Oleh: DEWI SONDARI
H14103014
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memberikan pengaruh terbesar terhadap pembangunan nasional. Hal ini disebabkan karena Provinsi Jawa Barat memiliki sumberdaya alam yang beragam seperti sumberdaya air, lahan dan sumberdaya manusia yang meliputi ketersediaan tenaga kerja yang melimpah dan berkualitas. Provinsi Jawa Barat juga memiliki posisi geografis yang strategis yang berdekatan dengan DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan Negara RI, industri, dan perdagangan sehingga memungkinkan pengembangan ekonomi yang relatif lebih cepat. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan ekonomi dan potensi wilayah dilakukan identifikasi terhadap potensi sektor ekonomi yang dimiliki dengan mengukur sektor ekonomi mana saja yang menjadi sektor basis sebagai sektor unggulan di Jawa Barat dan identifikasi kinerja ekonomi wilayah dengan menganalisis pertumbuhan ekonominya.
Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Barat dengan menggunakan data tahun 2001 sampai tahun 2005. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sektor yang menjadi sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat, menganalisis dampak pengganda pendapatan dari kegiatan sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat, menganalisis kinerja ekonomi wilayah berdasarkan identifikasi sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat dan untuk menganalisis keterkaitan dan implikasi yang akan ditimbulkan dari perkembangan sektor ekonomi basis terhadap pembangunan wilayah.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian Deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan indikator yang menggambarkan seluruh kegiatan ekonomi yang telah dilaksanakan melalui indikator PDRB (Produk Regional Bruto) yang diuraikan melalui pertumbuhan PDRB. Penelitian menggunakan data sekunder yang diperoleh dari pemerintah daerah setempat dan instansi-instansi terkait lainnya, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis Location Quetiont, Pengganda Pendapatan dan analisis Shift Share.
ditunjukkan dengan pertumbuhan PDRB sektor-sektor perekonomian Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu 2001-2005 mengalami peningkatan sebesar Rp. 42.431 milyar (20,86 persen). Laju pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu 2001-2005, memiliki nilai yang positif (0,31 persen), artinya sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat secara keseluruhan memiliki laju pertumbuhan yang cukup cepat. Daya saing sektor-sektor perekonomian Provinsi Jawa Barat selama periode tahun 2001-2005 adalah sebesar -0,64 persen. Nilai ini menunjukkan bahwa secara umum sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat belum memiliki daya saing yang baik dibandingkan dengan wilayah lainnya yang berada di Indonesia. Pergeseran bersih sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu 2001-2005 secara keseluruhan memiliki nilai yang negatif, yaitu sebesar -0,33 persen. Artinya, sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat secara keseluruhan tergolong ke dalam kelompok yang lambat.
Oleh DEWI SONDARI
H14103014
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Analisis Sektor Unggulan dan Kinerja Ekonomi Provinsi Jawa Barat
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Dewi Sondari
Nomor Registrasi Pokok : H14103014 Departemen : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi :
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Ir. Tanti Novianti, MSi NIP. 132 206 249
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Bogor, Juni 2007
sebuah Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Otong Yuhana dan Lin Puspita. Jenjang pendidikan penulis pertama kali di SDN Pasirlandak, Cihaurbeuti, Ciamis, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Panumbangan dan lulus pada tahun 2000. Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Cihaurbeuti dan lulus pada tahun 2003.
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rakhmat dan hidayah-Nya sehingga karya tulis berupa skripsi yang berjudul Analisis Sektor Unggulan dan Kinerja Ekonomi Provinsi Jawa Barat ini dapat diselesaikan. Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Tanti Novianti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, serta kepada Dr. Sri Mulatsih selaku dosen penguji utama dan Fifi Diana Thamrin, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan, yang telah memberikan saran-saran dan tambahan pengetahuan dalam perbaikan skripsi ini.
bagi yang membacanya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bogor, Juni 2007
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pembangunan Ekonomi ... 8
2.2. Indikator Kinerja Ekonomi ... ... 8
2.3. Pertumbuhan Ekonomi ... 8
2.4. Pengertian Sektor Unggulan ... 10
2.5. Konsep Ekonomi Basis ... 11
2.6. Konsep Analisis Shift Share... 14
2.7. Penelitian Terdahulu ... 15
2.8. Kerangka Pemikiran... 18
III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian ... 21
3.2. Jenis dan Sumber Data ... 21
3.3. Metode Analisis ... 21
3.3.1. Analisis Kuantitatif ... 21
3.3.1.1. Kuosien Lokasi (Location Quotion=LQ) ... 22
3.3.1.2. Pengganda Pendapatan ... 23
3.3.1.3. Analisis Shift-Share... 23
Oleh: DEWI SONDARI
H14103014
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memberikan pengaruh terbesar terhadap pembangunan nasional. Hal ini disebabkan karena Provinsi Jawa Barat memiliki sumberdaya alam yang beragam seperti sumberdaya air, lahan dan sumberdaya manusia yang meliputi ketersediaan tenaga kerja yang melimpah dan berkualitas. Provinsi Jawa Barat juga memiliki posisi geografis yang strategis yang berdekatan dengan DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan Negara RI, industri, dan perdagangan sehingga memungkinkan pengembangan ekonomi yang relatif lebih cepat. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan ekonomi dan potensi wilayah dilakukan identifikasi terhadap potensi sektor ekonomi yang dimiliki dengan mengukur sektor ekonomi mana saja yang menjadi sektor basis sebagai sektor unggulan di Jawa Barat dan identifikasi kinerja ekonomi wilayah dengan menganalisis pertumbuhan ekonominya.
Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Barat dengan menggunakan data tahun 2001 sampai tahun 2005. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sektor yang menjadi sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat, menganalisis dampak pengganda pendapatan dari kegiatan sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat, menganalisis kinerja ekonomi wilayah berdasarkan identifikasi sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat dan untuk menganalisis keterkaitan dan implikasi yang akan ditimbulkan dari perkembangan sektor ekonomi basis terhadap pembangunan wilayah.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian Deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan indikator yang menggambarkan seluruh kegiatan ekonomi yang telah dilaksanakan melalui indikator PDRB (Produk Regional Bruto) yang diuraikan melalui pertumbuhan PDRB. Penelitian menggunakan data sekunder yang diperoleh dari pemerintah daerah setempat dan instansi-instansi terkait lainnya, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis Location Quetiont, Pengganda Pendapatan dan analisis Shift Share.
ditunjukkan dengan pertumbuhan PDRB sektor-sektor perekonomian Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu 2001-2005 mengalami peningkatan sebesar Rp. 42.431 milyar (20,86 persen). Laju pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu 2001-2005, memiliki nilai yang positif (0,31 persen), artinya sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat secara keseluruhan memiliki laju pertumbuhan yang cukup cepat. Daya saing sektor-sektor perekonomian Provinsi Jawa Barat selama periode tahun 2001-2005 adalah sebesar -0,64 persen. Nilai ini menunjukkan bahwa secara umum sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat belum memiliki daya saing yang baik dibandingkan dengan wilayah lainnya yang berada di Indonesia. Pergeseran bersih sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu 2001-2005 secara keseluruhan memiliki nilai yang negatif, yaitu sebesar -0,33 persen. Artinya, sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat secara keseluruhan tergolong ke dalam kelompok yang lambat.
Oleh DEWI SONDARI
H14103014
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Analisis Sektor Unggulan dan Kinerja Ekonomi Provinsi Jawa Barat
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Dewi Sondari
Nomor Registrasi Pokok : H14103014 Departemen : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi :
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Ir. Tanti Novianti, MSi NIP. 132 206 249
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Bogor, Juni 2007
sebuah Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Otong Yuhana dan Lin Puspita. Jenjang pendidikan penulis pertama kali di SDN Pasirlandak, Cihaurbeuti, Ciamis, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Panumbangan dan lulus pada tahun 2000. Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Cihaurbeuti dan lulus pada tahun 2003.
