• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perpustakaan Umum Kota Medan ( Green Architecture )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perpustakaan Umum Kota Medan ( Green Architecture )"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PERPUSTAKAAN UMUM KOTA MEDAN

( GREEN ARCHITECTURE)

LAPORAN PERANCANGAN

TGA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2009/2010

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

HERY EXAUDI

050406019

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERPUSTAKAAN UMUM KOTA MEDAN

( GREEN ARCHITECTURE )

O

l

e

h

HERY EXAUDI

05 0406 019

Medan, 18 Juni 2010

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

(Ketua Departemen Arsitektur FT-USU)

(NIP. 19630716 199802 1 001)

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT Ir. Nelson Siahaan , Dipl. TP , M.Arch

(NIP. 19581127 198701 1 001)

Imam Faisal Pane, ST, MT

(3)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR

(SHP2A)

Nama : Hery Exaudi

NIM : 05 0406 019

Judul Proyek Tugas Akhir : Perpustakaan Umum Kota Medan

Tema : Green Architecture

Rekapitulasi Nilai :

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No. Status

2. Lulus Melengkapi

3. Perbaikan Tanpa Sidang

4. Perbaikan Dengan Sidang

5. Tidak Lulus

Medan, 18 Juni 2010

Ketua Departemen Arsitektur FT-USU Koordinator TGA-490

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT

(NIP. 19630716 199802 1 001) (NIP. 19630716 199802 1 001)

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan Karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini tersusun tepat pada waktunya. Laporan ini berisikan penjelasan mengenai proyek Tugas Akhir dari penulis yang berjudul “ Perpustakaan Umum Kota Medan“.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

• Bapak Ir. Nelson Siahaan., Dipl. TP , M.Arch. selaku dosen pembimbing I atas kesabaran dan perhatiannya dalam proses asistensi dan masukan-masukan bermanfaat yang telah diberikan kepada penulis.

• Bapak Imam Faisal Pane, ST, MT sebagai dosen pembimbing II atas bimbingannya yang sangat berarti dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

• Bapak Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho , MT selaku dosen penguji dan ketua jurusan Departemen Arsitektur, Ibu Lisa Suryani, ST, Msc, dan Ibu Ami Marisa ST, MT selaku dosen penguji yang banyak memberikan kritikan-kritikan dan masukan-masukan yang berguna dalam pengembangan rancangan bangunan ini kedepannya.

• Kedua orang tua, juga Kak Narti, dan Adek Oktis buat perhatian, semangat, motivasi dan terutama buat dukungan doa yang tak pernah berhenti.

• Orang-orang terkasih Dessy Noer Astri Purba, teman-teman Pemuda GKPS P. Bulan, Tim Doa Majelis yang juga selalu setia memberi perhatian dan dukungan doa.

• Teman – teman stambuk ’05 (Andi, Taufik, Faisal, Ratih, Theris, Felix) yang sama-sama berjuang dalam pengerjaan Tugas Akhir

Penulis percaya laporan yang disusun tidak sempurna namun inilah hasil yang telah di rangkum untuk laporan penulis, berisi berbagai pembahasan yang diperlukan untuk rancangan bangunan yang akan dibuat . Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini berguna bagi pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 18 Juni 2010

(5)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1. Pengertian Judul ... 7

2.2. Tinjauan Umum ... 7

2.2.1. Sejarah Perpustakaan Indonesia ... 7

2.2.2. Perpustakaan ... 11

2.2.3. Penyelenggara dan Jenis-jenis Perpustakaan ... 12

2.2.4. Perpustakaan Umum ... 13

2.2.5. Pendanaan Perpustakaan ... 13

2.2.6. Peranan, Tugas dan Fungsi Perpustakaan Umum ... 14

2.2.7. Macam-macam Bahan Informasi ... 16

2.2.8. Sistem Perpustakaan ... 19

2.2.9. Penataan dan Tata Guna Gedung ... 24

2.2.10. Standar dan Kapasitas Perpustakaan Umum... 33

(6)

2.3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi Proyek ... 34

2.3.2. Kondisi Eksisting Lokasi Proyek ... 34

2.4. Tinjauan Fungsi ... 37

2.4.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan ... 37

2.4.2. Deskripsi Perilaku ... 39

2.4.3. Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang ... 42

2.5. Studi Banding Fungsi Sejenis ... 45

BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Pengertian Tema ... 51

3.2. Interpretasi Tema ... 51

3.3. Keterkaitan Tema dengan Judul ... 54

3.4. Studi Banding Arsitektur Tema Sejenis ... 58

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1. Analisis Tapak dan Lingkungan ... 62

4.1.1. Analisis Tata Guna Lahan ... 63

4.1.2. Analisis Ukuran Tapak dan Batas-Batas Site ... 63

4.1.3. Analisis Matahari ... 64

4.1.4. Analisis Vegetasi ... 64

4.1.5. Analisis Sirkulasi Pejalan Kaki ... 65

4.1.6. Analisis Sirkulasi Kendaraan ... 65

4.1.7. Analisis View dari site ... 66

4.2.2. Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang ... 74

4.3. Analisa Teknologi ... 78

BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Tapak... 80

(7)

5.5.2. Konsep Sirkulasi Dalam Site ... 81

5.5.3. Konsep Parkir ... 82

5.5.4. Konsep Entrance ... 83

5.5.5. Konsep Vegetasi ... 84

5.2. Konsep Massa ... 85

5.3. Konsep Ruang Dalam ... 86

5.4. Konsep Green Architecture ... 87

5.5. Konsep Struktur ... 88

5.6. Konsep Utilitas ... 89

5.6.1. Elektrikal ... 89

5.6.2. Plumbing ... 89

5.6.3. Pencahayaan ... 90

5.6.4. Kebakaran ... 91

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Standar Jumlah buku pada perpustakaan umum ... 33

Tabel 2.2. Standar Jumlah tempat duduk pada perpustakaan ... 33

Tabel 2.3. Deskripsi Kebutuhan Ruang ... 44

Tabel 4.1. Program Ruang ... 76

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Peta Lokasi Site ... 35

Gambar 2.2. Kondisi sekitar site ... 36

Gambar 2.3. Eksterior Seattle Public ... 46

Gambar 2.4. Eksterior Seattle Public ... 46

Gambar 2.5. Perpustakaan Anak pada Perpustakaan Soeman HS ... 47

Gambar 2.6. Interior Perpustakaan Soeman HS ... 47

Gambar 2.7. Eksterior Perpustakaan Soeman HS ... 48

Gambar 2.8. Eksterior University of Seville Library... 48

Gambar 2.9. Tampak Timur University of Seville Library ... 49

Gambar 2.10. Tampak Utara University of Seville Library... 49

Gambar 2.11. Potongan 1 University of Seville Library ... 50

Gambar 2.12. Potongan 2 University of Seville Library ... 50

Gambar 2.13. Interior University of Seville Library ... 50

Gambar 3.1. Eksterior Heping Park ... 58

Gambar 3.2. Eksterior Editt Tower ... 59

Gambar 3.3. Konsep Green Architecture Editt Tower ... 60

(10)

Gambar 4.14. Jarak minimal antar rak buku ... 69

Gambar 4.15. New Mexico’s Public Library ... 70

Gambar 4.16. Joyner Library ... 70

Gambar 4.17. Daftar katalog microfilm ... 70

Gambar 4.18. Contoh ruang audio visual ... 70

Gambar 4.19. Contoh layout ruang referensi di perpustakaan ... 71

Gambar 4.20. Standar Meja Baca Perpustakaan ... 72

Gambar 4.21. Ruang baca dan belajar di Municipal Library, Cesky Krumlov ... 72

Gambar 4.22. Ruang baca koleksi remaja di The Falls City Library and Art Gallery 72 Gambar 4.23. Ruang baca koleksi umum di Morton College Library ... 73

Gambar 4.24. Ruang baca koleksi dewasa di Municipal Library, Cesky Krumlov 73 Gambar 4.25. Contoh Ruang Baca Anak ... 73

Gambar 6.9. Rencana Elektrikal Basement, Lt.2 dan Lt.3 ... 101

Gambar 6.10. Rencana Fire Protection Ground ... 102

Gambar 6.11. Rencana Fire Protection Basement, Lt.2 dan Lt.3 ... 103

Gambar 6.12. Rencana Plumbing Ground ... 104

(11)

Gambar 6.14. Detail ... 106

Gambar 6.15. Perspektif Interior ... 107

(12)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1.1. Kerangka Berpikir... 5

Diagram 2.1. Skema Kegiatan ... 39

Diagram 2.2. Struktur organisasi perpustakaan umum ... 40

Diagram 2.3. Alur pelayanan sirkulasi buku ... 40

Diagram 2.4. Alur koleksi buku baru ... 41

Diagram 2.5. Alur koleksi buku lama ... 41

Diagram 5.1. Skema Rencana Elektrikal ... 89

Diagram 5.2. Skema Rencana Sistem Air Bersih ... 89

Diagram 5.3. Skema Rencana Sistem Air Kotor ... 90

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan global, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas juga merupakan tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga pendidikan dan tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia. Untuk menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun non-akademik, dan memperbaiki manajemen pendidikan agar lebih produktif dan efisien serta memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.

