• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki"

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

GAMBARAN PERILAKU MEROKOK

PADA REMAJA LAKI-LAKI

SKRIPSI

Guna Memenuhi Persyaratan Sarjana Psikologi

Oleh :

ADISTI AMELIA

051301020

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

ABSTRAK Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Maret 2009

Adisti Amelia : 051301020

Gambaran Perilaku Merokok pada Remaja Laki-Laki 1xxx + 133 Halaman + 3 Tabel + 2 Lampiran

Perilaku merokok merupakan sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisap tembakau serta menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang disekitarnya (Levy, 1984). Prevalensi perokok laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, dimana prevalensi perokok laki-laki paling tinggi pada umur 15 – 19 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku merokok pada remaja laki-laki. Pengambilan data menggunakan metode kualitatif dengan jumlah responden sebanyak tiga orang remaja akhir laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subjek mempunyai persamaan faktor yang menyebabkan perilaku merokok yaitu pengaruh orangtua, pengaruh teman sebaya dan faktor kepribadian. Ketiga subjek melewati tahapan perilaku merokok yaitu tahap persiapan, tahap permulaan, tahap menjadi seorang perokok dan tahap mempertahankan perilaku merokok melalui proses yang hampir sama.

(3)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada Allah Subhanallahu Wata’ala yang telah memberikan begitu banyak rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi syarat dalam menempuh ujian akhir, guna memperoleh gelar sarjana jenjang strata (S-1) di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara dengan judul ”Gambaran Perilaku Merokok pada Remaja Laki-laki”. Tak lupa shalawat beriring salam saya haturkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang Insya Allah menjadi suri teladan dalam setiap langkah kehidupan kita semua.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibunda tercinta, Zumar Fitri; dan Ayahanda tersayang Sri Sujarwo atas segala cinta, kasih sayang, do’a serta dukungannya baik moril maupun materil yang selalu menyertai langkah penulis walaupun berada jauh di kota yang terpisah. Semoga Allah SWT selalu mencurahkan kebahagiaan kepada keduanya, di dunia maupun di akhirat. Tak lupa pula kepada adik-adikku, Dimas Pangestu dan Widya Pangestika yang selalu memberikan kekuatan dan menjadi penghibur di saat-saat penuh tantangan. Semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya dan menjadi keluarga yang harmonis dan saling mendukung satu sama lain. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

(4)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

2. Ibu Eka Ervika, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi. Terimakasih telah bersedia meluangkan waktu dan menjadi pembimbing bagi penulis dengan penuh kesabaran, pengertian dan semangat memberikan masukan, arahan, saran dan kritikan serta energi baru sehingga sangat membantu penulis dalam memahami dan menemukan esensi dari sebuah penelitian dan pada akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini meskipun berada di tengah-tengah kesibukan yang sangat padat dan rintangan yang sangat berat.

3. Ibu Elvi Andriani Yusuf, M.Si, selaku dosen Pembimbing Akademik. Terima kasih atas perhatian, bimbingan, masukan dan nasehat ibu dari awal saya kuliah sampai saat ini.

4. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Psikologi USU atas segala ilmu dan bantuan yang diberikan selama perkuliahan: Pak Iskandar, Pak Aswan, Pak Wanto, Kak Ari, Kak Devi, Bang Ali, Bu Ila dan Bu Ida yang selama ini membantu dalam urusan administrasi. Terima kasih ya.

5. Bunda Nana (guru dan bunda terbaik) yang telah bersedia mendengarkan keluh kesah ku, walaupun jauh tapi tetap memberikan doanya, makasih bunda. 6. Para senior Psikologi, terutama K’Kiki, K’Kaka (maaf ya kak atas telponnya

malam-malam), K’Indi, K’Ikun, yang telah bersedia mendengarkan keluh kesah penulis serta berbagi ilmu dan memberikan masukan bagi penyelesaian skripsi ini.

(5)

marah-Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

marahnya dan semuanya, kalian yang terbaik. Mbak, Rayi, Acido, Noka, Mair, Pikang, Kina cepat nyusul ya...

8. Teman seperjuangan angkatan 2005, terutama dini dan tika, ayo semangat!!! 9. Hery, Rama, Nanda, Niko, Dema, Ayu, Mas Sunarto, Heri, terimakasih

banyak atas kritik, dukungan, waktunya untuk menjadi tempat curahanku (dari mulai aku good mood sampai bad mood). Boy, Ais dan Ari, terimakasih atas dukungannya.

10. Anak kos 10 M, Kak Andre, Kak Ana, Ririn dan Sari terima kasih atas dukungannya selama hampir 4 tahun menjalani kehidupan sebagai anak kos.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan. Penulis sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.

Medan, Maret 2009

(6)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Kata Pengantar... i

Daftar Isi ... iv

BAB I. PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian... 15

D. Manfaat Penelitian... 15

1. Manfaat Teorits ... 15

2. Manfaat Praktis ... 15

E. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II. LANDASAN TEORI ... 18

A. Perilaku Merokok... 18

1. Definisi Perilaku Merokok... 18

2. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja... 19

3. Tahap dalam Perilaku Merokok ... 21

4. Tipe-tipe Perokok ...25

5. Tipe Perilaku Merokok... 26

6. Dampak Perilaku Merokok ... 28

B. Remaja...29

1. Definisi Remaja ...29

(7)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

3. Remaja dan Teman Sebaya ...32

C. Gambaran Perilaku Merokok pada Remaja Laki –Laki...34

D. Paradigma Perilaku Merokok pada Remaja Laki -Laki ...37

BAB III. METODE PENELITIAN ...38

A. Pendekatan Kualitatif...38

B. Subyek Penelitian ...40

1. Karakteristik Subjek Penelitian ... 40

2. Jumlah Subjek Penelitian ...40

3. Teknik Pengambilan Sampel ...41

4. Lokasi Penelitian ...42

C. Metode Pengumpulan Data...42

1. Wawancara ...42

D. Alat Bantu Pengumpulan data ...43

1. Pedoman Wawancara...44

2 Alat Perekam (Tape Recorder) ...44

E. Kredibilitas Penelitian... 45

F. Prosedur Penelitian...46

1. Tahap Persiapan Penelitian...46

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian...47

3. Tahap Pencatatan Data...49

G. Prosedur Pengolahan Data...49

BAB IV. ANALISA DATA DAN INTERPRETASI...51

(8)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

1. Subjek I... ...51

2. Subjek II ... .... 51

3. Subjek III...51

B. Analisa Data 1. Subjek I ... ...53

2. Subjek II ... ...69

3. Subjek III... ...87

C. Interpretasi Data...104

1. Subjek I...104

2. Subjek II...108

3. Subjek III...114

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN...123

A. Kesimpulan...123

B. Diskusi ... ..125

C. Saran ... ..127

1. Saran Praktis... ...127

2. Saran Penelitian Selanjutnya ... ..128 DAFTAR PUSTAKA

(9)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap individu dan masyarakat dunia tahu bahwa merokok itu mengganggu kesehatan. Masalah rokok pada hakikatnya sudah menjadi masalah nasional, bahkan internasional. Sering sekali kita melihat orang merokok dimana-mana dalam kehidupan sehari-hari baik di kantor, di pasar ataupun tempat umum lainnya atau bahkan dikalangan rumah tangga sendiri (Aditama, 1996). Jumlah konsumsi rokok di Indonesia, menurut Tobacco 2002, menempati posisi tertinggi di dunia, yaitu sebesar 1, 634 triliun batang. Mengikuti China sebanyak 451 miliar batang, Amerika Serikat sebanyak 328 miliar batang, Jepang sebanyak 286 miliar batang, dan Rusia sebanyak 215 miliar batang.

(10)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

bronkitis kronis (dalam Komasari & Helmi, 2000). Bagi Ibu hamil, rokok dapat menyebabkan kelahiran prematur, berat badan bayi rendah, mortalitas prenatal, kemungkinan lahir dalam keadaan cacat, dan mengalami gangguan dalam perkembangan (Davidson & Neal dalam Komasari & Helmi, 2000).

