• Tidak ada hasil yang ditemukan

Presentasi Diri Terapis Wanita di Panti Pijat Kota Bandung (Studi Dramaturgi Mengenai Presentasi Diri Terapis Wanita di Panti Pijat Kota Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Presentasi Diri Terapis Wanita di Panti Pijat Kota Bandung (Studi Dramaturgi Mengenai Presentasi Diri Terapis Wanita di Panti Pijat Kota Bandung)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

Panti Pijat Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Gelar Sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Konsentrasi Humas

Oleh,

Gilang Rahadi Adiwijaya NIM : 41810009

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)

202 A. IDENTITAS DIRI

Nama : Gilang Rahadi Adiwijaya

Tempat, Tanggal Lahir : Ciamis, 27 November 1991 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum

Alamat Rumah : Jl. Tubagus Ismail Dalam No.43 B

Kelurahan Sekeloa, Kecamatan Coblong, Bandung Jawa Barat (40132)

Hobi : Traveling, Bermain Musik, Olahraga, Fotografi

Handphone : 083824109966

(3)

203

1 1998 - 2004 SD Negeri 1 Kawalimukti Lulus

2 2004 - 2007 SMP Negeri 1 Lumbung Lulus

3 2007 - 2010 SMA Negeri 1 Ciamis Lulus

4 2010 - Sekarang Universitas Komputer Indonesia

C. PENDIDIKAN NONFORMAL

NO TAHUN URAIAN KET

1 2008 - 2010 Bimbingan Belajar Ganesha Operation Bersertifikat

2 2013 AECS English Course Bersertifikat

D. PENGALAMAN ORGANISASI

NO TAHUN URAIAN KETERANGAN

1 2005 - 2006 Ketua Pramuka SMPN 1 Lumbung Cakupan : Sekolah

2 2011 – 2012 Koordinator Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unikom

Cakupan : Program Studi

3 2011 - 2012 Ketua Keluarga Mahasiswa Ciamis Galuh Taruna Bandung, Komisariat

(4)

204

Taruna Bandung Bandung

E. PELATIHAN/SEMINAR/WORKSHOP

NO TAHUN URAIAN KETERANGAN

1 Maret, 2010 Pelatihan Table Manner Peserta/ Bersertifikat

2 Juni, 2010 Workshop MC & Radio Announcher

Peserta/ Bersertifikat

3 Desember, 2010 Workshop Presenter TV One Peserta/ Bersertifikat

4 Desember, 2011 Kajian Spiritual Agama Islam Peserta/ Bersertifikat

5 Januari, 2012 Pelatihan Leadership HIMA IK Unikom

Ketua Pelaksana/ Bersertifikat

6 Januari, 2012 Seminar “How to be a writer” Panitia/ Bersertifikat

7 Januari, 2012 Commcup 4 Ilmu Komunikasi Panitia/ Bersertifikat

8 Juni, 2012 Open House Kampoeng Budaya Ilmu Komunikasi Unikom

Panitia/ Bersertifikat

9 Agustus, 2012 Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru Unikom Bandung

(5)

205

Bersertifikat

12 Oktober, 2012 Workshop Sinematografi Panitia/ Bersertifikat

13 Desember, 2012 Sosialisasi Pilkada Jawa Barat Tahun 2013

Panitia/ Bersertifikat

14 Desember, 2012 Workshop Great Managing Event Peserta/ Bersertifikat

15 Desember, 2012 Workshop Master Of Ceremony Peserta/ Bersertifikat

16 Januari, 2014 Kuliah Umum Mengenai “Entrepreneurship Muda”

Peserta/ Bersertifikat

F. KEAHLIAN

1. Microsof Office (Word, Excel, Power Point) 2. Fotografi & Videografi

3. Photoshop & Desain 4. Master Of Ceremony

(6)

206 1 Juli – Agustus

2013

Admin Sales & Marketing Departmen Golden Flower Hotel

Bandung

Praktek Kerja Lapangan

H. PRESTASI

NO TAHUN URAIAN KETERANGAN

1 1998 - 2004 Juara Kelas 6 Tahun Berturut-turut di SDN 1 Kawalimukti

Tingkat Sekolah Dasar

2 2004-2007 3 Tahun Berturut-turut menjadi Paskibraka 17 Agustus

Tingkat Kecamatan

3 2006 Juara 2 Lomba Gerak Jalan dalam Hari Pramuka

Tingkat Kecamatan

4 2007 Lulusan Dengan Nilai Tertinggi di

SMPN 1 Lumbung Tingkat SMP

5 2009 Penyajian Materi Terbaik dalam

Pentas Seni SMAN 1 Ciamis Tingkat SMA

6 2012 Juara 1 Lomba Mahasiswa

Berprestasi

Tingkat FISIP Unikom

7 2012 Juara 2 Lomba Mahasiswa

Berprestasi

(7)

207

Bandung, Juli 2014 Peneliti

(8)

x

LEMBAR PENGESAHAN ……… i

LEMBAR PERNYATAAN ……….. ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ……….. iii

ABSTRAK ………. iv

ABSTRACT ………... v

KATA PENGANTAR……… vi

DAFTAR ISI ………... x

DAFTAR TABEL………….. xiv

DAFTAR GAMBAR ………. xv

DAFTAR LAMPIRAN ………. xvii

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2 Rumusan Masalah ……… 11

1.1.1 Pertanyaan Makro ………... 11

1.1.2 Pertanyaan Mikro ……… 11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ………... 11

1.3.1 Maksud Penelitian …...……… 11

1.3.2 Tujuan Penelitian ………. 11

1.4 Kegunaan Penelitian ………..………... 12

1.4.1 Kegunaan Teoritis ……… 12

1.4.2 Kegunaan Praktis ……….……….... 12

(9)

xi

2.1.2.1 Definisi Komunikasi ………... 20

2.1.2.2 Bentuk Komunikasi ……….. 21

2.1.2.3 Proses Komunikasi ……… 22

2.1.2.4 Fungsi Komunikasi ……….…... 25

2.1.2.5 Unsur Komunikasi ………. 26

2.1.2.6 Komunikasi Antar Pribadi ………. 27

2.1.2.7 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi …………. 28

2.1.2.8 Ciri-ciri Komunikasi Antar Pribadi ………… 30

2.1.2.9 Jenis Komunikasi Antar Pribadi ……….. 31

2.1.2.10 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi ……….... 32

2.1.2.11 Tahap Komunikasi Antar Pribadi ………… 33

2.1.3 Tinjauan Tentang Presentasi Diri ……… 36

2.1.3.1 Tinjauan Tentang Diri ………... 37

2.1.3.2 Perkembangan Diri ……… 38

2.4.4 Tinjauan Tentang Interaksi Simbolik ……… 38

2.1.5 Tinjauan Tentang Panti Pijat ………. 41

2.1.6 Tinjauan Tentang Terapis Wanita ………. 41

2.2 Kerangka Pemikiran ……….……….. 42

2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ………. 42

2.2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual ……….. 47

BAB III OJEK DAN METODE PENELITIAN ……….. 50

3.1 Objek Penelitian ……… 50

3.1.1 Sejarah Panti Pijat ……….……… 50

(10)

xii

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ………. 57

3.2.2.1 Studi Pustaka ………. 57

3.2.2.2 Studi Lapangan ……….. 58

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ………... 61

3.2.3.1 Informan Penelitian ………... 61

3.2.3.2 Informan Pendukung ………. 64

3.2.4 Teknik Analisis Data ………. 65

3.2.5 Uji Kebsahan Data ………. 67

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 69

3.2.6.1 Lokasi Penelitian ……… 69

3.2.6.1 Waktu Penelitian ……… 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………… 71

4.1 Deskripsi Hasil Observasi ………. 74

4.2 Deskripsi Profil Informan ……… 79

4.2.1 Informan Penelitian ………. 80

4.2.2 Informan Pendukung ……… 85

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ………. 87

4.3.1 Panggung Depan Terapis Wanita ……… 88

4.3.2 Panggung Belakang Terapis Wanita …………... 113

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ……… 125

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 134

5.1 Kesimpulan ……….. 134

5.2 Saran ………. 135

(11)

xiii

DAFTAR PUSTAKA ………. 138

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………. 142

DOKUMENTASI ……….. 196

(12)

138

Ardianto, Elvinaro. Metode Penelitian Untuk Public Relations. 2011. Bandung : Simbiosa Rekatama Media

Bachtiar, Burhan, H.M. 2007. Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya). Jakarta : Kencana

Basrowi dan Sukidin. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya : Insan Cendikia.

