• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kinerja Operasi Dan Pemeliharaan Sistem Irigasi Medan Krio Di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Kinerja Operasi Dan Pemeliharaan Sistem Irigasi Medan Krio Di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

MUHAMMAD SATRIA SEBAYANG

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

EVALUASI KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN SISTEM

IRIGASI MEDAN KRIO DI KECAMATAN SUNGGAL

KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH:

MUHAMMAD SATRIA SEBAYANG 100308071/ KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sumono, M.S Ketua

(3)

ABSTRAK

MUHAMMAD SATRIA SEBAYANG : Evaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi Medan Krio di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, dibimbing oleh SUMONO dan ACHWIL PUTRA MUNIR.

Daerah Irigasi Medan Krio merupakan daerah irigasi yang memiliki luas baku 2800 Ha. Daerah irigasi ini telah dapat digolongkan sebagai jaringan irigasi teknis namun masih sangat jarang dilakukan evaluasi kinerja sistem irigasinya. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja Operasi dan Pemeliharaan (O & P) sistem irigasi Medan Krio, sehingga dapat diketahui kondisi daerah irigasi tersebut. Beberapa hal yang perlu diketahui untuk mengetahui kinerja sistem irigasi tersebut ialah melalui beberapa parameter diantaranya : kinerja fungsional dan infrastruktur jaringan irigasi, kinerja pelayanan air, kinerja kelembagaan pemerintah dan kinerja kelembagaan petani. Pada penelitian ini diperoleh kinerja Operasi dan Pemeliharaan ( O & P) sistem irigasi Medan Krio masih berada dalam keadaan baik.

Kata kunci : Operasi dan Pemeliharaan, sistem irigasi Medan Krio.

ABSTRACT

MUHAMMAD SATRIA SEBAYANG : Operation work evaluation and the maintenance of irrigation system of Medan Krio in Sunggal District Deli Serdang regency, suvervised by SUMONO and ACHWIL PUTRA MUNIR.

Irrigation area Medan Krio is an irrigation area which has 2800 Ha wide. This irrigation area can be classified as technical irrigation network, but it is rare conducted the evaluation of work of the irrigation system. This research is conducted to evaluate the work of operation and the maintenance of the irrigation system of Medan Krio so that the condition of the irrigation area can be known. Some things which are necessary to be known to know the work of the irrigation system is through some parameters, such as : functional work and irrigation network infrastructure, water service work, government institutional work and farmer institutional work. In this research, it is obtained that the operation work and maintenance of irrigation system of Medan Krio is good.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, 04 Juni 1992 dari ayah Tahap Sebayang dan ibu Tamaulina Br. Sembiring. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMAN 4 Medan dan pada tahun 2010 lulus seleksi masuk universitas melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) pada Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi Asisten Praktikum Mekanika Fluida tahun 2012 dan 2013, Asisten Praktikum Penerapan Komputer tahun 2013, Asisten Praktikum Statistika Industri tahun 2013, Asisten Praktikum Mesin dan Peralatan tahun 2014 dan Asisten Praktikum Energi dan Listrik Pertanian tahun 2014.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Evaluasi Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi Medan Krio di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjanadi Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua yang telah mendukung penulis baik secara moril maupun materil. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Sumono , M.S selaku ketua pembimbing skripsi dan Achwil Putra Munir STP, M.Si selaku anggota pembimbing yang telah membimbing dan memberikan krtik serta saran yang membangun kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Disamping itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Keteknikan Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga dengan adanya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, Juli 2014

(6)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

DAFTAR SINGKATAN ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA Sistem Irigasi ... 5

Jaringan Irigasi ... 6

Kinerja Sistem Irigasi ... 8

Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi ... 9

Kinerja Fungsional dan Infrastruktur Jaringan Irigasi ... 15

Kinerja Pelayanan Air ... 19

Kinerja Kelembagaan Pemerintah... 22

Kinerja Kelembagaan Petani ... 27

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 29

Bahan Penelitian... 29

Metode Penelitian... 29

Prosedur Penelitian... 29

Parameter Penelitian... 30

HASIL DAN PEMBAHASAN Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Daerah Irigasi Medan Krio... 32

Kondisi Fisik Infrastruktur Jaringan Irigasi ... 33

Kondisi Fungsional Infrastruktur Jaringan Irigasi ... 34

Kinerja Kelembagaan Petani Daerah Irigasi Medan Krio... 35

Tingkat Kecukupan Air Daerah Irigasi Medan Krio... 36

Tingkat Ketepatan Pemberian Air Daerah Irigasi Medan Krio ... 38

Sumber Daya Manusia ... 38

Manajemen Kelembagaan ... 39

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 42

Saran ... 43 DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Komponen penilaian kinerja O & P sistem irigasi ... 11

2. Bobot penilaian kinerja O & P sistem irigasi ... 14

3. Kriteria O & P sistem irigasi ... 15

4. Klasifikasi kondisi fisik infarstruktur ... 17

5. Kondisi fisik infrastruktur ... 17

6. Bobot indikator kondisi fisik infrastruktur ... 18

7. Kondisi fungsional infrastruktur ... 19

8. Jadwal pemberian air irigasi Daerah Irigasi Medan Krio ... 32

9. Keberadaan P3A Daerah Irigasi Medan Krio ... 36

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Flowchart pelaksanaan penelitian ... 46

2. Komponen – komponen indikator sistem irigasi ... 47

3. Analisa data kondisi fisik Infrastruktur jaringan irigasi Medan Krio ... 48

4. Analisa data kondisi fungsional Infrastruktur jaringan irigasi Medan Krio ... 50

5. Daftar inventarisasi keadaan jaringan irigasi ... 51

6. Hasil wawancara terhadap petugas operasi Bendung Medan Krio ... 52

7. Foto Bendung Medan Krio... 54

8. Foto bangunan bagi ... 55

9. Foto bangunan terjun... 56

10. Foto bangunan gorong-gorong ... 57

(9)

DAFTAR SINGKATAN

AD/ ART : Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga DI : Daerah Irigasi

GP3A : Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air IP3A : Induk Petani Pemakai Air

KPA : Kehandalan Penyampaian Air O & P : Operasi dan Pemeliharaan

P3A : Perkumpulan Petani Pemakai Air POB : Petugas Operasi Bendung

PPA : Petugas Pintu Air

(10)

ABSTRAK

MUHAMMAD SATRIA SEBAYANG : Evaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi Medan Krio di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, dibimbing oleh SUMONO dan ACHWIL PUTRA MUNIR.

Daerah Irigasi Medan Krio merupakan daerah irigasi yang memiliki luas baku 2800 Ha. Daerah irigasi ini telah dapat digolongkan sebagai jaringan irigasi teknis namun masih sangat jarang dilakukan evaluasi kinerja sistem irigasinya. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja Operasi dan Pemeliharaan (O & P) sistem irigasi Medan Krio, sehingga dapat diketahui kondisi daerah irigasi tersebut. Beberapa hal yang perlu diketahui untuk mengetahui kinerja sistem irigasi tersebut ialah melalui beberapa parameter diantaranya : kinerja fungsional dan infrastruktur jaringan irigasi, kinerja pelayanan air, kinerja kelembagaan pemerintah dan kinerja kelembagaan petani. Pada penelitian ini diperoleh kinerja Operasi dan Pemeliharaan ( O & P) sistem irigasi Medan Krio masih berada dalam keadaan baik.

Kata kunci : Operasi dan Pemeliharaan, sistem irigasi Medan Krio.

ABSTRACT

MUHAMMAD SATRIA SEBAYANG : Operation work evaluation and the maintenance of irrigation system of Medan Krio in Sunggal District Deli Serdang regency, suvervised by SUMONO and ACHWIL PUTRA MUNIR.

Irrigation area Medan Krio is an irrigation area which has 2800 Ha wide. This irrigation area can be classified as technical irrigation network, but it is rare conducted the evaluation of work of the irrigation system. This research is conducted to evaluate the work of operation and the maintenance of the irrigation system of Medan Krio so that the condition of the irrigation area can be known. Some things which are necessary to be known to know the work of the irrigation system is through some parameters, such as : functional work and irrigation network infrastructure, water service work, government institutional work and farmer institutional work. In this research, it is obtained that the operation work and maintenance of irrigation system of Medan Krio is good.

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Irigasi merupakan salah satu kebutuhan utama di dalam kegiatan pertanian, khususnya untuk lahan sawah. Dengan sistem irigasi yang baik diharapkan kebutuhan air tanaman maupun lahan dapat terpenuhi, sehingga akan meningkatkan produktivitas.

