• Tidak ada hasil yang ditemukan

Demografi dan Perbanyakan Kumbang Elaeidobius kamerunicus sebagai Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeis guineensis Jacq

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Demografi dan Perbanyakan Kumbang Elaeidobius kamerunicus sebagai Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeis guineensis Jacq"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

MONIKA NOVALIA. Demografi dan Perbanyakan Kumbang sebagai

Penyerbuk Kelapa Sawit Jacq. Dibimbing oleh DEDY DURYADI SOLIHIN

dan TRI ATMOWIDI.

Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari demografi dan perbanyakan

pada bunga jantan kelapa sawit ( jacq). Pengamatan siklus hidup dilakukan pada tiap fase yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Neraca kehidupan dan statistik demografi disusun berdasarkan data siklus hidup. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus adalah 34 hari. Waktu perkembangan telur, larva, pupa, dan imago berturut3turut adalah 3, 10, 3, dan 18 hari. Demografi yaitu laju reproduksi kotor (G) yaitu 7 betina/kohort, laju reproduksi bersih (R0) adalah 3,82 betina/kohort, waktu generasi (T) adalah 18 hari, laju

pertumbuhan intrinsik (r) adalah 0,074, dan nisbah kelamin jantan dan betina 5:7. Dari kelas umur yang diamati dapat dilihat bahwa proporsi kematian tertinggi terdapat pada kelas umur larva. Dari pengamatan distribusi peletakan telur maka bagian spikelet yang paling disukai oleh kumbang untuk meletakan telurnya adalah 133 cm dari ujung. Perbanyakan kumbang

dilaboratorium dihasilkan keturunan 15,55 ekor dengan sex rasio jantan/betina 4:3. Kondisi bunga jantan yang baik dan masih segar dapat mempengaruhi jumlah imago yang berhasil hidup.

Kata kunci: s, Jacq demografi

MONIKA NOVALIA. Demography and Rearing of Weevil Pollinator

in Oil Palm ( Jacq). Supervised by DEDY DURYADI SOLIHIN and TRI

ATMOWIDI.

The aim of the research were to study demography and rearing of in oil palm ( Jacq) male flower. Each phase in life cycle i.e egg, larva, pupa, and imago were observed. The life table and statistic demography were constructed base on the life cycle data. The result showed that the life cycle of was 34 days, the egg, pupa, and imago development time were 3, 10, 3, and 18 days, respectively. Demography of

obtained were: gross rate of reproduction (G) was 7 female/cohort, the net of reproduction (R0)

was 3,82 female/cohort, the generation time (T) was 18 days, the intrinsic rate of population was (r) 0.074, and the sex ratio of male and female was 5:7. From age phase observed result that the highest death proportion was in larva period. From the observation of egg laying distribution, weevils prefered 133 cm from the terminal part to lay eggs. Rearing of the weevils can produce progeny 15,55 individual and male/female sex ratio was 4:3. Good and fresh of male flower can affect the number of living imago.

(3)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

(4)

Judul

: Demografi dan Perbanyakan Kumbang

sebagai Penyerbuk Kelapa Sawit

Jacq

Nama

: Monika Novalia

NIM

: G34052304

Menyetujui:

Pembimbing I,

Pembimbing II,

(Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA)

(

Dr. Tri Atmowidi, M.Si

)

NIP 195611021984031003

NIP 196708271993031003

Mengetahui:

Ketua Departemen Biologi

(Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si)

NIP 196410021989031002

(5)

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan kemudahan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini

berjudul Demografi dan Perbanyakan Kumbang sebagai Penyerbuk

Kelapa Sawit Jacq. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai September 2009 di Laboratorium Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA dan Dr. Tri Atmowidi, M.Si selaku pembimbing atas saran dan bimbingannya dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada Ir. Hadisunarso, M.Si atas saran dan masukan yang diberikan pada ujian karya ilmiah.Terima kasih pula kepada PT. Astra Agro Lestari Tbk. atas sebagian dana penelitiannya. Ucapan terima kasih setinggi3tingginya penulis sampaikan kepada kedua orang tua, kakak, adik, dan keluarga besar atas do`a, dukungan, dan segala cintanya. Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada Bagus Budiprakoso yang senantiasa memberikan semangat, do’a, dan cintanya. Terima kasih juga kepada Amalia Sholehana, Ednan Setriawan, Amin, Putriati, Gaink, Bramantyo, Bu Nana, Pak Yana, kak Tina, kak Disti, Riri, Pak Nunu atas bantuan yang telah diberikan selama penelitian. Teman3teman seperjuangan di laboratorium dan keluarga besar Laboratorium Perilaku Hewan dan PAU atas semangat dan kebersamaannya. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sahabat3 sahabatku tercinta Puji Purwanti, Sang Ayu Putu Listia, Yohana Widya Astuti, Bonardo Tigor, Ayu Setianingrum dan semua anak Bio’42 atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

