• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAGIAN IKM DAN IKK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAGIAN IKM DAN IKK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAGIAN IKM DAN IKK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

ASPEK KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

PADA PEKERJA SABLON

Disusun Oleh:

Dian Wahyuni C11109348

Nurie Shulfie Syadziwini C11109271

Khairunnisa C11109012

Pembimbing:

dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN

ILMU KEDOTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERA NUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi jauh dari itu keselamatan dan kesehatan kerja berdampak positif atas keberlanjutan produktivitas kerjanya.1

Keselamatan kerja dalam istilah sehari hari sering disebut dengan safety, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.1

Dalam melakukan suatu pekerjaan tentu saja harus memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja.Keselamatan dan kesehatan kerja sebagai tukang sablon pada industri konveksi memang merupakan salah satu aspek penting di lingkungan kerja.Setiap orang yang bekerja sebagai tukang sablon pada industri konveksi seharusnya memahami pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Selain pekerjaan harus terselesaikan juga harus dapat menjamin kesehatan dan keamanannya, dibutuhkan kesadaran tenaga kerjanya dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja, dan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengana prosedur yang ada.2

Pelaksanaan keamanan dan kesehatan kerja harus memenuhi sasaran yaitu untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, mencegah timbulnya penyakit akibat kerja, mencegah/mengurangi kematian dan cacat tetap, pemeliharaan terhadap peralatan kerja, dapat meningkatkan produktifitas kerja sehingga tenaga kerja tidak harus memeras tenaganya, dapat menjamin keadaan kempat kerja yang aman dan sehat, dapat memperlancar kegiatan dan pekerjaan pada industri konveksi tersebut.2

(3)

Selain kemungkinan besar terjadinya kecelakaan kerja pada penyablon, penyakit akibat kerja juga tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada pekerja (penyablon) apalagi pada usaha yang informal. Hal ini disebabkan karena pada biasanya mereka bekerja dengan peralatan apa adanya tanpa memenuhi syarat ergonomik alat tersebut serta jam kerja yang tidak menentu.2

Tak ubahnya usaha formal, usaha informal juga memerlukan pelayanan kesehatan okupasi. Pelayanan kesehatan primer kedokteran okupasi adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pekerja, baik sebagai individu maupun komunitas pekerja pada tingkat primer.1

Penyablon pada industri rumah tangga merupakan sampel yang dipilih, dimana kegiatan penyablon dalam melakukan usahanya menghasilkan pakaian jadi mereka masih menggunakan tenaga manusia dan peralatan tradisional.2

Berdasarkan landasan diatas maka timbul pemikiran dan keinginan untuk mensurvei kesehatan dan keselamatan kerja pada sektor usaha informal yaitu usaha penyablonan.Selain itu survai ini juga merupakan salah satu kewajiban untuk memenuhi tugas mata kuliah K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).

1.2. TUJUAN PENELITIAN 1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang aspek keselamatan dan kesehatan kerja penyablon pada industri konveksi khusus faktor bahaya lingkungan kerja

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui faktor hazard yang dialami penyablon

b. Untuk mengetahui tentang alat kerja dan cara kerja/proses yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan penyablon

c. Untuk mengetahui APD yang digunakan penyablon

d. Untuk mengetahui ketersediaan obat P3K ditempat kerja penyablon

e. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus)

f. Untuk mengetahui resiko penyakit yang dapat muncul berhubungan dengan pekerjaan penyablon.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi/taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja, program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.1,2

Keselamatan kerja merupakan sebuah keniscayaan dalam dunia kerja hari ini.Kondisi ini bukan hanya disebabkan oleh aturan atau regulasi pemerintah dalam bidang ketenaga-kerjaan yang semakin ketat tapi juga demi keberlanjutan bisnis dari perusahaan itu sendiri. Secara umum, kesehatan dapat diartikan sebagai perlindungan terhadap tubuh dan pikiran dari penyakit yang berasal dari material, proses dan prosedur yang digunakan di tempat kerja. Sedangkan keselamatan dapat definisikan sebagai perlindungan dari luka fisik. Batasan antara kesehatan dan keselamatan sebuah kondisi yang dikenal dengan sakit. Kedua kata ini sering digunakan secara bersama-sama untuk mengindikasikan penampakan fisik dan kesehatan mental dari individu di tempat kerja.1

(5)

Dessler (1992) mengatakan bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja diselenggarakan karena tiga alasan pokok, yaitu 3:

1. Moral. Para pengusaha menyelenggarakan upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit kerja pertama sekali semata-mata atas dasar kemanusiaan. Mereka melakukan hal itu untuk memperingan penderitaan karyawan dan keluarganya yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

2. Hukum. Dewasa ini, terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur ikhwal keselamatan dan kesehatan kerja, dan hukuman terhadap pihak-pihak yang melanggar ditetapkan cukup berat. Berdasarkan peraturan perundang-undangan itu, perusahaan dapat dikenakan denda, dan para supervisor dapat ditahan apabila ternyata bertanggungjawab atas kecelakaan dan penyakit fatal.

