“PERAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) DALAM MENGATASI KRISTENISASI YANG TERJADI DIKALANGAN
MASYARAKAT MUSLIM KOTA DEPOK”
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh :
DYNA FITHRIYA 103032227714
JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
“PERAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) DALAM MENGATASI KRISTENISASI YANG TERJADI DIKALANGAN
MASYARAKAT MUSLIM KOTA DEPOK”
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)
Oleh :
DYNA FITHRIYA NIM : 103032227714
Dibawah Bimbingan :
Dra. Ida Rosyidah, MA. NIP : 150 243 267
JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber sudah saya gunakan dalam penulisan ini telah dicantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakrta.
Depok, 27 Februari 2009
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam,
yang telah memberikan segala rahmat-Nya bagi seluruh umat, sehingga kita selalu
sukses menjalani hidup dalam lindungan-Nya. Shalawat serta salam tercurah bagi
Nabi pahlawan umat, pembuka jalan terang dari kegelapan jahiliyah.
Terima kasih yang tak terhingga serta rasa syukur, terucapkan kepada Allah
SWT, Sang Mahahati, Sang Maha segalanya, Mahapengasih dan penyayang yang
telah memberikan cinta tak terhingga, nikmat yang tak pernah berujung; terima kasih
atas berjuta kesempatan untuk selalu menengok ke atas, melihat ke langit demi
mensyukuri segala nikmat dan cobaan yang penuh dengan pelajaran yang sangat
berharga; terima kasih atas segala doa yang telah membuat diriku bangga dan bahagia
hadir sebagai makhluk-Mu di dunia ini. Terima kasih dan sembah sujud kepada
baginda Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangan dan amanah yang tak pernah
padam sampai akhir zaman. Dan penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya
dukungan dan motivasi dari banyak pihak, dalam bentuk bimbingan; baik moril
maupun materiil. Oleh karena itu, sudah selayaknya penulis ucapkan terima kasih
kepada :
1. Dr. M. Amin Nurdin, M.A., Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat serta
seluruh staff akademik fakultas, pusat dan segenap akademik yang telah
mengarahkan, membimbing dan melayani seluruh kebutuhan administratif dan
akademis penulis selama penulisan skripsi ini.
2. Dra. Ida Rosyidah, M.A., Dosen pembimbing skripsi sekaligus ketua jurusan
sosiologi agama, yang telah membimbing, mengarahkan dan membuka pikiran
3. Dra. Jaurotul Jamilah, M.A., Dosen Pembimbing Akademik dan sekertaris
jurusan sosiologi agama, yang banyak membantu dan memudahkan penulis
dalam urusan akademik.
4. Ketua dan segenap staff Perpustakaan Utama dan Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat, yang telah banyak membantu dalam memberikan dan memudahkan
diperolehnya bahan-bahan dalm penulisan skripsi ini.
5. Ayah dan Umi yang selalu memberikan penulis dukungan dan doa, serta
omelan-omelan agar skripsi ini cepat terselesaikan. “Maaf ya Yah, Mi, baru
bisa kelar sekarang skripsinya” . Serta untuk kakak-kakakku tersayang,
“akhirnya adikmu ini lulus juga (Insya Allah), amien….” Makasih ya atas doa
nya. Buat si Qiting, ponakan que yang lucu, yang selalu membuat keceriaan
tersendiri disaat kebetean menghadang penulis.
6. Sahabat-sahabatku di Sosiologi 2003, terutama Ryan dan Toto, akhirnya kita
bisa nyusul temen-temen yang sudah “mendahului” kita. Buat temen-temen
yang masih asyik sama mata kuliahnya, semoga cepet nyusul kita juga.
Amien…… Maaf ya pren nama kalian terlalu banyak, jadi yang ngerasa
pernah sekelas ma Dyna. Makasih ya dah pernah menjadi bagian dari hidup
gue.
7. Buat Banci Nong-nong ma Acap Gorbacap, akhirnya gue bisa juga kayak
kalian yang pada ga setia kawan ninggalin gue sendirian disini.
8. Buat Cocom and Ijo lumut, thanks 4 our support. “Akhirnya status gue
berubah dari mahasiswa menjadi calon pengacara”. Haahahahahha
9. Untuk BJ, thanks atas masukan-masukannya. Dan makasih dah menjadi
10.Anak-anak Arkadia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dari yang tua sampai
yang muda, dari yang kenal ampe ga kenal T’Reet. Makasih dah nerima T’reet
jadi anggota yang bisa dikatakan aktif dan ga aktif dalam segala kegiatan yang
dah dibuat.
11.Seluruh anggota dan pengurus FKUB, yang telah memberikan penulis segala
informasi yang dibutuhkan. Terima kasih juga atas pengertian dan segala
kebijaksanaannya.
12.Seluruh Tim Independent Anti Pemurtadan (TIAP) khususnya pak Endang,
makasih dah ditunjukin tempat kejadian perkaranya. Dan makasih juga atas
segala informasi yang dibutuhkan penulis dalam penulisan skripsi ini.
13.Buat Atul dan Iis, makasih ya de’ atas informasinya. Jangan lupa cari ilmu
setinggi-tingginya. Belajar terus ya biar jadi orang yang berguna bagi orang
tua.
Akhirnya penulis berdo’a semoga segala motivasi dalam bentuk moril maupun
materiil mendapat balasan yang tak ternilai dari Allah SWT. Amien…..
Depok, 10 Februari 2009
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……… i
Daftar Isi ………. iv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……… 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 6
D. Metode Penulisan dan Penelitian ...
7
E. Sistematika Penulisan ...
10
BAB II. KAJIAN TEORI ... 12
A. Teori Tentang Peranan ...
12
B. Kristenisasi ...
16
a. Pengertian Kristenisasi ...
16
b. Strategi Kristenisasi ...
18
c. Faktor-faktor Penyebab Muslim Konversi Agama ...
24
KOTA DEPOK DAN KOTA DEPOK ... 28
A. Profil Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok ...
28
a. Sejarah Terbentuknya FKUB ...
28
b. Susunan Kepengurusan dan Manajemen FKUB ...
35
c. Visi, Misi, dan Tupoksi ...
38
d. Program Kerja ...
41
B. Kota Depok ...
43
a. Sejarah Terbentuknya Kota Depok...
43
b. Gambaran Umum Kondisi Kota Depok...
48
b.1. Kondisi Geografis...
48
b.2. Kondisi Demografi...
51
KOTA DEPOK ... 54
A. Kristenisasi yang terjadi di Depok ...
54
A.1. Melalui Bidang Pendidikan dan Sosial ...
54
A.2. Melalui Bidang Pembangunan Rumah Ibadat ...
61
B. Upaya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)
dalam Mengatasi Kristenisasi di Kota Depok ...
64
C. Tantangan dan hambatan yang Dihadapi ...
69
D. Solusi yang Ditawarkan FKUB ...
72
BAB V. PENUTUP ... 75
A. Kesimpulan ...
75
B. Saran-saran ...
77
Daftar Pustaka ...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai suku
bangsa, adat istiadat, budaya, bahasa dan agama yang tersebar di berbagai pulau
besar dan kecil. Kemajemukan bangsa Indonesia di satu sisi memang merupakan
sumber potensi kekayaan budaya bangsa yang sangat berharga, tetapi disisi lain
kemajemukan bangsa Indonesia juga dapat menjadi sumber potensi ketegangan
dan konflik sosial. Diantara potensi konflik yang sangat mengancam integrasi
nasional adalah konflik sosial yang bernuansa keagamaan, yang memang sejak
masa lalu hubungan antar umat beragama yang berbeda tidak selalu harmonis.1
Disamping itu bangsa Indonesia juga merupakan bangsa yang sangat religius.
