• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengendalian Limbah Cair Di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN LIMBAH CAIR DI PABRIK BENANG KARET

PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA MEDAN

KARYA ILMIAH

MUTIA SARI NIM. 062401029

PROGRAM DIPLOMA III KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSETUJUAN

Judul : Pengendalian Limbah Cair di Pabrik Benang Karet

PT. Industri Karet Nusantara Medan

Kategori : Karya Ilmiah

Nama : Mutia Sari

Nomor Induk Mahasiswa : 062401029

Program Studi : Diploma 3 Kimia Analis

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Disetujui di :

Medan, Juni 2009

Diketahui

Departemen Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing

(3)

PERNYATAAN

PENGENDALIAN LIMBAH CAIR DI PABRIK BENANG KARET

PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA MEDAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa

kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2009

(4)

PENGHARGAAN

Syukur Alhamdulillah saya sampaikan kehadiran Allah SWT atas segala

karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini, serta

shalawat beriring salam saya sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang

telah memberikan suri teladan kepada umat manusia dan smoga kita semua mendapat

syafa’at-Nya kelak di Yaumil Mahsyar, Amin.

Adapaun tujuan penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Kimia Analis FMIPA-USU.

Untuk itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

• Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst,MSc selaku Ketua Departemen FMIPA USU.

• Ibu Dr. Marpongahtun,MSc selaku Ketua Akademik Kimia Analis.

• Bapak Dr. Minto Supeno,MS Dosen Pembimbing saya yang telah meyediakan

waktu dan pikiran dalam membimbing penulisan karya ilmiah ini.

• Beserta Staf Pengajar dan Pegawai di FMIPA-USU.

• Ibunda tercinta Nuraini SPd dan Ayahanda tercinta (Alm) Ramli Sani.

• Beserta keluarga yang senantiasa mendoakan dan memberikan semangat

kepada penulis dalam mnyelesaikan pendidikan program D-III Kimia Analis

Universitas Sumatera Utara, serta sahabat-sahabat saya, Vina, Ela, Nuar dan

teman lainnya yang telah membantu dan mendukung saya dalam meyelesaikan

karya ilmiah ini.

Medan, Mei 2009

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ………. ii

PERNYATAAN ………. iii

PENGHARGAAN ………. iv

ABSTRAK ………. vii

ABSTRACT ………. viii

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR TABEL ………. vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………. 1

1.2. Permasalahan ………. 2

1.3. Tujuan ………. 3

1.4. Manfaat ………. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah ………. 6

2.1.1. Komposisi Limbah ………. 7

2.1.2. Klasifikasi Limbah Industri dan Karakteristiknya …… 7

2.1.3. Jenis Limbah dan Bahayanya ……….. 8

2.1.4. Kualitas Limbah ……….. 10

2.2. Teknologi Pengolahan Limbah ……….. 12

2.2.1. Pengolahan Limbah Cair ………. 13

2.2.2. Penanganan Limbah Padat ………. 21

BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Alat dan Bahan ………. 22

3.1.1. Alat-Alat ………. 22

3.1.2. Bahan-Bahan ………. 23

3.2. Persediaan Pereaksi ………. 23

3.2.1. Prosedur Analisa ………. 24

3.3. Bagan Analisa ………. 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data ………. 30

4.1.1. Data Hasil Analisa ………. 30

4.1.2. Perhitungan ………. 30

4.2. Pembahasan ………. 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ………. 36

5.2. Saran ………. 36

DAFTAR PUSTAKA ……….. 37

(6)
[image:6.595.157.445.287.547.2]

DAFTAR TABEL

(7)

ABSTRAK

Pada pengolahan air limbah terdapat beberapa parameter kualitas yang

digunakan. Parameter kualitas air limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

parameter organic, karakteristik fisik, dan kontaminan spesifik. Parameter organic

merupakan ukuran jumlah zat organic yang terdapat dalam limbah. Parameter ini

terdiri dari total organic carbon (TOC), chemical oxygen deman (COD), biochemical

oxygen demand (BOD), minyak dan lemak (O&G), dan total petroleum hydrocarbons

(THP). Karakteristik fisik dalam air limbah dapat dilihat dari parameter total suspens

solids (TSS), pH, temperature, warna, bau, dan potensi reduksi. Sedangkan

(8)

RESTRAINT OF LIQUID EFFLUENT IN THE RUBBER THREAD FACTORY PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA MEDAN.

ABSTRACT

In the effluent treatment, there are some quality parameter that used. The

quality parameter of effluent water can devided into three, organic parameter, physic

characteristic and specific contaminate. Organic parameter is measure of substance in

effluent. This parameter consist of total organic carbon (TOC), chemical oxygen

demand (COD), biochemical oxygen demand (BOD), oil and fat (O&G), and total

petroleum hydrocarbons (TPH). While specific contaminate in effluent water can be

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pada dasarnya limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu

sumber aktivitas manusia maupun proses-proses alam atau belum mempunyai nilai

ekonomi bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negative.

Menurut sumbernya limbah dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

a. limbah domestic (rumah tangga)

b. limbah industri

c. limbah rembesan dan limpasan air hujan.

Limbah cair atau limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang merupakan

hasil dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Dengan semakin bertambah dan

meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatannya, maka limbah air juga

mengalami peningkatan. Pada umumnya limbah cair dibuang melebihi kemampuan

alam untuk menerima atau menampungnya, maka akan terjadi kerusakan lingkungan.

Limbah adalah sampah dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air

yang telah dipergunakan dengan hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda padat

yang terdiri dari zat organic.

Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik (rumah

tangga) maupun industri ke badan air dapat menyebabkan pencemaran lingkungan

apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku mutu limbah. Terdapat sebuah

penelitian yang mengemukakan bahwa 285 sampel dari 636 titik sampel sumber air

(10)

memenuhi baku mutu air minum yang parameternya dinilai dari unsur nitrat, nitrit,

besi, dan mangan.

Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian

lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun

industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat

setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan

teknologi masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan air buangan

untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini.

Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara

umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:

1. Pengolahan secara Fisika.

2. Pengolahan secara Kimia.

3. Pengolahan secara Biologi.

1.2.Permasalahan

1. Apakah sistem pengendalian limbah cair di pabrik benang karet PT. Industri

Karet Nusantara Medan telah memenuhi standar baku mutu air limbah yang

telah ditetapkan oleh Kepmen LH. No. KEP -51/MENLH/10/1995.

2. Parameter-parameter yang digunakan dalam pengendalian limbah cair di

(11)

1.3. Tujuan

- Untuk menghilangkan atau mengurangi zat-zat pencemar organic maupun

anorganik yang tersuspensi atau koloid yang terlarut yang terkandung di dalam

air limbah sebelum dibuang ke badan sungai.

- Untuk memenuhi standart baku mutu air limbah yang telah ditetapkan oleh

menteri lingkungan hidup.

1.4.Manfaat

1. Dapat memberikan pengetahuan bahwa limbah cair PT. Industri Karet

Nusantara Medan telah layak dibuang ke badan air tanpa melakukan

pencemaran perairan disekitar lingkungan, setelah dilakukan proses

pengendalian limbah cair.

2. Sebagai informasi bagi masyarakat, agar masyarakat mengetahui kualitas air

(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat

padat, air dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya 30%

berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung zat cair (uap air)

sebanyak 15% dari tekanan atmosfer.

(Gabriel. 2001)

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk jasad hidup orang

banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh

sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudh tidak mampu memenuhi kebutuhan

yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan dometik yang semakin

menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap

sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air.

(Effendi.H. 2003)

Pencemaran air merupakan masalah lingkungan global, dan berhubungan erat

dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah atau daratan. Jenis

pencemaran air yang paling banyak ditemukan adalah sebagai berikut :

a. Pencemaran mikroorganisme dalam air

b. Pencemaran air oleh bahan inorganik nutrisi tanaman

c. Limbah organik menyebabkan kurangnya oksigen terlarut

d. Pencemaran bahan kimia inorganik

e. Pencemaran bahan kimia organik

f. Sedimen dan bahan tersuspensi

(13)

Defenisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara

Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-02/MENKLH/I/I988 Tentang

Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah : masuk atau dimasukkannya mahluk hidup,

energi atau komponen lain ke dalam air atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan

manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu

yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan

peruntukannya. (Achmad Rukaesih. 2004)

Indikasi pencemaran air dapat kita ketahui baik secara visual maupun pengujian.

1. Perubahan pH (tingkat keasaman / konsentrasi ion hidrogen). Air normal yang

memenuhi syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH netral dengan kisaran nilai 6.5 –

7.5. Air limbah industri yang belum terolah dan memiliki pH diluar nilai pH netral,

akan mengubah pH air sungai dan dapat mengganggu kehidupan organisme di

dalamnya. Hal ini akan semakin parah jika daya dukung lingkungan rendah serta debit

air sungai rendah. Limbah dengan pH asam / rendah bersifat korosif terhadap logam.

2. Perubahan warna, bau dan rasa Air normal dan air bersih tidak akan berwarna,

sehingga tampak bening / jernih. Bila kondisi air warnanya berubah maka hal tersebut

merupakan salah satu indikasi bahwa air telah tercemar. Timbulnya bau pada air

lingkungan merupakan indikasi kuat bahwa air telah tercemar.

3. Timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut Endapan, koloid dan bahan terlarut

berasal dari adanya limbah industri yang berbentuk padat. Limbah industri yang

berbentuk padat, bila tidak larut sempurna akan mengendap didasar sungai, dan yang

(14)

sulit diukur melalui uji BOD karena sulit didegradasi melalui reaksi biokimia, namun

dapat diukur menjadi uji COD.

2.1. Limbah

Pada dasarnya limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu

sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam atau belum mempunyai nilai

ekonomi yang negatif. Menurut sumbernya limbah dapat dibagi menjadi 3 bagian,

yaitu :

1. Limbah domestik (rumah tangga)

2. Limbah Industri

3. Limbah rembesan dan limpasan air hujan

Komposisi limbah

Air limbah mengandung zat-zat/kontaminan yang dihasilkan dari sisa bahan

baku, sisa pelarut atau bahan aditif, produk terbuang atau gagal, pencucian dan

pembilasan peralatan, blowdown beberapa peralatan seperti kettle boiler dan sistem air

pendingin, serta sanitary wastes.

Limbah cair mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat

dan setiap saat. Akan tetapi, secara garis besar , zat-zat yang terkandung di dalam

(15)

(Djide Natsir. 1994)

Klasifikasi Limbah Industri dan Karakteristiknya

Karakteristik limbah:

1. Berukuran mikro

2. Dinamis

3. Berdampak luas (penyebarannya)

4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)

Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah:

1. Volume limbah

2. Kandungan bahan pencemar

3. Frekuensi pembuangan limbah Air limbah

Air bahan padat

Oragnik - protein - karbonhidrat

- lemak

Anorganik - butiran-butiran

- logam-logam

(16)

Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 bagian:

1. Limbah cair

2. Limbah padat

3. Limbah gas dan partikel

4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Berdasarkan nilai ekonominya, limbah dibedakan menjadi limbah yang

mempunyai nilai ekonomis dan limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis. Limbah

yang memmiliki nilai ekonomis yaitu limbah dimana dengan melalui proses lanjutan

akan memberikan nilai tambahan. Limbah non-ekonomis adalah suatu limbah

walaupun telah dilakukan proses lanjut dengan cara apapun tidak akan memberikan

nilai tambahan kecuali sekedar untuk mempermudah sistem pembuangan.