Kondisi jaringan irigasi secara keseluruhan saat ini masih banyak yang belum dilengkapi bangunan- bangunan irigasi, baik yang berfungsi sebagai pengatur pembagian air, pengendali kelebihan air, maupun pengaman terhadap kerusakan, sehingga dirasakan saat ini setiap selesai dilakukan perbaikan pada daerah irigasi selalu rentan terhadap kerusakan massa berikutnya. Faktor yang mempengaruhi kerusakan pada jaringan irigasi tersebut adalah untuk daerah irigasi di dataran tinggi pada umumnya terletak pada lereng- lereng bukit yang sangat rawan terhadap longsor dan untuk daerah irigasi di dataran rendah terjadi sedimentasi yang sangat tinggi yang terbawa oleh sungai akibat kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) yang sudah rusak (Dinas PSDA, 2013).

(12)

Ketersediaan dana pemeliharaan, menjadi faktor utama tertunda atau kurang baiknya pemeliharaan jaringan irigasi. Saat ini, ketersedian dana operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi sudah mencapai kurang dari 50 % kebutuhan, sehingga banyak jaringan irigasi menjadi tidak terpelihara dan memberikan konsekuensi yang lebih mahal karena jaringan irigasi tersebut harus direhabilitasi ( Balitbang PU, 2012).

Daerah Irigasi Medan Krio merupakan daerah irigasi yang terletak di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, dengan luas 2800 Ha. Daerah irigasi ini memanfaatkan aliran air Sungai Tuntungan sebagai sumber airnya. Daerah Irigasi Medan Krio merupakan daerah irigasi yang telah dapat digolongkan sebagai jaringan irigasi teknis karena pada daerah irigasi ini mempunyai bangunan sadap yang permanen serta bangunan bagi yang mampu mengatur dan mengukur aliran air. Disamping itu terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan pembuangnya. Pada daerah irigasi ini jarang dilakukan evaluasi kinerja sistem irigasinya. Oleh karena itu diperlukan evaluasi kinerja sistem irigasinya untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem irigasinya.

Evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu penilaian terhadap suatu objek dengan menggunakan indikator- indikator tertentu. Sedangkan Kinerja secara singkat dapat didefinisikan sebagai hasil kerja dari suatu kegiatan. Jadi kinerja irigasi dapat didefinisikan sebagai hasil kerja yang ditunjukkan oleh suatu jaringan irigasi.

(13)

saluran irigasi. Evaluasi kinerja sistem irigasi dapat pula dijadikan sebagai rekomendasi dalam memperbaiki serta meningkatkan kinerja suatu sistem irigasi, karena dengan sistem irigasi yang baik tentunya dapat meningkatkan produktifitas tanam para petani.

Evaluasi kinerja sistem irigasi merupakan salah satu cara untuk dapat menggambarkan suatu keadaan dan karakteristik pada suatu sistem irigasi. Dalam mengevaluasi kinerja sistem irigasi beberapa hal yang perlu diperhatikan ialah menyangkut tingkat kecukupan dan ketepatan pemberian air, efisiensi irigasi, kondisi dan fungsi sistem drainase, dan lain sebagainya. Berbicara mengenai evaluasi kinerja sistem irigasi, maka tidak akan terlepas dari kegiatan Operasi dan Pemeliharaan ( O&P) saluran irigasi. Operasi dan pemeliharaan suatu saluran irigasi memegang peranan yang penting dalam kinerja suatu sistem irigasi. Operasi dan pemeliharaan saluran irigasi yang baik akan memberikan kinerja sistem irigasi yang baik pula. Untuk dapat menilai suatu kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi, maka hal- hal yang perlu diperhatikan ialah : menyangkut kinerja fungsional dan infrastruktur jaringan irigasi, kinerja pelayanan air, kinerja kelembagaan pemerintah dan kinerja kelembagaan petani (Setyawan, dkk., 2011).

(14)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi Medan Krio di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai syarat untuk dapat memenuhi penulisan skripsi di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai evaluasi kinerja sistem irigasi

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Irigasi

Sistem irigasi dalam Small dan Svendsen (1992) merupakan suatu set dari elemen-elemen fisik dan sosial yang difungsikan untuk : mendapatkan air dari suatu sumber terkumpulnya air secara alami, memfasilitasi dan mengendalikan perpindahan air dari sumbernya ke lahan atau tempat lain yang dimaksudkan untuk budidaya tanaman pertanian atau tanaman- tanaman lain yang diinginkan dan menyebarkan air ke zona atau daerah lingkungan (zone) perakaran di lahan yang diairi. Sistem irigasi merupakan suatu sistem yang terbuka, yang secara struktural dan fungsional peka dalam menanggapi perubahan berbagai lingkungannya (Pusposutardjo, 2001).

(16)

Sistem irigasi dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu: prasarana fisik, produktifitas tanam, sarana penunjang, organisasi personalia, dokumentasi, dan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Bangunan irigasi mengalami penurunan fungsi akibat bertambahnya umur bangunan atau ulah manusia ( Rahajeng, 2001).

Jaringan Irigasi

Proses pengairan buatan pada tanah untuk pertumbuhan tanaman pertanian diistilahkan sebagai irigasi. Irigasi merupakan sebuah ilmu praktis dalam merencanakan dan merancang sistem pemberian air untuk daerah pertanian guna melindungi tanaman dari dampak buruk kekeringan ataupun curah hujan rendah. Irigasi berperan juga dalam pembangunan bendungan dan sistem kanal agar suplai air untuk tanaman bisa teratur. Berikut ini adalah faktor yang menegaskan pentingnya irigasi.

a. Curah hujan rendah ( curah hujan tidak cukup)

b. Pendistribusian atau penyaluran air yang tidak merata c. Perbaikan untuk tanaman sepanjang tahun

d. Pengembangan pertanian pada daereah kering atau gurun ( Basak, 1999).

Berdasarkan Tingkatan, jaringan irigasi terbagi atas :

- Jaringan irigasi teknis ( seluruh sistem dapat diatur dengan cara teknis, ada alat ukur, dimulai dari bangunan utama, saluran induk, sampai dengan box tersier dan saluran pembuang), luas irigasi teknis di Sumatera Utara ± 127.072 Ha.

(17)

- Jaringan irigasi sederhana ( sistem irigasi tanpa menggunakan alat ukur/ pintu- pintu masih sangat sederhana dan pada umumnya dimulai dari bangunan utama sampai dengan saluran tersier masih sangat sederhana dan sebahagian asli dari bangunan alam). Luas jaringan ini di Sumatera Utara ± 35.696 Ha. Berdasarkan data di atas maka total luas irigasi di Sumatera Utara saat ini ialah 279.201 Ha (Hasibuan, 1998).

Saluran irigasi di daerah irigasi teknis dibedakan menjadi saluran irigasi pembawa dan saluran pembuang. Ditinjau dari jenis dan fungsinya saluran irigasi pembawa dapat dibedakan menjadi saluran primer, sekunder, tersier serta kuarter. Ditinjau dari letaknya, saluran irigasi pembawa dapat pula dibedakan menjadi saluran garis tinggi/ kontur dan saluran garis punggung (Mawardi, 2007).

(18)

berbeda-beda tergantung pada kondisi topografi daerah yang bersangkutan. Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung air dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil air langsung dari bangunan penyadap ( Hariany, dkk., 2011).

Kinerja Sistem Irigasi

Kinerja jaringan irigasi tercermin dari kemampuannya untuk mendukung ketersediaan air irigasi pada areal layanan irigasi (command area) yang kondusif untuk penerapan pola tanam yang direncanakan. Kinerja jaringan irigasi yang buruk mengakibatkan luas areal sawah yang irigasinya baik menjadi berkurang. Secara umum, kinerja jaringan irigasi yang buruk mengakibatkan meningkatnya water stress yang dialami tanaman (baik akibat kekurangan ataupun kelebihan air)

sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman tidak optimal. Kerugian yang timbul akibat water stress tidak hanya berupa produktivitas tanaman sangat menurun, tetapi mencakup pula mubazirnya sebagian masukan usaha tani yang telah diaplikasikan (pupuk, tenaga kerja, dan lain-lain).Perbaikan kinerja jaringan irigasi mencakup perangkat lunak maupun perangkat kerasnya. Secara normatif, monitoring dan evaluasi kinerja jaringan di level primer dan sekunder telah dilakukan oleh instansi terkait dan program rehabilitasinya telah pula dirumuskan (Sumaryanto, dkk., 2006).

