• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata ) DI MUSIM TANAM KE TIGA PADA TANAH ULTISOL GEDUNG MENENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata ) DI MUSIM TANAM KE TIGA PADA TANAH ULTISOL GEDUNG MENENG"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays Saccharata ) DI MUSIM TANAM KE TIGA

PADA TANAH ULTISOL GEDUNG MENENG O l e h

E K A P U R N A M A S A R I

Pupuk Organonitrofos merupakan pupuk organik yang berasal dari kotoran sapi, diperkaya dengan batuan fosfat dan melibatkan aktivitas mikroba penambat N dan pelarut fosfat yang baru dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia, serta menentukan dosis terbaik dari kombinasi pupuk Organonitrofos dengan pupuk kimia terhadap pertumbuhan, serapan hara, dan produksi tanaman jagung manis pada musim tanam ketiga. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2012 sampai Maret 2013 di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan dengan 3 kelompok. Perlakuan A (kontrol), B (300 kg Urea ha-1, 200 kg SP-36 ha-1, 100 kg KCl ha-1), C (225 kg Urea ha-1, 150 kg SP-36 ha-1, 75 kg KCl ha-1, 1000 kg Organonitrofos ha-1), D (150 kg Urea ha-1, 100 kg SP-36 ha

-1

(2)

dengan Uji Tukey. Data diolah dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan Uji BNT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan D dengan dosis 150 kg Urea ha-1, 100 kg SP-36 ha-1, 50 kg KCl ha-1, 1.500 kg

Organonitrofos ha-1 mampu meningkatkan pertumbuhan, produksi dan serapan hara tanaman jagung manis. Perlakuan D juga paling efektif terhadap biomass total tanaman jagung manis berdasarkan perhitungan Relative Agronomic Effectivenes (RAE) yaitu sebesar 108,573%. Hasil uji ekonomis menunjukkan

bahwa perlakuan B dengan dosis 300 kg Urea ha-1, 200 kg SP-36 ha-1, 100 kg KCl ha-1 paling ekonomis dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

(3)
(4)

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN

HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata ) DI MUSIM TANAM KE TIGA PADA TANAH

ULTISOL GEDUNG MENENG

(Skripsi)

Oleh

EKA PURNAMA SARI

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata letak percobaan ... 16 2. Pengaruh aplikasi pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan

pupuk kimia terhadap tinggi tanaman jagung pada masa vegetatif

akhir pada musim tanam ke tiga (cm) ... 27 3. Pengaruh aplikasi pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan

pupuk kimia terhadap jumlah daun tanaman jagung pada masa

vegetatif akhir pada musim tanam ke tiga (helai tanaman-1) ... 27 4. Pengaruh aplikasi pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan

pupuk kimia terhadap bobot basah berangkasan pada musim tanam

ke tiga (t ha-1) ... 29 5. Pengaruh aplikasi pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan

pupuk kimia terhadap bobot basah tongkol dengan kelobot pada

musim tanam ke tiga (t ha-1) ... 30 6. Pengaruh aplikasi pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan

pupuk kimia terhadap bobot basah tongkol tanpa kelobot pada

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... xi

I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2Tujuan Penelitian ... 4

1.3Kerangka Pemikiran ... 4

1.4Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Jagung . 8

2.2Syarat Tumbuh Jagung Manis ... 11

2.3Karakteristik Tanah Ultisol... 11

2.4 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis... 12

III. BAHAN DAN METODE 3.1Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

3.2Bahan dan Alat ... 14

3.3Metode Penelitian ... 15

3.4Pelaksanaan penelitian 3.4.1 Penyiapan lahan ... 15

3.4.2 Pembuatan Petak Percobaan ... ... 15

3.4.3 Penanaman Jagung ... 17

3.4.4 Aplikasi Pupuk ... 17

3.4.5 Pemeliharaan ... 18

3.4.6 Panen ... 18

(7)

v

3.5.4. Bobot Tongkol dengan Berangkasan ... 19

3.5.5. Bobot Tongkol tanpa Berangkasan... ... 20

3.5.6. Analisis Tanah ... 20

3.5.7. Analisis Tanaman ... 20

3.5.8. Analisis Pupuk Organonitrofos ... 20

3.5.9. Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos ... 20

3.5.10. Uji Korelasi ... 21

3.5.11. Uji Ekonomis Pupuk Organonitrofos ... 21

IV.HASILDAN PEMBAHASAN 4.1 Pupuk Organonitrofor dan Sifat Kimia Tanah... 22

4.2 Pengaruh Aplikasi Pupuk Organonitrofos dan Kombinasinya dengan Pupuk Kimia terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis ... 26

4.3 Pengaruh Aplikasi Pupuk Organonitrofos dan Kombinasinya dengan Pupuk Kimia terhadap Pertumbuhan Generatif Tanaman Jagung Manis ... 28

4.4 Pengaruh Aplikasi Pupuk Organonitrofos dan Kombinasinya dengan Pupuk Kimia terhadap Serapan Hara Total Tanaman Jagung Manis ... 32

4.5 Hasil Uji Korelasi Serapan Hara N, P dan K Tanaman Jagung berbanding Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Bobot Tongkol dan Bobot kering Berangkasan ... 35

4.6 Hasil Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos ... 37

4.7 Hasil Uji Ekonomis Pupuk Organonitrofos ... 38

V.KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 42

PUSTAKA ACUAN ... 43

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Susunan perlakuan dan dosis pupuk. ... 15 2. Kandungan hara pupuk organonitrofos. ... 22 3. Hasil analisi kimia tanah awal (pada akhir musim tanam kedua)

dan hasil analisis tanah akhir setelah dilakukan aplikasi pupuk

Organonitrofos dengan pupuk kimia dimusim tanam ketiga. .. ... 25 4. Pengaruh aplikasi pupuk organonitrofos dan kombinasinya dengan

pupuk kimia terhadap bobot kering berangkasan dan bobot kering

tongkol tanaman jagung manis. ... 32 5. Pengaruh aplikasi pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan

pupuk kimia terhadap serapan hara N, P, dan K total tanaman

jagung manis pada musim tanam ke tiga. ... 33 6. Hasil uji korelasi antara serapan hara N, P, dan K dengan tinggi

tanaman, bobot tongkol, jumlah daun, dan bobot berangkasan pada

musim tanam ke tiga. ... 36 7. Hasil Perhitungan Relative Economic Affectiviness (RAE) pada