Kota Medan sebagai ibukota dari Propinsi Sumatera Utara dan kota terbesar ketiga di Indonesia juga harus mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan dalam dunia pendidikan tersebut. Untuk itu kota Medan sedang berada dalam pembangunan. Pembangunan yang dilakukan bukan hanya pembangunan fisik saja tapi tentu pada sumber daya masyarakat Medan sendiri agar bisa bersaing dalam era globalisasi ini. Untuk itu pendidikan menjadi sesuatu yang penting. Sesuai dengan visi kota Medan, yaitu :

MEDAN KOTA METROPOLITAN YANG MODERN, MADANI, DAN RELIGIUS

• Makna Visi Modern ; kota modern yang akan diwujudkan adalah kota jasa, perdagangan, keuangan dan pendidikan yang siap bersaing secara regional dan global, dengan sistem lalulintas keuangan yang efisien serta kompetitif, dengan dukungan infrastruktur sosial ekonomi yang lengkap, pondasi perekonomian daerah yang kuat, stabilitas keamanan, sosial politik yang kondusif, dan tata pemerintahan yang efisien dan efektif, serta pembangunan yang berfokus pada kemajuan, peningkatan kemakmuran serta kesejahteraan masyarakat, kualitas SDM, IPTEK, serta Iman dan Taqwa (IMTAQ).

(14)

• Makna Visi Religius ; Kota religius akan diwujudkan adalah kota dengan masyarakat dinamis, menjunjung tinggi nilai, ajaran agama, sehingga menjadikan agama sebagai landasan etika dan moral, serta terwujudnya sikap toleransi dan kerukunan hidup beragama, antar umat beragama, dan antar etnik serta antara umat beragama yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

Perwujudan visi kota medan sebagai kota modern, salah satunya adalah mempersiapkan masyarakat yang dapat bersaing dalam dunia pendidikan. Pendidikan formal di sekolah-sekolah harus didukung dengan pendidikan nonformal di luar sekolah-sekolah untuk mempercepat perkembangan pendidikan masyarakat. Perkembangan pendidikan nonformal harus juga diikuti pembangunan sarana-sarana pendukung pendidikan tersebut. Salah satu sarana pendukung yaitu perpustakaan umum yang sifatnya mudah terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

Melihat kenyataan tersebut, Kota Medan sendiri belum memiliki sebuah perpustakaan yang dapat dikategorikan sebagai perpustakaan dengan fasilitas-fasilitas seperti perpustakaan modern lainnya sehingga belum dapat menarik minat masyarakat untuk datang. Dengan latar belakang ini, muncul suatu gagasan untuk membuat suatu Perpustakaan Umum Kota Medan dengan fasilitas dan pelayanan yang lebih baik seperti standar perpustakaan modern lainnya.

1.2. Maksud dan Tujuan

Adapun tujuan dan manfaat perencanaan dan perancangan perpustakaan umum di Medan ini adalah :

• Merancang perpustakaan yang menjadi tempat mengumpulkan informasi dalam berbagai bentuk, tempat menyimpan dan memeliharanya.

• Merancang sebuah perpustakaan umum yang menjadi pusat berbagai informasi bagi masyarakat Medan dan menjadi pusat informasi tentang kota Medan bagi masyarakat luar.

• Merancang perpustakaan modern yang berbeda dan memiliki berbagai fasilitas dengan suasana ruang yang menarik bagi pengunjung.

• Merancang perpustkaan sebagai fasilitas publik yang berintegerasi dengan fasilitas publik lainnya.

(15)

• Secara tidak langsung ikut menciptakan masyarakat yang terdidik dan terpelajar, terbiasa membaca, berbudaya tinggi, menguasai informasi dan teknologi, siap terhadap perubahan-perubahan, dan mendorong terciptanya pendidikan sepanjang hayat.

1.3. Masalah Perancangan

Dalam perencanaan dan perancangan perpustakaan yang berfungsi sebagai tempat informasi ini, beberapa masalah yang ada adalah :

• Merencanakan kebutuhan dan program ruang yang sesuai dengan standar untuk sebuah perpustakaan umum modern.

• Perancangan bentuk massa bangunan dan suasana ruang yang mampu menarik minat masyarakat untuk datang dan menjadikan perpustakaan sebagai tempat untuk tempat informasi dan rekreasi.

• Pemilihan lokasi site yang sesuai dengan peruntukan fungsi bangunan dan sesuai dengan rencana tata ruang kota.

• Perancangan sebuah fasilitas publik yang menyatu dengan fasilitas publik yang sudah ada.

• Penerapan prinsip-prinsip pada tema yang diambil untuk diterapkan dalam desain yang sesuai dengan fungsi bangunan.

1.4. Metoda Pendekatan

Untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada dalam perancangan perpustakaan umum ini dilakukan beberapa pendekatan, seperti :

-Studi literatur untuk mendapatkan data-data dan standar yang sesuai untuk perencanaan sebuah perpustakaan umum dan tema yang diambil.

-Studi banding mengenai proyek sejenis dengan fungsi yang sama dan proyek yang mengunakan penerapan prinsip-prinsip tema yang sejenis yang didapat dari berbagai sumber seperti buku, internet, dll.

-Mengadakan survei lapangan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan, seperti pemilihan lokasi proyek dan kondisi sekitarnya.

(16)

1.5. Lingkup dan Batasan Proyek

Lingkup pembahasan untuk proyek ini adalah :

-Perencanaan kebutuhan ruang dan berbagai fasilitas untuk sebuah perpustakan umum modern.

-Penerapan tema green architecture ke dalam desain perpustakaan.

Batasan-batasan untuk proyek ini adalah :

-Pembahasan tentang masalah-masalah yang dihadapi dalam merancang sebuah perpustakaan umum.

(17)

1.6. Kerangka Berpikir

Judul Perancangan :

Perpustakaan Umum Kota Medan

Tema Perancangan : Green Architecture

Latar Belakang :

• Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan global, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat.

• Kota Medan perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan dunia pendidikan kedepan.

• Visi kota Medan sebgai kota modern yang akan diwujudkan adalah kota jasa, perdagangan, keuangan dan pendidikan yang siap bersaing secara regional dan global.

• Pengembangan sarana pedidikan non formal untuk mempercepat perkembangan sektor pendidikan.

• Kota Medan belum memiliki Perpustakaan Umum yang modern

Metode Perancangan :

• Merencanakan kebutuhan dan program ruang yang sesuai dengan standar untuk sebuah perpustakaan umum modern.

• Perancangan bentuk massa bangunan dan suasana ruang yang mampu menarik minat masyarakat untuk datang dan menjadikan perpustakaan sebagai tempat untuk tempat informasi dan rekreasi.

• Pemilihan lokasi site yang sesuai dengan peruntukan fungsi bangunan dan sesuai dengan rencana tata ruang kota.

• Perancangan sebuah fasilitas publik yang menyatu dengan fasilitas publik yang sudah ada.

• Penerapan prinsip-prinsip pada tema yang diambil untuk diterapkan dalam desain yang sesuai dengan fungsi bangunan.

Analisa :

Ruang Luar, Ruang dalam, massa bangunan, tema, struktur, utilitas

Umpan balik

Maksud dan Tujuan :

• Merancang perpustakaan yang menjadi tempat mengumpulkan informasi dalam berbagai bentuk, tempat menyimpan dan memeliharanya.

• Merancang sebuah perpustakaan umum yang menjadi pusat berbagai informasi bagi masyarakat Medan dan menjadi pusat informasi tentang kota Medan bagi masyarakat luar.

• Merancang perpustakaan modern yang berbeda dan memiliki berbagai fasilitas dengan suasana ruang yang menarik bagi pengunjung.

• Merancang perpustkaan sebagai fasilitas publik yang berintegerasi dengan fasilitas publik lainnya.

• Membantu menumbuhkan minat baca dan minat masyarakat untuk menjadikan perpustakaan sebagai tempat untuk mencari informasi, diskusi, dan rekreasi.

(18)

1.7. Sistematika Penulisan Laporan

Adapun sistematika pembahasan pada laporan ini terbagi atas beberapa bagian, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang proyek, maksud dan tujuan, masalah perancangan, metoda pendekatan, lingkup/ batasan kajian, kerangka berfikir, dan sistematika penulisan laporan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK

Berisi tentang terminologi judul, lokasi, dan tinjauan fungsi.

BAB III ELABORASI TEMA

Berisi tentang tinjauan teoritis pengertian tema, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul, dan studi banding tema sejenis.

BAB IV ANALISIS

Berisi tentang analisis kondisi tapak dan lingkungan, analisis fungsional, analisis teknologi, analisis dan penerapan tema, serta kesimpulan.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Berisi tentang konsep-konsep dasar tapak, konsep perancangan tapak, konsep perancangan bangunan, konsep perancangan struktur bangunan, dan konsep perancangan utilitas bangunan.

BAB VI PERANCANGAN ARSITEKTUR

(19)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1 Pengertian Judul

Judul dari proyek ini adalah Perpustakaan Umum Kota Medan. Berikut ini penjelasan mengenai pengertian judul proyek.

• Perpustakaan : 1 tempat, gedung, ruang yg disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku dsb; 2 koleksi buku, majalah, dan bahan kepustakaan lainnya yg disimpan untuk dibaca, dipelajari, dibicarakan

• Umum : terbuka pada siapa saja tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial-ekonomi.

• Kota Medan : Ibukota Provinsi Sumatera Utara

2.2 Tinjauan Umum

Tinjauan umum membahas tentang perpustakaan secara umum :

2.2.1. Sejarah Perpustakaan Indonesia

Sejarah perpustakaan di Indonesia tergolong masih muda jika dibandingkan dengan negara Eropa dan Arab. Jika kita mengambil pendapat bahwa sejarah perpustakaan ditandai dengan dikenalnya tulisan, maka sejarah perpustakaan di Indonesia dapat dimulai pada tahun 400-an yaitu saat lingga batu dengan tulisan Pallawa ditemukan dari periode Kerajaan Kutai. Musafir Fa-Hsien dari tahun 414 M menyatakan bahwa di kerajaan Ye-po-ti, yang sebenarnya kerajaan Tarumanegara banyak dijumpai kaum Brahmana yang tentunya memerlukan buku atau manuskrip keagamaan yang mungkin disimpan di kediaman pendeta. Pada sekitar tahun 695 M, menurut musafir I-tsing dari Cina, di Ibukota Kerajaan Sriwijaya hidup lebih dari 1000 orang biksu dengan tugas keagamaan dan mempelajari agama Budha melalui berbagai buku yang tentu saja disimpan di berbagai biasa.