Bungin, Burhan. 2008. Analisis data penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. 2007. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Devito, A. Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia, Kuliah Dasar Edisi 5. Jakarta : Karisma Publishing

Effendy, Onong Uchjana. 2004. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT Citra Aditya Bakti

______________. 1997. Human Relation dan Public Relations. Bandung : Mandar Maju

______________. 2001. Dinamika Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Harymawan, RMA. 1986. Dramaturgi. Bandung : Rosdakarya.

(13)

Kuswarno, Engkus. 2010. Etnografi Komunikasi : Suatu Pengantar dan Contoh Penelitiannya. Bandung : Widya Padjajaran

Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti Littlejohn, Stephen W dan Karen A Foss. 2010. Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika

Maryaeni, 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Bandung : Bumi Aksara

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 1999. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi Bisnis. Bandung : Erlangga

Rahmat, Jalaludin. 1986. Teori-teori Komunikasi. Bandung : Remaja Karya CV . 2008. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Riduwan. 2010. Dasar-dasar Statistika. Bandung : Alfabeta

Ruslan, Rossady. 2008. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

(14)

Suyanto. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Prenada Media Group

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

SKRIPSI

Evalina, Mariska. 2012. Presentasi Diri Pramuria Di Kalangan Mahasiswi Di Kota Bandung (Studi Dramaturgi Mengenai Presentasi Diri Pramuria Di Kalangan Mahasiswi Di Kota Bandung) : Universitas Komputer Indonesia.

Indra, Satria Wiguna. 2013. Perilaku Pemandu Lagu Karaoke di Kota Bandung (Studi Dramaturgi mengenai Perilaku Pemandu Lagu Karaoke di Kota Bandung) : Universitas Komputer Indonesia.

Negari, Leidena Sekar. 2013. Dramaturgi Kepemimpinan Perempuan dalam Organisasi Profit : Universitas Diponegoro.

INTERNET

http://annawfpsi09.web.unair.ac.id/artikel_detail59557Psikologi%20Self%20Pres entation%20.html diakses 10/03/2014 Pukul 05.24

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/3263 diakses 20/03/2014 pukul 08.30

(15)

http://jareperpus.blogspot.com/2011/12/terapi.html. diakses 27/02/2014 Pukul 03.48

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22948/4/Chapter%20II.pdfdiakses 01/03/2014 pukul 04.32

(16)

vi

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang

senantiasa memberikan rakhmat, hidayah dan karunia-Nya kepada peneliti, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Shalawat dan salam tercurah limpah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Peneliti sangat berterimakasih banyak kepada Ibunda Peneliti Yeyet Nurhayati S.Pd dan kepada Ayahanda Peneliti Drs. Asep Adiwijaya yang selalu ikhlas mendoakan peneliti, ikhlas memberikan dukungan moril serta materil, sehingga keikhlasan tersebut membuat peneliti bisa merampungkan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa juga peneliti sampaikan terimakasih kepada kakak peneliti satu-satunya Novi Rahayuni S.E dan kakak ipar peneliti Andhi Raharja S.T yang sangat peneliti cintai dan selalu menjadi inspirasi bagi peneliti.

Judul skripsi yang peneliti tulis adalah Presentasi Diri Terapis Wanita di Panti Pijat Kota Bandung dengan menggunakan Studi Dramaturgi Mengenai Presentasi Diri Terapis Wanita di Panti Pijat Kota Bandung. Dalam mengerjakan skripsi ini, peneliti dibantu dan didukung oleh beberapa pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

(17)

vii almamater yang peneliti banggakan.

2. Yth. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Terimakasih telah memimpin dengan baik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik selama peneliti menjalani studi di Jurusan Ilmu Komunikasi Unikom.

3. Yth. Drs. Manap Solihat, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Unikom dan juga sebagai Ketua Sidang dalam Seminar Usulan Peneliti. Terimakasih untuk saran, ilmu, pengetahuan dan pengalaman selama proses perkuliahan di Program Studi Ilmu Komunikasi Unikom.

4. Yth. Melly Maulin P, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Unikom dan Terimakasih pula atas kuliah dan kesempatan yang Ibu berikan selama peneliti mengenyam pendidikan di Program Studi Ilmu Komunikasi Unikom.

5. Yth. Inggar Prayoga, S.I.Kom selaku Dosen Wali yang sangat membantu peneliti selama menjalani perkuliahan di Porgram Studi Ilmu Komunikasi Unikom.

(18)

viii

memberikan masukan yang membangun kepada peneliti baik dalam penelitian ini maupun pada hal-hal di luar penelitian.

8. Yth. Seluruh Dosen di lingkungan Program Studi Ilmu Komunikasi Unikom, terimakasih atas berbagai ilmu, diskusi, kuliah dan obrolan yang selama ini dibagi. Khususnya kepada : DR. H. Ali Syamsuddin Amin., M.Si, Rismawaty, S.Sos, M.Si, Adiyana Slamet, S.IP. M.Si, Sangra Juliano, M.I.Kom., dan Tine Wulandari S.I.Kom.

9. Yth. Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi, Astri Ikawati, Amd. Kom., yang telah banyak membantu segala sesuatu yang berkaitan dengan administrasi.

10.Ucapan terimakasih kepada informan penelitian (Nuy, Dania (Nama Samaran) dan Ela) serta informan pendukung (Ahmad Syahid, dan Sofyan Azis) karena tanpa bantuan mereka, penelitian ini mustahil untuk selesai. 11.Kawan-kawan IK-1 2010 dan IK – Humas 1 yang sama-sama berjuang

(19)

ix

memiliki kesulitan dalam penyusunan skrispi.

13.Kakak-kakak Sepupu peneliti yang selalu membantu kesulitan peneliti yang peneliti cintai Robi Tanzil, Suyatno, Irsad Ilyasi, Jatnika Gumilar, dan Lutfi Ramdani semoga kita selalu menjadi keluarga yang tetap kompak dalam hal apapun.

14.Keluarga kecil yang terkumpul di second home Kostan Tuisda 42B, Nunu, Mpep, Kevin, Adam, Lufi, Rizal, Asep, Rian, Randy Maulana, Ade Joko, Billy, Rizky, Salumi yang tetap menjaga kekompakan dalam segala hal.

Akhir kata semoga skirpsi ini bisa diterima dengan sebaik - baiknya, untuk kesempurnaan skirpsi ini, kritik dan saran yang membangun senantiasa peneliti nantikan, terima kasih

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Agustus 2014

Peneliti

(20)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap manusia dalam menjalani kehidupannya melakukan presentasi

diri, baik secara disadari atau tidak disadari. Manusia mencoba menunjukan

identitas dirinya kepada orang lain. Pada dasarnya presentasi diri melekat

dalam diri manusia, setiap langkah yang ditapaki dalam kehidupannya

senantiasa menuntut manusia untuk menciptakan kesan mengenai dirinya

melalui presentasi diri. Kesan tersebut ditunjukan agar orang lain dapat

menilai apa yang dipresentasikan atau ditunjukannya.

Merupakan sebuah fakta dalam kehidupan sehari-hari bahwa menampilkan diri dengan baik atau membuat kesan baik dihadapan orang lain

adalah sebuah kebutuhan, sehingga secara disadari atau tidak seseorang

melakukan managemen kesan agar presentasi diri yang muncul dinilai baik

oleh orang lain1, tulis seorang psikolog yang bernama Anna Wahidah dalam blog-nya yang berjudul “Self Presentation”.

Menindaklanjuti mengenai presentasi diri adalah suatu kebutuhan bagi

kehidupan manusia, hal itu disebabkan karena presentasi diri sangat

mempengaruhi citra seseorang di mata orang lain, sehingga orang lain menilai

apa yang dipresentasikan dalam dirinya adalah suatu identitas diri yang baik.

