• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA POLRI DALAM PENANGGULANGAN PENIMBUNAN BBM SECARA ILEGAL DI PROVINSI LAMPUNG (Studi Di Polda Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA POLRI DALAM PENANGGULANGAN PENIMBUNAN BBM SECARA ILEGAL DI PROVINSI LAMPUNG (Studi Di Polda Lampung)"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA POLRI DALAM PENANGGULANGAN PENIMBUNAN BBM SECARA ILEGAL DI PROVINSI LAMPUNG

(Studi Di Polda Lampung)

Oleh :

WIRDA APRILIANI

Bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi adalah BBM yang diberikan oleh pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya, namun BBM seringkali disalahgunakan oleh oknum-oknum tertentu didalam penggunaannya. Bahan bakar minyak merupakan kebutuhan dasar dalam industri di seluruh dunia, tetapi bahan bakar minyak merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. PERTAMINA melaksanakan tugas penyediaan dan pelayanan Bahan Bakar Minyak untuk keperluan dalam negeri diperintahkan oleh Undang-Undang No. 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Negara sebagai tugas pelayanan masyarakat (public service obligation), namun dalam pelaksanaannya masih terdapat pemberitaan media tentang adanya penimbunan BBM secara ilegal. Permasalahan dalam penelitian ini adalah mengenai bagaimanakah upaya Polri dalam menanggulangi penimbunan BBM secara illegal, serta apakah faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan penanggulangan penimbunan BBM secara illegal di provinsi Lampung.

Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif adalah suatu pendekatan yang dilakukan dimana pengumpulan dan penyajian data dilakukan dengan mempelajari dan menelaah konsep-konsep dan teori-teori serta peraturan-peraturan secara kepustakaan yang berkaitan dengan pokok bahasan penulisan skripsi ini. Sedangkan pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan menelaah hukum terhadap objek penelitian sebagai pola perilaku yang nyata dalam masyarakat yang ditujukan kepada penerapan hukum yang berkaitan dengan penelitian ini untuk mempelajari hukum dalam kenyataan yang ada.

(2)

Wirda Apriliani

operasi kepolisian (operasi khusus). Operasi kepolisian (operasi khusus) adalah Operasi khusus dilakukan ketika muncul situasi/permasalahan yang tidak dapat ditangani oleh kegiatan kepolisian/kegiatan rutin, sehingga dilakukanlah operasi kepolisian tersebut yang menggunakan personil khusus, biaya khusus, tempat telah ditentukan. Kegiatan kepolisian (kegiatan rutin) meliputi ; upaya pre-emptif yaitu upaya yang dilakukan untuk menghilangkan penyebab kejahatan dengan cara memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat dan instansi-instansi terkait peraturan perundang-undangan tentang MIGAS di Provinsi Lampung, upaya preventif yaitu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kejahatan dengan melakukan pengawasan di tempat-tempat SPBU dan kerja sama antara pihak PERTAMINA dan Kepolisian dalam hal pengawasan, upaya represif yaitu upaya penegakan hukum yang dilakukan untuk memberantas kejahatan setelah kejahatan tersebut terjadi dengan menindak pelaku dengan melakukan penyidikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dalam penegakan hukum. Adapun faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan penanggulangan tersebut adalah kurangnya sarana prasarana kepolisian, terbatasnya jumlah aparat kepolisian yang tidak sebanding dengan wilayah provinsi Lampung yang luas, sehingga banyak tempat-tempat yang tidak terlindungi secara langsung oleh aparat Kepolisian.

(3)

A. Latar Belakang

Setiap tahun pemerintah mengeluarkan dana untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM). Jumlah subsidi BBM yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), selain cenderung meningkat, juga cukup besar dibandingkan komponen pengeluaran APBN yang lain, khususnya setelah krisis finansial/ekonomi tahun 1997/1998. Subsidi BBM sendiri telah menjadi topik perbincangan yang ramai dibicarakan masyarakat, meliputi apakah subsidi BBM itu membebani APBN atau apakah ia dapat dibenarkan secara ekonomi. (www.bappenas.go.id/get-file-server/node/8502)diakses pada 26 Juni 2011)

Subsidi BBM diberikan oleh pemerintah kepada Perusahaan Tambang Minyak Negara (PERTAMINA) sebagai konsekuensi dari penetapan harga BBM yang dilakukan oleh pemerintah. Sebagaimana kita ketahui bahwa PERTAMINA melaksanakan tugas penyediaan dan pelayanan Bahan Bakar Minyak untuk keperluan dalam negeri diperintahkan oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Negara sebagai tugas pelayanan masyarakat (public service obligation).

(4)

Akhir-akhir ini peristiwa tentang kejahatan dalam masyarakat telah mendominasi pemberitaan di Indonesia, baik melalui media cetak maupun media elektronik. Kejahatan tersebut antara lain mengenai Penimbunan BBM secara illegal merupakan kegiatan yang dengan tanpa izin mengumpulkan, menampung dan menyimpan BBM disuatu tempat yang tidak berdasarkan atau tidak sesuai dengan izin usaha pengelolaan yang mendapat rekomendasi dari Pemerintah Daerah yang sudah ditetapkan dalam Pasal 23 Ayat (1) UU RI Nomor. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

Pelaksanaan penimbunan BBM secara illegal memiliki maksud dan tujuan tertentu untuk menguntungkan diri sendiri dengan memanfaatkan dan/atau mengambil keuntungan dari kondisi suatu tempat atau daerah yang sedang mengalam kelangkaan BBM.

Penimbunan BBM secara illegal merupakan kegiatan mengumpulkan dan menampung BBM dengan cara membeli BBM ketika harga BBM masih dalam keadaan normal. BBM tersebut di simpan untuk kemudian di jual kembali dengan harga yang sudah dinaikkan dari harga normal semula, ketika suatu tempat atau daerah sedang mengalami kelangkaan BBM.

(5)

tersebut. Jenis BBM yang ditimbun oleh pelaku yaitu bensin, solar, dan minyak tanah. Dalam kebakaran yang memakan korban jiwa tersebut, api juga menghanguskan truk tangki BBM berikut puluhan drum berisi bahan bakar minyak. (Detik.com) diakses pada 20 Juni 2011.

