• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFISIENSI PENGOLAHAN INSTALASI AIR LIMBAH BERDASARKAN KUALITAS AIR DI IPAL SEWON, BANTUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFISIENSI PENGOLAHAN INSTALASI AIR LIMBAH BERDASARKAN KUALITAS AIR DI IPAL SEWON, BANTUL"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

EFISIENSI PENGOLAHAN INSTALASI AIR LIMBAH

BERDASARKAN KUALITAS AIR DI IPAL SEWON,

BANTUL

Disusun Oleh :

AGUNG SATRIYA SEMBAGA 20120110292

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

(2)

I

TUGAS AKHIR

EFISIENSI PENGOLAHAN INSTALASI AIR LIMBAH

BERDASARKAN KUALITAS AIR DI IPAL SEWON,

BANTUL

Disusun Oleh :

AGUNG SATRIYA SEMBAGA 20120110292

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

(3)

II

PERNYATAAN KEASLIAN HASIL PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Agung Satriya Sembaga

NIM : 20120110292

Judul : EFISIENSI PENGOLAHAN INSTALASI AIR LIMBAH

BERDASARKAN KUALITAS AIR DI IPAL SEWON,

BANTUL

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dalam

naskah ini dicantumkan dalam daftar pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab dan saya

bersedia menerima sanksi apabila dikemudian hari diketahui tidak benar.

Yogyakarta, 25 Agustus 2016

Yang membuat pernyataan

(4)

III

MOTO

Selalu ada harapan bagi mereka yang berdoa

dan selalu ada jalan bagi mereka yang

berusaha

.

“Seseorang yang sukses itu adalah orang yang

mampu membahagiakan orang tua dan

keluarganya”

Selalu jadi diri sendiri dan jangan pernah

menjadi orang lain meskipun mereka tampak

lebih baik dari Anda”.

Do your be

st at any moment that you have”

(Lakukan yang terbaik pada setiap saat yang

(5)

IV

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini saya persembahkan kepada : Pertama Trimakasih Allah Subhanahu wa Ta’ala atas karunia dan

Rahmat-Nya serta Junjungan Nabi BesarMuhammad Shallahu’alaihi wasallam atas perjuangan menegakkan Ajaran Islam.

Kedua orang tua, Kepada Bapak dan Ibu tercinta, Marmin Sutedjo dan Sulastatik, atas doa, semangat, motivasi dan kasih sayang yang diberikan

kepada ku selama ini.

Trimakasih banyak juga kepada Nor Khasanah karena dia yang selalu memberi banyak solusi untuk membuat saya menjadi lebih baik dan selalu

memberi semangat untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Kepada kakak dan adek, Wiwid Wijayanti dan Dian Panji W. atas doa dan dukungan yang kalian berikan, sekaligus sebagai motivasi dalam hidupku

dan selalu menyemangati ku dalam menyelesaikan studi dan skripsi.

Trimakasih juga kepada anak-anak Sipil UMY angkatan 2012 semoga ilmu kita dapat bermanfaat nantinya dan anak-anak kos Suradi semoga semakin

(6)

V

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, atas limpahan rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan, sebagai

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dengan judul ” EFISIENSI PENGOLAHAN INSTALASI AIR LIMBAH BERDASARKAN KUALITAS AIR

DI IPAL SEWON, BANTUL”. Terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya

penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu baik moril maupun

materiil dari awal sampai akhir penyelesaian Tugas Akhir ini,

terutama kepada :

1. Bapak Burhan Barid S.T., M.T. selaku dosen pembimbing I yang dengan

kerelaan dan kesabarannya memberikan banyak arahan dan bimbingan

kepada penulis.

2. Bapak Jazaul Ikhsan, S.T. M.T. selaku dosen pembimbing II dan ketuan

Dekan Fakultas Teknik yang telah memberikan arahan dan bimbingan.

3. Nursetiawan, ST.,MT.,Ph.D. selaku dosen penguji memberikan arahan dan bimbingan.

4. Bapak Ir. Zakky Kepala Dinas baian Ksi-OP IPAL DIY,

5. Bapak Sarjani. S.T selaku kepala unit IPAL Sewon Bantul, Yogyakarta.

6. Ibu Endah Eniati selaku pembimbing lapangan di IPAL Sewon Bantul.

7. Segenap staf dan karyawan IPAL Sewon Bantul yang telah membantu

dalam pelaksanan penelitian Tugas Akhir di IPAL Sewon Bantul.

8. Segerombolan TS ’12 yang masih tiarap di UMY

9. Kedua Orang Tua penulis, Bapak Marmin dan Ibu Sulastatik yang selalu

memberikan nasehat tiap harinya.

10.Nor khasanah selaku wanita yang paling dekat dan selalu memberikan

(7)

VI 11.Dosen, Karyaman dan Staff Teknik Sipil

12.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu hingga terselesainya

TA ini

Disadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih banyak terdapat

kekurangan, semoa penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia Teknik Sipil. oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca semua sangat diharapkan

demi kesempurnaan di masa depan.

Wassalamu’alaikum wr.wb Alhamdulillahirobbil’alamin.

Yogyakarta, Juni 2016

(8)

VII DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

MOTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

INTISARI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Batasan Masalah... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kualitas Air ... 6

(9)

VIII

2.3 Air Limbah ... 9

2.4 Sifat dan Komposisi air Limbah ... 9

BAB III LANDASAN TEORI ... 12

3.1 Indeks Kualitas Air ... 12

3.2 Proses pengolahan Air ... 16

3.3Koefisien korelasi ... 19

3.4 Baku Mutu Air ... 21

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 24

4.1 Tahap Penelitian ... 24

4.2 Metode Penumpulan Data ... 25

4.3 Data yang Dikumpulkan ... 26

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN... 27

5.1 Analisa Parameter Kualitas Air Limbah BOD ... 27

5.1.1 Parameter BOD ... 27

5.1.2 Efektifitas Penurunan Parameter BOD ... 27

5.1.3 Hubungan Volume dengan Parameter BOD ... 29

5.1.4 Pembahasan BOD ... 31

5.2 Analisa Parameter Kualitas Air Limbah DO ... 32

5.2.1 Parameter DO... 32

(10)

IX

5.2.3 Hubungan Volume dengan Parameter DO ... 34

5.2.4 Pembahasan DO ... 35

5.3 Analisa Parameter Kualitas Air Limbah COD ... 36

5.3.1 Parameter COD ... 36

5.3.2 Efektifitas Penurunan Parameter COD ... 36

5.3.3 Hubungan Volume dengan Parameter COD ... 37

5.3.4 Pembahasan COD ... 38

5.4 Analisa Parameter Kualitas Air Limbah pH ... 39

5.4.1 Parameter pH ... 39

5.4.2 Efektifitas Penurunan Parameter pH ... 40

5.4.3 Hubungan Volume dengan Parameter pH ... 41

5.4.4 Pembahasan pH ... 42

5.5 Analisa Parameter Kualitas Air Limbah Suhu ... 43

5.5.1 Parameter Suhu ... 43

5.5.2 Efektifitas Penurunan Parameter Suhu ... 43

5.5.3 Hubungan Volume dengan Parameter Suhu ... 44

(11)

X

5.6 Analisa Parameter Kualitas Air Limbah SS ... 46

5.6.1 Parameter SS ... 46

5.6.2 Efektifitas Penurunan Parameter SS ... 47

5.6.3 Hubungan Volume dengan Parameter SS ... 48

5.6.4 Pembahasan SS ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

6.1 Kesimpulan ... 50

6.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA

(12)

XI

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Rata-rata aliran air limbah dari daerah perumahan ... 11

Tabel 3.1 Kriteria Mutu Air ... 22

Tabel 3.2. Kriteria Baku Mutu Limbah Cair ... 23

Tabel 5.1 Efektifitas Penurunan Parameter BOD ... 28

Tabel 5.2 Perhitungan Regresi untuk nilai BOD dengan Volume ... 30

Tabel 5.3 Efektifitas Penurunan DO ... 33

Tabel 5.4 Efektifitas Penurunan COD ... 37

Tabel 5.5 Efektifitas Kenaikan pH ... 40

Tabel 5.6 Efektifitas Kenaikan Suhu ... 44

(13)