(6)

Penulis dilahirkan di Bogor Jawa Barat pada tanggal 14 November 1987 dari ayahanda R. Suyatna dan ibunda Ike lindawati. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 7 Bogor dan lolos seleksi masuk IPB melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

(7)

1

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR... vi

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang... 1

Tujuan... 1

Waktu dan Tempat... 1

BAHAN DAN METODE 2 Bahan dan Alat ... 2

Studi Demografi dan Pengamatan Distribusi Peletakan Telur Kumbang di Laboratorium ... 2

Perbanyakan Kumbang di Laboratorium ... 2

Analisis data ... 2

HASIL 2 Studi Demografi dan Pengamatan Distribusi Peletakan Telur Kumbang di Laboratorium... 2

Perbanyakan Kumbang di Laboratorium ... 4

PEMBAHASAN... 4

SIMPULAN... 6

(8)

1

1 Neraca kehidupan ... 3

2 Siklus hidup ... 3

3 Perbanyakan Kumbang ... 4

1 Kurva rata3rata ketahanan hidup ... 4

2 Grafik rata3rata jumlah larva yang ditemukan pada spikelet ... 4

3 Posisi larva terbanyak pada spikelet ... 4

4 Diagram kehidupan ... 5

(9)

! " #

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam salah satunya

adalah kelapa sawit ( Jacq).

Peningkatan produksi kelapa sawit perlu dilakukan melihat Indonesia merupakan salah satu penghasil komoditas kelapa sawit terbesar di dunia dan kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan di Indonesia yang memiliki nilai devisa tinggi. Kebutuhan buah kelapa sawit meningkat tajam seiring dengan meningkatnya kebutuhan

(CPO) dunia, seperti yang terjadi beberapa bulan terakhir ini. Dengan meningkatnya harga minyak mentah dunia, menjadikan CPO sebagai pilihan untuk bahan baku pembuatan bio energi dan minyak goreng. Peluang industri pengolahan kelapa sawit (PKS) masih sangat prospektif untuk memenuhi pasar dalam dan luar negeri.

Kumbang

(Coleoptera: Curculionidae) berasal dari daerah Kamerun Afrika yang hidup spesifik pada bunga kelapa sawit. Kumbang ini memiliki pergerakan yang lincah, mampu terbang jauh dan berkembangbiak dengan

cepat. merupakan serangga

yang mengalami metamorfosis sempurna yang berkembang dari telur menjadi larva, kemudian pupa, dan akhirnya menjadi imago

(Susanto . 2007). Ukuran tubuh

jantan: 334 mm, ukuran tubuh betina: 233 mm. Serangga

penyerbuk tertarik pada

aroma bunga jantan yang dilepaskan pada saat bunga betina sedang reseptive yaitu bunga betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari jantan (Lubis 1992). Kumbang ini memiliki musuh alami berupa tikus dan nematoda

( (Poinar

2003).

Kelapa sawit ( Jacq)

termasuk dalam ordo Palmales, famili Palmaceae, subfamili Palminae, genus . Kelapa sawit tumbuh tegak dapat mencapai ketinggian 15320 m. Tanaman ini berumah satu atau monoecious dimana bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon. Tandan bunga jantan dan tandan bunga betina terletak terpisah yang keluar dari ketiak pelepah daun. Waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri (Lubis 1992). Munculnya buah didahului oleh munculnya bunga pada 233 tahun setelah

penanaman (Adam 2005). Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang bunga yang akan pecah 15330 hari sebelum anthesis (kematangan bunga). Bunga betina inilah yang akan diserbuki serbuk sari. Bunga betina ini tidak serentak anthesisnya. Pada satu tandan umumnya membutuhkan waktu 335 hari atau lebih. Tandan bunga jantan (infloresensia) juga dibungkus oleh seludang bunga yang pecah jika akan anthesis seperti bunga betina. Tiap spikelet memiliki panjang 10320 cm, dan diameter 131,5 cm. Tiap spikelet berisi 50031500 bunga yang akan menghasilkan serbuk sari jutaan banyaknya. Tandan bunga yang sedang anthesis ini berbau adas (khas). Tiap tandan bunga jantan akan dapat menghasilkan serbuk sari sebanyak 403 60 gram (Tan 1987; Hartley 1988; Lubis 1992).

