• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Pajak Penghasilan (PPH) Badan Dalam Rangka Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dan Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prosedur Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Pajak Penghasilan (PPH) Badan Dalam Rangka Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dan Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai."

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

PROSEDUR PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK (STP) PAJAK PENGHASILAN (PPH) BADAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI O

L E H

NAMA : MONARIA SINGARIMBUN

NIM : 072600012

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PREKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN

OLEH:

NAMA : MONARIA SINGARIMBUN

NIM : 072600012

PROGRAM STUDI : D III ADMINISTRASI PERPAJAKAN

JUDUL : PROSEDUR PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK (STP) PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PEJAK PRATAMA BINJAI

Ketua Program Studi Diploma III Dosen Pembimbing Supervisor Administrasi Perpajakan Kepala subbag Umum

Drs. M. H. Thambrin Nst.,Msi Drs. Cyrus Sihaloho Budi Mulyadi NIP: 196401081991021001 NIP :060012235 NIP: 060081849

Dekan FISIP USU

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini dipresentasikan di depan Panitia Penguji Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Hari : Tanggal : Pukul :

Tempat : Ruang Sidang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

TIM MAJELIS PENGUJI

1. Ketua : ( )

(4)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME, yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dengan baik.

Penyusunan laporan ini merupakan salah satu tugas akhir dalam melengkapi persyaratan untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul Laporan PKLM ini adalah PROSEDUR PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK(STP) PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini masih terdapat banyak kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan, namun dengan demikian mudah-mudahan penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis dan disini juga bersifat terbuka terhadap saran dan kritik yang bersifat membangun di dalam penulisan Laporan PKLM.

(5)

ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bimbingan baik selama masih kuliah maupun dalam penyelesaian laporan ini.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. M Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M Husni Thambrin Nasution,Msi selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

3. Bapak Drs. Cyrus Sihaloho selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi waktu dan bimbingan yang mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan PKLM ini.

4. Bapak selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan riset di kantor tersebut.

5. Bapak kepala seksi waskon KPP Pratama Binjai yang telah memberikan izin untuk melakukan riset di seksi tersebut.

6. Bapak Aris B Perangin-angin SST yang telah membimbing dan telah memberikan informasi dan keterangan lainnya yang penulis butuhkan dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini.

7. Bang Syam eko nugroho dan bang Akmal bactiar Marpaung yang telah banyak membantu dan memberikan data-data yang penulis butuhkan.

(6)

9. Teristimewa kepada ayahanda tercinta G.Singarimbun dan Ibunda N br Sitepu, terima kasih atas kasih sayang,cinta, do’a serta pengorbanan materi dan moril yang telah diberikan hingga penulis bisa sampai saat ini.

10. Teristimewa kepada Bulang, Biring dan Ribuku, terimakasih atas dukungan moril dan materi yang diberikan kepada penulis, cawir kena metua.

11. Buat adek aQ Roy Amnas Singarimbun dan Resa Pita Singarimbun makasi ya dek atas bantuannya slama ne, kakak slalu ngerepotin klen,hee… Smangat ya skullnya biar pinter en sukses..

12. Buat sahabat sejatiku Shabeth alias mbeettt dan imeL alias mendoottt yang selalu ada dalam suka maupun duka. Serta selalu memberi dukungan selama kuliah, selama kebersamaan kita tak pernah terlupakan dan akan menjadi kenangan indah dalam mencapai cita-cita dan cinta. Semoga persahabatan selalu dan untuk selamanya.

13. Buat sahabat dekatku Nola( Makasi ya da ngawani aQ selalu), Naely, Lely, Ratih, Winda, yang selalu menyayangi penulis serta selalu ada dalam suka dan duka. Hari-hari penuh canda kalian adalah bagian dari sejarah perjuangan selama penulis kuliah di perpajakan. Semoga persahabatan Qita ini berlanjut sampai nanti.

(7)

Tiada lain hanya terima kasih yang dapat penulis hanturkan atas segala bantuannya kepada penulis sehingga dapat terselesaikan laporan ini. Semoga kiranya Tuhan yang membalasnya, kepada Tuhan mudah-mudahan laporan ini menjadi bermanfaat.Amin

Medan, Juni 2010

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI... v

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PKLM... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat PKLM ... 3

1.2.1 Tujuan PKLM ... 3

1.2.2 Manfaat PKLM ... 4

1.3 Ruang lingkup PKLM ... 5

1.4 Metode PKLM ... 6

1.5 Metode Pengumpulan Data ... 7

1.6 Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 7

BAB II: GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA BINJAI 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Binjai ... 10

2.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Binjai ... 11

2.3 Daftar Pegawai KPP Pratama Binjai... 13

2.4 Tugas Dan Fungsi Pegawai KPP Pratama Binjai... 15

2.5 Deskripsi Kerja KPP Pratama Binjai ... 18

(9)

3.2 Jenis-Jenis Pajak... 29

3.3 Fungsi Pemungutan Pajak ... 30

3.4 Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) ... 31

3.5 Pengertian Badan ... 31

3.6 Pengertian STP... 32

3.7 Penyebab STP diterbitkan ... 32

3.8 Fungsi STP ... 33

3.9 Penerbitan STP... 34

3.10 Jangka Waktu Pembayaran STP PPh Badan... 35

3.11 Dasar Hukum ... 36

3.12 Kegiatan Setiap Seksi Yang Terkait Dengan Penerbitan STP 36 BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI 4.1 Prosedur Penerbitan STP ... 40

4.2 Prosedur Pelaksanaan STP PPh badan... 40

4.3 Jumlah Penerimaan Yang Diperoleh KPP Pratama Binjai Dari Penerbitan STP... 42

4.4 Masalah Yang Timbul Dalam Prosedur Penerbitan STP ... 44

4.5 Usaha Pemecahan Masalah ... 46

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 50

(10)
(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Sektor perpajakan dalam beberapa tahun terakhir ini di dalam pemerintahan dijadikan andalan sebagai sumber penerimaan dalam negeri. Walaupun seperti yang kita ketahui perekonomian Indonesia sedang mengalami guncangan, namun harapan penerimaan negara tetap pada penerimaan pajak. Sektor perpajakan dianggap mampu mencerminkan kerjasama nasional. Dalam hal pembiayaan pembangunan dalam upaya melepaskan diri dari ketergantungan pada pinjaman luar negeri. Dalam rangka meningkatkan penerimaan dari sektor perpajakan tersebut, maka dalam pelaksanaan Undang-Undang Perpajakan semakin diintensifkan dan prosedur perpajakan perlu terus disempurnakan dan disederhanakan dengan memperhatikan azas keadilan, pemerataan, manfaat dan kemampuan masyarakat. Dengan penerimaan pajak akan sangat membantu pembangunan nasional yaitu kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahtraan rakyat baik materil maupun spiritual (Waluyo,2002:1). Untuk merealisasikan tujuan tersebut perlu diperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