XII

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Komposisi Air Limbah ... 11

Gambar 4.1 Bagan Alir Penelitian ... 24

Gambar 5.1 Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014 ... 27

Gambar 5.2 Grafik Penurunan Efektifitas BOD dari Tahun 2007-2014 ... 29

Gambar 5.3 Pengaruh Hubungan BOD dengan Volume ... 29

Gambar 5.4 Nilai DO dari tahun 2007 sampai 2014 ... 33

Gambar 5.5 Grafik Penurunan Efektifitas DO dari Tahun 2007-2014 ... 34

Gambar 5.6 Pengaruh Hubungan DO dengan Volume ... 34

Gambar 5.7 Nilai CODdari tahun 2007 sampai 2014 ... 36

Gambar 5.8 Grafik Penurunan Efektifitas COD dari Tahun 2007-2014 ... 37

Gambar 5.9 Pengaruh Hubungan COD dengan Volume ... 38

Gambar 5.10 Nilai pH dari Tahun 2007 sampai 2014 ... 40

Gambar 5.11 Grafik Efektifitas penurunan nilai pH dari Tahun 2007-2014 ... 41

Gambar 5.12 Pengaruh Hubungan pH dengan Volume ... 41

Gambar 5.13 Nilai Suhu dari tahun 2007 sampai 2014 ... 43

Gambar 5.14 Grafik Kenaikan Efektifitas Suhu dari Tahun 2007-2014 ... 44

Gambar 5.15 Pengaruh Hubungan Suhu dengan Volume ... 45

Gambar 5.16 Nilai SS dari tahun 2007 sampai 2014 ... 46

Gambar 5.17 Grafik Kenaikan Efektifitas BOD dari Tahun 2007-2014 ... 47

(14)

XIII

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Data Kualitas Air Limbah IPAL Bantul Selama 8 Tahun

Lampiran II. Data Volume Air IPAL Limbah Bantul Selama 8 Tahun

Lampian III. Data Spesifikasi Alat Operasional di IPAL

Lampiran IV. Diagram Alir Proses Air limbah

Lampiran V. Standart Operasional Pekerjaan

Lampiran VI. Surat Perizinan Pengambilan Data

(15)
(16)

xiv

INTISARI

Air merupakan salah satu sumber utama bagi kehidupan mahluk hidup baik di darat, laut

maupun di udara. Dengan semakin meningkatnya perkembangan industri, maka semakin

meningkat pula tingkat pencemaran pada perairan yang disebabkan oleh industri (limbah). Di

kota Yogyakarta mengalir tiga sungai besar, yaitu Sungai Winongo, Sungai Code, dan Sungai

Gajahwong. Di sepanjang sungai ini dipadati oleh permukiman penduduk yang sebagian warga

tinggal masih membuang limbah cair tanpa proses pengolahan ke sungai. Hal ini

mengakibatkan pencemaran sungai yang berbahaya bagi kondisi ekologis perairan sungai

tersebut. Oleh karena itu, masyarakat di sekitar sungai tersebut berinisiatif melakukan

pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Dibangunnya instalasi pengolahan air

limbah di Jalan Bantul Km. 8 Sewon, Bantul, setidaknya dapat mengurangi pencemaran

tersebut. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah rumah tangga di desa Pendowoharjo,

Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul ini merupakan tindak lanjut Program Jangka Menengah

Pembangunan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY) periode 1993/1994 – 1997/1998 yang

meliputi seluruh wilayah Kodya Yogyakarta, sebagian wilayah Kab.Sleman (3 Kecamatan) dan

sebagian wilayah Kab.Bantul (3 Kecamatan) Dalam Tugas Akhir ini Hasilnya Kualitas air dari

hasil pengolahan air limbah rumah tangga di IPAL Bantul Yogyakarta selama tahun 2007-2014

menurut PP RI No.82 Tahun 2001 terhadap parameter BOD outlet 15,06 mg/l belum aman dan

nilai COD inlet sebesar 390,8 mg/lt juga relatif tidak aman, sedang terhadap parameter lainnya

aman, dan menurut Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta No.

214/KPTSI/1991 terhadap parameter BOD, DO, COD, pH,Suhu, SS seluruhnya aman

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Air merupakan salah satu sumber utama bagi kehidupan mahluk hidup

baik di darat, laut maupun di udara. Dengan semakin meningkatnya

perkembangan industri, maka semakin meningkat pula tingkat pencemaran

pada perairan yang disebabkan oleh industri (limbah). Di kota Yogyakarta

mengalir tiga sungai besar, yaitu Sungai Winongo, Sungai Code, dan Sungai

Gajahwong. Di sepanjang sungai ini dipadati oleh permukiman penduduk yang

sebagian warga tinggal masih membuang limbah cair tanpa proses pengolahan

ke sungai. Hal ini mengakibatkan pencemaran sungai yang berbahaya bagi

kondisi ekologis perairan sungai tersebut. Oleh karena itu, masyarakat di

sekitar sungai tersebut berinisiatif melakukan pembangunan Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Dibangunnya instalasi pengolahan air limbah di Jalan Bantul Km. 8

Sewon, Bantul, setidaknya dapat mengurangi pencemaran tersebut. Instalasi

pengolahan air limbah tersebut dibangun pada tahun 1994, sedangkan

pengoperasiannya pada tahun 1996 dan diresmikan pada 9 Desember 1998.

Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah rumah tangga di desa

Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul ini merupakan tindak

lanjut Program Jangka Menengah Pembangunan Aglomerasi Perkotaan

(18)

2

wilayah Kodya Yogyakarta, sebagian wilayah Kab.Sleman (3 Kecamatan) dan

sebagian wilayah Kab.Bantul (3 Kecamatan).

Tapi sistem penyaluran air limbah ini belum dapat bekerja secara baik,

karena sampai saat ini limbah cair tersebut masih dibuang secara langsung ke

sungai Code, Gajah Wong dan Winongo. Pelayanan air limbah secara bertahap

akan ditingkatkan. Sampai dengan Tahun 2002 telah melayani 29% wilayah

perkotaan (110.000 penduduk). Sehingga pada tahun 2012 ditargetkan 59%

wilayah perkotaan (237.000 penduduk) telah terlayani. Pengembangan Instalasi

Pengolahan Air Limbah merupakan upaya untuk mendukung Program Kali

Bersih (Prokasih) oleh D.I.Yogyakarta. Diharapkan dengan adanya Instalasi

Pengolahan Air Limbah ini dapat meningkatka kualitas air sungai serta estetika

lingkungan di sekitar daerah aliran sungai termasuk pula penurunan

pencemaran air tanah.

Dengan dilakukannya percobaan ini diharapkan kita dapat memperoleh

masukan dan gambaran tentang pencemaran air sungai yang disebabkan oleh

limbah rumah tangga, limbah pabrik, sampah, dan pencemar air lainnya

Dengan pengamatan ini pula kita dapat mengetahui keadaan lingkungan

instalasi, baik limbah yang masuk serta limbah yang keluar dari instalasi dan

analisa kualitas air limbah di laboratorium sehingga akan diperoleh korelasi

antara lingkungan instalasi dan kualitas air limbahnya dengan kemampuan

instalasi air itu sendiri dalam mengolah limbah yang ramah lingkungan, serta

untuk mengetahui kadar BOD (Biologycal Oxygen Demand),DO (Dissolve

(19)

3 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana nilai parameter BOD, DO, COD, pH, suhu, dan SS dari

input air limbah masuk dan setelah output air limbah keluar selama

kurun waktu tahun 2007sampai 2014 di Sewon, Bantul?

2. Bagaimana Efisiensi berdasarkan parameter tersebut untuk

pengolahan instalasi air limbah selama kurun waktu tahun

2007sampai 2014 di Sewon, Bantul?

3. Mengetauhi hubungkan debit volume air masuk dengan nilai

parameter tersebut untuk melihat mempengaruhi kualitas air dalam

Pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui nilai parameter BOD, DO, COD, pH, suhu, dan SS dari

input air limbah masuk dan output air limbah keluar selama kurun

waktu Tahun 2007 sampai 2014 di Sewon, Bantul.

2. Mengetahui seberapa efektif proses tahapan pengolahan

pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dalam kurun

waktu tujuh Tahun.

3. Mengetahui hubungkan debit volume air masuk dengan nilai

parameter tersebut, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air

(20)

4

4. Memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi ilmu

Teknik Sipil jenjang Strata 1 di Universitas Muhammadyah

Yogyakarta.

1.4 Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Manfaat teoritis:

1. Dari segi teoritis diharapkan dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan dibidang Teknik Sipil khususnya pada pembanggunan

infrastuktur seperti IPAL.