Maka dari itu, agar timbul identitas yang diinginkan dalam diri seseorang

(21)

tersebut, maka secara disadari atau tidak seseorang melalukukan managemen

kesan untuk mempresentasikan dirinya dihadapan orang lain.

Presentasi diri merupakan suatu bentuk komunikasi, yang mana secara

langsung atau tidak langsung jika seseorang melakukan presentasi diri, maka

hal tersebut merupakan suatu penyampaian pesan yang ingin disampaikan

kepada orang lain baik secara verbal maupun non verbal. Secara verbal

presentasi diri diungkapkan melalui bahasa atau ucapan yang dikemukakan,

sementara presentasi diri sebagai bentuk komunikasi non verbal dilakukan

melalui sikap, pakaian, accessories yang dipakai, rumah, kendaraan dan lain

sebagainya.

Presentasi diri dikategorikan sebagai bentuk komunikasi, sehingga

membuat banyak hal yang melatarbelakangi seseorang melakukan presentasi

diri, karena dari presentasi diri tersebut akan menjadi suatu cara untuk

seseorang menyampaikan pesan kepada orang lain sebagai bentuk interaksi.

Sementara itu, banyak faktor yang membuat seseorang melakukan presentasi

diri, dimulai dari faktor ekonomi, budaya, jabatan pekerjaan dan agama.

Faktor ekonomi menjadi sektor yang vital dalam kehidupan manusia,

jika keadaan ekonomi seseorang sudah baik maka akan menunjang sektor lain

menjadi lebih baik yang secara tidak langsung terpengaruhi oleh faktor

ekonomi. Seseorang yang keadaan ekonominya sudah mapan, biasanya

mempresentasikan dirinya sebagai orang yang sudah memiliki cukup

kekayaan seperti berpakaian glamour dengan brand kelas dunia, memakai

(22)

ada juga orang yang sudah mapan dalam keadaan ekonominya

mempresentasikan dirinya sangat sederhana, sehingga terlihat low profile.

Disamping faktor ekonomi, faktor budaya juga menjadi salah satu

faktor yang melatarbelakangi seseorang untuk mempresentasikan dirinya. Di

Indonesia sendiri memiliki ratusan budaya dari berbagai daerah yang meliputi

bahasa, tarian, pakaian dan rumah adat. Contoh nyata di Kota Bandung pada

setiap hari Rabu masyarakat diharuskan untuk menggunakan pakaian khas

sunda dan berbicara menggunakan Bahasa Sunda, hal tersebut merupakan

suatu bentuk presentasi diri yang dilakukan oleh maskarakat yang

menunjukan kepada warga luar sunda yang tinggal di Bandung bahwa inilah

budaya sunda yang ada.

Selain budaya, faktor yang menuntut seseorang untuk

mempresentasikan dirinya adalah jabatan, dimana secara tidak langsung,

semakin tinggi jabatan, maka presentasi diri yang ditampilkan harus

mengikuti jabatan yang disandang. Aplikasi kasusnya jika seorang Manager

di suatu perusahaan dalam menjalani pekerjaannya, ia menggunakan pakaian

rapih menggunakan kemeja yang dilengkapi dasi, maka seorang direktur tidak

akan menggunakan pakaian yang sama seperti seorang manager, seorang

diektur akan melengkapi kemeja dan dasinya dengan Jas, sehinggaa secara

tidak langsung jas tersebut menunjukan kepada orang lain atau karyawan

kator tersebut bahwa jabatannya lebih tinggi dari seorang manager.

Faktor lain yang mendukung seseorang untuk melakukan presentasi

(23)

tetapi harus diakui bahwa Agama menjadi faktor pendukung seseorang untuk

mempresentasikan dirinya, bahwa ia adalah seseorang yang menganut agama

tertentu. Contohnya seseorang yang beragama kristiani tidak sedikit yang

menggunakan kalung berlambang salib. Hal itu adalah bentuk presentasi diri

melalui accessories yang dikenakan, sehingga secara tidak langsung

menunjukan bahwa orang tersebut adalah seorang Kristiani. Karena tidak

mungkin seseorang yang beragama Islam menggunakan kalung

berlambangkan salib.

Merujuk dari berbagai latar belakang yang dijelaskan, maka presentasi

diri dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan suatu kesan dari orang lain

yang melihatnya sebagai bentuk penyampaian pesan dalam kata lain yaitu

komunikasi.

Selain itu ada satu faktor lain yang melatarbelakangi presentasi diri

disamping latar belakang yang dijelaskan diatas, yaitu faktor pekerjaan,

dimana hampir semua dalam kehidupan sehari-harinya menjalani suatu profesi yang secara tidak langsung menuntut dirinya untuk melakukan

presentasi diri. Tidak mungkin seorang pegawai bank bekerja dengan

menggunakan t-shirt, celana pendek dengan beralaskan sandal, pakaian

seperti itu bisa saja mempresentasikan bahwa dirinya adalah seorang tukang

becak. Sehingga seorang pegawai bank harus berpakaian rapih untuk

mempresentasikan profesi yang dijalani dan menenunjukan kesan baik

(24)

Disamping pekerjaan formal seperti pegawai Bank, Pegawai Negeri

Sipil atau bahkan seorang pejabat Negara yang mempresentasikan diri. Salah

satu pekerjaan non formal yang dituntut untuk dapat mempresentasikan

dirinya yaitu terapis wanita di panti pijat, tidak banyak orang mengetahui

profesi ini, sehingga profesi ini menarik untuk dikaji presentasi dirinya baik

dalam pekerjaan maupun kehidupan di luar pekerjaannya.

Profesi sebagai terapis wanita di panti pijat menjadi suatu profesi yang

menantang bagi para pelakunya, dimana terapis wanita ini memiliki dua

panggung dalam kehidupannya. Secara disadari atau tidak seorang terapis

wanita harus mempresentasikan dirinya didepan para pelanggan, agar bisa

menarik perhatian, dari mulai pakaian yang dikenakan, solekan make up,

sepatu yang digunakan, cara berbicara dan bahkan bentuk tubuh pun acapkali

menjadi perhatian yang harus diperhatikan oleh para terapis wanita.

Tidak hanya berhenti pada lingkungan pekerjaan, seorang terapis

wanita juga harus mempresentasikan diri di lingkungan sekitarnya sebagai

masyarakat, dimana belum tentu pekerjaannya diketahui oleh orang-orang lingkungan sekitarnya. Sehingga hal tersebutlah yang secara disadari atau

tidak menuntut terapis wanita harus brepresentasi di dua panggung yang

berbeda dalam menjalani kehidupannya.

Presentasi diri pada seorang terapis wanita di panti pijat tersebut

sejalan dengan presentasi diri menurut Goffman yang mengatakan bahwa :

(25)

mempengaruhi ragam interaksi yang layak dan tidak layak bagi para aktor dalam situasi yang ada (Mulyana, 2008: 110)”.

Menapaki tahap selanjutnya presentasi diri menjadi suatu upaya dari

individu untuk menumbuhkan kesan dan sekaligus menyampaikan pesan

secara tidak langsung kepada orang lain dengan cara menata perilaku agar

orang lain memaknai identitas dirinya sesuai dengan apa yang ia inginkan.

Dalam proses produksi identitas yang dilakukan oleh para terapis wanita, ada

suatu pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan mengenai atribut simbol seperti pakaian, accessories yang hendak digunakan agar sesuai, serta mampu

mendukung identitas yang ditampilkan secara menyeluruh dalam bidang

pekerjaannya maupun saat berada di lingkungan tempat tinggalnya.

Goffman berujar bahwa pertunjukan (performance) merupkan

aktivitas untuk mempengaruhi orang lain. Sebuah pertunjukan yang

ditampilkan seseorang berdasarkan atas perhitungan untuk memperoleh

respon dari orang lain. Penampilan serta perilaku seseorang dalam sebuah

interaksi merupakan suatu proses interpretif, yang mana tujuannya agar

terbentuknya sebuah persepsi yang merupakan hasil dari suatu interpretasi

yang dilakukan orang lain (Mulyana, 2008: 113).