(19)

pengaturan atas segala hal yang berhubungan dengan bidang irigasi menjadi tugas dan wewenang pemerintah daerah (Soediro, 1991).

Setiap komponen indikator kinerja sistem irigasi memiliki rentang nilai 1 hingga 4. Komponen- komponen indikator kinerja sistem irigasi dalam Setyawan, dkk., (2011) dapat dilihat pada Lampiran 2. Komponen indikator yang telah diketahui nilai atau skornya, dikalikan dengan bobotnya, kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh jumlah nilai total komponen- komponen indikator dengan rentang nilai 1 hingga 4. Setelah itu ditentukan kriteria kinerja sistem irigasi berdasarkan Tabel 3. Secara sederhana perhitungan jumlah nilai total komponen – komponen indikator kinerja sistem irigasi dapat dirumuskan sebagai berikut :

Σ I = I1 x B1 + I2 xB2 … … + In x Bn ……… (1) dimana :

Σ I = Jumlah nilai total komponen indikator kinerja sistem irigasi I = Nilai komponen Indikator

B = Bobot indikator ( % )

Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Sistem Irigasi

(20)

selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya.

Operasi dan pemeliharaan merupakan masalah utama dalam sektor irigasi dan bagian dari manajemen irigasi. Operasi mengacu pada keseluruhan tugas yang harus diimplementasikan oleh mereka yang bertanggung jawab terhadap manajemen irigasi. Tugas pokoknya adalah pengalokasian dan pendistribusian untuk berbagai pemakai air yang berbeda dan perencanaan pola eksploitasi temporal yang menyeluruh bagi penyediaan air dari sumber utama. Pemeliharaan mengacu pada serangkaian upaya yang harus dilakukan untuk mempertahankan integritas bangunan- bangunan dan kemampuan jaringan untuk menyalurkan air secara terkendali (Varley, 1993).

Adapun kegiatan operasi jaringan irigasi dalam Sudarmanto (2013) ialah : - Pengumpulan data ( debit, hujan, luas tanam, dan lain-lain).

- Membuat rencana penyediaan air tahunan, rencana tata tanam tahunan, rencana pengeringan dan lain-lain.

- Melaksanakan pembagian dan pemberian air ( termasuk pekerjaan membuat laporan permintaan air, mengisi papan operasi dan mengatur bukaan pintu). - Mengatur pintu- pintu air pada bending berkaitan dengan datangnya debit sungai

banjir.

- Mengatur pintu kantong lumpur untuk menguras endapan lumpur. - Koordinasi antar instansi terkait

(21)

Komponen, kriteria dan katagori penilaian kinerja Operasi dan Pemeliharaan ( O& P) Irigasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komponen penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi Komponen Penilaian Kriteria Penilaian Kategori Penilaian

Kinerja fungsional Infrastruktur jaringan irigasi

Kondisi Fisik Infrastruktur Baik, Rusak Sedang, Rusak Berat

Kondisi Fungsional Infrastruktur

Baik, Terganggu Ringan, Terganggu Berat

Kinerja Pelayanan Air Tingkat Kecukupan Air Berlebih, cukup, kurang

Tingkat Ketepatan Pemberian Air

Tepat, kadang terlambat, Sering Terlambat

Kinerja Kelembagaan

Pemerintah Manajemen Kelembagaan Baik, Cukup, Kurang Ketersediaan Dana Berlebih, cukup, kurang

SDM Berlebih, cukup, kurang

Kinerja Kelembagaan Petani

Struktur Kelembagaan (AD/ART, anggota, Program Kerja), Prasarana (fasilitas dan dana) dan keaktifan anggota

Baik, Cukup, Kurang

Sumber : Setyawan, dkk., 2011.

(22)

Tolok ukur yang diterapkan untuk mengevaluasi kinerja Operasi dan Pemeliharaan ( O&P) irigasi mencakup aspek-aspek berikut:

1. Tolok ukur keluaran O&P jaringan irigasi sebagai penyedia, penyalur, dan distribusi air. Terdapat empat indikator yang terkait dengan aspek ini:

a. Kehandalan penyampaian air (Reliability of Delivery – KPA):

rencana b. Kemerataan penjatahan air antar petak tertier (Water Allocation Equity/

WAE):

c. Kemampuan untuk melakukan drainase yang baik (tercermin dari perbandingan antara kondisi aktual dengan yang direncanakan).

d. Ketersediaan dana O & P irigasi, baik dari swadaya petani maupun dari pemerintah.

2. Tolok ukur menurut sudut pandang petani. Ini dapat dinilai melalui:

a. Tingkat kecukupan, yakni perbandingan tebal (depth) pemberian air irigasi aktual terhadap tebal air yang diinginkan petani (P3A).

b. Ketepatan waktu, yakni perbandingan antara waktu pemberian air menurut kondisi akutal terhadap jadwal yang diinginkan petani . Dalam konteks ini difokuskan pada ketepatan waktu kedatangan pasokan air irigasi meskipun sebenarnya dimensinya juga mencakup durasinya.

(23)

Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dilaksanakan sesuai dengan norma, standar, pedoman, dan manual yang ditetapkan oleh Menteri. Pasal 56 (1) Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/ kota sesuai dengan kewenangannya. (2) Perkumpulan petani pemakai air dapat berperan serta dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. (3) Perkumpulan petani pemakai air dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder. (4) Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder dilaksanakan atas dasar rencana tahunan operasi dan pemeliharaan yang disepakati bersama secara tertulis antara pemerintah, perkumpulan petani pemakai air, dan pengguna jaringan irigasi di setiap daerah irigasi. (5) Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab P3A (Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006)

Program pembangunan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengelolaan sumber daya air dalam Dinas PSDA (2013) adalah sebagai berikut : a. Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, rawa, dan jaringan pengelolaan

sumber daya air yang merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap tahun pada daerah irigasi dan rawa untuk luasan 1000 sampai dengan 3000 Ha atau daerah lintas kabupaten/ kota.

(24)

c. Pembinaan dan pembiayaan organisasi pemakai air dalam pengelolaan jaringan pengelolaan sumber daya air untuk luasan 1000 sampai dengan 3000 Ha atau daerah lintas kabupaten/ kota.

Untuk menilai kinerja operasi dan penialaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi, maka perlu diketahui bobot penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sisten irigasi untuk setiap kriteria penilaian. Bobot penilaian operasi dan pemeliharaan kinerja sistem irigasi, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bobot penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi

(25)

Setelah bobot penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi diketahui, maka dapat dianalisis kriteria kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi, dengan menggunakan Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria O & P sistem irigasi

No Jumlah Skor Kriteria

1. 3 – 4 Sangat Baik

2. 2 – 2,9 Baik

3. 1 – 1,9 Sedang

4. < 1 Buruk

Sumber : Setyawan, dkk., 2011

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32 Tahun 2007 dinyatakan bahwa : Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya melalui kegiatan perawatan, perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan secara terus menerus. Ruang lingkup kegiatan pemeliharaan jaringan meliputi :

a. Inventarisasi kondisi jaringan irigasi. b. Perencanaan.

c. Pelaksanaan.

d. Pemantauan dan evaluasi.

Kinerja Fungsional dan Infrastruktur Jaringan Irigasi

(26)

setiap daerah irigasi. Inventarisasi jaringan irigasi dilaksanakan setiap tahun mengacu pada ketentuan/ pedoman yang berlaku. Untuk kegiatan pemeliharaan dari inventarisasi tersebut yang sangat diperlukan adalah data kondisi jaringan irigasi yang meliputi data kerusakan dan pengaruhnya terhadap areal pelayanan.

Kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi

Pemberian air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream) memerlukan sarana dan prasarana irigasi yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa: bendungan, bendung, saluran primer dan sekunder, box bagi, bangunan-bangunan ukur, dan saluran tersier serta saluran Tingkat Usaha Tani (TUT). Rusaknya salah satu bangunan-bangunan irigasi akan mempengaruhi kinerja sistem yang ada, sehingga mengakibatkan efisiensi dan efektifitas irigasi menurun (Direktorat Pengelolaan Air Irigasi, 2014).

Pemeliharaan jaringan irigasi meliputi : perawatan, perbaikan, pencegahan dan pengamanan. Dalam pemeliharaan jaringan irigasi juga terdapat kegiatan inspeksi jaringan irigasi, yaitu : pemeriksaan jaringan irigasi yang dilakukan secara rutin setiap periode tertentu yaitu 7 hari sekali untuk mengetahui kondisi jaringan irigasi ( Mansoer, 2013).

