• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA WANITA YANG BEKERJA PADA MALAM HARI DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA WANITA YANG BEKERJA PADA MALAM HARI DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 di Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :

Nama

: Ayu Aisyah Amin

Nim

: 20120610195

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

i

S K R I P S I

Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 di Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :

Nama

: Ayu Aisyah Amin

Nim

: 20120610195

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)
(4)

iii

bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya

kepada Tuhanmulah engkau berharap.”(QS. Al-Insyirah,6-8)

"Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah." (Lessing)

"Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh." (Andrew Jackson)

"Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik." (Evelyn Underhill)

(5)

iv

Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa

berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini

menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.

Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih, menadahkan doa dalam

syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukmu. Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk

Ayahanda dan Ibundaku tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat,

doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku

selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku,Ayah... Ibu...terimalah bukti kecil ini

sebagai kado keseriusanku untuk membalas semua pengorbananmu, dalam hidupmu demi hidupku

kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang separuh

nyawa hingga segalanya.. Maafkan anakmu Ayah,, Ibu,, masih saja ananda menyusahkanmu..

Dalam silah di lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam.. seraya tangaku menadah”.. ya Allah ya Rahman ya Rahim... Terimakasih telah kau tempatkan aku diantara kedua malaikatmu

yang setiap waktu ikhlas menjagaku,, mendidikku,, membimbingku dengan baik,, ya Allah

berikanlah balasan setimpal syurga firdaus untuk mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari

panasnya sengat hawa api nerakamu..

Untukmu Ayah (EFFENDI DARMAJI) & Ibu (RATNI) Terimakasih....

Dalam setiap langkahku aku berusaha mewujudkan harapan-harapan yang kalian

impikan didiriku, meski belum semua itu kuraih insyallah atas dukungan doa dan restu semua

mimpi itu kan terjawab di masa penuh kehangatan nanti. Untuk itu kupersembahkan ungkapan

terimakasihku kepada:

Kakakku Rizky Affandi, Spd. Kakak iparku Ayu Kartini, SE. Dan adik ku Ulfa Nia

Alawiyah terimakasih atas doa serta bantuannya.

Special, buat Dimas Amanda Wahid, terimakasih atas doa serta bantuannya dari

awal hingga akhir ini, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengantar kesana

kemari, yang menemani ku dengan setia dan penuh ke ikhlasan, yang telah rela membantu

untuk menulis. Terimakasih sekali, tanpamu aku hanya butiran debu...

Sahabat – sahabatku yang mencintaiku dan menyayangi ku.

(6)

v Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta Hidayah-Nya, sehingga semua yang telah dan akan kita kerjakan terasa lebih mudah.Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW dan kepada seluruh pengikutnya.

Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA WANITA YANG

BEKERJA PADA MALAM HARI DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN” sebagai salah

satu syarat guna menyelesaikan program S-1 Ilmu Hukum dengan baik dan lancar walaupun masih banyak terdapat kekurangan dan hambatan, tetapi pada akhirnya berkat petunjuk dan rahmat dari Allah SWT penulisan ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan atau saran konstuktif dari yang amat terpelajar pembimbing I dan pembimbing II , yang amat terpelajar para penguji, serta khalayak umum untuk kesempurnaan skripsi ini.

(7)

vi

yang sebesar-besarnya kepada banyak pihak yang telah membantu tugas ini:

1. Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Trisno Raharjo, SH.,M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Bagus Sarnawa SH.,M.,Hum. Selaku Dosen Pembimbing Utama Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, wejangan dan motivasi bagi penulis selama menyelesaikan skripsi dan masa studi.

4. Bapak Sunarno, SH.,M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing Dua Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, wejangan dan motivasi bagi penulis selama menyelesaikan skripsi dan masa studi. 5. Bapak Beni Hidayat, SH.,M.Hum. Selaku Dosen Penguji atas saran, kritikan dan

bantuannya yang telah diberikan demi kesempurnaan penulisan ini.

6. Seluruh dosen-dosen, Staf Tata Usaha dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah membantu penulis dengan segala urusan. 7. Direktur Utama Rs.Islam Klaten Bapak Dr.H. Suswanto, M. Sc. Sp. PK. Yang telah

memberikan izin guna mengadakan penelitian.

8. Bapak Istiyarjoko, AMK. Selaku Staf Rs.Islam Klaten terimakasih atas bantuannya selama ini sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini dengan baik.

(8)

vii

11. Kepada Dimas Amanda Wahid, terimakasih atas segala bentuk bantuannya selama ini. 12. Kos putri Dhomas kamar nomor 10.

Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang dengan sengaja maupun tidak dengan sengaja telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi.

Akhir kata, meskipun telah bekerja dengan maksimal mungkin skripsi ini tentunya tidak luput dari kekurangan. Harapan penulis, kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya. Amiiin.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, Februari 2016

Penulis,

(9)

viii

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI...iv

HALAMAN MOTTO...v

HALAMAN PERSEMBAHAN...vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTAR GAMBAR...xiv

BAB I. PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...9

C. Tujuan Penelitian...10

D. Manfaat Penelitian...10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...11

A. Pengertian Pekerja...11

B. Hubungan Hukum Perburuhan...12

C. Dasar Hukum Perlindungan Bagi Tenaga Perempuan dalam Hubungan Kerja... 15

(10)

ix

C. Teknik Pengumpulan Data...35

D. Narasumber Responden Informan...36

E. Teknik Pengumpulan Sampel...36

F. Lokasi Penelitian...36

G. Teknik Analisis Data...37

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 38

A. Keadaan Umum Rumah Sakit Islam Klaten...38

1. Sejarah Rumah Sakit Islam Klaten...38

2. Gambaran Umum Mengenai Tenagakerja Yang bekerja di Rs.Islam Klaten...40

B. Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Tenagakerja Wanita di Rs.Islam Klaten...42

1. Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Wanita yang bekerja Pada Malam Hari...42

a. Rumah Sakit Islam Klaten tidak mempekerjakan Tenaga Kerja dibawah Umur 18 Tahun...42

b. Memberikan Makanan dan Minuman yang bergizi...44

c. Menyediakan Kendaraan Antar Jemput...47

(11)

x

b. Aturan Mengenai Hak cuti Tenaga Kerja Wanita... 57

c. Aturan mengenai hak atas kesempatan menyusui... 61

d. Aturan Mengenai Jaminan Sosial Tenaga Kerja... 64

e. Hak untuk ikut di dalam Serikat Pekerja dan Fungsinya... 70

C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Perlindungan Hukum terhadap Tenaga Kerja Wanita yang bekerja pada Malam Hari di Rumah Sakit Islam Klaten...72

1. Faktor yang Mendukung...72

2. Faktor yang Menghambat...75

BAB V. PENUTUP... 78

A. Kesimpulan... 78

B. Saran... 80

DAFTAR PUSTAKA... 81

(12)

xi

Tabel 2. Memberikan makanan dan minuman bergizi...44

Tabel 3. Menyediakan kendaraan antar jemput ...47

Tabel 4. Berpakaian muslim ...50

Tabel 5. Penyediaan petugas keamanan...51

Tabel 6. Penyediaan kamar mandi/wc khusus perempuan ...52

Tabel 7. Persamaan upah antara tenaga kerja laki-laki dan perempuan...55

Tabel 8. Aturan mengenai cuti haid...57

Tabel 9. Aturan mengenai cuti hamil dan melahirkan...58

Tabel 10. Aturan mengenai cuti keguguran ...59

Tabel 11. Aturan mengenai hak atas kesempatan menyusui ...61

Tabel 12. Aturan mengenai jaminan sosial tenaga kerja...64

(13)

xii

Gambar 1. Makanan dan Minuman bergizi.. ... 45

Gambar 2. Berpakaian Muslim... 50

Gambar 3. Petugas Keamanan ...51

Gambar 4. Kamar Mandi / WC ...52

Gambar 5. Ruang Laktasi...62

(14)
(15)
(16)
(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak negara ini didirikan, bangsa Indonesia telah menyadari bahwa pekerjaan merupakan kebutuhan asasi warga negara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28 UUD 1945 yang menyatakan: Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan. Dalam amandemen UUD 1945 yang berkaitan dengan ketenagakerjaan juga disebutkan dalam Pasal 28d ayat (2) UUD 1945. Hal tersebut berimplikasi pada kewajiban negara untuk memfasilitasi warga negara agar dapat memperoleh pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan. Oleh karena itu, perlu perencanaan yang matang di bidang ketenagakerjaan untuk mewujudkan kewajiban negara tersebut.