Berdasarkan hasrat dasar manusia, secara ilmiah manusia memiliki

kekuatan yang dapat menguasai sikap dan tindakannya. Manusia mempunyai

kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya. Untuk itu dia menempuh

jalan bertemu dengan orang lain yang melakukan pertunjukan dan

(26)

Presentasi merupakan suatu fantasy yang diekspresikan kedalam

kehidupan nyata. Moulton (Moulton dalam Harymawan, 1986: 1), lebih

lengkapnya Moulton menuliskannya sebagai berikut :

Presentasi (presented) diartikan sebagai sebuah drama, yaitu “hidup yang dilukiskan dengan gerak”. Maksud dari presentasi disini adalah suatu kehidupan yang bukan hanya bersifat fantasy manusia, namun kehidupan yang bersifat fantasi tersebut diekspresikan secara langsung (live) atau nyata”.

Seorang terapis wanita memiliki fantasy yang diekspresikan dengan

mempresentasikan dirinya didepan para pelanggan panti pijat dan di

lingkungan sekitarnya. Maka seorang terapis wanita bisa dikatakan berada

dalam posisi panggung depan dari kehidupannya yaitu pada saat berada di

lingkungan pekerjaan sebagai terapis wanita, sehingga dari hal itu dapat

dinyatakan bahwa pada saat berada di lingkungan sekitar, menjadi panggung

belakangnya.

Seorang terapis wanita menjadi aktris dalam pertunjukan hidupnya,

dimana dia harus memiliki dua peran yang bisa saja bertolak belakang antara

pekerjaan dan kehidupan sehari-harinya. Dua peran dari seorang terapis wanita tersebut dikatakan sebagai dramaturgi. Dalam dramaturgi, panggung

depan dan panggung belakang dikenal dengan istilah konsep kehidupan

manusia, yang di ibaratkan sebagai pemain drama dalam hal ini pemain

dramanya adalah terapis wanita.

Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak

stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan

(27)

dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgi masuk, bagaimana kita

menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgi, interaksi sosial dimaknai

sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk

menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui

“pertunjukan dramanya sendiri”.

Sebagaimana lirik lagu yang dinyanyikan oleh Ahmad Albar yang

menyebutkan bahwa “Dunia Ini Panggung Sandiwara”, jika dikatikan dengan

penelitian ini, maka lirik lagu tersebut menggambarkan bahwa seorang terapis

wanita memiliki panggung untuk bersandiwara dalam kehidupannya.

Subjek penelitian ini adalah terapis wanita yang bekerja di panti pijat

Kota Bandung, karena di Kota Bandung sendiri saat ini terdapat banyak panti

pijat yang menawarkan jasa pijat dengan terapis wanitanya. Ada sekitar 30

panti pijat di Kota Bandung dengan lokasi panti pijat yang cukup strategis

dan mudah dijangkau oleh para pelanggannya, contohnya ada beberapa panti

pijat yang terdapat di jalan-jalan protokol Kota Bandung seperti di Jalan Sudirman, Jalan Setiabudi, Jalan Otto Iskandar Dinata, Jalan Soekarno Hatta

dan di jalan-jalan lainnya2.

Fasilitas yang ada panti pijat pun berbeda-beda. Misalnya ada panti pijat yang menyediakan kamar dengan berbagai kelas, mulai dari standar,

deluxe dan VIP. Selain menyediakan jasa pijat, di panti pijat juga disediakan

fasilitas spa dan sauna bagi panti pijat yang eksklusif, tetapi bagi panti pijat

yang biasa saja hanya disediakan kamar standar dan kamar mandi dengan

fasilitas air hangat.

(28)

Seperti pada gambar dibawah ini yang mana ada perbedaan yang

sangat signifikan antara ruangan panti pijat kelas bawah dan ruangan panti

pijat yang eksklusif.

Gambar 1.1

Perbandingan Ruang Pijat Eksklusif dengan Ruang Pijat Kelas Bawah

Panti Pijat dikategorikan sebagai tempat hiburan malam, karena

meskipun panti pijat buka dari siang hari layaknya tempat karaoke atau

tempat hiburan lainnya, tetapi panti pijat acapkali ramai di malam hari. Selain

itu terapis wanita yang ditawarkan di panti pijat biasanya di tawarkan melalui

foto atau hanya nama para terapis wanita dipajang untuk dipilih oleh

pengunjung yang datang ke panti pijat tersebut. Tetapi bagi panti pijat yang

eksklusif pengunjung tidak hanya memilih foto, melainkan pengunjung bisa

melihat langsung terapis wanita yang diinginkan.

Penelitian ini menjadi lebih menarik karena belum ditemukan

penelitian dengan subjek yang sama yaitu terapis wanita. Selain itu sisi

(29)

masyarakat yang menganggap bahwa panti pijat adalah suatu kedok untuk

sebuah prostitusi yang dijalankan, hal ini dikuatkan dengan banyak

beredarnya berita-berita mengenai penggerebekan yang dilakukan oleh Pihak yang berwajib di Kota Bandung.

Dalam penelitian ini akan terungkap sisi lain dari para terapis wanita

di panti pijat, misalnya, meskipun menekuni pekerjaan yang dianggap negatif

oleh masyarakat, tetapi dalam kehidupan sehari harinya wanita tersebut bisa

saja seseorang yang taat beribadah, menyanyangi keluarganya dan

megharuskan dirinya menjadi tulang punggung keluarga untuk menjalani

kehidupan.

Sehingga secara disadari atau tidak oleh terapis wanita tersebut,

bahwa jalan kehidupannya tidak lepas dari dramaturgi yang dipresentasikan

dirinya. Dalam penelitian ini presentasi diri terapis wanita yang bekerja di

panti pijat akan dianalisis melalui sisi panggung depan (front stage) dan

panggung belakang (back stage) melalui studi dramaturgi, sehingga dari hasil

penelitian ini akan muncul value lain dari terapis wanita yang bekerja di panti

(30)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti mengangkat rumusan

penelitian yakni :

1.2.1 Pertanyaan Makro

Bagaimana Presentasi Diri Terapis Wanita di Panti Pijat Kota Bandung?

1.2.2 Pertanyaan Mikro

1. Bagaimana Panggung Depan (front stage) Terapis Wanita di Panti Pijat Kota Bandung ?

2. Bagaimana Panggung Belakang (back stage) Terapis Wanita di Panti Pijat Kota Bandung ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan Tujuan Penelitian adalah sebagai berikut :

1.3.1 Maksud Penelitian

Melalui penelitian ini, peneliti bermaksud untuk mengetahui dan

menguraikan mengenai Presentasi Diri Terapis Wanita di Panti Pijat

Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui Panggung Depan (front stage) Terapis Wanita di Panti Pijat Kota Bandung.

(31)

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini secara umum memberi sumbangan pengetahuan dalam

khazanah ilmu komunikasi, ada pun secara khusus, pada analisis

mengenai komunikasi antar pribadi yang membahas mengenai

presentasi diri terapis wanita di panti pijat yang menggunakan studi

dramaturgi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Selain teoritik, penelitian ini juga memiliki kegunaan praktis, berikut

adalah kegunaan praktis dari penelitian ini, sebagai berikut :

1. Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti dan

sebagai aplikasi ilmu pengetahuan dalam bidang komunikasi

terutama dalam kajian yang lebih mendalam yaitu komunikasi

antar pribadi.

2. Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan literatur dalam

mendukung materi-materi perkuliahan bagi universitas, program studi, mahasiswa ilmu komunikasi dan terlebih lagi untuk

mahasiswa yang melakukan penelitian dengan menggunakan studi

(32)

3. Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa pandangan

kepada masyarakat mengenai terapis wanita yang bekerja di panti

pijat, sehingga dengan penelitian ini akan muncul value lain di

mata masyarakat dalam menilai seseorang yang bekerja sebagai

(33)

14 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Terhadap Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan metode dan teori serupa sudah pernah dilakukan, maka penelitian ini mengambil beberapa perbedaan. Berikut adalah penelitian serupa yang telah dilakukan.

a. Presentasi Diri Pramuria di Kalangan Mahasiswa di Kota Bandung (Studi Dramaturgi mengenai Presentasi Diri Pramuria di Kalangan Mahasiswa di Kota Bandung), Universitas Komputer Indonesia, 2012.