Secara yuridis tugas dan wewenang Polri telah diatur dalam konstitusi dan berbagai produk peraturan perundang-undangan. Arahan yuridis sebagaimana termuat dalam Pasal 30 Ayat (4) UUD 1945, misalnya, secara tegas mengatur bahwa “Polri sebagai alat Negara yang menjaga keamanan dan ketertiban bertugas

melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum”. Hal senada diatur

pula dalam Pasal 6 Ketetapan MPR Nomor. VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan Polri, “Polri merupakan alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat”. Arahan tentang peran Polri yang demikian itu, kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri, terutama dalam Pasal 5, Pasal 13 dan 14.

Berdasarkan hal tersebut di atas, tampak bahwa lembaga kepolisian di Indonesia tidak hanya berperan sebagai bagian dari penegakan hukum yang terpola dalam sistem peradilan pidana (SPP), melainkan lebih jauh dari itu berperan juga sebagai lembaga penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, serta pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat.(Erlyn Indarti, 2000 : 46)

(6)

perundang-undangan dengan penerapan dan pelaksanaan hukum pidana dan meningkatkan peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam menanggulangi tindak pidana.

Pada dasarnya tugas dan wewenang Polri sebagaimana ditetapkan secara yuridis dalam Undang-Undang Kepolisian Nomor 2 Tahun 2002 itu bukan sesuatu yang baru, melainkan sudah pernah diatur dalam produk hukum sebelumnya yang sudah tidak berlaku lagi, terutama Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997.

Peraturan tentang penyimpanan BBM illegal yang terdapat dalam Pasal 53 UU RI Nomor. 22 Tahun 2001 Tentang Migas telah menjelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tindak pidana atau kejahatan yang berhubungan dengan penyimpanan BBM secara ilegal disertai dengan ancaman hukuman yang berat, yaitu hukuman penjara dan/atau denda puluhan miliar rupiah. Namun dalam kenyataannya masih terdapat penimbunan-penimbunan BBM secara ilegal di sejumlah tempat/daerah, dan berbagai kerugian yang ditimbulkan ketika tangki penyimpan BBM tanpa izin tersebut meledak dan merenggut korban jiwa.

Penanggulangan penimbunan BBM secara ilegal di Indonesia merupakan kebijakan serta langkah antisipatif dan represif. Penanggulangan peredaran penimbunan BBM secara ilegal di Indonesia merupakan masalah hukum dan penegakkan hukum serta merupakan masalah sosial, budaya, ekonomi yang berkaitan erat dengan masalah ketertiban umum sehingga kebijakan, langkah pencegahan dan langkah pemberantasannyapun ditujukan untuk memelihara keseimbangan dalam kewajiban melindungi masyarakat dan menjaga ketertiban umum Negara.

(7)

masyarakat, maka diperlukan peranan aparat penegak hukum khususnya Kepolisian dengan tugas dan fungsi yang bersifat preventif maupun represif.

Berdasarkan tugas Polri sebagai penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, maka terdapat hal yang menarik perhatian penulis, yaitu mengenai upaya polri dalam menanggulangi penimbunan BBM yang terjadi di Provinsi Lampung karena seharusnya Polri dapat melakukan upaya pencegahan penimbunan BBM, namun yang terjadi di Kabupaten Peswaran adalah justru Polri mengetahui adanya penimbunan BBM saat terjadi adanya kebakaran gudang penyimpanan BBM seperti yang telah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahuinya lebih lanjut dalam penulisan hukum yang berjudul “Upaya Polri Dalam Penanggulangan Penimbunan BBM Secara Ilegal Di Provinsi Lampung”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dapat ditentukan beberapa masalah sebagai berikut:

a) Bagaimanakah upaya Polri dalam penanggulangan penimbunan BBM secara ilegal di Provinsi Lampung?

b) Apakah faktor-faktor penghambat Polri dalam penanggulangan penimbunan BBM secara ilegal di Provinsi Lampung?

2. Ruang Lingkup

(8)

dalam menanggulangi penimbunan BBM serta faktor-faktor penghambat dalam penanggulangan penimbunan BBM secara ilegal diProvinsi Lampung.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat tujuan Penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui upaya Polri dalam penanggulangan penimbunan BBM secara ilegal di Provinsi Lampung.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat Polri dalam penanggulangan penimbunan BBM secara ilegal diProvinsi Lampung.

2. Kegunaan Penelitian 1) Kegunaan Teoritis

a. Kegunaan teoritis penelitian ini adalah sebagai dasar pemikiran dalam upaya pengembangan secara teoritis dalam bidang disiplin ilmu hukum khususnya hukum pidana mengenai penanggulangan penimbunan BBM secara ilegal.

b. Memberikan wawasan dan pengetahuan bagi penulis mengenai upaya Polri dalam penanggulangan penimbunan BBM secara ilegal.

(9)

a. Sebagai bahan masukan serta tambahan pengetahuan bagi para pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti, dan berguna bagi para pihak yang berminat pada masalah yang sama.

b. Sebagai bahan acuan dan sumber informasi bagi yang membutuhkan. c. Sebagai sumber atau literatur data di perpustakaan.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari hasil-hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi yang dianggap relevan oleh peneliti, (Soerjono Soekanto, 1985 : 123)

Penegakkan hukum pidana merupakan bagian dari kebijaksanaan penanggulangan kejahatan (politik kriminal), dengan tujuan akhir adalah perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan. Dengan demikian penegakkan hukum pidana yang merupakan bagian hukum pidana perlu ditanggulangi dengan penegakkan hukum pidana berupa penyempurnaan peraturan perundang-undangan dengan penerapan dan pelaksanaan hukum pidana dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam menanggulangi tindak pidana.

Menurut G. P. Hoefnagels (Barda Nawawi 1996 : 48), penanggulangan kejahatan ditetapkan dengan cara:

(10)

3. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa.

Menurut Kunarto yang dikutip oleh Sunarto (2007 : 94), Polri dapat melakukan penanggulangan kejahatan dengan cara mengadakan kegiatan operasi rutin dan operasi khusus, yaitu:

1. Upaya Pre-Emptif

Upaya yang dilakukan untuk menghilangkan penyebab kejahatan. Upaya ini dilakukan untuk menghilangkan factor penyebab yang menjadi pendorong terjadinya kejahatan tersebut.

2. Upaya Preventif

Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kejahatan. Upaya ini dilakukan untuk mencegah sebelum terjadinya kejahatan dengan mempersempit kesempatan.

3. Upaya Represif

Upaya penegakkan hukum yang dilakukan untuk memberantas kejahatan setelah kejahatan tersebut terjadi.

