• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Dismenorea dan Tindakan Dalam Penanganan Dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Dismenorea dan Tindakan Dalam Penanganan Dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG DISMENOREA DENGAN TINDAKAN DALAM

PENANGANAN DISMENOREA DI SMP SWASTA KUALUH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA

TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh:

YULIA SYAFRIANA BR SITORUS NIM : 121021006

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

YULIA SYAFRIANA BR SITORUS NIM : 121021006

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ii

sebagai suatu akibat dari periode menstruasinya. Dismenorea merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia. Angka kejadian dismenorea di dunia sangat besar, sekitar 50% dari seluruh wanita di dunia menderita akibat dismenorea. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri dengan tindakan dalam penanganan dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015.

Jenis penelitian adalah survey dengan menggunakan pendekatan

explanatory research. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi yang mengalami dismenorea sebanyak 53 orang kelas I,II,III, dan dijadikan total sampel. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan uji chi-square.

Dari hasil uji chi-square (α<0,05), menunjukkan ada hubungan yang

sangat signifikan antara pengetahuan dengan tindakan dalam penanganan dismenorea (p=0,005). Dan hasil uji menunjukkan ada hubungan antara sikap dengan tindakan dalam penanganan dismenorea (p=0,045).

Diharapkan kepada para siswi selalu mencari informasi kesehatan terutama dalam penanganan dismenorea melalui media electronik, buku-buku bacaan tentang kesehatan khususnya kesehatan reproduksi remaja di lingkungan sekolah. Dan kepada pihak sekolah agar mengikut sertakan siswi dalam kegiatan seminar kesehatan.

(5)

iii

ABSTRACT

Dysmenorrhea is pain in the abdomen and pelvic area experienced by women as a result of her menstrual period. Dysmenorrhoea is one of the most common gynecological problems experienced by women of all ages. The incidence of dysmenorrhoea in the world is very large, approximately 50% of all women in the world suffer from dysmenorrhoea. This study aims to determine the correlation between knowledge and attitudes of young women with the action in the treatment of dysmenorrhoea in Junior High School Kualuh district Labuhan Batu Utara 2015.

This type of research is a survey by using explanatory research approach. The population in the study were all students who had as many as 53 people dysmenorrhoea class I, II, III, and made the total sample. Data was obtained through interviews using a questionnaire and analyzed by chi-square test.

From the results of the chi-square test (α < 0.05), indicating there is a significant relationship between knowledge and action in the treatment of dysmenorrhoea (p = 0.005). And test results showed no relationship between attitude and action in the treatment of dysmenorrhoea (p = 0.045).

Expected that the students are always looking for health information, especially in the treatment of dysmenorrhoea through electronic media, textbooks on reproductive health, especially the health of adolescents in a school environment. And to the school in order to involve students in a health seminar activities.

(6)

iv

Tempat dan Tanggal Lahir : Sikopi-Kopi, 16 Februari 1989 Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Nama Ayah : Syarifuddin Sitorus Suku Bangsa Ayah : Batak

Nama Ibu : Ratnawati Panjaitan

Suku Bangsa Ibu : Batak

Alamat Rumah : Desa Sikopi-kopo P.Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara Pendidikan Formal

1. Tahun 1995-2001 : SD Negeri No. 117854 Sikopi-kopi 2. Tahun 2001-2004 : SMP Swasta Kualuh Labuhan Batu Utara 3. Tahun 2004-2007 : SMA Swasta Kualuh Labuhan Batu Utara 4. Tahun 2007-2010 : DIII Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI

Medan

(7)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang

Dismenorea dan Tindakan Dalam Penanganan Dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyusunan skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D selaku ketua Departemen Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Sri Rahayu Sanusi, SKM, M.Kes, Ph.D selaku Dosen Pembimbing I skripsi sekaligus sebagai Ketua Penguji yang juga telah banyak meluangkan waktu, tulus, dan sabar memberikan saran, dukungan, nasihat bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

(8)

vi

6. Bapak Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak meberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis selama kuliah di FKM USU.

8. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU, terutama Departemen Kependudukan dan Biostatistik yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Ibu Titin Imriani Lubis, S.Ag selaku Kepala Sekolah yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara.

10.Berbagai pihak di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara yang telah memberikan banyak bantuan dan kemudahan selama melakukan penelitian.

11.Kepada Brig.M.Surya terimakasih untuk semua dukungan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.

12.Teristimewa kepada Ayahanda Syarifuddin Sitorus dan Ibunda Ratna Wati Panjaitan, yang senantiasa tidak henti-hentinya memberikan kasih

sayang, do’a serta motivasi yang sangat luar biasa kepada penulis untuk

(9)

vii

13.Seluruh anggota keluarga besar penulis yang memberikan dukungan dan do’a dalam penyelesaian skripsi ini terutama, abang dan kakak (Khairul Hamdani Sitorus, Sp, Agustria Ningsih Nasution), Bou (Darmawati Sitorus, M.Pd) dan dua keponakan tersayang (Nauval Al-Fachri Sitorus, M. Daffa Aska Sitorus).

14.Teman-teman seperjuangan (Kak Mastuty, SKM, Sri Rosita, SKM, Devi Cristin D Simbolon, SKM, Adek Afika Purnama Sari, SKM, Nanda Khairunnisa, SKM) terima kasih atas dukungan, bantuan, motivasi, dan kebersamaannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran membangun diharapakan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya untuk menambah pengetahuan dalam bidang kesehatan dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu.

Medan, Oktober 2015 Penulis

(10)

viii

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xi

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Tujuan Umum ... 9

1.3.2 Tujuan Khusus ... 9

1.4 Hipotesis Penelitian ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Remaja... 11

2.1.1 Pengertian Remaja ... 11

2.1.2 Tahap Perkembangan Remaja ... 12

2.2 Dismenorea ... 13

2.2.1 Pengertian Dismenorea... 13

2.3 Klasifikasi Dismenorea ... 14

2.4 Penyebab Dismenorea ... 16

2.4.1 Penyebab Dismenorea Primer ... 17

2.4.2 Penyebab Dismenorea Sekunder ... 17

2.5 Dampak Dismenorea Pada Remaja ... 18

2.6 Tingkat Dismenorea ... 18

2.7 Penanganan Dismenorea ... 19

2.8 Gejala Dismenorea ... 22

2.9 Faktor Yang Mempengaruhi Dismenorea ... 22

2.9.1 Pengetahuan ... 22

2.9.2 Sikap ... 24

2.9.3 Tindakan ... 25

2.10 Kerangka Konsep ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 27

(11)

ix

3.3 Populasi dan Sampel ... 27

3.3.1 Populasi ... 27

3.3.2 Sampel ... 28

3.4 Tehnik Pengumpulan Data ... 28

3.4.1 Data Primer ... 28

3.4.2 Data Sekunder ... 28

3.5 Definisi Operasional ... 28

3.6 Aspek Pengukuran Variabel ... 29

3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 29

3.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 30

3.7 Teknik Pengolahan Data ... 30

3.8 Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 33

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33

4.2 Analisis Univariat ... 33

4.2.1 Karakteristik Responden ... 33

4.2.2 Pengetahuan Responden ... 34

4.2.3 Sikap Responden ... 36

4.2.4 Penanganan Dismenorea ... 39

4.3 Analisis Bivariat ... 41

4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan dalam Penanganan Dismenorea 4.2.2 Pengetahuan Responden ... 41

4.3.2 Hubungan Sikap dengan Tindakan dalam Penanganan Dismenorea ... 42

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tindakan Dalam Penanganan Dismenorea ... 43

5.2 Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan dalam Penangan Dismenorea ... 44

5.3 Hubungan Sikap dengan Tindakan dalam Penanganan Dismenorea ... 47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 51

6.2 Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA

(12)

x

Berdasarkan Umur, Kelas, Dismenorea...33 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Item

(13)

xi

DAFTAR GAMBAR

(14)

xii Lampiran 2 : Master Tabel

Lampiran 3 : Hasil Output Analisis Univariat dan Bivariat Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian

(15)

ii ABSTRAK

Dismenorea adalah nyeri di perut dan area pelvis yang dialami oleh wanita sebagai suatu akibat dari periode menstruasinya. Dismenorea merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia. Angka kejadian dismenorea di dunia sangat besar, sekitar 50% dari seluruh wanita di dunia menderita akibat dismenorea. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri dengan tindakan dalam penanganan dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015.