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rakhmat dan hidayah-Nya sehingga karya tulis berupa skripsi yang berjudul Analisis Sektor Unggulan dan Kinerja Ekonomi Provinsi Jawa Barat ini dapat diselesaikan. Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Tanti Novianti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, serta kepada Dr. Sri Mulatsih selaku dosen penguji utama dan Fifi Diana Thamrin, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan, yang telah memberikan saran-saran dan tambahan pengetahuan dalam perbaikan skripsi ini.
bagi yang membacanya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bogor, Juni 2007
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pembangunan Ekonomi ... 8
2.2. Indikator Kinerja Ekonomi ... ... 8
2.3. Pertumbuhan Ekonomi ... 8
2.4. Pengertian Sektor Unggulan ... 10
2.5. Konsep Ekonomi Basis ... 11
2.6. Konsep Analisis Shift Share... 14
2.7. Penelitian Terdahulu ... 15
2.8. Kerangka Pemikiran... 18
III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian ... 21
3.2. Jenis dan Sumber Data ... 21
3.3. Metode Analisis ... 21
3.3.1. Analisis Kuantitatif ... 21
3.3.1.1. Kuosien Lokasi (Location Quotion=LQ) ... 22
3.3.1.2. Pengganda Pendapatan ... 23
3.3.1.3. Analisis Shift-Share... 23
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1. Letak, Luas dan Batas ... 31
4.2. Karakteristik Sosial Ekonomi ... 32
4.2.1. Kependudukan ... 32
4.3. Struktur Perekonomian ... 34
4.3.1. Mata Pencaharian Penduduk Jawa Barat ... 34
4.3.2. Pendapatan Domestik Regional Bruto ... 35
4.3.3.. Investasi ... 37
4.3.3.1. Pertumbuhan Investasi Jawa Barat ... 37
4.3.3.2. Investasi per Sektoral ... 38
4.3.3.3. Peranan Investasi terhadap PDRB Jawa Barat... 39
4.4. Karakteristik Penggunaan Lahan ... 40
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sektor Basis Dan Sektor Non Basis Provinsi Jawa Barat ... 42
5.2. Efek Pengganda... 45
5.3. Analisis Shift Share Sebagai Indikator Pengukuran Kinerja Ekonomi Provinsi Jawa Barat ... 47
5.3.1. Perubahan PDRB Provinsi Jawa Barat dan PDB Nasional ... 48
5.3.2. Rasio PDRB Provinsi Jawa Barat dan PDB Indonesia ... 51
5.3.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah di Provinsi Jawa Barat... 54
5.3.4. Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Jawa Barat .... 58
5.4. Arahan Pembangunan Wilayah ... 61
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 68
6.2. Saran... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 73
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1.1. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Barat
Tahun 2001-2005 ... 5 4.1. Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Kabupaten
Tahun 2005 ... 33 4.2. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk di Provinsi Jawa Barat,
Tahun 2005 ... 34 4.3. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Barat
Tahun 2001-2005. ... 35 4.4. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2001-2005 ... 36 4.5. Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan
Penanaman Modal Asing (PMA) Tahun 2003-2004 (Milyar Rp). ... 37 4.6. Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
dan Penanaman Modal Asing (PMA) Berdasarkan
Sektor Ekonomi Tahun 2005 (Milyar Rp) ... 38 4.7. Pembentukan Modal Tetap Bruto Jawa Barat 2001-2005. ... 39 4.8. Karakteristik Penggunaan Lahan di Provinsi Jawa Barat ... 40 5.1. Location Quotien (LQ) Provinsi Jawa Barat Tahun 2001-2005. ... 44 5.2. Koefisien Pengganda Pendapatan Basis di
Provinsi Jawa Barat Tahun 2001-2005... 45 5.3. Perubahan PDRB Provinsi Jawa Barat dan PDB Nasional
Menurut Sektor Perekonomian Berdasarkan Harga Konstan 2000,
Tahun 2001-2005 ... 49 5.4. Rasio PDRB Provinsi Jawa Barat dan PDB Indonesia ... 52 5.5. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman 1. PDRB Provinsi Jawa Barat. ... 75 2. PDB Indonesia ... ... 76 3. Perhitungan Nilai Location Quotien (LQ)
Provinsi Jawa Barat. ... 77 4. Perhitungan pengganda pendapatan ... 78 5. Perhitungan Analisis Shift-Share Provinsi Jawa Barat ... 79 6. Perhitungan perubahan dan rasio PDRB provinsi Jawa Barat
1.1. Latar Belakang
Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, strategi pembangunan haruslah ditekankan baik di bidang pembangunan produksi maupun infrastruktur untuk memacu pertumbuhan ekonomi serta peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Berdasarkan tujuan dan strategi pembangunan tersebut, maka pelaksanaan pembangunan harus diarahkan pada bidang-bidang yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat (BPS Jawa Barat, 2003).
Tolok ukur keberhasilan pembangunan suatu wilayah adalah dengan mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Proses perkembangan tersebut terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama, dimana dapat terjadi penurunan atau kenaikan perekonomian, namun secara umum menunjukkan kecenderungan untuk meningkatkan perekonomian wilayah.
ketentuan antara industri dan pertanian yang tangguh serta sektor pembangunan lainnya (BPS Jawa Barat, 2006).
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memberikan pengaruh terbesar terhadap pembangunan nasional. Hal ini disebabkan karena Provinsi Jawa Barat memiliki sumberdaya alam yang beragam seperti sumberdaya air, lahan dan sumberdaya pendukung yang meliputi infrastruktur wilayah yang memadai, dan sumberdaya manusia yang meliputi ketersediaan tenaga kerja yang melimpah dan berkualitas. Provinsi Jawa Barat juga memiliki posisi geografis yang strategis yang berdekatan dengan DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan Negara RI, industri, dan perdagangan sehingga memungkinkan pengembangan ekonomi relatif lebih cepat. Akibat dari semua potensi yang dimiliki Provinsi Jawa Barat serta posisi Provinsi Jawa Barat yang strategis mengakibatkan pertumbuhan perekonomian Jawa Barat relatif lebih cepat.
Terlihat dari besarnya kontribusi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Barat terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) total nasional yang selama kurun waktu 2001-2005 PDRB Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan yaitu Rp. 203.368 milyar pada tahun 2001 menjadi Rp. 245.799 milyar pada tahun 2005 (BPS, 2006). Hal ini juga yang dijadikan acuan untuk mengukur kinerja perekonomian Provinsi Jawa Barat terhadap perekonomian Indonesia.
yang sekaligus mengalami peningkatan kontribusi yaitu sebesar Rp. 82.993 milyar pada tahun 2001 menjadi Rp. 104.887 milyar tahun 2005, yang disusul dengan sektor perdagangan hotel dan restoran yang juga mengalami peningkatan yaitu sebesar Rp. 36.403 milyar pada tahun 2001 menjadi Rp. 47.260 milyar pada tahun 2005, sedangkan sektor yang memberikan kontribusi paling rendah tetapi tetap mengalami peningkatan kontribusi terdapat pada sektor listrik, gas dan air bersih yaitu sebesar Rp. 4.169 milyar pada tahun 2001 menjadi Rp. 5.650 milyar pada tahun 2005.
Indikator makro ekonomi yang sering dijadikan acuan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan perhitungan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya yaitu 3,89 persen pada tahun 2001; 3,94 persen pada tahun 2002; 4,84 persen pada tahun 2003; 5,16 persen pada tahun 2004 dan 5,47 persen pada tahun 2005.
potensi sektor ekonomi daerah dan pemantapan terhadap kinerja ekonomi wilayah. Adanya pemantapan kinerja ekonomi dan pengembangan sektor ekonomi tertentu di Provinsi Jawa Barat diharapkan dapat mendorong perkembangan wilayah selain diharapkan juga dapat meningkatkan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah. Berdasarkan hal-hal tersebut diharapkan akan dapat mewujudkan pertumbuhan, pemerataan dan kesatuan proses pembangunan di Provinsi Jawa Barat.
1.2. Perumusan Masalah
Potensi fisik, sosial dan ekonomi yang terdapat di suatu wilayah merupakan modal dasar suatu wilayah dalam melaksanakan pembangunan di wilayahnya. Pembangunan suatu wilayah selalu didasarkan pada optimalisasi pemanfaatan sumberdaya wilayah yang ada. Seberapa besar potensi yang tersedia di suatu wilayah dapat menjadi modal dasar dalam memberikan alternatif prioritas pengembangan dan optimasi pengelolaan sumberdaya wilayah.
PDRB Provinsi Jawa Barat yang terus meningkat, dapat menjadi indikator pesatnya pertumbuhan Provinsi Jawa Barat dari tahun ke tahun (Tabel 1.1).
Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Barat Tahun 2001-2005 Atas Dasar Harga Konstan 2000.