4. Operasi Khusus

Operasi khusus adalah operasi yang akan diterapkan khusus untuk menghadapi massa yang rawan yang diprediksi dalam kalender baru kerawanan kamtibnas berdasarkan pencatatan data tahun-tahun silam.

Menurut Soerjono Soekanto (1993 : 5) dalam buku nya berjudul sosiologi hukum dan masyarakat setidaknya terdapat 5 (lima) faktor yang menjadi penghambat dalam penegakkan hukum.

(11)

2. Petugas yang menegakkan hukum

3. Fasilitas yang mendukung pelaksanaan kaidah hokum

4. Masyarakat pada lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan 5. Budaya dalam lingkup peraturan tersebut

2. Konseptual

Kerangka konseptual ini menjelaskan tentang berbagai macam istilah yang akan dipergunakan dalam penelitian sebagai bahan informasi untuk mempermudah bagi pembaca dan berguna untuk memberikan batasan pada permasalahan yang akan dibahas pada penulisan ini. Istilah-istilah tersebut antara lain:

a. Upaya adalah usaha, ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar (Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1988).

b. Polri adalah singkatan dari polisi republik Indonesia, sedangkan pengertian polisi itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum (menangkap orang yang melanggar undang-undang). Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) adalah alat negara penegak hukum, pelayan, pengayom dan pelindung masyarakat dan institusi wakil masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas kepolisian (Reksodiputro, 1997 : 21).

c. Penanggulangan adalah suatu proses, perbuatan, atau suatu cara menanggulangi (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987 : 147).

(12)

Kata penimbunan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar timbun. Pengertian timbun adalah proses, cara, perbuatan menimbun; pengumpulan (barang-barang). Apabila melihat dari kata dasar tersebut maka kata penimbunan dapat diartikan sebagai kegiatan melakukan pengumpulan barang (Kamus Besar Bahasa Indonesia) .

e. BBM (bahan bakar minyak): adalah jenis bahan bakar (fuel) yang dihasilkan dari pengilangan (refining) minyak mentah (crude oil). (Hanan Nugroho, 2004 : 1)

f. Ilegal adalah tidak legal; tidak menurut hukum; tidak sah (Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1988).

g. UU Migas adalah UU Nomor 22 Tahun 2001 yang mengatur tentang pendistribusian BBM, tata kelolaenergy,dsb.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan penelitian hukum ini penulis akan mencoba memaparkan sistematika penulisannya terlebih dahulu sebagai berikut ini.

I. PENDAHULUAN

Pada Bab.1 diuraikan mengenai pendahuluan yang berisi penjelasan tentang latar belakang permasalahan yang ada, pokok pemasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka konseptual, dan sistimatika penulisan hukum yang digunakan untuk memberikan pemahaman terhadap isi penelitian ini secara garis besar.

II. TINJAUAN PUSTAKA

(13)

umum tentang Pengertian Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Subsidi BBM, pengertian Penimbunan BBM, dan tugas serta peranan Polri.

III. METODE PENELITIAN

Selanjutnya pada Bab.3 dibahas dalam setiap subbab mengenai jenis penelitian yang digunakan penulis, sumber data/ bahan hukum yang digunakan dalam penulisan ini, teknik pengumpulan data/bahan hukum yang digunakan penulis, dan teknik analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN

Selanjutnya pada Bab.4 dibahas upaya pihak Polri dalam menanggulangi penimbunan BBM baik sebelum terjadinya penimbunan BBM maupun setelah terjadinya penimbunan BBM.

V. PENUTUP

(14)
(15)

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tugas dan Kewenangan Polri

Menurut Undang-undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Peraturan Kepolisian adalah segala peraturan yang dikeluarkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dalam rangka memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Keamanan dalam negeri dirumuskan sebagai format Kepolisian Republik Indonesia dan secara konsisten dinyatakan dalam perincian tugas-tugas pokok polisi. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, berdasarkan hukum acara pidana dan dilihat dari sudut pemeriksaan yang dilakukan pertama kali, baik sebagai penyelidik dan penyidik jika dianggap adanya suatu dugaan bahwa hukum pidana materil telah di langgar.

Kepolisian Negaara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Pasal 13 UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:

(16)

b. menegakkan hukum; dan

c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Berdasarkan tugas pokok tersebut, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas : a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan a. masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;

c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

d. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;

e. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;

f. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;

g. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

h. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

i. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta

j. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan penyelenggaraan tugas seperti yang tertera dalam Pasal 13 dan 14, Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang:

a. menerima laporan dan/atau pengaduan;

b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum;

c. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;

d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;

e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian; f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka

(17)

g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang; i. mencari keterangan dan barang bukti;

j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;

k. mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;

l. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;

m. menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundangundangan lainnya berwenang :

a. memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya;

b. menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor; c. memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor;

d. menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;

e. memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam; f. memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang

jasa pengamanan;

g. memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian;

h. melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan internasional;

i. melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait;

j. mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional; k. melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian.

Berdasarkan Pasal 16 UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk :

a. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;

b. melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;

c. membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;

d. menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;

e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. mengadakan penghentian penyidikan;

(18)

i. mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;

j. memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

Tindakan tersebut adalah tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagai berikut :

a. tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;

b. selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan; c. harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;

d. pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan e. menghormati hak asasi manusia.

B. Kebijakan Dalam Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan

Penaggulangan kejahatan pada hakikatnya merupakan bagian dari integral perlindungan masyarakat. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tujuan akhir atau tujuan utama dari politik krimial adalah perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat (Barda Nawawi Arief, 1996 : 2).

Upaya penanggulangan kejahatan melalui pembuatan undang-undang (hukum) pidana pada hakikatnya merupakan bagian integral dari usaha perlindungan masyarakat (social welfare), maka wajar apabila kebijakan atau politik hukum pidana merupakan bagian integral dari kebijakan atau politik sosial (social policy). Kebijakan kriminal dalam pencegahan dan penanggulangan kejahatan merupakan salah satu kebijakan, selain kebijakan-kebijakan pembangunan lainnya (politik sosial).

(19)

Dengan demikian penegakkan hukum pidana yang merupakan bagian hukum pidana perlu di tanggulangi dengan penegakan hukum pidana berupa penyempurnaan peraturan perundang-undangan dengan penerapan dan pelaksanaan hukum pidana dan meningkatkan peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam menanggulangi tindak pidana.