2. Diharapkan juga dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan

dibidang Biologi dan Teknik Lingkungan khususnya meneliti

tentang kualitas air dengan resiko limbah yang semakin hari semakin

banyak.

3. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan dan menekankan proses

analisis pembangunan yang ramah lingkungan dan tidak merusak

alam.

b. Manfaat praktis:

1. Dari segi praktis diharapkan dapat sebagai pertimbangan bagi

pemerintah, khususnya yang menangani IPAL dapat memberikan

pelayanan yang sesuai dengan prosedur yang benar dan tidak

mengganggu lingkungan di kawasan pembangunan Instalasi

(21)

5

2. Selalu memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang

pentingnya menjaga lingkungan dan dapat menguranggi produksi

limbah yang mencemari lingkungan.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah pada Tugas Akhir ini sebagai berikut :

1. Penelitian Dilakukan pada IPAL Bantul.

2. Penelitian ini difokuskan pada hasil pengolahan air limbah yang

meliputi enam parameter yaitu BOD (Biologycal Oxygen

Demand),DO (Dissolve Oxyge), SS (Suspended solid),Suhu dan nilai

pH.

3. Data yang digunakan adalah data kualitas air IPAL dari mulai Tahun

(22)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kualitas Air

Kualitas air secara biologis ditentukan oleh banyak parameter, yaitu

parameter mikroba pencemar, patogen dan penghasil toksin. Banyak mikroba

yang sering bercampur dengan air khususnya pada air tanah dangkal. Mikroba

yang paling berbahaya adalah mikroba yang berasal dari tinja yaitu bakteri Coli,

mikroba yang datang dari tinja ini tidak baik bagi kesehatan apabila digunakan

untuk kepentingan kehidupan manusia terutama kebutuhan rumah tangga (Sri

Wahyuni,2012).

Air yang sehat adalah air yang mempengaruhi persyaratan kualitas air

yang mencakup parameter fisika, kimia, dan biologi. Parameter fisika adalah

parameter yang dapat ditetapkan dengan cara pengukuran secara fisis seperti

kekeruhan, bau, lumpur, dan lain-lain. Parameter kimia merupakan parameter

yang dominan yaitu mengukur kondisi air akibat buangan industri. Parameter

yang banyak menciptakan pencemaran dan bahaya terhadap lingkungan meliputi

kimia organik (minyak, lemak, peptisida hidrokarbon, protein, fenol) dan kimia

anorganik (pH, BOD, COD, nitrat,nitrit, ohosphat, air raksa dll). Parameter

Biologi merupakan parameter yang berhubungan dengan kehadiran jasad renik

seperti bakteri yang bersifat patogen, parasit maupun sebagai sebagai penghasil

racun terutama yang berasal dari limbah domestik dan rumah sakit yang

(23)

7 2.2 Pencemaran Air

Semakin banyak populasi manusia dan perkembangan industri akan

semakin banyak masalah yang timbul, seperti masalah pencemaran tanah, air,

udara, dan suara, munculnya daerah pemukiman kumuh, masalah sosial, ekonomi,

dan kesehatan, terutama di kota-kota besar. Pencemaran yang mengakibatkan

penurunan kualitas air dapat berasal dari limbah terpusat seperti limbah industri,

limbah usaha peternakan, limbah perhotelan dan limbah rumah sakit.

Suatu perairan yang tercemar biasanya mengalami perubahan. Perubahan

itu berupa perubahan fisik, kimia dan biologis yang dapat mempe9 ngaruhi

ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan pertanian, industri, rekreasi, dan

keperluan manusia maupun manfaat air lainnya. Oleh karena itu perlu terlebih

dahulu ditentukan status kualitas airnya (baku mutu air). Indikator atau tanda

bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan. Perubahan yang

terjadi tersebut adalah sebagai berikut (Harianto, 2007,dalam Heri,2008) :

1. Adanya perubahan pH atau ion hydrogen,

2. Adanya perubahan warna, suhu, bau, dan rasa,

3. Adanya endapan dan bahan terlarut,

4. Adanya mikroorganisme serta meningkatnya zat radio aktif air.

Air perlu terus dilestarikan secara berkelanjutan dan dicegah dari

pencemaran sehingga dapat bertahan tingkat mutu dan kualitasnya. Oleh karena

itu diperlukan pengendalian terhadap pencemaran air dengan menetapkan baku

(24)

8

budaya dan nilai (biaya) ekonomis, air yang tercemar akan menghabiskan biaya

yang besar. Untuk mencegah pencemaran air, pemerintah mengeluarkan.

peraturan melalui PP No. 82 Tahun 2001 yang berisi tentang aturan

pengendalian pencemaran air. Menurut Peraturan Pemeintah No. 82 Tahun 2001

tentang pengelolaan. Kualitas air dan pengendalian pencemaran air, air dibagi

menurut peruntukkannya yaitu:

a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air

minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut.

b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/

sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk

mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan

mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan

ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

kegunaan tersebut.

d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi

pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air

(25)

9 2.3 Air Limbah

Air limbah (waste water) adalah kotoran dari masyarakat dan kotoran

rumah tangga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan dan buangan air

lainnya (Sugiharto, 1987).

Air limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama

dari air yang telah dipergunakan dengan hampir 0,1 % dari padanya berupa

benda-benda padat ynag terdiri dari zat organik dan non organik (Mahida, 1984)

Sumber air limbah berasal dari (Sastrawijaya, 1991) :

1. Air limbah domestikAir limbah domestik adalah semua buangan yang

berasal dari kamar mandi, dapur tempat cuci pakaian, cuci peralatan rumah

tangga, apotek, rumah sakit, rumah makan dan sebagainya yang secara

kuantitatif limbah tadi terdiri dari zat organik baik berupa padat atau cair,

bahkan berbahaya, dan beracun (B3), garam terlarut, lemak dan bakteri

terutama golongan fecal coli, jasad patogen dan parasit.

2. Air limbah non domestik Air limbah non domestik adalah semua buangan

yang berasal dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan,

transportasi dan sumbersumber lainnya.

2.4 Sifat dan Komposisi Air Limbah

Adapun sifat dan komposisi yang terkandung dalam air limbah yaitu :

1. Sifat air limbah Menurut Narmiyati, 2007, Sifat air limbah dapat di

(26)

10

a. Sifat fisikAir limbah terdiri dari 99,9 % air dan 0,1 % zat padat. Zat

padat berupa zat organik dan anorganik (sebagai larutan). Air limbah

rumah tangga sedikit berbau, berwarna gelap, dan agak berbusa, sering

mengandung kotoran manusia dan sampah dapur. Temperaturnya lebih

tinggi dari temperatur air bersih dan udara sekitarnya.

b. Sifat kimiaSifat kimia ini disebabkan oleh adanya zat-zat organik dan

anorganik di dalam air limbah, yang berasal dari limbah manusia

maupun kegiatan lain manusia. Zat organik dapat mengandung

nitrogen seperti lemak, sedangkan zat anorganik dapat mengandung

logam, fosfat, klor dan gas-gas.

c. Sifat bakteriologiSifat bakteriologi air limbah disebabkan oleh adanya

kehidupan biologis atau mikrobiologis di dalamnya. Dalam proses

metabolisme, mikroba menguraikan zat-zat terlarut maupun suspensi

yang digunakan untuk pertumbuhan, pembentukan dinding sel dan

sumber tenaga.

2. Komposisi air limbah

Sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah mempunyai komposisi

yang sangat bervariasi dari setiap tempat. Akan tetapi dalam hal ini, secara

garis besar zat-zat yang terdapat di dalam air limbah dan aliran

(27)

11

Tabel 2.1. Rata-rata aliran air limbah dari daerah perumahan.

Sumber Unit Unit

Jumlah Aliran (lt/unit/hari) Antara Rata-rata

Apartemen Orang 200-300 260

Hotel, penghuni tetap Orang 150-220 190

Tempat tinggal keluarga

Rumah pada umumnya Orang 190-350 280 Rumah yang lebih baik Orang 250-400 310

Rumah mewah Orang 300-550 380

Rumah agak modern Orang 100-250 200

Rumah pondok Orang 100-240 190

Rumah gandengan Orang 120-200 150 Sumber : Sugiharto, 1987

Gambar 2.1 Skema Komposisi Air Limbah (Sugiharto, 1987) Air Limbah

Air (99,9 %) Bahan Padat (0,1 %)

(28)

12 BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Indeks Kualitas Air

Pada kondisi normal, sangatlah penting untuk memeriksa kondisi

mesin-mesin, tetapi juga selalu memeriksa air agar kualitas selalu terjaga.