Tahun PDRB (milyar) Pertumbuhan (%)
2001 203.368 3,89
2002 211.391 3,94
2003 221.626 4,84
2004 233.056 5,16
2005 245.799 5,47
Sumber : Tinjauan Ekonomi Provinsi Jawa Barat, Tahun 2005.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat dari tahun 2001-2005. Hal tersebut memberikan dorongan bagi sektor-sektor perekonomian yang ada di Provinsi Jawa Barat untuk lebih cepat lagi dalam memajukan sektor-sektor yang ada. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian yang dapat memberikan informasi mengenai perkembangan sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat dan bagaimana dinamika (perubahan) perkembangan ekonomi selama kurun waktu tertentu. Isu kesenjangan dan kemajuan antar wilayah di Provinsi Jawa Barat. Karena perbedaan kemampuan perkembangan atas dasar potensi sektor-sektor ekonomi yang dimiliki mengakibatkan tidak semua wilayah berkembang secara bersama-sama, sehingga identifikasi terhadap sektor ekonomi unggulan yang dihasilkan oleh setiap wilayah dan dinamika kinerja ekonomi wilayah diharapkan mampu menjadi modal awal identifikasi potensi wilayah untuk pencapaian kesejahteraan dan pemerataan pembangunan khususnya di Provinsi Jawa Barat.
1. Sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat?
2. Bagaimana dampak pengganda basis terhadap pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat?
3. Bagaimana kinerja ekonomi wilayah berdasarkan identifikasi sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat?
4. Bagaimana keterkaitan dan implikasi-implikasi yang akan ditimbulkan dari perkembangan sektor ekonomi basis terhadap pembangunan wilayah?
1.3. Tujuan Penelitian
Identifikasi dan inventarisasi sumberdaya yang menjadi potensi bagi pembangunan wilayah serta dinamika perkembangannya, terutama dalam hal pengembangan sektor ekonomi unggulan di Provinsi Jawa Barat perlu dikaji lebih lanjut guna dijadikan sebagai landasan bagi penentuan kebijakan pembangunan daerah, khususnya di daerah penelitian, yaitu Provinsi Jawa Barat.
Dengan alasan tersebut, maka dalam penelitian ini bertujuan:
1. Mengidentifikasi sektor yang menjadi sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat. 2. Menganalisis dampak pengganda sektor ekonomi basis terhadap pertumbuhan
PDRB Provinsi Jawa Barat.
3. Menganalisis kinerja ekonomi di Provinsi Jawa Barat.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Masukan bagi pemerintah, khususnya pemerintah Provinsi Jawa Barat.
2. Sebagai sumbangan informasi dan bahan bacaan bagi penelitian-penelitian yang akan mengkaji lebih dalam mengenai Provinsi Jawa Barat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pembangunan Ekonomi
Pembangunan diartikan sebagai suatu usaha yang berusaha menciptakan suatu keadaan yang lebih baik dari sebelumnya (Baiquni, 2003). Pembangunan diartikan pula sebagai suatu proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengembangkan atau mengadakan perubahan-perubahan ke arah keadaan yang lebih baik (Lemhanas, 1997). Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno, 1985).
2.2. Indikator Kinerja Ekonomi
Indikator kinerja ekonomi terdiri dari suku bunga yang meliputi permintaan dan penawaran uang, nilai tukar, indeks gini rasio, neraca perdagangan dan jasa yang meliputi ekspor dan impor, neraca pembayaran, indeks harga konsumen, inflasi, pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi (Gonarsyah, 2001).
2.3. Pertumbuhan Ekonomi
ekonomi akan bertambah tinggi. Perkembangan spesialisasi dan pembagian pekerjaan diantara tenaga kerja akan mempercepat proses pembangunan ekonomi karena spesialisasi akan mempertinggi tingkat produktifitas tenaga kerja dan mendorong perkembangan teknologi (Sukirno, 1985). Pertumbuhan ekonomi yang berlangsung secara berkesinambungan dalam kurun Orde Baru telah mengubah struktur ekonomi Indonesia (Sjahrir, 1991).
Menurut konsep pola kutub pertumbuhan (growth pole), fakta dasar dari perkembangan spasial adalah (Glasson, 1974):
1. Pertumbuhan tidak terjadi di sembarang tempat dan juga tidak terjadi secara serentak,
2. Pertumbuhan itu terjadi pada titik-titik atau kutub perkembangan, dengan intensitas yang berubah-ubah,
gilirannya akan mendorong pertumbuhan wilayah sekitar, dalam hal ini daerah-daerah pedesaan. Pengaruh ini merupakan "spread effect" yang merupakan proses berkebalikan. Namun masih terdapat keraguan yang cukup besar mengenai kekuatan relatif dari "spread effect" dibandingkan dengan "backwash Effect".
Sebagai gambaran, jika suatu usaha di pusat pertumbuhan dapat berkembang dengan baik, akan memberikan manfaat kepada daerah sekitarnya karena mekanisme pasar telah menjadi penghubung. Keadaan ini harus ditunjang oleh pengadaan infrastruktur. Pada gilirannya, kesempatan kerja akan meningkat dan akan mendorong terciptanya peluang-peluang lainnya, selain menarik kelebihan tenaga kerja dari desa sekitarnya.
2.4. Pengertian Sektor Unggulan
pembangunan, yang mulai berkembang pada tahun 1950-an. Bidang ilmu ini mulai memperhatikan bagaimana hubungan antara sektor-sektor dalam pembangunan dan pertumbuhan (Nazara, 1997).
2.5. Konsep Ekonomi Basis
Dalam bahasa akademi, perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua sektor: Kegiatan-kegiatan basis (basic activities) dan kegiatan bukan basis (non-basic activities). Kegiatan basis (basic activities) adalah kegiatan-kegiatan yang mengekspor barang-barang dan jasa-jasa ke tempat di luar batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan, atau yang memasarkan barang-barang dan jasa-jasa mereka kepada orang-orang yang datang dari luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan-kegiatan bukan basis basis (non-basic activities) adalah kegiatan-kegiatan yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan ini tidak mengekspor barang-barang jadi; luas-lingkup produksi mereka dan daerah pasar mereka yang terutama adalah bersifat lokal (Glasson, 1974).
Menurut Budiharsono (2001) ada beberapa metode untuk memilah antara kegiatan basis dan nonbasis, yaitu:
1. Metode pengukuran langsung
Metode ini dapat dilakukan dengan survei langsung kepada pelaku usaha kemana mereka memasarkan barang yang diproduksi dan dari mana mereka membeli bahan-bahan kebutuhan untuk menghasilkan produk tersebut. 2. Metode pengukuran tidak langsung
Metode dengan pengukuran tidak langsung terdiri dari :
a. Metode melalui pendekatan asumsi, biasanya berdasarkan kondisi di wilayah tersebut (data sekunder), ada kegiatan tertentu yang diasumsikan kegiatan basis dan nonbasis
b. Metode Location Quotien dimana membandingkan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor tertentu di wilayah tertentu dengan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor yang sama di wilayah atasnya. Asumsi yang digunakan adalah produktivitas rata/konsumsi rata-rata antar wilayah yang sama. Metode ini memiliki beberapa kebaikan diantaranya adalah metode ini memperhitungkan penjualan barang-barang antara, tidak mahal biayanya dan mudah diterapkan.
c. Metode campuran merupakan penggabungan antara metode asumsi dengan metode location quotien.
Analisis basis dan nonbasis pada umumnya didasarkan atas nilai tambah atau lapangan kerja. Penggabungan lapangan kerja basis dan lapangan kerja nonbasis merupakan total lapangan kerja yang tersedia untuk wilayah tersebut. Demikian pula penjumlahan pendapatan sektor basis dan pendapatan sektor nonbasis (Tarigan, 2005).
Menurut Glasson (1974), semakin banyak sektor basis dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke wilayah tersebut, menambah permintaan terhadap barang dan jasa didalamnya, dan menimbulkan kenaikan volume sektor non basis
Besarnya nilai lapangan kerja atau pendapatan suatu wilayah dapat menentukan nilai dari rasio basis (base ratio) dan kemudian dapat digunakan untuk menghitung nilai pengganda basis (base multiplier). Rasio basis adalah perbandingan antara banyaknya lapangan kerja nonbasis yang tersedia untuk setiap satu lapangan kerja basis. Hal ini dapat diilustrasikan pada kasus sebagai berikut, jika suatu wilayah memiliki 3000 lapangan kerja yang terdiri dari 1000 lapangan kerja basis dan 2000 lapangan kerja non basis, maka rasio basisnya adalah 1: 2 artinya setiap satu lapangan kerja basis tersedia dua lapangan kerja
non basis (Tarigan, 2005).
mengakibatkan pertambahan lapangan kerja total sebesar tiga unit, yaitu satu unit dari sektor basis dan dua unit dari sektor non basis (Tarigan, 2005).