3. Ekonomi. Adanya alasan ekonomi karena biaya yang dipikul perusahaan dapat jadi cukup tinggi sekalipun kecelakaan dan penyakit yang terjadi kecil saja. Asuransi kompensasi karyawan ditujukan untuk member ganti rugi kepada pegawai yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Schuler dan Jackson (1999) mengatakan, apabila perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut 3:

1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang. 2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.

3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.

4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim.

5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan ras kepemilikan.

6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra perusahaan. 7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.

2.2 FAKTOR HAZARD PADA PENYABLON

(6)

kerja atau instansi. Sedangkan kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest, sering disebut resiko. Baik “hazard” maupun “resiko” tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya pengendaliannya dilaksanakan dengan baik.3

Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.3

Pada dasarnya, terdapat ruang lingkup dalam penentuan bahaya atau hazard di tempat kerja.Yakni mencakup pengenalan, evaluasi dan pengendalian .Didalam usaha penyablonan terdapat faktor-faktor yang dapat mengganggu keselamatan kerja. Faktor yang dapat menimbulkan resiko diantaranya:4

1) Faktor Fisik

Faktor fisik antaranya kebisingan akibat penggunaan mesin, temperature pada tempat kerja. 2) Faktor Ergonomik

Posisi tubuh saat melakukan pekerjaan penyablonan dapat mempengaruhi kesehatan, contohnya berdiri terlalu lama atau duduk terlalu lama.

3) Faktor Psikososial

Faktor psikososial dapat terajadi stress yang berat karena beban kerja, hubungan antar pekerja, jam kerja.

4) Faktor kimia

Faktor kimia yang terdapat pada usaha penyablonan adalah dalam bentuk larutan yaitu tinta sablon.

2.3 ALAT DAN CARA KERJA 5 1. Peralatan Dalam Penyablonan

 Screen (kain gasa terbuat dari polyster/nylon), ada banyak jenis screen, untuk menyablon kaos/kain maka cocok menggunakan screen berpori-pori kasar dengan type T48,T54,T61,T77,T90 (nilai screen semakin besar maka kerapatannya semakin tinggi, biasanya pakai T54)

(7)

 Obat afdruk (cairan kental/emulsion) untuk pemula biasanya menggunakan obat afdruk jenis ulano (meskipun mahal) karena mudah untuk digunakan dan sebelum menggunakan campur dengan sentitizer yang telah disediakan.

 Mika/kuas cat/coater (alat pemoles obat afdruk)

 Bantalan Hitam (buat sendiri, untuk mengepress film pada screen)

 Kaca dengan tebal 0.2-0.5mm

 Semprotan Air (pengembang gambar hasil afdruk)

 Tinta/cat (khusus sablon) untuk kaos biasanya menggukanan pasta warna (rubber), bewarna dasar putih kentar dan dapat dicampur pigment untuk membuat cat dengan warna yang diinginkan.

2. Proses Pengafdrukan

Proses pengafdrukan biasanya dilakukan sebelum melakukan pencetakan, tujuannya adalah menciptakan bentuk yang sesuai dengan yang kita inginkan diatas kain saring(screen). Untuk menghasilkan cetak sablon yang baik maka diperlukan keahlian dalam proses afdruk. Prosesnya yaitu :

 Bersihkan screen yang ingin kita gunakan, meskipun baru screen berpotensi terkena debu yang dapat mempengaruhi hasil afdrukan. Bersihkan dengan sabun colek/krim dan kain perca lalu keringkan dengan matahari dengan posisi screen berdiri, jangan dengan kipas karena bisa kena debu lagi.

 Oleskan obat afdruk / stencil / photo emulsion screen secukupnya ke dibagian belakang dan depan screen. Ratakan obat tersebut menggunakan rakel / penggaris / coater / kuas cat, jangan terlalu tebal/tipis. Dapat dikeringkan dengan hair dryer atau bisa juga diangin-anginkan saja namun usahakan berada di tempat yang tidak terlalu terekspos oleh cahaya.