Biomas Total Tanaman Jagung Manis di Musim Tanam ke Tiga. 38 8. Hasil perhitungan uji ekonomis pupuk Organonitrofos berdasarkan

perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total pada

musim tanam ke tiga. ... 39 9. Pengaruh pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya

dengan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman jagung manis pada

2 MST (cm). ... 48 10. Pengaruh pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya

dengan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman jagung manis pada

3 MST (cm). ... 48 11. Pengaruh pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya

dengan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman jagung manis pada

4 MST (cm). ... 49 12. Pengaruh pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya

dengan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman jagung manis pada

(9)

vii

13. Pengaruh pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia terhadap tinggi tanaman jagung manis pada

6 MST (cm). . ... 50 14. Uji homogenitas tinggi tanaman jagung manis pada 6 MST setelah

aplikasi pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia. ... 50 15. Analisis ragam tinggi tanaman jagung manis pada 6 MST setelah

aplikasi pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk

kimia. ... 51 16. Pengaruh pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya

dengan pupuk kimia terhadap jumlah daun tanaman jagung manis

pada 2 MST (helai tanaman-1). ... 51 17. Pengaruh pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya

dengan pupuk kimia terhadap jumlah daun tanaman jagung manis

pada 3 MST (helai tanaman-1). ... 52 18. Pengaruh pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya

dengan pupuk kimia terhadap jumlah daun tanaman jagung manis

pada 4 MST (helai tanaman-1). ... 52 19. Pengaruh pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya

dengan pupuk kimia terhadap jumlah daun tanaman jagung manis

pada 5 MST (helai tanaman-1). ... 53 20. Pengaruh pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya

dengan pupuk kimia terhadap jumlah daun tanaman jagung manis

pada 6 MST (helai tanaman-1). ... 53 21. Uji homogenitas jumlah daun tanaman jagung manis pada 6 MST

setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan

pupuk kimia. ... 54 22. Analisis ragam jumlah daun tanaman jagung manis pada 6 MST

setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan

pupuk kimia. ... 54 23. Bobot berangkasan kering setelah aplikasi pupuk Organonitrofos

dan kombinasinya dengan pupuk kimia (kg ha-1). ... 55 24. Uji homogenitas bobot berangkasan kering setelah aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 55 25. Analisis ragam bobot berangkasan kering setelah aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 56 26. Bobot basah tongkol dan kelobot jagung manis setelah aplikasi

pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia

(10)

viii

27. Uji homogenitas bobot basah tongkol dan kelobot jagung manis setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan

pupuk kimia. ... 57 28. Analisis ragam bobot basah tongkol dan kelobot jagung manis

setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan

pupuk kimia. ... 57 29. Bobot basah tongkol tanpa kelobot jagung manis setelah aplikasi

pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia

(t ha-1). ... 58 30. Uji homogenitas bobot basah tongkol tanpa kelobot jagung manis

setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan

pupuk kimia. ... 58 31. Analisis ragam bobot basah tongkol tanpa kelobot jagung manis

setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan

pupuk kimia. ... 59 32. Serapan hara N total setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan

kombinasinya dengan pupuk kimia (kg ha-1). ... 59 33. Uji homogenitas serapan hara N total setelah aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 60 34. Analisis ragam serapan hara N total setelah aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 60 35. Serapan hara P total setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan

kombinasinya dengan pupuk kimia (kg ha-1). ... 61 36. Uji homogenitas serapan hara P total setelah aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 61 37. Analisis ragam serapan hara P total setelah aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 62 38. Serapan hara K total setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan

kombinasinya dengan pupuk kimia (kg ha-1). ... 62 39. Uji homogenitas serapan hara K total setelah aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 63 40. Analisis ragam serapan hara K total setelah aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 63 41. Biomass total tanaman jagung manis setelah aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia (t ha-1). ... 64 42. Perhitungan uji korelasi antara serapan hara N total dengan tinggi

tanaman jagung manis pada 6 MST setelah aplikasi pupuk

(11)

ix

43. Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara N total dengan tinggi tanaman jagung manis pada 6 MST setelah aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 65 44. Perhitungan uji korelasi antara serapan hara P total dengan tinggi

tanaman jagung manis pada 6 MST setelah aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 66 45. Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara P total dengan

tinggi tanaman jagung manis pada 6 MST setelah aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 66 46. Perhitungan uji korelasi antara serapan hara K total dengan tinggi

tanaman jagung manis pada 6 MST setelah aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 67 47. Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara K total dengan

tinggi tanaman jagung manis pada 6 MST setelah aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 67 48. Perhitungan uji korelasi antara serapan hara N total dengan bobot

berangkasan setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan

kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 68 49. Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara N total dengan

bobot berangkasan setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan

kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 68 50. Perhitungan uji korelasi antara serapan hara P total dengan bobot

berangkasan setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan

kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 69 51. Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara P total dengan

bobot berangkasan setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan

kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 69 52. Perhitungan uji korelasi antara serapan hara K total dengan bobot

berangkasan setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan

kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 70 53. Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara K total dengan

bobot berangkasan setelah aplikasi pupuk Organonitrofos dan

kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 70 54. Perhitungan uji korelasi antara serapan hara N total dengan jumlah

daun jagung manis pada 6 MST setelah aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 71 55. Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara N total dengan

tinggi jumlah daun pada 6 MST setelah aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 71 56. Perhitungan uji korelasi antara serapan hara P total dengan jumlah

daun jagung manis pada 6 MST setelah aplikasi pupuk

(12)

x

57. Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara P total dengan jumlah daun jagung manis pada 6 MST setelah aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 72 58. Perhitungan uji korelasi antara serapan hara K total dengan jumlah

daun jagung manis pada 6 MST setelah aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 73 59. Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara K total dengan

jumlah daun jagung manis pada 6 MST setelah aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 73 60. Perhitungan uji korelasi antara serapan hara N total dengan

bobot basah tongkol jagung manis setelah aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 74 61. Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara N total dengan

bobot basah tongkol jagung manis setelah aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 74 62. Perhitungan uji korelasi antara serapan hara P total dengan bobot

basah tongkol jagung manis setelah aplikasi pupuk Organonitrofos

dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 75 63. Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara P total dengan

bobot basah tongkol jagung manis setelah aplikasi pupuk

Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 75 64. Perhitungan uji korelasi antara serapan hara K total dengan bobot

basah tongkol jagung manis setelah aplikasi pupuk Organonitrofos

dan kombinasinya dengan pupuk kimia. ... 76 65. Analisis ragam uji korelasi antara serapan hara K total dengan

bobot basah jagung manis setelah aplikasi pupuk Organonitrofos

(13)
(14)
(15)
(16)