(12)

bahwa beban pajak tersebut tidak boleh dilimpahkan pada pihak lain dengan cara memasukkan beban pajak tersebut dalam kalkulasi harga jual. Sebagai pajak langsung, pajak penghasilan dipungut secara periodik terhadap kumpulan penghasilan yang diterima oleh wajib pajak selama satu tahun pajak. Pajak penghasilan sebagai pajak negara dipungut oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat Jendral Pajak yang pelaksanaan pemungutannya di daerah-daerah dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Pajak penghasilan yang merupakan sumber penerimaan negara yang berasal dari pendapatan rakyat, pemungutannya telah diatur dengan Undang-Undang mengenai Pajak Penghasilan no.7 tahun 1983, dan Undang-Undang no.10 tahun 1994 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang no.17 tahun 2000 sehingga dapat memberikan kepastian hukum sesuai dengan kehidupan dalam negara yang berdasarkan hukum. Sehingga Direktorat Jendral Pajak telah melakukan langkah-langkah untuk mencapai peneriaan yang akan digunakan sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Diantaranya meningkatkan kepatuhan wajib pajak dengan menyelenggarakan penyuluhan, meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum, dan meningkatkan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh wajib pajak.

(13)

pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak. Dengan diterbitkannya STP diharapkan wajib pajak tidak akan mengulangi kesalahan yang berakibat merugikan dirinya sendiri. Oleh karena itu, penerbitan STP mempunyai peranan yang sangat penting dalam melaksanakan Undang-Undang Perpajakan, karena tujuannya tidak saja memantau kewajiban dan kepatuhan wajib pajak, tetapi dapat juga untuk meningkatkan penerimaan pajak. Seperti yang telah ditur dalam ketentuan Undang-Undang Perpajakan, khususnya mengenai pembayaran pajak, sehingga pihak Dirjen Pajak mengeluarkan STP untuk menagih pajak yang terutang sesuai dengan Undang-Undang no.16 tahun 2000 yaitu tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan seputar Surat Tagihan Pajak (STP) dengan judul “PROSEDUR PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK (SPT) PAJAK PENGHASILAN (PPH) BADAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI.”

1.2 Tujuan dan Manfaat PKLM 1.2.1 Tujuan PKLM

Di dalam suatu kegiatan yang dilakukan selalu memiliki tujuan sesuai dengan yang diharapkan demikian halnya dengan Praktik Kerja Lapangan (PKLM) yang dilaksanakan.

(14)

- Untuk mengetahui prosedur penerbitan Surat Tagihan Pajak.

- Untuk mengetahui tingkat kepatuhan dan penerimaan pajak dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak.

- Untuk mengetahui permasalahan yang timbul dalam prosedur penerbitan Surat Tagihan Pajak.

1.2.2 Manfaat PKLM

Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini tentunya sangat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya adalah :

1. Bagi Mahasiswa

- Dalam teori maupun ilmu yang sudah diperoleh dan menuangkannya ke dalam permasalahan yang timbul selama melakukan PKLM di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

- Meningkatkan komunikasi dan pendekatan sosial terhadap dunia kerja.

2. Bagi Masyarakat

- Menambah wawasan dan pengetahuan dibidang pelayanan pajak, khususnya Surat Tagihan Pajak.

(15)

3. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

- Membantu pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama dalam hal sosialisasi perpajakan kepada masyarakat wajib pajak melalui peserta mahasiswa PKLM yang nantinya setelah menyelesaikan studi kana mengabdikan ilmu perpajakan yang dimilikinya kepada masyarakat.

- Peningkatan kerjasama yang lebih baik dengan pihak universitas.

1. Bagi Universitas Sumatera Utara

- Memberikan dorongan untuk meningkatkan kualitas pendidikan

- Mendapatkan ilmu pengetahuan atau data yang terbaru untuk disesuaikan dengan kurikulum.

1.3 Ruang Lingkup PKLM

Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri yaitu melakukan pengumpulan data dan membahas permasalahan mengenai :

1. Prosedur penerbitan Surat Tagihan Pajak

2. Tingkat kepatuhan dan penerimaan pajak dalam penerbitan Surat Tagihan Pajak

(16)

1.4 Metode PKLM

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta memperoleh informasi sesuai dengan metode yang digunakan, maka tahapannya adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut PKLM ini, mulai dari penentuan Judul, pemilihan objek PKLM, pengajuan Proposal dan surat pengantar PKLM.

2. Studi Literatur (Kepustakaan)

Penulis mengumpulkan data-data yang menyangkut masalah yang akan dibahas melalui sumber bacaan seperti buku perpajakan, undang-undang, artikel ilmiah serta mencari data-data dan informasi dengan membaca landasan teori yang ada hubungannya dengan laporan PKLM.

3. Studi Observasi Lapangan

(17)

1.5 Metode Pengumpulan Data 1. Metode Interview

Dalam metode ini penulis mengumpulkan dan mencari data, serta hal yang berhubungan dan mendukung hasil laporan dengan melakukan wawancara dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pegawai yang berkomponen dan dapat menambah objektif yang berkaitan dengan kebutuhan untuk dapat melengkapi Laporan PKLM.

2. Metode Observasi

Dalam metode ini penulis langsung turun kelapangan untuk melakukan peninjauan dengan cara mengamati, mendengar serta mencatat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas, meneliti prosedur penerbitan STP.

3. Dokumentasi

Dalam tahap ini penulis meminta dokumen atau data-data pendukung yang berhubungan dengan data objek PKLM.

1.6 Sistematika Penulisan Laporan PKLM

(18)

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan mengenai latar belakang masalah PKLM, raung lingkup, tujuan dan manfaat penulisan serta bentuk sistematika penulisan Laporan PKLM.

BAB II : GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI

Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai sejarah, struktur Organisasi, serta tugas dan fungsi masing-masing jabatan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

BAB III : GAMBARAN PROSEDUR PENERBITAN STP PAJAK PENGHASILAN BADAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang penjelasan ,dasar hukum dan fungsi Surat Tagihan Pajak .