Saat ini kelangsungan hidup manusia sangat bergantung akan pemenuhan kebutuhan baik sandang, pangan, dan papan. Setiap manusia harus bekerja karena dengan bekerja, maka manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut. Dalam perkembangannya hubungan pekerja dengan pengusaha didasarkan pada perjanjian kerja yang melahirkan hak dan kewajiban dalam hubungan kerja, baik pengusaha maupun pekerja.

(18)

non-normatif, diharapkan dapat menghasilkan suatu kondisi yang kondusif, aman, dan nyaman untuk melakukan pekerjaan baik bagi pekerja maupun pengusaha.Kondisi tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja sebagai salah satu syarat dalam peningkatan kesejahteraan pekerja.

Peningkatan kesejahteraan pekerja merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi bagi pengusaha. Hal tersebut sejalan dengan tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam Pasal 27 UUD 1945 yang secara jelas disebutkan bahwa tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Selain itu, dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dikemukakan secara jelas bahwa sebagai tujuan pembangunan tenaga kerja perlu mendapatkan perlindungan dalam semua aspek, termasuk perlindungan untuk memperoleh pekerjaan di dalam dan di luar negeri, perlindungan hak-hak dasar pekerja, perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, serta perlindungan upah dan jaminan sosial sehingga menjamin rasa aman, tentram, terpenuhinya keadilan, serta terwujudnya kehidupan yang sejahtera lahir dan batin, selaras, serasi, dan seimbang.

(19)

perusahaan, dan meningatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya.Peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia dapat diwujudkan melalui membentuk serikat pekerja atau serikat buruh.

Hukum perburuhan atau ketenagakerjaan merupakan seperangkat aturan dan norma baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur pola hubungan Industrial antara pengusaha, disatu sisi, dan pekerja atau buruh disisi yang lain.Syarat dalam mencapai kesuksesan pembangunan nasional adalah kualitas dari sumber daya manusia Indonesia itu sendiri yang menentukan berhasil tidaknya usaha untuk memenuhi tahap tinggal landas.Peningkatan kualitas manusia tidak mungkin tercapai tanpa memberikan jaminan hidup, sebaliknya jaminan hidup tidak dapat tercapai apabila manusia tidak mempunyai pekerjaan, dimana dari hasil pekerjaan itu dapat diperoleh imbalan jasa untuk membiayai dirinya dan keluarganya.

Perluasan kesempatan kerja dan perlindungan tenaga kerja harus merupakan kebijaksanaan pokok yang sifatnya menyeluruh di semua sektor. Dalam hubungan ini program-program pembangunan sektoral maupun regional perlu senantiasa mengusahakan terciptanya perluasan kesempatan kerja sebanyak mungkin dengan imbalan jasa yang sepadan. Dengan jalan demikian maka disamping peningkatan produksi sekaligus dapat dicapai pemerataan hasil pembangunan, karena adanya perluasan partisipasi masyarakat secara aktif di dalam pembangunan.

(20)

pria maupun wanita.Sebagian besar lapangan kerja di perusahaan pada tingkat organisasi yang rendah yang tidak membutuhkan keterampilan yang khusus lebih banyak memberi peluang bagi tenaga kerja wanita. Tuntutan ekonomi yang mendesak dan berkurangnya peluang serta penghasilan di bidang pertanian yang tidak memberikan suatu hasil yang tepat dan rutin, dan adanya kesempatan untuk bekerja di bidang industri telah memberikan daya tarik yang kuat bagi tenaga kerja wanita. Tidak hanya pada tenaga kerja wanita yang sudah dewasa yang sudah dapat digolongkan pada angkatan kerja. Tetapi sering juga wanita yang belum dewasa yang selayaknya masih harus belajar di bangku sekolah.

(21)

seringkali pula disembunyikan, dalam artian bahwa sering dianggap peristiwa tersebut sebagai peristiwa individual semata dan tidak menyangkut pelanggaran hak asasi manusia.

Masalah tenaga kerja saat ini terus berkembang semakin kompleks sehingga memerlukan penanganan yang lebih serius. Pada masa perkembangan tersebut pergeseran nilai dan tata kehidupan akan banyak terjadi. Oleh karena itu penyempurnaan terhadap sistem pengawasan ketenagakerjaan harus terus dilakukan agar peraturan perundang-undangan dapat dilaksanakan secara efektif oleh para pelaku industri dan perdagangan. Dengan demikian pengawasan ketenagakerjaan sebagai suatu sistem mengemban misi dan fungsi agar peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan dapat ditegakkan. Penerapan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan juga dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan/keserasian hubungan antara hak dan kewajiban bagi pengusaha dan pekerja/buruh sehingga kelangsungan usaha dan ketenagakerjaan dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja dan kesejahteraan kerja dapat terjamin.

(22)

Nomor 13 Tahun 2003 sangat berarti dalam mengatur hak dan kewajiban bagi para tenaga kerja maupun para pengusaha di dalam melaksanakan suatu mekanisme proses produksi.

Tidak kalah pentingnya adalah perlindungan tenaga kerja yang bertujuan agar bisa menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi. Hal ini merupakan esensi dari disusunnya undang-undang ketenagakerjaan yaitu mewujudkan kesejahteraan para pekerja/buruh yang akan berimbas terhadap kemajuan dunia usaha di Indonesia.

Apabila dilihat dari banyaknya peraturan perundang-undangan dan peraturan pemerintah yang mengatur tentang keselarasan hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha, maka seharusnya permasalahan dan kesenjangan ataupun perselisihan yang timbul antara pekerja dan pengusaha dalam lingkungan kerja sudah dapat dicegah dan diatasi secara mudah. Kemudian kewajiban dan hak antara pekerja dan pengusaha juga sudah dapat terpenuhi, pekerja mendapatkan kesejahteraan kerja baik dari segi ekonomi maupun keamanan dan kenyamanan kerja, dan pengusaha mendapatkan hasil produksi kerja yang berkualitas baik sesuai dengan tuntutan kerja yang diberikan kepada pekerja.

(23)

dengan pengusaha juga masih menampilkan adanya jurang pemisah diantara keduanya.

Pekerja atau buruh masih sering dianggap sebagai bawahan yang harus memberikan seluruh tenaga dan waktunya demi kepentingan pemilik perusahaan. Pengusaha sebagai pemilik perusahaan masih menempatkan para pekerja atau buruh satu tingkat di bawah mereka. Situasi tersebut memberikan gambaran adanya perbedaan tingkat sosial dalam masyarakat. Hak dan kesejahteraan pekerja atau buruh juga masih sering terabaikan karena kurangnya kesadaran dari pemilik perusahaan akan kebutuhan hidup pekerja atau buruh.Khususnya pada sisi keselamatan, keamanan dan kenyamanan para pekerja atau buruh.