Kedatangan bangsa Barat pada abad ke-16 membawa budaya tersendiri. Perpustakaan mulai didirikan mula-mula untuk tujuan menunjang program penyebaran agama mereka. Berdasarkan sumber sekunder perpustakaan paling awal berdiri pada masa ini adalah pada masa VOC (Vereenigde OostJurnal Pustakawan Indonesia volume 6 nomor 1 60 Indische

(20)

Namun karena beberapa kesulitan perpustakaan ini baru diresmikan pada 27 April 1643 dengan penunjukan pustakawan bernama Ds. (Dominus) Abraham Fierenius. Pada masa inilah perpustakaan tidak lagi diperuntukkan bagi keluarga kerajaan saja, namun mulai dinikmati oleh masyarakat umum. Perpustakaan meminjamkan buku untuk perawat rumah sakit Batavia, bahkan peminjaman buku diperluas sampai ke Semarang dan Juana (Jawa Tengah). Jadi pada abad ke-17 Indonesia sudah mengenal perluasan jasa perpustakaan (kini layanan seperti ini disebut dengan pinjam antar perpustakaan atau interlibrary loan). Lebih dari seratus tahun kemudian berdiri perpustakaan khusus di Batavia. Pada tanggal 25 April 1778 berdiri Bataviaasche Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW) di Batavia. Bersamaan dengan berdirinya lembaga tersebut berdiri pula perpustakaan lembaga BGKW. Pendirian perpustakaan lembaga BGKW tersebut diprakarsai oleh Mr. J.C.M. Rademaker, ketua Raad van Indie (Dewan Hindia Belanda). Ia memprakarsai pengumpulan buku dan manuskrip untuk koleksi perpustakaannya. Perpustakaan ini kemudian mengeluarkan katalog buku yang pertama di Indonesia yaitu pada tahun 1846 dengan judul Bibliotecae

Artiumcientiaerumquae Batavia Florest Catalogue Systematicus hasil suntingan P. Bleeker.

Edisi kedua terbit dalam bahasa Belanda pada tahun 1848. Perpustakaan ini aktif dalam pertukaran bahan perpustakaan. Penerbitan yang digunakan sebagai bahan pertukaran adalah

Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, Verhandelingen van het Bataviaasch

Genootschapn van Kunsten en Wetenschappen, Jaarboek serta Werken buiten de Serie.

Karena prestasinya yang luar biasa dalam meningkatkan ilmu dan kebudayaan, maka namanya ditambah menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en

Wetenschappen. Nama ini kemudian berubah menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia pada

tahun 1950. Pada tahun 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia dan namanyapun diubah menjadi Museum Pusat. Koleksi perpustakaannya menjadi bagian dari Museum Pusat dan dikenal dengan Perpustakaan Museum Pusat. Nama Museum Pusat ini kemudian berubah lagi menjadi Museum Nasional, sedangkan perpustakaannya dikenal dengan Perpustakaan Museum Nasional. Pada tahun 1980 Perpustakaan Museum Nasional dilebur ke Pusat Pembinaan Perpustakaan. Perubahan terjadi lagi pada tahun 1989 ketika Pusat Pembinaan Perpustakaan dilebur sebagai bagian dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

(21)

pengertiannya berbeda dengan pengertian perpustakaan umum. Volksbibliotheek artinya perpustakaan yang didirikan oleh Volkslectuur (kelak berubah menjadi Balai Pustaka), sedangkan pengelolaannya Jurnal Pustakawan Indonesia volume 6 nomor 1 61 diserahkan kepada Volkschool. Volkschool artinya sekolah rakyat yang menerima tamatan sekolah rendah tingkat dua. Perpustakaan ini melayani murid dan guru serta menyediakan bahan bacaan bagi rakyat setempat. Murid tidak dipungut bayaran, sedangkan masyarakat umum dipungut bayaran untuk setiap buku yang dipinjamnya.

Sebenarnya sebelum pemerintah Hindia Belanda mendirikan perpustakaan sekolah, pihak swasta terlebih dahulu mendirikan perpustakaan yang mirip dengan pengertian perpustakaan umum dewasa ini. Pada tahun awal tahun 1910 berdiri Openbare leeszalen. Istilah ini mungkin dapat diterjemahkan dengan istilah ruang baca umum. Openbare

leeszalen ini didirikan oleh antara lain Loge der Vrijmetselaren, Theosofische Vereeniging,

dan Maatschappij tot Nut van het Algemeen.

Perkembangan Perpustakaan Perguruan Tinggi di Indonesia dimulai pada awal tahun 1920an yaitu mengikuti berdirinya sekolah tinggi, misalnya seperti Geneeskunde

Hoogeschool di Batavia (1927) dan kemudian juga di Surabaya dengan STOVIA; Technische

Hoogescholl di Bandung (1920), Fakultait van Landbouwwentenschap (er Wijsgebeerte

Bitenzorg, 1941), Rechtshoogeschool di Batavia (1924), dan Fakulteit van Letterkunde di

Batavia (1940). Setiap sekolah tinggi atau fakultas itu mempunyai perpustakaan yang terpisah satu sama lain.

Pada jaman Hindia Belanda juga berkembang sejenis perpustakaan komersial yang dikenal dengan nama Huurbibliotheek atau perpustakaan sewa. Perpustakaan sewa adalah perpustakaan yang meminjamkan buku kepada kepada pemakainya dengan memungut uang sewa. Pada saat itu tejadi persaingan antara Volksbibliotheek dengan Huurbibliotheek. Sungguhpun demikian dalam prakteknya terdapat perbedaan bahan bacaan yang disediakan.

Volksbibliotheek lebih banyak menyediakan bahan bacaan populer ilmiah, maka perpustakaan

Huurbibliotheek lebih banyak menyediakan bahan bacaan berupa roman dalam bahasa

Belanda, Inggris, Perancis, buku remaja serta bacaan gadis remaja.

(22)

Indonesia. Pihak Keraton Mangkunegoro mendirikan perpustakaan keraton sedangkan keraton Yogyakarta mendirikan Radyo Pustoko. Sebagian besar koleksinya adalah naskah kuno. Koleksi perpustakaan ini tidak dipinjamkan, namun boleh dibaca di tempat.

Pada masa penjajahan Jepang hampir tidak ada perkembangan perpustakaan yang berarti. Jepang hanya mengamankan beberapa gedung penting diantaranya Bataviaasch

Genootschap van Kunten Weetenschappen. Selama pendudukan Jepang openbare leeszalen

ditutup. Volkbibliotheek dijarah oleh rakyat dan lenyap dari permukaan bumi. Karena pengamanan yang kuat pada gedung Bataviaasch Genootschap van Kunten Jurnal

Pustakawan Indonesia volume 6 nomor 1 62 Weetenschappen maka koleksi perpustakaan ini

dapat dipertahankan, dan merupakan cikal bakal dari Perpustakaan Nasional.

Perkembangan pasca kemerdekaan mungkin dapat dimulai dari tahun 1950an yang ditandai dengan berdirinya perpustakaan baru. Pada tanggal 25 Agustus 1950 berdiri perpustakaan Yayasan Bung Hatta dengan koleksi yang menitikberatkan kepada pengelolaan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Indonesia. Tanggal 7 Juni 1952 perpustakaan Stichting

voor culturele Samenwerking, suatu badan kerjasama kebudayaan antara pemerintah RI

dengan pemerintah Negeri Belanda, diserahkan kepada pemerintah RI. Kemudian oleh Pemerintah RI diubah menjadi Perpustakaan Sejarah Politik dan Sosial Departemen P & K.

(23)

2.2.2. Perpustakaan

Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.

Perpustakaan diartikan sebuah ruangan atau gedung yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu yang digunakan pembaca bukan untuk dijual ( Sulistyo, Basuki ; 1991 ).

Ada dua unsur utama dalam perpustakaan, yaitu buku dan ruangan. Namun, di zaman sekarang, koleksi sebuah perpustakaan tidak hanya terbatas berupa buku-buku, tetapi bisa berupa film, slide, atau lainnya, yang dapat diterima di perpustakaan sebagai sumber informasi. Kemudian semua sumber informasi itu diorganisir, disusun teratur, sehingga ketika kita membutuhkan suatu informasi, kita dengan mudah dapat menemukannya.

Dengan memperhatikan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematis dan dapat digunakan oleh pemakainya sebagai sumber informasi (Sugiyanto).

Perpustakaan adalah fasilitas atau tempat menyediakan sarana bahan bacaan. Tujuan dari perpustakaan sendiri, khususnya perpustakaan perguruan tinggi adalah memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Wiranto dkk,1997).

Secara umum dapat kami simpulkan bahwa pengertian perustakaan adalah suatu institusi unit kerja yang menyimpan koleksi bahan pustaka secara sistematis dan mengelolanya dengan cara khusus sebagai sumber informasi dan dapat digunakan oleh pemakainya.

Namun, saat ini pengertian tradisional dan paradigma lama mulai tergeser seiring perkembangan berbagai jenis perpustakaan, variasi koleksi dalam berbagai format memungkinkan perpustakaan secara fisik tidak lagi berupa gedung penyimpanan koleksi buku.