Merokok juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi orang yang berada di sekeliling perokok. Risiko yang ditanggung perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif karena daya tahan terhadap zat-zat yang berbahaya sangat rendah (Sarafino, 1994). Tidak ada yang memungkiri adanya dampak negatif dari perilaku merokok tetapi perilaku merokok bagi kehidupan manusia merupakan ‘fenomenal. Artinya, meskipun sudah diketahui akibat negatif dari merokok tetapi jumlah perokok bukan semakin menurun tetapi semakin meningkat.

(11)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

pada anak-anak, dan lain-lain (”MUI akhirnya mengeluarkan fatwa merokok itu haram”, 2008). Banyak terjadi pro dan kontra terhadap fatwa yang dikeluarkan ini. Orang yang pro terhadap fatwa ini berpendapat bahwa fatwa ini tidak perlu dikeluarkan, karena merokok itu tidak merugikan orang lain. Hal ini diungkapkan oleh Hendra (dalam ”MUI akhirnya mengeluarkan fatwa merokok itu haram”, 2008):

“MUI mestinya membuat fatwa kalau orang koruptor dipotong tangannya, tempat pelacuran di tutup jangan di legalkan, ngapain urusin orang merokok, perokok yang matikan dirinya sendiri tidak merugikan orang lain. malah membuat lapangan pekerjaan”.

Ada juga yang kontra terhadap dikeluarkannya fatwa ini. Mereka beranggapan bahwa rokok itu tidak ada gunanya jika dilihat dari segala sisi. Hal ini diungkapkan oleh Heru (dalam ”MUI akhirnya mengeluarkan fatwa merokok itu haram”, 2008):

“Saya sangat setuju, karena merokok perbuatan mubazir, dan mubazir itu adalah kawannya setan. Oleh karenanya sangat setuju apabila MUI mengeluarkan fatwa rokok hukumnya haram. Ditinjau dari segi manapun tidak ada manfaatnya”.

(12)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

merokok pada umumnya berkisar antara 11 – 13 tahun dan pada umumnya individu pada usia tersebut merokok sebelum usia 18 tahun. Perilaku merokok pada remaja umumnya semakin lama akan semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangannya yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok, dan sering mengakibatkan mereka mengalami ketergantungan nikotin (Laventhal dan Cleary dalam Oskamp, 1984).

Penelitian yang dilakukan oleh Global Youth Tobacco Survey (GYTS) WHO pada 2006 mengungkap bahwa 37,3% anak-anak usia 13 hingga 15 tahun di Indonesia pernah merokok. Penelitian lanjutan dilakukan GYTS pada tahun 2007 yang manghasilkan bahwa jumlah perokok anak usia 13-18 tahun di Indonesia menduduki peringkat pertama di Asia. Bahkan tiga dari sepuluh pelajar SMP di Indonesia (30,9%) mulai merokok sebelum umur 10 tahun. Jumlah ini diperkirakan terus meningkat 4% tiap tahunnya (“Identitas sebatang rokok”, 2008). Menurut hasil survei yang dilaksanakan oleh GYTS di Jakarta, Bekasi dan Medan, didapatkan bahwa di Jakarta didapatkan 34 % murid sekolah usia SMP pernah merokok dan sebanyak 16,6 % saat ini masih merokok. Terdapat 33 % murid sekolah usia SMP di Bekasi pernah merokok dan sebanyak 17,1 % saat ini masih merokok. Demikian halnya di Medan, didapatkan 34,9 % murid sekolah usia SMP pernah merokok dan sebanyak 20,9 % saat ini masih merokok (“Survei merokok pada remaja, 2007”).

(13)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

mengkonsumsi 11-20 batang/hari (49,8%) dan yang mengkonsumsi lebih dari 20 batang/hari sebesar 5,6%. Yayasan Kanker Indonesia (YKI) menemukan 27,1% dari 1961 responden pelajar pria SMA/SMK sudah mulai merokok atau bahkan terbiasa merokok, umumnya siswa kelas satu menghisap satu sampai empat batang perhari, sementara siswa kelas tiga mengkonsumsi rokok lebih dari sepuluh batang perhari.

Perilaku merokok banyak dilakukan pada masa remaja. Masa remaja adalah masa peralihan dari usia kanak-kanak ke usia dewasa. Terdapat berbagai pendapat tentang pembatasan usia remaja, rata-rata dimulai dari usia 12 tahun sampai akhir usia belasan. Periode remaja merupakan periode yang penting karena pada masa ini terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang pesat (Atkinson dkk, 1993). Hurlock (1999) membagi perubahan fisik pada remaja menjadi 2 (dua) jenis perubahan, yaitu perubahan eksternal dan perubahan internal. Perubahan eksternal meliputi perubahan tinggi, berat, proporsi tubuh, organ seks dan ciri-ciri seks sekunder. Perubahan internal juga terjadi, misalnya terjadi perubahan di sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernapasan, sistem endokrin dan jaringan tubuh. Remaja juga akan mengalami perubahan emosional yang kemudian tercermin dalam sikap dan tingkah laku. Perkembangan kepribadian pada masa ini dipengaruhi tidak saja oleh orang tua dan lingkungan keluarga, tetapi juga lingkungan sekolah maupun teman-teman pergaulan di luar sekolah.

(14)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

mencari jati dirinya. Masa remaja sering dilukiskan sebagai masa storm dan stress karena ketidaksesuaian antara perkembangan fisik yang sudah matang dan belum diimbangi oleh perkembangan psikososial. Remaja sering berusaha memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Remaja sering bertingkah laku yang membuat mereka merasa seperti orang dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, dan menggunakan obat-obatan (Hurlock, 1999). Penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI tahun 1999 menghasilkan bahwa remaja yang pemah menggunakan narkoba 5,8 % dari total responden 8.058 orang, 15 % pernah minum-minuman keras dan sebesar 46,6 % merokok (Rozy, 2001). Hal-hal seperti ini membuat remaja sering dibicarakan dan menjadi sorotan. Secara psikologis masa remaja merupakan masa persiapan terakhir dan menentukan untuk memasuki tahapan perkembangan kepribadian selanjutnya yaitu menjadi dewasa.

(15)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

dan melakukan kenakalan-kenakalan lain seperti merokok, menggunakan obat terlarang dan berkelahi dengan teman-temannya.

Menurut Baldwin (2002) sumber stres pada remaja laki-laki dan perempuan pada umumnya sama, hanya saja remaja perempuan sering merasa cemas ketika sedang menghadapi masalah, sedangkan pada remaja laki-laki cenderung lebih berperilaku agresif. Remaja laki-laki yang mengalami stres akan melakukan perbuatan negatif seperti mengkonsumsi rokok dan alkohol (Hurrelmann dalam Welle, 2004). Perbedaan ketika berada didalam kelompok teman sebaya juga diperlihatkan antara remaja laki-laki dengan remaja perempuan. Remaja laki-laki lebih mudah untuk terpengaruh teman-temannya dalam hal perilaku menyimpang seperti merokok, minum minuman keras dan juga bolos dari sekolah (”Nge-geng, 2008). Hal ini sejalan dengan pernyataan Toni (”Nge-geng, 2008), yaitu:

“Waktu SMP, akibat pengaruh teman-teman, gue sering cabut, merokok, dan minum-minuman keras. Gue nggak mau aja dibilang aneh ma temen gue kalo gue nolak”.

Remaja perempuan biasanya lebih ingin menjalin hubungan harmonis dan hidup sesuai harapan teman sebayanya seperti cara berpakaian yang sama. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Kara (”Nge-geng, 2008):

“Gara-gara satu geng, suka ikut ketularan. Kita kadang beli baju yang modelnya sama. Kita juga sering hunting-hunting sepatu yang lucu-lucu dan beli sama-sama”.

