SIMULASI KEBIJAKAN
DAYASAING KEDELAI LOKAL
PADA PASAR DOMESTIK
DIAN HANDAYANI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRACT
DIAN HANDAYANI. Simulation of the Local Soybean Competitiveness on Indonesia Agro industrial Market. Under the direction of TAJUDDIN BANTACUT, JONO M. MUNANDAR, and SLAMET BUDIJANTO.
Soybean is strategic commodity which is using as raw material for food processing and consume by wide Indonesian people. Soybean demand increase every year as increase of population, understanding of nutrition as source of cheap protein and development of soybean food processing. National demand can not cover by local production, due to import soybean with cheaper price. There is a big opportunity to develop soybean business locally which is supported by widely planting area, suitable climate, and viability of suitable technology, human recourses, market demand and government supported.
In the future, anticipating the deficit of local soybean production and increase of competitiveness for local soybean on national market, government policy to control imported soybean and stimulate local soybean production.
Base on the research, indicated soybean harvest area was influence by local soybean real price, maize real price and last year harvest area. Soybean productivity was influenced by rainfall, maize real price and last year productivity. Local soybean price was influenced by soybean real price in producer/farmer level, soybean import real price, quantity of soybean import, productivity and last year soybean real price.
Soybean real price in producer level was influenced by soybean production, imported soybean quantity, soybean consumption, BULOG monopolize and last year real price in producer level. Soybean import quantity was influenced by production and consumption. Imported soybean price was influenced by international price, exchange rates, and last year import price.
Simulation policy increased soybean price in producer level, it will stimulate farmer to increase harvested area and production. Import tariff policy will decrease of import quantity, to increase of local soybean price. Combination policy of increase the soybean price and import tariff 20 percent; it will stimulate the producer to increase harvested area and production.
ABSTRAK
DIAN HANDAYANI. Simulasi Kebijakan Terhadap Dayasaing Kedelai Lokal Pada Pasar Agroindustri Indonesia. Dibimbing oleh TAJUDDIN BANTACUT, JONO M. MUNANDAR, dan SLAMET BUDIJANTO.
Kedelai merupakan komoditi pangan strategis, karena peranannya sebagai bahan baku utama berbagai produk pangan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia secara luas. Pengadaan dan pengembangan kedelai sangat penting dan strategis, karena produksi nasional belum mencukupi kebutuhan nasional. Kebutuhan kedelai setiap tahun meningkat seiring peningkatan pertumbuhan penduduk, kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, sebagai sumber protein yang murah dan berkembangnya industri olahan kedelai. Untuk memenuhi kebutuhan kedelai nasional dilakukan impor. Potensi pengembangan agribisnis kedelai mempunyai prospek cukup besar, didukung potensi lahan, iklim sesuai, ketersediaan teknologi, SDM, besarnya permintaan dalam negeri dan dukungan pemerintah.
Untuk mengatasi defisit produksi kedelai dan peningkatan dayasaing kedelai lokal pada pasar nasional diarahkan pada upaya menekan impor dan meningkatkan produksi kedelai lokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas panen kedelai dipengaruhi oleh harga kedelai lokal, harga jagung dan luas panen tahun sebelumnya. Produktivitas kedelai dipengaruhi oleh curah hujan, harga jagung dan produktivitas tahun sebelumnya. Harga kedelai lokal dipengaruhi oleh harga tingkat produsen, harga dan volume impor, produktivitas dan harga tahun sebelumnya. Harga di tingkat produsen dipengaruhi oleh produksi, volume impor, konsumsi, dummy monologi Bulog dan harga tahun sebelumnya. Volume impor dipengaruhi produksi dan konsumsi kedelai. Harga kedelai impor dipengaruhi harga internasional, nilai tukar dan harga impor sebelumnya.
Simulasi kebijakan menaikkan harga kedelai tingkat produsen dan tarif impor 20 persen mendorong petani untuk meningkatkan luas panen dan produksi. Kebijakan tarif impor akan menurunkan volume volume impor dan meningkatnya harga kedelai lokal.
SIMULASI KEBIJAKAN
DAYASAING KEDELAI LOKAL
PASAR DOMESTIK
DIAN HANDAYANI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul :Simulasi Kebijakan Dayasaing Kedelai Lokal Pada Pasar Domestik
Nama Mahasiswa : Dian Handayani
NRP : F351020181
Program Studi : Teknologi Industri Pertanian
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Dr.Ir. Tajuddin Bantacut, M.Sc. Ketua
Dr.Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. Dr.Ir. Slamet Budijanto, M.Agr
Anggota Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana Teknologi Industri Pertanian
Dr.Ir. Irawadi Jawaran Prof. Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro, M.Sc.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 14 Agustus 1965 di Kotabumi, Lampung Utara
sebagai anak ke lima dari dua belas saudara dari Ayah bernama Harmani
(almarhum) dan Ibu R.A. Kartini (almarhumah). Pendidikan sekolah dasar hingga
menengah pertama ditempuh di Metro, Lampung Tengah, dan sekolah menengah
atas ditempuh di Bandar Lampung. Pendidikan sarjana ditempuh di program studi
Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Lampung pada
tahun 1984 dan lulus tahun 1988. Tahun 1989 penulis mulai bekerja di Dinas
Peternakan Propinsi Lampung. Sekarang penulis bekerja di Direktorat Budidaya
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Pada tahun 2002 penulis memulai pendidikan
program Pascasarjana di program studi Teknologi Industri Pertanian di Institut
Pertanian Bogor. Beasiswa Pendidikan Pascasarjana diperoleh dari Badan SDM
PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Simulasi Kebijakan Terhadap Dayasaing Kedelai Lokal Pada Pasar Domestik “.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih
yang setinggi-tingginya kepada :
(1)Komisi Pembimbing : Dr.Ir. Tajuddin Bantacut, M.Sc. sebagai Ketua Komisi
Pembimbing, Dr.Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. dan Dr.Ir. Slamet Budijanto,
M.Agr. sebagai anggota yang telah membimbing dan mengarahkan penulis
dalam penulisan tesis ini.
(2)Teman-teman Deptan seangkatan (Dewi Darmayanti, Mulyadi dan Napisman),
Pak Budi, Rika, Lilis dan andi yang telah banyak memberikan bantuan dan
saran kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis.
(3)Teman-teman kantor, khususnya di Subdit Kedelai, Direktorat Bukabi yang
telah memberikan pengertian dan dorongan moril kepada penulis.
(4)Selanjutnya kepada semua pihak yang telah ikut membantu penulis mulai dari
usulan penelitian hingga selesainya tesis ini.
(5)Tak lupa pula, penulis ucapkan ribuan terima kasih kepada suamiku tercinta
Abdul Hamid dan anak-anakku tersayang Irfan dan Surya serta seluruh keluarga
atas doa dan pengertiannya mendorong penulis menyelesaikan studi.
Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan dalam
penulisan tesis ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan dan manfaat tesis ini di kemudian hari.