Menurut Barda Nawawi (1996 : 4), upaya penanggulangan kejahatan perlu ditempuh dengan pendekatan kebijakan, dalam arti ada keterpaduan antara politik criminal dan politik sosial; ada keterpaduan (integral) antara upaya penagguangan kejahatan dengan penal dan non penal. Kebijakan sosial dapat diartikan sebagai segala usaha yang rasional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dan sekaligus mencakup perlindungan masyarakat. Dengan demikian, di dalam pengertian “social policy” sekaligus tercakup di dalamnya “social welfare policy” dan

social defence policy”.

Penegasan perlunya upaya penanggulangan kejahatan diintegrasikan dengan keseluruhan kebijakan sosial dan perencanaan pembangunan (nasional), antara lain dikemukakan oleh Sudarto (1983 : 20) :

“Apabila hukum pidana hendak dilibatkan dalam usaha mengatasi segi-segi negative dari perkembangan masyarakat dan modernisasi maka hendaknya dilihat dalam bagian keseluruhan politik kriminal atau social defence planning, dan ini pun harus merupakan bagian integral dari rencana pembangunan nasional.”

Menurut Muladi (1989 : 2), hukum pidana dan pidana masih tetap diperlukan sebagai sarana penanggulangan kejahatan, karena di dalamnya tidak saja terkandung aspek rehabilitas dan koreksi, tetapi juga aspek pengamanan masyarakat terhadap pelaku tindak pidana yang berat.

(20)

1. Penerapan hukum pidana (Crimminal Law Application).

2. Pencegahan tanpa pidana (Prevention Without Punishment)

3. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media masa.

Pada butir (1) diatas menitik beratkan pada upaya yang bersifat Represif (penindakan/pemberantasan) yaitu upaya yang dilakukan sesudah kejahatan terjadi, upaya ini termasuk dalam sarana penal. Sedangkan pada butir (2 dan 3) menitik beratkan pada upaya bersifat preventif (pencegahan/penangkalan) yaitu upaya yang dilakukan sebelum kejahatan terjadi, upaya ini dikelompokkan dalam sarana non-penal.

Upaya penanggulangan kriminalitas merupakan upaya untuk dapat menemukan sifat-sifat, bentuk-bentuk, serta perkembangan perilaku manusia dalam hubungannya dengan kriminalitas. Kejahatan dapat dikatakan sebagai suatu perilaku manusia yang menyimpang, bertentangan dengan hukum dan merugikan masyarakat. Untuk itulah maka perilaku aparat penegak hukum, masyarakat dan para ilmuwan, terutama ahli dalam kriminologi, kemudian berkehendak untuk menanggulanginya.

Upaya penanggulangan kejahatan, tidak hanya dengan melaksanakan penegakan hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan dengan mengajukan pelaku kejahatan ke pengadilan, melainkan melakukan pula upaya, yaitu memepergunakan konsep Polri dalam menanggulangi dan mengidentifikasiakan faktor-faktor stimulan timbulnya gangguan kamtibnas sebagaimana kejahtan yang terjadi pada umumnya.

(21)

1. Pengertian BBM

Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus– karang danoleum– minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area dikerak bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya. (diakses melaui Wikipedia pada 29 Juni 2011)

Komponen kimia dari minyak bumi dipisahkan oleh proses distilasi, yang kemudian, setelah diolah lagi, menjadi minyak tanah, bensin, lilin, aspal, dll. Minyak bumi terdiri dari hidrokarbon, senyawaan hidrogen dan karbon. Empat alkana teringan- CH4(metana), C2H6(etana),

C3H8(propana), dan C4H10(butana) semuanya adalah gas yang mendidih pada 161.6 °C,

-88.6 °C, -42 °C, dan -0.5 °C, berturut-turut (-258.9°, -127.5°, -43.6°, dan +31.1° F).

Rantai dalam wilayah C5-7semuanya ringan, dan mudah menguap, nafta jernih. Senyawaan

tersebut digunakan sebagai pelarut, cairan pencuci kering (dry clean), dan produk cepat-kering lainnya. Rantai dari C6H14sampai C12H26dicampur bersama dan digunakan untuk bensin.

Minyak tanah terbuat dari rantai di wilayah C10 Minyak pelumas dan gemuk setengah-padat

(termasuk Vaseline®) berada di antara C16sampai ke C20. Rantai di atas C20berwujud padat,

dimulai dari "lilin, kemudian tar, dan bitumen aspal.

Titik pendidihan dalam tekanan atmosfer fraksi distilasi dalam derajat Celcius: a. minyak eter: 40 - 70 °C (digunakan sebagai pelarut)

(22)

d. minyak tanah ringan: 120 - 150 °C (pelarut dan bahan bakar untuk rumah tangga) e. kerosene: 150 - 250 °C (bahan bakar mesin jet)

f. minyak gas: 250 - 350 °C (minyak diesel/pemanas) g. minyak pelumas: > 300 °C (minyak mesin)

h. sisanya: tar, aspal, bahan bakar residu

Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa minyak adalah zat abiotik, yang berarti zat ini tidak berasal dari fosil tetapi berasal dari zat anorganik yang dihasilkan secara alami dalam perut bumi. Namun, pandangan ini diragukan dalam lingkungan ilmiah.

Minyak bumi di Indonesia yang diolah banyak menggunakan sebagai Bahan bakar minyak atau BBM, yang merupakan salah satu jenis bahan bakar yang digunakan secara luas di era industrialisasi.

Ada beberapa jenis BBM yang dikenal di Indonesia, di antaranya adalah: a. Minyak tanah rumah tangga

(23)

pembangunan infrastruktur. Di sisi lain, kenaikan tersebut sering memicu terjadinya kenaikan pada harga barang-barang lainnya seperti barang konsumen, sembako dan bisa juga tarif listrik sehingga selalu ditentang masyarakat.

BBM (bahan bakar minyak): adalah jenis bahan bakar (fuel) yang dihasilkan dari pengilangan (refining) minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dari perut bumi diolah dalam pengilangan (refinery) terlebih dulu untuk menghasilkan produk-produk minyak (oil products), yang termasuk di dalamnya adalah BBM. Selain menghasilkan BBM, pengilangan minyak mentah menghasilkan berbagai produk lain terdiri dari gas, hingga ke produk-produk seperti naphta, light sulfur wax residue (LSWR) dan aspal.