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI DATA

(19)

evaluasi terhadap alternative pemecahan masalah, serta menganalisa data untuk menjawab perumusan masalah.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BINJAI

2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai didirikan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.94/KMK-01/1994 pada tanggal 29 maret 1992,dengan wilayah kerja sebagai berikut:

a. Kota Madya Binjai b. Kabupaten Langkat c. Kabupaten Deli Serdang

(21)

Pada tanggal 27 mei 2008, KPP Binjai berubah nama menjadi KPP Modern dimana pelayanan perpajakan telah menjadi pelayanan satu atap.

10

KPP Pratama Binjai memiliki wilayah kerja sebagai berikut: - Kota Madya Binjai

- Kabupaten Langkat

Lokasi Geografi Kantor Pelayan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai terletak di Jl. Jambi No. 1 Rembung Barat, Binjai Selatan.

Kantor Pemerintah ini mempunyai kewajiban untuk memudahkan pengawasan dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat dalam membayar pajak.

Stukutur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah struktur organisasi lini dan staf,yang dipimpin oleh seorang kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi agar dapat lebih jelas dan transparan tentang keadaan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

2.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

(22)

organisasi dan ini akan memudahkan setiap karyawan untuk menjalankan tugas dan fungsinya.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pengawasan administrasi, dan pemeriksaan sederhana terhadap wajib pajak dibidang Pajak Penghasilan(PPh), Pajak Pertambahan Nilai(PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah(PPnBM), dan Pajak Bumi Bangunan (PBB) dalam wilayah wewenangnya.

Dalam melakukan tugas sebagaimana dimaksud diatas, KPP Pratama menyelenggarakan fungsi:

a. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pengamatan potensial perpajakan dan ekstensifikasi wajib pajak.

b. Penelitian dan penatausahaan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT tahunan) dan Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) wajib pajak.

c. Pengawasan, pembayaran masa Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai(PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Bumi Bangunan(PBB).

(23)

2.3 Daftar Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Berikut ini adalah jumlah pegawai disetiap seksi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai:

1. Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

54 orang 16 orang

2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan

Jenjang Jumlah S2

S1/D4 D3 D1 SMA SMP SD

6 orang 22 orang 14 orang 12 orang 13 orang 0 orang

(24)

3. Berdasarkan Pangkat/Golongan Pangkat/Golongan Golongan Jumlah IV III II I 2 31 37 0

4. Berdasarkan Usia

Usia Jumlah s.d. 25 tahun

s.d. 40 tahun s.d. 50 tahun atas 50 tahun

16 orang 32 orang 10 orang 12 orang

5. Berdasarkan Jabatan

(25)

Account Representative Pelaksana

10 44 6. Penjabaran Pegawai Berdasarkan Seksi

Seksi Jumlah Subbag Umum

Seksi Pelayanan Seksi PDI Seksi Waskon I Seksi Waskon II Seksi Waskon III Seksi Penagihan Seksi Ekstensifikasi Seksi Pemeriksaan

Fungsional Pemeriksa

8 12 10 6 5 5 6 7 4 8

Sumber data : KPP Pratama Binjai

2.4 Tugas Dan Fungsi Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

Adapun tugas pokok dan fungsi pada masing-masing seksi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah sebagai berikut :

1. Sub Bagian Umum

(26)

a. Pelayanan dan kesekretariatan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian.

b. Melakukan urusan keuangan.

c. Melakukan urusan rumah tangga serta perlengkapan. 2. Seksi Pelayanan.

Memiliki tugas dan fungsi :

a. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan. b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan.

c. Penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya. d. Penyuluhan perpajakan.

e. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak.

f. Kerjasama Perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku. 3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI).

Memiliki tugas dan fungsi : a. Pengumpulan data. b. Pengolahan data.

c. Penyajian Informasi perpajakan. d. Perekaman dokumen perpajakan.

e. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan.

(27)

h. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filing. i. Penyiapan laporan kinerja.

4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi. Memiliki tugas dan fungsi :

a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPH, PPN, PBB, BPHTB dan pajak lainnya.

b. Bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan.

c. Penyusunan profil Wajib Pajak. d. Analisis kerja Wajib Pajak.

e. Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi. f. Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. 5. Seksi Ekstensifikasi.

Memiliki tugas dan fungsi :

a. Pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan. b. Pendataan objek pajak dan subjek pajak.

c. Penilaian objek pajak.

d. Kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 6. Seksi Pemeriksaan

Memiliki tugas dan fungsi :

(28)

c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak d. Administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya

7. Seksi Penagihan

Memiliki tugas dan fungsi :

a. Pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif. b. Penagihan piutang pajak.

c. Penundaan dan pengangsuran tunggakan pajak.

d. Usulan penghapusan piutang pajak sesuai ketenyuan yang berlaku. 8. Kelompok Fungsional

Kelompok ini terdiri atas :

a. Pejabat Fungsional Pemeriksaan.

b. Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

Dalam melaksanakan pekerjaannya, pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan seksi Ekstensifikasi.

2.5 Deskripsi Kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai 1. Sub Bagian Umum

(29)

Bagian ini bertugas menyelenggarakan tugas pelayanan di bidang tatausaha dan kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan dan pengadaan, penata berkas, penyusunan arsip, tata usaha kepegawaian dan pengiriman laporan agar dapat

menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak. b. Bagian Keuangan

Bagian ini bertugas merencanakan kebutuhan dana dan melakukan urusan pendanaan di Kantor Pelayanan Pajak.

c. Bagian Rumah Tangga

Bagian ini bertugas melakukan seluruh urusan rumah tangga dan urusan perlengkapan Kantor Pelayanan Pajak dari segi material agar dapat menunjang kelancaran jalannya pekerjaan di KPP Pratama Binjai.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) terdiri dari seorang kepala seksi pengolahan data dan informasi yang tugasnya adalah

mengkoordinasikan urusan pengolahan data dan penyajian

informasi,pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan, serta ekstensifikasi wajib pajak dan intensifikasi sesuai dengan peraturan perUndang- Undangan yang berlaku.