Bogor, Maret 2007
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Simulasi Kebijakan Dayasaing
Kedelai Lokal Pada Pasar Domestik adalah karya saya sendiri dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Bogor, Maret 2007
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ………. xii
DAFTAR GAMBAR ……… xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xiv
1. PENDAHULUAN ………. 1
1.1. Latar Belakang ………... 1
1.2. Tujuan Penelitian ……… 4
1.3. Ruang Lingkup Penelitian ……….. 4
1.4. Manfaat Penelitian ……….. 5
2. DAYASAING KEDELAI ….……….…………. 6
2.1. Konsep Dayasaing ..……….. 6
2.2. Strategi Bersaing ………... 10
2.3. Keunggulan Bersaing ………. 12
2.4. Dayasaing Komoditas Pertanian ……….... 14
2.5. Dayasaing Komoditi Kedelai ……..….………. 19
3. KEDELAI NASIONAL DAN INTERNASIONAL …..………. 23
3.1. Kedelai Nasional ……….……… 23
3.1.1. Pengembangan Usahatani Kedelai ………..…... 23
3.1.2. Produksi Kedelai ……… 23
3.1.3. Konsumsi kedelai ……….. 24
3.1.4. Preferensi Bahan Baku Kedelai …………..………... 26
3.2. Kedelai Internasional ……….……… 29
3.2.1. Produksi Kedelai ………. 29
3.2.2. Konsumsi …….……… 32
3.3. Kedelai Nasional Versus Internasional ..………. 32
4. KEBIJAKAN KEDELAI NASIONAL ………... 34
4.1. Konsep Kebijakan ………..…………. 34
4.2. Kebijakan Harga …………..……… 36
4.3. Kebijakan Impor dan Tarif ……….……… 37
4.4. Kebijakan Nilai Tukar ……… 41
4.5. Efisiensi Pemasaran .……….. 41
5. METODOLOGI PENELITAN ………. 44
5.1. Kerangka Teoritis ………. 44
5.1.1. Penawaran dan Permintaan ……… 44
5.1.2. Elastisitas ……… 47
5.1.3. Produksi ………. 48
5.1.6. Impor ……… 51
5.1.7. Tarif ………. 52
5.2. Kerangka Pemikiran ……….... 53
5.3. Teknik Pengumpulan Data ……….. 57
5.4. Waktu dan Lokasi Penelitian ………... 57
5.5. Perumusan Model ..…..………. 57
5.6. Definisi Operasional ………..……… 64
5.7. Tanda Hubungan Antar Variabel ……… 65
5.8. Prosedur Analisis ……….. 66
6. PENDUGAAN MODEL EKONOMETRIKA ……… 73
6.1. Faktor Penentu Dayasaing ……..………..…………. 73
6.2. Dayasaing Kedelai Lokal ..……..………..…………. 74
6.3. Analisis Dayasaing Kedelai ..…..………..…………. 75
6.3.1. Luas Panen Kedelai ………..……… 76
6.3.2. Produktivitas Kedelai ..……….. 78
6.3.3. Harga Kedelai Lokal ……… 81
6.3.4. Harga Kedelai Tingkat Produsen ………... 83
6.3.5. Volume Impor Kedelai ……… 88
6.3.6. Harga Impor Kedelai ………..…….... 90
7. SIMULASI KEBIJAKAN ………. 94
7.1. Kebijakan Harga Kedelai Tingkat Produsen ..……… 94
7.2. Kebijakan Tarif Impor Kedelai ………. 98
7.3. Kombinasi HargaKedelai Tingkat Produsen dan Tarif Impor ……….. 100
8. PROGRAM PENGEMBANGAN KEDELAI …………... 101
8.1. Analisis Kebijakan …………..…..………..………… 101
8.2. Strategi Kebijakan Jangka Pendek ..……… 106
8.2.1. Penciptaan Teknologi Spesifik Lokasi ……… 106
8.2.2. Upaya Peningkatan Produksi Kedelai ………. ……. 108
8.2.3. Harga dan Efisiensi Pemasaran .….……… 109
8.2.4. Upaya Perbaikan Kualitas Kedelai Lokal …………. 111
8.2.5. Dampak Keterkaitan Harga Internasional dan Nasional ……… 112
8.3. Strategi Kebijakan Jangka Panjang ………. 113
9. SIMPULAN DAN SARAN ……….. 118
9.1. Simpulan ……….. 118
9.2. Saran ………..….………... 120
DAFTAR PUSTAKA ……….. 121
SIMULASI KEBIJAKAN
DAYASAING KEDELAI LOKAL
PADA PASAR DOMESTIK
DIAN HANDAYANI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRACT
DIAN HANDAYANI. Simulation of the Local Soybean Competitiveness on Indonesia Agro industrial Market. Under the direction of TAJUDDIN BANTACUT, JONO M. MUNANDAR, and SLAMET BUDIJANTO.
Soybean is strategic commodity which is using as raw material for food processing and consume by wide Indonesian people. Soybean demand increase every year as increase of population, understanding of nutrition as source of cheap protein and development of soybean food processing. National demand can not cover by local production, due to import soybean with cheaper price. There is a big opportunity to develop soybean business locally which is supported by widely planting area, suitable climate, and viability of suitable technology, human recourses, market demand and government supported.
In the future, anticipating the deficit of local soybean production and increase of competitiveness for local soybean on national market, government policy to control imported soybean and stimulate local soybean production.
Base on the research, indicated soybean harvest area was influence by local soybean real price, maize real price and last year harvest area. Soybean productivity was influenced by rainfall, maize real price and last year productivity. Local soybean price was influenced by soybean real price in producer/farmer level, soybean import real price, quantity of soybean import, productivity and last year soybean real price.
Soybean real price in producer level was influenced by soybean production, imported soybean quantity, soybean consumption, BULOG monopolize and last year real price in producer level. Soybean import quantity was influenced by production and consumption. Imported soybean price was influenced by international price, exchange rates, and last year import price.
Simulation policy increased soybean price in producer level, it will stimulate farmer to increase harvested area and production. Import tariff policy will decrease of import quantity, to increase of local soybean price. Combination policy of increase the soybean price and import tariff 20 percent; it will stimulate the producer to increase harvested area and production.
ABSTRAK
DIAN HANDAYANI. Simulasi Kebijakan Terhadap Dayasaing Kedelai Lokal Pada Pasar Agroindustri Indonesia. Dibimbing oleh TAJUDDIN BANTACUT, JONO M. MUNANDAR, dan SLAMET BUDIJANTO.
Kedelai merupakan komoditi pangan strategis, karena peranannya sebagai bahan baku utama berbagai produk pangan yang dikonsumsi masyarakat Indonesia secara luas. Pengadaan dan pengembangan kedelai sangat penting dan strategis, karena produksi nasional belum mencukupi kebutuhan nasional. Kebutuhan kedelai setiap tahun meningkat seiring peningkatan pertumbuhan penduduk, kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, sebagai sumber protein yang murah dan berkembangnya industri olahan kedelai. Untuk memenuhi kebutuhan kedelai nasional dilakukan impor. Potensi pengembangan agribisnis kedelai mempunyai prospek cukup besar, didukung potensi lahan, iklim sesuai, ketersediaan teknologi, SDM, besarnya permintaan dalam negeri dan dukungan pemerintah.
Untuk mengatasi defisit produksi kedelai dan peningkatan dayasaing kedelai lokal pada pasar nasional diarahkan pada upaya menekan impor dan meningkatkan produksi kedelai lokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas panen kedelai dipengaruhi oleh harga kedelai lokal, harga jagung dan luas panen tahun sebelumnya. Produktivitas kedelai dipengaruhi oleh curah hujan, harga jagung dan produktivitas tahun sebelumnya. Harga kedelai lokal dipengaruhi oleh harga tingkat produsen, harga dan volume impor, produktivitas dan harga tahun sebelumnya. Harga di tingkat produsen dipengaruhi oleh produksi, volume impor, konsumsi, dummy monologi Bulog dan harga tahun sebelumnya. Volume impor dipengaruhi produksi dan konsumsi kedelai. Harga kedelai impor dipengaruhi harga internasional, nilai tukar dan harga impor sebelumnya.
Simulasi kebijakan menaikkan harga kedelai tingkat produsen dan tarif impor 20 persen mendorong petani untuk meningkatkan luas panen dan produksi. Kebijakan tarif impor akan menurunkan volume volume impor dan meningkatnya harga kedelai lokal.
SIMULASI KEBIJAKAN
DAYASAING KEDELAI LOKAL
PASAR DOMESTIK
DIAN HANDAYANI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul :Simulasi Kebijakan Dayasaing Kedelai Lokal Pada Pasar Domestik
Nama Mahasiswa : Dian Handayani
NRP : F351020181
Program Studi : Teknologi Industri Pertanian
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Dr.Ir. Tajuddin Bantacut, M.Sc. Ketua
Dr.Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. Dr.Ir. Slamet Budijanto, M.Agr
Anggota Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana Teknologi Industri Pertanian
Dr.Ir. Irawadi Jawaran Prof. Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro, M.Sc.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 14 Agustus 1965 di Kotabumi, Lampung Utara
sebagai anak ke lima dari dua belas saudara dari Ayah bernama Harmani
(almarhum) dan Ibu R.A. Kartini (almarhumah). Pendidikan sekolah dasar hingga
menengah pertama ditempuh di Metro, Lampung Tengah, dan sekolah menengah
atas ditempuh di Bandar Lampung. Pendidikan sarjana ditempuh di program studi
Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Lampung pada
tahun 1984 dan lulus tahun 1988. Tahun 1989 penulis mulai bekerja di Dinas
Peternakan Propinsi Lampung. Sekarang penulis bekerja di Direktorat Budidaya
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Pada tahun 2002 penulis memulai pendidikan
program Pascasarjana di program studi Teknologi Industri Pertanian di Institut
Pertanian Bogor. Beasiswa Pendidikan Pascasarjana diperoleh dari Badan SDM
PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Simulasi Kebijakan Terhadap Dayasaing Kedelai Lokal Pada Pasar Domestik “.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih
yang setinggi-tingginya kepada :
(1)Komisi Pembimbing : Dr.Ir. Tajuddin Bantacut, M.Sc. sebagai Ketua Komisi
Pembimbing, Dr.Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. dan Dr.Ir. Slamet Budijanto,
M.Agr. sebagai anggota yang telah membimbing dan mengarahkan penulis
dalam penulisan tesis ini.
(2)Teman-teman Deptan seangkatan (Dewi Darmayanti, Mulyadi dan Napisman),
Pak Budi, Rika, Lilis dan andi yang telah banyak memberikan bantuan dan
saran kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis.
(3)Teman-teman kantor, khususnya di Subdit Kedelai, Direktorat Bukabi yang
telah memberikan pengertian dan dorongan moril kepada penulis.
