Lampiran 2 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
(INFORM CONSENT) Bapak/Ibu yang terhormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Lia Anggita Harahap
NIM : 121101058
Akan melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Tekanan Darah Pasien Saat Menjalani Hemodialisis Di RSUP Haji Adam Malik Medan”.
Saya sebagai peneliti mohon kesediaan bapak/ibu untuk menjadi responden pada penelitian ini. Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian bagi bapak/ibu sebagai responden. Hasil penelitian ini diharahapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Tahapan penelitian yang akan dilakukan adalah: 1) Setelah bapak/ibu bersedia menjadi responden penelitian ini, peneliti akan mewawancarai karakteristik responden (usia, jenis kelamin), 2) Peneliti akan mengukur tekanan darah pasien pada periode predialisis, intradialisis dan postdialisis. Tekanan darah intradialisis diukur setiap 1 jam selama hemodialisis belangsung, 3) Hasil wawancara dan pemeriksaan tekanan darah didokumentasikan untuk keperluan penelitian.
Saya sangat menghargai hak bapak/ibu sebagai responden. Identitas data/informasi yang bapak/ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya.
Atas perhatian dan kerjasama bapak/ibu peneliti ucapkan terimakasih.
Peneliti,
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Kode Responden :
Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti, saya menyatakan (bersedia/tidak bersedia*) menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, atas nama Lia Anggita Harahap dengan judul “Gambaran Tekanan Darah Pasien Saat Menjalani Hemodialisis Di RSUP Haji Adam Malik Medan”.
Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sejujur-jujurnya tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun.
Medan, 2016
Responden
( )
Lampiran 4
Kode Responden :
INSTRUMEN PENELITIAN
GAMBARAN TEKANAN DARAH PASIEN SAAT MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
PENGKAJIAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Umur : Tahun
2. Jenis kelamin : L/P
3. Lama hemodialisis : Bulan 4. Penyebab hemodialisis :
FORMAT PENGKAJIAN TEKANAN DARAH SAAT MENJALANI HEMODIALISIS
Tekanan darah (mmHg) pasien saat menjalani hemodialisis
Pre
Intradialisis
Post
Jam 1 Jam 2 Jam 3 Jam 4
Petunjuk pengisian :
Lampiran 5 PEDOMAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH
1. Persiapan Alat
a. Cuff ukuran orang dewasa (22-32cm)
b. Tensimeter digital c. Batu baterai
d. Lembar format pengkajian 2. Prosedur Kerja
a. Tekanan darah responden diukur dalam posisi berbaring.
b. Pasanf cuff pada ekstremitas yang tidak ada akses vaskulernya. Singsingkan lengan baju dan pasang cuff pada lengan atas jangan terlalu kencang atau terlalu longgar.
c. Minta pasien untuk tenang dan tidak bergerak selama pemeriksaan. d. Tekan tombol “Start” pada tensimeter.
e. Biarkan cuff secara otomatis memompakan udara. f. Amati turunnya tekanan cuff pada layar.
g. Catat tekanan sistolik dan diastolik yang muncul pada layar. h. Matikan tensimeter dengan menekan tombol “Stop”
3. Terminasi
a. Informasikan hasil tekanan darah yang didapat. Jika didapatkan hasil tekanan daran yang tidak normal saat hemodialisis segera dilaporkan kepada perawat yang bertugas.
Lampiran 6
(Tahun) Lama Menjalani Hemodialisis (Bulan)
Lampiran 7 Hasil Analisa Data Demografi Responden
JENIS KELAMIN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid lebih kecil sama dengan 8
bulan 13 18.3 18.3 18.3
lebih besar 8 bulan 58 81.7 81.7 100.0
Lampiran 8
TEKANAN DARAH PASIEN SAAT HEMODIALISIS
No
Tekanan Darah Responden Saat Menjalani Hemodialisis (mmHg)
TEKANAN DARAH PASIEN SAAT HEMODIALISIS Kode
Responde
Pre Intradialisis Post
Jam 1 Jam 2 Jam 3 Jam 4
1 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 2 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 3 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi
4 Normal Normal Normal Normal Normal Normal
5 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 6 Normal Normal Normal Normal Normal Hipertensi 7 Hipertensi Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 8 Hipertensi Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi Normal 9 Normal Normal Normal Normal Hipertensi Hipertensi 10 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Normal 11 Hipertensi Normal Normal Normal Hipertensi Normal 12 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Normal 13 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Normal 14 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi
15 Normal Normal Normal Normal Normal Normal
16 Normal Normal Normal Hipotensi Hipotensi Normal 17 Hipertensi Normal Normal Hipotensi Hipotensi Normal 18 Hipertensi Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 19 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 20 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 21 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 22 Normal Normal Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi
23 Normal Normal Normal Normal Normal Normal
24 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 25 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi
26 Normal Normal Normal Normal Normal Normal
27 Normal Normal Normal Normal Normal Normal
39 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 40 Hipertensi Normal Normal Normal Normal Normal
41 Normal Normal Normal Normal Normal Normal
42 Hipertensi Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 43 Normal Normal Normal Normal Hipertensi Normal 44 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 45 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 46 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Normal 47 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 48 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 49 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 50 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 51 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 52 Normal Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi Normal
53 Normal Normal Normal Normal Normal Normal
54 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 55 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 56 Normal Normal Normal Normal Hipertensi Normal 57 Hipertensi Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi
58 Normal Normal Normal Normal Normal Normal
59 Normal Normal Normal Normal Normal Normal
60 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi
61 Normal Normal Normal Normal Normal Normal
62 Normal Normal Normal Normal Normal Normal
63 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Normal
64 Normal Normal Normal Normal Normal Normal
65 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Normal 66 Hipertensi Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi
67 Normal Normal Normal Normal Normal Normal
Lampiran 9 Hasil Analisa Data Gambaran Tekanan Darah Responden
PRE
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
JAM 4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Hiperten 53 74.6 74.6 74.6
Hipotens 2 2.8 2.8 77.5
Normal 16 22.5 22.5 100.0
Total 71 100.0 100.0
POST
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Hiperten 41 57.7 57.7 57.7
Normal 30 42.3 42.3 100.0
Lampiran 13 TAKSASI DANA
1. Print dan penjilidan proposal Rp 170.000,-
2. Konsumsi sidang proposal Rp 250.000,-
3. Perbanyak kuesioner Rp 100.000,-
4. Biaya transportasi Rp 200.000,-
5. Print dan jilid skripsi Rp 200.000,-
6. Biaya tak terduga Rp 100.000,-
Lampiran 14
RIWAYAT HIDUP
Nama : Lia Anggita Harahap
Tempat Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 27 Juli 1994 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Suka Baru No. 20 Medan selayang Medan Email : liaharahap27@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
41
DAFTAR PUSTAKA
Armiyati, Y. (2009). Komplikasi Intradialisis yang dialami Pasien CKD Saat
Menjalani Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Depok:
Universitas Indonesia.
lib.ui.ac.id/file?file=digital/125548...Komplikasi%20intradialisis-HA.pdf diunduh 10 November 2015.
