• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SUPLEMENTASI Ulva sp. DALAM PAKAN TERHADAP KETAHANAN TUBUH IKAN NILA GIFT (Oreochromis sp.) YANG DIINFEKSI Streptococcus iniae

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SUPLEMENTASI Ulva sp. DALAM PAKAN TERHADAP KETAHANAN TUBUH IKAN NILA GIFT (Oreochromis sp.) YANG DIINFEKSI Streptococcus iniae"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH SUPLEMENTASIUlvasp. DALAM PAKAN TERHADAP KETAHANAN TUBUH IKAN NILA GIFT (Oreochromissp.)

YANG DIINFEKSIStreptococcus iniae

Oleh

WINDA ROHAILA SARI

Ikan nila GIFT merupakan salah satu jenis ikan nila yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar dunia. Penyakit Streptococcosis dilaporkan telah banyak menimbulkan kerugian pada sistem budidaya ikan nila. Penyebab penyakit tersebut adalah bakteri

Streptococcus iniae. Upaya pengendalian penyakit yang dilakukan biasanya dengan menggunakan obat– obatan, namun dapat berdampak negatif terhadap ikan apabila terus menerus digunakan, sehingga diadakan pendekatan lain untuk melihat kemampuan suatu bahan alami dalam meningkatkan ketahanan tubuh ikan nila terhadap penyakit Streptococcosis menggunakan rumput lautUlvasp. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh Ulvasp. sebagai suplemen pakan ikan dengan konsentrasi yang berbeda dan mengetahui konsentrasi Ulvasp. yang tepat dalam mempengaruhi pengendalian bakteri S. iniae. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2014 di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Model rancangan yang digunakan adalah RAL dengan perlakuan penambahanUlvasp. (0%/kg pakan; 4%/kg pakan; 8%/kg pakan; 12/kg pakan; 16/kg pakan) dan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Ulva sp. dalam pakan berpengaruh nyata terhadap peningkatan respon imun ikan nila. Dosis terbaik suplementasi Ulva sp. dalam pakan yaitu penambahan 4% Ulva sp. yang efektif sebagai imunostimulan yang dilihat dari total leukosit, persentase limfosit dan aktifitas fagositosis tertinggi.

(2)

ABSTRACT

EFFECT OF SUPPLEMENTATION OFUlvasp. IN FEED TO BODY RESISTANCE OF GIFT TILAPIA (Oreochromissp.) WHICH INFECTED

BYStreptococcus iniae

By

WINDA ROHAILA SARI

GIFT tilapia is one of type tilapia which have high economic value and important commodities in world freshwater fish business. Streptococcosis disease is reported generating a lot of losses in tilapia fish farming system. The cause of that disease is bacteriumStreptococcus iniae. Disease control efforts are carried out usually by using drug, but it has negative impact to fish if used continuously, so another approach was held to see the ability of a natural ingredient improving tilapia’s body resistance to disease Streptococcosis using seaweed Ulva sp. The aims of this research were to study the effect of Ulva sp. as fish feed supplements with different concentrations and to know the best concentration ofUlvasp. to control ofS. iniae. The research was conducted from May to June 2014, in Laboratory of Fisheries Culture Faculty of Agriculture University of Lampung. The model used was Completely Randomize Design (CRD) with addition Ulva sp. treatments (0%/kg of feed; 4%/kg of feed; 8%/kg of feed; 12%/kg of feed; 16%/kg feed) and 3 replications. The results showed that the addition of Ulva sp. in feed significantly affected to increase immune response of tilapia. The best doses of supplementation of Ulva sp. was the addition of 4%Ulva sp. which effective as immunostimulant that has been seen from highest total leukocyte, lymphocyte percentage and phagocytic activity.

(3)

PENGARUH SUPLEMENTASIUlvasp. DALAM PAKAN TERHADAP KETAHANAN TUBUH IKAN NILA GIFT (Oreochromissp.)

YANG DIINFEKSIStreptococcus iniae

Oleh

WINDA ROHAILA SARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 25 Februari 1993, sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak H. Rezuli Azwan, SE dan Ibu Dra. Hj. Sri Helyati.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2 Palapa Bandar Lampung pada tahun 2004. Menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2007 serta menamatkan pendidikan di SMA Negeri 3 Bandar Lampung pada tahun 2010.

(8)
(9)

PERSEMBAHAN

Dengan segala ketulusan hati, do a serta syukur kepada Allah SWT,

kupersembahkan karya ini kepada :

Kedua orangtuaku Mami dan Bati yang selalu memberikan do a,

cinta, kasih sayang, dukungan moral dan spiritual, perhatian,

material yang tak pernah berhenti dan takkan mampu terbalas, warna

dan kebahagiaan dalam hidupku.

Kakakku tersayang, Ahmad Rizki Pemuka yang selalu memberikan

kasih sayang yang tulus, perhatian, dukungan, do a serta kebahagiaan

dalam hidupku.

Teman-temanku yang selalu memberikan dukungan dan semangat,

terima kasih atas kebersamaan kita selama ini.

(10)

MOTO

Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya

kesungguhannya itu adalah untuk dirinya sendiri.

(QS Al-Ankabut [29]: 6)

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak

mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil

melakukannya dengan baik.

(Evelyn Underhill)

Akan berbeda nilainya ketika menemani seseorang di

saat senang dengan membantu seseorang di saat

susah.

(11)

SANWACANA

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahamat dan dan karunia–Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan pada program studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian

Universitas Lampung dengan judul “Pengaruh Suplementasi Ulva sp. dalam Pakan Terhadap Ketahanan Tubuh Ikan Nila GIFT (Oreochromis sp.) yang DiinfeksiStreptococcus iniae”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S, selaku dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc, selaku ketua program studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang memberikan motivasi penuh dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Esti Harpeni, S.T., M.AppSc selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi ini. 5. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si selaku dosen pembimbing II atas

(12)

6. Bapak Mahrus Ali, S.Pi., M.P selaku dosen pembahas atas segala kritik, saran dan bimbingan yang diberikan kepada penulis.

7. Mami dan Bati tercinta serta Jaku tersayang yang senantiasa memberikan kasih sayang yang tulus, perhatian, dukungando’a, serta kebahagiaan yang telah menunggu keberhasilanku.

8. Agasi Ala Anarki atas perhatian, kesabaran, bantuan dan motivasi dalam menemani saya selama ini.

9. Teman-teman Ahmad Jumaidi, Ahmad Fauzy, Aris Candra dan Windi Pratiwi atas bantuannya selama menjalani penelitian sampai terselesaikannya skripsi ini.

10. Teman–teman angkatan 2010 Rico, Assovaria, Nikky, Dike, Rima, Andi, Ajil, Jelita, Sera, Ali, Pebri, Erwin, Yuli, Dwinda, Reinita, Nyi, Asri, Aulia serta teman-teman semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih atas bantuan, kebersamaan dan persaudaraan kita selama ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis

(13)

DAFTAR ISI 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 5

2.1.1 Asal Usul Ikan Nila... 9

2.1.2 Klasifikasi ... 10

2.1.3 Morfologi ... 11

2.1.4 Habitat... 11

2.1.5 Makanan dan Kebiasaan Makan ... 12

2.2. Penyakit Streptococcosis ... 13

2.3. BakteriStreptococcus iniae... 14

2.4.Ulvasp. ... 17

2.4.1 Klasifikasi ... 17

2.4.2 Morfologi ... 17

2.4.3 Habitat... 19

2.4.4 Manfaat ... 19

2.5. Sistem Kekebalan Tubuh ... 20

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

3.2. Peralatan dan Bahan... 23

3.3. Desain Penelitian ... 24

3.4. Prosedur Penelitian ... 25

3.4.1 Tahap Persiapan ... 25

(14)