(4)Selanjutnya kepada semua pihak yang telah ikut membantu penulis mulai dari
usulan penelitian hingga selesainya tesis ini.
(5)Tak lupa pula, penulis ucapkan ribuan terima kasih kepada suamiku tercinta
Abdul Hamid dan anak-anakku tersayang Irfan dan Surya serta seluruh keluarga
atas doa dan pengertiannya mendorong penulis menyelesaikan studi.
Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan dalam
penulisan tesis ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan dan manfaat tesis ini di kemudian hari.
Bogor, Maret 2007
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Simulasi Kebijakan Dayasaing
Kedelai Lokal Pada Pasar Domestik adalah karya saya sendiri dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Bogor, Maret 2007
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ………. xii
DAFTAR GAMBAR ……… xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xiv
1. PENDAHULUAN ………. 1
1.1. Latar Belakang ………... 1
1.2. Tujuan Penelitian ……… 4
1.3. Ruang Lingkup Penelitian ……….. 4
1.4. Manfaat Penelitian ……….. 5
2. DAYASAING KEDELAI ….……….…………. 6
2.1. Konsep Dayasaing ..……….. 6
2.2. Strategi Bersaing ………... 10
2.3. Keunggulan Bersaing ………. 12
2.4. Dayasaing Komoditas Pertanian ……….... 14
2.5. Dayasaing Komoditi Kedelai ……..….………. 19
3. KEDELAI NASIONAL DAN INTERNASIONAL …..………. 23
3.1. Kedelai Nasional ……….……… 23
3.1.1. Pengembangan Usahatani Kedelai ………..…... 23
3.1.2. Produksi Kedelai ……… 23
3.1.3. Konsumsi kedelai ……….. 24
3.1.4. Preferensi Bahan Baku Kedelai …………..………... 26
3.2. Kedelai Internasional ……….……… 29
3.2.1. Produksi Kedelai ………. 29
3.2.2. Konsumsi …….……… 32
3.3. Kedelai Nasional Versus Internasional ..………. 32
4. KEBIJAKAN KEDELAI NASIONAL ………... 34
4.1. Konsep Kebijakan ………..…………. 34
4.2. Kebijakan Harga …………..……… 36
4.3. Kebijakan Impor dan Tarif ……….……… 37
4.4. Kebijakan Nilai Tukar ……… 41
4.5. Efisiensi Pemasaran .……….. 41
5. METODOLOGI PENELITAN ………. 44
5.1. Kerangka Teoritis ………. 44
5.1.1. Penawaran dan Permintaan ……… 44
5.1.2. Elastisitas ……… 47
5.1.3. Produksi ………. 48
5.1.6. Impor ……… 51
5.1.7. Tarif ………. 52
5.2. Kerangka Pemikiran ……….... 53
5.3. Teknik Pengumpulan Data ……….. 57
5.4. Waktu dan Lokasi Penelitian ………... 57
5.5. Perumusan Model ..…..………. 57
5.6. Definisi Operasional ………..……… 64
5.7. Tanda Hubungan Antar Variabel ……… 65
5.8. Prosedur Analisis ……….. 66
6. PENDUGAAN MODEL EKONOMETRIKA ……… 73
6.1. Faktor Penentu Dayasaing ……..………..…………. 73
6.2. Dayasaing Kedelai Lokal ..……..………..…………. 74
6.3. Analisis Dayasaing Kedelai ..…..………..…………. 75
6.3.1. Luas Panen Kedelai ………..……… 76
6.3.2. Produktivitas Kedelai ..……….. 78
6.3.3. Harga Kedelai Lokal ……… 81
6.3.4. Harga Kedelai Tingkat Produsen ………... 83
6.3.5. Volume Impor Kedelai ……… 88
6.3.6. Harga Impor Kedelai ………..…….... 90
7. SIMULASI KEBIJAKAN ………. 94
7.1. Kebijakan Harga Kedelai Tingkat Produsen ..……… 94
7.2. Kebijakan Tarif Impor Kedelai ………. 98
7.3. Kombinasi HargaKedelai Tingkat Produsen dan Tarif Impor ……….. 100
8. PROGRAM PENGEMBANGAN KEDELAI …………... 101
8.1. Analisis Kebijakan …………..…..………..………… 101
8.2. Strategi Kebijakan Jangka Pendek ..……… 106
8.2.1. Penciptaan Teknologi Spesifik Lokasi ……… 106
8.2.2. Upaya Peningkatan Produksi Kedelai ………. ……. 108
8.2.3. Harga dan Efisiensi Pemasaran .….……… 109
8.2.4. Upaya Perbaikan Kualitas Kedelai Lokal …………. 111
8.2.5. Dampak Keterkaitan Harga Internasional dan Nasional ……… 112
8.3. Strategi Kebijakan Jangka Panjang ………. 113
9. SIMPULAN DAN SARAN ……….. 118
9.1. Simpulan ……….. 118
9.2. Saran ………..….………... 120
DAFTAR PUSTAKA ……….. 121
Halaman
1. Rendemen Tahu dari Beberapa Varietas Kedelai Lokal ……… 28
2. Perkembangan Produksi Kedelai dari Negara Produsen Kedelai 29
3. Perbandingan Negara Eksportir Kedelai Internasional ………… 30
4. Perbandingan Negara Importir Kedelai Internasional …………. 30
5. Luas Tanam, Produksi dan Ekspor di Amerika Serikat ………. 32
6. Tanda Hubungan Antar Variabel Endogen terhadap Eksogen… 66
7. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Luas Panen Kedelai …. 76
8. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Produktivitas Kedelai . 79
9. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Harga Kedelai Lokal … 82
10.Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Harga Kedelai Tingkat Produsen .………. 84
11.Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Volume Impor Kedelai ………..………. 89
12.Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Harga Kedelai Impor .………. 92
13. Simulasi Kenaikan Harga Riil Kedelai Tingkat Produsen …. 95
14. Simulasi Penurunan Harga Riil Kedelai Tingkat Produsen 98
15. Simulasi Kebijakan Tarif Impor Kedelai ……… 99
16. Kombinasi Simulasi Harga Kedelai Tingkat Produsen dan Tarif Impor Naik Sebesar 20 % ………. 100
17. Dukungan Teknologi Untuk Perluasan Areal Tanam Kedelai 109
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Sistem ‘Diamond’ Nasional …..……….. 7
2. Faktor-faktor Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri 8 3. Rantai Pemasaran Kedelai di Pulau Jawa ……… 42 4. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Penelitian ………. 56 5. Gambar Kerangka Model Ekonometrika Hipotesis Dayasaing
Kedelai Lokal ……….. 63 6. Garis Waktu Peramalan ……….. 72 7. Gambar Kerangka Model Ekonometrika Dayasaing Kedelai
Lokal ……… 93
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kriteria Kesesuaian Agroekosistem untuk Tanaman Kedelai …… 125
2. Pohon Industri Kedelai ……… 126
3. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Kedelai 1975 - 2004 …... 127 4. Harga Riil Kedelai Lokal, Produsen, Impor dan Internasional
1975 – 2004 ……….. 128
5. Jumlah Pupuk, Harga Jagung, Benih Kedelai, Urea dan Curah
Hujan Tahun 1975 – 2004 ……… 129
6. Jumlah Penduduk, Konsumsi, Volume dan Tarif Impor, Nilai
Tukar dan IHK (1995) 1975 – 2004 ………. 130 7. Volume, Tarif Impor, dan Nilai Tukar Rupiah 1975 – 2004 …… 131 8. Output Kedelai Untuk Persamaan Luas Panen Kedelai ...……… 132 9. Output Syslin Kedelai Untuk Persamaan Produktivitas Kedelai 133 10. Output Syslin Kedelai Untuk Persamaan Harga Kedelai Lokal 134 11. Output Syslin Kedelai Persamaan Harga Kedelai Tingkat Produsen 135 12. Output Syslin Kedelai Untuk Persamaan Volume Impor ………. 136 13. Output Syslin Kedelai Untuk Persamaan Harga Kedelai Impor … 137 14. Validasi model ... 138 15. Simulasi Harga Kedelai Tingkat Produsen ………. 139
16. Simulasi Tarif Impor Kedelai ………. 140
17. Kombinasi Simulasi Harga Kedelai Produsen dan Tarif Impor 141 18. Hasil Perhitungan Elastisitas ……….. 142 19. Hasil Observasi ke Industri Tahu ……… 143 20. Hasil Observasi ke Industri Tempe ……… 155 21. Hasil Observasi ke Industri Kecap ……… 160
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dayasaing (competitiveness) sangat penting bagi keberhasilan atau kegagalan suatu
industri. Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi
berbagai lingkungan kompetitif. Porter di tahun 1990 memperkenalkan teori
dayasaing yang baru, yaitu the diamond model. Menurutnya, negara-negara
cenderung berhasil dalam bersaing pada industrinya disebabkan diamond
nasionalnya yang saling mendukung. Diamond tersebut memiliki empat komponen
yang saling terkait, yaitu : (1) kondisi faktor, seperti tenaga kerja terampil atau
infrastruktur yang bersaing dalam suatu industri, (2) kondisi permintaan pasar
untuk barang dan jasa industri, (3) industri terkait dan industri pendukung secara
internasional bersifat kompetitif, serta (4) strategi perusahaan, struktur dan
persaingan (Cho dan Moon, 2003).
