ANALISA YURIDIS MENGENAI PERUBAHAN SISTEM
ASURANSI JIWA PT. JAMSOSTEK (PERSERO) MENJADI
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL
(BPJS) KETENAGAKERJAAN
(Studi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Binjai)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Hukum
Oleh :
Ernanda Ihutan
110400144
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM DAGANG
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
ANALISA YURIDIS MENGENAI PERUBAHAN SISTEM
ASURANSI JIWA PT. JAMSOSTEK (PERSERO) MENJADI
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL
(BPJS) KETENAGAKERJAAN
(Studi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Binjai)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Hukum
Oleh :
ERNANDA IHUTAN
110400144
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM DAGANG
Disetujui oleh:
Ketua Departemen Hukum Keperdataan
Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum NIP. 196603031985081001
Pembimbing I
Sinta Uli, SH, M.Hum NIP. 195506261986012001
Pembimbing II
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadhirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmad,
nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Adapun skripsi ini berjudul : “Analisa Yuridis Mengenai Perubahan Sistem
Asuransi Jiwa PT. Jamsostek (Persero) Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (Studi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Binjai)”
Asuransi merupakan salah satu dari buah peradaban manusia dan
merupakan suatu hasil evaluasi kebutuhan manusia yang sangat hakiki ialah
kebutuhan akan rasa aman dan terlindung, terhadap kemungkinan menderita
kerugian. Di zaman sekarang asuransi memegang peranan penting dalam
memberikan kepastian proteksi bagi manusia. Asuransi dapat memberikan
proteksi terhadap kesehatan, pendidikan, hari tua, harta benda maupun kematian
yang ditujukan kepada masyarakat luas.
Pelaksanaan penulisan skripsi ini diakui banyak mengalami kesulitan dan
hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, serta petunjuk dari dosen
pembimbing, maka penulisan ini dapat diselesaikan dengan baik Dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang banyak membantu, membimbing,
dan memberikan motivasi. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
1. Prof. Dr. Runtung, SH.M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH.M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Syafruddin, SH.MH.DFM selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. O.K. Saidin, SH.M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
5. Bapak Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum
Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Rabiatul Syahriah, SH.M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum
Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
7. Ibu Sinta Uli, SH.M.Hum, selaku Ketua Program Kekhususan Hukum
sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah banyak membantu penulis, dalam
memberikan masukan, arahan-arahan, serta bimbingan didalam pelaksanaan
penulisan skripsi ini
8. Bapak Mulhadi, SH.M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
membantu penulis, dalam memberikan masukan, arahan-arahan, serta
bimbingan didalam pelaksanaan penulisan skripsi ini
9. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
10.Kepada Ayahanda Sehat Sari Tua Gurning dan Ibunda Tersayang Krista
Nurhayati Siagian, serta Kakanda Sagita Gurning, Yoan Sartika Gurning, atas
menyelesaikan studi di Fakultas Hukum USU dan yang telah memberikan
dukungan kepada penulis.
11.Buat Beatrix Pardede yang telah memberikan motivasi kepada penulis selama
masa perkulihan hingga penulisan skripsi ini.
12.Kepada Mahasiswa/i Fakultas Hukum USU stambuk 2011, selama menjalani
perkuliahan, Michael Tommy Napitupulu, Natasya Rehulina Bangun, SH,
Grace Dina Sitinjak, SH, Canra Sinambela, M. Ibnu Hidayah, SH, Oktavia
Sitanggang, SH, Bryan Altama.
13.Dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini
baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan
di dalam penulisannya, oleh karena itu penulis berharap adanya masukan dan
saran yang bersifat membangun untuk dimasa yang akan datang. Demikianlah
yang dapat saya sampaikan, atas segala kesalahan dan kekurangan saya mohon
maaf. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Medan, September 2015
P
Peennuulliiss
DAFTAR ISI SOSIAL TENAGA KERJA (JAMSOSTEK) ... 15
A.Tujuan Jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) ... 15
B.Sejarah Perkembangan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) dan Dasar Hukum ... 26
C.Ruang lingkup dan organisasi jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) ... 30
BAB III. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KETENAGAKERJAAN DALAM ASPEK HUKUM ... 47
A.Sejarah dan Dasar Hukum BPJS Ketenagakerjaan Serta Kelengkapannya ... 47
B.Fungsi, wewenang, hak dan kewajiban BPJS ketenagakerjaan menurut UU no 24 tahun 2011 tentang BPJS ... 59
C.Organ BPJS ketenagakerjaan dan kekhususan BPJS Ketenagakerjaan dalam perubahan ... 61
BAB IV. ANALISIS YURIDIS MENGENAI PERUBAHAN SISTEM ASURANSI JIWA JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA (JAMSOSTEK) MENJADI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KETENAGAKERJAAN (STUDI BPJS KETENAGAKERJAAN CABANG BINJAI) ... 64
A.Alasan hukum peralihan Jamsostek menjadi BPJS ketenagakerjaan ... 64
B.Perbandingan sistem asuransi jiwa menurut PT. Jamsostek dengan BPJS Ketenagakerjaan ... 68
ABSTRAK
E
ErrnnaannddaaIIhhuuttaann**
Sinta Uli, SH, M.Hum** Mulhadi, SH.M.Hum ***
Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang Usaha Perasuransian menyatakan bahwa Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu suatu peristiwa yang tidak pasti. Sedangkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah Perusahaan Asuransi yang dikenal sebelumnya sebagai PT. Askes begitu juga BPJS Ketenagakerjaan merupakan transformasi dari Jamsostek. Judul dalam penulisan skripsi ini adalah “Analisa Yuridis Mengenai Perubahan Sistem Asuransi Jiwa PT. Jamsostek (Persero) menjadi badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (Studi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Binjai)”. Permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah alasan hukum peralihan Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Perbandingan sistem asuransi jiwa menurut PT. Jamsostek dengan BPJS Ketenagakerjaan dan hambatan pelaksanaan badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) ketenagakerjaan di Binjai.
Metode yang digunakan penelitian Yuridis Normatif. Skripsi ini bersifat penelitian Deskripstif Analitis. Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data Sekunder, dengan teknik pengumpulan data Library Research
(penelitian kepustakaan) dan Field Research (penelitian lapangan) dan melakukan wawancara langsung.
Alasan hukum peralihan Jamsostek menjadi Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan secara Nasional bahwa Jaminan Sosial sebagai instrumen negara yang dirancang untuk redistribusi risiko secara nasional sesuai asas dan prinsip-prinsip Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional. SJSN adalah sistem jaminan sosial seumur hidup untuk keperluan perlindungan bagi seluruh rakyat (kaya, menengah dan miskin) sehingga bersifat mengikat dalam kewajiban baik tenaga-kerja, pemberi-kerja dan pemerintah). Perbandingan sistem asuransi jiwa menurut PT. Jamsostek dengan BPJS Ketenagakerjaan yaitu BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya bernama Jamsostek, yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Januari 2014. hambatan-hambatan yang dihadapi BPJS Ketenagakerjaan di Kota Binjai antara lain : Faktor Pengetahuan dan Pendidikan, dimana peranan kaum pekerja dalam menunjang perekonomian Nasional dapat dipungkiri lagi, karena itu, jaminan atau perlindungan terhadap tenaga kerja dan keluarganya memenuhi kebutuhan minimal.
