong pada

bagian pangkal batang lalu tajuk tersebut dibersihkan dari kotoran yang ada.

Kemudian diovenkan dengan suhu 70 -80º C selama 24 jam lalu ditimbang.

Pengamatan ini dilakukan pada akhir vegetativ yaitu 8 MST.

Jumlah Bintil Akar yang Aktif (bintil)

Pengamatan jumlah bintil akar diamati pada bagian akar tanaman. Akar

tanaman diteliti untuk mengetahui berapa banyak jumlah bintil akar yang aktif

(35)

terdapat pada akar, apabila bintil akar berwarna merah jambu maka bintil akar

tersebut aktif. Pengamatan ini dilakukan pada akhir vegetatif.

Bobot Kering Setelah Panen (g)

Tajuk tanaman yang telah dipanen dipisahkan dari akar dan polongnya

lalu dijemur selama 1 hari, dan timbang. Pengmatan ini dilakukan setelah penen.

Kandungan Protein (%)

Tanaman yang dianalisis kandungan proteinnya yaitu pada semua sampel.

Kandungan protein dianalisis dengan menggunakan metode semi-mikro Kjedahl

dimodifikasi (Purba dan Rusmarilin, 2006), dengan rumus :

Kadar protein =

dinama :

a = Berat contoh (g)

b = Titrasi blanko (ml)

c = Titrasi contoh (ml)

N = Normalitas NaOH yang digunakan

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Luas daun (cm2)

Dari data pengamatan dan sidik ragam dari luas daun dapat dilihat pada

lampiran 7 dan 8 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap luas

daun sedangkan perlakuan pupuk dan interaksi pupuk dengan varietas tidak

berpengaruh nyata terhadap luas daun. Hasil uji beda rataan luas daun dapat

dilihat pada Tebel 1.

Tabel 1. Luas daun beberapa varietas kedelai pada dengan perlakuan pemberian pupuk

VARIETAS LUAS DAUN RATAAN

---cm2---

Anjasmoro 68.34 83.67 80.9 83.76 98.07 82.95 ab Ratai 84.84 120.58 84.69 104.08 92.22 97.28 a Grobogan 72.07 66.01 66.87 60.29 62.93 65.63 b Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda

nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Perbedaan luas daun disebabkan adanya perbedaan fisiologi

masing-masing varietas sehingga pemberian pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap luas

daun. Dan waktu pengaplikasian pupuk yang kurang sesuai dengan keadaan

morfologi masing-masing tanaman. Data hasil uji statistik memperlihatkan pada

Tabel 1 Rataan Luas Daun tertinggi terdapat pada varietas Ratai (97,28),

menyusul Anjasmoro (82,95) dan Grobogan (65,63). Hal ini sesuai dengan

pernyataan Salisbury dan Ross (1995) yang menyatakan bahwa pada daun

tumbuhan dikotil, sebahagian besar pembelahan sel sudah lama berhenti sebelum

daun berkembang penuh, sering kali ketika daun mencapai kurang dari separuh

(37)

daun mencapai kurang dari seperlima daunnya semata-mata disebabkan oleh

pertumbuhan sel yang terbentuk sebelumnya.

Jumlah klorofil (unit/6 mm3)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah klorofil (unit/6 mm3) dapat dilihat pada lampiran 9 dan 10. Hasil analisis statistik memperlihatkan

bahwa perlakuan pupuk, varietas, dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh

tidak nyata. Data hasil uji beda rataan jumlah klorofil dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah klorofil (unit/6 mm3) bebepara varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk

VARIETAS JUMLAH KLOROFIL RATAAN

---unit/6 mm3--- Anjasmoro 40.40 42.37 43.55 39.72 41.73 41.55

Ratai 39.62 42.65 42.42 41.60 39.20 41.10

Grobogan 41.48 40.42 44.07 40.65 41.50 41.62

Jumlah klorofil tertinggi pada ketiga varietas terdapat pada varietas

grobogan(41,62), nilai tertinggi kedua terdapat pada varietas Anjasmoro(41,55)

dan Ratai(41,10). Ada beberapa hal yang mempengaruhi jumlah klorofil yaitu pH

tanah yang terlalu rendah, proses biokimia tanaman tersebut, dimana nitrogen

pada daun terbanyak terdapat pada kloroplas dalam bentuk protein, sehingga pada

waktu hidrolisis protein dan pengankutan nitrogen ke biji akan mengakibatkan

berkurangnya jumlah klorifil pada daun.Hal ini sesuai dengan Salisbury dan Ross.

