• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Yuridis Mengenai Perubahan Sistem Asuransi Jiwa PT. Jamsostek (Persero) Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (Studi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Binjai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Yuridis Mengenai Perubahan Sistem Asuransi Jiwa PT. Jamsostek (Persero) Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (Studi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Binjai)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA YURIDIS MENGENAI PERUBAHAN SISTEM

ASURANSI JIWA PT. JAMSOSTEK (PERSERO) MENJADI

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

(BPJS) KETENAGAKERJAAN

(Studi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Binjai)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Hukum

Oleh :

Ernanda Ihutan

110400144

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM DAGANG

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

(2)

ANALISA YURIDIS MENGENAI PERUBAHAN SISTEM

ASURANSI JIWA PT. JAMSOSTEK (PERSERO) MENJADI

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

(BPJS) KETENAGAKERJAAN

(Studi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Binjai)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Hukum

Oleh :

ERNANDA IHUTAN

110400144

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM DAGANG

Disetujui oleh:

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Dr. Hasim Purba, SH, M.Hum NIP. 196603031985081001

Pembimbing I

Sinta Uli, SH, M.Hum NIP. 195506261986012001

Pembimbing II

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadhirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmad,

nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

ini sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Adapun skripsi ini berjudul : “Analisa Yuridis Mengenai Perubahan Sistem

Asuransi Jiwa PT. Jamsostek (Persero) Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (Studi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Binjai)”

Asuransi merupakan salah satu dari buah peradaban manusia dan

merupakan suatu hasil evaluasi kebutuhan manusia yang sangat hakiki ialah

kebutuhan akan rasa aman dan terlindung, terhadap kemungkinan menderita

kerugian. Di zaman sekarang asuransi memegang peranan penting dalam

memberikan kepastian proteksi bagi manusia. Asuransi dapat memberikan

proteksi terhadap kesehatan, pendidikan, hari tua, harta benda maupun kematian

yang ditujukan kepada masyarakat luas.

Pelaksanaan penulisan skripsi ini diakui banyak mengalami kesulitan dan

hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, serta petunjuk dari dosen

pembimbing, maka penulisan ini dapat diselesaikan dengan baik Dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan

setinggi-tingginya kepada semua pihak yang banyak membantu, membimbing,

dan memberikan motivasi. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih

(4)

1. Prof. Dr. Runtung, SH.M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH.M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin, SH.MH.DFM selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. O.K. Saidin, SH.M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Rabiatul Syahriah, SH.M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Ibu Sinta Uli, SH.M.Hum, selaku Ketua Program Kekhususan Hukum

sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah banyak membantu penulis, dalam

memberikan masukan, arahan-arahan, serta bimbingan didalam pelaksanaan

penulisan skripsi ini

8. Bapak Mulhadi, SH.M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

membantu penulis, dalam memberikan masukan, arahan-arahan, serta

bimbingan didalam pelaksanaan penulisan skripsi ini

9. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

10.Kepada Ayahanda Sehat Sari Tua Gurning dan Ibunda Tersayang Krista

Nurhayati Siagian, serta Kakanda Sagita Gurning, Yoan Sartika Gurning, atas

(5)

menyelesaikan studi di Fakultas Hukum USU dan yang telah memberikan

dukungan kepada penulis.

11.Buat Beatrix Pardede yang telah memberikan motivasi kepada penulis selama

masa perkulihan hingga penulisan skripsi ini.

12.Kepada Mahasiswa/i Fakultas Hukum USU stambuk 2011, selama menjalani

perkuliahan, Michael Tommy Napitupulu, Natasya Rehulina Bangun, SH,

Grace Dina Sitinjak, SH, Canra Sinambela, M. Ibnu Hidayah, SH, Oktavia

Sitanggang, SH, Bryan Altama.

13.Dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini

baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan

di dalam penulisannya, oleh karena itu penulis berharap adanya masukan dan

saran yang bersifat membangun untuk dimasa yang akan datang. Demikianlah

yang dapat saya sampaikan, atas segala kesalahan dan kekurangan saya mohon

maaf. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Medan, September 2015

P

Peennuulliiss

(6)

DAFTAR ISI SOSIAL TENAGA KERJA (JAMSOSTEK) ... 15

A.Tujuan Jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) ... 15

B.Sejarah Perkembangan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) dan Dasar Hukum ... 26

C.Ruang lingkup dan organisasi jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) ... 30

BAB III. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KETENAGAKERJAAN DALAM ASPEK HUKUM ... 47

A.Sejarah dan Dasar Hukum BPJS Ketenagakerjaan Serta Kelengkapannya ... 47

B.Fungsi, wewenang, hak dan kewajiban BPJS ketenagakerjaan menurut UU no 24 tahun 2011 tentang BPJS ... 59

C.Organ BPJS ketenagakerjaan dan kekhususan BPJS Ketenagakerjaan dalam perubahan ... 61

BAB IV. ANALISIS YURIDIS MENGENAI PERUBAHAN SISTEM ASURANSI JIWA JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA (JAMSOSTEK) MENJADI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KETENAGAKERJAAN (STUDI BPJS KETENAGAKERJAAN CABANG BINJAI) ... 64

A.Alasan hukum peralihan Jamsostek menjadi BPJS ketenagakerjaan ... 64

B.Perbandingan sistem asuransi jiwa menurut PT. Jamsostek dengan BPJS Ketenagakerjaan ... 68

(7)
(8)

ABSTRAK

E

ErrnnaannddaaIIhhuuttaann**

Sinta Uli, SH, M.Hum** Mulhadi, SH.M.Hum ***

Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang Usaha Perasuransian menyatakan bahwa Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu suatu peristiwa yang tidak pasti. Sedangkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah Perusahaan Asuransi yang dikenal sebelumnya sebagai PT. Askes begitu juga BPJS Ketenagakerjaan merupakan transformasi dari Jamsostek. Judul dalam penulisan skripsi ini adalah “Analisa Yuridis Mengenai Perubahan Sistem Asuransi Jiwa PT. Jamsostek (Persero) menjadi badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (Studi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Binjai)”. Permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah alasan hukum peralihan Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Perbandingan sistem asuransi jiwa menurut PT. Jamsostek dengan BPJS Ketenagakerjaan dan hambatan pelaksanaan badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) ketenagakerjaan di Binjai.

Metode yang digunakan penelitian Yuridis Normatif. Skripsi ini bersifat penelitian Deskripstif Analitis. Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data Sekunder, dengan teknik pengumpulan data Library Research

(penelitian kepustakaan) dan Field Research (penelitian lapangan) dan melakukan wawancara langsung.

Alasan hukum peralihan Jamsostek menjadi Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan secara Nasional bahwa Jaminan Sosial sebagai instrumen negara yang dirancang untuk redistribusi risiko secara nasional sesuai asas dan prinsip-prinsip Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional. SJSN adalah sistem jaminan sosial seumur hidup untuk keperluan perlindungan bagi seluruh rakyat (kaya, menengah dan miskin) sehingga bersifat mengikat dalam kewajiban baik tenaga-kerja, pemberi-kerja dan pemerintah). Perbandingan sistem asuransi jiwa menurut PT. Jamsostek dengan BPJS Ketenagakerjaan yaitu BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya bernama Jamsostek, yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Januari 2014. hambatan-hambatan yang dihadapi BPJS Ketenagakerjaan di Kota Binjai antara lain : Faktor Pengetahuan dan Pendidikan, dimana peranan kaum pekerja dalam menunjang perekonomian Nasional dapat dipungkiri lagi, karena itu, jaminan atau perlindungan terhadap tenaga kerja dan keluarganya memenuhi kebutuhan minimal.