3.4.1.2 Wadah dan Ikan Uji... 25

3.4.1.3 Suplemen Pakan ... 26

3.4.1.4 Formulasi dan Persiapan Pakan... 26

3.4.2 Tahap Pelaksanaan... 26

3.4.2.1 Pemberian Pakan yang Telah dicampurUlvasp... 26

3.4.2.2 Uji Tantang ... 27

3.4.3 Tahap Pengamatan ... 27

3.4.3.1 Pengambilan Sampel Darah ... 27

3.4.3.2 Pengukuran Kadar Hematokrit ... 27

3.4.3.3 Perhitungan Total Leukosit ... 28

3.4.3.4 Penghitungan Diferensial Leukosit... 29

3.4.3.5 Uji Aktivitas Fagositosis ... 29

3.4.3.6 Kelulushidupan atauSurvival Rate(SR) ... 30

3.4.3.7 Pengukuran Kualitas Air ... 31

3.5. Analisis Data ... 31

4.4 Uji Aktivitas Fagositosis ... 45

4.5 Kelulushidupan atauSurvival Rate(SR) ... 47

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikan Nila GIFT (Oreochromissp.)... 11

2. BakteriStreptococcus iniae... 15

3. Ikan Nila yang TerinfeksiS. iniae... 16

4. Ulvasp. ... 17

5. Kadar Hematokrit (%) Ikan Nila GIFT pada Berbagai Perlakuan ... 33

6. Leukosit Ikan Nila GIFT pada Perbesaran 100x... 34

7. Jumlah Total Leukosit Ikan Nila GIFT pada Berbagai Perlakuan ... 36

8. Sel Neutrofil Ikan Nila GIFT pada Perbesaran 100x ... 37

9. Persentase Neutrofil Ikan Nila GIFT pada Berbagai Perlakuan ... 38

10. Sel Limfosit Ikan Nila GIFT pada Perbesaran 100x... 40

11. Persentase Limfosit Ikan Nila GIFT pada Berbagai Perlakuan ... 41

12. Sel Monosit Ikan Nila GIFT pada Perbesaran 100x ... 43

13. Persentase Monosit Ikan Nila GIFT pada Berbagai Perlakuan... 44

14. Proses Fagositosis BakteriS.iniae... 45

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kadar Hematokrit Ikan Nila GIFT (%) ... 34

2. Jumlah Total Leukosit Ikan Nila GIFT (sel/mm3) ... 37

3. Persentase Neutrofil Ikan Nila GIFT (%) ... 39

4. Persentase Limfosit Ikan Nila GIFT (%) ... 42

5. Persentase Monosit Ikan Nila GIFT (%)... 45

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Road-mapPenelitian ... 59

2. Data Pengamatan Darah ... 60

3. Analisa Sidik Ragam Parameter Hematologi... 62

4. Proses PengolahanUlvasp. ... 79

5. Pengamatan Hematokrit ... 80

6. Pengamatan Total Leukosit... 82

7. Pengamatan Diferensial Leukosit ... 83

8. Pengamatan Uji Aktivitas Fagositosis ... 84

9. Gejala Klinis Ikan yang TerserangS. iniae... 86

10. Formulasi Pakan... 87

11. Komposisi Bahan-bahan Penelitian ... 88

(18)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas air tawar yang mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah serta pemerhati masalah perikanan dunia, berkaitan dengan usaha peningkatan gizi masyarakat di negara–

negara berkembang (Khairuman dan Amri, 2008). Ikan nila memiliki pertumbuhan yang cepat, mudah dikembangbiakan dan memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan. Selain hal tersebut, ikan nila juga berpotensi sebagai sumber protein hewani bagi masyarakat (Rukmana, 1997). Ikan nila GIFT merupakan salah satu jenis ikan nila yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan menjadi komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar dunia. Ikan nila GIFT adalah varietas unggul yang berhasil dikembangkan oleh International Center for Living Aquatic Resources Management (ICLARM), yang merupakan hasil persilangan beberapa varietas nila yang ada di beberapa negara di dunia. Hingga saat ini varietas baru tersebut telah tersebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia (Arie, 2001).

(19)

2

tingkat virulensi patogen, derajat imunitas inang, kondisi fisiologis dan genetik hewan, stress dan padat tebaran (Irianto, 2004). Streptococcosis merupakan penyakit yang menyebabkan kematian pada ikan nila, striped bass, rabbit fish, rainbow trout dan baramudi (Evans et al., 2000). Di Indonesia, Streptococcosis dilaporkan telah banyak menimbulkan kerugian pada sistem budidaya ikan nila (Supriyadi et al., 2002). Streptococcosis dapat menyebabkan kematian ikan lebih dari 50% populasi dalam tiga hingga tujuh hari setelah terinfeksi (Tukmechiet al., 2009). Jenis bakteri penyebab penyakit tersebut adalah Streptococcus iniae (Al Harbi 1994, 1996; Perera et al., 1994). Streptococcus iniae dan Streptococcus agalactiae adalah spesies bakteri utama yang mempengaruhi produksi nila di dunia (Evanset al., 2006a).

Upaya pengendalian penyakit yang dilakukan biasanya dengan menggunakan obat

(20)

3

Indonesia kaya dengan berbagai makroalgae, antara lain adalah jenis Gracilaria

sp., Gelidium sp., Eucheuma sp. (Rhodophyta), Sargassum sp., Turbinaria sp.,

Padina sp. (Phaeophyta) dan Ulvasp. (Chlorophyta) merupakan jenis-jenis yang banyak ditemukan dan cukup melimpah (Rachmaniar, 2005). Rumput laut berpotensi besar dalam memodulasi bakteri saluran pencernaan dan berpotensial untuk dikembangkan sebagai suplemen pakan kesehatan (Sujaya, 2007). Rumput laut memiliki kandungan metabolit primer dan sekunder. Kandungan metabolit primer seperti vitamin, mineral, serat, alginat, karaginan dan agar banyak dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik untuk pemeliharaan kulit. Selain kandungan primernya yang bernilai ekonomis, kandungan metabolit sekunder dari rumput laut berpotensi sebagai produser metabolit bioaktif yang beragam dengan aktivitas yang sangat luas sebagai antibakteri, antivirus, antijamur dan sitotastik (Zainuddin dan Malina,2009).

Penggunaan protein rumput laut pada pakan ikan ditujukan untuk memulihkan berat badan kembali dan menaikkan dekomposisi trigliserida dan protein dalam otot. Pengaruh lainnya mengenai penggunaan rumput laut pada pakan ikan adalah menaikkan ketahanan ikan pada stress atau penyakit (Fleurence, 1999). Berdasarkan kandungan pigmennya, rumput laut dikelompokkan ke dalam empat kelas, yaitu Rhodophyceae (ganggang merah), Phaeophyceae (ganggang coklat),

(21)

4

Chlorophyceae atau alga hijau merupakan salah satu kelompok alga terbesar dengan keanekaragaman jenis yang tinggi. Rumput laut hijau secara umum mengandung senyawa klorofil a dan b yang berfungsi sebagai antibakteri, imunitas, pengganti sel rusak, menyembuhkan luka dan antioksidan (Limantaraet al., 2007). Umumnya, senyawa kimia yang dihasilkan oleh jenis alga hijau adalah senyawa terpenoid dan senyawa aromatik yang memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi, antimikroba, antivirus, antimutagen dan insektisida (Simanjuntak, 1995; Angka dan Suhartono, 2000). Rumput laut jenis Codium, Enteromorpha,

Halimeda, Ulva, Acanthophora, Hypnea, Chondrus dan Corallina telah dibuktikan menunjukkan aktivitas antibakteri (Angka dan Suhartono, 2000).

