• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dalam mengatasi kristenisasi yang terjadi di kalangan masyarakat muslim Kota Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dalam mengatasi kristenisasi yang terjadi di kalangan masyarakat muslim Kota Depok"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

“PERAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) DALAM MENGATASI KRISTENISASI YANG TERJADI DIKALANGAN

MASYARAKAT MUSLIM KOTA DEPOK”

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh :

DYNA FITHRIYA 103032227714

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

“PERAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) DALAM MENGATASI KRISTENISASI YANG TERJADI DIKALANGAN

MASYARAKAT MUSLIM KOTA DEPOK”

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh :

DYNA FITHRIYA NIM : 103032227714

Dibawah Bimbingan :

Dra. Ida Rosyidah, MA. NIP : 150 243 267

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber sudah saya gunakan dalam penulisan ini telah dicantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakrta.

Depok, 27 Februari 2009

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam,

yang telah memberikan segala rahmat-Nya bagi seluruh umat, sehingga kita selalu

sukses menjalani hidup dalam lindungan-Nya. Shalawat serta salam tercurah bagi

Nabi pahlawan umat, pembuka jalan terang dari kegelapan jahiliyah.

Terima kasih yang tak terhingga serta rasa syukur, terucapkan kepada Allah

SWT, Sang Mahahati, Sang Maha segalanya, Mahapengasih dan penyayang yang

telah memberikan cinta tak terhingga, nikmat yang tak pernah berujung; terima kasih

atas berjuta kesempatan untuk selalu menengok ke atas, melihat ke langit demi

mensyukuri segala nikmat dan cobaan yang penuh dengan pelajaran yang sangat

berharga; terima kasih atas segala doa yang telah membuat diriku bangga dan bahagia

hadir sebagai makhluk-Mu di dunia ini. Terima kasih dan sembah sujud kepada

baginda Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangan dan amanah yang tak pernah

padam sampai akhir zaman. Dan penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya

dukungan dan motivasi dari banyak pihak, dalam bentuk bimbingan; baik moril

maupun materiil. Oleh karena itu, sudah selayaknya penulis ucapkan terima kasih

kepada :

1. Dr. M. Amin Nurdin, M.A., Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat serta

seluruh staff akademik fakultas, pusat dan segenap akademik yang telah

mengarahkan, membimbing dan melayani seluruh kebutuhan administratif dan

akademis penulis selama penulisan skripsi ini.

2. Dra. Ida Rosyidah, M.A., Dosen pembimbing skripsi sekaligus ketua jurusan

sosiologi agama, yang telah membimbing, mengarahkan dan membuka pikiran

(5)

3. Dra. Jaurotul Jamilah, M.A., Dosen Pembimbing Akademik dan sekertaris

jurusan sosiologi agama, yang banyak membantu dan memudahkan penulis

dalam urusan akademik.

4. Ketua dan segenap staff Perpustakaan Utama dan Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat, yang telah banyak membantu dalam memberikan dan memudahkan

diperolehnya bahan-bahan dalm penulisan skripsi ini.

5. Ayah dan Umi yang selalu memberikan penulis dukungan dan doa, serta

omelan-omelan agar skripsi ini cepat terselesaikan. “Maaf ya Yah, Mi, baru

bisa kelar sekarang skripsinya” . Serta untuk kakak-kakakku tersayang,

“akhirnya adikmu ini lulus juga (Insya Allah), amien….” Makasih ya atas doa

nya. Buat si Qiting, ponakan que yang lucu, yang selalu membuat keceriaan

tersendiri disaat kebetean menghadang penulis.

6. Sahabat-sahabatku di Sosiologi 2003, terutama Ryan dan Toto, akhirnya kita

bisa nyusul temen-temen yang sudah “mendahului” kita. Buat temen-temen

yang masih asyik sama mata kuliahnya, semoga cepet nyusul kita juga.

Amien…… Maaf ya pren nama kalian terlalu banyak, jadi yang ngerasa

pernah sekelas ma Dyna. Makasih ya dah pernah menjadi bagian dari hidup

gue.

7. Buat Banci Nong-nong ma Acap Gorbacap, akhirnya gue bisa juga kayak

kalian yang pada ga setia kawan ninggalin gue sendirian disini.

8. Buat Cocom and Ijo lumut, thanks 4 our support. “Akhirnya status gue

berubah dari mahasiswa menjadi calon pengacara”. Haahahahahha

9. Untuk BJ, thanks atas masukan-masukannya. Dan makasih dah menjadi

(6)

10.Anak-anak Arkadia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dari yang tua sampai

yang muda, dari yang kenal ampe ga kenal T’Reet. Makasih dah nerima T’reet

jadi anggota yang bisa dikatakan aktif dan ga aktif dalam segala kegiatan yang

dah dibuat.

11.Seluruh anggota dan pengurus FKUB, yang telah memberikan penulis segala

informasi yang dibutuhkan. Terima kasih juga atas pengertian dan segala

kebijaksanaannya.

12.Seluruh Tim Independent Anti Pemurtadan (TIAP) khususnya pak Endang,

makasih dah ditunjukin tempat kejadian perkaranya. Dan makasih juga atas

segala informasi yang dibutuhkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

13.Buat Atul dan Iis, makasih ya de’ atas informasinya. Jangan lupa cari ilmu

setinggi-tingginya. Belajar terus ya biar jadi orang yang berguna bagi orang

tua.

Akhirnya penulis berdo’a semoga segala motivasi dalam bentuk moril maupun

materiil mendapat balasan yang tak ternilai dari Allah SWT. Amien…..

Depok, 10 Februari 2009

(7)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……… i

Daftar Isi ………. iv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……… 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 6

D. Metode Penulisan dan Penelitian ...

7

E. Sistematika Penulisan ...

10

BAB II. KAJIAN TEORI ... 12

A. Teori Tentang Peranan ...

12

B. Kristenisasi ...

16

a. Pengertian Kristenisasi ...

16

b. Strategi Kristenisasi ...

18

c. Faktor-faktor Penyebab Muslim Konversi Agama ...

24

(8)

KOTA DEPOK DAN KOTA DEPOK ... 28

A. Profil Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok ...

28

a. Sejarah Terbentuknya FKUB ...

28

b. Susunan Kepengurusan dan Manajemen FKUB ...

35

c. Visi, Misi, dan Tupoksi ...

38

d. Program Kerja ...

41

B. Kota Depok ...

43

a. Sejarah Terbentuknya Kota Depok...

43

b. Gambaran Umum Kondisi Kota Depok...

48

b.1. Kondisi Geografis...

48

b.2. Kondisi Demografi...

51

(9)

KOTA DEPOK ... 54

A. Kristenisasi yang terjadi di Depok ...

54

A.1. Melalui Bidang Pendidikan dan Sosial ...

54

A.2. Melalui Bidang Pembangunan Rumah Ibadat ...

61

B. Upaya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)

dalam Mengatasi Kristenisasi di Kota Depok ...

64

C. Tantangan dan hambatan yang Dihadapi ...

69

D. Solusi yang Ditawarkan FKUB ...

72

BAB V. PENUTUP ... 75

A. Kesimpulan ...

75

B. Saran-saran ...

77

Daftar Pustaka ...

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai suku

bangsa, adat istiadat, budaya, bahasa dan agama yang tersebar di berbagai pulau

besar dan kecil. Kemajemukan bangsa Indonesia di satu sisi memang merupakan

sumber potensi kekayaan budaya bangsa yang sangat berharga, tetapi disisi lain

kemajemukan bangsa Indonesia juga dapat menjadi sumber potensi ketegangan

dan konflik sosial. Diantara potensi konflik yang sangat mengancam integrasi

nasional adalah konflik sosial yang bernuansa keagamaan, yang memang sejak

masa lalu hubungan antar umat beragama yang berbeda tidak selalu harmonis.1

Disamping itu bangsa Indonesia juga merupakan bangsa yang sangat religius.