(24)

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak tanpa alasan yang jelas, upah rendah, lembur paksa yang tidak dibayar, larangan kebebasan berserikat, kondisi dan fasilitas kerja yang buruk, larangan cuti haid, melahirkan, dan keguguran, dan lain-lain. Kalaupun pekerja/buruh perempuan mendapat hak cuti haid, melahirkan dan keguguran pekerja tersebut tidak dengan tetap mendapatkan upah penuh. Pekerja/buruh perempuan yang mendapat cuti dengan dipotong upah atau tidak dibayar upahnya selama cuti, atau bahkan dipecat pasca melahirkan. Mereka dianggap tidak produktif oleh perusahaan.1 Salah satu contoh pelanggaran HAM yang dialami pekerja perempuan seperti dalam kasus mantan karyawan hotel Soechi Internasional Medan, Nurlatifah, saat itu kondisinya sedang hamil tua dan ditempatkan di lantai 12 hotel itu. Nurlatifah akhirnya di-PHK manajemen hotel dengan alasan tidak masuk kerja sehari, padahal wanita tersebut telah melapor tidak masuk kerja karena keperluan yang mendadak. Kasus Nurlatifah menjadi salah satu contoh bentuk pelanggaran HAM yang dialami pekerja perempuan di Indonesia, padahal seharusnya ia mendapatkan cuti hamil.2

Selain itu, Kontras3 Sumatera utara beranggapan sejumlah perusahaan juga tidak membedakan pekerjaan yang seharusnya dilakukan laki-laki dan perempuan. Menurutnya, kurangnya pemahaman yang didapatkan masyarakat tentang hak pekerja terutama perempuan menjadi salah satu faktor mengapa masalah pelanggaran HAM sering terjadi di perusahaan. Pihaknya menilai,

1 http://dk-insufa.info/opini/1210-lindungi-buruh-perempuan-indonesia-dari-pelecehan-seksual- di unduh tanggal 07 oktober 2015

2 http://www.antarasumut.com/perempuan-korban-pelanggaran-ham-terbesar-di-perusahaan/ diunduh tanggal 07 oktober 2015

(25)

sejumlah perusahaan juga tidak mempedulikan potensi pekerjanya yang harus dikembangkan dan hanya beranggapaan pekerja merupakan alat untuk mendapatkan keuntungan.

Kasus di atas adalah contoh kecil dari banyaknya kasus pelanggaran hak asasi manusia terhadap pekerja atau buruh perempuan yang terjadi di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa penting untuk melakukan penelitian yang berjudul Perlindungan Hukum terhadap tenaga kerja wanita yang bekerja pada malam hari di Rumah Sakit Islam Klaten.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini yaitu:

1. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap tenaga kerja wanita yang bekerja pada malam hari di Rumah Sakit Islam Klaten ? 2. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi

(26)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan perlindungan hukum bagi tenaga kerja wanita yang bekerja pada malam hari di Rumah Sakit Islam Klaten.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi dalam pelaksanaan perlindungan hukum bagi tenaga kerja wanita yang bekerja pada malam hari di Rumah Sakit Islam Klaten.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pekerja

Ada banyak definisi tentang pekerja, baik yang disampaikan oleh para ahli maupun oleh pemerintah yang dituangkan dalam Undang-undang Ketenagakerjaan. Pengertian pekerja berbeda dengan pengertian tenaga kerja sebagaimana yang terdapat di dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Dalam Pasal 1 angka 2 menentukan bahwa Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri

maupun untuk masyarakat. Sedangkan, dalam Pasal 1 angka 3 menentukan bahwa pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dalam menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

(28)

B. Hubungan Hukum Perburuhan 1. Hubungan Kerja

Hubungan kerja ialah suatu hubungan antara seorang buruh dan seorang majikan, dimana hubungan kerja itu terjadi adanya perjanjian kerja antar kedua belah pihak. Mereka terikat dalam suatu perjanjian, di satu pihak pekerja / buruh bersedia bekerja dengan menerima upah dan pengusaha memperkejakan pekerja / buruh dengan memberi upah.1

Setiap orang dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya haruslah melaksanakan pekerjaan, sebab tanpa melakukan pekerjaan orang tersebut tidak dapat memperoleh nafkah untuk mempertahankan hidupnya. Dalam melaksanakan pekerjaan ini harus dibedakan yaitu: a. Pelaksanaan pekerja untuk kepentingan diri sendiri, baik dilakukan

sendiri ataupun dengan memanfaatkan tenaga anggota-anggota keluarganya (isteri dan anak-anaknya), pelaksanaan kerja yang demikian tidak diatur oleh hukum perburuhan karena hubunga kerja berlangsung dalam suatu rumah tangga, hasil akan dinikmati pula oleh para anggota rumah itu sendiri dan demikian pula apabila timbul resiko akan dipikul bersama-sama oleh mereka.

b. Pelaksanaan kerja dalam arti hubungan kerja dengan anggota masyarakat, dimana si pekerja / buruh menggantungkan nafkahnya kepada pemberian orang lain yang umumnya merupakan upah

(29)

imbalan atas jerih payah pengerahan tenaga kerja untuk kepentingan orang yang mengerjakannya.2

Selanjutnya sehubungan dengan pekerjaan dan pelaksanaan pekerjaan lahirlah Hubungan Kerja atau Hubungan Perburuhan, yang jika ditinjau dari segi hukum sekarang mempunyai arti sebagai berikut: hubungan antara seorang buruh dengan seorang majikan. Hubungan kerja hendak menunjukan kedudukan kedua pihak itu yang pada dasarnya menggambarkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban pekerja/buruh terhadap majikan serta hak-hak dan kewajiban-kewajiban majikan terhadap pekerja / buruh .3

2. Perjanjian kerja

Perjanjian kerja adalah perjanjian yang dibuat antara pekerja/buruh (karyawan) dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memenuhi syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak (Pasal 1 angka 14 Undang Ketenagakerjaan). Syarat sahnya perjanjian kerja adalah sebagai berikut:

a. Adanya kesepakatan bersama mengenai isi perjanjian anatar para pihak (tidak ada dwang-paksaan, dwaling-penyesatan/kekhilafan atau bedrog -penipuan)

b. Pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai kemampuan atau kecakapan untuk ( bertindak ) melakukan perbuatan hukum (cakap usia dan tidak bawah perwalian/pengampuan)

2 Gunawi Kartasapoetra Dkk, Hukum Perburuhan Pancasila Bidang Pelaksanaan Hubungan

(30)

c. Ada (objek) pekerjaan yang diperjanjikan

d. (Clausa) pekerjaan yang diperjanjikan tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 53 ayat (1) Undang-undang Ketenagakerjaan).

Apabila perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak-pihak tidak memenuhi dua syarat awal sahnya (perjanjian kerja) sebagaimana tersebut, yakni tidak ada kesepakatan dan ada pihak yang tidak cakap untuk bertindak maka perjanjian kerja dapat dibatalkan. Sebaliknya apabila perjanjian kerja dibuat tidak memenuhi dua syarat terakhir sahnya perjanjian kerja, yakni objek (pekerjaannya) tidak jelas dan causa-nya tidak memenuhi ketentuan maka perjanjiannya batal demi hukum (null and void).

Menurut Subekti, perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara seorang majikan yang ditandai dengan ciri-ciri adanya upah dan gaji tertentu, adanya suatu hubungan atas bawah, yakni suatu hubungan atas dasar pihak yang satu, majikan berhak memberikan perintah yang harus ditaati oleh para pihak lain nya.4 Perjanjian Kerja berakhir karena hal-hal sebagai berikut :

a. Pekerja/buruh meninggal.

b. Berakhirnya jangka waktu yang ditentukan dalam perjanjian (apabila PKWT5).

c. Adanya putusan pengadilan dan/atau putusan/penetapan lembaga PPHI yang inkracth.

4 Ibit, hlm.56

(31)

d. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang (telah) tercantum dalam PK, PP, atau PKB yang menyebutkan berakhirnya hubungan kerja.

Sementara perjanjian kerja tidak berakhir (hubungan kerja tetap berlanjut) karena:

a. Meninggalnya pengusaha.

b. Beralihnya hak atas perusahaan menurut Pasal 163 ayat (1) : perubahan kepemilikan dari pengusaha (pemilik) lama ke pengusaha (pemilik) baru karena:

- Penjualan (take over/akuisisi/divertasi), - Pewarisan, atau

- Hibah.