BBM seperti didefinisikan oleh pemerintah Indonesia untuk keperluan pengaturan harga dan subsidi sekarang meliputi:

a. bensin (premium gasoline)

b. solar (IDO & ADO:industrial diesel oil & automotive diesel oil) c. minyak bakar (FO:fuel oil)

d. minyak tanah (kerosene). (Hanan Nugroho, 2004 : 2)

Definisi ini merupakan perkembangan dari periode sebelumnya yang masih mencantumkan avgas (aviation gasoline) dan avtur (aviation turbo gasoline), yaitu jenis-jenis bahan bakar yang dipergunakan untuk mesin pesawat terbang, dalam kategori sebagai BBM.

2. Subsidi BBM

(24)

diperoleh PERTAMINA dari tugas menyediakan BBM di Tanah Air adalah lebih rendah dibandingkan biaya yang dikeluarkannya untuk menyediakan BBM tersebut”. Dalam hal ia bernilai positif, seperti dulu sering dialami, angka itu disebut Laba Bersih Minyak.

Definisi mengenai subsidi BBM yang dikembangkan oleh pemerintah tersebut telah diturunkan ke dalam perhitungan akuntansi yang angka-angkanya kemudian menjadi dasar bagi program pemerintah untuk menghapuskan subsidi BBM, termasuk perancangan program-program pengurangan dampak kenaikan harga BBM. Harga BBM di Indonesia adalah harga yang diatur oleh pemerintah dan berlaku sama di seluruh wilayah Indonesia. Pada dasarnya, pemerintah bersama DPR menetapkan harga BBM setelah memperhatikan biaya-biaya pokok penyediaan BBM yang diberikan PERTAMINA serta tingkat kemampuan (willingness to pay) masyarakat. Belakangan, dalam upaya menyesuaikan harga BBM di dalam negeri dengan perkembangan harga BBM internasional, dikeluarkan Keputusan Presiden yang memungkinkan PERTAMINA untuk secara berkala menyesuaikan harga BBM sesuai perkembangan MOPS (Middle Oil Platts, Singapore). Namun, mekanisme penyesuaian harga otomatis tersebut tidak terus dapat

dipertahankan.

Subsidi BBM diberikan oleh pemerintah kepada PERTAMINA sebagai konsekuensi dari penetapan harga BBM yang dilakukan oleh pemerintah. Pekerjaan PERTAMINA “melaksanakan

tugas penyediaan dan pelayanan Bahan Bakar Minyak untuk keperluan dalam negeri” diperintahkan oleh Undang-Undang No. 8 Tahun 1971 tentang Pertamina sebagai tugas pelayanan masyarakat (public service obligation).

(25)

(bulan November) 2005, namun bagaimana menggantikan peran Pertamina dalam hal ini nampaknya belum disiapkan dengan baik (Hanan Nugroho, 2004).

Pada angka-angka APBN, terdapat butir mengenai “subsidi BBM” dan “pendapatan minyak” (bagian dari pendapatan migas). Dalam naskah APBN versi yang lalu (menggunakan t-account) APBN, subsidi BBM terletak pada sisi kanan t-account, dalam kelompok pengeluaran mengenai subsidi. Pada sisi kiri t-account yang sama, terdapat butir mengenai pendapatan minyak. Penting diperhatikan bahwa dalam terminologi mengenai subsidi BBM yang dikembangkan pemerintah, tidak terdapat kaitan langsung antara butir subsidi BBM dengan pendapatan minyak, yang angka-angkanya ditampakkan dalam naskah APBN tersebut. (Hanan Nugroho, 2004 : 2)

Subsidi BBM adalah aliran dana dari Pemerintah ke PERTAMINA. Pendapatan minyak, di sisi lain, adalah aliran dana dari penjualan minyak mentah (crude oil) milik Pemerintah, yang diterimakan ke rekening Departemen Keuangan (UU Minyak dan Gas Bumi 22/2001 ) Kedua hal tersebut, adalah dua jenis bisnis yang terpisah, meskipun sebagian besar kegiatannya, yaitu penjualan minyak mentah dan penyediaan BBM dilakukan oleh PERTAMINA (sebelum berlakunya UU Minyak dan Gas Bumi 22/2001).

D. Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) Ilegal

Penimbunan BBM dalam UU RI Nomor. 22 Tahun 2001 Tentang Migas diartikan sebagai bentuk penyimpanan yang memiliki pengertian sebagai kegiatan penerimaan, pengumpulan, penampungan, dan pengeluaran Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi. Dalam UU ini pula terdapat 2 kegiatan usaha dalam pengolahan Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi yang diperbolehkan pemerintah, antara lain yaitu:

(26)

Kegiatan Usaha Hulu dilaksanakan oleh Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap berdasarkan Kontrak Kerja Sama dengan Badan Pelaksana. Setiap Kontrak Kerja Sama yang sudah ditandatangani harus diberitahukan secara tertulis kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Kontrak Kerja Sama tersebut wajib memuat paling sedikit ketentuan-ketentuan pokok yaitu :

(1) penerimaan negara;

(2) Wilayah Kerja dan pengembaliannya; (3) kewajiban pengeluaran dana

(4) perpindahan kepemilikan hasil produksi atas Minyak dan Gas Bumi; (5) jangka waktu dan kondisi perpanjangan kontrak;

(6) penyelesaian perselisihan;

(7) kewajiban pemasokan Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi untuk kebutuhan dalam negeri;

(15) pengutamaan pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri;

(16) pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat (17) pengutamaan penggunaan tenaga kerja Indonesia.

Kegiatan Usaha Hulu yang mencakup : a. Eksplorasi

Eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan Minyak dan Gas Bumi di Wilayah Kerja yang ditentukan.

b. Eksploitasi

(27)

pembangunan sarana pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian Minyak dan Gas Bumi di lapangan serta kegiatan lain yang mendukungnya.

2) Kegiatan Usaha Hilir

Kegiatan Usaha Hilir yang mencakup : a. Pengolahan

Pengolahan adalah kegiatan memurnikan, memperoleh bagian-bagian, mempertinggi mutu, dan mempertinggi nilai tambah Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi, tetapi tidak termasuk pengolahan lapangan.

b. Pengangkutan

Pengangkutan adalah kegiatan pemindahan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan/atau hasil olahannya dari Wilayah Kerja atau dari tempat penampungan dan Pengolahan, termasuk pengangkutan Gas Bumi melalui pipa transmisi dan distribusi.

c. Penyimpanan

Penyimpanan adalah kegiatan penerimaan, pengumpulan, penampungan, dan pengeluaran Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi.

d. Niaga

Niaga adalah kegiatan pembelian, penjualan, ekspor, impor Minyak Bumi dan/atau hasil olahannya, termasuk Niaga Gas Bumi melalui pipa.