Brunner & Suddart. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol.2. Jakarta:EGC
Cahyaningsih, Niken D. (2011). Hemodialisis (cuci darah): Panduan Praktis
Perawatan Gagal Ginjal. Jogjakarta: Mitra Cendekia Press.
Chazot, C., and Jean, G. (2010). Intradialytic Hypertension: It Is Time to Act.
Nephron Clin Pract. 115:c182–c188.
Daugirdas, J.T., Blake, P.G., Ing, T.S. (2007). Handbook of Dialysis. 4th ed. Phildelphia. Lipincott William & Wilkins.
Devenport, A. (2006). Intradialytic complications during hemodialysis.
Hemodialysis International. 10.162-167.
Grange, S., Hanoy, M., Roy, F, L., Guerrot,D., Godin, M. (2013). Monitoring of hemodialysis quality of care indicator: why is it important?. BMC
Nefrology. 14:109.
Indonesian Renal Registry (IRR), (2013). 5th Report of Indonesian Renal Registry
2011. Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI).
Inrig, J.K., Patel, U.D., Toto, R.D., Szczech, L.A. (2009). AssLeeociation of Blood Pressure Increases During Hemodialysis With 2-Year Mortality in Incident Hemodialysis Patients: A Secondary Analysis of the Dialysis Morbidity and Mortality Wave 2 Study. Am J Kidney Dis. November; 54(5): 881–90.
Inrig, J.K. (2010). Intradialytic Hypertension: A Less-Recognized Cardiovascular Complication of Hemodialysis. Am J Kidney Dis. Maret;55(3):580-89. Jablonski, A. (2007). The multidimensi caracteristics of symptoms reported by
patients on hemodialysis. Nephrology Nursing Journal. 34 (1).29.
JNC 7 Express. (2003). The Seventh Report of the Joint National Committee
onPrevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.National High Blood Pressure Education Program.NIH
42
Kooman, J., Basci, A., Pizzarelli, F., Canaud, B., Haage, P., Fouque, D et al. (2007). EBPG guideline on Haemodynamic instability. Nephrol Dial Transplant. 22: ii22–ii44
Landry, D.W., and Oliver, J.A. (2006). Blood pressure instability during hemodialysis. Kid Int. 69, 1710–11.
Locatelli, F., Cavalli, A., and Tucci, B. (2010). The growing problem of intradialytic Hypertension. Nephrol; 6: 41–8.
Mira R, Perazella, M.A., Parikh, C.R., Peixoto, A.J., & Brewster, U.C.(2008). Serum vasopressin response in patients with intradialytic hypotension:
Clin J Am Soc Nephrol 3: 729-735
National Kidney Foundation. (2005). KDOQI Clinical practice guidelines for
cardiovascular disease in Dialysis Patients. New York: NKF
National Kidney Foundation. (2006). Update Clinical Practice Guidelines and Recommendation Hemodialysis Adequacy.
National Kidney Foundation (2010). Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease for People with CKD Stage 1-4. New York: NKF
Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik Edisi 4. EGC: Jakarta.
Rustanti. (2012). Hubungan Lama Menjalani Hemodialisis dengan Gangguan
Kognitif pada Penderita Penyakit Ginjal Kronis. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDet
ail&act=view&typ=html&buku_id=59058&obyek_id=4 diunduh 21
Agustus 2016.
Sato M, Horegome L, Chiba S, Furuta T, Miyasaki M. (2001). Autonomic insufficieny as a factor contributing to dialysis-induced hypotension.
Nephrol Dial Transplant.16:1657-62.
43
Stephen, M., An, D., Thakur, V., Zhang, R, & Reisiin, E. (2003). Hypertension in chronic dialysis patients: pathophysiology, monitoring, and treatment. The
American Journal of the Medical Sciences. 25 (4).194-20.
United States Renal Data System (USRDS). (2011). Annual Data Report: Atlas of
Chronic Kidney Disease and End-Stage Renal Disease in the United States, National Institutes of Health, National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, Bethesda, MD, 201
Zhou, Y.L., Liu, H.L., Duan, X.F., Yao, Y., Sun, Y., & Liu, Q. (2006). Impact of sodium and ultrafiltration profiling on haemodialysis related hypotension.
20
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Penelitian
Hemodialisis mengalami perkembangan yang cukup pesat, namun masih banyak pasien mengalami masalah medis saat menjalani hemodialisis, sehingga perlu dilakukan pemantauan yang konstan untuk mendeteksi berbagai komplikasi yang terjadi. Komplikasi yang sering terjadi pada pasien saat menjalani hemodialisis adalah gangguan hemodinamik (Landry dan Oliver, 2006). Indikator klinis terjadinya gangguan hemodinamik adalah tekanan darah pasien. Gangguan hemodinamik yang terjadi dapat berupa hipotensi intradialisis dan hipertensi intradialisis (Grange, Hanoy, Roy, Guerrot, and Godin, 2013).
Tekanan darah pasien saat menjalani hemodialisis dalam penelitian ini adalah tekanan darah pasien yang dihitung setiap 1 jam selama proses hemodialisis. Tekanan darah pasien saat menjalani hemodialisis yang bisa terjadi yaitu normal, hipotensi intradialisis dan hipertensi intradialisis.
Skema 3.1. Gambaran Tekanan Darah Pasien Saat Menjalani Hemodialisis
Tekanan darah pasien saat menjalani
hemodialisis
Hipotensi Intradialisis
Normal
22
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, yang bertujuan untuk mendiskripsikan gambaran tekanan darah pasien saat menjalani hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan.
4.2. Populasi, Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien hemodialisis regular di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berjumlah 150 orang.
4.2.2. Sampel
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan perhitungan menggunakan rumus Slovin (Nursalam, 2009) sebagai berikut:
n = 2
) (
1 N d
N
Keterangan :
n : besar sampel
N : besar populasi
23
Besar sampel dalam penelitian ini berdasarkan rumus diatas adalah:
n = 2
Jumlah populasi (N=150) dan target kepercayaan yang digunakan 0,05 (d=0.05) maka jumlah sampel yang diperlukan minimal 109 orang. Sampel yang didapat peneliti selama penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan berjumlah 71 orang, jumlah ini kurang dari jumlah minimal yang diperlukan.