(1995) menyatakan bahwa, hidrolisis protein dan pengangkutan nitrogen ke biji

sangat penting bagi produksi biji. Sehingga molekul klorofil berkurang dari daun

saat protein di rombak. Dan nitrogen didalam molekul tersebut nampaknya

diangkut ke organ reproduktif. Dwidjoseputro (1985) juga menyatakan bahwa

(38)

tumbuh ditempat gelap. Tanpa pemberian gula, daun-daun tersebut tidak mampu

menghasilkan klorofil meskipun faktor-faktor lain mendukung.

Bobot basah tajuk (g)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot basah tajuk (g) dapat dilihat

pada lampiran 11 dan 12. dari data tersebut dapat dilihat varietas berpengaruh

nyata terhadap bobot basah tajuk (g). Sedangkan faktor perlakuan pupuk dan

interaksi tidak berpengaruh nyata. Data hasil uji beda rataan dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Bobot basah tajuk (g) bebepara varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk.

VARIETAS BOBOT BASAH TAJUK RATAAN

---g---

Anjasmoro 0.95 3.90 3.27 5.56 3.17 3.37 b

Ratai 4.62 5.70 5.41 5.00 4.40 5.03 a

Grobogan 4.71 5.90 7.90 5.09 5.98 5.92 a

Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Tabel 3 memperlihatkan bahwa rataan bobot basah tajuk paling berat pada

varietas grobogan (5,92), menyusul varietas Ratai (5,03) dan varietas Anjasmoro

(3,37). Pertumbuhan kedelai membutuhkan kandungan air tanah yang cukup

untuk dipergunakan dalam proses fotosintesa. Hal ini sesuai dengan pernyataan

dari Andrianto dan Indarto (2004), bahwa pemilihan waktu tanam kedelai amat

penting, karena hal ini berhubungan erat dengan kandungan air di dalam tanah

(39)

Bobot kering tajuk (g)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering tajuk (g) dapat dilihat

pada lampiran 13 dan 14 varietas berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk

(g). Sedangkan faktor perlakuan pupuk dan interaksi tidak berpengaruh nyata pada

bobot kering tajuk. Hasil uji beda rataan bobot kering tajuk dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4. Bobot kering tajuk (g) bebepara varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk .

VARIETAS BOBOT KERING TAJUK RATAAN

---g---

Anjasmoro 0.63 2.13 1.90 3.10 1.67 1.89 b

Ratai 2.47 3.10 3.13 2.50 2.43 2.73 a

Grobogan 2.50 4.23 4.03 2.57 3.00 3.27 a

Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat rataan bobot kering tajuk paling berat

pada varietas grobogan (3,27), sementara Ratai (2,73) dan dan bobot kering tajuk

paling rendah pada varietas Anjasmoro (1,89). Bobot kering tajuk berkaitan

dengan bobot basah tajuk, yaitu bobot kering tajuk diperoleh setelah kandungan

air yang terdapat pada bobot basah tajuk dikeringkan. Kandungan air yang

terdapat pada tanaman kedelai sangat berpengaruh terhadap pertumbuhannya,

terutama pertumbuhan vegetatif. Serta berkaitan dengan suhu, jika suhu tinggi

maka transpirasi akan tinggi dan air pada tanaman semakin berkurang. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Rubatzky dan Yamaguchi (1998) yang menyatakan

pada suhu yang tinggi fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis.