 Setelah kering, siapkan film sablon yang telah di buat dan rekatkan pada screen tersebut di posisi yang di inginkan (biasanya di posisi center/tengah)

(8)

yang tepat, karena obat afdruk bersifat peka cahaya, sehingga ia akan bereaksi sesuai dengan intensitas cahaya yang diterimanya ( perhatian : tidak semua obat afdruk yang tersedia di pasaran memerlukan waktu penyinaran yang sama, sebaiknya anda tanyakan kepada toko penjual obat tersebut mengenai waktu penyinaran yang tepat untuk obat yang anda beli ). Urutan untuk penyinaran dengan matahari : kaca,film,screen,bantal kain hitam (tekan bantalan hitam agar tidak ada cahaya masuk lewat sela-sela yang mengakibatkan proses afdruk gagal), dengan Lampu neon 2x40watt, urutannya sama tetapi tidak menggunakan kaca karena sudah menggukanan meja afdruk.

 Setelah proses penyinaran, maka image / bentuk yang anda inginkan akan terlihat ( agak samar – samar ) di atas screen yang telah diberi obat afdruk tersebut.

 Segera siram dengan air bertekanan tinggi atau benamkan dalam air untuk merontokkan obat tersebut.

 Idealnya setelah anda menyiram atau membenamkan screen tersebut dalam air, maka obat afdruk yang telah terekspos cahaya tersebut akan merontokkan diri, sehingga membentuk image / bentuk yang anda inginkan, namun terkadang karena waktu penyinaran yang kurang tepat, maka bisa saja ada obat yang masih tertinggal, bila anda menyiram dengan air bertekanan tinggi, biasanya obat ini akan rontok sendiri pada akhirnya, namun bila masih tetap membandel, mau tidak mau anda perlu mengulang proses ini dari awal.

 Setelah image / bentuk yang anda inginkan bersih sempurna dari gangguan obat yang masih tersisa di screen, anda dapat mengeringkan screen tersebut, atau mengoleskan obat penguat screen

3. Tahap Penyablonan

 Pinggiran gambar yang akan disablon diplester agar cat tidak mengalir kemana-mana.

 Letakkan pasta/rubber yang sudah dicampur pigment/warna yang diinginkan.

 Sebelumnya gunakan alat papan triplex pada bagian dalam kaos agar cat tidak tembus kebelakang.

(9)

 Jika sudah selesai, sebaiknya screen langsung dicuci dengan sabun krim tentu dengan kain perca sebagai sikatnya. Walaupun menggukanan tinta berbasis air, apabila screen tidak langsung dibersihkan akan sesulit membersihkan tinta berbasis minyak.

2.4 PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PENYABLON

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja.Namun terkadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat pelindung diri (personal protective devices). Alat-alat demikian harus memenuhi persayaratan:6

 Enak dipakai

 Tidak mengganggu kerja

 Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.

Alat pelindung diri mencakup bagian kepala, mata, muka, tangan dan jari-jari, kaki, alat pernafasan, telinga dantubuh.

Para pekerja yang beraktivitas dan melakukan pekerjaannya, tidak menggunakan APD (alat pelindung diri) dalam bentuk apapun.Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi terkena resiko dari bahaya. Pada bidang konveksi ini, APD yang seharusnya digunakan yaitu:7

a. Kacamata

Dengan menggunakan kacamata, para tukang sablon diharapkan dapat terlindung dari zat pewarna yang digunakan pada proses pewarnaan pakaian yang dapat mengakibatkan perih pada mata.

b. Sarung tangan.

Dengan menggunakan sarung tangan, para tukang sablon dapat melindungi bagian tangan dari benda tajam, resiko terbakar atau tersengat listrik, bahan kimia, ataupun infeksi kulit. c. Masker

Dengan pemakaian masker di mulut dan hidung akan terlindung dari debu. d. Pakaian lengan panjang

(10)

e. Alat pelindung kaki

Pada alat pelindung kaki biasa yang digunakan ada pemakaian sepatu yang nyaman agar terhindar dari lantai licin, lantai basah, benda tajam, dan benda jatuh.

f. Kursi yang dilengkapi dengan sandaran

Agar sewaktu-waktu jika punggung terasa lelah, dapat direfleksikan pada bantalan kursi