4.2.3. Teknik Sampling
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu mengambil sampel dari pasien hemodialisis regular yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Pasien berusia ≥18 tahun
24
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Hemodialisis RSUP Haji Adam Malik Medan pada tanggal 17 Mei 2016-17 Juni 2016.
4.4. Pertimbangan Etik
Penelitian ini hanya melibatkan sampel atau responden yang mau terlibat secara sadar dan tanpa paksaan. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian kepada responden. Selanjutnya peneliti meminta persetujuan responden untuk terlibat dalam penelitian. Responden yang setuju diminta untuk menandatangani surat persetujuan menjadi responden. Peneliti menerapkan prinsip-prsip etik dalam penelitian ini.
Pertimbangan etik yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti meyakini bahwa responden harus dilindugi, dengan memperhatikan aspek-aspek:
a. Self determination yaitu responden diberi kebebasan untuk menentukan
apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti penelitian secara suka rela.
b. Anonymity, yaitu nama dari responden tidak dituliskan sebagai gantinya
peneliti menggunakan kode responden untuk menjaga kerahasian identitas responden.
c. Informed Consent, peneliti menjelaskan tujuan dan tindakan yang
25
responden, peneliti tidak memaksa dan menghormati subjek yang menolak untuk diteliti
4.5. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pengukur tekanan darah yaitu sphygmomanometer. Hasil yang didapat peneliti ditulis dalam lembar pengkajian yang berisi kode responden dan tabel untuk mendokumentasikan pengukuran tekanan darah responden saat menjalani hemodialisis.
4.6. Validitas dan Reliabilitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran bila pengukuran dilakukan berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2008).
Sphygmomanometer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Spygmomanometer digital yang sesuai standar alat medis yang bersertifikat dan
telah diuji reliabilitasnya oleh pabrik dengan kalibrasi.
4.7. Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
26
2. Mendapatkan ijin penelitian dari Direktur RSUP Haji Adam Malik Medan.
3. Meminta ijin kepada kepala ruangan, mensosialisasikan maksud dan tujuan penelitian kepada kepala ruangan dan perawat ruangan.
4. Menentukan responden yang memenuhi kriteria inklusi penelitian.
5. Meminta kesedian responden untuk menjadi sampel penelitian dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian terhadap responden.
6. Responden yang bersedia menjadi sampel penelitian diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.
7. Melengkapi data demografi pasien dengan wawancara pada lembar dokumentasi.
8. Mengukur tekanan darah pasien hemodialisis pada periode prehemodialisis, intradialisis, dan posthemodialisis. Tekanan darah intradialisis diukur setiap 1 jam selama hemodialisis berlangsung.
4.8. Pengolahan dan Analisa Data
4.8.1. Pengolahan data
27
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang di
peroleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan sendiri oleh peneliti di tempat penelitian agar apabila jika ada kekurangan data dapat segera dilengkapi.
b. Coding
Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data.
Pemberian kode sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
c. Entri Data
Entri data adalah kegiatan memasukkan data kedalam program computer
agar dapat dianalisis, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bias juga dengan membuat tabel kontingensi.
d. Cleaning Data
Cleaning data merupakan kegiatan pengecakan kembali data yang sudah
dimasukkan kedalam komputer untuk memastikan data telah bersih dari kesalahan sehingga data siap dianalisis.
4.8.2. Analisa data
28
29
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai gambaran tekanan darah pasien saat menjalani hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini dimulai pada tanggal 17 Mei 2016 sampai dengan tanggal 17 Juni 2016 di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan jumlah responden 71 orang.
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Distribusi Karakteristik Data Demografi Responden
30
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan (N=71) No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
1. Jenis Kelamin
Laki-laki 46 64,8
Perempuan 25 35,2
Total 71 100
2. Usia
17-25 (remaja akhir) 6 8,45
26-35 (dewasa awal) 8 11,3
36-45 (dewasa akhir) 13 18,3
46-55 (lansia awal) 16 22,5
56-65 (lansia akhir) 22 31
>65 (manula) 6 8,45
Total 71 100
3. Lama Menjalani Hemodialisis
≤ 8 Bulan 13 18,3
> 8 Bulan 58 81,7
31
5.1.2. Distribusi Gambaran Tekanan Darah Responden Selama Hemodialisis
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tekanan Darah Pasien Saat Predialisis dan Postdialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan (N=71)
Tekanan darah
Data distribusi frekuensi dan persentase tekanan darah pasien saat predialisis dan postdialisis yang dijelaskan dalam tabel 5.2. menunjukkan hasil pegukuran tekanan darah pasien saat predialisis adalah sebanyak 47 pasien (66,2%) mengalami hipertensi, dan 24 pasien (33,8%) dengan tekanan darah normal. Hasil pengukuran tekanan darah postdialisis adalah sebanyak 41 pasien (57,7%) mengalami hipertensi, dan 30 pasien (42,3%) dengan tekanan darah normal.
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tekanan Darah Pasien Saat Intradialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan (N=71)
Tekanan Darah Frekuensi (f) %
Hipotensi intradialisis 2 2,8
Normal 16 22,5
Hipertensi intradialisis 53 74,7
32
Hasil pengukuran tekanan darah pasien saat intradialisis adalah sebanyak 53 pasien (74,7%) mengalami hipertensi intradialisis, 2 pasien (2,8%) mengalami hipotensi intradialisis dan 16 pasien (22,5%) dengan tekanan darah normal.
Distribusi tekanan darah darah pasien setiap jam saat intradialisis adalah sebagai berikut :
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tekanan Darah Pasien Saat Intradialisis Setiap Satu Jam di RSUP Haji Adam Malik Medan (N=71)
Tekanan darah
33
mengalami hipertensi Intradialisis, dan 16 pasien (22,5%) dengan tekanan darah normal.
5.2. Pembahasan
Pedoman dari NKF K/DOQI (2005) menyebutkan target tekanan darah pada predialysis adalah lebih rendah dari 140/90 mmHg dan diharapkan tetap stabil saat pasien menjalani hemodialisis (intradialysis). Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 47 pasien (66,2%) mengalami hipertensi pada predialisis. Menurut National Kidney Foundation-The Kidney Disease Outcome Quality Initiative (NKF/KDOQI, 2010) lebih dari separuh pasien Penyakit Ginjal Kronik menderita hipertensi, sehingga banyak dijumpai pasien yang mengalami hipertensi pada predialisis.