Jenis penelitian adalah survey dengan menggunakan pendekatan

explanatory research. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi yang mengalami dismenorea sebanyak 53 orang kelas I,II,III, dan dijadikan total sampel. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan uji chi-square.

Dari hasil uji chi-square (α<0,05), menunjukkan ada hubungan yang

sangat signifikan antara pengetahuan dengan tindakan dalam penanganan dismenorea (p=0,005). Dan hasil uji menunjukkan ada hubungan antara sikap dengan tindakan dalam penanganan dismenorea (p=0,045).

Diharapkan kepada para siswi selalu mencari informasi kesehatan terutama dalam penanganan dismenorea melalui media electronik, buku-buku bacaan tentang kesehatan khususnya kesehatan reproduksi remaja di lingkungan sekolah. Dan kepada pihak sekolah agar mengikut sertakan siswi dalam kegiatan seminar kesehatan.

(16)

iii

women as a result of her menstrual period. Dysmenorrhoea is one of the most common gynecological problems experienced by women of all ages. The incidence of dysmenorrhoea in the world is very large, approximately 50% of all women in the world suffer from dysmenorrhoea. This study aims to determine the correlation between knowledge and attitudes of young women with the action in the treatment of dysmenorrhoea in Junior High School Kualuh district Labuhan Batu Utara 2015.

This type of research is a survey by using explanatory research approach. The population in the study were all students who had as many as 53 people dysmenorrhoea class I, II, III, and made the total sample. Data was obtained through interviews using a questionnaire and analyzed by chi-square test.

From the results of the chi-square test (α < 0.05), indicating there is a significant relationship between knowledge and action in the treatment of dysmenorrhoea (p = 0.005). And test results showed no relationship between attitude and action in the treatment of dysmenorrhoea (p = 0.045).

Expected that the students are always looking for health information, especially in the treatment of dysmenorrhoea through electronic media, textbooks on reproductive health, especially the health of adolescents in a school environment. And to the school in order to involve students in a health seminar activities.

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja tetapi dengan menyangkut segala aspek tentang reproduksinya, terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang bertanggung jawab kepada keturunannya. Pemahaman tentang menstruasi sangat diperlukan untuk dapat mendorong remaja yang mengalami ganguan menstruasi agar mengetahui dan mengambil sikap yang terbaik mengenai permasalahan reproduksi yang mereka alami berupa kram, nyeri karena ketidaknyamanan yang dihubungkan dengan menstruasi yang disebut dismenore (Sembiring, 2011). Kesehatan reproduksi sendiri adalah suatu keadaan fisik, mental, sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (Ningsih, 2011).

Menstruasi merupakan siklus reproduksi pada wanita. Gangguan-gangguan yang berhubungan dengan menstruasi dapat mengakibatkan Gangguan-gangguan dalam proses reproduksinya. Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan menstruasi dapat memberi pengaruh pada wanita dalam proses reproduksinya sehingga penting bagi wanita untuk memahami proses menstruasi agar dapat menjalankan fungsi reproduksi secara optimal (Kusmiran, 2011).

(18)

kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Masa ini ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional. Perubahan paling awal yaitu perkembangan secara fisik/biologis, salah satunya adalah remaja mulai mengalami menstruasi. Menstruasi dimulai saat pubertas dan kemampuan seseorang wanita untuk mengandung anak atau masa reproduksi. Menstruasi dimulai antara usia 12-15 tahun, tergantung pada berbagai faktor seperti kesehatan wanita, status nutrisi dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh, menstruasi berlangsung sampai mencapai usia 45 tahun (Progestian,2010).

Beberapa perempuan mengalami sakit dan kram saat haid berlangsung. Rasa sakit biasanya terjadi di bagian perut bawah. Ada dua jenis dismenorea. Bila rasa sakit tidak disertai adanya riwayat infeksi pada panggul atau keadaan panggul normal, dinamakan dismenorea primer. Gejalanya ditandai dengan ingin muntah, mual, sakit kepala, nyeri punggung dan pusing (Eva Ellya, dkk, 2010).

Menurut Latthe yang dikutip (Alfrianne,2008) dari data WHO rata-rata insidensi terjadinya dismenore pada wanita muda antara 16,8-81%. Rata-rata di negara-negara Eropa dismenore terjadi pada 45-97% wanita. Dengan prevalensi terendah di Bulgaria (8,8%) dan tertinggi mencapai 94% di negara Finlandia.

(19)

3

mengalami dismenorea dan 10-15% diantaranya mengalami dismenorea berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini akan menurunkan kualitas hidup pada individu masing-masing. Bahkan diperkirakan perempuan di Amerika kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap bulan akibat dismenorea. Di indonesia angka kejadian dismenorea primer sebesar 54,89% sedangkan sisanya adalah penderita tipe sekunder.

Menurut Paramita, 2010 wanita di Indonesia yang mengalami dismenorea lebih banyak mengatasinya dengan mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri yang beredar dipasaran, Sebagaimana masyarakat juga beranggapan bahwa nyeri ini akan hilang setelah wanita menikah, sehingga mereka membiarkan gangguan tersebut.

Nyeri haid/dismenore adalah keluhan ginekologi akibat ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan timbul rasa nyeri yang paling sering terjadi pada wanita. Wanita yang mengalami dismenore memproduksi prostaglandin 10 kali lebih banyak dari wanita yang tidak dismenorea. Prostaglandin menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus, dan pada kadar yang berlebih akan mengaktivasi usus besar. Penyebab lain dismenore dialami wanita dengan kelainan tertentu, misalnya endometriosis, infeksi pelvis (daerah panggul), tumor rahim, apendisitis, kelainan organ pencernaan bahkan kelainan ginjal (Ernawati,2010).

(20)

reproduksinya. Sebagai wanita pada saat menstruasi mengalami nyeri menstruasi atau dismenorea. Nyeri ini terjadi karena beberapa faktor diantaranya faktor fisik dan psikologi. Dari fisik yang lemah, kurang gerak dan stres. Karena nyeri menstruasi ini banyak wanita-wanita muda pergi kedokter untuk konsultasi dan pengobatan. Nyeri ini dirasakan sebelum dan selama menstruasi sering kali muncul mual, pusing dan lemas. Nyeri ini sedemikian hebatnya sehingga memaksa penderita untuk istirahat sering kali wanita meninggalkan pekerjaannya dan cara hidupnya sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari (Wiknjosastro, 2007)

Dismenore atau menstruasi yang menimbulkan nyeri merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia. Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di Amerika persentase kejadian dismenorea sekitar 60%, swedia 72% dan di indonesia 55%. Penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa dismenorea dialami 30-50% wanita usia reproduktif dan 10%-15% diantaranya kehilangan kesempatan kerja, mengganggu kegiatan belajar disekolah dan kehidupan keluarga. Begitu pula angka kejadian dismenorea di indonesia cukup tinggi, namun yang berobat kepelayanan kesehatan sangatlah sedikit, yaitu hanya 1%-2% (Paramitha, 2010).