*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.
Perkembangan asuransi di Indonesia tentunya tidak terlepas dari perkembangan
ekonomi dan teknologi dalam kehidupan manusia. Usaha asuransi merupakan
suatu mekanisme yang memberikan perlindungan pada tertanggung apabila terjadi
risiko dimasa mendatang. Apabila risiko tersebut benar-benar terjadi, pihak
tertanggung akan mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang diperjanjikan antara
penanggung dan tertanggung. Mekanisme perlindungan ini sangat dibutuhkan
dalam dunia bisnis yang penuh dengan risiko. Secara rasional, para pelaku bisnis
akan mempertimbangkan untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Pada tingkat
kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk
mengurangi permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada salah satu
anggota keluarga yang menghadapi risiko cacat atau meninggal dunia.
Asuransi merupakan salah satu dari buah peradaban manusia dan
merupakan suatu hasil evaluasi kebutuhan manusia yang sangat hakiki ialah
kebutuhan akan rasa aman dan terlindung, terhadap kemungkinan menderita
kerugian. Di zaman sekarang asuransi memegang peranan penting dalam
memberikan kepastian proteksi bagi manusia. Asuransi dapat memberikan
proteksi terhadap kesehatan, pendidikan, hari tua, harta benda maupun kematian
yang ditujukan kepada masyarakat luas. Asuransi merupakan buah pikirian dan
kebutuhannya, terutama sekali untuk kebutuhan-kebutuhannya yang hakiki
sifatnya.1
Asuransi sebagai suatu lembaga maupun sebagai suatu kegiatan di
Indonesia merupakan sesuatu yang relatif baru, karena asuransi sendiri bukan
sesuatu yang “asli” yang berasal dari bumi Indonesia. Asuransi datang
bersama-sama datangnya orang asing yaitu bangsa Belanda.2
Perasuransian adalah istilah hukum (legal term) yang dipakai dalam
perundang-undangan. Istilah perasuransian berasal dari kata “asuransi” yang
berarti pertanggungan atau perlindungan atas suatu objek dari ancaman bahaya
yang menimbulkan kerugian. Apabila kata “asuransi” diberi imbuhan per-an,
maka muncullah istilah hukum “perasuransian”, yang berarti segala usaha yang
berkenaan dengan asuransi. Asuransi ini menjadi salah satu kebutuhan hidup yang
tak kalah penting di era globalisasi ini. Hal inilah yang mendorong cepatnya Asuransi baik sebagai suatu
lembaga maupun sebagai suatu bagian kegiatan perdagangan dalam tata
perekonomian orang-orang Belanda dibawa kesini sebagai suatu kebutuhan
mereka. Asuransi dipergunakan sebagai suatu lembaga yang menjamin
kepentingan mereka dalam bidang perdagangan dan perekonomian. Secara formal
masuknya asuransi dan lembaga asuransi di Indonesia ialah sejak berlakunya
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Belanda di Indonesia pada tahun 1848.
Berlakunya KUH Dagang Belanda di Indonesia adalah atas dasar asas
konkordansi yang dimuat dalam Stb 1943 No. 23, yang diundangkan pada tanggal
30 April 1947, dan mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1848.
1
Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 2001, hal 30
2Ibid.,
perkembangan perusahaan asuransi karena banyaknya penduduk yang khawatir
akan jaminan keselamatan hidupnya. Definisi asuransi dapat ditemukan pada
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Pasal 246 yang menyatakan bahwa
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seseorang
penanggung mengikatkan diri kepada seseorang tertanggung, dengan menerima
suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi
karena suatu peristiwa tak tentu.
Menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang Usaha
Perasuransian menyatakan bahwa Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian
antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu suatu peristiwa
yang tidak pasti. Atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Sehingga dapat
disimpulkan asuransi adalah suatu persetujuan dimana pihak yang menjamin
berjanji kepada pihak yang dijamin, untuk menerima sejumlah uang premi sebagai
pengganti kerugian, yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin, karena akibat
dari suatu peristiwa yang belum jelas.3
3
Wirdjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia., Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hal 89
Selain itu secara khusus Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
menyelenggarakan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), menurut Pasal 2
Undang-Undang BPJS berdasarkan asas kemanusiaan yang terkait dengan
penghargaan terhadap martabat manusia. Manfaat yaitu asas yang bersifat
operasional yang menggambarkan pengelolaan yang efisien dan efektif,
sedangkan asas yang bersifat idiil yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Sebagai badan Hukum Publik pembentukan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial berdasarkan Undang-Undang BPJS. Fungsi, tugas, wewenang, hak
dan kewajibannya juga diatur dalam Undang-Undang BPJS. Undang-Undang
BPJS menentukan bahwa BPJS bertanggung jawab kepada Presiden. Hal ini
berbeda dengan Direksi PT (Persero) yang bertanggung jawab kepada Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
Seperti diketahui bersama bahwa “Jaminan sosial merupakan hak setiap
warga Negara yang dilindungi oleh Undang-Undang”. Namun kenyataannya
belum seluruh warga Negara mendapatkan akses Jaminan Sosial Nasional
tersebut. Dalam Undang-Undang Dasar 1945, pada alinea kelima, dinyatakan
bahwa keadilan sosial diperuntukkan bagi seluruh rakyat Indonesia dan Sistem
jaminan sosial tercantum dalam Pasal 34 UUD Amandemen keempat Tahun 2002.
Melihat persoalan tersebut maka sesuatu yang wajar jika warga negara,
termasuk semua pekerja menuntut untuk pengesahan undang-undang terkait
dengan program Jaminan Sosial tentang pembentukan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS). Walaupun Undang- Undang Sistem Jaminan Nasional
belum mampu melaksanakan program tersebut sesuai dengan amanat UU, karena
masih terkendala dengan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS). Hal ini terjadi karena dalam Undang-Undang No 40 Tahun 2004 Pasal 1
ayat (6) menentukan, “BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial”.
Berdasarkan landasan filosofis di atas justru menyiratkan bahwa
kedudukan Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah bersifat urgen
dan harus diperoleh setiap warga Negara Indonesia yang dimana pada dasarnya
Jaminan Sosial adalah dalam rangka menjamin perlindungan sosial dan
kesejahteraan serta memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. seperti yang
di Undang-Undangkan pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang
Jamsostek Pasal 3 ayat (1) yang berbunyi
“untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan
program jaminan sosial tenaga kerja yang pengelolaannya dapat
dilaksanakan dengan mekanisme asuransi.4
Dengan berubahnya PT JAMSOSTEK menjadi BPJS Ketenagakerjaan
ditemukan adanya perbedaan terhadap jenis program jaminan sosial dimana pada
masa jamsostek berdasarkan Undang – Undang Nomor 3 Tahun 1992 dikenal
program jaminan sosial yang meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan
Kematian, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan sedangkan
didalam Undang-Undang BPJS program jaminan didalam Pasal 18 yang meliputi
Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan
4
Pensiun, dan Jaminan Kematian. Inilah yang mendasari adanya perubahan
mengenai sistem Asuransi, secara khusus pada pengaturan Asuransi Jiwa yang
terdapat di PT. JAMSOSTEK. 5
B. Permasalahan
Ini yang merupakan alasan mengapa penulis tertarik untuk menulis skripsi
yang berjudul tentang Analisa Yuridis Mengenai Perubahan Sistem Asuransi Jiwa PT. JAMSOSTEK (Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (Studi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Binjai)
Penulis merumuskan permasalahan yang menjadi fokus skripsi ini, yaitu :
1. Apa alasan hukum peralihan Jaminan Sosial Tenaga Kerja menjadi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan?