(30)

a. Menerima dan memanfaatkan data intern ( dari seksi yang terkait di KPP Pratama Binjai) dan ekstern (di luar KPP Pratama Binjai, Pemda Binjai, Asosiasi, Notaris dan PPAT, dan pihak ke tiga lainnya). b. Mengidentifikasi data intern dan data ekstern untuk dikategorikan

menjadi data dikenal dan data tidak dikenal.

c. Mengirimkan data dikenal ke seksi yang terkait dan KPP di luar KPP Binjai.

d. Mengirimkan data tidak dikenal ke KPP di luar KPP Binjai, bila alamat pada data tersebut bukan merupakan wilayah kerja KPP Binjai.

e. Melakukan perekaman data ke menu Sistem Informasi Perpajakan (SIP) KPP Binjai.

f. Mengirimkan back up data harian KPP Binjai.

g. Mengirimkan back up data KPP Binjai ke Kanwil Derektorat Jendral Pajak Sumatera Utara I secara periodik dua minggu sekali.

h. Melaksanakan transfer data mingguan ke Kantor Pusat

i. Membuat himbauan NPWP/NPPKP kepada calon wajib pajak yang bersumber dari data intern dan data ekstern.

j. Membuat himbauan NPWP/NPPKP kepada wajib pajak, baik orang pribadi maupun badan.

3. Seksi Pelayanan

(31)

Penatausahaan pendataan,Pemindahan dan Pencabutan identitas wajib pajak lainnya, kearsipan berkas penelitian Surat Pemberitahuan (SPT) dan surat wajib pajak lainnya, kearsipan berkas wajib pajak, serta penertiban Surat Ketetapan Pajak (SKP) sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kepala seksi pelayanan membawahi koordinator pelaksana yang tugasnya adalah:

a. Melakukan urusan penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT), surat wajib pajak lainnya, melakukan penatausahaan pendaftaran, dan pencabutan identitas wajib pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Melakukan penelitian Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan, dan

penyelesaian permohonan penundaan penyampaian SPT sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Melaksanakan urusan tata uasaha penerbitan SKP dan kearsipan wajib pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Seksi Waskon

Waskon adalah salah satu seksi pada KPP Pratama diseluruh Indonesia. Waskon adalah singkatan dari dua suku kata yaitu pengawasan dan konsultasi. Fungsi umum dari seksi Waskon adalah melakukan

(32)

Seksi waskon dipimpin oleh seorang kepala seksi. Yang tugasnya adalah mengkoordinir seluruh seluruh tugas-tugas pada seksi waskon. Dan kepala seksi waskon dibantu oleh Accounter Representative (AR). Tugas dari Accounter Representative(AR) adalah melaksanakan tugas-tugas teknis pada waskon I, seperti:

a. Memberikan penjelasan tentang kegiatan Administrasi Perpajakan yang harus dipenuhi oleh wajib pajak.

b. Menjadi tempat konsultasi dan konseling para wajib pajak. c. Membuat surat-surat teguran, surat ucapan terima kasih, surat

pemberitahuan kepada wajib pajak dan lain-lain.

d. Memeriksa SPT yang telah disampaikan oleh wajib pajak.

e. Mendisposisikan surat-surat, seperti surat masuk dan surat keluar. f. Memberikan arahan kepada wajib pajak untuk menghitung pajak dan

mengisi SPT.

g. Membuat data base wajib pajak.

Dan pada prinsipnya tugas dari setiap seksi waskon tersebut adalah sama, dan yang membedakan hanyalah pembagian wilayah kerjanya. Hal ini diberlakukan dengan tujuan untuk mempermudah dan membantu tugas dan fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai.

5. Seksi Ekstensifikasi

(33)

wajib pajak orang pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang saham/pemilik dan pegawai, maupun wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan/atau memiliki tempat usaha dipusat perdagangan dan/atau pertokoan. Kegiatan Ekstensifikasi ini dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama melalui seksi Ekstensifikasi

Perpajakan.

Dasar Peraturannya adalah:

- Per-16/PJ/2007 tentang pemberian Nomor Pokok Wajib PAjak Orang Pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang saham/ pemilik dan pegawai melalui pemberi kerja/bendaharawan pemerintah. - Per-116/PJ/2007 tentang Ekstensifikasi wajib pajak orang pribadi

melalui pandataan objek Pajak Bumi dan Bangunan, sebagaimana telah diubah melalui Per-32/PJ/2008.

- Per-35/PJ/2008 tentang kewajiban pemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak dalam rangka pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan. 6. Seksi Pemeriksaan

Seksi pemeriksaan terdiri dari seorang kepala seksi pemeriksaan yang mempunyai tugas:

- Mengkoordinir penyusunan rencana pemeriksaan - Melakukan rencana pemeriksaan dan

(34)

7. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan terdiri dari seorang kepala seksi penagihan yang tugasnya adalah mengkoordinasikan urusan penatausahaan piutang pajak, penagihan, penundaan dan angsuran, serta pembuatan usulan penghapusan piutang pajak berdasarkan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku. Kepala seksi penagihan membawahi koordinator pelaksana yang tugasnya adalah:

a. Melakukan penatausahaan piutang pajak, usulan penghapusan piutang pajak, penundaan dan angsuran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Melakukan penyiapan Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan(SPMP), Sita, Urusan Lelang, dan dukungan penagihan lainnya berdasarkan ketentuan yang berlaku.

7. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(35)

Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung lainnya dalam daerah wewenangnya berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pajak.

Untuk mewujudkan tugas-tugas Kantor Pelayanan Pajak tersebut disamping mempunyai tugas melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dan menatausahakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pajak, Kantor Pelayanan Pajak juga memberikan kuasa oleh undang-undang untuk melaksanakan tugas pengawasan undang-undang perpajakan. Dalam rangka merealisasikan rencana tugasnya, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai melaksanakan pengawasan dalam wujud, (sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/2001 Tentang Organisasi dan Tata Kerja kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak).

a. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pengamatan potensi perpajakan dan ekstensifikasi wajib pajak.

b. Penelitian dan penatausahaan Surat Pemberitahuan Tahunan, Surat Pemberitahuan Masa serta berkas wajib pajak.

c. Pengawasan pembayaran masa Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.

d. Penatausahaan piutang pajak, penagihan, penyelesaian keberatan, penatausahaan banding, dan penyelesaian restitusi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak tidak Langsung Lainnya.

(36)

g. Pembetulan Surat Ketetapan Pajak h. Pengurangan sanksi pajak

i. Pelaksana administrasi perpajakan

- Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan lebih dari Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) akan tetapi tidak mendaftarkan diri sebagai wajib pajak.

- Produsen suatu barang atau jasa yang terkena Pajak Pertambahan Nilai, tetapi tidak mendaftarkan diri sebagai Pengusaha Kena Pajak.

