ABSTRAK
PENGARUH APLIKASI PUPUK BIO-SLURRY PADAT DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KACANG TANAH
(Arachis hypogaea L.) DI TANAH ULTISOL
Oleh
DEDI SETIAWAN
Permintaan produksi kacang tanah terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Semakin meningkatnya permintaan produksi kacang tanah dari tahun ke tahun
tidak diimbangi dengan produksi kacang tanah yang masih rendah. Salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kacang tanah adalah
teknik budidaya yaitu melalui pemupukan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah kombinasi dosis pupuk bio-slurry padat dan pupuk anorganik
dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah, serta
mengetahui kombinasi dosis pupuk bio-slurry padat dan pupuk anorganik terbaik
yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Dedi Setiawan
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2014 sampai Mei 2015. Percobaan
ini terdiri atas enam perlakuan yang merupakan kombinasi dosis pupuk organik
bio-slurry padat dengan pupuk anoranik, masing-masing perlakuan diulang
sebanyak tiga kali yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk bio-slurry padat dan
kombinasinya dengan pupuk anorganik dengan dosis yang berbeda berpengaruh
terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah bintil akar, bobot
berangkasan kering, dan indeks panen namun tidak berpengaruh secara nyata
terhadap hasil tanaman kacang tanah. Kombinasi dosis pupuk Urea 50 kg/ha,
SP-36 100 kg/ha, KCl 50 kg/ha dan bio-slurry 2500 kg/ha mampu menghasilkan
tinggi tanaman yang paling baik padaa 3, 4, dan 5 MST dan jumlah daun kacang
tanah paling banyak pada 3 dan 4 MST dibandingkan kombinasi dosis pupuk
lainnya. Kombinasi dosis pupuk Urea 25 kg/ha, SP-36 50 kg/ha, KCl 25 kg/ha
dan bio-slurry 3750 kg/ha mampu menghasilkan jumlah cabang paling banyak
dan bobot berangkasan kering paling besar dibandingkan perlakuan-perlakuan
lainnya.
PENGARUH APLIKASI PUPUK BIO-SLURRY PADAT DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KACANG TANAH
(Arachis hypogaea L.) DI TANAH ULTISOL
OLEH
Dedi Setiawan
(Skripsi)
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGARUH APLIKASI PUPUK BIO-SLURRY PADAT DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KACANG TANAH
(Arachis hypogaea L.) DI TANAH ULTISOL
(Skripsi)
Oleh
Dedi Setiawan
JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 4
1.3 Landasan Teori ... 4
1.4 Kerangka Pemikiran ... 7
1.5 Hipotesis ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Botani Kacang Tanah ... 11
2.2 Pupuk Organik ... 13
2.3 Pupuk Bio-Slurry ... 14
2.4 Pupuk Anorganik ... 16
III. BAHAN DAN METODE ... 18
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
3.2 Bahan dan Alat ... 18
ii
4.1.3 Pengaruh aplikasi Pupuk Bio-slurry padat dan Kombinasinya dengan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kacang Tanah ... 29
4.1.4 Pengaruh aplikasi Pupuk bio-Slurry padat dan Kombinasinya dengan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan Generatif dan Produksi Tanaman Kacang Tanah ... 33
4.1.5 Pengaruh aplikasi Pupuk bio-Slurry padat dan Kombinasinya dengan Pupuk Anorganik Terhadap Serapan Hara Tanaman Kacang Tanah ... 37
4.2 Pembahasan ... 38
4.2.1 Status kesuburan tanah ... 38
4.2.2 Pengaruh Aplikasi Pupuk bio-Slurry Padat dan Kombinasinya dengan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kacang Tanah ... 40
4.2.3 Pengaruh Aplikasi Pupuk bio-Slurry Padat dan Kombinasinya dengan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan Generatif dan Produksi Tanaman Kacang Tanah ... 43
4.2.4 Pengaruh Aplikasi Pupuk bio-Slurry Padat dan Kombinasinya dengan Pupuk Anorganik Terhadap Serapan Hara Tanaman Kacang Tanah ... 49
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
5.1 Kesimpulan ... 51
iii
DAFTAR PUSTAKA ... 53
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kombinasi dosis pupuk bio-slurry padat dengan pupuk anorganik
untuk masing-masing perlakuan. ... 19
2. Hasil analisis kimia tanah awal sebelum penanaman dan aplikasi
pupuk bio-slurry padat dan kombinasinya dengan pupuk
anorganik. ... 26
3. Hasil analisis kimia tanah sesudah penanaman dan aplikasi
pupuk bio-slurry padat dan kombinasinya dengan pupuk
anorganik. ... 28
4. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh aplikasi pupuk
bio-slurry padat dan kombinasinya dengan pupuk anorganik
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah. ... 28
5. Pengaruh aplikasi pupuk Bio-slurry padat dan kombinasinya
dengan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan vegetatif
tanaman kacang tanah. ... 32
6. Pengaruh aplikasi pupuk Bio-slurry padat dan kombinasinya
dengan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan generatif dan
produksi tanaman kacang tanah. ... 36
7. Pengaruh aplikasi pupuk Bio-slurry padat dan kombinasinya
dengan pupuk anorganik terhadap serapan hara kacang tanah. .... 38
8. Tinggi tanaman pada 3 MST. ... 57
9. Analisis ragam tinggi tanaman pada 3 MST. ... 57
v
29. Analisis ragam bobot berangkasan kering tanaman kacang tanah. ... 64
30. Bobot polong kering per petak panen. ... 64
vi
32. Bobot polong kering per hektar. ... 65
33. Analisis ragam bobot polong kering per hektar. ... 65
34. Indeks panen. ... 65
35. Analisis ragam indeks panen. ... 66
36. Data % serapan hara N, P dan K tanaman. ... 66
37. Kriteria penilaian sifat kimia tanah. ... 67
38. Analisa kandungan unsur hara bio-slurry padat. ... 68
“Lebih baik mengerti sedikit daripada salah mengerti" (A.France)
“Dari semua hal, pengetahuan adalah yang paling baik, karena tidak kena tanggung jawab maupun tidak dapat dicuri, karena tidak dapat dibeli, dan
tidak dapat dihancurkan"
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbilalamin
Dengan Ketulusan Hati dan Rasa Penuh Syukur, Kupersembahkan Karya ini Kepada:
Orang Tuaku Tercinta
“Bapak Eko Purwanto dan Ibu Marti” untuk Kasih Sayang, Pengorbanan dan Doa yang Tiada Henti
Kakak dan Adikku
“ Chandra Efendi, Ferdiyansah, dan Alfa Nur Khoiri” yang Menjadi
Kebanggaanku
Para Sahabat yang Selalu Menemani dalam Suka Duka
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Itik Randai, Kecamatan Melinting, Kabupaten
Lampung Timur pada tanggal 02 Desember 1992, sebagai anak kedua dari empat
bersaudara, dari pasangan Bapak Eko Purwanto dan Ibu Marti.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD N Itik Randai dan lulus
pada tahun 2004, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama
di SMP Negeri 1 Melinting dan lulus pada tahun 2007, pendidikan Sekolah
Menengah Atas ditempuh penulis di SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono dan lulus
pada tahun 2010.
Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) Tertulis. Selama menjadi mahasiswa,
penulis menjadi anggota di PERMA AGT (Persatuan Mahasiswa Agroteknologi).
Pada tahun 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik
Universitas Lampung di Desa Sidorejo, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten
Lampung Timur. Pada tahun 2014 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di
PTPN VII Unit Usaha Way Berulu, Desa Kebagusan, Kecamatan Gedongtataan,
SANWACANA
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan mampu
menyelesaikan skripsi ini. Pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini tidak
dapat berjalan dengan baik dan lancar tanpa bantuan, dukungan, dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis banyak mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Yafizham, M.S., selaku Dosen Pembimbing Pertama atas
bimbingan, saran, dukungan, dan nasihat yang telah diberikan kepada penulis
hingga skripsi ini selesai;
2. Bapak Akari Edy, S.P., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Kedua atas bimbingan,
bantuan, saran, perhatian, nasihat, dan motivasi yang diberikan selama
pelaksanaan penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai;
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Dosen Penguji atas segala
saran, nasihat, dan motivasi yang diberikan kepada penulis selama penulisan
skripsi ini berlangsung;
4. Bapak Ir. Kus Hendarto, M.S., selaku Dosen Pembimbing Akademik;
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian
6. Bapak Eko Purwanto dan Ibu Marti, S.pd., kakakku Chandra Efendi, dan
adik-adikku Ferdiyansah dan Alfa Nur Khoiri, serta seluruh keluarga besarku yang
senantiasa memberikan kasih sayang, semangat, perhatian, doa, dan dukungan
baik moril maupun materil kepada penulis;
7. Anna Setiawan yang selalu setia menemani penulis dikala senang maupun sedih
dan terimakasih atas cinta, kasih sayang, semangat, serta dukungan yang
diberikan kepada penulis;
8. Teman-teman Agroteknologi 2011 Nia, Putri, Risa, Ade, Alin, Defika, Lilis,
Agnes, Nikmatul, Lita, Dita, Dwika, Agung, Edi, Heru, Felix, Dika, Freddy,
Gede, Iwan, Eko, Fajar, Daus, Franss, Opik, Abdul, dan yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Bandar Lampung, 2015
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Kacang tanah (Arachis hypogeae L.) merupakan tanaman kacang-kacangan yang
banyak ditanam oleh para petani di Indonesia. Secara ekonomi, kacang tanah
merupakan tanaman kacang-kacangan yang menempati urutan kedua setelah
kedelai. Kacang tanah dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk makanan seperti
kue-kue, cemilan atau olahan lain. Kacang tanah mengandung protein nabati yang
bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Oleh karena itu, permintaan produksi
kacang tanah terus mengalami peningkatan setiap tahunnya seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk. Semakin meningkatnya permintaan produksi
kacang tanah dari tahun ke tahun tidak diimbangi dengan hasil produksi kacang
tanah yang masih rendah.
Menurut Kasno (2005), produktivitas kacang tanah di Indonesia umumnya masih
rendah sekitar 1,5 ton polong kering/ha, masih jauh jika dibandingkan dengan
produksi kacang tanah dunia yang mencapai 2,9 ton polong kering/ha.
Rendahnya produksi kacang tanah di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain masih banyaknya petani yang tidak menggunakan benih varietas
unggul, kesuburan tanah, cekaman kekeringan, serangn hama dan penyakit, dan
2
Upaya untuk meningkatkan produktivitas kacang tanah dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas kacang tanah adalah teknik budidaya yaitu melalui pemupukan.
Pemupukan merupakan suatu tindakan memberikan tambahan unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman. Kegiatan pemupukan penting untuk dilakukan supaya
kebutuhan tanaman akan unsur hara dapat terpenuhi sehingga tanaman dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik. Pupuk yang digunakan dapat berupa
pupuk organik maupun pupuk anorganik.
Dewanto dkk. (2013) mengungkapkan bahwa fenomena dampak negatif
intensifikasi pertanian terhadap ekosistem pertanian terjadi karena intensitas
penggunaan pupuk anorganik yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Pupuk
anorganik lebih mudah didapatkan tetapi harganya relatif mahal. Penggunaan
pupuk anorganik selalu diikuti dengan masalah lingkungan, baik terhadap
kesuburan biologis maupun kondisi fisik tanah serta dampak pada konsumen.
Penggunaan pupuk anorganik secara berlebihan dalam budidaya tanaman akan
menyebabkan peranan pupuk anorganik tersebut tidak efektif. Pemakaian pupuk
anorganik secara berlebihan dapat menyebabkan residu yang berasal dari zat
pembawa (carier) pupuk yang tertinggal dalam tanah sehingga akan menurunkan
kualitas dan kuantitas hasil pertanian.
Terdapat dua jenis pupuk di pasaran yaitu pupuk anorganik dan organik. Pupuk
anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik dan atau biologis
dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. Sedangkan pupuk
3
organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses
rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan
organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Dewanto dkk., 2013).
Pada umumnya pupuk organik mengandung hara makro N, P, K rendah, tetapi
mengandung hara mikro dalam jumlah cukup yang sangat diperlukan oleh
tanaman. Penggunaan pupuk organik sepertinya dapat diterapkan untuk
meningkatkan produktivitas kacang tanah melalui perbaikan sifat fisik, sifat kimia
dan sifat biologi tanah. Salah satu jenis pupuk organik yang dapat digunakan
untuk meningkatkan produktivitas tanaman adalah pupuk slurry. Pupuk
bio-slurry merupakan hasil dari pengolahan biogas berbahan kotoran sapi dan air
melalui proses anaerobik dalam ruangan tertutup. Tujuan dari pemanfaatan pupuk
bio-slurry adalah untuk mengurangi dampak negatif dari pembuatan biogas seperti
bau yang tidak sedap dan pencemaran lingkungan.