Ulva yang berasal dari kelas Chlorophyceae menjadi makroalga penting yang telah diteliti sebagai bahan makanan untuk berbagai spesies ikan dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian yang dilakukan oleh Wahbeh (1997) menunjukkan Ulva

(22)

5

Selain itu, Ulva merupakan sumber vitamin C, protein, asam folat dan beberapa jenis mineral, seperti Ca, K, Mg, Na, Cu, Fe dan Zn (Trono et al.,1998). Vitamin C meningkatkan metabolisme lipid yang dapat mengakibatkan perubahan komposisi tubuh dan deposisi gizi pada ikan, dengan demikian dapat mengurangi karakas lemak dan meningkatkan kadar protein (Miyasaki et al., 1995; Ji et al.,

2003). Zn berperan dalam fungsi imun, penyembuhan luka, dan mendukung produksi sel darah putih untuk mengaktifkan sel B dan sel T yang dibutuhkan oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus dan bakteri (Shankar, 1998). Rumput laut Ulva sp. juga telah terbukti mampu meningkatkan aktifitas imunostimulan udang (Castro et al., 2004; Selvin et al., 2004). Penggabungan

Ulva dalam pakan menghasilkan peningkatan pertumbuhan, pemanfaatan pakan, aktivitas fisiologis, tahan penyakit, kualitas karkas dan mengurangi respon stres (Mustafa dan Nakagawa 1995; Wassef et al., 2005; Valenteet al., 2006). Potensi ini membuka peluang penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan Ulva sp. sebagai suplemen pakan untuk meningkatkan ketahanan tubuh ikan nila GIFT yang diinfeksiStreptococcus iniae.

1.2 Tujuan Penelitian

1. Mempelajari pengaruh Ulva sp. sebagai suplemen pakan ikan dengan konsentrasi yang berbeda terhadap pengendalian bakteriS. iniae

(23)

6

1.3 Kerangka Pikir

Harga ikan nila yang terjangkau dan nilai gizi yang tinggi menyebabkan permintaan yang besar terhadap ikan nila untuk kebutuhan domestik dan luar negeri. Hal ini mendorong perkembangan budidaya ikan nila di Indonesia. Potensi yang besar dan prospek pengembangan yang begitu terbuka, bukan jaminan bahwa budidaya ikan akan berjalan mulus, tanpa permasalahan. Banyak masalah yang dihadapi oleh sektor budidaya ikan (Kordi dan Ghufran, 2004). Salah satu permasalahan yang menyebabkan penurunan produksi ikan nila ada serangan penyakit Streptococcosis. Salah satu jenis bakteri penyebab penyakit tersebut adalahStreptococcus iniae(Al Harbi 1994, 1996; Pereraet al.,1994).

Pemberian desinfektan dan penggunaan antibiotik banyak dilakukan oleh pembudidaya dalam menanggulangi penyakit, padahal antibiotik dapat meninggalkan residu di tubuh ikan sehingga membahayakan bagi manusia yang mengkonsumsinya. Alternatif lain yang dapat digunakan untuk menanggulangi penyakit ikan yakni dengan pemberian immunostimulan untuk meningkatkan kekebalan tubuh ikan. Selain itu immunostimulan meningkatkan daya tahan terhadap infeksi dengan meningkatkan mekanisme pertahanan spesifik (Sakai, 1999). Rumput laut merupakan bahan alami yang dapat digunakan sebagai immunostimulan karena mengandung metabolit sekunder yang berpotensi sebagai produser metabolit bioaktif sebagai antibakteri.

(24)

7

Umumnya, senyawa kimia yang dihasilkan oleh jenis alga hijau adalah senyawa terpenoid dan senyawa aromatik yang memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi, antimikroba, antivirus, antimutagen dan insektisida (Simanjuntak, 1995; Angka, 2000). Berdasarkan penelitian Tamat et al., (2007), ekstrak metanol rumput laut hijau Ulva reticulate Forsskal menunjukkan adanya senyawa golongan triterpenoid. Senyawa steroid/triterpenoid memiliki potensi sebagai senyawa antibakteri. Senyawa triterpenoid menghambat pertumbuhan bakteri dengan mekanisme penghambatan terhadap sintesis protein karena terakumulasi dan menyebabkan perubahan komponen penyusun sel bakteri itu sendiri. Senyawa steroid dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif (Ayuningtyas, 2008).

Ulva sp. digunakan dalam penelitian ini sebagai suplemen pakan ikan, karena memiliki kandungan kadar protein kasar antara 10-26% (berat kering) dalam talusnya yang berpotensi sebagai makanan fungsional dan pakan ikan (Fleurence, 1999). Selain itu, penggunaan rumput laut Ulva dapat meningkatkan jumlah total hemosit udang (Selvine et al., 2004). Oleh karenanya, diharapkan pada penelitian ini pemberianUlvasp. dalam pakan ikan yang berfungsi sebagai immunostimulan mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh ikan terhadap bakteri

Streptococcus iniaepada ikan nila GIFT (Oreochromissp.).

1.4 Hipotesis

(25)

8

H1 = τi ≠ 0Terdapat pengaruh konsentrasiUlvasp. terhadap respon imun non spesifik ikan nila GIFT yang terinfeksi bakteriS. iniae

Jika hasil yang diperoleh terdapat perbedaan antara perlakuan yang diberikan, maka akan dilanjutkan dengan uji BNT dengan selang kepercayaan 95% dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : σi = 0 →Tidak ada pengaruh konsentrasi Ulva sp. antar perlakuan terhadap respon imun non spesifik ikan nila GIFT yang terinfeksi bakteri S. iniae pada selang kepercayaan 95%

H1: σi ≠ 0 → Setidaknya ada sepasang konsentrasi Ulva sp. antar perlakuan terhadap respon imun non spesifik ikan nila GIFT yang terinfeksi bakteri S. iniae

pada selang kepercayaan 95%.

1.5 Manfaat Penelitian

(26)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan Nila GIFT 2.1.1. Asal Usul Ikan Nila

Ikan nila dahulu dikategorikan ke dalam jenis Tilapia nilotica atau ikan dari golongan tilapia yang tidak mengerami telurnya dan larva di dalam mulutnya. Dalam perkembangannya menurut klasifikasi yang baru (1982) nama ilmiah ikan nila adalahOreochromis niloticus. Perubahan nama tersebut telah disepakati dan dipergunakan oleh ilmuwan, meskipun di kalangan awam tetap disebut T. niloticus(Amri dan Khairuman, 2008).

Sesuai dengan nama Latinnya O. niloticus berasal dari sungai Nil di Benua Afrika. Awalnya ikan ini mendiami hulu Sungai Nil di Uganda. Selama bertahun-tahun, habitatnya semakin berkembang dan bermigrasi ke arah selatan (ke hilir) sungai melewati Danau Raft dan Tanganyika sampai ke Mesir. Dengan bantuan manusia, ikan nila sekarang sudah tersebar di lima benua meskipun habitat yang disukainya adalah daerah tropis dan sub tropis, sedangkan di wilayah beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik (Suyanto, 2009).

(27)

10

di Indonesia). Bibit ikan ini didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969 dari Taiwan ke Bogor. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, kemudian ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia (Wiryanta, 2010).

Nila GIFT dikembangkan International Center for Living Aquatic Resources Management (ICLARM) di Filipina melalui Genetic Improvement of Farmed Tilapia Project (GIFT) dan merupakan hasil persilangan dan seleksi antara ikan nila dari Taiwan, Mesir, Thailand, Ghana, Singapura, Israel, Senegal dan Kenya. Ikan ini didatangkan ke Indonesia pada tahun 1994 dan tahun 1997, masing-masing generasi ke-4 dan ke-6 melalui Balai Penelitian Ikan Air Tawar sebagai salah satu anggota International Network for Genetic in Aquaculture (INGA). Nila GIFT yang pertama kali didatangkan ke Indonesia tersebut merupakan generasi keempat. Setelah itu, didatangkan lagi nila GIFT berikutnya yang berasal dari generasi keenam pada tahun 1997 (Rustidja, 1999).