Peraturan pemidanaan yang berhubungan dengan kegiatan tersebut diatas adalah berdasarkan Pasal 53 UU RI Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Migas disebutkan bahwa:

“Setiap orang yang melakukan :

(28)

b. Pengangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha Pengangkutan dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling tinggi Rp40.000.000.000,00 (empat puluh miliar rupiah);

c. Penyimpanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha Penyimpanan dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling tinggi Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah);

d. Niaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 tanpa Izin Usaha Niaga dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling tinggi Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah).”

E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

Keberhasilan penegakan hukum pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, dimana faktor-faktor ini mempunyai hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Menurut Soerjono Soekanto , faktor-faktor tersebut adalah (Soerjono Soekanto, 1993:5):

a) Faktor hukumnya sendiri;

b) Faktor penegak hukum, yang meliputi aparat ataupun lembaga yang membentuk dan menerapkan hukum;

c) Faktor sarana pendukung penegakan hukum; d) Faktor Masyarakat;

e) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang didasarkan pada manusia dan pergaulan hidup.

(29)

bersifat represif dilakukan dalam hal perbuatan yang melanggar peraturan dan bertujuan untuk mengakhiri secara langsung perbuatan terlarang.

Meningkatkan faktor-faktor pendukung efektivitas penegakan hukum tersebut, maka akan dapat diciptakan suasana yang kondusif bagi penegakan hukum. Menurut Harun M Husein (1993 : 223), penciptaan faktor yang kondusif bagi penegakan hukum tersebut dapat dilakukandengan berbagai cara, antara lain yaitu dengan:

a) deregulasi hukum lingkungan;

b) pembinaan kesamaan persepsi antar penegak hukum; c) melengkapi sarana dan fasilitas; dan

d) pembinaan kesadaran hukum masyarakat.

Menurut Michael Hegar, fungsi hukum sebagai sarana pembangunan berlaku dalam tiga sektor, yaitu (Ronny Hanitijo Soemitro, 1979 : 36) :

a) Hukum sebagai alat penertib (ordening);

b) Hukum sebagai alat penjaga keseimbangan (balancing); dan c) Hukum sebagai katalisator.

(30)
(31)

I. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku, bahan-bahan bacaan literature peraturan perundang-undangan yang menunjang dan sebagai penelaahan hukum terhadap kaidah yang dianggap sesuai dengan penelitian hukum tertulis. Penelitian normative dilakukan terhadap hal-hal bersifat teoritis peraturan hukum, dasar hukum dan konsep-konsep hukum.

Pendekatan yuridis empiris menurut Ronny Hanitijo Soemitro (1983 : 48), yuridis empiris adalah mengidentifikasikan dan mengkonsepsikan hukum sebagai institusi sosial yang riil dan fungsional dalam sistem kehidupan yang mempola.

J. Supranto (1983 : 48) mengatakan bahwa penelitian yuridis empiris adalah penelitian yang condong bersifat kuantitatif, berdasarkan data primer. Data primer yang diperoleh secara langsung dari objeknya.

B. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer.

1. Data sekunder

(32)

yaitu dengan mempelajari peraturan-peraturan, dokumen-dokumen maupun buku-buku yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti, dan doktrin atau pendapat para sarjana. Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum tersier.

a) Bahan hukum primer antara lain yaitu: 1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;

2) UU RI Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Migas;

3) UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia. b) Bahan hukum tersier terdiri dari:

1) Referensi, yaitu buku-buku perpustakaan yang berkaitan dengan upaya Polri dalam menanggulangi penimbunan BBM

2) Tulisan atau artikel yang berkaitan dengan judul skripsi. c) Bahan hukum sekunder:

Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan bahan hukum primer dalam

hal ini teori-teori yang dikemukakan para ahli dan peraturan-peraturan pelaksana dari

Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang usaha hilir minyak dan gas bumi dan

perubahannya Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2005.

2. Data Primer

(33)

C. Penentuan Populasi dan Sample

Populasi adalah keseluruhan dari objek pengamatan atau objek penelitian (Burhan Ashofa, 1996 : 79). Dalam hubungannya dengan penelitian ini, maka dalam populasi yang diambil adalah Aparat Penegak Hukum, Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung, dan Manager Oprasional SPBU Lampung.

Berdasarkan populasi tersebut ditentukan sample yang akan diteliti dengan menggunakan purposive sampling, yaitu sampel yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan dianggap telah mewakili terhadap permasalahan yang hendak digambarkan dan dicapai. Responden yang akan dijadikan sampel berjumlah 6 (enam) orang dengan rincian sebagai berikut:

1. Ditreskrim Polda Lampung 2 orang 2. Manager Oprasional SPBU Labuhan Ratu

dan Kalianda 2 orang

3. Dosen Bagian Hukum Pidana FH Unila 2 orang + 6 orang

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan data

Untuk melengkapi data guna pengujian hasil penelitian ini digunakan prosedur pengumpulan data yang terdiri dari :

(34)

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengadakan studi kepustakaan. Studi kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh arah pemikiran dan tujuan penelitian yang dilakukan dengan cara membaca, mengutip, dan menelaah literatur yang menunjang peraturan perundang-undangan serta bahan bacaan ilmiah lainnya baik dengan cara langsung menelaah buku-buku atau media cetak yang digunakan sebagai literatur baik dengan mencari berita yang berkaitan dengan penimbunan BBM di media elektronik. yang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.

b. Data Primer

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara memberikan kuisioner kepada 2 anggota Polri yang ada di Polda Lampung terkait dengan upaya yang dilkukan pihak Polri dalam menanggulangi penimbunan BBM.

2. Prosedur Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul melalui kegiatan pengumpulan data belum memberikan arti apa-apa bagi tujuan penelitian. Penelitian belum dapat ditarik kesimpulan bagi tujuan penelitiannya sebab data itu masih merupakan bahan mentah, sehingga diperlukan usaha untuk mengolahnya. Proses yang dilakukan adalah dengan memeriksa, meneliti data yang diperoleh untuk menjamin apakah data dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan kenyataan. Setelah data diolah dan dirasa cukup maka selanjutnya disajikan dalam bentuk uraian-uraian kalimat yang sistematis.

E. Analisa Data

(35)

Analisis data dilakukan secara komprehensif dan lengkap. Komprehensif artinya analisis data secara mendalam dari berbagai aspek sesuai dengan lingkup penelitian. Lengkap artinya tidak ada bagian yang terlupakan, semua sudah termasuk dalam analisis (Abdul Kadir Muhammad, 2004 : 172).