*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.

Perkembangan asuransi di Indonesia tentunya tidak terlepas dari perkembangan

ekonomi dan teknologi dalam kehidupan manusia. Usaha asuransi merupakan

suatu mekanisme yang memberikan perlindungan pada tertanggung apabila terjadi

risiko dimasa mendatang. Apabila risiko tersebut benar-benar terjadi, pihak

tertanggung akan mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang diperjanjikan antara

penanggung dan tertanggung. Mekanisme perlindungan ini sangat dibutuhkan

dalam dunia bisnis yang penuh dengan risiko. Secara rasional, para pelaku bisnis

akan mempertimbangkan untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Pada tingkat

kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk

mengurangi permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada salah satu

anggota keluarga yang menghadapi risiko cacat atau meninggal dunia.

Asuransi merupakan salah satu dari buah peradaban manusia dan

merupakan suatu hasil evaluasi kebutuhan manusia yang sangat hakiki ialah

kebutuhan akan rasa aman dan terlindung, terhadap kemungkinan menderita

kerugian. Di zaman sekarang asuransi memegang peranan penting dalam

memberikan kepastian proteksi bagi manusia. Asuransi dapat memberikan

proteksi terhadap kesehatan, pendidikan, hari tua, harta benda maupun kematian

yang ditujukan kepada masyarakat luas. Asuransi merupakan buah pikirian dan

(10)

kebutuhannya, terutama sekali untuk kebutuhan-kebutuhannya yang hakiki

sifatnya.1

Asuransi sebagai suatu lembaga maupun sebagai suatu kegiatan di

Indonesia merupakan sesuatu yang relatif baru, karena asuransi sendiri bukan

sesuatu yang “asli” yang berasal dari bumi Indonesia. Asuransi datang

bersama-sama datangnya orang asing yaitu bangsa Belanda.2

Perasuransian adalah istilah hukum (legal term) yang dipakai dalam

perundang-undangan. Istilah perasuransian berasal dari kata “asuransi” yang

berarti pertanggungan atau perlindungan atas suatu objek dari ancaman bahaya

yang menimbulkan kerugian. Apabila kata “asuransi” diberi imbuhan per-an,

maka muncullah istilah hukum “perasuransian”, yang berarti segala usaha yang

berkenaan dengan asuransi. Asuransi ini menjadi salah satu kebutuhan hidup yang

tak kalah penting di era globalisasi ini. Hal inilah yang mendorong cepatnya Asuransi baik sebagai suatu

lembaga maupun sebagai suatu bagian kegiatan perdagangan dalam tata

perekonomian orang-orang Belanda dibawa kesini sebagai suatu kebutuhan

mereka. Asuransi dipergunakan sebagai suatu lembaga yang menjamin

kepentingan mereka dalam bidang perdagangan dan perekonomian. Secara formal

masuknya asuransi dan lembaga asuransi di Indonesia ialah sejak berlakunya

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Belanda di Indonesia pada tahun 1848.

Berlakunya KUH Dagang Belanda di Indonesia adalah atas dasar asas

konkordansi yang dimuat dalam Stb 1943 No. 23, yang diundangkan pada tanggal

30 April 1947, dan mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1848.

1

Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 2001, hal 30

2Ibid.,

(11)

perkembangan perusahaan asuransi karena banyaknya penduduk yang khawatir

akan jaminan keselamatan hidupnya. Definisi asuransi dapat ditemukan pada

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Pasal 246 yang menyatakan bahwa

Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seseorang

penanggung mengikatkan diri kepada seseorang tertanggung, dengan menerima

suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,

kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi

karena suatu peristiwa tak tentu.

Menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang Usaha

Perasuransian menyatakan bahwa Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian

antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri

kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan

penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan

keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga

yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu suatu peristiwa

yang tidak pasti. Atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas

meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Sehingga dapat

disimpulkan asuransi adalah suatu persetujuan dimana pihak yang menjamin

berjanji kepada pihak yang dijamin, untuk menerima sejumlah uang premi sebagai

pengganti kerugian, yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin, karena akibat

dari suatu peristiwa yang belum jelas.3

3

Wirdjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia., Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hal 89

(12)

Selain itu secara khusus Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

menyelenggarakan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), menurut Pasal 2

Undang-Undang BPJS berdasarkan asas kemanusiaan yang terkait dengan

penghargaan terhadap martabat manusia. Manfaat yaitu asas yang bersifat

operasional yang menggambarkan pengelolaan yang efisien dan efektif,

sedangkan asas yang bersifat idiil yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. Sebagai badan Hukum Publik pembentukan Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial berdasarkan Undang-Undang BPJS. Fungsi, tugas, wewenang, hak

dan kewajibannya juga diatur dalam Undang-Undang BPJS. Undang-Undang

BPJS menentukan bahwa BPJS bertanggung jawab kepada Presiden. Hal ini

berbeda dengan Direksi PT (Persero) yang bertanggung jawab kepada Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS).

Seperti diketahui bersama bahwa “Jaminan sosial merupakan hak setiap

warga Negara yang dilindungi oleh Undang-Undang”. Namun kenyataannya

belum seluruh warga Negara mendapatkan akses Jaminan Sosial Nasional

tersebut. Dalam Undang-Undang Dasar 1945, pada alinea kelima, dinyatakan

bahwa keadilan sosial diperuntukkan bagi seluruh rakyat Indonesia dan Sistem

jaminan sosial tercantum dalam Pasal 34 UUD Amandemen keempat Tahun 2002.

Melihat persoalan tersebut maka sesuatu yang wajar jika warga negara,

termasuk semua pekerja menuntut untuk pengesahan undang-undang terkait

dengan program Jaminan Sosial tentang pembentukan Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS). Walaupun Undang- Undang Sistem Jaminan Nasional

(13)

belum mampu melaksanakan program tersebut sesuai dengan amanat UU, karena

masih terkendala dengan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS). Hal ini terjadi karena dalam Undang-Undang No 40 Tahun 2004 Pasal 1

ayat (6) menentukan, “BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk

menyelenggarakan program jaminan sosial”.

Berdasarkan landasan filosofis di atas justru menyiratkan bahwa

kedudukan Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah bersifat urgen

dan harus diperoleh setiap warga Negara Indonesia yang dimana pada dasarnya

Jaminan Sosial adalah dalam rangka menjamin perlindungan sosial dan

kesejahteraan serta memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. seperti yang

di Undang-Undangkan pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang

Jamsostek Pasal 3 ayat (1) yang berbunyi

“untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan

program jaminan sosial tenaga kerja yang pengelolaannya dapat

dilaksanakan dengan mekanisme asuransi.4

Dengan berubahnya PT JAMSOSTEK menjadi BPJS Ketenagakerjaan

ditemukan adanya perbedaan terhadap jenis program jaminan sosial dimana pada

masa jamsostek berdasarkan Undang – Undang Nomor 3 Tahun 1992 dikenal

program jaminan sosial yang meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan

Kematian, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan sedangkan

didalam Undang-Undang BPJS program jaminan didalam Pasal 18 yang meliputi

Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan

4

(14)

Pensiun, dan Jaminan Kematian. Inilah yang mendasari adanya perubahan

mengenai sistem Asuransi, secara khusus pada pengaturan Asuransi Jiwa yang

terdapat di PT. JAMSOSTEK. 5

B. Permasalahan

Ini yang merupakan alasan mengapa penulis tertarik untuk menulis skripsi

yang berjudul tentang Analisa Yuridis Mengenai Perubahan Sistem Asuransi Jiwa PT. JAMSOSTEK (Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan (Studi BPJS Ketenagakerjaan Cabang Binjai)

Penulis merumuskan permasalahan yang menjadi fokus skripsi ini, yaitu :

1. Apa alasan hukum peralihan Jaminan Sosial Tenaga Kerja menjadi Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan?