2.1.2 Klasifikasi

Klasifikasi ikan nila GIFT dalam Popma dan Michael (1999) sebagai berikut : Filum : Chordata

Kelas : Osteichtyes

Ordo : Perciformes Famili : Cichlidae

Genus :Oreochromis

(28)

11

2.1.3 Morfologi

Ikan nila GIFT (Genetic Improvement of Farmed Tilapia) mempunyai bentuk tubuh lebih pendek dibandingkan ikan nila lokal. Tubuhnya lebih tebal, warna tubuhnya hitam keputihan, kepalanya relatif kecil, sisik berukuran besar dengan tipe ctenoid, kasar, tersusun rapi, matanya besar, menonjol dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea lateralis) terputus di bagian tengah badannya, dagingnya cukup tebal dan tidak terdapat duri-duri halus di dalamnya (Arie, 1999). Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup insang hingga bagian atas sirip ekor, terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil. Sirip anus hanya satu buah dan berbentuk agak panjang, sedangkan sirip ekor berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah (Suyanto, 1994). Morfologi ikan nila GIFT dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 1. Ikan Nila GIFT (Oreochromissp.) (Amri dan Khairuman, 2002)

2.1.4 Habitat

(29)

12

pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan nila adalah 25–30°C. Pertumbuhan ikan nila biasanya terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 14°C atau pada suhu di atas 38°C. Ikan nila akan mengalami kematian pada suhu 6°C atau 42°C (Amri dan Khairuman, 2002).

Ikan nila yang masih kecil lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dibandingkan dengan ikan yang sudah besar. Nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan alkalinitas rendah (netral). Nilai pH air tempat hidup ikan nila berkisar 6–8,5. Namun pertumbuhan optimalnya terjadi pada pH 7–8. Batas pH yang mematikan adalah 11 (Carman, 2010).

Habitat ikan nila adalah air tawar, seperti sungai, danau, waduk dan rawa-rawa, tetapi karena toleransinya yang luas terhadap salinitas (euryhaline) sehingga dapat pula hidup dengan baik di air payau dan laut. Salinitas yang cocok untuk nila adalah 0–35 ppt, namun salinitas yang memungkinkan nila tumbuh optimal adalah 0–30 ppt. Ikan nila masih dapat hidup pada salinitas 31–35 ppt, tetapi pertumbuhannya lambat (Kordi, 2010).

2.1.5 Makanan dan Kebiasaan Makan

(30)

13

Kebiasaan makan nila berbeda sesuai dengan tingkatan umurnya. Benih ikan nila lebih menyukai zooplankton, seperti Rotifera, Copepoda dan Clodocera. Ikan dewasa memiliki kemampuan mengumpulkan makanan di perairan dengan bantuan lender (mucus) dalam mulutnya. Makanan tersebut membentuk gumpalan partikel sehingga tidak mudah keluar. Secara alami ikan-ikan kecil mencari makanan di bagian perairan yang dangkal, sedangkan ikan-ikan yang berukuran lebih besar mencari makan di perairan yang dalam (Kordi, 2010).

Pertumbuhan maksimum pada ikan nila didapat dengan kadar protein 35-50%, tetapi level optimum dalam pakan komersil untuk ukuran juvenil sampai dengan dewasa biasanya 25-35% (Popma dan Lovshin, 1996). Pada kolam atau tambak yang memiliki pakan alami yang dapat menyumbangkan protein bagi ikan, kadar protein yang memadai untuk ikan dapat berkisar antara 20-25% (Webster dan Lim, 2002).

Jenis asam lemak esensial yang dibutuhkan oleh ikan nila adalah asam lemak linoleat. Kadar lemak sebesar 5% sudah mencukupi untuk kebutuhan ikan nila (Takeuchiet al., 1983) tetapi jika kadar lemak dalam pakan ditingkatkan menjadi 12% akan memberikan pengaruh berupa perkembangan maksimal pada ikan nila (Webster dan Lim, 2002).

2.2 Penyakit Streptococcosis

(31)

14

bersifat patogenik utama penyebab Streptococcosis adalah Streptococcus parauberis, S. iniae, S. difficilis(S. agalactiae), Lactococcus garvieae, L. piscium, Vagococcus salmoninarumdanCarnobacterium piscicola(Bercovieret al.,1997; Elderet al., 1997; Elder dan Ghittino, 1999).

Penularan Streptococcosis dapat terjadi melalui persinggungan dengan ikan sakit. Gejala yang ditimbulkan tergantung pada tingkat serangan, yaitu kronis dan akut. Pada tingkat kronis, gejala yang nampak yaitu adanya memar seperti luka di permukaan tubuh, bercak merah pada sirip, berenang lambat dan lebih sering berada di dasar akuarium, juga menyebabkan nafsu makan menurun. Gejala lain yang sering muncul adalah mata menonjol (exopthalmia) dan berenang berputar (whirling). Apabila serangan akut terjadi, maka akan terjadi kematian yang diduga karena adanya toksin, kehilangan cairan pada saluran pencernaan dan tidak berfungsinya sebagian organ (Evanset al., 2006).

2.3. BakteriStreptococcus iniae

Klasifikasi bakteriS.iniae menurut Pier (1976) adalah : Kingdom : Bacteria

Filum : Firmicutes Kelas : Bacili

Ordo : Lactobacillales

Famili : Streptococcaceae Genus :Streptococcus

(32)

15

BakteriS.iniae berbentuk koloni dan tumbuh pada suhu 25-45°C (suhu optimum 37°C) selama 24–48 jam, berdiameter 0,5 µm, berwarna putih transparan pada media BHIA, berbentuk rata, permukaan convex dan pada agar darah ada yang a hemolitik, J3 hemolitik, dan y hemolitik.S. iniaemerupakan bakteri gram positif, bentuk coccus (Gambar 2) dalam bentuk berpasangan atau rantai pendek, tidak motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul dan bersifat acid fast negative(Bergey, 1994).

Gambar 2. BakteriStreptococcus iniae

Streptococcus iniae bersifat zoonosis (patogen terhadap manusia) yaitu menyebabkan selulitis. Pola penyerangan bakteri ini terutama pada ikan ukuran dewasa yang siap panen sehingga S. iniae sering dikaitkan dengan

meningoencephalitis(infeksi yang terjadi pada selaput otak dan sel parenkim) dan memiliki andil besar terhadap kerugian yang diperoleh hingga mencapai ratusan juta dolar per tahun pada lingkup budidaya. S. iniae juga dapat menyebabkan wabah penyakit yang signifikan pada populasi ikan liar (Zlotkinet al., 1998).

(33)

16

kehilangan keseimbangan, exophthalmia unilateral atau bilateral, mata buram, pendarahan pada dasar sirip dan penggelapan kulit (Pereraet al., 1994;. Bromage

et al., 1999.; Eldaret al., 1999;. Colorniet al., 2002;. Suanyuket al., 2010).

Tilapia yang terinfeksi S. iniae menunjukkan perubahan patologi pada beberapa organ, hemoragi operkulum, eksoptalmia dengan radang granuloma supuratif pada jaringan adipose mata (Miyazakiet al.1984). Kelompok Cyprinid yang terinfeksi

S. iniaememperlihatkan perubahan warna tubuh menjadi lebih gelap (darkening), tidak respon terhadap rangsangan (lethargy), hemoragi pada bagian sisi tubuh, kepala dan sirip (Russoet al.,2006).

Gambar 3. Ikan Nila yang TerinfeksiS. iniae

S. iniae termasuk dalam kelompok bakteri gram positif, tidak mengurai amilum arabinose, inulin, laktosa, rafinosa dan sarbitol (Yuasa et al., 1999). S. iniae

(34)

17

2.4Ulvasp. 2.4.1 Klasifikasi

Klasifikasi dariUlvasp. menurut Chapman (1970) sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisi : Chlorophyta

Kelas : Chlorophyceae Ordo : Ulvales

Famili : Ulvaceae Genus :Ulva

Spesies :Ulvasp.

2.4.2 Morfologi

Spesies Ulva sp. memiliki sebuah tubular monostromatik yang sebelumnya dianggap sebagai enteromorpha (Hayden et al., 2003) atau distromatik, talus foliose dapat bervariasi saat berukuran panjang, ketika dewasa dari beberapa sentimeter hingga lebih dari 1m (Gambar 4). Saat ini telah diketahui bahwa genus ini mencakup lebih dari 100 spesies (Guiry dan Guiry 2007).