(21)

5

berat, 37% sedang,dan 49% ringan. Studi ini juga melaporkan bahwa dismenore menyebabkan 14% remaja sering tidak masuk sekolah. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan prevalensi yang signifikan di antara populasi yang berbeda, puncak insiden dismenore primer terjadi pada akhir masa remaja di awal usia 20-an, insiden dismenore pada remaja dilaporkan sekitar 92%. Insiden ini menurun seiring dengan bertambahnya usia dan meningkatnya kelahiran. Sedangkan di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder. Di Surabaya didapatkan 1,07%-1,31% dari jumlah penderita dismenore datang kebagian kebidanan (Ernawati,2010).

Dalam jangka pendek nyeri saat haid menyebabkan ketidaknyamanan dalam aktivitas fisik sehari-hari. Keluhan ini berhubungan dengan ketidakhadiran berulang disekolah atau ditempat kerja, sehingga dapat mengganggu produktivitas. Empat puluh hingga tujuh puluh persen wanita pada masa reproduksi mengalami nyeri haid, dan sebesar 10 persen mengalaminya hingga menganggu aktivitas sehari-hari. Sekitar 70-90 persen kasus nyeri haid terjadi saat usia remaja yang mengalami nyeri haid akan terpengaruh aktivitas akademis, sosial dan olahraganya (Puji, 2010).

(22)

sedang dan sisanya mengalami dismenorea ringan dengan gejala nyeri ringan di punggung bawah. Diantara remaja yang mengalami dismenorea berat mengatakan mengalami kesulitan untuk berkonteraksi saat belajar serta merasa lelah dan malas sepanjang hari.

Menurut hasil penelitian Paramita, 2010 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang dismenorea pada siswi sebagian besar berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 50 orang dengan perilaku penanganan dismenorea sebagian besar berada pada kategiri baik sebanyak 40 orang. Sehingga menunjukkan bahwa semakin baik tingkat pengetahuan seseorang maka semakin baik perilakunya.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Releghea (2012), yang menunjukan bahwa dari 133 responden didapatkan data sebanyak 44% memiliki pengetahuan cukup tentang dismenorea dan sebanyak 45,1% memiliki perilaku tidak baik dalam mengatasi dismenorea. Sedangkan penelitian yang dilakukan Purwani, Herniyatun, dkk, (2010) bahwa remaja putri terbanyak mengeluh tentang dismenore pada umur 15 tahun.

Hasil penelitian Ningsih, dkk (2014) hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku penanganan dismenorea di SMA Negeri 7 Manado terbanyak memiliki pengetahuan kurang sebanyak 54,5% dan memiliki perilaku penanganan dismenore kurang sebanyak 50,0%. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang didapat dan pendidikan tentang dismenorea di sekolah.

(23)

7

Peristiwa itu begitu wajar dan alami sehingga dapat dipastikan bahwa semua wanita yang normal pasti akan mengalami proses itu. Walaupun begitu, pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami masalah menstruasi, diantaranya adalah nyeri haid. Nyeri haid adalah nyeri yang bersifat cramping (dipuntir – puntir) di bagian bawah perut, punggung bawah bahkan sampai paha. Nyeri ini timbul bersamaan dengan haid, sebelum haid atau bisa juga segera setelah haid.

Beberapa tahun yang lalu, nyeri haid hanya dianggap sebagai penyakit psikosomatis. Dahulu, wanita yang menderita nyeri haid hanya bisa menyembunyikan rasa sakitnya tanpa mengetahui apa yang harus dilakukannya dan kemana ia harus mengadu. Bahkan orang menganggap bahwa wanita yang menderita nyeri haid hanyalah wanita yang mencari perhatian atau kurang diperhatikan. Tetapi sekarang dokter mengetahui bahwa dismenorhea merupakan kondisi medis yang nyata. Banyak metode yang telah dikembangkan oleh ahli dibidangnya yang bertujuan mengatasi nyeri haid. (Syamsul, A, 2005).

Dari hasil penelitian diatas, secara teoritis memiliki hubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan teori umum bagi peneliti dalam melakukan penelitian, karena kajian sama-sama ingin mengetahui tentang tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang dismenorea dan tindakan dalam penangannya.

(24)

meminta ijin untuk pulang kerumah pada saat jam pelajaran dan tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMP tersebut jumlah semua siswa kelas I, II dan III adalah 105 orang dengan rincian kelas I berjumlah 33 orang ( 18 laki-laki, dan 15 perempuan), kelas II berjumlah 37 orang ( 14 laki-laki, dan 23 perempuan), dan kelas III berjumlah 35 orang ( 13 laki-laki, dan 22 perempuan), jumlah keseluruhan remaja putri sebanyak 60 orang dan yang mengalami dismenorea sebanyak 53 orang. Dari survei awal penelitian melalui wawancara yang dilakukan pada Januari 2015 di SMP Swasta Kualuh kepada 15 orang siswi remaja putri menunjukkan bahwa 4 orang siswi yang mengerti tentang dismenorea serta tindakan dalam penanganan dismerorea dan 11 orang siswi remaja putri belum mengetahui tentang dismenorea serta tindakan dalam penanganan dismenorea.

(25)

9

Dari data yang didapat di Indonesia tentang angka kejadian dismenorea dan faktor-faktor yang disebutkan sebelumnya, serta fakta dismenorea yang dialami oleh remaja putri di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara, sehingga peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana pengetahuan dan sikap remaja putri dan tindakan dalam penanganannya di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah masih banyaknya remaja putri yang mengalami dismenore dan tidak mengetahui tindakan dalam penanganan dismenorea sehingga dapat mengakibatkan terjadinya penurunan konsenterasi belajar dan menyebabkan remaja putri tidak masuk sekolah.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri dalam tindakan penanganan dismenorea berdasarkan pengetahuan, sikap pada remaja putri dan tindakan dalam penanganan dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan variabel tingkat pengetahuan remaja putri dan tindakan dalam penanganan dismenorea

(26)

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga atau dalil sementara yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoadmodjo, 2005), dengan demikian dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Adanya hubungan tingkat pengetahuan remaja putri terhadap tindakan dalam penanganan dismenorea

2. Adanya hubungan sikap remaja putri terhadap tindakan dalam penanganan dismenorea

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Remaja Putri SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Sebagai bahan informasi dan wawasan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja putri dan tindakan dalam penanganan dismenorea.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan masukan kepada pihak sekolah dalam memberikan informasi tentang tindakan dalam penanganan dismenorea terkait dengan kesehatan reproduksi remaja putri.

3. Bagi Instansi Kesehatan

Perlunya peningkatan penyuluhan maupun peningkatan informasi tentang dismenorea.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

(27)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Pengertian remaja

Suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual skunder sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan, biologi, sosiologi, psikologi yang saling terkait antara satu dengan lainya. Secara biologi ditandai dengan percepatan pertumbuhan tulang, secara psikologi ditandai dengan akhir perkembangan kognitif dan pemantapan kepribadian, dan secara sosiologi ditandai dengan intensifnya persiapan dalam menyongsong perananya sebagai seorang dewasa muda. Batasan usia remaja menurut WHO adalah periodik usia antara 10-18 tahun (WHO, 2012).