Dalam mencapai kemampuan dayasaing diperlukan strategi untuk mencari posisi
bersaing yang menguntungkan dalam suatu industri. Strategi bersaing bertujuan
untuk membina posisi yang menguntungkan dan kuat dalam melawan kekuatan
yang menentukan persaingan. Daya tarik maupun posisi bersaing akan membuat
pemilihan suatu strategi yang menantang dan menarik (Porter, 1990). Salah satu
komoditi industri berbahan baku pertanian yang memiliki kemampuan dayasaing
adalah kedelai lokal terhadap kedelai impor sebagai bahan baku olahan industri
kedelai yang merupakan sumber protein murah yang permintaannya tiap tahun
terus meningkat.
Komoditas kedelai (Glicine max) memegang peranan penting dalam ekonomi
rumah tangga petani, konsumsi pangan, kebutuhan dan perdagangan pangan
nasional. Kedelai merupakan salah satu bahan baku pangan yang telah membudaya
di masyarakat Indonesia, khususnya di pulau Jawa (Sudaryanto, 1993). Konstribusi
sehingga kedelai dijuluki Gold from Soil atau Worlds Miracle. Menurut Direktorat
Gizi, Departemen Kesehatan (2001), biji kedelai mengandung gizi yang cukup
tinggi, terutama kandungan proteinnya mencapai + 35 - 38 % yang mendekati
kandungan protein susu sapi.
Produk kedelai sebagai bahan olahan pangan berpotensi dan berperan dalam
menumbuhkembangkan industri kecil menengah, bahkan berpeluang pula sebagai
komoditas ekspor. Berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai
membuka peluang kesempatan kerja dalam sistem produksi, mulai dari budidaya,
panen, pengolahan, pasca panen, tansportasi, pasar hingga industri pengolahan
pangan (Rusastra, 2000).
Kebutuhan kedelai terus meningkat pesat setiap tahunnya, sejalan dengan
meningkatnya pertumbuhan penduduk, meningkatnya kesadaran masyarakat akan
gizi yang ditandai oleh meningkatnya konsumsi per kapita kedelai serta
pertumbuhan industri olahan kedelai. Berdasarkan data BPS, konsumsi kedelai
perkapita meningkat dari 8,13 kg pada tahun 1998 menjadi 8,97 kg pada tahun
2004 (Suryana, et al., 2005),. Kedelai mendapat perhatian pemerintah karena
memiliki arti penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Departemen Pertanian
memasukkan kedelai dalam kebijakan pengadaan pangan melalui peningkatan
produksi. Pengadaan dan pengembangan kedelai sangat penting dan strategis,
sebab dewasa ini produksi nasional belum mencukupi kebutuhan nasional.
Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah permintaan kedelai terus meningkat,
namun tidak dapat diimbangi oleh produksi dalam negeri. Untuk memenuhi
permintaan tersebut dilakukan impor yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Sejak tahun 1975 posisi Indonesia bergeser dari negara eksportir menjadi negara
pengimpor kedelai (Amang, 1996). Hal ini disebabkan permintaan kedelai yang
begitu cepat, sementara produksi (penawaran) kedelai berkembang lambat
Menurut Murkan (2006), saat ini rata-rata kebutuhan kedelai setiap tahunnya +
2.000.000 ton. Produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi + 800.000 ton (+
40 persen) dari kebutuhan dan selebihnya dipenuhi dari impor yang mencapai +
1.200.000 ton (+ 60 persen).
Pada dasawarsa terakhir terjadi kecenderungan menurunnya luas panen yang
berakibat pada menurunnya produksi nasional. Penurunan produksi juga terjadi
karena permasalahan harga kedelai yang berpengaruh terhadap keputusan petani
dalam memproduksi dan mengusahakan tanaman kedelai. Pemerintah telah
melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi kedelai, karena
merupakan komoditas penting dalam pencapaian ketahanan pangan masyarakat dan
perekonomian nasional. Upaya-upaya dalam peningkatan produksi dan pemenuhan
kebutuhan kedelai telah dilakukan pemerintah mulai dari tahun 1986. Namun pada
kenyataannya sasaran produksi kedelai belum dapat tercapai karena berbagai
kendala dan permasalahan yang dihadapi (Suryana, 2005).
Impor kedelai merupakan jalan pintas untuk memenuhi kekurangan kedelai dalam
negeri. Pada umumnya harga kedelai impor selalu lebih rendah daripada kedelai
lokal dan kualitasnya lebih baik (Siregar, 2003). Ketergantungan akan konsumsi
kedelai yang cukup besar dan telah menjadi tradisi, khususnya di pulau Jawa, tentu
akan berdampak pada ketergantungan terhadap impor apabila produksi di dalam
negeri tidak mengalami peningkatan yang nyata (Hadipurnomo, 2000).
Pemanfaatan biji kedelai selain dapat dikonsumsi langsung, juga merupakan bahan
baku industri, seperti tahu, tempe, tauge, tauco, oncom, kecap, minyak makan, susu
kedelai, soygurt dan pakan ternak (Hermana, 1985).
Penelitian ini diharapkan dapat mempelajari dan menetapkan faktor-faktor penentu
dalam meningkatkan dayasaing kedelai lokal terhadap pemenuhan kebutuhan dan
keinginan konsumen dalam industri berbahan baku kedelai. Selain itu, diharapkan
dengan dilakukannya simulasi kebijakan dapat mengetahui peubah yang
nasional. Hubungan antara faktor-faktor tersebut menjadi acuan dalam menetapkan
strategi yang perlu dilakukan dalam meningkatkan dayasaing kedelai lokal.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
(1) Mengidentifikasi dan mengkaji faktor-faktor penentu dalam meningkatkan
dayasaing kedelai lokal terhadap pemenuhan kebutuhan dan keinginan
konsumen dalam industri berbahan baku kedelai.
(2) Menganalisis keragaan kedelai lokal dan impor selama 30 tahun terakhir.
(3) Melakukan simulasi beberapa kebijakan dalam upaya meningkatkan
dayasaing kedelai lokal.
(4) Merumuskan strategi yang perlu dilakukan dalam meningkatkan dayasaing
kedelai lokal dengan menggunakan model ekonometrika.
1.3. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengumpulkan data primer
dan sekunder yang berkaitan dengan komponen-komponen penentu dayasaing
kedelai lokal pada pasar nasional sebagai batasan dalam penelitian ini. Data
tersebut berupa : (1) perkembangan luas panen, (2) produksi, (3) produktivitas, (4)
harga kedelai riil lokal dan tingkat produsen, (5) harga riil benih kedelai, (6) harga
riil jagung sebagai komoditi kompetitor, (7) jumlah penggunaan pupuk, (8) curah
hujan, (9) jumlah konsumsi kedelai, (10) populasi penduduk Indonesia, (11)
volume dan harga riil impor kedelai impor, (12) tarif impor, (13) harga riil kedelai
internasional, (14) nilai tukar rupiah terhadap US dolar, dan (15)
kebijakan-kebijakan. Data kemudian dianalisis dan sebagai bahan rumusan untuk menyusun
strategi dalam rangka meningkatkan dayasaing kedelai lokal tersebut. Penelitian ini
diarahkan untuk menentukan strategi peningkatan dayasaing kedelai lokal terhadap
kedelai impor di dalam pasar nasional.
Penelitian ini akan dibatasi pada kegiatan produksi dan konsumsi kedelai serta
kedelai nasional. Dari sisi produksi, analisis dilakukan dalam simulasi kombinasi
berbagai kebijakan yang efektif mendorong pertumbuhan produksi kedelai lokal
sekaligus upaya menekan impor kedelai. Dari sisi konsumsi, analisis penggunaan
kedelai pada industri pengolahan kedelai, terutama tempe, tahu dan kecap dalam
kaitannya dengan berbagai kebijakan pemerintah.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
(1) Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi pengambil keputusan
pemerintah dan instansi terkait dalam rangka menentukan kebijakan dalam
upaya peningkatan dayasaing kedelai lokal.
(2) Membantu merumuskan strategi dan langkah-langkah perbaikan dalam
2. DAYASAING KEDELAI
2.1. Konsep Dayasaing
Dayasaing (competitiveness) sangat penting dalam menentukan keberhasilan
bagi suatu industri. Dimensi yang terkandung dalam konsep dayasaing sangat
banyak, sehingga pendekatannya dapat dikaji dari berbagai disiplin ilmu dan
dalam berbagai aspek. Dalam literatur ilmu manajemen dan pemasaran modern,
dayasaing sering diterjemahkan sebagai kemampuan atau keunggulan bersaing.