Toleransi kerukunan umat beragama di Indonesia baik kerukunan intern umat

beragama, antar umat beragama maupun antara umat beragama dengan

pemerintah merupakan keberhasilan yang harus dipelihara dan dijaga terus

menerus. Walaupun masih ditemukan kasus-kasus agama yang muncul, namun

oleh para ahli dikatakan bahwa kasus-kasus yang sering memakai kedok

keagamaan pada hakikatnya dipicu oleh ketimpangan sosial serta kesenjangan

sosial ekonomi yang ada di masyarakat.

Pandangan para ahli sosiologi mengatakan bahwa agama tidak hanya

dimaknai sebagai ritus, liturgi, do’a dan pengalaman mistik yang bersifat personal

dan unik, namun juga hadir dengan fungsi manifest dan latent yang kadang tidak

dikehendaki oleh pemeluknya. Disatu sisi, agama dapat menjadi sarana integrasi

1

Dr. Imam Tholkhah, MA, Mewaspadai dan Mencegah Konflik Antar Umat Beragama,

(11)

sosial, mengikat solidaritas sesama penganut dalam jamaah, Masjid, Gereja,

Sangha dan komunitas-komunitas keagamaan, wahana pencipta pembangunan dan

pemelihara perdamaian dan kedamaian. Akan tetapi sekaligus juga sebagai

instrumen yang cukup efektif bagi disintegrasi sosial, menciptakan konflik,

ketegangan, friksi, kontradiksi dan bahkan perang.

Proses integrasi sosial tidak dapat menghindari kemungkinan-kemungkinan

terjadinya ketegangan, perselisihan atau konflik. Konflik merupakan kesadaran

yang tercermin dalam pembaharuan masyarakat. Karena itu, konflik tidak

semata-mata merupakan sesuatu yang bersifat destruktif atau patologis bagi kelompok

sosial. Konflik lebih merupakan proses yang bersifat instrumental dalam

pembentukan penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial.

Agama dipandang sebagai salah satu lembaga sosial yang berperan melakukan

interaksi dengan lembaga-lembaga sosial lainnya. Masyarakat pada dasarnya

terintegrasi diatas kesepakatan para anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan

tertentu. Mereka mempunyai suatu general agreements yang memiliki daya

mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan diantara anggotanya.

Tiap-tiap agama menyuruh untuk menyiarkan agama mereka masing-masing.

Salah satu yang akan Penulis bahas adalah tentang bagaimana umat Nasrani dalam

mewartakan ajaran agamanya (Kristenisasi). Gerakan Kristenisasi biasanya

dilakukan tidak secara terang-terangan. Mereka selalu menempuh jalur bawah

tanah dan menggunakan segala cara untuk mewujudkannya.

Yang dinamakan Kristenisasi ialah mengkristenkan orang atau membuat

seseorang memeluk agama Kristen. Arti kata-kata itu menurut istilah ialah:

mengkristenkan orang secara besar-besaran dengan segala daya upaya yang

(12)

agama Kristen. Masyarakat yang demikian akan lebih melancarkan tersiar luasnya

agama Kristen. Akhirnya kehidupan rohani dan sosial penduduk diatur dan

berpusat di Gereja.

Kristenisasi tidak hanya dilancarkan terhadap orang-orang yang belum

memeluk agama atau mereka yang memeluk agama animisme saja, tetapi juga

ditujukan terhadap orang yang telah memeluk agama Islam. Pengkristenan

dipercayai sebagai satu tugas suci yang dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh

ditinggalkan.

Kristenisasi yang terjadi di Aceh, dengan cara memberikan bantuan bencana

alam pasca-tsunami dan gempa, mereka mengatasnamakan pertolongan

kemanusiaan untuk melakukan Kristenisasi. Itu merupakan peluang yang sangat

besar dan target yang empuk untuk mengkristenkan korban bencana alam tersebut.

Pemerintah Indonesia nampaknya harus memberikan perhatian khusus pada

ancaman Kristenisasi terhadap para korban tsunami di propinsi Nangroe Aceh

Darussalam yang dilakukan oleh para misionaris. Harian Inggris “The Observer”

menulis, para misionaris asing ini kini banyak berdatangan ke Aceh dengan kedok

memberikan bantuan kemanusiaan.

Para misionaris yang terkenal agresif menyebarkan agama Kristen, menurut

“The Observer”, William Suhanda, pemimpin kelompok misionaris Light of Love

for Aceh, mengatakan "Selain memberikan bantuan kami juga ingin mengenalkan

nilai-nilai Kristen pada mereka, sehingga mereka bisa melihat sesuatu yang lain

bahwa kita dekat dengan cinta Kristus,". Kelompok ini berharap bisa membawa

sekitar 50 anak-anak Aceh ke panti asuhan Kristen di Jakarta.

Informasi seputar misi Kristenisasi oleh kelompok misionaris asing, sudah

(13)

Baltiomore Sun, juga menurunkan laporan tentang adanya kelompok misionaris

dari aliran Kristen Evangelis yang menyusup ke tim-tim pengirim bantuan ke

Aceh. Setelah sebelumnya, The Washington Post juga membuat laporan serupa

tentang rencana kelompok misionaris yang ingin mengkristenkan sekitar 300

anak-anak Aceh2.

Usaha Kristenisasi itu dilakukan dengan segala daya, biaya peralatan yang

lengkap, rencana yang masak, tehnik yang tinggi, kemauan dan kesungguhan yang

mantap dan kuat, keyakinan yang mendalam serta melalui segala jalan dan saluran

yang meresap dalam hampir semua aspek kehidupan manusia: sosial, budaya,

ekonomi, pendidikan, politik dan segala macam hiburan.

Seperti yang terjadi di Kota Depok, tepatnya menjelang Idul Adha 1427 H di

Kampung Lio. Pasalnya seorang laki-laki bernama Sugito, yang selama ini

dipercaya warga setempat, membawa 72 anak-anak muslim ke Gereja Bethel,

Depok. Terjadilah proses Kristenisasi di Gereja tersebut. Tidak hanya itu saja, di

Kelurahan Meruyung, Kota Depok, satu keluarga (yang terdiri dari satu orang ibu

dan lima orang putra-putrinya) menjadi korban Kristenisasi yang dibawa para

misionaris yang ada di Kota Depok3

Disamping itu, dengan adanya pembangunan tempat ibadah yang didirikan

tanpa adanya surat Izin Membangun Bangunan (IMB) yang sah dari pemerintah

dapat menyebabkan terjadinya suatu konflik yang memicu pada konflik agama.

Banyaknya pembangunan rumah ibadah secara liar, menyebabkan warga sekitar

resah akan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan di daerah tersebut.

2

”Misi dan Fakta Kristenisasi di Indonesia”, www.republika.com, www.google.com , www.myquran.com,www.mizan.com, www.swaramuslim.net , 24 Juli 2003, publikasi 17januari 2005.

diambil pada bulan desember 2007. 3

(14)

FKUB atau Forum Kerukunan Umat Beragama menjadi jembatan untuk

menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan kerukunan baik

kerukunan antar umat beragama, kerukunan intern umat beragama maupun

kerukunan umat beragama dengan pemerintah. FKUB merupakan sebuah

forum/wadah yang dibentuk untuk menampung seluruh aspirasi kepentingan umat

beragama dan kerukunan umat beragama. FKUB bersifat independent dan tidak

berafiliasi kepada salah satu organisasi politik manapun. Organisasi ini bertujuan

untuk memelihara dan mengembangkan kerukunan umat beragama dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pada kasus ini Penulis membatasi masalah sebagai berikut : upaya apa yang

dilakukan FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) dalam menyelesaikan

persoalan-persoalan agama, seperti adanya upaya pengkristenisasian yang terjadi

di Kota Depok, khususnya di Kampung Lio. Dan bagaimana peranan FKUB

dalam kasus tersebut.