Penyerbukan bunga atau yang sering disebut dengan istilah polinasi merupakan proses pemindahan polen (serbuk sari) dari bunga jantan ke bunga betina. Proses penyerbukan pada bunga kelapa sawit memerlukan agen penyerbuk. Agen pembawa serbuk sari dari bunga jantan ke bunga betina disebut sebagai polinator (Susanto . 2007). Polinator bunga kelapa sawit dapat berupa angin, air, manusia, hewan vertebrata dan serangga. Serangga merupakan polinator yang paling efektif dan efisien pada tanaman kelapa sawit. Di Indonesia, serangga polinator yang paling banyak dijumpai adalah

(Chee & Chu 1998),

! dan " sp. (Pardede

1990). Perbanyakan kumbang

perlu dilakukan, karena apabila populasi kumbang penyerbuk ini menurun maka dapat menyebabkan menurunnya keberhasilan penyerbukan kelapa sawit, yang pada akhirnya akan menurunkan produksi kelapa sawit. Demografi mempelajari dinamika populasi seperti laju pertumbuhan, struktur umur dan neraca kehidupan (Price 1984).

$%$

Penelitian ini bertujuan mempelajari demografi dan perbanyakan

pada bunga jantan kelapa sawit ( Jacq)

" $ & ! '

(10)

3

( &

Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain kumbang , bunga jantan

Jacq yang berasal dari Seameo Biotrop Tajur3 Bogor, dan air. Alat yang digunakan adalah

kotak pemeliharaan serangga ukuran

12cmx10cmx18cm, wadah, karet gelang, balon, tisu, pipet, kain, gunting, penggaris, kuas, termometer maksimum3minimum, # meter.

$&) ! *# +) & ! #

), )-$,) ! ! " ! $ $ - # &) -* * )$

Satu pasang kumbang jantan dan betina dipelihara pada bunga jantan (1 spikelet) di dalam kotak pemeliharaan serangga. Bagian bawah spikelet tersebut direndam pada wadah yang berisi air. Setelah hari ke empat tiap kotak di buka, spikelet dipotong 1,1 cm setiap harinya hingga 10 hari kedepan sampai hari ke 13 untuk dihitung jumlah larva yang berhasil ditemukan terbanyak pada spikelet. Setiap spikelet yg dipotong, diamati ada atau tidaknya larva. Jika ditemukan larva, maka larva tersebut dipindahkan ke bunga jantan yang segar. Setiap hari diamati, dua hari sekali air ditambahkan kedalam wadah agar bunga jantan tetap segar. Pengamatan dilakukan dalam 7 ulangan. Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan setiap hari sampai dengan pengamatan selesai.

! - . " $ - # &)

-* * )$

Satu pasang kumbang jantan dan betina dipelihara pada bunga jantan (1 spikelet) di dalam kotak pemeliharaan serangga. Bagian bawah spikelet tersebut direndam pada wadah yang berisi air. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat apakah sudah terlihat kumbang

yang dapat berhasil hidup. Pengamatan dilakukan hingga hari ke 34, dari spikelet yang tersisa diamati pula apakah ada yang masih tersisa kumbangnya. Setiap dua hari sekali air ditambahkan kedalam wadah agar bunga jantan tetap segar. Pengamatan dilakukan dalam 9 ulangan. Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan setiap hari sampai dengan pengamatan selesai.

),),

Jumlah telur, larva, pupa, dan imago dicatat pada masing3masing ulangan. Dari 7 ulangan kemudian data dirata3ratakan, dan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

x = kelas umur kohort (hari)

ax = banyaknya individu yang hidup pada

setiap umur pengamatan

lx = proporsi individu yang hidup pada umur

x (l = ) (lx= ax/ao)

dx = banyaknya individu yang mati di setiap

kelas umur (d = )

qx= proporsi mortalitas pada masing3masing

umur (qx= dx/ax)

Lx = jumlah rata3rata individu pada kelas

umur x dan kelas umur berikutnya, x+1 (Lx= (lx+lx+1)/2))