Toleransi kerukunan umat beragama di Indonesia baik kerukunan intern umat
beragama, antar umat beragama maupun antara umat beragama dengan
pemerintah merupakan keberhasilan yang harus dipelihara dan dijaga terus
menerus. Walaupun masih ditemukan kasus-kasus agama yang muncul, namun
oleh para ahli dikatakan bahwa kasus-kasus yang sering memakai kedok
keagamaan pada hakikatnya dipicu oleh ketimpangan sosial serta kesenjangan
sosial ekonomi yang ada di masyarakat.
Pandangan para ahli sosiologi mengatakan bahwa agama tidak hanya
dimaknai sebagai ritus, liturgi, do’a dan pengalaman mistik yang bersifat personal
dan unik, namun juga hadir dengan fungsi manifest dan latent yang kadang tidak
dikehendaki oleh pemeluknya. Disatu sisi, agama dapat menjadi sarana integrasi
1
Dr. Imam Tholkhah, MA, Mewaspadai dan Mencegah Konflik Antar Umat Beragama,
sosial, mengikat solidaritas sesama penganut dalam jamaah, Masjid, Gereja,
Sangha dan komunitas-komunitas keagamaan, wahana pencipta pembangunan dan
pemelihara perdamaian dan kedamaian. Akan tetapi sekaligus juga sebagai
instrumen yang cukup efektif bagi disintegrasi sosial, menciptakan konflik,
ketegangan, friksi, kontradiksi dan bahkan perang.
Proses integrasi sosial tidak dapat menghindari kemungkinan-kemungkinan
terjadinya ketegangan, perselisihan atau konflik. Konflik merupakan kesadaran
yang tercermin dalam pembaharuan masyarakat. Karena itu, konflik tidak
semata-mata merupakan sesuatu yang bersifat destruktif atau patologis bagi kelompok
sosial. Konflik lebih merupakan proses yang bersifat instrumental dalam
pembentukan penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial.
Agama dipandang sebagai salah satu lembaga sosial yang berperan melakukan
interaksi dengan lembaga-lembaga sosial lainnya. Masyarakat pada dasarnya
terintegrasi diatas kesepakatan para anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan
tertentu. Mereka mempunyai suatu general agreements yang memiliki daya
mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan diantara anggotanya.
Tiap-tiap agama menyuruh untuk menyiarkan agama mereka masing-masing.
Salah satu yang akan Penulis bahas adalah tentang bagaimana umat Nasrani dalam
mewartakan ajaran agamanya (Kristenisasi). Gerakan Kristenisasi biasanya
dilakukan tidak secara terang-terangan. Mereka selalu menempuh jalur bawah
tanah dan menggunakan segala cara untuk mewujudkannya.
Yang dinamakan Kristenisasi ialah mengkristenkan orang atau membuat
seseorang memeluk agama Kristen. Arti kata-kata itu menurut istilah ialah:
mengkristenkan orang secara besar-besaran dengan segala daya upaya yang
agama Kristen. Masyarakat yang demikian akan lebih melancarkan tersiar luasnya
agama Kristen. Akhirnya kehidupan rohani dan sosial penduduk diatur dan
berpusat di Gereja.
Kristenisasi tidak hanya dilancarkan terhadap orang-orang yang belum
memeluk agama atau mereka yang memeluk agama animisme saja, tetapi juga
ditujukan terhadap orang yang telah memeluk agama Islam. Pengkristenan
dipercayai sebagai satu tugas suci yang dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh
ditinggalkan.
Kristenisasi yang terjadi di Aceh, dengan cara memberikan bantuan bencana
alam pasca-tsunami dan gempa, mereka mengatasnamakan pertolongan
kemanusiaan untuk melakukan Kristenisasi. Itu merupakan peluang yang sangat
besar dan target yang empuk untuk mengkristenkan korban bencana alam tersebut.
Pemerintah Indonesia nampaknya harus memberikan perhatian khusus pada
ancaman Kristenisasi terhadap para korban tsunami di propinsi Nangroe Aceh
Darussalam yang dilakukan oleh para misionaris. Harian Inggris “The Observer”
menulis, para misionaris asing ini kini banyak berdatangan ke Aceh dengan kedok
memberikan bantuan kemanusiaan.
Para misionaris yang terkenal agresif menyebarkan agama Kristen, menurut
“The Observer”, William Suhanda, pemimpin kelompok misionaris Light of Love
for Aceh, mengatakan "Selain memberikan bantuan kami juga ingin mengenalkan
nilai-nilai Kristen pada mereka, sehingga mereka bisa melihat sesuatu yang lain
bahwa kita dekat dengan cinta Kristus,". Kelompok ini berharap bisa membawa
sekitar 50 anak-anak Aceh ke panti asuhan Kristen di Jakarta.
Informasi seputar misi Kristenisasi oleh kelompok misionaris asing, sudah
Baltiomore Sun, juga menurunkan laporan tentang adanya kelompok misionaris
dari aliran Kristen Evangelis yang menyusup ke tim-tim pengirim bantuan ke
Aceh. Setelah sebelumnya, The Washington Post juga membuat laporan serupa
tentang rencana kelompok misionaris yang ingin mengkristenkan sekitar 300
anak-anak Aceh2.
Usaha Kristenisasi itu dilakukan dengan segala daya, biaya peralatan yang
lengkap, rencana yang masak, tehnik yang tinggi, kemauan dan kesungguhan yang
mantap dan kuat, keyakinan yang mendalam serta melalui segala jalan dan saluran
yang meresap dalam hampir semua aspek kehidupan manusia: sosial, budaya,
ekonomi, pendidikan, politik dan segala macam hiburan.
Seperti yang terjadi di Kota Depok, tepatnya menjelang Idul Adha 1427 H di
Kampung Lio. Pasalnya seorang laki-laki bernama Sugito, yang selama ini
dipercaya warga setempat, membawa 72 anak-anak muslim ke Gereja Bethel,
Depok. Terjadilah proses Kristenisasi di Gereja tersebut. Tidak hanya itu saja, di
Kelurahan Meruyung, Kota Depok, satu keluarga (yang terdiri dari satu orang ibu
dan lima orang putra-putrinya) menjadi korban Kristenisasi yang dibawa para
misionaris yang ada di Kota Depok3
Disamping itu, dengan adanya pembangunan tempat ibadah yang didirikan
tanpa adanya surat Izin Membangun Bangunan (IMB) yang sah dari pemerintah
dapat menyebabkan terjadinya suatu konflik yang memicu pada konflik agama.
Banyaknya pembangunan rumah ibadah secara liar, menyebabkan warga sekitar
resah akan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan di daerah tersebut.
2
”Misi dan Fakta Kristenisasi di Indonesia”, www.republika.com, www.google.com , www.myquran.com,www.mizan.com, www.swaramuslim.net , 24 Juli 2003, publikasi 17januari 2005.
diambil pada bulan desember 2007. 3
FKUB atau Forum Kerukunan Umat Beragama menjadi jembatan untuk
menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan kerukunan baik
kerukunan antar umat beragama, kerukunan intern umat beragama maupun
kerukunan umat beragama dengan pemerintah. FKUB merupakan sebuah
forum/wadah yang dibentuk untuk menampung seluruh aspirasi kepentingan umat
beragama dan kerukunan umat beragama. FKUB bersifat independent dan tidak
berafiliasi kepada salah satu organisasi politik manapun. Organisasi ini bertujuan
untuk memelihara dan mengembangkan kerukunan umat beragama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pada kasus ini Penulis membatasi masalah sebagai berikut : upaya apa yang
dilakukan FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) dalam menyelesaikan
persoalan-persoalan agama, seperti adanya upaya pengkristenisasian yang terjadi
di Kota Depok, khususnya di Kampung Lio. Dan bagaimana peranan FKUB
dalam kasus tersebut.