Remaja didefenisikan sebagai periode transisi perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang mencakup aspek biologi, kognitif, dan perubahan sosial yang berlangsung antara usia 10-19 tahun (Stantrock, 1993). Defenisi remaja dapat ditinjau dari tiga sudut pandang:

1. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun

2. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologi, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual

(28)

2.1.2 Tahap Perkembangan Remaja

Menurut Depkes (2007), dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja:

a. Remaja awal (10-13 tahun) seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan itu. Mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotik. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti dan dimengerti orang dewasa.

b. Remaja tengah (14-16 tahun) pada tahap ini remaja sangat membutuhkan banyak teman dan senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih mana yang peka atau tidak peduli, ramai atau sendiri.

(29)

13

tumbuh ―dinding‖ yang memisahkan diri pribadinya dan masyarakat

umum.

Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja tetapi dengan menyangkut segala aspek tentang reproduksinya, terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang bertanggung jawab kepada keturunannya. Pemahaman tentang menstruasi sangat diperlukan untuk dapat mendorong remaja yang mengalami ganguan menstruasi agar mengetahui dan mengambil sikap yang terbaik mengenai permasalahan reproduksi yang mereka alami berupa kram, nyeri karena ketidak nyamanan yang dihubungkan dengan menstruasi yang disebut dismenore (Sembiring, 2011).

2.2 Dismenorea

2.2.1 Pengertian Dismenorea

Pada sebagian wanita yang mengalami menstruasi akan timbul nyeri saat menstruasi yang biasanya disebut dismenorea. Dysmenorrhea berasal dari bahasa Yunani: dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal, meno berarti bulan, dan rrhea

(30)

Dismenore adalah nyeri (kram) pada daerah perut yang mulai terjadi 24 jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat bertahan selama 24-36 jam, meskipun pada umumnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama pada saat terjadi perdarahan haid (Hendrik, 2006).

Nyeri di perut bawah, menyebar di daerah pinggang, dan paha. Nyeri ini timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari sebelum dan selama menstruasi (Wiknjosastro, 2007).

Dismenorea atau nyeri haid merupakan gejala, bukan penyakit. Gejalanya terasa nyeri di perut bagian bawah. Pada kasus dismenorea berat, nyeri terasa sampai seputaran panggul dan sisi dalam paha. Nyeri terutama pada hari pertama dan kedua menstruasi. Nyeri akan berkurang setelah keluar darah menstruasi yang cukup banyak (Manuaba, 2005).

2.3 Klasifikasi Dismenorea 1. Dismenorea Spasmodik

(31)

15

2. Dismenorea Kongestif

Dismenorea kongestif (pegal menyiksa) yaitu nyeri haid yang dirasakan sejak beberapa hari sebelum datangnya haid. Gejala ini disertai sakit pada buah dada, perut kembung, sakit kepala, sakit punggung, mudah tersinggung, gangguan tidur dan muncul memar di paha dan lengan atas. Gejala tersebut berlangsung antara dua atau tiga hari sampai kurang dari dua minggu sebelum datangnya menstruasi. Haid ini sendiri tidak terlalu menimbulkan nyeri bila sudah berlangsung dan setelah hari pertama masa haid akan merasa jauh lebih baik (Kingston, 1995)

Berdasarkan ada tidaknya penyebab yang dapat diamati, dismenorea dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Dismenorea Primer

Dismenorea primer timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan perjalanan waktu, setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Nyeri haid ini normal, tetapi dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, seperti stres, syok, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun (Kusmiran, 2011).

2. Dismenorhea sekunder

(32)

Dismenorhea sekunder terjadi karena adanya kelainan pada organ genetalia dalam rongga pelvis. Dismenorea ini disebut juga sebagai dismenorea organik, dapatan (akuisita) atau ekstrik. Kelainan ini dapat timbul setiap saat dalam perjalanan hidup wanita, contohnya pada wanita dengan endometriosis atau penyakit peradangan pelvik, penggunaan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim, dan tumor atau polip yang berada di dalam rahim. Nyeri terasa dua hari atau lebih sebelum menstruasi dan nyeri semakin bertambah hebat pada akhir menstruasi (Llewellyn, 2001).

Dismenorea skunder biasanya terjadi pada usia lanjut yang sebelumnya tidak mengalami nyeri. Rasa sakit tersebut berhubungan dengan gangguan genekologi seperti endometriosis. Gangguan yang menyerang endometriosis ini mampu menyebabkan nyeri pada saat haid dan kemungkinan bermasalah saat hamil. Jika terus dibiarkan, bukan tidak mungkin wanita akan mengalami kesulitan untuk mengandung dan banyak faktor yang mempengaruhi seperti, saluran telur yang tidak normal, pola makan dan polusi lingkungan (Firliani, 2011

2.4 Penyebab Dismenorea

(33)

17

dan lendir dari dinding uterus, vagina dan vulva) sehingga menimbulkan ketegangan otot saat berkontraksi dan terjadilah nyeri saat haid.

2.4.1 Penyebab Dismenorea Primer

Nyeri haid ini disebabkan oleh aktifitas prostaglandin. Pada saat menstruasi, lapisan rahim yang rusak dikeluarkan dan digantikan yang baru, senyawa yang disebut prostaglandin dilepaskan dan menyebabkan otot-otot rahim berkontraksi. Ketika terjadi kontraksi otot rahim maka suplai darah ke endometrium menyempit proses inilah yang menyebabkan rasa sakit pada saat menstruasi. Selain itu, kurangnya olahraga, stres psikis dan sosial juga menjadi faktor lain yang menyebabkan nyeri haid primer.

2.4.2 Penyebab Dismenorea Sekunder

Dismenorea sekunder dapat disebabkan oleh beberapa kondisi: 1. Fibroid adalah tumor jinak yang berkembang didalam dinding rahim.

2. Adenomiosis adalah jaringan yang melapisi rahim (endometrium) yang normalnya berada dipermukaan tetapi tumbuh didalam dinding otot rahim 3. Infeksi menular seksual (IMS)

4. Endometriosis adalah fragmen dari lapisan endometrium yang normalnya hanya ada pada rahim tetapi tumbuh pada organ panggul lainya

5. Penyakit radang panggul (PID), terutama akibat infeksi pada saluran tuba, tetapi juga dapat mempengaruhi indung telur, rahim, dan leher rahim

6. Kista ovarium atau tumor

(34)

2.5 Dampak Dismenorea Pada Remaja

Dismenorea dapat menimbulkan dampak bagi kegiatan atau aktivitas para wanita khususnya remaja. Menurut Prawirohardjo (2005) dismenorea membuat wanita tidak bisa beraktivitas secara normal dan memerlukan resep obat. Keadaan tersebut menyebabkan menurunnya kualitas hidup wanita, sebagai contoh siswi yang mengalami dismenorea primer tidak dapat berkonsenterasi dalam belajar dan motivasi belajar menurun karena nyeri yang dirasakan.

2.6 Tingkat Dismenorea

Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenorea secara siklik dibagi menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu:

1. Dismenorea ringan

Dismenorea yang berlangsung beberapa saat dan klien masih dapat melaksankan aktifitas sehari-hari.