- Wajib pajak yang tidak memasukkan Surat Pemberitahuan Tahunan atau Masa (SPT tahunan atau Masa).

Apabila diketahui wajib pajak sebagaimana disebutkan diatas, maka Kantor Pelayana Pajak menugaskan verifikator ke tempat dimana wajib pajak berada. Para petugas yang ditugaskan kelapangan dalam melakukan verifikasi selalu diberi Surat Perintah Verifikasi Lapangan kepada para petugas yang ditunjuk. Apabila wajib pajak sadar akan tugasnya maka Kantor Pelayanan Pajak tidak akan menugaskan petugas verifikasi lapangan.

Karena system perpajakan yang berlaku di Indonesia sekarang adalah ‘Selt Assesment System’ dimana wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung,

menyetor, dan melaporkan pajaknya sendiri ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

(37)
(38)

BAB III

GAMBARAN DATA

3.1 Pengertian Pajak

Secara umum pajak dapat diartikan sebagai iuran kepada Negara dari rakyat yang diwajibkan membayarnya karena undang-undang, dapat dipaksakan dan pemerintah tidak memberikan balas jasa langsung dapat ditunjuk.

Menurut Prof.P.J.Adriani (Eko Lesmana,1994:5), Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapatkan kontraprestasi kembali yang lansung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

(39)

Selanjutnya menurut Prof. DR Rachmat Soemitro (Mardiasmo,2006:1) menambahkan suatu pendapat yang intinya sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekeyaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran umum dan surplusnya digunakan untuk public servis. 28

3.2 Jenis- jenis Pajak

Menurut sifatnya pajak dapat dibedakan atas dua bagian: 1. Pajak Subjektif

Pajak Subjektif adalah pajak yang memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak untuk menetapakan pajaknya. Contohnya: Pajak Penghasilan(PPh). 2. Pajak Objektif

Pajak Objektif adalah pajak yang pemungutannya berdasarkan obyeknya, baik berupa benda atau peristiwa yang menyababkan timbulnya kewajiban membayar pajak, dimana ditemukan dahulu obyeknya baru ditentukan siapa subyeknya. Contoh: Pajak Bumi Bangunan (PBB), Pajak Kendaraan Bermotor (PKB),dan lain-lain.

Menurut lembaga pemungutannya, pajak dibagi dua yaitu: 1. Pajak Pusat

Pajak Pusat adalah pajak yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Departemen Keuangan yang digunakan untuk pembiayaan rumah tangga Negara pada umumnya. Contoh: PPh, PPN, PBB

(40)

Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan hasil pungutannya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah. Contoh: Pajak Reklame, Pajak Hiburan.

Menurut golongan, pajak dapat dibedakan dua yaitu: 1. Pajak Langsung

Pajak Langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi bebab langsung wajib pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak penghasilan

2. Pajak Tidak Langsung

Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat ilimpahkan ke pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.

3.3 Fungsi Pemungutan Pajak

Fungsi pemungutan pajak ada dua yaitu: 1. Fungsi Budgeter

Yaitu pajak sebagai alat memasukkan uang ke kas Negara untuk digunakan sebagai dana pembiayaan pengeluaran Negara.

2. Fungsi Regulerend

(41)

3.4 Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

Yang dimaksud dengan objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun yang berasal dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk dikonsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak dengan nama dan dalam bentuk apapun,( menurut UU Nomor 17 tahun 2000 pasal 4 ayat 1).

Pengertian pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak untuk kepentingan Negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.

Sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 17 tahun 2000 pasal 1 ayat(1) disebutkan bahwa pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subyek pajak yang menerima atau memperoleh atas penghasilan disebut wajib pajak.

3.5 Pengertian Badan

(42)

lainnya,badan Usaha Milik Negara, atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun. Contoh: Firma, Kongsi, Koperasi,. Dana Pensiun, Persekutuan Perkumpulan, Yayasan, Lembaga, BUT, dan bentuk badan lainnya.

3.6 Pengertian Surat Tagihan Pajak (STP)

Pengertian Surat Tagiahan Pajak (STP) diatur dalam UU Nomor 16 Tahun 2000 yaitu Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

STP digunakan untuk menagih utang pajak tetapi bukan utang pajak yang tercantum dalam SKPKB/T, tetapi adalah terhadap utang pajak yang belum dikeluarkan ketetapannya, sehingga tidak akan terjadi ketetapan pajak ganda untuk satu utang pajak.

Oleh karena itu, disebutkan bahwa STP mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan SKPKB/T sehingga dalam hal penagihannya juga dapat dilakukan dengan surat paksa.

3.7 Penyebab STP diterbitkan apabila:

1. Pajak dalam tahun berjalan yang tidak atau kurang bayar

2 Kekurangan pembayaran pajak akibat salah tulis atau salah hitung dalam surat pemberitahuan.

(43)

pajak 2000. Untuk STP tahun pajak sebelum 1995 berlaku denda sebesar Rp 10.000. sanksi ini diatur dalam pasal 7 KUP.

4. Sanksi administrasi berupa bunga dalam hal wajib pajak membetulkan sendiri surat pemberitahuan ysng mengakibatkan hutang pajak menjadi lebih besar. Sanksi ini diatur dalam pasal 8 ayat (2) KUP.

5. Sanksi berupa denda administrasi dua kali jumlah pajak yang kurang bayar. Dalam hal wajib pajak mengungkapkan ketidakbenaran surat pemberitahuan tahunan sepanjang belum dilakukan penyidikan. Sanksi ini diatur dalam pasal 8 ayat (3).

6. Sanksi administrasi berupa bunga apabila pajak yang terutang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang dibayar. Sanksi ini diatur dalam pasal 19 ayat (1) KUP.

7. sanksi administrasi berupa bunga dalam hal wajib pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda penyampaian surat pemberitahuan dan ternyata perhitungan sementara pajak yang terutang kurang dari jumlah pajak yang sebenanya terutang. Sanksi ini diatur dalam pasal 19 ayat (3) KUP.

3.8 Fungsi Surat Tagihan Pajak (STP)

(44)

2. Sebagai sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga dan/atau denda: a. Sanksi administrasi berupa denda Rp 50.000 jika wajib pajak tidak atau

terlambat penyampaian SPT Masa dan Rp 100.000 untuk SPT Tahunan. b. Sanksi administrasi berupa bunga dalam wajib pajak membetulkan

sendiri Surat Pemberitahuannya.

c. Sanksi administrasi berupa bunga dalam wajib pajak terlambat atau tidak membayar pajak yang sudah jatuh tempo pembayarannya.