2.6. Konsep Analisis Shift Share
Analisis Shift Share memperlihatkan hubungan antara struktur perekonomian dengan pertumbuhan ekonomi wilayah, hasil analisis ini juga dapat menunjukkan perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya, apakah berkembang dengan cepat atau lambat dan mampu bersaing atau tidak mampu bersaing. Hasil analisis ini juga dapat menunjukkan bagaimana perkembangan suatu wilayah bila dibandingkan dengan wilayah lainnya (Sahara, 2004).
Analisis Shift Share digunakan untuk mengukur kinerja perekonomian wilayah, yang mendasarkan pada pergeseran struktur, posisi relatif sektor ekonomi dan identifikasi sektor-sektor unggul suatu wilayah dalam kaitannya dengan perekonomian acuan. Metode ini pada hakekatnya merupakan teknik yang relatif sederhana untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi lokal terhadap ekonomi acuan.
Komponen-komponen analisis shift share (Budiharsono, 2001): a. Komponen pertumbuhan nasional
b. Komponen pertumbuhan proporsional
Komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri, perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.
c. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah
Timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan wilayah lainnya, cepat lambatnya pertumbuhan ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial dan ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut.
2.7. Penelitian Terdahulu
hasil analisis LQ menunjukkan bahwa terdapatnya empat sektor yang merupakan sektor basis yaitu; sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan dan sektor bangunan/kontruksi.
Penelitian Usya (2006) dengan judul ” Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Subang ”, penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis terjadinya perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Subang pada kurun waktu 1993-2003 (2) Mengidentifikasi sektor unggulan di Kabupaten Subang pada kurun waktu 1993-2003. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian analisa data sekunder dengan analisis yang digunakan terdiri dari analisis Shift Share dan Location Quotien (LQ). Hasil dari penelitian ini adalah tidak terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Subang dan terdapat empat sektor basis yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten Subang yaitu : sektor pertanian, sektor bangunan/kontruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan jasa-jasa.
sedangkan sektor yang memiliki dampak pengganda terbesar adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu cakupan wilayah penelitian yang lebih luas dalam lingkup Provinsi, yaitu Provinsi Jawa Barat, juga teknik analisis yang digunakan lebih mendalam yaitu keterkaitan antara teknik analisis dengan implikasi-implikasi yang akan ditimbulkan dari hasil perhitungan terhadap pembangunan wilayah. Kurun waktu yang digunakan pada penelitian ini antara 2001-2005. Selain itu juga metode analisis Shift Share yang digunakan pada penelitian Dwiastuti menggunakan metode analisis Shift Share yang di bagi ke dalam 3 analisis yaitu analisis Shift Share klasik yang membagi pertumbuhan sebagai bauran suatu variabel wilayah seperti kesempatan kerja, nilai tambah, pendapatan selama jangka waktu tertentu yang mempengaruhi pertumbuhan provinsi, bauran industri dan keunggulan komparatif; analisis Shift Share Esteban-Marquillas yang memasukan variabel homothetic PDRB (artinya : besarnya PDRB yang diperoleh Kabupaten bila strukturnya sama dengan di provinsi); dan metode Shift Share
Arcelus dengan memasukan dampak pertumbuhan intern daerah atas perubahan PDRB yang terjadi di daerah tersebut.
struktur ekonomi wilayah, berbeda sedikit dengan metode analisis Shift Share
pada penelitian ini yang digunakan untuk menilai kinerja ekonomi wilayah berdasarkan identifikasi sektor-sektor unggulan.
2.8. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan potensi dan karakteristik perekonomian Provinsi Jawa Barat, sehingga dapat mengidentifikasi kinerja ekonomi wilayah Jawa Barat dengan melihat perkembangan perekonomian Provinsi Jawa Barat Selain itu juga dapat mengidentifikasi potensi sektor perekonomian Provinsi Jawa Barat dengan melakukan identifikasi terhadap semua jenis kegiatan sektor ekonomi yang ada di Provinsi Jawa Barat. Kemudian dari semua jenis kegiatan ekonomi tersebut, dipisahkan berdasarkan identifikasi kegiatan ekonomi yang merupakan sektor unggulan daerah dan sektor yang bukan merupakan sektor unggulan daerahnya. Kategori sektor ekonomi yang menjadi unggulan di daerah penelitian diperoleh dengan menggunakan analisis sektor basis berdasarkan pendekatan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 dari tahun 2001 sampai dengan 2005, dengan menggunakan metode analisis Location Quotien (LQ) yang selanjutnya digunakan untuk mengetahui sektor ekonomi mana saja yang menjadi sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat.
terdiri dari pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, listrik, gas dan air bersih, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan jasa perusahaan dan jasa-jasa (BPS Jawa Barat, 2006).
Berdasarkan kecenderungan perubahan atau dinamika pola sektor ekonomi unggulan yang menjadi unggulan wilayah dilakukan pengkajian terhadap potensi dan permasalahan di Provinsi Jawa Barat, yang selanjutnya digunakan untuk memberikan arahan pengembangan sektor ekonomi yang menjadi unggulan berdasarkan potensi dan permasalahan wilayah tersebut sesuai dengan karakteristik wilayah serta dilihat kecenderungan perubahan atau dinamika sebaran sektor ekonomi unggulan yang ada dengan memperhatikan kebijakan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pemikiran Perkembangan perekonomian
Provinsi Jawa Barat
Potensi Sektor Perekonomian Provinsi Jawa Barat
Identifikasi sektor basis dan non basis sebagai sektor unggulan Jawa Barat
Multiplier Pendapatan Sektor Basis Kinerja Ekonomi
Wilayah Jawa Barat
Pertumbuhan PDRB Sektor Basis
Analisis LQ
Analisis Pengganda
Basis
Arahan Pengembangan Wilayah Analisis Shift
Share
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan memilih daerah penelitian yang meliputi
Provinsi Jawa Barat sebagai studi kasus. Alasan memilih Jawa Barat sebagai
lokasi penelitian karena memiliki struktur keruangan yang relatif kompleks baik
struktur fisik wilayah maupun sebagai akibat dari Provinsi Jawa Barat merupakan
salah satu wilayah yang berkembang terutama perkembangan pada setiap sektor
ekonomi Jawa Barat sehingga penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran
yang lengkap tentang kondisi ekonomi wilayah di Provinsi Jawa Barat.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
PDRB di berbagai sektor ekonomi pada wilayah Provinsi Jawa Barat dan
Indonesia dari tahun 2001-2005. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Nasional, Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, dan sumber lain
yang terkait.
3.3. Metode Analisis 3.3.1. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif sesuai dengan data kuantitatif atau data yang
dikuantifikasikan, dalam melakukan analisis data pada penelitian untuk
3.3.1.1. Kuosien Lokasi (Location Quotion=LQ)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah sektor-sektor ekonomi
tesebut termasuk kegiatan basis atau bukan basis sehingga dapat melihat
sektor-sektor yang termasuk ke dalam kategori sektor-sektor unggulan. Perhitungan kuosien
lokasi digunakan untuk menunjukkan perbandingan antara peranan sektor tingkat
regional dengan peran sektor wilayah tingkat yang lebih luas.
Tidak meratanya penyebaran kegiatan ekonomi di pulau Jawa yang pada
umumnya hanya terkonsentrasi pada beberapa daerah saja memberikan indikasi
bahwa produk ekonomi wilayah merupakan komoditi ekspor. Dengan demikian
dampak komoditi ekspor terhadap wilayah produsen dapat ditelaah dengan konsep
Basis Ekonomi. Berdasarkan konsep ini, pendapatan dari sektor basis akan
memberikan dampak positif yang luas dalam pertumbuhan perekonomian
wilayah.