C. Dasar Hukum Perlindungan Bagi Tenaga Kerja Perempuan dalam Hubungan Kerja

Pemenuhan hak-hak pekerja berimplikasi terhadap perlindungan tenaga kerja. Menururt Soepomo perlindungan tenaga kerja dibagi menjadi tiga macam6, yaitu:

a. Perlindungan ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk pengahasilan yang cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak mampu bekerja di luar kehendaknya.

(32)

b. Perlindungan sosial, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan kesehatan kerja, dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi.

c. Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan keselamatan kerja.

Ketiga jenis perlindungan di atas mutlak harus dipahami dan dilaksanakan oleh sebaik-baiknya oleh pengusaha sebagai pemberi kerja. Jika pengusaha melakukan pelanggaran, maka dikenakan sanksi. Disisi lain mempekerjakan perempuan di perusahaan tidaklah semudah yang dibayangkan.Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, mengingat hal-hal sebagai berikut:7

a. Para wanita umumnya bertenaga lemah, halus, tetapi tekun.

b. Norma-norma susila harus diutamakan agar tenaga jerja wanita tidak terpengaruh oleh perbuatan negatif dari tenaga kerja lawan jenisnya, terutama kalau dipekerjakan malam hari.

c. Para tenaga kerja wanita itu umumnya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan halus yang sesuai dengan kehalusan sifat dan tenaganya. d. Para tenaga kerja itu ada yang masih gadis, ada pula yang sudah

bersuami atau berkeluarga yang dengan sendirinya mempunyai beban-beban rumah tangga yang harus dilaksanakannya pula.

7 . Gunawi Kartasapoetra et. al, Hukum Perburuhan Pancasila Bidang Pelaksanaan Hubungan

(33)

Apa yang dikemukakan oleh Gunawi Kartasapoetra di atas memang ada benarnya juga. Seluas-luas emansipasi yang dituntut oleh kaum perempuan (agar dia mempunyai kedudukan yang sama dengan pria), namun secara kodrati dia tetap seorang perempuan yang mempunyai kelemahan-kelemahan yang harus dipikirkan. Semuanya hal di atas harus menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan norma kerja bagi perempuan.

Pelaksanaan perlindungan hukum terhadap hak-hak pekerja wanita berpedoman pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Kepmenaker No. 224 tahun 2003 tentang Kewajiban Pengusaha yang Mempekerjakan Pekerja/Buruh Perempuan Antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00, serta Peraturan Perusahaan atau perjanjian kerja bersama perusahaan.

Perlindungan terhadap hak-hak pekerja perempuan dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu hak-hak pekerja perempuan dibidang reproduksi, hak pekerja perempuan dibidang keselamatan kerja, dan hak-hak pekerja perempuan dibidang kehormatan perempuan.

1. Hak-Hak Pekerja Perempuan Dibidang Reproduksi.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, hak-hak pekerja perempuan dibidang reproduksi adalah sebagai berikut:

a. Hak atas cuti haid

(34)

Perlindungan terhadap pekerja wanita yang dalam masa haid tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid dengan upah penuh. Dalam pelaksanaanya lebih banyak yang tidak menggunakan haknya dengan alasan tidak mendapatkan premi hadir.

b. Hak atas cuti hamil dan keguguran

Sedangkan pada pasal 82 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur masalah cuti hamil dan keguguran. Perlindungan cuti hamil bersalin selama 1,5 bulan sebelum saatnya melahirkan dan 1,5 bulan sesudah melahirkan dengan upah penuh. Ternyata dalam pelaksanaannya masih ada perusahaan yang tidak membayar upah secara penuh.

Pengusaha wajib memberikan istirahat (cuti) bagi pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran kandungan selama 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan.

c. Hak atas pemberian kesempatan menyusui

Pasal 83 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur masalah ibu yang sedang menyusui. Pemberian kesempatan pada pekerja wanita yang anaknya masih menyusui untuk menyusui anaknya hanya efektif untuk yang lokasinya dekat dengan perusahaan.8

(35)

2. Hak-Hak Pekerja Perempuan Dibidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Hak-hak pekerja perempuan dibidang kesehatan dan keselamatan kerja diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP-224/MEN/2003 Tahun 2003 tentang kewajiban Pengusaha yang Mempekerjakan Pekerja/Buruh Perempuan Antara Pukul 23.00 sampai dengan 07.00.

a. Hak atas makanan dan minuman yang bergizi bagi pekerja perempuan yang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00

Hak atas makanan dan minuman yang bergizi ini terkandung dalam Pasal 76 ayat (3) huruf a Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan diatur lebih lanjut dalam Pasal 3 ayat [1], Pasal 3 ayat [2], Pasal 4 ayat [1], dan Pasal 4 ayat [2] Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP-224/MEN/2003 tentang Kewajiban Pengusaha yang Mempekerjakan Pekerja/Buruh Perempuan Antara Pukul 23.00 sampai dengan 07.00.

Ketentuan-ketentuan tentang hak atas makanan dan minuman yang bergizi ini adalah sebagai berikut:

(36)

2) Makanan dan minuman tidak dapat diganti dengan uang (Pasal 3 ayat (2) Kepmenaker 224/2003);

3) Penyediaan makanan dan minuman, peralatan, dan ruangan makan harus layak serta memenuhi syarat higiene dan sanitasi (Pasal 4 ayat (1) Kepmenaker 224/2003);

4) Penyajian menu makanan dan minuman yang diberikan kepada pekerja/buruh harus secara bervariasi (Pasal 4 ayat (2) Kepmenaker 224/2003).

b. Hak atas penyediaan angkutan antar jemput bagi pekerja perempuan yang berangkat dan pulang antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00.

Hak atas penyediaan angkutan antar jemput bagi pekerja perempuan yang berangkat dan pulang antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00 ini terkandung dalam Pasal 76 ayat (4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan diatur lebih lanjut dalam Pasal 2 ayat (2) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP-224/MEN/2003 Tahun 2003 tentang Kewajiban Pengusaha yang Mempekerjakan Pekerja / Buruh Perempuan Antara Pukul 23.00 sampai dengan 07.00.

Ketentuan-ketentuan tentang hak atas penyediaan angkutan antar jemput bagi pekerja perempuan ini adalah sebagai berikut:

(37)

dengan pukul 05.00. (Pasal 76 ayat (4) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Pasal 2 ayat (2) Kepmenaker 224/2003).

2) Pengusaha wajib menyediakan antar jemput dimulai dari tempat penjemputan ke tempat kerja dan sebaliknya. (Pasal 6 ayat (1) Kepmenaker 224/2003).

3) Penjemputan dilakukan dari tempat penjemputan ke tempat kerja dan sebaliknya antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00. (Pasal 6 ayat (2) Kepmenaker 224/2003).

4) Pengusaha harus menetapkan tempat penjemputan dan pengantaran pada lokasi yang mudah dijangkau dan aman bagi pekerja perempuan. (Pasal 7 ayat (1) Kepmenaker 224/2003).

5) Kendaraan antar jemput harus dalam kondisi yang layak dan harus terdaftar di perusahaan. (Pasal 7 ayat (2) Kepmenaker 224/2003).

(38)

Ketentuan-ketentuan mengenai hak atas terjaganya kesusilaan dan keamanan selama ditempat kerja adalah sebagai berikut:

a. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 wajib menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja. (Pasal 76 ayat (3) huruf b UU No. 13 Tahun 2003 dan Pasal 2 ayat (1) huruf b Kepmenaker 224/2003).

b. Pengusaha wajib menjaga keamanan dan kesusilaan pekerja perempuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b dengan menyediakan petugas keamanan di tempat kerja dan menyediakan kamar mandi/wc yang layak dengan penerangan yang memadai serta terpisah antara pekerja perempuan dan laki-laki. (Pasal 5 huruf a dan b Kepmenaker 224/2003).

