• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Yang Optimum Pada PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM-Mabar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perencanaan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Yang Optimum Pada PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM-Mabar"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

YANG OPTIMUM PADA PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA

KIM – MABAR

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

A L F A B E R M. 0 2 0 4 0 3 0 3 0

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

No. Dok : FM-TS-01-05A; Tgl. Efektif : 1 Februari 2007; Rev : 0; Halaman 1 dari 1 TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

A L F A B E R M.

0 2 0 4 0 3 0 3 0

Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II

(Ir. Kores Sinaga) (Ir. Nurhayati S, M.T.)

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

BAB Hal.

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... I-1

1.1. ... Latar

Belakang ... I-1

1.2. ... Perumusan

Masalah ... I-2

1.3. ... Tujuan dan

Manfaat ... I-3

1.4. ... Batasan

(4)

2.1. ... Sejarah

Perusahaan ... II-1

2.2. ...Ruang

Lingkup Bidang Usaha ... II-3

2.3. ... Organisasi

dan Manajemen ... II-3

DAFTAR ISI

(Lanjutan)

BAB Hal.

2.3.1. ...Struktur

Organisasi ... II-3

2.3.2. ...Uraian

Tugas dan Tanggung Jawab ... II-5

2.3.3. ...Tenaga

Kerja dan Jam Kerja Perusahaan ... II-21

2.3.4. ...Sistem

Pengupahan ... II-22

2.3.5. ...Insentif dan

(5)

Bahan Tambahan dan Bahan Penolong ... II-25

2.4.1.1. ...Bahan Baku

... II-25

2.4.1.2. ...Bahan

Tambahan ... II-26

2.4.1.3. ...Bahan

Penolong ... II-26

2.4.2. ...Uraian

Proses Produksi ... II-27

2.5. ... Mesin dan

Peralatan ... II-34

2.5.1. ...Mesin

Produksi ... II-34

2.5.2. ...Peralatan

... II-37

2.5.3. ...Utilitas

... II-37

2.5.4. ...Safety and

(6)

... II-39

III. LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. ... Peramalan

... III-1

DAFTAR ISI

(Lanjutan)

BAB Hal.

3.1.1. ...Prosedur

Peramalan ... III-3

3.1.2. ...Model Deret

Berkala ... III-4

3.1.2.1. ...Pola Data

Model Deret Berkala ... III-4

3.1.2.2. ...Teknik

Peramalan Deret Berkala ... III-5

3.1.2.3. ...Kriteria

Pemilihan Trend ... III-8

3.1.2.4. ...Koefisien

(7)

... III-12

3.2.1. ...Pengendalia

n Persediaan ... III-12

3.2.2. ...Sistem

Manajemen Persediaan ... III-15

3.2.3. ...Pengendalia

n Tingkat Persediaan ... III-15

3.2.4. ...Biaya-biaya

Persediaan ... III-17

3.2.5. ...Pengisian

Kembali Persediaan ... III-19

3.2.6. ...Cara-cara

Pemesanan (Order System) ... III-20

3.2.7. ...Jumlah

Pesanan yang Ekonomis (EOQ) ... III-21

3.2.8. ...Persediaan

Pengaman (Safety Stock) ... III-25

3.2.8.1. ...Arti dan

(8)

Kualitas ... III-31

3.2.10. ...Pengujian

Kepekaan ... III-32

DAFTAR ISI

(Lanjutan)

BAB Hal.

3.2.11.

...Model-model Perencanaan dan Peng. Persediaan ... III-32

IV. METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. ... Tempat dan

Waktu Penelitian ... IV-1

4.2. ... Rancangan

Penelitian ... IV-1

4.3. ...Objek

Penelitian ... IV-3

4.4. ... Variabel

Penelitian ... IV-3

4.4.1. ...Variabel

(9)

Data ... IV-5

4.6. ... Analisis

Pemecahan Masalah ... IV-6

4.7. ...Kesimpulan

dan Saran ... IV-7

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. ...

Pengumpulan Data ... V-1

5.2. ... Pengolahan

Data ... V-5

5.2.1. ...Peramalan

Produksi Tahun 2009 ... V-5

5.2.2. ...Penentuan

Jumlah Pesanan yang Ekonomis ... V-17

5.2.3. ...Penentuan

Frekuensi Pemesanan per Tahun ... V-18

5.2.4. ...Penentuan

Nilai Pemesanan Setiap Kali Pesan ... V-19

5.2.5. ...Biaya

(10)

DAFTAR ISI

(Lanjutan)

BAB Hal.

5.2.7. ...Penentuan

Besarnya Persediaan Pengaman ... V-27

5.2.8. ...Penentuan

Batas Titik Pemesanan ... V-26

VI. ANALISA PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. ... Analisis

Peramalan ... VI-1

6.2. ... Analisis

Model Pengendalian Persediaan ... VI-2

6.3. ...Perbandigan

TVC Metode EOQ dengan Jumlah

Pemesanan Cara Perusahaan ... VI-3

6.4. ... Analisis

Sensitivitas (Pengujian Kepekaan) ... VI-4

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. ... Kesimpulan

(11)
(12)

TABEL Hal.

2.1. Sistem Pembagian Jam Kerja Bagian Administrasi Perusahaan . II-21

2.2. Sistem Pembagian Jam Kerja Bagian Produks i ... II-22

2.3. Mesin Produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia ... II-35

2.4. Peralatan Produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia ... II-37

2.4. Utilitas PT. Charoen Pokphand Indonesia ... II-37

3.1. Policy Factor (K) pada Frequency Level Of Servie ... III-30

5.1. Penggunaan Bahan Baku PT. Charoen Pokphand Indonesia ... V-2

5.2. Daftar Biaya Pesan Bahan Baku ... V-3

5.3. Harga Satuan dan Order Point Level Bahan Baku ... V-4

5.4. Delivery Lead Time Bahan Baku ... V-4

5.5. Jumlah Produksi Selama Tiga Tahun ... V-5

5.6. Perhitungan Hasil Peramalan Metode ExponentialSmoothing .. V-7

5.7. Perhitungan Kesalahan Metode ExponentialSmoothing ... V-8

(13)

TABEL Hal.

5.10. Perhitungan Untuk Verifikasi Dengan Moving Range Chart ... V-13

5.11. Peramalan Produksi Tahun 2009 ... V-15

5.12. Persentase Penggunaan Bahan Baku dalam Produk Jadi ... V-16

5.13. Konversi Jumlah Produksi ke Jumlah Bahan Baku ... V-16

5.14. Data Pemakaian Bahan Baku Jagung Harian ... V-23

5.15. Data Pemakaian Bahan Baku BKK Harian ... V-24

5.16. Data Pemakaian Bahan Baku PKM Harian ... V-26

6.1. Perbandingan TVC Perusahaan Terhadap dengan hasil

Perhitungan Rancangan ... VI-4

(14)

GAMBAR Hal.

2.1. Struktur Organisasi PT. Charoen Pokphand Indonesia ... II-5

2.2. Diagram Blok Proses Produksi ... II-28

3.1. Blok Diagram Prosedur Peramalan ... III-3

3.2. Pola Data Horizon ... III-4

3.3. Pola Data Musiman ... III-4

3.4. Pola Data Siklis ... III-5

3.5. Pola Trend ... III-5

3.6. Penentuan Titik SEbaran Daerah A,B,C Metode MRC ... III-10

3.7. Flow Chart Proses Verifikasi Metode MRC ... III-11

3.8. Hubungan dari Sasaran-sasaran Fungsional ... III-14

3.9. Diagram Alir Pengembangan Sistem manajemen persediaan .... III-16

3.10. Total Biaya Persediaan ... III-22

3.11. Inventory Level With Safety Stock ... III-26

(15)

GAMBAR Hal.

3.13. Jumlah Stok Berbanding Waktu ... III-38

4.1. Diagram Blok Metode Penelitian ... IV-2

4.2. Diagram Blok Pengolahan Data ... IV-5

5.1. Diagram Pencar Data Produksi Perbulan ... V-6

5.2. Moving Range Chart Untuk Verifikasi Fungsi Peramalan Metode

(16)

LAMPIRAN Hal.

1. Tabel Distribusi F ... L-1

2. Perhitungan Peramalan Dengan Metode Exponential

Smoothing ... L-3

3. Perhitungan Peramalan Metode Dekomposisi ... L-5

4. Perbandingan Data Nyata Dengan Metode Exponential

(17)

Pokok permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah bagaimana menentukan pemesanan yang optimal untuk setiap bahan baku proses sehingga diperoleh biaya persediaan yang optimum pada PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM – Mabar yang merupakan pabrik pakan ternak. Tujuan dalam menentukan ukuran pemesanan tersebut adalah untuk menghindari biaya yang tidak wajar (dalam hal ini biaya sangat besar), tetapi tidak mengurangi tingkat pelayanan kepada konsumen (karena terjadinya stockout).