Berdasarkan fokus di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut :
1. Bagaimana pola-pola Kristenisasi yang terjadi di Kota Depok?
2. Bagaimana FKUB mengatasi Kristenisasi yang terjadi di Kota Depok?
3. Bagaimana peran FKUB dalam menghadapi kasus seperti itu ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya Forum Kerukunan
Depok. Selain itu, sebagai tugas akhir akademik Strata 1 (S1) Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun manfaat dari penelitian ini
antara lain :
1. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para peneliti atau calon
peneliti untuk mengetahui bagaimana upaya FKUB dalam meminimalisir
terjadinya konflik agama di Kota Depok khususnya dan di Indonesia pada
umumnya.
2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lainnya yang akan meneliti masalah
yang sama atau yang berkaitan dengan penelitian ini atau lainnya.
3. Sebagai laporan ilmiah kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
D. Metode Penulisan dan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode studi kasus
dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bersifat deskriptif yang mana suatu
metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Menurut Whitney,
metode deskriptif merupakan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.
Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta
situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung, serta
pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.4
Untuk mendapatkan data yang diperlukan, penulis mengambil
langkah-langkah sebagai berikut :
4
1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini di Kota Depok, tepatnya di Margonda, Kampung Lio dan
Cinere, dimana kejadian itu berlangsung.
2. Subjek Penelitian
Subjek peneliti pada penulisan skripsi ini adalah seluruh anggota masyarakat
Kota Depok. Untuk lebih memudahkan Penulis dalam memilih subjek sebagai
informasi. Penulis mengelompokkan subjek sebagai berikut : para pengurus
FKUB periode 2007-2012 yang terdiri dari berbagai macam tokoh-tokoh
agama (Islam, Kristen, Budha, Hindu, Kong Hu Cu), tim pencari fakta, juga
masyarakat yang mengalami hal tersebut (Korban Kristenisasi). Dengan
demikian pengambilan bahan informasi untuk dijadikan analisis data lebih
beragam.
Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan serta informasi yang
dibutuhkan sebagai bahan dalam rangka penelitian skripsi ini, maka teknik
pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan dua
belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan yang diwawancarai (narasumber) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.5 Wawancara berarti proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatapan muka antara si
penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau narasumber dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (pedoman wawancara).6
Penulis berhasil mewawancarai 8 sumber, meliputi : 4 anggota sekaligus
5
Lexy J. Maloeng, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung : PT. Rosda Karya, 2000), hal. 135.
6
pengurus Forum Kerukunan Umata Beragama (FKUB), 2 orang narasumber
dari Tim Pencari Fakta dari TIAP dan 2 orang korban sekaligus saksi.
2. Observasi
Observasi dalam suatu penelitian berarti pengamatan yang dilakukan secara
langsung terhadap gejala yang diteliti.7 Teknik ini memungkinkan Penulis
menarik kesimpulan ihwal makna dan sudut pandang responden, kejadian,
peristiwa, atau proses yang diamati. Lewat teknik ini Penulis akan melihat
sendiri pemahaman yang tidak terucapkan, bagaimana teori digunakan
langsung dan sudut pandang narasumber atau responden yang mungkin tidak
didapati dari wawancara.8 Observasi yang dilakukan Penulis adalah dengan
cara melakukan pengamatan langsung ketempat kejadian.
3. Analisis Dokumen
Teknik ini Penulis gunakan untuk melengkapi data (seconder file) dengan cara
melihat-lihat dokumen dan arsip-arsip yang ada, baik di perpustakaan (library
research) maupun instansi-instansi lain yang terkait dengan objek penelitian.
Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu
peristiwa atau aktivitas tertentu. Ia bisa merupakan rekaman atau dokumentasi
tertulis seperti arsip database surat-surat, rekaman gambar, benda-benda
peninggalan yang berkaitan dengan peristiwa.9
E. Sistematika Penulisan
Dalam penyusun skripsi ini penulis menyusun sistematikanya dalam lima bab,
dengan rincian sebagai berikut :
7
Lexy J. maloeng, Metode Penelitian Kuantitatif, hal. 54. 8
A. Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kuantitatif : Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian, (Jakarta : Pustaka Jaya, 2002), hal. 155.
9
Bab I : Pendahuluan. Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : Kerangka teoritik. Pada bab ini akan diuraikan tentang studi pustaka
mengenai Teori Peranan; Pengertian Kristenisasi; strategi kristenisasi; serta faktor
yang menyebabkan orang Muslim melakukan konversi agama.
Bab III : Gambaran umum tentang objek penelitian. Pada bab ini akan
diuraikan tentang profil Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok
dan Sekilas tentang Kota Depok, yang terdiri atas latar belakang; susunan
kepengurusan FKUB periode 2007-2012; tupoksi, visi dan misi; serta agenda
kegiatannya. Dan sekilas tentang Kota depok; sejarah terbentuknya, kondisi
geografis, dan kondisi demografi.
Bab IV : Analisis hasil penelitian. Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil
penelitian tentang Proses terjadinya Kristenisasi di Indonesia dan Kota Depok
khususnya dan Bagaimana Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) mengatasi
Kristenisasi yang terjadi di Kota Depok, tantangan dan hambatan yang terjadi
serta solusi yang ditawarkan FKUB
Bab V : Kesimpulan dan saran. Pada bab ini Penulis mengemukakan
BAB II KAJIAN TEORI
A. Peranan
Menurut teori peranan (Role Theory) peranan adalah sekumpulan tingkah laku
yang dihubungkan dengan suatu posisi tertentu. Peran atau sering juga disebut
”role”, adalah seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu
tertentu yang mempunyai kedudukan sosial tertentu. Menurut David Berry,
harapan merupakan hubungan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat
dikatakan peran itu ditentukan oleh norma dalam masyarakat berarti seseorang
diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakata di dalam
pekerjaan dan tingkah laku.10
Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Artinya,
seseorang yang menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan suatu peran. Keduanya
tidak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu tergantung pada yang lain dan
sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.11
Peranan mempunyai kaitan yang sangat erat dengan status atau kedudukan,
sebab bagaimanapun juga seseorang tidak akan mampu mempunyai pengaruh
hingga dapat berperan tanpa adanya kedudukan atau status. Seseorang dikatakan
berperan karena seseorang tersebut mempunyai status.
Peran yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi atau
tempatnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi atau tempat seseorang dalam
10
David Berry, Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995) cet. 3, hal. 99-100.
11
masyarakat (sosial-position) merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat
individu dalam organisasi masyarakat. Sedangkan peran lebih banyak menunjuk
pada fungsi, artinya seseorang menduduki suatu posisi tertentu dalam masyarakat
dan menjalankan suatu peran suatu peran paling sedikit mencakaup 3 hal, yaitu :
pertama, peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat ; kedua, peran adalah suatu konsep ikhwal
apa yang dapat dilakukuan oleh individu dalam masyarakat ; dan ketiga, peran
dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial
masyarakat.12
Analisis terhadap perilaku peranan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan :
(1) Ketentuan Peranan
Ketentuan peranan adalah pernyataan formal dan terbuka tentang perilaku
yang harus ditampilkan oleh seseorang dalam membawa perannya.
(2) Gambaran Peranan
Gambaran peranan adalah suatu gambaran tentang perilaku yang sacara aktual
ditampilkan sesorang dalam membawakan perannya,
(3) Harapan Peranan
Harapan peranan adalah harapan orang-orang terhadap perilaku yang
ditampilkan seseorang dalam membawakan perannya.
Seiring dengan adanya konflik antara kedudukan-kedudukan, maka ada juga
konflik peran (conflict of role) dan bahkan pemisahan antara individu dengan
peran yang sesungguhnya harus dilaksanakan (role-distance). Role-distance
terjadi apabila si individu merasakan dirinya tertekan, karena merasa dirinya tidak
sesuai untuk melaksanakan peran yang diberikan masyarakat kepadanya, sehingga
12
tidak dapat melaksanakan peranya dengan sempurna atau bahkan
menyembunyikan diri.