Berdasarkan analisa yang dilakukan oleh tim BIRU (2012), pupuk slurry
mengandung nutrisi utama (makro) yang diperlukan oleh tanaman seperti N, P,
dan K (Nitrogen, Phosfor, dan Kalium) dan nutrisi pelengkap seperti Magnesium
(Mg), Kalsium (Ca), dan Sulfur (S). Adapun komposisi slurry setelah fermentasi
adalah air 70 ─ 80% dan zat kering 20 ─ 30%. Jika diuraikan lagi, zat kering
tersebut mengandung bahan organik 18 ─ 27% dan bahan anorganik 2 ─ 3%.
Berdasarkan kandungan unsur hara yang terdapat dalam pupuk bio-slurry dapat
dijadikan sebagai alternatif pupuk organik yang dapat dikombinasikan dengan
pupuk anorganik untuk meningkatkan produsi tanaman kacang tanah sehingga
4
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dikemukakan maka diperlukan
penelitian untuk menjawab permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah kombinasi dosis pupuk bio-slurry padat dan pupuk anorganik dapat
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah?
2. Apakah terdapat kombinasi dosis pupuk bio-slurry padat dan pupuk anorganik
terbaik yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kacang
tanah?
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, penelitian ini dilakukan dengan
tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui apakah kombinasi dosis pupuk bio-slurry padat dan pupuk
anorganik dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kacang
tanah.
2. Mengetahui kombinasi dosis pupuk bio-slurry padat dan pupuk anorganik
terbaik yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kacang
tanah.
1.3 Landasan Teori
Dalam melakukan kegiatan budidaya tanaman, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman yang dibudidayakan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut adalah Faktor-faktor genetik dan juga Faktor-faktor
lingkungan. Faktor lingkungan berkaitan dengan ketersediaan unsur hara yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Faktor lingkungan
5
tanaman yang optimal. Salah satu upaya dalam meningkatkan produktivitas
tanaman dapat dilakukan dengan banyak cara. Salah satu cara yang sangat
mempengaruhi adalah teknik budidaya dengan cara pemupukan.
Ketersediaan air di lingkungan menjadi faktor penting, kurang tersedianya air di
lingkungan benih akan menyebabkan jumlah air yang diambil untuk berkecambah
rendah atau tidak terpenuhi, sehingga dapat mempengaruhi perkecambahan
(Adisyahputra dkk., 2004). Jumakir dkk. (2000) menyatakan bahwa kombinasi
antara kapur dan pemupukan menghasilkan pertumbuhan kacang tanah lebih
tinggi dibanding tanpa kapur atau pupuk.
Pemupukan merupakan suatu tindakan atau kegiatan menambahkan unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman yang dapat berupa bahan organik maupun bahan
anorganik. Tujuan dilakukannya pemupukan adalah untuk memenuhi unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman
tersebut dapat optimal. Marzuki (2007) menyatakan bahwa pemupukan
memegang peranan penting dalam peningkatan produksi kacang tanah.
Kebutuhan N 15-20 kg/ha, P2O5 45 kg/ha dan K2O 50-60 kg/ha. Tanah yang
kurang bahan organiknya memerlukan bahan organik. Pengapuran diperlukan
untuk tanah yang masam.
Salah satu faktor penyebab rendahnya produktivitas tanaman kacang tanah di
Indonesia adalah teknik budidaya di lapangan yang masih cukup rendah. Salah
satu teknik budidaya tanaman yang masih cukup rendah adalah penggunaan
pupuk yang tidak tepat dan pemakaian pupuk anorganik yang terus-menerus
6
banyaknya residu yang melebihi daya dukung lingkungan. Apabila residu
tersebut tidak terurai maka akan menjadi racun bagi tanah. Respon tanaman
terhadap pemberian pupuk akan meningkat bila menggunakan takaran pupuk yang
tepat. Setiap tanaman perlu mendapatkan dosis pupuk dengan takaran yang sesuai
agar terjadi keseimbangan unsur hara di dalam tanah yang dapat menjadikan
tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik serta menghasilkan produksi yang
optimal. Efisiensi pemupukan yang optimal dapat dicapai apabila pupuk
diberikan dalam jumlah yang sesuai kebutuhan tanaman.
Bahan organik memiliki peranan penting dalam menentukan kemampuan tanah
untuk mendukung tanaman. Kadar bahan organik tanah yang menurun akan
menurunkan kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman.
Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah
yang umum terjadi di negara berkembang dan intensitasnya cenderung meningkat
(Suryani, 2006).
Kari dkk. (2000) menyatakan bahwa penambahan bahan organik dapat
meningkatkan efisiensi penyerapan unsur fosfor (P), meningkatkan agregasi tanah
sehingga tanah menjadi lebih gembur, dan sangat menguntungkan untuk
pertumbuhan ginofor tanaman kacang tanah. Pengapuran juga dapat mengatasi
lahan yang masam untuk meningkatkan produksi.
Pupuk bio-slurry termasuk dalam pupuk organik dikarenakan bahan penyusunnya
berasal dari bahan organik yaitu kotoran hewan ternak yang telah mengalami
fermentasi. Hal tersebut menjadikan pupuk bio-slurry sangat baik apabila
7
tanaman budidaya. Pupuk bio-slurry mempunyai kandungan bahan organik yang
cukup tinggi, yang mempunyai manfaat dalam hal memperbaiki struktur tanah
menjadi lebih remah, mudah mengikat nutrisi dan air serta meningkatkan populasi
dan aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Pupuk bio-slurry adalah hasil dari
proses pengolahan biogas berbahan kotoran ternak dan air melalui proses
anaerobik di dalam ruang yang tertutup. Kandungan rata-rata nitrogen bio-slurry
dalam bentuk cair lebih tinggi dibandingkan dalam bentuk padat. Perbandingan
antara nutrisi pada pupuk bio-slurry menunjukkan kandungan nitrogen cenderung
lebih tinggi dibandingkan kandungan fosfor dan kalium, kecuali dalam bio-slurry
babi dalam bentuk padatan. Asam amino, asam lemak, asam organik, asam
humat, vitamin B-12, hormon auksin, sitokinin, antibiotik, nutrisi mikro (Fe, Cu,
Zn, Mn, Mo) (Azzy, 2012).