2. Bagaimana Perbandingan sistem Asuransi Jiwa menurut PT. Jamsostek

dengan BPJS Ketenagakerjaan?

3. Apakah yang menjadi hambatan pelaksanaan Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan pada BPJS ketenagakerjaan di

Binjai?

C.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai

berikut:

(15)

1. Untuk mengetehui apa alasan hukum peralihan Jaminan Sosial Tenaga

Kerja menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.

2. Untuk mengetahui perbandingan sistem Asuransi Jiwa menurut PT.

Jamsostek dengan BPJS Ketenagakerjaan.

3. Untuk mengetahui apa yang menjadi hambatan pelaksanaan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan di Binjai.

D.Manfaat Penelitian

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat setidaknya dalam 2

(dua) hal, yaitu :

1. Manfaat teoritis

Penulis berharap skripsi ini semakin menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan di bidang hukum, khususnya yang berhubungan dengan Hukum

Asuransi di dalam Asuransi Jiwa PT. Jamsostek yang menjadi Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ) Ketenagakerjaan

2. Manfaat praktis

Skripsi ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,

khususnya para pihak yang terkait dan berkecimpung di dunia asuransi sebagai

bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam upaya pembaharuan Hukum

Perdata dalam bidang Hukum Asuransi.

(16)

Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian Yuridis Normatif

dan juga penelitian Empiris yang dilaksanakan pada kantor BPJS Ketenagakerjaan

kota Binjai :

1. Sifat Penelitian.

Metode penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini

adalah bersifat Deskripstif Analitis, yang mengungkapkan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian.

Bersifat Deskriptif yang didukung dengan adanya penggambaran sejarah

Jamsostek di Indonesia. Demikian juga hukum dalam pelaksanaannya di dalam

masyarakat yang berkenaan dengan objek penelitian.6

2. Sumber Data.

Data dapat dibagi ke dalam dua jenis berdasarkan sumber data yang

diperoleh, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer, yaitu data yang

diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara, observasi maupun

laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti.

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi,

buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk

laporan, Skripsi, Tesis, Disertasi, dan peraturan perundang-undangan.7

a. Bahan hukum primer, adalah bahan-bahan hukum yang mengikat. Yaitu

peraturan mengikat yang telah ditetapkan oleh pemerintah antara lain

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang “Badan Penyelenggara Di dalam penulisan skripsi ini, data sekunder yang digunakan berupa:

6

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 105-106

7

(17)

Jaminan Sosial (BPJS)” dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992

tentang “JAMSOSTEK”. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang

Perasuransian

b. Bahan hukum sekunder, adalah bahan hukum yang memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer. Yaitu buku-buku dan jurnal.

c. Bahan hukum tersier, adalah bahan yang memberikan petunjuk atau

penjelasan mengenai bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder

yaitu yang berasal dari kamus, majalah, surat kabar, dan bahan lainnya

yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

3. Teknik pengumpulan data.

Teknik pengumpulan data adalah cara atau teknik untuk memperoleh data

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam penulisan skripsi ini

digunakan teknik pengumpulan data melalui kepustakaan. Teknik pengumpulan

data dengan cara ini yaitu mengumpulkan data – data sekunder yang diperoleh

dari bahan pustaka, yang terdiri dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992

tentang “JAMSOSTEK”, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang “Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)”, buku-buku, literatur, makalah, dan lain

sebagainya. Selain itu dilakukan juga wawancara terstruktur pada Kantor Cabang

Umum PT. JAMSOSTEK yang sekarang berubah menjadi kantor BPJS

KETENAGAKERJAAN yang terdapat di Kota Binjai.

4. Analisis Data.

Penelitian pada penulisan skripsi ini menggunakan teknik analisis data

(18)

peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan serta norma-norma yang

hidup dan berkembang dalam masyarakat dengan melihat sinkronisasi suatu

aturan dengan aturan lainnya secara bertingkat (hierarki). Teknik analisis data

kualitatif ini tidak membutuhkan populasi dan sampel melainkan dilakukan

dengan cara mengumpulkan data-data sekunder yang dibutuhkan baik itu berupa

bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier yang

berhubungan dengan penulisan skripsi.

F. Keaslian Penulisan

Berdasarkan informasi yang diketahui dan penelusuran kepustakan yang

dilakukan khususnya di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

penulisan skripsi terkait dengan Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial telah dituliskan sebelumnya oleh beberapa penulis.

Diantaranya adalah :

1. Saudara Mehaga Bastanta, Nim 090200120, Tahun 2013 dengan judul skripsi

“Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Antara PT. Jamsostek (Persero)

Cabang Medan Dengan Wadah Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja

(TK-LHK) Binaan Kantor PT. Jamsostek (PERSERO) Cabang Medan”

Adapun yang menjadi rumusan masalah dari skripsi tersebut adalah :

a. Bagaimana bentuk hak dan kewajiban PT. Jamsostek (persero) cabang

Medan dan wadah tenaga kerja lurt hubungan kerja (TK-LHK) binaan

(19)

b. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT. Jamsostek

(Persero) cabang Medan dengan wadah tenaga kerja luar hubungan kerja

(TK-LHK) binaan kantor PT. Jamsostek (persero) cabang Medan saat ini?

c. Apakah pernah terjadi penyimpangan perjanjian kerjasama (wanprestasi)

antara PT. Jamsostek cabang Medan dengan wadah tenaga kerja luar

hubungan kerja (TK-LHK) binaan kantor PT. Jamsostek (persero) cabang

Medan dan sepeerti apa bentuk serta bagaimana kasus penyelesaiannya?

d. Bagaimana bentuk pengakhiran perjanjian kerjasama antara PT. Jamsostek

(persero) cabang Medan dengan wadah tenaga kerja luar hubungan kerja

(TK-LHK) binaan kantor PT. Jamsostek (persero) cabang medan?

2. Saudari Nurul Dwi Oktari Sitepu, Nim 100200225, Tahun 2014 dengan judul

skripsi “Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi

Jamsostek dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial)

Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 (Studi pada PT. Jamsostek

cabang Medan)

Adapun yang menjadi rumusan masalah dari skripsi tersebut adalah :

a. Bagaimana pengaturan penanganan JAMSOSTEK dan BPJS dalam

mengatasi masalah ketidak sesuaian data para pekerja?

b. Bagaimana perbandingan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja yang

diberikan oleh JAMSOSTEK dan BPJS?

c. Bagaimana akibat hukum terhadap perushaan yang terlambat membayar

(20)

Penulisan skripsi dengan judul “Analisa Yuridis Mengenai Perubahan

Sistem Asuransi Jiwa PT. Jamsostek (PERSERO) Menjadi Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (Bpjs) Ketenagakerjaan (Studi BPJS Ketengakerjaan Cabang

Binjai) “ belum pernah ditulis sebelumnya. Dengan demikian berdasarkan

perumusan masalah serta tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini,

dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya yang asli dan bukan

merupakan hasil jiplakan dari skripsi orang lain. Skripsi ini dibuat berdasarkan

hasil pemikiran sendiri dan refrensi dari buku-buku, undang-undang,

makalah-makalah, serta media elektronik yaitu internet dan juga mendapat bantuan dari

berbagai pihak. Berdasarkan asas-asas keilmuan yang rasional, jujur, dan terbuka,

maka penelitian dan penulisan skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan

kebenarannya secara ilmiah.