(40)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah bintil akar efektif

(bintil) dapat dilihat pada lampiran 15 dan 16. faktor perlakuan pupuk

berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar aktif sedangkan varietas dan

interaksi pupuk dengan varietas tidak berpengaruh nyata pada pengamatan jumlah

bintil akar aktif.

Data hasil uji beda rataan jumlah bintil akar aktif dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Bintil Akar Aktif (bintil) bebepara varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk.

PERLAKUAN JUMLAH BINTIL AKAR AKTIF RATAAN

---bintil---

Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Hasil analisis statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa perlakuan

pupuk berpengaruh nyata pada jumlah bintil akar aktif, jumlah bintil akar aktif

tertinggi pada perlakuan P0 (3,11) dan yang terendah yaitu P2 (0,56), yang dapat

dilihat pada Tabel 5. Pemberian pupuk N pada tanaman kurang bermanfaat karena

dari hasil pengamatan menunjukkan jumlah bintil akar yang aktif terdapat pada

perlakuan kontrol (tanpa penambahan pupuk N) hal ini disebabkan adanya

kemampuan akar tanaman untuk memfiksasi N dari udara. Selain itu jumlah

pupuk yag berlebih di dalam tanah dapat menghambat pembentukan bintil akar,

pH tanah yang kurang baik akan menghambat pertumbuhan bintil akar dan proses

nitrifikasi juga akan kurang baik. Karena tanah tersebut keracunan aluminium.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Rao (1994) yang menyatakan bahwa bintil akar

(41)

memiliki hubungan langsung dengan jumlah nitrogen yang difiksasi. Hai tersebut

didukung oelh pernyataan Surapto (1992) yang menyatakan pada pH kurang dari

5,5 pertumbuhannya sangat terhambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan

bakteri bintil akar dan prosesnnitrifikasi akan berjalan kurang baik.

Umur berbunga (hari)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam Umur Berbunga (hari) dapat

dilihat pada lampiran 17 dan 18 varietas berpengaruh nyata terhadap Umur

Berbunga (hari) Sedangkan faktor perlakuan pupuk dan interaksi tidak

berpengaruh nyata pada umur berbunga (hari). Data hasil uji beda rataan Umur

Berbunga (hari) dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Umur berbunga (hari) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk.

VARIETAS UMUR BERBUNGA RATAAN

---hari---

Anjasmoro 33.33 34.67 33.67 35.00 33.67 34.07 a

Ratai 35.33 34.33 34.67 35.33 34.67 34.87 a

Grobogan 29.67 28.33 28.67 28.67 29.00 28.87 b Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda

nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Hasil Analisis pada Tabel 6 memperlihatkan bahwa umur berbunga paling

cepat yaitu pada varietas grobogan (28.87) dan paling lama pada Anjasmoro

(34.07) dan Ratai (34.87) tanaman kedelai merupakan tanaman berhari pendek

sehingga mampu tumbuh di daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Karena

kedelai tidak akan berbunga jika penyinaran terlalu lama. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Andrianto dan Indarto (2004) yang menyatakan bahwa kedelai dapat

tumbuh baik ditempat pada daerah berhawa panas, di tempat-tempat dan bercurah

(42)

Umur panen (hari)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam Umur Panen (hari) dapat dilihat

pada lampiran 19 dan 20 Varietas berpengaruh nyata terhadap Umur Panen (hari)

Sedangkan faktor perlakuan pupuk dan interaksi tidak berpengaruh nyata pada

umur panen (hari). Data hasil uji beda rataan umur panen (hari) dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7. Rataan umur panen (hari) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk.