Hal tersebut berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki atau didapat oleh
produsen atau perusahaan tertentu karena kemampuannya menggali potensi
pasar, memahami dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan atau tuntutan
pasar, terutama dilihat dari sudut konsumen (Porter, 1993).
Menurut Tyson dalam Cho dan Moon (2003) dayasaing adalah kemampuan
untuk memproduksi barang dan jasa yang memenuhi uji persaingan
internasional sementara para warga negara menikmati standar
berkesinambungan. Porter (1993) mengemukakan bahwa secara nasional
dayasaing dipandang sebagai suatu fenomena makroekonomi yang berkaitan
dengan peubah tingkat kurs, tingkat bunga dan defisit pemerintah. Jika
dayasaing diarahkan dengan kebijakan pemerintah (pentargetan, proteksi,
promosi impor dan subsidi) akan mendorong suatu industri ke dalam
keunggulan global. Dayasaing suatu negara merupakan derajat negara tersebut
dalam kondisi pasar yang bebas dan adil dapat memproduksi barang dan jasa
yang memenuhi uji pasar internasional secara simultan meningkatkan
pendapatan riil warga negaranya. Dayasaing pada tingkat nasional didasarkan
pada kinerja produktivitas yang superior.
Faktor penentu keunggulan bersaing pada industri nasional menurut Porter
(1993) yaitu (1) kondisi faktor sumberdaya (factor conditions), (2) kondisi
permintaan (demand conditions), (3) industri pendukung dan terkait (related
firms and rivalry). Keempat faktor ini didukung oleh peranan kesempatan
(chance) dan pemerintah (Goverment) dalam meningkatkan dayasaing industri
nasional, bersama-sama membentuk sistem yang disebut the national
”diamond” (Gambar 1).
Fac tor Conditions
Related and Supporting
Industries
Dem and Conditions
Struc ture of Firm s and
Rivalry Governm ent
[image:30.612.171.491.194.483.2]Chanc e
Gambar 1. Sistem ‘Diamond’ Nasional (Sumber: Porter, 1990)
Menurut Porter (1993), kekuatan kompetitif menentukan tingkat persaingan
dalam suatu industri, baik domestik ataupun internasional yang menghasilkan
barang atau jasa. Dalam aturan persaingan tersebut terdapat lima faktor
persaingan, yaitu (1) persaingan diantara perusahaan yang ada, (2) masuknya
para pendatang baru (barrier-entry), (3) kekuatan tawar menawar (bargaining
power) para pembeli, (4) kekuatan tawar menawar para pemasok, dan (5)
ancaman dari barang jasa pengganti (substitusi) seperti ditunjukkan pada
Menurut Gray, et al. (1992) berpendapat bahwa dayasaing merupakan
kemampuan produsen untuk memproduksi suatu komoditi dengan mutu cukup
baik dan ongkos produksi yang cukup rendah, sehingga pada harga-harga yang
terjadi di pasar internasional dapat diproduksi dan dipasarkan produsen dengan
memperoleh laba yang mencukupi untuk dapat mempertahankan kelanjutan
kegiatan produksinya. Dengan kata lain, dayasaing komoditas tercermin dari
harga jual yang bersaing dan mutu yang baik.
Pendatang Baru
Pesaing Industri
Persaingan di Antara Perusahaan yang Ada
Pembeli Pemasok
Produk Subtitusi Ancaman Produk atau
Jasa Subtitusi
Ancaman Pendatang Baru
Daya Tawar-Menawar Pembeli
[image:31.612.183.494.218.486.2]Daya Tawar-menawar Pemasok
Gambar 2. Faktor-Faktor Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri (Porter, 1993)
Dalam dayasaing suatu produk sangat terkait erat dengan efisiensi pemasaran
dalam menghadapi sistem perdagangan. Efisiensi pemasaran hanya dapat
ditingkatkan jika pemerintah dapat memperbaiki infrastruktur transportasi dan
mengembangkan sistem informasi harga. Untuk pengembangkan produk
pertanian ditingkat on farm, maka masalah produktivitas dan efisiensi pasar
perlu ditangani dengan baik, sehingga produk tersebut dapat bersaing, terutama
Konsep dayasaing berpijak dari konsep keunggulan komparatif yang
diperkenalkan oleh Ricardo sekitar awal abad ke-19 yang dikenal dengan
Model Ricardo atau Hukum Keunggulan Komparatif (The Law of Comparative
Advantage). Konsep ini merupakan penyempurnaan dari kelemahan teori
keunggulan absolut yang dicetuskan oleh Adam Smith. Konsep keunggulan
komparatif maupun keunggulan absolut berasal dari suatu pemikiran yang
sama, yaitu bahwa suatu negara akan berspesialisasi dalam produksi barang
yang memiliki keunggulan absolut atau yang diproduksi lebih efisien
dibandingkan jika diproduksi oleh negara lain. Kedua negara akan
mendapatkan keuntungan bila masing-masing negara berspesialisasi dalam
produksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan melakukan
perdagangan antar negara (Salvatore, 1996).
Suatu negara akan cenderung mengekspor komoditas yang biaya produksinya
relatif lebih murah dibandingkan dengan negara lain, dengan asumsi bahwa
tenaga kerja adalah satu-satunya faktor produksi. Dengan demikian keunggulan
komparatif yang dikemukakan oleh Ricardo hanya didasarkan pada perbedaan
produktivitas tenaga kerja antar negara, padahal masih terdapat banyak faktor
yang mempengaruhi produksi selain tenaga kerja seperti tanah, modal dan
sumberdaya lainnya (Salvatore, 1996).
Teori keunggulan komparatif Ricardo kemudian disempurnakan oleh Haberler
(1936) yang mengemukakan konsep keunggulan komparatif berdasarkan Teori
Biaya Imbangan (Opportunity Cost Theory). Haberler menyatakan bahwa biaya
dari satu komoditi adalah jumlah komoditi kedua terbaik yang harus
dikorbankan untuk memperoleh sumberdaya yang cukup untuk memproduksi
satu unit tambahan komoditi pertama (Salvatore, 1996).
Konsep ini dikembangkan kembali oleh Heckscer-Ohlin dengan melibatkan
lebih dari satu faktor produksi. Dengan lebih dari satu faktor produksi, maka
suatu negara/wilayah akan menghasilkan dan mengekspor suatu komoditas
murah serta mengimpor komoditas yang faktor produksinya relatif langka dan
mahal. Keunggulan suatu negara adalah biaya imbangan (opportunity cost)
suatu negara dengan negara lain disebabkan karena adanya perbedaan dalam
jumlah faktor produksi yang dimilikinya (karunia alam/ faktor endomend).
Keunggulan komparatif yang dimiliki dalam perdagangan memiliki sifat yang
dinamis bukan statis. Sifat yang dinamis tersebut membuat negara yang
memiliki keunggulan komparatif di sektor tertentu harus mampu
mempertahankannya, agar tidak tersaingi oleh negara lain atau digantikan oleh
komoditi substitusinya. Konsep yang dikembangkan oleh Ricardo dan
Heckscer-Ohlin ini merupakan suatu dasar yang sering dipakai dalam
menjelaskan alokasi sumberdaya di antara industri dalam suatu negara
(Salvatore, 1996).
2.2. Strategi Bersaing
Menurut Porter (1980), inti dari persaingan adalah untuk mendapatkan ide
memproduksi, menjual, mendistribusikan, dan melayani. Operasional yang
efektif adalah dengan meningkatkan daya saing yang lebih baik dan cepat serta
menggunakan input lebih kecil dari pesaing. Perusahan yang menerapkan akan
mendapat keuntungan sangat besar. Untuk tetap dapat mempertahankan
dayasaing tersebut upaya perbaikan terus dilakukan secara berkelanjutan.
Operasional yang efektif selalu mengutamakaan produktivitas. Sesuai dengan
teknologi yang tersedia, keterampilan, teknik manajemen, menurunkan biaya
dan dalam waktu bersamaan juga meningkatkan nilai.
Terdapat tiga prinsip dalam menetapkan strategi bersaing, yaitu :
(1) Strategi merupakan kreasi yang unik dan bernilai dengan melibatkan
berbagai kegiatan. Posisi strategi ini muncul dari tiga sumber yang
berbeda dalam menyiapkan kebutuhan pelanggan, yaitu : a) menyiapkan
sedikit kebutuhan untuk banyak pelanggan, b) menyiapkan banyak
kebutuhan untuk sedikit pelanggan, c) menyiapkan banyak kebutuhan
(2) Strategi yang menghendaki pengelolanya untuk menutup perdagangan
dalam suatu kondisi persaingan untuk memilih apa yang tidak akan
dikerjakan.