2.5 KETERSEDIAAN OBAT P3K

Kotak pertolongan pertama kecelakaan (P3K) seharusnya wajib dimiliki di setiap tempat pekerjaan. Hal ini sangat bermanfaat dalam keadaan darurat ataupun kecelakaan. Tujuan dari P3K adalah untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian, mencegah cacat yang lebih berat, dan menunjang penyembuhan.7

2.6 PEMERIKSAAN KESEHATAN

Pengusaha harus mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus oleh dokter yang telah memiliki sertifikasi.2,7

Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dilakukan supaya memastikan pekerja sehat secara fisik dan mental untuk melakukan pekerjaannya serta tidak menderita penyakit menular yang dapat mempengaruhi pekerja lain. Pemeriksaan sebelum bekerja meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu. 2,7

Pemeriksaan berkala dilakukan oleh dokter sekurang-kurangnya setahun sekali. 2,7

Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan oleh dokter untuk pekerja tertentu yang melakukan pekerjaan dengan resiko-resiko tertentu.Pemeriksaan kesehatan khusus juga dilakukan kalau pekerja mengeluh tentang masalah kesehatan yang mereka derita. 2,7

2.7 RESIKO PENYAKIT YANG DAPAT MUNCUL

(11)

Cat jenis tertentu diduga mengandung beberapa zat yang bersifat karsinogenik. Sebagian besar pajanan cat melalui inhalasi walaupun dapat juga melalui kontak kulit atau oral. Beberapa bahan dalam cat yang dapat menyebabkan kanker paru antara lain timah, kromium, molybdenum, asbestos, arsenik, titanium dan mineral oil (polycyclic aromatic hydrocarbon).8

Arsen dan pewarna cat yang mengandung metal seperti titanium oksida, kromium dan besi saat ini jarang digunakan karena sejak tahun 1960 digunakan cat dengan berbahan dasar air yang hanya sedikit mengandung pelarut dan kurang berbahaya.8

Isosianat sering diidentifikasi sebagai penyebab asma kerja pada pekerja cat semprot yang dikenal sebaga isocyanate-induced asthma. Prevalensi isocyanate-induced asthma diperkirakan berkisar antara 5-15% dan sering dijumpai di negara berkembang. Isosianat merupakan bahan utama cat semprot, selain itu dapat juga dijumpai pada varnis, lem dan polyurethane.8

Isosianat merupakan bahan kimia reaktif yang dapat mengiritasi saluran napas dan membran mukosa. Dahulu toluene diisocyanate (TDI) sering digunakan dalam komponen cat semprot kendaraan bermotor; saat ini digantikan oleh 1,6 hexamethylene diisocyanate (OCN(CH2)6NCO (HDI) dan methylene diphenyl diisocyanate (MDI). HDI merupakan diisosianat alifatik; HDI monomer sangat mudah menguap, sehingga sebagian besar HDI dalam bentuk prepolimer.8

Pajanan isosianat yang tinggi dapat menyebabkan iritasi mata, sensitisasi dan inflamasi kulit serta edema paru. Pada pekerja yang telah tersensitisasi oleh isosianat, pajanan dosis kecil (kurang dari 1 ppb = parts per billion) dapat menyebabkan asma yang dapat tetap diderita bertahun-tahun setelah pajanan dihentikan. Tanda dan gejala yang sering yaitu batuk dengan atau tanpa produksi sputum, sesak atau rasa berat di dada, mengi, mengigil, malaise, nyeri otot, dan gejala seperti flu (flu like symptoms) pada saat bekerja. Demam disertai lekositosis dapat juga dijumpai pada asma kerja (5%). Pada beberapa pasien dapat dijumpai gejala yang tidak khas seperti batuk kronik atau bronkitis. Foto dada biasanya normal walaupun dapat juga ditemukan infiltrat interstisial atau menyebar. Pada pemeriksaan arus paksa ekspirasi serial (APE) didapatkan nilai APE yang lebih rendah saat berada di lingkungan pekerjaan.8

(12)

antibodi IgE (imunoglobulin E) yang spesifik terhadap protein konjugat hanya sedikit dijumpai (10-30%).8

Eosinofil jarang dijumpai pada asma kerja; berhubungan dengan beratnya penyakit dan peningkatan reversibilitas terhadap bronkodilator Hidrokarbon adalah bahan kimia yang terdapat di dalam cat, lem, pelarut dan bahan bakar (bensin); merupakan komponen organik yang terdiri atas molekul karbon dan hidrogen; terbagi atas jenis hidrokarbon aromatik dan alifatik.8