“Dan barang siapa yang menempuh suatu perjalanan untuk mencari suatu ilmu

(agama), maka Allah akan memudahkan baginya (dengan ilmu) suatu jalan

menuju surga”

(HR. Muslim)

Real success is determined by two factor, first is faith and second is action

All our dream can come true, if we have the courage to pursue them

(Walt Disney)

Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow

The important thing is not stop questioning

(17)

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT dan rasa terimakasih yang

tak terhingga, karya sederhana ini kupersembahkan kepada

Kedua Orangtuaku tercinta

Papa Pardiyana (Alm) dan Ibu Warsih S.Pd.

Yang memberi limpahan kasih sayang dalam hidupku.

Menjadi panutan meski tidak selalu sempurna.

Adikku Lia Fatimah Selviyana dan Hanifah Rahmawati,

yang selalu memberi semangat, kasih sayang, canda, dan tawa.

Prof. Dr. Ir. Jamalam Lumbanraja, M.Sc.

yang telah membimbingku dalam penelitian ini.

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 11 April 1993, merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Pardiyana (Alm) dan Ibu Warsih, S.Pd. Penulis mengawali pendidikan formal di TK Kartika II-26 Bandar Lampung pada tahun 1998, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2

Kampung Sawah Berebes Tanjung Karang Timur tahun 1999– 2004. Penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bandar Lampung tahun 2004 – 2007 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bandar Lampung pada tahun 2007 – 2010.

(19)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia, hidayah, serta nikmat yang diberikan sehingga Penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos dan

Kombinasinya dengan Pupuk Kimia terhadap Pertumbuhan, Serapan Hara dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata ) di Musim Tanam ke Tiga pada Tanah Ultisol Gedung Meneng”. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini Penulis banyak mendapat bantuan baik ilmu, materil, petunjuk, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Jamalam Lumbanraja, M.Sc., selaku dosen pembimbing I

yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengetahuan, pelajaran, ilmu, kritik dan saran.

2. Bapak Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu memberikan bimbingan diskusi, ilmu dalam penyelesaian skripsi.

(20)

iii 5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

6. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi.

7. Kepada Papa dan Ibu tercinta serta adik-adikku tercinta Lia Fatimah Selviyana dan Hanifah Rahmawati yang telah memberikan kasih sayang, dukungan serta do’a yang tulus.

8. Kepada M. Azhari Prabukesuma yang telah memberikan dukungan, semangat, dan kasih sayang pada penulis.

9. Teman dan senior satu bimbingan dalam penelitian ini, Maya, Debby, Agung, kak Azanu, Mba Metha, Mba Okta, Mba Sopi dan Mba Meza atas segala bentuk bantuan, dukungan dan motivasi.

10. Sahabat dan teman-teman terbaik Intan Andya, Mesa, Wanda, Dian Saputra, Noviaz, Viany, Sandy Aji, Aulia Meydina, Harris, Jimmy, Putu, Firstio, Dewi, Amria, Nuzul serta teman-teman Agroteknologi angkatan 2010 atas segala dukungan, motivasi dan kebersamaan.

Semoga Allah SWT membalas semua amal baik yang telah dilakukan. Penulis berharap tugas akhir ini berguna bagi kelanjutan riset mengenai tema tersebut.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis

(21)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah

Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) atau yang lebih dikenal dengan nama sweet corn mulai dikembangkan di Indonesia pada awal tahun 1980, diusahakan

secara komersial dalam skala kecil (Koswara, 1986). Permintaan akan jagung manis semakin meningkat. Hal ini disebabkan jagung manis memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan dengan jagung biasa dan harga jualnya pun lebih tinggi disbanding jagung biasa sehingga sangat menguntungkan (Budiman, 2013). Hal ini juga dapat dilihat dari besarnya jumlah impor jagung manis pada tahun 2012 yang mencapai 2.674 t (Direktorat Jenderal Horikultura, 2012). Akan tetapi

peningkatan permintaan yang tinggi tersebut belum dapat dipenuhi karena masih rendahnya produksi jagung manis di Indonesia saat ini yang rata-rata hanya sebesar 8,31 t ha-1 sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri (Palungkun dan Asiani, 2004). Menurut Syukur dan Rifiant, (2013) produksi jagung manis berpotensi menghasilkan menurut produksi optimal hingga 20 t ha-1.

Produktivitas jagung manis yang rendah di Indonesia disebabkan karena

(22)

2 Ultisol adalah adanya peningkatan fraksi liat dalam jumlah tertentu. Horizon tanah dengan peningkatan liat tersebut dikenal sebagai horizon argilik. Horizon argilik umumnya kaya akan Al sehingga perkembangan akar tanaman peka terhadap horizon tersebut, yang menyebabkan akar tanaman tidak dapat

menembus horizon ini dan hanya berkembang di atas horizon argilik (Soekardi dkk. 1993). Ultisol merupakan salah satu jenis tanah mineral masam yang merupakan potensi besar untuk perluasan dan peningkatan produksi pertanian di Indonesia. Kendala utama yang dijumpai didalam kaitannya dengan

pengembangan Ultisol untuk lahan pertanian terutama karena termasuk tanah yang mempunyai ketersediaan hara yang rendah (Prahastuti, 2005).

Pemupukan adalah salah satu cara untuk mengatasi kendala pada tanah Ultisol. Sutejo (1995) dan Roesmarkam dkk. (2002) menyatakan bahwa pemupukan dimaksudkan untuk mengganti kehilangan unsur hara pada media atau tanah dan merupakan salah satu usaha yang penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Pupuk yang sudah dikenal ada 2 jenis yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk anorganik adalah pupuk sintetis yang dibuat oleh industri atau pabrik, sedangkan pupuk organik adalah yang berasal dari bahan-bahan alam yaitu sisa-sisa tumbuhan atau sisa-sisa hewan (Murbandono, 1990).