(16)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

Faktor dalam diri remaja seperti perilaku memberontak dan suka mengambil risiko turut mempengaruhi apakah remaja akan mulai merokok. Faktor lingkungan seperti orangtua yang merokok dan teman sebaya yang merokok juga mempengaruhi seorang remaja merokok atau tidak (Sarafino, 1994). Menurut Mu’tadin (2002) faktor penyebab perilaku merokok pada remaja adalah pengaruh orangtua, pengaruh teman sebaya, faktor kepribadian dan pengaruh iklan.

Perilaku merokok pada dasarnya adalah perilaku yang dipelajari. Salah satu temuan tentang remaja merokok adalah bahwa remaja yang orangtuanya merokok merupakan agen imitasi yang baik bagi remaja untuk merokok. Orangtua yang merokok akan memberi pengaruh tehadap anak remajanya untuk merokok lebih besar dari pada orangtua yang tidak merokok (“Step parents influence teenage smoking behavior”, 2008). Prokop (1981) (dalam Agriawan, 2001)

menyatakan bahwa remaja yang berasal dari keluarga perokok dimana kedua orangtua dan saudara yang lebih tua merokok akan cenderung menjadi perokok 4 kali dibanding anak yang berasal dari keluarga bukan merokok. Suatu riset nasional di Amerika Serikat, diketahui bahwa 14% dari anak-anak yang orangtuanya merokok juga menjadi perokok, sedangkan anak-anak yang merokok dari orangtua yang tidak merokok hanya 6 %.

(17)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

adalah perilaku yang dihasilkan dari mengobservasi perilaku orang lain (disebut model) dengan belajar. Observational learning tidak akan terjadi jika proses kognitif tidak bekerja. Kita harus memberikan perhatian yang penuh terhadap perilaku model, secara aktif mengkoding apa yang kita observasi dan menyimpan informasi ini didalam memori. Faktanya, banyak perilaku yang diingat dan ditampilkan oleh anak hasil dari mengobservasi perilaku model seperti belajar berbicara, makan sambil berbicara dan merokok (dalam Sigelman & Rider, 2003). Jadi, ketika seorang anak mengobservasi perilaku orangtuanya yang merokok, maka anak tersebut akan cenderung menjadi seorang perokok juga.

Pengaruh teman juga menjadi faktor yang menyebabkan remaja merokok, bukan hanya pengaruh orang tua saja. Hal ini sejalan dengan pendapat Abi (bukan nama sebenarnya) yang mengatakan:

“ Bapak, mamak, dan abang Abi nggak merokok kak, Abi pertama kali merokok karena ditawarin kawan kak. Yauda la Abi coba karena nggak enak ma kawan kan, coba-coba-coba teros sampe sekarang Abi merokok kak”. (Komunikasi Personal, 16 Okteber 2008).

Diantara remaja perokok terdapat 87 % mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri dalam Mu’tadin, 2000). Sebuah studi yang dilakukan oleh pusat Nasional untuk penggunaan obat di Universitas Kolombia (dalam Richmond, 2004) menemukan bahwa anak yang mempunyai teman-teman perokok memiliki kemungkinan 9 kali lebih besar untuk menjadi perokok daripada anak yang memiliki teman yang tidak merokok.

(18)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

yang sama (Papalia, 2008). Salah satu tugas perkembangan remaja menurut Havighurst adalah mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya. Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja mempunyai peranan penting bagi perkembangan kepribadiannya. Ketika remaja berada didalam kelompok teman sebaya, remaja merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya. Remaja dinilai oleh orang lain yang sejajar dengan dirinya ketika remaja berada didalam kelompok teman sebaya.

(19)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

Konformitas juga dijelaskan oleh Syamsu (2000) sebagai motif untuk menjadi sama, sesuai, seragam, dengan nilai-nilai, kebiasaan, kegemaran (hobi), atau budaya teman sebayanya. Remaja yang berada didalam kelompok teman sebaya cenderung untuk menyamakan kebiasaan dan budaya temannya. Hal ini dapat dikaitkan dengan perilaku merokok, dimana remaja akan merokok jika teman sebaya mereka juga merokok. Hal ini sejalan dengan penelitian Nicher (dalam Kimberly, 2003) yang menyebutkan bahwa remaja yang merokok dipengaruhi oleh teman yang berada dikelompoknya yang juga merokok.

Faktor kepribadian juga merupakan faktor yang menyebabkan remaja merokok, karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit, membebaskan diri dari kebosanan (Mu’tadin, 2002). Hasil penelitian Pederson (1997) (dalam Murray, 2000) menyebutkan bahwa remaja yang merokok memiliki skor yang tinggi pada depresi, suka memberontak dan konformitas sosial. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Tschann (1994) (dalam Murray, 2000) yang mengatakan bahwa remaja yang menunjukkan emosi stress kemungkinan besar akan menjadi perokok.

(20)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut (Mari Juniarti, 1991 dalam Mu’tadin, 2000).

Iklan rokok tidak henti-hentinya mempengaruhi remaja agar mengkonsumsi rokok. Remaja tidak dapat menghindar dari serbuan 14.249 iklan rokok di media elektronik, diluar ruang dan media cetak (BPOM, 2006 dalam “Masih remaja kok sudah merokok?, 2008”). Gencarnya iklan yang dilakukan oleh industri rokok membuat Global Youth Tobacco Survey Indonesia melakukan survei pada tahun 2006 yang menghasilakan bahwa sebanyak 92,9 % anak-anak terekspos dengan iklan yang berada di papan reklame dan 82,8 % terekspos iklan yang berada di majalah dan koran (“Remaja sasaran empuk industri rokok”, 2007).

Seto Mulyadi (dalam “Anak-anak, merokoklah”, 2007) menyatakan industri rokok memahami teori psikologi perkembangan psikososial Erikson, yang menurut teori ini remaja sedang pada tahap krisis identitas, tahap mencari identitas, termasuk meniru dan mengikuti perilaku merokok model yang menjadi idolanya. Adanya serangan iklan dan menampilkan identitas yang dicari remaja, maka remaja akan terpengaruh iklan dan merasa lebih hebat dengan merokok.

(21)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

memiliki sikap yang teguh pada akibat-akibat yang ditimbulkan dari nikotin. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bayu (bukan nama sebenarnya) yaitu:

“Bayu nggak mau merokok kak, karena merokok kan bisa bikin penyakit aja, paru-paru rusak, banyak lah sakit nya. Ayah aja udah sakit pun, sering batuk-batuk, pasti karena rokoknya. Tapi Ayah tetap aja merokok. Rokok emang nggak ada gunanya kak”. (Komunikasi Personal, 19 Oktober, 2008)

Leventhal dan Clearly (dalam Oskamp, 1984) menyebutkan ada 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu tahap persiapan (preparatory), tahap permulaan (initiation), tahap menjadi seorang perokok (becoming a smoker), dan tahap mempertahankan merokok (maintenance of smoking). Tahap yang pertama adalah tahap persiapan, dimana pada tahap ini

seseorang belum mencoba rokok. Tahap ini meliputi perkembangan sikap dan informasi tentang merokok. Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan tentang merokok dengan cara mendengar, melihat (observasi) dari orang tua atau dari media masa, atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.

(22)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

“ Pertama kali Abi coba rokok, Abi batuk-batuk kak. Nggak enak kali lah rasanya, panas ditenggorokan, pokoknya nggak enak lah. Tapi tu pertama-tama aja kak, terus dicoba lagi terus-terusan udah nggak gitu lagi. Apalagi sekarang udah enak kali merokok itu.”. (Komunikasi Personal, 16 Okteber 2008).