VARIETAS UMUR PANEN RATAAN

---hari---

Anjasmoro 86.33 87.67 86.67 88.33 86.67 87.13 a

Ratai 88.33 87.33 87.00 88.00 87.67 87.67 a

Grobogan 75.67 74.33 74.67 74.67 75.00 74.87 b Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda

nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Pada Tebel 7 hasil uji statistik dapat dilihat bahwa umur panen tercepat

yaitu pada varietas grobogan (74,87) menyusul varietas Anjasmoro (87,13) dan

varietas Ratai (87,67). Ketidak seragaman ini diduga kerena karakter tersebut

dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan, dan saat panen sangat ditentukan

oleh umur sesuai dengan deskripsi varietas yang di tanam. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Makmur (1992) yang menyatakan bahwa setiap tanaman mempunyai

karakter genetik yang berbeda. Umumnya dilihat bila pada varietas-varietas yang

bebeda ditanam di lingkungan yang sama. Kergaman genetik sebagai akibat faktor

lingkungan dan keragaman genetik umumnya berinteraksi satu dengan yang

lainnya dalam mempengaruhi fenotipe tanaman. Karakter tanaman seperti tinggi

dan rendah, pewarnaan, umur tanaman, tinggi dan rendahnya hasil dan sebagainya

ditetukan oleh gen-gen tertent pada kromosom, interaksi gen-gen dengan

(43)

menyatakan bahwa umur masak optimal sangat beragam sesuai dengan

varietasnya.

Jumlah cabang produktif (cabang)

Data hasil pengatamatan dan sidik ragam jumlah cabang produktif

(cabang) dapat dilihat pada lampiran 21 dan 22 Varietas berpengaruh nyata

terhadap Jumlah cabang produktif (cabang). Sedangkan faktor perlakuan pupuk

dan interaksi tidak berpengaruh nyata pada Jumlah cabang produktif (cabang).

Data hasil uji beda rataan Jumlah cabang produktif (cabang) dapat dilihat pada

Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Jumlah cabang produktif (cabang) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk.

VARIETAS JUMLAH CABANG PRODUKTIF RATAAN

---cabang---

Anjasmoro 5.50 6.50 7.67 5.83 7.17 6.53 b

Ratai 10.83 9.67 8.00 6.50 8.33 8.67 a

Grobogan 5.17 3.67 4.33 5.00 7.17 5.07 b

Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah cabang produktif tertinggi yaitu

varietas ratai (8,67) varietas yang lain anjasmoro(6,53) dan grobogan(5,07). Curah

hujan dan temperatur dapat mempengaruhi kualitas pertumbuhan vegetativ

tanaman kedelai. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari AAK (1989), yang

menyatakan bahwa pengaruh curah hujan, dan temperatur terhadap pertumbuhan

tanaman kedelai di sepanjang musim adalah sekitar 60–70 %

Produksi Per Tanaman (g)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam produksi per tanaman (g) dapat

(44)

tanaman (g), pada faktor perlakuan pupuk berpengaruh nyata pada produksi

pertanaman (g) sedangkan interaksi pupuk dengan varietas berpengaruh nyata

pada produksi per tenaman (g). Data hasil uji beda rataan Produksi

Per Tamanan (g) dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Produksi Per Tanaman (g) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk

VARIETAS PRODUKSI PERTANAMAN RATAAN

P0 P1 P2 P3 P4

Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Histogram Produksi Pertanaman (g) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk.dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Histogram produksi pertanaman pada perlakuan pupuk berbagai varietas.

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk meningkatkan produksi

pertanaman (g). pemberian pupuk yang optimal akan memberikan pengaruh yang

besar pada tanaman kedelai khususnya varietas Anjasmoro, dari tebel dapat dilihat

(45)

produksi pertanaman tertinggi pada varietas anjasmoro pada perlakuan P2=0.25g

(117.44), sedangkan pada varietas Ratai produksi pertanaman tertinggi pada

perlakuan P2=0.25g (101.00), pada varietas grobogan produksi pertanaman

tertinggi pada perlakuan P2=0.25g (56,62). Hal ini sesuai dengan pernyataan

Follet dan Muphy, dkk (1989). Nitrogen ini memicu pertumbuhan daun, energi

hasil produksi dari hasil fotosintesis akan mengahasilkan gula melalui proses

respirasi di sel. Hasibuan (2008) juga menyatakan percobaan dengan memakai

pupu urea kedalam pemupukan ternyata mempunyai penagaruh baik terhadap

produksi.