2. Dismenorea sedang

Dismenorea ini membuat klien memerlukan obat penghilang rasa nyeri dan kondisi penderita masih dapat beraktivitas.

3. Dismenorea berat

(35)

19

2.7 Penanganan Dismenorhea

Setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang telah di ketahui untuk dilaksanakan atau dipraktekan. Suatu sikap belum otomatis tewujud dalam suatu tindakan. Agar terwujud sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan dukungan dari pihak lain.

Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menangani dismenorea sehingga menurunkan angka kejadian dismenorea dan mencegah keadaan dismenorea tidak bertambah berat, diantaranya:

a. Penerangan dan nasihat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea primer adalah gangguan siklus menstruasi yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Hendaknya dalam masalah ini diadakan penjelasan dan diskusi mengenai informasi dismenorea, penanggulangan yang tepat serta pencegahan agar dismenorea tidak mengarah pada tingkat yang sedang bahkan ke tingkat berat.

(36)

b.Pemberian obat analgesik

Obat analgesik yang sering digunakan adalah preparat kombinasi aspirin, fenastin dan kafein. Contoh obat paten yang beredar dipasaran anatara lain ponstan, novalgin, acetaminophen.

c. Pola hidup sehat

Penerapan pola hidup sehat dapat membantu dalam upaya menangani ganggaun menstruasi, khususnya dismenorea. Yang termasuk dalam pola hidup sehat adalah olah raga cukup dan teratur, mempertahankan diet seimbang seperti peningkatan pemenuhan sumber nutrisi yang beragam.

d. Terapi Hormonal

Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini hanya bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar berupa dismenorea primer, sehingga wanita dapat tetap melakukan aktivitas sehari-hari. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian pil kombinasi dalam kontrasepsi (Wiknjosastro, 2002).

e. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin

(37)

21

Beberapa cara di atas, ada cara pengobatan lain yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi rasa nyeri haid yaitu:

1. Perut bagian bawah karena dapat membantu merilekskan otot-otot dan sistem Ketika nyeri haid datang, lakukan pengompresan menggunakan air hangat di saraf.

2. Meningkatkan taraf kesehatan untuk daya tahan tubuh, missal melakukan olah raga cukup dan teratur serta menyediakan waktu yang cukup untuk beristirahat. Olah raga yang cukup dan teratur dapat meningkatkan kadar hormon endorfin yang berperan sebagai natural pain killer. Penyediaan waktu dapat membuat tubuh tidak terlalu rentan terhadap nyeri.

3. Apabila nyeri haid cukup mengganggu aktivitas maka dapat diberikan obat analgetik yang bebas dijual di masyarakat tanpa resep dokter, namun harus tetap memperhatikan efek samping terhadap lambung.

4. Apabila dismenorea sangat mengganggu aktivitas atau jika nyeri haid muncul secara tiba-tiba saat usia dewasa dan sebelumnya tidak pernah merasakannya, maka periksakan kondisi Anda untuk mendapatkan pertolongan segera, terlebih jika dismenorea yang dirasakan mengarah ke dismenorea sekunder (Taruna, 2003).

Nyeri haid dapat diatasi dengan:

a. Melakukan posisi knee chest, yaitu menelungkupkan badan di tempat yang datar. Lutut ditekuk dan di dekatkan ke dada.

b. Mandi dengan air hangat.

(38)

d. Mengurangi konsumsi harian pada makanan dan minuman yang mengandung kafein yang dapat mempengaruhi kadar gula dalam darah.

e. Menghindari makanan yang mengandung kadar garam tinggi.

f. Meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging dan ikan sebagai sumber makanan yang mengandung vitamin B12 (Akatri S, 2003).

2.8 Gejala Dismenore

Gejala yang paling umum terjadi pada saat dismenore adalah keram atau

Spasme Intermiten yang biasanya berpusat diarea suprapubik. Gejala lainya berupa nyeri yang menyebar ke area punggung, kaki, pinggang, kehilangan nafsu makan, lemas, pusing, dan mengantuk. Selain itu dismenore juga dapat terjadi dengan beberapa gejala sistemik antara lain mual, muntah, diare, demam, nyeri kepala (Harel,2002).

Menurut Taber (2005) nyeri abdomen terjadi mulai beberapa jam sampai satu hari mendahului keluarnya darah haid. Nyeri biasanya paling kuat 12 jam setelah mulai timbulnya darah haid, saat pelepasan endometrium maksimal. Dismenore juga memiliki ciri khas yaitu nyeri pelvis atau perut bawah dimulai sejak keluarnya haid dan berakhir 8-72 jam, nyeri punggung, nyeri paha.

2.9 Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Remaja Putri Tentang Dismenorea 1. Pengetahuan

(39)

23

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, yang dapat diukur dari kata kerja seperti kemampuan untuk menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

Menurut Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan yang tercakup dalam kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu spesifik terhadap suatu bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu ini merupakan sumber tingkat pengetahuan yang lebih rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan secara benar.

3. Aplikasi (application)

(40)

4. Analisa (analysis)

Merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (shynthesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 2. Sikap

(41)

25

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: a. Menerima (Receiving)

Diartikan orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menjelaskan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (Valuting)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

d. Bertanggungjawab (Responsible)

Bertanggungjawab terhadap sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi

3. Tindakan

Setelah seseorang mengetahui stimulasi, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang telah diketahui untuk dilaksanakan atau diperaktikkan. Suatu sikap belum otomatis terjawab dalam suatu tindakan. Agar terwujutd menjadi sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasulitas dan dukungan dari pihak lain.

Tindakan terdiri dari beberapa tingkat yaitu: 1. Presepsi

(42)

2. Respon Terpimpin

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

3. Mekanisme

Dapat melakukan sesuatu secara otomatis tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.

4. Adopsi

Sesuatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu telah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2007).

2.9 Kerangka Konsep

[image:42.595.125.498.419.520.2]

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 1.1. Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan

Sikap

(43)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey dengan menggunakan pendekatan explanatory research atau penelitian penjelasan yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri dalam tindakan penanganan dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015.

Menurut Singaribun (1995), penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok. Penelitian explanatory research bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa dengan menganalisis data yang ada.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Swasta Kualuh yang terletak di jalan Angkatan 66 no. 46 Kab. Labuhan Batu Utara pada kelas I, II dan III, karena minimnya pengetahuan dan sikap remaja putri dalam tindakan penangan dismenorea. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari-Oktober 2015. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(44)

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah remaja putri yang mengalami dismenorea di SMP Swasta Kualuh yaitu sebanyak 53 orang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara berupa kuesioner yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Kuesioner tersebut berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan masalah penelitian yang langsung diisi oleh responden, dengan harapan mereka akan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut yang akan dibagikan kepada siswa perempuan kelas I, II dan III SMP Swasta Yayasan Perguruan Kualu Kabupaten Labuhan Batu Utara.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini berupa data yang diperoleh dari analisis deskriptif yang diawali dengan studi dokumen absensi siswa perempuan kelas I, II dan III SMP Swasta Yayasan Perguruan Kualu Kabupaten Labuhan Batu Utara, studi kepustakaan, Data ini diperlukan sebagai pelengkap yang di peroleh dari literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian.

3.5 Definisi Operasional

(45)

29

2. Sikap adalah tanggapan atau pandangan responden terhadap pernyataan yang berkaitan dengan dismenorea, penanganan dismenorea dan pencegahannya.