Location Quotion dapat dihitung dengan rumus: (Si/Ni)
(S/N)
Dimana :
Si = Jumlah variabel kegiatan i di daerah penelitian
Ni = Jumlah variabel kegiatan i di daerah yang lebih luas (acuan)
S = Jumlah seluruh variabel kegiatan di daerah penelitian
N = Jumlah seluruh variabel kegiatan di daerah yang lebih luas
Kisaran nilai LQ :
LQ > 1, artinya sektor yang ada di daerah yang bersangkutan merupakan sektor basis yang mempu mengekspor hasil produksinya ke daerah lain.
LQ < 1, artinya sektor yang ada di daerah yang bersangkutan merupakan sektor non basis yang cenderung mengimpor hasil produksi dari daerah lain.
LQ = 1, artinya produk domestik yang dimiliki daerah tersebut habis dikonsumsi oleh daerahnya sendiri.
3.3.1.2. Pengganda Pendapatan
Kekuatan sektor basis untuk menggerakan perekonomian serta memperluas
kesempatan kerja wilayah terletak pada besarnya koefisien pengganda pendapatan
dan tenaga kerja yang dihasilkan. Pengganda pendapatan tersebut dapat
diformulasikan sebagai berikut (Tiebout, 1962 dalam Tarigan, 2004),
1
Yn
Y
MS = Pengganda Pendapatan
Yn = Pendapatan Sektor Nonbasis,
Y = Pendapatan Total
Atau bisa juga dituliskan sebagai
MS = Y/Yb
Dengan, Yb = Pendapatan Sektor Basis
3.3.1.3. Analisis Shift-Share
Digunakan untuk mengukur kinerja perekonomian wilayah yang
mendasarkan pada tingkat pertumbuhan ekonomi, posisi relatif ekonomi, yaitu : MS =
% ΔYij = x100%
Ra =
Ri =
1. Perubahan PDRB
a. Rumus perubahan PDRB yaitu sebagai berikut:
ΔYij = Y′ij - Yij
Dimana:
ΔYij : Perubahan PDRB sektor i di wilayah j
Yij : PDRB dari sektor i di wilayah j pada tahun dasar analisis
Y′ij : PDRB dari sektor i di wilayah j pada tahun akhir analisis
b.Rumus persentase perubahan PDRB yaitu sebagai berikut:
(Y′ij - Yij)
Yij
2. Menghitung Rasio PDB dan PDRB yaitu sebagai berikut:
a. Y′..- Y..
Y..
Dimana :
Ra : Rasio PDB Nasional
Y′.. : PDB Nasional pada tahun akhir analisis
Y.. : PDB Nasional pada tahun dasar analisis
b. Y’i.-Yi
Yi.
Dimana :
Ri : Rasio PDB Nasional dari sektor i
Y’i. : PDB Nasional dari sektor i pada tahun akhir analisis
PDRB dari sektor i pada wilayah provinsi pada tahun akhir analisis
PDRB dari sektor i pada wilayah provinsi pada tahun dasar analisis
Komponen Pertumbuhan Nasional sektor i untuk wilayah provinsi
PDRB dari sektor i pada wilayah provinsi pada tahun dasar analisis
Komponen Pertumbuhan Proporsional sektor i untuk wilayah provinsi
PDRB dari sektor i pada wilayah provinsi pada tahun dasar analisis
ri =
c. Y′ij-Yij
Yij
Dimana :
ri : Rasio PDRB sektor i pada wilayah provinsi
Y′ij :
Yij :
3. Menghitung Komponen Pertumbuhan Wilayah
a. PN
PNij = Yij (Ra)
Dimana :
PNij :
Yij :
Rumus persentase PN yaitu sebagai berikut:
%PN = (PN ij)/Y ijx100%
b. PP
PPij = Yij (Ri – Ra)
Dimana:
PPij :
Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah sektor i untuk wilayah provinsi
PDRB dari sektor i pada wilayah provinsi pada tahun dasar analisis
Apabila:
PPij < 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah provinsi
pertumbuhannya lambat
PPij > 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah provinsi
pertumbuhannya cepat
Rumus persentase PP yaitu sebagai berikut :
% PP = (PP ij)/ Y ijx100%
c. PPW
PPWij = Yij (ri – Ri)
Dimana :
PPWij :
Yij :
Apabila:
PPWij > 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j mempunyai
daya saing yang baik dibandingkan dengan wilayah lainnya untuk sektor i
PPWij < 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j tidak dapat
bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya untuk sektor i
Rumus persentase PPW adalah sebagai berikut:
% PPWij = (PPW ij)/ Yijx100%
4. Menghitung Pergeseran Bersih (PB)
Apabila komponen pertumbuhan proporsional dan pangsa wilyah
dijumlahkan, maka akan diperoleh pergeseran bersih yang dapat digunakan
Komponenpertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah provinsi
Komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah provinsi
Pergeseran sektor i pada suatu wilayah provinsi dapat dirumuskan sebagai
berikut:
PBij = PPij + PPWij
Dimana :
PBij :Pergeseran bersih sektor i pada wilayah provinsi
PPij :
PPWij :
Apabila :
PBij > 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah provinsi termasuk ke
dalam komponen progresif (maju)
PBij < 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah provinsi termasuk
lamban
5. Mengevaluasi Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian
Profil pertumbuhan sektor perekonomian digunakan untuk
mengevaluasi pertumbuhan sektor perekonomian di wilayah yang
bersangkutan pada kurun waktu yang telah ditentukan, dengan
menunjukkan persen perubahan komponen Pertumbuhan Proporsional
(PPij) dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPWij). Pada sumbu horizontal
terdapat PP sebagai absis, sedangkan pada sumbu vertikal terdapat PPW
Gambar 3.1. Profil Pertumbuhan Sektor Ekonomi
Sumber : Budiharsono, 2001.
Keterangan:
• Kuadran I menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang
bersangkutan memiliki pertumbuhan yang cepat, demikian juga daya saing
wilayah untuk sektor-sektor tersebut baik apabila dibandingkan dengan
wilayah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor/wilayah yang
bersangkutan merupakan wilayah progresif (maju).
• Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang ada di
wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang cepat, tetapi daya Kuadran II
Kuadran I Kuadran IV
Kuadran III PP
PPW
saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut apabila dibandingkan dengan
wilayah lainnya tidak baik.
• Kuadran III menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang
bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lamban dengan daya saing yang
tidak baik apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa sektor/wilayah yang bersangkutan merupakan
wilayah lamban.
• Kuadran IV menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang ada pada wilayah
bersangkutan pertumbuhannya lamban, tetapi daya saingnya baik apabila
dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Pengukuran kinerja perekonomian wilayah dapat digunakan analisis shift-share, yang mendasarkan pada pergeseran struktur, posisi relatif sektor ekonomi dan identifikasi sektor-sektor unggulan suatu wilayah dalam kaitannya dengan
perekonomian acuan. Metode ini pada hakekatnya merupakan teknik yang relatif
sederhana untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi lokal terhadap
ekonomi acuan.
3.3.2. Analisis Kualitatif
Analisis Kualitatif digunakan untuk menjelaskan pemasalahan yang terjadi.
Analisis kualitatif yang dimaksudkan adalah deskripsi daerah penelitian, deskripsi
tentang implikasi terhadap perubahan struktur masyarakat yang terjadi, juga
sektoral misalnya terlihat adanya perluasan kegiatan ekonomi wilayah dan
kepadatan penduduk karena perkembangan wilayah. Analisis Kualitatif
diharapkan dapat mendukung analisis sebelumnya dan tinjauan tentang fungsi
Pembahasan mengenai kondisi geografis daerah penelitian akan mempermudah dalam analisis permasalahan. Pemahaman tentang kondisi fisik dan ekonomi daerah penelitian digunakan sebagai dasar untuk mengetahui potensi wilayah. Oleh karena itu, gambaran tentang potensi wilayah diharapkan dapat memberi informasi bagaimana kedudukan wilayah tersebut terhadap wilayah yang lain. Dalam gambaran umum daerah penelitian diuraikan tentang letak, luas dan batas wilayah, serta karakteristik lingkungan fisik dan ekonomi Provinsi Jawa Barat.
4.1. Letak, Luas dan Batas
4.2. Karakteristik Sosial Ekonomi
Karakteristik sosial dan ekonomi di suatu wilayah merupakan aspek penting dalam melakukan tinjauan tentang sumberdaya wilayah. Informasi mengenai sumberdaya sosial ekonomi dapat memberikan gambaran potensi daerah penelitian yang ada pada saat ini. Selain itu pemahaman terhadap karakteristik sosial ekonomi akan bermanfaat bagi penentuan kebijaksanaan pembangunan, khususnya perencanaan pengembangan wilayah.