Jika pengendalian kualitas air selalu difungsikan sebagaimana mestinya.

Metode indeks kualitas air merupakan metode yang digunakan untuk

memenuhi kualitas air pada parameter tertentu. Parameter tersebut antara

lain:

1.BOD (Biologycal Oxygen Demand)

BOD atau yang disebut Kubutuhan biologi akan osigen yaitu

banyaknya oksigen yang dibutuhkan pada mikroorganisme pada waktu

melakukan proses dekomposisi bahan organik yang ada diperairan (Sutrisno,

1991). BOD merupakan parameter yang umum dipakai untuk menentukan

besarnya pencemaran oleh bahan-bahan organik air buangan.

Nilai BOD dipengaruhi oleh suhu, densitas plankton keberadaan mikroba,

seta kandungan jenis bahan organik. Semakin banyak zat organik semakin

besar kebutuhan oksigen maka semakin besar pula nilai BOD-nya. Nilai

BOD dapat diperoleh dengan sistem pencemaran 5 hari atau dengan

(29)

13 a. Sistem pencemaran 5 hari

BOD (mg/l)=(DO campuran segera – DO lima hari ) x30 x faktor

angka faktor adalah bilangan penggali yang merupakan fungsi

lama pengeraman, suhu inkubator,beberapa kali pengeceran 3x

suhu inkubator

b. sistem pendekatan dari nilai COD yang diperoleh

(menurut Metclaf dan Eddy, 1991)

BOD (mg/l) = (0,3 hingga 0,6) COD ± c

Artinya nilai BOD dapat diperoleh dengan mengalikan COD

dengan faktor penggali, dimana faktor pengali tersebut

mempunyai nilai antara 0,3 sampai 0,6 dengan suku pengurang

atau jumlah tertentu.

Penentuan faktor pengali dengan suku pengurang atau penjumlah.

 Catat nilai COD dari sistem pengeraman 5 hari selama satu

bulan

 Catat nilai COD selama 1 bulan yang sama

 Dekati hubungan atara keduanya dengan pendekatan regresi

linier sehingga diperoleh persamaan garis lurus berupa :

BOD = m COD ± c

Dengan, m: kemiringan garis lurus atau faktor pengali

c: suku pengurang atau penjumlah

kemudian persamaan tersebut yang diperoleh dapat

(30)

14

hari untuk satu bulan didepan atau dengan langsung

mengambil faktor pengali dari nilai tengah antara 0,3

sampai 0,6 adalah 0,45 sehingga persamaan nilai COD

yang diperoleh berupa : BOD (mg/l) = 0,45 x COD.

2. DO (Dissolved Oxygen)

DO menunjukan besarnya Oksigen terlarut dalam air. Dissolve

Oxygen (DO), merupakan unsur terpenting dalam kandungan air dalam

menghidupi makhluk hidup yang ada didalamnya. Kemampuan air untuk

membersihkan pencemaran secara alamiah sangat tergantung pada cukup

tidaknya kadar oksigen terlarut. Oksigen terlarut dalam air berasal dari

udara dan proses fotosintesis tumbuhan air. Terlarutnya oksigen didalam

air tergantung pada temperatur, tekanan hidrometik udara, dan kadar

udara dalam air. Pada umumnya semakin besar nilai DO maka kondisi air

semakin baik, ssebaliknya jika semakin rendah nilai DO maka kondisi air

semakin jelek (tercemar). Rendahnya kadar DO tentunya akan

mengakibatkan turunnya kenyamanan ikan dan makhluk hidup lain yang

menggantungkan hidupnya pada kadar DO.

3. COD (Chemical Oxygen Demand )

COD atau kebutuhan kimiawi akan oksigen adalah banyaknya

Oksidator kuat yang diperlukan untuk mengoksidasi zat organik dalam

air, dihitung sebagai mg/l O2. COD digunakan untuk mengukur

banyaknya oksigen yang setara dengan bahan organik dalam sampel air,

(31)

15

Penentuan nilsi COD dapat ditentukan menggunakan rumus :

4.pH

pH (derajat keasaman) menunjukan kadar asam atau basa pada

larutan melalui konsentrasi ino H+. Nilai pH biasanya berkisar antara

1-14,Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu pH = 7,

sedangkan pH air yang terpolusi, seperti air buangan nilai pH-nya

berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya. pH yang kurang dari 7

bersifat asam dan yang lebih dari 7 bersifat basa. Dalam pengukuran pH

dapat menggunakan pH meter, kertas lakmus, dan cara kalori meter.

Dalam penyediaan air, pH merupakan salah satu faktor yang harus

dipertimbangkan mengingat bahwa drajat keasaman air akan sangat

mempengaruhi aktivitas pengolahan yang akan dilakukan, misal dalam

pencegahan korosi.

5.Suhu

Pengukuran suhu yaitu untuk perhitungan indeks kualitas air dan

indentifikasi sumber air. Pengukuran dapat menggunakan termometer air

raksa dari celsius. Prubahan suhu dipengaruhi oleh musim, lintang, waktu

dalam hari, sirkulasi udara dan aliran kedalaman badan air. Kenaikan

suhu akan menimbulkan beberapa akibat terhadap kualitas air, sebagai

berikut :

a. Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun,

(32)

16

c. Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu,

d. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan, dan hewan

lainnya mungkin akan mati.

6. SS (Suspended Solid)

Zat padat suspensi (SS) merupakan zat padat organik maupun

anorganik yang bersifat koloid yang melayang-layang dalam air dan zat

padat yang akan mengendap dalam keadaan diam karena pengaruh

gravitasi. Jika suatu limbah padatan dibuang didalam air maka akan

terdapat dua kemungkinan, jika limbah padatan itu tidak dapat larut

secara sempurna dalam air limbah maka padatan tersebut akan

mengendap didalam kolam atau sungai, tetapi jika limbah padatan itu

dapat larut sempurna dalam air limbah maka akan menjadi koloidal dan

melayang-layang dalam kolam atau sungai.

3.2 Proses Pengolahan Air Limbah

Limbah kota yang termasuk adalah limbah rumah tangga

(perumahan, perdagangan, perkantoran, tempat wisata, dll) yang termasuk

jalur pelayanan pipa jaringan instalasi Pengolahan Air Limbah Bantul

Yogyakarta. Maka jika sudah termasuk pelanggan akan dengan sendirinya

limbah yang dihasilkan akan dibuang kemudian akan menuju pada

instalasi Pengolahan Air iLmbah Bantul Yogyakarta.

Limbah kota dengan tingakt pencemaran bervariasi akan masuk

(33)

17

berikut. Limbah dipompakan kedalam Grit Chamber dengan

menggunakan pompa angkat. Sebelum pompa angakat tersebut dipasang

saringa jeruji untuk melindunggi pompa dari kerusakan akibat limbah

besar (padat). Pompa angkat tersebut jenis ulir (screw) dengan pola

angkatan yang membentuk sudut 45o itu maka pompa angkat dapat bekerja

secara sinambungan tanpa tersumbat oleh kotoran-kotoran padat yang

terbawa oleh aliran limbah. Pada pengolah ini dipasang tiga buah pompa

angakat, dimana dalam satu buah pompa digunakan sebagai cadangan.

Pompa jenis screw dikendalikan secara otomatis berdasarkan kuantitas

limbah yang mengalir, artinya kerja pompa bergantung pada kuantitas

limbah.

Dengan pompa angkat, limbah akan dituangkan kedalam grit

Chamber dimana hasilnya akan dialirkan disaringan kasar (Bar Screen)

untuk menangkap kotoran-kotoran seperti kantong plastik, ranting-ranting

kayu, dan kotaran ringan lainya. Tanah, pasir dan kotoran lainya akan

mengendap dan berkumpul didasar grit Chamber kemudian dikeluarkan

melalui pompa celup (submersible pump) dan akan dipisahkan menjadi

limbah cair dan padat dengan menggunakan siklon pemisah (cyclon

separator). Padatan itu akan ditampung dalam hopper yang berada

dibawah siklon dan dibuang secara berkala, sedang limbah cair

dikembalikan kedalam Grit Chamber.