Tahap ketiga adalah tahap menjadi perokok. Seseorang menjadi perokok apabila orang tersebut telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari. Individu yang telah mencoba sampai rokok ke 4, cenderung menjadi perokok tetap. Tahap yang terakhir adalah tahap mempertahankan perilaku merokok. Tahap ini merupakan tahap akhir, ketika faktor psikologis dan mekanisme biologis menyatu agar perilaku merokok dipelajari terus-menerus.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana perilaku merokok pada remaja laki-laki.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, maka perumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Faktor apa yang menyebabkan remaja laki-laki merokok? 2. Bagaimana tahap persiapan merokok pada remaja laki-laki? 3. Bagaimana tahap permulaan merokok pada remaja laki-laki? 4. Bagaimana tahap menjadi seorang perokok pada remaja laki-laki?

(23)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku merokok pada remaja laki-laki.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberi dua manfaat, yaitu: manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan psikologi, khususnya ilmu Psikologi Perkembangan yang terkait dengan perilaku merokok. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat praktis

a. Memberikan sumbangan informasi bagi remaja laki-laki yang merokok maupun yang tidak merokok untuk dapat lebih memahami gambaran perilaku merokok pada remaja laki-laki.

b. Sebagai referensi bagi orangtua dan pemerintah agar dapat mengetahui gambaran perilaku merokok pada remaja laki-laki.

(24)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

I.D SISTEMATIKA PENULISAN

Penelitian ini terdiri dari lima bab dimulai dari bab I sampai bab III. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah :

Bab I Pendahuluan

Memuat latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam permasalahan. Teori-teori yang dimuat adalah teori tentang perilaku merokok termasuk definisi perilaku merokok, faktor penyebab perilaku merokok pada remaja, tahapan perilaku merokok, tipe-tipe perokok, faktor yang mempengaruhi perilaku merokok dan dampak perilaku merokok. Teori remaja termasuk didalamnya definisi remaja, ciri-ciri masa remaja dan remaja dan teman sebaya.

Bab III Metodologi Penelitian

Menjelaskan Karakteristik Subjek dan Jumlah Subjek, Metode Pengambilan Data, Teknik Pengambilan Sampel, dan Alat Bantu Pengambilan Data.

Bab IV Analisa Data dan Interpretasi Data

(25)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

pembahasan data-data penelitian sesuai dengan teori yang relevan.

Bab V Kesimpulan, Diskusi dan Saran

(26)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PERILAKU MEROKOK 1. Definisi Perilaku Merokok.

Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam menanggapi stimulus yang diterimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang dapat diamati adalah perilaku merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman Tiongkok kuno dan Romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan dihisap melalui hidung dan mulut (Danusantoso, 1991). Danusantoso (1991) mengatakan bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat berakibat bagi orang lain yang berada disekitarnya.

Menurut Sitepoe (2001), merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Levy (1984) mendefinisikan perilaku merokok sebagai sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisap tembakau serta menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang disekitarnya. Armstrong (1990) mengatakan bahwa perilaku merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar kedalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar.

(27)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

tembakau kemudian mengeluarkan asapnya yang dapat terhisap oleh orang disekitarnya, baik menggunakan rokok maupun pipa.

2. Faktor – Faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja

Smet (1994) mengatakan, bahwa permulaan untuk merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial. Modelling (meniru perilaku orang lain) menjadi salah satu determinan dalam memulai perilaku merokok (Sarafino, 1990). Sejalan dengan pernyataan diatas, Lewin (Komasari & Helmi, 2000) menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok selain disebabkan faktor dalam diri (seperti perilaku memberontak dan suka mengambil resiko) dan faktor lingkungan (seperti orang tua yang merokok dan teman sebaya yang merokok).

Menurut Mu’tadin (2002) faktor penyebab remaja merokok adalah pengaruh orang tua, pengaruh teman, faktor kepribadian dan pengaruh iklan. a. Pengaruh Orang Tua

(28)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

dengan penekanan pada falsafah “kerjakan urusanmu sendiri-sendiri", dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu sebagai perokok, maka anak-anaknya akan memiliki kemungkinan besar untuk mencontohnya dan menjadi perokok.

b. Pengaruh Teman Sebaya

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Fakta tersebut menunjukkan dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991).

c. Faktor Kepribadian

(29)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

d. Pengaruh Iklan

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.

Berdasarkan pemaran diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab perilaku merokok adalah pengaruh orang tua, pengaruh teman sebaya, faktor kepribadian dan pengaruh iklan.

3. Tahap dalam Perilaku Merokok

Saat pertama kali menkonsumsi rokok, gejala-gejala yang mungkin terjadi adalah batuk-batuk, lidah terasa getir, dan perut terasa mual, tetapi sebagian dari pemula tersebut mengabaikan perasaan tersebut, biasanya berlanjut menjadi kebiasaan, dan akhirnya menjadi ketergantungan. Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan psikologis. Gejala ini dapat dijelaskan dari konsep tobacco dependency (ketergantungan rokok). Artinya, perilaku merokok merupakan perilaku yang menyenangkan dan bergeser menjadi aktivitas yang bersifat obsesif.

(30)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

mengurangi ketegangan, memudahkan berkonsentrasi, pengalaman yang menyenangkan, dan relaksasi.

Leventhal dan Clearly (dalam Oskamp, 1984 ) mengungkapkan 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok yaitu:

a. Tahap Persiapan (preparatory).

Seseorang belum mencoba rokok pada tahap ini. Tahap ini meliputi perkembangan sikap dan informasi tentang merokok. Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan tentang merokok dengan cara mendengar, melihat (observasi) dari orang tua atau dari media masa atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok. Leventhal dan Clearly (1980) mengatakan terdapat tiga perangkat sikap terhadap merokok pada remaja. Perangkat sikap yang pertama adalah gambaran keren dari merokok. Penelitian menunjukkan bahwa hanya sedikit murid sekolah yang mempersepsikan perokok sebagai orang bodoh, kurang perhatian, keras, easygoing, pemalas, bermasalah, dan sebagainya. Kebanyakan murid memandang bahwa perokok itu sebagai orang yang bebas (independent), jantan, dan pemberontak tehadap otoritas (Bland, Bewley, & Day, 1975 dalam Oskamp, 1984).

(31)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

b. Tahap Permulaan (initiation)

Seseorang sudah mencoba untuk merokok. Tahap ini juga disebut tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan merokok ataukah tidak meneruskan merokok. Teman sebaya adalah tempat eksperimen pertama yang memungkinkan remaja untuk mencoba rokok. Sebuah studi oleh Leventhal dkk (1967) menemukan bahwa pada umumnya anak-anak muda mencoba rokok pertama mereka pada saat bersama dengan teman – teman sebayanya dan disertai dengan dukungan dari teman-teman tersebut.

Data menunjukkan bahwa remaja yang merokok sebanyak 4 batang per hari memiliki 80 % kesempatan untuk menjadi seorang perokok regular. Jumlah remaja yang pernah mencoba rokok setidaknya 1 batang perhari adalah 70 % sampai 80%, namun setengahnya saja yang menjadi perokok regular (Grant & Weitman, 1968 dalam Oskamp, 1984). Reaksi negatif terhadap rokok seperti rasa rokok yang tajam dan panas merupakan faktor yang menyebabkan seseorang untuk tidak meneruskan perilaku merokok. Namun kebanyakan dari remaja mengacuhkan rasa ini dan meneruskan perilaku merokok mereka (Leventhal & Everhart, 1979).

Sarafino (1994) menyatakan bahwa seseorang memutuskan untuk meneruskan perilaku merokok jika individu:

• memiliki setidaknya salah satu orang tua yang merokok

• merasa bahwa orang tuanya tidak peduli dan mendorong mereka untuk merokok

(32)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

• merasa ada tekanan dari teman sebaya untuk merokok, seperti “Kamu akan ditertawakan orang-orang bila tidak merokok” atau “Kamu harus merokok bila sedang berada dengan teman-teman yang merokok” • memiliki sikap yang positif terhadap rokok, misalnya “Merokok sangat

menyenangkan” atau “Merokok dapat membantu orang-orang menghilangkan rasa bosan, stres dan kecemasan”

• tidak percaya kalau merokok dapat membahayakan kesehatan mereka, misalnya merasa bahwa merokok hanya akan berbahaya bagi orang-orang yang telah tua, atau merokok hanya akan berbahaya jika telah mengkonsumsinya dalam waktu yang cukup lama.

c. Tahap menjadi seorang perokok (becoming a smoke).