Penelitian yang ditulis oleh Mariska Evalina ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana presentasi diri seorang pramuria dikalangan Mahasiswi di Kota Bandung. Sehingga untuk menjawab masalah penelitian yang, maka pada penelitian ini mengangkat dua sub fokus dalam pesentasi diri seorang pramuria, yaitu panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back stage).

(34)

temannya yang sedikit tertutup, dan mereka juga menggunakan bahasa yang sopan, berbeda dengan panggung belakang, dan dimana dipanggung belakang mereka baru mengekspresikan diri mereka sesungguhnya sebagai pramuria dengan berpakaian minim dan sexy pada saat berada dilingkungan profesi sebagai pramuria. b. Perilaku Pemandu Lagu Karaoke di Kota Bandung (Studi

Dramaturgi mengenai Perilaku Pemandu Lagu Karaoke di Kota Bandung), Universitas Komputer Indonesia, 2013.

Penelitian dengan menggunakan studi dramaturgi yang dilakukan oleh Satria Indra Wiguna, yang mana tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana Perilaku Pemandu Lagu Karaoke di Kota Bandung.

Dalam hasil penelitian ini, penelitinya mengungkapkan bahwa para pemandu lagu karaoke hampir semuanya memerankan panggung depannya (front stage) dengan baik, dan juga di panggung belakang (back stage) para pemandu lagu berperan utuh berbeda dengan panggung depan, sehingga panggung depan dan panggung belakang dari kehidupannya sangat berbeda dan mereka berdramaturgi dalam menjalani kehidupannya.

c. Dramaturgi Kepemimpinan Perempuan dalam Organisasi Profit, Universitas Diponegoro. 2013

(35)

untuk mengetahui impression management dalam interaksi antara pemimpin perempuan dengan stakeholder di organisasinya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat komunikasi berlangsung antara pemimpin perempuan dan stakeholder, kedua belah menampilkan impression management. Pada back stage, pemimpin perempuan melakukan aktivitas lain sebelum bertemu dengan stakeholder, seperti meeting dengan team untuk keberhasilan tampil di Front stage, supaya terlihat sebagai pemimpin yang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik di hadapan stakeholder. Back stage pemimpin perempuan tidak diketahui oleh stakeholder.

Melihat dari metode, pendekatan, hasil penelitian dengan semua yang mengacu pada ketiga penelitian terdahulu sejenis yang dilihat oleh peneliti.

(36)

Sehingga dapat digambarkan dengan menggunakan tabel perbandingan penelitian yang dibuat oleh ketiga peneliti terdahulu, dengan kajian sejenis didalamnya.

[image:36.595.79.549.352.753.2]

Untuk lebih jelasnya, maka peneliti menyajikan pada tabel 2.1 agar lebih mudah untuk dipahami alur relevansi dengan penelitian yang peneliti susun sekarang.

Tabel 2.1

Rekapitulasi Tabel Tinjauan Penelitian Terdahulu

No

Nama/Tahun

Uraian

Mariska Evalina Satria Indra Leidena

Sekar Gilang Rahadi

2012 2013 2013 2014

1 Universitas Unikom Unikom Undip Unikom

2 Judul Penelitian

Presentasi Diri Pramuria di Kalangan Mahasiswa di Kota Bandung Perilaku Pemandu Lagu Karaoke di Kota Bandung Dramaturgi Kepemimpinan Perempuan dalam Organisasi Profit Presentasi Diri Terapis Wanita di Panti Pijat Kota Bandung

3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana presentasi diri seorang pramuria dikalangan Mahasiswi di Kota Bandung Untuk mengetahui bagaimana Perilaku Pemandu Lagu Karaoke di Kota Bandung Untuk mengetahui impression management dalam interaksi antara pemimpin perempuan dengan stakeholder di organisasinya. Untuk Mengetahui Presentasi Diri Terapis Wanita di Panti Pijat Kota Bandung 4 Metode Penelitian Metode Kualitatif Pendekatan Dramaturgi Metode Kualitatif Pendekatan Dramaturgi Metode Kualitatif Pendekatan Dramaturgi Metode Kualitatif Pendekatan Dramaturgi

5 Hasil Penelitian

(37)

dengan baik, sedangkan dipanggung belakang mereka baru mengekspresikan diri mereka sesungguhnya sebagai pramuria dengan berpakaian minim dan sexy pada saat berada dilingkungan profesi sebagai pramuria.

depannya (front stage) dengan baik, dan juga di panggung belakang (back stage) para pemandu lagu berperan utuh berbeda dengan panggung depan, sehingga panggung depan dan panggung belakang dari kehidupannya sangat berbeda dan mereka berdramaturgi dalam menjalani kehidupannya. aktivitas lain sebelum bertemu dengan stakeholder, Back stage pemimpin perempuan tidak diketahui oleh stakeholder. mereka harus tampil cantik dan sexy, sesuai dengan front personal yang ditampilkan. panggung belakang para terapis wanita tampil seutuhnya sebagai ibu, anak dan berbaur dengan masyarakat lain, 6 Kesimpulan Presentasi diri seorang Pramuria tidak dapat dilihat secara umum, karena mereka pintar menyembunyikan diri mereka sebenarnya, mereka bermain rapih, pandai menyembunyikan jati diri mereka agar tidak

dipandang rendah oleh orang lain.

(38)

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

Ibarat bernafas, komunikasi menjadi bagian yang fundamental bagi kehidupan manusia (Kleinjen dalam Cangara, 2007). Hal ini karena, dalam upaya hidup bersama, manusia perlu berbagi pengalaman mereka lewat simbol yang dipertukarkan.

Susanto (dalam Kuswarno, 2010) menyebutkan, “Setiap masyarakat akan memiliki sistem komunikasi sendiri-sendiri, maka dengan sendirinya demi kelangsungan hidupnya, setiap masyarakat dapat membentuk kebudayaannya”.

Pendapat senada diutarakan Larry A. Samovar. Menurutnya, komunikasi – kemampuan Anda untuk berbagi kepercayaan, nilai, pandangan dan perasaan - merupakan inti dari hubungan manusia (Samovar, 2010: 16). Helen Keller (sebagaimana dikutip Ember, 1977) menyebutkan bahwa komunikasi adalah fungsi esensial dari permainan kata-kata dalam masyarakat.

Geert Hofstede (dalam Mulyana, 2012: 6) menunjukan kemampuan komunikasi sebagai berikut :

A symbol can even represent a more abstract concept or idea, for example the swastika (Nazi ideology), the cross (Christianity), the moon and the cresent (Islam), or in the following words: freedom, peace, capitalism, or communication. In short, symbols may include words, jargon, gestures, pictures, styles (clothes, hair), or objects

(39)

(status symbols) that are meaningful and recognized by those who belong to culture. Sebuah simbol bahkan bisa mewakilkan konsep atau ide yang lebih abstrak, misalnya swastika (ideologi Nazi), salib (Kekristenan), bulan dan bulan sabit (Islam), atau dalam kata-kata berikut : kebebasan, kedamaian, kapitalisme, atau komunikasi. Singkatnya, simbol-simbol bisa mengandung kata-kata, jargon, gestur, gambar, gaya (baju, rambut), atau objek (simbol status) yang bermakna dan dikenali oleh pemilik budaya tersebut (Hofstede dalam Mulyana, 2012: 6).

2.1.2.1 Definisi Komunikasi

Banyak definisi dari para ahli atas istilah komunikasi. Menurut Levine & Adelman (dalam Mulyana, 2012), komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan non-verbal. Senada, Tubbs dan Moss (dalam Mulyana, 2012) menyebut komunikasi sebagai “pembuatan makna antara dua orang atau lebih”.

Secara akar kata, komunikasi muncul dari kata Latin communicare, berarti berbagi, memberi yang sama (Ember, 1977). Dalam bahasa Inggris, bukanlah kebetulan bila kata common (sama), mirip dengan communication (komunikasi) dan communist (komunis), karena ketiganya merujuk pada kesamaan.