(3) Strategi memilih kecocokan diantara beberapa kegiatan di dalam
perusahaan (Porter, 1980).
Strategi bersaing merupakan perpaduan antara tujuan yang diperjuangkan
perusahaan atau negara dengan kebijakan perusahaan atau negara tersebut untuk
berusaha sampai ke tujuan akhir. Pada dasarnya pengembangan strategi
bersaing merupakan pengembangan formula umum mengenai bagaimana bisnis
akan bersaing, apa yang seharusnya menjadi tujuan dan kebijakan apa yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut (Porter, 1993).
Strategi bersaing merupakan upaya untuk mencari posisi bersaing yang
menguntungkan bagi suatu perusahaan/negara, sehingga mampu melawan
kekuatan yang menentukan persaingan dalam perusahaan/negara. Tujuan akhir
dari strategi bersaing adalah menghadapi dan, idealnya, mengubah aturan main
persaingan sesuai dengan kepentingan perusahaan/negara. Strategi yang disusun
harus mendukung pencapaian misi dan tujuan perusahaan/negara tersebut. Misi
perusahaan menjelaskan kegunaan dan alasan mengapa suatu perusahaan itu
perlu strategi bersaing. Misi tersebut menggambarkan mengenai ciri pokok
produk yang ditawarkan dan teknologi yang digunakan oleh perusahaan,
kebutuhan konsumen serta karakter, filosofi diri dan citra perusahaan. Tujuan
perusahaan menyediakan dasar untuk perencanaan, pengorganisasian,
pemotivasian dan pengendalian (Purnomo dan Zulkieflimansyah, 1996).
Porter (1980) mengatakan bahwa strategi bersaing atau competitive strategy
merupakan suatu strategi bisnis yang menggunakan pedoman analisa
kompetitif. Strategi bersaing dihubungkan dengan formula umum mengenai
bagaimana bisnis akan bersaing dan kebijakan apa yang menjadi tujuannya.
Namun, perbedaan antara strategi bisnis dan strategi perusahaan bersifat semu
puncak juga harus menggunakan analisa kompetitif untuk mempertimbangkan
apakah akan keluar atau masuk dalam suatu bisnis. Dengan kata lain, banyak
perusahaan yang menetapkan strategi bersaing sebagai strategi perusahaan
untuk memperjelas cara mencapai misi perusahaan.
Kekuatan kolektif dari kelima faktor persaingan ini menentukan kemampuan
perusahaan dalam suatu industri tingkat pengembalian investasi yang melebihi
biaya modal. Kekuatan ini berbeda-beda pada masing-masing industri dan
dapat berubah dengan berkembangnya industri bersangkutan. Kemampulabaan
industri tidak tergantung pada bentuk produk yang dihasilkan atau tingkatan
teknologi yang digunakan, melainkan pada struktur industri tersebut. Kelima
faktor ini menentukan kemampulabaan industri karena mempengaruhi harga,
biaya dan investasi (unsur ROI/ return on investment) yang diperlukan
perusahaan. Keunggulan bersaing merupakan hasil kemampuan perusahaan
menanggulangi kelima faktor persaingan secara lebih baik dibandingkan para
pesaingnya (Porter, 1993).
2.3. Keunggulan Bersaing
Menurut Porter (1993), keunggulan bersaing merupakan jantung kinerja industri
dalam pasar bersaing. Pesaing pada industri sejenis dapat merupakan ancaman,
namun pesaing yang ‘tepat’ justru dapat memperkuat posisi bersaing. Suatu
industri tidak akan pernah dapat berpuas diri menghadapi para pesaingnya atau
berhenti berusaha mencari jalan untuk memperoleh keunggulan bersaing.
Kegagalan industri sebagai akibat ketidakmampuan menjabarkan strategi
bersaing yang luas ke dalam sejumlah langkah tindakan spesifik yang
diperlukan untuk memperoleh keunggulan bersaing.
Keunggulan bersaing jangka panjang merupakan satu-satunya hal yang dapat
diandalkan untuk mencapai kinerja unggul. Hadirnya pesaing yang ‘baik’ dapat
membawa berbagai manfaat strategis yang dapat digolongkan dalam empat
struktur industri yang ada, (3) membantu perkembangan pasar, dan (4)
menghalangi masuknya pesaing baru (Porter, 1993).
Menurut Glueck dan Jauch (1997), kunci agar tetap berhasil dalam persaingan
adalah dengan selalu melakukan inovasi serta riset dan pengembangan sebagai
inkubator dari inovasi. Untuk itu setiap persaingan dalam dunia bisnis setiap
perusahaan harus melakukan riset dan pengembangan. Persaingan secara global
akan terjadi tidak hanya pada perusahaan melainkan juga terhadap negara.
Daya saing global tersebut ditunjukkan dengan standar hidup dengan
menentukan bagaimana untuk tetap memelihara keadaan saat ini dalam
perkembangan ekonomi. Untuk industri negara maju, hal ini mengisyaratkan
untuk tetap menjaga inovasi sebagai pengendalian ekonomi (‘driven economi’).
Agar dapat tetap bersaing, industri harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut: (1) persaingan dalam pengetahuan dasar, (2) melakukan inovasi, (3)
peraturan ekonomi agar industri terus berjalan, (4) komitmen terhadap Riset dan
Pengembangan, (5) komitmen terhadap “brand” image (Glueck dan Jauch,
1997).
Analisa lingkungan memegang peranan penting dalam proses manajemen
strategi. Semakin gencarnya revolusi informasi dan semakin dekatnya era
globalisasi telah menyebabkan lingkungan mengalami perubahan yang luar
biasa dengan intensitas yang semakin sering serta sukar diramalkan. Analisa
tersebut dikaitkan dengan penelusuran kondisi eksternal dan internal yang
dihadapi perusahaan sampai pada pangkalnya. Keputusan yang diambil
berdasarkan penilaian pentingnya data hasil analisa lingkungan (Glueck dan
Jauch, 1997).
Lingkungan organisasi dapat dikategorikan ke dalam tiga tingkatan yang
berbeda, yaitu lingkungan umum, lingkungan industri dan internasional, serta
lingkungan internal perusahaan. Lingkungan umum dipengaruhi oleh
pada lingkungan tersebut akan berimplikasi pada semua perusahaan yang
terlibat dalam industri sehingga pengaruhnya tidak spesifik (Purnomo dan
Zulkieflimansyah, 1996). Menurut Porter (1980), persaingan dalam lingkungan
industri ini dipengaruhi oleh lima kekuatan seperti diuraikan pada Gambar 1 di
atas.
Menurut Cho dan Moon (2003) dalam mengukur dayasaing, data-data dari
komponen yang akan diukur memiliki skala yang berbeda-beda, maka langkah
pertama adalah melakukan standarisasi semua nilai sub faktor sebagai berikut :
Indeks = (Xi aktual - Xi minimal)/ (Xi maksimal - Ximinimal) x 100
Langkah kedua adalah menggunakan suatu rata-rata sederhana dari indeks yang
distandarisasi (STD) untuk semua sub faktor di dalam suatu faktor utama untuk
mendapatkan suatu indeks keseluruhan dari faktor tersebut. Langkah terakhir
adalah memberi ranking berdasarkan indeks keseluruhan. Langkah-langkah
perhitungan dapat diringkas sebagai berikut :
Data mentah indeks STD indeks keseluruhan ranking
2.4. Dayasaing Komoditas Pertanian
Kinerja pembangunan pertanian tidak akan lepas dari lingkungan strategis, baik
domestik maupun internasional yang berkembang sangat dinamis. Bentuk
perubahan mendasar lingkungan strategis internasional antara lain globalisasi
dan liberalisasi perdagangan, penurunan subsidi dan proteksi usaha pertanian.
Perubahan mendasar di lingkungan domestik antar lain perubahan struktur
demografis dan globalisasi preferensi konsumen. Perubahan ini tentu akan
menimbulkan berbagai dampak perubahan pada sisi penawaran dan permintaan
(Purwoto, et al., 1998).
Dalam kerjasama perdagangan bebas di negara-negara ASEAN (AFTA) yang
perdagangan regional yang semakin ketat, khususnya bagi komoditas non
migas. Liberalisme ekonomi memang tidak dapat dihindari, terutama dalam
perdagangan bebas dunia yang akan dimulai pada tahun 2010. Negara-negara di
kawasan ASEAN dayasaing komoditas ini harus benar-benar dipersiapkan agar
tidak menjadi obyek dari perdagangan komoditas dan produk negara lain
nantinya. Hal ini ditandai dengan keinginan sejumlah negara untuk
menciptakan perdagangan dunia yang bebas dari praktek-praktek diskriminasi.
Dengan demikian, arus barang dan jasa diharapkan dapat mengalir dari dan ke
negara tertentu mengikuti aturan dan prinsip liberalisasi perdagangan (Malian,
2000).