Berdasarkan fokus di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai

berikut :

1. Bagaimana pola-pola Kristenisasi yang terjadi di Kota Depok?

2. Bagaimana FKUB mengatasi Kristenisasi yang terjadi di Kota Depok?

3. Bagaimana peran FKUB dalam menghadapi kasus seperti itu ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya Forum Kerukunan

(15)

Depok. Selain itu, sebagai tugas akhir akademik Strata 1 (S1) Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun manfaat dari penelitian ini

antara lain :

1. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para peneliti atau calon

peneliti untuk mengetahui bagaimana upaya FKUB dalam meminimalisir

terjadinya konflik agama di Kota Depok khususnya dan di Indonesia pada

umumnya.

2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lainnya yang akan meneliti masalah

yang sama atau yang berkaitan dengan penelitian ini atau lainnya.

3. Sebagai laporan ilmiah kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

D. Metode Penulisan dan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode studi kasus

dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bersifat deskriptif yang mana suatu

metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Menurut Whitney,

metode deskriptif merupakan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.

Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta

situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,

pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung, serta

pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.4

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, penulis mengambil

langkah-langkah sebagai berikut :

4

(16)

1. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini di Kota Depok, tepatnya di Margonda, Kampung Lio dan

Cinere, dimana kejadian itu berlangsung.

2. Subjek Penelitian

Subjek peneliti pada penulisan skripsi ini adalah seluruh anggota masyarakat

Kota Depok. Untuk lebih memudahkan Penulis dalam memilih subjek sebagai

informasi. Penulis mengelompokkan subjek sebagai berikut : para pengurus

FKUB periode 2007-2012 yang terdiri dari berbagai macam tokoh-tokoh

agama (Islam, Kristen, Budha, Hindu, Kong Hu Cu), tim pencari fakta, juga

masyarakat yang mengalami hal tersebut (Korban Kristenisasi). Dengan

demikian pengambilan bahan informasi untuk dijadikan analisis data lebih

beragam.

Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan serta informasi yang

dibutuhkan sebagai bahan dalam rangka penelitian skripsi ini, maka teknik

pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan dua

belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan

dan yang diwawancarai (narasumber) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu.5 Wawancara berarti proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatapan muka antara si

penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau narasumber dengan

menggunakan alat yang dinamakan interview guide (pedoman wawancara).6

Penulis berhasil mewawancarai 8 sumber, meliputi : 4 anggota sekaligus

5

Lexy J. Maloeng, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung : PT. Rosda Karya, 2000), hal. 135.

6

(17)

pengurus Forum Kerukunan Umata Beragama (FKUB), 2 orang narasumber

dari Tim Pencari Fakta dari TIAP dan 2 orang korban sekaligus saksi.

2. Observasi

Observasi dalam suatu penelitian berarti pengamatan yang dilakukan secara

langsung terhadap gejala yang diteliti.7 Teknik ini memungkinkan Penulis

menarik kesimpulan ihwal makna dan sudut pandang responden, kejadian,

peristiwa, atau proses yang diamati. Lewat teknik ini Penulis akan melihat

sendiri pemahaman yang tidak terucapkan, bagaimana teori digunakan

langsung dan sudut pandang narasumber atau responden yang mungkin tidak

didapati dari wawancara.8 Observasi yang dilakukan Penulis adalah dengan

cara melakukan pengamatan langsung ketempat kejadian.

3. Analisis Dokumen

Teknik ini Penulis gunakan untuk melengkapi data (seconder file) dengan cara

melihat-lihat dokumen dan arsip-arsip yang ada, baik di perpustakaan (library

research) maupun instansi-instansi lain yang terkait dengan objek penelitian.

Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu

peristiwa atau aktivitas tertentu. Ia bisa merupakan rekaman atau dokumentasi

tertulis seperti arsip database surat-surat, rekaman gambar, benda-benda

peninggalan yang berkaitan dengan peristiwa.9

E. Sistematika Penulisan

Dalam penyusun skripsi ini penulis menyusun sistematikanya dalam lima bab,

dengan rincian sebagai berikut :

7

Lexy J. maloeng, Metode Penelitian Kuantitatif, hal. 54. 8

A. Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kuantitatif : Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian, (Jakarta : Pustaka Jaya, 2002), hal. 155.

9

(18)

Bab I : Pendahuluan. Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Kerangka teoritik. Pada bab ini akan diuraikan tentang studi pustaka

mengenai Teori Peranan; Pengertian Kristenisasi; strategi kristenisasi; serta faktor

yang menyebabkan orang Muslim melakukan konversi agama.

Bab III : Gambaran umum tentang objek penelitian. Pada bab ini akan

diuraikan tentang profil Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok

dan Sekilas tentang Kota Depok, yang terdiri atas latar belakang; susunan

kepengurusan FKUB periode 2007-2012; tupoksi, visi dan misi; serta agenda

kegiatannya. Dan sekilas tentang Kota depok; sejarah terbentuknya, kondisi

geografis, dan kondisi demografi.

Bab IV : Analisis hasil penelitian. Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil

penelitian tentang Proses terjadinya Kristenisasi di Indonesia dan Kota Depok

khususnya dan Bagaimana Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) mengatasi

Kristenisasi yang terjadi di Kota Depok, tantangan dan hambatan yang terjadi

serta solusi yang ditawarkan FKUB

Bab V : Kesimpulan dan saran. Pada bab ini Penulis mengemukakan

(19)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Peranan

Menurut teori peranan (Role Theory) peranan adalah sekumpulan tingkah laku

yang dihubungkan dengan suatu posisi tertentu. Peran atau sering juga disebut

”role”, adalah seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu

tertentu yang mempunyai kedudukan sosial tertentu. Menurut David Berry,

harapan merupakan hubungan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat

dikatakan peran itu ditentukan oleh norma dalam masyarakat berarti seseorang

diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakata di dalam

pekerjaan dan tingkah laku.10

Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Artinya,

seseorang yang menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan suatu peran. Keduanya

tidak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu tergantung pada yang lain dan

sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.11

Peranan mempunyai kaitan yang sangat erat dengan status atau kedudukan,

sebab bagaimanapun juga seseorang tidak akan mampu mempunyai pengaruh

hingga dapat berperan tanpa adanya kedudukan atau status. Seseorang dikatakan

berperan karena seseorang tersebut mempunyai status.

Peran yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi atau

tempatnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi atau tempat seseorang dalam

10

David Berry, Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995) cet. 3, hal. 99-100.

11

(20)

masyarakat (sosial-position) merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat

individu dalam organisasi masyarakat. Sedangkan peran lebih banyak menunjuk

pada fungsi, artinya seseorang menduduki suatu posisi tertentu dalam masyarakat

dan menjalankan suatu peran suatu peran paling sedikit mencakaup 3 hal, yaitu :

pertama, peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat ; kedua, peran adalah suatu konsep ikhwal

apa yang dapat dilakukuan oleh individu dalam masyarakat ; dan ketiga, peran

dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial

masyarakat.12

Analisis terhadap perilaku peranan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan :

(1) Ketentuan Peranan

Ketentuan peranan adalah pernyataan formal dan terbuka tentang perilaku

yang harus ditampilkan oleh seseorang dalam membawa perannya.

(2) Gambaran Peranan

Gambaran peranan adalah suatu gambaran tentang perilaku yang sacara aktual

ditampilkan sesorang dalam membawakan perannya,

(3) Harapan Peranan

Harapan peranan adalah harapan orang-orang terhadap perilaku yang

ditampilkan seseorang dalam membawakan perannya.

Seiring dengan adanya konflik antara kedudukan-kedudukan, maka ada juga

konflik peran (conflict of role) dan bahkan pemisahan antara individu dengan

peran yang sesungguhnya harus dilaksanakan (role-distance). Role-distance

terjadi apabila si individu merasakan dirinya tertekan, karena merasa dirinya tidak

sesuai untuk melaksanakan peran yang diberikan masyarakat kepadanya, sehingga

12

(21)

tidak dapat melaksanakan peranya dengan sempurna atau bahkan

menyembunyikan diri.

Peran dapat membimbing seseorang dalam berperilaku, karena fungsi peran

sendiri adalah sebagai berikut :

1. Memberi arah pada proses sosialisasi;

2. Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan pengetahuan;

3. Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat; dan

4. Menghidupkan sistem pengendalian dan kontrol, sehingga dapat melestarikan

kehidupan masyarakat.