2. Bagaimana Perbandingan sistem Asuransi Jiwa menurut PT. Jamsostek
dengan BPJS Ketenagakerjaan?
3. Apakah yang menjadi hambatan pelaksanaan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan pada BPJS ketenagakerjaan di
Binjai?
C.Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetehui apa alasan hukum peralihan Jaminan Sosial Tenaga
Kerja menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.
2. Untuk mengetahui perbandingan sistem Asuransi Jiwa menurut PT.
Jamsostek dengan BPJS Ketenagakerjaan.
3. Untuk mengetahui apa yang menjadi hambatan pelaksanaan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan di Binjai.
D.Manfaat Penelitian
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat setidaknya dalam 2
(dua) hal, yaitu :
1. Manfaat teoritis
Penulis berharap skripsi ini semakin menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan di bidang hukum, khususnya yang berhubungan dengan Hukum
Asuransi di dalam Asuransi Jiwa PT. Jamsostek yang menjadi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ) Ketenagakerjaan
2. Manfaat praktis
Skripsi ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,
khususnya para pihak yang terkait dan berkecimpung di dunia asuransi sebagai
bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam upaya pembaharuan Hukum
Perdata dalam bidang Hukum Asuransi.
Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian Yuridis Normatif
dan juga penelitian Empiris yang dilaksanakan pada kantor BPJS Ketenagakerjaan
kota Binjai :
1. Sifat Penelitian.
Metode penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini
adalah bersifat Deskripstif Analitis, yang mengungkapkan peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian.
Bersifat Deskriptif yang didukung dengan adanya penggambaran sejarah
Jamsostek di Indonesia. Demikian juga hukum dalam pelaksanaannya di dalam
masyarakat yang berkenaan dengan objek penelitian.6
2. Sumber Data.
Data dapat dibagi ke dalam dua jenis berdasarkan sumber data yang
diperoleh, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer, yaitu data yang
diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara, observasi maupun
laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti.
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi,
buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk
laporan, Skripsi, Tesis, Disertasi, dan peraturan perundang-undangan.7
a. Bahan hukum primer, adalah bahan-bahan hukum yang mengikat. Yaitu
peraturan mengikat yang telah ditetapkan oleh pemerintah antara lain
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang “Badan Penyelenggara Di dalam penulisan skripsi ini, data sekunder yang digunakan berupa:
6
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 105-106
7
Jaminan Sosial (BPJS)” dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992
tentang “JAMSOSTEK”. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian
b. Bahan hukum sekunder, adalah bahan hukum yang memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer. Yaitu buku-buku dan jurnal.
c. Bahan hukum tersier, adalah bahan yang memberikan petunjuk atau
penjelasan mengenai bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder
yaitu yang berasal dari kamus, majalah, surat kabar, dan bahan lainnya
yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
3. Teknik pengumpulan data.
Teknik pengumpulan data adalah cara atau teknik untuk memperoleh data
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam penulisan skripsi ini
digunakan teknik pengumpulan data melalui kepustakaan. Teknik pengumpulan
data dengan cara ini yaitu mengumpulkan data – data sekunder yang diperoleh
dari bahan pustaka, yang terdiri dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992
tentang “JAMSOSTEK”, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang “Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)”, buku-buku, literatur, makalah, dan lain
sebagainya. Selain itu dilakukan juga wawancara terstruktur pada Kantor Cabang
Umum PT. JAMSOSTEK yang sekarang berubah menjadi kantor BPJS
KETENAGAKERJAAN yang terdapat di Kota Binjai.
4. Analisis Data.
Penelitian pada penulisan skripsi ini menggunakan teknik analisis data
peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan serta norma-norma yang
hidup dan berkembang dalam masyarakat dengan melihat sinkronisasi suatu
aturan dengan aturan lainnya secara bertingkat (hierarki). Teknik analisis data
kualitatif ini tidak membutuhkan populasi dan sampel melainkan dilakukan
dengan cara mengumpulkan data-data sekunder yang dibutuhkan baik itu berupa
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier yang
berhubungan dengan penulisan skripsi.
F. Keaslian Penulisan
Berdasarkan informasi yang diketahui dan penelusuran kepustakan yang
dilakukan khususnya di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
penulisan skripsi terkait dengan Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial telah dituliskan sebelumnya oleh beberapa penulis.
Diantaranya adalah :
1. Saudara Mehaga Bastanta, Nim 090200120, Tahun 2013 dengan judul skripsi
“Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Antara PT. Jamsostek (Persero)
Cabang Medan Dengan Wadah Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja
(TK-LHK) Binaan Kantor PT. Jamsostek (PERSERO) Cabang Medan”
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari skripsi tersebut adalah :
a. Bagaimana bentuk hak dan kewajiban PT. Jamsostek (persero) cabang
Medan dan wadah tenaga kerja lurt hubungan kerja (TK-LHK) binaan
b. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT. Jamsostek
(Persero) cabang Medan dengan wadah tenaga kerja luar hubungan kerja
(TK-LHK) binaan kantor PT. Jamsostek (persero) cabang Medan saat ini?
c. Apakah pernah terjadi penyimpangan perjanjian kerjasama (wanprestasi)
antara PT. Jamsostek cabang Medan dengan wadah tenaga kerja luar
hubungan kerja (TK-LHK) binaan kantor PT. Jamsostek (persero) cabang
Medan dan sepeerti apa bentuk serta bagaimana kasus penyelesaiannya?
d. Bagaimana bentuk pengakhiran perjanjian kerjasama antara PT. Jamsostek
(persero) cabang Medan dengan wadah tenaga kerja luar hubungan kerja
(TK-LHK) binaan kantor PT. Jamsostek (persero) cabang medan?
2. Saudari Nurul Dwi Oktari Sitepu, Nim 100200225, Tahun 2014 dengan judul
skripsi “Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi
Jamsostek dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial)
Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 (Studi pada PT. Jamsostek
cabang Medan)
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari skripsi tersebut adalah :
a. Bagaimana pengaturan penanganan JAMSOSTEK dan BPJS dalam
mengatasi masalah ketidak sesuaian data para pekerja?
b. Bagaimana perbandingan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja yang
diberikan oleh JAMSOSTEK dan BPJS?
c. Bagaimana akibat hukum terhadap perushaan yang terlambat membayar
Penulisan skripsi dengan judul “Analisa Yuridis Mengenai Perubahan
Sistem Asuransi Jiwa PT. Jamsostek (PERSERO) Menjadi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (Bpjs) Ketenagakerjaan (Studi BPJS Ketengakerjaan Cabang
Binjai) “ belum pernah ditulis sebelumnya. Dengan demikian berdasarkan
perumusan masalah serta tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini,
dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya yang asli dan bukan
merupakan hasil jiplakan dari skripsi orang lain. Skripsi ini dibuat berdasarkan
hasil pemikiran sendiri dan refrensi dari buku-buku, undang-undang,
makalah-makalah, serta media elektronik yaitu internet dan juga mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Berdasarkan asas-asas keilmuan yang rasional, jujur, dan terbuka,
maka penelitian dan penulisan skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya secara ilmiah.