G.Sistematika Penulisan

Guna memudahkan pemahaman atas isi dari skripsi ini, penulis membuat

sistematika pembahasan secara teratur yang semuanya mempunyai hubungan erat

satu dengan yang lain. Dalam skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dan sejumlah sub

bab. Adapun sistematika dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, berisikan mengenai latar belakang, rumusan

permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian,

sistematika penulisan, dan keaslian penulisan.

Bab II Tinjauan Umum Tentang Sistem Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(21)

(Jamsostek), dasar hukum dan sejarah perkembangan jaminan sosial tenaga kerja

(Jamsostek), dan ruang lingkup jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek).

Bab III Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, bab

ini membahas mengenai pengertian, sejarah BPJS Ketenagakerjaan dan dasar

hukum BPJS Ketenagakerjaan, kemudian membahas fungsi, wewenang, hak dan

kewajiban BPJS Ketenagakerjaan menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2011 tentang BPJS Ketenagakerjaan, dan juga membahas organ-organ dalam

BPJS Ketenagakerjaan.

Bab IV Analisis Yuridis Mengenai Perubahan Sistem Asuransi Jiwa

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) Menjadi Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Bab ini membahas mengenai apa alasan

hukum mengapa terjadinya peralihan Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan,

perbandingan sistem asuransi jiwa menurut PT. Jamsostek dengan BPJS

Ketenagakerjaan, dan apa saja yang menjadi hambatan pelaksanaan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan pada BPJS

Ketenagakerjaan cabang Binjai.

Bab V Kesimpulan dan saran, bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi

ini yang berisikan kesimpulan dan saran yang menjadi pokok-pokok pikiran

(22)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL

TENAGA KERJA (JAMSOSTEK)

A. Pengertian Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)

Istilah asuransi atau pertanggungan merupakan terjemahan dari bahasa

Belanda, yaitu dari kata “verzekering”. Di Indonesia, para sarjana member

definisi berbeda dalam pemakaian istilah “pertanggungan”. Dalam uraian skripsi

ini nanti tidak dibedakan istilah Asuransi atau Pertanggungan, keduannya

digunakan secara bergantian.

Perasuransian adalah istilah hukum (legal term) yang dipakai dalam

perundang-undangan dan Perusahaan Perasuransian. Istilah perasuransian berasal

dari kata “Asuransi” yang berarti Pertanggungan atau Perlindungan atas suatu

objek dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian.8

Asuransi dalam bahasa Inggris disebut Insurance . Ada

9

(dua) pihak yang

terlibat dalam Asuransi , yaitu pihak penanggung sebagai pihak yang sanggup

menjamin serta menanggung pihak lain yang akan mendapat suatu penggantian

kerugian yang mungkin akan dideritanya sebagai suatu akibat dari suatu peristiwa

yang belum tentu terjadi dan pihak tertanggung akan menerima ganti kerugian,

yang mana pihak tertanggung diwajibkan membayar sejumlah uang kepada pihak

penanggung.10

8

Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Citra Aditya, Bandung, 2006, hal 5

9

J.C.T.Simorangkir,Rudy Erwin,J.T Prasetyo, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 182.

10

(23)

Subekti, dalam bukunya memberikan definisi mengenai Asuransi yaitu,

Asuransi atau Pertanggungan sebagai suatu perjanjian yang termasuk dalam

golongan perjanjian untung-untungan (kansovereenkomst). Suatu perjanjian

untung-untungan ialah suatu perjanjian yang dengan sengaja digantungkan pada

suatu kejadian yang belum tentu terjadi, kejadian mana akan menentukan

untung-ruginya salah satu pihak.11

1. Asuransi terhadap kebakaran

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang di dalam Pasal 247 menyebutkan

tentang 5 (lima) macam asuransi, yaitu:

2. Asuransi terhadap bahaya hasil-hasil pertanian

3. Asuransi terhadap kematian orang (asuransi jiwa)

4. Asuransi terhadap bahaya di laut dan perbudakan

5. Asuransi terhadap bahaya dalam pengangkutan di darat dan di sungai-sungai.

Buku 1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang mengatur tentang jenis

asuransi yang poin 1, poin 2 dan poin 3 di atas, sedangkan jenis asuransi yang

poin 4 dan 5 diatur di dalam Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Dari

jenis-jenis asuransi yang disebutkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Dagang, dapat dilakukan penggolongan besar sebagai berikut

1) Asuransi kerugian atau asuransi umum yang terdiri dari asuransi kebakaran

dan asuransi pertanian

2) Asuransi jiwa

(24)

3) Asuransi pengangkutan laut, darat dan sungai.12

Analisis tentang pengaturan asuransi dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Dagang menunjukkan bahwa lingkup pengaturan Kitab Undang-Undang Hukum

Dagang menitik beratkan pada asuransi kebakaran saja sementara telah terdapat

berbagai jenis asuransi lainnya yang memerlukan pengaturan. Terlepas dari

keterbatasan dalam penggolongan tersebut diatas, Kitab Undang-Undang Hukum

Dagang memungkinkan jenis penutupan asuransi secara luas, sesuai dengan

ketentuan Pasal 268 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang berbunyi: “

Suatu pertanggungan dapat mengenai segala kepentingan yang dapat dinilaikan

dengan uang, dapat diancam oleh sesuatu bahaya, dan tidak dikecualikan oleh

undang-undang.”

Namun, definisi tersebut tidak lagi mencukupi karena kepentingan yang

diasuransikan tidak lagi terbatas pada kepentingan yang dapat dinilaikan dengan

uang sebagaimana halnya dengan jiwa seseorang. Kebutuhan masyarakat telah

jauh melampaui kebutuhan terhadap asuransi kebakaran semata untuk

mempertanggungkan kepentingan mereka mengingat risiko-risiko yang timbul

kemudian melahirkan kebutuhan terhadap jenis-jenis asuransi baru. Batasan atas

objek asuransi dalam Pasal 268 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang meliputi

objek asuransi atas kepentingan yang dapat dinilaikan dengan uang, dapat

diancam oleh suatu bahaya yang tidak dikecualikan oleh undang-undang sudah

tidak sesuai praktik industri sudah sejak lama.

12

(25)

Seiring berjalannya waktu, dikenal pula adanya asuransi yang bersifat

Sosial, yaitu Asuransi yang biasa dilakukan oleh pihak pemerintah dengan tujuan

untuk memberikan asuransi bagi masa depan rakyatnya.

Asuransi sosial timbul karena suatu kebutuhan masyarakat akan

terselenggarakannya suatu Jaminan Sosial. Suatu jaminan Sosial itu sudah

merupakan suatu hal yang demikian mendesak dan tidak dapat ditunda. Asuransi

sosial merupakan salah satu dari beberapa jenis asuransi yang umumnya relatif

masih baru dibandingkan dengan jenis asuransi lainnya.

Hal ini disebabkan timbulnya Asuransi Sosial berbeda latar belakangnya

dengan asuransi yang lain. Asuransi Sosial dibentuk oleh pemerintah sesuai

dengan tujuan negara yang terdapat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yakni, untuk memajukan kesejahteraan

umum. Hal ini sejalan dengan tujuan Asuransi Sosial itu sendiri yakni

meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama para pegawai dan pensiun.

Jaminan Sosial sebagai tanggung jawab negara oleh karena itu

mensyaratkan adanya campur tangan yang besar dari negara dalam kebijakan

sosial atau kebijakan untuk kemiskinan. Sejarah kebijakan sosial di Inggris

melalui Beveridge Plan (1940’s) pernah mencatat situasi di mana hidup seorang

warga negara sejak lahir hingga mati (from cradle to grave) dilindungi oleh sistim

Jaminan Sosial. Sistem jaminan yang diterapkan di Inggris memiliki efek yang

cukup luas dalam perkembangan jaminan sosial modern.