3. Sebagai alat untuk menagih pajak. STP dipersamakan kekuatan hukumnya dengan Surat Ketetapan Pajak (SKP) sehingga dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan dengan surat paksa (pasal 14 ayat(2).

3.9 Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)

Penerbitan Surat Tagihan PAjak (STP) dilakukan secara selektif artinya hanya dilakukan terhadap wajib pajak yang efektif. Dalam penerbitan STP PPh badan ada ketentuan khusus yaitu sebagai berikut:

1. STP atas PPh pasal 25 yang tidak atau kurang bayar dan/atau denda bagi setiap wajib pajak dikeluarkan setiap saat setelah lewat jatuh tempo pembayaran/penyetoran. Jika wajib pajak badan tidak termasuk golongan diatas maka penerbitan STP atas PPh pasal 25 dilakukan setiap triwulan sebagai berikut:

(45)

1.c. Masa pajak Juli s/d September dikeluarkan bulan November

1.d. Masa pajak Oktober s/d Desember dikeluarkan bulan Januari tahun berikutnya sepanjang wajib pajak belum menyampaikan SPT Tahunan PPh. 2. STP atas PPh yang kurang bayar karena terdapat dalah tulis dan/atau salah hitung

pada STP PPh dikeluarkan setiap saat setelah dilakukan penerbitan STP.

3. STP untuk menagih sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda karena tidak atau terlambat menyampaiakan STP PPh dikeluarkan segera setelah timbulnya sanksi administrasi yang terhutang oleh wajib pajak.

4. Pengeluaran STP dilakukan meliputi bulan-bulan pada saat atau masa PPh terutang yang kurang atau tidak dibayar atau timbulnya sanksi administrasi berupa denda atau bunga yang terutang.

Penerbitan STP untuk suatu masa atau periode, hendaknya memperhatikan juga masa-masa pajak sebelumnya dalam tahun pajak yang bersangkutan yang perlu diterbitkan STP.

3.10 Jangka Waktu Pembayaran Surat Tagihan Pajak (STP)

(46)

3.11 Dasar Hukum

Ketentuan yang mengatur mengenai masalah STP adalah sebagai berikut: 1. Undang Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan yang telah diperbaharui menjadi Undang-Undang nomor 28 Tahun 2007.

2. Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor Kep-28/PJ.41/1993 tentang Perubahan Lampiran Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP-14/PJ.BT5/1985 tanggal 8 maret 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengeluaran Surat Tagihan Pajak Pajak Penghasilan..

3. Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor Kep-05/PJ.24/1995 tanggal 3 Pebruari 1995 tentang Bentuk Surat Tagihan Pajak dan Surat ketetapan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP-18/PJ.24/1995.

4. Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor SE-41/PJ.41/2001 tentang Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) PPh pasal 25.

3.12 Kegiatan Setiap Seksi Yang Terkait Dengan Penerbitan Surat tagihan Pajak (STP)

(47)

Seksi Pengawasan dan Konsultasi bertanggung jawab untuk mengelola Surat Setoran Pajak (SSP) lembar ke- 2 yang merupakan segi pembayaran atau bukti wajib pajak telah melakukan pembayaran. Seharusnya SSP lembar ke-2 tiap hari diambil ke Kantor Pembendaharaan dan Kas Negara (KPKN), namun kurangnya tenaga pelaksana maka pengambilan SSP lembar ke-2 sering terlambat. Setelah SSP tersebut diambil, lalu dilakukan sortasi, perekaman dan perekapan. Setelah perekaman dilakukan, SSP lembar ke-2 itu nantinya akan dikirim ke setiap seksi yang membutuhkan.

(48)

lembar ke-3 sudah masuk ketika wajib pajak melapor ke Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).

Dari tabelaris di computer dapat terlihat berapa pokok angsuran wajib pajak dan tanggal pembayaran dan pelaporan. Pokok angsuran wajib pajak tahun lalu ataupun berdasarkan angsuran yang harus dibayar akibat pemeriksaan yaitu dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dari Kantor Pelayanan Pajak.

2. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan adalah yang berwenang mencetak STP yaitu meliputi pengetikan, penomoran, pengiriman ke wajib pajak dan sksi yang terkait.

Dasar penerbitan STP di pelayanan adalah nota perhitungan yang dibuat oleh seksi pengawasan dan konsultasi (waskon). Penomoran STP juga menunjukkan besarnya STP yang terbit dalam suatu periode atau tahun pajak.

3. Seksi Penagihan

(49)
(50)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

4.1 PROSEDUR PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK

Proses penerbitan STP PPh Badan dimulai dari Koordinator Pelaksana waskon yang dibantu oleh Account Representative (AR). Seksi waskon akan membuat nota perhitungan dan selanjutnya nota perhitungan akan dikirim ke seksi pelayanan koordinator pelaksana ketetapan dan arsip wajib pajak. Secara garis besar seksi inilah yang nantinya akan mengolah dan menerbitkan STP PPh Badan. Setelah disetujui oleh kepala seksi pelayanan, STP disalurkan pihak-pihak yang telah

ditentukan oleh peraturan perpajakan.

4.2 PROSES PELAKSANAAN STP PPh BADAN

Secara rinci proses pelaksanaan penerbitan STP PPh Badan:

(51)

2. Peneliti membuat daftar pengiriman nota perhitungan PPh Badan rangkap 3(tiga) yaitu lembar ke-1 dan lembar ke-2 untuk seksi pelayanan dan lembar ke -3 untuk arsip di seksi penagihan.

3. Peneliti mengirimkan ke seksi pelayanan lembar ke-1 nota perhitungan dan lembar ke-1dan lembar ke-2 daftar pengiriman nota perhitungan setelah nota perhitungan tersebut juga diparaf oleh kepala seksi pembayaran masa pada kolom diteliti dan kolom disetujui diparaf oleh kepala seksi waskon. Nota perhitungan tersebut juga dilampiri dengan lembar penghitungan STP.

40

4. Diseksi pelayanan nota perhitungan tersebut dijadikan dasar untuk membuat STP PPh Badan dan menerbitkannya.

5. Koordinator pelaksana ketetapan dan arsip wajib pajak diseksi pelayanan membuat STP PPh Badan rangkap 4 yaitu:

a. lembar ke-1 untuk wajib pajak b. lembar ke-2 untuk seksi pelayanan c. lembar ke-3 untuk seksi waskon d. lembar ke-4 untuk seksi pengihan

(52)

6. Di petugas control keluar dalam hal ini koordinator pelaksana ketetapan dan arsip, STP, di cocokkan dengan nota perhitungan dan jika benar di paraf di kolom control keluaran, setelah itu STP, daftar pengantar, lampiran daftar pengantar serta perhitungan diteruskan ke kepala seksi pelayanan untuk di paraf di kolom ditetapkan.