Bobot 100 biji (g)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot 100 biji dapat dilihat pada

lampiran 25 dan 26 varietas berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji. Faktor

perlakuan pupuk berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji. Dan interaksi

pupuk dengan varietas berpengaruh nyata. Data hasil uji beda rataan bobot 100

biji dapat di lihat pada Tebel 10.

Tabel10. Bobot 100 Biji (g) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk.

VARIETAS BOBOT 100 BIJI RATAAN

---g---

Anjasmoro 17.44 a 9.81 bc 11.02 b 14.32 a 13.69 ab 13.26 Ratai 8.26 c 7.53 c 9.96 b 7.01 c 8.37 c 8.23 Grobogan 15.76 a 16.72 a 15.73 a 15.38 a 10.56 b 14.83

Rataan 13.82 11.35 12.24 12.24 10.87

(46)

Gambar 2. Histogram bobot 100 biji beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk.

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa rataan tertinggi terdapat pada varietas

Grobogan (14,83) kemudian Anjasmoro(13,26) dan Ratai (8,23). Besarnya

intensitas matahari dan curah hujan yang diterima akan memberikan pengaruh

terhadap fotosintesis. Fotosintat yang dihasilkan dari asimilasi akan

ditranslokasikan kebagian polong tanaman. Budiastuti (2000) menyatakan hasil

fotosintesis yang tertimbun dalam bagian vegetatif sebagian dimobilisasikan

kebagian generatif (polong). Fotosintat dibagian vegetatif tersimpan dalam berat

kering biji tanaman. Sedangkan Agung dan Rahayu (2004) menyatakan bahwa

cekaman kekeringan yang terjadi pada saat pertumbuhan generative, akan

menurunkan produksi. Kekeringan juga menurunkan bobot biji, sebab bobot biji

sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang diberikan pada musim tanam.

Bobot kering tajuk setelah penen (g)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering tajuk setelah penen

(g) dapat dilihat pada lampiran 27 dan 28 varietas berpengaruh nyata terhadap

(47)

bobot kering tajuk setelah panen (g) sedangkan pupuk dan interaksi tidak

berpengaruh nyata pada bobot kering tajuk setelah penen (g). Data hasil uji beda

rataan bobot kering tajuk setelah panen (g) dapat dilihat pada Tebel 11.

Tabel 11. Bobot kering tajuk setelah panen (g) beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk.

VARIETAS BOBOT TAJUK SETELAH PANEN RATAAN

---g---

Anjasmoro 1.82 4.65 3.63 4.68 3.62 3.68 b

Ratai 7.10 5.13 4.67 8.30 8.68 6.78 a

Grobogan 4.47 2.00 2.33 2.32 3.83 2.99 b

Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Hasil analisis statistik pada tabel diatas menunjukkan bahwa bobot kering

setelah panen tertinggi pada varietar Ratai (6.78) dan terendah pada Grobogan

(2,99). Kandungan air yang terdapat pada tanaman kedelai sangat berpengaruh

terhadap pertumbuhannya, terutama pertumbuhan vegetatif. Pada tanaman kedelai

pertumbuhan vegetatif akan terhenti saat tanaman tersebut menuju fase generatif

karena hasil fotosintat dipergunakan untuk pembentukan bunga dan biji, Serta

berkaitan dengan suhu, jika suhu tinggi maka transfirasi akan tinggi dan air pada

tanaman semakin berkurang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rubatzky dan

Yamaguchi (1998) yang menyatakan pada suhu yang tinggi fotorespirasi

cenderung mengurangi hasil fotosintesis.

Kandungan Protein (%)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam kandungan protein (%) dapat

dilihat pada lampiran 29 dan 30. Dari hasil uji statistik yang dilakukan pada Tabel

12 memperlihatkan bahwa varietas, pupuk dan interaksi berpengaruh nyata

terhadap Kandungan Protein. Data hasil uji beda rataan Kandungan Protein dapat

(48)

Tabel12. Kandungan Protein beberapa varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk.