Pupuk organik dapat menjadi alternatif untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki
oleh pupuk anorganik karena pupuk organik memiliki kandungan unsur hara
makro dan mikro didalamnya. Penggunaan pupuk organik dalam budidaya
tanaman diyakini dapat mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh pupuk
anorganik selama ini. Penggunaan pupuk bio-slurry padat yang dikombinasikan
dengan pupuk anorganik diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pemupukan
yaitu berkurangnya penggunaan pupuk anorganik sehingga dapat menekan biaya
produksi dan menguntungkan secara ekonomi.
1.4 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka
8
Dalam melakukan budidaya tanaman, kegiatan pemupukan merupakan hal yang
penting untuk dilakukan. Pemupukan merupakan kegiatan menambahkan unsur
hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemupukan yang diberikan ke tanaman
harus berimbang supaya dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan
tanaman dengan baik. Penggunaan pupuk anorganik yang secara terus-menerus
dan berlebihan dapat memberikan dampak negatif pada kondisi tanah dan
agroekosistem lingkungan. Untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif
akibat penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan, maka penggunaan pupuk
anorganik dapat dikombinasikan dengan pupuk organik sebagai alternatif dari
proses pemupukan yang ramah lingkungan dan memberi dampak positif bagi
kondisi tanah serta meningktkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah serta
memberikan unsur hara makro dan mikro yang diperlukan oleh tanaman.
Tanaman kacang tanah merupakan salah satu jenis tanaman kacang-kacangan
yang menghasilkan polong dimana pembentukan polong tersebut terjadi di dalam
tanah. Polong tanaman kacang tanah akan mulai terbentuk ketika ginofor yang
merupakan calon bakal buah telah mencapai permukaan dan kemudian menembus
tanah. Supaya ginofor dari tanaman kacang tanah dapat dengan mudah
menembus tanah maka diperlukan kondisi tanah yang gembur. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk membuat tanah menjadi gembur adalah dengan
menggunakan bahan atau pupuk organik. Penggunaan pupuk organik dalam
budidaya tanaman dapat memberikan dampak positif pada tanaman dan juga lahan
budidaya. Salah satu dampak positif dari penggunaan pupuk organik bagi lahan
9
Pupuk bio-slurry merupakan pupuk organik yang berasal dari ampas biogas yang
keluar sebagai hasil akhir dari proses biogas yang berbahan kotoran ternak dan air
melalui proses anaerobik di dalam ruang tertutup. Penggunaan pupuk bio-slurry
sangat baik untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman budidaya
serta menyuburkan lahan pertanian. Pupuk bio-slurry mengandung bahan organik
dan unsur hara makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Penggunaan
pupuk bio-slurry dapat meningkatkan populasi dan aktivitas mikroorganisme di
dalam tanah yang berfungsi untuk mempercepat proses dekomposisi sehingga
membantu penyediaan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman budidaya. Pupuk bio-slurry atau ampas biogas
mempunyai kemampuan yang baik dalam mengikat dan menahan air. Tanah yang
diberi pupuk bio-slurry akan menjadi gembur dan subur sehingga diharapkan
mampu menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang tanah.
Pupuk anorganik memang mempunyai kelebihan misalnya mampu menyediakan
hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar dan pada waktu
yang cepat, namun penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus dapat
menimbulkan dampak yang buruk terhadap lahan pertanian karena akan merusak
sifat-sifat tanah sehingga tanaman budidaya tidak dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik apabia kondisi lahan pertanian sudah rusak. Oleh karena itu,
penggunaan pupuk anorganik yang dikombinasikan dengan pupuk organik
bio-slurry dimaksudkan untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan pupuk
anorganik secara terus-menerus sehingga kegiatan pemupukan benar-benar
10
dengan baik. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang tanah yang baik
diharapkan mampu memberikan keuntungan bagi para petani kacang tanah.
1.5 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan maka disusun hipotesis
sebagai berikut:
1. Aplikasi pupuk bio-slurry padat dan kombinasinya dengan pupuk anorganik
dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah.
2. Dosis pupuk bio-slurry padat dan kombinasinya dengan pupuk anorganik yang
terbaik akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Kacang Tanah
Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal
dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brizilia (Amerika Selatan). Awalnya
kacang tanah dibawa dan disebarkan ke Benua Eropa, kemudian menyebar ke
Benua Asia sampai ke Indonesia.
Klasifikasi tanaman kacang tanah dapat dilihat dibawah ini:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Leguminales
Family : Papilionnaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hypogaea L.
Tanaman kacang tanah termasuk dalam golongan tanaman leguminosa yang
mampu memfiksasi nitrogen dari udara melalui bintil akarnya. Kebutuhan hara
12
kebutuhan hara N yang dipasok dari pupuk, atau bahkan tidak merespon lagi
apabila dilakukan pemupukan N (Kasno, 2005).
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk kedalam suku (family)
Papiolionaceae dan genus Arachis yang berasal dari benua Amerika (Brazilia).
Tanaman kacang tanah mempunyai banyak nama daerah seperti kacang una,
kacang jebrol, kacang bandung, kacang koli, kacang tuban, dan kacang bangkala,
Poespadarsono (1988) dalam Setiawan dkk. (2014).
Pitojo (2005) menyatakan bahwa tanaman kacang tanah pada umumnya
melakukan penyerbukan sendiri sewaktu bunga masih kuncup (kleistogami).
Bunga tanaman kacang tanah yang terbentuk menjadi polong adalah bunga yang
terbentuk pada sepuluh hari pertama dan bunga yang muncul berikutnya akan
gugur sebelum menjadi ginofor. Ginofor tumbuh mengarah ke bawah dan masuk
kedalam tanah sedalam 1-5 cm. Ginofor yang terbentuk cabang bagian atas dan
tidak masuk ke dalam tanah akan gagal terbentuk polong. Polong yang terbentuk
sangat bervariasi ada yang berisi hingga 4 biji tergantung pada varietas yang
dugunakan.