(23)

3 mengurangi penggunaan pupuk kimia dengan menggunakan pupuk organik yang harganya lebih murah dan ramah lingkungan (Syukur, 2005).

Pupuk organik yang dicobakan dalam penelitian ini yaitu pupuk alternatif Organonitrofos. Pupuk Organonitrofos dibuat dari 70-80 % kotoran sapi dan 20-30 % batuan fosfat, dengan penambahan mikroba penambat N dan pelarut P (Nugroho dkk. 2012). Pupuk tersebut diharapkan mampu mengurangi kebutuhan pupuk kimia sehingga mampu menciptakan kegiatan pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Pupuk Organonitrofos tergolong pupuk organik baru. Untuk itu perlu dilakukan pengujian dengan beberapa kombinasi pada tanaman jagung manis yang nantinya diharapkan mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia. Penelitian yang sama telah dilakukan pada tanaman jagung (Septima, 2012) di musim tanam pertama dan (Deviana, 2013) di musim tanam kedua.

Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka perlu dilakukan penelitian yang dapat menjawab pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah perlakuan pupuk organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia mampu meningkatkan pertumbuhan, serapan hara dan produksi tanaman jagung manis.

(24)

4 1.2Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui apakah Perlakuan 150 kg Urea ha-1 + 100 kg SP-36 ha-1 + 50 kg KCl ha-1 + 1.500 kg organonitrofos ha-1 mampu meningkatkan pertumbuhan, serapan hara dan produksi dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya pada tanaman jagung manis di musim tanam ketiga.

2. Mengetahui dosis kombinasi pupuk Organonitrofos dan pupuk kimia yang paling efisien serta efektif terhadap pertumbuhan, serapan hara, dan produksi tanaman jagung manis.

1.3Kerangka Pemikiran

Tanah di Lampung pada umumnya memiliki kandungan bahan organik rendah dan miskin unsur hara. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan pemupukan secara berimbang. Pupuk yang sudah dikenal ada 2 jenis yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk anorganik adalah pupuk sintetis yang dibuat oleh industri atau pabrik, sedangkan pupuk organik adalah yang berasal dari bahan-bahan alam yaitu sisa-sisa tumbuhan atau sisa-sisa hewan (Murbandono, 1990).

(25)

5 solusi dalam mengatasi dampak negatif dari pemupukan kimia secara

terus-menerus.Untuk itu bahan organik tanah tidak saja perlu dipertahankan, tetapi harus ditingkatkan secara teratur melalui penambahan bahan organik ke tanah-tanah pertanian (Sumarno, 2006).

Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan dalam memperbaiki sifat tanah yaitu pupuk organomineral NP (Organonitrofos). Pupuk organonitrofos

merupakan pupuk alternatif berbasis bahan organik. Pupuk tersebut terbentuk dari kotoran sapi segar (fresh manure) yang dikombinasikan dengan bahan mineral berupa batuan fosfat (rock phosphate) serta melibatkan mikroba penambat N (N-fixer) dan pelarut fosfat (P-solubilizer) untuk dapat mensuplai kebutuhan unsur hara N dan P. Prototype pupuk Organonitrofos ini mengandung C-organik 14,93%; N-organik 2,64%; P-total 4,91%; dan P-terlarut 1,66%

(Nugroho dkk. 2012).

Hasil penelitian Septima (2012), pada musim tanam pertama yang ditanami jagung menunjukkan bahwa perlakuan 100 kg urea ha-1 + 50 kg SP36 ha-1 + 100 kg KCl ha-1 + 2.000 kg organonitrofos dan perlakuan 100% organonitrofos dengan dosis 5.000 kg ha-1 mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman jagung hingga 180 cm dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Bobot pipilan tanaman jagung juga menunjukkan hasil tertinggi pada perlakuan 100 kg urea ha-1 + 50 kg SP36 ha-1 + 100 kg KCl ha-1 + 2.000 kg organonitrofos ha-1 dan

(26)

6 Sedangkan penelitian pada musim tanam kedua yang dilakukan oleh Deviana (2013), menunjukan bahwa perlakuan dengan dosis 150 kg urea ha-1 + 50 kg SP-36 ha-1 + 100 kg KCl ha-1 +1.000 kg Organonitrofos ha-1 mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Bobot pipilan tanaman jagung juga menunjukkan hasil tertinggi pada perlakuan kombinasi 150 kg urea ha-1 + 50 kg SP-36 ha-1 + 100 kg KCl ha-1 + 1.000 kg Organonitrofos ha-1 sebesar 7,65 t ha-1.

(27)

7 1.4Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Perlakuan 150 kg Urea ha-1 + 100 kg SP-36 ha-1 + 50 kg KCl ha-1 + 1.500 kg organonitrofos ha-1 mampu meningkatkan pertumbuhan, serapan hara dan produksi dibandingkan perlakuan kombinasi lainnya pada tanaman jagung manis di musim tanam ketiga.

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi, serta memperbaki kualitas tanah. Berdasarkan sumbernya terdapat dua jenis pupuk, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.

Pupuk organik dan bahan organik tanah merupakan sumber nitrogen tanah, selain itu peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan. Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus atau bahan organik tanah (Balai Penelitian Tanah, 2006).

(29)

9 yaitu pupuk organomineral NP (Organonitrofos) yang merupakan pupuk alternatif berbasis bahan organik. Pupuk tersebut terbentuk dari kotoran sapi segar (fresh manure) yang dikombinasikan dengan bahan mineral berupa batuan fosfat (rock

phosphate) serta melibatkan mikroba penambat N (N-fixer) dan pelarut fosfat

(P-solubilizer) untuk dapat mensuplai kebutuhan unsur hara N dan P. Prototype

pupuk Organonitrofos ini mengandung C-organik 14,93%; N-organik 2,64%; P-total 4,91%; dan P-terlarut 1,66% (Nugroho dkk. 2012).