Peran sebagai sebuah konsep dalam ilmu sosial tak dapat dibandingkan

dengan pertikel dasar dalam ilmu fisika. Tak mungkin membuat daftar semua

peran dalam masyarakat tertentu karena tak ada prinsip yang jelas dalam

menentukan posisi sosial. Sepanjang masyarakat menyadari bahwa diri mereka

dan orang lain menduduki posisi yang memiliki berbagai hak dan kewajiban,

maka perilaku mereka tidak dapat dipahami tanpa mengacu pada berbagai

ekspektasi mereka tentang bagaimana seharusnya mereka berperilaku dan perilaku

apa yang harus dilakukan orang lain dalam berhadapan dengan mereka.13

Peranan sosial yang ada dalam masyarakat dapat diklasifikasikan menurut

bermacam-macam cara sesuai dengan banyaknya sudut pandang. Berdasarkan

pelaksanaannya peranan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Peranan yang diharapkan (expected roles) : cara ideal dalam pelaksanaan

peranan menurut penilaian masayarakat. Masyarakat menghendaki peranan

yang diharapakan dilaksanakan secermat-cermatnya dan peranan ini tidak

13

(22)

dapat ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang ditentukan. Peranan jenis

ini antara lain peranan hakim, peranan protokoler diplomatik dan sebagainya;

2. Peranan yang disesuaikan (actual roles), yaitu cara bagaimana sebenarnya

peranan itu dijalankan. Peranan ini pelaksanaannya lebih luwes, dapat

disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu. Peranan yang disesuaikan

mungkin tidak cocok dengan situasi setempat, tetapi kekurangan yang muncul

dapat dianggap wajar oleh masyarakat.

Sementara itu, berdasarkan cara memperolehnya, peranan bisa dibedakan

menjadi :

1. Peranan bawaan (ascribed roles), yaitu peranan yang diperoleh secara otomatis,

bukan karena usaha, misalnya peranan sebagai nenek, anak, bupati, dan

sebagainya;

2. Peranan pilihan (achives role), yaitu peranan yang diperoleh atas dasar

keputusannya sendiri, misalnya seseorang yang memutuskan untuk memilih

kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga dan

menjadi mahasiswa program studi sosiologi.

Dari jenis-jenis peranan yang ada dalam masyarakat, kita dapat mengetahui

bahwa setiap orang memegang lebih dari satu peranan, tidak hanya peranan

bawaan saja, tetapi juga peranan yang diperoleh melalui usaha sendiri maupun

peranan yang ditunjuk oleh pihak lain.

B. Kristenisasi

a. Pengertian Kristenisasi

Kristenisasi sudah tidak asing lagi bagi kita, khususnya umat Islam.

(23)

ke agama Kristen dengan berbagai macam cara. Atau dengan kata lain

mengkristenkan penganut agama lain.

Sebagian besar yang menjadi korban Kristenisasi adalah umat Islam. Hal itu

wajar karena Islam dan Kristen pernah terlibat lama dalam konflik Perang Salib

dari tahun 1096 sampai dengan tahun 1292.14

Menurut Adolf Heuken dalam Ensiklopedia Gereja III, kristenisasi harus

dibedakan dari penginjilan atau evangelisasi. Penginjilan berarti pewartaan (kabar

gembira), yaitu Jesus sebagai wujud nyata kebaikan Allah. Setiap orang yang

mendengar pewartaan ini, diajak supaya bertobat dan dengan rela membuka diri

bagi Tuhan, Bapa semua orang.15 Sedangkan evangelisasi atau misionaris adalah

orang yang senantiasa mensifati agama Kristen dengan hal-hal yang indah.

Perbedaan antara misionaris dengan para penginjil terletak pada strategi

pergerakan mereka. Misionaris bergerak di ranah propaganda halus, sedangkan

penginjil mengajak untuk masuk agama mereka secara paksa dengan berbagai

bentuk kekuatan. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa tidak ada

misionarisme tanpa kehadiran orientalisme, dan tidak ada Kristenisasi tanpa

imperialisme.16

Istilah Kristenisasi berkonotasi negatif, yaitu sebagai usaha menjadikan orang

anggota Gereja dengan cara tidak wajar. Tuduhan kristenisasi biasanya bernada

umum, tidak disertai bukti, tanpa alamat jelas, artinya tanpa menyebut jelas Gereja

atau lembaga Kristen mana yang menjalankannya.17

14 ”Ensiklopedia Indonesia Edisi Khusus”, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1992), hal.

2661 15

Adolf Heuken, Ensiklopedia Gereja Vol.III, (Jakarta : Yayasan Cipta Loka Caraka, 1993), hal. 32

16

Dr. Hasan Abdul Rauf dan Dr. Abdurrahman Ghirah, Orientalisme dan Misionarisme Menelikung Pola Pikir Umat Islam, ( Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2007), hal. 118-119

17

(24)

Kristenisasi diisukan dengan alasan berbeda-beda, antara lain karena

kekuatiran tentang iman umat beragama sendiri yang pindah agama, atau karena

irihati terhadap perkembangan agama Kristen. Pewartaan – Injil yang wajar dan

luhur juga dikecam antara lain karena merasa jengkel terhadap orang yang

menjadi Kristen akibat amanat yang mereka dengar atau teladan serta perbuatan

yang mereka lihat.

b. Strategi Kristenisasi

Beberapa strategi yang digunakan oleh para misionaris sekarang makin

beragam, berikut adalah beberapa pola yang berhasil Penulis dapatkan dari

beberapa sumber, seperti :

(1) Dengan penerbitan buku-buku berwajah Islam18

Hal ini dilakukan untuk mengelabuhi umat Islam yang masih dangkal

pemahamannya, agar mau membaca lalu meyakini doktrin agama Kristen. Ini

sangat ditekankan mereka (umat Kristen), sebab mereka melihat bahwa umat

Islam awam tidak sudi membaca buku-buku yang berwajah Kristen.

(2) Kristenisasi kepada pasien muslim

Di beberapa rumah sakit, misalnya di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo

Jakarta, kepada pasien Muslim dibagi-bagikan leaflet (brosur) tentang

penghiburan dan penyembuhan Yesus Kristus kepada orang-orang sakit.

Sedangkan di rumah sakit Advent Bandung, pasien Muslim diajak berdoa

bersama oleh rohaniawan rumah sakit dengan tata cara peribadatan Kristen.

18

”Pola-Pola Pemurtadan Kaum Domba”,

(25)

(3) Kristenisasi melalui jalur pemerkosaan gadis-gadis muslimah

Khairiyah Anniswah alias Wawah, siswi MAN Padang, setelah diculik dan

dijebak oleh aktivis Kristen, diberi minuman perangsang lalu diperkosa.

Setelah tidak berdaya, dia dibaptis dan dikristenkan. Kasus serupa juga

menimpa Linda, siswi SPK Aisyah Padang. Setelah diculik dan disekap oleh

komplotan aktivis Kristen, dia diperlakukan secara tidak manusiawi dengan

teror kejiwaan supaya pindah agama19.

(4) Kristenisasi melalui penyebaran narkoba

Di desa Langensari, Lembang, Bandung, Yayasan Sekolah Tinggi Theologi

(STT) Doulos menyebarkan Kristen dengan cara merusak moral terlebih

dahulu. Di sana, para pemuda usia 15 tahunan dicekoki minuman keras dan

obat-obat terlarang sampai kecanduan berat. Setelah kecanduan, para pemuda

itu dimasukkan ke Panti Rehabilitasi Doulos untuk disembuhkan sambil

dicekoki Injil supaya murtad dari Islam.