Tanaman kacang tanah mempunyai dua fase pada pertumbuhannya yaitu fase
pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif. Fase vegetatif dihitung sejak
tanaman kacang tanah muncul dari dalam tanah atau sejak biji berkecambah
hingga tajuk mencapai maksimum. Kacang tanah termasuk tanaman hari pendek
dengan lama penyinaran ± 12 jam per hari. Fase generatif atau reprodukif
dinyatakan sejak waktu tanam berbunga hingga perkembangan polong,
13
Kacang tanah memiliki daya adaptasi yang luas terhadap berbagai jenis tanah,
yaitu pada tanah-tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol. Pada
umumnya tanaman kacang tanah cocok ditanam pada tanah yang ber pH 6,5‒7,0
(Adisarwanto, 2005).
Faktor iklim mempengaruhi pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Suhu, cahaya
dan curah hujan mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi sehingga
berimplikasi pada pertumbuhan dan perkembangbiakan kacang tanah, yang
berpengaruh pada komponen hasil. Intensitas cahaya yang rendah mengurangi
jumlah ginofor, jumlah polong dan berat polong (Andrianto dan Indarto, 2004).
Kacang tanah tumbuh dengan baik jika ditanam di lahan ringan yang cukup
mengandung unsur hara, gembur dan pH 5,0 – 6,3, kacang tanah dapat tumbuh
pada ketinggian tempat 0-500 m di atas permukaan laut (dpl) dan curah hujan
waktu tanam selama dua bulan pertama yang baik ialah 150-250 mm/bulan dan
suhu udara antara 250C - 300C dengan penyinaran penuh (Marzuki, 2007).
2.2 Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang bahan bakunya berasal dari tumbuhan dan
hewan. Pupuk organik sangat ramah lingkungan sehingga tidak akan
mengakibatkan kerusakan daya dukung lingkungan termasuk aman bagi
penggunanya (Nasaraduddin dan Rosmawati, 2011).
Pupuk organik mempunyai peranan dalam menentukan tingkat kesuburan tanah
karena pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
14
dan mikro bagi tanaman. Pupuk organik merupakan hasil penguraian
bagian-bagian tanaman dan binatang. Penggunaan pupuk organik adalah salah satu input
produksi yang memperoleh perhatian cukup besar dalam dekade terakhir. Pupuk
organik merupakan pupuk yang bahan dasar pembuatannya diambil dari alam
dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Pupuk organik
berfungsi untuk memperbaiki kesuburan tanah, memperbaiki sifat fisik kimia
tanah, memperbaiki sifat biologi tanah dan meningkatkan populasi mikroba tanah
sehingga menekan aktivitas safrofitik dari patogen tanaman serta tidak mencemari
lingkungan (Yurnalis, 2006).
Peranan bahan organik dalam memperbaiki kesuburan tanah, yaitu (1) melalui
penambahan unsur-unsur hara N, P, dan K yang secara lambat tersedia, (2)
meningkatkan kapasitas tukar kation tanah sehingga kation-kation hara yang
penting tidak mudah mengalami pencucian dan tersedia bagi tanaman, (3)
memperbaiki agregat tanah sehingga terbentuk struktur tanah yang lebih baik
untuk respirasi dan pertumbuhan akar, (4) meningkatkan kemampuan mengikat
air sehingga ketersediaan air bagi tanaman lebih terjamin, dan (5) meningkatkan
aktivitas mikroba tanah (Hardjowigeno, 2003).
2.3 Pupuk Bio-slurry
Bio-slurry merupakan campuran air dan serat atau bahan organik. Bio-slurry juga
mengandung nutrisi makro yang diperlukan oleh tanaman seperti NPK dan nutrisi
pelengkap nutrisi utama seperti Kalsium, Magnesium dan Sulfur. Bio-slurry yang
secara material berkualitas baik (matang) memiliki ciri-ciri seperti (1) tidak
15
mengandung sedikit gelembung gas, dan (3) memiliki warna yang lebih gelap
dibandingkan kotoran segar. Sedangkan pemakaian Bio-slurry pada dasarnya
memberikan manfaat sebagai berikut (1) memperbaiki struktur fisik tanah menjadi
lebih gembur, (2) meningkatkan kemampuan tanah mengikat atau menahan air
lebih lama yang bermanfaat, (3) meningkatkan kesuburan tanah, dan (4)
meningkatkan aktivitas cacing dan mikroorganisme tanah yang bermanfaat untuk
tanah dan tanaman (BIRU, 2012).
Bio-slurry merupakan produk dari hasil pengolahan biogas berbahan campuran
kotoran ternak dan air melalui proses tanpa oksigen (anaerobik) di dalam ruang
tertutup (BIRU, 2012). Bio-slurry memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan kotoran hewan segar atau pupuk kandang biasa. Adapun keunggulan
tersebut antara lain Bio-slurry bermanfaat untuk (1) menyuburkan tanah pertanian
karena dapat menetralkan tanah yang asam dengan baik, dapat menambahkan
humus sehingga tanah lebih bernutrisi dan mampu menyimpan air, dan mampu
mendukung aktivitas perkembangan cacing dan mikroba tanah yang bermanfaat
bagi tanaman, (2) kandungan nutrisi Bio-slurry terutama nitrogen (N) lebih baik
dibandingkan pupuk kandang atau kompos atau kotoran segar karena kandungan
nitrogen (N) dalam Bio-slurry lebih banyak dan mudah diserap oleh tanaman
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, (3) Bio-slurry bebas bakteri
pembawa penyakit pada tanaman karena proses fermentasi kohe (kotoran hewan)
di reaktor biogas dapat membunuh organisme yang dapat menyebabkan penyakit
pada tanaman, dan (4) penggunaan Bio-slurry sebagai pupuk bagi tanaman dapat
16
Pengaruh Bio-slurry terhadap produksi tanaman beragam tergantung pada jenis
dan kondisi tanah, kualitas benih, iklim, dan faktor lain. Namun pada dasarnya
pemakaian Bio-slurry akan memberi manfaat sebagai berikut yaitu dapat
memperbaiki struktur fisik tanah yaitu tanah menjadi lebih gembur, meningkatkan
kemampuan tanah mengikat atau menahan air lebih lama yang bermanfaat saat
musim kemarau, meningkatkan kesuburan tanah yaitu tanah menjadi lebih
bernutrisi dan lengkap kandungannya dan dapat meningkatkan aktivitas cacing
dan mikroorganisme tanah yang bermanfaat untuk tanah dan tanaman (BIRU,
2012).