(24)

Perkembangannya menempatkan perpustakaan menjadi sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya. Dari istilah pustaka, berkembang istilah pustakawan, kepustakaan, ilmu perpustakaan, dan kepustakawanan yang akan dijelaskan sebagai berikut :

• Pustakawan : Orang yang bekerja pada lembaga – lembaga perpustakaan atau yang sejenis dan memiliki pendidikan perpustakaan secara formal.

• Kepustakaan : Bahan – bahan yang menjadi acuan atau bacaaan dalam menghasilkan atau menyusun tulisan baik berupa artikel, karangan, buku, laporan, dan sejenisnya. • Ilmu Perpustakaan : Bidang ilmu yang mempelajari dan mengkaji hal – hal yang

berkaitan dengan perpustakaan baik dari segi organisasi koleksi, penyebaran dan pelestarian ilmu pengetahuan teknologi dan budaya serta jasa- jasa lainnya kepada masyarakat, hal lain yang berkenaan dengan jasa perpustakaan dan peranan secara lebih luas.

• Kepustakawanan : Hal – hal yang berkaitan dengan upaya penerapan ilmu perpustkaan dan profesi kepustakawanan.

2.2.3. Penyelenggara dan Jenis-jenis Perpustakaan

Penyelengaraan dan jenis-jenis perpustakaan menurut UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan.

Penyelenggaraan perpustakaan berdasarkan kepemilikan terdiri atas: a. perpustakaan pemerintah;

b. perpustakaan provinsi; c. perpustakaan kabupaten/kota; d. perpustakaan kecamatan; e. perpustakaan desa;

f. perpustakaan masyarakat; g. perpustakaan keluarga; dan h. perpustakaan pribadi.

(25)

c. Perpustakaan Sekolah/Madrasah; d. Perpustakaan Perguruan Tinggi; dan e. Perpustakaan Khusus.

2.2.4. Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum menurut UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan.

Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial-ekonomi.

Kriteria Perpustakaan Umum :

1. Perpustakaan umum diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, kecamatan, dan desa, serta dapat diselenggarakan oleh masyarakat.

2. Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota menyelenggarakan perpustakaan umum daerah yang koleksinya mendukung pelestarian hasil budaya daerah masing-masing dan memfasilitasi terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat.

3. Perpustakaan umum yang diselenggarakan oleh Pemerintah. Pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan mengembangkan sistem layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

4. Masyarakat dapat menyelenggarakan perpustakaan umum untuk memfasilitasi terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat.

5. Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau kabupaten/kota melaksanakan layanan perpustakaan keliling bagi daerah yang belum terjangkau oleh layanan perpustakaan menetap.

2.2.5. Pendanaan Perpustakaan

Pendanaan Perpustakaan menurut UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan Pasal 40 : (1) Pendanaan perpustakaan didasarkan pada prinsip kecukupan dan berkelanjutan. (2) Pendanaan perpustakaan bersumber dari:

a) anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah;

b) sebagian anggaran pendidikan;

(26)

d) kerja sama yang saling menguntungkan; e) bantuan luar negeri yang tidak mengikat; f) hasil usaha jasa perpustakaan; dan/atau

g) sumber lain yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Anggaran perpustakaan dapat diperoleh dari pemerintah, masyarakat, perusahaan, maupun sponsor. Dana yang diperoleh dari pemerinatah berupa anggaran rutin (bagi perpustakaan negeri) dan anggaran pembangunan yang tidak pasti. Anggaran rutin biasanya digunakan untuk membiayai keperluan kantor, dan anggaran pembangunan digunakan untuk pengembangan sarana fisik, terutama gedung/ ruang perpustakaan. Adapun dana dari masyarakat pemakai dapat berupa uang pendaftaran, uang denda, dan lainya.

Selain itu, sebenarnya perpustakaan dapat menggali dana sendiri dengan cara berwirausaha. Berwirausaha adalah keberanian untuk melakukan pekerjaan yang sulit, kompleks, mengandung resiko, siap dan cepat untuk melawan tantangan dengan keberanian melakukan inisiatif dan aksi.

Sebenarnya terdapat banyak peluang untuk berwirausaha bagi perpustakaan. Langkah ini tergantung pada kemauan dan arahan pimpinan perpustakaan. Beberapa usaha yang dapat dijadikan sumber pemasukan suatu perpustakaan antara lain :

1. Penyediaan jasa fotokopi dan penjilidan. 2. Penyewaan komputer.

3. Penyediaan wartel dan internet. 4. Penyediaan kafetaria.

5. Penyediaan jasa penelusuran literatur. 6. Kerjasama dengan penerbit dan percetakan. 7. Keanggotaan, denda, kartu baca, dan lainnya. 8. Jasa parkir kendaraan bermotor.

9. Jasa terjemahan.

Penyediaan gedung/ ruang temu ilmiah pada saat tertentu dengan menghadirkan tokoh-tokoh terkenal sebagai narasumber, dll.

2.2.6. Peranan, Tugas dan Fungsi Perpustakaan Umum

Peranan Perpustakaan

(27)

1. Menjadi media antara pemakai dengan koleksi sebagai sumber informasi pengetahuan.

2. Menjadi lembaga pengembangan minat dan budaya membaca serta pembangkit kesadaran pentingnya belajar sepanjang hayat.

3. Mengembangkan komunikasi antara pemakai dan atau dengan penyelenggara sehingga tercipta kolaborasi, sharing pengetahuan maupun komunikasi ilmiah lainnya. 4. Motivator, mediator dan fasilitator bagi pemakai dalam usaha mencari, memanfaatkan

dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.

5. Berperan sebagai agen perubah, pembangunan dan kebudayaan manusia.

Tugas Perpustakaan

Perpustakaan Umum mempunyai tugas mengumpulkan, menyimpan, memelihara, mengatur, dan mendayagunakan bahan pustaka untuk kepentingan pendidikan, penerangan, penelitian, pelestarian, suatu pengembangan kebudayaan dan rekreasi seluruh anggota masyarakat.

Fungsi Perpustakaan

Adapun fungsi Perpustakaan Umum di masyarakat yaitu : 1. Sebagai sarana simpan karya manusia

Dalam kaitannya dengan fungsi simpan, perpustakaan bertugas menyimpan khazanah budaya hasil masyarakat. Salah satu jenis perpustakaan yang benar-benar berfungsi sebagai sarana simpan adalah perpustakaan nasional.

2. Fungsi informatif

Dalam hal ini perpustakaan bertugas untuk menyediakan dan menyebarluaskan informasi. Informasi yang diminta dapat berupa informasi mengenai tugas sehari-hari, pelajaran, maupun informasi lainnya.

3. Fungsi rekreatif

Masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural dengan cara membaca dan mengikuti acara-acara ang diadakan di perpustakaan, seperti launching buku, acara mendongeng untuk anak-anak, pertunjukan seni ataupun acara lainnya. Fungsi rekreasi ini tampak nyata pada perpustakaan umum yaitu perpustakaan yang dikelola dengan dana umum serta terbuka untuk umum.

(28)

Perpustakaan Umum merupakan sarana pendidikan non formal, artinnya perpustakaan merupakan tempat belajar diluar bangku sekolah untuk menunjang program pendidikan dan pengajaran, perpustakaan mengadakan bahan pustaka yang sesuai dan relevan dengan berbagai jenis ilmu pengetahuan.

5. Fungsi kultural

Perpustakaan merupakan tempat untuk mendidik dan mengembangkan apresiasi budaya masyarakat. Pendidikan ini dapat dilakukan dengan cara penyelenggaraan pameran, pertunjukan kesenian pemutaran film, bahkan bercerita untuk anak-anak. 6. Fungsi dokumentatif

Perpustakaan Umum juga berfungsi sebagai pusat pelestarian bahan pustaka dan hasil budaya bangsa untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

7. Fungsi referensif

Perpustakaan Umum juga menyediakan bahan-bahan yang berisi petunjuk, pedoman dan bahan-bahan rujukan bagi anggota masyarakat yang membutuhkan.

8. Fungsi Penelitian

Perpustakaan menyediakan informasi tentang berbagai sumber informasi hasil penelitian dan teknologi.

2.2.7. Macam-macam bahan informasi

Bahan-bahan yang informasi yang diterima perpustakaan dapat terdiri dari bahan buku dan bahan nonbuku.

1. Buku Teks

Buku teks adalah lembaran tercetak berisi ilmu pengetahuan atau bidang tertentu dan biasanya digunakan sebagai bahan pelajaran, penataran, kuliah , dan dapat dipelajari secara mandiri.

2. Buku Rujukan

Buku ini disusun untuk memberi informasi tentang kata, subjek / pokok masalah, nama orang, nama tempat, peristiwa, pustaka, angka, waktu, ukuran, dan lainnya.

Adapun jenis –jenis buku rujukan adalah :

Kamus, ensiklopedi, buku pegangan, direktori, buku tahunan, sumber-sumber biografi, bibliografi, indeks, abstrak, almanak, sumber-sumber geografi, dan pemerintah.

- Kamus

(29)

Ensiklopedi berarti pelajaran atau petunjuk dalam lingkungan seni dan ilmu pengetahuan.

- Buku Pegangan

Buku Pegangan meliputi :

- Handbook, pada umumnya berisi uraian ringkasan dalam suatu bidang yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu.

- Manual, hampir seperti Handbook. Manual memberi instruksi atau perintah tentang mengerjakan, mengidentifikasi, dan menulis sesuatu

- Guidebook, petunjuk bagi para wisatawan. - Direktori

Berisi daftar nama-nama orang, lembaga, organisasi, maupun perkumpulan yang disusun sistematis.