Peran dapat membimbing seseorang dalam berperilaku, karena fungsi peran
sendiri adalah sebagai berikut :
1. Memberi arah pada proses sosialisasi;
2. Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan pengetahuan;
3. Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat; dan
4. Menghidupkan sistem pengendalian dan kontrol, sehingga dapat melestarikan
kehidupan masyarakat.
Peran sebagai sebuah konsep dalam ilmu sosial tak dapat dibandingkan
dengan pertikel dasar dalam ilmu fisika. Tak mungkin membuat daftar semua
peran dalam masyarakat tertentu karena tak ada prinsip yang jelas dalam
menentukan posisi sosial. Sepanjang masyarakat menyadari bahwa diri mereka
dan orang lain menduduki posisi yang memiliki berbagai hak dan kewajiban,
maka perilaku mereka tidak dapat dipahami tanpa mengacu pada berbagai
ekspektasi mereka tentang bagaimana seharusnya mereka berperilaku dan perilaku
apa yang harus dilakukan orang lain dalam berhadapan dengan mereka.13
Peranan sosial yang ada dalam masyarakat dapat diklasifikasikan menurut
bermacam-macam cara sesuai dengan banyaknya sudut pandang. Berdasarkan
pelaksanaannya peranan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Peranan yang diharapkan (expected roles) : cara ideal dalam pelaksanaan
peranan menurut penilaian masayarakat. Masyarakat menghendaki peranan
yang diharapakan dilaksanakan secermat-cermatnya dan peranan ini tidak
13
dapat ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang ditentukan. Peranan jenis
ini antara lain peranan hakim, peranan protokoler diplomatik dan sebagainya;
2. Peranan yang disesuaikan (actual roles), yaitu cara bagaimana sebenarnya
peranan itu dijalankan. Peranan ini pelaksanaannya lebih luwes, dapat
disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu. Peranan yang disesuaikan
mungkin tidak cocok dengan situasi setempat, tetapi kekurangan yang muncul
dapat dianggap wajar oleh masyarakat.
Sementara itu, berdasarkan cara memperolehnya, peranan bisa dibedakan
menjadi :
1. Peranan bawaan (ascribed roles), yaitu peranan yang diperoleh secara otomatis,
bukan karena usaha, misalnya peranan sebagai nenek, anak, bupati, dan
sebagainya;
2. Peranan pilihan (achives role), yaitu peranan yang diperoleh atas dasar
keputusannya sendiri, misalnya seseorang yang memutuskan untuk memilih
kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga dan
menjadi mahasiswa program studi sosiologi.
Dari jenis-jenis peranan yang ada dalam masyarakat, kita dapat mengetahui
bahwa setiap orang memegang lebih dari satu peranan, tidak hanya peranan
bawaan saja, tetapi juga peranan yang diperoleh melalui usaha sendiri maupun
peranan yang ditunjuk oleh pihak lain.
B. Kristenisasi
a. Pengertian Kristenisasi
Kristenisasi sudah tidak asing lagi bagi kita, khususnya umat Islam.
ke agama Kristen dengan berbagai macam cara. Atau dengan kata lain
mengkristenkan penganut agama lain.
Sebagian besar yang menjadi korban Kristenisasi adalah umat Islam. Hal itu
wajar karena Islam dan Kristen pernah terlibat lama dalam konflik Perang Salib
dari tahun 1096 sampai dengan tahun 1292.14
Menurut Adolf Heuken dalam Ensiklopedia Gereja III, kristenisasi harus
dibedakan dari penginjilan atau evangelisasi. Penginjilan berarti pewartaan (kabar
gembira), yaitu Jesus sebagai wujud nyata kebaikan Allah. Setiap orang yang
mendengar pewartaan ini, diajak supaya bertobat dan dengan rela membuka diri
bagi Tuhan, Bapa semua orang.15 Sedangkan evangelisasi atau misionaris adalah
orang yang senantiasa mensifati agama Kristen dengan hal-hal yang indah.
Perbedaan antara misionaris dengan para penginjil terletak pada strategi
pergerakan mereka. Misionaris bergerak di ranah propaganda halus, sedangkan
penginjil mengajak untuk masuk agama mereka secara paksa dengan berbagai
bentuk kekuatan. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa tidak ada
misionarisme tanpa kehadiran orientalisme, dan tidak ada Kristenisasi tanpa
imperialisme.16
Istilah Kristenisasi berkonotasi negatif, yaitu sebagai usaha menjadikan orang
anggota Gereja dengan cara tidak wajar. Tuduhan kristenisasi biasanya bernada
umum, tidak disertai bukti, tanpa alamat jelas, artinya tanpa menyebut jelas Gereja
atau lembaga Kristen mana yang menjalankannya.17
14 ”Ensiklopedia Indonesia Edisi Khusus”, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1992), hal.
2661 15
Adolf Heuken, Ensiklopedia Gereja Vol.III, (Jakarta : Yayasan Cipta Loka Caraka, 1993), hal. 32
16
Dr. Hasan Abdul Rauf dan Dr. Abdurrahman Ghirah, Orientalisme dan Misionarisme Menelikung Pola Pikir Umat Islam, ( Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2007), hal. 118-119
17
Kristenisasi diisukan dengan alasan berbeda-beda, antara lain karena
kekuatiran tentang iman umat beragama sendiri yang pindah agama, atau karena
irihati terhadap perkembangan agama Kristen. Pewartaan – Injil yang wajar dan
luhur juga dikecam antara lain karena merasa jengkel terhadap orang yang
menjadi Kristen akibat amanat yang mereka dengar atau teladan serta perbuatan
yang mereka lihat.
b. Strategi Kristenisasi
Beberapa strategi yang digunakan oleh para misionaris sekarang makin
beragam, berikut adalah beberapa pola yang berhasil Penulis dapatkan dari
beberapa sumber, seperti :
(1) Dengan penerbitan buku-buku berwajah Islam18
Hal ini dilakukan untuk mengelabuhi umat Islam yang masih dangkal
pemahamannya, agar mau membaca lalu meyakini doktrin agama Kristen. Ini
sangat ditekankan mereka (umat Kristen), sebab mereka melihat bahwa umat
Islam awam tidak sudi membaca buku-buku yang berwajah Kristen.
(2) Kristenisasi kepada pasien muslim
Di beberapa rumah sakit, misalnya di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta, kepada pasien Muslim dibagi-bagikan leaflet (brosur) tentang
penghiburan dan penyembuhan Yesus Kristus kepada orang-orang sakit.
Sedangkan di rumah sakit Advent Bandung, pasien Muslim diajak berdoa
bersama oleh rohaniawan rumah sakit dengan tata cara peribadatan Kristen.
18
”Pola-Pola Pemurtadan Kaum Domba”,
(3) Kristenisasi melalui jalur pemerkosaan gadis-gadis muslimah
Khairiyah Anniswah alias Wawah, siswi MAN Padang, setelah diculik dan
dijebak oleh aktivis Kristen, diberi minuman perangsang lalu diperkosa.
Setelah tidak berdaya, dia dibaptis dan dikristenkan. Kasus serupa juga
menimpa Linda, siswi SPK Aisyah Padang. Setelah diculik dan disekap oleh
komplotan aktivis Kristen, dia diperlakukan secara tidak manusiawi dengan
teror kejiwaan supaya pindah agama19.