Sistem Jaminan Sosial dapat memberikan motivasi dan kesetiaan pekerja

(26)

terhadap produktivitas kerja dan dari sisi perusahaan akan mendorong perusahaan

meningkatkan efisiensi. Hal ini karena pekerja merasa nyaman dalam bekerja

karena telah terlindungi dari kemungkinan kecelakaan kerja maupun pensiun.

Sehingga akan memotivasi pekerja untuk bekerja lebih produktif. Selain itu

Jaminan Sosial juga merupakan konsekuensi logis sebagai timbal balik dari

perusahaan bagi pekerja yang telah memberikan keuntungan. Maka dari itu

jaminan sosial perlu diterapkan sehingga akan mampu membantu perekonomian

nasional, bahkan dapat menjadi cadangan dana nasional.

Perkembangan Asuransi Sosial dimulai dengan adanya Asuransi

Kesehatan Pegawai Negeri diikuti oleh asuransi sosial kecelakaan bagi para

pegawai swasta, dan dilanjutkan dengan asuransi sosial kesehatan bagi pegawai

swasta dalam program Jamsostek. Perkembangan kehidupan sosial di Indonesia

yang semakin kompleks telah mendorong meningkatnya kebutuhan atas biaya

pemeliharaan kesehatan dan biaya pengobatan. Untuk memenuhi kebutuhan

tersebut maka berbagai sistem pemeliharaan kesehatan dikembangkan. Asuransi

Sosial pada umumnya meliputi bidang jaminan keselamatan angkutan umum,

keselamatan kerja, dan pemeliharaan kesehatan. Setelah mengalami kemajuan dan

perkembangan, baik menyangkut landasan

cara penyelenggaraan, pada tahun

dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang

pelaksanaan program Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK), yang mewajibkan

(27)

ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara

ASTEK yaitu Perum Astek.

Keselamatan dan kesehatan tenaga kerja merupakan bagian yang cukup

penting dari upaya perlindungan tenaga kerja. Keselamatan dan kesehatan tenaga

kerja dimaksudkan untuk menjamin keamanan tenaga kerja yang merupakan

bagian dari sumber-sumber produksi dan bagian dari kelancaran suatu proses

produksi. Perhatian dan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan perlu tertanam

pada semua tingkat proses produksi, mulai dari pimpinan yang teratas sampai para

pelaksana terbawah. Perhatian akan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja

tersebut dapat ditunjukkan melalui adanya perhatian akan seluruh proses kegiatan

perlindungan jaminan sosial tenaga kerja yang terdiri dari perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan. Dengan memperhatikan unsur keselamatan dan

kesehatan tenaga kerja mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasannya

maka jumlah kecelakaan kerja dapat dikurangi. Bentuk eksistensi pemerintah pada

permasalahan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja terlihat pada gencarnya

program PT JAMSOSTEK sebagai badan penyelenggara untuk memberikan

Jaminan Kecelakaan, Jaminan kematian akibat kerja, jaminan hari tua, dan

jaminan pemeliharaan kesehatan.

Penyelenggaraan program Jaminan Sosial terhadap tenaga kerja oleh PT

JAMSOSTEK merupakan salah satu bentuk tanggung jawab dan kewajiban

negara untuk memberikan perlindungan sosial, ekonomi kepada masyarakat,

sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan negara. Indonesia mengembangkan

(28)

yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja formal.13

13

Pada tahun 1992, upaya ASTEK dikembangkan lagi menjadi JAMSOSTEK.

Pelaksanaan program JAMSOSTEK berdasarkan kepada UU No. 3 Tahun 1992.

Hal ini merupakan pengembangan kembali program–program ASTEK yang

dibawah JAMSOSTEK, telah ditambahkan rancangan pemeliharaan kesehatan

wajib kepada program yang ada. Oleh sebab itu, pada tanggal 17 Pebruari 1992

diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial

Tenaga Kerja yang selanjutnya disebut UU JAMSOSTEK, dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 ditunjuk dalam penyelenggaraan adalah

Perusahaan Perseroan (PERSEROAN) PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(JAMSOSTEK) dan menggunakan istilah JAMSOSTEK secara resmi sejak 31

Agustus 1996.

Kehadiran Jamsostek merupakan tuntutan dari organisasi pekerja atau

serikat buruh. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk

memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan

memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga

sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang. Manfaat

perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga

dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatan motivasi maupun produktivitas

kerja.

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

menyatakan bahwa

(29)

Jamsostek adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.

Hal ini kemudian berlanjut dengan adanya pengembangan bahwa dasar

jaminan sosial yang menyeluruh negara perlu lebih dikembangkan kearah sistem

jaminan sosial Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia.

PT. JAMSOSTEK ditranformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Dengan

telah disahkan dan diundangkannya UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), pada tanggal 25 November 2011,

maka terjadilah pergantian dari PT JAMSOSTEK menjadi BPJS Ketenagakerjaan.

Transformasi tersebut meliputi perubahan sifat, organ dan prinsip pengelolaan,

atau dengan kata lain berkaitan dengan perubahan stuktur dan budaya organisasi.

UU BPJS menentukan bahwa PT Jamsostek dinyatakan bubar tanpa likuidasi pada

saat berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan, pada tanggal 1 Januari 2014. BPJS

Ketenagakerjaan menurut UU BPJS mulai beroperasi selambatnya tanggal 1 Juli

2015 menyelenggarakan prorgam jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua,

jaminan pensiun, dan jaminan kematian bagi peserta, selain peserta program yang

dikelola oleh PT Taspen (Persero) dan PT (Persero) Asabri, sesuai dengan

ketentuan Pasal 29 sampai dengan Pasal 46 UU No. 40 Tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Transformasi dari PT (Persero) menjadi badan hukum publik sangat

mendasar, karena menyangkut perubahan sifat dari pro laba melayani pemegang

(30)

melaksanakan misi yang ditetapkan dalam konstitusi dan peraturan

perundang-undangan pelaksanaannya. Dengan kata lain BPJS pada dasarnya

menyelenggarakan program yang merupakan program negara yang bertujuan

memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

Pasal 5 ayat (2) UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

menyatakan

bahwa jaminan sosial termasuk salah satu pelayanan yang termasuk dalam pelayanan publik. Sehubungan dengan itu, dalam penyelenggaraannya berpedoman pada asas-asas kepentingan umum, kepastian hukum, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, partisipatif, persamaan perlakuan/tidak diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan waktu, dan kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja

dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan

yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan

yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari

tua, dan meninggal dunia. Pelaksanaan sistem jaminan sosial ketenagakerjaan di

Indonesia secara umum meliputi penyelengaraan program-program Jamsostek,

Taspen, Askes, dan Asabri. Penyelengaraan program Jamsostek didasarkan pada

UU No 3 Tahun 1992, program Taspen didasarkan pada PP No 25 Tahun 1981,

program Askes didasarkan pada PP No 69 Tahun 1991, program Asabri

didasarkan pada PP No 67 Tahun 1991, sedangkan program Pensiun didasarkan

(31)

kepesertaan, yang dapat dibedakan atas kepesertaan pekerja sektor swasta,

pegawai negeri sipil (PNS),dan anggota TNI/Polri.14

Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai ganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.15

Pengertian jaminan sosial dalam ruang lingkup yang sangat luas, sehingga

mencakup usaha-usaha dalam bidang kesejahteraan sosial dalam upaya

meningkatkan taraf hidup manusia dan mencegah atau mengatasi Pengertian jaminan sosial tenaga kerja menurut Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jamsostek menyebutkan bahwa jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.