(33)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

terhadap rokok dan memandang rokok tidak baik bagi orang yang sudah tua bukan untuk dirinya sendiri (Leventhal & Everhart, 1979).

d. Tahap mempertahankan perilaku merokok (maintance of smoking).

Tahap ini merupakan tahap akhir, ketika faktor psikologis dan mekanisme biologis menyatu agar perilaku merokok dipelajari terus-menerus. Penelitian menemukan berbagai variasi alasan psikologis untuk terus merokok (Ikard, Green & Horn, 1969), diantaranya adalah:

• kebiasaan • ketergantungan

• penurunan kecemasan dan tensi • relaksasi

pergaulan dan social reward

stimulasi dan keterbangkitan (arousal).

4. Tipe-tipe Perokok

(34)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

Sitepoe (1997) membagi perokok menjadi 2 jenis berdasarkan asap yang dihisap, yaitu:

a. Perokok Aktif

Perokok aktif adalah perokok yang menghisap asap rokok melalui mulut langsung dari rokok yang dibakar (asap mainstream).

b. Perokok Pasif

Perokok pasif adalah orang-orang yang disekitar perokok aktif yang menghisap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta asap rokok yang dihembuskan keudara oleh perokok aktif (asap sidestream).

5. Tipe Perilaku Merokok

Menurut Tomkins (dalam berdasarkan Management of affect theory, ke empat tipe tersebut adalah :

a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Green (dalam Mu’tadin, 2002) menambahkan ada 3 sub tipe ini :

1) Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.

2) Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

(35)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.

b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.

c. Perilaku merokok yang adiktif. Green menyebutnya sebagai psychological Addiction. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang

digunakan setiap saat setelah efek dari rokok sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya.

(36)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

5. Dampak Perilaku Merokok

Ogden (2000) membagi dampak perilaku merokok menjadi 2, yaitu: a. Dampak Positif

Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi kesehatan. Graham (dalam Ogden, 2000) menyatakan bahwa dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan-keadaan yang sulit. Graham juga menyebutkan keuntungan merokok (terutama bagi perokok) yaitu mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi, dukungan sosial dan menyenangkan.

b. Dampak Negatif

(37)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

B. REMAJA 1. Definisi Remaja

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Menurut WHO (World Health Organization) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.

Masa remaja merupakan masa yang paling sulit untuk dilalui oleh individu jika dilihat dari siklus kehidupan. Masa ini dapat dikatakan sebagai masa yang paling kritis bagi perkembangan pada tahap-tahap kehidupan selanjutnya. Hal ini dikarenakan pada masa inilah terjadi begitu banyak perubahan dalam diri individu baik itu perubahan fisik maupun psikologis. Perubahan dari ciri kanak-kanak menuju pada kedewasaan. Perubahan pada wanita ditandai dengan mulainya menstruasi atau buah dada yang membesar. Perubahan pada pria antara lain ditandai dengan perubahan suara, otot yang semakin membesar serta mimpi basah. (United Nation Population Fund (UNFPA), 2001).

(38)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

2. Ciri-ciri Masa Remaja

Menurut Hurlock (1999), seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut adalah:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting.

Dianggap periode yang penting karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku, dan karena akibat-akibat jangka panjang. Awal masa remaja ditandai dengan perkembangan fungsi fisik disertai perkembangan mental yang cepat, mengakibatkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan.

Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dari yang telah terjadi sebelumnya, melainkan peralihan dari satu tahap ke tahap perkembangan berikutnya. Perubahan fisik yang terjdi sebelum tahun awal masa remaja mempengaruhi tingkat perilaku individu dan mengakibatkan diadakannya penilaian kembali penyesuaian nilai-nilai yan telah tergeser.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan.

Ada empat perubahan yang hampir bersifat universal, yaitu:

1) Meninggginya emosi yang intesitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.

(39)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

3) Perubahan minat dan pola perilaku mengakibatkan perubahan nilai-nilai.

4) Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap perubahan sikap. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan tapi takut bertanggung jawab.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah.

Kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah namun merasa dirinya mandiri untuk mengatasi masalahnya sendiri sehingga menolak bantuan orang lain. Ketidakmampuan untuk mengatasi masalahnya sendiri mengakibatkan penyelesaian tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan. e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri.

Erikson menjelaskan bahwa identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya didalam masyarakat, apakah ia seorang anak-anak atau orang dewasa. Awal masa remaja diperlihatkan dengan penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting namun lambat laun mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama seperti temannya dalam segala hal.

(40)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.

Stereotip yang berlaku dalam masyarakat berfungsi sebagai cermin yang ditegakkan masyarakat bagi remaja yang menggambarkan citra diri remaja sendiri yang lambat laun dianggapnya sebagai gambaran yang asli dan remaja membentuk perilakunya sesuai gambaran ini. Dengan menerima stereotip tersebut dan adanya keyakinan bahwa orang dewasa mempunyai pandangan yang buruk tentang remaja, membuat peralihan kemasa dewasa menjadi sulit. g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis.

Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkannya dan bukan sebagaimana dirinya.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku tersebut akan memberikan citra yang mereka inginkan.

3. Remaja dan Teman Sebaya

(41)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

dan setting untuk mendapatkan otonomi dan independensi dari orangtua (Papalia, 2008).

Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Misalnya bila anggota kelompok mencoba minum alkohol, obat-obatan terlarang atau rokok, maka remaja cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan perasaan mereka sendiri akibatnya (Hurlock, 1980). Hal ini dijelaskan Syamsu (2000) sebagai konformitas, dimana konformitas diartikan sebagai motif untuk menjadi sama, sesuai, seragam, dengan nilai-nilai, kebiasaan, kegemaran (hobi), atau budaya teman sebayanya. Remaja yang berada didalam kelompok teman sebaya cenderung untuk menyamakan kebiasaan dan budaya temannya.

(42)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

C. GAMBARAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA LAKI-LAKI Masalah rokok pada hakikatnya sudah menjadi masalah nasional, bahkan internasional. Sering sekali kita melihat orang merokok dimana-mana dalam kehidupan sehari-hari baik di kantor, di pasar ataupun tempat umum lainnya atau bahkan dikalangan rumah tangga sendiri (Aditama, 1996). Mulai dari orang dewasa sampai dengan anak kecil mengkonsumsi rokok. Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang disekelilingnya. Pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin, CO (Karbonmonosikda) dan tar dapat menimbulkan berbagai penyakit jika dilihat dari sisi kesehatan. Merokok juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi orang yang berada disekeliling perokok. Risiko yang ditanggung perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif karena daya tahan terhadap zat-zat yang berbahaya sangat rendah (Sarafino dalam Komasari & Helmi, 2000).

(43)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

kalangan remaja, jumlah rokok yang mereka konsumsi berkaitan dengan stres yang mereka alami.

Menurut Baldwin (2002) sumber stres pada remaja laki-laki dan perempuan pada umumnya sama, hanya saja remaja perempuan sering merasa cemas ketika sedang menghadapi masalah, sedangkan pada remaja laki-laki cenderung lebih berperilaku agresif. Remaja laki-laki yang mengalami stres akan melakukan perbuatan negatif seperti mengkonsumsi rokok dan alkohol (Hurrelmann dalam Welle, 2004). Perbedaan ketika berada didalam kelompok teman sebaya juga diperlihatkan antara remaja laki-laki dengan remaja perempuan. Remaja laki-laki lebih mudah untuk terpengaruh teman-temannya dalam hal perilaku menyimpang seperti merokok, minum minuman keras dan juga cabut dari sekolah. Remaja perempuan biasanya lebih ingin menjalin hubungan harmonis dan hidup sesuai harapan teman sebayanya seperti cara berpakaian yang sama.