Jenis Limbah dan Bahayanya

1. Limbah Asam : Asam dapat menyebabkan luka pada kulit, selaput lendir,

selaput mata dan saluran pernapasan.

2. Limbah Basa : Bahan-bahan basa seperti ammonium hidroksida, potassium

hidroksida, sodium hidroksida, sodium sianida, sodium karbonat, sodium

pryophospat, sodium silikat dan trisodium phispat tidak begitu berbahaya bagi sistem

(17)

3. Limbah Garam dan Senyawa Lainnya : Sianida sangat beracun, dan dapat

mematikan bila tertelan. Menyebabkan iritasi kerongkongan, pusing-pusing, mabuk,

mual, lemah dan sakit kepala dan bahkan berhenti bernafas.

4. Limbah B-3

Limbah B-3 adalah limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki

sifat racun dan berbahaya, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalan jumlah relatfi

sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumber daya. Tingkat

bahaya yang disebabkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah,

baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Macam Limbah Beracun

• Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalu

menghasilka

merus

• Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api,

percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau

terbakar dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.

• Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena

melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organi

stabil dalam suhu tinggi.

• Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi

manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit

(18)

• Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi

penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh

manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.

• Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada

kulit atau mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0

untuk limbah yang bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifa

(http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah_beracun)

Kualitas Limbah

Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari jumlah

kandungan bahan pencemar di dalam limbah. Kandungan pencemar di dalam limbah

terdiri dari berbagai parameter. Semakin kecil jumlah parameter dan semakin kecil

konsentrasinya, hal itu menunjukkan semakin kecilnya peluang untuk terjadinya

pencemaran lingkungan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah ;

• Volume limbah

• Kandungan bahan pencemar

• Frekuensi pembuangan limbah.

(19)

Alasan menetapkan parameter-parameter dalam penanganan limbah cair adalah :

a. pH cairan limbah

Ditetapkannya parameter 6-9, ini bertujuan agar mikroorganisme dan biota

yang terdapat pada penerima tidak terganggu, dan bahkan diharapkan dengan pH yang

alkalis dapat menaikkan pH badan penerima seperti sungai yang umumnya digunakan

sebagai badan penerima. Oleh sebab itu keasaman limbah segar yang pH 4 dinaikkan

dengan penambahan alkali.

b. Biological Oxygen Demand (BOD)

Kebutuhan oksigen hayati yang diperlukan untuk merombak bahan organic

sering digunakan sebagai tolak ukur untuk menentukan kualitas limbah. Semakin

tinggi nilai BOD air limbah maka daya saringnya dengan mikroorganisme atau biota

yang terdapat pada badan penerima semakin tinggi. Nilai BOD umumnya digunakan

untuk menguji kandungan bahan organic dengan reaksi biokimia.

c. Chemical Oxygen Demand (COD)

Kelarutan oksigen kimiawi ialah oksigen ang diperlukan untuk merombak

bahan organic dan anorganik, oleh sebab itu nilai COD lebih besar dari nilai BOD.

Parameter ini digunakan sebagai perbandingan atau control terhadap nilai BOD.

Karena kandungan padatan limbah umumnya terdiri dari bahan organic maka

parameter yang dipakai ialah BOD. Total Suspended Solid, menggambarkan padatan

melayang dalam air limbah. Semakin tinggi TSS maka bahan organic membutuhkan

oksigen yang tinggi (BOD).

d. Kandungan NH3-N

Semakin tinggi kandungan NH3-N dalam cairan limbah, ini akan menyebabkan

keracunan pada biota. Oleh sebab itu parameter ini digunakan untuk spesifikasi mutu

(20)

2.2. Teknologi Pengolahan Limbah

Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik (rumah

tangga) maupun industri ke badan air dapat menyebabkan pencemaran lingkungan

apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku mutu limbah. Terdapat sebuah

penelitian yang mengemukakan bahwa 285 sampel dari 636 titik sampel sumber air

tanah telah tercemar oleh bakteri coli. Secara kimiawi, 75% dari sumber tersebut tidak

memenuhi baku mutu air minum yang parameternya dinilai dari unsur nitrat, nitrit,

besi, dan mangan.

Agar air limbah cair dapat dipergunakan kembali atau dibuang kembali ke

lingkungan maka perlu dilakukan usaha untuk memisahkan bahan-bahan komponen

pencemar ini dari dalam air. Untuk menggambarkan tingkat karakteristik limbah cair

sebagai indicator tingkat pencemar di dalam limbah maka dapat dilakukan pengukuran

kualitas air limbah biasanya disebabkan oleh kehadiran senyawa pencemar yang

umumnya adalah senyawa organic dan anorganik meliputi pengukuran kekeruhan

(intensitas cahaya, turbiditas), kelarutan zat padat (ppm), kelarutan zat tersuspensi

(ppm), tingkat keasaman (pH), larutan oksigen (DO), dan kebutuhan oksigen kimia

(COD).

Tahap pertama yang dilakukan adalah melakukan pengukuran pada senyawa

organic di dalam limbah. Pegukuran kasar yang sering digunakan adalah secara titrasi

menggunakan kalium permanganate, yaitu dengan mengetahui jumlah permanganate

yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan limbah, sehingga akan memberi gambaran

banyaknya senyawa organic di dalam limbah. Indicator yang lain yang digunakan

adalah mengukur DO dan COD untuk memberikan tingkat ketercemaran air limbah.

(21)

dilakukan adalah memisahkan bahan-bahan pencemar ini dari dalam air sehingga air

dapat dipergunakan kembali disebut pengolahan limbah.

2.2.1. Pengolahan Limbah Cair

Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan

pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba

patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang

terdapat di alam.