Pupuk anorganik atau disebut juga sebagai pupuk mineral adalah pupuk yang mengandung satu atau lebih senyawa anorganik. Fungsi utama pupuk anorganik adalah sebagai penambah unsur hara atau nutrisi tanaman. Dalam aplikasinya, sering dijumpai beberapa kelebihan dan kelemahan pupuk anorganik. Beberapa manfaat dan keunggulan pupuk anorganik antara lain: mampu menyediakan hara dalam waktu relatif lebih cepat, menghasilkan nutrisi lebih banyak, tidak berbau menyengat, praktis dan mudah diaplikasikan. Sedangkan kelemahan dari pupuk anorganik adalah harga relatif mahal dan mudah larut, menimbulkan polusi pada tanah apabila diberikan dalam dosis yang tinggi (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

(30)

10 Pemupukan dengan cara kombinasi ini akan memberikan keuntungan, antara lain: (1) menambah kandungan hara tersedia; (2) menyediakan semua unsur hara dalam jumlah yang seimbang; (3) mencegah kehilangan hara; (4) membantu dalam mempertahankan kandungan bahan organik tanah; (5) residu bahan organik akan berpengaruh baik pada pertanaman berikutnya; (6) lebih ekonomis dan (7) membantu dalam mempertahankan keseimbangan ekologi tanah (Sutanto, 2002).

Hasil penelitian Septima (2012) pada tanaman jagung, di musim tanam pertama menunjukkan bahwa perlakuan 100 kg urea ha-1 + 50 kg SP36 ha-1 + 100 kg KCl ha-1 + 2.000 kg organonitrofos dan perlakuan 100% organonitrofos dengan dosis 5.000 kg ha-1 mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman jagung hingga 180 cm dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Bobot pipilan tanaman jagung juga menunjukkan hasil tertinggi pada perlakuan 100 kg urea ha-1 + 50 kg SP36 ha-1 + 100 kg KCl ha-1 + 2.000 kg organonitrofos ha-1 dan perlakuan 100% organonitrofos dengan dosis 5.000 kg ha-1 masing-masing sebesar 7,44 t ha-1 dan 7,26 t ha-1.

Dalam penelitian pada musim tanam kedua yang dilakukan oleh Deviana (2013), menunjukan bahwa perlakuan dengan dosis 150 kg urea ha-1 + 50 kg SP-36 ha-1 + 100 kg KCl ha-1 +1.000 kg Organonitrofos ha-1 mampu meningkatkan

(31)

11 2.2Syarat Tumbuh Jagung Manis

Jagung manis sangat cocok ditanam di daerah yang sejuk dan cukup dingin. Tanaman ini tumbuh baik mulai dari 50° LU sampai 40° LS dengan ketinggian tempat 3.000 m dpl. Adapun faktor-faktor iklim yang paling mepengaruhi pertumbuhan tanaman jagung manis yaitu curah hujan dan suhu. Jumlah dan sebaran curah hujan merupakan dua faktor lingkingan yang memberikan pengaruh terbesar terhadap kualitas jagung manis. Secara umum, jagung manis memerlukan air sebanyak 200-300 mm/bulan, sedangkan selama pertumbuhannya sebanyak 300-660 mm. Jika terjadi kekurangan air akibat kelembaban rendah dan cuaca panas, maka pembentukan fotosintat akan berkurang dan hasilnya rendah (Suwarto dkk. 2000)

Keadaan suhu yang baik untuk pertumbuhan jagung manis adalah 21-30°C. Namun suhu rendah sampai 16°C dan suhu tinggi sampai 35°C, jagung manis masih dapat tumbuh. Suhu optimum untuk perkecambahan benih berkisar antara 21-27°C. Selain itu, jagung manis dapat tumbuh hampir pada semua jenis tanah, asalkan drainasenya baik serta ketersediaan hara terpenuhi dan kemasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan jagung manis adalah 5,5 – 7,0 (Suwarto dkk. 2000).

2.3Karakteristik Tanah Ultisol

(32)

12 tanah ini Al hanya berasal dari pelapukan batuan bahan induknya. Kondisi ini juga masih dipengaruhi oleh pH. Pada bahan induk yang bersifat basa, pelepasan Al tidak sebanyak pada batuan masam, karena pH tanah yang tinggi dapat mengurangi kelarutan hidroksida Al (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).

Menurut Munir (1996), komponen kimia tanah berperan penting dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya dan kesuburan tanah. Ultisol

merupakan tanah yang mengalami proses penccucian yang sangat intensif yang menyebabkan Ultisol miskin secara kimia dan fisik. Selain itu Ultisol mempunyai kendala kemasaman tanah, kejenuhan Aldd tinggi, kapasitas tukar kation rendah (<24 me/100 g tanah), kandungan nitrogen rendah, serta fosfor dan kalium serata sangat peka tehadap erosi dan daya fiksasi P tinggi kejenuhan basa kurang dari 35%.

Ultisol merupakan salah satu jenis tanah mineral masam yang merupakan potensi besar untuk perluasan dan peningkatan produksi pertanian di Indonesia. Kendala utama yang dijumpai didalam kaitannya dengan pengembangan Ultisol untuk lahan pertanian terutama karena termasuk tanah yang mempunyai ketersediaan hara yang rendah (Prahastuti, 2005).

2.4Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis

(33)

13 (berkeping satu), Ordo Graminae (Rumput-rumputan), Famili Graminaceae, Genus Zea, dan Spesies Zea mays saccharata.

Jagung manis (sweet corn) mengandung lebih banyak gula daripada pati sehingga bila kering, bijinya keriput. Jagung manis pada mulanya berkembang dari jagung gigi kuda (Zea mays indentata) dan jagung mutiara (Zea mays indurata) yang kemudian melalui pemuliaan tanaman diperoleh jenis yang manis (Purwono dan Hartono, 2011). Tinggi tanaman jagung manis tidak banyak berbeda dengan jagung biasa. Namun, menurut Leonard dan Martin (1963), jagung manis sedikit lebih pendek.

Jagung manis termasuk tanaman berumah satu dengan bunga jantan berwarna putih krem. Tanaman ini memiliki jenis bunga yang bersifat monoecious. Bunga jantan mengandung banyak bunga kecil pada ujung batangnya yang disebut tassel. Tiap bunga kecil tersebut terdapat tiga buah benang sari dan pistil rudimenter. Bunga betina juga mengandung banyak bunga kecil yang ujungnya pendek dan datar (pada saat masak disebut tongkol). Setiap bunga betina memiliki satu putik dan stamen rudimenter dengan sistem perkawinan umumnya menyerbuk silang (Suwarto dkk. 2000).