Hal lain yang perlu mendapat catatan adalah perkataan “tenaga kerja”

dalam Pasal tersebut menunjukkan keluasaan ruang lingkup jaminan sosial itu,

yakni tidak terbatas pada buruh saja, melainkan juga setiap orang yang melakukan

pekerjaan kepada orang lain. Hal ini dipertegas oleh Pasal 1 butir (2) yang

berbunyi: “Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan

baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau

barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”.

14

M. Lutfi Chakim. Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

15

(32)

keterbelakangan, kebergantungan, keterlantaran dan serta kemiskinan pada

umumnya.

Pihak-pihak dalam JAMSOSTEK antara lain :

1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja

PT. Jamsostek (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

sesuai pasal 25 Undang-undang nomor 3 tahun 1993 merupakan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Struktur Organisasi PT Jamsostek

(Persero) tertuang dalam salinan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik

Negara selaku Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero),

PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja Nomor: KEP-213/MBU/2011 tanggal

13 Oktober 2011 tentang Perubahan Nomenklatur Jabatan dan Pengalihan Tugas

Anggota-anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Jaminan Sosial

Tenaga Kerja16

Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2012 terdapat syarat-syarat tertentu

dalam program jaminan hari tua. Seperti telah mencapai usia 55 tahun, cacat tetap,

2. Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Dalam Pasal 1 huruf 2 terdapat definisi peserta. Peserta adalah Pengusaha

dan Tenaga Kerja yang ikut dalam program jaminan sosial tenaga kerja. Dengan

kata lain peserta terbagi dua yaitu pemberi kerja dan pekerja/buruh.

Pengusaha/pemberi kerja dapat berupa orang individu maupun badan hukum.

Berakhirnya JAMSOSTEK dikarenakan antara lain :

1. Jangka Waktu Habis

16

(33)

dan buruh/pekerja meninggal. Karena program jaminan hari tua merupakan

jaminan jangka panjang yang akan dibayarkan santunannya apabila terdapat buruh

yang telah berusia 55 tahun. Jangka waktu tersebut telah ditentukan dengan batas

usia buruh, apabila telah mencapai usia tersebut seorang buruh tidak akan

membayar premi jaminan hari tua. Akan tetapi sebaliknya, buruh tersebut akan

mendapat manfaat dari jaminan hari tua.

2. Terjadi Evenemen Diikuti Dengan Klaim

Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, dan

Jaminan Kematian akan berakhir apabila terjadi evenemen dan dilanjutkan dengan

klaim. Evenemen-evenemen harus terkait ketiga program tersebut, yakni

kecelakaan, sakit, atau meninggal dunia. Karena santunan akan dibayarkan oleh

Badan Penyelenggara apabila terjadi risiko.

B. Dasar Hukum dan Sejarah Perkembangan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)

Jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) sebagaimana didasarkan pada UU

No 3 Tahun 1992, pada prinsipnya merupakan sistem asuransi sosial bagi pekerja

(yang mempunyai hubungan industrial) beserta keluarganya. Skema Jamsostek

meliputi program-program yang terkait dengan risiko, seperti jaminan kecelakaan

kerja, jaminan kematian, jaminan pemeliharaan kesehatan, dan jaminan hari tua,

dan pada dasarnya program Jamsostek merupakan sistem asuransi sosial, karena

penyelenggaraan didasarkan pada sistem pendanaan penuh (fully funded system),

yang dalam hal ini menjadi beban pemberi kerja dan pekerja. Sistem tersebut

(34)

Penyelengaraan sistem asuransi sosial biasanya didasarkan pada fully

funded system, tetapi bukan harga mati. Dalam hal ini pemerintah tetap

diwajibkan untuk berkontribusi terhadap penyelengaraan sistem asuransi sosial,

atau paling tidak pemerintah terikat untuk menutup kerugian bagi badan

penyelengara apabila mengalami defisit. Di sisi lain, apabila penyelenggara

program Jamsostek dikondisikan harus dan memperoleh keuntungan, pemerintah

akan memperoleh deviden karena bentuk badan hukum Persero.

Jaminan sosial tenaga kerja termasuk hukum asuransi. Jaminan sosial

tenaga kerja diatur secara umum dalam Buku I Bab 9 Pasal 246-286 KUHD yang

mengatur segala jenis asuransi secara umum. Adapun beberapa peraturan

perundangan yang lebih spesifik Jaminan Sosial tenaga kerja adalah sebagai

berikut :

1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.

2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

3. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

4. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional

5. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang Penetapan dan

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2012 tentang

Perubanahan Kedelapan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993

(35)

7. Peraturan Menteri Nomor PER-12/MEN/VI/2007 tentang Petunjuk Teknis

Pendaftaraan Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan

Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-150/MEN/1999 tentang

Penyelenggaraan Program Jamianan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja

Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

9. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-169/MEN/1999 tentang

Penyelenggaraan Program Jamianan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja

Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.

10. Surat Edaran Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor B.337/DJPPK/IX/05

11. Surat Keputusna Direksi PT JAMSOSTEK (Persero) Nomor KEP/330/122010

tentang Penetapan Pemberian Hasil Pembangunan Dana Untuk Saldo Jamina

Hari Tua (JHT) Tahun 2010 dan Penetapan Pembayaran Saldo Jaminan Hari

Tua (JHT) Tahun 2011.

12. Keputusan Direksi PT JAMSOSTEK (Persero) Nomor KEP/310/102011

tentang Pemberian Manfaat Tambahan Bagi Peserta Program JAMSOSTEK

Sejarah Jamsostek dimulai dengan proses yang panjang, dimulai dari UU

No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri

Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan

untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang

pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan

(36)

Pokok-pokok Tenaga Kerja. Secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial

tenaga kerja semakin transparan.17

Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkanUU

Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang

itu berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan Pasal 34 ayat

2, yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi

seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut

landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun

1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan

Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial

tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta

dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977

tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.

Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995

ditetapkannya PT Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga

Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi

kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan

kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai

pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.

17

(37)

sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat

memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam

meningkatkan motivasi maupun produktivitas kerja. Kiprah Perusahaan yang

mengedepankan kepentingan dan hak normatif Tenaga Kerja di Indonesia terus

berlanjut. Sampai saat ini, PT. Jamsostek (Persero) memberikan perlindungan 4

(empat) program, yang mencakup :

1. Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

2. Jaminan Kematian (JKM)

3. Jaminan Hari Tua (JHT)

4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan

keluarganya

Tahun 2011, ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1

Januri 2014 PT Jamsostek akan berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT

Jamsostek tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial

tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan

Pensiun mulai 1 Juli 2015.

C. Ruang Lingkup Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).

Ruang lingkup atau bentuk program jaminan sosial tenaga kerja menurut

Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Pasal

6 ayat (1) menentukan bahwa Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja

dalam Undang-Undang ini meliputi :

(38)

International Labour Organization (ILO) mendefinisikan kecelakaan kerja

sebagai kecelakaan fisik atau penyakit sebagai akibat dari kerja dan tidak karena

kesengajaan yang menimbulkan ketidak mampuan bekerja untuk sementara atau

tetap atau kematian.18

Karena pada umumnya kecelakaan kerja akan mengakibatkan dua hal,

yaitu kematian dan cacat. Kematian adalah kecelakaan-kecelakaan yang Kecelakaan kerja menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 dapat

dilihat dalam Pasal 1 butir (6) adalah : Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang

terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul

karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan

berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan

yang biasa atau wajar dilalui”. Kecelakaan kerja yang terjadi dalam perjalanan

berangkat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang sama dilalui atau wajar

dilalui, juga meliputi penyakit yang timbul karena hubungan kerja yaitu dikatakan

sebagai penyakit yang mempunyai akibat langsung bagi pekerja maka dianggap

sebagai penyakit yang timbul karena akibat hubungan kerja.