(27)

Tabel 4. Klasifikasi kondisi fisik jaringan irigasi

No. Tingkat Kerusakan Jaringan Klasifikasi Keterangan

1. < 10 % Kondisi Baik Pemeliharaan rutin

2. 10- 20 % Kondisi Rusak Ringan Pemeliharaan berkala 3. 21-40 % Kondisi Rusak Sedang Pemeliharaan berat 4. >40 % Kondisi Rusak Berat Rehabilitasi Sumber : Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007

Sedangkan untuk kriteria kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi

No. Kondisi Fisik Infrastruktur Kriteria

1. Tingkat kerusakan < 10 % Sangat Baik

2. Tingkat kerusakan 10% - 20 % Baik

3. Tingkat kerusakan 21% - 40 % Buruk

4. Tingkat kerusakan > 40 % Sangat Buruk

Penilaian kondisi fisik infrastruktur dalam Mansoer (2013) dapat diketahui dengan cara berikut :

- Indikator bangunan utama ( Bu) : Mercu bendung, penguras, intake dan kantong lumpur yang berfungsi baik ( Buf ) / jumlah total bangunan utama (But) kemudian dikali bobotnya.

Atau : Bu = Buf

But x bobot ………...………(4)

- Indikator saluran irigasi (Is) : panjang saluran berfungsi baik (Sf) / panjang saluran total (St) kemudian dikali dengan bobotnya.

Atau : Is = Sf

St x bobot ………...………(5)

- Indikator bangunan (Ib) : Jumlah bangunan yang berfugsi baik (Bf) / jumlah bangunan total (Bt) kemdian dikali dengan bobotnya.

Atau : Ib = B f

Bt x bobot ………...………(6)

(28)

Kondisi fisik infrastruktur = Bu + Is + Ib ………...………(7) Bobot indikator untuk menentukan kriteria kondisi fisik jaringan irigasi, dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Bobot indikator kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi

No. Indikator Bobot (%)

1. Bangunan Utama 38.65

2. Saluran Pembawa 31.65

3. Bangunan pada Saluran 29.65

Sumber : Mansoer (2013)

Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi

Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi erat kaitannya terhadap kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi. Jika kondisi fisik infrastruktur baik, maka hampir dapat dipastikan kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasinya juga demikian. Penilaian kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi dapat dilakukan dengan cara berikut :

- Indikator saluran irigasi (Is) : panjang saluran berfungsi baik (Sf) / panjang saluran total (St) kemudian dikali 100%.

Atau : Is = Sf

St x 100% ………...………(8)

- Indikator bangunan irigasi (Ib) : Jumlah bangunan irigasi yang berfugsi baik (Bf) / jumlah bangunan total (Bt) kemdian dikali dengan bobotnya.

Atau : Ib = Bf

Bt x 100% ………...………(9)

Setelah nilai masing-masing indikator diketahui, maka dihitung persentase kondisi fisik infrastruktur dengan rumus :

Kondisi fungsional infrastruktur = Is +Ib

2

……….…(10)

(29)

Tabel 7. Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi

No. Kondisi Fungsional Infrastruktur Kriteria 1. Tingkat kerusakan fungsional jaringan < 10 % Sangat Baik 2. Tingkat kerusakan fungsional 10% - 20 % Baik 3. Tingkat kerusakan fungsional jaringan21% - 40 % Buruk 4. Tingkat kerusakan fungsional jaringan> 40 % Sangat Buruk

Dalam pengelolaan irigasi, untuk menjaga fungsi irigasi perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi. Praktek di lapangan selama ini dibedakan rehabilitasi ringan, sedang dan berat. Rehabilitasi ringan dilakukan akibat akumulasi sisa kerusakan yang tidak bisa dilakukan perbaikan dalam pemeliharaan tahunan. Rehabilitasi sedang dilakukan akibat kerusakan yang menumpuk akibat lalainya kegiatan O & P selama periode waktu menengah, yaitu 10 – 20 tahun. Rehabilitasi berat dilakukan akibat bencana alam atau lalainya kegiatan O & P dalam jangka waktu yang lama, sehingga kinerja irigasi jatuh di bawah kinerja ekonomis.

Kinerja Pelayanan Air

Kinerja pelayanan air meliputi : tingkat kecukupan air dan tingkat ketepatan memperoleh air. Rencana penyediaan air tahunan dibuat oleh instansi teknis tingkat kabupaten/ tingkat provinsi sesuai dengan kewenangannya berdasarkan ketersediaan air (debit andalan) dan mempertimbangkan usulan rencana tata tanam dan rencana kebutuhan air tahunan, kondisi hidroklimatologi.

Tingkat kecukupan air

(30)

Jumlah air yang tersedia pada suatu lahan pertanian dapat dilihat dari kondisi curah hujan, sedangkan jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman dapat digambarkan dengan jumlah air yang dibutuhkan untuk evapotranspirasi. Jumlah air yang tersedia dan jumlah air yang dibutuhkan akan mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu, sehingga pada suatu peiode dapat terjadi kelebihan air dan pada periode lainnya dapat terjadi kekurangan air bagi tanaman ( Hidayat, dkk., 2006)

Tingkat kecukupan air ditandai dengan kemampuan suatu sumber air untuk memenuhi kebutuhan air untuk keperluan tertentu. Pada areal beririgasi, lahan dapat ditanami padi 3 kali dalam setahun, tetapi pada sawah tadah hujan harus dilakukan pergiliran tanaman dengan palawija. Pergiliran tanaman ini juga dilakukan pada lahan beririgasi. Biasanya setelah satu tahun menanam padi, untuk meningkatkan produktivitas lahan, seringkali dilakukan tumpang sari dengan tanaman semusim lainnya, misalnya padi gogo dengan jagung atau padi gogo di antara ubi kayu dan kacang tanah. Pada pertanaman padi sawah, tanaman tumpang sari ditanam di pematang sawah, biasanya berupa kacang- kacangan (Prihatman, 2000).

(31)

kali ditanami padi dalam satu tahun serta air yang dialirkan tidak memadai, maka tingkat kecukupan air pada suatu daerah irigasi dapat dikatagorikan sangat kurang.

Tingkat ketepatan pemberian air

Dampak perubahan perilaku kekeringan memunculkan masalah dalam kegiatan pertanian, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan air tanaman. Data lapangan juga menunjukkan kekeringan agronomis tidak hanya terjadi pada lahan kering dan tadah hujan, tetapi juga melanda lahan sawah beririgasi, baik irigasi semiteknis maupun teknis. Sehingga kondisi ini memunculkan masalah baru pula terutama dalam hal ketepatan waktu pemberian air ke areal lahan. Penentuan kebutuhan air tanaman didasarkan pada jenis tanaman yang ada dan atau rencana tanam untuk masa yang akan datang. Sedangkan ketersediaan air didasarkan pada potensi air hujan, air sungai dan sumber air lainnya. Faktor kehilangan air, disamping untuk tanaman itu sendiri juga diperhitungkan kehilangan air karena perkolasi, evapotranspirasi serta efisiensi penyampaian atau penyaluran air dari sungai atau bendungan ( Suprapto, dkk., 2008).

Tingkat ketepatan pemberian air erat kaitannya terhadap tingkat kecukupan air. Jika tingkat kecukupan air ditandai dengan kemampuan suatu sumber air untuk memenuhi kebutuhan air untuk keperluan tertentu, maka tingkat ketepatan pemberian air dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi untuk menyatakan kesesuaian waktu pemberian air sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama.

(32)

jadwal pemberian air terlambat beberapa jam dari jadwal yang telah disepakati bersama, maka tingkat ketepatan pemberian airnya masih dapat dikatagorikan tepat. Jika jadwal pemberian air terlambat lebih dari satu hari, maka tingkat ketepatan pemberian airnya dikatagorikan terlambat dan jika jadwal pemberian airnya terlambat hingga lebih dari 3 hari, maka tingkat ketepatan pemberian dikatagorikan sangat terlambat.

Kinerja Kelembagaan Pemerintah

Indikator kelembagaan pemerintah dapat meliputi : manajemen kelembagaan, ketersediaan dana dan Sumber Daya Manusia ( SDM).

Manajemen kelembagaan.