(34)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2012 oleh Septima (2012). Sedangkan pada musim tanam kedua penelitian dilakukan pada bulan November 2012 sampai Maret 2013 oleh Deviana (2014). Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung pada 5°22'10"LS dan 105°14'38"BT dengan ketinggian 146m dpl. Analisis dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Lampung. Penelitian pada musim tanam ketiga dilakukan pada lokasi dan petak percobaan yang sama dengan musim tanam pertama dan musim tanam kedua. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Desember 2013. Hasil analisis kimia tanah awal disajikan pada Tabel 3.

3.2 Bahan dan Alat

(35)

15 gembor, cangkul, oven, ayakan tanah, gelas ukur, sprayer, dan alat-alat

laboratorium untuk analisis tanah dan tanaman.

3.3 Metode Penelitian

Perlakuan pupuk organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia disajikan pada Tabel 1. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan dengan 3 kelompok (Gambar 1). Homogenitas ragam diuji dengan Uji Bartlett, sedangkan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi data dianalisis dengan sidik ragam. Perbedaan nilai tengah diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

Tabel 1. Susunan perlakuan dan dosis pupuk Perlakuan Urea

Penelitian dilaksanakan dengan beberapa langkah, yaitu sebagai berikut:

3.4.1 Penyiapan Lahan

(36)

16 lahan diawali dengan pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya. Kemudian tanah digemburkan hingga kedalaman 15-20 cm dengan menggunakan cangkul.

3.4.2 Pembuatan Petak Percobaan

Setelah tanah diolah petak percobaan dibuat masing-masing dengan ukuran 3x3 m dengan jarak antar petak 50 cm. Petak percobaan terdiri dari 3 ulangan di setiap ulangan terdiri dari 6 kombinasi perlakuan (Gambar 1.).

Gambar 1. Tata letak percobaan (A, B, C, D, E, dan F adalah simbol perlakuan; 1,2,3 adalah simbol kelompok)

Petak percobaan yang digunakan sama dengan petak percobaan dari musim tanam pertama pada tahun 2011 (Septima, 2012) dan musim tanam kedua pada tahun 2013 (Deviana, 2014).

3.4.3 Penanaman Jagung Manis

Penanaman jagung manis dilakukan dengan jarak tanam 75 cm x 25 cm. Lubang tanam dibuat dengan cara ditugal kemudian dimasukkan 2 benih jagung manis

D1

C1 B1

D2 F2 A2 C2

E3 B3 C3 A3

E1

A1

B2

D3

F1

E2

(37)

17 disetiap lubang tanam. Selanjutnya dilakukan penjarangan pada saat 4 MST

(Minggu Setelah Tanam), sehingga tersisa satu tanaman sehat.

3.4.4 Aplikasi Pupuk

Aplikasi pupuk Organonitrofos dilakukan saat 1 minggu sebelum tanam. Pengaplikasian pupuk urea dilakukan sebanyak dua kali. Aplikasi pupuk urea pertama ½ dosis dilakukan pada 2 MST (Minggu Setelah Tanam) bersamaan dengan pupuk SP-36 dan KCl. Aplikasi pupuk urea kedua (sisa ½ dosis) dilakukan pada saat muncul malai.

3.4.5 Pemeliharaan

1. Pengairan

Pengairan diberikan sesuai kebutuhan tanaman jagung manis. Penyiraman dilakukan apabila tidak turun hujan. Apabila turun hujan penyiraman selanjutnya dilakukan hingga tanah cukup kering. Penyiraman menggunakan selang yang terhubung dengan pompa air. 2. Penyiangan

(38)

18 3. Penjarangan

Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 4 MST, sehingga tersisa satu tanaman sehat. Penjarangan dilakukan dengan cara memotong bagian batang bawah tanaman dengan menggunakan pisau.

4. Pengendalian Hama dan Penyakit

Dalam penelitian ini penyakit yang ditemukan adalah penyakit bulai. Penanganan penyakit ini adalah dengan cara mencabut tanaman yang terinfeksi kemudian dimusnahkan.

5. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 4 MST. Tujuannya untuk memperkokoh posisi batang sehingga tanaman tidak mudah rebah.

3.4.6 Panen

Pemanenan dilakukan 70 hari setelah tanam kemudian seluruh tanaman jagung manis kecuali akar dimasukkan kedalam oven dengan suhu 70°C selama ±3 hari. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bobot kering tanaman jagung manis.

3.4.7 Pengambilan Sampel Tanah

(39)

19 3.4.8 Pengambilan Sampel Tanaman

Pengambilan sampel tanaman dilakukan setelah jagung manis dipanen. Sampel tanaman yang diambil yaitu seluruh bagian tanaman kecuali akar. Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 70°C selama tiga hari. Setelah itu tanaman yang telah kering di haluskan dengam menggunakan mesin giling.

3.5Parameter Pengamatan

Parameter pengamatan yang diamati pada penelitian ini meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, bobot berangkasan, bobot tongkol, analisis tanah, analisis tanaman, uji efektivitas pupuk, uji korelasi, dan uji ekonomis.

3.5.1. Tinggi Tanaman

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada 2, 3, 4, 5, dan 6 MST (Minggu Setelah Tanam). Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tanaman dari permukaan tanah hingga daun terpanjang.

3.5.2. Jumlah Daun

Jumlah daun yang dihitung yaitu daun yang telah membuka sempurna (daun muda telah membuka dan berwarna hijau). Penghitungan jumlah daun dilakukan pada 2, 3, 4, 5, dan 6 MST (Minggu Setelah Tanam).

3.5.3. Bobot Berangkasan

(40)

20 ditimbang bobot basahnya kemudian dioven dengan suhu 70°C selama tiga hari agar mencapai kadar air minimum kemudian ditimbang bobot kering tanamannya.

3.5.4. Bobot Tongkol dengan Kelobot

Bobot tongkol dengan kelobot ditimbang setelah jagung manis dipanen. Jagung ditimbang dengan menggunakan kelobotnya untuk kemudian dicatat bobotnya.