Kecelakaan kerja merupakan risiko yang dihadapi oleh tenaga kerja yang

melakukan pekerjaan. Dalam pasal 1huruf 6 Undang-undang nomor 3 tahun 1992

definisi kecelakaan kerja adalah kecelakaan kerja yang berkaitan dengan

hubungan kerja, termasuk penyakit yang ditimbulkan karena hubungan kerja,

demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju

tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

18

(39)

mengakibatkan penderitanya bisa meninggal dunia. Sedangkan cacat adalah tidak

berfungsinya sebagian dari anggota tubuh tenaga kerja yang mengalami

kecelakaan kerja. Cacat terbagi menjadi cacat tetap dan cacat sementara. Cacat

tetap adalah kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya mengalami

pembatasan, gangguan fisik, atau gangguan mental yang bersifat tetap. Cacat

sementara adalah kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya

menjadi tidak mampu bekerja untuk sementara waktu.19

Karena pada umumnya kecelakaan kerja akan mengakibatkan dua hal,

yaitu kematian dan cacat. Kematian adalah kecelakaan-kecelakaan yang

mengakibatkan penderitanya bisa meninggal dunia. Sedangkan cacat adalah tidak

berfungsinya sebagian dari anggota tubuh tenaga kerja yang mengalami

kecelakaan kerja. Cacat terbagi menjadi cacat tetap dan cacat sementara. Cacat

tetap adalah kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya mengalami Dalam menanggulangi

hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh kecelakaan

kerja yang berupa kematian atau cacat tetap atau sementara, baik fisik maupun

mental perlu adanya jaminan kecelakaan kerja.

Kecelakaan kerja merupakan risiko yang dihadapi oleh tenaga kerja yang

melakukan pekerjaan. Dalam Pasal 1 huruf 6 Undang-undang nomor 3 tahun 1992

definisi kecelakaan kerja adalah kecelakaan kerja yang berkaitan dengan

hubungan kerja, termasuk penyakit yang ditimbulkan karena hubungan kerja,

demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju

tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

19

(40)

pembatasan, gangguan fisik, atau gangguan mental yang bersifat tetap. Cacat

sementara adalah kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan penderitanya

menjadi tidak mampu bekerja untuk sementara waktu.20

a. Biaya pengangkutan;

Dalam menanggulangi

hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh kecelakaan

kerja yang berupa kematian atau cacat tetap atau sementara, baik fisik maupun

mental perlu adanya jaminan kecelakaan kerja.

Adapun jaminan yang diberikan terhadap pekerja yang mengalami

kecelakaan kerja menurut Pasal 9 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 adalah :

b. Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan;

c. Biaya rehabilitasi;

Santunan berupa uang yang meliputi : santunan sementara tidak mampu

bekerja; santunan cacad sebagian untuk selama-lamanya; santunan cacad total

untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental; santunan kematian Selama

tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja masih belum mampu bekerja,

pengusaha tetap membayar upah tenaga kerja yang bersangkutan, sampai

penetapan akibat kecelakaan kerja yang dialami diterima oleh semua pihak.

2. Jaminan Kematian

Jaminan kematian adalah jaminan yang diberikan kepada keluarga atau

ahli waris tenaga kerja yang meninggal bukan akibat kecelakaan kerja, guna

meringankan beban keluarga dalam bentuk santunan dan biaya pemakaman.21

20Ibid

21

Zulaini Wahab, Dana Pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya , 2001), hal 144

(41)

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pekerja yang

meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja akan mengakibatkan terputusnya

penghasilan dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga

yang ditinggalkan. Oleh karena itu, diperlukan jaminan kematian dalam upaya

meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun

santunan uang. Mengenai besarnya jaminan kematian ini, Pasal 22 ayat (1)

Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2005 tentang Perubahan Keempat Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Program

Jaminan Sosial Tenaga Kerja menentukan sebagai berikut :

a. Santunan kematian diberikan sebesar Rp 6.000.000,00

b. Santunan berkala sebesar Rp. 200.000,00 diberikan selama 24 Bulan

c. Biaya pemakaman diberikan sebesar Rp 1.500.000,00

Urutan penerimaan yang diutamakan dalam pembayaran santunan

kematian dan jaminan kematian menurut Pasal 13 Undang-Undang Nomor 3

tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah sebagai berikut :

a. Janda atau duda

b. Anak Orang tua

c. Cucu

d. Kakek atau nenek

e. Saudara kandung

f. Mertua

Pihak-pihak yang disebutkan diatas mengajukan pembayaran jaminan

(42)

a. Kartu peserta, dan

b. Surat keterangan kematian.

Berdasarkan pengajuan inilah Badan Penyelenggara membayarkan

santunan kematian dan biaya pemakaman kepada keluarga yang berhak22

3. Jaminan Hari Tua

Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya

penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan

diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua

memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga

kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu.

Kepesertaan jaminan hari tua bersifat wajib. Karena jaminan hari tua sama

dengan program tabungan hari tua, setiap peserta akan memiliki rekening

tersendiri pada badan penyelenggara. Besarnya iuran jaminan hari tua adalah 5,7

persen dari upah pekerja/buruh sebulan, dengan perincian 3,7 persen ditanggung

pengusaha dan sebesar 2 persen ditanggung oleh pekerja/buruh.

Jaminan hari tua dibayarkan sekaligus, atau berkala, atau sebagian dan

berkala, kepada pekerja karena telah mencapai usia 55 tahun atau cacad total tetap

setelah ditetapkan oleh dokter (Pasal 14 Undang-undang Nomor 3 tahun 1992).

Apabila pekerja meninggal dunia, jaminan hari tua dibayarkan kepada janda ata

u duda atau anak yatim-piatu. Sementara itu dalam Pasal 15 ditegaskan bahwa

jaminan hari tua dibayarkan sebelum pekerja mencapai usia 55 tahun setelah

mencapai masa kepesertaan tertentu, yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

22

(43)

Berkaitan dengan Pasal 15 Undang-undang Nomor 3 tahun 1992 tersebut,

Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1994 menentukan hal-hal sebagai berikut :

Besarnya jaminan hari tua adalah keseluruhan iuran yang telah disetor, beserta

hasil pengembangannya (Pasal 24 ayat 1). Jaminan hari tua dibayar kepada

pekerja yang telah mencapai usia 55 tahun atau cacad total untuk selama-lamanya,

dan dapat dilakukan :

a. Secara sekaligus apabila jumlah jaminan hari tua yang harus dibayarkan

kurang dari Rp 3.000.000,00; atau

b. Secara berkala apabila seluruh jumlah jaminan hari tua mencapai Rp

3.000.000,00 atau lebih dan dilakukan paling lama 5 tahun.

Apabila pekerja meninggalkan wilayah Indonesia untuk selama-lamanya,

pembayaran jaminan hari tua dilakukan sekaligus. Dalam hal ini tenaga kerja

mengajukan pembayaran jaminan hari tua kepada Badan Penyelenggara.

Pembayaran jaminan hari tua dilakukan sekaligus kepada janda atau duda dalam

hal :

a. Pekerja yang menerima pembayaran jaminan berkala meninggal dunia,

sebesar sisa jaminan hari tua yang belum dibayarkan

b. Pekerja meninggal dunia, apabila janda atau duda tidak ada, maka pembayaran

jaminan hari tua diberikan kepada anak. Janda atau duda atau anak

mengajukan pembayaran jaminan hari tua kepada Badan Penyelenggara.