Beberapa aspek yang akan diuraikan dalam deskripsi karakteristik sosial ekonomi meliputi aspek kependudukan, struktur perekonomian dan tata guna lahan. Uraian mengenai aspek kependudukan diharapkan dapat menjelaskan kondisi dan keberadaan penduduk serta dinamika penduduk di daerah penelitian kualitas dan kuantitas penduduk merupakan modal utama yang menguntungkan bagi usaha-usaha pembangunan. Demikian juga dengan struktur perekonomian dan tataguna lahan dapat memperoleh gambaran yang rinci tentang perkembangan karakteristik sosial ekonomi di daerah penelitian.
4.2.1. Kependudukan
dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan yang ada serta kurangnya lapangan pekerjaan karena semakin bertambahnya jumlah penduduk.
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Kabupaten Tahun 2005.
No Kabupaten/Kota Luas Wilayah
(Km2)
Jumlah Penduduk
Kepadatan (Jiwa/Km2)
1 Kab. Bogor 3.440,71 3.945.111 1.147
2 Kab. Sukabumi 3.934,47 2.210.091 562
3 Kab. Cianjur 3.432,96 2.079.306 606
4 Kab. Cirebon 988,28 2.084.572 2.109
5 Kab. Indramayu 2.000,99 1.749.170 874
6 Kab. Kuningan 1.178,58 1.073.172 911
7 Kab. Majalengka 1.204,24 1.184.760 984
8 Kab. Bekasi 1.484,37 1.917.248 1.292
9 Kab. Karawang 1.737,53 1.939.674 1.116
10 Kab. Purwakarta 969,82 760.220 784
11 Kab. Subang 2.051,76 1.406.976 686
12 Kab. Bandung 2.000,91 4.134.504 2.066
13 Kab. Sumedang 1.522,21 1.043.340 685
14 Kab. Garut 3.065,19 2.260.478 737
15 Kab. Tasikmalaya 2.680,48 1.635.661 610
16 Kab. Ciamis 2.556,75 1.522.928 596
17 Kota Depok 200,29 1.353.249 6.756
18 Kota Bogor 21,56 833.523 38.661
19 Kota Sukabumi 12,15 278.418 22.915
20 Kota Cirebon 37,54 276.912 7.376
21 Kota Bekasi 210,49 1.931.976 9.178
22 Kota Bandung 167,27 2.290.464 13.693
23 Kota Cimahi 48,42 482.763 9.970
24 Kota Tasikmalaya 471,62 579.128 1.228
25 Kota Banjar 1.135,90 166.868 147
Jumlah 36.554,49 39.140.512 1.071
Sumber : Survei sosial Ekonomi Daerah, Tahun 2005
4.3. Struktur Perekonomian
4.3.1. Mata Pencaharian Penduduk Jawa Barat
[image:58.612.133.508.300.384.2]Perkembangan ekonomi suatu wilayah sangat berpengaruh terhadap pola kesempatan kerja. Provinsi Jawa barat sebagai wilayah yang mengalami perkembangan yang semakin tinggi disetiap sektor mata pencaharian setiap tahunnya ( Tabel 4.2).
Tabel 4.2. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2001-2005 (Jiwa).
Jenis Mata Pencaharian No. Tahun
Pertanian Industri Perdagangan Jasa Lainnya
Total
1 2001 5.127.660 2.485.944 3.347.170 1.575.280 2.113.593 14.649.647
2 2002 4.599.956 2.371.265 3.326.923 1.798.358 2.248.616 14.345.118
3 2003 5.158.605 2.361.807 3.339.491 1.769.571 2.165.823 14.795.297
4 2004 4.239.467 2.553.002 3.268.519 1.808.446 2.464.245 14.333.670
5 2005 5.284.796 2.632.947 3.586.786 1.945.390 2.002.815 15.452.734 Sumber : Survei Ekonomi Nasional, Tahun 2001-2005
pendukung seperti halnya infrastruktur termasuk didalamnya fasilitas jalan dan telekomunikasi, ditambah dengan keberadaan lokasi provinsi Jawa Barat yang berdekatan dengan kota metropolitan Jakarta, menyebabkan perkembangan industri di daerah tersebut semakin pesat.
4.3.2. Pendapatan Domestik Regional Bruto
Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan hasil penjumlahan nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Sedangkan yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di wilayah tersebut.
[image:59.612.127.505.561.649.2]Tahun 2005 merupakan tahun pancaroba terutama sektor-sektor yang berhubungan langsung dengan BBM (Bahan Bakar Minyak), karena pada tahun ini bahan bakar minyak mengalami dua kali kenaikan yaitu bulan Maret dan Oktober sebesar 24 persen. Perkembangan PDRB Jawa Barat periode 2001-2005 ( Tabel 4.3).
Tabel 4.3. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Barat Tahun 2001-2005.
PDRB (Milyar) Pertumbuhan (%)
Tahun
Berlaku Konstan Berlaku Konstan
2001 219.187 203.368 11,97 3,89
2002 241.407 211.391 10,14 3,94
2003 273.177 221.626 13,05 4,84
2004 301.012 233.056 10,19 5,16
2005 387.353 245.799 28,22 5,47
Sumber : Tinjauan Ekonomi Provinsi Jawa Barat, Tahun 2005
sebesar Rp. 387.353 milyar dengan laju pertumbuhan positif 5,47 persen. Meskipun di tahun 2005 ini perekonomian mengalami guncangan naiknya harga BBM namun dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi tidak begitu signifikan, hal tersebut disebabkan karena pencabutan subsidi pemerintah terhadap BBM dialihkan terhadap kebutuhan yang besifat primer seperti disalurkan untuk dana pendidikan, kesehatan, program raskin, sehingga hal tersebut dapat menggantikan kebutuhan masyarakat yang bersifat pokok. Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada tahun 2005 sebesar 5,47 persen, percepatannya sedikit meningkat jika dibandingkan tahun 2004 yang sebesar 5,16 persen. Kondisi menggambarkan bahwa terpaan atas kenaikan BBM tidak begitu banyak mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi.
Tabel 4.4. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga
Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2001-2005 (Persen).
Tahun No
.
Lapangan Usaha
2001 2002 2003 2004 2005
1 Pertanian 2,68 1,24 2,46 6,11 1,92
2 Pertambangan dan Penggalian 4,49 0,94 2,91 6,40 6,63
3 Industri dan Pengolahan 3,81 3,66 5,72 3,85 7,13
4 Lisrik, Gas dan Air Bersih 7,38 5,50 1,22 8,53 5,84
5 Bangunan/Kontruksi 2,10 8,49 7,25 10,31 17,85
6 Perdagangan Hotel dan Restoran
2,35 6,16 1,39 5,15 5,95 7 Pengangkutan
dan Komunikasi
8,36 6,97 9,97 10,20 0,20
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
9.98 10,29 7,34 4,01 4,47
9 Jasa-Jasa 20,11 7,76 11,27 11,01 5,81
Sumber : PBRD Kabupaten/Kota Di Jawa Barat, Tahun 2002-2004 dan 2003-2005
dari 10,20 persen di tahun 2004 menjadi 0,20 persen di tahun 2005, sedangkan yang mengalami kenaikan yang tinggi adalah sektor bangunan/Kontruksi yaitu dari 10,31 persen di tahun 2004 menjadi 17,86 persen di tahun 2005.
4.3.3. Investasi
4.3.3.1. Pertumbuhan Investasi Jawa Barat
Mengamati perkembangan investasi di Provinsi Jawa Barat dari tahun 2003-2005 diperoleh gambaran bahwa jumlah proyek yang disetujui di tahun ini mengalami lonjakan yang sangat tinggi yaitu dari 366 proyek yang disetujui menjadi 524 proyek atau hampir 100 persen tingkat kenaikannya. Untuk nilai investasinya juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu dari Rp.
[image:61.612.132.508.455.532.2]10.815,5milyar menjadi Rp. 20.713,1 milyar (Tabel 4.5).
Tabel 4.5. Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) Tahun 2003-2004 (Milyar Rp).