- Buku Tahunan

Berisi kejadian-kejadian penting atau perkembangan-perkembangan baru dalam jangka waktu satu tahun yang mencakup bidang sosial, organisasi profesi, perdagangan, pendidikan, dan ilmu pengetahuan.

- Sumber Bibliografi - Bibliografi

Diartikan sebagai kajian buku (discussion of books) - Indeks

Indeks adalah daftar kata atau istilah yang disusun alfabetis yang ditempatkan dibagian akhir suatu buku, berupa nama orang, subjek, dll.

- Abstrak

Ringkasan karya ilmiah atau karya akademik yang dapat disertai data bibliografi. - Almanak

Catatan peristiwa dalam berbagai bidang dalam waktu tertentu. - Sumber-sumber Geografi

Memberikan keterangan tentang kota, gunung, danau, sungai, dan sumber-sumber alam.

3. Karya Tulis Ilmiah

(30)

4. Makalah

Yakni tulisan yang disampaikan pada pertemuan ilmiah, seperti seminar, lokakarya, workshop, semiloka, diskusi panel, dll.

5. Karya akademik

Karya ini disiapkan untuk memenuhi tugas dan/ atau syarat akademik, seperti tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, dll.

6. Literatur Abu-abu

Yakni jenis bahan pustaka yang jarang didapatkan secara bebas, kecuali apabila perpustakaan memiliki hubungan khusus dengan produsen bahan informasi tersebut.

7. Karya Fiksi

Yakni karya tulis yang berupa karya rekaan atau karya imajinatif. 8. Terbitan Berkala

Yakni Publikasi yang direncanakan terbit terus-menerus tanpa dibatasi waktu, berisi informasi menarik yang ditulis beberapa orang.

9. Mikrofis

Berupa film yang berukuran kecil/ mikro, tembus cahaya, dan berisi informasi dalam bentuk tulisan, gambar, maupun grafis yang diatur pada selembar film secara berbanjar horizontal maupun vertikal.

10.Film Mikro

Film mikro adalah film yang sangat kecil, digunakan untuk menyimpan, memuncukan kembali, atau mempublikasikan duplikat dokumen, cetakan, gambar, dan foto.

11.Piringan Hitam

Piringan hitam dibuat dari bahan ebonite berwarna hitam dan berbentuk bulat pipih. Pada kedua permukaan terdapat lekukan halus berbentuk spiral yang menyebabkan jarum piringan hitam yang melaluinya bergetar dan mengeluarkan suara.

12.Kaset

Kotak untuk melindungi bahan perekam gambar yang sekaligus berfungsi sebagai pengulung bahan tersebut.

13.Cakram Tetal

(31)

2.2.8. Sistem Perpustakaan

Sistem sering diartikan dengan cara atau metode. Sistem sebenarnya merupakan perangkat unsur yang secara teratur saling terkait sehingga membentuk totalitas (Depdikbbud, 1994:950). Dalam arti lain, sistem diartikan sekumpulan elemen-elemen yang saling berhubungan melalui berbagai bentuk interaksi dan kerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang berguna (Gazparez, 1992). Dalam pengertian ini dapat dipahami bahwa suatu sistem akan dapat berjalan baik apabila didukung oleh elemen-elemen yang dapat bekerja sama saling mendukung satu sama lain untuk mencapai tujuan dan menghasilkan sesuatu. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan suatu sistem harus ada aktvitas masing-masing elemen yang terkoordinir dengan baik untuk melaksanakan tugas masing-masing. Berkaitan dengan aktivitas inilah, Wilkinson (1992) memberikan defenisi tentang sistem, yakni suatu kerangka kerja terpadu yang mempunyai satu sasaran atau lebih. Suatu sistem akan mengkoordinasi sumber daya yang diperlukan untuk mengubah masukan-masukan menjadi keluaran.

Sementara itu, Custing (1989) menyatakan bahwa sistem dalam arti luas dan abstrak adalah suatu satuan (entity) yang terdiri dari dua komponen atau lebih maupun subsistem yang terjalin satu sama lain untuk mencapai tujuan.

Perpustakaan sebenarnya juga suatu sistem informasi dan bukan sekedar ruang/gedung atau koleksi yang di dalamya terdapat elemen-elemen yang dapat dikoordinasikan dengan baik untuk mencapai tujuan. Sistem kegiatan itu mencakup pengadaan, pencatatan, katalogisasi, klasifikasi, pelabelan, penyusunan dalam rak, pelayanan, dan lainnya yang dapat dipadukan dengan baik untuk mendukung keberhasilan perpustakaan. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling terkait dan saling mendukung. Demikian pula unsur-unsur yang dimiliki perpustakaan, meliputi sumberdaya manusia, koleksi, anggaran, ruangan, dan sarana prasarana, dapat dikoordinasi dengan baik untuk secara bersama-sama menfungsikan diri untuk mencapai keberhasilan perpustakaan. Sebagai suatu sistem pengelolaan informasi, perpustakaan memiliki beberapa sistem kegiatan untuk menunjang visi, misi, dan tujuan perpustakaan. Sistem ini berupa serangkaian pedoman atau prosedur kerja yang harus dilaksanakan dalam menyelesaikan kegiatan tertentu. Kegiatan ini dapat berupa pengadaan bahan informasi, pencatatan, pengkatalogisasi, klasifikasi, dan pelayanan informasi.

1. Sistem Pengadaan

(32)

Pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan dengan cara : a. Pembelian

Dalam sistem pembelian perlu dipertimbangkan faktor-faktor anggaran, jenis perpustakaan, kebutuhan pemakai, kerjasama dengan penerbit, pengetahuan tentang impor, pengetahuan tentang pemesanan buku, dan lainnya.

b. Sumbangan

Perpustakaan dapat memperoleh bahan informasi dari beberapa pihak, misalnya dari para lulusan lembaga pendidikan yang bersangkutan, penerbit, yayasan, departemen, perkumpulan, dan dari perorangan. Untuk itu perpustakaan harus aktif menghubungi lembaga-lembaga terkait.

c. Tukar-menukar Publikasi

Tukar menukar dapat dilakukan dengan cara memberikan buku atau majalah yang tidak relevan atau jumlah eksemplarnya terlalu banyak ke perpustakaan lain yang relevan. Cara ini akan meningkatkan kerja sama antar perpustakaan.

d. Membuat Sendiri

Koleksi perpustakaan dapat diusahakan oleh lembaga sendiri, misalnya dengan menulis diktat, buku ajar, hand out, kliping, majalah, atau kumpulan karya tulis/dosen.

2. Sistem Pencatatan

Pada prinsipnya semua bahan informasi yang diterima perpustakaan harus dicatat. Untuk itu perlu direncanakan bentuk catatan, pencatatan terhadap bahan informasi ini dapat berupa buku, kartu, atau software tertentu. Sistem pencatatan dapat menggunakan sistem penomoran terus-menerus atau sistem yang menganti nomor setiap tahunnya. Sistem pencatatan ini sering pula

3. Sistem Pengkatalogan

Pengkatalogan adalah salah satu tugas, pekerjaan, unit atau bagian diperpustakaan yang bertugas dan bertanggung jawab atas proses pembuatan daftar koleksi suatu perpustakaan. Perlunya tiap koleksi dibuatkan katalog adalah untuk mencatat koleksi yang dimiliki, mempercepat temu kembali, dan mengembangkan standar bibliografi internasional.

Jenis-jenis katalog yang digunakan pada perpustakaan : a. Katalog Cetak (Printed Catalog)

b. Katalog Berkas (Sheaf Catalog) c. Katalog Kartu (Card Katalog)

(33)

Katalog berbentuk software telah banyak digunakan oleh perpustakaan, baik perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan khusus, perpustakaan umum, perpustakaan sekolah, maupun perpustakaan instansi. Katalog jenis ini sering disebut dengan katalog terpasang (Online Public Acces Catalog/ OPAC).

4. Sistem Klasifikasi

Bahan informasi yang telah dicatat perlu dikelompokan agar memudahkan proses temu kembali. Sistem Pengelompokan ini banyak macamnya dan selalu mengalami perubahan. Namun hal yang perlu diperhatikan adalah sistem pengelompokan ini ada yang didasarkan pada bentuk fisik dan ada pula yang didasarkan pada isi/ subjek.

5. Sistem Penempatan Lokasi

Bahan informasi yang terdiri dari kertas ditempatkan sesuai jenisnya, misalnya buku teks, koleksi rujukan, hasil penelitian, makalah seminar, karya akademik, terbitan berkala, dll. Begitu pula bahan informasi yang terdiri dari bahan nonkertas ditempatkan sesuai jenisnya, misalnya film, pita, kaset, CD, piringan hitam, dll.

Penempatan koleksi bahan kertas ke dalam rak ini disebut dengan pengerakan (shelving). Sistem penyusunan koleksi (terutama buku) di rak perlu direncanakan dan diatur sedemikian rupa agar rapi dan mudah ditemukan kembali. Cara pengerakan ini adalah :

a. Dimulai dari angak desimal kecil ke angka desimal besar pada sandi pustaka (call number) yang ditempel pada punggung buku.

b. Disusun dari kiri ke kanan dalam satu kotak lemari dari atas ke bawah.

c. Diikuti penyusunan urutan huruf, yaitu tiga huruf pertama nama pengarang secara alfabetis.

d. Kemudian diikuti pengurutan huruf pertama judul pustaka disusun alfabetis, lalu uruan volume, bagian (part), dan eksemplar (copy).