(44)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

(45)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

D. PARADIGMA PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA LAKI-LAKI

Ciri-ciri masa remaja • Masa remaja sebagai

periode perubahan

• Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri. • Masa remaja sebagai

ambang masa dewasa

Tahap merokok • Persiapan • Permulaan • Menjadi seorang

perokok

• Mempertahankan perilaku merokok

merokok Tidak merokok

Sikap teguh terhadap akibat

dari rokok Remaja

Faktor penyebab perilaku merokok pada remaja

• Pengaruh orang tua • Pengaruh teman

sebaya

(46)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENDEKATAN KUALITATIF

Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2000) metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini juga digunakan untuk menggambarkan dan menjawab pertanyaan seputar subyek penelitian beserta konteksnya.

Menurut Poerwandari (2001) pendekatan kualitatif dipandang sebagai pendekatan yang lebih sesuai untuk penelitian yang tertarik dalam memahami manusia dengan segala kompleksitasnya sebagai makhluk subjektif. Untuk itu peneliti berusaha untuk menangkap, memahami dan menaksirkan apa dan bagaimana suatu pengertian dikembangkan oleh subjek penelitian. Maka kemudian yang dianggap penting adalah pengalaman, pendapat, perasaan dan pengetahuan subjek yang ditelitinya. Hasil dari pendekatan tersebut dapat diperoleh dari bagaimana perilaku merokok pada remaja laki-laki.

(47)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

dapat digunakan untuk mengetahui perilaku merokok pada remaja laki-laki. Peneliti juga tertarik menggunakan metode kualitatif ini karena perilaku merokok dalam hal ini faktor penyebab dan tahapan menjadi perokok pada setiap individu bersifat subjektif dan unik, berbeda antara satu individu dengan individu yang lain.

Hal ini sejalan dengan Padgett (1998) mengemukakan beberapa alasan mengapa menggunakan penelitian kualitatif. Alasan-alasan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penelitian kualitatif digunakan jika peneliti ingin menggali suatu topik yang masih sedikit diketahui.

2. Jika topik yang ingin diteliti memiliki tingkat kedalaman sensitivitas dan emosional.

3. Penelitian tersebut diharapkan dapat menggambarkan “pengalaman hidup” dari perspektif orang yang hidup di dalamnya dan menciptakan arti darinya.

(48)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

Peneliti berharap, dengan menggunakan metode kualitatif dapat menggali informasi yang lebih kaya dan mendalam tentang bagaimana gambaran perilaku merokok pada remaja laki-laki.

B. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian untuk penelitian kualitatif adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan bisa memberikan sebanyak mungkin data yang dibutuhkan. Dengan persetujuan yang sudah diperoleh maka peneliti bisa mengatur waktu dan tempat untuk melakukan wawancara yang disertai dengan observasi yang mendukung (Gay & Airasian, 2003).

1. Karakteristik Subjek Penelitian

Adapun karakteristik subjek yang digunakan dalam penelitian telah disesuaikan dengan tujuan penelitian yang akan diteliti adalah:

a. Jenis kelamin laki-laki. b. Remaja akhir (15-20 tahun).

Sirait (2001) menyatakan bahwa prevalensi remaja merokok paling besar adalah pada usia 15 – 19 tahun.

c. Perokok (yang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang perhari).

Oskamp (1984) mengatakan bahwa seseorang menjadi perokok apabila orang tersebut telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari.

2. Jumlah Subjek Penelitian

(49)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

sebanyak mungkin informasi yang ingin didapatkan. Waktu, biaya, kemampuan partisipan, ketertarikan partisipan dan faktor lain yang mempengaruhi banyaknya subyek menjadi hal yang harus diperhatikan dalam mengambil sampel penelitian (Gay dan Airasian, 2003).

Sarantakos (1993) (dalam Poerwandari, 2001) menyatakan bahwa pengambilan sampel secara teoritis menambahkan unit-unit baru dalam sampelnya, sampai penelitian tersebut mencapai titik jenuh (saturation point), saat dimana penambahan data dianggap tidak lagi memberikan tambahan informasi baru dalam analisis.

Pada penelitian ini jumlah partisipan yang direncanakan sebanyak 3 orang remaja akhir laki-laki, dengan pertimbangan 3 orang subyek tersebut dapat mewakili tipe-tipe perokok agar hasil penelitian ini dapat lebih bervariasi serta dengan pertimbangan keterbatasan dari peneliti sendiri baik waktu, biaya maupun kemampuan peneliti.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan teori atau berdasarkan konstruk operasional (theory based/ operasional construct sampling), yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria

(50)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Medan, karena terdapat alasan kemudahan bagi peneliti dalam menemukan sampel, mengingat peneliti juga berdomisili di kota Medan sekaligus menghemat biaya penelitian. Lokasi penelitian dapat berubah sewaktu-waktu dan disesuaikan dengan keinginan dari responden penelitian agar responden merasa nyaman.

C. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara. Hal ini sesuai dengan pendapat Padgett (1998) yang mengatakan bahwa ada tiga bentuk dasar metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu: (a) observasi, (b) wawancara dan (c) analisis dokumen. Namun metode observasi dan analisis dokumen tidak dijadikan metode pengumpulan data dalam penelitian ini karena peneliti mempertimbangkan faktor efektifitas dan keterbatasan peneliti.

1. Wawancara

(51)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

terstruktur. Metode wawancara ini berbeda dari wawancara terstruktur dalam hal waktu bertanya dan cara memberikan respons, yaitu jenis ini jauh lebih bebas iramanya. Wawancara tidak terstruktur memberi kesempatan pada subjek untuk mengeluarkan buah pikiran, pandangan dan perasaannya dengan bebas (Moleong, 2006).

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in-depth interview). Banister (1994) menjelaskan bahwa wawancara mendalam adalah wawancara yang tetap menggunakan pedoman wawancara, namun penggunaannya tidak sekedar wawancara terstruktur. Pedoman wawancara berisi “open-ended question” yang bertujuan agar arah wawancara tetap sesuai dengan tujuan penelitian (Poerwandari, 2001).

D. ALAT BANTU PENGAMBILAN DATA

(52)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

1. Pedoman wawancara

Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara sebagai salah satu alat pengambil data. Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian dan dapat dijadikan Pedoman umum wawancara memuat isu-isu yang berkaitan dengan tema penelitian tanpa menentukan urutan pertanyaan karena akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat wawancara berlangsung. Pedoman ini digunakan untuk mengingatkan sekaligus sebagai daftar pengecek bahwa semua aspek yang relevan telah dibahas atau ditanyakan.

Poerwandari (2001) menyatakan bahwa pedoman wawancara ini juga sebagai alat bantu untuk mengkategorisasikan jawaban sehingga memudahkan pada tahap analisis data. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tapi juga berdasarkan pada berbagai teori yang berkaitan dengan masalah yang ingin dijawab.

2. Alat perekam (tape recorder)

Penelitian ini juga menggunakan alat perekam sebagai alat pengambil data agar memudahkan peneliti untuk mengingat kembali apa yang telah dikatakan subjek. Peneliti menggunakan alat perekam dengan seizin subjek.

(53)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

peneliti mudah mengulang kembali rekaman wawancara dan dapat menghubungi subjek kembali apabila ada hal yang masih belum lengkap atau belum jelas. Penggunaan alat perekam ini dilakukan dengan seizin subjek. Penggunaan tape recorder memungkinkan peneliti untuk lebih berkonsentrasi pada apa yang

dikatakan oleh subjek, tape recorder dapat merekam nuansa suara dan bunyi serta aspek-aspek dari wawancara seperti tertawa, desahan dan sarkasme secara tajam (Padgett, 1998).