Toksisitas hidrokarbon disebabkan karena bahan ini mudah menguap (volatil) sehingga mempengaruhi organ respirasi (paru); di samping itu dapat juga mempengaruhi sistem saraf, jantung, ginjal, hati dan gastrointestinal. Hidrokarbon volatil seperti bensen, toluen dan silen dapat memberikan sensasi euforia dan halusinasi sehingga sering disalahgunakan (abuse). Sejak dua dekade terakhir terjadi peningkatan penyalahgunaan cat semprot yang mengandung hidrokarbon pada remaja dengan sosial ekonomi rendah karena murah dan mudah didapat.8

Teknik inhalasi melalui hidung, mulut atau cat disemprotkan ke kantong kemudian dihirup. Cat semprot yang disukai adalah cat semprot warna metalik karena mengandung toluene konsentrasi tinggi.8

Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran, dan tata letak peralatan, penempatan alat petunjuk, cara memperlakukan peralatan seperti macam gerak, arah, dan kekuatan.6

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan, yaitu semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau berdiri secara bergantian. Lalu semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak membebani melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan sensibilitas pada paha, mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas. 6

(13)
(14)

BAB III

METODOLOGI

3.1. BAHAN DAN CARA 3.1.1. Peralatan yang diperlukan

Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey (survey jalansepintas) dalam rangka untuk survey kesehatan dan kedokteran kerja pada tukang sablon di industri konveksi, diantaranya:

a. Alat tulis menulis

Berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama survey jalan sepintas. b. Kamera

Berfungsi sebagai alat untuk memotret keadaan-keadaan yang terdapat pada industri konveksi.

c. Check list

Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer mengenai survey jalan sepintas yang dilakukan.

3.1.2. Cara Pemantauan

Kami merencanakan untuk memantau dan mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan penyakit akibat kerja pada industri konveksi. Pemantauan ini dilakukan dengan metode

walk through survey dengan menggunakan kuesioner dan check list.

3.2. LOKASI

Lokasi survey kesehatan dan kedokteran kerja yang dijalankan adalah pada industri konveksi.

3.3. BIAYA

(15)

3.4. JADWAL

Waktu pelaksanaan survey ini dilaksanakan pada tanggal 29 September 2014 s/d 01 Oktober 2014.

JADWAL KEGIATAN

NO Tanggal Kegiatan

1. 29 September 2014 Melapor ke bagian K3 RS Ibnu Sina Pengarahan kegiatan

2. 29 September 2014 Pembuatan proposal 3. 30 September 2014 Walk Through Survey

4. 30 September 2014 Pembuatan laporan Walk Through Survey

5. 01 Oktober 2014 Presentasi laporan Walk Through Survey

(16)

1. Hughes, Phill, Ed Ferret. Introduction to Health and Safety at Work, 5th edition. Oxford and Massachusets: Elsevier, 2011.

2. Musoffan, Wildan. Analisa Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Upaya

Identifikasi Potensi Bahaya. Jakarta: Universitas Gunadarma, 2007.

3. Sakinah, Rifah. Penilaian Resiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Industri Informal (Konveksi). http://k3kesmasauinalauddin.com/2012/04/k3-rifah-sakinah.html, diakses pada 29 September 2014

4. Leaflet dari Asosiasi Hiperkes & Keselamatan Kerja Indonesia, dalam PROGRAM PELATIHAN & SERTIFIKASI HIGIENIS INDUSTRI MUDA (HIMU). Jakarta. 2010. 5. Iman, Fajar. Cara Penyablonan.

http://nyablonbaju.blogspot.com/2012/10/tahap-penyablonan.html, diakses pada 29 September 2014

6. Ibrahim Jati Kusuma.Pelaksanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Karyawan Pt. Bitratex Industries Semarang. http://eprints.undip.ac.id/26498/2/Jurnal.pdf, diakses pada 29 September 2014

7. Putri, DRO. Penerapan K3 pada Industri Konveksi.

http://k3tium.wordpress.com/2012/11/14/makalah-observasi-k3-di-konveksi-busana/html, diakses pada 29 September 2014

8. Azhar, Rofa Y. Proses pembuatan cat dan bahaya yang ditimbulkannya. http://www.rofayuliaazhar.com/2012/06/artikel-proses-pembuatan-cat-dan-bahaya.html, diakses pada 29 September 2014