2003 2004 2005 Jenis Jml Proyek Nilai Investasi Jml Proyek Nilai Investasi Jml Proyek Nilai Investasi
PMDN 55 2.817,7 29 1.983,1 65 5.194,3
PMA 311 7.997,6 203 10.544,6 459 15.518,8
Jumlah 366 10.815,5 232 12.527,7 524 20.713,1
Sumber: BPS, Indikator Ekonomi, Tahun 2005
Modal Asing (PMA) jumlah proyek yang disetujui meningkat 126,11 persen dengan niali investasi sebesar Rp. 15.518,8 milyar sampai tahun 2005.
4.3.3.2. Investasi per sektoral
[image:62.612.132.508.494.674.2]Pembiayaan pertumbuhan ekonomi dalam memperkuat peran investasi dalam pertumbuhan ekonomi dapat tercemin dari besarnya nilai pembiayaan investasi per sektoral. Aliran modal baik dalam negeri melalui PMDN dari luar negeri PMA dapat diamati dari besarnya nilai (realisasi) investasi. Peningkatan aliran modal baik dari dalam maupun luar negeri selama tahun 2005, sebagian terserap di sektor industri yang mencapai 85,93 persen. Kemudian diikuti oleh sektor bangunan/konstruksi yaitu sebesar 10,05 persen. Keadaan ini selain dipengaruhi oleh tingginya nilai investasi dan banyaknya jumlah proyek yang bergerak di sektor industri dan sektor bangunan/konstruksi.
Tabel 4.6. Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) Berdasarkan Sektor Ekonomi Tahun 2005 (Milyar Rp).
No. Sektor PMA PMDN Total Pangsa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pertanian Pertambangan & Galian Industri Pengolahan Listrik, gas dan air bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel & Restoran
Angkutan & Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa 12,80 - 12.746,34 50,00 1.968,21 362,57 34,00 344,91 - 11,91 - 5.052,43 - 113,00 5,40 - 11,54 - 24,71 - 17.798,78 50,00 2.081,21 367,97 34,00 356,45 - 0,12 - 85,93 0,24 10,05 1,78 0,16 1,72 -
4.3.3.3. Peranan Investasi terhadap PDRB Jawa Barat.
Perhitungan investasi dalam PDRB tertuang dalam PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) yang merupakan proses pengadaan, pembuatan serta pembelian barang modal untuk keperluan produksi. Barang modal disini bisa berasal dari produk domestik maupun impor.
[image:63.612.135.508.391.504.2]Tabel 4.7 menunjukkan data mengenai Pembentukan Modal Tetap Bruto Jawa Barat dari tahun 2001 sampai 2005, baik atas dasar harga berlaku beserta kontribusinya terhadap PDRB maupun atas dasar harga konstan 2000 beserta laju pertumbuhannya. Terdapat pola yang sama jika melihat pertumbuhan setiap tahun antara PMTB dan PDRB.
Tabel 4.7. Pembentukan Modal Tetap Bruto Jawa Barat 2001-2005. Tahun PMTB berdasarkan harga Berlaku Milyar Rp. Peranan terhadap PDRB (%) PMTB Konstan (2000) Milyar Rp. Laju Pertumbuhan PMTB (%) Laju Pertumbuhan PDRB (%)
2001 33 585,70 15,32 31 801,63 3,99 3,89
2002 36 073,19 14,94 32 595,28 2,50 3,94
2003 40 873,46 15,10 34 272,57 5,15 4,84
2004 49 749,37 16,53 37 811,39 10,33 5,16
2005 63 622,17 16,42 40 963,07 8,34 5,47
Sumber: BPS Jawa Barat, PDRB Menurut Penggunaan Tahun 2006
4.4. Karakteristik Penggunaan Lahan
Tabel 4.8. Karakteristik Penggunaan Lahan di Provinsi Jawa Barat (ha/ha)
No. Kabupaten/Kota Permukiman Jasa Tegal Industri
Kabupaten
1 Bogor 26026 524 27046 1590
2 Sukabumi 8864 - 35491 -
3 Cianjur 17729 - 28628 95
4 Bandung 30962 16779 26410 2692
5 Garut 12312 - 52348 -
6 Tasikmalaya 14588 115 26210 227
7 Ciamis 26534 431 5360 68
8 Kuningan 9805 - 17056 34
9 Cirebon 2203 85 3293 444
10 Majalengka 9090 12 16962 24
11 Sumedang 10030 228 11315 468
12 Indramayu 17765 - 1932 523
13 Subang 16456 245 7051 388
14 Purwakarta 7247 - 3932 -
15 Karawang 14191 - 1588 317
16 Bekasi 17293 - 2284 3720
Kota
17 Bogor 4650 478 4097 70
18 Sukabumi 1163 - 30 -
19 Bandung 9835 1251 319 648
20 Cirebon 1268 179 - 315
21 Bekasi 12289 - 5261 583
22 Depok 6811 1119 1748 669
23 Cimahi 1603 510 834 321
24 Tasikmalaya 3516 186 83 148
25 Banjar 2269 62 115 16
Jawa Barat 284499 22204 279393 13360
Sumber : BPS Dalam Angka, Tahun 2006
Umumnya dengan melihat data PDRB yang ada seseorang dapat memperhitungkan kesejahteraan penduduk di suatu wilayah, dan dengan data PDRB itu pula seseorang dapat melihat kemajuan suatu wilayah, namun data PDRB ini hanya dapat memberikan sebagian kecil informasi. Untuk mengetahui sektor-sektor yang menjadi sektor unggulan suatu wilayah serta berapa besar dampak sektor unggulan tersebut terhadap sektor lainnya maka harus dilakukan suatu perhitungan lebih lanjut, beberapa diantaranya adalah dengan perhitungan
location quotient, shift-share dan pengganda basis.
5.1. Sektor Basis dan Sektor Non Basis Provinsi Jawa Barat
Pengertian sektor yang menjadi unggulan wilayah, pada dasarnya sektor tersebut dapat memberikan kontribusinya bukan saja untuk berswasembada namun juga untuk memenuhi kebutuhan daerah lain. Selain itu sektor unggulan ini dapat menghasilkan PDRB dalam jumlah yang sangat besar. Wilayah manapun umumnya memiliki salah satu sektor atau lebih yang menjadi sektor unggulan pada daerah tersebut.
lainnya yang menjadi sektor non basis yang merupakan sektor penunjang dari keberadaan sektor basis. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa besarnya nilai koefisien LQ untuk masing-masing sektor adalah pertama sektor yang menjadi sektor basis di Provinsi Jawa Barat adalah sektor industri pengolahan, sektor sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Pada kurun waktu 2001-2005 ketiga sektor tersebut memiliki nilai LQ > 1, artinya ketiga sektor tersebut merupakan sektor basis yang cenderung dapat mengekspor ke daerah lain, sehingga dapat dinyatakan bahwa Provinsi Jawa Barat dalam memproduksi hasil industri telah mencukupi wilayahnya sendiri bahkan dapat memberikan hasil produksinya kepada wilayah lainnya. Sektor yang memiliki nilai LQ paling besar terdapat pada sektor listrik, gas dan air bersih dengan kisaran nilai LQ secara berturut-turut adalah 3,27; 3,28; 3,38; 3,48 dan 3,47. Hal ini disebabkan karena produksi sektor listrik, gas dan air bersih Provinsi Jawa Barat selain telah mampu memenuhi kebutuhannya sendiri juga telah mampu memenuhi kebutuhan daerah lainnya, misalnya dengan adanya waduk Jatiluhur yang memasok kebutuhan air minum, pengairan dan listrik bagi masyarakat DKI Jakarta. Selain itu penyediaan prasarana ketenagalistrikan di propinsi ini dilayani oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) Distribusi Jawa Barat secara sistem interkoneksi dengan propinsi se-Jawa-Bali.
kualitas sarana perhubungan dan komunikasi ditambah lagi dengan kedekatan pada daerah pusat kegiatan di Indonesia yaitu DKI Jakarta yang mengakibatkan akses pertumbuhan industri di Jawa Barat semakin tinggi dari tahun ke tahunnya. Kemudian selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kisaran nilai LQ adalah 1,10; 1,17; 1,18; 1,17 dan 1,14. Hal ini didukung dengan kemudahan akses ke pasar serta adanya peningkatan sarana sosial ekonomi dalam menyalurkan komoditi perdagangan serta potensi Provinsi Jawa Barat yang memiliki wilayah yang strategis untuk pariwisata hotel dan restoran.
Tabel 5.1. Location Quotien (LQ) Provinsi Jawa Barat, Tahun 2001-2005.