E. KREDIBILITAS PENELITIAN

Kredibilitas adalah istilah yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk menggantikan konsep validitas (Poerwandari, 2001). Deskripsi mendalam yang menjelaskan kemajemukan (kompleksitas) aspek-aspek yang terkait (dalam bahasa kuantitatif: variabel) dan interaksi dari berbagai aspek menjadi salah satu ukuran kredibilitas penelitian kualitatif. Kredibilitas penelitian ini nantinya terletak pada keberhasilan penelitian dalam mengungkapkan faktor apa yang menyebabkan remaja laki-laki merokok dan bagaimana tahapan-tahapan perilaku merokok pada remaja laki-laki.

(54)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

F. PROSEDUR PENELITIAN 1. Tahap Persiapan Penelitian

Pada tahap persiapan penelitian, peneliti melakukan sejumlah hal yang diperlukan untuk melakukan penelitian.

a. Mengumpulkan data

Peneliti mengumpulkan berbagai informasi dan teori-teori yang berhubungan dengan perilaku merokok, khususnya yang berkaitan dengan perilaku merokok pada remaja laki-laki.

b. Menyusun pedoman wawancara

Agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian, peneliti menyusun butir-butir pertanyaan berdasarkan kerangka teori perilaku merokok yang meliputi faktor yang menyebabkan perilaku merokok dan tahap-tahap perilaku merokok untuk menjadi pedoman dalam wawancara.

c. Persiapan untuk mengumpulkan data

Peneliti mengumpulkan informasi tentang calon subjek penelitian. Setelah mendapatkannya, lalu peneliti menghubungi calon subjek untuk menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan menanyakan kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian.

d. Membangun rapport dan menentukan jadwal wawancara

(55)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

dan menyepakati waktu untuk pertemuan selanjutnya untuk melakukan wawancara penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah tahap persiapan penelitian dilakukan, maka peneliti memasuki beberapa tahap pelaksanaan penelitian, antara lain:

a. Mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat wawancara

Sebelum wawancara dilakukan, peneliti mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat yang sebelumnya telah disepakati bersama dengan subjek. Konfirmasi ulang ini dilakukan sehari sebelum wawancara dilakukan dengan tujuan agar memastikan responden dalam keadaan sehat dan tidak berhalangan dalam melakukan wawancara.

b. Melakukan wawancara berdasarkan pedoman wawancara

(56)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

c. Memindahkan rekaman hasil wawancara ke dalam bentuk transkrip verbatim. Setelah proses wawancara selesai dilakukan dan hasil wawancara telah diperoleh, peneliti kemudian memindahkan hasil wawancara ke dalam verbatim tertulis. Pada tahap ini, peneliti melakukan koding dengan membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari (Poerwandari, 2001).

d. Melakukan analisa data

Bentuk transkrip verbatim yang sudah selesai kemudian dibuatkan salinannya dan diserahkan kepada pembimbing. Pembimbing membaca verbatim berulang-ulang untuk mendapat gambaran yang lebih jelas. Setelah itu verbatim wawancara disortir untuk memperoleh hasil yang relevan dengan tujuan dan diberi kode.

e. Menarik kesimpulan, membuat diskusi dan saran

(57)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

3. Tahap Pencatatan Data

Semua data yang diperoleh pada saat wawancara direkam dengan alat perekam dengan persetujuan responden penelitian sebelumnya. Dari hasil rekaman ini kemudian akan ditranskripsikan secara verbatim untuk dianalisa. Transkrip adalah salinan hasil wawancara dalam pita suara yang dipindahkan ke dalam bentuk ketikan di atas kertas.

G. PROSEDUR PENGOLAHAN DATA

Data yang diperoleh dari pendekatan kualitatif adalah berupa kata-kata. Untuk itu perlu melakukan analisis data. Analisis data adalah proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan ide itu (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2005).

Proses analisa data yang peneliti gunakan berdasarkan proses analisa data yang diajukan Poerwandari (2001), sebagai berikut:

a. Peneliti melakukan organisasi data secara sistematis untuk memperoleh kualitas data yang baik, mendokumentasikan analisis yang dilakukan dan menyimpan data dan analisis yang berkaitan dengan penyelesaian penelitian.

(58)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

pada baris-baris transkrip. Selanjutnya peneliti memberi pemaknaan pada substansi data yang telah dikumpulkan.

c. Peneliti kemudian melakukan pengujian terhadap dugaan. Peneliti membaca berulang-ulang transkrip wawancara dan mempelajari data yang ada untuk kemudian mengembangkan dugaan-dugaan yang merupakan kesimpulan sementara.

d. Peneliti kemudian melakukan strategi analisis. Proses analisis peneliti lakukan dengan melibatkan konsep-konsep yang muncul dari jawaban atau kata-kata responden dan sebagian peneliti lakukan berdasarkan konsep yang peneliti kembangkan untuk menjelaskan fenomena yang dianalisis. e. Setelah itu peneliti melakukan interpretasi data yang bertujuan untuk

(59)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

BAB IV

ANALISA DATA DAN INTERPRETASI

Pada bagian ini akan diuraikan hasil analisa wawancara dalam bentuk narasi. Untuk mempermudah pembaca dalam memahami faktor penyebab perilaku merokok dan tahapan perilaku merokok, maka data akan dijabarkan, dianalisa, dan diinterpretasi per-subjek. Interpretasi akan dijabarkan dengan menggunakan aspek-aspek yang terdapat dalam pedoman wawancara.

A. DESKRIPSI DATA

Tabel I

Gambaran Umum Subjek Penelitian

Keterangan Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3

Nama Ari Titi Odoy

Usia 19 Tahun 16 Tahun 18 Tahun

Urutan Kelahiran Ke1 dari 2 Ke 3 dari 5 Ke 1 dari 2

Agama Islam Islam Islam

Status Mahasiswa Siswa Mahasiswa

Suku Melayu Minang Jawa

(60)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

1. Subjek 1

a. Tanggal Wawancara

Proses wawancara dilakukan di rumah peneliti sebanyak tiga kali, dengan rincian sebagai berikut:

1) Hari Rabu, 4 Februari 2009; Pukul 20.00 – 20.25 Wib. 2) Hari Jumat, 6 Februari 2009; Pukul 19.30 – 20.15 Wib. 3) Hari Jumat, 27 Februari 2009; Pukul 15.00 – 15.20 Wib.

2. Subjek 2

a. Tanggal Wawancara

Proses wawancara dilakukan di rumah peneliti sebanyak tiga kali, dengan rincian sebagai berikut:

1) Hari Sabtu, 7 Februari 2009; Pukul 19.40 – 20.10 Wib. 2) Hari Jumat, 13 Februari 2009; Pukul 12.00 – 12.30 Wib. 3) Hari Sabtu, 28 Februari 2009; Pukul 12.00 – 12.20 Wib.

3. Subjek 3

a. Tanggal Wawancara

Proses wawancara dilakukan di rumah peneliti sebanyak tiga kali, dengan rincian sebagai berikut:

(61)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

B. ANALISA DATA 1. Subjek 1

a. Latar belakang subjek

Subjek bernama Ari (bukan nama sebenarnya). Subjek adalah anak pertama dari 2 besaudara. Subjek lahir 19 tahun yang lalu dari keluarga Melayu. Adik subjek berjenis kelamin laki-laki yang sekarang duduk dibangku Sekolah Dasar. Ayah subjek adalah seorang pensiunan pegawai negeri dan ibu subjek adalah seorang pegawai negeri disalah satu Instansi Pemerintah. Hubungan subjek dengan ayahnya tidak begitu dekat, subjek lebih dekat dengan ibunya. Saat ini subjek terdaftar sebagai mahasiswa semester 3 disalah satu Universitas Swasta di Medan.