3.5.5. Bobot Tongkol Tanpa Kelobot

Tongkol jagung kemudian dipisahkan dengan kelobotnya. Kemudian ditimbang bobot tongkol tanpa kelobot.

3.5.6. Analisis Tanah (N-total, P-tersedia, K-dd, pH tanah, dan C-organik).

Analisis tanah dilakukan dua kali, yaitu sebelum dilakukan penanaman dan setelah panen untuk diketahui kandungan unsur haranya. Analisis tanah awal merupakan hasil analisis tanah akhir pada musim tanam kedua. Sampel tanah dikering anginkan dan disaring hingga lolos ayakan ø 2mm lalu dilakukan analisis di laboratorium yaitu N-total dengan metode Kjeldhal, P-tersedia dengan metode Bray, K-dd, pH tanah dengan electrode hidrogen, dan C-organik dengan metode

Welkey and Black.

3.5.7. Analisis Tanaman

(41)

21 3.5.8. Analisis Pupuk Organonitrofos

Pupuk organonitrofos yang dipakai pada penelitian ini dianalisis kandungan N-total, P-total, K-total, C-organik serta pH.

3.5.9. Uji Keefektifan Pupuk Organonitrofos

RAE adalah perbandingan antara kenaikan hasil karena penggunaan pupuk yang sedang diuji dengan kenaikan hasil pada pupuk standar (B) dikalikan 100% (Mackay, dkk., 1984). Uji efektivitas dihitung dengan menggunakan Relative Agronomic Effectiveness (RAE) dengan rumus:

Keterangan: D = Hasil produksi jagung manis yang dipupuk (kg/ha) A = Hasil pada kontrol (kg/ha)

B = Hasil produksi jagung manis standar (kg/ha)

nilai RAE ≥100% maka pupuk yang diuji efektif dibandingkan perlakuan standar.

3.5.10.Uji Korelasi

(42)

22 3.5.11.Uji Ekonomis Pupuk Organonitrofos

Uji ekonomis pupuk dilakukan dengan perhitungan index rasio penerimaan dan pengeluaran pupuk . Soekartawi (1995) menyatakan bahwa R/C adalah

perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total. Apabila nilai ratio >1 maka pupuk yang diuji memiliki nilai ekonomis yang baik.

Keterangan : R = Nisbah penerimaan terhadap pengeluaran pupuk P = Harga produksi jagung manis (Rp/kg)

(43)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia

dengan dosis 150 kg Urea ha-1 + 100 kg SP-36 ha-1 + 50 kg KCl ha-1 + 1.500 kg organonitrofos ha-1 (Perlakuan D) mampu meningkatkan serapan hara N, P, dan K total pada tanaman jagung manis, namun belum mampu

meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis.

2. Pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia dengan dosis 150 kg Urea ha-1 + 100 kg SP-36 ha-1 + 50 kg KCl ha-1 + 1.500 kg organonitrofos ha-1 (Perlakuan D) secara RAE memberikan pengaruh terbaik terhadap biomass total tanaman jagung manis.

3. Pemberian pupuk kimia dengan dosis 300 kg Urea ha-1, 200 kg SP-36 ha-1, 100 kg KCl ha-1 (Perlakuan B) secara ekonomis bersifat paling

(44)

43 5.2Saran

Perlu adanya peningkatan dosis pupuk organonitrofos untuk melihat respon yang lebih baik terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan hara tanaman jagung manis pada musim tanam selanjutnya. Hal ini didasari dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perlakuan F (3.000 kg organonitrofos ha-1)

(45)

PUSTAKA ACUAN

Agromedia. 2010. Kondisi Kelangkaan Pupuk Subsidi di Pasaran. Diakses pada 20 September 2013 http://www.agromedia.go.id. Indonesia.

Atmojo, S. W. 2003. Peranan C-Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. USM-Press. Surakarta. 36 hlm.

Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2011. Potensi investasi provinsi lampung 2011 (http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/userfiles/ppi/ Potensi%20Investasi%20Provinsi%20Lampung%202011.PDF). Diakses pada 10 Juli 2014. 20 hlm.

Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Bogor. 136 hlm.

Balai Penelitian Tanah. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Jawa Barat. 1-10 hlm.

Budiman, H. 2013. Budidaya Jagung Organik. Pustaka Baru Press, Yogyakarta. 216 hlm.

Deviana, M. 2014. Pengaruh Pemberian Pupuk Organonitrofos Dan

Kombinasinya Dengan Pupuk Kimia Terhadap Serapan Hara Dan Produksi Tanaman Jagung (Zea Mays L.) di Musim Tanam Ke Dua Pada Tanah Ultisol Gedung Meneng. Skripsi. Universitas Lampung. 75 hlm.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. Volume impor dan ekspor sayuran tahun 2012 (http://hortikultura.deptan.go.id/). Diakses pada 15 Agustus 2014. Goenadi, D.H. 2006. Teknologi Pupuk dan Pemupukan Berbasis Hayati dari

Cawan Petri ke Lahan Petani. Yayasan John Hi-Tech Idetama. Jakarta.

(46)

45 Isnaini, S. 2005. Kandungan Kalium dan Ammonium Tanah dan Serapannya

Serta Hasil Padi Akibat Perbedaan Pengolahan Tanah yang di Pupuk Nitrogen dan Kalium pada Tanah Sawah. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 7:1 ;23-34

Koswara, J. 1986. Budidaya Jagung Manis (Zea mays saccharata Strut). Bahan Kursus Budidaya Jagung Manis dan Jamur Merang. Fakultas Pertanian IPB Bogor. 75 hlm.

Leonard, W. H., dan J.H. Martin. 1963. Cereal Crops. The Macmillan Publ, New York. 767 hlm.

Leiwakabessy, F. M. & A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Tanah Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 208 hlm.

Lumbantobing, E.L.N., F. Hazra, dan I. Anas. 2008. Uji Efektivitas Bio-Organic Fertilizer (Pupuk Organik Hayati) dalam Mensubstitusi Kebutuhan Pupuk Anorganik pada Tanaman Sweet Sorghum [Sorghum bicolor (L.) Moench]. Jurnal Tanah Lingkungan. 10(2): 72-76.