Limbah yang diolah secara fisik tersebut diumpankan melalui

(34)

18

dalam dua jalur dan tiap jalur terdiri dari dua kolam yang dirangkai seri

(dapat dilihat pada lampiran IV). Didalam laguna aerasi fakultatif,

kotoran-kotoran organik yang terkandung dalam limbah akan diuraikan

dan dihilangakan secara bio kimiawi dengan bantuan bakteri aerobik dan

anaerobik. Pada permukaan laguna aerasi fakultatif, aerator mekanis

dipasang untuk memasok oksigen, kemudian kotoran organik diuraikan

oleh bakteri aerobik, dan secara bersamaan pada bagian dasar atau bawah

laguna yang tidak mengandung oksigen terjadi penguraian kotoran organik

oleh bakteri anaerobik.

Penghilangan kotoran organik dilaguna aerasi, limbah olahan

tersebut dialirkan kekolam pertumbuhan. Seperti halnya laguna aerasi

fakultatif, kolam pertumbuhan juga terdiri dari dua sistem yang dirangkai

secara pararel. Penghilangan kotoran organik dan bakteri Collon bacilli,

limbah olahan selanjutnya dialirkan kesungai bedong melalui pipa beton

dengan saluran terbuka.

Lumpur yang megendap didasar laguna aerasi fakultatif, diuraikan

oleh bakteri anaerobik dan lumpur tersebut harus dikuras atau dihisap

setiap satu atau dua tahun sekali, secara vakum dengan menggunakan

ejektor udara bertekanan, lumpur yang terkumpul didasar kolam dihisap

dan kemudian ditampung dalam bak-bak pengeringan. Pada bak-bak

pengeringan, lumpur dikeringkan sebagai pupuk pertanian. Untuk proses

Instalasi Pengolahan Air Lmbah Bantul Yogyakarta (dapat dilihat pada

(35)

19 3.3 Koefisien korelasi

Koefisien korelasi adalah nilai yang menunjukan kuat/tidaknya hubungan

linier antar dua variabel. Koefisien korelasi biasa dilambangkan dengan huruf r

dimana nilai r dapat bervariasi dari -1 sampai +1. Nilai r yang mendekati -1 atau

+1 menunjukan hubungan yang kuat antara dua variabel tersebut dan nilai r yang

mendekati 0 mengindikasikan lemahnya hubungan antara dua variabel tersebut.

Sedangkan tanda + (positif) dan – (negatif) memberikan informasi mengenai arah

hubungan antara dua variabel tersebut. Jika bernilai + (positif) maka kedua

variabel tersebut memiliki hubungan yang searah. Dalam arti lain peningkatan X

akan bersamaan dengan peningkatan Y dan begitu juga sebaliknya. Jika bernilai –

(negatif) artinya korelasi antara kedua variabel tersebut bersifat berlawanan.

Peningkatan nilai X akan dibarengi dengan penurunan Y. Koefisien korelasi

pearson atau Product Moment Coefficient of Correlation adalah nilai yang

menunjukan keeratan hubungan linier dua variabel dengan skala data interval atau

rasio. Rumus yang digunakan adalah:

Koefisien korelasi rangking Spearman atau Spearman rank correlation coeficient

merupakan nilai yang menunjukan keeratan hubungan linier antara dua variabel

(36)

20

Koefisien Spearman biasa dilambangkan dengan . Rumusnya yang

digunakan adalah:

Dimana di = selisih dari pasangan ke-i atau Xi – Yi ;

n = banyaknya pasangan rank

Jika variabel X dan Y independen maka nilai r = 0, akan tetapi jika nilai

r=0, X dan Y tidak selalu independen. Variabel X dan Y hanya tidak berasosiasi.

Perlu diketahui bahwa hasil dari koefisien koefisien korelasi hanya bisa digunakan

sebagai indikasi awal dalam analisa. Nilai dari koefisien korelasi tidak dapat

menggambarkan hubungan sebab akibat antara variabel X dan Y. Untuk sampai

pada adanya hubungnan sebab dan akibat diperlukan penelitian yang lebih intensif

atau dapat didasarkan pada teori yang ada dimana X mempengaruhi Y atau Y

yang mempengaruhi X.

Selain itu, dalam menganalisa hubungan antara X dan Y, tentunya harus

didasarkan adanya hubungan yang logis antara kedua variabel tersebut. Kita tidak

bisa sembarangan mengukur koefisien korelasi antara dua variabel. Misalnya,

variabel Y merupakan data mengenai banyaknya angka kecelakan yang terjadi di

Jakarta pada tahun 2013 dan variabel X adalah jumlah kasus pencurian di Jakarta

pada tahun 2013. Kemudian dihitung koefisien korelasi antara variabel X dan Y,

(37)

21 3.4 Baku mutu air

Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi

atau komponen yang ada atau harus ada atau unsur pencemar yang ditenggang

keberadaanya dalam air (PP RI No.82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas

air dan Pengendalian Pencemaran Air).

Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas,menurut PP RI

No.82 tahun 2001 tentang pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air sebagai berikut:

1. Kelas I, air yang peruntukanya dapat digunakan untuk air baku minum,

dan atau peruntukanya lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama

dengan kegunaan tersebut.

2. Kelas II, air yang peruntukanya dapat digunakan untuk prasaran/sarana

rekreasi air, pembudidaya ikan tawar. peternakan, air untuk mengairi

pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air

yang sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas III, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan

ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

kegunaan tersebut.

4. Kelas IV, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi

pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air

(38)

22

Pembagian kelas ini didasarkan pada peringkat (gradasi) tingkatan baiknya mutu

air, dan kemungkinan kegunaanya. Tingkat mutu air Kelas satu merupakan

tingkatan terbaik. Secara relatif, tingkatan mutu air kelas satu lebih baik dari kelas

dua dan seterusnya.

Air baku air minum adalah air yang dapat diolah menjadi air yang layak

sebagai air minum dengan pengolahan secara sederhana dengan cara filtrasi,

disinfeksi, dan dididihkan.

Tabel 3.1 Kriteria Mutu Air

PARA

SAT KELAS KETERANGAN

METER I II III IV

SUHU OC deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5

Deviasi suhu dari keadaan alamiahnya

Ph 6-9 6-9 6-9 6-9

SS mg/L 50 50 400 400

BOD mg/L 2 3 6 12

COD mg/L 10 25 50 100

DO mg/L 6 4 3 0

Angka Batas Minimum (Sumber : PP RI No. 82 Tahun 2001)

Baku mutu yang digunakan pihak IPAL sendiri menggunakan Keputusan

Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 214/KPTSI/1991 tentang

Baku Mutu Lingkungan untuk Wilayah Provinsi Yogyakarta.

Nilai DO yang digunakan sebagai parameter hasil pengolahan berdasarkan

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor

(39)

23

Tabel 3.2. Kriteria Baku Mutu Limbah Cair

No. PARAMETER SATUAN

KADAR MAKSIMUM GOLONGAN MUTU LIMBAH

CAIR

I II III IV

I FISIKA

1 Suhu 0C 35 40 45 45

II KIMIA

1 BOD 5 mg/L 30 50 150 300

2 COD mg/L 60 100 300 600

3 SS mg/L 100 200 300 400

4 pH 6-9 6-9 6-9 6-9

(40)

24 BAB IV

METEDOLOGI PENELITIAN

4.1 Tahap Penelitian

dalam melakukan penelitian sampai dengan menyusun laporan terdapat

tahapan-tahapan yang dilakukan untuk selanjutnya dapat dilihat pada diagram

di bawah ini:

Tidak

Ya

Gambar 4.1 Bagan Alir Penelitian Mulai

Persiapan

1. Perizinan Pengambilan Data 2. Observasi Lapangan

3. Peraturan Pemerintah PP no. 82 tahun 2001

Pengumpulan Data

Rekapitulasi Data

Data Lengkap

Analisis Data 1. Grafik

2. Perhitungan Efektifitas

Pembahasan dan Kesimpulan

(41)

25 4.2 Metode Pengumpulan Data

1. Metode Observasi

Observasi yang peneliti lakukan terkait dengan pengambilan data dengan

cara melakukan pengamatan secara sistematis terhadap gejala kualitas

yang diteliti dalam pelaksanaan pembangunan Instalasi Pengolahan Air

Limbah ditinjau selama kurun waktu tahun 2007 sampai tahun 2008 di

IPAL Sewon.

2. Studi Pustaka

Metode Studi Pustaka yaitu metode untuk mendapatkan landasan teori

terhadap masalah yang membahas dengan cara membaca dan memahami

buku-buku atau media lain yang berhubungan dengan masalah yang

dibahas.

3. Metode Interview atau Wawancara

Metode interview yaitu metode pengambilan data dengan cara tanya jawab

sepihak dengan pihak-pihak yang bersangkutan seperti pada pihak kepala

bagian engineering atau tekniksi bidang sipil dan juga kepada pihak kepala

bagian Laboratorium.