(4) Kristenisasi melalui penyebaran narkoba
Di desa Langensari, Lembang, Bandung, Yayasan Sekolah Tinggi Theologi
(STT) Doulos menyebarkan Kristen dengan cara merusak moral terlebih
dahulu. Di sana, para pemuda usia 15 tahunan dicekoki minuman keras dan
obat-obat terlarang sampai kecanduan berat. Setelah kecanduan, para pemuda
itu dimasukkan ke Panti Rehabilitasi Doulos untuk disembuhkan sambil
dicekoki Injil supaya murtad dari Islam.
(5) Kristenisasi melalui kesaksian-kesaksian Palsu via mantan Muslim (murtadin)
20
Tahun 1974, GPIB Maranatha Surabaya digegerkan oleh kasus pelecehan
agama oleh Pendeta Kernas Abubakar Masyhur Yusuf Roni. Dalam
ceramahnya, sang pendeta itu mengaku-ngaku sebagai mantan Kyai, alumnus
Universitas Islam Badung dan pernah menjadi juri MTQ Internasional. Dia
tafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an secara tidak benar. Kaset rekaman ceramah
tersebut kemudian disebarkan secara luas kepada umat Islam. Setelah diusut
19
Lembaga Penelitian Dan Pengkajian Islam (LPPI), “Kristenisasi dan Kejahatan-Kejahatannya”, http://www.perpustakaan-islam.com, sumber diambil pada tanggal 26 Januari 2008.
20
”Pola-Pola Pemurtadan Kaum Domba”,
tuntas, ternyata pengakuan pendeta itu hanyalah bohong belaka Yusuf Roni
teryata tidak bisa baca Al-Qur’an.
(6) Kristenisasi berkedok sosial di desa-desa terpencil
Kristenisasi dilancarkan kepada orang-orang miskin sambil menawarkan
makanan (berisi, mie, gula, dll.) secara gratis, obat-obatan, pakaian bekas,
alat-alat pertanian (bibit, pupuk, obat pembunuh serangga, dll. Setelah orang
desa merasakan manfaatnya, maka barulah para misionaris menyatakan
maksud yang sebenarnya, bahwa mereka itu sebagai pelayan dari Yesus
Kristus. Dan bantuan yang mereka nikmati itu adalah dari Yesus. Maka, mana
yang lebih baik, Islam atau Kristen? Selanjutnya, masyarakat desa dibaptis.
Bagi yang tidak mau masuk Kristen maka dimulailah misi untuk menggoda
iman untuk melemahkan ajaran Islam.21
(7) Kristenisasi berkedok Islam, yaitu memurtadkan akidah umat dengan strategi
‘Serigala Berbulu Domba’
Dengan memakai idiom-idiom keislaman dalam tata cara peribadatan serta
menerbitkan buku-buku dan brosur (leaflet) berwajah Islam, tapi isinya
memutarbalikan ayat-ayat Al Our’an dan Hadits, untuk mendangkalkan
akidah. Dipermainkannya ayat-ayat Ilahi untuk meleceh Islam demi untuk
menjunjung tinggi kekristenan. Tujuan akhirnya, agar kaum Muslimin
meragukan ajaran Islam lalu pindah ke Kristen.
(8) Bentuk-bentuk Kristenisasi yang dikemas dalam wajah Islam, antara lain:
dengan meniru kebiasaan umat Islam dalam bangunan dan tata cara ritual. Di
beberapa desa di Yogyakarta, misi Kristen meniru adat kebiasaan umat Islam,
21
”Pola-Pola Pemurtadan Kaum Domba”,
seperti tahlilan, pakai kopiah yang biasa dipakai oleh umat Islam,
mengucapkan salam `Assalamu’alaikum’, dll.
Dalam buku yang berjudul Membongkar Gerakan Pemurtadan Umat Islam,
Dokumen Kristenisasi, Abu Deedat Syihab mencoba menulis tentang 9 Strategi
Penghancuran Kaum Muslimin. Yang diantaranya adalah22 :
(1) Pemiskinan23
APBN/APBD, aset negara, hasil pinkaman / bantuan luar negeri dikorupsi
di atas dan di bawah.
Negara dililit utang IMF, ADB, World Bank, rakyat dililit utang rentenir
lokal / nasional.
Harta Muslim dikuasai non-Muslim.
Miskin harta, miskin ilmu (anggaran pendidikan dikorup, pendidikan tak
dipedulikan), miskin aqidah, miskin kesehatan (akibat stress).
Membudayakan jadi manusia konsumen dan importir serta menghambat
produsen / eksportir.
Senjata kuman / biologis : HIV, DBD, polio, flu burung, antraks, SARS,
daging sapi gila.
Menghancurkan petani dengan mengimpor macam-macam pangan meski
mampu memproduksi sendiri.
(2) Penguasaan kekayaan alam
Pertambangan, migas, panas bumi.
Hutan, perkebunan, laut, peternakan.
Penguasaan usaha air minum Pemda dan AMDK / Aqua.
22
Abu Deedat Syihab MH, Membongkar Gerakan Pemurtadan Umat Islam Dokumen Kristenisasi, (Jakarta : Pustaka Tazkia Az-Zahra, 2006), hal. 4-5
23
(3) Penguasaan aset-aset ekonomi24
Kekayaan negara / nasional dikuasai asing (alat-alat produksi, transportasi,
barang dan jasa) pasarnya pun mereka kuasai.
Aset nasional (BUMN / BUMD) dijual untuk bayar hutang.
(4) Penguasaan aset informasi
Media cetak, elektronik dan film / VCD yang merusak dikuasai mereka untuk
melegalisir, merekayasa, mengkampanyekan program-program mereka.
(5) Penguasaan sistem politik dan hukum
Berhukum dan berpolitik sesuai konsep barat/sekuler/imperalis dan sinis
menentang hukum Islam.
Penempatan pejabat-pejabat Kristen pembela Kristenisasi tapi pejabat
Muslim yang tak peduli kepada Islam.
Mengadu domba militer agar negara lemah.
(6) Penghancuran moral
Senjata kimia : macam-macam narkoba, miras dan nikotin.
Senjata free sex, obral aurat, pornografi/pornoaksi.
Membudayakan korupsi, suap, judi dan spekulasi.
Membudayakan friksi, premanisme, tawuran, dan adu domba.
Mengganti Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi keuangan yang maha
kuasa.
(7) Penghancuran militansi Islam
Menghancurkan sikap kaaffah, istiqomah dan jihad.
Mamberi gelar ”Teroris”, ”Ekstrimis” pada kelompok-kelompok yang
kaaffah dan istiqomah dan memusuhinya.
24
Memberi bantuan / beasiswa bagi yang mau mempelajari sekularisme /
Islam Liberal dan ngaji di Chicago / New York.
(8) Deislamisasi25
Kampanye anti syariat Islam oleh ”tokoh-tokoh” yang mengatasnamakan
Jaringan Islam Liberal (JIL) koordinatornya Ulil Abshar Abdalla.
Melecehkan Qur’an, Sunnah, halal dan haram.
Menginfiltrasi NU, Muhammadiyah, IAIN, HMI, ICMI, Pesantren dengan
kampanye sekularisme / Liberalisme / fikih lintas agama (seperti dulu
Syariat Islam dengan Komunis dan Muhammadiyah oleh Ahmadiyah).
(9) Konversi agama / pemurtadan
Perkawinan beda agama, hamilisasi.
Sekolah / beasiswa yang mereka selenggarakan.
Pengobatan, hipnotisme, sihir / jin.
Rumah yatim, anak jalanan, rumah jompo.
Bagi-bagi sembako waktu ada musibah, dengan kedok sosial.