G.Sistematika Penulisan
Guna memudahkan pemahaman atas isi dari skripsi ini, penulis membuat
sistematika pembahasan secara teratur yang semuanya mempunyai hubungan erat
satu dengan yang lain. Dalam skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dan sejumlah sub
bab. Adapun sistematika dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, berisikan mengenai latar belakang, rumusan
permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian,
sistematika penulisan, dan keaslian penulisan.
Bab II Tinjauan Umum Tentang Sistem Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek), dasar hukum dan sejarah perkembangan jaminan sosial tenaga kerja
(Jamsostek), dan ruang lingkup jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek).
Bab III Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, bab
ini membahas mengenai pengertian, sejarah BPJS Ketenagakerjaan dan dasar
hukum BPJS Ketenagakerjaan, kemudian membahas fungsi, wewenang, hak dan
kewajiban BPJS Ketenagakerjaan menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011 tentang BPJS Ketenagakerjaan, dan juga membahas organ-organ dalam
BPJS Ketenagakerjaan.
Bab IV Analisis Yuridis Mengenai Perubahan Sistem Asuransi Jiwa
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) Menjadi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Bab ini membahas mengenai apa alasan
hukum mengapa terjadinya peralihan Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan,
perbandingan sistem asuransi jiwa menurut PT. Jamsostek dengan BPJS
Ketenagakerjaan, dan apa saja yang menjadi hambatan pelaksanaan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan pada BPJS
Ketenagakerjaan cabang Binjai.
Bab V Kesimpulan dan saran, bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi
ini yang berisikan kesimpulan dan saran yang menjadi pokok-pokok pikiran
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL
TENAGA KERJA (JAMSOSTEK)
A. Pengertian Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)
Istilah asuransi atau pertanggungan merupakan terjemahan dari bahasa
Belanda, yaitu dari kata “verzekering”. Di Indonesia, para sarjana member
definisi berbeda dalam pemakaian istilah “pertanggungan”. Dalam uraian skripsi
ini nanti tidak dibedakan istilah Asuransi atau Pertanggungan, keduannya
digunakan secara bergantian.
Perasuransian adalah istilah hukum (legal term) yang dipakai dalam
perundang-undangan dan Perusahaan Perasuransian. Istilah perasuransian berasal
dari kata “Asuransi” yang berarti Pertanggungan atau Perlindungan atas suatu
objek dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian.8
Asuransi dalam bahasa Inggris disebut Insurance . Ada
9
(dua) pihak yang
terlibat dalam Asuransi , yaitu pihak penanggung sebagai pihak yang sanggup
menjamin serta menanggung pihak lain yang akan mendapat suatu penggantian
kerugian yang mungkin akan dideritanya sebagai suatu akibat dari suatu peristiwa
yang belum tentu terjadi dan pihak tertanggung akan menerima ganti kerugian,
yang mana pihak tertanggung diwajibkan membayar sejumlah uang kepada pihak
penanggung.10
8
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Citra Aditya, Bandung, 2006, hal 5
9
J.C.T.Simorangkir,Rudy Erwin,J.T Prasetyo, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 182.
10
Subekti, dalam bukunya memberikan definisi mengenai Asuransi yaitu,
Asuransi atau Pertanggungan sebagai suatu perjanjian yang termasuk dalam
golongan perjanjian untung-untungan (kansovereenkomst). Suatu perjanjian
untung-untungan ialah suatu perjanjian yang dengan sengaja digantungkan pada
suatu kejadian yang belum tentu terjadi, kejadian mana akan menentukan
untung-ruginya salah satu pihak.11
1. Asuransi terhadap kebakaran
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang di dalam Pasal 247 menyebutkan
tentang 5 (lima) macam asuransi, yaitu:
2. Asuransi terhadap bahaya hasil-hasil pertanian
3. Asuransi terhadap kematian orang (asuransi jiwa)
4. Asuransi terhadap bahaya di laut dan perbudakan
5. Asuransi terhadap bahaya dalam pengangkutan di darat dan di sungai-sungai.
Buku 1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang mengatur tentang jenis
asuransi yang poin 1, poin 2 dan poin 3 di atas, sedangkan jenis asuransi yang
poin 4 dan 5 diatur di dalam Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Dari
jenis-jenis asuransi yang disebutkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang, dapat dilakukan penggolongan besar sebagai berikut
1) Asuransi kerugian atau asuransi umum yang terdiri dari asuransi kebakaran
dan asuransi pertanian
2) Asuransi jiwa
3) Asuransi pengangkutan laut, darat dan sungai.12
Analisis tentang pengaturan asuransi dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang menunjukkan bahwa lingkup pengaturan Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang menitik beratkan pada asuransi kebakaran saja sementara telah terdapat
berbagai jenis asuransi lainnya yang memerlukan pengaturan. Terlepas dari
keterbatasan dalam penggolongan tersebut diatas, Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang memungkinkan jenis penutupan asuransi secara luas, sesuai dengan
ketentuan Pasal 268 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang berbunyi: “
Suatu pertanggungan dapat mengenai segala kepentingan yang dapat dinilaikan
dengan uang, dapat diancam oleh sesuatu bahaya, dan tidak dikecualikan oleh
undang-undang.”
Namun, definisi tersebut tidak lagi mencukupi karena kepentingan yang
diasuransikan tidak lagi terbatas pada kepentingan yang dapat dinilaikan dengan
uang sebagaimana halnya dengan jiwa seseorang. Kebutuhan masyarakat telah
jauh melampaui kebutuhan terhadap asuransi kebakaran semata untuk
mempertanggungkan kepentingan mereka mengingat risiko-risiko yang timbul
kemudian melahirkan kebutuhan terhadap jenis-jenis asuransi baru. Batasan atas
objek asuransi dalam Pasal 268 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang meliputi
objek asuransi atas kepentingan yang dapat dinilaikan dengan uang, dapat
diancam oleh suatu bahaya yang tidak dikecualikan oleh undang-undang sudah
tidak sesuai praktik industri sudah sejak lama.
12
Seiring berjalannya waktu, dikenal pula adanya asuransi yang bersifat
Sosial, yaitu Asuransi yang biasa dilakukan oleh pihak pemerintah dengan tujuan
untuk memberikan asuransi bagi masa depan rakyatnya.
Asuransi sosial timbul karena suatu kebutuhan masyarakat akan
terselenggarakannya suatu Jaminan Sosial. Suatu jaminan Sosial itu sudah
merupakan suatu hal yang demikian mendesak dan tidak dapat ditunda. Asuransi
sosial merupakan salah satu dari beberapa jenis asuransi yang umumnya relatif
masih baru dibandingkan dengan jenis asuransi lainnya.
Hal ini disebabkan timbulnya Asuransi Sosial berbeda latar belakangnya
dengan asuransi yang lain. Asuransi Sosial dibentuk oleh pemerintah sesuai
dengan tujuan negara yang terdapat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yakni, untuk memajukan kesejahteraan
umum. Hal ini sejalan dengan tujuan Asuransi Sosial itu sendiri yakni
meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama para pegawai dan pensiun.