(36)

35

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Upaya Polri dalam menanggulangi penimbunan BBM secara illegal di Provinsi Lampung, yang meliputi:

a. Upaya Pre_emptif

Upaya penanggulangan penimbunan BBM secara ilegal harus dilakukan dengan memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat dan instansi-instansi terkait peraturan perundang-undangan tentang MIGAS di Provinsi Lampung.

b. Upaya Preventif

Mengenai Upaya preventif dengan melakukan pengawasan pada tempat-tempat SPBU seperti patrol untuk mencegah terjadinya kecurangan dari berbagai pihak, dan kerjasama antara pihak PERTAMINA dan Kepolisian dalam hal pengawasan.

c. Upaya Represif

Berkaitan dengan upaya polri dalam penanggulangan penimbunan BBM secara represif yaitu menindak pelaku dengan melakukan penyidikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dalam penegakan hukum.

(37)

36

2. Faktor-faktor yang dapat menghambat upaya Polri dalam penaggulangan penimbunan BBM secara illegal antara lain adalah jumlah aparat kepolisian yang terbatas tidak sesuai dengan luasnya wilayah Lampung, sarana dan prasarana pendukung untuk pelaksanaan penanggulangan penimbunan BBM secara ilegal tersebut membatasi upaya penanggulangan yang seharusnya bisa dilaksanakan dengan maksimal, serta berkembangnya budaya yang tidak diikuti dengan pengendalian diri yang baik sehingga terjadi pergeseran nilai-nilai budaya asli yang mengakibatkan ketidak patuhan terhadap hukum yang berlaku yaitu oknum dalam isntansi Pertamina dan pegawai SPBU yang tidak mendukung kerjasama antara Pertamina dan Kepolisian.

A. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya Polri dalam penanggulangan penimbunan BBM secara illegal di provinsi Lampung, maka didapat beberapa saran sebagai berikut :

1. Perlu adanya upaya tambahan di dalam peningkatan pengawasan pengiriman BBM untuk dapat mengawasi secara langsung penyaluran dan pengiriman BBM dari Pertamina ke SPBU yang dituju. Maka perlu adanya pengawalan langsung dari aparat Polri dalam pengiriman BBM dari depot PERTAMINA pelabuhan panjang menuju SPBU-SPBU yang dituju sesuai data alokasi. 2. Terhadap faktor jumlah aparat Polri yang tidak seimbang dengan wilayah

(38)

37

(39)

UPAYA POLRI DALAM PENANGGULANGAN PENIMBUNAN BBM SECARA ILEGAL DI PROVINSI LAMPUNG

(Studi Di Polda Lampung) (Skripsi)

Wirda Apriliani

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(40)

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 7

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tugas dan Kewenangan Polri... 14

B. Kebijakan Dalam Pencegahan Penanggulangan Kejahatan . 16 C. Pengertian BBM dan Subsidi BBM ... 19

D. Penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) Ilegal ... 24

E. Faktor-faktor YangMempengaruhi Penegakan Hukum….. 27

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah ... 30

B. Sumber dan Jenis Data ... 30

C. Penentuan Populasi dan Sampel... 32

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data... 33

E. Analisisa Data... 34

(41)

Secara Ilegal di Provinsi Lampung ... 37 C. Faktor Penghambat Polri Dalam Penanggulangan

Penimbunan BBM Secara Ilegal di Provinsi Lampung ... 48

V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 58 B. Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Barda Nawawi. 1996. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Ashofa, Burhan. 1996.Metodologi Penelitian Hukum. Rineka Cipta, Bandung. Detik.comdiakses pada 20 Juni 2011.

Husein, Harun M. 1993. Lingkungan Hidup, Masalah, Pengelolaan, dan Penegakan Hukumnya. Bumi Aksara, Jakarta.

Ibrahim, Johnny. 2007. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Bayu Media, Malang.

Indarti , Erlyn. 2000.Diskresi Polisi. Lembaga Penerbit Undip, Semarang.

Muhammad , Abdul Kadir. 2005. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Nugroho, Hanan. 2004. Pengembangan industri hilir gas bumi Indonesia: tantangan dan gagasan.Perencanaan Pembangunan. Jakarta.

Reksodiputro, Mardjono . 1997 . Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana. Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum UI, Jakarta.

Sunarto. 2007. Kebijakan Penanggulangan Penyerobotan Tanah. Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Sudarto. 1983. Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat. Sinar Baru, Bandung

Soekanto, Soerjono, dan Sri Pamuji. 1985. Penelitian Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Rajawali, Jakarta.

Soemitro , Ronny Hanitijo. 1983. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Ghalia Indonesia, Jakarta.

(43)

Undang - Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

(44)

UPAYA POLRI DALAM PENANGGULANGANPENIMBUNAN

BBM SECARA ILEGAL DI PROVINSI LAMPUNG

(STUDI DI POLDA LAMPUNG)

Oleh:

WIRDA APRILIANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(45)

Judul Skripsi :Upaya Polri Dalam Penanggulangan Penimbunan BBM Secara Ilegal Di Provinsi Lampung

(Studi Di Polda Lampung) Nama Mahasiswa :

Wirda Apriliani

No. Pokok Mahasiswa : 0852011231 Bagian : Hukum Pidana

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Gunawan Jatmiko, SH., M.H. Maya Shafira, S.H.,M.H. NIP 1960040619 8903 1 003 NIP 19770601 200501 2 002

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

(46)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Gunawan Jatmiko, SH., M.H. ………

Sekretaris/Anggota :Maya Shafira, S.H.,M.H. ………

Penguji Utama :Tri Andrisman, S.H.,M.H. ………

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H.,M.S. NIP 19621109 198703 1 003

(47)

RIWAYAT HIDUP

(48)

MOTTO

Selesai Karena Diperjuangkan, Tidak Dengan Menyerah (Silca Ariani Jasib Bustam)

(49)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan kepada :

Kedua orangtuaku tercinta Bapak Edison dan Ibu Evayeni, sebagai wujud bakti pengabdian dan tanda kasih sebagai anak yang paling bahagia di dunia.

Kakak perempuanku tercinta Liza Herawati dan Riri Anggraini dan Kakak lelakiku Doni Fransisco serta adik tercinta Wanda Riyadi dan Ramadhani.

Seluruh keluarga besar Hasan Hasin, yang telah membuatku semakin termotivasi menjadi lebih baik dan benar.