(35)

18

Ulva atau selada laut adalah rumput laut yang tergolong dalam divisi

Chlorophyta. Termasuk dalam divisi Chlorophyta karena sel–sel mengandung banyak klorofil a sehingga memberikan warna hijau pada rumput laut ini. Habitatnya adalah di air laut dan morfologinya berupa thallus tipis dan gepeng seperti pedang yang terdiri atas 2 lapis sel. Tidak ada diferensiasi jaringan dan seluruh sel memiliki bentuk yang kurang lebih identik, kecuali pada sel–sel basal yang mengalami elongasi membentuk rhizoid penempel. Masing–masing pada spesies ini terdiri atas sebuah nukleus, dengan kloroplas berbentuk cangkir dan sebuah pirenoid (Guiry, 2007).

Ulva muda memiliki talus yang dapat melekat pada substrat atau dapat berkembang sendiri tanpa melekat pada substrat sebagai individu bebas atau agregat yang mengambang bebas (Bliding, 1963, 1968; Starmach, 1972). Bentuk

Ulvaair tawar muncul hanya sebagai tubular talus monostomatik (misalnya Ulva intestinalisdanUlva compressa). Ulvaair tawar dewasa dapat memiliki salah satu dari dua jenis bentuk permukaan talus, yaitu satu memiliki talus bergelombang seperti usus dengan permukaan halus dan yang lainnya berbentuk talus keriting bergelembung berkerut dan seringkali talusnya membelah diri menjadi dua bagian (Marczek, 1954).

(36)

19

zat warna (pigmen). Plastida utama yang terdapat pada alga ini yaitu kloroplas yang mengandung pigmen klorofil yang berperan penting dalam proses fotosintesis. Sehingga alga ini bersifat autrotof karena dapat menyusun sendiri makanannya berupa zat organik dan zat-zat anorganik. Pada umumnya Ulva sp. berbentuk seperti lembaran daun. Dinding selnya menghasilkan lendir (Shanmugam, 2008).

2.4.3 Habitat

Ulva sp. banyak dijumpai di pantai berdasar batu karang mati terutama pada rataan terumbu karang. Alga ini mudah terlepas dari substratnya oleh ombak yang kuat dan arus yang deras. Pada pasang tinggi dengan arus yang kuat alga ini dapat terlempar ke tepi pantai sehingga pada waktu surut banyak yang mengering. Ulva

sp. banyak dijumpai di pantai Kupang dan pulau–pulau Indonesia bagian timur (Chapman, 1970). Ulva sp. memiliki aklimatisasi luas dan dapat tumbuh dengan baik di berbagai suhu dan salinitas, tetapi karakteristik morfologi berubah dengan mudah sebagai respons terhadap lingkungan (Dong, 1963).

2.4.4 Manfaat

Ulva memiliki vitamin yang baik dan profil mineral dan sangat kaya akan asam askorbat (Ortiz et al.,2006; Garcı'a-Casalet al., 2007). Vitamin C meningkatkan metabolisme lemak yang dapat menyebabkan perubahan komposisi tubuh dan penumpukan gizi dalam ikan dan dengan demikian mungkin dapat mengurangi karakas lemak dan meningkatkan level protein (Miyasaki et al., 1995; Ji et al.,

(37)

20

Beberapa tahun terakhir, spesiesUlvamenjadi makroalga penting, karena terdapat penelitian yang menyatakan bahwaUlvadapat digunakan sebagai bahan makanan untuk berbagai spesies ikan. Penggabungan Ulvadalam pakan dengan level yang rendah diketahui dapat menghasilkan peningkatan pertumbuhan, pemanfaatan pakan, aktivitas fisiologis, tahan terhadap penyakit dan mengurangi respon stress (Mustafa dan Nakagawa, 1995; Wassefet al., 2005; Valenteet al., 2006).

Ulva yang telah dikeringkan dan digarami diperdagangkan dengan nama "cachiyugo". Selain ituUlvajuga digunakan sebagai salad dan sup.Ulvamemiliki kandungan Fe yang sangat tinggi. Ulva banyak dikonsumsi sebagai bahan makanan di China, Filipina, Chili dan Hindia Barat (Sharma, 1992; Chapman dan Chapman, 1980).

2.5 Sistem Kekebalan Tubuh Ikan

Pertahanan tubuh non spesifik meliputi barier mekanik dan kimiawi (mukus, kulit, sisik dan insang) dan pertahanan seluler (sel makrofag, leukosit seperti monosit, neutrofil, eosinofil, dan basofil). Mukus ikan yang menyelimuti permukaan tubuh, insang dan terdapat juga pada lapisan mukosa usus berperan untuk memperangkap patogen secara mekanik dan eliminasi patogen secara kimiawi dengan lisosim dan enzim proteolitik lainnya (Anderson, 1974).

(38)

21

perisai epithelial, kulit dan lendir. Namun ada saat tertentu dimana patogen dapat menembus pertahanan awal, sehingga pertahanan kimia seperti lysozim, lectins, dan komponen pelengkap lainnya bisa menjadi pelapis invasi patogen dan melawannya untuk mencegah terjadinya kerusakan (Fletcher, 1981).

Secara fisiologis, hewan mempunyai pertahanan tubuh non spesifik terhadap suatu infeksi dengan memberikan respon secara langsung terhadap agen asing yang masuk, hal ini dapat ditunjukkan pada saat terjadinya radang. Mikroorganisme pertama sekali harus menghadapi sistem pertahanan yang bersifat nonspesifik (kulit, mukus, sisik, lendir) yang terdapat pada permukaan tubuh inang yang menjadi targetnya. Apabila terjadi luka atau invasi patogen ke dalam tubuhnya, organisme yang bersangkutan akan mengalami inflamasi. Bila inflamasi akut akan timbul rasa sakit, bengkak dan kemerah-merahan (Sari, 2003).

(39)

22

(40)

23

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2014. Lokasi penelitian di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Peralatan dan Bahan

Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu akuarium berukuran 50 x 40 x 40 cm, blower 1 buah, instalasi aerasi, selang, ember/baskom, bak tandon, sendok besar, gayung, scoop net, selang sifon, penggaris, termometer, pH meter, DO meter, cawan petri, mikropipet, vortex, centrifuge, autoklaf, tabung reaksi, tip, mikroplate well, aluminium foil, mikroskop binokuler, hammer mill, timbangan digital, spatula, gelas preparat, gelas penutup, spuit 1 ml 26G ½”, mikrotube eppendrof 1,5 ml, haemocytometer, spektrofotometer, pipet tetes,

sprayer,stirrer magnetic, bunsen, jarum ose, kertas label dan alat tulis.

(41)

24

3.3 Desain Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Jumlah perlakuan pada penelitian ini sebanyak 5 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Konsentrat Ulvasp. yang ditambahkan dalam pakan adalah sebagai berikut :

1. Penambahan konsentrat 0%Ulvasp. /kg pakan (kontrol) 2. Penambahan konsentrat 4%Ulvasp. /kg pakan

3. Penambahan konsentrat 8%Ulvasp. /kg pakan 4. Penambahan konsentrat 12%Ulvasp. /kg pakan 5. Penambahan konsentrat 16%Ulvasp. /kg pakan Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + τi +ϵij Keterangan :

Yij : Data pengamatan perlakuan ke-i, ulangan k-j µ : nilai tengah umum

τi : Pengaruh perbedaan konsentratUlvasp. ke-i

ϵij : Galat percobaan pada perbedaan konsentratUlvasp. ke-i ulangan ke-j i : Perlakuan perbedaan konsentratUlvasp. 1, 2, 3, 4, 5

(42)

25

3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Tahap Persiapan

3.4.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan

Sterilisasi merupakan upaya yang dilakukan untuk membebaskan alat dan bahan dari mikroorganisme kontaminan. Peralatan yang akan disterilisasi dibungkus terlebih dahulu dengan kertas kopi agar mencegah air masuk ketika dilakukan sterilisasi dengan autoklaf. Sterilisasi dilakukan pada suhu 121°C dengan tekanan 1 atm dalam waktu 15-20 menit.

3.4.1.2 Wadah dan Ikan Uji

Sebelum kegiatan penelitian dilakukan, wadah yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dengan air, setelah itu wadah didesinfeksi dengan klorin selama 24 jam, kemudian dikeringkan lalu dibilas dengan air hingga bersih. Wadah yang digunakan adalah akuarium ukuran 50 x 40 x 40 cm yang diisi dengan air dan diberi aerasi secara terus menerus. Wadah disusun dan diberi label secara acak.