Bagi Indonesia secara umum dalam menghadapi AFTA ini relatif masih perlu
di persiapan. Dampak krisis ekonomi yang dialami Indonesia beberapa waktu
yang lalu masih menyisakan beberapa permasalahan ekonomi pada beberapa
permasalahan ekonomi pada berbagai sektor pembangunan. Menurut (Malian,
2000), terdapat dua masalah besar yang dapat merugikan kepentingan makro
ekonomi Indonesia. Pertama, adanya krisis ekonomi yang belum sepenuhnya
pulih serta faktor politik dan keamanan. Kedua, adanya Otonomi Daerah yang
mungkin dapat melahirkan sikap-sikap kontra produktif bagi perekonomian
lokal dan nasional. Krisis ekopolitan belakangan ini telah membuat perhatian
pemerintah hanya tertuju untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut.
Akibatnya, isu tentang AFTA menjadi terabaikan dan boleh jadi tidak masuk
dalam agenda prioritas pemerintah, padahal AFTA membutuhkan kesiapan
yang mendalam, baik bagi pemerintah maupun pelaku ekonomi swasta.
Menurut Hamdy (2000), etoria Otonomi Daerah juga dapat menimbulkan hal
yang dapat menurunkan persaingan. Adanya Otonomi Daerah oleh sebagian
Pemda diasosiasikan dengan ‘otonomi wilayah’ sehingga kabupaten dan
propinsi dapat secara bebas mengatur daerahnya. Padahal, Otonomi Daerah
hakekatnya hanya pendelegasian kewenangan untuk mengurus daerah, namun
tetap pada tatanan kepentingan nasional secara keseluruhan. Pandangan
terkadang tidak mendukung perekonomian secara keseluruhan bahkan kontra
produktif pula dengan AFTA. Misalnya, untuk meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD), banyak daerah menerbitkan berbagai peraturan pajak dan
retribusi baru yang menyulitkan investor. Langkah ini bukan saja melambankan
aktivitas perdagangan, melainkan juga mengurangi minat investasi ke
daerah-daerah.
Menurut Siregar (1999), dalam upaya meningkatkan daya saing sektor
pertanian perlu dikembangkan produk-produk unggulan yang mampu bersaing
di pasar domestik maupun pasar internasional. Pengembangan produk-produk
unggulan dilaksanakan melalui serangkaian proses yang saling terkait serta
membentuk suatu sistem pra produksi, produksi, pengolahan hasil dan
pemasaran
Berdasarkan hasil penelitian Siregar (2003) pemasaran komoditas pertanian
sering dipandang tidak efisien karena distorsi yang diakibatkan oleh struktur
pasar yang pada akhirnya akan menurunkan dayasaing. Dalam upaya
meningkatkan dayasaing produk-produk pertanian menurut Risman (2001),
terdapat tujuh hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu :
(1) Kualitas produk, perlu terus dikembangkan standar mutu hasil-hasil
pertanian, baik yang menyangkut bahan mentah maupun hasil olahannya
sesuai dengan tuntutan konsumen akan mutu yang semakin meningkat
dengan semakin meningkatnya taraf hidup penduduk dunia yang
menuntut adanya jaminan mutu sejak awal proses produksi hingga ke
tangan konsumen.
(2) Kontinuitas. Jaminan kontinuitas suplai merupakan salah satu persyaratan
mutlak bagi kelangsungan perdagangan. Kelangsungan suplai ini akan
semakin mempengaruhi pemeliharaan pangsa pasar yang ada.
(3) Waktu pengiriman. Ketepatan waktu pengiriman (on time delivery)
barang ekspor merupakan tantangan bagi peningkatan ekspor pertanian.
tinggi dalam bentuk segar merupakan produk yang perlu dipacu
ekspornya di masa depan.
(4) Teknologi. Dalam sistem agribisnis, peran teknologi hampir selalu
dibutuhkan dalam setiap subsistemnya, mulai dari pengadaan sarana
produksi, proses usahatani, agroindustri maupun dalam pemasaran
hasilnya. Penyediaan informasi berbagai alternatif teknologi baru yang
kompatibel merupakan kebutuhan dalam pengembangan agribisnis secara
menyeluruh.
(5) Sumberdaya manusia. Pada sektor pertanian secara keseluruhan dilakukan
oleh petani sebagai pelaku utama mencakup seluruh kegiatan subsektor.
Kualitas sumberdaya manusia pertanian yang relatif rendah menjadi salah
satu penyebab rendahnya produktivitas sektor pertanian.
(6) Negara pesaing Indonesia. Sebagai negara pengekspor produk pertanian,
Indonesia memiliki banyak pesaing yang secara tradisional menghasilkan
produk yang sama dengan produk-produk Indonesia yang pada umumnya
berupa produk pertanian tropis.
(7) Insentif investasi. Investasi pemerintah di sektor pertanian dapat berupa
investasi langsung maupun tidak langsung. Investasi langsung misalnya
pembangunan pelabuhan, pengadaan sarana produksi. Investasi tidak
langsung yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan produktif, seperti
pembinaan sumberdaya manusia, penelitian dan pemasaran hasil
pertanian. Selain itu, Pemerintah perlu menggerakkan sektor pertanian
yang seimbang dengan pengembangan sektor industri.
Berkaitan dengan upaya peningkatan dayasaing komoditas pertanian di pasar
regional, Rusastra (2000) menyatakan bahwa negara-negara lain telah lama
menikmati previtage dari pemerintah, baik untuk menghadapi pasar bebas
maupun untuk melindungi produksi pertaniannya agar kesejahteraan rakyat
dapat dinikmati. Proteksi-proteksi untuk komoditas pertanian memang sampai
Dalam mengantisipasi hal tersebut perlu ditetapkan tarif bea masuk (pajak
impor) yang wajar bagi sejumlah komoditas luar yang memang dibutuhkan,
tetapi tidak mampu dipenuhi dari hasil produksi pertanian Indonesia.
Sebaliknya, bila para petani Indonesia mampu memasok kebutuhan dalam
negeri, maka tarif masuk komoditas dari luar harus ditinggikan
Pemberlakuan Otonomi Daerah dan perdagangan bebas ASEAN (AFTA)
menuntut berbagai penyesuaian dan koordinasi anatra Pemerintah Daerah dan
Pemerintah Pusat untuk menyikapi perkembangan tersebut. Beberapa hal
penting yang perlu diperhatikan bagi Pemerintah Daerah menurut Malian
(2000), antara lain adalah kesadaran peningkatan dayasaing, adanya political
will, pengembangan sumberdaya manusia, pembenahan institusi, antara lain
melalui pencabutan peraturan yang menurunkan dayasaing, penerapan
kebijakan yang kondusif bagi dunia usaha.
Dalam menghadapi persaingan regional maupun internasional, sistem agribisnis
yang dapat diandalkan adalah sistem yang dapat menghasilkan produk pertanian
yang berdayasaing tinggi di pasaran. Upaya ke arah itu dapat ditempuh melalui
modernisasi dan transformasi yang diharapkan dapat meningkatkan dayasaing
produktivitas, kualitas, efektivitas dan efisiensi dan jaminan mutu. Hal-hal
tersebut berguna untuk meningkatkan dayasaing, sehingga secara langsung
memberikan dampak besar bagi perekonomian nasional saat ini maupun di
masa datang (Malian, 2000).
Sudaryanto (2004) mengemukakan bahwa sektor pertanian Indonesia tidak
mampu menghasilkan produk yang kompetitif dengan harga yang mampu
menghasilkan produk yang kompetitif dengan harga yang mampu bersaing di
pasar bebas. Produk-produk yang masuk dari negara lain, seperti Thailand,
Vietnam, Malaysia, dan China akan sangat mempengaruhi produk-produk yang
dihasilkan Indonesia. Beberapa produk pertanian Indonesia, termasuk kedelai
saat ini benar-benar tidak mampu bersaing di pasaran tanpa adanya proteksi
produksi secara umum hampir semua komoditas pertanian Indonesia dalam
kondisi menurun terutama sejak krisis multidimensi beberapa tahun yang lalu.
2.5. Dayasaing Komoditi Kedelai
Visi pembangunan pertanian nasional pada periode 2004 – 2009 adalah
terwujudnya sistem pertanian yang berdayasaing, berkeadilan, dan
berkelanjutan guna menjamin ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat
pertanian. Dalam era perdagangan yang semakin liberal dan mengglobal,
peningkatan dayasaing harus dilakukan dengan strategi dan kebijakan yang
tepat. Dalam mewujudkan visi tersebut, berbagai kebijakan pemerintah
diperlukan baik yang bersifat makro maupun mikro, dalam bentuk peraturan
perundangan maupun program (Suryana, 2005).