Langkah-langkah yang digunakan pada proses untuk pegolahan limbah cair

dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :

1. Pengolahan Limbah Primer

Pengolahan limbah primer terhadap air limbah cair adalah penghilagan bahan

padat yang tidak melarut di dalam air seperti sampah, kotoran, dll. Langkah pertama

yang dilakukan adalah skrining yaitu menghilangkan bahan pencemar yang berukuran

besar yang masuk ke dalam limbah cair dengan menggunakan jarring atau peralatan

lain. Langkah selanjutnya adalah penghilangan partikel dengan ukuran yang lebih

kecil yang tidak dapat disaring dari dalam air dengan menggunakan grit removal,

yaitu bahan yang terbuat dari materi yang tidak dapat diurai oleh mikroorganisme

berbentuk seperti pasir.

Tahap selanjutnya adalah proses sedimentasi primer untuk menghilangkan

benda padat yang mengapung dan mengendap. Proses ini biasanya dilakukan melalui

penambahan senyawa kimia agar bahan pencemar dapat mengapung atau mengendap

(22)

2. Pengolahan Limbah Skunder

Pengolahan air limbah skunder adalah pengolahan air yang berasal dari

pemurnian air pada proses primer, biasanya dilakukan melalui proses biologi.

Pengaruh yang paling berbahaya dengan kehadiran senyawa organic bidegrable adalah

BOD, yaitu konsumsi oksigen terlarut di dalam air oleh mikroorganisme pada saat

mendegradasi senyawa organic.

Salah satu cara yang sering digunakan untuk pengolahan limbah cair secara

biologi adalah trickling filter yaitu dengan menyiramkan limbah pada permukaan

batuan atau wadah padat lainnya yang dipenuhi oleh mikroorganisme, sehingga

limbah dikonsumsi oleh mikroorganisme dalam terairasi (kaya oksigen) dan jumlah

oksigen yang diperlukan oleh organisme tersebut tidak terbatas.

Cara lain untuk pengolahan limbah skunder untuk proses pengolahan limbah

cair adalah melalui proses pengaktifan lumpur, yaitu dengan cara memasukkan

mikroorganisme ke dalam tangki pengolahan limbah sehingga cara ini sangat efektif

untuk mengolah limbah cair, dan produknya dapat dipergunakn sebagai gas atau

bahan bakar dan sebagai pupuk.

3. Pengolahan Limbah Tersier

Pengolahan limbah tersier adalah pengolahan limbah lanjutan sehingga semua

bahan pencemar yang terdapat dalam air harus diyakinkan telah hilang dari air.

Pengolahan limbah tersier dapat dikategorikan sebagai : (1) pembebasan bahan padat

tersuspensi, (2) menghilangkan bahan organic terlarut, (3) penghilangan bahan

(23)

bervariasi tergantung pada kualitas air limbah hasil pengolahan skunder. Bahan padat

tersuspensi adalah sebagai bahan sisa pengolahan mikroorganisme yang terdapat pada

bak sedimentasi skunder. Sedangkan senyawa organic terlarut adalah bahan organic

yang berbahaya atau berpotensi sebagai senyawa beracun terhadap mahluk hidup.

(Situmorang Manihar. 2007)

Pemilihan proses yang tepat didahului dengan mengelompokkan karakteristik

kontaminan dalam air limbah dengan menggunakan indikator parameter. Setelah

kontaminan dikarakterisasikan, diadakan pertimbangan secara detail mengenai aspek

ekonomi, aspek teknis, keamanan, kehandalan, dan kemudahan pengoperasian. Pada

akhirnya, teknologi yang dipilih haruslah teknologi yang tepat guna sesuai dengan

karakteristik limbah yang akan diolah. Setelah pertimbangan-pertimbangan detail,

perlu juga dilakukan studi kelayakan atau bahkan percobaan skala laboratorium yang

bertujuan untuk:

1. Memastikan bahwa teknologi yang dipilih terdiri dari proses-proses yang

sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah.

2. Mengembangkan dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk menentukan

efisiensi pengolahan yang diharapkan.

3. Menyediakan informasi teknik dan ekonomi yang diperlukan untuk penerapan

skala sebenarnya.

Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian

(24)

industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat

setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan

teknologi masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan air buangan

untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini.

Berdasarkan karakteristik limbah, proses pengolahan dapat digolongkan

mejadi 3 bagian, yaitu proses fisika, kimia, dan biologi.

1. Pengolahan Secara Fisika

Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan,

diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap

atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening)

merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang

berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara

mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses

pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di

dalam bak pengendap.

Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang

mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan

berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan

tersuspensi (clarification) atau pemekatan endapan lumpur (sludge thickening) dengan

memberikan aliran udara ke atas (air flotation).

Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk

mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk

(25)

mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam

proses osmosa.

Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan

senyawa aromatik (misalnya : fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama

jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi

membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil.

2. Pengolahan Secara Kimia

Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk

menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam

berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia

tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya

berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tidak dapat

diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa

reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.

Pengendapan bahan tersuspensi yang tidak mudah larut dilakukan dengan

membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan

koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat

diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan

membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan

hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut

akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5.

Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada

konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2),

(26)

memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya

pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.

3. Pengolahan secara biologi

Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai

pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang

paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai

metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya. Pada dasarnya, reaktor

pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:

1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);

2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).

Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan

berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal

berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan

berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi.

Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai

beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90%

(dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi

yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu

waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat

pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak

sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan

pendahuluan. Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga

termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti

Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun

(27)

memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan

waktu detensi 3-5 hari saja. Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme

tumbuh di atas media pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan

dirinya.

Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain:

1. trickling filter

2. cakram biologi

3. filter terendam

4. reaktor fludisasi.

Sistem pengoperasian proses biologis sangat memegang peranan penting.

Pengoperasian dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu operasi dengan adanya udara

dan tanpa udara.