3. Tindakan dalam Penanganan Disminorea adalah remaja putri yang melakukan tindakan penanganan saat nyeri haid (dismenorea).

3.6 Aspek Pengukuran Variabel

3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas 1. Pengetahuan

Pengetahuan variabel didasarkan pada skala ordinal. Untuk pertanyaan Pengetahuan Remaja Putri tentang Dismenorea sebanyak 10 pertanyaan dengan menggunakan sistem scoring. Setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Total skor adalah 10 dan total skor minimal adalah 0. Menurut Notoatmodjo 2003, Pengetahuan dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu:

1. Pengetahuan baik, apabila responden menjawab benar ≤50% dari total skor (6-10)

2. Pengetahuan tidak baik , apabila responden menjawab benar ≥50% dari total skor (0-5).

2. Sikap Remaja Putri

(46)

pernyataan negatif terdapat pada nomor 6,7,8,9 dan 10 dengan menggunakan skala ukur ordinal dengan kategori sebagai berikut:

Pernyataan Positif Nilai Pernyataan Negatif Nilai

Sangat setuju 4 Sangat setuju 1

Setuju 3 Setuju 2

Tidak setuju 2 Tidak setuju 3

Sangat tidak setuju 1 Sangat tidak setuju 4

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu :

1. Baik : apabila jawaban responden benar ≥50% atau memiliki skor (25-40) 2. Tidak Baik : apabila jawaban responden benar <50% atau memiliki skor (10-24). 3.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat

Pengukuran variabel terikat yaitu tindakan penanganan dismenore di ukur dengan menggunakan skala Ordinal dengan kategori sebagai berikut :

1. Yang melakukan tindakan penanganan dismenorea = 1 2. Yang tidak melakukan tindakan penanganan dismenorea = 0 3.7 Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul maka langkah yang dilakukan selanjutnya adalah pengolahan data. Menurut Notoatmodjo (2010), langkah-langkah dalam proses pengolahan data ini terdiri dari 4 tahap yaitu:

1. Editing (Penyunting Data)

(47)

31

masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan (drop out).

2. Coding Sheet (Lembaran Kode)

Lembaran atau kartu kode adalah instrument berupa kolom-kolom untuk merekam data secara manual. Lembar atau kartu kode berisi nomor responden, dan nomor-nomor pertanyaan.

3. Data Entry (Memasukkan Data)

Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

4. Tabulasi

Tabulasi yaitu tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.

3.8 Tehnik Analisa Data

Dari data yang telah dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan komputer. Analisa data dilakukan secara bertahap yaitu :

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan tiap variabel dalam penelitian yang dilakukan untuk mengetahui distribusi masing-masing variabel yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

(48)

1. Ho ditolak jika p<α (0,05) maka terdapat hubungan antara variabel independen (pengetahuan, sikap) dengan variabel dependen (tindakan dalam penanganan dismenorea).

(49)

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMP Swasta Kualuh di dirikan pada Tahun 1986 oleh Bapak Ketua Yayasan Alm. H. Nurdin Latief Lubis, BA. SMP Swasta Kualuh adalah sekolah tertua yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Kecamatan Kualuh Hulu, Jl. Angkatan 66 No. 46 kota Aek Kanopan.

4.2. Analisis Univariat

Analisia univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan variabel independen dan dependen dalam penelitian.

4.2.1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di SMP Swasta Kualuh Berdasarkan Umur, Kelas, Dismenorea

No Karakteristik Jumlah

1 Umur n %

<14 Tahun 22 41,5

14-15 Tahun 26 49,1

>15 Tahun 5 9,4

2 Kelas

I 21 39,6

II 13 24,5

III 19 35,8

3 Dismenorea

1. Pernah mendegar kata nyeri haid

Ya 36 67,9

Tidak 17 32,1

2. Mengalami nyeri haid (dismenorea)

Ya 53 100,0

Tidak 0 0,0

Jumlah 53 100,0

[image:49.595.114.508.414.690.2]
(50)

sedangkan terendah berada kelompok umur >15 tahun sebanyak 5 orang (9,4%). Diketahui responden yang tertinggi duduk dikelas I yaitu sebanyak 21 orang (39,6%) sedangkan terendah duduk di kelas II yaitu sebanyak 13 orang (24,5%). Pernah mendengar nyeri haid terbanyak yaitu 36 orang (67,9%) sedangkan responden menjawab Tidak yaitu sebanyak 17 orang (32,1%). Responden yang mengalami nyeri pada perut bagian bawah saat menstruasi sebanyak 53 orang (100,0%).

4.2.2. Pengetahuan Responden

Secara rinci tingkat pengetahuan responden tentang dismenorea, dapat dilihat sebagai beikut:

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Menurut Item Pertanyan di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015

No Pertanyaan Jumlah

n % 1 Yang dimaksud dengan nyeri haid

Salah 18 34,0

Benar 35 66,0

2 Nyeri haid merupakan penyakit

Salah 7 13,2

Benar 46 86,8

3 Nyeri yang timbul pada saat haid mengakibatkan

Salah 13 24,5

Benar 40 75,5

4 Penyebab terjadinya nyeri haid pada saat menstruasi

Salah 16 30,2

Benar 37 69,8

5 Gejala nyeri haid yang dirasakan sebelum datangnya haid

Salah 11 20,8

Benar 42 79,2

6 Nyeri haid sering disertai

Salah 12 22,6

(51)

35

7 Salah satu penanganan nyeri haid

Salah 10 18,9

Benar 43 81,1

8 Penanganan pada nyeri haid dilakukan dengan cara

Salah 7 13,2

Benar 46 86,8

9 Nyeri haid yang timbul sejak hari pertama, akan pulih sendiri, termasuk dalam kondisi

Salah 7 13,2

Benar 46 86,8

10 Lama nyeri haid yang dikatakan normal

Salah 6 11,3

Benar 47 88,7

Jumlah 53 100,0

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden dapat menjawab dengan benar untuk setiap indikator (pertanyaan) dalam pengukuran pengetahuan, seperti yang dimaksud dengan nyeri haid sebanyak 66,0%, nyeri haid merupakan penyakit sebanyak 86,8%, nyeri yang timbul pada saat haid dapat mengakibatkan sebanyak 75,5%, penyebab terjadinya nyeri haid pada saat menstruasi sebanyak 69,8%, gejala nyeri haid yang dirasakan sebelum datangnya haid sebanyak 79,2%, nyeri haid sebanyak 77,4%, salah satu dari penanganan nyeri haid sebanyak 81,1%, penanganan pada nyeri haid sebanyak 86,8, nyeri haid yang timbul sejak hari pertama dan akan pulih sendiri sebanyak 86,8%, dan lama nyeri haid yang dikatakan normal sebanyak 88,7%.

(52)

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden dalam Penanganan Dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015

No Pengetahuan Jumlah

n %

1 Baik 20 37,2

2 Tidak Baik 33 62,3

Jumlah 53 100,0

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara pengetahuan baik sebanyak 33 orang (77,2%), dan terendah memiliki pengetahuan cukup dalam penanganan dismenorea yaitu sebanyak 20 orang (37,7%).