4. Metode Dokumentasi

Untuk melengkapi kedua teknik pengumpulan data sebelumnya, teknik

dokumentasi digunakan untuk mengkorelasi data-data sekunder yang

berasal dari dokumen-dokumen berupa keterangan mengenai peristiwa

(42)

26 4.3 Data Yang dikumpulkan

Pada umumnya penelitian ada dua macam data yang digunakan yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan secara

langsung dilapangan yang diperoleh pada waktu survei. Data sekunder adalah data

yang diperoleh dari pengambilan data yang sudah ada, baik itu dari survey

sebelumnya atau dari instansi terkait.

Data yang menjadi dasar penulis melakukan analisa merupakan data

sekunder. Data sekunder yang didapat dari IPAL Bantul adalah sebagai berikut:

1. Data Kualitas Inlet dan Outlet Air Limbah IPAL Bantul Yogyakarta selama

tahun 2007 Sampai tahun 2014, (dapat dilihat pada Lampiran I).

2. Data Volume Air masuk IPAL Bantul selama tahun 2007 Sampai tahun

2014, (dapat dilihat pada Lampiran II).

3. Jenis item dan Alat oprasional Air Limbah IPAL Bantul Yogyakarta selama

tahun 2007 Sampai tahun 2014, (dapat dilihat pada Lampiran III).

4. Baku mutu Air menurut PP RI No. 82 Tahun 2001 tenntang Pengolahan

Kualitas air dan Pengendalian pencemaran dan Menurut keputusan

Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 214/KPTSI/1991

tentang baku mutu lingkungan Daerah untuk Wilayah provinsi DIY, bagi

Baku Mutu Air Limbah Cair , (dapat dilihat pada Lampiran IV).

5. Data unit Istalasi Pengolahan Air Limbah Bantul Yogyakarta, dan Gambar

macam-macam alat oprasional di IPAL

(43)

27 BAB V

ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisa Parameter Kualitas Air Limbah BOD

5.1.1. Parameter BOD

Analisa terhadap nilai BOD pada instalasi pengolahan air limbah pada

tahun 2007-2014 dilakukan dengan menganalisa data kualitas air limbah,

rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014.

Data kualitas air limbah pada waktu inlet maupun pada waktuOutlet,

sampel air limbah dijadikan bahan analisa BOD adalah air limbah pada

saringan jeruji untuk BOD inlet sedang BOD outlet dianalisa berdasarkan

sampel air yang diambil pada kolam pematangan (maturation pond).

5.1.2. Efektifitas Penurunan Parameter BOD

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata BOD inlet dan BOD outlet

dari tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata BOD inlet 127,5

(44)

28

Perhitungan efisiensi penggolahan air limbah rumah tangga di

Instalasi pengelolaan air limbah Yogyakarta. Yang meliputi efisien

penurunan nilai BOD, COD, SS dari air limbah dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus:

Dan efisiensi peningkata nilai DO, Suhu, pH dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

Keterangan : Ki = Nilai rata- rata Parameter Inlet

Ke = Nilai rata- rata Parameter Onlet

Perhitungan efisiensi pengelolaan air limbah rumah tangga di

Instalasi pengelolaan air Limbah Yogyakarta. Menggunakan rumus

efisiensi penurunan maka dapat diuraikan sebagai berikut

Efisiensi = 87,7 %

Tabel 5.1 Efektifitas Penurunan Parameter BOD

Tahun BOD

inlet

BOD outlet

(45)

29

Untuk Grafik nilai penurunan Efektifitas BOD dapat dilihat pa

Gambar 5.2 di bawah ini:

Gambar 5.2 Grafik Penurunan Efektifitas BOD dari Tahun 2007-2014

5.1.3. Hubungan Volume dengan Parameter BOD

Analisa pengaruh BOD dengan volume dari tahun 2007-2014 dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Gambar 5.3 Pengaruh Hubungan BOD dengan Volume

Dari gambar diatas nilai BOD tidak berpengaruh sangat besar

terlihat bahwa titik-titik grafik tidak beraturan tetapi cenderung menurun

(46)

30

Perhitungan regresi untuk hubungan volume debit yang masuk

dengan nilai BOD dapat dilihat pada tabel:

Tabel 5.2 Perhitungan regresi untuk nilai BOD dengan Volume

Tahun BOD inlet (X)

Volume (Y)

XY

2007 153.79 5852.7 23649.83 34254097.29 900,057.47

2008 109.10 7314.4 11902.99 53500447.36 798,007.14

2009 116.75 8164.63 13631.15 66661183.04 953,240.96

2010 112.40 9776.3 12633.76 95576041.69 1,098,856.12

2011 130.82 11080.92 17113.00 122786788 1,449,569.02

2012 154.17 12250.56 23767.36 150076220.3 1,888,628.00

2013 111.77 15121.98 12492.68 228674279.1 1,690,193.79

2014 131.28 11415.65 17233.91 130317064.9 1,498,623.70

Total 1020.07 80977.14 132424.68 881846121.8 82602378,19

(sumber: Perhitungan)

Dapat dihitung metode regresi dengan koefisien korelasi (r) dengan rumus

(47)

31

Jadi, terdapat hubungan linier antara nilai rata-rata BOD inlet dan

dan volume debit air limbah yang masuk dimana hubungan linier yang

terjadi dapat dikatakan kuat dan positif. Dengan demikian, kenaikan nilai

rata-rata BOD terjadi bersama – sama dengan volume debit air limbah.

Begitu juga sebaliknya, penurunan nilai ratarata BOD terjadi berasama

-sama dengan penurunan volume debit air limbah yang masuk.

5.1.4. Pembahasan BOD

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata BOD inlet dan BOD outlet

dari tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata BOD inlet 127,5

mg/lt sedang nilai rata-rata BODoutlet sebesar 15,6 mg/lt.

Menurut PP RI No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

 nilai rata-rata BOD inlet : 127,5 mg/lt.

 nilai rata-rata BOD outlet : 15,6 mg/lt.

BODinlet dan BODoutlet relatif tidak aman karena kadar BOD maksimal

Kelas IV kualitas air adalah 12 mg/l, sehingga untuk mencapai kualitas air

Kelas III sampai dengan Kelas I diharuskan diolah terlebih dahulu.

Menurut Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa

(48)

32

Daerah Untuk Wilayah Propinsi DIY, BODoutlet (15,6 mg/lt.) relatif

aman karena kadar BOD maksimal Kelas I kualitas air adalah 30 mg/l.

Untuk Efektifitas BOD terjadi penurunan secara linier selama

tahun 2007 sampai tahun 2014 terjadi dikarenakan proses aerasi dengan

alat aerator mengalami mengalami penurunan kinerja aerator sehingga

efektifitas penurunan BOD dapat terjadi tiap tahun secara terus menerus.

Penurunan nilai BOD juga dipengaruhi oleh Volume yang masuk seperti

pada Gambar 5.4

5.2. Analisa Parameter Kualitas Air Limbah DO

5.2.1. Parameter DO

Oksigen terlarut diperlukan untuk pemurnian air dan pengolahan air

limbah, yaitu menguranggi bahan pencemar sebelum masuk kesungai.

Proses pengolahan dilakukan oleh jasad renik aerob dan anaerob. Jasa

renik aerob memerlukan oksigen bebas untuk mengoksidsi bahan organik

dan anorganik sehingga diperoleh hasil yang tidak membahayakan.

Data kualitas air limbah berdasarkan kualitas parameter DO, yang

meliputi rata-rata DO inlet dan DO outlet selanjutnya dapat dilihat pada

(49)

33

Gambar 5.4 Nilai DO dari tahun 2007 sampai 2014.

5.2.2. Efektifitas Penurunan DO

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata DO inlet dan DO outlet dari

tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata DO inlet sebesar 2,19

mg/lt sedang nilai rata-rata DO outlet sebesar 4,62 mg/lt.dapat dilihat pada

table berikut ini.