Manajemen kelembagaan meliputi elemen- elemen yang terkait dalam kegiatan O & P sistem irigasi serta tugas yang dimilikinya.

a. Kepala ranting/ pengamat/ Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) / cabang dinas/ korwil

− Mempersiapkan penyusunan Rencana Tata Tanam Global (RTTG) dan Rencana Tata Tanam Detail (RTTD) sesuai usulan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) atau Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A)

− Rapat di kantor ranting/ pengamat/ UPTD/ cabang dinas/ korwil setiap minggu untuk mengetahui permasalahan operasi, hadir para mantri/ juru pengairan, Petugas Pintu Air (PPA), Petugas Operasi Bendung ( POB) serta P3A/ GP3A/ IP3A.

(33)

− Membina P3A/ GP3A/ IP3A untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan operasi

− Membantu proses pengajuan bantuan biaya operasi yang diajukan P3A/ GP3A/ IP3A.

− Membuat laporan kegiatan operasi ke dinas. b. Petugas mantri / juru pengairan

− Membantu kepala ranting/ pengamat/ UPTD/ cabang dinas/ korwil untuk tugas- tugas yang berkaitan dengan operasi.

− Melaksanakan instruksi dari ranting/ pengamat/ UPTD/ cabang dinas/ korwil tentang pemberian air pada tiap bangunan pengatur.

− Memberi instruksi kepada PPA untuk mengatur pintu air sesuai debit yang ditetapkan.

− Memberi saran kepada petani tentang awal tanam & jenis tanaman. − Pengaturan giliran.

− Mengisi papan operasi/ eksploitasi. − Membuat laporan operasi.

− Pengumpulan data debit.

− Pengumpulan data tanaman & kerusakan tanaman.

− Pengumpulan data curah hujan (sesuai kebutuhan daerah). − Menyusun data mutasi baku sawah (sesuai kebutuhan daerah). − Mengumpulkan data usulan rencana tata tanam.

− Melaporkan kejadian banjir kepada ranting/ pengamat.

(34)

− Membantu kepala ranting/ pengamat/ UPTD/ cabang dinas/ korwil dalam pelaksanaan operasi jaringan irigasi.

d. Petugas Operasi Bendung (POB)

− Melaksanakan pengaturan pintu penguras bendung terhadap banjir yang datang

− Melaksanakan pengurasan kantong lumpur

− Membuka dan menutup pintu pengambilan utama, sesuai debit dan jadwal yang direncanakan.

− Mencatat besarnya debit yang mengalir atau masuk ke saluran induk pada blangko operasi.

− Mencatat elevasi muka air banjir e. Petugas Pintu Air (PPA)

− Membuka dan menutup pintu air sehingga debit air yang mengalir sesuai dengan perintah juru/ mantri pengairan.

( Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007 ).

(35)

Ketersediaan dana

Urusan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan juga daerah rawa menjadi wewenang dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air. Untuk itu, berbagai program dan kegiatan dilakukan guna meningkatkan kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, begitupula untuk daerah rawa.

Adapun progam dari Dinas PSDA tersebut ialah : program pembangunan dan pengelolaan infrastruktur irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya dengan kegiatan diantaranya : perencanaan, pengendalian, pengawasan dan pembinaan O & P jaringan irigasi dan rawa, O & P jaringan Irigasi (1.000 Ha - 3.000 Ha) dan lintas kabupaten/ kota pada UPT PSDA, O & P jaringan rawa (1.000 Ha - 3.000 Ha) dan lintas kabupaten/ kota pada UPT PSDA, koordinasi pembina P3A untuk pemberdayaan P3A/ GP3A/ IP3A, konsultasi O & P pengelolaan SDA Provinsi Sumatera Utara dan kabupaten/ kota, rehabilitasi/ perbaikan dan peningkatan infrastruktur irigasi ( luasan 1.000 Ha s/d 3.000 Ha atau daerah lintas kabupaten/ kota) rehabilitasi/ perbaikan dan peningkatan infrastruktur rawa (luasan 1.000 Ha s/d 3.000 Ha atau daerah lintas kabupaten/ kota) penunjang kegiatan program lainnya (Dinas PSDA, 2013).

Ketersediaan dana dapat diketahui melalui rencana anggaran biaya yang dihitung berdasarkan perhitungan volume dan harga satuan yang sesuai dengan standar yang berlaku di wilayah setempat. Sumber - sumber pembiayaan pemeliharaan jaringan irigasi berasal dari :

a) Alokasi biaya pemeliharaan dari sumber APBN atau APBD.

(36)

c) Alokasi biaya dari badan usaha atau sumber lainnya. ( Peraturan Menteri No. 32 Tahun 2007).

Bantuan dana untuk irigasi seringkali tersendat- sendat dan sangat rentan terhadap perubahan jumlah dana imbangan rupiah yang harus disediakan dari tahun ke tahun. Akan tetapi, kekurangan – kekurangan dalam O & P jaringan utama bukan hanya karena kurangnya dana, melainkan juga pada cara memanfaatkan dana- dana yang ada . Sebagian besar alokasi dana diserap untuk biaya administrasi kantor, sedangkan kebutuhan yang paling mendasar bagi petugas lapangan seperti alat- alat, material dan transportasi tidak terpenuhi (Varley, 1993).

Sumber daya manusia

Sumber daya manusia menyangkut ketersediaan personil untuk setiap elemen – elemen yang dibutuhkan dalam suatu sistem irigasi. Berikut adalah kebutuhan tenaga pelaksana O & P sistem irigasi :

a. Kepala ranting/ pengamat/ UPTD/ cabang dinas/ korwil : 1 orang + 5 staff per 5.000 – 7.500 Ha.

b. Mantri / juru pengairan : 1 orang per 750 – 1.500 Ha.

c. Petugas Operasi Bendung (POB) : 1 orang per bendung, dapat ditambah beberapa pekerja untuk bendung besar.

(37)

Sumber daya manusia dapat dianalisis dengan cara berikut ini. Apabila jumlah petugas pada masing – masing kategori telah terpenuhi, maka SDM sangat memadai. Jika kategori petugas telah terpenuhi namun personil petugasnya belum memenuhi hal di atas, maka SDM masih dapat dikategorikan memadai, jika satu hingga dua kategori petugas tidak terpenuhi, maka SDM dikategorikan kurang memadai dan jika lebih dari dua kategori perugas yang tidak terpenuhi, maka SDM dikategorikan sangat buruk.

Kinerja Kelembagaan Petani

(38)

Dalam rangka membentuk organisasi pemakai air pada tingkat desa, pemerintah telah berupaya mengorganisasikan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dengan memilih para pengurus dari kalangan petani sendiri. Upaya ini tidak selalu berhasil dan kira-kira hanya 15 % saja yang aktif. Tingkat keaktifan ini dapat dipengaruhi oleh tingkat kewengan P3A atas sumber utama yang terbatas (Varley, 1993)

Kinerja kelembagaan petani dapat dilihat dari struktur kelembagaan petani, dalam hal ini ialah menyangkut P3A, yang meliputi ketersediaan AD/ ART, program kerja. Selain itu kinerja kelembagaan petani dapat pula dilihat dari prasarana dan keaktifan anggota.

(39)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret hingga April 2014 di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah : deskripsi jaringan irigasi yang diperoleh dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) dan peta jaringan irigasi yang diperoleh dari Dinas PSDA pula.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah observasi lapangan dengan mengamati parameter yang diteliti. Pengumpulan data primer dan sekunder pada sistem irigasi yang ditinjau, selanjutnya dievaluasi untuk menilai kinerja sistem Irigasi Medan Krio di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

Prosedur Penelitian

1. Pendeskripsian daerah irigasi yang meliputi : a. Letak dan luas daerah irigasi.

b. Kondisi bangunan irigasi

2. Pengumpulan data primer yang diperoleh dengan cara melakukan wawancara langsung dengan :

2.1. Penyuluh pertanian, yang meliputi :

(40)

b. Kinerja kelembagaan petani yang meliputi : struktur kelembagaan, prasarana dan keaktifan anggota.

2.2. Petugas Operasi Bendung yang meliputi : jadwal inspeksi jaringan irigasi.

3. Dikumpulkan data sekunder dari dinas atau pemerintah setempat dalam hal ini ialah Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA), yang meliputi : a. Kondisi fisik infrastruktur dan kondisi fungsional infrastruktur. b. Tingkat kecukupan dan tingkat ketepatan pemberian air.

c.Kinerja kelembagaan pemerintah yang meliputi : manajemen kelembagaan dan SDM.