(17)

CHECKLIST

ASPEK

K3 PADA

TUKANG SABLON

A. HAZARD UMUM PADA TUKANG SABLON

NO CHECKLIST ADA TIDAK

1 Faktor fisik a. Kebisingan

Sumber: kendaraan

b. Getaran

c. Tekanan d. Temperatur e. Radiasi f. Iklim/cuaca

NO CHECKLIST

2 Faktor kimia Jenis bahan: cairan Nama bahan : Sablon baju

- Pewarna tekstil - Pasta

Sablon Kertas

- Ulano - M3 (Cairan) - Soda api - Tinta - Minyak

(18)

Cara kerja

Alat kerja

Ketata rumahtanggaan

NO CHECKLIST ADA TIDAK

4. Faktor biologi a. Sumber : b. Penyebab :

1. Bakteri 2. Virus 3. Jamur 4. Lain-lain

NO CHECKLIST

5. Faktor psikososial a. Jadwal kerja

b. Hubungan interpersonal

c. Beban kerja

d. Kemampuan

e. Gaji

f. Lain-lain

B. ALAT KERJA YANG DIPAKAI TUKANG SABLON SELAMA BEKERJA N

O

CHECKLIST

1. Nama alat dan kegunaaan :

(19)

- Meja sablon

- Screen berfungsi sebagai wadah untuk huruf - Hair Dryer berfungsi untuk mengeringkan kaos

C. ALAT PELINDUNG DIRI YANG DIPAKAI TUKANG SABLON SELAMA BEKERJA

NO CHECKLIST ADA TIDAK

1. Masker

2, Penutup kepala

3. Sepatu boot

4. Goggle

5. Celemek

6. Sarung tangan

D. PEMERIKSAAN KESEHATAN

NO. CHECKLIST ADA TIDAK

1. a. Pemeriksaan kesehatan b. Bukti hasil laboratorium c. Pemeriksaan kesehatan awal d. Pemeriksaan kesehatan berkala e. Pemeriksaan kesehatan khusus

E. KELUHAN KESEHATAN

NO PERTANYAAN ADA TIDAK

1 Apakah anda keluhan kesehatan 1. Kulit

2. Pernapasan

2 Apakah mendapat izin kunjungan klinik atau balai pengobatan

(20)

sering

F. INFORMASI TENTANG PENGETAHUAN DAN PENYULUHAN YANG PERNAH DIDAPATKAN MENGENAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

NO PERTANYAAN ADA TIDAK

1 Apakah pernah mengikuti penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja

2 Apakah pernah mendapat perlatihan tentang kesehatan dan keselamatan kerja

3 Apakah ada pemantauan hazard

4 Apakah ada rambu-rambu bahaya (APAR, alarm kebakaran) :

a. Apakah ada Alat Pemadam Api Ringan : b. Letak APAR : Tidak strategis

c. Cara penggunaan Alat Pemadam Api Ringan

d. Apakah ada alarm apabila terjadi kebakaran

5 Apakah ada rambu-rambu evakuasi, dan area berkumpul.

F. INFORMASI TENTANG KOTAK P3K

NO PERTANYAAN ADA TIDA

K 1 Apakah terdapat kotak P3K

2 Apakah pekerja tahu isi – isi kotak p3k

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Pada hakekatnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu keilmuan multidisiplin yang menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja, keamanan

Pelaksanaan Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT Pupuk Kujang dilakukan secara berkelanjutan disemua aspek kegiatan, dengan tujuan agar K3 membudaya di

Tujuan diterapkannya K3 di PT Ferron Par Pharmaceuticals untuk melindungi dan menjamin keselamatan dan kesehatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja,

S ebagai komitmen pimpinan fakultas dalam upaya menjamin kesehatan dan keselamatan kerja bagi seluruh civitas serta mewujudkan sarana kantin seba- gai tempat

Untuk K3 dapat digantikan dengan sertifikat lain yang minimal setara, untuk menjamin bahwa perusahaan tersebut telah menerapkan K3 (Keselamatan dan. Kesehatan Kerja) di

Tujuan dan sasaran dari sistem manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja,

Pentingnya Isu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dimata hukum secara filosofi adalah suatu pemikiran dan upaya menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik

Permasalahan tentang keselamatan dan kesehatan kerja (k3) hendaknya tidak hanya merupakan suatu diskusi-diskusi akan tetapi penerapan manajemen keselamatan