Tekanan darah post dialisis diharapkan lebih rendah dari 130/80 mmHg (NKF K/DOQI, 2005). Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 41 orang (57,7%) mengalami hipertensi saat postdialisis. Tingginya kejadian hipertensi postdialisis pada penelitian ini kemungkinan karena terjadinya hipotensi intradialisis dan hipertensi intradialisis saat hemodialisis berlangsung. NKF K/DOQI (2006) menyebutkan hipotensi intradialisis dan hipertensi intradialisis dapat menyebabkan hemodialisis tidak adekuat. Hemodialisis yang tidak adekuat menyebabkan setelah hemodialisis masih ditemukan gejala seperti hipertensi (Cahyaningsih, 2011).
34
Hipotensi intradialisis dialami oleh 2,8% pasien. Hasil ini lebih rendah dibandingkan rujukan teori yang menyebutkan frekuensi hipotensi intradialisis adalah 20-30% dari seluruh hemodialisis (Daugirdas, et al, 2007). Meskipun demikian hasil penelitian ini hampir sama dengan yang dilaporkan Devenfort (2006) bahwa frekuensi hipotensi intradialisis sekitar <5%-40%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang mengalami hipotensi intradialisis berusia 56-65 tahun (lansia akhir). Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Handayani (2013) yang menunjukkan bahwa sebagaian besar pasien yang mengalami hipotensi intradialisis berusia 56-65 tahun yaitu sebanyak 66,7%.
NKF KDOQI (2005) menyebutkan bahwan pasien yang beresiko mengalami hipotensi intradialisis adalah pasien dengan usia ≥ 65 tahun. Pedoman NKF KDOQI (2005) tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian ini yang menunjukan hipotensi dialami oleh pasien berusia 56-65 tahun.
35
sesi hemodialisis adalah 4 jam dengan frekuensi hemodialisis 2 kali seminggu. Hal ini bisa menjadi faktor-faktor lain penyebab hipotensi intradialisis sesuai dengan pendapat Kooman et al., (2007)
.Hipotensi intradialisis pada penelitian ini terjadi pada jam ketiga dan keempat. Hasil penelitian Mira, Perazella, Parikh, Peixoto, dan Brewster (2008) juga menunjukkan bahwa hipotensi intradialisis dialami pasien setiap jam dan lebih banyak dialami pada jam ketiga dan keempat yaitu sebesar 50% pasien.
Salah satu faktor penyebab hipotensi intradialisis yang paling dominan adalah berkurangnya volume sirkulasi darah karena ultrafiltrasi (Kooman et al., 2007). Hasil penelitian Zhou, et al (2006) menunjukkan bahwa nilai relative blood volume (RBV) mengalami penurunan paling tinggi pada jam terakhir hemodialisis. Tubuh akan berespon terhadap penurunan volume darah. Respon untuk mempertahankan hemodinamik tubuh karena penurunan volume darah tersebut adalah takikardi serta vasokontriksi arteri dan vena (Kooman et al., 2007). Faktor-faktor penyebab hipotensi intradialisis diatas dapat menggangu respon kardiovaskuler untuk mencegah terjadinya hipotensi intradialisis. Jika tubuh tidak mampu berespon secara adekuat terhadap penurunan volume darah saat hemodialisis maka akan terjadi hipotensi intradialisis (Kooman et al., 2007).
36
otonom), sehingga penyakit diabetes melitus berperan sebagai penyebab hipotensi intradialisis (Sato et al., 2001).
Mayoritas responden mengalami hipertensi intradialisis saat menjalani hemodialisis. Hipertensi intradialisis bukan common complication saat menjalani hemodialisis (Daugirdas et al, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan Inrig et al, (2009) menunjukkan bahwa hipertensi intradialisis dialami oleh 13% pasien. Namun penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda. Hipertensi intradialisis dalam penelitian ini dialami oleh 53 pasien (74,7%). Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Armiyati (2012) yang menunjukan bahwa 70% pasien mengalami hipertensi intradialisis selama hemodialisis.
Hasil penelitian ini menunjukkan frekuensi hipertensi intradialisis mengalami peningkatan secara bertahap setiap jam. Hipertensi intradialisis paling banyak dialami pada jam keempat yaitu sebanyak 53 pasien (74,7%). Hasil penelitian Armiyati (2012) juga menunjukkan bahwa frekuensi hipertensi intradialisis mengalami peningkatan secara bertahan setiap jam dan paling banyak dialami pada jam keempat yaitu sebanyak 70% pasien.
37
akut maupun kronis. Hipertensi intradialisis merupakan salah satu komplikasi akut saat menjalani hemodialisis.
Mekanisme hipertansi intradialisis sampai saat ini masih belum sepenuhnya diketahui. Faktor-faktor yang diduga dapat menyebabkan hipertensi intradialisis, seperti kelebihan cairan (volume overload), aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron (RAAS) karena diinduksi oleh hipovolemia saat dilakukan ultrafiltrasi, overaktivitas simpatis, variasi dari ion K+ dan Ca2+ saat hemodialisis, viskositas darah yang meningkat karena diinduksi oleh terapi eritropoeitin, ultrafiltrasi yang berlebih saat hemodialisis, obat antihipertensi terekskresikan saat hemodialisis dan adanya disfungsi endotel (Locatelli et al., 2010).
38
akan menyebabkan terjadinya peningkatan resistensi vaskuler yang selanjutnya akan menyebabkan hipertensi intradialisis.
Ultrafiltrasi yang berlebih kemungkinan besar disebabkan karena asupan makanan dan cairan yang berlebih saat masa interdialitik (waktu diantara dua sesi hemodialisis). Hal ini akan menyebabkan kelebihan berat badan interdialitik sehingga untuk mencapai target berat badan kering jumlah cairan yang ditarik akan semakin besar. Ultrafiltrasi berlebih selain memicu ketidakseimbangan faktor-faktor humoral pada sel endotel juga diduga memicu hypovolemia. Hipovelemia yang terjadi akan memicu pengaktivan system RAAS (Sistem Renin Angiotensi Aldosteron) sehingga terjadi oversekresi Renin dan Angiotensin II yang akhirnya akan menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler sehingga terjadi hipertensi intradialisis (Chazot & Jean, 2010).
Stephen, An, Thakur, Zhang dan Reisin (2003) menyebutkan hipertensi intradialisis berkontribusi terhadap peningkatan kejadian gagal jantung dan kematian pasien. Studi yang dilakukan oleh Inrig, et al (2009) menunjukkan bahwa setiap peningkatan tekanan darah >10 mmHg selama hemodialisis meningkatkan resiko mortalitas dan rawat inap di rumah sakit.
39
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran sehubungan dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
6.1. Kesimpulan
Tekanan darah pasien saat menjalani hemodialisis adalah kebanyakan mengalami hipertensi intradialisis. Frekuensi hipertensi intradialisis meningkat secara bertahap setiap jam dan paling banyak dialami pada jam keempat.