1. Pengolahan dengan cara aerob

Pengolahan secara aerob adalah pengolahan dengan kondisi ada oksigen

tempat mikroorganisme yang akan menguraikan limbah.

Bahan organik + mikroorganisme + O2

CxHyOx CO2 + H2O

CxHyOx + NH3 + O2 + NH3

Mikroorganisme di dalam air limbah berbentuk padatan (deposit). Dengan

keadaan ini maka metode yang dilakukan juga bermacam-macam, misalnya dengan

menggunakan kolam oksidasi.

2. Pengolahan dengan cara anaerob

Pada prinsipnya proses yang terjadi adalah mengubah bahan organik dalam

(28)

dilaksanakan dalam dua tahap dengan dua kelompok bakteri yang berbeda. Pertama

zat organik diubah menjadi asam organik dan alkohol yang mudah menguap. Kedua,

melanjutkan perombakan senyawa asam organik menjadi metan.

(Agusnar.H. 2008)

Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kehidupan mahluk hidup

yang bersifat mikroskopik yang disebut mikroorganisme atau jasad renik, yaitu

mahluk hidup yang mempunyai ukuran sel sangat kecil dimana setiap selnya hanya

dapat dilihat dengan pertolongan mikroorganisme.

Pengolahan mikroorganisme dalam proses pengolahan limbah skunder mutlak

dibutuhkan baik secara aerob maupun secara anaerob. Perbedaan utama dalam

pengolahan primer dan pengolahan skunder adalah pada pengolahan primer

pengolahan dilakukan secara kimiawi dan tanpa membutuhkan mikroorganisme,

sedangkan pada pengolahan skunder adalah pengolahan biologi yang memerlukan

mikroorganisme.

(Sastrawijaya.T.A. 1991)

Faktor-faktor yang mempengaruhi jasad renik yang bersifat heterotrof adalah

tersedianya nutrien, air, suhu, pH, oksigen dan potensi dan potensi oksidasi-reduksi,

adanya zat penghambat dan adanya jasad renik lain. Jasad renik heterotrof

membutuhkan nutrisi untuk :

• sumber karbon

• sumber nitrogen

• sumber energi

• faktor pertumbuhan yaitu vitamin dan mineral.

(29)

2.2.2. Penanganan Limbah Padat

Berdasarkan sifatnya, pengolahan limbah padat dapat dilakukan melalui dua cara :

• Limbah padat tanpa pengolahan

• Limbah padat dengan pengolahan

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum limbah diolah adalah :

• Jumlah limbah

• Sifat fisik dan kimia limbah

• Kemungkinan pencemaran dan kerusakan lingkungan

• Tujuan akhir yang hendak dicapai.

(30)

BAB III

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan 3.1.1. Alat

- pH meter dengan elektroda glass

- beaker glass 150 ml

- beaker glass 250 ml

- Erlenmeyer 125 ml

- Erlenmeyer 500 ml

- Gelas ukur 1000 ml

- Pipet volum 25 ml

- Pipet volum 10 ml

- Pipet ukur 25 ml

- Pipet ukur 10 ml

- Hot plate

- Thermometer 100oC

- Larutan buffer 7,00

- Labu destilasi 100 ml

- Pipet berkala

- Buret

- Kondensor

(31)

3.1.2. Bahan

- sampel air limbah

- Aquadest

- larutan buffer amonia pH 10.00

- K2Cr2O7 0.02 N

- H2SO4 (p)

- Ag2SO4 1,25%

- FeSO4 0,1 N

- NH4F 3 M

- Indicator Phenantrolin

- Erio clorome black T

- Larutan EDTA 0,01 N

- Batu didih

Persediaan Pereaksi

1. Pembuatan ammonium florida 3 M

111 gram NH4F diencerkan dalam 1000 ml aquadest..

2. K2Cr2O7 0.02 N

14.7094 K2Cr2O7 diencerkan dengan 1000 ml aquadest.

3. Ag2SO4 1,25%

6.25 Ag2SO4 ditambahkan 257.75 H2SO4 (p), kemudian diencerkan dengan 500

ml aquadest..

4. Buffer amonia pH 10.00

54 gram NH4Cl, ditambahkan 350 ml NH3 25% kemudian diencerkan dengan

(32)

5. FeSO4 0.1 N

6.94 gram FeSO4 ditambahkan 12.50 ml H2SO4 (p) kemudian diencerkan

dengan 500 ml aquadest.

6. Indikator FeSO4 phenantrolin

FeSO4 0.695 gram dilarutkan dengan 100 ml aquadest, kemudian ditambahkan

1.485 gram phenantrolin.

7. Indikator EBT 1%

45 ml TEA ditambahkan dengan 15 ml etanoil.

8. Larutan EDTA 0.02 N

7.488 gram triptiplex dilarutkan dalam 2000 ml aquadest.

Prosedur Analisa

1. Analisa temperature

• Diambil sampel sebanyak 250 ml

• Dicelupkan thermometer berukuran 50°c

• Amati pada thermometer

2. Analisa pH

• Ujung elektroda dicuci dengan air suling dan dilap dengan tissue sampai

kering

• Kemudian elektroda dimasukkan kedalam sampel air limbah

• Tekan tombol “3” untuk mengaktifkan alat pH meter

• Set temperature dengan menekan “9” dan tekan angka temperature yang

diinginkan/ sesuai temperature sample

• Angka pH dibaca setelah pH meter menunjukkan “Ready”

(33)

3. Analisa COD

• Pipet 25 ml K2Cr2O7 kedalam labu destilasi 500 ml

• Perlahan-lahan (melalui buret) ditambahkan 30ml H2SO4 pekat sambil

digoyang goyang

• Pada saat campuran masih panas, perlahan-lahan melalui pipet berskala

ditambahkan sejumlah tertentu contoh sambil terus digoyang-goyang

hingga warna sempurna dari warna orange kemerah-merahan menjadi

merah orange kehitaman, dengan membandingkan blanko.