Langkah awal dalam menyelesaian permasalahan tersebut ialah dengan melakukan peramalan permintaan pakan ternak untuk satu tahun kedepan, yaitu permintaan untuk tahun 2009. Peramalan dilakukan dengan dua metode dan kemudian dipilih satu peramalan yang dinilai lebih sesuai dengan melakukan uji F.

Hasil peramalan produk jadi kemudian dijabarkan menjadi jumlah permintaan masing-masing bahan baku yaitu : jagung, BKK (bungkil kacang

kedelai) dan PKM (palm kernel mill). Dengan diperolehnya jumlah kebutuhan

bahan baku tersebut, faktor-faktor yang dipertimbangkan untuk menentukan ukuran pemesanan adalah jumlah permintaan, data biaya persediaan dan leadtime.

penentuan jumlah pemesanan yang optimal berdasarkan metode Q atau metode jumlah pemesanan tetap. Melalui metode EOQ ditentukan jumlah pemesanan untuk setiap bahan baku. Setelah itu dilakukan perhitungan mengenai jumlah persediaan pengaman dengan service level sebesar 95%. Hal ini dilakukan

karena kemungkinan adanya perubahan permintaan selama leadtime dan/atau

terjadinya keterlambatan kedatangan bahan baku yang dipesan tersebut.

Total biaya persediaan yang harus dikeluarkan untuk masing-masing bahan baku ialah : Rp. Rp. 23,127,191,- untuk bahan baku jagung, Rp. 26,017,899,- untuk bahan baku BKK dan Rp. 5,382,785,- untuk bahan baku PKM.

(18)

Pokok permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah bagaimana menentukan pemesanan yang optimal untuk setiap bahan baku proses sehingga diperoleh biaya persediaan yang optimum pada PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM – Mabar yang merupakan pabrik pakan ternak. Tujuan dalam menentukan ukuran pemesanan tersebut adalah untuk menghindari biaya yang tidak wajar (dalam hal ini biaya sangat besar), tetapi tidak mengurangi tingkat pelayanan kepada konsumen (karena terjadinya stockout).

Langkah awal dalam menyelesaian permasalahan tersebut ialah dengan melakukan peramalan permintaan pakan ternak untuk satu tahun kedepan, yaitu permintaan untuk tahun 2009. Peramalan dilakukan dengan dua metode dan kemudian dipilih satu peramalan yang dinilai lebih sesuai dengan melakukan uji F.

Hasil peramalan produk jadi kemudian dijabarkan menjadi jumlah permintaan masing-masing bahan baku yaitu : jagung, BKK (bungkil kacang

kedelai) dan PKM (palm kernel mill). Dengan diperolehnya jumlah kebutuhan

bahan baku tersebut, faktor-faktor yang dipertimbangkan untuk menentukan ukuran pemesanan adalah jumlah permintaan, data biaya persediaan dan leadtime.

penentuan jumlah pemesanan yang optimal berdasarkan metode Q atau metode jumlah pemesanan tetap. Melalui metode EOQ ditentukan jumlah pemesanan untuk setiap bahan baku. Setelah itu dilakukan perhitungan mengenai jumlah persediaan pengaman dengan service level sebesar 95%. Hal ini dilakukan

karena kemungkinan adanya perubahan permintaan selama leadtime dan/atau

terjadinya keterlambatan kedatangan bahan baku yang dipesan tersebut.

Total biaya persediaan yang harus dikeluarkan untuk masing-masing bahan baku ialah : Rp. Rp. 23,127,191,- untuk bahan baku jagung, Rp. 26,017,899,- untuk bahan baku BKK dan Rp. 5,382,785,- untuk bahan baku PKM.

(19)

1.1. Latar Belakang

PT. Charoen Pokphand Indonesia merupakan perusahaan yang

memproduksi pakan ternak, dimana daerah pemasarannya mencakup seluruh

Pulau Sumatera. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi pakan ternak

tersebut ialah jagung yang diperoleh dari dalam maupun luar negeri (berkaitan

dengan kebijakan pemerintah), bungkil kacang kedelai (BKK) yang diperoleh dari

luar negeri (Brazil, Argentina), palm kernel mill (PKM) yang diperoleh dari dalam

negeri (pabrik-pabrik kelapa sawit) serta bahan-bahan lainnya.

Untuk dapat memperoleh pangsa pasar yang baik, perusahaan dituntut

untuk memiliki sistem manajemen mutu yang efektif dan efesien, salah satu

diantaranya adalah sistem persediaannya, dan juga kualitas produk yang dapat

memenuhi kebutuhan pelanggan, sehingga total biaya dapat diatur pada batas

yang layak. Dengan demikian produk dapat dijual dengan harga yang sangat

kompetitif.

Kebijakan perusahaan dalam memenuhi permintaan pelanggan pada

dasarnya adalah dengan menerapkan sistem MTO (Make to Order). Dengan

menggunkan sistem ini, maka perusahaan dapat memastikan bahwa bahan baku

(jagung, BKK, PKM dan bahan lainnya) yang tersedia benar-benar diolah menjadi

(20)

mencapai titik tertentu (titik pemesanan ulang). Pada sistem tersebut, pemesanan

hanya dilakukan ketika jumlah stok di tangan sudah dibawah batas yang

ditentukan. Metode ini memampukan perusahaan untuk menghindari pemesanan

dengan jumlah yang relatif kecil. Pendekatan ini berguna ketika batas waktu

pemakaian bahan penting, dan penuaan bahan sangat tidak diharapkan, terutama

ketika terjadinya masa kekurangan atau sedikit sekali permintaan yang datang.

Resiko yang timbul adalah potensi kehabisan bahan (stockout), sehingga apabila

hal ini terjadi maka kemungkinan berhentinya proses produksi sampai kedatangan

bahan sangat mungkin terjadi. Oleh karena itu, maka dalam kesempatan ini

penulis mencoba untuk mengamati sistem persediaan lain yang kemungkinan

dapat memperkecil resiko yang tersebut diatas dan kemungkinan terjadinya biaya

total persediaan yang lebih kecil.

1.2. Perumusan Masalah

Dari penjelasan diatas, maka rumusan permasalahan yang menjadi pusat

perhatian pada penulisan tugas sarjana ini adalah :

1. Bagaimana menentukan jumlah pemesanan yang optimum, dalam hal ini

jumlah pemesanan paling ekonomis dari segi biaya untuk memenuhi

(21)

bahan baku (Stockout).

1.3. Tujuan dan Manfaat

Penelitian yang dilakukan bertujuan :

1. Menetapkan jumlah pemesanan bahan baku untuk setiap kali pesan, dimana

jumlah pemesanan merupakan pemesanan terhemat

2. Menentukan besarnya jumlah persediaan pengaman agar tidak terjadi stockout

selama masa pemesanan dengan pertimbangan level of service yang

berdasarkan pada pengalaman masa lalu.

3. Menentukan batas titik pemesanan ulang yang paling relevan.

Manfaat-manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini

adalah :

1. Bagi penulis, yakni dapat menjadi sarana pembelajaran dan pematangan ilmu

pengetahuan yang telah diterima selama menjalani perkuliahan. Selain itu

juga, penulis dapat melihat dan menerapkan secara nyata suatu konsep ilmu di

lapangan kerja nyata.

2. Bagi Departemen, yakni dapat menjadi literatur yang akan semakin

memperkaya penerapan ilmu keteknik-industrian di lapangan kerja nyata serta

menjadi bahan literatur bagi penelitian oleh departemen maupun mahasiswa di

(22)

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi

Agar penelitian ini dapat lebih terarah, maka terlebih dahulu ditetapkan

batasan permasalahan dan asumsi yang akan digunakan selama dilakukannya

penelitian. Batasan-batasan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada persediaan bahan baku.

2. Pembahasan tidak memperhitungkan adanya rework scrap.

3. Penelitian ini hanya dilakukan di dalam pabrik pengolahan pakan ternak PT.

Charoen Pokphand Indonesia KIM – Medan, dan tidak dibandingkan dengan

perusahaan lain yang sejenis.

4. Biaya sistem rancangan tidak dikaji

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Seluruh data yang diperoleh dari perusahaan dan sumber lain setelah

dipertimbangkan kelayakannya dianggap benar

2. Bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong cukup tersedia pada

sumbernya

3. Tidak ada pemotongan harga untuk pembelian dalam jumlah besar

4. Lead time pemesanan bahan diketahui

5. Dana untuk pembelian bahan dianggap cukup tersedia

(23)

Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri, maka penulisan laporan

tugas sarjana ini disusun ke dalam tujuh bab.

Pada Bab I (Pendahuluan), diuraikan mengenai latar belakang

permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, batasan

permasalahan dan asumsi yang digunakan, serta sistematika penulisan laporan.