(50)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Alhamdulillah, Allah telah memberikan segala kesempurnaan, kebahagiaan, kemudahan, dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Polri Dalam Penanggulangan Penimbunan BBM Secara Ilegal di Provinsi Lampung”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada :

1. Terkhusus rasa cinta yang setulusnya kepada kedua orangtuaku Bapak dan Ibu, terima kasih telah melahirkan, membesarkan, menjaga, mendidik, membimbing serta memberikan fasilitas hidup yang sangat baik. Kepada Kakak perempuanku Liza Herawati dan Riri Anggraini serta Kakak lelakiku Doni Fransisco dan adik lelakiku Wanda Riyadi dan Ramadhani terima kasih kalian telah melengkapi kehidupanku.

(51)

3. Bapak Hi. Armen Yasir, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Lampung.

4. Ibu Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Universitas Lampung.

5. Bapak Tri Andrisman, S.H., M.H., selaku Sekretaris Bagian Hukum Pidana Universitas Lampung.

6. Bapak Gunawan Jatmiko, S.H.,M.H., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah sangat membantu dengan meluangkan waktu ditengah-tengah kesibukannya dalam memberikan masukan, pengarahan, ide perbaikan judul, langkah-langkah penulisan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Maya Shafira, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing II, yang telah sangat membantu dalam memberikan bimbingan dan semangat disela-sela kesibukannya.

8. Bapak Tri Andrisman, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas I, yang telah bersedia menjadi pembahas dengan memberikan kritik dan saran yang sangat baik terhadap penulisan skripsi, sehingga saya dapat memperbaiki dan menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Bapak Ahmad Irzal F, S.H.,M.H., selaku Dosen Pembahas II, yang telah memberikan kritik dan saran terhadap penulisan skripsi, terima kasih atas kesediaannya yang selalu hadir pada seminar I dan II, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(52)

11. Bapak Muhtadi, S.H., M.H., yang telah mengajar mata kuliah Filsafat Hukum diakhir tahun perkuliahan. Terima kasih telah memberikan cerita pengalaman hidupnya disela-sela pemaparan materi kuliah, sehingga saya menjadi lebih bersemangat dan termotivasi untuk menguatkan prinsip saya dalam mengejar tujuan hidup.

12. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung. 13. Seluruh Civitas Akademik Fakultas Hukum Universitas Lampung.

14. Drs. Bahagia Dachi,S.H, selaku Ajun Komisaris Besar Polisi (WADIR RESKRIMSUS) dan M.Endro,SIK.,S.H., Ajun Komisaris Besar Polisi (Kasubdid IV/TIPIDTER DITRESKRIMSUS) Lampung , terima kasih telah meluangkan waktu dan bersedia menjadi responden untuk memberikan informasi terkait permasalahan pada skripsi ini.

15. Bapak Nurdin, S.E., selaku Manager SPBU Labuhan Ratu dan Bapak M.Rifki Aprial,S.,E., selaku Manager SPBU Kalianda Lampung, terima kasih telah memberikan data-data seputar BBM.

16. Bapak Eddy Rifai, S.H.,M.H., selaku Dosen Fakultas Hukum dan Ibu Diah Gustiniati,S.H.,M.H.,selaku Dosen Fakultas Hukum,terima kasih telah bersedia menjadi responden dan memberikan jawaban atas permasalahan dalam skripsi ini.

(53)

18. Seluruh keluarga besar Hasan Hasin yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala doa dan dukungannya.

19. Seven 7 icons ala-ala,Silca,Cici,Selvi,Alana,Dini,Dona : Terima kasih selama perkuliahan kalian selalu menemani hari-hariku sedih senang selalu bersama,sayang kalian semua.

20. Teman-teman seperjuangan skripsi dan EPT : “Cino” Sandi Saputra, Habi, Geg, Ria, Reza, Tria, Fani, Cici minul, Burman, dan teman-teman 7 icons. 21. Teman-teman seperjuangan ujian kompre gelombang I, Septiana Sari,Vera

Febriana,M Taufik Abdaha,Agusman Ibrahim,Ade Saputra,Intan Komalad,Made Pujana,Doni Henryjaya,Ghea Risalia.

22. Kepala Desa Bernung beserta Ibu dan seluruh warga Bernung, Camat Gedong Tatan, serta teman-teman satu tim seperjuangan KKN : Rara Sakaningtyas,Nica Ayu,Nindy Dalemunthe,Yuni,Yuliana,Rara oneng,Yudi Kurniawan,Tama,terima kasih telah membuat hari-hari selama KKN menjadi menggembirakan dan sangat dirindukan, kangen banget masa-masa KKN 23 Seluruh guru dan teman pada SDN 2 PELITA Bandar Lampung, SMP

UTAMA 3 Tanjung Karang Bandar Lampung, SMA YP UNILA Bandar Lampung (tanpa jasa para guru dan kebersamaan bersama teman-teman dalam menjalani kehidupan pada masa-masa itu, saya tidak mungkin mencapai keberhasilan ini.)

(54)

Semoga Allah SWT membalas segala bentuk kebaikan kalian dengan kebaikan yang lebih besar. Amin.

Bandar Lampung, APRIL 2012 Penulis

Referensi

Dokumen terkait

Benda langit yang berukuran kecil dan beredar mengelilingi matahari dalam lintasan yang tidak tetap adalah.. Bumi merupakan planet yang dapat didiami oleh makhluk

Berdasarkan paparan data tentang problematika implementasi kurikulum 2013 di MTs Kota Prabumulih di atas, berdasarkan analisis peneliti, problematika di

Terdapat persamaan antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu: variabel independen yang digunakan yaitu kebijakan utang dan profitabilitas yang menjelaskan

Berdasarkan hasil survey pendahuluan menunjukkan bahwa asuhan pelayanan nifas yang dilakukan oleh bidan pelaksana di wilayah Dinas Kesehatan Kota Semarang

Merek terkenal adalah merek dagang yang secara umum telah dikenal dan dipakai pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau badan, baik di wilayah Indonesia

Purpose: This research aimed to evaluate the collaborative learning outcomes of the application of Kirkpatrick method for peer educators on sexual education in

Pada saat menyusun rencana pengajuan masalah, subjek melibatkan aktivitas metakognitif dalam merencana- kan pada saat memikirkan bentuk bangun ruang , ukuran bangun

Thermometer Digital Berbantu Komputer adalah modul target yang terdiri dari bagian sensor yang berupa komponen analog yang dapat mengukur suhu, yang kemudian akan ditampilkan