• Tambahkan sejumlah asam sulfat pekat yang setara dengan volume contoh

• Kemudian tambahkan 10ml Ag2SO4 1.25% dan beberapa butir batu apung

(batu didih) pasang reflex kondensor, reflex dilakukan selama 2 jam

(minimum).

• Didinginkan ½ jam dan bilasi kondensor dengan air suling, campurkan

pembilas ke dalam labu destilasi didinginkan dengan air mengalir

• Sebelum dititrasi tambahkan air suling sehingga volume menjadi kira-kira

4 x volume semula, tambahkan 5 tetes indicator phenantroline

• Titrasi dengan ferro sulfat 0,1 N hingga warna menjadi coklat kemerah

merahan (titik akhir) titik equivalent ini biasanya cukup tajam dilakukan

titrasi blanko

oh volumecont

x b a

COD= ( − ) 8000

Keterangan : a : ml FeSO4 0.1 N untuk larutan blanko

b : ml FeSO4 0.1 N untuk titrasi contoh

(34)

4. Analisa kadar zinc

• Pipet sample sebanyak 50 ml, kemudian ditambahkan ammonium florida

3M sebanyak 15 ml.

• Stirer dengan magnetic bar stirer, ditambahkan buffer pH ± 3 ml.

• Titrasi dengan EDTA 0.02 N menggunakan erio clorome black T sebanyak

5 tetes.

• Lihat perubahan warna dari merah anggur menjadi biru

Zn ppm = ml EDTA 0.02 N x factor x 20.

(35)

Bagan Analisa

1. Analisa Temperature

2. Analisa pH

Sample

← Diambil sebanyak 250 ml

← Dicelupkan thermometer berukuran 50°c

← diamati pada thermometer

Hasil

Sample

← Dicuci ujung elektroda dengan air suling, dan dikeringkan dengan tissue

← Dimasukkan elektroda ke dalam sampel air limbah

← diaktifkan alat pH meter dengan menekan tombol “3”

← diset temperature dengan menekan “9” dan tekan angka temperature yang

diinginkan/ sesuai temperature sample

← dibaca Angka pH setelah pH meter

menunjukkan “Ready”

← Dicatat pH

(36)

3. Analisa COD

K2Cr2O7

← Dipipet 25 ml dan dimasukkan ke dalam labu destilasi 500 ml

← Ditambahkan 30 ml H2SO4 pekat sambil

digoyang-goyang secara perlahan-lahan (melalui

buret)

← ditambahkan sejumlah tertentu contoh sambil terus digoyang-goyang, pada saat campuran

masih panas, perlahan menggunakan pipet

berskala hingga warna sempurna dari warna

orange kemerah-merahan menjadi merah orange

kehitaman, dengan membandinkan blanko.

Larutan merah orange kehitaman

← Ditambahkan asam sulfat pekat setara dengan volume contoh

← Ditambahkan 10ml Ag2SO4 1.25% dan beberapa

butir batu didih, dipasang reflex kondensor

← Direflux dilakukan selama 2 jam (minimum).

← Didinginkan ½ jam dan bilas kondensor dengan air suling, tambahkan air suling sehingga volume

menjadi kira-kira 4 x volume awal

← Ditambahkan 5 tetes indicator phenantroline

← Dititrasi dengan ferro sulfat 0,1 N hingga warna menjadi coklat kemerah-merahan.

(37)

4. Analisa Kadar Zink

sample

← Dipipet sebanyak 50 ml

← Ditambahkan ammonium florida 3M sebanyak

15 ml.

← Distirer dengan magnetic bar stirer, ditambahkan buffer pH ± 3 ml.

← Ditambahkan 5 tetes erio clorome black T

← Titrasi dengan EDTA 0.02 N sampai terjadi

perubahan warna dari merah anggur menjadi biru

← Dicatat kadar Zn air limbah

(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL

4.1.1. Data Hasil Analisa

Contoh data analisa pengendalian limbah cair di pabrik benang karet PT. Industri

Karet Nusantara Medan tanggal 06 April 2009.

No Parameter Equilization

Post Aeration I

Post Aeration II 1 Temperatur0

C 27 27 27

2 pH 4.62 8.93 8.92

3 COD (ppm) - 192 180

4 Zinc (ppm) 159.63 1.84 0.91

4.1.2. Perhitungan

• Pada analisa temperature, hasil data dapat dilihat langsung pada thermometer.

• Pada analisa pH, hasil data dapat dilihat langsung pada alat pH meter.

• Perhitungan analisa COD

oh VolumeCont x b a

COD= ( − ) 8000

10 8000 ) 85 . 8 1 , 11 ( x

COD= −

10 8000 25 . 2 x = 180

(39)

Keterangan : a = ml FeSO4 0.1 N untuk larutan blanko

b = ml FeSO4 0.1 N untuk larutan titrasi

• Perhitungan analisa kadar Zink

Zn ppm = ml EDTA 0.02 N x factor x 20

= 0.05x 0.9174 x 20

= 0.91 ppm

4.2. PEMBAHASAN

Tehnik pengolahan air limbah dilakukan dengan mempertimbangkan kegunaan

badan penerima dan baku mutu limbah yang telah ditentukan. Pengolahan air limbah

di pabrik Industri Karet Nusantara merupakan air buangan (waste water) dari pabrik

PRTRA. Air buangan atau effluent yang berasal dari pengolahan benang karet

mempunyai sifat karakteristik atau ciri khas sebagai berikut :

1. pH sekitar 3 – 5.

2. Kandungan BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (chemical Oxygen

Demand) yang tinggi, kandungan NO3 dan NO2 yang tinggi.