BIRU (2012) mengungkapkan bahwa pemberian pupuk bio-slurry dapat
memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan produksi tanaman rata-rata
sebesar 10 ─ 20% lebih tinggi dibanding pupuk kandang biasa. Penelitian di
Indonesia pada pertanian dengan Bio-slurry juga memperoleh rata-rata kenaikan
hasil yang sama. Bio-slurry banyak digunakan pada tanaman sayur dan buah serta
tanaman pangan. Hasil penelitian di Manokwari menunjukkan bahwa pemberian
pupuk slurry cair terhadap tanaman kangkung dapat meningkatkan hasil produksi
tanaman tersebut.
2.4 Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan
cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki presentase kandungan hara
yang tinggi. Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, dapat dibagi menjadi
dua, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur
17
primer misalnya urea yang hanya mengandung unsur nitrogen. Pupuk majemuk
adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara. Penggunaan
pupuk ini lebih praktis, karena hanya dengan satu kali aplikasi, beberapa jenis
unsur hara dapat diberikan (Novizan, 2005).
Pupuk anorganik atau disebut juga sebagai pupuk mineral adalah pupuk yang
mengandung satu atau lebih senyawa anorganik. Fungsi utama pupuk anorganik
adalah sebagai penambah unsur hara atau nutrisi tanaman. Dalam aplikasinya,
sering dijumpai kelebihan dan kelemahan pupuk anorganik. Beberapa manfaat
dan keunggulan pupuk anorganik antara lain mampu menyediakan hara dalam
waktu yang relatif cepat, menghasilkan nutrisi tersedia yang siap diserap oleh
tanaman, kandungan jumlah nutrisi lebih banyak, tidak berbau menyengat, praktis
dan mudah diaplikasikan. Sedangkan kelemahan dari pupuk anorganik adalah
harganya relatif mahal, mudah larut dan mudah hilang, menimbulkan polusi pada
tanah apabila diberikan dalam dosis tinggi. Unsur yang paling dominan dijumpai
dalam pupuk anorganik adalah unsur N, P, dan K (Leiwakabessy dan Sutandi,
2004).
Penambahan pupuk anorganik juga dibutuhkan dalam menunjang pertumbuhan
dan perkembangan tanaman kacang tanah. Sumaryo dan Suryono (2000)
menyatakan bahwa pemberian pupuk anorganik SP-36 dapat meningkatkan hasil
18
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilakukan pada bulan
November 2014 sampai Mei 2015.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih kacang tanah varietas
kancil, Pupuk Bio-slurry padat, pupuk Urea, pupuk SP36, dan pupuk KCl.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan, alat tulis, meteran,
cangkul, dan tali rafia.
3.3 Metode Penelitian
Percobaan ini terdiri atas enam perlakuan yang merupakan kombinasi dosis pupuk
organik bio-slurry padat dengan pupuk anoranik, masing-masing perlakuan
diulang sebanyak tiga kali yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok.
Homogenitas ragam diuji dengan Uji Bartlet, aditivitas data diuji dengan Uji
19
tengah perlakuan diuji dengan Uji Beda Nyata terkecil pada taraf 5%. Kombinasi
dosis pupuk bio-slurry padat dengan pupuk anorganik untuk masing-masing
perlakuan disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Kombinasi dosis pupuk bio-slurry padat dengan pupuk anorganik untuk masing-masing perlakuan.
Pada perlakuan A (kontrol), tanaman kacang tanah tidak diberi pupuk samasekali.
Perlakuan B (Urea 100 kg/ha, SP-36 200 kg/ha, KCl 100 kg/ha) tanaman kacang
tanah diberi pupuk anorganik sebanyak 100% dari dosis rekomendasi. Perlakuan
C (Urea 75 kg/ha, SP-36 150 kg/ha, KCl 75 kg/ha dan bio-slurry 1.250 kg/ha)
tanaman kacang tanah diberi pupuk anorganik sebanyak 75% dari dosis
rekomendasi dan pupuk bio-slurry padat sebanyak 25% dari dosis rekomendasi.
Perlakuan D (Urea 50 kg/ha, SP-36 100 kg/ha, KCl 50 kg/ha dan bio-slurry 1.500
kg/ha) tanaman kacang tanah diberi pupuk anorganik dan pupuk bio-slurry padat
sebanyak 50% dari dosis rekomendasi. Perlakuan E (Urea 25 kg/ha, SP-36 50
kg/ha, KCl 25 kg/ha dan bio-slurry 3.750 kg/ha) tanaman kacang tanah diberi
20
padat sebanyak 75% dari dosis rekomendasi. Perlakuan F (bio-slurry 5.000
kg/ha) tanaman kacang tanah diberi pupuk bio-slurry padat sebanyak 100% dari
dosis rekomendasi.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian meliputi kegiatan persiapan lahan dan pembuatan petak
percobaan, penanaman kacang tanah, aplikasi pupuk, pemeliharaan, dan panen.
3.4.1 Persiapan lahan dan pembuatan petak percobaan
Pengolahan lahan dilakukan dengan pembajakan kemudian diratakan. Tanah
yang sudah diolah kemudian dibentuk petakan-petakan sebanyak 18 petak. Untuk
masing-masing kelompok, dibuat petak percobaan sebanyak jumlah perlakuan
yang diterapkan yaitu enam petak. Masing-masing petak percobaan berukuran
4 m x 3 m. Tata letak petak percobaan untuk setiap perlakuan dan setiap ulangan
disajikan dalam Gambar 1.
U
I
II
III
Gambar 1. Tata letak percobaan
C D F A B E
E A C B F D
21
3.4.2 Penanaman kacang tanah
Tanaman kacang tanah ditanam dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm. Penanaman
kacang tanah dilakukan dengan cara memasukkan 1 benih kacang tanah ke dalam
setiap lubang tanam. Untuk menghindari serangan hama saat penanaman
diberikan furadan 3G.