Kemudian, ketentuan-ketentuan lebih lanjut dari pelaksanaan pemberian makan dan minuman bergizi, penjagaan kesusilaan, dan keamanan selama di tempat kerja serta penyediaan angkutan antar jemput sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Kepmenaker 224/2003 dapat diatur lebih lanjut dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.9

Sehubungan bahwa setiap tenaga kerja berhak untuk mendapat upah atas pekerjaan yang dilakukannya. Upah adalah suatu aspek penting dalam perlindungan pekerja sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 88 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, bahwa setiap pekerja/buruh

(39)

berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Maksud dari penghidupan yang layak itu bahwa jumlah pendapatan pekerja/buruh mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup pekerja dan keluarganya secara wajar.

Bentuk upah yang diterima oleh pekerja dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan (Pasal 1 angka 30 UU No. 13 Tahun 2003).

Berkaitan dengan upah, pemerintah dalam rangka melindungi pekerja agar tidak mengalami kesewenang-wenangan dari pengusaha menentukan besar upah minimum.Sesuai dengan Pasal 1 ayat 1 peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01-MEN-1999 tentang upah minimum, bahwa upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap.

(40)

Di samping hak-hak tersebut pekerja perempuan juga berhak atas Jaminan Sosial Tenaga Kerja sebagaimana diatur di dalam UU Nomor 3 Tahun 1992 yang kemudian diperbarui menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sebagaimana diatur UU Nomor 24 Tahun 2011 . BPJS adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa, kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan mengatur empat program pokok yang harus diselenggarakan, dan kepada perusahaan yang mempekerjakan paling sedikit sepuluh orang pekerja atau membayar upah paling sedikit 1 juta sebulan wajib mengikut sertakan pekerjanya kedalam program BPJS Ketenagakerjaan. Keempat program tersebut adalah :

a. Jaminan kecelakaan kerja; b. Jaminan hari tua;

(41)

D. Teori Penegakan Hukum

Sejak dilahirkan di dunia, maka manusia telah mempunyai hasrat untuk hidup secara teratur. Hasrat untuk hidup secara teratur tersebut dipunyainya sejak lahir dan selalu berkembang di dalam pergaulan hidupnnya. Namun, apa yang dianggap teratur oleh seseorang, belum tentu dianggap teratur juga oleh pihak lainnya. Oleh karena itu, maka manusia sebagai makhluk yang senantiasa hidup bersama dengan sesamanya, memerlukan perangkat patokan, agar tidak terjadi pertentangan kepentingan akibat dari pendapat yang berbeda-beda mengenai keteraturan tertentu. Patokan-patokan tersebut, tidak lain merupakan pedoman untuk berperilaku secara pantas, yang sebenarnya merupakan suatu pandangan menilai yang sekaligus merupakan suatu harapan.

Patokan-patokan untuk berperilaku pantas tersebut, kemudian dikenal dengan sebutan norma atau kaidah. Menurut Soekanto, secara konsepsional, maka inti dan arti dari penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabar di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.10

Menurut Wayne La Fevre, penegakan hukum sebagai suatu proses, pada hakikatnya merupakan penerapan diskrei yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum, akan tetapi

(42)

mempunyai unsur penilaian pribadi.11 Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa masalah pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut, adalah sebagai berikut:

1. Faktor Hukum (undang-undang)

Menurut Soerjono Soekanto, dalam arti materil undang-undang adalah peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah.

Dengan demikian, maka undang-undang dalam materiel (dalam hal ini undang-undang) mencakup:

a. Peraturan Pusat yang berlaku untuk semua warga negara atau suatu golongan tertent saja maupun yang berlaku umum di sebagian wilayah negara.

b. Peraturan setempat yang hanya berlaku di suatu tempat atau daerah saja.

Gangguan terhadap penegakan hukum yang berasal dari undang-undang dapat disebabkan, karena:

a. Tidak diikutinya asas-asas berlakunya undang-undang,

b. Belum adanya peraturan pelaksanaan yang sangat dibutuhkan untuk menerapkan undang-undang,

(43)

c. Ketidakjelasan arti dari kata-kata di dalam undang-undang yang mengakibatkan kesimpangsiuran di dalam penafsiran dan penerapannya.

2. Faktor Penegak Hukum

Ruang lingkup dari istilah “penegak hukum” adalah luas sekali, oleh

karena itu mencakup mereka yang secara langsung dan secara tidak langsung berkecimpung di bidang penegakan hukum. Secara sosiologis, maka setiap penegak hukum tersebut mempunyai kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan (sosial) merupakan posisi tertentu di dalam struktur kemasyarakatan, yang semakin tinggi, sedang-sedang saja atau rendah. Kedudukan tersebut sebenarnya merupakan suatu wadah yang isinya adalah hak-hak dan kewajiban-kewajban tertentu. hak-hak atau kewajiban-kewajiban tadi merupakan peranan atau role.

(44)

a. Keterbatasan kemampuan untuk meenempatkan diri dalam peranan sepihak lain dengan siapa dia berinteraksi,

b. Tingkat aspirasi yang relatif belum tinggi,

c. Kegairahan yang sangat terbatas untuk memikirkan masa depan, sehingga sulit sekali untuk membuat suatu proyeksi,

d. Belum adanya kemampuan untuk menunda pemuasan suatu kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan materiel,

e. Kurangnya daya inovatif yang sebenarnya merupakan pasangan konservatisme.

3. Faktor Sarana atau Fasilitas

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut, antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya. Apabila hal tersebut tidak terpenuhi, maka mustahil penegakan hukum akan tercapai tujuannya.

4. Faktor Masyarakat

(45)

pendapat-pendapat tertentu mengenai hukum. Pengertian atau arti yang diberikan pada hukum, yang variasinya adalah:

a. Hukum diartikan sebagai ilmu pengetahuan,

b. Hukum diartikan sebagai disiplin, yakni sistem ajaran tentang kenyataan,

c. Hukum diartikan sebagai tata hukum (yakni hukum positif tertulis), d. Hukum diartikan sebagai petugas atau pejabat,

e. Hukum diartikan sebagai norma atau kaidah, yakni patokan perilaku pantas yang dilakukan,

f. Hukum diartikan sebagai putusan pejabat atau penguasa, g. Hukum diartikan sebagai proses pemerintahan.

Dari sekian banyaknya pengertian yang diberikan pada hukum, terdapat kecenderungan yang besar pada masyarakat, untuk mengartikan hukum dan bahkan mengidentifikasikannya dalam petugas (dalam hal ini penegak hukum sebagai pribadi). Salah satu akibatnya adalah, bahwa baik buruknya hukum senantiasa dikaitan dengan pola perilaku penegak hukum tersebut, yang menurut pendapatnya merupakan pencerminan dari hukum sebagai struktur maupun proses.

(46)

tool of social engineering).12 Roscoe Pound menekankan arti pentingnya hukum sebagai sarana rekayasa sosial ini, terutama melalui mekanisme penyelesaian kasus oleh badan-badan peradilan yang akan menghasilkan jurisprudensi. Konteks sosial teori ini adalah masyarakat dan badan peradilan di Amerika Serikat.

Pada tataran konteks keIndonesiaan, fungsi hukum demikian itu, oleh Mochtar Kusumaatmadja diartikan sebagai sarana pendorong pembaharuan masyarakat.13 Sebagai sarana untuk mendorong pembaharuan masyarakat, penekanannya terletak pada pembentukan peraturan perundang-undangan oleh lembaga legislatif, yang dimaksudkan untuk menggagas konstruksi masyarakat baru yang ingin diwujudkan di masa depan melalui pemberlakuan peraturan perundang-undangan itu.