Selanjutnya pada Bab II (Gambaran Umum Perusahaan) memuat secara singkat

dan padat berbagai atribut dari perusahaan yang menjadi objek penelitian, jenis

produk dan spesifikasinya, bahan baku, proses produksi, mesin dan peralatan yang

digunakan dalam menunjang proses produksi, serta organisasi dan manajemen

dari perusahaa.

Selanjutnya pada Bab III (Landasan Teori) diuraikan mengenai

tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi tentang teori-teori dan pemikiran-pemikiran

yang digunakan sebagai landasan dalam pembahasan serta pemecahan

permasalahan. Landasan teori yang digunakan adalah bertujuan untuk

menguatkan metode yang dipakai untuk memecahkan permasalahan di

perusahaan. Untuk lebih memahami apa-apa saja yang harus dilakukan pada saat

penelitian dan bagaimana tahapan-tahapan yang dilakukan pada saat penelitian

dapat dilihat pada Bab IV (Metodologi Penelitian). Selain itu, di sini juga dibahas

mengenai penjelasan secara ringkas tiap tahapan penelitian dengan disertai

(24)

lanjut diuraikan tentang hasil yang diperoleh dari analisa data dan pemecahan

masalah yang telah dapat dilihat pada Bab VI (Analisis Pemecahan Masalah).

Sebagai kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran bagi pihak perusahaan

(25)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Pada Tahun 1970 usaha peternakan ayam rasionalisasi mulai berkembang

pesat di Indonesia dan walaupun demikian produksi daging dan telur ayam

kampung belum dapat memenuhi konsumsi masyarakat. Ditinjau dari segi

peternakan ayam ras yang semakin berkembang, usaha ini berkaitan erat dengan

perkembangan teknologi. Hal ini dibuktikan dengan penemuan alat yang mampu

menetaskan telur ayam dalam waktu yang relatif singkat. Penerapan teknologi ini

didukung oleh program pemerintah untuk meningkatkan nilai gizi masyarakat

dalam hal kebutuhan protein hewani.

Melihat Indonesia cukup potensial bagi industri makanan ternak, maka

salah satu perusahaan asing yaitu PT. Charoen Pokphand yang berpusat di

Thailand mewujudkan minatnya untuk menanamkan modalnya dalam jumlah

yang besar secara patungan dengan pengusaha Indonesia. Berdasarkan persetujuan

Presiden No. B-32/Pres/1971, didirikan perusahaan patungan tersebut dengan

nama PT. Charoen Pokphand Indonesia yang berkedudukan di Jakarta.

PT. Charoen Pokphand Indonesia yang didirikan tahun 1971 ini merupakan anak

perusahaan dari CHAROEN POKPHAND OVERSEAS INVESTMENT CO.

LTD. HONGKONG.

Sebagai akibat dari peningkatan konsumsi dan pertambahan jumlah

(26)

meningkat. Menanggapi perkembangan tersebut, PT. Charoen Pokphand

Indonesia memperluas usaha dan juga pasarnya dengan mendirikan pabrik baru,

masing-masing di Surabaya pada tahun 1976 dan di Medan pada tahun 1979.

PT. Charoen Pokphand Indonesia Cabang Medan didirikan di atas tanah seluas

+ 2 Ha, berlokasi di Jln. Medan –Tj. Morawa Km. 8.5 Kelurahan Timbang Deli

Kecamatan Medan Johor.

Pada Tahun 1988, didorong oleh semakin meningkatnya pasar ekspor

udang, perusahaan menambahkan pakan udang ke dalam rangkaian produksi

pakan unggasnya yang sudah semakin berkembang, dengan membuka pabrik baru

di Medan dengan kapasitas 40.000 ton pakan udang setiap tahunnya. Sebagai

kontribusi atas semakin berkembangnya pasaran ayam ras baik yang pedaging dan

petelur, maka PT. Charoen Pokphand Indonesia mengadakan ekspansi usaha lagi

di Medan dengan mendirikan feedmill kedua yang berlokasi di Jln. Pulau

Sumbawa No.5 Kawasan Industri Medan (KIM-Mabar) dengan seluas +

Dewasa ini PT. Charoen Pokphand Indonesia merupakan produsen pakan

unggas terkemuka di Indonesia dengan suatu jaringan pabrik produksi, fasilitas

penelitian dan pengembangan, serta pusat-pusat pembibitan unggas yang tersebar

di Jakarta, Surabaya, dan Medan.

(27)

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang pakan ternak (animal feed),

PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM Mabar memproduksi berbagai jenis pakan

ternak, yaitu:

- Pakan Ayam

- Pakan Bebek

- Pakan Puyuh

- Pakan Babi

Pakan yang diproduksi terbagi atas tiga bentuk, yaitu butiran (pellet),

tepung dan konsentrat.

Seluruh produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM Mabar

dipasarkan di dalam negeri, dengan daerah pemasaran mencakup Aceh, Sumatera

Utara, Riau dan Sumatera Barat

2.3. Organisasi dan Manajemen

Dalam melaksanakan kegiatan perusahaan diperlukan suatu struktur

organisasi yang menggambarkan jaringan hubungan kerja yang sifatnya formal

dan tergambar dalam kotak-kotak kedudukan dan jabatan yang menggambarkan

secara jelas tugas dan wewenang serta tanggung jawab.

2.3.1. Struktur Organisasi

Hubungan dan kerjasama dalam organisasi dituangkan dalam suatu

struktur organisasi. Struktur organisasi adalah merupakan bagan yang

(28)

pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang

dibebankan serta menetapkan hubungan antara unsur-unsur organisasi secara jelas

dan terperinci. Suatu bentuk kerjasama yang efektif dengan demikian akan dapat

diperoleh untuk mencapai tujuan yang diharapkan suatu perusahaan.

Struktur yang digunakan oleh PT. Charoen Pokhpand Indonesia KIM

Mabar adalah bentuk organisasi fungsional. Organisasi fungsional paling banyak

diterapkan karena dianggap paling dapat memenuhi kebutuhan terutama

perusahaan-perusahaan besar.

Organisasi fungsional adalah organisasi yang disusun berdasarkan sifat

dan macam pekerjaan yang harus dilakukan. Pada tipe organisasi fungsional ini

masalah pembagian kerja mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Pembagian

kerja didasarkan pada spesialisasi yang sangat mendalam dan setiap pejabat hanya

mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan sesuai dengan spesialisasinya. Ciri-ciri

organisasi fungsional adalah :

a. Pembidangan tugas secara tegas dan jelas dapat dibedakan.

b. Bawahan akan menerima perintah dari beberapa orang atasan.

c. Penempatan pejabat berdasarkan spesialisasinya.

d. Koordinasi menyeluruh biasanya hanya diperlukan pada tingkat atas.

e. Terdapat dua kelompok wewenang lini dan wewenang fungsi.

Bagan struktur organisasi PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM Mabar

(29)

Head Of Unit

Personalia and General Affair

Manager

Plant

General Manager Purchase Manager Marketing Manager Quality Control Manager Finance and Accounting General Manager Kepala Bagian Administrasi Staf Umum Internal Supervisor Eksternal Supervisor Accounting

Manager ManagerFinance

Supir

Satpam Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan

Raw Material Supervisor Finish Goods Supervisor Store Room Supervisor

Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Electrical Mechanical Karyawan Karyawan Forklift Procesing

Manager Warehouse Manager

Section Head

Maintenance Manager

Section Head Section Head

Maintenance Supervisor Processing Supervisor Karyawan PPIC Manager Inventory Control General Support Supervisor Karyawan Silo and Drier

Manager Section Head

Silo and Drier Supervisor Truck Scale

Supervisor

Karyawan

Sumber : PT. Charoen Pokhpand Indonesia KIM Medan

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM Mabar

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Untuk menggerakkan suatu organisasi dibutuhkan personil yang

memegang jabatan tertentu dalam organisasi, masing-masing personil diberi

tanggung jawab sesuai dengan jabatannya, dengan demikian akan mempermudah

pengarahan serta mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan dari suatu pekerjaan.

Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab dari tiap-tiap unit dalam

struktur organisasi PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM Mabar adalah sebagai

(30)

1. Kepala Unit (Head of Unit)

Head of Unit adalah merupakan pimpinan puncak dari PT. Charoen

Pokphand Indonesia KIM Medan yang bertugas untuk :

a. Memimpin, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas para

manager bagian.

b. Merencanakan dan menerapkan kebijaksanaan mengenai perbaikan dan

perkembangan umum perusahaan.

c. Bertanggungjawab kepada presiden direktur (pimpinan perusahaan induk)

atas jalannya perusahaan.