6.2. Saran
6.2.1. Bagi Pasien
Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sumber informasi bagi pasien tentang bagaimana tekanan darahnya saat menjalani hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan sehingga pasien mengetahui keadaannya bermasalah atau tidak, sehingga pasien dapat melakukan tindakan pencegahan terjadinya komplikasi seperti mengunjungi unit hemodialisis sesuai dengan jadwal terapi, pengaturan diet nutrisi dan pembatasan cairan.
6.2.2. Bagi Pelayanan Keperawatan
40
Mengkaji, memantau dan memberikan edukasi kepada pasien hemodialisis adalah tugas paling penting yang harus dilakukan perawat sehingga dapat mencegah atau mengantisipasi terjadinya komplikasi intradialisis.
Mengkaji tekanan darah pasien saat predialisis dan postdialisis, memantau tekanan darah pasien setiap jam saat intradialisis, dan memberikan edukasi kepada pasien adalah hal yang harus dilakukan perawat untuk mengantisipasi kejadian hipotensi intradialisis dan hipertensi intradialisis selama hemodialisis.
6.3. Keterbatasan Penelitian
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hemodialisis
Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan dengan menggunakan mesin hemodialisis. Hemodialisis merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) dan hanya menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi ginjal (Daugirdas, et al., 2007).
Pasien hemodialisis dirawat di rumah sakit atau unit hemodialisis dimana mereka menjadi pasien rawat jalan. Pasien membutuhkan waktu 12-15 jam hemodialisis setiap minggunya yang terbagi dalam dua atau tiga sesi dimana setiap sesi berlangsung selama 3-6 jam. Hemodialisis akan berlangsung terus menerus seumur hidup kecuali pasien tersebut melakukan transplantasi ginjal (Brunner & Suddart, 2001).
2.1.1. Indikasi hemodialisis
9
2.1.2. Prinsip Kerja Hemodialisis
Hemodialisis terdiri dari 3 kompartemen: 1) kompartemen darah; 2) kompartemen cairan pencuci (dialisat), dan 3) ginjal buatan (dialiser). Darah dikeluarkan dari pembuluh darah vena dengan kecepatan aliran tertentu, kemudian masuk ke dalam mesin dengan proses pemompaan. Setelah terjadi proses dialisis, darah yang telah bersih ini masuk ke pembuluh balik, selanjutnya beredar di dalam tubuh. Proses dialisis (pemurnian) darah terjadi dalam dialiser (Daugirdas, et al., 2007).
Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodilaisis, yaitu: difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah didalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara berpindah dari darah yang memiliki konsentrasi tinggi ke cairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah. Cairan dialisat berisi elekterolit dengan konsetrasi ekstrasel yang ideal. Kadar elektrolit darah dapat dikendalikan dengan mengatur rendaman dialisat (dialysate bath) secara tepat (Brunner & Suddart, 2001).
10
mengekskresikan air, tekanan negative diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan) (Brunner & Suddart, 2001).
Sistem dapar (buffer system) tubuh dipertahankan dengan penambahan asetat yang akan berdifusi cariran dialisat ke dalam darah pasien dan mengalami metabolism untuk membentuk bikarbonat. Darah yang sudah dibersihkan kemudian dikembalikan ke dalam tubuh melalui pembulu vena pasien (Brunner & Suddart, 2001).
Gambar 1. Proses hemodialisis dalam Treatment Methods for Kidney
11
2.1.3. Komplikasi selama hemodialisis
Tindakan hemodialisis saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat, namun masih banyak pasien mengalami masalah medis saat menjalani hemodialisis, sehingga perlu dilakukan pemantauan yang konstan untuk mendeteksi berbagai komplikasi yang terjadi. Komplikasi yang sering terjadi pada pasien saat menjalani hemodilaisis adalah gangguan hemodinamik (Landry & Oliver, 2006). Indikator klinis terjadinya gangguan hemodinamik adalah tekanan darah pasien. Gangguan hemodinamik yang terjadi dapat berupa hipertensi intradialisis dan hipotensi intradialisis (Grange et al., 2013).
Table 1. Komplikasi Selama Hemodialisis (Daugirdas et al., 2007)
12
2.2. Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan kekuatan pada dinding arteri ketika darah didorong dengan tekanan dari jantung. Kontraksi jantung mendorong darah dengan tekanan tinggi ke aorta disebut tekanan darah sistolik. Tekanan saat ventrikel rileks, disebut tekanan darah diastolik (Potter & Perry, 2005).
2.2.1. Tekanan Darah Normal
The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII) tahun 2003 menyebutkan batas normal tekanan
darah adalah tekanan darah sistolik <120 mmHg dan tekanan darah diastolik <80 mmHg.
2.2.2. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi)
Hipotensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah sistolik turun sampai 90 mmHg atau lebih rendah. Gejala klinis yang bisa dilihat akibat hipotensi adalah sering pusing, cepat lelah, penglihatan kurang jelas apabila merubah posisi, dan berkeringat dingin (Potter & Perry, 2005).
2.2.3. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
13
The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII) tahun 2003 menyebutkan hipertensi dibedakan
berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik yaitu sebagai berikut: a) Normal bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan diastolik <80 mmHg; b) Prehipertensi bila tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan diastolik 80-89 mmHg; c) Hipertensi stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99 mmHg; d) Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan diastolik ≥100 mmHg.
2.3. Tekanan Darah Saat Menjalani Hemodialisis
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien saat menjalani hemodialisis adalah gangguan hemodinamik (Landry & Oliver, 2006). Indikator klinis terjadinya gangguan hemodinamik adalah tekanan darah pasien. Gangguan hemodinamik yang terjadi dapat berupa hipertensi intradialisis dan hipotensi intradialisis (Grange et al., 2013).
Tekanan darah pasien bisa normal saat memulai hemodialisis, kemudian meningkat sehingga pasien menjadi hipertensi saat dan pada akhir hemodialisis. Bisa juga pada saat memulai hemodialisis tekanan darah pasien sudah tinggi dan meningkat pada saat hemodialisis, hingga akhir dari hemodialisis. Peningkatan tekanan darah ini bisa berat sampai terjadi krisis hipertensi (Chazot & Jean, 2010).
14
2012). Pengukuran tekanan darah pada pasien hemodialisis dilakukan sebelum menjalani hemodialisis (predialysis), saat atau selama menjalani hemodialisis (intradialysis), dan setelah hemodialisis (postdialysis).
Pedoman dari NKF K/DOQI menyebutkan tekanan darah yang diharapkan pada predialysis adalah lebih rendah dari 140/90 mmHg dan tekanan darah pada
postdialysis lebih rendah dari 130/80 mmHg.