Provinsi Jawa Barat No Sektor
2001 2002 2003 2004 2005
1 Pertanian 0,93 0,76 0,95 0,97 0,97
2 Pertambangan dan
Penggalian 0,71 0,73 0,35 0,34 0,31
3 Industri pengolahan 1,48 1,51 1,52 1,48 1,52
4 Listrik, Gas dan Air
Bersih 3,27 3,28 3,38 3,48 3,47
5 Bangunan/konstruksi 0,46 0,49 0,47 0,49 0,54
6 Perdagangan, Hotel dan
Restoran 1,10 1,17 1,18 1,17 1,14
7 Pengangkutan dan
Komunikasi 0,80 0,82 0,78 0,75 0,67
8 Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan 0,34 0,36 0,35 0,34 0,33
9 Jasa-jasa 0,77 0,83 0,85 0,90 0,91
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat Tahun 2001 dan 2005, diolah
koefisien secara berturut-turut adalah 0,34; 0,36; 0,35; 0,34 dan 0,33. Hal ini disebabkan karena pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan masih didominasi oleh DKI Jakarta.
5.2. Efek Pengganda
[image:69.612.131.508.431.498.2]Pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah terjadi karena adanya efek pengganda. Hal ini merupakan sebuah siklus dari pembelanjaan kembali pendapatan yang diperoleh melalui penjualan barang dan jasa yang dihasilkan wilayah yang bersangkutan. Pengganda pendapatan dihitung dengan membandingkan total pendapatan wilayah dengan pendapatan dari sektor basis. Hasil perhitungan pengganda pendapatan basis Provinsi Jawa Barat (Tabel 5.2). Tabel 5. 2. Koefisien Pengganda Pendapatan Basis di Provinsi Jawa Barat Tahun
2001-2005.
Pengganda Pendapatan Sektor ekonomi basis
2001 2002 2003 2004 2005
1. Industri Pengolahan 2,45 2,46 2,35 2,38 2,34
2. Listrik, Gas dan Air Bersih 48,78 48,05 45,06 43,66 43,50 3. Pedagangan, hotel dan restoran 5,59 5,47 5,22 5,22 5,20
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat Tahun 2001 dan 2005, diolah
Sektor listrik, gas dan air bersih yang berada pada urutan kedua memiliki nilai efek pengganda secara berturut-turut adalah 48,78; 48,05; 45,06; 43,66; dan 43,50 dari tahun 2001-2005. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan Rp. 1 dari pendapatan sektor industri pengolahan akan menghasilkan pendapatan wilayah secara berturut-turut Rp. 48,78; Rp. 48,05; Rp 45,06; Rp. 43,66; dan Rp. 43,50, dimana kenaikan tersebut berasal dari pendapatan sektor lainnya secara berturut sebesar Rp 47,78; Rp. 47,05; Rp. 44,06; Rp. 42,66; dan Rp. 42,50.
Urutan ketiga terdapat sektor perdagangan hotel dan restoran yang memiliki nilai efek pengganda secara berturut-turut adalah 5,59; 5,47; 5,22; 5,22; dan 5,20 dari tahun 2001-2005. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan Rp. 1 dari pendapatan sektor perdagangan hotel dan restoran akan menghasilkan pendapatan wilayah secara berturut-turut Rp. 5,59; Rp. 5,47; Rp. 5,22; Rp. 5,22; dan Rp. 5,20, dimana kenaikan tersebut berasal dari pendapatan sektor lainnya secara berturut-turut sebesar Rp. 4,59; Rp. 4,47; Rp. 4,22; Rp. 4,22; dan Rp. 4,20.
listrik, gas dan air bersih dan sektor perdagangan, hotel dan restoran maka akan menyebabkan perubahan terhadap tingkat pendapatan Provinsi Jawa Barat.
5.3. Analisis Shift Share Sebagai Indikator Pengukuran Kinerja Ekonomi Provinsi Jawa Barat.
PDRB yang diperoleh suatu wilayah pada tiap tahunnya, dapat diperbandingkan dengan PDRB yang diperoleh pada level yang ada diatasnya. Cara ini lebih sering dinyatakan dengan istilah analisis shift-share, sehingga jika diperbandingkan dengan wilayah rujukannya, Provinsi Jawa Barat tersebut telah mampu menunjukkan kinerja optimal dari sektor unggulannya untuk memperoleh PDRB dalam jumlah yang cukup besar.
Kemudian analisis dapat dilanjutkan kepada kinerja Provinsi Jawa Barat. Dari data kuantitatif yang tertera, Provinsi Jawa Barat menunjukkan angka pertumbuhan yang cukup baik sehingga memperlihatkan kinerja ekonomi yang cukup baik juga. Jika nilai tersebut selalu meningkat konstan dari tahun ke tahun sebesar angka nominal yang tertera pada Tabel 5.5 maka dapat diperkirakan semakin lama Provinsi Jawa Barat akan memiliki sektor-sektor unggulan yang tidak hanya berasal dari kegiatan industri, perdagangan, hotel dan restoran saja namun juga dari sektor-sektor lainnya.
khususnya jaringan jalan dan fasilitas pelayanan lain yang lebih memudahkan penduduk untuk bermobilitas dan berkomunikasi.
5.3.1. Perubahan PDRB Provinsi Jawa Barat dan PDB Nasional.
Indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perekonomian di suatu wilayah adalah pertumbuhan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro yang sering digunakan sebagai salah satu alat strategis untuk menetapkan suatu kebijakan di bidang ekonomi. Berdasarkan Tabel 5.3, secara umum, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat mengalami pertumbuhan yang positif yaitu sebesar 20,86 persen pada kurun waktu 2001-2005 yang hampir menyamai pertumbuhan nasionalnya yaitu sebesar 21,20 persen.
Pertumbuhan tersebut terjadi disemua sektor kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan tertinggi terdapat pada sektor bangunan/konstruksi yaitu sebesar 51,26 persen. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya industri yang berdiri di Provinsi Jawa Barat, jumlah penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan semakin banyaknya pembangunan perumahan serta banyaknya pemukiman yang dibangun. Selain itu juga dalam menghadapi era globalisasi, dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk, peningkatan sarana dan prasarana infrastruktur menyebabkan peningkatan kebutuhan di sektor kontruksi dan bangunan.
pertumbuhan sebesar 35,52 persen. Pada urutan keempat ditempati oleh sektor sektor pengangkutan dan komunikasi dengan pertumbuhan sebesar 29,90 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran berada pada urutan kelima dengan pertumbuhan sebesar 29,82 persen. Urutan keenam adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan pertumbuhan sebesar 28,65 persen. Ketujuh ditempati oleh sektor industri pengolahan dengan pertumbuhan sebesar 26,38. Selanjutnya pada urutan kedelapan ditempati oleh sektor pertanian dengan pertumbuhan sebesar 17,38 persen.
Tabel 5.3. Perubahan PDRB Provinsi Jawa Barat dan PDB Nasional Menurut Sektor Perekonomian Berdasarkan Harga Konstan 2000, Tahun 2001-2005.
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat Tahun 2001 dan 2005, diolah
Keterangan :
1 = Sektor Pertanian; 2 = Sektor pertambangan dan Penggalian; 3 = Sektor Industri Pengolahan; 4 = Sektor Listrik, Gas dan Air bersih; 5 = Sektor Bangunan/Konstruksi; 6 = Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; 7 = Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; 8 = Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; 9 = Sektor Jasa-jasa.
PDRB Provinsi Jawa Barat (milyar rupiah) PDB Indonesia (milyar rupiah) Lapangan Usaha
2001 2005 2001 2005
Perubahan PDRB Provinsi Jawa Barat (milyar rupiah) Persentase perubahan PDRB Provinsi Jawa Barat Perubahan PDB Indonesia (milyar rupiah) Persentase perubahan PDB Indonesia
1 29554 34691 225686 254391 5137 17,38 28705 12,72
2 16761 7195 168244 162642 -9566 -57,07 -5602 -3,33
3 82993 104887 398324 491700 21894 26,38 93376 23,44
4 4169 5650 9059 11597 1481 35,52 2538 28,02
5 5144 7781 80080 103404 2637 51,26 23324 29,13
6 36403 47260 234273 294396 10857 29,82 60123 25,66
7 7926 10296 70276 109467 2370 29,90 39191 55,77
8 5885 7571 123086 161260 1686 28,65 38174 31,01
9 14533 20468 133957 159991 5935 40,84 26034 19,43
Kinerja te