3. Dipisahkan berdasarkan fase sludge, maka kandungan utamanya adalah Zn

(Zink) yang tinggi.

4. Berbau Asam asetat.

Tahap – tahap Pengolahan Air Limbah yaitu :

a. Collecting Reservoir

Air buangan yang berasal dari pengolahan benang karet dialirkan melalui

saluran parit ke bak collecting reservoir. Didalam bak collecting reservoir terdapat 3

sekat atau kisi dimana pada tiap – tiap pintu/ skat/ kisi tersebut terdapat saringan. Bak

ini berguna sebagai bak pengontrol sludge/ residu asam asetat dan karet sehingga

diharapkan waste water yang akan mengalir ke proses selanjutnya terbebas dari sludge

(40)

b. Equalisation Basin.

Air buangan dari collecting reservoir dialirkan ke dalam bak Equalisasi Basin.

Proses equalisation basin ini bertujuan untuk mengurangi atau mengembalikan variasi

variasi karakteristik air limbah agar segera tercapai kondisi yang optimum pada proses

pengolahan selanjutnya. Dengan adanya bak equalisasi ini diharapkan debit aliran dan

beban pencemaran yang bervariasi dapat diubah menjadi konstan atau mendekati

konstan.

Fungsi bak equalisasi adalah :

1. meredam bahan akibat adanya fluktasi bahan organis yang dapat menganggu

proses biologis aerob.

2. mengendalikan pH air limbah

3. mengurangi fluktasi debit air, sehingga bahan homogen secara merata atau

teratur diatur pegalirannya menuju proses selanjutnya.

4. mencegah terjadinya konsentrasi bahan-bahan homogen beracun yang tinggi

memasuki unit pengolahan biologis yang aerobic.

Pada bak equalisasi ini dilakukan aerasi agar terjadinya homogenitas air

limbah serta dapat terjadinya pencapaian Biochemical Oxygen Demand (BOD) yang

diinginkan.

c. Alaklization Basin.

Setelah dari bak equalisasi, air kemudian dipompakan ke dalam bak

alkalization basin. Proses alkalisasi ini dilakukan untuk memisahkan logam berat dari

air limbah dengan menaikkan pH asam menjadi basa. Dimana dalam hal ini air limbah

mengandung kadar Zink yang tinggi dan Zn merupakan salah satu jenis logam yang

(41)

Pada bak alkalization ini dilakukan pengandjusan larutan caustic soda

(penambahan NaOH 30%) dan penambahan polilektrolit yang secara otomatis akan

membentuk endapan. Dan yang berupa sludge cair akan dialirkan ke bak sedimentasi

basin.

d. Sedimentasi Basin.

Air buangan yang berasal dari bak alkalization akan dialirkan ke bak

sedimentasi. Proses sedimentasi ini bertujuan untuk mengendapkan fase Lumpur yang

terdapat pada air limbah sebagai hasil dari proses alkalisasi. Partikel air harus cukup

besar agar dapat diendapkan dalam jangka waktu tertentu. Kecepatan pengendapan

akan berbanding langsung dengan kuadrat diameter partikel–pertikelnya. Jika partikel

membentuk aglomerat maka kecepatan akan bertambah besar.

Bak sedimentasi ini berbentuk spiral atau dapat dikatakan berbentuk lingkaran

yang mempunyai 3 lapisan (3 screw). Air limbah yang akan diolah masuk kebahagian

tengah pada bak pengendapan, kemudian dialirkan kebahagian bawah dan kesamping.

Pada waktu air mengalir kepermukaan sludge akan jatuh ke dasar bak secara gravitasi,

kemudian air keluar melalui saluran yang dipasang secara radial.

e. Lifhting Pump Station.

Air limbah dari Bak Sedimentasi akan dialirkan ke Lifhting pump station,

dimana lifthing pump station ini berfungsi sebagai post sementara untuk pengumpulan

phase cair. Kemudian air akan dimasukkan ke dalam Neutralisasi Basin.

f. Neutralisasi Basin.

Bak netralisasi dilakukan untuk menetralkan air limbah dari pH 10 menjadi pH

(42)

30%. Proses netralisasi ini bermanfaat untuk proses biologi, dimana diperlukan pH air

limbah antara 6 – 8 sehingga tercapainya kondisi yang optimum.

g. Bak Aerasi Lagon.

Air limbah kemudian dimasukkan ke dalam Bak Aerasi Lagon. Fungsi dari

bak aerasi lagon ini adalah untuk menurunkan kadar COD dan BOD pada air limbah.

Bak aerasi ini terdiri dari 5 lagon, dimana setiap lagon dilengkapi dengan aerator

dengan jumlah yang berbeda. Adapun jumlah aerator pada tiap - tiap lagon yaitu :

 Lagon I terdapat 105 pcs.

 Lagon II terdapat 98 pcs.

 Lagon III terdapat 56 pcs.

 Lagon IV terdapat 56 pcs.

 Lagon V terdapat 56 pcs.

Dalam bak aerasi ini terjadi reaksi penguraian zat organic yang terkandung

didalam air buangan secara biokimia oleh mikroba yang menjadi gas karbin

monoksida dan sela yang baru. Jumlah mikroorganisme dalam lagon akan bertambah

banyak dengan dihasilkannya sel–sel yang baru.

Air buangan yang berasal dari lagon yang terakhir yaitu lagon V akan dialirkan

ke dalam Bak Clarifier, dimana pada bak ini terdapat 3 lingkaran (3screw). Prinsip kerja dari bak bak clarifier ini yaitu dengan menggunakan sistem Spuy. Didalam

clarifier terjadi proses pengendapan, yang dilakukan untuk memisahkan padatan

tepung atau kotoran-kotoran yang mempunyai berat jenis yang lebih rendah dari

(43)

Kemudian air dimasukkan ke Post Aeration I dan Post Aeration II. Dimana pada bak ini terjadi penguraian yang berlangsung dalam kondisi cukup O2 yang

berguna untu kelangsungan kehidupan mikroorganisme. Dari post aeration air

buangan dapat dibuang langsung ke badan sungai, yang tentunya terlebih dahulu

dianalisa di dalam laboratorium.

h. Thickening Basin.