(5) Kristenisasi melalui kesaksian-kesaksian Palsu via mantan Muslim (murtadin)

20

Tahun 1974, GPIB Maranatha Surabaya digegerkan oleh kasus pelecehan

agama oleh Pendeta Kernas Abubakar Masyhur Yusuf Roni. Dalam

ceramahnya, sang pendeta itu mengaku-ngaku sebagai mantan Kyai, alumnus

Universitas Islam Badung dan pernah menjadi juri MTQ Internasional. Dia

tafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an secara tidak benar. Kaset rekaman ceramah

tersebut kemudian disebarkan secara luas kepada umat Islam. Setelah diusut

19

Lembaga Penelitian Dan Pengkajian Islam (LPPI), “Kristenisasi dan Kejahatan-Kejahatannya”, http://www.perpustakaan-islam.com, sumber diambil pada tanggal 26 Januari 2008.

20

”Pola-Pola Pemurtadan Kaum Domba”,

(26)

tuntas, ternyata pengakuan pendeta itu hanyalah bohong belaka Yusuf Roni

teryata tidak bisa baca Al-Qur’an.

(6) Kristenisasi berkedok sosial di desa-desa terpencil

Kristenisasi dilancarkan kepada orang-orang miskin sambil menawarkan

makanan (berisi, mie, gula, dll.) secara gratis, obat-obatan, pakaian bekas,

alat-alat pertanian (bibit, pupuk, obat pembunuh serangga, dll. Setelah orang

desa merasakan manfaatnya, maka barulah para misionaris menyatakan

maksud yang sebenarnya, bahwa mereka itu sebagai pelayan dari Yesus

Kristus. Dan bantuan yang mereka nikmati itu adalah dari Yesus. Maka, mana

yang lebih baik, Islam atau Kristen? Selanjutnya, masyarakat desa dibaptis.

Bagi yang tidak mau masuk Kristen maka dimulailah misi untuk menggoda

iman untuk melemahkan ajaran Islam.21

(7) Kristenisasi berkedok Islam, yaitu memurtadkan akidah umat dengan strategi

‘Serigala Berbulu Domba’

Dengan memakai idiom-idiom keislaman dalam tata cara peribadatan serta

menerbitkan buku-buku dan brosur (leaflet) berwajah Islam, tapi isinya

memutarbalikan ayat-ayat Al Our’an dan Hadits, untuk mendangkalkan

akidah. Dipermainkannya ayat-ayat Ilahi untuk meleceh Islam demi untuk

menjunjung tinggi kekristenan. Tujuan akhirnya, agar kaum Muslimin

meragukan ajaran Islam lalu pindah ke Kristen.

(8) Bentuk-bentuk Kristenisasi yang dikemas dalam wajah Islam, antara lain:

dengan meniru kebiasaan umat Islam dalam bangunan dan tata cara ritual. Di

beberapa desa di Yogyakarta, misi Kristen meniru adat kebiasaan umat Islam,

21

”Pola-Pola Pemurtadan Kaum Domba”,

(27)

seperti tahlilan, pakai kopiah yang biasa dipakai oleh umat Islam,

mengucapkan salam `Assalamu’alaikum’, dll.

Dalam buku yang berjudul Membongkar Gerakan Pemurtadan Umat Islam,

Dokumen Kristenisasi, Abu Deedat Syihab mencoba menulis tentang 9 Strategi

Penghancuran Kaum Muslimin. Yang diantaranya adalah22 :

(1) Pemiskinan23

APBN/APBD, aset negara, hasil pinkaman / bantuan luar negeri dikorupsi

di atas dan di bawah.

Negara dililit utang IMF, ADB, World Bank, rakyat dililit utang rentenir

lokal / nasional.

Harta Muslim dikuasai non-Muslim.

Miskin harta, miskin ilmu (anggaran pendidikan dikorup, pendidikan tak

dipedulikan), miskin aqidah, miskin kesehatan (akibat stress).

Membudayakan jadi manusia konsumen dan importir serta menghambat

produsen / eksportir.

Senjata kuman / biologis : HIV, DBD, polio, flu burung, antraks, SARS,

daging sapi gila.

Menghancurkan petani dengan mengimpor macam-macam pangan meski

mampu memproduksi sendiri.

(2) Penguasaan kekayaan alam

Pertambangan, migas, panas bumi.

Hutan, perkebunan, laut, peternakan.

Penguasaan usaha air minum Pemda dan AMDK / Aqua.

22

Abu Deedat Syihab MH, Membongkar Gerakan Pemurtadan Umat Islam Dokumen Kristenisasi, (Jakarta : Pustaka Tazkia Az-Zahra, 2006), hal. 4-5

23

(28)

(3) Penguasaan aset-aset ekonomi24

Kekayaan negara / nasional dikuasai asing (alat-alat produksi, transportasi,

barang dan jasa) pasarnya pun mereka kuasai.

Aset nasional (BUMN / BUMD) dijual untuk bayar hutang.

(4) Penguasaan aset informasi

Media cetak, elektronik dan film / VCD yang merusak dikuasai mereka untuk

melegalisir, merekayasa, mengkampanyekan program-program mereka.

(5) Penguasaan sistem politik dan hukum

Berhukum dan berpolitik sesuai konsep barat/sekuler/imperalis dan sinis

menentang hukum Islam.

Penempatan pejabat-pejabat Kristen pembela Kristenisasi tapi pejabat

Muslim yang tak peduli kepada Islam.

Mengadu domba militer agar negara lemah.

(6) Penghancuran moral

Senjata kimia : macam-macam narkoba, miras dan nikotin.

Senjata free sex, obral aurat, pornografi/pornoaksi.

Membudayakan korupsi, suap, judi dan spekulasi.

Membudayakan friksi, premanisme, tawuran, dan adu domba.

Mengganti Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi keuangan yang maha

kuasa.

(7) Penghancuran militansi Islam

Menghancurkan sikap kaaffah, istiqomah dan jihad.

Mamberi gelar ”Teroris”, ”Ekstrimis” pada kelompok-kelompok yang

kaaffah dan istiqomah dan memusuhinya.

24

(29)

Memberi bantuan / beasiswa bagi yang mau mempelajari sekularisme /

Islam Liberal dan ngaji di Chicago / New York.

(8) Deislamisasi25

Kampanye anti syariat Islam oleh ”tokoh-tokoh” yang mengatasnamakan

Jaringan Islam Liberal (JIL) koordinatornya Ulil Abshar Abdalla.

Melecehkan Qur’an, Sunnah, halal dan haram.

Menginfiltrasi NU, Muhammadiyah, IAIN, HMI, ICMI, Pesantren dengan

kampanye sekularisme / Liberalisme / fikih lintas agama (seperti dulu

Syariat Islam dengan Komunis dan Muhammadiyah oleh Ahmadiyah).

(9) Konversi agama / pemurtadan

Perkawinan beda agama, hamilisasi.

Sekolah / beasiswa yang mereka selenggarakan.

Pengobatan, hipnotisme, sihir / jin.

Rumah yatim, anak jalanan, rumah jompo.

Bagi-bagi sembako waktu ada musibah, dengan kedok sosial.

Pendeta menyamar Ustadz / Ustadzah memurtadkan jamaah lemah di

Masjid, Islamic Center untuk masuk Kristen.

c. Faktor-faktor Penyebab Muslim Konversi Agama

Dalam menentukan faktor pendorong terjadinya konversi agama, para ahli

dalam beberapa disiplin ilmu berbeda pendapat. Perbedaan pendapat tersebut

disebabkan oleh kecenderungan para ahli yang didomonasi bidang ilmu yang

mereka tekuni.26 Max Heirich membedakan 4 faktor yang mendorong terjadinya

25

Abu Deedat Syihab MH, Membongkar Gerakan Pemurtadan, hal. 5 26

(30)

konversi agama sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuni para ahli, yaitu sebagai

berikut27 :

1. Kalangan ahli agama berpendapat bahwa yang menjadi faktor penyebab

terjadinya konversi agama adalah petunjuk ilahi. Untuk berani menerima

hidup baru dengan segala konsekuensinya diperlukan bantuan istimewa dari

Tuhan yang sifatnya Cuma-Cuma. Pengaruh supranatural inilah yang berperan

secara dominan dalam proses terjadinya konversi agama pada diri seseorang.