4.2.3. Sikap Responden

Secara rinci sikap responden tentang penanganan dismenorea, dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang Penanganan Dismenorea Menurut Item Pertantaan di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015

No Pernyataan Jumlah

1 Nyeri haid mengganggu kegiatan sehari-hari n %

Sangat Tidak Setuju 4 7,5

Tidak Setuju 21 39,6

Setuju 15 28,3

Sangat Setuju 13 24,5

2 Penanggulangan dan pencegahan yang tepat dapat mengurangi nyeri haid berlebihan

Sangat Tidak Setuju 5 9,4

Tidak Setuju 32 60,4

Setuju 7 13,2

Sangat Setuju 9 17,0

3 Nyeri haid terasa dua hari atau lebih saat dan sebelum menstruasi

Sangat Tidak Setuju 9 17,0

Tidak Setuju 33 62,3

Setuju 3 5,7

[image:52.595.113.519.124.229.2] [image:52.595.112.515.453.741.2]
(53)

37

4 Setiap wanita perlu mengetahui penanganan nyeri haid

Sangat Tidak Setuju 7 13,2

Tidak Setuju 30 56,6

Setuju 9 17,0

Sangat Setuju 7 13,2

5 Pemenuhan nutrisi yang baik, dapat mencegah gangguan menstruasi

Sangat Tidak Setuju 8 15,1

Tidak Setuju 32 60,4

Setuju 6 11,3

Sangat Setuju 7 13,2

6 Nyeri haid tidak ditangani akan hilang sendiri dan tidak timbul lagi pada saat menstruasi

Sangat Setuju 7 13,2

Setuju 30 56,6

Tidak Setuju 9 17,0

Sangat Tidak Setuju 7 13,2

7 Istirahat, olahraga yang cukup tidak diperlukan untuk mencegah nyeri

Sangat Setuju 9 17,0

Setuju 32 60,4

Tidak Setuju 6 11,3

Sangat Tidak Setuju 6 11,3

8 Mengkonsumsi cafein, kadar garam tinggi dapat mengatasi nyeri haid

Sangat Setuju 14 26,4

Setuju 32 60,4

Tidak Setuju 1 1,9

Sangat Tidak Setuju 6 11,3

9 Wanita perlu mengetahui penyebab nyeri haid

Sangat Setuju 14 26,4

Setuju 31 58,5

Tidak Setuju 5 9,4

Sangat Tidak Setuju 3 5,7

10 Jika terjadi nyeri haid perlu minum obat

Sangat Setuju 15 28,3

Setuju 32 60,4

Tidak Setuju 3 5,7

Sangat Tidak Setuju 3 5,7

Jumlah 53 100,0

(54)

sakit saat haid yang dapat mengganggu kegiatan sehari-hari sebanyak 39,6%, untuk pernyataan tentang penanggulangan dan pencegahan yang tepat pada nyeri haid dapat mengurangi nyeri haid yang berlebihan sebagian responden menjawab tidak setuju sebanyak 60,4%, pernyataan tentang nyeri haid terasa dua hari atau lebih saat menstruasi dan sebelum menstruasi sebagian responden menjawab tidak setuju sebanyak 62,3%, untuk pernyataan tentang setiap wanita perlu mengetahui penanganan nyeri haid sebagian responden menjawab tidak setuju sebanyak 56,6%, pernyataan tentang dengan pemenuhan nutrisi yang baik maka ketahanan tubuh meningkat dan gangguan menstruasi dapat di cegah sebagian responden menjawab tidak setuju sebanyak 60,4%, dan untuk pernyataan negatif dapat diketahui bahwa sikap responden dalam penanganan dismenorea sebagian besar setuju dengan pernyataan nyeri haid jika tidak ditangani akan hilang dengan sendirinya dan tidak akan timbul lagi pada saat menstruasi sebanyak 56,6%, untuk pernyataan nyeri haid tidak diperlukan istirahat dan olahraga yang cukup sebagian responden menjawab setuju yaitu sebanyak 60,4%, pernyataan tentang nyeri haid dapat diatasi dengan mengkonsumsi cafein dan makan makanan kadar garam tinggi yaitu sebanyak 60,4%, untuk pernyataan tentang setiap wanita perlu mengetahui penyebab terjadinya nyeri haid yaitu sebanyak 58,5%, dan untuk pernyataan tentang jika terjadi nyeri haid perlu minum obat yaitu sebanyak 60,4%.

(55)

39

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang Tindakan dalam Penanganan Dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015

No Sikap Jumlah

n %

1 Baik 19 35,8

2 Tidak Baik 34 64,2

Jumlah 53 100,0

Dari tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki sikap kategori baik dalam penanganan dismenorea yaitu sebanyak 19 orang (35,8%), dan terendah memiliki sikap kategori tidak baik dalam penanganan dismenorea yaitu sebanyak 34 orang (64,2%).

4.2.4. Penanganan Dismenorea (Nyeri Haid)

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tindakan dalam Penanganan Dismenorea Menurut Item Pertanyaan di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015

No Pertanyaan Jumlah

1 Tingkat dismenorea yang dirasakan n %

Berat 42 79,2

Sedang 11 20,8

2 Melakukan tindakan penanganan dismenorea

Obat 49 92,5

Pola hidup sehat 4 7,5

3 Pengompresan air hangat

Ya 51 96,2

Tidak 2 3,8

4 Olahraga dan istirahat cukup

Ya 48 90,6

Tidak 5 9,4

5 Konsumsi nutrisi cukup

Ya 49 92,5

Tidak 4 7,5

Jumlah 53 100,0

[image:55.595.114.509.118.229.2] [image:55.595.113.510.382.668.2]
(56)

sebanyak 11 responden (20,8%), pertanyaan melakukan tindakan penanganan dismenore dengan obat penghilang rasa sakit sebanyak 49 responden (92,5%) dandengan pola hidup sehat sebanyak 4 responden (7,5%), pertanyaan pernah melakukan pengompresan menggunakan air hangat di perut bagian bawah yang menjawab paling banyak yaitu Ya sebanyak 51 orang (96,2%), pertanyaan pernah melakukan olahraga dan istirahat yang cukup untuk mencegah nyeri haid dalam penanganan dismenorea yang menjawab paling banyak yaitu Ya sebanyak 48 orang (90,6%), dan pertanyaan pernah mengkonsumsi nutrisi yang cukup untuk mencegah nyeri haid yang menjawab paling banyak yaitu Ya sebanyak 49 orang (92,5%).

Berdasarkan hasil tersebut maka tindakan dalam penanganan dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara dikategorikan pada Tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tindakan dalam Penanganan Dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015

No Penanganan Dismenorea Jumlah

n %

1 Melakukan 17 32,1

2 Tidak Melakukan 36 67,9

Jumlah 53 100,0

[image:56.595.112.509.480.587.2]
(57)

41

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan variabel independen (pengetahuan, sikap) dengan vareabel dependen yaitu tindakan dalam penanganan Disemenorea di SMP Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara.