Pekerja yang telah mencapai usia 55 tahun tetapi masih tetap bekerja,

dapat memilih untuk menerima pembayaran jaminan hari tuanya pada saat berusia

(44)

pekerja memilih untuk tidak menerima pembayaran jaminan hari tua pada usia 55

tahun, maka pembayaran jaminan hari tua dilakukan sejak pekerja yang

bersangkutan berhenti bekerja. Sementara itu pekerja yang telah mencapai usia 55

tahun dan tidak bekerja lagi mengajukan pembayaran jaminan hari tua kepada

Badan Penyelenggara.

Seorang pekerja yang cacad total tetap untuk selama-lamanya sebelum

mencapai usia 55 tahun berhak mengajukan pembayaran jaminan hari tua kepada

Badan Penyelenggara. Badan Penyelenggara menetapkan besarnya jaminan hari

tua paling lama 30 hari sebelum pekerja mencapai usia 55 tahun dan

memberitahukan kepada pekerja yang bersangkutan. Jika pekerja berhenti bekerja

dari perusahaan sebelum mencapai usia 55 tahun dan mempunyai masa

kepesertaan serendah-rendahnya 5 tahun dapat menerima jaminan hari tua secara

sekaligus. Apabila terjadi demikian, pembayaran jaminan hari tua dibayarkan

setelah melewati masa tunggu 6 bulan terhitung sejak saat pekerja yang

bersangkutan berhenti bekerja. Pekerja dalam masa tunggu yang kemudian

bekerja kembali, jumlah jaminan hari tua yang menjadi haknyadiperhitungkan

dengan jaminan hari tua berikutnya.

4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Jaminan pemeliharaan kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 3 tahun

1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Pasal 1 butir (9) menyatakan bahwa

:“Pemeliharaan Kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan

gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau

(45)

Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 ditegaskan bahwa

tenaga kerja, suami atau isteri, dan anak berhak memperoleh jaminan

pemeliharaan kesehatan. Sebagai peraturan pelaksanaan, Pasal 33 ayat (1)

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 menegaskan bahwa anak yang

berhak atas jaminan pemeliharaan kesehatan sebanyak-banyaknya 3 orang.

Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas

tenaga kerja sehingga dapat melaksanaan tugas sebaik-baiknya dan merupakan

upaya kesehatan di bidang penyembuhan. Karena upaya penyembuhan

memerlukan dana yang tidak sedikit dan memberatkan jika dibebankan kepada

perorangan, maka sudah selayaknya diupayakan penanggulangan kemampuan

masyarakat melalui program jaminan sosial tenaga kerja.

Di samping itu pengusaha tetap berkewajiban mengadakan pemeliharaan

kesehatan tenaga kerja yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan,

penyembuhan, dan pemulihan. Dengan demikian diharapkan tercapainya

kesehatan kerja yang optimal. Jaminan pemeliharaan kesehatan selain untuk

tenaga kerja yang bersangkutan juga untuk keluarganya.

Pemeliharaan kesehatan adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan

agar pekerja/pengusaha memperoleh kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental,

maupun sosial, sehingga memungkinkan dapat bekerjasama secara optimal. Oleh

karena itu, program jaminan sosial tenaga kerja juga memprogramkan jaminan

pemeliharaan kesehatan.

Paket pemeliharaan dasar yang diselenggarakan oleh PT. Jamsostek

(46)

1. Rawat jalan tingkat pertama, yaitu semua jenis pemeliharaan kesehatan

perorangan yang dilakukan di pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama.

2. Rawat jalan tingkat lanjutan, yaitu semua jenis pemeliharaan kesehatan

perorangan yang merupakan rujukan (lanjutan) dari pelaksanaan kesehatan

tingkat pertama.

3. Rawat inap, yaitu pemeliharaan kesehatan rumah sakit di mana penderita

tinggal/mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksana

pelayanan kesehatan atau rumah sakit pelaksana pelayanan kesehatan lainnya.

4. Pemerikasaan kehamilan dan pertolongan persalinan adalah pertolongan yang

diberikan kepada pekerja wanita berkeluarga atau istri pekerja peserta program

jaminan pemeliharaan kesehatan sampai persalinan ke tiga.

5. Penunjang diagnosik, yaitu jenis-jenis pelayanan yang berkaitan dengan

pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan electro

encephalography (EEG), electro cardiography (ECG), dan ultra sonography

scanning (CT Scanning).

6. Pelayanan khusus, yaitu pemeliharaan kesehatan yang memerlukan perawatan

khusus bagi penyakit tertentu serta pembelian organ-organ tubuh agar

berfungsi seperti semula, yang meliputi pelayanan kesehatan yang

bersangkutan dengan kacamata, prothese mata, prothese gigi, alat bantu

dengar dan prothese anggota gerak.

7. Emergensi, yaitu pelayanan dimana peserta jaminan pemeliharaan kesehatan

membutuhakan pertolongan segera yang bila tidak segera ditolong akan

(47)

Biaya pengobatan dan perawatan yang dikeluarkan untuk dokter, obat,

operasi, rontgen/laboratorium, perawatan Puskesmas, Rumah Sakit Umum

Pemerintah Kelas I atau Swasta yang setara, perawatan gigi, mata serta jasa

tabib/sinshe/tradisional yang telah mendapat ijin resmi dari instansi berwenang,

Maka seluruh biaya yang akan dibayarkan berupa santunan maksimum sebesar Rp

20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah). Sedangkan untuk biaya penggantian gigi

tiruan maksimal sebesar Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah).

Dalam rehabilitasi, biaya berupa penggantian pembelian alat bantu

(orthose) dan/atau alat pengganti (prothese) diberikan satu kali untuk setiap kasus

dengan patokan harga yang ditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi Rumah Sakit

Umum Pemerintah dan ditambah 40% (empat puluh persen) dari harga tersebut

serta biaya rehabilitasi medik maksimum sebesar Rp2.000.000,00(dua juta

rupiah).

Biaya pengangkutan tenaga kerja dari tempat kejadian kecelakaan ke

rumah sakit diberikan biaya penggantian sebagai berikut:

1. Apabila hanya menggunakan jasa angkutan darat/sungai/danau maksimum

sebesar Rp750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah);

2. Apabila hanya menggunakan jasa angkutan laut maksimal sebesar Rp

1.000.000,00 (satu juta rupiah);

3. Apabila menggunakan jasa angkutan udara maksimal sebesar Rp 2.000.000,00

Referensi

Dokumen terkait

Jamsostek (Persero) Kantor Cabang Surakarta telah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial

Pertama untuk melakukan transformasi dilakukan pembubaran PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero) menjadi badan hukum publik BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan

Pertama untuk melakukan transformasi dilakukan pembubaran PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero) menjadi badan hukum publik BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan

Untuk melaksanakan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Un- dang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 ten- tang Badan Penyelenggara

Jamsostek (Persero) sebagai perusahaan provit dibawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan sebagai badan

Berdasarkan Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan menyatakan bahwa Penamaman modal, pembagian laba sesuai dengan perintah Dewan Komisaris dan

3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (UU JAMSOSTEK) tidak lagi mempunyai kekuatan hukum sebagai landasan operasional Jamsostek karena tidak sesuai dengan

PERBEDAAN PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA MELALUI ASURANSI JAMSOSTEK DENGAN PROGRAM BPJS (BADAN PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL) BERDASARKAN UNDANG-i. UNDANG NO. JAMSOSTEK