Menggunakan rumus efisiensi kenaikan maka dapat diuraikan

sebagai berikut:

Efisiensi = x 100% = 52,4 %

Tabel 5.3 Efektifitas Penurunan DO

Tahun DO

inlet

DO outlet

Efektifitas Penurunan

2007 1.66 5.72 70.96

2008 3.55 6.32 43.88

2009 3.13 6.51 51.86

2010 2.68 5.06 46.95

2011 1.84 4.13 55.35

2012 1.26 3.46 63.67

2013 1.83 3.00 38.92

2014 1.63 2.78 41.42

rata-rata 2.19 4.62 52.44

(50)

34

Untuk Grafik nilai penurunan Efektifitas DO dapat dilihat pa

Gambar 5.5 di bawah ini:

Gambar 5.5 Grafik Penurunan Efektifitas DO dari Tahun 2007-2014

5.2.3. Hubungan Volume dengan Parameter DO

Analisa pengaruh DO dengan volume dari tahun 2007- 2014

dapat dilihat pada Gambar 5.6 di bawah ini:

Gambar 5.6 Pengaruh Hubungan DO dengan Volume

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa semakin turun volume

(51)

35

5.2.4. Pembahasan DO

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata DO inlet dan DO outlet dari

tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata DO inlet 2,19 mg/lt

sedang nilai rata-rata DO outlet sebesar 4,62 mg/lt.

Menurut PP RI No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

 nilai rata-rata DO inlet : 2,19 mg/lt

 nilai rata-rata DO outlet : 4,62 mg/lt

DOinlet tergolong antara Kelas III-IV, Kelas III (3 mg/l) dan Kelas IV (0

mg/l) sedangkan DOoutlet aman tergolong Kelas II (4 mg/l) - Kelas I (6

mg/l).

Menurut Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa

Yogyakarta Nomor 214/KPTSI/1991 tentang Baku Mutu Lingkungan

Daerah Untuk Wilayah Propinsi DIY bagi Baku Mutu Limbah Cair,

DOoutlet (5,69 mg/lt) aman karena kadar DO untuk Kualitas air

Golongan C ( > 3 mg/l ).

Untuk Efektifitas DO terjadi secara tidak beraturan tetapi

cenderung menurun selama tahun 2007 sampai tahun 2014 terjadi selain

dikarenakan proses aerasi dengan alat aerator mengalami penurunan

kinerja aerator juga terjadi karena curah hujan yang tunggi pada tahun

2012 yang mempengaruhi kolam fakultatif sehingga efektifitas DO dapat

terjadi penurunan tiap tahun secara terus menerus. Pada gambar diatas

(52)

36

5.3 Analisa Parameter Kualitas Air Limbah COD

5.3.1. Parameter COD

COD (mg/lt) adalah banyaknya oksidator yang dibutuhkan untuk

mengoksidasi zat organik dalam air. Jadi dengan semakin tinggi nilai COD

maka oksigen yang terlarut DO di dalam air akan semakin sedikit sehingga

kualitas kehidupan didalam air limbah semakin rendah.

Data kualita air limbah terhadap parameter COD yang meliputi

rata-rata COD inlet dan COD outlet dapat dilihat pada Gambar 5.7 berikut

ini.

Gambar 5.7 Nilai CODdari tahun 2007 sampai 2014

5.3.2. Efektifitas Penurunan Parameter COD

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata COD inlet dan COD outlet

dari tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata COD inlet sebesar

390,8 mg/lt sedang nilai rata-rata COD outlet sebesar 59,4 mg/lt

Menggunakan rumus efisiensi penurunan maka dapat diuraikan

sebagai berikut

(53)

37

Tabel 5.4 Efektifitas Penurunan COD Tahun 2007 sampai Tahun 2014

Tahun COD inlet

COD outlet

Efektifitas Penurunan 2007 461.3 44.1 90.43 2008 315.4 53.2 83.12 2009 317.2 54.4 82.84 2010 299.5 57.4 80.83 2011 386.0 58.6 84.83 2012 502.7 62.3 87.62 2013 359.9 64.4 82.10 2014 484.30 81.0 83.27 rata-rata 391,4 59,1 84.79 (sumber: Perhitungan)

Untuk Grafik nilai penurunan Efektifitas COD dapat dilihat pa

Gambar 5.8 di bawah ini:

Gambar 5.8 Grafik Penurunan Efektifitas COD dari Tahun 2007-2014

5.3.3. Hubungan Volume dengan Parameter COD

Analisa pengaruh COD dengan volume dari Tahun 2007- 2014

(54)

38

Gambar 5.9 Pengaruh Hubungan COD dengan Volume

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa garis antara nilai dan

volume naik seiring tingginya volume debit yang masuk semakin naik

nilai COD pada air limbah.

5.3.4. Pembahasan COD

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata COD inlet dan COD outlet

dari tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata COD inlet 390,8

mg/lt sedang nilai rata-rata CODoutlet sebesar 41,83 mg/lt.

Menurut PP RI No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

 nilai rata-rata COD inlet : 390,8 mg/lt

 nilai rata-rata COD outlet : 59,4 mg/lt

COD inlet sebesar 390,8 mg/lt relatif tidak aman karena tidak tergolong

dalam Kelas Air, karena maksimal kadar Kelas IV (100 mg/l) sedang

CODoutlet sebesar 59,4 mg/lt relatif aman dan tergolong pada Kelas III

(55)

39

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor

214/KPTSI/1991 tentang Baku Mutu Lingkungan Daerah Untuk Wilayah

Propinsi DIY, CODoutle (59,4 mg/lt) relatif aman karena kadar COD

maksimal Kelas I kualitas air adalah 60 mg/l.

Untuk Efektifitas COD hamper mirip dengan DO terjadi secara

tidak beraturan tetapi cenderung menurun selama tahun 2007 sampai tahun

2014 terjadi selain dikarenakan proses aerasi dengan alat aerator

mengalami penurunan kinerja aerator juga terjadi karena curah hujan yang

tunggi pada tahun 2012 sehingga efektifitas COD dapat terjadi penurunan

tiap tahun secara terus menerus. Tidak terjadi pengaruh yang besar antara

nilai COD dengan volume.

5.4. Analisa Parameter Kualitas Air Limbah pH

5.4.1. Parameter pH

Parameter pH menunjukan konsentrasi ion hidrogen dala air. Air

yang masih segar dari pegunungan memiliki pH yang tinggi, kemudian

menjadi asam karena pertambahan bahan-bahan organik yang kemudian

membebaskan CO2 jika mengurai, karna pada dasarnya kandungan ion

hidrogen sangat berpengaruh terhadap kandungan CO2.

Data kualita air limbah terhadap parameter pH inlet dan pH outlet

(56)

40

Gambar 5.10 Nilai pH dari Tahun 2007 sampai 2014.

5.4.2 Efektifitas Kenaikan Parameter pH

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata pH inlet dan pH outlet dari

tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata pH inlet 6,75 sebesar

sedang nilai rata-rata pH outlet sebesar 7,28

Menggunakan rumus efisiensi kenaikan maka dapat diuraikan

sebagai berikut:

Efisiensi = x 100% = 7,3 %

Tabel 5.5 Efektifitas Kenaikan pH

Tahun pH

inlet

pH outlet

Efektifitas Penurunan (%)

2007 6,21 7,56 16,53

2008 6,95 7,69 9,62

2009 7,10 7,35 3,40

2010 6,87 6,98 1,58

2011 6,84 7,12 3,93

2012 6,89 7,39 6,64

2013 6,76 7,26 6,89

2014 6,24 6,89 9,4

rata-rata 6,75 7,28 7,33

(57)

41

Untuk Grafik nilai penurunan Efektifitas pH dapat dilihat pada

Gambar 5.11 di bawah ini

Gambar 5.11 Grafik Efektifitas penurunan nilai pH

5.4.3. Hubungan Volume dengan Parameter pH

Analisa pengaruh pH dengan volume dari Tahun 2007- 2014 dapat

dilihat pada tabel di bawah ini

Gambar 5.12 Pengaruh Hubungan pH dengan Volume.

Dari gambar diatas dapat dilihat garis linier bahwa semakin tinggi

volume debit yang masuk maka semakin naik nilai pH walau kenaikanya

(58)

42

5.4.4. Pembahasan pH

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata pH inlet dan pH outlet dari

tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata pH inlet sebesar 6,75

sedang nilai rata-rata pHoutlet sebesar 7,28.

Menurut PP RI No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

 nilai rata-rata pHinlet : 6,75

 nilai rata-rata pHoutlet : 7,28

pHinlet sebesar 6,75dan pHoutlet sebesar 7,28 relatif aman tergolong

dalam Kelas Air I-III, karena nilai pH untuk Kelas I-III (6-9).

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor

214/KPTSI/1991 tentang Baku Mutu Lingkungan Daerah Untuk Wilayah

Propinsi DIY., pHinlet sebesar 6,75 dan pHoutlet sebesar 7,28 relatif

aman tergoloKelas Air I-IV, karenanilai Suhu untuk Kelas I-IV (deviasi 3

sampai deviasi 5).