Tx = jumlah individu yang hidup pada kelas

umur x=0…w (x=w merupakan kelas umur terakhir) (Tx= ∑Lx)

ex= harapan hidup individu pada setiap kelas

umur x (ex= Tx/lx)

px= proporsi individu yang hidup pada kelas

umur x+1 (px= Lx+1/Lx)

mx= jumlah anak betina yang lahir pada

umur x

G = laju reproduksi kotor (∑ mx)

R0 = laju reproduksi bersih (∑ lxmx)

T = waktu generasi (∑ xlxmx/∑ lxmx)

r = laju pertumbuhan intrinsik (ln R0)/T

Proporsi individu yang hidup pada umur x (lx) dengan kelas umur kohort (x) kemudian

diplotkan dalam kurva ketahanan hidup

( ) (Price 1984)

$&) ! *# +) & ! #

), )-$,) ! ! " ! $ $ - # &) -* * )$

Dari tujuh pasang imago, dihasilkan telur, yang berubah menjadi larva kemudian pupa dan akhirnya menjadi imago. Jumlah telur diasumsikan sama dengan jumlah larva, jumlah pupa diasumsikan sama dengan jumlah imago (Tabel 1). Parameter lingkungan pada

saat pengamatan antara lain, suhu

laboratorium 273320C, suhu minimum 263

(11)

33

Tabel 1, menunjukkan bahwa dari 22

telur ternyata yang berhasil

mencapai larva 22. Larva yang berhasil menjadi pupa 12, dari sini didapatkan persentase larva yang berhasil hidup menjadi pupa yaitu 54,55%. Pupa yang berhasil menjadi imago 12, terdiri dari jantan 5 dan betina 7. Dengan demikian nisbah kelamin jantan/betina 5:7.

Tabel 1 Neraca kehidupan

Dari perhitungan tersebut, diperoleh parameter demografi sebagai berikut :

G = 7 R0= 3,82

T = 18 r = 0,074

Kolom ax menunjukkan jumlah

kumbang yang masih bertahan hidup pada masing3masing kelas umur. Dari nilai yang ada dapat diketahui bahwa tidak semua telur yang berhasil hidup mampu menyelesaikan siklus hidupnya. Nilai yang terdapat pada kolom lx menggambarkan proporsi kumbang yang hidup pada kelas umur yang berbeda, pada Gambar 1 kurva ketahanan hidup menunjukkan terjadinya penurunan jumlah yang berhasil hidup dari larva menjadi pupa.

Kolom dxberisi nilai proporsi individu

yang mati. Dari kelas umur yang diamati dapat dilihat bahwa proporsi kematian tertinggi terdapat pada kelas umur larva. Kematian pada stadium ini disebabkan

dipindahkannya larva pada bunga jantan baru (spikelet yang segar). Pemindahan tersebut menyebabkan larva rentan mati dan sulit beradaptasi dengan baik pada spikelet baru.

Nilai yang terdapat pada kolom qx

menggambarkan tingkat mortalitas atau peluang masing3masing individu mengalami mortalitas pada masing3masing kelas umur.

Tabel 2, menunjukkan siklus hidup 34 hari dengan masa telur 3 hari, masa larva 10 hari, masa pupa 3 hari, masa imago 18 hari.

Tabel 2 Siklus hidup Kelas

Umur

Hari ke3 Lamanya

(Hari)

Telur 133 3

Larva 4313 10

Pupa 14316 3

Imago 17334 18

Total 34

Pola pertumbuhan juga

(12)

33

Gambar 1 Kurva rata3rata ketahanan hidup

Menurut Susanto (2007) waktu

yang diperlukan sampai telur menetas adalah 233 hari. Oleh karena itu pemotongan dilakukan pada hari ke empat. Jumlah larva terbanyak (7 larva) yaitu pada potongan kedua (hari ke 5) setelah perkawinan (Gambar 2).

Gambar 2 Grafik rata3rata jumlah larva yang ditemukan pada spikelet

Posisi yang terbaik per spikelet ditempati larva terdapat pada 133 cm dari ujung (Gambar 3).

Gambar 3 Posisi larva terbanyak pada spikelet

! - . " $ - # &)

-* * )$

Sembilan pasang imago yang

diperbanyak di laboratorium dihasilkan data dalam Tabel 3.