VARIETAS KANDUNGAN PROTEIN RATAAN

P0 P1 P2 P3 P4

Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Hasil statistik pada Tabel 12 menyajikan kandungan protein yang tertinggi

pada varietas grobogan (34,16%), Ratai (27,55%) dan terendah pada varietas

Anjasmoro (24,27%). Dari data dapat dilihat adanya pengaruh pemberian pupuk

pada kandungan protein biji kedelai. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Nyakpa dkk (1988) yang menyatakan bahwa Tanaman menyerap unsur nitrogen

(N) terutama dalam bentuk NO3-, namun bentuk lain yang juga dapat diserap

adalah NH4+, dan urea. Dalam keadaan aerase yang baik senyawa-senyawa N

diubah kedalam bentuk NO3-. Nitrogen yang tersedia bagi tanaman dapat

mempengaruhi pembentukan protein, dan disamping itu unsur ini juga merupakan

bagian integral dari klorofil. Hal ini didukung dengan pernyataan Engelstad

(1985) yang menyatakan bahwa pengaruh N dalam tanaman terhadap protein

dalam tanaman, terutama, pada biji-bijian serealia merupakan hal yang sangat

penting dalam masalah pangan dan mutu nutrisi dari setiap unit protein

dikendalikan oleh genetik tanaman. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan

Lakitan (1995). Yang menyatakan bahwa kandungan dari komposisi zat gizi yang

terkandung pada hasil tanaman hortikultura akan bervariasi tergantung pada

faktor internal (genetik) dan faktor ekstrenal (lingkungan). Perbedaan yang

(49)

varietas dalam spesies yang sama. Sedangkan faktor lingkungan yang paling

(50)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Varietas berpengaruh nyata terhadap Luas Daun, Bobot Basah Tajuk, Bobot

Kering Tajuk, Umur Berbunga, Umur Panen, Jumlah Cabang Produktif,

Produksi Pertanaman, Bobot 100 Biji, Bobot Setelah Panen, Dan Kandungan

Protein.

2. Pemberian Pupuk berpengaruh berpengaruh terhadap parameter Jumlah Bintil

Akar Aktif, Produksi Pertanaman dan kandungan protein.

3. Interaksi antara varietas dan pupuk berpengaruh nyata pada produksi

pertanaman, bobot 100 biji, dan kandungan protein.

4. Kandungan protein pada varietas Grobogan merupakan tertinggi (34,16)

menyusul Ratai (27,55) dan terakhir varietas Anjasmoro (24,27).

Saran

Kandungan protein pada beberapa varietas kedelai cukup tinggi dengan

perlakuan pupuk N sehingga perlu dilakukan penelitian labih lanjut dengan

mengkombinasikan unsur hara makro lain seperti P dan K, guna mendapatkan

(51)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1989. Kedelai. Kanisius, Yogyakarta.

Agung, T. Dan A. Yugi Rahayu, 2004. Analisis Efisiensi serapan N. Pertumbuhan, dan hasil Beberapa Kultivar Kedelai Unggul Baru dengan Cekaman Kekeringan dan pemberian Pupuk Hayati. Agrosains 6(2): 70-74, Semarang.

Andrianto, T. T., dan N. Indarto, 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut, Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik, 2002. Statistik Indonesia. Jakarta.

Damardjati, D. S., Marwoto, D. K. S. Swastika D. M. Arsyad, dan Y. Hilman. 2005. Prospek dan Arah pengembangan Agribisnis Kedelai. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta.

Dwidjoseputro, D. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.

Engelstad, O. P., 1985. Teknologi dan Penggunaan Pupuk, terjemahan Didiek Hadjar Goenadi. UGM Press, Yogyakarta. Hal 885-886, 888-889.

Fachruddin, L., 2000. Budidaya Kacang – Kacangan. Kanisius, Yogyakarta.

Follet dan Murphy dkk. 1989. Fertilizer and Soil Amandements. Prenfics-Hell Inc, New jersy.