2. Kalangan ahli sosiologi berpendapat bahwa yang menyebabkan terjadinya

konversi agama adalah pengaruh sosial. Variabel-variabel pengaruh sosial

tersebut diantaranya adalah sebagai berikut28 :

Pengaruh hubungan antar pribadi, baik pergaulan yang bersifat keagamaan

maupun non-keagamaan (misalnya ilmu pengetahuan, kesenian, ataupun

bidang kebudayaan lainnya).

Pengaruh propaganda (ajakan atau anjuran) dari orang-orang dekat,

misalnya keluarga, sahabat karib, famili dan sebagainya.

Pengaruh rutinitas keagamaan. Kebiasaan (tradisi) keagamaan yang

dilakukan secara berulang-ulang dapat mendorong seseorang untuk

berubah kepercayaan, misalnya : menghadiri upacara-upacara keagamaan

ataupun pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan baik pada

lembaga formal maupun tidak formal.

Pengaruh pemimpin keagamaan. Hubungan yang baik dengan pemimpin

agama akan menciptakan perasaan dekat kepada Tuhan.

Pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi, baik yang bersifat keagamaan

maupun non keagamaan. Motivasi yang berasal dari orang-orang yang

27

Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta : Kanisius, 1984) cet. Ke-2, hal. 80 28

(31)

mempunyai kesamaan kecenderungan (hobi) akan lebih mudah dalam

memberikan pengaruh dibanding yang lain.

3. Kalangan ahli pendidikan berpendapat bahwa konversi agama dipengaruhi

oleh kondisi pendidikan. Penelitian ilmu sosial menampilkan data dan

argumen bahwa suasana pendidikan ikut mempengaruhi konversi agama.

4. Kalangan ahli psikologi berpendapat bahwa yang menjadi pendorong

terjadinya konversi agama adalah dorongan untuk membebaskan diri dari

tekanan batin yang menyiksa. Adapun tekanan batin itu timbul dalam diri

seseorang karena pengaruh faktor-faktor sebagai berikut29 :

Keluarga. Faktor keluarga ini dapat berupa keretakan keluarga,

ketidakserasian, berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, kurang

mendapatkan pengakuan dari kerabat dan sebagainya.

Keadaan lingkungan. Orang yang merasa terlempar dari lingkungannya

atau tersingkir dari kehidupan di suatu tempat, dirinya akan merasa hidup

sebatangkara dan gelisah. Keadaan yang demikian menyebabkan

seseorang mendambakan ketenangan dan mencari tempat untuk

bergantung hingga kegelisahannya hilang.

Perubahan status. Terutama perubahan status yang terjadi secara

mendadak, misalnya perceraian, keluar dari sekolah atau dari

perkumpulan, perubahan atau pemecatan pekerjaan dan sebagainya.

Kemiskinan. Masyarakat awam yang miskin cenderung memeluk agama

yang menjanjikan kehidupan dunia yang lebih baik. Kebutuhan sandang

dan pangan dapat mempengaruhi perubahan keberagamaan seseorang.

29

(32)

Apabila faktor-faktor di atas mempengaruhi seseorang hingga menimbulkna

gejala tekanan batin, maka seseorang akan terdorong untuk mencari jalan keluar

yang berupa ketenangan batin. Dalam kondisi psikis yang demikian itulah

kehidupan batin seseorang menjadi kosong dan tak berdaya, sehingga ada

kemungkinan mencari perlindungan kepada kekuatan lain yang dianggap mampu

memberikan kedamaian dan ketentraman. Secara psikologis, Prof. Dr. Zakiah

Daradjat juga berpendapat bahwa latar belakang yang terpokok dari semua

konversi agama adalah konflik jiwa (pertentangan batin) dan ketegangan perasaan

yang mungkin disebabkan oleh berbagai keadaan.30

30

(33)

BAB III

PROFIL FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) KOTA DEPOK PERIODE 2007-2012 DAN KOTA DEPOK

A. PROFIL FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) KOTA DEPOK PERIODE 2007-2012

a. Sejarah Terbentuknya FKUB

Hak beragama adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi keadaan

apapun, setiap orang bebas beribadat menurut agamanya dan Negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan

untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu31.

Untuk menjamin hal tersebut, Pemerintah berkewajiban melindungi setiap

usaha penduduk melaksanakan ajaran agama dan ibadat pemeluk-pemeluknya,

sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, tidak

menyalahgunakan atau menodai agama, serta tidak mengganggu ketenteraman

dan ketertiban umum. Pemerintah juga memberikan bimbingan dan pelayanan

agar setiap penduduk melaksanakan ajaran agamanya sehingga dapat berlangsung

dengan rukun, lancar, dan tertib.

Arah kebijakan Pemerintah dalam pembangunan nasional di bidang agama

antara lain peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman agama serta

kehidupan beragama, dan peningkatan kerukunan intern dan antar umat beragama.

Pemerintah Daerah, dalam rangka menyelenggarakan otonomi, mempunyai

kewajiban melaksanakan urusan wajib bidang perencanaan, pemanfaatan, dan

pengawasan tata ruang serta kewajiban melindungi masyarakat, menjaga

31

(34)

persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam rangka melaksanakan tugas

dan wewenangnya mempunyai kewajiban memelihara ketentraman dan ketertiban

masyarakat, khususnya kerukunan umat beragama yang merupakan bagian

penting dari kerukunan nasional.

Berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri

Nomor 01/BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur

Pemerintahan Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan

dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-pemeluknya, yang ditindaklanjuti dengan

Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun

2006 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala

Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,

Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, Dan Pendirian Rumah Ibadat,

untuk pelaksanaannya perlu mendasarkan dan menyesuaikan dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan32.

Berikut bab khusus (bab 2) yang terdapat didalam Peraturan Bersama Menteri

Agama dan Menteri Dalam Negeri tersebut yang membahas tentang Tugas Kepala

Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama33.

Pasal 2

Pemeliharaan kerukunan umat beragama menjadi tanggung jawab bersama umat beragama, pemerintahan daerah dan Pemerintah.

Pasal 3

(1)Pemeliharaan kerukunan umat beragama di provinsi menjadi tugas dan kewajiban gubernur.

32

”Sosialisasi Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri”, www.google.co.id. Diambil pada tanggal 12 April 2008.

33

(35)

(2)Pelaksanaan tugas dan kewajiban gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh kepala kantor wilayah departemen agama provinsi.

Pasal 4

(1) Pemeliharaan kerukunan umat beragama di kabupaten/kota menjadi tugas dan kewajiban bupati/walikota.

(2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh kepala kantor departemen agama kabupaten/kota.

Pasal 5

(1)Tugas dan kewajiban gubernur sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 meliputi :

a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di provinsi;

b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di provinsi dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama;

c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati dan saling percaya di antara umat beragama; dan

d. membina dan mengoordinasikan bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama. (2)Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan

huruf d dapat didelegasikan kepada wakil gubernur.

Pasal 6

(1) Tugas dan kewajiban bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 meliputi :

a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di kabupaten/kota; b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di kabupaten/kota dalam

pemeliharaan kerukunan umat beragama;

c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati dan saling percaya di antara umat beragama; dan

d. membina dan mengoordinasikan camat, lurah atau kepala desa dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama.

e. Menerbitkan IMB rumah ibadat.

(2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d dapat didelegasikan kepada wakil bupati/wakil walikota

(3) Pelaksaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c di wilayah kecamatan dilimpahkan kepada camat dan di wilayah kelurahan/desa dilimpahkan kepada lurah/kepala desa melalui camat.

Pasal 7

(36)

a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di wilayah kecamatan;

b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati dan saling percaya di antara umat beragama; dan

c. membina dan mengoordinasikan lurah dan kepala desa dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama.

(2)Tugas dan kewajiban lurah/kepala desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) meliputi :

a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di wilayah kelurahan/desa; dan

b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati dan saling percaya di antara umat beragama.

Untuk pasal 3 dan pasal 5 dituliskan pada peraturan bersama, apa yang

menjadi tugas dan kewajiban dari seorang gubernur. Sedangkan pada pasal 4 dan

pasal 6 dijelaskan bagaimana tugas dan kewajiban dari seorang bupati/walikota.