2. Plant General Manager

Menjamin tercapainya hasil produksi dalam hal jumlah, kualitas dan waktu

yang sesuai dengan rencana perusahaan dengan memanfaatkan sumber daya

secara optimal memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut :

a. Merencanakan dan mengatur jadwal produksi untukk semua jenis produk

agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan persediaan di gudang.

b. Mengatur pengalokasian sumber daya produksi seperti jam kerja mesin,

jam kerja operator, pengiriman bahan baku yang berhubungan dengan

proses produksi.

c. Melakukan pengawasan dan pengendalian produksi agar hasil produksi

sesuai dengan spesifikasi dan standart mutu yang telah ditetapkan.

d. Merencanakan perawatan mesin-mesin agar dapat beroperasi dengan

(31)

e. Membuat laporan produksi secara berkala mengenai pemakaian bahan

baku.

f. Bertanggungjawab terhadap kelancaran proses produksi mulai dari

penerimaan bahan baku sampai proses produksi hingga menjadi produk

akhir.

3. Manager Pembelian (Purchase Manager)

Purchase manager bertanggung jawab kepada head of unit, bagian ini

bertugas membantu head of unit dalam bidang kegiatan pembelian. Rincian tugas

dari purchase manager adalah :

a. Membantu head of unit dalam melaksanakan serta mengkoordinir seluruh

pengolahan yang berhubungan dengan pembelian, penyimpanan dan

pendistribusian bahan-bahan yang digunakan perusahaan.

b. Merencanakan sistem pengadaan dan persediaan bahan.

c. Mempersiapkan permintaan kebutuhan akan barang dan menentukan

standard harga bahan.

4. Manager Personalia (Personalia and General Affair Manager)

Manager personalia bertanggung jawab langsung kepada head of unit.

Dalam melaksanakan tugasnya manajer personalia membawahi kepala bagian

administrasi dan staf umum. Tugas manajer personalia adalah:

a. Merencanakan perekrutan karyawan sesuai dengan kebutuhan

(32)

b. Mengatur kegiatan yang berhubungan dengan karyawan dan menciptakan

suasana kerja yang nyaman dan berdisiplin.

c. Menampung dan mencari keluhan karyawan.

d. Mengatur dan merencanakan training untuk peningkatan ketrampilan

karyawan.

e. Bertanggungjawab terhadap disiplin kerja karyawan.

5. General Manager Akuntansi dan Keuangan (Finance and Accounting General

Manager)

Finance and accounting general manager bertanggungjawab langsung

kepada head of unit. Dalam melaksanakan tugasnya finance and accounting

general manager membawahi accounting manager dan finance manager. Tugas

finance and accounting general manager adalah :

a. Merencanakan dan mengawasi perencanaan kegiatan akuntansi dari

keuangan perusahaan.

b. Membantu head of unit dalam melaksanakan anggaran perusahaan.

c. Memberikan laporan keuangan kepada pihak pemerintah untuk

menetapkan besarnya pajak yang harus dibayar perusahaan.

d. Bertanggung jawab atas penentuan biaya perusahaan seperti biaya

produksi dan biaya administrasi.

6. Manager Pemasaran (Marketing Manager)

Marketing manager bertanggung jawab kepada head of unit. Marketing

(33)

a. Melaksanakan analisa pasar, meneliti persaingan dan kemungkinan

perubahan permintaan serta mengatur distribusi produksi.

b. Mencari informasi pasar yang berhubungan dengan segmen pasar, trend

permintaan, kualitas yang digunakan dan jadwal permintaan pasar.

c. Mencari order-order dari pemakai produk.

d. Membantu kepala unit didalam menetapkan terget pemasaran dan

kebijaksanaan dalam perluasan pasar.

e. Menentukan kebijaksanaan dari strategi pemasaran perusahaan yang

mencakup jenis produk yang akan dipasarkan, harga, pendistribusian dan

promosi.

f. Menentukan rencana anggaran biaya pemasaran.

7. Manager Pengendalian Kualitas (Quality Control Manager)

Mempunyai tanggung jawab untuk menetapkan, menerapkan dan

mengkoordinir melaksanakan prosedur dan teknik pengendalian mutu untuk

menjamin kepercayaan dan kesesuaian produk yang dihasilkan terhadap

spesifikasi pembuatan yang telah ditentukan. Tugas manager pengendalian

kualitas (quality control manager) adalah:

a. Mengendalikan standar penggunaan bahan baku yang ditetapkan.

b. Melaksanakan pengawasan terhadap mutu produk mulai dari bahan baku

(34)

c. Melaksanakan analisa dan pengawasan produk jadi yang sudah ada di

gudang, terutama dalam hal pengeluaran stock untuk menghindari stock

expired date dengan pengunaan FIFO (First In First Out).

d. Melaksanakan riset terhadap pengembangan mutu produk dan jenis

produk.

8. Processing Manager

Processing manager bertanggung jawab langsung kepada plant general

manager. Tugas-tugas dari Processingmanager adalah:

a. Bertanggungjawab kepada plant general manager atas pelaksanaan

kegiatan produksi.

b. Merencanakan dan mengatur produksi perusahan agar sesuai dengan

spesifikasi dan standard mutu yang telah ditentukan.

c. Mengawasi dan mengkoordinir pengelolaan persediaan bahan baku, bahan

penolong dan bahan-bahan lainnya.

d. Mengawasi jalannya produksi sesuai dengan program produksi yang telah

ditetapkan.

e. Membuat laporan produksi secara periodik mengenai pemakaian bahan

dan jumlah produksi.

f. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi untuk mengetahui

(35)

9. Warehouse Manager

Warehouse Manager bertanggung jawab kepada plant general manager.

Warehouse Managerbertugas:

a. Bertanggung jawab atas pengaturan persediaan bahan baku, produk jadi

dan bahan penolong di gudang.

b. Membuat laporan penerimaan persediaan dan pengeluaran bahan baku di

gudang.

c. Mengkoordinir dan mengawasi pengelolaan persediaan bahan baku di

gudang.

d. Bertanggung jawab atas sarana dan prasarana pendukung di gudang.

10.PPIC Manager

PPIC manager bertanggung jawab kepada plant general manager. PPIC

manager bertugas:

a. Membuat daftar rencana produksi pembuatan pakan ternak.

b. Melakukan koordinasi dengan pihak marketing dalam pembuatan sales

forecast.

c. Melakukan koordinasi dengan pihak warehouse raw material tentang

jumlah bahan baku di gudang.

d. Melakukan koordinasi dengan pihak feed mill dalam pembuatan jadwal

(36)

11.Maintenance Manager

Bertanggung jawab terhadap pengawasan mesin-mesin produksi dan

semua peralatan (tools) yang berhubungan dengan produksi agar tetap dalam

kondisi siap pakai untuk menjamin kelancaran produksi. Tugas maintenance

manager adalah:

a. Membuat jadwal pemeliharaan dan perbaikan terhadap mesin-mesin yang

ada dalam pabrik.

b. Mengeluarkan perintah kerja kepada maintenance section head untuk

melakukan perbaikan pada mesin-mesin berdasarkan jadwal permintaan

perbaikan dari masing-masing operator.

c. Melatih dan mengawasi keterampilan karyawan yang bekerja di bagian

maintenance agar mahir dan dapat bekerja dengan baik.

d. Menentukan prioritas kerja dan progressing perbaikan mesin.

e. Bertanggung jawab kepada plant general manager atas kondisi

mesin-mesin dan peralatan produksi.

12.Drier and Silo Manager

Drier and silo manager bertanggung jawab kepada plant general

manager. Drier and silo manager bertugas:

a. Mengawasi proses penerimaan jagung.

b. Mengawasi proses pengeringan jagung basah pada mesin drier.

(37)

13.Accounting Manager

Accounting Manager bertanggung jawab kepada Accounting and finance

general manager. Accounting Managerbertugas:

a. Mengawasi pelaksanaan kegiatan pembukuan perusahaan.

b. Mengawasi pelaksanaan pemakaian aset perusahaan.

c. Melaksanakan perhitungan akuntansi terhadap pembelian bahan baku dan

asset perusahaan.

14.Finance Manager

Finance Manager bertanggung jawab kepada Accounting and finance

general manager. FinanceManagerbertugas:

a. Mengawasi dan melaksanakan pembayaran transfer dana terhadap

pembelian bahan baku dan asset perusahaan.

b. Mengawasi dan melaksanakan penerimaan pembayaran atas penjualan

pakan dan juga hasil sampingan produksi.

c. Membuat pembukuan dan jurnal laba rugi perusahaan.

d. Melaksanakan perhitungan dan pembayaran upah dan lembar kerja

karyawan.

15.Kepala bagian Administrasi

Kepala bagian administrasi bertanggung jawab langsung kepada manager

(38)

a. Mengadakan penelitian kepegawaian seperti masalah perkembangan

organisasi perusahaan, mengevaluasi kerja, gaji dan upah karyawan

b. Merencanakan dan mengkoordinir kegiatan perencanaan pegawai.

c. Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan program peningkatan mutu

pegawai.

d. Mengkoordinasi dan mengawasi kegiatan pengamanan pegawai.