Bentuk visi daya saing tersebut yang bercirikan antara lain berorientasi pasar,
meningkatnya pangsa pasar, khususnya pasar internasional dan mengandalkan
produktivitas dan nilai tambah melalui pemanfaatan modal (capital driven),
pemanfaatan teknologi (innovation driven) serta kreativitas sumberdaya
manusia terdidik (skill driven) dan bukan lagi mengandalkan kelimpahan
sumberdaya alam dan tenaga kerja tak terdidik (factor driven).
Berkaitan dengan hal diatas pada komoditi kedelai, fakta menunjukkan bahwa
kedelai merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang cukup berat
dalam menghadapi era liberalisasi perdagangan. Namun dikarenakan kedelai
termasuk salah satu komoditi strategis yang diperlukan penduduk Indonesia
dalam memenuhi protein pangan yang murah, maka perlu dilakukan
upaya-upaya peningkatan produksi dan menekan ketergantungan akan kedelai impor.
Penelitian Rusastra (1990) menunjukkan bahwa pengembangan kedelai di
Indonesia yang memiliki kelayakan ekonomi hanya di luar Jawa, yaitu di
wilayah Sumatera, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Kalimantan. Produksi
impor (IS) atau untuk perdagangan daerah (IR) apalagi untuk tujuan ekspor
(CP). Usahatani kedelai di luar Jawa memiliki keunggulan komparatif marginal
untuk tujuan perdagangan antar daerah (IR) atau subsitusi impor (IS), tetapi
tidak memiliki keunggulan untuk tujuan ekspor (EP) kecuali di Sulawesi.
Kelayakan produksi kedelai di luar Jawa, kecuali Sulawesi, masih rentan
terhadap penurunan produktivitas, sehingga memiliki stalilitas kelayakan yang
relatif rendah. Penurunan produktivitas dengan kisaran 3,2 – 8,1 persen akan
menyebabkan usahatani kedelai tidak lagi memiliki keunggulan komparatif.
Untuk melihat dayasaing komoditas kedelai setelah penghapusan subsidi pupuk
dan pestisida pada 1998, Siregar dan Sumaryanto (2003) melakukan analisis
yang hasilnya memperlihatkan bahwa kebijakan pemerintah tidak lagi memihak
kepada petani. Kebijaksanaan pemerintah telah berubah dari kebijakan protektif
menjadi tidak protektif terhadap output kedelai. Pada masa lalu, kebijakan
pemerintah yang protektif terhadap output produksi dilaksanakan berupa
kebijaksanaan harga dan penetapan jumlah impor kedelai yang dilakukan oleh
BULOG.
Siregar dan Sumaryanto (2003) meneliti dayasaing usahatani kedelai dari segi
keunggulan kompetitif, komparatif dan finansial. Konsep keunggulan
komparatif merupakan ukuran dayasaing (keunggulan) potensial dan dalam
artian dayasaing akan dicapai apabila perekonomian tidak mengalami distorsi
sama sekali. Keunggulan komparatif suatu komoditi di suatu negara bersifat
dinamis. Suatu negara yang memiliki keunggulan komparatif di sektor tertentu
secara potensial harus mampu mepertahankan dan bersaing dengan negara lain
melalui perumusan kebijakan antisipatif dengan mempertimbangkan perubahan
ekonomi dunia, lingkungan domestik dan teknologi.
Untuk kelayakan finansial dilihat dari manfaat suatu aktivitas ekonomi dari
sudut lembaga dan dan individu yang terlibat dalam aktivitivas tersebut.
Analisis ekonomi menilai suatu aktivitas ekonomi atas manfaat bagi masyarakat
(Siregar dan Sumaryanto, 2003). Konsep yang sesuai untuk untuk melihat
kelayakan finansial adalah keunggulan kompetitif sebagai pengukur dayasaing
suatu kegiatan pada kondisi perekonomian aktual. Menurut Siregar dan
Sumaryanto (2003), usahatani kedelai tidak memiliki keunggulan kompetitif
dan keunggulan kompetitif. Dilihat dari segi finansial, komoditi kedelai
memiliki keunggulan kompetitif. Dalam keunggulan finansial tersebut terdapat
tiga faktor penting yang menentukan dayasaing komoditi kedelai, yaitu harga
internasional, nilai tukar mata uang dan produktivitas kedelai.
Berdasarkan hasil estimasi Siregar dan Sumaryanto (2003) memperlihatkan
bahwa harga kedelai internasional mempengaruhi dayasaing kedelai lokal
karena hambatan non-tarif untuk komoditas kedelai sudah tidak ada
(dikenakannya tarif masuk kedelai impor 10 %). Sedangkan titik impas harga
internasional (CIF) adalah US $ 244/ton kedelai. Komoditas kedelai lokal akan
memiliki dayasaing jika harga internasional tersebut paling sedikit naik 6,5
persen (titik impas) di atas CIF yang berlaku, ceteris paribus.
Faktor lain yang ikut menentukan dayasaing finansial komoditi kedelai adalah
nilai tukar dolar terhadap rupiah. Estimasi yang dilakukan Siregar dan
Sumaryanto (2003) memperlihatkan bahwa komoditas kedelai akan mempunyai
dayasaing finansial jika nilai tukar dolar terhadap rupiah turun paling sedikit 9,2
% (Rp 8.500/US $), ceteris paribus.
Keunggulan finansial dayasaing kedelai dapat pula ditingkatkan jika
produktivitas dapat ditingkatkan. Titik impas produktivitas berasal dari hasil
bagi antara biaya total dengan harga komoditi. Dengan rumus ini Siregar dan
Sumaryanto (2003) memperlihatkan bahwa titik impas produktivitas kedelai
sekitar 1,5 ton per hektar. Ini berarti bahwa jika faktor-faktor lain dianggap
tetap (ceteris paribus), maka produktivitas kedelai harus dapat ditingkatkan
paling sedikit 27,4 persen agar kedelai dapat memiliki dayasaing finansial.
Sebenarnya kenaikan produktivitas sebesar itu tidak sulit untuk dicapai melalui
berimbang. Peningkatan dayasaing kedelai dalam jangka relatif panjang dapat
dilakukan melalui pengembangan varietas yang selama ini relatif mengalami
stagnasi.
Mengingat kemampuan produksi dalam negeri yang masih rendah, sementara
permintaan terhadap kedelai akan meningkat sekitar 2,92 persen per tahun,
maka impor kedelai akan meningkat dari 1,04 juta ton pada tahun 2000 menjadi
1,35 juta pada tahun 2004. Karena itu, maka upaya peningkatan produksi
kedelai di dalam negeri akan semakin penting. Upaya ini merupakan tantangan
yang tidak mudah dikarenakan kebijakan untuk melindungi petani di dalam
negeri semakin tidak sesuai dengan dayasaing internasional dan tuntutan
perdagangan bebas. Meskipun demikian, pemerintah masih dapat menganjurkan
kepada petani untuk bertanam kedelai untuk meningkatkan produksi dalam
negeri asalkan dapat memberikan keuntungan yang tinggi. (Sudaryanto, 1996).
Di sisi pertanaman kedelai terhadap tanaman pesaingnya, maka tanaman
kedelai harus dapat memberikan keuntungan bersih paling sedikit sama dengan
keuntungan bersih tanaman pesaing, seperti jagung. Menurut Siregar (2000),
terdapat dua kemungkinan yang dapat ditempuh untuk meningkatkan dayasaing
kedelai tersebut. Kemungkinan pertama adalah dengan peningkatan hasil per
satuan luas dengan asumsi bahwa harga input dan output tidak berubah.
Kemungkinan kedua adalah peningkatan harga kedelai dengan asumsi bahwa
tingkat hasil dan harga-harga input tidak berubah. Pada saat ini kemungkinan
kedua ini sulit dilaksanakan karena penerapan harga dasar sulit diterapkan.
Meskipun demikian, analisis dayasaing kedelai yang kedua tersebut masih
digunakan untuk meramalkan kemungkinan perluasan atau pengurangan
3. KEDELAI NASIONAL DAN INTERNASIONAL
3.1. Kedelai Nasional
3.1.1. Pengembangan Usahatani Kedelai
Menurut sejarah, kedelai berasal dari Cina bagian utara pada abad kesebelas SM,
kemudian tersebar sampai ke Korea, Jepang, Amerika Serikat, Asia Selatan dan
Tenggara (Van der Maesen dan Somaatmadja, 1993). Menurut Adisarwanto, et al.
(1993), tanaman kedelai responsif terhadap faktor iklim karena berasal dari daerah
subtropis. Namun tanaman kedelai dapat tumbuh subur di daerah tropis apabila
berbagai persyaratan teknis penamanan dapat dipenuhi. Masa panen tanaman
kedelai di daerah tropis adalah tiga bulan. Tanaman ini tumbuh baik pada tempat
terbuka dengan ketinggian 50 – 500 m di atas permukaan laut, pH tanah 5.8 – 6.9,
suhu optimal 25 – 28 oC, dan rata-rata curah hujan selama musim ta