7. STP, daftar pengantar dan lampiran, daftar pengantar STP diteruskan ke kepala KPP Pratama Binjai untuk ditandatangani kepala KPP lalu dari seksi pelayanan dikirimkan ke:

a. Lembar ke-1 STP ke wajib pajak

b. Lembar ke-2 STP dan lembar ke-1 dan lembar ke-3 daftar pengantar dan lampiran daftar pengantar STP ke seksi pelayanan

c. Lembar ke-3 STP dan lembar ke-2 daftar pengantar dan lampiran daftar pengantar STP ke seksi waskon

8. Untuk nomor 6, apabila STP yang diterbitkan adalah produk dari hasil pemeriksaan sederhana kantor ataupun lapangan, maka kolom ditetapkan itu harus diparaf oleh kepala KPP, sedangkan kepala seksi pelayanan hanya memaraf di daftar pengantar saja.

(53)

4.3 JUMLAH PENERIMAAN YANG DIPEROLEH OLEH KPP PRATAMA BINJAI ATAS PENERBITAN STP

Dalam penerbitan STP secara keseluruhan, yang dapat digaih adalah besarnya jumlah pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak. Besarnya STP yang diterbitkan adalah merupakan tagihan yang harus dilunasi oleh wajib pajak dan merupakan penerimaan bagi KPP. Perkembangan penerimaan pajak penghasilan badan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai atas penerbitan STP dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Perkembangan jumlah penerimaan pajak atas Penerbitan STP dan jumlah wajib pajak terdaftar

Tahun 2008-2009 Tahun

Pajak

Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

Jumlah STP Yang Terbit

Jumlah Penerimaan Pajak

2008 440 200 Rp 30.443.057

2009 228 120 Rp 249.975.948

Sumber: Laporan Penerimaan Pajak PPh Badan 2010

(54)

mengalami penurunan yaitu sejumlah 120 STP akan tetapi secara kualitas mengalami peningkatan sebesar RP 249.975.948.

4.4 MASALAH YANG TIMBUL DALAM PENERBITAN STP

Dari data diatas, terlihat masih banyak benturan-benturan dalam hubungan antara kewajiban wajib pajak dan fiskus secara administrasi khususnya masalah kepatuhan wajib pajak, sehingga perlu diternitkan Surat Tagihan pajak (STP). Masalah pengenaan sanksi dan denda dengan penerbitan STP meliputi bagaimana penerbitan, pencairan, serta pelunasan STP.

Faktor penyebab utama diterbitkan STP di KPP Pratama Binjai adalah wajib pajak kurang memahami pelaksanaan peraturan perpajakan. Wajib pajak, terutama yang baru mendaftar umumnya masih kurang jelas dalam hal pembayaran angsuran bulanan atau pembayaran masa. Contohnya dalam hal pembayaran masa nihil, wajib pajak masih banyak menganggap bahwa dengan tidak membayar pajak berarti tidak pelu melakukan pelaporan. Hal ini mengakibatkan wajib pajak tersebut dikenakan denda administrasi karena terlambat melapor.

(55)

prosedur penerbitan STP dapat dilihat dari kegiatan setiap seksi yang terkait, yang akan diuraikan sebagai berikut

1. Seksi Waskon

Faktor penyebab hambatan teknis dalam penerbitan STP adalah jadwal waktu penerbitan yang tidak sesuai dangan waktu ditentukan. Keterlambatan dalam penerbitan STP terlihat dalam penerbitan STP terhadap wajib pajak. Menurut peraturan, pelaksanaan penerbitan STP untuk wajib pajak dikeluarkan setiap saat setelah lewat jatuh tempo pembayaran/ penyetoran. Dengan masih ditundanya pembuatan nota penghitungan oleh seksi waskon tidak jarang akhirnya atas sanksi bunga atau denda di kumulatifkan dengan badan berikutnya. Kurangnya petugas bila dibandungkan dengan kuantitas pekerjaan juga merupakan faktor penghambat bagi kelancaran penerbitan.

Demikian juga banyak wajib pajak yang merasa keberatan atas diterimanya STP oleh fiskus. Oleh karena itu wajib pajak mengirimkan surat keberatan.

2. Seksi Pelayanan

Koordinator pelaksana memiliki kepala seksi dan mempunyai beberapa pelaksana yang melaksanakan penerbitan yang meliputi STP, SKPKB, SKPLB, SKPKBT. Oleh karena itu, tidak jarang terhadap nota perhitungan yang berasal dari seksi waskon ditunda penerbitannya karena sibuk dengan tugas lain.

3. Seksi Penagihan

(56)

surat teguran, surat paksa dan seterusnya. STP yang telah lewat jatuh tempo dapat dilihat dari buku pengawasan penagihan apakan telah dilakukan penagihan atau belum. Selama ini penetausahaan STP yang sudah dilunasi juga belum maksimal. Hal ini akan menyebabkan pengawasan terhadap pencairan STP yang sudah lunas ada yang tidak dipisahkan di satu tempat tersendiri dan ada juga STP yang sudah lunas dan diberi kohir lunas belum dicatat di daftar pengawasan pencairan. Dari STP yang sudah lewat jatu tempo, seharusnya di cap kapan dikeluarkan surat teguran di STP tersebut tetapi hal ini tidak dilakukan karena kurangnya tenaga pelaksana.

4.5 USAHA PEMECAHAN MASALAH

Beberapa alternative pemecahan masalah yang dapat dikemukakan adalah: 1. Membina dan meningkatkan pengawasan kepatuhan wajib pajak

Salah satu unsur yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan penerimaan pajak yaitu ikut sertanya peran wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan secara aktif dan penuh kesadaran.

(57)

melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kewajiban yang dilakukan oleh wajib pajak.

Hal yang perlu disadari adalah bahwa pelaksanaan kewajiban yang dilakukan oleh wajib pajak dalam rangka memenuhi kewajiban perpajakannya tidak akan selalu sesuai dengan peraturan perpajakan yang telah ditentukan. Hal ini mungkin disebabkan karena undang-undang perpajakan yang masih baru sehingga masih banyak wajib pajak yang belu memahaminya dan kemungkinan lain bahwa wajib pajak memang secara sadar ataupun tidak belum bersedia memenuhi kewajiban.