16.Staff Umum

Staff umum mempunyai bertugas :

a. Melaksanakan sistem penerimaan pegawai yang dibutuhkan oleh

perusahaan.

b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan training pegawai.

c. Menerapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan prosedur mengenai

persediaan dan pemanfaatan fasilitas seperti komunikasi, perumahan dan

transportasi perusahaan.

17.Internal Supervisor

Internal supervisor bertanggung jawab kepada marketing manager.

Internal supervisorbertugas:

a. Membuat sales forecast terhadap penjualan pakan kepada peternak mitra.

b. Menganalisa data dan laporan dari technical service di lapangan mengenai

jumlah dan kondisi pakan ternak para peternak mitra (PIR/Peternakan Inti

Rakyat).

(39)

18.External Supervisor

External supervisor bertanggung jawab kepada marketing manager.

external supervisorbertugas:

a. Membuat sales forecast terhadap penjualan pakan komersil.

b. Menganalisa data dan laporan dari technical service di lapangan mengenai

jumlah dan kondisi pakan ternak pelanggan.

c. Membuat laporan perkembangan penjualan pakan ternak komersil.

19.Processing Section Head

Processing section head bertanggung jawab kepada processing manager.

Processing section head bertugas:

a. Mengawasi jalannya produksi sesuai dengan program produksi yang telah

ditetapkan.

b. Membuat laporan produksi secara periodik mengenai pemakaian bahan

dan jumlah produksi.

c. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi untuk mengetahui

kekurangan dan penyimpangan sehingga dapat dilakukan perbaikan.

20.Warehouse Section Head

Warehouse section head bertanggung jawab kepada warehouse manager.

(40)

a. Membuat laporan penerimaan persediaan dan pengeluaran bahan baku di

gudang.

b. Mengkoordinir dan mengawasi pengelolaan persediaan bahan baku di

gudang.

c. Bertanggung jawab atas sarana dan prasarana pendukung di gudang.

21.Maintenance Section Head

Maintenance section head bertanggung jawab kepada maintenance

manager. Maintenance section headbertugas:

a. Mengeluarkan perintah kerja kepada maintenance supervisor untuk

melakukan perbaikan pada mesin-mesin berdasarkan jadwal permintaan

perbaikan dari masing-masing operator.

b. Melatih dan mengawasi keterampilan karyawan yang bekerja di bagian

maintenance agar mahir dan dapat bekerja dengan baik.

c. Menentukan prioritas kerja dan progressing perbaikan mesin.

22.Inventory Control

Inventory Control bertanggung jawab kepada PPIC manager. Inventory

control bertugas:

a. Mengontrol stock produksi pada raw material.

(41)

23.Processing Supervisor

Processing supervisor bertanggung jawab langsung kepada processing

section head. Tugas dari processing supervisor adalah:

a. Bertanggungjawab kepada processing section head atas pelaksanaan

kegiatan produksi.

b. Merencanakan dan mengatur produksi perusahan agar sesuai dengan

spesifikasi dan standard mutu yang telah ditentukan.

c. Mengawasi dan mengkoordinir pengelolaan persediaan bahan baku, bahan

penolong dan bahan-bahan lainnya.

d. Mengawasi jalannya produksi sesuai dengan program produksi yang telah

ditetapkan.

e. Membuat laporan produksi secara periodik mengenai pemakaian bahan

dan jumlah produksi.

f. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi untuk mengetahui

kekurangan dan penyimpangan sehingga dapat dilakukan perbaikan.

24.Raw Material Supervisor

Raw material supervisor bertanggung jawab kepada warehouse section

head. Raw material supervisor bertugas:

a. Melakukan penerimaan bahan baku dan membuat laporan dan dokumen

penerimaan bahan baku.

b. Mengatur penyimpanan bahan baku di gudang serta mengatur tata cara

pengeluaran dan pemakaian bahan baku.

(42)

25.Finish Goods Supervisor

Finish goods supervisor bertanggung jawab kepada warehouse section

head. Finish goods supervisor bertugas:

a. Melakukan penerimaan produk jadi serta membuat laporan dan dokumen

penerimaan produk jadi.

b. Mengatur penyimpanan produk jadi ke gudang dan mengatur pengeluaran

dan pengiriman ke costumer.

c. Membuat laporan atas penerimaan dan pengeluaran produk jadi tersebut.

26.Store Room Supervisor

Store Room Supervisormempunyai tugas:

a. Melakukan pengawasan terhadap pengeluaran barang dan komponen

mesin dari gudang penyimpanan.

b. Membuat peramalan terhadap jumlah kebutuhan dan pemakaian barang

dan komponen mesin-mesin produksi.

c. Membuat laporan dan pembelian barang dan komponen mesin produksi.

d. Khusus untuk pembuatan peramalan terhadap jumlah kebutuhan dan

pemakaian karung, store room supervisor berkoordinasi dengan pihak

PPIC karena berhubungan dengan jenis feed yang akan diproduksi.

27.Truck Scale Supervisor

Truck Scale supervisor bertanggung jawab kepada section head

(43)

a. Melakukan pengawasan terhadap penimbangan bahan baku, produk jadi

yang masuk maupun yang keluar dari pabrik.

b. Melakukan pencatatan terhadap jenis dan jumlah bahan baku, produk jadi

yang masuk maupun yang keluar dari pabrik.

28.Maintenance Supervisor

Maintenance supervisor bertanggung jawab terhadap maintenance section

head. Maintenance supervisor bertugas:

a. Mengeluarkan perintah kerja kepada karyawan maintenance untuk

melakukan perbaikan pada mesin-mesin dan peralatan berdasarkan jadwal

permintaan perbaikan dari masing-masing operator.

b. Mengawasi langsung perbaikan dan pergantian komponen-komponen

alat-alat mekanik maupun electrical dalam plant.

c. Melatih dan mengawasi keterampilan karyawan yang bekerja di bagian

maintenance agar mahir dan dapat bekerja dengan baik.

29.General Support Supervisor

General support supervisor bertanggung jawab kepada inventory control.

General support supervisor bertugas:

a. Mengawasi karyawan dalam mengontrol raw material.

b. Mengawasi karyawan dalam mengontrol finish goods.

30.Drier and Silo Supervisor

Drier and silo supervisor bertanggung jawab kepada silo and drier

(44)

a. Mengawasi proses penerimaan jagung.

b. Mengawasi proses pengeringan jagung basah pada mesin drier.

c. Mengawasi proses pengiriman jagung ke mesin produksi dari silo.

d. Membuat laporan persediaan, penerimaan dan pengiriman jagung.

31.Karyawan Electric

Karyawan Electric bertanggung jawab kepada Maintenance supervisor.

Karyawan Electric bertugas:

a. Melaksanakan jadwal pelaksanaan maintenance terhadap electric tools di

dalam pabrik seperti lampu penerangan, panel listrik, pesawat telepon dan

lain-lain.

b. Melaksanakan perbaikan dan membuat pergantian komponen (Sparepart)

electric tools apabila terjadi kerusakan.

32.Karyawan Mechanical

Karyawan Mechanical bertanggung jawab kepada Maintenance

supervisor. Karyawan Mechanical bertugas:

a. Melaksanakan jadwal pelaksanaan maintenance terhadap alat-alat mekanik

di dalam pabrik seperti chain, elevator dan lain-lain.

b. Melaksanakan perbaikan dan membuat pergantian komponen (Sparepart)

alat-alat mekanik di pabrik.

c. Turut serta terlibat dalam pelaksanaan perbaikan apabila terjadi

(45)

33.Karyawan Forklift

Karyawan forklift bertugas:

a. Melaksanakan jadwal pelaksanaan maintenance terhadap forklift.

b. Melaksanakan perbaikan dan membuat pergantian komponen (Sparepart)

forklift.

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan

Tenaga Kerja yang bekerja pada perusahaan ini mayoritas didominasi oleh

para pekerja pria dibandingkan dengan pekerja wanita. Dalam melaksanakan

aktifitas perusahaan terdapat tenaga kerja sekitar 167 orang.

Dalam memelihara ketertiban dan kedisiplinan kerja setiap perusahaan

mengeluarkan tata tertib/peraturan kerja yang harus dipatuhi oleh setiap karyawan

perusahaan, termasuk dalam penetapan jam kerja.

PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM Medan mengatur waktu kerja

sesuai dengan perundang-undangan tenaga kerja (dari Depnaker), yaitu: 40 jam

seminggu (5 hari seminggu). Setiap harinya rata-rata karyawan yang bekerja

7 jam. Apabila keadaan mendesak dan memerlukan jam kerja yang melebihi jam

kerja normal, maka perusahaan memberikan upah lembur.