Tekanan darah saat menjalani hemodialisis (intradialysis) yang bisa terjadi:
2.3.1. Normal
Berdasarkan JNC VII batas normal tekanan darah adalah tekanan darah sistolik <120 mmHg dan tekanan darah diastolik <80 mmHg. Pedoman dari NKF K/DOQI menyebutkan target tekanan darah pada predialysis adalah lebih rendah dari 140/90 mmHg dan diharapkan tetap stabil saat pasien menjalani hemodialisis (intradialysis).
2.3.2. Hipotensi Intradialisis
2.3.2.1. Defenisi dan Prevalensi
Pedoman dari NKF KDOQI, mendefenisikan hipotensi intradialisis sebagai penurunan tekanan darah sistolik ≥20 mmHg atau penurunan Mean Arterial Pressure (MAP) >10 mmHg yang menyebabkan munculnya gejala
15
Hipotensi intradialisis adalah komplikasi yang paling sering terjadi selama hemodialisis yaitu dialami 20-30% pasien hemodialisis (Daugirdas et al, 2007). Hasil penelitian Armiyati (2012) 26% pasien mengalami hipotensi intradialisis saat menjalani hemodialisis.
Hipotensi intradialisis merupakan komplikasi yang perlu mendapatkan perhatian serius karena akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan (serebral, renal, miokard, perifer). Hipotensi intradialisis yang tidak diatasi akan membahayakan pasien, karena menyebabkan pengiriman nutrisi dan oksigen ke organ vital seperti otak, jantung, ginjal dan organ lain akan berkurang bahkan dapat mengakibatkan kerusakan (Armiyati 2012). Hasil penelitian Shoji, Tsubakihara, Fujii, Imai (2004) menunjukkan hipotensi intradialisis meningkatkan mortalitas pasien hemodialisis.
2.3.2.2. Etiologi
16
dialisat yang tinggi, kadar natrium rendah dialisat asetat; 12) Perdarahan, anemia, sepsis dan hemolisis (Daugirdas et al,. 2007)
Pedoman NKF KDOQI (2005) menyebutkan pasien-pasien hemodialisis yang perlu dievalusi dengan hati-hati karena beresiko mengalami hipotensi intradialisis adalah : 1) Pasien dengan diabetes CKD (chronic kidney disease) stadium 5; 2)Pasien dengan penyakit kardiovaskuler: LVH dan disfungsi distolik dengan atau tanpa CHF: pasien dengan penyakit katup jantung: pasien dengan penyakit pericardium; 3) Pasien dengan status nutrisi yang buruk; dan hipoalbuminemia; 4) Pasien dengan uremic neuripathy; 5) Pasien dengan anemia berat; 6) Pasien yang membutuhkan volume ultrafiltrasi yang lebih besar; misal pada pasien dengan berat badan yang melebihi interdialytic weight gain; 7) Pasien dengan usia ≥ 65 tahun, dan 8) Pasien dengan tekanan darah sistolik predialisis < 100 mmHg.
2.3.2.3. Penanganan
17
hematokrit selama proses hemodialisis. Memberikan edukasi tentang pentingnya menghindari konsumsi antihipertensi dan makan saat dialisis juga dapat mencegah hipotensi intradialisis (Daugirdas et al,. 2007)
2.3.3. Hipertensi Intradialisis
2.3.3.1. Defenisi dan Prevalensi
Hipertensi intradialisis adalah apabila tekanan darah saat dialisis ≥140/90 mmHg atau terjadi peningkatan tekanan pada pasien yang sudah mengalami hipertensi pradialisis. Pasien juga dikatakan mengalami hipertensi intradialisis jika nilai Mean Arterial Pressure (MAP) selama hemodialisis 107 mmHg atau terjadi peningkatan MAP pada pasien yang nilai MAP pradialisis diatas normal. Hipertensi intradialisis bukan common complication saat pasien menjalani hemodialisis (Daugirdas, Blake, & Ing, 2007)
18
Stephen et al., (2003) menyebutkan hipertensi intradialisis berkontribusi terhadap peningkatan kejadian gagal jantung dan kematian pasien. Studi yang dilakukan oleh Inrig et al., (2009) menunjukkan bahwa setiap peningkatan tekanan darah >10 mmHg selama hemodialisis meningkatkan resiko mortalitas dan rawat inap di rumah sakit.
2.3.3.2. Etiologi
Chazot & Jean, (2010) menyebutkan hal yang diduga sebagai penyebab hipertensi intradialisis sebagai berikut: 1) Fluid overload; 2) Aktivasi sistem renin
angiotensin aldosteron karena diinduksi oleh hipovolemia saat dilakukan
ultrafiltrasi; 3) Sympathetic overactivity; 4)Variasi dari ion K+ dan Ca2+ saat hemodialisis; 4) Vikositas darah yang meningkat karena diinduksi oleh terapi eritropoeitin; 5) Obat antihipertensi terekskresikan saat hemodialisis; 7) Disfungsi endotel.
2.3.3.3. Penanganan
19
menghindari komplikasi dari ultrafiltrasi yang berlebihan saat hemodialisis. Secara teori memperpanjang waktu dialisis dan penentuan ultrafiltration rate (UFR) yang tepat sangat diperlukan dalam penanganan hipertensi intradialisis (Chazot & Jean, 2010).
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hemodialisis merupakan suatu metode terapi dialisis yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, dan zat-zat lain melalui membran semipermeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi. Pasien hemodialisis dirawat di rumah sakit atau unit hemodialisis dimana mereka menjadi pasien rawat jalan dan membutuhkan waktu 12-15 jam hemodialisis setiap minggunya yang terbagi dalam dua atau tiga sesi, setiap sesi berlangsung selama 3-6 jam. Hemodialisis akan berlangsung terus menerus seumur hidup kecuali pasien tersebut melakukan transplantasi ginjal (Brunner & Suddart, 2001).
2
Hemodialisis mengalami perkembangan yang cukup pesat, namun masih banyak pasien mengalami masalah medis saat menjalani hemodialisis, sehingga perlu dilakukan pemantauan yang konstan untuk mendeteksi berbagai komplikasi yang terjadi. Komplikasi yang sering terjadi pada pasien saat menjalani hemodialisis adalah gangguan hemodinamik (Landry & Oliver, 2006). Indikator klinis terjadinya gangguan hemodinamik adalah tekanan darah pasien. Gangguan hemodinamik yang terjadi dapat berupa hipotensi intradialisis dan hipertensi intradialisis (Grange, Hanoy, Roy, Guerrot, & Godin, 2013). Gangguan hemodinamik saat hemodialisis bisa disebabkan oleh tindakan dialisis yang diberikan seperti: sesi hemodialisis yang pendek, laju ultrafiltrasi yang tinggi, temperatur dialisat yang tinggi, dan konsentrasi sodium dialisat yang rendah (Kooman et al., 2007).