Selanjutnya Sludge Phase limbah yang berasal dari bak sedimentasi akan

dimasukkan ke dalam bak thickening.

i. Diagfragma Pump Station (DPS) dan filter Press

Phase sludge kemudian akan ditarik ke dalam Diagfragma Pump Station

(DPS), selanjutnya akan dimasukkan ke dalam filter press. Filter press berfungsi untuk

mengepress kadar air dalam phase sludge.

Phase sludge dapat dibuang secara langsung ke lingkungan. Limbah ini juga

dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman karena mengandung kadar Zink yang

cukup tinggi. PT. IKN Medan sendiri telah membuktikannya dengan menjadikan

limbah ini sebagai pupuk pada tanaman -tanaman yang ada disekitar pabrik, dan

ternyata tanaman tersebut tumbuh dengan subur.

j. Incenerator.

Phase sludge juga dapat dibakar di Incenerator dengan suhu 800oC. Dimana

dari 100 kg phase sludge setelah dibakar di incenerator akan berkurang menjadi 30 kg,

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Sistem pengendalaian limbah cair di pabrik benang karet PT. Industri Karet

Nusantara Medan telah memenuhi baku mutu air limbah yang telah ditetapkan oleh

Kepmen LH. No. KEP -51/MENLH/10/1995.

5.2. Saran

Sebaiknya parameter-parameter yang digunakan dalam pengendalian PT.

Industri Karet Medan lebih lengkap, agar diperoleh hasil pengolahan limbah yang

sesuai dengan kepentingan umum dan keseimbangan dengan memperhatikan pihak

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta : Andi.

Agusnar. H. 208. Analisa Pencemaran dan Pengendalian Lingkungan. Medan : USU-

Press.

Djide Natsir. 1994. Pengolahan dan Analisis Limbah Secara Mikrobiologi.

FMIPA-Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Jakarta : UI-Press.

Effendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kansius.

Gabriel. J.F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta : Hipokrates.

Http://majarimagazine. com/ 2008/ 01/ Teknologi-Pengolahan-Limbah-B3/. Diakses

pada tanggal 23 April 2009.

April 2009.

Kristianto Philip. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Murdijati Gardjito. 1992. Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi Mikrobiologi.

Yogyakarta : UGM - Press

Muslimin.W.L. 1996. Mikrobiologi Lingkungan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Naibaho M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan : Pusat Penelitian

Kelapa Sawit.

(46)

Situmorang Manihar. 2007. Kimia Lingkungan. Cetakan-I. Medan : Penerbit FMIPA-

(47)
(48)

LAMPIRAN I : KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP TENTANG : BATASAN AIR LIMBAH UNTUK INDUSTRI NOMOR : KEP-51/MENLH/10/1995

TANGGAL : OKTOBER 1995

BATASAN AIR LIMBAH UNTUK INDUSTRI

Parameter Konsentrasi (mg/L)

COD 100 - 300

BOD 50 - 150

Minyak nabati 5 - 10

Minyak mineral 10 - 50

Zat padat tersuspensi (TSS) 200 - 400

pH 6.0 - 9.0

Temperatur 38 - 40 [oC]

Ammonia bebas (NH3) 1.0 - 5.0

Nitrat (NO3-N) 20 - 30

Senyawa aktif biru metilen 5.0 - 10

Sulfida (H2S) 0.05 - 0.1

Fenol 0.5 - 1.0

(49)

LAMPIRAN 2 : PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA MEDAN TENTANG : PARAMETER PENANGANAN LIMBAH INDUSTRI

PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA MEDAN

No Parameter Satuan Baku mutu Pos Aerasi II

1 Temperatur 0

C Maks. 40 27.5

2

Zat padat

Tersuspensi

Mg / L Maks. 100 27.1

3 pH - 6.0 – 9.0 8.6

4 Seng (Zn) Mg / L Maks. 10 0.6

5 Total nitrogen Mg / L Maks. 2.5 5.4

6 BOD Mg / L Maks. 100 3.0

7 COD Mg / L Maks. 250 75.7

8 DO Mg / L 3 – 5 -

Gambar

Tabel 4.1. Data Analisa Penanganan Limbah Cair PT. IKN Medan  …….  30

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PENCABUTAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI BIDANG PERTANAHAN, BIDANG PEMERINTAHAN, BIDANG KEPEGAWAIAN, BIDANG

This research uses classroom action research (CAR) design. It consisted of two cycles. In collecting data, the writer used written test, observation sheet and questionnaire. The

Wardrobe dirancang secara compact dengan menggabungkan seluruh aspek kebutuhan penari gereja yang terdapat pada ruangan tersebut menjadi sebuah wardrobe "lemari

Produk ini adalah tawaran solusi yang dapat mempertemukan kebutuhan pengunjung, pengelola pusat perbelanjaan, dan tenant yang bertolak belakang. Fasilitas ini

A Szent István király tiszteletére szentelt zágrábi püspökség – 1853 óta érsekség – Szent László király egyházszervező tevékenységének köszönheti 1091–

Mengapa demikian dilihat dari awal muncul berdirinya administrasi sudah jelas bahwa munculnya adminstrasi bersamaan dengan adanya kelompok manusia yang membentuk satu tujuan

Standar dan sasaran kebijakan hak-hak masyarakat adat yang mengacu pada Peraturan Daerah tentang Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat, masyarakat

Metode kisah merupakan salah satu upaya untuk mendidik murid agar dapat mengambil pelajaran dari kejadian di masa lampau. Apabila kejadian tersebut merupakan