Ketentuan jam kerja di PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM Medan

diatur menurut aturan shift yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 dan 2.2.

a. Jam kerja pada bagian administrasi dan kantor

Tabel 2.1. Sistem pembagian jam kerja bagian administrasi dan kantor

Hari Jam kerja (WIB) Jam istirahat (WIB)

Senin – Jumat 08.00 – 17.00 12.00 – 13.00

(46)

b. Jam kerja pada bagian produksi

Tabel 2.2. Sistem pembagian jam kerja bagian produksi

Hari Shift Jam kerja (WIB) Istirahat (WIB)

Senin - Sabtu

I 08.00 – 17.00 12.00 – 13.00

II 17.00 – 24.00 20.00 – 21.00

III 24.00 – 08.00 04.00 – 05.00

Sumber : PT. Charoen Pokphand Indonesia

c. Jam kerja pada bagian keamanan

Untuk bagian keamanan, dibagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 5

orang dan melakukan penjagaan bergantian setiap 12 jam sekali dimulai dari :

- Jam 08.00 – 20.00

- Jam 20.00 – 07.00

2.3.4. Sistem Pengupahan

Sistem pengupahan pada PT. Charoen Pokhpand Indonesia KIM Mabar

adalah sebagai berikut:

1. Upah diberikan sesuai dengan UMR yang berlaku.

2. Pemberian upah ditetapkan setelah melihat jam kerja, hari kerja, kerja lembur,

dan berdasarkan golongan.

3. Sistem pengupahan karyawan perusahaan di bagi atas :

a. Gaji tetap untuk karyawan tetap.

b. Gaji harian untuk karyawan harian.

(47)

4. Upah Pokok

Pengupahan pada perusahaan ini adalah berdasarkan upah bulanan. Besarnya

upah disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing karyawan,

serta latar belakang pendidikan dan pengalaman. Upah tersebut diberikan

untuk masa 21 hari kerja rata-rata dalam sebulan dengan waktu kerja rata-rata

8 jam dalam sehari.

5. Untuk pekerja lembur, dibagi dalam 2 golongan yaitu :

a. Golongan pekerja yang levelnya dibawah level supervisor, akan mendapat

kompensasi kerja lembur sesuai dengan peraturan yang berlaku.

b. Golongan pekerja yang levelnya setaraf atau diatas supervisor, tidak akan

memperoleh pembayaran uang lembur lagi, karena sudah termasuk di

dalam gaji pokok.

- Apabila kerja lembur dilakukan pada hari biasa maka untuk jam lembur,

peraturannya adalah sebesar 1 ½ x upah sejam.

- Untuk jam kerja lembur yang dilakukan pada hari bukan hari biasa, untuk

jam lembur peraturannya adalah sebesar 2 x upah sejam.

Disamping pemberian gaji pokok dan upah lembur, juga diberikan uang

makan,uang pengobatan, dan asuransi tenaga kerja.

2.3.5. Insentif dan Fasilitas Perusahaan

Selain pemberian kompensasi/upah, perusahaan juga memberikan berbagai

(48)

1. Memberikan THR (Tunjangan Hari Raya) untuk pekerja yang mempunyai

masa kerja 1 tahun penuh secara terus menerus biasanya dalam 1 bulan upah.

2. Memberikan THR (Tunjangan Hari Raya) untuk pekerja yang mempunyai

masa kerja belum mencapai satu tahun, maka biasanya tunjangan ditetapkan

menurut perhitungan banyaknya bulan selama yang bersangkutan bekerja

dibagi 12 dan dikalikan upah perbulan.

3. Bonus tahunan akan diberikan berdasarkan kemampuan perusahaan dan

sepenuhnya ditetapkan oleh perusahaan dengan memperhatikan prestasi kerja

masing-masing karyawan.

4. Tunjangan makan diberikan kepada pekerja perbulan, sesuai dengan

kemampuan perusahaan, dan dibayar bersama-sama dengan pembayaran upah

pekerja.

5. Memperhatikan kebutuhan rohani karyawan.

6. Perusahaan menyediakan tempat ibadah dan memberikan kesempatan kepada

karyawan untuk melaksanakan ibadah.

7. Adanya jaminan kesehatan dan kesejahteraan karyawan.

Jaminan kesehatan antara lain :

1. Cuti sakit.

2. Cuti khusus, karena perkawinan atau musibah.

3. Mewajibkan karyawan masuk ASTEK (Asuransi Tenaga Kerja).

4. Tunjangan Proyek.

5. Tunjangan Kemalangan.

(49)

1. Memberikan pakaian kerja kepada setiap tenaga kerja dalam setahun.

2. Memberikan fasilitas pengobatan cuma-cuma kepada setiap tenaga kerja.

3. Menyediakan perlengkapan kesehatan dan keselamatan kerja yang diperlukan

para karyawan, seperti sarung tangan, masker dan penyumbat telinga.

2.4. Proses Produksi

2.4.1. Bahan Baku, Bahan Tambahan dan Bahan Penolong

2.4.1.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dengan persentase

komposisi terbesar yang membentuk bagian integral dari suatu produk jadi. Bahan

baku untuk pembuatan pakan ternak ini antara lain :

1. Jagung kuning : merupakan bahan baku utama dalam proses pengolahan

pakan ternak, karena banyak mengandung karbohidrat yang merupakan

sumber energi untuk metabolisme terbesar. Disamping itu juga mengandung

pro vitamin A dan serat kasarnya rendah sehingga mudah dicerna oleh ternak.

Agar memenuhi standard mutu yang ditetapkan, maka kadar air dari jagung

harus < 16 %, dan kadar toksin yang juga rendah. Jagung yang digunakan

dalam proses produksi ini sebanyak 60 % dari semua bahan yang digunakan.

2. Bungkil kacang kedelai (BKK) ; merupakan bahan baku utama kedua dalam

proses pengolahan pakan ternak. Bungkil kacang kedelai (BKK) yang

umumnya digunakan adalah impor dari luar negri yang berkualitas baik serta

banyak mengandung protein. Bungkil kacang kedelai yang digunakan dalam

(50)

3. Palm kernel mill

4. Tepung ikan

5. Tepung batu (L. S. Fine) dan biji batu (L. S. Rough) ; sebagai alat bantu bagi

pencernaan ayam dan sumber kalsium utama bagi hewan ternak

6. Dedak padi ; merupakan sumber protein dan karbohidrat. Dedak padi yang

baik adalah yang sedikit mengandung serat.

2.4.1.2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam membantu

kelancaran proses produksi dan bahan ini termasuk bagian dari produk. Adapun

bahan tambahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Liquid

a. CPO

b. Fish Oil

c. CC – Clorit

d. Oil mesh

e. Air

2. Aditif

a. Premix + vitamin

b. Garam

c. Monocalsium

d. L – lysine

e. Calsium sulfat

(51)

2.4.1.3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam rangka

meningkatkan kualitas suatu produk, dan bahan ini bukan bagian dari produk.

Adapun yang menjadi bahan penolong antara lain :

1. Karung

2. Benang jahit

Besarnya kebutuhan masing-masing bahan baku, bahan tambahan dan

bahan penolong dalam kondisi proses produksi yang berjalan normal disesuaikan

dengan jenis dan banyaknya pesanan.

Produksi rata-rata yang dapat dikerjakan oleh PT. Charoen Pokphand

Indonesia yaitu 1500 ton/hari dengan waktu kerja tiap bulannya rata-rata 22 hari,

yang terdiri dari beberapa jenis pakan ternak. Produk pakan ternak ayam dengan

kode 324 – 2 yang paling banyak diproduksi setiap harinya. Maksimal dalam satu

kali pengambilan pada pencampuran (mixing) menghasilkan 5 ton, yang terdiri

dari 100 bags/karung, dan tiap bags/karung terdiri dari 50 Kg. Dalam hal mutu/

kualitas produk, perusahaan sangat mengutamakannya, seperti seluruh jenis bahan

baku dan hasil produksi yang sangat dijaga ukuran serta takarannya, dimana setiap

waktu petugas bagian Quality Control selalu mengadakan pemeriksaan.

2.4.2. Uraian Proses Produksi

Proses produksi adalah metode atau teknik untuk membuat suatu barang

atau jasa bertambah nilainya dengan menggunakan sumber tenaga kerja, mesin,

(52)

Diagram blok produksi dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gudang

Intake

Hammer Mill

Pelletizing Mixer Mixer Bin’s

Packaging

Finish Good Dry Corn

Dryer Silo

Roller Mill Wet Corn

CPO

Mixer Bin’s Hand Add Extruder

Repro Fish Oil

CC Aumet

DL-Meth. Fundex-S

[image:52.595.113.533.159.524.2]

Gudang

Gambar 2.2. Diagram Blok Proses Produksi

1. Penimbangan

Pengangkutan bahan baku seperti jagung, dedak padi, tepung batu, dll dari

lokasi pengambilan ke pabrik dilakukan dengan truk. Setiap truk yang sampai ke

pabrik harus ditimbang dengan jembatan Toledo sewaktu berisi (bruto) dan

setelah dibongkar (tarra). Selisih timbangan berisi dengan timbangan kosong

(53)

2. Penimbunan

Material yang telah selesai ditimbang dibongkar ke tempat penumpukan

material (warehouse), yang dilakukan dengan forklift. Dimana tumpukan bahan

baku disusun berdasarkan jenis materialnya.