Everett M. Rogers, seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika, membuat definisi komunikasi sebagai “suatu proses di

mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi terhadap satu sama lain, yang pada gilirannya akan tiba kepada saling pengertian” (Rogers dan Kincaid dalam Dewi,

(40)

Menurut Deddy Mulyana sendiri, komunikasi adalah sebagai berikut :

Communication is an exchange of significant symbols. Trough the use of these symbols, people can share ideas and information without presenting the things being discussed before them. (Komunikasi adalah pertukaran simbol yang signifikan. Melalui penggunaan simbol ini, orang-orang bisa berbagi ide dan informasi tanpa memunculkan benda yang sedang dibicarakan) (Mulyana 2012: 6).

Onong Uchjana Effendy memberikan definisinya atas komunikasi yaitu:

“Proses pernyataan antara manusia yang dinyatakan adalah

pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai penyalurnya.” (Effendy, 1993: 28)

Dari sejumlah definisi di atas, terdapat benang merah bahwa komunikasi adalah proses pertukaran pesan antara dua orang atau lebih untuk mencapai kesamaan makna.

2.1.2.2 Bentuk Komunikasi

(41)

a. Komunikasi dengan diri sendiri (Intrapersonal Communication) adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu, atau dengan kata lain proses komunikasi dengan diri sendiri. b. Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication)

adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka.

c. Komunikasi Publik (Public Communication) atau biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi kolektif, komunikasi retorika, public speaking dan komunikasi khalayak (audience communication). Apapun sebutannya, yang dimaksud dengan komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi di mana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar.

d. Komunikasi Massa (Mass Communication) dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya missal melalui alat-alat yang bersifat mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan film. (Cangara, 2007 : 37).

2.1.2.3 Proses Komunikasi

(42)

komunikasi yang efektif, sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya.

Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder. a. Proses Komunikasi Primer

Proses Komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu

bentuk idea, informasi atau opini; baik mengenai hal yang kongkret maupun yang abstrak; bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang.

b. Proses Komunikasi sekunder

(43)

Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, fax, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

Pada umumnya jika kita berbicara di kalangan masyarakat, yang dinamakan media komunikasi itu adalah media kedua sebagaimana diterangkan di atas jarang sekali orang menganggap bahasa sebagai media komunikasi. Hal ini disebabkan oleh bahasa sebagai lambang (symbol) beserta isi (content) - yakni pikiran dan atau perasaan - yang dibawanya menjadi totalitas pesan (message), yang tampak tak dapat dipisahkan.

Tidak seperti media dalam bentuk surat , telelpon, radio, dan lain-lainya yang jelas tidak selalu dipergunakan. Tampaknya seolah-olah orang yang tidak mungkin berkomunikasi tanpa bahasa, tetapi orang mungkin dapat berkomunikasi tanpa surat, atau telepon, atau televisi, dan sebagainya.

(44)

Karena itulah pula maka kebanyakan media merupakan alat atau sarana yang diciptakan untuk meneruskan pesan komunikasi dengan bahasa. Seperti telah disinggung di atas adalah media untuk menyambungkan dan menyebarkan pesan dengan menggunakan bahasa.

2.1.2.4 Fungsi Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy (2003) menyimpulkan bahwa fungsi-fungsi komunikasi dan komunikasi massa dapat disederhanakan menjadi empat fungsi, yaitu : menyampaikan informasi (to infrom), mendidik (to educate), menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to influence) (Effendy, 2003:31). Hal itu dijelaskan sebagai berikut:

a. Menginformasikan (to infrom)

Adalah memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.

b. Mendidik (to educate)

(45)

c. Menghibur (to entertain)

Adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.

d. Mempengaruhi (to influence)

Adalah fungsi mempenngaruhi setiap indivindu yang berkomuniakasi tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauhnya lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diharapakan (Effendy,1997:36).

2.1.2.5 Unsur Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku yang berjudul Dinamika Komunikasi, bahwa dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah komponen unsur yang dicakup, yang merupakan pernyataan terjadinya komunikasi. komponen atau unsur-unsur tersebut sebagai berikut :

1.Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan. 2.Pesan adalah suatu pernyataan yang didukung oleh lambang. 3.Komunikan adalah orang yang menerima pesan dari komunikator

sebagai penyampai pesan.

4.Media menjadi sarana atau saluran yang mendukung pesan jika komunikan jauh tempatnya atau jumlahnya banyak.

5.Efek adalah dampak yang dihasilkan sebagai pengaruh dari adanya pesan yang disampaikan.

(46)

yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.

[image:46.595.141.528.303.445.2]

Jika unsur-unsur komunikasi yang dikemukakan di atas dilukiskan dalam gambar, kaitan antara satu unsur dengan unsur lainnya dapat dilihat seperti berikut :

Gambar 2.1

Model Unsur Komunikasi

2.1.2.6 Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face) bisa juga melalui sebuah medium, umpamanya telepon. Ciri khas komunikasi antar pribadi ini adalah sifatnya yang dua arah atau timbal balik. (Onong Uchjana Effendy, 1986:50) adapun pengertian komunikasi antarpribadi yang diungkapkan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book bahwa :

SUMBER PESAN MEDIA PENERIMA EFEK

FEEDBACK

(47)

“Komunikasi antarpribadi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika”. (Devito 1984:4)

Menurut Vandeber, komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses interaksi dan pembagian makna yang terkandung dalam gagasan atau perasaan. (Lliliweri, 1984:9) Onong Uchjana Effendy mengemukakan juga bahwa :

“Pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar seorang komunikator dengan komunikan”. (Liliweri, 1997:12)

Pada dasarnya komunikasi anta rpribadi yang dilakukan oleh komunikator mempunyai tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku komunikan dengan cara mengirimkan pesan dan prosesnya yang dialogis. Seperti yang telah dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa :

“Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antar pribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah karena komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face). Antara komunikator dan komunikan saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi (personal contact). Ketika komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan, umpan balik berlangsung seketika dan komunikator mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang dilontarkan”. (Effendy 1993:61)

2.1.2.7 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi

Tujuan komunikasi menurut Djoko Purwanto dalam bukunya “Komunikasi Bisnis” mengatakan sebagai berikut :

(48)

2. Berbagi pengalaman 3. Menumbuhkan simpati 4. Melakukan kerja sama

5. Menceritakan kekecawaan atau kekesalan

6. Menumbuhkan motivasi. (Purwanto, 2006 : 50-55).

Ketika berkomunikasi dengan orang lain, tentu saja seseorang memiliki berbagai macam tujuan dan harapan. Salah satu diantaranya adalah untuk menyampaikan informasi kepada orang lain agar orang lain tersebut dapat mengetahui informasi tersebut. Komunikasi antar pribadi juga memiliki fungsi atau tujuan untuk berbagi pengalaman baik itu pengalaman yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan.

Tujuan komunikasi antar pribadi yang lainnya adalah untuk melakukan kerjasama antara seseorang dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kedua belah pihak. Komunikasi antar pribadi juga dapat digunakan seseorang untuk menceritakan rasa kecewa atau kekesalan pada orang lain. Dengan pengungkapan rasa hati itu, sedikit banyak akan mengurangi beban pikiran, kadang disebut dengan plong ketika telah bercerita apa yang selama ini dipendam.

(49)

atas kinerjanya ataupun memberikan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi.

2.1.2.8 Ciri – Ciri Komunikasi Antar Pribadi

Penyampaian pesan yang berlangsung antara dua orang atau sekelompok kecil ini memiliki ciri - ciri yang menunjukan proses komunikasi antar pribadi yang berlangsung.