Jaminan Sosial sebagai tanggung jawab negara oleh karena itu
mensyaratkan adanya campur tangan yang besar dari negara dalam kebijakan
sosial atau kebijakan untuk kemiskinan. Sejarah kebijakan sosial di Inggris
melalui Beveridge Plan (1940’s) pernah mencatat situasi di mana hidup seorang
warga negara sejak lahir hingga mati (from cradle to grave) dilindungi oleh sistim
Jaminan Sosial. Sistem jaminan yang diterapkan di Inggris memiliki efek yang
cukup luas dalam perkembangan jaminan sosial modern.
Sistem Jaminan Sosial dapat memberikan motivasi dan kesetiaan pekerja
terhadap produktivitas kerja dan dari sisi perusahaan akan mendorong perusahaan
meningkatkan efisiensi. Hal ini karena pekerja merasa nyaman dalam bekerja
karena telah terlindungi dari kemungkinan kecelakaan kerja maupun pensiun.
Sehingga akan memotivasi pekerja untuk bekerja lebih produktif. Selain itu
Jaminan Sosial juga merupakan konsekuensi logis sebagai timbal balik dari
perusahaan bagi pekerja yang telah memberikan keuntungan. Maka dari itu
jaminan sosial perlu diterapkan sehingga akan mampu membantu perekonomian
nasional, bahkan dapat menjadi cadangan dana nasional.
Perkembangan Asuransi Sosial dimulai dengan adanya Asuransi
Kesehatan Pegawai Negeri diikuti oleh asuransi sosial kecelakaan bagi para
pegawai swasta, dan dilanjutkan dengan asuransi sosial kesehatan bagi pegawai
swasta dalam program Jamsostek. Perkembangan kehidupan sosial di Indonesia
yang semakin kompleks telah mendorong meningkatnya kebutuhan atas biaya
pemeliharaan kesehatan dan biaya pengobatan. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut maka berbagai sistem pemeliharaan kesehatan dikembangkan. Asuransi
Sosial pada umumnya meliputi bidang jaminan keselamatan angkutan umum,
keselamatan kerja, dan pemeliharaan kesehatan. Setelah mengalami kemajuan dan
perkembangan, baik menyangkut landasan
cara penyelenggaraan, pada tahun
dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang
pelaksanaan program Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK), yang mewajibkan
ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara
ASTEK yaitu Perum Astek.
Keselamatan dan kesehatan tenaga kerja merupakan bagian yang cukup
penting dari upaya perlindungan tenaga kerja. Keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja dimaksudkan untuk menjamin keamanan tenaga kerja yang merupakan
bagian dari sumber-sumber produksi dan bagian dari kelancaran suatu proses
produksi. Perhatian dan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan perlu tertanam
pada semua tingkat proses produksi, mulai dari pimpinan yang teratas sampai para
pelaksana terbawah. Perhatian akan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
tersebut dapat ditunjukkan melalui adanya perhatian akan seluruh proses kegiatan
perlindungan jaminan sosial tenaga kerja yang terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan. Dengan memperhatikan unsur keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasannya
maka jumlah kecelakaan kerja dapat dikurangi. Bentuk eksistensi pemerintah pada
permasalahan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja terlihat pada gencarnya
program PT JAMSOSTEK sebagai badan penyelenggara untuk memberikan
Jaminan Kecelakaan, Jaminan kematian akibat kerja, jaminan hari tua, dan
jaminan pemeliharaan kesehatan.
Penyelenggaraan program Jaminan Sosial terhadap tenaga kerja oleh PT
JAMSOSTEK merupakan salah satu bentuk tanggung jawab dan kewajiban
negara untuk memberikan perlindungan sosial, ekonomi kepada masyarakat,
sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan negara. Indonesia mengembangkan
yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja formal.13
13
Pada tahun 1992, upaya ASTEK dikembangkan lagi menjadi JAMSOSTEK.
Pelaksanaan program JAMSOSTEK berdasarkan kepada UU No. 3 Tahun 1992.
Hal ini merupakan pengembangan kembali program–program ASTEK yang
dibawah JAMSOSTEK, telah ditambahkan rancangan pemeliharaan kesehatan
wajib kepada program yang ada. Oleh sebab itu, pada tanggal 17 Pebruari 1992
diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja yang selanjutnya disebut UU JAMSOSTEK, dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 ditunjuk dalam penyelenggaraan adalah
Perusahaan Perseroan (PERSEROAN) PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK) dan menggunakan istilah JAMSOSTEK secara resmi sejak 31
Agustus 1996.
Kehadiran Jamsostek merupakan tuntutan dari organisasi pekerja atau
serikat buruh. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk
memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan
memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga
sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang. Manfaat
perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga
dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatan motivasi maupun produktivitas
kerja.
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
menyatakan bahwa
Jamsostek adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.
Hal ini kemudian berlanjut dengan adanya pengembangan bahwa dasar
jaminan sosial yang menyeluruh negara perlu lebih dikembangkan kearah sistem
jaminan sosial Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia.
PT. JAMSOSTEK ditranformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Dengan
telah disahkan dan diundangkannya UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), pada tanggal 25 November 2011,
maka terjadilah pergantian dari PT JAMSOSTEK menjadi BPJS Ketenagakerjaan.
Transformasi tersebut meliputi perubahan sifat, organ dan prinsip pengelolaan,
atau dengan kata lain berkaitan dengan perubahan stuktur dan budaya organisasi.
UU BPJS menentukan bahwa PT Jamsostek dinyatakan bubar tanpa likuidasi pada
saat berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan, pada tanggal 1 Januari 2014. BPJS
Ketenagakerjaan menurut UU BPJS mulai beroperasi selambatnya tanggal 1 Juli
2015 menyelenggarakan prorgam jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua,
jaminan pensiun, dan jaminan kematian bagi peserta, selain peserta program yang
dikelola oleh PT Taspen (Persero) dan PT (Persero) Asabri, sesuai dengan
ketentuan Pasal 29 sampai dengan Pasal 46 UU No. 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Transformasi dari PT (Persero) menjadi badan hukum publik sangat
mendasar, karena menyangkut perubahan sifat dari pro laba melayani pemegang
melaksanakan misi yang ditetapkan dalam konstitusi dan peraturan
perundang-undangan pelaksanaannya. Dengan kata lain BPJS pada dasarnya
menyelenggarakan program yang merupakan program negara yang bertujuan
memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Pasal 5 ayat (2) UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
menyatakan
bahwa jaminan sosial termasuk salah satu pelayanan yang termasuk dalam pelayanan publik. Sehubungan dengan itu, dalam penyelenggaraannya berpedoman pada asas-asas kepentingan umum, kepastian hukum, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, partisipatif, persamaan perlakuan/tidak diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan waktu, dan kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja
dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan
yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan
yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari
tua, dan meninggal dunia. Pelaksanaan sistem jaminan sosial ketenagakerjaan di
Indonesia secara umum meliputi penyelengaraan program-program Jamsostek,
Taspen, Askes, dan Asabri. Penyelengaraan program Jamsostek didasarkan pada
UU No 3 Tahun 1992, program Taspen didasarkan pada PP No 25 Tahun 1981,
program Askes didasarkan pada PP No 69 Tahun 1991, program Asabri
didasarkan pada PP No 67 Tahun 1991, sedangkan program Pensiun didasarkan
kepesertaan, yang dapat dibedakan atas kepesertaan pekerja sektor swasta,
pegawai negeri sipil (PNS),dan anggota TNI/Polri.14
Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai ganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.15
Pengertian jaminan sosial dalam ruang lingkup yang sangat luas, sehingga
mencakup usaha-usaha dalam bidang kesejahteraan sosial dalam upaya
meningkatkan taraf hidup manusia dan mencegah atau mengatasi Pengertian jaminan sosial tenaga kerja menurut Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jamsostek menyebutkan bahwa jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
Hal lain yang perlu mendapat catatan adalah perkataan “tenaga kerja”
dalam Pasal tersebut menunjukkan keluasaan ruang lingkup jaminan sosial itu,
yakni tidak terbatas pada buruh saja, melainkan juga setiap orang yang melakukan
pekerjaan kepada orang lain. Hal ini dipertegas oleh Pasal 1 butir (2) yang
berbunyi: “Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau
barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”.