Penegakan hukum, sebagaimana dirumuskan secara sederhana oleh Satjipto Rahardjo, merupakan suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan.14 Keinginan-keinginan hukum yang dimaksudkan di sini yaitu yang merupakan pikiran-pikiran badan pembentuk undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum itu. Perumusan pikiran pembuat hukum yang dituangkan dalam peraturan hukum, turut menentukan bagaimana penegakan hukum itu dijalankan.

12 Roscoe Pound, Filsafat Hukum, (Jakarta: Bhratara 2009), hal, 7.

13 Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi Hukum Dalam Masyarakat Yang Sedang Membangun, (Jakarta: BPHN-Binacipta, 2006), hal. 11.

(47)

Dengan demikian pada gilirannya, proses penegakan hukum itu memuncak pada pelaksanaannya oleh para pejabat penegak hukum itu sendiri. Dari keadaan ini, dengan nada ekstrim dapat dikatakan bahwa keberhasilan ataupun kegagalan para penegak hukum dalam melaksanakan tugasnya sebetulnya sudah dimulai sejak peraturan hukum yang harus dijalankan itu dibuat.15

Proses penegakan hukum, dalam pandangan Soerjono Soekanto, dipengaruhi oleh lima faktor :

Pertama, faktor hukum atau peraturan perundang-undangan.

Kedua, faktor aparat penegak hukumnya, yakni pihak-pihak yang terlibat dalam peroses pembuatan dan penerapan hukumnya, yang berkaitan dengan masalah mentalitas.

Ketiga, faktor sarana atau fasilitas yang mendukung proses penegakan hukum.

Keempat, faktor masyarakat, yakni lingkungan sosial di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan; berhubungan dengan kesadaran dan kepatuhan hukum yang merefleksi dalam perilaku masyarakat.

Kelima, faktor kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.16

Sementara itu Satjipto Rahardjo17, membedakan berbagai unsur yang berpengaruh dalam proses penegakan hukum berdasarkan derajat

15 Ibid, hal. 25.

(48)

kedekatannya pada proses, yakni yang agak jauh dan yang agak dekat. Berdasarkan kriteria kedekatan tersebut, maka Satjipto Rahardjo membedakan tiga unsur utama yang terlibat dalam proses penegakan hukum. Pertama, unsur pembuatan undang-undang cq. lembaga legislatif. Kedua, unsur penegakan hukum cq. polisi, jaksa dan hakim. Dan ketiga, unsur lingkungan yang meliputi pribadi warga negara dan sosial.

Sementara itu, Lawrence M. Friedman melihat bahwa keberhasilan penegakan hukum selalu menyaratkan berfungsinya semua komponen system hukum. Sistem hukum dalam pandangan Friedman terdiri dari tiga komponen, yakni komponen struktur hukum (legal structure), komponen substansi hukum (legal substance) dan komponen budaya hukum (legal culture). Struktur hukum (legal structure) merupakan batang tubuh, kerangka, bentuk abadi dari suatu sistem. Substansi hukum (legal substance) aturan-aturan dan norma-norma actual yang dipergunakan oleh lembaga-lembaga, kenyataan, bentuk perilaku dari para pelaku yang diamati di dalam sistem. Adapun kultur atau budaya hu-kum (legal culture) merupakan gagasan-gagasan, sikap-sikap, keyakinan-keyakinan, harapan-harapan dan pendapat tentang hukum.18

Dalam perkembangannya, Friedman menambahkan pula komponen yang keempat, yang disebutnya komponen dampak hukum (legal impact). Dengan komponen dampak hukum ini yang dimaksudkan adalah dampak dari

17Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Bandung: Sinar Baru, 2009), hal. 23,24 18 Lawrence M, Friedman, Law and Society An Introduction, (New Jersey: Prentice Hall Inc,

(49)

suatu keputusan hukum yang menjadi objek kajian peneliti.19Berkaitan dengan budaya hukum (legal culture) ini, menurut Roger Cotterrell, konsep budaya hukum itu menjelaskan keanekaragaman ide tentang hukum yang ada dalam berbagai masyarakat dan posisinya dalam tatanan sosial. Ide-ide ini menjelaskan tentang praktik-praktik hukum, sikap warga Negara terhadap hukum dan kemauan dan ketidakmauannya untuk mengajukan perkara, dan signifikansi hukum yang relatif, dalam menjelaskan pemikiran dan perilaku yang lebih luas di luar praktik dan bentuk diskursus khusus yang terkait dengan lembaga hukum. Dengan demikian, variasi budaya hukum mungkin mampu menjelaskan banyak tentang perbedaan-perbedaan cara

di mana lembaga hukum yang nampak sama dapat berfungsi pada masyarakat yang berbeda.20

19 Lawrence M. Friedman, American Law: An invalueable guide to the many faces of the law,

and how it affects our daily lives, (New York: W.W. Norton & Company, 1984), hal 16. 20 Roger Cotterrell, The Sociology of Law An Introduction, (London: Butterworths, 1984), hal.

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris, yaitu penelitian hukum yang mengkaji aspek hukum terhadap fenomena hukum yang ada di masyarakat yang terkait dengan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja wanita yang bekerja pada malam hari di Rumah Sakit Islam Klaten.

B. Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder dengan uraian sebagai berikut :

1. Data primer adalah data yang diambil dari wawancara secara struktur maupun bebas dengan responden maupun narasumber yang terkait dengan permasalahan penelitian.

2. Data sekunder merupakan bahan penelitian yang diambil dari studi kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

a. Bahan Hukum Primer, merupakan bahan pustaka yang berisikan peraturan perundangan yang terdiri dari :

1) Undang-undang Dasar 1945

(51)

3) Peraturan Perundang-undangan lain yang berkaitan dengan penelitian.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer, dan dapat membantu untuk proses analisis yaitu :

1) Buku-buku ilmiah yang terkait 2) Dokumen-dokumen yang terkait

3) Makalah-makalah seminar yang terkait. 4) Jurnal-jurnal dan literatur yang terkait

c. Bahan Hukum Tersier yaitu berupa kamus dan ensiklopedi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik: 1. Wawancara

Wawancara kepada pekerja perempuan dan narasumber yang berkaitan dengan penelitian

2. Studi pustaka

(52)

D. Narasumber , Responden dan Informan 1. Narasumber

Kepala Dinas Tenaga Kerja Bidang Hubungan Industrial 2. Responden

Karyawati atau pekerja Wanita Rumah Sakit Islam Klaten. 3. Informan

Manager Rumah Sakit Islam Klaten.

E.Teknik Populasi Sampel

Cara pengumpulan sampel ini ditentukan dengan metode non random sampling yaitu bahwa setiap individu dalam populasi tidak mendapatkan kesempatan yang sama.

Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel secara purposive sampel.Dengan cara pengambilan data dengan wawancara terhadap tenaga kerja wanita yang bekerja di bangsal Rumah Sakit Islam Klaten yang telah ditentukan sebelumnya, untuk mendapatkan jawaban yang diinginkan oleh penulis.

F. Lokasi Penelitian

(53)

G. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif terhadap data atau fakta hukum yang diperoleh di lapangan dengan menafsirkannya yang berlandaskan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Keadaan Umum Rumah Sakit Islam Klaten 1.Sejarah Rumah Sakit Islam Klaten

Berdirinya RS. Islam Klaten diawali dengan pendirian Balai Pengobatan (BP) pada tahun 1981 di lantai dasar masjid Raya Klaten. Setelah berkembang, muncul ide dari pengurus Yayasan Jamaah Haji Klaten untuk mendirikan sebuah rumah sakit. Karena pada waktu itu belum ada RS. Swasta Islam yang berdiri di Klaten. Sedangkan bidang pendidikan dari Muhammadiyah sudah banyak, untuk pesantren dari NU juga berdiri cukup banyak, maka dipilihlah untuk mendirikan sebuah Rumah Sakit yang dinamakan RS. Islam Klaten

Operasional pertama kali dari RS. Islam Klaten tanggal 19 September 1986 yang selanjutnya diperingati sebagai tanggal kelahiran (milad) RS. Islam Klaten.