3.4.3 Aplikasi pupuk
Aplikasi pupuk Urea dilakukan sebanyak dua kali. Aplikasi Urea pertama
(setengah dosis) dilakukan pada satu minggu setelah tanam bersamaan dengan
pupuk SP-36, dan KCl. Aplikasi pupuk Urea kedua dilakukan saat tanaman
kacang tanah mulai berbunga. Aplikasi pupuk bio-slurry padat dilaksanakan pada
satu minggu sebelum dilakukan penananaman kacang tanah, aplikasi pupuk
bio-slurry padat dilakukan dengan cara ditaburkan ke lahan pertanaman kemudian
diaduk secara rata pada petak percobaan dengan menggunkan cangkul sesuai
dengan unjuran dari Yayasan Rumah Energi BIRU (Biogas Rumah).
3.4.4 Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman kacang tanah meliputi pengairan, pengendalian gulma,
pengendalian hama dan penyakit.
1. Pengairan
Pengairan atau penyiraman dilakukan jika tidak turun hujan. Hal ini dikarenakan
lahan yang digunakan merupakan lahan tadah hujan yang mengandalkan
22
2. Pengendalian Gulma
Kegiatan pengendalian gulma dilakukan dengan menggunakan herbisida pra
tumbuh setelah lahan selesai diolah.
3. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida.
Kegiatan pengendalian dilakukan apabila tingkat serangan hama dan penyakit
telah merusak lebih dari 20% tanaman budidaya.
3.4.5 Panen
Panen kacang tanah dilakukan dengan kriteria bagian mesokrap kulit kacang tanah
sudah berwarna hitam apabila dikorek dengan menggunkan kuku, selain itu juga
dapat didasarkan pada 75% dari daun-daun tanaman sudah menguning dan polong
sudah tua. Tanda-tanda polong siap panen adalah berwarna coklat dan keras dan
bila dibuka biji telah berisi penuh dan kulit biji sudah kelihatan tipis berwarna
hitam.
3.5 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini meliputi tinggi tanaman, jumlah daun,
jumlah cabang total, jumlah polong per tanaman, bobot berangkasan kering, bobot
polong kering per petak, jumlah dan bobot bintil akar, indeks panen dan analisis
serapan hara N, P, dan K pada tanaman. Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah
23
bobot bintil akar dilaksanakan pada 5 minggu setelah tanam. Pengamatan jumlah
cabang dilakukan pada 10 minggu setelah tanam. Pengamatan jumlah polong per
tanaman, bobot polong kering per petak, bobot berangkasan kering tanaman, dan
analisis serapan hara N, P, dan K dilakukan setelah panen.
1. Tinggi tanaman
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman dari
pangkal batang (permukaan tanah) hingga titik tumbuh. Pengukuran dilakukan
dalam satuan centi meter dengan jumlah tanaman sampel sebanyak 10 tanaman/
petak.
2. Jumlah daun
jumlah daun dihitung dari daun yang membuka sempurna dan dilakukan dengan
menghitung total jumlah daun tanaman kacang tanah pada masing-masing sampel
tanaman, jumlah sampel tanaman yaitu sebanyak 10 tanaman/ petak.
3. Jumlah polong
Pengamatan jumlah polong dilakukan dengan menghitung jumlah polong pada 5
tanaman sampel/ petak percobaan pada saat panen.
4. Bobot kering berangkasan
Pengambilan sampel bobot kering berangkasan dilakukan pada saat setelah panen
dengan memotong tanaman kacang tanah tepat pada bagian pangkal batang
kemudian dioven dengan suhu 700C selama 72 jam kemudian ditimbang
24
5. Jumlah cabang total
Pengamatan jumlah cabang total tanaman kacang tanah dilakukan dengan cara
menghitung seluruh jumlah cabang n, n+1, dan n+2 yang ada di masing-masing
tanaman sampel.
6. Bobot polong kering per petak
Pengamatan bobot total polong kering per petak kacang tanah dilaksanakan
apabila kriteria panen telah terpenuhi dan dilakukan dengan cara menimbang
seluruh polong yang dihasilkan pada satu petak percobaan kemudian
dikonversikan dalam satuan hektar.
7. Jumlah dan bobot bintil akar
Pengamatan jumlah dan bobot bintil akar dilakukan dengan cara menghitung
jumlah bintil akar pada masing-masing tanaman sampel kemudian dilakukan
penimbangan bobot bintil akar dengan menggunakan timbangan digital.
8. Indeks panen
Indeks panen adalah perbandingan distribusi hasil asimilasi biomassa
ekonomis dengan biomassa keseluruhan.
IP = Bobot polong kering per petak X 100%
25
9. Serapan N, P, dan K
Analisis serapan N, P ,dan K dilakukan dengan cara tanaman yang telah dipanen
dioven selama 72 jam dengan suhu 700 C. Tanaman yang telah dioven kemudian
dihaluskan dengan cara digiling, hasil penggilingan jaringan tanaman tersebut
nantinya akan diabukan dengan cara dimasukkan kedalam oven pengabuan hingga
mencapai suhu 5000 C. Jaringan tanaman yang telah diabukan kemudian
ditambahkan larutan HCl 1 N lalu dipanaskan sampai mendidih dan selanjutnya
disaring dengan menggunakan kertas penyaring. Hasil dari penyaringan larutan
tersebut yang nantinya akan digunakan untuk penetapan serapan unsur hara N, P,
dan K. Penetapan serapan hara P dilakukan dengan metode biru molibdenum,
metode ini didasarkan pada prinsip bahwa dalam larutan asam molibdat yang
mengandung ion ortofosfat, molibdenum dalam senyawa kompleks
molibdodi-fosfat akan tereduksi dan membentuk warna biru. Analisis ini dilakukan di
51
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa:
1. Kombinasi dosis pupuk Urea 50 kg/ha, SP-36 100 kg/ha, KCl 50 kg/ha dan
bio-slurry 2500 kg/ha mampu menghasilkan rata-rata tinggi tanaman yang
paling baik padaa 3, 4, dan 5 MST yaitu 7,87 cm, 11,90 cm, dan 21,17 cm serta
jumlah daun kacang tanah paling banyak pada 3 dan 4 MST yaitu 18,50 dan
27,23 helai dibandingkan kombinasi dosis pupuk lainnya. Kombinasi dosis
pupuk Urea 25 kg/ha, SP-36 50 kg/ha, KCl 25 kg/ha dan bio-slurry 3750 kg/ha
mampu menghasilkan rata-rata jumlah cabang paling banyak yaitu 8,22 dan
bobot berangkasan kering paling besar yaitu 112,67 g/tan dibandingkan
perlakuan-perlakuan lainnya.