14
M. Lutfi Chakim. Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
15
keterbelakangan, kebergantungan, keterlantaran dan serta kemiskinan pada
umumnya.
Pihak-pihak dalam JAMSOSTEK antara lain :
1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja
PT. Jamsostek (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
sesuai pasal 25 Undang-undang nomor 3 tahun 1993 merupakan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Struktur Organisasi PT Jamsostek
(Persero) tertuang dalam salinan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara selaku Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero),
PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja Nomor: KEP-213/MBU/2011 tanggal
13 Oktober 2011 tentang Perubahan Nomenklatur Jabatan dan Pengalihan Tugas
Anggota-anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Jaminan Sosial
Tenaga Kerja16
Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2012 terdapat syarat-syarat tertentu
dalam program jaminan hari tua. Seperti telah mencapai usia 55 tahun, cacat tetap,
2. Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Dalam Pasal 1 huruf 2 terdapat definisi peserta. Peserta adalah Pengusaha
dan Tenaga Kerja yang ikut dalam program jaminan sosial tenaga kerja. Dengan
kata lain peserta terbagi dua yaitu pemberi kerja dan pekerja/buruh.
Pengusaha/pemberi kerja dapat berupa orang individu maupun badan hukum.
Berakhirnya JAMSOSTEK dikarenakan antara lain :
1. Jangka Waktu Habis
16
dan buruh/pekerja meninggal. Karena program jaminan hari tua merupakan
jaminan jangka panjang yang akan dibayarkan santunannya apabila terdapat buruh
yang telah berusia 55 tahun. Jangka waktu tersebut telah ditentukan dengan batas
usia buruh, apabila telah mencapai usia tersebut seorang buruh tidak akan
membayar premi jaminan hari tua. Akan tetapi sebaliknya, buruh tersebut akan
mendapat manfaat dari jaminan hari tua.
2. Terjadi Evenemen Diikuti Dengan Klaim
Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, dan
Jaminan Kematian akan berakhir apabila terjadi evenemen dan dilanjutkan dengan
klaim. Evenemen-evenemen harus terkait ketiga program tersebut, yakni
kecelakaan, sakit, atau meninggal dunia. Karena santunan akan dibayarkan oleh
Badan Penyelenggara apabila terjadi risiko.
B. Dasar Hukum dan Sejarah Perkembangan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)
Jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) sebagaimana didasarkan pada UU
No 3 Tahun 1992, pada prinsipnya merupakan sistem asuransi sosial bagi pekerja
(yang mempunyai hubungan industrial) beserta keluarganya. Skema Jamsostek
meliputi program-program yang terkait dengan risiko, seperti jaminan kecelakaan
kerja, jaminan kematian, jaminan pemeliharaan kesehatan, dan jaminan hari tua,
dan pada dasarnya program Jamsostek merupakan sistem asuransi sosial, karena
penyelenggaraan didasarkan pada sistem pendanaan penuh (fully funded system),
yang dalam hal ini menjadi beban pemberi kerja dan pekerja. Sistem tersebut
Penyelengaraan sistem asuransi sosial biasanya didasarkan pada fully
funded system, tetapi bukan harga mati. Dalam hal ini pemerintah tetap
diwajibkan untuk berkontribusi terhadap penyelengaraan sistem asuransi sosial,
atau paling tidak pemerintah terikat untuk menutup kerugian bagi badan
penyelengara apabila mengalami defisit. Di sisi lain, apabila penyelenggara
program Jamsostek dikondisikan harus dan memperoleh keuntungan, pemerintah
akan memperoleh deviden karena bentuk badan hukum Persero.
Jaminan sosial tenaga kerja termasuk hukum asuransi. Jaminan sosial
tenaga kerja diatur secara umum dalam Buku I Bab 9 Pasal 246-286 KUHD yang
mengatur segala jenis asuransi secara umum. Adapun beberapa peraturan
perundangan yang lebih spesifik Jaminan Sosial tenaga kerja adalah sebagai
berikut :
1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
3. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional
5. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang Penetapan dan
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2012 tentang
Perubanahan Kedelapan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993
7. Peraturan Menteri Nomor PER-12/MEN/VI/2007 tentang Petunjuk Teknis
Pendaftaraan Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan
Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-150/MEN/1999 tentang
Penyelenggaraan Program Jamianan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja
Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
9. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-169/MEN/1999 tentang
Penyelenggaraan Program Jamianan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja
Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.
10. Surat Edaran Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor B.337/DJPPK/IX/05
11. Surat Keputusna Direksi PT JAMSOSTEK (Persero) Nomor KEP/330/122010
tentang Penetapan Pemberian Hasil Pembangunan Dana Untuk Saldo Jamina
Hari Tua (JHT) Tahun 2010 dan Penetapan Pembayaran Saldo Jaminan Hari
Tua (JHT) Tahun 2011.
12. Keputusan Direksi PT JAMSOSTEK (Persero) Nomor KEP/310/102011
tentang Pemberian Manfaat Tambahan Bagi Peserta Program JAMSOSTEK
Sejarah Jamsostek dimulai dengan proses yang panjang, dimulai dari UU
No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri
Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan
untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang
pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan
Pokok-pokok Tenaga Kerja. Secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial
tenaga kerja semakin transparan.17
Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkanUU
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang
itu berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan Pasal 34 ayat
2, yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut
landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun
1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial
tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta
dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977
tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.
Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995
ditetapkannya PT Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga
Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi
kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan
kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai
pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.
17
sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat
memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam
meningkatkan motivasi maupun produktivitas kerja. Kiprah Perusahaan yang
mengedepankan kepentingan dan hak normatif Tenaga Kerja di Indonesia terus
berlanjut. Sampai saat ini, PT. Jamsostek (Persero) memberikan perlindungan 4
(empat) program, yang mencakup :
1. Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
2. Jaminan Kematian (JKM)
3. Jaminan Hari Tua (JHT)
4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan
keluarganya
Tahun 2011, ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1
Januri 2014 PT Jamsostek akan berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT
Jamsostek tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial
tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan
Pensiun mulai 1 Juli 2015.