4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan dalam Penanganan Dismenorea

Tabel 4.8 Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan dalam Penanganan Dismenorea di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015

No Pengetahuan

Tindakan Penanganan Dismenorea

Jumlah Nilai p

Melakukan Tidak

Melakukan

n % n % n %

1 Baik 9 17,0 11 20,8 20 100

2 Tidak Baik 27 50,9 6 11,3 33 100 0,005

Jumlah 36 67,9 17 32,1 53 100,0

[image:57.595.112.516.274.421.2]
(58)

4.3.2 Hubungan Sikap dengan Tindakan dalam Penanganan Dismenorea Tabel 4.9 Hubungan Sikap dengan Tindakan dalam Penanganan

Dismenoreadi SMP Kualuh Swasta Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2015

No Sikap

Tindakan Penanganan

Dismenorea Jumlah Nilai p

Melakukan Tidak Melakukan

n % n % n %

1 Baik 9 17,0 9 17,0 18 100

2 Tidak Baik 27 50,9 8 15,1 35 100 0,045 Jumlah 36 67,9 17 32,1 53 100,0

[image:58.595.111.510.145.286.2]
(59)

43 BAB V PEMBAHASAN

5.1 Tindakan Dalam Penanganan Dismenorea

Hasil analisis univariat dari 53 responden pada siswi yang ada di SMP Swasta Kualuh Kabupaten Labuhan Batu Utara menunjukkan bahwa sebanyak 36 responden (67,9%) tidak melakukan tindakan dalam penanganan dismenorea, dan sebanyak 17 responden (32,1%) melakukan tindakan dalam penanganan dismenorea. Penanganan dismenorea didasarkan oleh cara berfikir dan bersikap positif tentang keluhan dismenorea yang dialaminya. Salah satu upaya mengurangi gangguan pada saat menstruasi yaitu membiasakan diri dengan perilaku sehata. Namun hal tersebut tidak terjadi begitu saja, tetapi merupakan sebuah proses yang dipelajari karena individu mengerti dampak positif atau negatif suatu prilaku yang terkait dengan keadaan menstruasi terutama dismenorea.

Penanganan dismenorea ditunjukkan dari tindakan remaja putri saat mengalami nyeri haid (dismenorea). Untuk selalu memperhatikan rasa nyeri yang dirasakan ketika menstruasi di dapat dari kesadaran siswi tersebut sehingga muncul rasa ketertarikan untuk mengetahui penyebab dan tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani keluhan dismenorea yang dirasakan sehingga mereka dapat menerima kondisi yang mereka alami.

(60)

(2009) menunjukkan bahwa remaja yang penanganan keluhan nyeri haid dengan kategori baik memiliki persentase 32,8% yaitu 21 responden, sedangkan penanganan kurang sebanyak 67,2% yaitu 43 responden.

Menurut Wiknjosastro (2007) untuk menurunkan angka kejadian dismenorea dan mencegah keadaan dismenorea tidak bertambah berat, beberapa usaha dapat dilakukan seperti penerangan dan nasihat, pemberian obat analgetik, pola hidup sehat, terapi hormonal dan terapi obat non steroid antiprostaglandin sesuai dengan petunjuk dokter. Sedangkan menurut Turana (2009) kompres hangat dapat membantu merilekskan otot-otot dan sistem saraf. Semakin lama melakukan kompres hangat, semakin baik dan merasa rileks.

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, didapati hasil bahwa upaya penanganan dismenorea yang dilakukan oleh responden adalah pengompresan dengan air hangat, meminum obat penghilang rasa sakit, istirahat cukup, olahraga, mengatur pola makan, pergi ke fasilitas kesehatan, dan sebagian lagi hanya membiarkan gejala tersebut karena terbatasnya informasi tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya tentang menstruasi dan permasalahannya, yaitu dismenorea.

5.2 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tindakan dalam Penanganan Dismenorea

(61)

45

Berdasarkan penelitian dari 27 responden (50,9%) melakukan tindakan dalam penanganan dismenorea dengan pengetahuan responden tidak baik, dan 6 responden (11,3%) tidak melakukan tindakan dalam penanganan dismenorea dengan berpengetahuan tidak baik. Sedangkan diantara responden yang berpengetahuan baik diperoleh 9 responden (17,0%) melakukan tindakan dalam penanganan dismenorea, sebanyak 11 responden (20,8%) tidak melakukan tindakan dalam penanganan dismenorea dengan pengetahuan kategori baik.

Hasil uji chi-square diperoleh nilai p = 0,005 (p<0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tindakan dalam penanganan dismenorea.

Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Rani (2003), bahwa setelah dilakukan penyuluhan, responden mendapatkan pengetahuan dan melakukan penanganan sindroma pra haid dengan lebih baik. Semakin baik tingkat pengetahuan yang dimiliki maka semakin baik perilaku yang dilakukan untuk menanganinya.

Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan Purwoko (2000), yang mengatakan bahwa pengetahuan menyumbangkan peran dalam menentukan pengambilan keputusan untuk memilih cara penanganan dismenorea yang benar.

(62)

(2010), diperoleh nilai p = 0,004 (p<0,05), berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dismenore dengan penanganan. Pengetahuan seseorang baik karena dari pendidikan dan pengalaman, Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin tinggi upaya penanganan terhadap dismenore, dan semakin kurang pengetahuan seseorang maka semakin kecil upaya untuk melakukan penanganan terhadap dismenore.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Yuniarti di Akper Mamba’ul’ulum

Surakarta (2012), didapatkan nilai p = 0,895 > (p=0,05), dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penanganan dismenore. Perilaku seseorang tentang kesehatan tidak hanya ditentukan oleh pengetahuan, tetapi juga ditentukan oleh sikap, kepercayaan, tradisi. Jadi pengetahuan yang baik belum tentu mempunyai sikap terhadap penanganan dismenorea secara medis.

(63)

47

5.3 Hubungan Sikap Dengan Tindakan Dalam Penanganan Dismenorea Hasil analisis bivariat menunjukkan 27 orang (50,9%) melakukan tindakan dalam penanganan dismenorea dengan sikap kategori tidak baik, sebanyak 8 orang (15,1%) tidak melakukan tindakan dalam penanganan dismenorea dengan tingkat sikap kategori tidak baik. Sedangkan responden dengan sikap kategori buruk diperoleh sebanyak 9 orang (17,0%) yang melakukan tindakan dalam penanganan dismenorea, dan sebanyak 9 orang (17,0%) tidak melakukan tindakan dalam penanganan dismenorea dengan pengetahuan baik.

Hasil uji chi-square diperoleh nilai p = 0,045 (p<0,05) maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat sikap dengan tindakan dalam penanganan dismenorea. Artinya, bahwa sikap remaja sangat berhubungan dengan tindakan dalam penanganan dismenorea. Sikap merupakan reaksi tertutup dan belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Dengan sikap yang baik res

Gambar

Gambar 1.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di SMP Swasta Kualuh Berdasarkan Umur, Kelas, Dismenorea
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang Penanganan Dismenorea Menurut Item Pertantaan di SMP Swasta Kualuh
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tindakan dalam Penanganan Dismenorea Menurut Item Pertanyaan di SMP Swasta Kualuh Kabupaten
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan remaja putri tentanng vulva hygiene terhadap tindakan pencegahan keputihan di SMK Kansai Pekanbaru tahun

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap personal higiene remaja putri dengan pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan tahun

Untuk mengetahui pengetahuan personal hygiene remaja putri tentang. pencegahan keputihan di SMA Sutomo 2 Medan

Gambaran Perilaku Kebersihan Vagina Terhadap Pencegahan Keputihan Remaja Putri di SMAN 2 Medan. Skripsi Keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 sebelum pendidikan kesehatan dapat diketahui sebagian besar atau sebanyak 14 siswi (70%) memiliki tingkat pengetahuan

Efektifitas Program P4GN Terhadap Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. Website:

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 sebelum pendidikan kesehatan dapat diketahui sebagian besar atau sebanyak 14 siswi (70%) memiliki tingkat pengetahuan

Dengan kata lain obat pereda rasa nyeri menstruasi primer adalah zat yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit/kram pada pinggang sampai perut bagian bawah yang dapat