Tabel 3 Perbanyakan

Ulangan

Total 80 60

Sex rasio 4 3

Rata3rata 15,55±8,21

merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yang berkembang dari telur menjadi larva, kemudian pupa, dan akhirnya menjadi imago. Telur diletakan dengan oviposistor (alat peletak telur) ke dalam lubang pada bagian luar tangkai sari bunga jantan yang anthesis. Larva memakan pangkal tangkai sari bunga, berwarna kuning terang, dapat memakan lima sampai enam bunga jantan. Pupa terbentuk di dalam bunga jantan yang terakhir dimakan oleh larva, sebelum menjadi pupa, larva terlebih dahulu menggigit bagian ujung bunga jantan sehingga lepas. (Susanto . 2007).

Waktu generasi (T) merupakan waktu yang dibutuhkan oleh kumbang untuk dapat menghasilkan keturunan (Young 1978)

.

Nilai T rata3rata sebesar 18 hari. Hasil tersebut tidak berbeda jauh dengan penelitian yang telah dilakukan bahwa T pada

(13)

33

keturunan betina. Nilai laju reproduksi bersih (R0) rata3rata sebesar 3,82. Hal ini

berarti terdapat 3,82 individu betina yang akan

menggantikan induk betina, menurut

Southwood (1978) R0 adalah jumlah

keturunan betina yang akan menggantikan induk betina dalam satu generasi. Nilai ini

menggambarkan peningkatan ataupun

penurunan populasi (Tobing 2007).

R0>1 menunjukkan terjadinya peningkatan

populasi kumbang, artinya populasi kumbang

meningkat dan tidak akan mengalami

kepunahan. Nilai r rata3rata sebesar 0,074 menunjukkan bahwa akan terjadi peningkatan sebesar 0,074. Laju pertumbuhan intrinsik (r) yaitu tingkat kenaikan pada pertumbuhan populasi dalam keadaan konstan (Waberdi 2005). Pada kurva rata3rata ketahanan hidup

merupakan ketahanan hidup tipe I (Campbell 2004) yang menggambarkan kematian yang rendah pada umur muda yaitu fase telur, larva dan pupa namun kematian mulai meningkat pada fase imago dihari ke 22 sampai akhirnya mencapai angka 0 dihari ke 34 (keseluruhan imago mati).

Gambar 4 menunjukkan peluang hidup fase telur adalah 0,77 artinya bahwa dari jumlah telur yang ada akan bertahan hidup 77%. Peluang hidup fase larva adalah 0,71 artinya bahwa dari jumlah larva yang ada akan bertahan hidup 71%. Peluang hidup fase pupa adalah 0,50 artinya bahwa dari jumlah pupa yang ada akan bertahan hidup 50%. Jadi jumlah imago yang dihasilkan (12 ekor) dari satu siklus hidup sebesar 6x jumlah induk (sepasang imago) dengan nisbah kelamin jantan/betina 5:7.

Menurut Syed (1982)

memiliki siklus hidup rata3rata 18324 hari. Sepasang Imago mampu meletakan 35 telur (Gambar 5). Pada umumnya telur menetas 233 hari setelah diletakan. Periode larva hingga menjadi pupa berlangsung dalam waktu 539 hari. Sekitar 1 hari sebelum terbentuk pupa, larva menjadi tidak aktif. Periode pupa berlangsung dalam waktu 236 hari (Susanto

2007).

px

px

Gambar 4 Diagram kehidupan ($Susanto 2007)

Gambar 5 Diagram kehidupan (Syed 1982)

(12) Imago(12)

px

*

(14)

33

Tabel 2, Ulangan 5 jumlah imago yang berhasil hidup hanya sedikit. Hal ini disebabkan kondisi bunga jantan yang tidak baik. Proses menjadi imago diperlukan bunga jantan berkondisi baik agar larva tidak kekurangan makanan dan dapat memakan bagian pangkal tangkai sari bunga jantan

(Susanto . 2007). Dari rata3rata

keseluruhan memperlihatkan dari sepasang

yang diperbanyak di

laboratorium mampu menghasilkan keturunan

15,55 ekor dengan nisbah kelamin

jantan/betina 4:3, dan memiliki selang dari 7,34 ekor hingga 23,76 ekor.

Nilai demografi

adalah G = 7, R0= 3,82, T = 18, r = 0,074.

Kumbang memiliki siklus

hidup 34 hari, masa telur 3 hari, masa larva 10 hari, masa pupa 3 hari, masa imago 18 hari.