(55)

Setelah melalui tahapan-tahapan pembangunan di berbagai bidang kini RS. Islam Klaten telah berkembang menjadi Rumah Sakit Type B dengan jumlah tempat tidur lebih dari 200 TT, penambahan tempat tidur tersebut diiringi dengan peningkatan mutu, fasilitas dan pelayanan kepada masyarakat sehingga RS. Islam Klaten benar-benar menjadi RS kebanggan warga masyarakat Klaten.

Visi dari RS. Islam Klaten adalah menjadi rumah sakit yang islami yang berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rasullah SAW, dan sebagai rujukan yang unggul dalam pelayanan dan teknologi.

Misi dari RS. Islam Klaten adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang islami, menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional dan paripurna, menyelenggarakan pelayanan unggulan bedah dan kardiovaskuler.

(56)

2.Gambaran Umum Mengenai Tenaga Kerja Yang Bekerja di RS Islam Klaten Rumah Sakit Islam Klaten mempunyai tenaga kerja berjumlah 641 orang pekerja yang bekerja penuh waktu dan paruh waktu, yang bekerja penuh waktu terdiri dari : Dokter PA berjumlah 10 orang, Dokter PI berjumlah 14 orang, Paramedis perawat PA berjumlah 99 orang, Paramedis perawt PI berjumlah 208 orang, Paramedis non perawat PA berjumlah 22 orang, Paramedis non perawat berjumlah 61 orang, Non medis PA berjumlah 69 orang, Non medis PI berjumlah 54, Out sourcing PA berjumlah 32 orang, Out sourcing PI berjumlah 14 orang. Yang bekerja paruh waktu terdiri dari : Dokter PA berjumlah 37 orang, Dokter PI berjumlah 16 orang, Non medis PA berjumlah 3 orang , Non medis PI berjumlah 2 orang.

Didalam rumah sakit islam mempunyai pembagian golongan, dan setiap pegawai yang bekerja di Rumah Sakit Islam Klaten mempunyai kategori golongan tertentu untuk mementukan standar gajinya.

Setiap pegawai berpendidikan setara SD, SLTP, SLTA, D3, SI, SII dan SIII mempunyai fase-fase golongan dari standar gaji yang ditentukan oleh pihak Rumah Sakit Islam Klaten.

(57)
(58)

B. Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Wanita di RS ISLAM Klaten

1. Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Wanita yang Bekerja Pada Malam Hari

[image:58.595.146.449.368.715.2]

a. Rumah Sakit Islam Klaten tidak mempekerjakan Tenaga Kerja di Bawah Umur 18 Tahun

Tabel 1

Rumah Sakit Islam Klaten tidak mempekerjakan Tenaga Kerja di Bawah Umur 18 Tahun

NO NAMA Ruang Pemenuhan hak Ya Tidak

1. Andi Zam-zam



2. Fitri Zam-zam



3. Riska Vip Roudloh



4. Artika sari Pendaftaran



5. Arwinda setya Arofah



6. Anaris Vip roudloh



7. Novi Mina



8. Listiya Zam – zam



9. Lucky Siti hajar



10. Uswatun

hasanah

Vip roudloh



11. Purwanti Vip roudloh



12. Umi Zam – zam



13. Diah Siti hajar



14. Heni dwi Siti hajar



15. Elia Mina



16. Endra dita Arofah



(59)

Rumah Sakit Islam Klaten tidak mempekerjakan tenaga kerjawanita yang berumur kurang dari 18 (dela[pan belas) tahun,karenamenurutnya tenaga kerja yang dibawah 18 (delapan belas) tahun belumproduktif sebagai tenaga kerja, maka dari itu Rumah Sakit Islam Klaten tidak mempekerjakan tenaga kerja dibawah 18 (delapan belas) tahun.

Memang sudah jelas dan tegas didalam Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 pasal 76 ayat (1) berbunyi : Pekerja atau buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang diperkejakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.

(60)
[image:60.595.120.507.195.677.2]

b. Memberikan Makanan dan minuman yang bergizi Tabel 2

Memberikan Makanan dan minuman yang bergizi

NO NAMA Ruang Pemenuhan hak Jenis Makanan dan minuman Ya Tidak

1. Andi Zam-zam



Mie instan dan

telor

2. Fitri Zam-zam



Mie instan dan

telor

3. Riska Vip Roudloh



Mie instan dan

telor

4. Artika sari Pendaftaran



Mie instan dan

telor

5. Arwinda setya Arofah



Mie instan dan

telor

6. Anaris Vip roudloh



Mie instan dan

telor

7. Novi Mina



Mie instan dan

telor

8. Listiya Zam – zam



Mie instan dan

telor

9. Lucky Siti hajar



Mie instan dan

telor

10. Uswatun

hasanah

Vip roudloh



Mie instan dan

telor

11. Purwanti Vip roudloh



Mie instan dan

telor

12. Umi Zam – zam



Mie instan dan

telor

13. Diah Siti hajar



Mie instan dan

telor

14. Heni dwi Siti hajar



Mie instan dan

telor

15. Elia Mina



Mie instan dan

telor

16. Endra dita Arofah



Mie instan dan

telor

17. Indarti Arofah



Mie instan dan
(61)
[image:61.595.192.470.113.237.2]

Gambar 1. Makanan dan Minuman bergizi

(62)

Sedangkan mie instan dan telur dirasa belum cukup bergizi karena setelah dihitung hanya memiliki 435 kalori dengan uraian sebagai berikut : mie instan memiliki 308 kalori sedangkan telur memiliki 127 kalori jadi kalau di jumlahkan hanya 435 kalori saja, padahal untuk memenuhi gizi tenaga kerja wanita yang bekerja pada malam hari antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 yaitu sekurang-kurangnya berjumlah 1.400 kalori.Menurut para tenaga kerja, mereka merasa bosan dengan makanan dan minuman yang diberikan oleh Rumah Sakit Islam Klaten karena menurut mereka makanan dan minuman yang diberikan tidak bervariasi tiap hari hanya diberikan mie instan dan telur, padahal menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP-224/MEN/2003 pasal 4 ayat (2) Penyajian menu makanan dan minuman yang diberikan kepada pekerja/buruh harus secara bervariasi.

(63)
[image:63.595.150.450.192.537.2]

c. Menyediakan Kendaraan Antar Jemput Tabel 3

Menyediakan Kendaraan Antar Jemput NO NAMA Ruang Pemenuhan hak

Ya Tidak

1. Andi Zam-zam



2. Fitri Zam-zam



3. Riska Vip Roudloh



4. Artika sari Pendaftaran



5. Arwinda setya Arofah



6. Anaris Vip roudloh



7. Novi Mina



8. Listiya Zam – zam



9. Lucky Siti hajar



10. Uswatun

hasanah

Vip roudloh



11. Purwanti Vip roudloh



12. Umi Zam – zam



13. Diah Siti hajar



14. Heni dwi Siti hajar



15. Elia Mina



16. Endra dita Arofah



17. Indarti Arofah

(64)

Sift malam diberlakukan 11 jam kerja, sedangkan sift pagi 7 jam kerja, sift siang 6 jam kerja. Jelas terlihat disini bahwa terjadi ketidakseimbangan antara beban kerja yang diberikan kepada tenaga kerja yang bekerja pada shift malam dengan tenaga kerja yang bekerja pada shift pagi dan siang. Namun beban pekerjaan yang dirasa memberatkan tenaga kerja yang bekerja pada sift malam sepenuhnya tidak memberatkan tenaga kerja, karena Rumah Sakit Islam Klaten memberikan keringanan 3 jam kerja digunakan untuk istirahat (tidur) karena waktu malam hari adalah saat dimana pasien beristirahat sehingga para tenaga kerja tidak melayani pada saat itu. Dan sistem kerjanya menggunakan sistem bergantian dimana tenaga kerjanya tidak selalu bekerja pada malam hari saja, ada kalanya bekerja pada pagi hari ataupun siang hari.