6. Pemeliharaan Bahan Pustaka

Pelestarian bahan pustaka adalah sistem pengelolaan dan perlindungan pada bahan pustaka, arsip, maupun bahan informasi lain. Dalam arti luas, pelestarian adalah tugas dan pekerjaan yang mencakup memperbaiki, memugar, melindungi, dan merawat bahan pustaka, dokumen, bahan informasi, serta bangunan perpustakaan.

7. Sistem Pemanfaatan

(34)

a. Sirkulasi

Pelayanan sirkulasi ini sering dikenal dengan bagian peminjaman dan pengembalian. Namun, sebenarnya pengertian sirkulasi ini mencakup pengertian yang lebih luas, yakni semua bentuk kegiatan pencatatan yang berkaitan dengan pemanfaatan, dan pemakaian koleksi dengan tepat guna dan tepat waktu untuk kepentingan pemakai jasa perpustakaan.

Adapun sistem sirkulasi yang dikenal ada 2 macam yaitu : i. Sistem Sirkulasi Terbuka (Open Access)

Yakni suatu sistem yang memungkinkan pemakai untuk masuk ke ruang koleksi untuk memilih dan mengambil sendiri koleksi yang mereka inginkan.

ii. Sistem Sirkulasi Tertutup (Closed Access)

Yakni suatu sistem peminjaman yang tidak memungkinkan pemakai untuk memilih dan mengambil koleksi sendiri.

Sebagian besar pemakai ingin meminjam koleksi untuk dibawa pulang. Untuk itu diperlukan sistem pencatat yang bisa dilakukan secara manual atau dengan bantuan komputer. Sistem yang kini telah banyak digunakan adalah sistem barcode. Dalam sistem ini seluruh koleksi yang dimiliki perpustakaan dan identitas anggota perpustakaan dimasukan ke dalam pangkalan data. Semua koleksi dan kartu anggota itu diberi label barcode.

b. Pelayanan Referensi

Pelayanan ini memberikan informasi singkat tentang nama orang, peristiwa, subjek, geografi, ukuran, kata, pustaka, lambang, dan lainya yang terdapat dalam sumber rujukan. Mengingat koleksi ini banyak yang diperlukan sewaktu-waktu, maka pada umumnya tidak boleh dipinjam pulang.

c. Baca di Tempat

Dalam hal pelayanan baca ditempat ini, diperlukan ruang yang nyaman, memadai, dan mebeler yang sesuai. Oleh karena itu, dalam pengadaan ruang baca ini perlu memperhatikan kebutuhan manusia, prinsip tata ruang (design principles), dan segi lingkungan (activity component) perlu diperhatikan.

d. Fotokopi

(35)

e. Pelayanan Internet

Pelayanan ini merupakan bentuk penyajian informasi dengan menggunakan media teknologi muktahir (komputer) dengan segala perangkat dan pengembangannya, antara lain internet dengan menyajikan data, fakta, maupun informasi yang tepat.

f. Pelayanan Khusus

Pelayanan ini ditujukan kepada kelompok masyarakat yang karena faktor tertentu mereka tidak dapt datang ke perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka. Faktor ini mungkin kesehatan, status hukum, lokasi, maupun keadaan jasmani.

g. Penyajian Informasi Baru

Penyajian informasi baru (Current Awarreness Services) merupakan sistem penyajian informasi dengan menyiagakan informasi segar, dan menyampaikan kepada peminat secepat mungkin.

h. Bimbingan pemakai

Sesuai dengan perkembangan teknologi informasi yang juga telah dimanfaatkan dalam sistem perpustakaan, bimbingan pemakai pun diperlukan. Bimbingan pemakai diselengarakan dengan tujuan :

1. Memanfaatkan jasa informasi yang tersedia. 2. Mengoptimalkan sarana dan fasilitas.

3. Mencapai terwujudnya masyarakat infomasi. 4. Ikut berperan dalam proses pendidikan. i. Jasa Terjemahan

Untuk membantu pemakai dalam usaha mereka memahami isi, koleksi, kiranya lebih baik apabila juga disediakan jasa terjemahan pada perpustakaan tertentu.

j. Meja informasi

Yakni suatu meja atau bagian khusus yang siap menerima permintaan informasi dari pemakai.

k. Pelayanan Audio Visual

Koleksi pandang dengar ini akan melengkapi koleksi bahan buku. Informasi yang dikandung koleksi ini bernilai tinggi, sehingga perlu penanganan khusus.

l. Sistem Promosi dan Pemasaran

(36)

2.2.9. Penataan dan Tata Guna Gedung

Bangunan maupun ruang untuk perpustakaan sebenarnya tidak sesederhana yang dibayangkan orang. Ditinjau dari segi bangunan, perpustakaan merupakan suatu organisasi yang memiliki sub-sub sistem yang memiliki fungsi berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam perencanaan gedung dan ruang perpustakaan perlu memperhatikan fungsi tiap ruang, unsur-unsur keharmonisan dan keindahan, baik segi eksterior maupun interior. Ruang yang tertata baik akan memberikan kepuasan kepada pemakainya ( Pegawai maupun pengguna perpustakaan).

Dalam perencanaan bangunan atau ruang perpustakaan perlu juga diperhatikan alokasi luas lantai, pembagian ruangan menurut fungsi, tata ruang struktur, utilitas, pegamanan ruang, dan rambu-rambu. Disamping itu perlu dipikirkan pula area perluasan, minimal untuk masa sepuluh tahun mendatang.

a. Prinsip-prinsip arsitektur

Gedung / ruang perpustakaan perlu ditata sesuai kebutuhan dengan tetap mengindahkan prinsip-prinsip arsitektur. Ruang perpustakaan akan nyaman bagi pemakai dan petugas apabila ditata dengan memperhatikan fungsi, keindahan, dan keharmonisan ruang. Dengan penataan yang baik akan memberikan kepuasan fisik dan psikis bagi pemakai. Oleh karena itu, dalam perencanaan pelu diperhitungkan kebutuhan manusia, tata ruang, dan segi lingkungan.

b. Azas-azas tata ruang

Disamping itu perlu diperhatikan azas-azas tata ruang, yakni azas jarak, azas rangkaian kerja, dan azas pemanfaatan.

i. Azas jarak, yaitu suatu susunan tata ruang yang memungkinkan proses penyelesain pekerjaan dengan menempuh jarak yang paling pendek.

ii. Azas rangkaian kerja, yakni suatu tata ruang yang menempatkan tenaga dan alat-alat dalam suatu rangkaian yang sejalan dengan urutan penyelesaian pekerjaan yang bersangkutan.

iii. Azas pemanfaatan, yakni tara susunan ruang yang mempergunakan ruang yang ada. c. Tata Letak

Untuk memperlancar kegiatan pelayanan dan penyelesaian pekerjaan, dalam penataan ruang perlu diperhatikan prinsip-prinsip tata ruang berikut ini :

(37)

- Bagian yang bersifat pelayanan umum hendaknya ditempatkan di lokasi yang strategis agar mudah dicapai.

- Penempatan perabot, seperti meja, kursi, dan rak hendaknya disusun dalam bentuk garis lurus.

- Jarak satu mebeler dengan yang lain dibuat agak melebar agar orang yang lewat leluasa.

- Bagian yang mempunyai tugas yang sama, hampir sama, maupun kelanjutan, hendaknya ditempatkan di lokasi yang berdekatan.

- Bagian yang menangani pekerjaan yang berantakan, seperti pengolahan, pengetikan, dan penjilidan hendaknya ditempatkan di tempat yang tidak tampak oleh khalayak umum.

- Apabila memungkinkan, semua petugas dalam suatu unit/ ruangan duduk menghadap arah yang sama dan pimpinan duduk di belakang.

- Alur pekerjaan hendaknya bergerak maju dari satu meja ke meja lain dalam satu garis lurus.

- Ukuran tinggi, rendah, panjang, dan lebar, luas, dan bentuk perabot hendaknya dapat diantur lebih leluasa.

- Perlu ada lorong yang cukup besar untuk jalan apabila sewaktu-waktu terjadi kebakaran.

- Bagian yang menimbulakn suara berisik hendaknya ditempatkan di ruang terpisah.

Agar masyarakat segera mengetahui keberadaan perpustakaan, dalam penempatannya perlu dipilih lokasi yang strategis. Di samping itu perlu dipertimbangkan pula bahwa perpustakaan sering berhubungan dengan lembaga lain. Oleh karena itu, dalam perencanaan tata letak ini perlu dipertimbangkan :

a. Desain - Pintu utama

Letak pintu utama hendaknya diatur dan diusahakan agar pemakai tidak usah berputar-putar lebih dahulu sebelum mencapai pintu masuk.

- Kelenturan

(38)

b. Kesederhanaan

Idealnya gedung perpustakaan itu tampak megah dan mudah dikenali dari jauh. Walaupun demikian, dalam desain perlu mempertimbangkan adanya perancanaan yang efektif dan prinsip kesederhanaan.

c. Raut gedung

Pembangunan perpustakaan (terutama perpustakaan perguruan tinggi) akhir-akhir ini kecenderungan memiliki halaman terbuka ditengah-tengahnya, atau memiliki sumur cahaya ditengah dengan dinding kaca yang transparan. Ada pula gedung perpustakaan yang berbentuk yang berbentuk U. Desain demikian karena sebenarnya kurang efisien karena membuang ruang dan menimbulkan kebisingan.

d. Perluasan otomasi

Otomasi perpustakaan merupakan tuntutan tersendiri yang perlu diantisipasi dengan perencanaan yang matang. Untuk itu hal-hal berikut ini yang perlu diperhatikan :

- Ruang audio visual dengan penghawaan yang baik. - Fasilitas untuk memasang kabel agar lebih nyaman.