Foth, H. D., 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gramedia. Jakarta.

Hasibuan, B. E., 2008. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian USU, Medan.

http:// agribisnis deptan. go. id./web/ pustaka. 2003. Penanganan pasca panen kedelai.

http:// femina-online. com. htm.2006. kedelai lezat dan sehat.

http:// id.wikipedia.org./wiki/protein. 2006. Protein kedelai.

Islami, T. dan W. Hadi, 1995. Hubungan tanah, air dan tanaman, IKIP Semarang Press, Semarang.

Lamina, 1989. Kedelai dan Pengolahannya. Simpleks, Jakarta.

Lakitan, B. 1995. Hortikultura.: Teori, Budidaya dan Pasca Panen. Cet I. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

(52)

Nyakpa, M.Y. Lubis, A.M. Pulung, M.A. Amroh, A.G, Munawar, A. Hong, G.B dan N. Hakim, 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung,S Bandar Lampung.

Rao, N. S., 1994. Mikroorganisme tanah dan pertumbuhan tanaman. UI – pres, Jakarta.

Rinsema. W. 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Terjemahan Umi Saleh. Bahtera. Jakarta

Rubatzky, V,W dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia I Prinsip, Produksi dan Giji. Diterjemahkan oleh Catur Herison. ITB, Bandung.

Salisburry, F. B dan C. W. Ross. 1995. Fisologi Tumbuhan jilid 2. Penerbit ITB. Bandung.

Soil Improvement Committe California Fertilizer Association, 1998. Western Fertilizer Handbook Second Horticulture Edition, Interstate Publishers, INC, Illinois.

Sugeng, H., 1983. Bercocok Tanam Palawija. Aneka Ilmu, Semarang

(53)

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kacang Kedelai Varietas Anjasmoro

Dilepas pada tahun : 2001

Nomor galur : Mansuria

Asal : Seleksi massa dari populasi galur murni Mansuria

Warna hipokotil : Ungu

Warna epikotil : Ungu

Warna daun : Hijau

Warna bunga : Ungu

Warna kulit biji : Kuning

Warna hilum biji : Kuning kecoklatan

Warna polong masak : Coklat muda

Kerebahan : Tahan rebah

Ketahanan terhdap penyakit : Moderat tahan karat daun

Hasil : 2,03 – 2,25 ton/ha

(54)

Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Kacang Kedelai Varietas Ratai

Dilepas tahun : 17 maret 2004

SK Mentan : 168/kpts/LB.240/3/2004 Nomor Galur : Galur W3465-27-2

Asal : Wilis x no. 3465

Daya hasil : 1,6 – 2,7 t/ha Warna hipokotil : Ungu

Warna epikotil : Kuning

Warna daun : Hijau-hijau tua

Warna bunga : Ungu

Warna kulit biji : Kuning agak kehijauan Warna polong masak : Coklat

Warna hilum : Coklat tua

Bentuk biji : Agak bulat

Bentu daun : Lanceolate

Tipe tumbuh : Determinate Ketahanan rebah : Agak tahan

Ketahanan thd penyakit : Agak tahan pengakit karat daun (phakospora pachyrizi syd)

Wilayah adaptasi : Lahan kering masam Sumbar Barat, Lampung dan

Kalsel

Mitra kerja : Asadi (balitbiogen), Azran Tanjung, Tasman Naim (BPTP Sumbar) Yustisis dan M. syarif (BPTP Sumsel), Eddy William (Balitra)

Pemulia : DM. Arsyad, Heru kuswantoro, M. Muchlis Adie, Purwanto, Amin Nur, Sri Hardaningsih, dan E. Yusnawan.