4. Dilakukan analisa data dengan menggunakan Persamaan (1).

5. Ditentukan kriteria kinerja O & P sistem irigasi berdasarkan Tabel 3.

Parameter Penelitian

1. Kinerja fungsional infrastruktur jaringan irigasi yang meliputi :

a. Kondisi fisik infrastruktur yang dianalisis dengan menggunakan Tabel 5.

b. Kondisi fungsional infrastruktur yang dianalisis dengan menggunakan Tabel 7.

2. Kinerja pelayanan air yang meliputi : tingkat kecukupan air dan tingkat ketepatan pemberian air

3. Kinerja kelembagaan pemerintah yang meliputi :

(41)

b. SDM yang dianalisis berdasarkan data dengan pemberian nilai dengan kriteria tertentu dalam Tabel 2.

(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Daerah Irigasi Medan Krio merupakan salah satu daerah irigasi yang terletak di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Daerah irigasi ini merupakan daerah irigasi teknis yang memiliki luas baku 2800 Ha yang mengandalkan Sungai Tuntungan sebagai sumber airnya. Daerah irigasi ini menjadi sumber pengairan bagi tiga desa, diantaranya : Desa Sei Beras Sekata, Desa Suka Maju dan Desa Sei mencirim. Namun, karena keterbatasan air, maka untuk pemberian air pada petak-petak sawah untuk setiap desa dilakukan secara bergiliran atau yang disebut sistem rotasi (Dinas PSDA, 2013).

Kinerja Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Medan Krio

Hasil penelitian evaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi Medan Krio dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kinerja O & P jaringan irigasi Medan Krio

Komponen Penilaian

(43)

Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah skor untuk kinerja Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi Medan Krio ialah : 2.22 dan dapat dikatagorikan baik. Hal ini sesuai dengan literatur Setyawan, dkk., (2011) yang menyatakan bahwa rentang jumlah skor untuk kinerja O & P beberapa komponen yang dinilai berada pada kisaran 2- 2.9 dapat dikatagorikan baik. Namun apabila dirinci untuk setiap komponen yang dinilai, ada beberapa komponen dengan katagori kurang baik dan sangat buruk. Berikut ini dapat dijelaskan penilaian untuk setiap komponen kinerja operasi dan pemeliharaan Daerah Irigasi Medan Krio.

Kondisi Fisik Infrastruktur Jaringan Irigasi

Tabel 8 memperlihatkan bahwa kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi Medan Krio ialah sangat buruk sehingga nilai komponennya ialah 1. Dari analisis data yang dilakukan untuk penilaian kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi maka diperoleh kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi Medan Krio dalam keadaan baik hanya 5.88 % yang berarti bahwa 94.12 % kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi Medan Krio dalam keadaan rusak dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 3. Sehingga dapat diklasifikasikan kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi Medan Krio rusak berat dan butuh rehabilitasi, hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri No.32 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa jika tingkat kerusakan fisik jaringan irigasi > 40% maka dapat dklasifikasikan rusak berat dan butuh rehabilitasi.

(44)

operasi bendung dapat diketahui bahwa masih rendahnya kinerja pemeliharaan jaringan fisik irigasi baik yang dilakukan oleh petugas – petugas O & P jaringan irigasi Medan Krio serta masyarakat setempat. Padahal seharusnya dilakuakan inspeksi jaringan irigasi yang dilakukan secara rutin yaitu 7 hari sekali pada suatu jaringan irigasi untuk mengetahui kondisi suatu jaringan irigasi sehingga diharapkan dengan adanya inspeksi ini, maka kondisi bangunan irigasi yang rusak dapat segera ditangani dan dilakukan perbaikan. Hal ini sesuai dengan literatur Mansoer (2013) yang menyatakan bahwa : Dalam pemeliharaan jaringan irigasi terdapat kegiatan inspeksi jaringan irigasi , yaitu : pemeriksaan jaringan irigasi yang dilakukan secara rutin setiap periode tertentu yaitu 7 hari sekali untuk mengetahui kondisi jaringan irigasi. Namun pada praktiknya di lapangan, kegiatan inspeksi rutin ini tidak berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa masih banyak ditemukan kondisi fisik jaringan irigasi Medan Krio dalam keadaan rusak.

Kondisi Fungsional Infrastruktur Jaringan Irigasi

(45)

Kondisi fungsional jaringan irigasi ini erat kaitannya terhadap kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi. Kondisi fisik infrastruktur jarigan irigasi yang buruk mengakibatkan kondisi fungsional jaringan irigasi yang buruk pula. Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi Medan Krio masih sangat buruk. Ini berkaitan terhadap kondisi fisik infrastrukturnya yang buruk pula. Sama halnya dengan kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi, kemerosotan kinerja fungsional infrastruktur jaringan irigasi juga disebabkan oleh kegiatan O & P jaringan irigasi yang tidak berjalan sesuai dengan rencana, sebagaimana kita ketahui bahwa seharusnya dilakukan kegiatan inspeksi rutin jaringan irigasi yang dilakukan 7 hari sekali untuk mengetahui kondisi jaringan irigasi, namun pada praktiknya di lapngan, kondisi ini tidak ditemukan. Hal ini sesuai dengan literatur Mansoer (2013) yang menyatakan bahwa : dalam pemeliharaan jaringan irigasi terdapat kegiatan inspeksi jaringan irigasi , yaitu : pemeriksaan jaringan irigasi yang dilakukan secara rutin setiap periode tertentu yaitu 7 hari sekali untuk mengetahui kondisi jaringan irigasi.

Kinerja Kelembagaan Petani

(46)

ditemukannya AD/ART dan program kerja tertentu serta partisipasi anggota hanya bersifat sukarela. Keaktifan P3A memang masih belum optimal diberbagai daerah irigasi, meskipun masih ada juga ditemukan P3A dengan tingkat keaktifan yang baik, namun hal tersebut hanya sebagian kecil saja. Ketidakaktifan P3A ini dapat terjadi karena keterbatasan wewenang atas pengaturan sumber air utama. Hal ini sesuai dengan literatur Varley (1993) yang menyatakan bahwa: untuk membentuk organisasi pemakai air pada tingkat desa, pemerintah telah berupaya mengorganisasikan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dengan memilih para pengurus dari kalangan petani sendiri. Upaya ini tidak selalu berhasil dan kira-kira hanya 15 % saja yang aktif Tingkat keaktifan ini dapat dipengaruhi oleh tingkat kewenangan P3A atas sumber utama yang terbatas. Berikut keberadaan P3A pada daerah Irigasi Medan Krio.

Tabel 9. Keberadaan P3A Daerah Irigasi Medan Krio

No. Desa Nama P3A Keterangan

1. Sei Beras Sekata Buah Page Kurang Aktif

2. Sei Mencirim Sinar Tani Kurang Aktif

3. Suka Maju Bina Tani Tidak Aktif

Sunber : Penyuluh Pertanian DI Medan Krio, 2014.

Tabel 9 menunjukkan bahwa P3A di Desa Sei Beras Sekata dan Sei Mencirim digolongkan kurang aktif. Hal ini dikarenakan selain tidak diemukannya AD/ART serta program kerja yang jelas, tingkat partisipasi dari P3A ini hanya bersifat gotong royong yang tidak terjadwal. Sedangkan untuk P3A Bina Tani yang berada di Desa Suka Maju, digolongkan kurang aktif, karena tingkat partisipasi P3Anya sudah sangat jarang.

Tingkat Kecukupan Air

(47)

air pada Daerah Irigasi Medan Krio menggunakan sistem pengairan rotasi. Sistem pengairan rotasi ialah pemberian air ke petak-petak sawah secara bergiliran sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama. Hal ini dilakukan karena debit air dari Bendung Irigasi Medan Krio tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air petak-petak sawah jika air dialirkan sekaligus pada seluruh areal sawah. Daerah Irigasi Medan Krio ini mengairi tiga buah desa, yaitu : Desa Sei Mencirim, Desa Suka Maju dan Sei Beras Sekata.

Kondisi ketidakcukupan air tersebut menyebabkan setiap areal sawah untuk masing – masing desa hanya dapat melakukan penanaman padi 1 kali dalam setahun. Padahal, idealnya, pada areal beririgasi, lahan dapat ditanami padi 2 hingga 3 kali penanaman. Hal ini sesuai dengan litertur Prihatman (2000) yang menyatakan bahwa : pada areal beririgasi, lahan dapat ditanami padi 3 kali dalam setahun, tetapi pada sawah tadah hujan harus dilakukan pergiliran tanaman dengan palawija.