Dalam hal demikian memang dituntut untuk melaksanakan pembinaan kepada wajib pajak. Oleh karena itu pembinaan kepada wajib pajak dilakukan dengan penuh kesadaran yang tinggi dan penuh kesabaran. Namun demikian kepada wajib pajak yang tidak melaksanakan kewajibannya akan dikenakan sanksi administrasi. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mencegah kesalahan yang dilakukan berulang-ulang dan akan memberi dampak secara psikologis untuk melakukan perbuatan yang sama. Secara luas harapan sanksi perpajakan ini akan berpengaruh bagi wajib pajak lainnya. Membina dan meningkatkan pengawasan kepatuhan wajib pajak dapat dilakukan pada saat pendaftaran wajib pajak sehingga wajib pajak mengerti akan

(58)

2. Penambahan tenaga pelaksana

Setiap seksi yang terkait dengan penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP ) sangat memerlukan tenaga pelaksana. Sehingga toleransi pekerjaan antar seksi sedikit dikurangi, dan pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dan berjalan dengan baik.

3. Pengawasan pelaksanaan administrasi perpajakan

Hal ini dapat dilakukan langsung oleh atasan pelaksana yang terkait dengan proses penerbitan STP baik seksi pelayanan maupun seksi yang lainnya. Dapat dilakukan pemeriksaan langsung terhadap buku produksi sehingga dapat dilihat berapa STP yang telah diterbitkan dan berapa besar jumlah yang diperoleh serta masalah apa saja yang menghambat proses penerbitan STP dan kemungkinan pemecahan masalah oleh semua seksi yang terkait. Misalnya apabila SSP lembar ke-2 belum masuk, dapat ditelusuri secara cepat ke seksi pelayanan. Demikian juga pengambilan SSP lembar ke-2 ke KPKN perlu dilakukan setiap hari agar lebih efektif dan efisien.

(59)

wajib pajak tentang materi Undang-undang Perpajakan itu sendiri ataupun memberikan perhatian yang bersifat praktis dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Pengertian tentang kewajiban membayar pajak yang harus disetor, batas waktu pembayaran pajak dan pelaporan pajak yang tidak boleh terlambat.

5. Menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) semaksimal mungkin terhadap wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.

6. Mengawasi dan melaksanakan equalisasi omset PPh dan PPN sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis memberikan kesimpulan sehubungan dengan apa yang telah dikemukakan yaitu sebagai berikut:

1. Faktor utama yang masih berperan dalam masalah STP dimana yang paling banyak adalah karena wajib pajak tersebut kurang atu tidak membayar angsuran pajak dan terlambat melaporkan pembayaran masanya.

2. Masalah teknis umumnya adalah masalah pada saat penerbitan STP dan masih kecilnya usaha untuk pencairan STP disamping kurangnya tenaga pelaksana dan sarana untuk melakukan penagihan.

(61)

4. Penerbitan STP terhadap wajib pajak sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan pembayaran PPh Badan. Yang melanggar dalam melaksanakan kewajiban perpajakan khususnya dalam memenuhi angsuran bulanan PPh Badan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda sehingga sumber penerimaan Negara dapat berkembang dan meningkat sejalan dengan kemampuan masyarakat dan laju pembangunan.

5. Upaya yang dilakukan oleh KPP Pratama Binjai untuk meningkatkan penerimaan pajak dpenerbitan STP PPh Badan adalah dengan intensifikasi melalui pengawasan pembayaran masa dan mempercepat proses penerbitan. Pengawasan yang dilakukan terhadap wajib pajak antara lain dalam jumlah angsuran, tanggal pembayaran dan pelaporan pajak dapat juga digunakan sebagi dasar penerbitan Surat Tagihan Pajak.

50

5.2 SARAN

Ada beberapa saran yang perlu penulis kemukakan dalam penulisan tugas akhir ini antara lain:

1. Perlu diberikan penyuluhan terus menerus kepada wajib pajak tentang masalah-masalah yang terkait dengan perpajakan sehingga dalam pelaksanaan kewajibannya wajib pajak tidak merasa terpaksa atau karena takut terkena sanksi administrasi.

(62)

3. Bagi Fiskus agar melakukan pengecekan terlebih dahulu sebelum menerbitkan STP sehingga tidak terjadi salah paham antara fiskus dengan wajib pajak yang menyetor/melapor SPT Masanya lebih dati satu masa pajak.

4. Unruk kelancaran dan peningkatan penerimaan pajak secara langsung berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan diminta kepada para wajib pajak agar membantu fiskus dengan cara melapor dan membayar pajaknya secara jujur.

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Anastasia Diana, Perpajakan Indonesia, Penerbit Andy Yogyakarta, Yogyakarta,2004 Erly Suandy, Perpajakan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2002

Gunadi, Ketentuan Dasar Pajak Penghasilan, Penerbit Salemba Empat,Jakarta, 2002 Lesmana Eko,Sistem Perpajakan Indonesia,Prima Kampus,Grafika,1994.

Mardiasmo, Perpajakan, Andi, Edisi Revisi 2006, Yogyakarta,2006.

Resmi Siti,Perpajakan Teori dan Kasus,Salemba Empat,Edisi ke-3,Jakarta,2003 Sihaloho Cyrus,Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajaka,Grafindo Persada,Cetakan

ke-6,Jakarta,2003

Referensi

Dokumen terkait

Data Mengenai Pengiriman Dan Penerimaan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

Pajak menjadi sektor yang memberikan penerimaan terbesar bagi negara serta merupakan salah satu sumber dana utama dalam melakukan pembangunan termasuk di negara Indonesia

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan

penerimaan sumber pendapatan negara yang diperoleh dari kontribusi wajib pajak.. rakyat, dimana peraturan pungutannya diatur dalam undang-undang

PROSEDUR PENETAPAN DAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)..

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.03/2010 tentang perubahan atas peraturan Menteri Keuangan Nomor 189/PMK.02/2007 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak.. Undang –

(1) Penerimaan Pajak Penghasilan badan pasal 25/29 merupakan variabel dependen, dapat dilihat dari jumlah penerimaan pajak penghasilan badan pasal 25/29 badan yang

Pada kenyataannya masih banyak wajib pajak yang tidak mau membayar angsuran Pajak Penghasilan pasal 25 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 disebabkan karena kurang tahunya wajib