(55)

Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Kacang Kedelai Varietas Grobogan

Dilepas tahun : 2008

SK Mentan : 238/kpts/SR.120/3/2008 Nomor Galur : Galur W3465-27-2

Asal : Wilis x no. 3465

Daya hasil : 1,6 – 2,7 t/ha Warna hipokotil : Ungu

Warna epikotil : Kuning

Warna daun : Hijau-hijau tua

Warna bunga : Ungu

Warna kulit biji : Kuning agak kehijauan Warna polong masak : Coklat

Warna hilum : Coklat tua

Bentuk biji : Agak bulat

Bentu daun : Lanceolate

Tipe tumbuh : Determinate

Daerah sebaran : Beradaptasi baik pada beberapa kondisi lingkungan tumbuh yang berbeda cukup besar, pada musim hujan dan daerah beirigasi baik. Sifat lain : - polong masak tidak mudah pecah, dan

-Pada saat penen daun luruh 95 – 100% saat penen >95% daunnya telah luruh

Pemulia : Suhartina, M. Muchlish Adie

Peneliti : T. Adisarwanto, Sumarsono, Sunardi,

Tjandramukti, Ali Muchtar, Sihono, SB. Purwanto, Siti Khawariyah, Murbantoro, Alrodi, Tino Vihara, Farid Mufhti, dan Suharno.

Pengusul : Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan, BPSB Jawa Tengah, Pemerintah Daerah Prov. Jawa Tengah.

(56)
(57)

Lampiran 5. Hasil Analisa tanah Topsoil

Analisis Tanah

Jenis Analisis Nilai Metode

pH (H2O) 4,79 Elektrometry

N- Total (%) 0.17 Kjeldahl

P-Bray I (ppm) 9.20 Spectrophometry

K – dd (me / 100g) 0.18 AAS

(58)

Lampiran 7. Data Pengamatan Luas Daun (cm2)

PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN

I II III

Lampiran 8. Sidik Ragam Luas Daun

(59)

Lampiran 9. Data Pengamatan Jumlah Klorofil (unit/6 mm3)

PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN

I II III

Lampiran 10. Sidik Ragam Jumlah Klorofil

(60)

Lampiran 11. Data Pengamatan Bobot Basah Tajuk (g)

PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN

I II III

Lampiran 12. Sidik Ragam Bobot Basah Tajuk

Gambar

Tabel 1. Luas daun beberapa varietas kedelai pada dengan perlakuan pemberian pupuk
Tabel 2. Jumlah klorofil (unit/6 mm3VARIETAS ) bebepara varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk   JUMLAH KLOROFIL RATAAN
Tabel 4. Bobot kering tajuk (g) bebepara varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk
Tabel 5. Jumlah Bintil Akar Aktif (bintil) bebepara varietas kedelai dengan perlakuan pemberian pupuk
+6

Referensi

Dokumen terkait

kepada pegawai tetap, ter masuk penerima pensiun bulanan, dengan menggunakan formulir yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam waktu 2 bulan setelah tahun takwim

Tindakan administratif keimigrasian sering digunakan untuk orang asing yang melanggar peraturan di Indonesia sebab bila digunakan tindakan pidana keimigrasian yang

Menalar konsep kerja protokoler Server softswitch 18 Mengusulka n skema sertifikasi baru VoIP Operator 3.8. Memahami diagram rangkaian operasi komunikasi

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, maka penulis akan mengajukan beberapa saran sebagai berikut:.. 1) Untuk meningkatkan hasil free throw pemain ekstrakurikuler

Tarigan (2013: 28) memberikan penjelasan bahwa evaluasi pembelajaran keterampilan berbicara memiliki beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain bunyi-bunyi

2012, pukul 02.30 ) sehingga dapat disebut sebagai data primer dalam penelitian. Selanjutnya data tersebut akan dianalisis berdasarkan konsep semiotik Roland Barthes. Data

Untuk mengetahui hubungan antara lama kebiasaan menyuntil, lama paparan setiap menyuntil, frekuensi menyuntil, dan komposisi tambahan dalam menyuntil dengan ditemukannya nitrosamine

Dari tabel 4.9 dapat dilihat berdasarkan umur jumlah sampel yang paling banyak mengalami penurunan kemampuan pendengaran yaitu pada kelompok umur 41-45 tahun dengan tuli