- Mebeler, kursi, almari, dan lainnya sebagai tempat komputer, video, disket, kaset, dll. e. Area Pengembangan

Frazier G. Polle (1981) seorang konsultan perpustakaan dari UNESCO yang pernah ke Indonesia (14 April-10 Mei), dan (16 Juni-12 Juli 1980) menyarankan agar perluasan dan perkembangan perpustakaan dapat berhasil dengan baik, perlu disediakan tanah kosong yang cukup luas di sekitar gedung perpustakaan. Pemikiran ini untuk mengembangkan perpustakaan di masa mendatang yang memerlukan ruang yang lebih luas.

f. Kebutuhan Tata Ruang - Kebutuhan ruangan

Kebutuhan ruangan untuk perpustakaan berbeda, sesuai jenis-jenis perpustakaan. Untuk perpustakaan umum, kebutuhan ruang disesuaikan dengan masyarakat dan tingkat kebutuhan masyarakat ditingkat yang dilayaninya.

- Tata Ruang

(39)

1. Sistem tata sekat

Yakni cara pengaturan ruang perpustakaan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca pengunjung.

2. Sistem tata parak

Yakni sistem pengaturan ruangan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca. 3. Sistem tata baur

Yakni suatu cara penempatan koleksi yang dicampur dengan ruang baca agar pembaca lebih mudah mengambil dan mengembalikan sendiri.

- Kenyamanan Ruang

Produktivitas manusia yang bekerja diruangan dipengaruhi oleh faktor pribadi (internal) dan faktor diluar dirinya (eksternal). Hasil kerja seseorang akan baik apabila dalam kondisi itu seseorang mampu melakukan kegiatannya secara optimal dengan sehat, aman, senang, dan selamat.

Kondisi lingkungan tidak bisa tercipta begitu saja, tetapi dapat dicapai secara bertahap. Dalam pencapaian kondisi lingkungan kerja itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti temperatur, sirkulasi udara, warna, pencahayaan, suara, dan tata letak.

1. Temperatur

Dalam keadaan normal tubuh manusia memiliki temperatur yang berbeda. Tubuh manusia masih dapat menyesuaikan dirinya apabila perubahan temperatur luar tidak lebih dari 20 % untuk kondisi panas dan 35 % untuk kondisi dingin.

Dalam suatu penelitian diketahui bahwa temperatur yang berbeda akan mempengaruhi ketahanan bekerja dan fisik seseorang. Misalnya pada suhu 10 oC mulai muncul kekakuan fisik yang ekstrim, dan pada suhu 29,5 oC aktivitas dan daya tangkap seseorang akan menurun.

2. Kenyamanan Suara

Kenyamanan ruangan dipengaruhi oleh kenyamanan suara, baik dari dalam ruangan atau dari luar. Suara dari dalam mungkin ditimbulkan oleh suara mesin (ketik, komputer, fotokopi, penjilidan, ac, kipas angin), suara orang, langkah orang, dll.

Suara dari luar mungkin berupa suara pesawat udara, suara kereta api, suara lalu lintas, banjir, pasar,dll.

(40)

Selain itu kemajuan dari teknologi selain membawa kemudahan bagi manusia, juga menimbulkan masalah tersendiri bagi kehidupan manusia. Gangguan itu antara lain berupa pencemaran udara, pencemaran limbah, dan kebisingan. Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki seseorang. Kebisingan tersebut dalam waktu lama bisa menggangu ketenangan kerja, merusak pendengaran, dan bisa menimbulkan kesalahan komuikasi. Bahkan menurut penyelidikan, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian.

Oleh karena itu dalam mendesain perpustakaan perlu diperhatikan adanya suara/ bunyi yang dapat menentukan tingkat gangguan pada manusia, yakni lama suara, frekuensi, dan intensitas.

3. Kenyamanan warna

Warna juga memengaruhi orang yang bekerja dan membaca di perpustakaan. Warna ternyata juga akan memperbesar konsentrasi dan mempengaruhi jiwa seseorang. Oleh karena itu, dalam perencanaan ruang perpustakaan perlu dipahami sifat dan pengaruh warna tersebut. Warna yang kondusif untuk ruang perpustakaan antara lain warna merah, warna kuning, dan warna hijau.

Warna merah menggambarkan panas, kegemaran, dan kegiatan bekerja. Warna ini berguna untuk merangsang panca indera dan jiwa agar bersemangat dalam melaksanakan tugasnya.

Warna kuning mengambarkan kehangatan. Warna ini akan merangsang mata dan syaraf, yang dapat menimbulkan perasaan gembira.

Warna hijau menimbulkan suasana sejuk dan kedamaian. Oleh karena itu warna ini cocok untuk tempat-tempat ibadah, perpustakaan, rumah tinggal, dan lainnya.

(41)

Warna untuk Eksterior

Warna-warna untuk bangunan luar (eksterior) hendaknya diperhatikan sifat pemantulan dan penyerapan warna. Untuk itu, dalam pemilihan warna sebaiknya disesuaikan dengan iklim. Misalnya pada musim panas, warna yang dipilih hendaknya dipilih warna-warna ringan agar dapat memantulkan panas matahari, sedangkan pada musim dingin hendaknya digunakan warna gelap agar dapat menyerap panas matahari.

Disamping itu, efek penyilauan dari warna perlu diperhatikan apabila bangunan terkena panas matahari. Efek penyilauan ini dapat dikurangi dengan memanfaatkan warna-warna gelap.

Warna untuk Interior

Pemilihan warna yang sesuai untuk ruangan dalam akan memberi kesan : a. Suasana yang menyenangkan dan menarik.

b. Secara tidak langsung dapat meningkatkan semangat dan gairah kerja. Dengan demikian diharapakan akan mampu meningkatkan produktivitas kerja.

c. Mengurangi kelelahan.

Kelelahan merupakan gejala merosotnya kemampuan secara fisik dan mental seseorang sebagai akibat kurang istirahat, terlalu lama melakukan pekerjaan, dan lainya. Kelelahan itu pada dasarnya dibagi menjadi dua, yakni kelelahan secara fisiologis (fisik) dan kelelahan secara psikologis (mental).

Pemilihan warna-warna untuk mebeler, dinding, eternit, dan lantai hendaknya disesuaikan dengan keadaan perpustakaan yang memerlukan suasana tenang dan terang. Oleh karena itu, hendaknya dihindari penggunaan warna gelap. Karena warna ini menimbulkan kesan sempit dan sesak pada suatu ruangan.

4. Kenyamanan Udara

Udara di sekitar kita dikatakan kotor, apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang, bercampur dengan gas atau bau yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Kotornya udara dapat dirasakan dengan sesaknya nafas. Keadaan ini akan mempengaruhi kesehatan tubuh manusia dan mempercepat kelelahan.

(42)

Suatu ruangan akan terasa nyaman apabila udara di dalam ruangan ini mengandung oksigen (O2) yang cukup. Selain itu juga tidak ada bau yang menggangu pernafasan, seperti : asap pembakaran, sampah, dan gas-gas yang berbahaya bagi manusia, seperti karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2).

Untuk menjaga kenyamanan ruangan, diperlukan pemasangan alat pengatur suhu, misalnya : a. Memasang AC untuk mengatur udara di dalam ruangan.

b. Mengusahakan agar peredaran udara dalam ruangan itu cukup baik, misalnya dengan memasang lubang-lubang angin dan membuka jendela pada saat kegiatan di perpustakaan sedang berlangsung.

c. Memasang kipas angin untuk mempercepat pertukaran udara dalam ruangan. Kecepatan pertukaran ini memengaruhi kenyamanan udara. Adapun kecepatan udara yang ideal adalah berkisar antara 0,5-1 m/detik.

5. Kenyamanan Cahaya

Cahaya merupakan suatu getaran yang termasuk gelombang elektomagnetis yang dapat ditangkap mata. Masalah penerangan meliputi kemampuan manusia untuk melihat sesuatu, sifat-sifat dari indera penglihatan, usah-usaha yang dilakukan untuk melihat objek dengan lebih baik, dan pengaruh penerangan terhadap lingkungan.

Dalam hal cahaya, Suma’mur (1984) menyatakan bahwa perpustakaan memerlukan cahaya yang cukup. Hal itu dikarenakan kegiatan diperpustakaan sebagian besar merupakan kegiatan membaca. Cahaya kadang menyilaukan, bahkan kadang dapat menumbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti :

a. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja. b. Kelelahan mental.

c. Keluhan pegal di sekitar mata dan sakit kepala sekitar mata d. Keluhan kerusakan alat penglihat.

e. Meningkatkan kecelakaan

(43)

Pada dasarnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan ada dua macam, yakni cahaya alami dan cahaya buatan.

a. Cahaya Alami

Cahaya alami adalah cahaya yang ditimbulkan oleh matahari dan kubah langit. Cahaya matahari yang mengandung radiasi panas itu apabila masuk ke dalam ruangan akan menyebabkan kenaikan suhu ruangan. Oleh karena itu, cahaya matahari harus dibatasi dan diusahakan tidak langsung masuk ke ruangan. Usaha ini bisa dilakukan dengan menempatkan jendela dibagian utara dan selatan, serta membatasi bidang bukaan di sebelah timur.

Cahaya matahari yang masuk hendaknya dibatasi pada sudut kurang dari 45 derajat, yakni pada pagi hari pada pukul 07.00 - 09.00. Sedangkan untuk sore hari pada sudut 180 derajat yakni pada pukul 16.00. Sedapat mungkin cahaya matahari antara pukul 09.00 sampai dengan pukul 14.00 tidak masuk ruangan perpustakaan. Sebab cahaya pada jam-jam tersebut mengandung raduasi panas yang merugikan manusia dan memperpendek daya pakai bahan pustaka, baik yang berupa kertas maupun non kertas.