3. Penuangan

Untuk proses produksi, yang pertama sekali dilakukan adalah

menghidupkan mesin-mesin yang ada dipabrik melalui ruang control power.

Secara otomatis tombol-tombol yang ada di mesin difungsikan. Bahan baku yang

akan dituang diangkut oleh forklift dari bagian penumpukan ke atas intake.

4. Pengeringan

Jagung merupakan bahan baku yang cepat mengalami penurunan kualitas,

oleh karena itu jagung harus dikeringkan agar terhindar dari mikroorganisme

sehingga jagung ini dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama. Sebelum

masuk ke drier, jagung dimasukkan melalui intake kemudian diangkat ke wet

corn silo dengan chain conveyor dan bucket elevator.

Untuk jagung yang kadar airnya > 16 %, dilakukan proses pengeringan.

Proses pengeringan ini dilakukan dengan drier yang dapat bekerja secara otomatis,

suhu maksimum di dalam drier 265 0C, dan suhu minimumnya 70 0C. Dalam

keadaan normal, dimana kadar air dari jagung berkisar antara 20 – 25 %, maka

(54)

berkurang 5 % setiap kali pengeringan. Setelah proses pengeringan, maka jagung

dengan kadar air yang lebih kecil dari 15 % dibawa ke silo melalui penimbangan

dengan conveyor, elevator dan pipa. Sedangkan jagung yang kadar airnya masih

> 16 % akan dikirim kembali ke penumpukan wet corn untuk dikeringkan

kembali. Didalam silo, jagung yang telah dikeringkan dijaga kondisinya dengan

mengalirkan uap yang bertujuan untuk menjaga kelembaban dari jagung tersebut.

5. Penyaringan

Semua bahan baku yang digunakan akan masuk ke bin bahan baku. Bahan

baku yang akan masuk ke bin akan dituang melalui intake yang akan dibawa

dengan chain conveyor dan bucket elevator serta pipa gravitasi. Sebelum masuk

ke bin, bahan baku akan melalui drum pengayak untuk membersihkan bahan dari

kotoran seperti plastik, kayu dan benda keras lainnya. Lalu masuk ke dalam

sistem magnet untuk memisahkan kotoran besi dan logam-logam dari bahan baku.

Kemudian masuk ke rotary distributor yaitu sistem penyaringan dengan

menghisap kotoran debu yang cara kerjanya sama dengan vacum cleaner. Lalu

bahan baku diangkut dengan chain conveyor dan bucket elevator ke bin bahan

baku. Dari bin bahan baku, bahan akan ditimbang 1 batch (3 ton) lalu dibawa

dengan screw conveyor dan bucket elevator ke bin roller mill untuk menunggu

(55)

6. Penggilingan

Sebelum masuk ke proses penggilingan, bahan baku dari bin akan melalui

sifter yang memisahkan bahan baku kasar dan halus dengan ukuran 8 – 10 mash.

Sifter ini terdiri dari tiga lapisan yaitu :

- Saringan pertama berukuran 17.75 mm x 6.25 mm

- Saringan kedua berukuran 12.25 mm x 3 mm

- Saringan ketiga berukuran 6.75 mm x 2 mm

Dalam proses produksi, seluruh bahan baku dihaluskan terlebih dahulu,

karena hasil produksi yang diinginkan berupa tepung dan butiran (crumble).

Bahan baku kasar seperti jagung, bungkil kacang kedelai dan palm kernel mill

yang masuk melalui intake mengalami proses penggilingan. Begitu operator

(Hammer mill, kapasitas 15 – 20 ton/jam) menekan tombol untuk melakukan

penggilingan, maka secara otomatis pintu tong setiap material kasar yang berada

di bagian bawah terbuka dan masuk ke mesin penggiling (hammer mill) diangkat

melalui elevator hammer mill untuk dimasukkan ke tong-tong bahan baku yang

telah ditentukan dengan menggunakan rotary distributor dan telah disesuaikan

berdasarkan jenisnya. Untuk hasil produksi yang membutuhkan jagung berupa

butiran (crumble) akan diolah atau di crumb menggunakan roller mill.

7. Penimbangan dan Penuangan Obat (Hand Add)

Bahan tambahan yang berupa zat aditif terlebih dahulu ditimbang sesuai

dengan formula feed/pakan yang akan di proses, kemudian zat-zat aditif tersebut

(56)

8. Pencampuran / Mixing

Bahan baku hasil dari bin mixer masuk ke proses pencampuran untuk

dicampur hingga merata. Dan pada proses ini bahan tambahan aditif yang sudah

ditimbang dengan dosing wager-3 yang berasal dari bin bahan tambahan beserta

zat liquid yang berasal dari main tank (CPO, Alimet, Fish Oil, CC-Cloride)

dicampur dengan semua bahan. Hasil pencampuran mesin mixer horizontal

berupa tepung langsung dibawa ke bin produk jadi. Bila yang diinginkan adalah

produk jenis tepung. Sedangkan untuk menghasilkan produk berupa butiran pellet

dan crumble, hasil pencampuran akan dibawa ke bin sementara (bin press) untuk

menunggu proses selanjutnya. Untuk produk berbentuk pellet, bahan campuran

tadi akan melalui proses pelletizing dan untuk produk crumble akan melalui

proses pelletizing dan crumbeling.

9. Pelletizing

Dari bin sementara, campuran tadi akan dibawa ke mesin pelletizing. tetapi

sebelumnya akan terjadi pemanasan do mixer conditioner dengan tujuan untuk

memudahkan pemelletan. Pada proses pemanasan ini akan terjadi proses

gelatinisasi (proses yang berfungsi untuk meningkatkan daya ikat antara bahan).

Bahan dipanaskan dengan steam yang berasal dari boiler steam yang dimasukkan

ke dalam conditioner bersuhu 70 – 90 0C. Steam yang masuk digunakan sampai

bahan memenuhi kekerasan (hardness) yang dibutuhkan yang diatur melalui alat

pengontrol. Untuk mengetahui kekerasan dilakukan pemeriksaan oleh operator.

(57)

Setelah proses pemelletan dalam ring die press selesai, butiran dibawa ke

cooler untuk didinginkan. Setelah didinginkan hasil pellet dibawa ke bin produk

jadi dengan alat pengangkutan chain conveyor dan bucket elevator, bila yang

diinginkan produk pellet. Sedangkan untuk produk crumble, hasil pemelletan

dibawa dengan chain conveyor dan pipa gravitasi sementara untuk menunggu

proses crumbeling.

10.Crumbeling

Dalam bin sementara, bahan masuk ke mesin crumble. Pada mesin

crumble ini terjadi proses pemotongan pellet menjadi lebih kecil/pendek yang

ukurannya sesuai dengan yang diinginkan. Setelah proses crumble selesai, bahan

dibawa dengan alat angkut chain conveyor dan bucket elevator ke pengayakan

(shifter separator).

11.Pengayakan

Butiran-butiran yang telah dihasilkan oleh mesin crumble diayak dengan

menggunakan ayakan 8 dan 12 mesh. Hasil dari pengayakan dibawa ke bin

produk jadi dengan pipa gravitasi, sedangkan untuk butiran yang lebih kecil dari

12 mesh dibawa kembali ke bin press untuk dilakukan proses pembutiran/

(58)

12.Packing

Produk jadi berupa tepung, pellet dan crumble dari bin produk jadi untuk

masing-masing produk akan dibawa ke proses pengarungan dengan pipa gravitasi.

Bags/karung penjepit dengan alat khusus pada pintu yang berada dibagian

bawah tong bahan jadi dan berfungsi sebagai timbangan. Timbangan distel

terlebih dahulu sesuai dengan kapasitas per bags yaitu 50 kg/bags dengan batas

toleransi 0.2 kg/bags. Begitu handel yang berada di samping pintu tong ditarik

kebawah, maka pintu tong akan terbuka dan bahan jadi tertuang ke dalam bags.

Setelah memenuhi kapasitas per bags, bags dilepas dari penjepit dan jauh diatas

conveyor yang berada dibawahnya. Secara bersamaan handel naik dan pintu tong

tertutup. Setelah pengarungan kemudian dijahit dengan sewing machine.

Kemudian diletakkan di atas pallet, yang dapat diisi 49 bags, untuk kemudian

diangkut ke bagian gudang produk jadi (finish good) dengan forklift.

13.Repro

Produk jadi yang tidak sesuai dengan standard mutu produk yang diijinkan

akan di repro/reject. Dalam melakukan repro atau reject terlebih dahulu

menganalisa feed atau pakan apakah dapat dituang langsung ke dalam

pengadukan/mixer atau apakah disimpan terlebih dahulu kedalam bin

(59)

2.5. Mesin dan Peralatan

Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan proses produksinya maka

PT. Charoen Pokhpand Indonesia KIM Mabar menggunakan sarana produks i

yang berupa mesin dan peralatan untuk mengolah bahan baku menjadi pakan

ternak.