Pendeta menyamar Ustadz / Ustadzah memurtadkan jamaah lemah di
Masjid, Islamic Center untuk masuk Kristen.
c. Faktor-faktor Penyebab Muslim Konversi Agama
Dalam menentukan faktor pendorong terjadinya konversi agama, para ahli
dalam beberapa disiplin ilmu berbeda pendapat. Perbedaan pendapat tersebut
disebabkan oleh kecenderungan para ahli yang didomonasi bidang ilmu yang
mereka tekuni.26 Max Heirich membedakan 4 faktor yang mendorong terjadinya
25
Abu Deedat Syihab MH, Membongkar Gerakan Pemurtadan, hal. 5 26
konversi agama sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuni para ahli, yaitu sebagai
berikut27 :
1. Kalangan ahli agama berpendapat bahwa yang menjadi faktor penyebab
terjadinya konversi agama adalah petunjuk ilahi. Untuk berani menerima
hidup baru dengan segala konsekuensinya diperlukan bantuan istimewa dari
Tuhan yang sifatnya Cuma-Cuma. Pengaruh supranatural inilah yang berperan
secara dominan dalam proses terjadinya konversi agama pada diri seseorang.
2. Kalangan ahli sosiologi berpendapat bahwa yang menyebabkan terjadinya
konversi agama adalah pengaruh sosial. Variabel-variabel pengaruh sosial
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut28 :
Pengaruh hubungan antar pribadi, baik pergaulan yang bersifat keagamaan
maupun non-keagamaan (misalnya ilmu pengetahuan, kesenian, ataupun
bidang kebudayaan lainnya).
Pengaruh propaganda (ajakan atau anjuran) dari orang-orang dekat,
misalnya keluarga, sahabat karib, famili dan sebagainya.
Pengaruh rutinitas keagamaan. Kebiasaan (tradisi) keagamaan yang
dilakukan secara berulang-ulang dapat mendorong seseorang untuk
berubah kepercayaan, misalnya : menghadiri upacara-upacara keagamaan
ataupun pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan baik pada
lembaga formal maupun tidak formal.
Pengaruh pemimpin keagamaan. Hubungan yang baik dengan pemimpin
agama akan menciptakan perasaan dekat kepada Tuhan.
Pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi, baik yang bersifat keagamaan
maupun non keagamaan. Motivasi yang berasal dari orang-orang yang
27
Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta : Kanisius, 1984) cet. Ke-2, hal. 80 28
mempunyai kesamaan kecenderungan (hobi) akan lebih mudah dalam
memberikan pengaruh dibanding yang lain.
3. Kalangan ahli pendidikan berpendapat bahwa konversi agama dipengaruhi
oleh kondisi pendidikan. Penelitian ilmu sosial menampilkan data dan
argumen bahwa suasana pendidikan ikut mempengaruhi konversi agama.
4. Kalangan ahli psikologi berpendapat bahwa yang menjadi pendorong
terjadinya konversi agama adalah dorongan untuk membebaskan diri dari
tekanan batin yang menyiksa. Adapun tekanan batin itu timbul dalam diri
seseorang karena pengaruh faktor-faktor sebagai berikut29 :
Keluarga. Faktor keluarga ini dapat berupa keretakan keluarga,
ketidakserasian, berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, kurang
mendapatkan pengakuan dari kerabat dan sebagainya.
Keadaan lingkungan. Orang yang merasa terlempar dari lingkungannya
atau tersingkir dari kehidupan di suatu tempat, dirinya akan merasa hidup
sebatangkara dan gelisah. Keadaan yang demikian menyebabkan
seseorang mendambakan ketenangan dan mencari tempat untuk
bergantung hingga kegelisahannya hilang.
Perubahan status. Terutama perubahan status yang terjadi secara
mendadak, misalnya perceraian, keluar dari sekolah atau dari
perkumpulan, perubahan atau pemecatan pekerjaan dan sebagainya.
Kemiskinan. Masyarakat awam yang miskin cenderung memeluk agama
yang menjanjikan kehidupan dunia yang lebih baik. Kebutuhan sandang
dan pangan dapat mempengaruhi perubahan keberagamaan seseorang.
29
Apabila faktor-faktor di atas mempengaruhi seseorang hingga menimbulkna
gejala tekanan batin, maka seseorang akan terdorong untuk mencari jalan keluar
yang berupa ketenangan batin. Dalam kondisi psikis yang demikian itulah
kehidupan batin seseorang menjadi kosong dan tak berdaya, sehingga ada
kemungkinan mencari perlindungan kepada kekuatan lain yang dianggap mampu
memberikan kedamaian dan ketentraman. Secara psikologis, Prof. Dr. Zakiah
Daradjat juga berpendapat bahwa latar belakang yang terpokok dari semua
konversi agama adalah konflik jiwa (pertentangan batin) dan ketegangan perasaan
yang mungkin disebabkan oleh berbagai keadaan.30
30
BAB III
PROFIL FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) KOTA DEPOK PERIODE 2007-2012 DAN KOTA DEPOK
A. PROFIL FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) KOTA DEPOK PERIODE 2007-2012
a. Sejarah Terbentuknya FKUB
Hak beragama adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi keadaan
apapun, setiap orang bebas beribadat menurut agamanya dan Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu31.
Untuk menjamin hal tersebut, Pemerintah berkewajiban melindungi setiap
usaha penduduk melaksanakan ajaran agama dan ibadat pemeluk-pemeluknya,
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, tidak
menyalahgunakan atau menodai agama, serta tidak mengganggu ketenteraman
dan ketertiban umum. Pemerintah juga memberikan bimbingan dan pelayanan
agar setiap penduduk melaksanakan ajaran agamanya sehingga dapat berlangsung
dengan rukun, lancar, dan tertib.
Arah kebijakan Pemerintah dalam pembangunan nasional di bidang agama
antara lain peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman agama serta
kehidupan beragama, dan peningkatan kerukunan intern dan antar umat beragama.
Pemerintah Daerah, dalam rangka menyelenggarakan otonomi, mempunyai
kewajiban melaksanakan urusan wajib bidang perencanaan, pemanfaatan, dan
pengawasan tata ruang serta kewajiban melindungi masyarakat, menjaga
31
persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam rangka melaksanakan tugas
dan wewenangnya mempunyai kewajiban memelihara ketentraman dan ketertiban
masyarakat, khususnya kerukunan umat beragama yang merupakan bagian
penting dari kerukunan nasional.
Berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 01/BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur
Pemerintahan Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan
dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-pemeluknya, yang ditindaklanjuti dengan
Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun
2006 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,
Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, Dan Pendirian Rumah Ibadat,
untuk pelaksanaannya perlu mendasarkan dan menyesuaikan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan32.
Berikut bab khusus (bab 2) yang terdapat didalam Peraturan Bersama Menteri
Agama dan Menteri Dalam Negeri tersebut yang membahas tentang Tugas Kepala
Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama33.
Pasal 2
Pemeliharaan kerukunan umat beragama menjadi tanggung jawab bersama umat beragama, pemerintahan daerah dan Pemerintah.
Pasal 3
(1)Pemeliharaan kerukunan umat beragama di provinsi menjadi tugas dan kewajiban gubernur.
32
”Sosialisasi Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri”, www.google.co.id. Diambil pada tanggal 12 April 2008.
33
(2)Pelaksanaan tugas dan kewajiban gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh kepala kantor wilayah departemen agama provinsi.
Pasal 4
(1) Pemeliharaan kerukunan umat beragama di kabupaten/kota menjadi tugas dan kewajiban bupati/walikota.
(2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh kepala kantor departemen agama kabupaten/kota.
Pasal 5
(1)Tugas dan kewajiban gubernur sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 meliputi :
a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di provinsi;
b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di provinsi dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama;
c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati dan saling percaya di antara umat beragama; dan
d. membina dan mengoordinasikan bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama. (2)Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan
huruf d dapat didelegasikan kepada wakil gubernur.