Faktor penyebab hipotensi intradialisis yang paling dominan adalah berkurangnya volume sirkulasi darah karena ultrafiltrasi, penurunan osmolalitas ekstraseluler dengan cepat yang berhubungan dengan perpidahan sodium, dan ketidakseimbangan antara ultrafiltrasi dan plasma refilling. Tubuh akan berespon terhadap penurunan volume darah karena ultrafiltrasi untuk mempertahankan hemodinamik tubuh melalui sistem kardiovaskuler (Kooman et al., 2007).
3
Mekanisme terjadinya hipertensi intradialisis saat hemodialisis sampai saat ini belum sepenuhnya diketahui. Banyak faktor yang diduga sebagai penyebab hipertensi intradialisis seperti aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron system (RAAS) karena diinduksi oleh hipovolemia saat dilakukan ultrafiltrasi (UF), overaktif dari simpatis, variasi dari ion K+ dan Ca2+ saat hemodialisis, viskositas darah yang meningkat karena diinduksi oleh terapi eritropoeitin (EPO), fluid
overload, peningkatan cardiac output (COP), obat antihipertensi yang ditarik saat
hemodialisis dan vasokonstriksi yang diinduksi oleh endothelin-1(ET-1). Faktor yang paling umum diketahui sebagai penyebab hipertensi intradialisis adalah stimulasi RAAS oleh hipovolemia yang disebabkan oleh ultrafiltrasi yang berlebihan saat hemodialisis dan variasi dari kadar elektrolit terutama kalsium dan kalium (Chazot & Jean, 2010).
Hasil penelitian Armiyati (2012) menunjukan 70% pasien mengalami hipertensi intradialisis dan 26% mengalami hipotensi intradialisis saat menjalani hemodialisis. Hipotensi intradialisis paling banyak dialami pasien pada jam pertama hemodialisis dan paling sedikit pada jam ke empat. Hipertensi intradialisis paling banyak dialami pasien pada jam ke empat.
4
Stephen, An, Thakur, Zhang dan Reisin (2003) menyebutkan hipertensi intradialisis berkontribusi terhadap peningkatan kejadian gagal jantung dan kematian pasien. Studi yang dilakukan oleh Inrig, et al (2009) menunjukkan bahwa setiap peningkatan tekanan darah >10 mmHg selama hemodialisis meningkatkan resiko mortalitas dan rawat inap di rumah sakit.
Selain hipertensi intradialisis, gangguan hemodinamik lainnya adalah hipotensi intradialisis. Pedoman dari NKF K/DOQI (The National Kidney
Foundation Kidney Disease Outcomes Quality Initiative) tahun 2005
menyebutkan hipotensi intradialisis menimbulkan gejala seperti: perasaan tidak nyaman pada perut (abdominal discomfort); menguap (yawning); sighing; mual; muntah; kram otot; gelisah; pusing dan kecemasan yang dapat mengganggu kenyamanan pasien. Hipotensi intradialisis merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit jantung koroner dan infark miokard serta dapat mencetuskan aritmia jantung.
5
Hipotensi intradialisis dan hipertensi intradialisis dapat menyebabkan hemodialisis tidak adekuat (NKF K/DOQI, 2006). Hemodialisis yang tidak adekuat menyebabkan setelah hemodialisis ditemukan gejala seperti: anoreksia, letargi, anemia yang memburuk, hipotensi, kram, hipotensi postural, pusing, hipertensi, udema atau sesak nafas (Cahyaningsih, 2011). Gejala-gejala seperti anoreksia, kram, pusing, dan sesak nafas dapat menurunkan kualitas hidup pasien hemodialisis (Jablonski, 2007)
Hipotensi intradialisis dan hipertensi intradialisis disebabkan oleh multifaktor dan faktor yang paling dominan adalah penarikan cairan (ultrafiltrasi) yang berlebihan. Penentuan besarnya ultrafiltrasi harus optimal dengan tujuan untuk mencapai kondisi pasien euvolemik dan tekanan darah normal saat hemodialisis. Ultrafiltrasi dilakukan untuk menarik cairan yang berlebihan dalam darah, besarnya ultrafiltrasi yang dilakukan tergantung dari penambahan berat badan pasien antar waktu hemodialisis dan target berat badan kering pasien (K/DOQI, 2006).
Berat badan kering didefinisikan sebagai berat badan dimana volume cairan optimal. Penentuan berat badan kering ini harus akurat, tetapi pada unit hemodialisis tidak selalu tersedia alat untuk menentukan berat badan kering yaitu
multiple frequency bioimpedance spectroscopy. Oleh karena itu, penentuan berat
6
Perawat perlu memantau tekanan darah pasien selama menjalani hemodialisis untuk mengetahui perubahan tekanan darah dari jam ke jam, sehingga dapat mengantisipasi sedini mungkin kejadian komplikasi (Armiyati, 2012). Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui gambaran tekanan darah pasien saat menjalani hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.2. Perumusan Masalah
Tindakan hemodialisis dapat menyebabkan gangguan hemodimanik. Indikator klinis terjadinya gangguan hemodinamik adalah tekanan darah pasien. Gangguan hemodinamik yang terjadi dapat berupa hipotensi intradialisis dan hipertensi intradialisis.
Perawat perlu memantau tekanan darah selama hemodiliasis untuk mengantisipasi sedini mungkin kejadian komplikasi dan hasil pemantauan tekanan darah dapat dijadikan bahan evaluasi bagi perawat. Berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin melihat bagaimana gambaran tekanan darah pasien saat menjalan hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan 1.3. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana gambaran tekanan darah pasien saat menjalani hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan?
1.4. Tujuan Penelitian
7
1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pasien
Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sumber informasi bagi pasien tentang bagaimana tekanan darahnya saat menjalani hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan sehingga pasien mengetahui keadaannya bermasalah atau tidak dan dapat melakukan tindakan pencegahan terjadinya komplikasi.