Dan pada pasal 7 dijelaskan tugas dan kewajiban dari seorang camat. Yang inti

dari semua tugas serta kewajiban dari masing-masing kepala daerah adalah

memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi

terwujudnya kerukunan umat beragama diwilayah mereka masing-masing.

Untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam upaya melaksanakan

Peraturan Bersama tersebut, telah ditetapkan Peraturan Gubernur Jawa Barat

Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembentukan Forum Kerukunan Umat

Beragama (FKUB) Dan Dewan Penasehat Forum Kerukunan Umat Beragama

Provinsi Dan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat, yang dapat memberikan

jaminan kepastian hukum bagi aparat pelaksana maupun masyarakat pada

umumnya.

Peraturan Gubernur ini telah ditetapkan dan diundangkan dalam Berita

Daerah, sebagai payung hukum bagi pembentukan FKUB dan Dewan Penasihat

(37)

• !

Peraturan Gubernur itu mengacu pada Peraturan Bersama Menteri Agama dan

Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun 2006 pada Bab III yang

membahas tentang Forum Kerukunan Umat Beragama dan Dewan Penasihat

FKUB, berikut adalah pasal-pasalnya34 :

Pasal 8

(1)FKUB dibentuk di provinsi dan kabupaten/kota.

(2)Pembentukan FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah daerah.

(3)FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki hubungan yang bersifat konsultif.

Pasal 9

(1)FKUB provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) mempunyai tugas :

a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat; b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat;

c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dala bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan gubernur ; dan

d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan dibidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat.

(2)FKUB kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) mempunyai tugas :

a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat; b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat;

c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dala bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan bupati/walikota;

d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan dibidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat; dan

e. memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadat.

34

(38)

Pasal 10

(1)Keanggotaan FKUB terdiri atas pemuka-pemuka agama setempat.

(2)Jumlah anggota FKUB provinsi paling banyak 21 orang dan jumlah anggota FKUB kabupaten/kota paling banyak 17 orang.

(3)Komposisi keanggotaan FKUB provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan perbandingan jumlah pemeluk agama setempat dengan keterwakilan minimal 1 (satu) orang dari setiap agama yang ada di provinsi dan kabupaten/kota.

(4)FKUB dipimpin oleh 1 (satu) orang ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, 1 (satu) orang sekretaris, 1 (satu) orang wakil sekretaris, yang dipilih secara musyawarah oleh anggota.

Pasal 11

(1) Dalam memberdayakan FKUB, dibentuk Dewan Penasihat FKUB di provinsi dan kabupaten/kota.

(2) Dewan Penasihat FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas :

a. membantu kepala daerah dalam merumskan kebijakan pemeliharaan kerukunan umat beragama; dan

b. memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan pemerintah daerah dan hubungan antar sesama instansi pemerintah di daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama.

(3) Keanggotaan Dewan Penasihat FKUB provionsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh gubernur dengan susunan keanggotaan :

a. Ketua : wakil gubernur;

b. Wakil Ketua : kepala kantor wilayah departemen agama provinsi; c. Sekretaris : kepala badan kesatuan bangsa dan politik provinsi; d. Anggota : pimpinan instansi terkait.

(4) Dewan Penasihat FKUB kabupaten/kota sebagaiamna dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh bupati/walikota dengan susunan keanggotaan :

a. Ketua : wakil bupati/wakil walikota;

b. Wakil Ketua : kepala kantor wilayah departemen agama kabupaten/kota;

c. Sekretaris : kepala badan kesatuan bangsa dan politik kabupaten/kota;

d. Anggota : pimpinan instansi terkait.

Pasal 12

Ketentuan lebih lanjut mengenai FKUB dan Dewan Penasihat FKUB provinsi dan kabupaten/kota diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bab III dari Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri

(39)

8), tugas-tugas dari FKUB baik FKUB tingkat provinsi (pada pasal 9) maupun

FKUB tingkat kabupaten (pada pasal 10), keanggotaan dari FKUB baik tingkat

provinsi maupun tingkat kabupaten/kota dan tugas dari dewan penasehat FKUB

(pasal 11).

b. Susunan Kepengurusan Dan Manajemen FKUB

Sesuai Bab III Pasal 10 Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri

Dalam Negeri yang mengatur tentang keanggotaan FKUB, berikut adalah 4

(empat) ayat yang terdapat pada pasal 10 tersebut35 :

(1)Keanggotaan FKUB terdiri atas pemuka-pemuka agama setempat.

(2)Jumlah anggota FKUB provinsi paling banyak 21 orang dan jumlah anggota FKUB kabupaten/kota paling banyak 17 orang.

(3)Komposisi keanggotaan FKUB provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan perbandingan jumlah pemeluk agama setempat dengan keterwakilan minimal 1 (satu) orang dari setiap agama yang ada di provinsi dan kabupaten/kota.

(4)FKUB dipimpin oleh 1 (satu) orang ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, 1 (satu) orang sekretaris, 1 (satu) orang wakil sekretaris, yang dipilih secara musyawarah oleh anggota.

Keanggotaan FKUB terdiri dari beberapa pemuka agama, yang terdiri dari

perwakilan-perwakilan agama-agama yang ada di Indonesia. Sedangkan, jumlah

anggota FKUB di tingkat kabupaten/kota adalah 17 orang. Berikut adalah

beberapa nama (susunan pengurus) FKUB Kota Depok periode 2007-2012 adalah

sebagai berikut36 :

Ketua : Farid Hadjiry (Islam)

Wakil Ketua I : Drs. Masdun Pranoto (Islam)

Wakil ketua II : JB. Joko Suhono (Khatolik)

Sekertaris : H. Ahmad Syaifuddin (Islam)

Wakil Sekertaris : Abdy Idris (Islam)

35

Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri. 36

Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI,

(40)

Anggota : 1. Djonsiur (Budha)

Pasal 11, adalah sebagai berikut37 :

(1) Dalam memberdayakan FKUB, dibentuk Dewan Penasihat FKUB di provinsi dan kabupaten/kota.

(2) Dewan Penasihat FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas :

c. membantu kepala daerah dalam merumuskan kebijakan pemeliharaan kerukunan umat beragama; dan

d. memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan pemerintah daerah dan hubungan antar sesama instansi pemerintah di daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama.

(3) Keanggotaan Dewan Penasihat FKUB provionsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh gubernur dengan susunan keanggotaan :

a. Ketua : wakil gubernur;

b. Wakil Ketua : kepala kantor wilayah departemen agama provinsi; c. Sekretaris : kepala badan kesatuan bangsa dan politik provinsi; d. Anggota : pimpinan instansi terkait.

(4) Dewan Penasihat FKUB kabupaten/kota sebagaiamna dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh bupati/walikota dengan susunan keanggotaan :

a. Ketua : wakil bupati/wakil walikota;

b. Wakil Ketua : kepala kantor wilayah departemen agama kabupaten/kota;

37

(41)

c. Sekretaris : kepala badan kesatuan bangsa dan politik kabupaten/kota;

d. Anggota : pimpinan instansi terkait.

Dewan Penasehat FKUB terdiri dari orang-orang yang telah ditetapkan oleh

walikota, yang mempunyai tugas dalam membantu kepala daerah dalam

merumuskan kebijakan pemeliharaan kerukunan umat beragama dan

memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan pemerintah daerah dan hubungan

antar sesama instansi pemerintah di daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat

beragama.

Sesuai dengan pasal tersebut maka berikut ini adalah susunan pengurus Dewan

Penasihat FKUB Kota Depok periode 2007-201238 :

Ketua : Wakil Walikota

Wakil Ketua : Kakandepag

Sekertaris : Kakankesbang Linmas

Anggota : 1. Asisten Pembangunan

2. Asisten Tata Praja

3. Kadis Tata Kota dan Bangunan

4. Kadis PU

5. Waka Polres

6. Kasdim 0508

7. Kabag Kesra

c. Visi, Misi dan Tupoksi39 1. Visi

38

Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI,

Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor : 9 Tahun 2006 /Nomor : 8 Tahun 2006, (Depok : Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok, 2008), hal. 61

39

(42)

Visi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) adalah agar terwujudnya

kerukunan umat beragama yang sesuai dengan aturan agama dana negara.