Pasal 6
(1) Tugas dan kewajiban bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 meliputi :
a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di kabupaten/kota; b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di kabupaten/kota dalam
pemeliharaan kerukunan umat beragama;
c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati dan saling percaya di antara umat beragama; dan
d. membina dan mengoordinasikan camat, lurah atau kepala desa dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama.
e. Menerbitkan IMB rumah ibadat.
(2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d dapat didelegasikan kepada wakil bupati/wakil walikota
(3) Pelaksaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c di wilayah kecamatan dilimpahkan kepada camat dan di wilayah kelurahan/desa dilimpahkan kepada lurah/kepala desa melalui camat.
Pasal 7
a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di wilayah kecamatan;
b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati dan saling percaya di antara umat beragama; dan
c. membina dan mengoordinasikan lurah dan kepala desa dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama.
(2)Tugas dan kewajiban lurah/kepala desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) meliputi :
a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di wilayah kelurahan/desa; dan
b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati dan saling percaya di antara umat beragama.
Untuk pasal 3 dan pasal 5 dituliskan pada peraturan bersama, apa yang
menjadi tugas dan kewajiban dari seorang gubernur. Sedangkan pada pasal 4 dan
pasal 6 dijelaskan bagaimana tugas dan kewajiban dari seorang bupati/walikota.
Dan pada pasal 7 dijelaskan tugas dan kewajiban dari seorang camat. Yang inti
dari semua tugas serta kewajiban dari masing-masing kepala daerah adalah
memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi
terwujudnya kerukunan umat beragama diwilayah mereka masing-masing.
Untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam upaya melaksanakan
Peraturan Bersama tersebut, telah ditetapkan Peraturan Gubernur Jawa Barat
Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembentukan Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB) Dan Dewan Penasehat Forum Kerukunan Umat Beragama
Provinsi Dan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat, yang dapat memberikan
jaminan kepastian hukum bagi aparat pelaksana maupun masyarakat pada
umumnya.
Peraturan Gubernur ini telah ditetapkan dan diundangkan dalam Berita
Daerah, sebagai payung hukum bagi pembentukan FKUB dan Dewan Penasihat
•
•
• !
•
Peraturan Gubernur itu mengacu pada Peraturan Bersama Menteri Agama dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun 2006 pada Bab III yang
membahas tentang Forum Kerukunan Umat Beragama dan Dewan Penasihat
FKUB, berikut adalah pasal-pasalnya34 :
Pasal 8
(1)FKUB dibentuk di provinsi dan kabupaten/kota.
(2)Pembentukan FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah daerah.
(3)FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki hubungan yang bersifat konsultif.
Pasal 9
(1)FKUB provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) mempunyai tugas :
a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat; b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat;
c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dala bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan gubernur ; dan
d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan dibidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat.
(2)FKUB kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) mempunyai tugas :
a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat; b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat;
c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dala bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan bupati/walikota;
d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan dibidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat; dan
e. memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadat.
34
Pasal 10
(1)Keanggotaan FKUB terdiri atas pemuka-pemuka agama setempat.
(2)Jumlah anggota FKUB provinsi paling banyak 21 orang dan jumlah anggota FKUB kabupaten/kota paling banyak 17 orang.
(3)Komposisi keanggotaan FKUB provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan perbandingan jumlah pemeluk agama setempat dengan keterwakilan minimal 1 (satu) orang dari setiap agama yang ada di provinsi dan kabupaten/kota.
(4)FKUB dipimpin oleh 1 (satu) orang ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, 1 (satu) orang sekretaris, 1 (satu) orang wakil sekretaris, yang dipilih secara musyawarah oleh anggota.
Pasal 11
(1) Dalam memberdayakan FKUB, dibentuk Dewan Penasihat FKUB di provinsi dan kabupaten/kota.
(2) Dewan Penasihat FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas :
a. membantu kepala daerah dalam merumskan kebijakan pemeliharaan kerukunan umat beragama; dan
b. memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan pemerintah daerah dan hubungan antar sesama instansi pemerintah di daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama.
(3) Keanggotaan Dewan Penasihat FKUB provionsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh gubernur dengan susunan keanggotaan :
a. Ketua : wakil gubernur;
b. Wakil Ketua : kepala kantor wilayah departemen agama provinsi; c. Sekretaris : kepala badan kesatuan bangsa dan politik provinsi; d. Anggota : pimpinan instansi terkait.
(4) Dewan Penasihat FKUB kabupaten/kota sebagaiamna dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh bupati/walikota dengan susunan keanggotaan :
a. Ketua : wakil bupati/wakil walikota;
b. Wakil Ketua : kepala kantor wilayah departemen agama kabupaten/kota;
c. Sekretaris : kepala badan kesatuan bangsa dan politik kabupaten/kota;
d. Anggota : pimpinan instansi terkait.
Pasal 12
Ketentuan lebih lanjut mengenai FKUB dan Dewan Penasihat FKUB provinsi dan kabupaten/kota diatur dengan Peraturan Gubernur.
Bab III dari Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri
8), tugas-tugas dari FKUB baik FKUB tingkat provinsi (pada pasal 9) maupun
FKUB tingkat kabupaten (pada pasal 10), keanggotaan dari FKUB baik tingkat
provinsi maupun tingkat kabupaten/kota dan tugas dari dewan penasehat FKUB
(pasal 11).
b. Susunan Kepengurusan Dan Manajemen FKUB
Sesuai Bab III Pasal 10 Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Dalam Negeri yang mengatur tentang keanggotaan FKUB, berikut adalah 4
(empat) ayat yang terdapat pada pasal 10 tersebut35 :
(1)Keanggotaan FKUB terdiri atas pemuka-pemuka agama setempat.
(2)Jumlah anggota FKUB provinsi paling banyak 21 orang dan jumlah anggota FKUB kabupaten/kota paling banyak 17 orang.
(3)Komposisi keanggotaan FKUB provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan perbandingan jumlah pemeluk agama setempat dengan keterwakilan minimal 1 (satu) orang dari setiap agama yang ada di provinsi dan kabupaten/kota.
(4)FKUB dipimpin oleh 1 (satu) orang ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, 1 (satu) orang sekretaris, 1 (satu) orang wakil sekretaris, yang dipilih secara musyawarah oleh anggota.
Keanggotaan FKUB terdiri dari beberapa pemuka agama, yang terdiri dari
perwakilan-perwakilan agama-agama yang ada di Indonesia. Sedangkan, jumlah
anggota FKUB di tingkat kabupaten/kota adalah 17 orang. Berikut adalah
beberapa nama (susunan pengurus) FKUB Kota Depok periode 2007-2012 adalah
sebagai berikut36 :
Ketua : Farid Hadjiry (Islam)
Wakil Ketua I : Drs. Masdun Pranoto (Islam)
Wakil ketua II : JB. Joko Suhono (Khatolik)
Sekertaris : H. Ahmad Syaifuddin (Islam)
Wakil Sekertaris : Abdy Idris (Islam)
35
Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri. 36
Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI,
Anggota : 1. Djonsiur (Budha)
Pasal 11, adalah sebagai berikut37 :
(1) Dalam memberdayakan FKUB, dibentuk Dewan Penasihat FKUB di provinsi dan kabupaten/kota.
(2) Dewan Penasihat FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas :
c. membantu kepala daerah dalam merumuskan kebijakan pemeliharaan kerukunan umat beragama; dan
d. memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan pemerintah daerah dan hubungan antar sesama instansi pemerintah di daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama.
(3) Keanggotaan Dewan Penasihat FKUB provionsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh gubernur dengan susunan keanggotaan :
a. Ketua : wakil gubernur;
b. Wakil Ketua : kepala kantor wilayah departemen agama provinsi; c. Sekretaris : kepala badan kesatuan bangsa dan politik provinsi; d. Anggota : pimpinan instansi terkait.