Mackay, A. D., J. K. Syers, P. E. H. Gregg. 1984. Ability of Chemical Extraction Procedures to Assess the Agronomic Effectiveness of Phosphate Rock Materials. New Zealand Journal of Agricultural Research 27: 219-230. Marvelia, A., S. Darmanti., S. Parman. 2006. Produksi Tanaman Jagung Manis

(Zea Mays L. Saccharata) yang Diperlakukan dengan Kompos Kascing dengan Dosis yang Berbeda. Jurnal Anatomi dan Fisiologi. 14(2): 1-12 Mulyati, R. S., Tejowulan., dan V. A. Octarina. 2007. Respon Tanaman Tomat

terhadap Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Urea terhadap Pertumbuhan dan Serapan N. Jurnal Agroteksos. 17 (1): 51-56.

Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama di Indonesia. Pustaka Jaya, Jakarta. 346 hlm.

Murbandono, H. S. L. 1990. Membuat Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta. 44 hlm.

Noor, A. 2003. Pengaruh Fosfat Alam dan Kombinasi Bakteri Pelarut Fosfat dan Pupuk Kandang terhadap P Tersedia dan Pertumbuhan Kedelai pada Ultisol. Buletin Agronomi 31(3): 100-106.

(47)

46 Nugroho, S. G., Dermiyati, J. Lumbanraja, S. Triyono, H. Ismono, Y. T. Sari, dan

E. Ayuandari. 2012. Optimum Ratio of Fresh Manure and Grain Size of Phosphate Rock Mixture in a Formulated Compost for Organomineral NP Fertilizer. Jurnal Tanah Tropika. 17 (2): 121-128.

Nursyamsi, D., K. Idris, S. Sabiham, D. A. Rachim, dan A. Sofyan. 2008. Pengaruh Asam Oksalat, Na+, NH4+, dan Fe3+ terhadap ketersediaan K

tanah, serapan N, P, dan K tanaman, serta produksi jagung pada tanah-tanah yang didominasi Smektit. Jurnal Tanah dan Iklim. No. 28; 69-82

Nyakpa, Y.M., A.A. Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amrah, A. Munawar, Go Ban Hong dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Unila, Lampung. 258 hlm. Palungkun, R., dan B. Asiani. 2004. Sweet Corn – Baby corn : Peluang bisnis,

pembudidayaan dan penanganan pascapanen. Penebar Swadaya. Jakarta. 80 hlm.

Parman, S. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Tertumbuhan dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.). Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XV, No. 2.

Peraturan Menteri Pertanian No. 70/Permentan/SR.140/2011. 2011. Metode Pengujian Efektivitas Pupuk Organik. Laporan XII. (http://perundangan. Pertanian.go.id/) Diakses pada tanggal 18 Oktober 2014. 88 hlm.

Prahastuti, S. W. 2005. Perubahan Beberapa Sifat Kimia dan Serapan P Jagung Akibat Pemberian Bahan Organik dan Batuan Fosfat Alam pada Ultisol Jasinga. Jurnal Agroland. 12:(1) ; 68-74

Prasetyo, B.H. dan D.A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, potensi, dan teknologi pengolahan tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25(2):39-46.

Pulung, M. A. 2005. Kesuburan Tanah. Buku Ajar. Universitas Lampung. 286 hlm.

Purwono dan Hartono, R. 2011. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta. 67 hlm.

Rosmarkam, A dan N. W Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Sarief, E. S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. 182 hlm.

(48)

47 Soekardi, M., M.W. Retno, dan Hikmatullah. 1993. Inventarisasi dan

karakterisasi lahan alang-alang. Prosiding Seminar Lahan Alang-alang. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. 1:1-17.

Soekartawi. 1995. Teori Ekonomi Produksi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 257 Hlm.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 591 hlm.

Sumarno. 2006. Sistem produksi padi berkelanjutan dengan penerapan revolusi lentari. IPTEK Tanaman Pangan. 1 : 1-18.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik; Pemasyarakatan Dan Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Jakarta. 219 hlm.

Sutejo, M.M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta. 177 hlm.

Suwarto, W. Qamara, dan C. Santiwa. 2000. Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya, Jakarta. 79 hlm.

Suyamto. 2010. Strategi dan Implementasi Pemupukan Rasional Spesifik Lokasi. Pengembangan Inovasi Pertanian 3 (4): 306-318.

Syafruddin, S. Saenong, dan Subandi. 2008. Pengaruh Bagan Warna Daun untuk Efisiensi Pemupukan N pada Tanaman Jagung. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 27(1): 24-31.

Syukur, M. dan A. Rifianto. 2013. Jagung Manis. Penebar Swadaya. 124 hlm. Syukur, A. 2005. Penyerapan Posfor oleh Tanaman Jagung di Tanah Pasir Pantai

Bugel dalam Kaitannya dengan Tingkat Frekuensi Penyiraman dan Pemberian Bahan Organik. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 5, No.2 : 20-26.

Gambar

Tabel 1. Susunan perlakuan dan dosis pupuk
Gambar 1. Tata letak percobaan (A, B, C, D, E, dan F adalah simbol  perlakuan; 1,2,3 adalah simbol kelompok)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam studi pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada mahasiswa yang sudah mengikuti IPE, mahasiswa kedokteran dan farmasi mengatakan bahwa IPE merupakan salah

25 Mina Wuwu Demen, Sriharjo, Imogiri, Bantul induk lele 2 paket. 26 Mino Lestari Kediwung, Mangunan, Dlingo induk lele

Puji dan syukur kepada tuhan yang maha esa, tuhan yesus kristus dan roh kudus yang telah memberikan rahmat dan berkat-nya hingga selesainya tugas akhir ini dengan

Refugia merupakan area tumbuhan gulma yang tidak mengganggu karena perannya sebagai mikrohabitat yang menyediakan tempat berlindung secara spasial dan/atau temporal

The aim of this research is to identify the most common speech acts used in disharmonic condition in “The Young Victoria” movie based on Searle’s Speech Acts

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan nilai t hitung dan nilai probabilitas f hitung maka dapat disimpulkan bahwa variabel X1 (Inflasi), X2 (Suku bunga BI7DRR),

Penelitian ini membahas tentang pengaruh edukasi, sosialisasi, dan himbauan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan di KPP

Rataan daya tetas telur puyuh setelah pemberian vitamin E dan lama penyimpanan yang berbeda tidak berpengaruh nyata (P&gt;0,05) namun secara statistik penambahan