Dari keterangan di atas maka dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan air untuk Daerah Irigasi Medan krio memiliki kriteria kurang, karena meskipun air yang dialirkan memadai, namun pada setiap areal sawahnya, hanya mampu ditanami padi untuk satu kali tanam dalam satu tahun.

(48)

Tingkat Ketepatan Pemberian Air

Tabel 8 memperlihatkan bahwa tingkat ketepatan pemberian air jaringan irigasi Medan Krio ialah tepat dengan nilai komponennya ialah 3. Seperti halnya tingkat kecukupan air, tingkat ketepatan pemberian air juga disesuaikan dengan tingkat kebutuhan desa masing- masing sesuai jadwal yang telah disepakati. Apabila air dirasa kurang, maka pintu air dapat dibuka dan begitupula apabila air dirasa berlebih atau cukup, maka pintu airpun dapat ditutup.

Adapun waktu untuk pemberian air untuk masing-masing desa pada DI Medan Krio dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jadwal pemberian air irigasi pada Daerah Irigasi Medan Krio

No. Nama Desa Jadwal Pemberian Air

1. Sei Beras Sekata April- September

2. Sei Mencirim Oktober- Maret

3. Suka Maju Oktober- Maret

Sumber: Penyuluh Pertanian DI Medan Krio, 2014.

Sumber Daya Manusia

(49)

a. Kepala Ranting/ Pengamat/ Unit Pelaksana Teknis Daerah ( UPTD)

Pada Daerah Irigasi Medan Krio ini, terdapat 1 orang Kepala Ranting dan 1 orang staf.

b. Petugas Mantri/ Juru Pengairan

Pada Daerah Irigasi Medan Krio ini, terdapat 1 orang Petugas Mantri/ Juru Pengairan

c. Petugas Operasi Bendung ( POB)

Pada Daerah Irigasi Medan Krio ini, terdapat 1 orang Petugas Operasi Bendung.

d. Petugas Pintu Air

Pada Daerah Irigasi Medan Krio ini, terdapat 1 orang Petugas Pintu Air untuk setiap desa.

e. Pekerja/ Pekarya Saluran

Pada Daerah Irigasi Medan Krio ini, Pekerja/ Pekarya Saluran merupakan petani setempat dan pembersihan saluran dilakukan secara bergotong royong menjelang musim tanam.

Manajemen kelembagaan

Tabel 8 memperlihatkan bahwa manajemen kelembagaan jaringan Irigasi Medan Krio ialah sangat baik dan nilai komponennya ialah 4. Setiap elemen yang dibutuhkan dalam pelaksanaan O & P sistem irigasi Medan Krio telah tersedia. Hasil penelitian dan observasi lapangan, dapat diketahui manajemen kelembagaan yang meliputi elemen- elemen yang terkait dalam kegiatan O & P sistem irigasi pada Daerah Irigasi Medan Krio adalah sebagai berikut :

(50)

Pada Daerah Irigasi Medan Krio ini, terdapat Kepala Ranting. Adapun tugas dari Kepala Ranting ini ialah :

- Rapat di kantor ranting / Pengamat/ Unit Pelaksana Teknis Daerah ( UPTD) untuk mengetahui permasalahan operasi.

- Menghadiri rapat di kecamatan dan dinas PSDA kabupaten. b. Petugas Mantri/ Juru Pengairan

Pada Daerah Irigasi Medan Krio ini, terdapat Petugas Mantri/ Juru Pengairan. Adapun tugas dari Petugas Mantri/ Juru Pengairan ini ialah :

- membantu kepala ranting/ pengamat/ UPTD untuk tugas- tugas yang berkaitan dengan dengan operasi.

- melaksanakan instruksi dari kepala ranting. c. Staf Ranting

Pada Daerah Irigasi Medan Krio ini, terdapat Staf Ranting. Adapun tugas dari Staf Ranting ini ialah :

- membantu kepala/ pengamat/ UPTD dalam pelaksanaan tugas. d. Petugas Operasi Bendung ( POB)

Pada Daerah Irigasi Medan Krio ini, terdapat Petugas Operasi Bendung. Adapun tugas dari Petugas Operasi Bendung ini ialah :

- Membuka/menutup pintu pengambilan utama, sesuai debit dan jadwal yang direncanakan.

- Membersihkan sampah dan kotoran yang terdapat di pintu bendung e. Petugas Pintu Air

(51)

- Membuka dan menutup pintu air sehingga debit air yang mengalir sesuai dengan kebutuhan.

- Memeriksa kondisi pintu air apakah masih dapat berfungsi dengan baik atau tidak.

Ketersediaan Dana

Pada penelitian ini parameter ketersediaan dana tidak dapat diperoleh. Hal ini dikarenakan ketersediaan dana menyangkut kerahasiaan data dari dinas terkait dalam hal ini ialah Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, sehingga data tersebut tidak dapat diberikan. Oleh karena itu parameter ketersediaan dana tidak dapat dijadikan salah satu parameter dalam penelitian ini.

(52)

Parameter ketersediaan dana yang seharusnya memiliki bobot penilaian 11%, tidak dijadikan lagi sebagai parameter penelitian. Bobot penilaiannya dibagikan kepada parameter lainnya yang masih berada dalam satu komponen, yaitu kinerja kelembagaan pemerintah. Sehingga parameter manajemen kelembagaan yang sebelumnya memiliki bobot penilaian 10% kini menjadi 15.5% dan parameter Sumber Daya Manusia (SDM) yang sebelumnya 10% kini menjadi 15.5% pula.

(53)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi Medan Krio ialah baik. Hal ini ditandai dengan jumlah skor untuk masing – masing indikator berada pada rentang jumlah skor 2 – 2.9, yaitu tepatnya : 2.22.

2. Dari penelitian ini diperoleh kondisik fisik infrastruktur jaringan irigasi Medan Krio ialah sangat buruk dengan nilai komponennya ialah 1 dimana persentase kondisi fisik jaringan dalam keadaan baik ialah 5.88 %. dan 94.12 % dalam keadaan rusak. Sedangkan untuk kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi Medan Krio juga dikatagorikan sangat buruk dengan nilai komponennya ialah 1, dimana persentase kondisi fungsional jaringan dalam keadaan baik ialah 15.79 % atau 84.21 % dalam keadaan rusak.

3. Dari pengamatan langsung di lapangan diketahui bahwa tingkat kecukupan air pada Daerah Irigasi Medan Krio ialah kurang dengan nilai komponen 2, serta untuk ketepatan memperoleh air pada Daerah Irigasi Medan Krio ialah dikatagorikan memadai dengan nilai komponen 3.

4. Kinerja kelembagaan pemerintah yang meliputi : manajemen kelembagaan dan SDM, masing- masing berada pada katagori sangat baik dan memadai dengan nilai komponen masing – masing adalah 4 dan 3.

(54)

Saran

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Basak, N.N., 1999. Irrigation Engineering. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi.

Balitbang PU, 2012. Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Partisipatif di Chea. Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Jakarta.

Dinas PSDA, 2013. Infrastruktur Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2014. Dinas Pengelolaan Sumbar Daya Air, Provinsi Sumater Utara.

Direktorat Pengelolaan Air Irigasi, 2014. Panduan Teknis Pemberdayaan Kelembagaan. Kementerian Pertanian, Jakarta

Hariany, S., B. Rosadi dan A. Nur, 2011. Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi di Saluran Sekunder pada Berbagai Tingkat Pemberian Air di Pintu Ukur. Jurnal Rekayasa Vol 15, No. 3.

Hasibuan, G. M., 2004. Pengairan dengan Beberapa Aspek Permasalahannya. Hidayat. T., Koesmaryono dan Pramudia., 2006. Analisis Neraca Air untuk

Penetapan Periode Tanam Tanaman Pangan di Propinsi Banten. Jurnal Agromet Indonesia. Vol. 20, No. 1.

Mansoer S., 2013. Penilaian Kinerja Sistem Jaringan Irigasi. Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air, Palangkaraya. Mawardi, M., 2007. Desain Hidraulik Bangunan Irigasi. Alfabeta, Bandung.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Operasi Jaringan Irigasi.

Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2006 Tentang Irigasi.

Prihatman. K., 2000. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan. BAPPENAS, Jakarta.

Pusposutardjo, S., 2001. Pengembangan Irigasi Usaha Tani Berkelanjutan dan Gerakan Hemat Air. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Yogyakarta.

(56)

Setyawan, C., S. Susanto dan Sukirno., 2011. Evaluasi Kinerja Sistem Irigasi. Jurnal Teknotan Vol. 7, No. 2 .