(65)

kendaraan yang mengantar jemput, mereka merasa lebih nyaman menggunakan kendaraan pribadi mereka sendiri.

(66)
[image:66.595.144.446.181.706.2]

d. Memberikan Perlindungan Kesusilaan Terhadap Tenaga Kerja Wanita Tabel 4

Berpakaian muslim

NO NAMA Ruang Pemenuhan hak Ya Tidak

1. Andi Zam-zam



2. Fitri Zam-zam



3. Riska Vip Roudloh



4. Artika sari Pendaftaran



5. Arwinda setya Arofah



6. Anaris Vip roudloh



7. Novi Mina



8. Listiya Zam – zam



9. Lucky Siti hajar



10. Uswatun

hasanah

Vip roudloh



11. Purwanti Vip roudloh



12. Umi Zam – zam



13. Diah Siti hajar



14. Heni dwi Siti hajar



15. Elia Mina



16. Endra dita Arofah



17. Indarti Arofah



(67)

Tabel 5

Penyediaan petugas keamanan

NO NAMA Ruang Pemenuhan hak Jumlah petugas Ya

1. Andi Zam-zam



3

2. Fitri Zam-zam



3

3. Riska Vip Roudloh



3

4. Artika sari Pendaftaran



3

5. Arwinda setya Arofah



3

6. Anaris Vip roudloh



3

7. Novi Mina



3

8. Listiya Zam – zam



3

9. Lucky Siti hajar



3

10. Uswatun

hasanah

Vip roudloh



3

11. Purwanti Vip roudloh



3

12. Umi Zam – zam



3

13. Diah Siti hajar



3

14. Heni dwi Siti hajar



3

15. Elia Mina



3

16. Endra dita Arofah



3 [image:67.595.147.500.161.686.2]

17. Indarti Arofah



3
(68)

Tabel 6

Penyediaan kamar mandi / wc khusus perempuan NO NAMA Ruang Pemenuhan hak

Ya Tidak

1. Andi Zam-zam



2. Fitri Zam-zam



3. Riska Vip Roudloh



4. Artika sari Pendaftaran



5. Arwinda setya Arofah



6. Anaris Vip roudloh



7. Novi Mina



8. Listiya Zam – zam



9. Lucky Siti hajar



10. Uswatun

hasanah

Vip roudloh



11. Purwanti Vip roudloh



12. Umi Zam – zam



13. Diah Siti hajar



14. Heni dwi Siti hajar



15. Elia Mina



16. Endra dita Arofah



17. Indarti Arofah



[image:68.595.143.444.160.726.2]
(69)

Di Rumah Sakit Islam Klaten memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja wanita yang bekerja pada malam hari, terutama kesusilaanya yaitu dengan mewajibkan para tenaga kerja wanitanya untuk menggunakan pakain muslim atau berjilbab. Tetapi di Rumah Sakit Islam Klaten jarang terjadi dan hampir belum pernah terjadi pelecehan seksual terhadap tenaga kerja wanita yang bekerja di Rumah Sakit Islam Klaten. Karena di Rumah Sakit Islam Klaten menggunakan busana muslim yang menutupi aurat hal ini yang dikatakan para pekerjanya dapat melindungi dirinya dari pelecehan seksual.

Tetapi menurut saya, belum tentu ketika tenaga kerja menggunakan pakaian tertutup dapat terhindar dari pelecehan seksual di lingkungan pekerjaannya. Pelecehan seksual itu dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Dan tidak pernah melihat orang tersebut menggunakan busana muslim yang menutup aurat ataupun orang yang tidak menggunakan busana muslim.

(70)
(71)

2.Hak-hak tenaga kerja wanita yang bekerja di Rumah Sakit Islam Klaten a. Persamaan Upah Antara Tenaga Kerja Laki-laki dengan Tenaga Kerja

[image:71.595.147.446.276.660.2]

Wanita

Tabel 7

Persamaan Upah Antara Tenaga Kerja Laki-laki dengan Tenaga Kerja Wanita

NO NAMA Ruang Pemenuhan hak Ya Tidak

1. Andi Zam-zam



2. Fitri Zam-zam



3. Riska Vip Roudloh



4. Artika sari Pendaftaran



5. Arwinda setya Arofah



6. Anaris Vip roudloh



7. Novi Mina



8. Listiya Zam – zam



9. Lucky Siti hajar



10. Uswatun

hasanah

Vip roudloh



11. Purwanti Vip roudloh



12. Umi Zam – zam



13. Diah Siti hajar



14. Heni dwi Siti hajar



15. Elia Mina



16. Endra dita Arofah



17. Indarti Arofah



(72)

wanita, besar upah yang diberikan sudah sesuai dengan Upah Minimum Regional (UMR) kabupaten Klaten.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1999 tentang upah minimum, pengertian mengenai upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap.

Di Rumah Sakit Islam Klaten memberikan gaji 3 kali, diberikan pada tanggal 28 , tanggal 15, tanggal 1. Tanggal 28 diberikan gaji pokok beserta tunjangan tetap. Tanggal 15 diberikan uang makan dan uang transport. Tanggal 1 diberikan uang remunerasi. Kelebihan uang jam atau

Over Time dikalkulasikan pada akhir bulan dan diberikan ganti uang. Over Time adalah kelebihan waktu kerja karena dihitung perharinya 7 jam kerja. Jika dikalkulasikan selama 1 minggu, 6 hari jam kerja jumlahnya adalah 42 jam, menurut peraturan perundang-undangan hanya 40 jam kerja selama 1 minggu 6 hari kerja. Jika kelebihan waktu 2 jam setiap satu minggunya. Sehingga setiap akhir bulan over time dikalkulasikan lalu diberikan uang pengganti akibat kelebihan waktu tersebut.

(73)
[image:73.595.119.507.193.574.2]

b. Aturan Mengenai Hak Cuti Tenaga Kerja Wanita Tabel 8

Aturan mengenai cuti haid

NO NAMA Ruang Pemenuhan hak Lama cuti Ya Tidak

1. Andi Zam-zam



2. Fitri Zam-zam



3. Riska Vip Roudloh



12 hari

4. Artika sari Pendaftaran



1 hari

5. Arwinda setya Arofah



6. Anaris Vip roudloh



Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Gambar 1.  Makanan dan Minuman bergizi
Tabel 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Stres kerja adalah suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit,. tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau

Diagram Batang Frekuensi Faktor Internal Persepsi Siswa SMA N 1 Parigi Pangandaran Terhadap Pembelajaran Renang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persepsi siswa SMA

Berdasarkan hasil dari wawancara dan observasi yang peneliti lakukan, pembelajaran merupakan hal yang paling utama untuk menumbuhkan nilai-nilai karakter peserta

Hasil penelitian sejenis yang juga mendukung dilakukan oleh Icha Dithyana tahun 2013 dengan menggunakan pendekatan case control dan teknik sampling fixed

Dari data diatas dapat dikatakan bahwa nilai p adalah 0,000 atau kurang dari 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan yang berarti ada pengaruh kebisingan terhadap tekanan

Dari penjelasan yang terdapat diatas maka dapat di ambil hipotesa atau kesimpulan sementara bahwa penambahan 1/3 hukuman bagi karena pengulangan tinda kejahatan ( recidive)

Apa kendala dan solusi yang dapat dilakukan oleh pihak Polda Jawa Timur dalam implementasi penyidikan tindak pidana cyber crime berkaitan dengan penjualan barang yang tidak

Tingkat kemampuan berfikir abstraksi peserta didik pada suatu kelas berbeda- beda. Berpikir abstrak dalam hal ini adalah suatu kemampuan menemukan cara- cara dalam