2. Bagi Pelayanan Keperawatan
xiii
Judul : Gambaran Tekanan Darah Pasien Saat Menjalani Hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan Nama Mahasiswa : Lia Anggita Harahap
NIM : 121101058
Jurusan : Sarjana Keperawatan
Tahun : 2016
Abstrak
Tindakan hemodialisis dapat menyebabkan terjadinya gangguan hemodinamik dan salah satu indikator gangguan hemodinamik adalah tekanan darah. Gangguan hemodinamik yang terjadi dapat berupa hipotensi intradialisis dan hipertensi intradialisis. Hipertensi intradialisis dan hipotensi intradialisis adalah komplikasi akut saat menjalani hemodialisis yang dapat menyebabkan komplikasi kronik pada pasien hemodialisis. Tujuan penelitian adalah untuk megetahui gambaran tekanan darah pasien saat menjalani hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan. Desain penelitian menggunakan desain deskriptif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dan didapat sampel sebanyak 71 orang. Tekanan darah pasien diukur setiap jam selama hemodialisis berlangsung menggunakan sphygnomanometer. Hasil penelitian menunjukkan kebanyakan responden mengalami hipertensi intradialisis saat menjalani hemodialisis yaitu sebanyak 53 orang (74,7%). Frekuensi hipertensi intradialisis meningkat secara bertahap setiap jam dan paling banyak pada jam keempat. Hipotensi intradialisis hanya sedikit ditemukan pada responden saat menjalani hemodialisis yaitu sebanyak 2 orang (2,8%). Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pasien untuk melakukan tindakan pencegahan terjadinya komplikasi seperti mengunjungi unit hemodialisis sesuai dengan jadwal terapi, pengaturan diet nutrisi dan pembatasan cairan. Mengkaji, memantau dan memberikan edukasi kepada pasien hemodialisis adalah tugas yang harus dilakukan perawat sehingga dapat mencegah atau mengantisipasi terjadinya hipertensi intradialisis dan hipotensi intradialisis.
i
Gambaran Tekanan Darah Pasien Saat Menjalani Hemodialisis di
RSUP Haji Adam Malik Medan
SKRIPSI
Oleh
Lia Anggita Harahap 121101058
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERITAS SUMATERA UTARA
iv PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan pertolongan dari-Nya yang tiada henti kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Tekanan Darah Pasien Saat
Menjalani Hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butiran-butiran pemikiran yang sangat berharga bagi peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapakan banyak terimakasih kepada :
1. Bapak Setiawan, S.Kp. MNS., Ph.D selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembantu dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep.,Ns., M.Kep., Sp. KMB selaku pembantu dekan II Fakultas Keperawatan USU dan selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan waktu untuk membimbing, memberi masukan dan kritikan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi.
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp., M.Kep., Sp. Mat selaku pembantu dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
v
6. Ibu Yesi Ariani, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji II skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh Staf RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.
8. Seluruh staf pengajar Fakultas Keperawatan USU yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi.
9. Teristimewa kepada Ayahanda, Ibunda dan saudara-saudara tercinta yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil, serta senantiasa mendoakan peneliti dalam proses pengerjaan skripsi ini.
10.Terima kasih juga kepada sahabat peneliti yang banyak memberikan dukungan dan semangat serta berbagi suka dan duka dalam proses pengerjaan skripsi ini.
11.Teman-teman seperjuangan S1 stambuk 2012 Fakultas Keperawatan USU, yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan masukan, berbagi pengetahuan dan mendukung peneliti.
Semoga Allah SWT mencurahkan kasih dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis kepada semua pihak yang telah banyak membantu peneliti. Peneliti menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan peneliti, skripsi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan dan pengembangan praktik keperawatan. Akhir kata, peneliti mengucapakan terima kasih.
vi
2.1.2. Prinsip kerja hemodialisis ... 9
2.1.3. Komplikasi selama hemodialisis ... 11
2.2. Tekanan darah ... 12
2.2.1. Tekanan darah normal ... 12
2.2.2. Tekanan darah rendah (hipotensi) ... 12
2.2.3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) ... 12
2.3. Tekanan darah saat menjalani hemodialisis ... 13
vii
2.3.2. Hipotensi intradialisis... 14
2.3.2.1. Defenisi dan prevalensi ... 14
2.3.2.2. Etiologi ... 15
2.3.2.3. Penanganan ... 16
2.3.3. Hipertensi intradialisis ... 17
2.3.3.1. Defenisi dan prevalensi ... 17
2.3.3.2. Etiologi ... 18
2.3.3.3. Penanganan ... 18
Bab 3. Kerangka penelitian ... 20
3.1. Kerangka penelitian ... 20
3.2. Defenisi operasional ... 21
Bab 4. Metodologi penelitian ... 22
4.1. Desain penelitian ... 22
4.2. Populasi, sampel dan teknik sampling ... 22
4.2.1. Populasi ... 22
4.2.2. Sampel ... 22
4.2.3. Teknik sampling ... 23
4.3. Lokasi dan waktu penelitian ... 23
4.4. Pertimbangan etik ... 24
4.5. Instrumen penelitian ... 25
4.6. Validitas dan Reliabilitas ... 25
4.7. Pengumpulan data... 25
4.8. Pengolahan dan analisa data ... 26
4.8.1. Pengolahan data ... 26
4.8.2. Analisa ... 27
Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 29
viii
5.1.1. Distribusi Karakteristik Data Demografi Responden ... 29
5.1.2. Distribusi Gambaran Tekanan Darah Responden Selama Hemodialisis ... 31
5.2. Pembahasan ... 33
Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 39
6.1. Kesimpulan ... 39
6.2. Saran ... 39
6.2.1. Bagi Pasien ... 39
6.2.2. Bagi Pelayanan Keperawatan ... 39
6.3. Keterbatasan Penelitian ... 40
Daftar pustaka ... 41 Daftar Lampiran
Lampiran 1. Jadwal Tentatif Penelitian Lampiran 2. Lembar Penjelasan Penelitian
Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Respoden (Inform Consent) Lampiran 4. Instrumen Penelitan
Lampiran 5. Pedoman Pengukuran Tekanan Darah Lampiran 6. Master Data Demografi Responden Lampiran 7. Hasil Analisa Data Demografi Responden
Lampiran 8. Master Data Gambaran Tekanan Darah Responden Lampiran 9. Hasil Analisa Data Gambaran Tekana Darah Responden Lampiran 10. Surat Etik Penelitian
Lampiran 11. Surat Izin Penelitian Lampiran 12. Surat Balasan Penelitian Lampiran 13. Taksasi Dana
Lampiran 14. Riwayat Hidup
ix
Daftar Gambar
Halaman Gambar 1. Proses Hemodialisis dalam Treatment Methods for Kidney Failure;
x
Daftar Skema
xi Daftar Tabel
Halaman Tabel 1. Komplikasi Selama Hemodialisis (Daugirdas et al., 2007) ... 11 Tabel 3.2. Defenisi Operasional ... 21 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden yang
Menjalani Hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan ... 30 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tekanan Darah Pasien Saat
Predialisis dan Postdialisis ... 31 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tekanan Darah Pasien Saat
Intradialisis ... 31 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tekanan Darah Pasien Saat