Subjek mencoba rokok pertamanya pada saat duduk dibangku Sekolah Dasar dan berhenti saat itu juga karena subjek batuk-batuk ketika mencobanya. Subjek kembali merokok saat duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama hingga saat ini. Subjek menjadi perokok sudah selama 6 tahun. Subjek merokok disaat bersama teman-temannya dan ketika merasa bosan atau suntuk. Setiap harinya subjek menghabiskan 16 batang rokok. Jumlah rokok ini akan berkurang ketika subjek sedang sakit dan akan bertambah ketika subjek bergadang bersama teman-temannya. Jika subjek sakit, subjek hanya mengahabiskan 1 batang rokok perhari. Jika subjek bergadang bersama teman-temannya, subjek dapat menghabiskan 20 – 22 batang rokok dalam 1 hari.

(62)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

secara langsung apakah subjek bersedia menjadi subjek penelitian pada penelitian ini dan peneliti menjelaskan prosedur penelitian yang akan dilakukan. Setelah mendapatkan kesediaan langsung dari subjek untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, peneliti kemudian menentukan jadwal pertemuan berikutnya dengan subjek untuk selanjutnya melakukan wawancara.

b. Data Hasil Wawancara

1). Faktor penyebab perilaku merokok

Orang yang pertama yang dilihat subyek merokok adalah temannya. Subyek sering sekali melihat teman-temannya merokok baik disekolah, diluar sekolah, maupun dilingkungan rumah tempat tinggal subyek. Hampir semua teman subyek merokok, bahkan om dan abang sepupu subyek juga merokok. Subyek memperhatikan cara temannya merokok sehingga timbul rasa ingin tahu dan ingin mencoba rokok tersebut.

“em....orang yang pertama kali awak liat merokok itu ya kawan..” (S1. W1/b. 22-23/hal. 1)

“Dulu sering kali liat teman merokok, pulang sekolah awak liat kawan awak merokok, dilingkungan rumah juga orang-orang itu banyak yang merokok... om awak merokok, abang sepupu awak merokok, kayak amper semua lah banyak orang merokok kan. Kawan awak aja hampir semua juga merokok... kok kayaknya enak kali lah merokok itu kan, hisap-hisap gitu, keluar asap, ya gitu lah liat-liat kawan..”

(S1. W3/b. 2-11/hal. 14)

”Ya...pengen tau aja. Ya kalau dulu ya, waktu pertama kali ya, baru tahu apa itu rokok kan, kenapa orang itu merokok. Pertama kali waktu kecil itu kan, pengen coba gitu kan, karena masih kecil itu kan nggak enak gitu kan karena belum tau juga rokok itu gimana kan, coba sekali aja.. terus kan awak perhatikan cara orang tu merokok kan, yah jadi pengen aja..”

(63)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

Pertama kali subyek mencoba rokok dihalaman rumah subyek ketika abang sepupu subyek datang kerumah subyek. Subyek mengambil 1 batang rokok abang sepupunya. Subyek ingin mencoba rokok tersebut karena rasa ingin tahu subyek terhadap rokok yang dilihatnya dari teman-temannya. Ketika mencoba rokok pertama, subyek batuk-batuk karena belum tahu cara merokok yang benar dan langsung membuang rokok tersebut. Sejak saat itu subyek tidak merokok lagi.

“Pernah ada abang ini..abang sepupu datang kerumah, nginap dirumah bawa rokok dia. Jadi yaudah liat dia merokok gitu kan, yaudah ari ambil sebatang, bakar gitu kan, hisap, hanya sekedar hisap fuh...buang, hisap buang, hisap buang gitu kan, sempat batuk-batuk dikit, terus yaudah buang... disitu lah pertama kalinya....”

(S1. W2/b. 7-13/hal. 6)

“Kan batuk-batuk tu, jadi malas awak merokoknya, namanya belum tau cara merokok, hanya sekedar ngeliat orang...o....kayak gitu merokok...tengok kawan merokok, om...o...merokok kayak gitu..pengen tau aja kan, penasaran..yaudah..”

(S1. W2/b. 20-25/hal. 6)

Pada saat subyek duduk di bangku SMP, tepatnya kelas 1 SMP, subyek mencoba merokok lagi. Subyek mencoba rokok lagi karena pergaulan, menurut subyek pada zaman itu kalau tidak merokok tidak gaul. Teman-teman subyek merokok semua sebelum subyek merokok. Teman subyek menawarkan rokok kepada subyek. Subyek tidak dapat menolak tawaran rokok dari temannya dengan alasan ingin mecoba rokok tersebut dan alasan yang lain adalah karena semua teman subyek yang ada disitu merokok, subyek tidak enak jika tidak merokok.

“Orang itu udah pernah merokok duluan gitu, padahal masih sebaya awak, tapi dah duluan..parah kan...”

(64)

Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009. USU Repository © 2009

“Ya..reaksi nya, waktu ditawarin ”coba ni”, yaudah coba... karena pengen tahu aja, ya diambil aja lah.. kan kayak awak bilang kemaren tu juga kan, teman awak merokok semua masak awak nggak, kan gitu aja.... kan waktu SMP gitu kan, cemana ya... kalau nggak merokok nggak gaul katanya.. jadi itu lah... kalau ngumpul kan kawan merokok semua, ”masa Cuma kau nggak merokok”, kata kawan gitu kan, yaudah lah awak coba juga..”

(S1. W3/b. 27-37/hal. 14-15)

Saat ini didalam keluarga hanya subyek yang merokok. Dulu ayah subyek juga merokok. Subyek mengetahui ayahnya merokok saat subyek SMP disaat subyek sudah muali merokok. Ayah subyek tidak pernah merokok didepan keluarganya dan jarang merokok didalam rumah. Jika ayahnya merokok didalam rumah itu, hanya dibelakang rumah, tidak diruang TV. Subyek tidak keberatan ayahnya merokok, karena bagi subyek siapun yang merokok harus menanggung sendiri akibat dari rokok tersebut termasuk ayahnya.

“klo sekarang nggak ada, Cuma ari aja kak yang merokok, tapi dulu Ayah merokok, sekarang nggak lagi.”

(S1. W1/b. 41-43/hal. 2)

“Setahu awak sih papa merokok...ehm....dari SMP awak kalau nggak salah dia merokok.. itupun kalau merokok nggak dirumah dia, jarang lah merokok-merokok dirumah.. Merokok-merokok tapi nggak ini kali dirumah.. ehm nggak gini kali kadang kan nggak mau dia kalau lagi kami ngumpul didepan TV nggak mau dia merokok gitu.. Nti kadang sendirian dia dibelakang gitu.. nti kadang awak lewat kebelakang dia lagi merokok, yaudah ngeliat..”

(S1. W2/b. 36-45/hal. 7)

Gambar

gambaran perilaku merokok pada remaja laki-laki.
Tabel I Gambaran Umum Subjek Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

(2) Pengendalian dan pengawasan dalam rangka kegiatan eksplorasi Air Bawah Tanah, pengeboran dan atau penurapan mata air, pengambilan Air Bawah Tanah dan

Tanpa mengesampingkan ketentuan lainnya, Bank dapat menghentikan, menunda atau memblokir akses Nasabah untuk membuka E-Statement dengan pemberitahuan terlebih dahulu jika (i)

Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna neuropati motorik dengan kejadian ulkus kaki (p value = 0,001), Faktor neuropati motorik merupakan faktor

mengelola kompensasi International Compensation  Pendahuluan  Minimal 80% dari pertanyaan yang diterapkan adalah ceramah Metode pengajaran yang 150 menit   Handout

Berdasarkan uraian tersebut, penulis melakukan suatu penelitian dengan judul “ Pengaruh Model Rotating Trio Exchange (RTE) Terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas VIII

Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Cooperative Learning terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Tingkat Kecerdasan Emosi Siswa (Studi

Hal ini pterbukti dengan Fhitung>Ftabel, yaitu 50,058 > 19,00 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05, Maka Ho ditolak artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara

Dikarenakan nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel (14,084 > 3,354) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya price earning ratio dan