(43)

26

3.4.1.3 Suplemen Pakan

Ulva sp. diperoleh dari perairan Pantai Tebaka Pesisir Barat, direndam dengan menggunakan air tawar selama ±1 jam lalu dibilas dengan air mengalir kemudian dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. Ulva sp. dimasukkan ke dalam oven pengeringan dengan suhu 60–70°C selama 2–3 jam untuk memastikan agar rumput laut benar–benar kering. Apabila telah kering rumput laut kemudian ditumbuk dan digiling sampai halus, lalu disimpan sampai waktu yang digunakan.

3.4.1.4 Formulasi dan Persiapan Pakan

Pakan dirumuskan dari bahan komersial tepung ikan impor, tepung terigu, tepung kedelai, tepung jagung, tepung terigu, minyak ikan, minyak jagung dan premix. Bubuk Ulva sp. yang telah jadi disaring menggunakan saringan berdiameter 0,6 mm, setelah itu bubuk tersebut dicampurkan ke dalam pakan hingga merata. Air dimasukkan ke dalam campuran pakan sebanyak 20% dari jumlah pakan lalu diaduk untuk membentuk pakan menjadi pelet.

3.4.2 Tahap Pelaksanaan

3.4.2.1 Pemberian Pakan yang Telah dicampurUlvasp.

(44)

27

3.4.2.2 Uji Tantang

Uji tantang dilakukan pada hari ke-37, ikan yang diberi suplemen pakan Ulvasp. dan kontrol disuntik bakteri Streptococcus iniae secara intramuscular dengan dosis 0,1 ml/ikan. Sampel bakteri S. iniae diperoleh dari Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas II Semarang. Pengamatan kelangsungan hidup ikan dilakukan selama seminggu yaitu hari ke-37 sampai hari ke-43.

3.4.3 Tahap Pengamatan

3.4.3.1 Pengambilan Sampel Darah

Pengambilan darah dilakukan melalui vena caudalis yang berada di pangkal ekor ikan menggunakan spuit dan disimpan dalam tabung eppendorf. Sebelumnya, jarum suntik dan tabung eppendorf dibilas dengan larutan EDTA 10% untuk mencegah pembekuan darah. Pengambilan sampel darah ikan dilakukan pada hari ke-0 (sebelum penambahanUlvasp.), hari ke-7, hari ke-14, dan hari ke-43.

3.4.3.2 Pengukuran Kadar Hematokrit

Prosedur pengamatan dan penghitungan kadar hematokrit menurut Anderson dan Swicki (1993), adalah sebagai berikut :

1. Darah dihisap menggunakan tabung mikrohematokrit berlapis heparin dengan sistem kapiler. Setelah darah mencapai 3/4 bagian tabung, kemudian salah satu ujung tabung disumbat dengancritoseal

2. Tabung kapiler yang telah berisi darah kemudian diputar dengan sentrifuse

(45)

28

3. Pengukuran dilakukan dengan membandingkan volume benda darah terhadap volume seluruh darah menggunakan skala hematokrit.

Berikut rumus pengukuran kadar hematokrit :

3.4.3.3 Perhitungan Total Leukosit

Perhitungan total leukosit menurut Blaxhall dan Daisley (1973), adalah sebagai berikut :

1. Bilik hitunghaemocytometer dan kaca penutupnya dibersihkan dengan larutan etanol, kemudian kaca penutup dipasang padahaemocytometer.

2. Sampel darah dihisap dengan pipet berskala sampai 0,5 dilanjutkan dengan menghisap larutan turk (acetic acid glasial 1-1,5 ml; gentian violet 0,1 gr; aquades 100 ml) sampai skala 11 (pengenceran 1:20), kemudian digoyangkan selama 3 menit agar tercampur homogen.

3. Empat tetesan pertama dibuang, tetesan berikutnya dimasukan kedalam

haemocytometer dengan meletakan ujung pipet pada bilik hitung tepat batas kaca penutup dan dibiarkan selama 3 menit agar leukosit mengendap dalam bilik hitung.

4. Bilik hitung tersebut diletakkan dibawah mikroskop menggunakan pembesaran lemah. Penghitungan dilakukan pada 4 kotak besarhaemocytometer

Kadar Hematokrit = volume sel darah merah x 100% total darah

(46)

29

3.4.3.4 Penghitungan Differensial Leukosit

Perhitunga diferensial leukosit (neutrofil, monosit dan limfosit) menurut Amlacher (1970), adalah sebagai berikut :

1. Setetes darah ditempatkan di atas gelas objek yang bersih (direndam metanol), lalu ujung gelas objek kedua ditempatkan di atas gelas objek pertama hingga membentuk sudut 300

2. Gelas objek kedua digeser ke arah belakang menyentuh tetesan darah hingga menyebar. Kemudian gelas objek kedua digeser ke arah berlawanan hingga terbentuk lapisan tipis darah, dibiarkan hingga kering.

3. Preparat difiksasi dengan metanol absolut selama 5 menit, lalu diangkat dan dibiarkan kering udara.

4. Pewarnaan preparat dilakukan selama 10 menit dalam wadah pewarnaan dengan larutan giemsa, lalu diangkat dan dibilas dengan air mengalir, kemudian dibiarkan kering udara.

5. Preparat ulas darah kemudian ditempatkan di bawah mikroskop, diberi imersi, dan diamati dengan perbesaran 100 kali. Kemudian dihitung jenis-jenis leukosit dan dihitung persentasenya.

3.4.3.5 Uji Aktivitas Fagositosis

Pengujian aktifitas fagositosis dari leukosit menurut Amlacher (1970), adalah sebagai berikut:

1. S. iniaedikultur pada TSA, dan diinkubasi pada 37oC selama 24 jam.

(47)

30

3. S. iniae dicuci menggunakan PBS sebanyak 3 kali dengan sentrifugasi pada 3000 rpm selama 15 menit. Kepadatan S. iniae diestimasi dengan spektrofotometer.

4. Tabung kapiler hematokrit diisi dengan sampel darah+EDTA dan disentrifus dengan cara yang sama seperti pada uji leukokrit dan hematokrit.

5. Tabung kapiler hematokrit kemudian dipotong pada batas antara eritrosit dan leukosit, bagian leukosit ditampung pada mikrotube (eppendorf).

6. Leukosit sebanyak 100 l dimasukkan dalam mikroplate well, kemudian ditambah denganS. iniae (kepadatan 108sel/ml) dengan volume yang sama. 7. S. iniaedicampur dengan leukosit secara pipetting dan diinkubasi selama 20

menit.

8. Sampel darimikroplate well diambil sebanyak 5l dan diletakkan pada gelas objek, dibuat preparat ulas dan didiamkan hingga kering

9. Gelas objek difiksasi dengan etanol (95%) selama 5 menit dan diangin -anginkan.

10. Preparat diwarnai dengan safranin (0,15%) selama 10 menit dan diamati dengan mikroskop perbesaran 1000x, minimal 100 sel.

11. Sel yang beraktifitas fagositosis dan sel yang tidak beraktifitas fagositosis dihitung minimal 100 sel.

12. Kemudian aktifitas fagositosis (AF), dihitung dengan rumus :

AF (%) =

3.4.3.6 Kelulushidupan atauSurvival Rate(SR)

(48)

31

Keterangan:

SR = Kelulushidupan (%)

Nt = Jumlah ikan hidup pada akhir penelitian (ekor) No = Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)

3.4.3.7 Pengukuran Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diamati adalah suhu, pH dan DO yang diukur menggunakan termometer, pH meter dan DO meter setiap pagi dan sore hari. Untuk menjaga kualitas air selama penelitian dilakukan penyiponan yang dilakukan setiap pagi sebelum pemberian pakan sebanyak 20% dari volume total air, setelah itu diisi kembali dengan air yang berasal dari bak tandon.