Menurut Barnlund seperti dikutip oleh Alo liliweri dalam bukunya Wiryanto, mengemukakan beberapa ciri - ciri yang mengenali komunikasi antar pribadi sebagai berikut :

1. Bersifat spontan

2. Tidak mempunyai struktur 3. Terjadi secara kebetulan

4. Tidak mengejar tujuan yang direncanakan 5. Identitas keanggotaan tidak jelas, dan

6. Dapat terjadi hanya sambil lalu. (Wiryanto, 2004:33)

Menurut Reardon (1987) dalam Alo Liliweri mengemukakan juga bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai enam ciri, yaitu :

1. Dilaksanakan atas dorongan berbagai faktor.

2. Mengakibatkan dampak yang disengaja dan yang tidak disengaja.

3. Kerap kali berbalas-balasan

4. Mengisyaratkan hubungan antar pribadi antara paling sedikit dua orang.

5. Berlangsung dalam suasana bebas, bervariasi dan berpengaruh, dan.

6. Menggunakan berbagai lambang yang bermakna. (Liliweri, 1997:13)

(50)

2.1.2.9 Jenis Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif karena prosesnya yang lebih menunjukkan hubungan yang dekat satu sama lain. Sehingga menurut Onong Uchjana Effendy pada bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, dalam komunikasi antar pribadi secara teoritis komunikasi antar pribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis men urut sifatnya, yaitu :

1.Komunikasi Diadik (dyadic communication), adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung dua orang yakni yang seseorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan oleh karena prilaku komunikasinya dua orang. Maka dialog yang berlangsug secara intens. Komunikator memusatkan perhatiannya hanya kepada diri komunikan seorang itu.

(51)

Jenis-jenis komunikasi diatas tersebut dijalankan dengan maksud dan tujuannya, sebagaimana dalam konteks komunikasi secara antar pribadi memiliki tujuan-tujuan yang diintregrasikan satu sama lain.

2.1.2.10 Fungsi Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi memiliki potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan dari proses komunikasi tersebut. Dalam komunikasi antar pribadi ada beberapa fungsi-fungsi yang dijadikan sebagai proses perolehan atau pencapaian dari tujuan, dan fungsi komunikasi antar pribadi, yaitu :

1.Mendapatkan Informasi, Salah satu alasan kita terlibat dalam komunikasi interpersonal adalah agar kita dapat memperoleh pengetahuan tentang orang lain. Teori Penetrasi Sosial mengatakan bahwa kita mencoba untuk mendapatkan informasi tentang orang lain sehingga kita dapat berinteraksi dengan mereka secara lebih efektif.

(52)

bersamaan, tetapi masing-masing mempengaruhi arti yang ditugaskan untuk komunikasi.

3.Membangun identitas, komunikasi interpersonal adalah untuk membangun identitas. Peran kita bermain dalam hubungan kita membantu kita membangun identitas.

4.Kebutuhan interpersonal, dalam komunikasi interpersonal karena kita perlu untuk mengekspresikan dan menerima kebutuhan interpersonal. William Schutz telah mengidentifikasi tiga kebutuhan, yaitu :

a. Inklusi adalah kebutuhan untuk membangun identitas dengan orang lain.

b. Kontrol adalah kebutuhan untuk latihan kepemimpinan dan membuktikan kemampuan seseorang.

c. Kasih sayang adalah kebutuhan untuk membangun hubungan dengan orang.

2.1.2.11 Tahap Komunikasi Antar Pribadi 1. Sensasi

Tahap paling awal dalam penerimaan informasi adalah sensasi. Sensasi berasal dari kata “sense”I, artinya alat

pengindraan, yang menghubungkan organisme dan lingkungannya. “Bila alat indera mengubah informasi menjadi

(53)

Kita mengenal lima alat indera atau pancaindera. Psikologi menyebut Sembilan (bahkan ada yang menyebut sebelas) alat indera : penglihatan, pendengaran, kinestesis, vestibular, perabaan, temperatur, rasa sakit, perasa dan penciuman. Kita dapat mengelompokannya pada tiga macam indera penerima, sesuai dengan sumber informasi. Sumber informasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri individu sendiri (internal). (Rakhmat, 2008:49-50) 2. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi. Persepsi seperti juga sensasi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional adapaun faktor lainnya yang mempengaruhi persepsi ialah perhatian.

(54)

3. Memori

Dalam komunikasi antarpribadi, memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi baik persepsi (dengan menyediakan kerangka rujukan) maupun berpikir. Memori adalah sistem yang sangat berstruktur yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Secara singkat memori melewati tiga proses : perekaman, penyimpanan dan pemanggilan. Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal.

Penyimanan (storage) adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa dan dimana. Pemanggilan (retrieval) dalam bahsa sehari-hari mengingat lagi adalah menggunakan informasi yang disimpan. (Rakhmat, 2008:62)

4. Berpikir

(55)

Memahami realitas berarti menarik kesimpulan, meneliti berbagai kemungkinan penjelasan realitas eksternal dan internal.Sehingga dengan singkat Anita Taylor mendefinisikan berfikir sebagai proses penarikan kesimpulan. (Rakhmat, 2008:68)

2.1.3 Tinjauan Tentang Presentasi Diri

Menurut Goffman, presentasi diri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu tertentu untuk memproduksi definisi situasi dan identitas sosial bagi para aktor dan definisi situasi tersebut mempengaruhi ragam interaksi yang layak dan tidak layak bagi para aktor dalam situasi yang ada (Mulyana, 2008: 110).

(56)

kita berjalan dan berbicara, pekerjaaan yang kita lakukan dan cara kita menghabiskan waktu luang kita.

Lebih jauh lagi, dengan mengelola informasi yang kita berikan kepada orang lain, maka kita akan mengendalikan pemaknaan orang lain terhadap diri kita. Hal itu digunakan untuk memberi tahu kepada orang lain mengenai siapa kita.

Menurut Goffman, perilaku orang dalam interaksi sosial selalu melakukan permainan informasi agar orang lain mempunyai kesan yang lebih baik. Kesan non-verbal inilah yang menurut Goffman harus dicek keasliannya. Goffman menyatakan bahwa hidup adalah teater, individunya sebagai aktor dan masyarakat adalah penontonnya. Dalam pelaksanaannya, selain panggung di mana ia melakukan pementasan peran, ia juga memerlukan ruang ganti yang berfungsi untuk mempersiapkan segala sesuatunya.

Ketika individu dihadapkan pada panggung, maka dalam menjalani kehidupannya akan menggunakan simbol-simbol yang relevan untuk memperkuat identitas karakternya, namun ketika individu tersebut telah habis masa pementasannya, maka di belakang panggung akan terlihat tampilan seutuhnya dari individu tersebut.

2.1.3.1 Tinjauan Tentang Diri

(57)

diri dari Charles Horton Cooley. Mead, seperti juga Cooley, menganggap bahwa konsepsi-diri adalah suatu proses yang berasal dari interaksi sosial individu dengan orang lain.

Cooley mendefinisikan diri sebagai sesuatu yang dirujuk dalam pembicaraan biasa melalui kata ganti orang pertama tunggal, yaitu “aku” (I), “daku” (me), “milikku” (mine), dan “diriku” (myself).

2.1.3.2 Perkembangan Diri

Perkembangan diri secara jelas dapat diamati pada anak-anak. Menurut Mead, perkembangan diri terdiri dari dua tahap umum yang ia sebut tahap permainan (play stage) dan tahap pertandingan (game stage). Tahap permainan adalah perkembangan pengambilan peran bersifat elementer yang memungkinkan anak-anak melihat diri mereka sendiri dari perspektif orang lain yang dianggap penting (significant other), khususnya orangtua mereka. Tahap ini ditandai dengan keaslian dan spontanitas pada perilaku anak. Tahap pertandingan berasal dari proses pengambilan peran dan sikap orang lain secara umum (generalized others), yaitu masyarakat umumnya.

2.1.4 Tinjauan Tentang Interaksi Simbolik

(58)

George Herbert Mead sebagai pencetus awal teori ini. Interaksi simbolik bercirikan sikap (attitude) dan arti (meaning). Interaksi simbolik berorientasi pada diri atau pribadi (personality). (Bachtiar, 2006:239)

Herbert Blumer, salah seorang penganut pemikiran Mead menjabarkan pemikiran Mead bahwa pokok pikiran interaksionisme simbolik ada tiga, yang pertama ialah bahwa manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai sesuatu tersebut baginya. Blumer kemudian mengemukakan bahwa makna yang dipunyai sesuatu tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya.

Pokok ketiga dari pemikiran Blumer ialah bahwa makna diperlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran, yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya dengan maksud bahwa makna yang muncul dari interaksi tersebut tidak begitu saja diterima oleh seseorang melainkan ditafsirkan dahulu.