2. Misi

Misi-misi yang digunakan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)

Kota Depok, antara lain :

1) Mendorong terwujudnya pemberdayaan Forum Kerukunan Umat

Beragama (FKUB).

2) Mendorong terwujudnya pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama.

3) Mendorong terwujudnya pelayanan rekomendasi pendirian rumah ibadah

dan rekomendasi lainnya yang terkait dengan kerukunan umat beragama.

3. Tujuan

Tujuan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok dalam

melaksanakan tugasnya adalah agar :

1) Terwujudnya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok

yang mampu berperan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

2) Terwujudnya kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang

kondusif melalui pemeliharaan kerukunan umat beragama.

3) Terwujudnya pelayanan dari FKUB dalam mengeluarkan rekomendasi

tentang pendirian rumah ibadah dan rekomendasi lainnya yang terkait

dengan kerukunan umat beragama sebagai bahan pertimbangan kebijakan

walikota Depok.

4. Sasaran

Sasaran dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok

(43)

1) Meningkatkan pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)

Kota Depok.

2) Meningkatkan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat.

3) Meningkatkan upaya dalam menampung aspirasi Ormas keagamaan dan

aspirasi masyarakat.

4) Meningkatkan upaya menyalurkan aspirasi dalam bentuk rekomendasi

sebagai bahan kebijakan Walikota Depok.

5) Meningkatkan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan

dibidang keagamaan yang berkait dengan kerukunan umat beragama dan

pemberdayaan masyarakat.

5. Tupoksi

FKUB Kota Depok disusun/dilantik berdasarkan Keputusan Walikota

Depok Nomor : 821-29/16/Kpts/Kesbanglinmas/Huk/2007 tanggal 16 Maret

2007 tentang : Susunan Dewan Penasehat Forum Kerukunan Umat Beragama

(FKUB) Kota Depok, dan Keputusan Walikota Depok, Nomor :

21-29/17/Kpts/Kesbanglinmas/Huk/2007 tentang Susunan Pengurus Forum

kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok.

Tugas pokok Dewan Penasehat FKUB Kota Depok adalah :

1) Membantu kepala Daerah dalam merumuskan kebijakan pemeliharaan

kerukunan umat beragama.

2) Memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan pemerintah daerah dan

hubungan antar sesama instansi Pemerintah Daerah dalam pemeliharaan

(44)

Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKUB) Kota Depok

melaksanakan hubungan yang bersifat konsultatif dengan tugas :

1) Melakukan dialog interaktif dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat.

2) Menampung aspirasi Ormas Keagamaan dan aspirasi masyarakat.

3) Menyalurkan aspirasi dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan

walikota Depok.

4) Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan kebijakan

pemerintah dibidang Keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat

beragama dan pemberdayaan masyarakat.

d. Program Kerja

Sejalan dengan visi, misi, tujuan dan sasaran serta kebijakan FKUB dengan

kebijakan yang diambil Kota Depok merencanakan program sebagai berikut yang

dibagi menjadi dua bagian, yaitu40 :

1. Program kerja Internal FKUB, yaitu :

• Pemberdayaan FKUB

Kegiatan yang dilakukan, diantaranya :

1) Mengefektifkan kesekertariatan FKUB.

2) Mengusahakan dana operasional Dewan Penasehat dan Pengurus FKUB.

3) Mengusahakan honor Dewan Penasehat dan Pengurus FKUB.

4) Mengadakan kendaraan roda empat untuk operasional FKUB.

5) Mengadakan kebutuhan Alat Tulis Kantor (ATK) dan Alat Perlengkapan

Kantor (APK).

6) Menyusun dan menyampaikan laporan setahun FKUB kepada Walikota

Depok.

40

(45)

2. Program kegiatan eksternal FKUB Kota Depok, diantaranya adalah :

• Peningkatan dialog intern umat beragama, antar umat dan antar umat dengan

pemerintah dan menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi

masyarakat..

Kegiatan yang dilakukan antara lain :

1) Mengadakan road show, kunjungan kerja silaturahmi FKUB Kota Depok

dengan tokoh birokrat, pemuka agama dan tokoh masyarakat.

2) Mengadakan dialog tingkat Kota Depok dengan pemuka agama dan

tokoh Kota Depok.

3) Mengadakan acara dialog tingkat Kota Depok dengan Ormas keagamaan

dan masyarakat.

4) Menjadi narasumber dalam berbagai acara dialog mengenai FKUB di

berbagai media massa.

• Menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyrakat dalam bentuk

rekomendasi sebagai bahan kebijakan bupati/walikota..

Kegiatan yang dilakukan antara lain :

1) Mengadakan kunjungan ke lokasi yang menjadi objek rekomendasi.

2) Menyelenggarakan forum pembahasan FKUB.

3) Mengadakan koordinasi dengan Dewan Penasehat FKUB.

4) Menerbitkan rekomendasi FKUB sebagai bahan pertimbangan kebijakan

Walikota Depok.

• Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di

bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragaman dan

pemberdayaan masyarakat..

(46)

1) Mencetak dan menyebarkan peraturan perundang-undangan dan

kebijakan dibidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat

beragama dan pemberdayaan masyarakat ditingkat Kecamatan Se-Kota

Depok.

2) Menghadiri dan menyampaikan sosialisasi peraturan

perundang-undangan dan kebijakan dibidang keagamaan yang terkait dengan

kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat dalam forum

atau acara yang diselenggarakan oleh berbagai pihak.

3) Memasangkan spanduk dan pamflet kegiatan maupun hari-hari besar

keagamaan.

• Memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadah,

dan memberikan pendapat tertulis untuk izin sementara pemanfaatan

bangunan gedung bukan rumah ibadah yang diberikan oleh bupati/walikota.

• Memberikan pendapat atau saran dalam hal penyelesaian perselisihan

pendirian rumah ibadat kepada bupati/walikota.

B. KOTA DEPOK

a. Sejarah Terbentuknya Kota Depok

Kota Depok mulanya adalah sebuah kecamatan yang berada dalam lingkungan

Kewedanan (Pembantu Bupati) Parung, Kabupaten Bogor, kemudian berdasarkan

Peraturan Pemerintah (PP) No. 43 tahun 1981 Depok menjadi Kota

Administratif.41 Depok pusat pertumbuhan baru di Jabotabek akibat

perkembangan penduduk, fasilitas yang memadai dan pesatnya pertumbuhan

41

Gambar

Gambaran peranan adalah suatu gambaran tentang perilaku yang sacara aktual

Referensi

Dokumen terkait

Atas kejadian tersebut juga meluncurkan 2 Unit Mobil Water Kenon dari Ditsabhara dan Brimobda Sulteng ke TKP dan berusaha memadamkan Api tersebut dan dibantu 4 Unit

 Dengan mencermati teks bacaan yang disajikan, siswa mampu menemukan informasi tentang berbagai penyakit yang berhubungan dengan organ pernapasan manusia..  Dengan

Perseroan memiliki hak konsesi untuk pertambangan batubara dan produksi melalui entitas anak yaitu PT Tunas Inti Abadi (“TIA”) yang beroperasi di Kalimantan Selatan serta PT

[r]

Penelitian ini dilakukan pada Proyek Peningkatan Jalan Alun-Alun Suka Makmue-Jalan Lingkar Timur Ibu Kota Tahap II, Kabupaten Nagan Raya, dengan tujuan untuk mengetahui

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentangPetunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan

Metode eksperimen untuk menguji dan mengetahui efektifitas penggunaan cangkang kerang darah, pasir halus, karbon aktif, dan zeolit yang digunakan sebagai media filter

Pelarut yang digunakan pada proses maserasi ekstrak daun dan batang turi putih ( Sesbania grandiflora ) yaitu menggunakan pelarut aseton dengan perbandingan pelarut