2.5.1. Mesin Produksi

Beberapa jenis mesin yang digunakan dalam proses produksi dimana

prinsip kerja dari setiap mesin masing-masing berbeda dalam sistem kerja dan

hasil dari mesin produksi yang digunakan. Adapun mesin dan peralatan yang

digunakan PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM Mabar dalam kegiatan produksi

pengolahan makanan ternaknya yaitu :

1. Nama alat : Mesin Penuangan (Intake)

Intake yang digunakan terbagi atas 2 macam, yaitu :

a. Intake I, untuk bahan yang halus

b. Intake II, untuk bahan yang kasar

Merk : TECO AWV – BEV

Daya : 7.5 Hp

Putaran : 1460 rpm

Tegangan : 380 Volt

(60)

Kapasitas (ton/jam) : 14

Fungsi : Sebagai tempat penuangan bahan baku ke bin

penampungan bahan baku, yang terlebih dahulu mengalami

pembersihan dari kotoran-kotoran yang ikut didalamnya.

Jumlah : 2 unit

2. Nama alat : Chain Conveyor

Merk/Type : Van Aarsen 280.330.70

Daya : 5.5 Hp

Putaran : 27 rpm

Kapasitas : 80 m3

Fungsi : Membawa bahan baku ke elevator dan produk

/jam

jadi ke gudang

3. Nama alat : Bucket Elevator

Merk/Type : Van Aarsen 260 x 260

Daya : 5.5 Hp

Putaran : 92 rpm

Kapasitas : 70 m3

Fungsi : Membawa material yang diangkut oleh chain ke setiap

/jam

(61)

4. Nama alat : Screw Conveyor

Merk/Type : Van Aarsen

Daya : 4.5 Hp

Putaran : 25 rpm

Kapasitas : 50 m3

5. Nama alat : Mesin pengering (Driyer Machine)

/jam

Merk/Type : Berico/1570 Ceo

Kapasitas (ton/jam) : 73

Daya : 25 Hp

Tegangan : 380 Volt

Putaran : 1445 rpm

Kuat arus : 16.2 A

Fungsi : Menurunkan kadar air jagung dengan menggunakan

steam atau uap

Jumlah : 1 unit

6. Nama alat : Mesin penggiling (Hammer Mill Machine)

Merk/Type : Van Aarsen 1400-2D

Daya : 270 Hp

(62)

Tegangan : 380 Volt

Kuat arus : 209.8 A

Kapasitas (ton/jam) : 15

Fungsi : Menghancurkan atau menggiling bahan baku yang masih

kasar

Jumlah : 1 unit

7. Nama alat : Mesin pencampur (Mixer Machine)

Merk/Type : Van Aarsen Horizontal

Daya : 40 Hp

Putaran : 1500 rpm

Tegangan : 380 Volt

Kuat arus : 23.6 A

Kapasitas (ton/jam) : 5

Fungsi : Mencampur bahan-bahan menjadi homogen

Jumlah : 2 unit

8. Nama alat : Mesin pembutiran (Pellet Mill Machine)

Merk/Type : Van Aarsen Compact 900

Daya : 340 Hp

(63)

Kuat arus : 168.6 A

Kapasitas (ton/jam) : 18 – 20

Fungsi : Membentuk pellet dari adonan campuran bahan.

Jumlah : 1 unit

9. Nama alat : Mesin pendingin (Cooler Mill Machine)

Merk/Type : Van Aarsen

Kapasitas (ton/jam) : 20

Jumlah : 1 unit

Daya : 75 Hp

Putaran : 1450 rpm

Tegangan : 380 Volt

Kuat arus : 168.6 A

Fungsi : Mendinginkan bahan hasil mesin pellet

10.Nama alat : Mesin penghancur (Crumbler Machine)

Merk/Type : Van Aarsen KR 16.2

Putaran : Vertical Roll Speed (1000 rpm) dan Horizontal Roll

Speed (1500 rpm)

Daya : 75 Hp

(64)

Kuat arus : 168.6 A

Kapasitas (ton/jam) : 15

Fungsi : Memecahkan bahan output mesin pendingin menjadi

bentuk butiran yang lebih kecil dari pellet

Jumlah : 2 unit

11.Nama alat : Automatic Dusting Cleaner

Merk/Type : CAE 215

Fungsi : Menyaring debu bahan baku

Jumlah : 1 unit

Filter area : 30 m

12.Nama alat : Ayakan (Sieve)

3

Merk/Type : Mogensen Invica/E 1534

Daya : 5 Hp

Putaran : 1490 rpm

Tegangan : 380 Volt

Kuat arus : 2.9 A

Kapasitas (ton/jam) : 20

Fungsi : Memisahkan kotoran

(65)

13.Nama alat : Mesin pengemasan (bagging scale)

Merk/Type : Chronos Richardson/UK 38686/95

Daya : 3 Hp

Putaran : 1400 rpm

Tegangan : 380 Volt

Kuat arus : 0.6 A

Kapasitas (ton/jam) : 50 Kg/Bags

Fungsi : Sebagai timbangan sekaligus penuangan produk hasil

berbentuk pellet ke dalam karung.

Jumlah : 5 unit

14.Nama alat : Fill Bags Clossing Machine

Merk/Type : New long D – 52, super line SF - E

Daya : 5 Hp

Tegangan : 220 Volt

Kuat arus : 1 A

Fungsi : Menjahit bags (pengepakan)

(66)

15.Nama alat : Blower

Merk/Type : IDF (induce draft fan)

Daya : 20 Hp

Putaran : 960 rpm

Kapasitas : 4300 ft3

Fungsi : Menghisap debu hasil penggilingan jagung

/minute

16.Nama alat : Spout Magnet

Merk/Type : IDF (induce draft fan)

Daya : 20 Hp

Putaran : 960 rpm

Kapasitas : 90m3

Fungsi : Memisahkan partikel logam yang terdapat pada bahan

baku. /jam

17.Nama alat : Drum Sieve

Merk/Type : E 6534

Daya : 20 Hp

Putaran : 960 rpm

Kapasitas : 60 – 70 ton

(67)

2.5.2. Peralatan

Untuk mendukung kegiatan proses produksi diperlukan adanya Material

Handling yang berperan sebagai sarana transportasi dari satu mesin ke mesin

lainnya. Pada umumnya di PT. Charoen Pokphand Indonesia KIM Mabar semua

lintasan Produksi menggunakan alat angkut Conveyor. Disamping itu alat

Material Handling yang lain yang digunakan dalam proses produksi seperti:

1. Wet Corn Silo

Fungsi : Tempat penyimpanan jagung basah sementara sebelum di dryer.

Jumlah : 3 unit

Kapasitas : 250 – 350 ton

2. Dry Corn Silo

Fungsi :Tempat penyimpanan jagung kering sementara sebelum di proses

bersama bahan baku yang lainnya.

Jumlah : 8 unit

Kapasitas : 2400 ton

3. Forklift

Merk/Type : Toyota

(68)

2.5.3. Utilitas

Untuk kelancaran kegiatan produksi, diperlukan unit pendukung seperti:

1. Genset

Fungsi : Pembantu power listrik atau pembangkit listrik bagi mesin dan

peralatan jika arus listrik PLN terputus.

Jumlah genset y

Gambar

Gambar 2.2. Diagram Blok Proses Produksi
Gambar 3.7. Flowchart Proses Verifikasi Metode MRC
Gambar 3.9. Diagram Alir Pengembangan Sistem Manajemen Persediaan3
Gambar 3.14. Inventory Level with Safety Stock
+7

Referensi

Dokumen terkait

Biaya persediaan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan kain dan benang yang merupakan bahan baku yang paling banyak

Pada penelitian ini akan menentukan ukuran pemesanan, frekuensi pemesanan dan biaya total persediaan dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) dan

Pengumpulan data bahan baku utama, jumlah permintaan bahan baku, biaya pemesanan, biaya penyimpanan, tenggang waktu dan biaya persediaan perusahaan. Penentuan

Perusahaan harus dapat menentukan jumlah pemesanan yang tepat sehingga dapat mengurangi biaya-biaya yang diakibatkan oleh bahan baku kedaluwarsa, Pada penelitian ini akan

Salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan perencanaan distribusi bahan baku terkait jumlah pemesanan ( Economic Order Quantity ), waktu pemesanan dan kontrol

Berdasarkan pokok permasalahan yang dikemukakan sebelumnya maka penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu yang tepat untuk melakukan pemesanan bahan baku

perusahaan dapat menentukan jumlah pemesanan bahan baku secara ekonomis dan optimal sehingga dapat menekan biaya-biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. SINAR DJAJA CAN adalah

Masalah utama dalam perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku khususnya Polypropylene adalah menentukan berapa banyak pemesanan bahan baku dan kapan sebaiknya