2. Aplikasi pupuk bio-slurry padat dan kombinasinya dengan pupuk anorganik
tidak berpengaruh terhadap jumlah polong dan bobot polong kering tanaman
52
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis menyarankan untuk
melakukan kegiatan pengapuran selain aplikasi pupuk untuk tanah ultisol. Tanah
Ultisol diketahui tergolong tanah yang mempunyai pH rendah, dengan
dilakukannya kegiatan pengapuran diharapkan mampu meningkatkan pH tanah
guna meningkatkan efektivitas aplikasi pupuk sehingga dapat menyuplai unsur
53
PUSTAKA ACUAN
Adisarwanto, T. 2005. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah
dan Lahan Kering. Panebar Swadaya. Jakarta.
Adisyahputra., R. Indrayanti., D. Eldina. 2004. Karakterisasi Sifat Toleransi
Terhadap Cekaman Kering Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Varietas
Nasional pada Tahap Perkecambahan. Jurnal Matematika, Sains dan
Teknologi 5(1):1-16.
Andrianto, T.T., Indarto, N. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Buncis,
Kacang Tanah, Kacang Tunggak. Penerbit Absolut. Yogyakarta. 124 hal
Azzy. 2012. Teknologi Biogas. http://kapilo0o.wordpress.com/2012/05/ Diakses
pada tanggal 25 September 2014.
Bahar, A. 2002. Pengaruh takaran (dosis) inokulum rhizo-plus pada inokulasi
benih terhadap perbintilan akar dan pertumbuhan tiga varietas kedelai. skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo. Madura.
Dewanto, F.G., J.J.M.R. Londok, R.A.V. Tuturoong, W. B. Kaunang. 2013. Pengaruh Pemupukan Anorganik dan Organik Terhadap Produksi
Tanaman Jagung Sebagai Sumber Pakan. Jurnal Zootek 32(5):1-8.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. 286 hal.
Hidayat, P. 2008. Pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis hypogaea L.) varietas lokal madura pada berbagai jarak tanam dan dosis pupuk fosfor. Jurnal agrovigor 1(1): 55-64.
Hulopi, F. 2008. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk Organik dan Anorganik
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kacang Tanah. Jurnal Buana
Sains 8(2):153-159.
Jumakir., Waluyo., Suparwoto. 2000. Kajian Berbagai Kombinasi Pengapuran dan
Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis
Hypogaea L.) dilahan Pasang Surut. Jurnal Agronomi 8(1):11-15.
Kadekoh, I. 2007. Komponen hasil dan hasil kacang tanah berbeda jarak tanam dalam sistem tumpangsari dengan jagung yang didefoliasi pada musim
54
Kari., Z. Yuliar., Suhartono. 2000. Pengaruh Pupuk Kalium (K) dan Pupuk
Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah. Jurnal Stigma
8(2):123-126.
Kasno, A. 2005. Profil dan Perkembangan Teknik Produksi Kacang Tanah di
Indonesia. http:www.puslittan.bogor.net/addmin/downloads/Astanto.pdf. Diakses 25 September 2014.
Kurniawan, R. M. 2013. Respon Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang
Tanah (Arachis hypogaea L.) terhadap Sistem Tanam Alur dan Pemberian
Jenis Pupuk. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen
Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor 208 hal.
Lukitas, W. 2006. Uji daya hasil lima kultivar kacang tanah. skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Maria, D. 2000. Penentuan masak panen benih kacang tanah (Arachis hypogaea
L.) varietas Landak, Banteng, Kidang, dan Komodo dengan
memperhatikan fenologi tanaman skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Marzuki, R. 2007. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 44 hal.
Musnamar, E. I. 2005. Pupuk Organik Padat: Pembuatan dan Aplikasi. Penebar
Swadaya. Jakarta. 72 hal.
Nasaruddin dan Rosmawati. 2011. Pengaruh Pupuk Organik Cair (poc) Hasil Fermentasi Daun Gamal, Batang Pisang dan Sabut Kelapa Terhadap
Pertumbuhan Bibit Kakao. Jurnal Agrisistim 7(1):29-37.
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Catatan keenam. Agromedia
Pustaka. Jakarta. 128 hal.
Oentari, A.P. 2008.Pengaruh pupuk kalium terhadap kapasitas source sink pada
enam varietas kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Skripsi. Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pitojo, S. 2005. Benih Kacang Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
Purnamawati H, R. Poerwanto, I. Lubis, Yudiwanti, S.A. Rais, A.G. Manshuri. 2010. Akumulasi dan distribusi bahan kering pada beberapa varietas
kacang tanah. Jurnal Agronomi Indonesia 38(2):100-106.
Setiawan, Budi., M.K. Bangun., E.H. Kardhinata. 2014. Respon Beberapa
Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap Pemberian Pupuk
55
Sumarno, S. Hartati dan H. Widjianto. 2001. Kajian Macam Pupuk Organik dan
Dosis Pupuk P terhadap Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) di
Tanah Entisol. Jurnal Sains Tanah 1(1):1-6.
Sumaryo dan Suryono. 2000. Pengaruh Dosis Pupuk Dolomit dan SP36 Terhadap
Jumlah Bintil Akar dan Hasil Tanaman Kacang Tanah di Tanah Latosol.
Jurnal Agrosains 2(2):54-58.
Suprapto, H. S. 2004. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suryani, Ani. 2006. http://www.damandiri.or.id/file/anisuryaniipbbab2.pdf.
Diakses tanggal 11 September 2014.
Sutrisno. 2004. Studi Dosis Pupuk dan Jarak Tanam Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.). Kantor Litbang Kabupaten Pati. Pati.
Tim Biogas Rumah (BIRU). 2012. Pedoman & Pengguna Pengawas Pengelolaan
dan Pemanfaatan Bio-slurry. Kerjasama Indonesia-Belanda. Program Biru. Jakarta. 24 hal.
Wijaya, A. 2011. Pengaruh pemupukan dan pemberian kapur terhadap
pertumbuhan dan daya hasil kacang tanah (Arachis hypogaea, L.). Skripsi.
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yurnalis. 2006. Pengaruh aplikasi pupuk organik dan pupuk anorganik terhadap
pertumbuhan, produksi serta mutu benih kacang tanah. Thesis.