Perkembangan di

laboratorium menunjukkan bahwa tidak semua telur yang berhasil hidup mampu menyelesaikan siklus hidupnya. Dari kelas umur larva hingga pupa menunjukkan nilai yang menurun. Dari kelas umur yang diamati, menunjukkan bahwa proporsi kematian tertinggi terdapat pada kelas umur larva. Bagian spikelet yang paling disukai oleh kumbang untuk meletakan telurnya adalah 133 cm dari ujung. Kondisi bunga jantan yang baik dan masih segar dapat mempengaruhi jumlah imago yang berhasil hidup.

Adam H, Jouannic S, Escoute J, Duval Y, Verdeil JL, Tregear JW. 2005.

Reproductive Developmental

Complexity In The African Oil Palm

( , Arecaceae). % &

' 92: 1836–1852.

Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2004. Biology Ed. Ke33. Manulu W, Alih bahasa; safitri A, Editor; Jakarta Erlangga. Terjemahan dari: ' . Chee KH, Chu SB. 1998. A study of

in West Kalimantan oil palm plantations. " 74: 5873 595.

Dhileepan K. 1994. Variation In Population Of The Introduced Pollinating Weevil

( )

(Coleoptera: Curculionidae) And Its Impact On Fruitset Of Oil Palm (

) In India.' . Res

84: 4773485.

Hartley CWS. 1988. ( " . England: Longman.

Lubis AU. 1992. ) * ! (

Jacq.) di Indonesia. Medan: PPKS.

Pardede, D. 1990. Indigenous polinator insects of oil palm at Kertarahardja Lebak and Kertajaya estates nucleus estate smallholder project V South Banten.' " 21: 2133223. Poinar GO, Jackson TA, Bell NL, Wahid MB.

2003. sp. n.

associated with the oil palm weevil, (Faust) (Coleoptera: Curculionidae), with a synopsis of the family Cylindrocorporidae and establishment of Longibuccidae n. fam.

(Diplogastroidea: Nematoda).

5: 1833190.

Price WP. 1984. + Ed. Ke32.

Canada: John Willey & Sons

Southwood TRE. 1978. Ecological Methods. Cambridge: The University Printing House

Susanto A, Purba RY, Prasetyo AE. 2007.

* "

) * ! Medan : PPKS.

Syed RA. 1982. Insect pollination of palm oil: introduction,establishment and polinating efficiency of

in Malaysia.

Commonwealth Institute of Biological Control: 34 halaman.

Tan Bock Thiam. 1987. Cost of oil in mayor producing countries.inf.conf. Oil palm/Palm oil. K.Lumpur, Malaysia. Tobing MC, Nasution DB. 2007. Biologi

Predator #

(Fabr.) (Coleoptera: Coccinellidae) Pada Kutu Daun

Gilette (Homoptera:

Aphididae).% 26: 993104

Waberdi B. 2005. Demografi Jangkrik, Burm. (Orthoptera: Gryllidae) [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor

Young AM. 1978. " ' (

+ . New York & London: Plenum Pr.

Gambar

Tabel�2,�menunjukkan�siklus�hidup���������������masa� larva� 10� hari,� masa� pupa� 3� hari,� masa�imago�18�hari.��34�hari�dengan�masa�telur�3�hari,��
Gambar�3�Posisi�larva�terbanyak�pada�spikelet��

Referensi

Dokumen terkait

Membawa : Laptop, Kabel Roll, Modem dan Flasdisk Acara : Kualitas Data Sekolah. Demikian atas perhatian dan kehadirannya disampaikan

- Ing ngarso sung tulodo,yang berarti seorang pemimpin harus mampu dan memiliki sikap dan perbuatan yang menjadi panutan dan ikutan orang yang dipimpin,.. - Ing madyo

Berikut ini yang bukan merupakan hasil produk-produk globalisasi adalah...a. Dalam menjalankan tugasnya presiden

Dari 6 bank yang menjadi sampel penelitian (3 bank syariah dan 3 bank konvensional), terdapat empat bank yang mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen pada tahun 2013,

Mengenai karakteristik pengawasan pengelolaan Prakerin direncanakan oleh Pokja Hubungan Industri serta stafnya yang disahkan oleh Kepala Sekolah di awal tahun

[r]

- Pengadaan Peralatan Kantor PBJ 1 Paket Bandar Lampung 200.000.000 APBD-P Oktober 2012 Oktober - Desember 2012 Pengadaan Langsung - Pengadaan Perlengkapan Kantor PBJ 1 Paket

Ragam hias yang sangat banyak dari suku Melayu Riau biasanya digunakan dalam ukiran dan kerajinan tangan, dalam penulisan ini berkosentrasi pada perancangan dan pengembangan