C. Ruang Lingkup Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).
Ruang lingkup atau bentuk program jaminan sosial tenaga kerja menurut
Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Pasal
6 ayat (1) menentukan bahwa Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja
dalam Undang-Undang ini meliputi :
International Labour Organization (ILO) mendefinisikan kecelakaan kerja
sebagai kecelakaan fisik atau penyakit sebagai akibat dari kerja dan tidak karena
kesengajaan yang menimbulkan ketidak mampuan bekerja untuk sementara atau
tetap atau kematian.18
Karena pada umumnya kecelakaan kerja akan mengakibatkan dua hal,
yaitu kematian dan cacat. Kematian adalah kecelakaan-kecelakaan yang Kecelakaan kerja menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 dapat
dilihat dalam Pasal 1 butir (6) adalah : Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang
terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul
karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan
berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan
yang biasa atau wajar dilalui”. Kecelakaan kerja yang terjadi dalam perjalanan
berangkat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang sama dilalui atau wajar
dilalui, juga meliputi penyakit yang timbul karena hubungan kerja yaitu dikatakan
sebagai penyakit yang mempunyai akibat langsung bagi pekerja maka dianggap
sebagai penyakit yang timbul karena akibat hubungan kerja.
Kecelakaan kerja merupakan risiko yang dihadapi oleh tenaga kerja yang
melakukan pekerjaan. Dalam pasal 1huruf 6 Undang-undang nomor 3 tahun 1992
definisi kecelakaan kerja adalah kecelakaan kerja yang berkaitan dengan
hubungan kerja, termasuk penyakit yang ditimbulkan karena hubungan kerja,
demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju
tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
18
mengakibatkan penderitanya bisa meninggal dunia. Sedangkan cacat adalah tidak
berfungsinya sebagian dari anggota tubuh tenaga kerja yang mengalami
kecelakaan kerja. Cacat terbagi menjadi cacat tetap dan cacat sementara. Cacat
tetap adalah kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya mengalami
pembatasan, gangguan fisik, atau gangguan mental yang bersifat tetap. Cacat
sementara adalah kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya
menjadi tidak mampu bekerja untuk sementara waktu.19
Karena pada umumnya kecelakaan kerja akan mengakibatkan dua hal,
yaitu kematian dan cacat. Kematian adalah kecelakaan-kecelakaan yang
mengakibatkan penderitanya bisa meninggal dunia. Sedangkan cacat adalah tidak
berfungsinya sebagian dari anggota tubuh tenaga kerja yang mengalami
kecelakaan kerja. Cacat terbagi menjadi cacat tetap dan cacat sementara. Cacat
tetap adalah kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya mengalami Dalam menanggulangi
hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh kecelakaan
kerja yang berupa kematian atau cacat tetap atau sementara, baik fisik maupun
mental perlu adanya jaminan kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja merupakan risiko yang dihadapi oleh tenaga kerja yang
melakukan pekerjaan. Dalam Pasal 1 huruf 6 Undang-undang nomor 3 tahun 1992
definisi kecelakaan kerja adalah kecelakaan kerja yang berkaitan dengan
hubungan kerja, termasuk penyakit yang ditimbulkan karena hubungan kerja,
demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju
tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
19
pembatasan, gangguan fisik, atau gangguan mental yang bersifat tetap. Cacat
sementara adalah kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya
menjadi tidak mampu bekerja untuk sementara waktu.20
a. Biaya pengangkutan;
Dalam menanggulangi
hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh kecelakaan
kerja yang berupa kematian atau cacat tetap atau sementara, baik fisik maupun
mental perlu adanya jaminan kecelakaan kerja.
Adapun jaminan yang diberikan terhadap pekerja yang mengalami
kecelakaan kerja menurut Pasal 9 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 adalah :
b. Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan;
c. Biaya rehabilitasi;
Santunan berupa uang yang meliputi : santunan sementara tidak mampu
bekerja; santunan cacad sebagian untuk selama-lamanya; santunan cacad total
untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental; santunan kematian Selama
tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja masih belum mampu bekerja,
pengusaha tetap membayar upah tenaga kerja yang bersangkutan, sampai
penetapan akibat kecelakaan kerja yang dialami diterima oleh semua pihak.
2. Jaminan Kematian
Jaminan kematian adalah jaminan yang diberikan kepada keluarga atau
ahli waris tenaga kerja yang meninggal bukan akibat kecelakaan kerja, guna
meringankan beban keluarga dalam bentuk santunan dan biaya pemakaman.21
20Ibid
21
Zulaini Wahab, Dana Pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya , 2001), hal 144
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pekerja yang
meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja akan mengakibatkan terputusnya
penghasilan dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga
yang ditinggalkan. Oleh karena itu, diperlukan jaminan kematian dalam upaya
meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun
santunan uang. Mengenai besarnya jaminan kematian ini, Pasal 22 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2005 tentang Perubahan Keempat Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja menentukan sebagai berikut :
a. Santunan kematian diberikan sebesar Rp 6.000.000,00
b. Santunan berkala sebesar Rp. 200.000,00 diberikan selama 24 Bulan
c. Biaya pemakaman diberikan sebesar Rp 1.500.000,00
Urutan penerimaan yang diutamakan dalam pembayaran santunan
kematian dan jaminan kematian menurut Pasal 13 Undang-Undang Nomor 3
tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah sebagai berikut :
a. Janda atau duda
b. Anak Orang tua
c. Cucu
d. Kakek atau nenek
e. Saudara kandung
f. Mertua
Pihak-pihak yang disebutkan diatas mengajukan pembayaran jaminan
a. Kartu peserta, dan
b. Surat keterangan kematian.
Berdasarkan pengajuan inilah Badan Penyelenggara membayarkan
santunan kematian dan biaya pemakaman kepada keluarga yang berhak22
3. Jaminan Hari Tua
Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya
penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan
diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua
memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga
kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu.
Kepesertaan jaminan hari tua bersifat wajib. Karena jaminan hari tua sama
dengan program tabungan hari tua, setiap peserta akan memiliki rekening
tersendiri pada badan penyelenggara. Besarnya iuran jaminan hari tua adalah 5,7
persen dari upah pekerja/buruh sebulan, dengan perincian 3,7 persen ditanggung
pengusaha dan sebesar 2 persen ditanggung oleh pekerja/buruh.
Jaminan hari tua dibayarkan sekaligus, atau berkala, atau sebagian dan
berkala, kepada pekerja karena telah mencapai usia 55 tahun atau cacad total tetap
setelah ditetapkan oleh dokter (Pasal 14 Undang-undang Nomor 3 tahun 1992).
Apabila pekerja meninggal dunia, jaminan hari tua dibayarkan kepada janda ata
u duda atau anak yatim-piatu. Sementara itu dalam Pasal 15 ditegaskan bahwa
jaminan hari tua dibayarkan sebelum pekerja mencapai usia 55 tahun setelah
mencapai masa kepesertaan tertentu, yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.
22
Berkaitan dengan Pasal 15 Undang-undang Nomor 3 tahun 1992 tersebut,
Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1994 menentukan hal-hal sebagai berikut :
Besarnya jaminan hari tua adalah keseluruhan iuran yang telah disetor, beserta
hasil pengembangannya (Pasal 24 ayat 1). Jaminan hari tua dibayar kepada
pekerja yang telah mencapai usia 55 tahun atau cacad total untuk selama-lamanya,
dan dapat dilakukan :
a. Secara sekaligus apabila jumlah jaminan hari tua yang harus dibayarkan
kurang dari Rp 3.000.000,00; atau
b. Secara berkala apabila seluruh jumlah jaminan hari tua mencapai Rp
3.000.000,00 atau lebih dan dilakukan paling lama 5 tahun.