Soediro, 1991. Status Hukum Perkumpulan Petani Pemakai Air ( P3A) . LP3ES, Jakarta.

Sudarmanto, B., 2013. Tata Cara O & P Jaringan Irigasi dan Bendung. Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Sumber Daya Air, Palangkaraya.

Sumaryanto, M. Siregar, D. Hidayat, dan M. Suryadi, 2006. Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi dan Upaya Perbaikannya. Pusat Analisis Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

Suprapto. A., P. Sudira., dan S.S., Arif. 2008. Deteksi Dini Kekeringan Pertanian Berbasisi Sistem Informasi Geografis. Jurnal Enjiniring Pertanian. Vol. 6, No. 2

Suryono, M., S. S. Arif dan Sukirno, 2003. Penggunaan Peta Digital untuk Evaluasi Pengelolaan Sistem Irigasi Secara Spasial DI Sistem Mataram. Seminar Tahunan Teknik Pertanian FTP UGM, Yogyakarta.

(57)

Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian

Mulai K di i

Pendeskripsian Jaringan Irigasi

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Analisa Data

− Kondisi fisik dan fungsional infrastruktur jaringan irigasi − Kinerja

pelayanan air − Kinerja

kelembagaan pemerintah − kinerja

kelembagaan petani

Selesai

− Letak dan luas daerah irigasi − Kondisi bangunan

(58)

Lampiran 2. Komponen – komponen kinerja sistem irigasi

Sumber : Setyawan, dkk., 2011. Indikator

utama Komponen Indikator Bobot Nilai

(%) 1 2 3 4

Output Tingkat Kecukupan Air 8

sangat

terlambat terlambat Tepat

sangat tepat

Efisiensi Irigasi 8 < 0.5 0.5- <

0.75 0.75- < 1 1 Kondisi dan Fungsi

Sistem Drainase 8

Sangat

Produktivitas Lahan 8 < 0.75 rerata

0.75- < 1

rerata = rerata > rerata

Input

Kondisi dan Fungsi infrastruktur Jaringan

Manajemen Kelembagaan 3 Sangat

Buruk Buruk Baik

Sangat Baik

Ketersediaan SDM 3 Tidak Memadai

Kurang

Memadai Memadai

Sangat Memadai

Ketersediaan Dana 4 Tidak Memadai

Kurang

Memadai Memadai

Sangat Memadai Kegiatan OP di saluran

Primer 5

Sangat

Buruk Buruk Baik

Sangat Baik kegiatan OP di saluran

Sekunder 5

Sangat

Buruk Buruk Baik

Sangat Baik kegiatan OP di Saluran

Tersier 5

Faktor internal 3 Sangat

Buruk Buruk Baik

Sangat Baik

Faktor eksternal 3 Sangat

Buruk Buruk Baik

(59)

Lampiran 3. Analisa data kondisi fisik Infrastruktur jaringan irigasi Medan Krio Dik : a. Bangunan Utama :

Bangunan utama berfungsi baik (Buf) = - Total Bangunan utama (But) = - b. Saluran Irigasi :

Saluran berfungsi Baik (Sf) = 1000 m

Total panjang saluran (St) = 26900m

c. Bangunan pada Saluran

Bangunan yang berfungsi baik (Bf) = 24 buah

Total bangunan (Bt) = 152 buah

Dit : Kondisi Fisik Infrastruktur ? Jawab :

a.Bangunan Utama (Bu) = Buf

But x bobot = 0 x 38.65% = 0 %

b. Saluran Irigasi (Is) = Sf

St x bobot = 1000 m

26900 m x 31.65% = 1.18 %

c. Bangunan Pada Saluran (Ib) = Bu

Bt x bobot = 24

152 x 29.65% = 4.68%

(60)

= Bu + Is + Ib

(61)

Lampiran 4. Analisa data kondisi fungsional Infrastruktur jaringan irigasi Medan Krio

Dik : a. Saluran Irigasi :

Saluran berfungsi Baik (Sf) = 1000 m Total panjang saluran (St) = 26900m b. Bangunan irigasi

Bangunan yang berfungsi baik (Bf) = 24 buah Total bangunan (Bt) = 152 buah Dit : Kondisi Fungsional Infrastruktur ?

Jawab :

a. Saluran Irigasi (Is) = Sf

St x 100 % = 1000 m

26900 m x 100 % = 3.71 %

b. Bangunan Pada Saluran (Ib) = Bu

Bt x 100 % = 24

152 x 100% = 15.79 %

Jadi Kondisi Fisik Infrastruktur jaringan irigasi Medan Krio ialah : = Is +Ib

2

= 3.71%+15.79 % 2

(62)

Lampiran 5. Daftar inventarisasi keadaan jaringan irigasi Nama Daerah Irigasi : Daerah Irigasi Medan Krio Kecamatan : Sunggal

Kabupaten : Deli Serdang Tingkat Jaringan : Teknis

No Bangunan Jumlah Panjang B

9. Bangunan bagi sadap

10 Bangunan 4 4

11. Pintu 22 17 3 2

12. Bangunan sadap

13. Bangunan 28 28

Sumber : Dinas PSDA, 2014. Keterangan : B : Baik

(63)

Lampiran 6. Hasil wawancara terhadap petugas operasi bendung Irigasi Medan Krio

Mahasiswa : Apa saja tugas anda sebagai petugas operasi bendung ?

Petugas Operasi Bendung : Membuka serta menutup pintu pengambilan utama, sesuai jadwal yang direncanakan dan membersihkan sampah dan kotoran yang terdapat di pintu bendung.

Mahasiswa : Apakah debit air yang dialirkan dari bendungan dapat mencukupi kebutuhan air pada petak-petak sawah ?

Petugas Operasi Bendung : Sebenarnya debit air yang dialirkan belum mencukupi kebutuhan air pada petak-petak sawah, karena itulah digunakan sistem rotasi pengairan atau pengairan air secara bergiliran menuju petak-petak sawah sesui dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Mahasiswa :Bagaimana cara untuk menjaga dan

mempertahankan kondisi bendung dan jaringan irigasi lainnya agar tetap dalam kondisi yang baik?

(64)

pemeriksaan bangunan irigasi dan kegiatan perawatan lainnya.

Mahasiswa : Kapan saja kegiatan pembersihan dan perawatan tersebut dilakukan ?

Petugas Operasi Bendung : Kegiatan tersebut dilakukan hanya jika dirasa perlu saja. Tidak ada jadwal khusus untuk melakukan kegiatan tersebut.

Mahasiswa :Bagaimana metode yang dilakukan dalam

melakukan kegiatan pembersihan dan pemeriksaan bangunan irigasi tersebut ?

Petugas Operasi Bendung : Kegiatan tersebut dilakukan dengan cara bergotong royong, oleh para petani. Namun kegiatan gotong royong ini hanya bersifat sukarela saja.

Medan, Mei 2014 Petugas Operasi Bendung DI Medan Krio

(65)
(66)
(67)
(68)
(69)

Gambar

Tabel 1.  Komponen penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi
Tabel 2.  Bobot penilaian kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi
Tabel 5.  Kondisi fisik infrastruktur jaringan irigasi No. Kondisi Fisik Infrastruktur
Tabel 7.  Kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi No. Kondisi Fungsional Infrastruktur
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan tingkat ketepatan pemberian air adalah sangat tepat dengan nilai 4, manajemen kelembagaan pemerintah adalah sangat baik dengan nilai 4, kinerja

Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui kinerja sistem irigasi tersebut ialah: kinerja fungsional dan infrastruktur jaringan irigasi, tingkat kecukupan air, tingkat

Hasil penelitian menunjukkan tingkat ketepatan pemberian air adalah sangat tepat dengan nilai 4, manajemen kelembagaan pemerintah adalah sangat baik dengan nilai 4, kinerja

Berkaitan dengan hal tersebut, jaringan irigasi Daerah Irigasi (DI) Bandar Sidoras di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang

− Kondisi fisik dan fungsional infrastruktur jaringan irigasi − Kinerja pelayanan air − Kinerja kelembagaan pemerintah − kinerja kelembagaan petani Selesai?. − Letak

Dari analisis data yang dilakukan untuk penilaian kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi maka diperoleh kondisi fungsional infrastruktur jaringan irigasi

aktif dalam kegiatan yang menyangkut irigasi maka kinerja kelembagaan petani. dapat dikategorikan

Hasil penelitian menunjukkan tingkat ketepatan pemberian air adalah sangat tepat dengan nilai 4, manajemen kelembagaan pemerintah adalah sangat baik dengan nilai 4, kinerja