3.5 Analisis Data

Data hasil pengamatan meliputi kadar hematokrit, total leukosit‚ differensial leukosit dan aktivitas fagositosis dianalisa statistik dengan uji ANOVA pada selang kepercayaan 95% menggunakan software SPSS. Apabila hasil uji perlakuan berbeda nyata maka akan dilakukan uji BNT pada selang kepercayaan 95%. Jika data tidak homogen maka dianalisa statistik dengan uji Kruskal-Wallis, apabila hasil uji perlakuan berbeda nyata maka akan dilakukan uji Mann-Whitney pada selang kepercayaan 95%. Parameter kelulushidupan dan kualitas air dianalisa secara deskriptif.

Survival Rate =

Nt

x 100 %

(49)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh suplementasi Ulva sp. dalam meningkatkan respon imun ikan yang diuji tantangS. iniaedibandingkan tanpa penambahan suplementasi

Ulvasp.

2. Dosis terbaik suplementasi Ulva sp. dalam pakan yaitu dengan penambahan 4%Ulvasp. yang efektif sebagai imunostimulan yang memiliki total leukosit, persentase limfosit dan aktifitas fagositosis tertinggi.

B. Saran

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, J. 2008. Pemanfaatan ekstrak bunga kecombang (Nicolaia speciosaHoran) terhadap penyembuhan infeksi jamurSaprolegniasp. pada ikan nila merah (Oreochromissp.).Kalimantan Scientiae, 4: 1-7.

Al-Harbi, A.H. 1994. First isolation of Streptococcus sp. from hybrid tilapia (Oreochromis niloticus x O. aureus) in Saudi Arabia. Aquaculture, 128:195- 201.

Amri, K. 2008.Morfologi Ikan Nila.Agromedia Pustaka. Jakarta.

Anderson. 1974. Immunostimulants, ajduvants and vaccine carrier in fish: application to aquaculture.Ann. Rev. Fish Dis, 2: 281-307.

Arie, U. 1999. Pembenihan dan Pembesaran Nila GIFT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Arie, U. 2001. Pembenihan dan Pembesaran Nila GIFT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ayuningtyas A. K., 2008.Efektivitas Campuran Meniran Phyllanthus niruri dan Bawang Putih Allium sativum untuk Pengendalian Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo Clarias gariepenus. (Skripsi). Prodi Teknologi dan Manajemen Akuakultur Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Angka, S.L. dan Suhartono, M.T. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan. IPB. Bogor.

Anggadiredja. 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.

Bastiawan, D., Wahid, A., Alifudin, M. dan Agustiawan, I..2001.Gambaran darah lele dumbo(Clarias gariepinus)yang diinfeksi cendawanAphanomycesspp. pada ph yang berbeda.Jurnal Penelitian Indonesia, 7(3): 44–61.

(51)

Bergey, D., Holt, J.G., Krieg, N.R. dan Sneath, P.H.A. 1994.Bergey’sManual of Determinative bacteriology, ed. R. E. Bunchaman and N.E.Gibbons, 9th Ed. Baltimore, Williams dan Wilkins Company.

Bliding, C. 1963. A Critical Survey of European Taxa in Ulvales. Part 1. Casosiphonia, Blidingia, Enteromorpha. Opera Bot 8(3):1–160.

Bliding, C. 1968. A Critical Survey of European Taxa in Ulvales. Part 2. Ulva, Ulvaria, Monostoma, Kornmannia. Bot Not 121: 534–629.

Bromage, E.S., Thomas, A. dan Owens, L. 1999. Streptococcus iniae, a bacterial infection in barramundi Lates calcarifer. Diseases of Aquatic Organisms, 36: 177-181.

Carman, O. dan Sucipto A. 2010. Panen Nila 2,5 Bulan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Castro, R. I. Zarrab, dan J. Lamas. 2004. Water-soluble seaweed extracts modulate the Pantoea Agglomerans lipopolysaccharide (LPS). Fish Shellfish Immunol,10: 555–558.

Chapman VJ. 1970.Seaweeds dan Their Uses. London : Metheun dan Co. LTD. Chapman, V.J. dan Chapman, D.J. 1980.Seaweed and Their Uses.Third edition.

New York: Chapman and Hall. 260p.

Cheng, W., Liu, C.H., Yeh, S.T. dan Chen, J.C. 2004. The immune stimulatory effect of sodium alginate on the white shrimp Litopenaeus vannamei and its resistance against Vibrio alginolyticus.Fish and Shellfish Immunology,

17: 41-51.

Colorni, A., Diamant, A., Eldar, A., Kvitt, H. dan Zlotkin, A. 2002.Streptococcus iniae infections in Red sea cage cultured and wild fishes. Diseases of Aquatic Organisms,49: 165-170.

Dewi, R.R. 2011. Pengendalian Saprolegnia sp. pada Telur Gurami (Osphronemus gouramy) Menggunakan Isolat Bakteri Kitinolitik. FMIPA. (Tesis). Universitas Sumatera Utara. Medan.

Dzeha, T., Jaspars, M. dan Tabudravu, J. 2003. Clionasterol, a triterpenoid from the Kenyan marine green macroalga Halimeda macroloba.J. Mar. Sci, 2: 157–161.

(52)

Eldar, A., Perl, S., Frelier, P. F. dan Bercovier, H. 1999. Red drum, Sciaenops ocellatus mortalities associated with Streptococcus iniae infection.

Diseases of Aquatic Organisms,36: 121-127.

Evans, J. J., Klesius, P. H. dan Shoemaker, C. A. 2006a. An overview of Streptococcus in warmwater fish.Aquac. Health Int, 7:10-14.

Evans J, Shoemaker C, dan Klesius P. 2000. Experimental Streptococcus iniae

infection of hybrid striped bass (Morone chrysops Morone saxatilis) and tilapia (Oreochromis niloticus) by nares inoculation. Aquaculture,

189:197–210.

Fleurence, J. 1999. Seaweed proteins: biochemical, nutritional aspects and potential uses. Review of Trends in Food Science and Technology, 1 0:25-28.

Fletcher, T. C. 1982. Non Specific Defence Mechanism of Fish. Developmental comparative immunology.

Garcı´a-Casal, M.N., Pereira, A.C., Leets, I., Ramı´rez, J., dan Quiroga, M.F. 2007. High iron content and bioavailability in humans from four species of marine algae.J. Nutr,137(12): 2691–2695.

Guiry, M.D. dan Guiry, G.M. 2007.Algae Base version 4.2. Worldwide electronic publication, National University of Ireldan, Galway.

Hayden H.S., Blomster J., Maggs C.A., Silva P.C., Stanhope Mj. dan Waaland J.R. 2003. Linnaeus was right all along: Ulva and Enteromorpha are not distinct genera.European Journal of Phycology,38: 277- 294.

Irianto, A. 2004.Probiotik Akuakultur. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Ji, H., Om, A., Yoshimatsu, T., Hayashi, M., Umino, T., Nakagawa, H., Asano, M. dan Nakagawa, A. 2003. Effect of dietary vitamins C and E fortification on lipid metabolism in red sea breamPagrus major and black sea breamAcanthopagrus schlegeli.Fish Sci, 69:1001–1009.

Khairuman dan Amri, K. 2002.Budidaya Ikan Nila.Agro Media Pustaka. Jakarta Limantara, L., Suparmi. dan Radjasa O. K. 2007. Mikroorganisme yang

berasosiasi dengan sponge: potensinya sebagai sumber biopigmen dan upaya budidayanya. Jurnal Masyarakat Aquakultura Indonesiana, 8 (2):121-133.

(53)

Kordi, K.M.G. 2004.Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Rineka Cipta dan Bina Adiaksara. Jakarta. 194 hal.

Kurniawan, D., 2010.Efektivitas Campuran Bubuk Meniran Phyllantus niruri dan bawang putih Allium sativum dalam Pakan untuk Pencegahan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo Clarias sp. (Skripsi). Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Marczek, E. 1954. A new locality of enteromorpha intestinalis (L.) Link Ku¨tzig [(L.) Greville] and Enteromorpha tubulosa J. G. Agardh. Fragm Flor Geobot Ser Polonica,2: 105–111.