Dengan cahaya matahari secara langsung pada jam-jam tersebut, manusia akan merasa gerah dan cepat lelah. Bahan informasi yang terdiri dari kertas apabila terkena sinar matahari secara langsung akan segera lapuk, tulisannya memudar, dan warna kertasnya menjadi kunign kecoklatan.

Cahaya kubah langit adalah cahaya yang berasal dari kubah langit. Cahaya inilah yang banyak dimanfaatkan untuk penerangan ruangan karena tidak membawa radiasi panas secara langsung seperti sinar matahari.

b. Cahaya Buatan

Cahaya buatan adalah cahaya yang ditimbulkan oleh benda atau gerakan benda yang dibuat oleh manusia baik yang berupa lampu TL maupun lampu pijar. Penggunaan lampu TL apabila dibandingkan dengan lampu pijar mengandung radiasi panas lebih sedikit. Perbandingan cahaya : panas yang dihasilkan lampu TL 50 % : 5 %. Sedangkan lampu pijar panas 96 % : cahaya 4 %.

(44)

kontras, maka warna alas seperti buku hendaknya relatif sama dengan warna kertas dari buku tersebut. Hal in dimaksudkan agar huruf-huruf pada buku tersebut mempunyai derajat yang lebih tinggi apabila dibandingkan buku dan alasnya. Demikian dengan benda-benda yang berwarna putih. Agar derajat kontrasnya lebih tinggi, maka benda tersebut harus diletakan pada alas / benda yang berwarna gelap.

Kegiatan yang dilakukan diperpustakaan tidak dapat lepas dari cahaya. Maka sistem pencahayaan diperpustakaan harus cukup. Hal itu disebabkan pencahayaan yang cukup merupakan syarat mutlak untuk melakukan kegiatan di dalam ruangan.

Banyak keuntungan yang diperoleh dengan adanya pencahayaan yang cukup, antara lain : 1. Mampu meningkatkan produktivitas kerja.

2. Dapat dicapai kualitas pekerjaan.

3. Dapat mengurangi ketegangan mata dan kelelahan jiwa. 4. Dapat menimbulkan semangat kerja.

5. Dapat menimbulkan prestise suatu lembaga/ perpustakaan.

Menurut Wesley E. Woodson, bahwa pencahayaan berdasarkan sumbernya dapat dibagi menjadi 4 (empat) cara penerangan yakni :

1. Cahaya Langsung

Yakni cahaya yang dipancarkan langsung dari sumbernya, berkisar antara 90% sampai 100% cahaya output yang langsung jatuh di daerah kerja/ meja baca. Apabila kita menggunakan lampu pijar, maka cahaya yang dipancarkan akan sangat tajam dan bayangan yang ditimbulkan sangat tegas.

2. Cahaya Tidak Langsung

Cahaya ini berasal dari suatu sumber yang dipantulkan dengan suatu media agar menerangi ruangan. Cahaya ini cocok untuk melaksanakan pekerjaan baca tulis maupun cetak mencetak. Cahaya ini oleh sumbernya dipantulkan ke langit-langit ruangan. Pantulan pada langit-langit ini kemudian dipantulkan lagi ke dinding ruangan, dan barulah cahaya itu menyebar ke seluruh ruangan. Dengan demikian, cahaya yang ditimbulkannya benar-benar sudah lunak dan tidak menimbulkan bayangan.

3. Pencahayaan Difusi

(45)

4. Pencahayaan Campuran

Yakni pencahayaan campuran antara cahaya langsung, cahaya tidak langsung, dan penerangan difusi. Cara penerangan ini sebagai modifikasi dari ketiga cara penerangan di atas untuk memenuhi penerangan tertentu yang diinginkan.

2.2.10. Standar dan Kapasitas Perpustakaan Umum

Persentase pengguna aktif sebuah perpustakaan (populasi yang dilayani) pada sebuah kota atau masyarakat normalnya adalah antara 20-30 % penduduknya.

Populasi yang

populasi Total kapasitas

3000 1333 4000 100

Populasi yang dilayani Jumlah tempat duduk per 1000 populasi

100000 – 200000 3 – 4

200000 – 400000 2 – 3

400000 – 700000 2 – 2,5

> 700000 1,5 – 2

Sumber : Planning and Design of Library Buildings

Tabel 2.1. Standar Jumlah buku pada perpustakaan umum

(46)

2.3. Lokasi Proyek

Pada pembahasan ini, akan diuraikan tentang deskripsi/tinjauan lokasi proyek.

2.3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi Proyek

Penentuan lokasi perpustakaan agar dapat maksimal pemanfaatannya harus dapat memenuhi kriteria diantaranya :

a. Berada ditempat yang luas tanahnya memungkinkan dilakukannya perluasan pada masa yang akan datang, sesuai dengan perkembangan perpustakaan.

b. Berada di sekitar pusat kegiatan masyarakat seperti pusat pendidikan (sekolah), pemerintahan dan tentunya pemukiman.

c. Merupakan gedung/satu ruangan utuh yang tidak bergabung dengan ruangan lain. d. Mudah dicapai oleh pemakai, sehingga pemakai tidak membuang-buang waktu.

e. Cukup tenang dan aman untuk menghindari dari gangguan suara keras dan kegaduhan.

2.3.2. Kondisi Eksisting Lokasi Proyek

Lokasi proyek : Jalan Iskandar Muda Batas-batas site

• Utara : Kantor dan Perumahan Penduduk • Timur : Perumahan Penduduk

• Selatan : Kuburan

• Barat : Kantor, Bangunan Komersil Luas Lahan : + 1,2 Ha (+ 12.000 m2)

Kontur : Datar

KDB : 60 %

(47)

Gambar 2.1. Peta Lokasi Site

(48)

Untuk menjelaskan keadaan atau suasana tapak dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(49)

2.4. Tinjauan Fungsi

Berikut ini akan diuraikan tinjauan fungsi berupa pengguna, kegiatan, kebutuhan ruang, dan persyaratan ruang.

2.4.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan

Jadwal operasional kegiatan yang terjadi di Perpustakaan Umum Kota Medan yaitu:

 Senin – Kamis : Pukul 07.30 – 16.00

 Jumat : Pukul 07.30 – 15.30

 Sabtu : Pukul 07.30 – 13.00

Pengguna perpustakaan umum ini adalah :

1. Pengunjung

Usia anak-anak (usia < 12 tahun)

- Mencari informasi

Usia remaja (usia 13-18 tahun)

(50)

Usia dewasa (usia > 18 tahun) - Menggunakan internet - Mengikuti seminar

2. Pengelola

- Kepala Perpustakaan

Memimpin perpustakaan dan menyiapkan kebijakan-kebijakan bagi perpustakaan. - Administrasi

Pelayanan administrasi yang meliputi pembinaan ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, perencanaan, keuangan, perlengkapan, rumah tangga, hubungan masyarakat.

- Unit pengadaan bahan

Melaksanakan pengadaan koleksi bahan pustaka melalui pembelian, hadiah, hibah dan tukar menukar.

- Unit pengelolaan bahan

Melaksanakan klasifikasi, katalogisasi dan penyelesaian fisik bahan pustaka, verifikasi bahan pustaka serta pemasukan data ke pangkalan data.

- Unit pelayanan, sirkulasi, dan peminjaman

Melaksanakan layanan sirkulasi, rujukan dan keliling, audio visual, reproduksi, terjemahan, transliterasi (alih aksara), melaksanakan kerjasama perpustakaan dalam dan luar negeri, pengelolaan pangkalan data daerah, pelaksanaan, pengembangan sistem otomasi perpustakaan di lingkungan Badan, pengelolaan website, jaringan internet.

(51)

Melaksanakan layanan referensi, alat-alat bibliografi seperti indeks, laporan tahunan, kamus, ensiklopedia, dll

2.4.2. Deskripsi Perilaku

Pengguna Alur Kegiatan

Pengunjung

Diagram 2.1. Skema Kegiatan

(52)

Struktur Organisasi Pengelola Perpustakaan Umum

Proses Alur Pelayanan Sirkulasi Buku

Koleksi dari rak

Diagram 2.3. Alur pelayanan sirkulasi buku

Diagram 2.2. Struktur organisasi perpustakaan umum

Gambar

Gambar 4.10. Analisa Kebisingan
Gambar 4.12. Potongan Skyline
Gambar 4.13. Standar rak buku
Gambar 4.15. New Mexico’s
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perpustakaan umummerupakan tempat atau lokasi yang menghimpun koleksi buku, bahan tercetak serta terekam untuk kepentingan masyarakat umum. Perpustakaan umum dapat di artikan

Koleksi perpustakaan secara berkala perlu disiangi agar bahan pustaka yang sudah tidak sesuai lagi dapat diganti dengan bahan pustaka yang baru. Pemilihan bahan pustaka

Dari kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan adalah kumpulan buku dan bahan pustaka lainnya yang dihimpun, diolah dan disimpan dengan

Perpustakaan sekolah adalah suatu unit kerja yang merupakan bagian integral dari lembaga pendidikan sekolah, yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah suatu unit kerja atau lembaga tertentu yang bertugas untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, dan mengatur

Menurut buku Pedoman Pembinaan Koleksi dan Pengetahuan Literature (1998, 2) “Koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah, dan

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan sekolah adalah unit kerja lembaga pendidikan sekolah yang diselenggarakan secara sistematis untuk menyimpan koleksi

Nurhadi dalam Sejarah perpustakaan dan perkembangannya di Indonesia 1983: 4,“perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat mengumpulkan, menyimpan dan memelihara koleksi