(4) Dewan Penasihat FKUB kabupaten/kota sebagaiamna dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh bupati/walikota dengan susunan keanggotaan :
a. Ketua : wakil bupati/wakil walikota;
b. Wakil Ketua : kepala kantor wilayah departemen agama kabupaten/kota;
37
c. Sekretaris : kepala badan kesatuan bangsa dan politik kabupaten/kota;
d. Anggota : pimpinan instansi terkait.
Dewan Penasehat FKUB terdiri dari orang-orang yang telah ditetapkan oleh
walikota, yang mempunyai tugas dalam membantu kepala daerah dalam
merumuskan kebijakan pemeliharaan kerukunan umat beragama dan
memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan pemerintah daerah dan hubungan
antar sesama instansi pemerintah di daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat
beragama.
Sesuai dengan pasal tersebut maka berikut ini adalah susunan pengurus Dewan
Penasihat FKUB Kota Depok periode 2007-201238 :
Ketua : Wakil Walikota
Wakil Ketua : Kakandepag
Sekertaris : Kakankesbang Linmas
Anggota : 1. Asisten Pembangunan
2. Asisten Tata Praja
3. Kadis Tata Kota dan Bangunan
4. Kadis PU
5. Waka Polres
6. Kasdim 0508
7. Kabag Kesra
c. Visi, Misi dan Tupoksi39 1. Visi
38
Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI,
Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor : 9 Tahun 2006 /Nomor : 8 Tahun 2006, (Depok : Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok, 2008), hal. 61
39
Visi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) adalah agar terwujudnya
kerukunan umat beragama yang sesuai dengan aturan agama dana negara.
2. Misi
Misi-misi yang digunakan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)
Kota Depok, antara lain :
1) Mendorong terwujudnya pemberdayaan Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB).
2) Mendorong terwujudnya pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama.
3) Mendorong terwujudnya pelayanan rekomendasi pendirian rumah ibadah
dan rekomendasi lainnya yang terkait dengan kerukunan umat beragama.
3. Tujuan
Tujuan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok dalam
melaksanakan tugasnya adalah agar :
1) Terwujudnya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok
yang mampu berperan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
2) Terwujudnya kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
kondusif melalui pemeliharaan kerukunan umat beragama.
3) Terwujudnya pelayanan dari FKUB dalam mengeluarkan rekomendasi
tentang pendirian rumah ibadah dan rekomendasi lainnya yang terkait
dengan kerukunan umat beragama sebagai bahan pertimbangan kebijakan
walikota Depok.
4. Sasaran
Sasaran dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok
1) Meningkatkan pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)
Kota Depok.
2) Meningkatkan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat.
3) Meningkatkan upaya dalam menampung aspirasi Ormas keagamaan dan
aspirasi masyarakat.
4) Meningkatkan upaya menyalurkan aspirasi dalam bentuk rekomendasi
sebagai bahan kebijakan Walikota Depok.
5) Meningkatkan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan
dibidang keagamaan yang berkait dengan kerukunan umat beragama dan
pemberdayaan masyarakat.
5. Tupoksi
FKUB Kota Depok disusun/dilantik berdasarkan Keputusan Walikota
Depok Nomor : 821-29/16/Kpts/Kesbanglinmas/Huk/2007 tanggal 16 Maret
2007 tentang : Susunan Dewan Penasehat Forum Kerukunan Umat Beragama
(FKUB) Kota Depok, dan Keputusan Walikota Depok, Nomor :
21-29/17/Kpts/Kesbanglinmas/Huk/2007 tentang Susunan Pengurus Forum
kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok.
Tugas pokok Dewan Penasehat FKUB Kota Depok adalah :
1) Membantu kepala Daerah dalam merumuskan kebijakan pemeliharaan
kerukunan umat beragama.
2) Memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan pemerintah daerah dan
hubungan antar sesama instansi Pemerintah Daerah dalam pemeliharaan
Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKUB) Kota Depok
melaksanakan hubungan yang bersifat konsultatif dengan tugas :
1) Melakukan dialog interaktif dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat.
2) Menampung aspirasi Ormas Keagamaan dan aspirasi masyarakat.
3) Menyalurkan aspirasi dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan
walikota Depok.
4) Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan kebijakan
pemerintah dibidang Keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat
beragama dan pemberdayaan masyarakat.
d. Program Kerja
Sejalan dengan visi, misi, tujuan dan sasaran serta kebijakan FKUB dengan
kebijakan yang diambil Kota Depok merencanakan program sebagai berikut yang
dibagi menjadi dua bagian, yaitu40 :
1. Program kerja Internal FKUB, yaitu :
• Pemberdayaan FKUB
Kegiatan yang dilakukan, diantaranya :
1) Mengefektifkan kesekertariatan FKUB.
2) Mengusahakan dana operasional Dewan Penasehat dan Pengurus FKUB.
3) Mengusahakan honor Dewan Penasehat dan Pengurus FKUB.
4) Mengadakan kendaraan roda empat untuk operasional FKUB.
5) Mengadakan kebutuhan Alat Tulis Kantor (ATK) dan Alat Perlengkapan
Kantor (APK).
6) Menyusun dan menyampaikan laporan setahun FKUB kepada Walikota
Depok.
40
2. Program kegiatan eksternal FKUB Kota Depok, diantaranya adalah :
• Peningkatan dialog intern umat beragama, antar umat dan antar umat dengan
pemerintah dan menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi
masyarakat..
Kegiatan yang dilakukan antara lain :
1) Mengadakan road show, kunjungan kerja silaturahmi FKUB Kota Depok
dengan tokoh birokrat, pemuka agama dan tokoh masyarakat.
2) Mengadakan dialog tingkat Kota Depok dengan pemuka agama dan
tokoh Kota Depok.
3) Mengadakan acara dialog tingkat Kota Depok dengan Ormas keagamaan
dan masyarakat.
4) Menjadi narasumber dalam berbagai acara dialog mengenai FKUB di
berbagai media massa.
• Menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyrakat dalam bentuk
rekomendasi sebagai bahan kebijakan bupati/walikota..
Kegiatan yang dilakukan antara lain :
1) Mengadakan kunjungan ke lokasi yang menjadi objek rekomendasi.
2) Menyelenggarakan forum pembahasan FKUB.
3) Mengadakan koordinasi dengan Dewan Penasehat FKUB.
4) Menerbitkan rekomendasi FKUB sebagai bahan pertimbangan kebijakan
Walikota Depok.
• Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di
bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragaman dan
pemberdayaan masyarakat..
1) Mencetak dan menyebarkan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan dibidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat
beragama dan pemberdayaan masyarakat ditingkat Kecamatan Se-Kota
Depok.
2) Menghadiri dan menyampaikan sosialisasi peraturan
perundang-undangan dan kebijakan dibidang keagamaan yang terkait dengan
kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat dalam forum
atau acara yang diselenggarakan oleh berbagai pihak.
3) Memasangkan spanduk dan pamflet kegiatan maupun hari-hari besar
keagamaan.
• Memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadah,
dan memberikan pendapat tertulis untuk izin sementara pemanfaatan
bangunan gedung bukan rumah ibadah yang diberikan oleh bupati/walikota.
• Memberikan pendapat atau saran dalam hal penyelesaian perselisihan
pendirian rumah ibadat kepada bupati/walikota.
B. KOTA DEPOK
a. Sejarah Terbentuknya Kota Depok
Kota Depok mulanya adalah sebuah kecamatan yang berada dalam lingkungan
Kewedanan (Pembantu Bupati) Parung, Kabupaten Bogor, kemudian berdasarkan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 43 tahun 1981 Depok menjadi Kota
Administratif.41 Depok pusat pertumbuhan baru di Jabotabek akibat
perkembangan penduduk, fasilitas yang memadai dan pesatnya pertumbuhan
41