Untuk Efektifitas pH terjadi penurunan dari tahun 2007-2010

mengalami curah hujan yang menurun tetapi dari tahun 2011-2014 terjadi

kenaikan secara linier dengan seiringnya curah hujan yang semakin tinggi

(59)

43

5.5. Analisa Parameter Kualitas Air Limbah Suhu

5.5.1. Parameter suhu (Co)

Perubahan suhu dalam air berpengaruh terhadap peningkatan laju

metabolisme, pada saat kenaikan suhu dalam air maka suhu hewan

berdarah dingin akan naik sehingga terjadi peningkatan kebutuhan oksigen

dari hewan tersebut.kenaikan suhu pada dasarnya akan menurunkan

jumlah kandungan oksigen terlarut dalam air serta meningkatkan

kecepatan reaksi-reaksi kimia dalam air termasuk juga meningkatkan

keracunan pencemaran kimia dalam air.

Data kualita air limbah terhadap parameter suhu yang meliputi

rata-rata suhu inlet dan suhu outlet dapat dilihat pada Gambar 5.13

Gambar 5.13 Nilai Suhu in dan Suhu out dari tahun 2007 sampai 2014.

5.5.2. Efektifitas Penurunan Parameter Suhu

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata Suhu inlet dan Suhu outlet

dari tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata Suhu inlet sebesar

(60)

44

Menggunakan rumus efisiensi penurunan maka dapat diuraikan

sebagai berikut:

Efisiensi = x 100% = 3,2 %

Tabel 5.6 Efektifitas Kenaikan Suhu

Tahun Suhu

inlet

Suhu outlet

Efektifitas Kenaikan (%)

2007 27,8 28,6 2,79

2008 27,7 28,7 3,31

2009 28,5 29,4 3,09

2010 28,7 29.4 1,58

2011 27.8 28.7 3.02

2012 27.6 28.5 3.02

2013 28.5 29.7 4.13

2014 29.5 30.5 3.33

rata-rata 28.32 29.25 3.21

(sumber: Perhitungan)

Untuk Grafik nilai penurunan Efektifitas DO dapat dilihat pada

Gambar 5.14 di bawah ini

Gambar 5.14 Grafik Kenaikan Efektifitas Suhu dari Tahun 2007-2014

5.5.3. Hubungan Volume dengan Parameter Suhu

Analisa pengaruh suhu dengan volume dari Tahun 2007-2014

(61)

45

Gambar 5.15 Pengaruh Hubungan Suhu dengan Volume

Dari gambar diatas dapat kita simpulkan bahwa semakin tinggi

volume debit yang masuk maka semakin naik nilai suhu pada air limbah.

5.5.4. Pembahasan Suhu

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata inlet dan Suhu outlet dari

tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata Suhu inlet sebesar

sebesar 28,32 °C sedang nilai rata-rata Suhuoutlet tahun 2007 sebesar

29,25°C. Menurut PP RI No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

 nilai rata-rata Suhuinlet : 28,32 °C

 nilai rata-rata Suhuoutlet : 29,25°C

Suhu inlet dan Suhuoutlet relatif aman tergolong dalam Kelas Air I-IV,

karena nilai Suhu untuk Kelas I-IV (deviasi 3 sampai deviasi 5).

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor

214/KPTSI/1991 tentang Baku Mutu Lingkungan Daerah Untuk Wilayah

Propinsi DIY, Suhuinlet sebesar 28,32 °C dan Suhuoutlet sebesar 29,25°C

(62)

46

Untuk Efektifitas kenaikan Suhu terjadi secara linier selama tahun

2007 sampai tahun 2014 terjadi dikarenakan pemanasan global kerena

proses aerasi dilapangan terbuka pada kolam fakultatif dan bersentuhan

langsung sengan sinar matahariyang mempengaruhi suhu air limbah

sehingga nilai suhu dapat terjadi kenaikan tiap tahun secara terus menerus

seiring dengan meningkatnya pemanasan global.

5.6. Analisa Parameter Kualitas Air Limbah SS

5.6.1. Parameter SS

Tingginya kandungan SS pada air limbah akan berpengaruh

terhadap proses fotosintesis didalam air limbah, sehinga kualitas

kehidupan organisme di dalam air limbah ikut terpengaruh. Penurunan

kandungan SS pada instalasi Pengelolaan Air Limbah Yogyakarta

diakibatkan oleh proses pengolahan yang terjadi, dimulai dengan saringan

teruji hingga kolam pematangan.

Data kualita air limbah terhadap parameter SS yang meliputi

rata-rata SS inlet dan SS outlet dapat dilihat pada Gambar 5.16

(63)

47

5.6.2. Efektifitas Penurunan Parameter SS

Pada gambar Tahun 2007 sampai Tahun 2014 dan nilai rata-rata SS

inlet 229,1 mg/lt sedang nilai rata-rata SS outlet sebesar 15,29 mg/lt.

Menggunakan rumus efisiensi penurunan maka dapat diuraikan

sebagai berikut:

Efisiensi = 93,3 %

Tabel 5.7 Efektifitas Penurunan SS

Tahun SS

inlet

SS outlet

Efektifitas Penurunan

2007 204.29 15.24 92.54

2008 153.42 9.87 93.57

2009 142.55 13.95 90.21

2010 168.29 16.20 90.37

2011 227.72 15.81 93.06

2012 418.14 17.34 95.85

2013 209.33 16.46 92.14

2014 309.26 17.49 94.34

rata-rata 229.12 15.29 93.32

(sumber: Perhitungan)

Untuk Grafik nilai penurunan Efektifitas DO dapat dilihat pada

Gambar 5.17 di bawah ini:

(64)

48

5.6.3. Hubungan Volume dengan Parameter SS

Analisa pengaruh SS dengan volume dari tahun 2007- 2014 dapat

dilihat pada Gambar 5.17 di bawah ini:

Gambar 5.17 Pengaruh Hubungan SS dengan Volume

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi volume

debit yang masuk maka semakin naik nilai SS pada air limbah.

5.6.4. Pembahasan SS

Pada gambar ditunjukan nilai rata-rata SS inlet dan SS outlet dari

tahun 2007 sampai tahun 2014 dan nilai rata-rata SS inlet 15,29 mg/lt.

Menurut PP RI No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air.

 nilai rata-rata SSnlet : 229,1 mg/lt

 nilai rata-rata SSoutlet : 15,29 mg/lt

SS inlet dan SS outlet relatif aman tergolong dalam Kelas Air I-III,

karena nilai SS (mg/l) untuk Kelas I-III (50-400).

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor

Gambar

Tabel 2.1. Rata-rata aliran air limbah dari daerah perumahan.
Tabel 3.1 Kriteria Mutu Air
Tabel 3.2. Kriteria Baku Mutu Limbah Cair
Gambar 4.1  Bagan Alir Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

seluruh parameter sudah memenuhi baku mutu. Dengan berdasarkan pada hasil analisis itulah, untuk perencanaan IPAL kali ini akan merancang IPAL yang sesuai untuk air limbah

Adapun ruang lingkup yang akan dibahas adalah aspek-aspek sistem pengolahan air limbah berupa analisis bangunan IPAL yang sudah ada, debit aliran, pemilihan metode pengolahan

Hasil analisis pengelolaan air limbah domestik di IPAL PT Komatsu Indonesia ternyata beberapa parameter air buangannya tidak memenuhi persyaratan air bersih, sehingga

Program cleaner production dijalankan dengan melakukan pengurangan air limbah baik dari volume dan konsentrasi limbah (chemical load) yang dihasilkan mulai fokus

Parameter yang berperan dalam proses pengolahan air limbah antara lain : BOD ( Biochemical Oxygen Demand ), COD (Chemical Oxygen Demand), DO (Dissolved Oxygen ), SS (Suspended

Indesso Aroma, baik proses utama (Main process) dan aktivitas pendukung, akan dihasilkan limbah yang berupa limbah padat dan cair. Seluruh limbah padat adalah berasal dari

Dari masing-masing risiko yang teridentifikasi ini diketahui tingkatan risikonya berdasarkan matriks risiko bahwa risiko limbah cair tumpah, penurunan kualitas efluen,

Pengolahan air limbah dengan sistem biofilter atau biofilm dilakukan dengan cara mengalirkan air limbah ke dalam reaktor yang diisi dengan media yang mempunyai luas permukaan yang besar