Interaksi simbolik, kata Blumer merujuk pada karakter interaksi khusus yang berlangsung antar manusia. Kemudian Blumer menentukan sebuah premis bahwa manusia itu memiliki “kedirian” (self). Ia dapat membuat dirinya sebagai objek dari tindakannya sendiri, atau ia bertindak menuju pada dirinya sendiri sebagaimana ia dapat bertindak menuju pada tindakan orang lain. Oleh karena itu pokok-pokok premis pendekatan interaksi simbolik adalah:

(59)

tindakan individu itu merupakan suatu konstruksi dan bukan sesuatu yang lepas begitu saja, yakni keberadaannya dibangun oleh individu melalui catatan dan penafsiran situasi di mana dia bertindak, sehingga kelompok atau tindakan kolektif itu terdiri dari beberapa susunan tindakan beberapa individu, yang disebabkan oleh penafsiran individu atau pertimbangan individu terhadap setiap tindakan lainnya.” (Zeitlin, 1995: 339-348)

Bagi Herbert Blumer interaksionisme simbolik bertumpu pada tiga premis yaitu :

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.

2. Makna tersebut berasal dari “interaksi sosial seseorang dengan orang lain”.

3. Makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial berlangsung.

Interaksionisme simbolik yang diketengahkan Blumer mengandung sejumlah root images atau ide-ide dasar, yang dapat diringkas sebagai berikut:

1. Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi. Kegiatan tersebut saling bersesuaian melalui tindakan bersama, membentuk apa yang dikenal sebagai organisasi atau struktur sosial.

2. Interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatan manusia yang lain. Interaksi-interaksi nonsimbolis mencakup stimulus-respon yang sederhana. Interaksi simbolis mencakup “penafsiran tindakan”.

3. Objek-objek tidak mempunyai makna intrinsik, makna lebih merupakan produk interaksi simbolik. Objek-objek dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yang luas (a) objek fisik seperti meja, tanaman atau mobil (b) objek sosial seperti ibu, guru, menteri atau teman, (c) objek abstrak, seperti nilai-nilai, hak dan peraturan. 4. Manusia tidak hanya mengenal objek eksternal, mereka dapat melihat

dirinya sebagai objek.

5. Tindakan manusia adalah tindakan interpretative yang dibuat oleh manusia itu sendiri.

(60)

dibatasi sebagai “organisasi sosial dari perilaku tindakan-tindakan berbagai manusia”.(Bachtiar, 2006: 249-250).

2.1.5 Tinjauan Tentang Panti Pijat

Panti Pijat adalah suatu tempat yang didalamnya dapat melayani pengunjung dengan layanan pijat dari para terapis yang ada di panti pijat, dimana pijat disini adalah terapi sentuh yang paling tua dan populer yang dikenal manusia. Pijat merupakan seni perawatan dan pengobatan yang telah dipraktekkan sejak berabad-abad silam dari awal kehidupan manusia di dunia.

Jadi jika seseorang datang ke panti pijat maka otomatis seseorang tersebut akan mendapatkan pengobatan berupa sentuhan dari terapis panti pijat. Pijat juga berguna bagi kesehatan karena pada dasarnya, pijatan secara umum akan membantu menyeimbangkan energi dan mencegah penyakit.

Secara fisiologis, pijatan merangsang dan mengatur tubuh, memperbaiki aliran darah dan kelenjer getah bening, sehingga oksigen, zat makanan, dan sisa makanan dibawa secara efektif ke dan dari jaringan tubuh anda dan plasenta3.

2.1.6 Tinjauan Tentang Terapis Wanita

Terapis adalah seseorang yang ahli dalam proses penyembuhan melalui suatu metode yang digunakan oleh terapis terebut yang tentunya untuk penyembuhan suatu penyakit atau kelainan dan sebagainya. Metode dalam terapis berbeda-beda, ada yang

3

(61)

menggunakan tangan untuk dipijatkan kepada pasien, ada juga terapis yang menggunakan media seperti telur, sapu lidi, lampu, air dan media lain sebagainya untuk membantu terapis dalam menyembuhkan pasien4. Dalam hal ini adalah wanita, sebagai seseorang yang mempunyai metode tersebut. Terapis wanita, di panti pijat adalah seseorang yang memiliki keahlian dalam memberikan pengobatan melalui metode pemijatan. Tetapi terapis wanita di panti pijat selain harus memilki keahlian tersebut diharuskan juga untuk memilki daya tarik bagi pasien, pengunjung atau pelanggan yang datang.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritik adalah dasar dari pemecahan masalah. Ilmu sendiri merupakan kegiatan yang dirintis oleh para pakar ilmiah sebelumnya. Artinya tersedia gudang teori untuk tiap disiplin ilmu, termasuk yang relevan dengan masalah yang digarap (Ardianto, 2011).

Berdasarkan judul yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya yaitu tentang presentasi diri terapis wanita di panti pijat, maka fokus penelitian ini meruncing pada presentasi diri.

Menurut Goffman, presentasi diri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu tertentu untuk memproduksi definisi situasi dan identitas sosial bagi para aktor dan definisi situasi tersebut

4

(62)

mempengaruhi ragam interaksi yang layak dan tidak layak bagi para aktor dalam situasi yang ada (Mulyana, 2008: 110).

Selain itu dalam Sukidin, Goffman juga menyebutkan bahwa aktivitas untuk mempengaruhi orang lain itu sebagai pertunjukkan (performance), yakni presentasi diri yang dilakukan individu pada ungkapan-ungkapan yang tersirat, suatu ungkapan yang lebih bersifat teateris, kontekstual, nonverbal dan tidak bersifat intensional. Dalam arti, orang akan berusaha memahami makna untuk mendapatkan kesan dari berbagai tindakan orang lain, baik yang dipancarkan dari mimik wajah, isyarat dan kualitas tindakan (Sukidin, 2002).

Sehingga untuk menjawab masalah penelitian diatas, maka penelitian ini menggunakan studi dramaturgi.

Menurut R.M.A Harymawan dalam bukunya Dramaturgi adalah ajaran tentang masalah hukum dan konvensi drama. Kata drama berasal dari bahasa Yunani draomal yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya: dan “drama” berarti : perbuatan, tindakan.

Ada orang yang menganggap drama sebagai lakon yang menyedihkan, mengerikan, sehingga dapat diartikan sebagai sandiwara tragedi.

(63)

tindakan dengan maknanya alih-alih perilaku dengan determinannya dalam kehidupan.

Dalam konsep dramaturgi, Goffman mengawalinya dengan penafsiran “konsep-diri”, dimana Goffman menggambarkan pengertian

diri yang lebih luas daripada Mead (menurut Mead, konsep diri seorang individu bersifat stabil dan sinambung selagi membentuk dan dibentuk masyarakat berdasarkan basis jangka panjang). Sedangkan menurut Goffman, konsep-diri lebih bersif

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Model Unsur Komunikasi
Gambar 2.2 Alur Kerangka Pemikiran Konseptual
 Tabel 3.1
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil penelitian menunjukan bahwa wanita single parent dikalangan mahasiswa kota Bandung, Aktivitasnya dimana melakukan kegiatan sebagai wanita karier dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penyesuaian diri pada wanita rehabilitasi sosial di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Yogyakarta dilihat dari

Pengaturan hukum tentang usaha panti pijat di Kota Medan adalah Peraturan Walikota Medan Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Tanda Daftar Usaha Pariwisata yang mengatur agar

Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pekanbaru sebaiknya meningkatkan pengawasan terhadap operasi usaha panti pijat dengan mengajukan penambahan personil dan menjalin kerja

Penelitian ini bertujuan Bagaimana Dampak Penutupan Lokalisasi Teleju Terhadap Maraknya Panti Pijat di Kota Pekanbaru dan Bagaimana Implikasi Kehadiran Panti Pijat

Dramaturgi Content Creator @ bangiial_tv dalam presentasi diri di instagram, strategi komunikasi yang di gunakan ialah strategi presentasi diri, yaitu strategi mencari

Presentasi diri informan sebagai mahasiswi dan ayam kampus menunjukkan hasil dimana adanya perbedaan dari masing-masing informan dalam mengelola peran dan kesan yang