Miyasaki, T., Sato, M., Yoshinaka, R. dan Sakaguchi, M. 1995. Effect of vitamin C on lipid and carnitine metabolism in rainbow trout. Fish Sci, 61: 501– 506.

Miyazaki, T., Kobota, S.S., Kaige, N. dan Miyashita, T. 1984. A Histopathological Study of Streptococcal Disease in Tilapia. Fish Pathology,19(3): 167–172.

Mtolera, M.S.P., dan Semesi, A.K. 1996. Antimicrobial Activity of Extracts from Six Green Algae from Tanzania. Current Trends in Marine Botanical Research in East African Region. pp 211-217

Mustafa, M.G., dan Nakagawa, H. 1995. A review: dietary benefits of algae as an additive in fish feed.Isr J Aquacult-Bamid, 47:155–162.

Ortiz, J., Romero, N., Robert, P., Araya, J., Lopez-Herna´ndez, J., Bozzo, C., Navarrete, E., Osorio, A., dan Rios, A. 2006. Dietary fiber, amino acid, fatty acid and tocopherol contents of the edible seaweedsUlva lactucaand

Durvillaea antarctica.Food Chem,99:98–104.

Pier, G.B,, dan Madin, S.H. 1976. Streptococcus iniae sp. nov., a betahemolytic

streptococcus isolated from an Amazon freshwater Dolphin, Inia geoffrensis. International Journal of Systematic bacteriology, 26(4):545-53.

Perera, R.P., Johnson, S.K., Collins, M.D. dan Lewis, D.H. 1994. Streptococcus iniae associated with mortality of Tilapia nilotica x T. aurea hybrids.

Journal of Aquatic Animal Health, 6: 335-340.

(54)

Popma, T. dan Michael, M. 1999. Tilapia Life History and Biology. RAC Publication. No. 283.

Pringgenies, D., Ekasari N.L. dan Gunawan. 2011. Potensi beberapa ekstrak rumput laut sebagai antibakteri upaya sebagai bahan antibakteri makanan.

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Pemanfaatan Rumput Laut dan Bahan Hayati Laut dalam Bidang Pangan dan Energi di Semarang 29 Januari 2011. Semarang, 133-142 hlm.

Rachmaniar, R. 2005. Penelitian Kandungan Kimia Makroalgae Untuk Neutroceuticals dan Agrochemicals. Laporan Akhir LIPI. Jakarta : 22 hal. Revina. 2008.Neutrofil Muda sebagai Dasar Diagnosa Penyakit Akut dan Kronis

Studi Kasus di Rumah Sakit Hewan IPB. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rukmana, R. 1997. Budidaya dan Prospek Agribisnis Ikan Nila. Kanisius. Yogyakarta.

Russo, R., Mitchell, H. dan Yanong, R.P.E. 2006. Aquaculture. Vol. 256 : 105– 110.Elsever.

Rustidja. 1999. Produksi Benih Unggul Benih Ikan Nila Merah. Laporan Penelitian Hibah Bersaing (PHB II/I).

Sakai, M. 1999 Current research status of fish immunostimulants. J.Aquaculture,

Vol. 172: 63-92

Sari, FBP. 2003. Identifikasi dan Uji Postulat Koch Cendawan Penyebab Penyakit pada Ikan Gurami. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Selvin, J., Huxleya, A.J. dan Lipton, A.P. 2004. Immunomodulatory potential of marine secondary metabolites against bacterial diseases of shrimp. Aquaculture,230: 241–248

Shankar, A.H. dan Prasad, A.S. 1998. Zinc and immune function : the biological basis of altered resistance of infection. Am. J. Clin. Nutr, 68 (Suppl): 447S-463S

Shanmugam, A. dan Palpdani, C. 2008. Biochemical composition and fatty acid profile of the green algaeUlva reticulata,Asian J. Biochem,3(1): 26 31. Sharma, O.P. 1992. Text Book of Algae.Tata McGraw-Hill Publishing Company

Lim-ited, New Delhi: 73 - 79.

(55)

Starmach, K. 1972.Green Alga. In: Starmach K(ed) Freshwater Flora of Poland. PWN, Warszawa-Krako´w. p 163.

Suanyuk, N., Sukkasame, N., Tanmark, N., Yoshida, T., Itami, T., Thune, R. L., Tantikitti, C. dan Supamattaya, K. 2010. Streptococcus iniae infection in cultured Asian sea bass (Lates calcarifer) and red tilapia (Oreochromis

sp.) in southern Thailand. Songklanakarin Journal of Science and Technology,32: 341-348.

Supriyadi, H., Effendie, J. dan Bastiawan, D. 2002. Penyebaran Penyakit Streptococcosis pada Beberapa Pusat Budidaya Ikan Air Tawar. Balai Riset Perikanan Budidaya air tawar. (Technical Report). Bogor.

Suyanto, R.S. Dra. dan Takarina P.E. Ir. M.si. 2009. Panduan Budidaya Udang Windu.PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suyanto. 1994. Pengaruh padat penebaran terhadap pertumbuhan dan sintasan pendederan ikan nila GIFT (Oreochromis niloticus) di kolam. Jurnal Ikhtiologi Indonesia, hlm 10.

Takeuchi, T., S, Satoh. dan Watanabe, T. 1983. Requirement of Tilapia nilotica

for essential fatty acids. Bull. Japanese Society of Sci. Fisheries, 49(7): 1127-1134.

Tamat, S.R., Wikanta, T. dan Maulina, L.S. 2007. Aktifitas antioksidan dan toksisitas senyawa bioaktif dari ekstrak rumput laut hijau Ulva reticulate

Forsskal.Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 5(1): 31-36.

Trono, G.C., Jr. dan Ganzon-Fortes, E.T. 1988. Philippine Seaweeds. National Bookstore Inc., Metro Manila, Philippines. 330 pp.

Tukmechi, A., Hobbenaghi, R., Holasso, R. dan Morvaridi, A. 2009.

Streptococcosis in a Pet Fish, Astronotus ocellatus: A Case Study. Int. J. Biol. Life Sci., 1(1): 30-31.

Valente, L.M., Gouveia, A., Rema, P., Matos, J., Gomes, E.F. dan Pinto, I.S. 2006. Evaluation of three seaweeds Gracilaria bursa, Ulva rigida and

Gracilaria cornea as dietary ingredients in European sea bass

(Dicentrarchus Iabrax)juvenile.Aquaculture, 252: 85- 91.

Varvarigos, P. 2001. Gram positive cocco bacteria (Micrococcaceae, Streptococcaceae) causing systemic disease in intensively farmed fish in Greece.Elsever.

(56)

Webster, C.D. dan Lim, C. 2002.Nutrient Requirement and Feeding of Finfish for Aquaculture. CABI Publishing, CAB International. New York, USA. Wiryanta, B.T.W., Sunaryo, S.P., Astuti, S.P., dan Kurniawan, M.B. 2010.

Budidaya dan Bisnis Ikan Nila. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Wong, K.H., dan Cheung P.C. 2000. Nutritional evaluation of some subtropical red dan green seaweeds I. proximate composition, amino acid profiles and some physico-chemical properties.Food Chem.,71: 475- 482.

Yuasa. K., Kitancharoen, N., Kataoka, Y. dan Al-Murbaty, F.A. 1999.

Streptococcus iniae, the causative agent of mass mortality in rabbitfish

Siganus canaliculatus in Bahrain. Journal of Aquatic Animal Health, 11: 87–99.

Zainuddin, E. N dan Malina, A, C. 2009. Skrining Rumput Laut Asal Sulawesi Selatan sebagai Antibiotik Melawan Bakteri Patogen pada Ikan. Laporan Penelitian Research Grant, Biaya Imhere-Dikti.

Zlotkin, A., Hershko, H. dan Eldar, A. 1998. Possible transmission of

Gambar

Gambar 1. Ikan Nila GIFT (Oreochromis sp.) (Amri dan Khairuman, 2002)
Gambar 2. Bakteri Streptococcus iniae
Gambar 3. Ikan Nila yang Terinfeksi S. iniae
Gambar 4. Ulva sp.

Referensi

Dokumen terkait