Apabila pekerja meninggalkan wilayah Indonesia untuk selama-lamanya,
pembayaran jaminan hari tua dilakukan sekaligus. Dalam hal ini tenaga kerja
mengajukan pembayaran jaminan hari tua kepada Badan Penyelenggara.
Pembayaran jaminan hari tua dilakukan sekaligus kepada janda atau duda dalam
hal :
a. Pekerja yang menerima pembayaran jaminan berkala meninggal dunia,
sebesar sisa jaminan hari tua yang belum dibayarkan
b. Pekerja meninggal dunia, apabila janda atau duda tidak ada, maka pembayaran
jaminan hari tua diberikan kepada anak. Janda atau duda atau anak
mengajukan pembayaran jaminan hari tua kepada Badan Penyelenggara.
Pekerja yang telah mencapai usia 55 tahun tetapi masih tetap bekerja,
dapat memilih untuk menerima pembayaran jaminan hari tuanya pada saat berusia
pekerja memilih untuk tidak menerima pembayaran jaminan hari tua pada usia 55
tahun, maka pembayaran jaminan hari tua dilakukan sejak pekerja yang
bersangkutan berhenti bekerja. Sementara itu pekerja yang telah mencapai usia 55
tahun dan tidak bekerja lagi mengajukan pembayaran jaminan hari tua kepada
Badan Penyelenggara.
Seorang pekerja yang cacad total tetap untuk selama-lamanya sebelum
mencapai usia 55 tahun berhak mengajukan pembayaran jaminan hari tua kepada
Badan Penyelenggara. Badan Penyelenggara menetapkan besarnya jaminan hari
tua paling lama 30 hari sebelum pekerja mencapai usia 55 tahun dan
memberitahukan kepada pekerja yang bersangkutan. Jika pekerja berhenti bekerja
dari perusahaan sebelum mencapai usia 55 tahun dan mempunyai masa
kepesertaan serendah-rendahnya 5 tahun dapat menerima jaminan hari tua secara
sekaligus. Apabila terjadi demikian, pembayaran jaminan hari tua dibayarkan
setelah melewati masa tunggu 6 bulan terhitung sejak saat pekerja yang
bersangkutan berhenti bekerja. Pekerja dalam masa tunggu yang kemudian
bekerja kembali, jumlah jaminan hari tua yang menjadi haknyadiperhitungkan
dengan jaminan hari tua berikutnya.
4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Jaminan pemeliharaan kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 3 tahun
1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Pasal 1 butir (9) menyatakan bahwa
:“Pemeliharaan Kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan
gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau
Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 ditegaskan bahwa
tenaga kerja, suami atau isteri, dan anak berhak memperoleh jaminan
pemeliharaan kesehatan. Sebagai peraturan pelaksanaan, Pasal 33 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 menegaskan bahwa anak yang
berhak atas jaminan pemeliharaan kesehatan sebanyak-banyaknya 3 orang.
Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas
tenaga kerja sehingga dapat melaksanaan tugas sebaik-baiknya dan merupakan
upaya kesehatan di bidang penyembuhan. Karena upaya penyembuhan
memerlukan dana yang tidak sedikit dan memberatkan jika dibebankan kepada
perorangan, maka sudah selayaknya diupayakan penanggulangan kemampuan
masyarakat melalui program jaminan sosial tenaga kerja.
Di samping itu pengusaha tetap berkewajiban mengadakan pemeliharaan
kesehatan tenaga kerja yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan,
penyembuhan, dan pemulihan. Dengan demikian diharapkan tercapainya
kesehatan kerja yang optimal. Jaminan pemeliharaan kesehatan selain untuk
tenaga kerja yang bersangkutan juga untuk keluarganya.
Pemeliharaan kesehatan adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan
agar pekerja/pengusaha memperoleh kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental,
maupun sosial, sehingga memungkinkan dapat bekerjasama secara optimal. Oleh
karena itu, program jaminan sosial tenaga kerja juga memprogramkan jaminan
pemeliharaan kesehatan.
Paket pemeliharaan dasar yang diselenggarakan oleh PT. Jamsostek
1. Rawat jalan tingkat pertama, yaitu semua jenis pemeliharaan kesehatan
perorangan yang dilakukan di pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama.
2. Rawat jalan tingkat lanjutan, yaitu semua jenis pemeliharaan kesehatan
perorangan yang merupakan rujukan (lanjutan) dari pelaksanaan kesehatan
tingkat pertama.
3. Rawat inap, yaitu pemeliharaan kesehatan rumah sakit di mana penderita
tinggal/mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksana
pelayanan kesehatan atau rumah sakit pelaksana pelayanan kesehatan lainnya.
4. Pemerikasaan kehamilan dan pertolongan persalinan adalah pertolongan yang
diberikan kepada pekerja wanita berkeluarga atau istri pekerja peserta program
jaminan pemeliharaan kesehatan sampai persalinan ke tiga.
5. Penunjang diagnosik, yaitu jenis-jenis pelayanan yang berkaitan dengan
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan electro
encephalography (EEG), electro cardiography (ECG), dan ultra sonography
scanning (CT Scanning).
6. Pelayanan khusus, yaitu pemeliharaan kesehatan yang memerlukan perawatan
khusus bagi penyakit tertentu serta pembelian organ-organ tubuh agar
berfungsi seperti semula, yang meliputi pelayanan kesehatan yang
bersangkutan dengan kacamata, prothese mata, prothese gigi, alat bantu
dengar dan prothese anggota gerak.
7. Emergensi, yaitu pelayanan dimana peserta jaminan pemeliharaan kesehatan
membutuhakan pertolongan segera yang bila tidak segera ditolong akan
Biaya pengobatan dan perawatan yang dikeluarkan untuk dokter, obat,
operasi, rontgen/laboratorium, perawatan Puskesmas, Rumah Sakit Umum
Pemerintah Kelas I atau Swasta yang setara, perawatan gigi, mata serta jasa
tabib/sinshe/tradisional yang telah mendapat ijin resmi dari instansi berwenang,
Maka seluruh biaya yang akan dibayarkan berupa santunan maksimum sebesar Rp
20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah). Sedangkan untuk biaya penggantian gigi
tiruan maksimal sebesar Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah).
Dalam rehabilitasi, biaya berupa penggantian pembelian alat bantu
(orthose) dan/atau alat pengganti (prothese) diberikan satu kali untuk setiap kasus
dengan patokan harga yang ditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi Rumah Sakit
Umum Pemerintah dan ditambah 40% (empat puluh persen) dari harga tersebut
serta biaya rehabilitasi medik maksimum sebesar Rp2.000.000,00(dua juta
rupiah).
Biaya pengangkutan tenaga kerja dari tempat kejadian kecelakaan ke
rumah sakit diberikan biaya penggantian sebagai berikut:
1. Apabila hanya menggunakan jasa angkutan darat/sungai/danau maksimum
sebesar Rp750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah);
2. Apabila hanya menggunakan jasa angkutan laut maksimal sebesar Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah);
3. Apabila menggunakan jasa angkutan udara maksimal sebesar Rp 2.000.000,00